Sistem Informasi Monitoring dan Evaluasi Kelengkapan Dokumen Rekam Medis Rumah Sakit Tipe C: Studi Kasus RS Bogor Medical Center 2013 Fanni Elfiana, Artha Prabawa 1
Department Biostatistic and Demography, Public Health Faculty, Universitas Indonesia, Depok New Campus, Depok, 16424, Indonesia. E-mail:
[email protected]
Abstrak Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM-RS) merupakan suatu rangkaian kegiatan yang mencakup semua pelayanan kesehatan (rumah sakit) disemua tingkatan administrasi yang dapat memberikan informasi kepada pengelola untuk proses manajemen pelayanan kesehatan di rumah sakit. Berdasarkan hasil penelitian penulis pada kegiatan praktikum kesehatan masyarakat di RS Bogor Medical Center tahun 2013 terkait analisa mutu kelengkapan dokumen rekam medis, didapatkan permasalahan yakni proses analisis yang masih manual sehingga kurang efisien waktu. Untuk itu diperlukan rancangan dan pembuatan aplikasi sistem informasi monitoring dan evaluasi kelengkapan dokumen rekam medis di rumah sakit sebagai alternatif pemecahan masalah analisis mutu DRM yang efektif dan efisien. Penelitian ini bertujuan untuk membuat aplikasi sistim informasi monitoring dan evaluasi kelengkapan data dalam dokumen rekam medis rumah sakit tipe C, studi kasus: Rumah Sakit Bogor Medical Center tahun 2013 yang bermanfaat untuk memperoleh fungsi aplikasi yang lebih efektif dan efisien digunakan dalam kegiatan analisis monitoring dan evaluasi kelengkapan data dokumen rekam medis, serta untuk medukung peningkatan kualitas mutu Rumah Sakit. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Bogor Medical Center Jl. Pajajaran Indah V No.97 Bogor, pada instalasi rekam medis. Metode yang digunakan Penelitian yang dilaksanakan bersifat kualitatif observasional. Pada pembuatan aplikasi, mahasiswa menggunakan teknik perancangan data base dan sistem informasi kesehatan dengan Javascript. Hasil dari penelitian berupa prototype aplikasi sistem informasi monitoring dan evaluasi kelengkapan dokumen rekam medis. Kata Kunci: SIM-RS; Rekam Medis; Monitoring dan Evaluasi; Rancangan Sistem Informasi; Basis Data.
System Information Monitoring and Evaluation of Medical Record Document Completeness in Hospital Type C, Case Study: Bogor Medical Center Hospital on 2013 Abstract Hospital Information System Management (HISM) is a series of activities which include all health services (hospitals) in all levels of administration that can provide information to managers the management of health services unit at the hospital. Based on the research results of the authors field work experience in Bogor Hospital Medical Center at 2013 related to the analysis of the quality of the completed medical records document, it that found the problems are the analysis processes still manual so timeless efficiency. It required the design and manufacturing information system application monitoring and evaluation of the completeness of the medical record documents in hospitals as an alternative to problem solving for analysis DRM quality effective and efficient. This research aims to create an application for information system monitoring and evaluation data
1 Sistem informasi…, Fanni Elfiana, FKM UI, 2014
completeness of medical record document in C type hospital, a case study: Bogor Medical Center Hospital in 2013 useful to obtain an application function more effective and efficient used in the analysis of monitoring and evaluation activities data completeness of medical record documents, as well as to endorse the quality of hospital improvement. This research was conducted at the medical record installation of Bogor Medical Center Hospital Padjadjaran Indah Street V 97 Bogor. The methods used are qualitative research conducted observational. In the application development, the students use software engineering for design data base and the health information system with Javascript. The result of the research is a prototype application monitoring and evaluation information system completeness of the medical record documents. Keyword: HISM; Medical Record; Monitoring and Evaluation; Information System Planning; Data Base.
Pendahuluan Rekam medis mempunyai pengertian yang sangat luas tidak hanya sekedar kegiatan pencatatan akan tetapi mempunyai pengertian sebagai satu sistem penyelenggaraan suatu instalasi/unit kerja. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 749a/Menkes/Per/XII/1989 dijelaskan bahwa rekam medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen mengenai identitas pasien, hasil pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lainnya yang diterima pasien pada sarana kesehatan, baik rawat jalan maupun rawat inap. Sistem Informasi Manajemen (SIM) merupakan salah satu sumber daya organisasi untuk mendukung proses pengambilan keputusan pada berbagai tingkat manajemen. Agar informasi sesuai dengan keperluan manajemen dan manajer, maka haruslah dirancang suatu SIM-RS yang baik, sehingga dapat menyajikan informasi yang akurat, tepat waktu dan sesuai kebutuhan guna menunjang proses fungsi-fungsi manajemen dan pengambilan keputusan dalam memberikan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit. (Rustiyanto, 2010) Pada keputusan MenKes RI No.134/Menkes/SK/IV/78 tentang susunan organisasi dan tata kerja rumah sakit menyebutkan sub bagian pencatatan medik mempunyai tugas mengatur pelaksanaan kegiatan pencatatan medik. Dengan adanya keputusan yang telah disebutkan sebelumnya, terlihat adanya usaha untuk memperbaiki masalah-masalah terkait rekam medis di rumah sakit dalam memperbaiki recording, reporting, hospital statistics dan lain-lain, yang dikenal sebagai informasi kesehatan (Hanafiah, & Amir, 1999). Rumah Sakit Bogor Medical Center merupakan rumah sakit swasta tipe C yang ditunjang dengan perlengkapan modern dan canggih serta kualitas pelayanan yang terbaik di Kota Bogor, berkomitment untuk selalu memberikan pelayanan yang profesional, nyaman dan bersahabat, Adapun visi yang hendak dicapai yaitu menjadi rumah sakit terbaik di Bogor yang memiliki keunggulan dalam memberikan pelayanan paripurna dengan didukung oleh teknologi kesehatan terkini, SDM yang profesional, informatif, ramah dan bersahabat. Untuk 2 Sistem informasi…, Fanni Elfiana, FKM UI, 2014
mewujudkan visi dan misi tersebut perlu didukung dengan manajemen sistem informasi yang terintergrasi. Dalam hal ini, untuk mengukur tercapaianya tujuan tersebut salah satu indikator nya adalah kualitas dokumen rekam medis. Berdasarkan penelitian tahun 2010, angka kelengkapan pengisian dokumen rekam medis (DRM) di RS Bogor Medical Center belum memenuhi standar departemen kesehatan dimana 95% dari seluruh dokumen rekam medis harus terisi lengkap sedangkan yang didapat hanya 84%. (Mauliddin, 2010) Hasil penelitian penulis pada kegiatan praktikum kesehatan masyarakat di RS Bogor Medical Center tahun 2013 terkait analisa mutu kelengkapan dokumen rekam medis, didapatkan permasalahan pada proses analisis adalah proses analisis yang masih manual sehingga kurang efisien waktu, selain itu dilakukan perlombaan analisis DRM yang sudah dilaksanakan kurang lebih 2 tahun, belum juga menunjukan ada perubahan yang lebih baik. Hal tersebut terjadi erat hubungannya dengan koordinasi dokter dan perawat dalam kelengkapan DRM. Keterlambatan pengembalian DRM juga berdampak pada terhambatnya proses analisis yang juga masih manual sehingga semakin memakan waktu. Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan tersebut, penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk merancang dan membuat aplikasi sistem informasi monitoring dan evaluasi (monev) kelengkapan dokumen rekam medis di rumah sakit tipe C yaitu RS BMC sebagai alternatif pemecahan masalah analisis mutu DRM yang efektif dan efisien.
