SISTEM INFORMASI KETERKAITAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DAN CEMARAN UDARA DI KOTA SEMARANG SKRIPSI Dalam Rangka Menyelesaikan Studi Strata I Untuk Mencapai Gelar Sarjana Sains di Universitas Negeri Semarang
Oleh: Silvia Verdiana NIM. 3211411007
JURUSAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2015
i
PERSETUJUAN BIMBINGAN
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Unnes Pada: Hari
:
Tanggal
:
Dosen Pembimbing
Prof. Dr. Dewi Liesnoor Setyowati, M.Si. NIP. 19620811 1988032 001
Mengetahui: Ketua Jurusan Geografi
Drs. Apik Budi Santoso, M.Si. NIP. 196209041989011 001
ii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang Pada: Hari
:
Tanggal
:
Penguji I
Penguji II
Dr. Ir. Ananto Aji, M.S NIP. 196305271 1998111 001
Dr. Tjaturrahono B.S, M.Si. NIP. 196210191988031002 Penguji
Prof. Dr. Dewi Liesnoor Setyowati, M.Si. NIP. 19620811 1988032 001
Mengetahui Dekan Fakultas Ilmu Sosial
Dr. Subagyo, M.Pd. NIP. 19510808 1980031 003
iii
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat di dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, 17 Maret 2015
Silvia Verdiana NIM. 3211411007
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO Dia yang mampu melakukan akan memiliki seluruh dunia dan dia yang tidak bisa akan berjalan dikesunyian. (Dale Carnegie) Adalah mungkin untuk menjelaskan segala sesuatu secara ilmiah, tetapi itu membuatnya tanpa rasa, itu membuatnya tanpa arti, seperti jika anda menjelaskan Simfony Beethoven sebagai variasi dari tekanan udara. (Albert Einstein) Salah satu alasan mengapa manusia cenderung berhenti adalah karena mereka menjadi semakin dan semakin tak mau mengambil resiko untuk gagal. (John W.Gardner) PERSEMBAHAN Tanpa mengurangi rasa syukur kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya skripsi ini kupersembahkan kepada: Ayahanda Mukhlis Hidayat & Ibunda Sulis Narwati yang selalu memberi doa, dan dukungan yang selalu memberi inspirasi serta semangat. Mas Andri, dek Dicky, Cipluk dan Vidya Islamia P. sahabatku tersayang, yang selalu memberikan semangat dalam mengerjakan skripsi. Sahabat-sahabatku Geografi 2011 yang selalu memberikan
motivasi
mengerjakan skripsi. Almamaterku.
v
dan
semangat
dalam
PRAKATA
Segala puji dan Syukur senantiasa penulis menghaturkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga penulisan skripsi dengan judul “Sistem Informasi Keterkaitan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan Cemaran Udara di Kota Semarang” dapat terselesaikan. Skripsi ini disusun sebagai peryaratan memperoleh gelar sarjana sains (S1) di Universitas Negeri Semarang. Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang. 2. Dr. Subagyo, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang. 3. Drs. Apik Budi Santoso, M.Si., Ketua Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang. 4. Drs. Haryanto, M.Si., Ketua Program Prodi Studi Geografi Universitas Negeri Semarang
yang
telah
memberikan
pelayanan
dan
fasilitas
yang
memungkinkan penulis melakukan penelitian ini. 5. Prof. Dr. Dewi Liesnoor Setyowati, M.Si., Dosen pembimbing yang telah banyak memberikan pengarahan dan bimbingan dalam menyusun skripsi ini.
vi
6. Dr. Ir. Ananto Aji, M.S., dan Dr. Tjaturrahono Budi S, M.Si, dosen Penguji pertama dan kedua yang telah memberikan koreksi dan pengarahan dalam penyempurnaan skrispsi ini. 7. Seluruh Dosen dan Karyawan Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial atas ilmu yang telah diberikan selama menempuh perkuliahan serta bantuan dan motivasi yang telah diberikan selama ini. 8. Keluarga Geografi UNNES angkatan 2011 terima kasih atas dukungan dan kerjasamanya. 9. Bapak Ibu dan keluargaku yang memberikan semangat, doa, dan kasih sayangnya untukku. 10. Semua pihak yang telah membantu dan menyelenggarakan skripsi ini, yang tidak dapat dapat disebutkan satu persatu. Semoga segala bantuan dan bimbingan yang telah diberikan oleh semua pihak mendapat balasan dari Allah SWT, dan saya menyadari bahwa skripsi ini kurang dari sempurna. Oleh karena itu, masukan berupa kritik dan saran sangat kami harapkan demi peningkatan manfaat skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Semarang, 17 Maret 2015
Penulis
vii
SARI Silvia Verdiana. 2015. Sistem Informasi Keterkaitan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan Cemaran Udara di Kota Semarang. Skripsi. Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Prof. Dr. Dewi Liesnoor Setyowati, M.Si. Kata kunci: Sistem Informasi, Ruang Terbuka Hijau (RTH), Cemaran Udara. Perkembangan kesejahteraan masyarakat kearah yang lebih maju menjadikan keseimbangan ekologi mulai terabaikan sehingga luasan terbangun pada suatu wilayah menjadi salah satu faktor penyempitan RTH. Tujuan dari penelitian ini: (1) Mengetahui kondisi keberadaan RTH di Kota Semarang, (2) Mengkaji cemaran udara di Kota Semarang, (3) Menyusun sistem informasi prediksi keterkaitan RTH dengan cemaran udara di Kota Semarang, (4) Mengkaji keterkaitan RTH terhadap cemaran udara dengan memanfaatkan fungsi sistem informasi RTH sehingga mampu memberikan informasi dan arahan kebutuhan RTH maupun vegetasi untuk meredam cemaran udara di Kota Semarang. Objek dalam penelitian ini adalah lahan potensial, RTH aktual, dan cemaran udara yang berasal dari kegiatan transportasi. Variabel penelitian ini meliputi kondisi sebaran RTH, cemaran udara, dan Sistem Informasi RTH dan Cemaran Udara. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi, dokumentasi, pengukuran lapangan, dan interpretasi sistem informasi RTH dan cemaran udara. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis spasial, analisis deskriptif, dan analisis komparatif. Hasil penelitian menunjukkan pada lokasi penelitian terdapat beberapa sebaran lahan hijau. Sekitar 15%-25% sebagai potensi taman, 24%-41% sebagai potensi lapangan olah raga, 19%-32% sebagai potensi koridor jalur hijau, dan 41% sebagai potensi pemakaman. Cemaran udara berupa CO2 pada lokasi penelitian yang dihitung dengan mengsitkan hasil pengukuran BLH dan Konversi CO2 hasil perhitungan lapangan. Berdasarkan klasifikasi cemaran udara, keempat lokasi penelitian tersebut tercemar gas CO2 terutama dari proses transportasi. Berdasarkan perhitungan sistem informasi, Semarang Timur dan Semarang Selatan merupakan kecamatan yang memiliki RTH optimal yang cukup ideal karena selisih lahan potensial dan RTH aktual relatif sedikit sehingga pemanfaatan lahan potensial cukup intensif. Sedangkan Semarang Tengah dan Semarang Utara perlu diadakan peningkatan optimalisasi RTH lebih intensif. Pemkot Semarang diharapkan mengeluarkan kebijakan penghijauan perkarangan rumah atau lahan kosong yang belum dihijaukan secara intensif dan berkala. Serta memberikan sosialisasi terkait pentingnya RTH dalam meminimalisir pencemaran udara. Instansi/dinas terkait yang menangani kondisi tanaman yang ada di taman kota perlu melakukan monitoring secara intensif periodik terhadap vegetasi RTH di Kota Semarang. viii
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ..............................................................................
i
PERSETUJUAN BIMBINGAN ............................................................
ii
PENGESAHAN KELULUSAN ............................................................
iii
PERNYATAAN .....................................................................................
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .........................................................
v
PRAKATA .............................................................................................
vi
SARI .......................................................................................................
viii
DAFTAR ISI ..........................................................................................
ix
DAFTAR TABEL ..................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR .............................................................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................
xv
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang .....................................................................