Tinjauan Teoritis A. Rumah Sakit Undang-undang No 44 Tahun 2009 menjelaskan bahwa rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit mempunyai fungsi sebagai: a. penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit. b. pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis. c. penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.
3 Sistem informasi…, Fanni Elfiana, FKM UI, 2014
d. penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan. Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, sumber daya manusia, kefarmasian, dan peralatan. Dalam memenuhi persyaratan tersebut rumah sakit mendapatkan penetapan kelas dari Menteri yang dijelaskan dalam Peraturan Menteri Kesehatan No 340 tahun 2010. Rumah sakit umum kelas C harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medic paling sedikit 4 pelayanan medik spesialis dasar dan 4 pelayanan spesialis penunjang medik. Ketersediaan tenaga kesehatan disesuaikan dengan jenis dan tingkat pelayanan. Sarana prasara, peralatan yang dimiliki rumah sakit harus memenuhi standar yang ditetapkan oleh Menteri. Jumlah tempat tidur minimal 100 buah. Administrasi dan manajemen terdiri dari struktur organisasi dan tata laksana. B. Rekam Medis Menurut Permenkes No: 269/Menkes/PER/III/2008 yang dimaksud rekam medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen antara lain identitas pasien, hasil pemeriksaan, pengobatan yang telah diberikan, serta tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Adapun tujuan dari rekam medis adalah untuk menunjang tercapainya tertib administrasi dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Dalam mencapai tujuan rekam medis maka diperlukan dukungan dari sitem pengelolaan rekam medis yang baik dan benar. C. Prinsip Monitoring dan Evaluasi Rekam Medis Monitoring dan Evaluasi Rekam Medis merupakan kegiatan pemantauan dan penilaian efektifitas dan efisiensi kinerja rekam medis secara kontinyu. Kegiatan ini berkaitan dengan audit rekam medis. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 496/Menkes/SK/IV/2005 tentang Pedoman Audit Medis di Rumah Sakit, menjelaskan bahwa tujuan dari audit medis sangat terkait dengan upaya peningkatan mutu dan standarisasi. Tujuan umum audit medis adalah untuk tercapainya pelayanan medis prima di rumah sakit. Sedangkan tujuan khusus adalah untuk melakukan evaluasi mutu pelayanan medis, untuk mengetahui standar pelayanan medis, dan untuk melakukan perbaikan-perbaikan pelayanan medis sesuai dengan kebutuhan pasien dan standar pelayanan medis. Sebelum melakukan audit medis, rumah sakit perlu melakukan Iangkah-Iangkah persiapan audit medis sebagai berikut : 4 Sistem informasi…, Fanni Elfiana, FKM UI, 2014
a. Rumah sakit menetapkan pelaksana audit medis. Karena itu rumah sakit wajib mempunyai Komite Medis dan sub-sub komite, dimana komite dan sub komite tersebut telah menjalankan kegiatan atau berfungsi. Penetapan organisasi pelaksana audit medis harus dilengkapi dengan Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit dan uraian tugas anggota. Rumah sakit menyusun pedoman audit medis rumah sakit, standar prosedur operasional audit medis serta standar dan kriteria jenis kasus atau jenis penyakit yang akan dilakukan audit. b. Rumah sakit membudayakan upaya self assessment atau evaluasi pelayanan termasuk evaluasi pelayanan medis, sehingga setiap orang/unit kerja di rumah sakit sudah terbiasa dengan silklus PDCA (Plan, Do, Check, Action). Rumah sakit yang sudah terbiasa dengan siklus PDCA pada umumnya adalah rumah sakit yang sudah terakreditasi atau rumah sakit yang sedang mempersiapkan proses akreditasi, dimana kegiatan melakukan evaluasi atau self assessment telah menjadi budaya. c. Rumah sakit agar membuat ketentuan behwa setiap dokter/dokter gigi yang memberikan pelayanan medis wajib membuat rekam medis dan harus segera dilengkapi setelah pasien selesai menerima pelayanan medis. d. Rumah sakit melalui komite medis agar melakukan sosialisasi dan atau training hal-hal yang terkait dengan persiapan pelaksanaan audit medis kepada seluruh tenaga dokter/dokter gigi yang memberikan pelayanan medis di rumah sakit. (KEMENKES, 2005) Audit isi rekam medis termasuk dalam bentuk pelaksanaan audit medis rumah sakit. Audit isi rekam medis dilaksanakan dengan menggunakan analisis kuantitatif, kualitatif, dan statistik. D. Analisis Mutu Kuantitatif Analisis kuantitatif adalah review yang memuat komponen pada bagian tertentu dari isi rekam medis. Penilaian kelengkapan dari rekam medis dalam pencatatan perlu dilakukan dalam pengisian dari pasien pertama datang sampai dengan pasien tersebut nyatakan pulang. Analisis kuantitatif terdiri dari 4 komponen yaitu review identifikasi, review pelaporan penting, review autentifikasi dan review pendokumentasian. Analisis kuantitatif pada rekam medis menelaah kelengkapan dan ketepatan lembaran (laporan/dokumentasi) yang terkumpul sesuai dengan jenis pelayanan pasien. Dalam melakukannya diperlukan standar waktu analisis, misalnya yang ditetapkan oleh organisasi profesi atau rumah sakit. Analisis kuantitatif adalah analisa yang ditujukan kepada mutu dan setiap rekam medis. Petugas akan 5 Sistem informasi…, Fanni Elfiana, FKM UI, 2014
mengadil dan menganalisa kualitas rekam medis pasien sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan (Depkes RI, 1997). E. Indikator Analisis Dokumen Rekam Medis Menurut Depkes (2006) penanggung jawab pengisian berkas rekam medis yaitu: 1. Dokter umum, dokter spesialis, dokter gigi dan dokter spesialis yang melayani pasien di rumah sakit. 2. Dokter tamu yang merawat pasien di rumah sakit. 3. Residen yang sedang melaksanakan kepaniteraan klinik. 4. Tenaga para medis perawatan dan tenaga para medis non perawatan yang langsung di dalam antara lain: perawat, perawat gigi, bidan, tenaga laboratorium klinik, gizi, anestesi, piñata rongten, rehabilitasi medik dan sebagainya. 5. Untuk dokter luar negeri yang melakukan alih teknologi kedokteran yang berupa tindakan atau konsultasi kepada pasien, maka yang membuat rekam medis pasien adalah dokter yang ditunjuk oleh direktur rumah sakit. Rekam medis harus dibuat segera dan dilengkapi seluruhnya setelah pasien menerima pelayanan dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Setiap tindakan konsultasi yang dilakukan terhadap pasien, selambat-lambatnya dalam kurum waktu 1 x 24 jam harus ditulis dalam lembaran rekam medis. 2. Semua pencatatan harus ditanda tangani oleh dokter atau tenaga kesehatan lainnya sesuai dengan kewenangannya dan ditulis nama terang serta diberi tanggal. 3. Pencatatan yang dibuat oleh mahasiswa kedokteran dan mahasiswa lainnya ditanda tangani dan menjadi tanggung jawab dokter yang merawat atau dokter pembimbingnya. 4. Catatan yang dibuat oleh residen harus oleh dokter pembimbingnya. 5. Dokter yang merawat dapat meperbaiki kesalahan penulisan dan melakukannya pada saat itu juga serta dibubuhi paraf. 6. Penghapusan tulisan dengan cara apapun tidak diperbolehkan. F. Pendekatan Sistem Pendekatan Sistem adalah upaya untuk melakukan pemecahan masalah yang dilakukan dengan melihat masalah yang ada secara menyeluruh dan melakukan analisis secara sistem. Pendekatan sistem diperlukan apabila kita menghadapi suatu masalah yang kompleks sehingga diperlukan analisa terhadap permasalahan tadi, untuk memahami hubungan bagian dengan bagian lain dalam masalah tersebut, serta kaitan antara masalah tersebut dengan masalah lainnya. (Rustiyanto, 2010). System Development Life Cycle (SDLC) menurut 6 Sistem informasi…, Fanni Elfiana, FKM UI, 2014
O’brien (2000,p383) adalah apikasi penerapan dari penemuan permasalahan (problem solving) yang didapat dari pendekatan sistem (system approach) menjadi pengembangan dari solusi sitem informasi terhadap masalah bisnis. Menurut Satzinger (2005, p39), Systems Development Life Cycle (SDLC) adalah seluruh proses yang membangun, menyebarkan, menggunakan, dan memperbarui sistem informasi. Adapun tahapan SDLC dapat dilihat pada Gambar 1. Sebagai berikut:
Gambar 1. Traditional Information Systems Development Phases Sumber: Satzinger, 2005.
Berdasarkan Gambar 1. tersebut dijelaskan fase SDLC sebagai berikut: Tabel 1. Traditional information systems development phases SDLC PHASE Project Planning Analysis Design Implementation Support
OBJECTIVE Untuk mengidentifikasi ruang lingkup sistem baru, pastikan bahwa proyek ini layak, dan mengembangkan jadwal, rencana sumber daya, dan anggaran untuk sisa proyek. Untuk memahami dan mendokumentasikan secara detail kebutuhan bisnis dan pengolahan persyaratan sistem baru. Untuk merancang sistem solusi berdasarkan persyaratan yang ditentukan dan keputusan yang dibuat selama analisis. Untuk membangun, menguji, dan menginstal sistem informasi yang handal dengan pengguna dilatih siap untuk mendapatkan keuntungan seperti yang diharapkan dari penggunaan sistem. Untuk menjaga sistem berjalan produktif, baik awalnya dan selama bertahun-tahun seumur hidup sistem. Sumber: Satzinger, 2005.
G. Metode Iterative dan Incremental Ide dasar dari metode iterative dan incremental adalah mengembangkan perangkat lunak dengan mengambil keuntungan dari hasil pengembangan perangkat lunak tahap sebelumnya. Langkah yang dilakukan dengan metode iterative dan incremental adalah membangun perangkat lunak mulai dari bagian kecil kebutuhan perangkat lunak, kemudian semakin dikembangkan fungsionalnya pada setiap siklus/iterasi yang dilakukan (ada perubahan versi pada setiap iterasi) begitu seterusnya sampai perangkat lunak akhir dihasilkan. 7 Sistem informasi…, Fanni Elfiana, FKM UI, 2014
Beberapa kegunaan dari pengembangan secara iterative dan incremental antara lain: 1. Untuk menangani resiko yang critical dan signifikan sejak awal (risk mitigation). 2. Membangun suatu arsitektur yang kokoh (robust) sebagai panduan pengembangan perangkat lunak. 3. Menyediakan suatu kerangka kerja yang dapat menangani perubahan kebutuhan dengan lebih baik. 4. Untuk membangun sistem sedikit demi sedikit menuju produk akhir daripada dibuat sekaligus (menekan biaya yang dibutuhkan untuk menangani perubahan pada akhir proses pengembangan). 5. Membuat proses pengembangan perangkat lunak yang harus memungkinkan staf bekerja lebih efektif (ada proses pembelajaran melalui iterasi/siklus yang ada). H. Bahasa Pemrogaman Java Ide pertama kali kenapa Java dibuat adalah karena adanya motivasi untuk membuat sebuah bahasa pemrograman yang bersifat portable dan platform independent (tidak tergantung mesin dan sistem operasi) yang dapat digunakan untuk membuat peranti lunak yang dapat ditanamkan (embedded) pada berbagai macam peralatan elektronik-elektronik konsumer biasa, seperti microwave, remote control, telepon, card reader dan sebagainya. Berikut ini adalah rangkuman kelebihan dari bahasa pemrogaman Java dibandingkan dengan bahasa pemrograman lainnya: 1. Bersifat portable dan platform independent. Program Java yang Anda tulis akan dapat dieksekusi di platform manapun tanpa memerlukan kompilasi ulang (portable) asalkan Java Virtual Machine untuk platform tersebut tersedia. 2. Memiliki garbage collection yang dapat mendealokasi memori secara otomatis. Anda tidak perlu secara eksplisit membebaskan suatu lokasi memori yang dipakai karena ini akan dilakukan secara otomatis oleh Java. 3. Menghilangkan pewarisan berganda yang terdapat pada C++. Walaupun kelihatannya lebih sebagai suatu kekurangan, namun banyak para ahli yang mengakui bahasa konsep pewarisan berganda lebih banyak mengakibatkan kerugian dari pada keuntungan. Java telah didesain sedemikian rupa sehingga Anda tidak akan memerlukan teknik ini dalam pembuatan program apa pun. 4. Mengurangi pointer aritmetik. Pengaksesan lokasi memori secara langsung dengan menggunakan pointer memungkinkan program untuk melakukan suatu tindakan yang tidak seharusnya atau tidak boleh dilakukan. Untuk mengurangi dan menghilangkan 8 Sistem informasi…, Fanni Elfiana, FKM UI, 2014