1
B. Perumusan Masalah .............................................................
7
C. Tujuan Penelitian .................................................................
7
D. Manfaat Penelitian ...............................................................
8
E. Batasan Istilah .....................................................................
9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sistem Informasi .................................................................
11
B. Ruang Terbuka Hijau ..........................................................
21
C. Cemaran Udara ....................................................................
33
D. Penelitian Terdahulu ............................................................
55
E. Kerangka Berfikir ................................................................
56
ix
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Objek Penelitian ................................................
59
B. Populasi dan Sampel Penelitian ..........................................
59
C. Variabel Penelitian ..............................................................
60
D. Bahan dan Peralatan Penelitian ...........................................
61
E. Teknik Pengumpulan Data ..................................................
62
F. Tahap Penelitian ..................................................................
65
G. Teknik Analisis Data ...........................................................
66
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. Deskripsi Umum Daerah Penelitian ....................................
68
B. Hasil Penelitian ....................................................................
81
1. Keberadaan RTH di Kota Semarang ...............................
81
a. Sebaran Taman ............................................................
81
b. Sebaran Lapangan Olahraga Outdoor .........................
84
c. Sebaran Pemakaman ...................................................
86
d. Sebaran Penghijauan Koridor Jalan ............................
87
2. Cemaran Udara Kota Semarang ......................................
88
3. Sistem Informasi RTH Kota Semarang ...........................
112
4. Peluang Pengembangan RTH Kota Semarang ................
138
C. Pembahasan .........................................................................
149
1. Potensi RTH di Kota Semarang ......................................
149
2. Kondisi Cemaran Udara di Kota Semarang .....................
153
3. Prospek Pengembangan RTH di Kota Semarang ............
161
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ..........................................................................
164
B. Saran .....................................................................................
165
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................
167
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Definisi Sistem Informasi .....................................................
12
Tabel 2.2 Penyediaan RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk ................
24
Tabel 2.3 Komposisi Udara Kering dan Bersih ....................................
36
Tabel 2.4 Baku Mutu Udara Ambien Nasional .....................................
37
Tabel 2.5 Pengaruh Konsentrasi COHb dalam Kesehatan....................
42
Tabel 2.6 Pengaruh SO2 Terhadap Manusia .........................................
43
Tabel 2.7 Pengaruh Konsentrasi Pencemaran .......................................
48
Tabel 2.8 Nama-nama ilmiah dan Famili Pohon ..................................
52
Tabel 4.1 Luas Wilayah Lokasi Penelitian Tahun 2014 .......................
70
Tabel 4.2 Jenis Tanah Lokasi dan Potensi Vegetasi Kota Semarang ...
74
Tabel 4.3 Luas Penggunaan Lahan Lokasi Penelitian ..........................
79
Tabel 4.4 Karakteristik Sebaran Taman di Lokasi Penelitian ...............
82
Tabel 4.5 Karakteristik Lapangan Olahraga Lokasi Penelitian ............
84
Tabel 4.6 Karakteristik Lapangan Olahraga yang dikelola Pemerintah Kota Semarang ..................................................
85
Tabel 4.7 Karakteristik TPU yang dikelola Dinas Pertamanan dan Pemakaman Kota Semarang ............
86
Tabel 4.8 Karakteristik Pengelolahan Koridor Jalan yang dikelola Dinas Pertamanan dan Pemakaman Kota Semarang ............
88
Tabel 4.9 Tabulasi Hasil Pengukuran Emisi Gas CO2 ............................
98
Tabel 4.10 Hasil Pengukuran Kualitas Udara Ambien Tahun 2012 .......
102
Tabel 4.11 Hasil Pengukuran Kualitas Udara Ambien Tahun 2013 .......
102
Tabel 4.12 Hasil Pengukuran Kualitas Udara Ambien Kawasan Industri Tahun 2012 ..............................................
105
Tabel 4.13 Hasil Pengukuran Kualitas Udara Ambien Kawasan Industri Tahun2013 ...............................................
xi
105
Tabel 4.14 Hasil Pengukuran Kualitas Udara Ambien Roadside Kota Semarang Tahun 2012 ..................................
108
Tabel 4.15 Hasil Pengukuran Kualitas Udara Ambien Roadside Kota Semarang Tahun 2013 ..................................
108
Tabel 4.16 Hasil Cemaran Udara Kota Semarang ..................................
111
Tabel 4.17 Hasil ORTH Kota Semarang.................................................
126
Tabel 4.18 Hasil Cemaran Udara Kota Semarang ..................................
126
Tabel 4.19 Hasil ORTH Kondisi Eksisting Kota Semarang ...................
128
Tabel 4.20 Hasil Cemaran Udara Kota Semarang ..................................
129
Tabel 4.21 Hasil ORTH RTHa Ditambah 20% ......................................
130
Tabel 4.22 Hasil Cemaran Udara Kota Semarang ..................................
131
Tabel 4.23 Hasil ORTH RTHa Ditambah 30% ......................................
131
Tabel 4.24 Hasil Cemaran Udara Kota Semarang ..................................
132
Tabel 4.25 Hasil ORTH RTHa Dikurangi 10% ......................................
133
Tabel 4.26 Hasil Cemaran Udara Kota Semarang ..................................
134
Tabel 4.27 Hasil ORTH RTHa Dikurangi 5% ........................................
135
Tabel 4.28 Hasil Cemaran Udara Kota Semarang ..................................
136
Tabel 4.29 Rekapitulasi Simulasi RTHa .................................................
137
Tabel 4.30 ORTH Kota Semarang ..........................................................
140
Tabel 4.31 Rencana Luasan RTH tiap Kecamatan di Kota Semarang ...
145
Tabel 4.32 Tanaman Penyerap Karbondioksida .....................................
148
xii
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Pengelompokan Sistem Informasi .....................................
17
Gambar 2.2 Siklus Komponen Sistem Informasi ..................................
19
Gambar 2.3 Asal Pencemaran Udara ....................................................
38
Gambar 2.4 Bagan Alir Kerangka Berfikir Penelitian ..........................
58
Gambar 4.1 Peta Administrasi Lokasi Penelitian Tahun 2014 .............
69
Gambar 4.2 Peta Geologi Lokasi Penelitian Tahun 2014 ....................
73
Gambar 4.3 Peta Jenis Tanah Lokasi Penelitian Tahun 2014 ...............
75
Gambar 4.4 Peta Penggunaan Lahan Lokasi Penelitian Tahun 2014 ...
80
Gambar 4.5 Peta Sebaran RTHa Lokasi Penelitian Tahun 2014 ..........
83
Gambar 4.6 Kepadatan Lalu Lintas Jl. Pattimura Kota Semarang .......
90
Gambar 4.7 Perhitungan Lalu Lintas di Roadside Semarang Tengah ..
95
Gambar 4.8 Perhitungan Lalu Lintas di Roadside Semarang Timur ....
95
Gambar 4.9 Peta Lokasi Pengukuran Cemaran Udara .........................
96
Gambar 4.10 Peta Cemaran Udara Lokasi Penelitian Tahun 2014 .........
97
Gambar 4.11 Grafik Parameter CO2 Kota Semarang Th 2012 ...............
104
Gambar 4.12 Grafik Parameter CO2 Kota Semarang Th 2013 ...............
104
Gambar 4.13 Grafik Parameter CO2 Kawasan Industri Kota Semarang Th 2012 ...................................................
107
Gambar 4.14 Grafik Parameter CO2 Kawasan Industri Kota Semarang Th 2013 ...................................................
107
Gambar 4.15 Grafik Parameter CO2 Roadside Kota Semarang Th 2012
110
Gambar 4.16 Grafik Parameter CO2 Roadside Kota Semarang Th 2013
110
Gambar 4.17 Grafik CO2 Tansportasi dan BLH ....................................
111
Gambar 4.18 Tampilan Awal Sistem Informasi .....................................
114
Gambar 4.19 Menu Kondisi Kota Semarang Sistem Informasi ..............
114
Gambar 4.20 Menu RTH Kota Semarang Sistem Informasi ..................
116
Gambar 4.21 Menu Hitung ORTH Sistem Informasi .............................
116
xiii
Gambar 4.22 Tampilan Hasil Perhitungan ORTH ..................................
118
Gambar 4.23 Menu Cemaran Udara Pada Sistem Informasi ..................