kemungkinan kesalahan seperti ini, penggunaan pointer pada Java telah dibatasi dengan menggunakan reference. 5. Memiliki array sejati 6. Mengurangi kerancuan antara pemberian nilai pada statemen kondisional. Contoh penggunaan tanda ‘=’ dan ‘==’ pada kondisi if. 7. Perpustakaan kelas yang lengkap, Java terkenal dengan kelengkapan perpustakaan (kumpulan program yang disertakan dalam pemrograman java) yang sangat memudahkan dalam penggunaan oleh para pemrogram untuk membangun aplikasinya. 8. Bergaya C++, memiliki sintaks seperti bahasa pemrograman [C++] sehingga menarik banyak pemrogram C++ untuk pindah ke Java.
Metode Penelitian Penelitian yang dilaksanakan bersifat kualitatif observasional yaitu penelitian dengan menggunakan teknik observasi dan wawancara untuk mengetahui gambaran sistem yang digunakan serta teknik wawancara untuk mengetahui lebih dalam mengenai pelaksanaan sistem dan masalah yang dihadapi. Metode pengembangan sistem adalah iterative dan incremental dengan menggunakan pendekatan SDLC (Systems Development Life-Cycle). Teknik pengumpulan data primer diperoleh dengan cara observasi dan wawancara. Observasi dilakukan dengan menggunakan formulir check list dari setiap komponen input, proses, dan output sistem informasi monitoring dan evaluasi (monev) kelengkapan data pada dokumen rekam medis RS Bogor Medical Center (BMC). Wawancara dilakukan dengan mengajukan pertanyaan dengan menggunakan pedoman wawancara yang telah disiapkan sebelumnya. Instrumen yang digunakan pada saat wawancara adalah alat tulis dan alat perekam. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui telaah dokumen. Dokumen dapat berasal dari data profil, pencatatan kegiatan monev DRM, dan sumber lainnya. Instrumen yang digunakan peneliti adalah pedoman wawancara, pedoman observasi, alat perekam, dan alat tulis. Wawancara dilakukan oleh peneliti sendiri dengan menggunakan pedoman wawancara. Penentuan jumlah informan yang dibutuhkan oleh peneliti ditetntukan secara purposive dan disesuaikan dengan kaidah kesesuaian dan kecukupan. Purposive sampling yaitu pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Notoatmodjo, 2010). Berdasarkan kriteria purposive tersebut, penulis memilih informan 9 Sistem informasi…, Fanni Elfiana, FKM UI, 2014
yaitu Kepala Instalasi Rekam Medis RS BMC, Kepala Analisis Mutu, Koordinator Analisis DRM, dan Staf Analisis DRM. Tahap pengembangan sistem dengan metode Iterative dan Incremental.
Hasil Penelitian A. Input Berdasarkan pada wawancara yang dilakukan peneliti, dari segi input masalah yang ditemukan adalah belum optimalnya kinerja sumber daya manusia (SDM) berdasarkan standar operasi prosedur (SOP) yang berlaku yaitu pengertian SDM terhadap prosedur analisis kelengkapan dalam dokumen rekam medis. Ini sesuai dengan masalah pada latar belakang pendidikan petugas rekam medis di RS. BMC yang berasal dari jenjang D3 rekam medis. Untuk D3 rekam medis adalah kemampuan profesional sebagai petugas yang dituntut untuk mampu mengerjakan berbagai pekerjaan lain di instalasi rekam medis seperti assembly, filing, coding, dan retrieval. Kemampuan SDM dalam optimalisasi jam kerja belum efektif. Hal ini menjadi masalah karena beban kerja petugas yang sudah cukup banyak tetapi belum didukung dengan fasilitas penunjang analisis yang efisien dan efektif. Petugas rekam medis di RS. BMC sudah mengikuti beberapa pelatihan dan sosialisasi, akan tetapi belum ada pelatihan yang spesifik terkait analisis dokumen rekam medis. Kegiatan pelatihan ini sebenarnya perlu untuk dilaksanakan agar petugas rekam medis dapat lebih memahami fungsi dan tujuan pentingnya melakukan kegiatan analisis dokumen rekam medis, selain itu petugas juga akan mendapatkan pengetahuan yang lebih aktual tentang perkembangan dalam kegiatan analisis dokumen rekam medis tersebut. seperti dari segi parameter analisis dan aplikasi penunjang analisis yang mudah dan efektif. Pengetahuan tentang rekam medis petugas perlu terus diperbarui, untuk menjamin peningkatan mutu dokumen rekam medis dan kinerja petugas dalam melaksanakan proses pengolahan sampai dengan pelaporan rekam medis. Petugas rekam medis perlu memiliki kesadaran dan juga diberikan kesempatan untuk upgrading skill dan pengetahuan rekam medisnya. Hal ini menjadi tanggung jawab rumah sakit untuk menyediakan sarana pelatihan dan pembelajaran bagi setiap petugas rekam medis yang bekerja di rumah sakit. Ketersedian hardware yaitu komputer di instalasi rekam medis RS. BMC sudah cukup, dimana masing-masing ruangan sudah disediakan komputer. Untuk kegiaan analisis kelengkapan dokumen rekam medis sendiri sudah tersedia satu komputer. Petugas rekam 10 Sistem informasi…, Fanni Elfiana, FKM UI, 2014