118
Gambar 4.24 Menu Arahan Vegetasi ......................................................
120
Gambar 4.25 Menu Peta Pada Sistem Informasi ....................................
120
Gambar 4.26 Menu Galeri Sistem Informasi ..........................................
122
Gambar 4.27 Menu Profil Pengelolahan Tutupan Lahan .......................
122
Gambar 4.28 Menu Profil Emisi GRK Kota Semarang ..........................
123
Gambar 4.29 Menu Profil Resiko Perubahan Iklim Kota Semarang ......
123
Gambar 4.30 Peta KKRTH Kota Semarang Tahun 2014 .......................
142
Gambar 4.31 Peta Lahan Potensial Lokasi Penelitian Tahun 2014 ........
143
xiv
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Lembar Validasi Sistem Lampiran 2. Hasil Pengukuran Cemaran Udara Lampiran 3. Surat Terkait Penelitian
xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Seiring berkembangnya teknologi di era zaman modern, semakin beragam pula kebutuhan masyarakat dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Saat ini fungsi teknologi tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan di masyarakat. Terkait kebutuhan informasi keadaan sekitar dalam berbagai bidang baik sosial, ekonomi maupun lingkungan menjadi sangat penting sehingga penerapan teknologi semakin meraba kearah permintaan yang lebih tinggi. Sistem informasi merupakan salah satu penerapan teknologi yang mampu merangkum keadaan berbagai bidang kehidupan secara sederhana. Berbagai fakta menunjukkan bahwa dengan adanya sistem informasi dalam kehidupan, dapat mempermudah masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dan memahami keadaan sekitar di berbagai bidang. Terdapat beragam sistem dimanfaatkan oleh masyarakat yang tidak hanya memuat sebuah informasi namun sebagai perangkat analisis dalam memahami dan mengkaji berbagai bidang kehidupan. Berbagai sistem tersebut dimanfaatkan sesuai fungsi dan bidangnya, misalnya sistem yang berbasis informatika, kependidikan, ekonomi, sosial, lingkungan, spasial dan sebagainya. Seiring berkembangnya teknologi pendidikan di masyarakat sistem informasi merupakan sebuah media pembelajaran yang terbilang penting, segala informasi yang bersifat sangat luas mampu disederhanakan
1
2
dengan adanya sistem informasi. Saat ini di lembaga pendidikan dalam menerapkan dan mengajarkan ilmu pengetahuan mulai memanfaatkan fungsi sistem informasi misalnya sejak kalangan sekolah dasar sudah mempelajari tentang internet, bahkan di perguruan tinggi segala fasilitas dipermudah dengan penerapan sistem sehingga mahasiswa dapat lebih mudah mengakses kebutuhan akademis. Permasalahan lingkungan yang hingga saat ini tidak kunjung usai terkadang mulai terabaikan dengan kesibukan masyarakat, bahkan kesadaran pentingnya kelestarian lingkungan masih kurang. Melalui pendidikan lingkungan, sistem informasi menjadi salah satu media pembelajaran yang cukup relevan dalam mengkaji keseimbangan ekologi. Selain itu, adanya sistem informasi RTH merupakan salah satu upaya dalam menerapkan kesadaran dan pengetahuan terkait kelestarian lingkungan sekitar sehingga bermanfaat dalam membangkitkan kesadaran akan pentingnya kelestarian lingkungan sejak dini. Fungsi ruang terbuka hijau (RTH) sangat penting dalam keseimbangan ekologi wilayah terutama di wilayah perkotaan. Dapat diamati bahwa kota merupakan pusat perkembangan dan pertumbuhan masyarakat dalam sebuah wilayah. Wilayah perkotaan dicirikan dengan berbagai keberagaman aktifitas yang dilakukan oleh masyarakat, mulai dari kegiatan ekonomi, industri, pendidikan,
kebudayaan,
perdagangan,
pelayanan
dan
sebagainya.
Kenampakan lain ditunjukkan dengan jumlah penduduk yang cukup tinggi yang menitik beratkan terhadap pembangunan sarana prasarana kota.
3
Akibatnya keadaan lingkungan perkotaan berkembang secara ekonomi, namun menurun secara ekologi. Taman kota atau taman hijau merupakan komponen sebagian dari RTH di dalam kota yang dibuat untuk menciptakan keindahan, kenyamanan, keamanan, dan kesehatan bagi penggunanya. Taman kota atau taman hijau dilengkapi dengan beberapa fasilitas untuk kebutuhan masyarakat kota sebagai tempat rekreasi. Selain itu, taman kota atau taman hijau difungsikan sebagai paru-paru kota, pengendali iklim mikro, konservasi tanah dan air, dan habitat berbagai flora dan fauna (Triyono & Soemarno, 2012: 53). RTH yang di abstraksikan taman hijau lahan hijau juga memiliki fungsi arsitektural yaitu menambah keindahan. Selain itu, memberikan rasa yang berbeda melalui penataan bentuk warna dan jenis vegetasi RTH, sebagai fungsi sosial yaitu tempat berinteraksi masyarakat sekitar dimana RTH tersebut memberikan kesejukan, kenyamanan sehingga masyarakat terwadahi dalam melakukan interaksi berbagai kegiatan, sebagai pencegah bencana seperti erosi tanah yang di timbulkan baik dari udara maupun pengikisan air, akar tanaman berfungsi untuk mengikat tanah agar kuat dari serangan air (Zoeraini, 1994). Berdasarkan Undang-undang Penataan Ruang Nomor 26 Tahun 2007, disebutkan bahwa proporsi RTH paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari jumlah lahan didaerah perkotaan. Faktanya taman kota di Kota Semarang pada tahun 2006 yang aktif hanya 36 buah taman kota seluas 46.524 m2 atau 13% dari luas wilayah Kota Semarang, yang sebelumnya 41 buah taman kota atau
4
18% dari luas Kota Semarang pada tahun 2002 yang mengalami penurunan sekitar 5%. Hal ini menunjukkan bahwa RTH di Kota Semarang dari hari ke hari semakin menyempit, artinya RTH semakin berkurang dan berada di bawah ketentuan UU Penataan Ruang Nomor 26 Tahun 2007 (BPS, 2007). Kemudian pada tahun 2009 jumlah taman yang aktif hanya 33 buah taman kota atau 11% dari luas wilayah Kota Semarang (BPS, 2012). Pencemaran udara merupakan salah satu masalah lingkungan yang sampai saat ini belum ada penyelesaian secara optimal. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor baik secara kebijakan maupun persebaran keberadaan lahan hijau diperkotaan. Padahal kita sadari bahwa keseimbangan lingkungan perkotaan secara ekologi sama pentingnya dengan perkembangan nilai ekonomi kawasan perkotaan. Kondisi demikian menyebabkan terganggunya keseimbangan ekologi wilayah perkotaan, yang berupa meningkatnya suhu udara, pencemaran udara (seperti meningkatnya kadar debu, belerang, ozon, kanbondioksida, karbonmonoksida, dan nitrogen-oksida), menurunnya air tanah, banjir dan meningkatnya kandungan logam berat dalam air tanah. Keberadaan RTH dan cemaran udara merupakan suatu kenampakan spasial yang saling berkaitan. Keadaan cemaran udara yang semakin meningkat mulai mengganggu keadaan kualitas udara yang berdampak tidak hanya terhadap kesehatan masyarakat namun juga keseimbangan ekologi. Saat ini penyempitan pemanfaatan lahan untuk RTH semakin meluas, dengan melihat pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi dan kondisi wilayah yang kapasitasnya mulai berkurang. Tentu hal ini berdampak terhadap
5
kapasitas udara segar di Kota Semarang yang sulit diperoleh masyarakat. Ditambah lagi dengan adanya industri dan perdagangan serta transportasi kota yang semakin padat menyebabkan
tejadinya
thermal
polution yang
kemudian membentuk pulau panas atau heat island. Permintaan terkait pemanfaatan lahan kota yang terus tumbuh dan
bersifat akseleratif untuk pembangunan berbagai fasilitas perkotaan, termasuk kemajuan teknologi, industri dan transportasi, selain sering mengubah konfigurasi alami lahan atau bentang alam perkotaan juga menyita lahan-lahan tersebut dan berbagai bentukan lahan lainnya. Kedua hal ini umumnya merugikan keberadaan RTH yang sering dianggap sebagai lahan cadangan dan tidak ekonomis. Sedangkan pada dasarnya keberadaan RTH di suatu wilayah bukan salah satu hal yang dapat diabaikan mengingat fungsi RTH yang cukup penting dalam kehidupan sehari-hari baik diperuntukkan lingkungan maupun masyarakat. Penelitian ini akan menyusun dan menerapkan sebuah sistem informasi yang berbasis lingkungan spasial terkait dengan keberadaan RTH dan cemaran udara pada beberapa kecamatan sebagai lokasi penelitian di Kota Semarang. Keberadaan RTH dan cemaran udara dikaitkan dengan kualitas udara ambien pada beberapa kecamatan lokasi penelitian di Kota Semarang pada periode tertentu. RTH dalam penelitian ini membahas tentang keberadaan persebaran lahan hijau yang berada pada lokasi penelitian di Kota Semarang. Sedangkan cemaran udara yang dibahas dalam penelitian ini adalah cemaran udara yang
6
berasal dari hasil pembakaran bahan bakar minyak kendaraan bermotor yang berupa gas CO2 (karbondioksida). Sistem ini didesain dengan harapan mampu mempermudah para pengguna data dan informan yang berkepentingan tertentu baik secara akademis maupun umum terkait dengan lingkungan yang meliputi keberadaan RTH dan cemaran udara khususnya di Kota Semarang. Selain itu dengan adanya
sistem
informasi
tersebut
diharapkan
mampu
memonitoring
keberadaan RTH dan cemaran udara secara berkelanjutan dan dalam periode tertentu (continue periodic). Disisi lain dalam penerapan sistem informasi tersebut diharapkan mampu menjadi media baik secara akademik maupun informatif terkait pentingnya keseimbangan ekologi sehingga mampu membangkitkan kesadaran masyarakat tentang kelestarian lingkungan. Berbagai upaya dapat dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya pencemaran udara di perkotaan. Seperti, mempertahankan dan meningkatnya kualitas lingkungan maupun menyusun alogaritma RTH dengan penataan vegetasi. Dengan adanya sistem informasi ini sebagai salah satu upaya pengurangan cemaran udara melalui kajian keberadaan RTH dan cemaran udara pada lokasi penelitian di Kota Semarang, maka peneliti ingin meneliti dengan judul Sistem Informasi Keterkaitan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan Cemaran Udara di Kota Semarang.
7
B. Rumusan Masalah Berdasarkan paparan dalam latar belakang masalah dapat ditarik beberapa rumusan masalah diantaranya adalah: 1. Bagaimana kondisi keberadaan RTH di Kota Semarang. 2. Bagaimana cemaran udara di Kota Semarang. 3. Bagaimana fungsi keterkaitan RTH terhadap cemaran udara di Kota Semarang.
C.
Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam kegiatan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui kondisi keberadaan RTH di Kota Semarang. 2. Mengkaji cemaran udara di Kota Semarang. 3. Menyusun Sistem Informasi Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan Cemaran Udara di Kota Semarang. 4. Mengkaji keterkaitan RTH terhadap cemaran udara dengan memanfaatkan fungsi sistem informasi RTH sehingga mampu memberikan informasi dan arahan kebutuhan RTH maupun vegetasi untuk meredam cemaran udara di Kota Semarang.
D.
Manfaat Penelitian Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat, diantaranya adalah:
8
1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran baik berupa perbendaharaan konsep, pemikiran metode, teori, maupun sebagai media pembelajaran dalam khasanah studi geografi pada umumnya terutama studi geografi lingkungan. Khususnya Sistem Informasi Ruang terbuka Hijau (RTH) dan Cemaran Udara di Kota Semarang beserta pemanfaatannya. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan informasi bagi pemerintah Kota Semarang khususnya Badan Lingkungan Hidup (BLH), BAPPEDA, Dinas Kebersihan dan Pertanaman, Dinas Pekerjaan Umum (DPU) dalam mengatasi permasalahan mengenai lingkungan khususnya mengenai optimalisasi RTH di Kota Semarang serta mampu memberikan tambahan pengetahuan kepada masyarakat khususnya pengguna jalan mengenai pentingnya lingkungan hidup dan dampak dari pencemaran lingkungan khususnya pencemaran udara.
E. Batasan Istilah Penegasan istilah dalam penelitian ini dimaksudkan untuk: (1) membatasi ruang lingkup permasalahan yang diteliti sehingga jelas batasbatasnya, (2) menghindari kesalahan penafsiran dalam penelitian ini, (3) memudahkan dalam menangkap isi dan makna serta sebagai pedoman dalam pelaksanaan penelitian.
9
1. Sistem Informasi Sistem informasi adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan, mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan strategi dari suatu organisasasi dan menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan. (Jogiyanto, 2005: 11). 2. Ruang Terbuka Hijau Menurut Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007, dinyatakan bahwa RTH sebagai wadah (container) untuk kehidupan manusia, baik sebagai individu maupun berkelompok, serta wadah makluk lainnya untuk hidup dan berkembang secara berkelanjutan. Makluk hidup lainnya dimaksudkan sebagai vegetasi (tumbuhan) dan kehidupan berbagai jenis fauna seperti ikan, binatang, serangga, burung dan jenis fauna lainnya yang juga dibutuhkan oleh manusia (Triyono dan Soemarno, 2012: 53). 3. Cemaran Udara Cemaran udara adalah bahan yang mengakibatkan polusi udara. Adapun istilah lain dari cemaran udara adalah polutan udara seperti CO, NOx, SOx, H2S (Alwi, 2005: 46). Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan pencemaran udara, yaitu masuknya zat pencemar (berbentuk gas-gas dan partikel kecil/aerosol) ke dalam udara. Masuknya zat pencemar ke dalam udara dapat secara alamiah maupun akibat aktivitas manusia (Soedomo 1999: 3).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Sistem Informasi Sistem informasi merupakan suatu kumpulan dari komponenkomponen dalam suatu kegiatan yang bertujuan dan saling berhubungan dengan proses penciptaan dan pengaliran informasi. Komponen-komponen sistem informasi antara lain: teknologi informasi, proses dan prosedur, struktur organisasi, sumber daya manusia, produk, pelanggan, supplier, rekanan dan lain lain. Teknologi informasi adalah suatu teknologi yang berhubungan dengan pengolahan data menjadi informasi dan proses penyaluran data/informasi tersebut dalam batas-batas ruang dan waktu. Dalam hal ini teknologi dapat mencakup produk-produk seperti komputer, sistem operasi, modem, router, oracle, SAP, printer, multimedia, cabling system, VSAT, dan lain sebagainya. Lebih dari sebuah teknologi informasi, sistem informasi mencakup bagian yang lebih luas dan lebih banyak berhubungan dengan karakteristik dari sebuah kegiatan yang bertujuan. (Indrajit, 2003). Sistem informasi memiliki berbagai pengertian dan definisi. Dengan adanya sebuah sistem dapat mempermudah pemenuhan kebutuhan sehari-hari, terutama dengan adanya sistem informasi yang mampu merangkum ruang menjadi lebih sederhana dan menyajikan informasi yang tidak perlu diperoleh secara observatif namun cukup dengan p enggunaan teknologi yang sederhana sehingga mempermudah dalam memperkaya sebuah informasi spasial.