medis yang 4 orang tersebut bergantian dalam melaksanakan kegiatan analisis, mengingat bahwa pekerjaan yang dilakukan oleh petugas tidak hanya analisis tetapi juga kegiatan lainnya seperti assembly, filing, coding, dan retrieval. Hal ini menunjukkan, bahwa kegiatan analisis tidak dilakukan full pada jam kerja petugas, dan belum ditangani oleh petugas khusus. Sehingga dalam sehari belum tentu seluruh dokumen yang turun pada hari tersebut selesai dianalisis. Ketersedian software yang digunakan dalam kegiatan analisis kelengkapan dokumen rekam medis ini juga belum diperbarui, yang digunakan oleh instalasi rekam medis BMC adalah Word Processor 2003. Sebaiknya software pada komputer selalu diperbarui agar kerja petugas bisa lebih optimal baik dari segi fungsi dan laporan analisisnya. Software yang digunakan pada kegiatan analisis dokumen rekam medis adalah spread sheet, pada lembar kerja ini memiliki kekurangan dari segi interface dan waktu pengerjaan yang masih belum efisien dan efektif untuk mendukung kegiatan analisis. Dengan perkembangan teknologi saat ini yang sudah memungkinkan dibuat software penunjang analisis kelengkapan dokumen rekam medis yang efektif dan efisien diharapkan akan membantu proses kerja petugas rekam medis. Pada kegiatan monitoring RS. BMC menggunakan software teramedic untuk mengetahui jejak status dan tanggal pengembalian dokumen rekam medis. Kegiatan monitoring sejauh ini tidak terkendala karena sudah ditunjang dengan software yang efisien, akan tetapi perkembangan pada sistem teramedic akan meningkatkan keefektifan kegiatan monitoring, terlebih lagi jika ada integrasi antara kegiatan monitoring dan evaluasi. Standar Operasi Prosedur (SOP) kegiatan analisis dokumen rekam medis di RS. BMC belum pernah diperbarui sejak terakhir diperbarui pada 2012. Petugas rekam medis juga masih ada yang tidak mengetahui apakah SOP selalu diperbarui, petugas rekam medis RS. BMC masih belum memperhatikan pentingnya kesesuaian SOP dengan proses analisis dokumen rekam medis yang dilaksanakan selama ini. SOP tersebut juga tidak tersosialisasikan secara terus menerus. Hal ini menunjukan bahwa SOP hanya dipelajari pada awal masuk kerja saja. Formulir analisis dokumen rekam medis pada dasarnya bertujuan untuk kepentingan kelengkapan dokumen rekam medis, karena setiap rumah sakit memiliki kebutuhan yang berbeda-beda maka masing-masing rumah sakit memiliki kebijakan dalam membuat formulir analisis dokumen rekam medis yang sesuai. Begitu juga dengan RS. BMC, sudah ada kebijakan rumah sakit terkait formulir analisis tersebut. berdasarkan hasil wawancara diketahui juga bahwa indikator penilaian dokumen rekam medis sudah sama dari beberapa 11 Sistem informasi…, Fanni Elfiana, FKM UI, 2014
rumah sakit dengan RS. BMC. Formulir yang dianalisis juga merupakan formulir yang sudah ditetapkan oleh Dinas kesehatan dan sudah ada di buku pedoman rekam medis. B. Proses Gambaran kelengkapan data pada dokumen rekam medis dapat diketahui dari tahapan proses analisis monitoring dan evaluasi rekam medis. Kualitas data pasien dan rekapan penyimpanan data di RS. BMC masih perlu diperhatikan, berdasarkan wawancara kelengkapan dokumen rekam medis yang dilaporkan mencapai 70 persen. Kelengkapan DRM ini sangat bergantung pada petugas kesehatan yaitu perawat dan dokter dalam melengkapi formulir-formulir pada dokumen rekam medis. Hasil kegiatan analisis tersebut menjadi salah satu parameter kedisiplinan petugas kesehatan yang bertugas melengkapi dokumen rekam medis. Proses analisis kelengkapan dokumen rekam medis di RS. BMC juga masih mempunyai kendala pada tahapan entri data, permasalah yang dijumpai yakni keterbatasan program atau software yang digunakan dalam menyajikan formulir analisis yang efektif dan mudah digunakan. Selama ini RS. BMC menggunakan software Spread Sheet dimana petugas dituntut untuk mengentri satu-persatu data analisis kelengkapan dokumen rekam medis. Banyak nya aspek penilaian dan terpisah lokasinya membuat petugas rekam medis yang melakukan analisis perlu sangat teliti dan hati-hati agar data yang dimasukkan dalam formulir elektronik analisis pada lembar kerja Spread Sheet tidak salah tempat, proses pengerjaan ini membutuhkan waktu 5-10 menit, hal ini berbeda dengan target yang ada di SOP analisis yaitu pengerjaan yang ditempuh 2-4 menit. Perlu adanya aplikasi atau software baru yang dapat mengurangi load kerja user, sehingga dapat efektif dan efisien. Adapun format laporan yang dihasilkan pada kegiatan analisis kelengkapan dokumen rekam medis ini mempengaruhi presentasi data yang harus dilaporkan, dimana petugas rekam medis yang bertugas sebagai user membuat rekapan satu persatu data hasil analisis dengan perhitungan menggunakan formula di Spread Sheet. Selain itu user juga yang membuat grafik satu persatu dari data rekap tersebut sesuai dengan kebutuhan. C. Keluaran Basis data DRM merupakan kumpulan data yang diperoleh dari dokumen rekam medis yang berisi data riwayat pasien mulai dari data diri pasien, riwayat penyakit, perawatan yang telah dijalani dan juga berisi informasi petugas kesehatan yang melakukan perawatan. Data tersebut akan dianalisa, kemudian digunakan sebagai parameter monitoring dan evaluasi 12 Sistem informasi…, Fanni Elfiana, FKM UI, 2014
kelengkapan dokumen tersebut, menilai kinerja petugas kesehatan serta sebagai landasan hukum pasien dan rumah sakit. Basis data DRM yang telah diolah akan menghasilkan keluaran sebagai berikut: 1. Tabel data pasien merupakan tabel yang menunjukkan identitas serta tindakan yang diterima oleh pasien. 2. Tabel parameter monitoring dan evaluasi DRM merupakan tabel yang menampilkan indicator-indikator yang merupakan penilaian dari kinerja petugas rekam medis serta mutu dokumen rekam medis. 3. Diagram hasil evaluasi DRM menampilkan kesimpulan dari data DRM yang nantinya akan mempermudah dalam proses analisis mutu dokumen rekam medis. Formulir elektronik atau digital (form) monitoring dan evaluasi DRM merupakan form yang dibuat dalam bentuk aplikasi yang nantinya akan menggantikan formulir monitoring dan evaluasi DRM yang masih manual. Melalui formulir elektronik atau digital ini data DRM akan dikumpulkan berdasarkan indikator evaluasi dan disimpan sebagai basis data DRM. Adapun indikator yang terdapat dalam form ini adalah sebagai berikut: 1. Form IGD merupakan form yang berfungsi untuk mengumpulkan data pasien dan tindakan yang diberikan oleh petugas kesehatan ketika pasien dirawat di Instalasi Gawat Darurat (IGD). 2. Form Informed Consent (IC)-IGD merupakan form yang berfungsi untuk mengumpulkan data persetujuan pasien dalam mendapatkan perawatan di IGD 3. Form Poli merupakan form yang berfungsi untuk mengumpulkan data pasien dan tindakan yang diberikan oleh petugas kesehatan ketika pasien dirawat di Poliklinik 4. Form IC-Poli merupakan form yang berfungsi untuk mengumpulkan data persetujuan pasien dalam mendapatkan perawatan di Poliklinik 5. Form Informed Refuse (IR) merupakan form yang berfungsi untuk mengumpulkan data penolakan pasien terhadap tindakan yang hendak diberikan baik di IGD, Poli, maupun Nurse Station (NS) lainnya. 6. Form Nurse Station (NS) merupakan form yang berfungsi untuk mengumpulkan data pasien dan tindakan yang diberikan oleh petugas kesehatan ketika pasien dirawat di salah satu Nurse Station diantaranya NS1B, NS2, NS3, Operate Kamer (OK), Health Care Unit (HCU), Verlos Kamer (VK), dan Ruang Bayi 7. Form IC Ranap merupakan form yang berfungsi untuk mengumpulkan data penolakan pasien terhadap tindakan yang hendak diberikan di NS tempat pasien dirawat. 13 Sistem informasi…, Fanni Elfiana, FKM UI, 2014
8. Form Dokter Penanggung Jawab (DPJP) merupakan form yang berfungsi untuk mengumpulkan data hak dan kewajiban pasien, rencana pelayanan medik, penegakan diagnose, rencana tindakan medis, hasil pengobatan dan kelengkapan administrasi seperti tanda-tangan dokter dan keluarga pasien. Untuk menjadi sebuah informasi data harus melalui beberapa tahapan-tahapan kegiatan, mulai dari kegiatan mengecek jejak status atau monitoring DRM, sampai analisis kuantitatif dan kualitatif kelengkapan dokumen rekam medis. Hasil dari setiap tahapan kegiatan tersebut berupa laporan yang akan mempresentasikan perkembangan dari kegiatan analisis kelengkapan dokumen rekam medis. Laporan yang akan dihasilkan merupakan hasil rekapitulasi dari setiap form indikator kelengkapan DRM dan otomatis berbentuk berbentuk diagram tabel dan grafik yang berfungsi untuk mempermudah interpretasi dalam penilaian monitoring evaluasi kelengkapan dokumen rekam medis sesuai dengan permintaan user. Parameter laporan yang keluar bisa sesuai pengelompokan per kategori analisis, maupun per NS (Nurse Station) yang ada di formulir elektronik monitoring dan evaluasi kelengkapan DRM.
Pembahasan Dari permasalah yang ditemukan pada kegiatan monitoring dan evaluasi (monev) kelengkapan dokumen rekam medis pada tahapan input dan proses dan keluaran tersebut, penulis mengusulkan solusi yaitu prototype sistem monitoring dan evaluasi kelengkapan dokumen rekam medis rumah sakit yang lebih efektif dan efisien. Pengembangan sistem informasi merupakan rancangan baru yang didasarkan pada kebutuhan informasi yang lengkap dan data terintegrasi dengan mempertimbangkan peluang dan kelayakan pengembangan sistem agar diperoleh efektivitas dan efisiensi dalam suatu proses kegiatan tertentu dalam hal ini adalah kegiatan monitoring dan evaluasi kelengkapan dokumen rekam medis. Model basis data yang digunakan dalam pengembangan sistem ini adalah model basis data hirarki. Rancangan sistem informasi monev kelengkapan dokumen rekam medis dilakukan melalui beberapa tahap diantaranya 1) Diagram Konteks 2) Entity Relationship Diagram (ERD) 3) Data Flow Diagram (DFD) 4) Table Relationship Diagram (TRD) dan 5) pembuatan interface. 14 Sistem informasi…, Fanni Elfiana, FKM UI, 2014
Gambar 2. Diagram Konteks Sistem Informasi Monev Kelengkapan DRM
Gambar 3. ERD Sistem Informasi Monev Kelengkapan DRM
Gambar 4. DFD Sistem Informasi Monev Kelengkapan DRM
Gambar 5. TRD Sistem Informasi Monev DRM
Pembuatan interface terdiri dari tampilan menu sistem informasi monitoring dan evaluasi DRM, pada menu ini terdapat user login yang berfungsi untuk meningkatkan keamanan penggunaan aplikasi monitoring dan evaluasi kelengkapan DRM, sehingga tidak semua orang dapat dengan mudah mengakses menu utama. Penggunaan aplikasi ini dapat disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing pengguna. Sebelum masuk ke menu utama masing-masing pengguna harus masuk mengisi username dan password yang ada pada login sistem. Menu utama terdiri dari dua menu yaitu ‘Input DRM’ dan ‘Report DRM’. Masingmasing menu tersebut terdiri lagi dari sub menu pilihan atau pull down menu. Sub menu dari menu Input DRM yaitu IGD, IC IGD, POLI, IC POLI, NS, IC Ranap, HCU, IR, VK, Ruang Bayi, OK dan DPJP. Sedangkan sub menu dari menu Report DRM yaitu Tabel dan Diagram. Struktur lainnya yang ada dalam prototype aplikasi monev kelengkapan DRM adalah formulir elektronik atau digital (form) monitoring dan evaluasi DRM. Formulir tersebut terdiri dari form IGD, Poliklinik, HCU, OK, VK dan Ruang Bayi, form Informed Consent (IC) IGD, IC Poliklinik dan IC untuk Nurse Station (NS) disebut IC Rawat Inap (Ranap), form Informed refuse (IR) IGD, Poli, maupun NS lainnya, form Nurse Station (NS) dan form Dokter Penanggung Jawab (DPJP). Formulir elektronik tersebut dibuat untuk memepermudah user dalam melakukan entri data yang dibutuhkan untuk proses analisis kelengkapan dokumen rekam medis. interface 15 Sistem informasi…, Fanni Elfiana, FKM UI, 2014