10
11
Beberapa definisi mengenai sistem informasi terlihat di Tabel 2.1 berikut (Jogiyanto, 2005:11). Tabel 2.1 Definisi Sistem Informasi Sumber
Definisi / Pengertian Kombinasi antara prosedur kerja, informasi, orang, dan teknologi informasi yang diorganisasikan untuk mencapai tujuan suatu Alter organisasi Kumpulan HW dan SW yang dirancang untuk Bodnad dan mentransformasikan data ke dalam bentuk informasi yang Hopwood berguna Kumpulan elemen yang saling berhubungan satu sama lain yang Budi membentuk satu kesatuan untuk mengintegrasikan data, Sutedjo memproses, menyimpan, dan mendistribusikan informasi Sumber: Analisis dan Desain Sistem Informasi, Jogiyanto, 2005:11 Menurut Jerry Fith Gerald (1998) sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau menyelesaikan suatu sasaran tertentu. Sistem memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1. Karakteristik Sistem a. Memiliki komponen Suatu sistem terdiri dari sejumlah komponen yang saling berinteraksi, bekerja bersama membentuk satu kesatuan. Komponenkomponen sistem dapat berupa suatu subsistem atau bagian-bagian dari sistem. Setiap sistem selalu mengandung komponen-komponen atau subsistem-subsistem. Setiap subsistem mempunyai sifat-sifat dari sistem untuk menjalankan suatu fungsi tertentu dan mempengaruhi proses sistem secara keseluruhan. Suatu sistem dapat mempunyai suatu sistem yang lebih besar yang disebut supra sistem, misalnya
12
suatu perusahaan dapat disebut dengan suatu sistem dan industri yang merupakan sistem yang lebih besar dapat disebut dengan supra sistem. Kalau dipandang industri sebagai suatu sistem, maka perusahaan dapat disebut sebagai subsistem. Demikian juga bila perusahaan dipandang sebagai suatu sistem, maka sistem akuntansi adalah subsistemnya. b. Batas sistem (boundary) Batas sistem merupakan daerah yang membatasi antara suatu sistem dengan sistem yang lainnya atau dengan lingkungan luarnya. Batas sistem ini memungkinkan suatu sistem dipandang sebagai suatu kesatuan. Batas suatu sistem menunjukkan ruang lingkup (scope) dari sistem tersebut. c. Lingkungan luar sistem (environment) Lingkungan luar sistem adalah apapun yang berada di luar batas dari sistem yang mempengaruhi operasi sistem dalam memenuhi tujuan tertentu atau sasaran. d. Penghubung sistem (interface) Penghubung sistem merupakan media penghubung antara satu subsistem dengan subsistem yang lainnya dalam memenuhi tujuan tertentu atau sasaran. e. Masukan sistem (input) Masuknya sistem merupakan energi yang dimasukkan ke dalam sistem. Masukan dapat berupa masukan perawatan (maintenance
13
input) dan masukan sinyal (signal input). Maintenance input adalah energi yang dimasukkan agar sistem tersebut dapat beroperasi. Signal input adalah energi yang diproses untuk mendapatkan keluaran. Sebagai contoh didalam sistem komputer, program merupakan maintanance input yang digunakan dalam mengoperasikan komputer dan data adalah signal input yang diolah menjadi informasi. f. Keluaran sistem (Output) Keluaran sistem atau output merupakan suatu hasil dari energi yang diolah oleh sistem yang diharapkam mampu menjadi tujuan tertentu atau sasaran. g. Pengolah sistem (Process) Pengolah sistem merupakan bagian yang memproses masukan untuk menjadi keluaran output yang diinginkan. h. Sasaran sistem Sistem yang tidak mempunyai sasaran, maka operasi sistem tidak ada gunanya. 2. Klasifikasi Jenis-Jenis Sistem a. Sistem abstrak; sistem yang berupa pemikiran atau ide-ide yang tidak tampak secara fisik (sistem teologia). b. Sistem fisik; merupakan sistem yang ada secara fisik (sistem komputer, sistem akuntansi, sistem produksi dll.). c. Sistem alamiah; sistem yang terjadi melalui proses alam (sistem matahari, sistem luar angkasa, sistem reproduksi dll.).
14
d. Sistem buatan manusia; sistem yang dirancang oleh manusia. Sistem buatan manusia yang melibatkan interaksi manusia dengan mesin disebut humanmachine system (contoh; sistem informasi). e. Sistem Tertentu (deterministic system); beroperasi dengan tingkah laku yang sudah dapat diprediksi. Interaksi bagian-bagiannya dapat dideteksi dengan pasti sehingga keluaran dari sistem dapat diramalkan (contoh; sistem komputer). f. Sistem tak tentu (probabilistic system); sistem yang kondisi masa depannya
tidak
dapat
diprediksi
karena
mengandung
unsur
probabilitas. g. Sistem tertutup (close system); sistem yang tidak berhubungan dan tidak terpengaruh dengan sistem luarnya. Sistem ini bekerja secara otomatis tanpa adanya turut campur tangan dari pihak luarnya. Secara teoritis sistem tersebut ada, tetapi kenyataannya tidak ada sistem yang benar-benar tertutup, yang ada hanyalah relatively closed system (secara relatif tertutup, tidak benar-benar tertutup). h. Sistem terbuka (open system); sistem yang berhubungan dan terpengaruh dengan lingkungan luarnya. Lebih spesifik dikenal juga yang disebut dengan sistem terotomasi, yang merupakan bagian dari sistem buatan manusia dan berineraksi dengan kontrol oleh satu atau lebih komputer sebagai bagian dari sistem yang digunakan dalam masyarakat modern.
15
Menurut Robert A. Leitch (2001) sistem informasi adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian, mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan. Sistem informasi memiliki komponen dan kemampuan sebagai berikut: 1. Komponen Sistem Informasi a. Hardware (perangkat keras). b. Software (perangkat lunak). c. Prosedur: sekumpulan aturan yang dipakai untuk mewujudkan proses data untuk menghasilkan output. d. Basisdata: suatu pengorganisasian sekumpulan data yang saling terkait sehingga memudahkan proses pencarian informasi. e. Jaringan komputer dan komunikasi data. f. Brainware (sumber daya manusia). 2. Kemampuan Sistem Informasi a. Melaksanakan komputasi numerik, bervolume besar dengan kecepatan tinggi. b. Menyimpan informasi dalam jumlah besar ke dalam ruang yang kecil dan mudah diakses. c. Menyajikan informasi dengan jelas. d. Meng-otomatisasi proses-proses yang manual.
16
e. Menyediakan komunikasi dalam dan antarorganisasi yang murah, akurat, dan cepat. Secara garis besar sistem informasi dikelompokkan menjadi 2 (Jogiyanto: 2005), yaitu sistem informasi digunakan untuk mendukung operasional dan sistem informasi yang mendukung manajemen. Secara lebih jelas dapat terlihat pada Gambar 2.1 berikut. SISTEM INFORMASI
Sistem Pendukung Operasional
Sistem Pendukung Manajemen
Gambar 2.1 Pengelompokan Sistem Informasi (Jogiyanto, 2005)
Sistem informasi yang digunakan untuk mendukung operasional terkait dengan opersional sehari-hari yang berlangsung di dalam suatu organisasi: pemrosesan transaksi, pengendalian proses, dan kerjasama antar tim/bagian di dalam suatu organisasi. Sistem pemrosesan transaksi misalnya saja memproses data hasil transaksi bisnis, memperbaharui basis data opersional, menghasilkan dokumen bisnis. Sistem pengendalian proses terkait dengan proses mengawasi dan mengendalikan proses industri, misalnya: sistem produksi baja, penyulingan minyak dengan sensor yang terhubung komputer. Sistem kerjasama perusahaan mendukung komunikasi dan kerjasama tim/bagian/kelompok
kerja
disuatu
organisasi/perusahaan
dengan
17
memanfaatkan piranti elektronik dan teknologinya, misalnya e-mail, fax, teleconference.
Sistem
ini
mengarah
pada
otomatisasi
perkantoran.
Keluaran/output/hasil dari sistem informasi adalah informasi. Pengguna informasi dapat dikategorikan menjadi 3 yaitu manajer/pimpinan, non manajer, dan orang-orang atau organisasi di luar organisasi. Informasi merupakan sumber daya konsepsual dan menduduki level yang memiliki kepentingan dengan sumber daya fisik yang lain yaitu manusia, material, mesin, dan uang. Mengingat informasi merupakan sumber daya yang sangat penting maka perlu dikelola sebaik-baiknya. Untuk dapat mengelola informasi dengan baik semestinya dipahami dulu yang dimaksud dengan informasi dan hal-hal yang terkait di dalamnya. Menurut Gordon Davis (1979: 59), definisi informasi adalah data yang telah diolah menjadi bentuk yang berarti bagi penerimanya dan berguna untuk pengambilan keputusan saat ini atau di masa mendatang. Sedangkan menurut Mc.Fadden dan kawan-kawan, informasi dinyatakan sebagai data yang telah diproses sedemikian rupa sehingga meningkatkan pengetahuan seseorang yang mengunakannya. Data dan informasi saling terkait dan membentuk suatu siklus yang disebut siklus informasi. Siklus informasi menurut Burch and Grudnitski terlihat dalam Gambar 2.2 berikut.
18
Output (Informasi)
Proses (Model)
Input (Data)
Data (Ditangkap )
Informan
BASIS DATA Result and Evaluation
decision
Gambar 2.2 Siklus Komponen Sistem Informasi (Jogiyanto, 2005)
Informasi merupakan sumber daya yang mahal terutama terkait dengan kualitas informasi. Hal-hal yang dapat mempengaruhi kualitas informasi adalah aksesibilitas, kelengkapan, ketelitian, relevansi, ketepatan waktu, kejelasan, dan fleksibilitas. Untuk mendapatkan informasi yang berkualitas tidak terlepas dengan bagaimana mengelola informasi tersebut, hal ini tidak terlepas dari yang disebut manajemen informasi, yaitu segala aktivitas untuk memperoleh
informasi,
menggunakannya
seefektif
mungkin,
dan
membuangnya di saat yang tepat. Perancangan sistem informasi merupakan pengembangan sistem baru dari sistem lama yang ada, dimana masalah-masalah yang terjadi pada sistem lama diharapkan sudah teratasi pada sistem yang baru. Secara konseptual siklus pengembangan sebuah sistem informasi (System Development Life Cycle – SDLC) adalah sebagai berikut:
19
1. Analisis
Sistem:
menganalisis
dan
mendefinisikan
masalah
dan
kemungkinan solusinya untuk sistem informasi dan proses organisasi. 2. Perancangan Sistem: merancang output, input, struktur file, program, prosedur, perangkat keras dan perangkat lunak yang diperlukan untuk mendukung sistem informasi. 3. Pembangunan dan Testing Sistem: membangun perangkat lunak yang diperlukan untuk mendukung sistem dan melakukan testing secara akurat. Melakukan
instalasi
dan
testing
terhadap
perangkat
keras
dan
mengoperasikan perangkat lunak. 4. Implementasi Sistem: beralih dari sistem lama ke sistem baru, melakukan pelatihan dan panduan seperlunya. 5. Operasi dan Perawatan: mendukung operasi sistem informasi dan melakukan perubahan atau tambahan fasilitas. 6. Evaluasi Sistem: mengevaluasi sejauh mana sistem telah dibangun dan seberapa bagus sistem telah dioperasikan. Berdasarkan berbagai pengertian diatas sistem informasi dalam penelitian ini merupakan satu kesatuan komponen sistem yang mengolah data masukan berupa luasan RTH aktual, lahan potensial, dan cemaran udara yang menghasilkan informasi tentang Optimal RTH dan beberapa informasi pendukung seperti gambaran umum lokasi penelitian, beberapa parameter peta, kualitas udara Kota Semarang Tahun 2012 dan 2013, arahan vegetasi penyerap CO2, dan Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RADGRK).
20
F. Ruang Terbuka Hijau RTH yang diabstraksikan sebagai taman hijau atau lahan hijau merupakan ruang di dalam kota yang ditata untuk menciptakan keindahan, kenyamanan, keamanan, dan kesehatan bagi penggunanya. Taman hijau atau lahan hijau dilengkapi dengan beberapa fasilitas untuk kebutuhan masyarakat perkotaan sebagai tempat rekreasi. Selain itu, taman hijau atau lahan hijau difungsikan sebagai paru-paru kota, pengendali iklim mikro, konservasi tanah dan air, dan habitat berbagai flora dan fauna (Triyono & Soemarno, 2012: 53). Keberadaan taman hijau atau lahan hijau tentu berhubungan dengan ruang dan ruang terbuka. Ruang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, baik secara psikologis mupun secara dimensional, karena manusia berada dalam ruang bergerak serta berpikir dan juga menciptakan untuk menyatakan dunianya (Budihardjo. 1999). Ruang pada dasarnya terjadi oleh adanya obyek dan manusia yang melihatnya dan ruang ini terjadi bukan secara alamiah melainkan terbentuk oleh lingkungan luar yang dibuat oleh manusia. Ruang umum pada dasarnya merupakan suatu wadah yang dapat menampung aktivitas atau kegiatan tertentu dari masyarakat, baik secara individu maupun kelompok (Hakim, 1993). Budihardjo, 1999, membagi ruang menurut sifatnya menjadi dua yaitu: 1. Ruang Umum Terutup, yaitu ruang umum yang terdapat di dalam suatu bangunan. 2. Ruang Umum Terbuka, yaitu ruang umum di luar bangunan.
21
Ruang Terbuka secara umum mempunyai arti bermacam-macam, setiap aktor cendrung menterjemahkan sesuai dengan visi dan pandangan mereka masing-masing, sebagai profesi mereka masing-masing (Kaiser, Godschalk and Chapin, 1905). Simmond (1994) membedakan ruang terbuka dalam bentuk kantong dan linier. Yang termasuk ruang terbuka dalam bentuk kantor (lot) adalah lapangan olah raga, pusat-pusat rekreasi, taman-taman pada riverfront, halaman sekolah dan insitusi, taman parkir serta pekarangan rumah. Beberapa ahli membedakan ruang terbuka yang berupa kantong menjadi beberapa jenis penggunaan. Penggunaan tersebut adalah hutan, lapangan, lahan produktif, taman kota dan tempat pemakaman umum. Menurut Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007, dinyatakan bahwa ruang terbuka sebagai wadah (container) untuk kehidupan manusia, baik sebagi individu maupun berkelompok, serta wadah makluk lainnya untuk hidup dan berkembang secara berkelanjutan. Makluk hidup lainnya dimaksudkan sebagai vegetasi (tumbuhan) dan kehidupan berbagai jenis fauna seperti ikan, binatang, serangga, burung dan jenis fauna lainnya yang juga dibutuhkan oleh manusia. Ketersediaan RTH dapat dianalisis dengan menggunakan pendekatan ekologis yang berdasarkan pada kemampuan tanaman dalam menyerap CO2 yang dihasilkan oleh manusia sebanyak 2000 orang atau dengan kata lain bahwa setiap orang memerlukan 5 m2 RTH (Rizal, 2008: 68).
22
RTH berfungsi secara tidak langsung untuk memperbaiki tingkat kesehatan masyarakat. Tumbuhan hijau sebagai salah satu unsur RTH memiliki kemampuan untuk mereduksi karbon dan beberapa zat pencemar udara, dalam setiap jam, 10.000
daun-daun mampu menyerap 8 kg
,
jumlah ini sama dengan jumlah
yang dihembuskan oleh kurang lebih 200
orang manusia dalam waktu yang bersamaan. RTH dalam bentuk hutan kota dengan luas 250.000 (
dalam satu tahun mampu menghasilkan 1 ton oksigen
) yang dilepas ke udara untuk membantu memberikan udara yang bersih
bagi pernafasan manusia (Soenaryo, 1994) (dalam Slamet, 2009: 29). Prediksi
optimalisasi
RTH
berdasarkan
kemampuan
tanaman
menghasilkan oksigen berdasarkan penelitian Wahyuni, 1995 (dalam Fandeli 2004) bahwa tiap 1 Ha lahan yang tumbuhi tanaman hijau dapat menghasilkan oksigen ke udara sebanyak 240 kg/200 pohon atau ekuivalen dengan 1,2 kg oksigen/pohon. Dalam sehari 1 Ha tanaman dapat menghasilkan 240 kg oksigen dari proses fotosintesis (Pusponingroum, 2011: 88). Terdapat berbagai klasifikasi penyediaan RTH menurut para ahli berdasarkan parameter tertentu. Tabel 2.2 merupakan salah satu klasifikasi ketentuan penyediaan RTH berdasarkan jumlah penduduk yang mengarah pada tipe RTH dan luasan lahan baik minimal/unit maupun minimal/kapita pada indikator per unit lingkungan.
23
Tabel 2.2 Penyediaan Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Jumlah Penduduk No
Unit Lingkungan
1. 2. 3.
250 jiwa 2500 jiwa 30.000 jiwa
4. 5.