yang sederhana dengan pilihan warna yang tidak terlalu banyak variasi bertujuan untuk membuat kenyamanan user dan tidak mengganggu penglihatan user. Form ini juga difasilitasi dengan sarana percari otomatis berdasarkan Nomor Rekam Medis (NORM) yang diinput pada kolom NORM dan akan menampilkan data yang sudah ada dalam data base sehingga user tidak perlu mengetikan kembali data misalnya nama pasien, kecuali jika pasien belum terdaftar dalam database atau pasien baru. Pada kolom tanggal kembali aplikasi ini juga memfasilitasi user untuk memilih dari kalender yang disediakan sehingga user tidak perlu mengetikan tanggal, setelah user menginput tanggal yang dipilih akan muncul pada kolom disebelahnya, ini berguna agar user mengetahui kapan dokumen tersebut kembali ke instalasi rekam medis. Pada formulir-formulir elektronik atau digital (form) tersebut terdapat poin penilaian untuk mengidentifikasi kelengkapan dokumen rekam medis yang difasilitasi dengan tombol untuk memilih ya atau tidak kesesuaian dengan analisis. Pada formulir NS juga terdapat fungsi untuk memilih kode Nurse Station (NS) yang sesuai dari NS1A, NS1B, NS2, dan NS3. Pada form tersebut juga disediakan tombol add, edit, delete dan menu utama yang berfungsi masing-masing untuk menambahkan data analisis, merubah atau memperbaiki data, menghapus data, dan untuk kembali ke menu utama jika user ingin mengisi formulir elektronik lainnya. Laporan monitoring dan evaluasi DRM dibuat berdasarkan kebijakan rumah sakit yang juga disesuaikan dengan kebutuhan rumah sakit. Laporan ini terdiri dari laporan hasil input data setiap ruangan seperti IGD, Poliklinik, HCU, NS1A, NS1B, NS2, NS3, OK, VK, dan Ruang Bayi. Selain itu juga terdapat Laporan Rekapitulasi Analisis DRM setiap ruangan, Laporan Rekapitulasi Kelengkapan Pengisian DPJP per Dokter setiap ruangan. Pada laporan analisis setiap ruangan terdapat informasi hasil analisis formulir berdasarkan parameter tanggal yang diinginkan. Indikator Tanggal masuk dan keluar digunakan untuk melihat perbedaan waktu dengan tanggal kembali dokumen rekam medis. Sehingga dapat diukur kecepatan waktu pengembalian DRM sebagai indikator penilaian dalam monitoring. Setiap laporan menampilkan data dari masing-masing database. Pada laporan analisis IC IGD terdapat informasi hasil analisis formulir yang berasal dari IGD berdasarkan parameter tanggal yang diinginkan. Tampilan laporan IGD memiliki kesamaan komponen yang ditampilkan dengan laporan IC Poliklinik dan IC Ranap. Setiap laporan menampilkan data dari masing-masing database. Selain itu laporan dari formulir IC memiliki kesamaan tampilan dengan laporan IR, perbedaannya hanya IC merupakan formulir 16 Sistem informasi…, Fanni Elfiana, FKM UI, 2014
persetujuan tindakan sehingga diperlukan indentitas pemberi persetujuan, tanda tangan, dan pemberi persetujuan. Sedangkan pada IR yang merupakan formulir penolakan data yang dianalisis adalah tindakan identitas, tanda tangan serta keterangan siapa pemberi penolakan. Pada laporan DPJP per dokter terdapat informasi hasil analisis formulir yang berasal dari DPJP berdasarkan parameter tanggal yang diinginkan saja atau beserta nama dokter. Pada laporan rekapitulasi analisis DRM setiap ruangan menyajikan data keseluruhan dari setiap ruangan yang ditampilkan dalam bentuk persentase. Analisis laporan rekapitulasi juga dilakukan pada data IC, IR, dan DPJP setiap ruangan. Selain laporan berupa tabel aplikasi juga menyajikan laporan analisis rekapitulasi kelengkapan DRM dalam bentuk grafik. Grafik tersebut berguna untuk mempermudah user dalam menginterpretasikan hasil analisis DRM yang mendukung pengambilan keputusan. Variabel vertikal pada grafik mengidentifikasikan persentase dari jumlah data sedangkan variabel horizontal pada grafik mengidentifikasikan ruangan. Adapun contoh dari tampilan prototype aplikasi sistem informasi monev kelengkapan dokumen rekam medis dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 6. Tampilan User Login dan Menu Utama
Gambar 7. Form Elektronik IGD, IC IGD, IR, Nurse Station, dan DPJP
Gambar 8. Output Laporan Analisis IGD, Rekapitulasi Kelengkapan DRM, dan Analisis DPJP per Dokter
17 Sistem informasi…, Fanni Elfiana, FKM UI, 2014
Adapun kelebihan dan kekurangan daripada sistem informasi monev kelengkapan DRM adalah sebagai berikut: Tabel 2 Kekurangan dan Kelebihan Sistem Kelebihan 1. Penyimpanan Database lebih rapih, teratur, dan aman. 2. Tidak rentan terhadap virus, karena sifat dari aplikasi berbasis java yang robust. 3. Sangat mudah dalam pengaksesan data. Mempercepat proses input sehingga dapat lebih efisien waktu dan tenaga. 4. Dapat menghubungkan komputer klien dan komputer server dengan menggunakan LAN, sehingga database selalu up to date. 5. Interface sederhana tetapi menarik dan mudah dipahami oleh calon pengguna. 6. Instalasi aplikasi yang compatible diseluruh jenis Operating System (OS). 7. Lebih aplikatif dan efektif sebagai tool dalam melakukan kegiatan analisis kelengkapan DRM karena sudah beradaptasi dengan perkembangan teknologi.
Kekurangan 1. Membutuhkan pengembangan lebih lanjut untuk dapat difungsikan secara lebih optimal 2. Perlu memperhatikan maintenance sistem yang baik agar aplikasi bisa bertahan lama (longlast application) 3. Membutuhkan biaya ekstra diawal penerapan aplikasi tersebut terkait pemenuhan fasilitas atau alat pendukung seperti kabel dsb.