120.000 jiwa 480.000 jiwa
Tipe RTH
Taman RT Taman RW Taman Kelurahan Taman Kecamatan Pemakaman RTH Taman Hutan Kota Untuk fungsi-fungsi tertentu
Luas minimal/ unit ( ) 250 1.250 9.000 24.000 Disesuaikan 144.000 Disesuaikan Disesuaikan
Luasan minimal/kapita ( ) 1,0 0,5 0,3 0,2 1,2 0,3 4,0 12,5
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2008 Taman dalam konsep RTH merupakan gabungan dari bentuk interaksi antara tanaman dengan fasilitas sosial. Penempatan lokasi RTH Taman disesuaikan dengan bentuk dan kebutuhan yang ada di lingkungan tersebut, seperti jenis vegetasi maupun kebutuhan fasilitas yang dapat mendukung aktifitas warga masyarakat daerah tersebut. Dalam keterkaitan antara sistem informasi RTH dan cemaran udara maka disusunlah formula yang terdiri atas: a. Formula Kawasan RTH Formula kawasan RTH digunakan untuk mengetahui kebutuhan dan potensi RTH diproses dengan bantuan SIG (Sistem Informasi Geografis). Pada awalnya dilakukan pengelompokan RTH berupa RTH kawasan hutan dan RTH non kawasan hutan (berupa RTH pertamanan dan RTH kebun campuran serta area pemakaman). Selanjutnya dilakukan analisis RTH yang meliputi: 1) Analisis sebaran dan luas RTH berdasarkan klasifikasi RTH 2) Menghitung rata-rata indeks tahanan permukaan berdasarkan sifat morfologis setiap agregat komunitas vegetasi RTH
24
3) Pada setiap komunitas vegetasi di hitung berdasarkan pendugaan luas daun (LAI-leaf area indeks, dalam Sitompul, S.M dan B. Guritno; 1995)
LAI = CT [Ls -0,27 * EXP {0.035 Cs 0.15 / π ( Cs/1,25)2)}]
Keterangan: Ls = koefisien bentuk daun rata-rata untuk masing-masing kelompok tumbuhan pembentuk RTH, merupakan lebar daun dan panjang daun rata-rata Cs = koefisien bentuk tajuk rata-rata untuk masing-masing kelompok tumbuhan pembentuk RTH, merupakan nisbah antara lebar tajuk dan tinggi tajuk rata-rata Ct = koefisien model arsitektur tumbuhan, nilai diperkirakan berkisar antara 10-25, dengan rata-rata sebesar 19,27, nilai ini dianalisis berdasarkan model arsitektur pohon yang diperkenalkan oleh Halle & Oldeman (1975). Parameter yang digunakan untuk menghitung kawasan RTH meliputi indeks luas daun (LAI), sumber pencemaran udara dan kebisingan (SCUB), indeks kenyamanan (IK), kebutuhan oksigen perkategori pemanfaaatan lahan (KO). Tiga parameter pertama memiliki peran yang lebih besar dari pada parameter akhir sehingga diperlukan pembobotan atau skoring berjenjang pada setiap kategori penyusun. Pendekatan ini
25
dikenal dengan pendekatan overlay berjenjang tertimbang (Setyowati, 2014). Formula sebagai berikut:
KRTH = (0,3 LAI) + (0,3 IK) + (0,3 SCUB) + (0,2KO) Keterangan : KRTH : skor satuan pemetaan kebutuhan RTH LAI
: skor satuan pemetaan indeks luas daun
IK
: skor satuan indeks kenyamanan
SCUB : skor satuan pemetaan sumber pencemaran udara dan bising KO
: skor satuan pemetaan kebutuhan oksigen penduduk kualitatif
b. Formula Cemaran Udara Formula cemaran udara digunakan untuk memprediksi dispersi emisi dan peredaman cemaran. Analisis yang digunakan untuk mengetahui emisi cemaran udara pada empat sumber cemaran (industri, transportasi, jalan, rumah tangga, dan perdagangan) diuraikan sebagai berikut, Pendugaan total dispersi emisi cemaran (TEC) dari setiap sumber cemaran dinyatakan dalam ton emisi/tahun dihitung berdasarkan: 1) Cacah
kendaraan
bermotor,
cacah
industri,
cacah
keluarga
mengkonsumsi bahan bakar, dan cacah pusat perdagangan 2) Total konsumsi BBM setiap jenis kendaraan, volume konsumsi bahan bakar setiap industri, volume konsumsi bahan bakar per-rumahtangga
26
3) Faktor emisi cemaran pada kendaraan bermotor, setiap kelompok industri, pengguna rumah tangga dan pusat perdagangan. Analisis peredaman cemaran (PC) oleh lingkungan dihitung berdasarkan asumsi bahwa ekspor cemaran keluar sistem sama dengan impor cemaran dari luar sistem, dalam hubungan antara konsentrasi ambien,disperse emisi dan kemampuan lingkungan meredam cemaran (Pentury, 2003), rumus sebagai berikut. QA-tn = ᶴ QA-to + {(QE + QIMPOR) – (QR + QEKSPOR)}dt Keterangan: QA-t = total konsentrasi ambien cemaran udara pada suatu waktu tertentu (tn) QA-to = total konsentrasi ambien cemaran udara pada suatu waktu awal (to) QE
= total konsentrasi dispersi emisi cemaran selama kurun waktu tn–to
QR
= total kemampuan lingkungan meretensi cemaran selama kurun
waktu tn–to QIMPOR
= total impor CU selama kurun waktu tn–to
QEKSPOR = total ekspor CU selama kurun waktu tn-to Jika QIMPOR
=
QEKSPOR maka rumus tersebut menjadi: QA-tn = ᶴ QA-to + (QE –QR)dt
27
Sumber pencemaran dikota-kota besar 75% dihasilkan oleh kegiatan transportasi, sementara yang 25% dihasilkan oleh aktifitas pemanfaatan lahan terutama komponen pencemaran CO (karbon monoksida) dan HC (hidro karbon). Rumus sebagai berikut (Setyowati, 2014).
SCUB = TEC + PC + LHR + PL
Keterangan: SCUB : sumber pencemaran udara dan bising TEC
: total emisi cemaran
PC
: peredam cemaran
LHR
: kepadatan lalu lintas harian rerata
PL
: kategori pemanfaatan lahan
c. RTH Optimal untuk Meredam Cemaran Udara Pada tahap ini dilakukan kombinasi RTH optimal untuk pengendalian kualitas udara, mengetahui kawasan yang memerlukan RTH karena kualitas udara rendah, agihan dan luas RTH aktual dan lahan potensial daerah tersebut masih memungkinkan untuk ditanami atau dibuat RTH agar dapat meningkatkan kualitas lingkungan. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka parameter penentu untuk menghasilkan RTH optimal untuk pengendalian kualitas udara berupa overlay join spasial (Setyowati, 2014). Formula dirumuskan sebagai berikut.
28
ORTH = Join Spasial (KRTH + SCUB + POT + RTHa ) Keterangan : ORTH : Optimal RTH KRTH : Kebutuhan RTH SCUB : Sumber cemaran udara dan bising POT
: Lahan potensial bagi RTH
RTHa : Kawasan RTH aktual
Optimal RTH (ORTH) merupakan formula yang dibentuk berdasarkan korelasi (join spasial) beberapa formula yakni KRTH, SCUB, POT, dan RTHa yang dapan dihubungkan seperti Gambar 2.3 berikut. KRTH
SCUB
POT
RTHa
ORTH Gambar 2.3. Optimal RTH untuk Meredam Cemaran Udara Dalam memperhitungkan ORTH tentu tidak terlepas dari berbagai elemen yang terdiri atas Ruang Terbuka Hijau Aktual (RTHa), Lahan Potensial RTH (POT), Kebutuhan RTH (KRTH) dan Cemaran Udara. Dari ketiga sub model diatas dapat disederhanakan sebagai berikut (Setyowati, 2014) :
29
ORTH = Joinspasial (KRTH + SCUB + POT + RTHa)
ORTH = KRTH >< (POT – RTHa) >< SCUB
Keterangan : ><
: Proses Keterkaitan Alogaritma
ORTH
: Optimal RTH
KRTH
: Kebutuhan RTH
RTHa
: Ruang Terbuka Hijau Aktual
SCUB
: Sumber Cemaran Udara dan Bising (dalam penelitian ini dibatasi hanya mempertimbangkan C)
Fungsi KRTH untuk mempertimbangkan keberadaan lahan potensial untuk RTH yang diakumulasi dengan jumlah RTHa yang berada pada wilayah penelitian, kemudian hasil ORTH akan dikorelasikan dengan adanya SCUB yang dalam penelitian ini dibatasi hanya mempertimbangan kadar C yang tersebar di beberapa wilayah penelitian yaitu Semarang Timur, Semaramg Tengah, Semarang Selatan dan Semarang Utara. Korelasi antara ORTH dan SCUB dapat dimanfaatkan untuk mengetahui fungsi keberadaan vegetasi khususnya pada RTHa. Ketika fungsi keberadaan vegetasi kurang memadai maka dapat dimungkinkan terdapat beberapa arahan hingga fungsi keberadaan vegertasi dibeberapa kawasan RTHa mampu bermanfaat secara optimal.