Kesimpulan Kegiatan analisis kelengkapan dokumen rekam medis di RS. BMC masih mempunyai kendala yang signifikan yakni keterbatasan program atau software yang digunakan dalam menyajikan form analisis belum efektif dan tidak mudah digunakan. Gambaran data base monitoring dan evaluasi kelengkapan data dalam dokumen rekam medis di RS. Bogor Medical Center tahun 2013 yang dikembangkan berupa tabel data pasien, tabel data dokter, formulir tabel parameter monitoring dan evaluasi DRM. Data base ini memiliki kelebihan dari aplikasi analisis pada Software Spread Sheet yaitu fungsi entry data yang lebih efektif, bentuk formulir yang sederhana dan aplikatif, serta laporan yang tersajikan secara otomatis. Aplikasi monitoring dan evaluasi kelengkapan data dokumen rekam medis merupakan pengembangan dari software analisis kelengkapan dokumen rekam medis, dimana dari aplikasi tersebut telah diperoleh fungsi aplikasi yang lebih efektif dan efisien digunakan dalam kegiatan analisis monitoring dan evaluasi kelengkapan data dokumen rekam medis.
18 Sistem informasi…, Fanni Elfiana, FKM UI, 2014
Saran Sistem informasi monitoring dan evaluasi kelengkapan dokumen rekam medis perlu dikembangkan lebih lanjut agar dapat menampilkan laporan yang menyajikan keseluruhan data hasil rekapitulasi pada proses kelengkapan dokumen rekam medis, pelatihan dan sosialisasi yang rutin perlu dilaksanakan untuk mendukung pengetahuan dan kompetensi user dalam menjalankan aplikasi sistem monitoring dan evaluasi dokumen rekam medis, pada pengaplikasiannya prototype sistem informasi monitoring dan evaluasi kelengkapan dokumen rekam medis perlu didukung dengan sarana dan prasarana yang sesuai dengan kebutuhan, dan dukungan dari IT rumah sakit maupun pihak pengembang sistem diperlukan demi tercapainya optimalisasi aplikasi.
Daftar Referensi Al-Bahra bin ladjamuddin. (2004). Konsep Sistem Basis Data dan Impementasinya. Yogyakarta: Graha ilmu. Arbie, Erwan. (2000). Pengantar Sistem Informasi Manajemen (Edisi Ke-7, Jilid 1). Jakarta: Bina Alumni Indonesia. Deek, Fadi P., etc. (2005). Strategic Software Engineering: An Interdiciplinary Approach. New York: Auerbach Publications. Depkes RI. (2006). Pedoman Penyelenggaraan dan Prosedur Rekam Medis Rumah Sakit di Indonesia. DEPKES RI: Jakarta. Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan. (2011). JUKNIS SIRS 2011: Sistem Informasi Rumah Sakit. Kementerian Kesehatan RI. Frankle, Nina & Anastasia Gage. (2007). M & E Fundamentals: A Self-Guided Minicourse. U.S Agency for Internasional Development (USAID) Hatta, Gemala R. (2010). Manajemen Informasi Kesehatan di Sarana Pelayanan Kesehatan. Jakarta: UI Press HM, Jogiyanto. (2002), Analisa dan Desain Sistem Informasi. Jakarta: Erlangga. Huffman, EK. (1994). Health Information Mnagement Physicians Record. Company Berwyn Iilnois Imbalo.S.Pohan. Jaminan Mutu Layanan Kesehatan. Jakarta. hlm 12 Jacobson, Ivar and Friends. (2011). The Unified Software Development Process. Addison Wesley. Kadir, A. (2002). Konsep Tuntunan Praktis Basis Data (Edisi Ke-5). Yogyakarta: Andi. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 496/MENKES/SK/IV/2005 tentang Pedoman Audit Medis di Rumah Sakit. Departemen Kesehatan RI. Lisa M. Given (Ed.) (2008). The Sage Encyclopedia of Qualitative Research Methods. Sage: Thousand Oaks, CA, Vol.2, pp.697-‐698.
19 Sistem informasi…, Fanni Elfiana, FKM UI, 2014
Mauliddin, M. Agung. (2010). Analisis Kelengkapan Isi Dokumen Rekam Medis Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Bogor Medical Center Tahun 2010. Program Pendidikan Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok. Mawarni, Dian dkk. (2013). Identifikasi Ketidaklengkapan Rekam Medis Pasien Rawat Inap Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga. Surabaya. McGregor, John D. (2009). Strategic Software Engineering: Journal Ofobject Technology, ETH Zurich, Chair of Software Engineering ©JOT: Vol. 8, No. 3, May-June 2009. Muhyuzir Tafri.D. (2001). Analisa Perancangan Sistem Pengolahan Data (Cetakan Kedua). Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Nugroho, Adi. (2002). Analisis dan Perancangan Sistem Informasi dengan Metodelogi Berorientasi Objek, Informasi, Bandung. Oetomo, B.S.D. (2002). Perencanaan dan Pembangunan Sistem Informasi (Edisi Ke-3). Yogyakarta: Andi. Peraturan Menteri Kesehatan No.749a/Menkes/Per/XII/1989 tentang Rekam Medik. Departemen Kesehatan RI. Keputusan Menteri Kesehatan No. 129/Menkes/SK/II/ Tentang Standar Pelayanan Minimal Tahun 2008. Departemen Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis. Departemen Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.340/MENKES/PER/III/2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit. Departemen Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.012 Tahun 2012 tentang Akreditasi Rumah Sakit. Departemen Kesehatan RI. Rustiyanto, Ery. (2010). Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit yang Terintegrasi.Gosyen Publishing: Yogyakarta. Hal. 19-26, 49-56 Sabarguna, Boy. S,. (2003). Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit. Konsorsium RSI Jateng-DIY. Sultan, Astina Atikah. (2012). Rancangan Sistem Informasi Rekam Medis Elektronik di Pusat Kesehatan Mahasiswa Universitas Indonesia (PKM UI). Program Pendidikan Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok. Wijaya L. (2006). Audit Isi Rekam Medis Dengan Analisis Kuantitatif Dan Kualitatif. Bandung. Wijaya, Lili. (2003). Materi Pelatihan Manajemen Rekam Medis dan Informasi Kesehatan Analisis Rekam Medis. Yogyakarta: RS Bethesda Zai. (2014). Praktikum 1 Dasar Pemrograman Java. 16 Januari 2014.
20 Sistem informasi…, Fanni Elfiana, FKM UI, 2014