30
Perhitungan cemaran udara berdasarkan moda transportasi dapat digunakan alogaritma sebagai berikut (Setyowati, 2014):
CO2 transp.
= Jumlah Kendaraan x Asumsi Konsumsi bbm x Waktu Pengamatan
CO2 harian
= CO2 transp. x 24 jam
CO2 wilayah
= CO2 harian x luas wilayah
Berdasarkan alogaritma diatas maka dapat disimpulkan bahwa, untuk mengetahui CO2 transportasi yang dihasilkan oleh setiap moda transportasi dihitung dengan jumlah kendaraan dikali konsumsi bbm dan waktu pengamatan. Untuk mengetahui CO2 harian dihitung dengan CO2 transportasi dikali 24 jam. Sedangkan untuk mengetahui CO2 wilayah dihitung dengan CO2 harian dikali luas wilayah. Vegetasi mempunyai peranan yang besar dalam ekosistem, apalagi jika diamati, pembangunan yang meningkat di perkotaan yang sering kali tidak menghiraukan kehadiran lahan untuk vegetasi. Djamal (1992), vegetasi ini sangat berguna dalam produksi oksigen yang diperlukan manusia untuk proses respirasi (pernafasan), serta untuk mengurangi keberadaan gas karbon dioksida yang semakin banyak di udara akibat kendaraan bermotor dan industri (Djamal, 2005: 51). Vegetasi berfungsi sebagai filter hidup menurunkan tingkat polusi dengan mengabsorbsi, akumulasi dan atau mengatur metabolisme di udara sehingga kualitas udara meningkat dengan pelepasan oksigen di udara (Shannigrahi et al. 2003). Robinatte (1972) dalam Grey dan Deneke (1978)
31
mengemukakan, berbagai sifat tumbuhan yang khas dan pengaruhnya yang dapat memecahkan masalah teknik yang berhubungan dengan lingkungan, yaitu daging daun yang mengurangi bunyi; ranting-ranting yang bergerak dan bergetar untuk menyerap dan menutupi bunyi-bunyian; pubesen atau bulu-bulu daun yang dapat menahan partikel-partikel air; stomata untuk mengganti gas (Djamal, 2005: 51). Menurut
Peraturan
Menteri
Pekerjaan
Umum
Nomor:
05/PRT/M/2012, Pohon adalah tumbuhan dengan batang dan cabang yang berkayu. Pohon memiliki batang utama yang tumbuh tegak, menopang tajuk pohon. Pohon dibedakan dari semak melalui penampilannya. Semak juga memiliki batang berkayu, tetapi tidak tumbuh tegak. Dengan demikian, pisang bukanlah pohon sejati karena tidak memiliki batang sejati yang berkayu. Jenis-jenis mawar hias lebih tepat disebut semak dari pada pohon karena batangnya walaupun berkayu tidak berdiri tegak dan habitusnya cenderung menyebar menutup permukaan tanah. Tanaman yang digunakan sebagai elemen RTH efektif menyerap pencemaran udara, mampu meyesuaikan diri, dan toleran dengan kondisi pencemaran
udara
disekitanya.
Kemampuan
tanaman
menyerap
pencemaran udara bervariasi, dipengaruhi oleh jenis dan konsentrasi pencemar,
sensitivitas
tanaman
terhadap
pencemar,
dan
faktor
pertumbuhan tanaman (Wilmer, 1986; Mc Kersie & Leshem, 1994; Larcher, 1995) (dalam Sulistijorini, 2009: 24). Tanaman hijau juga berperan dalam penyerapan kandungan logam dan zat pencemar udara dari
32
hasil aktivitas manusia, sebagian dapat kita ambil dari hasil aktivitas kendaraan bermotor, baik mengenal timbal (Pb) dan karbon (C) sebagai zat berbahaya yang belum bisa dihilangkan dari hasil penguraian bahan bakar minyak.
G. Cemaran Udara Cemaran udara adalah bahan yang mengakibatkan polusi udara. Adapun istilah lain dari cemaran udara adalah polutan udara seperti CO, NOx, SOx, H2S (Alwi, 2005: 46). Dalam penelitian ini parameter cemaran udara yang dibahas adalah karbondioksida atau CO2. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan pencemaran udara, yaitu masuknya zat pencemar (berbentuk gas-gas dan partikel kecil/aerosol) ke dalam udara. Masuknya zat pencemar ke dalam udara dapat secara alamiah, misalnya asap kebakaran hutan, akibat gunung merapi, dan debu meteorit; juga sebagian besar disebabkan oleh kegiatan manusia, misalnya akibat aktivitas transportasi, industri, pembuangan sampah dengan pembakaran dan kegiatan rumah tangga (Soedomo 1999: 3). Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara Pasal 1, pencemaran udara adalah masuk atau dimasukkannya zat, energi dan/atau komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara ambien turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya. Whardana (2001) dalam Tyas (2011: 5), pencemaran udara dapat
33
diartikan sebagai adanya bahan-bahan atau zat-zat asing di dalam udara yang menyebabkan susunan atau komposisi udara dari keadaan normalnya. Menurut Soedomo, sumber pencemaran udara terbagi berdasarkan: 1. Kegiatan yang bersifat alami, contohnya: letusan gunung berapi, kebakaran hutan, dekomposisi biotik, debu, dan spora tumbuhan. 2. Kegiatan
antropogenik
(akibat
aktivitas
manusia)
terbagi
dalam
pencemaran akibat aktivitas transportasi, industri, persampahan, baik akibat proses dekomposisi ataupun pembajakan dan rumah tangga. Sumber polusi yang utama berasal dari transportasi, dimana hampir 60% dari polutan yang dihasilkan terdiri dari karbon monoksida dan sekitar 15% terdiri dari hidrokarbon. Sumber-sumber polusi lainnya misalnya pembakaran, proses industri, pembuangan limbah, dan lain-lain. Polutan yang utama adalah karbon monoksida yang hampir setengahnya dari seluruh udara yang ada.
1. Udara Terpolusi Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi. Komposisi campuran gas tersebut tidak selalu konstan. Komponen yang konsentrasinya paling bervariasi adalah air dalam bentuk uap
O dan karbon dioksida (CO2). Jumlah uap air yang terdapat di udara
bervariasi tergantung dari cuaca dan suhu (Fardiaz, 1992: 91). Udara merupakan campuran beberapa macam gas yang perbandingannya tidak tetap, tergantung pada keadaan suhu udara, tekanan udara dan lingkungan sekitarnya. Udara adalah juga atmosfir yang berada di sekeliling bumi
34
yang fungsinya sangat penting bagi kehidupan di dunia ini. Dalam udara terdapat
untuk bernafas, karbon dioksida untuk proses fotosintensis
oleh khlorofil daun dan ozon (
) untuk menahan sinar ultra violet.
Konsentrasi CO2 di udara selalu rendah, yaitu sekitar 0,03%. Konsentrasi CO2 mungkin naik, tetapi masih dalam kisaran beberapa per seratus persen, misalnya di sekitar proses-proses yang menghasilkan CO2 seperti pembusukan sampah tanaman, pembakaran, atau di sekitar kumpulan massa manusia di dalam ruangan terbatas yaitu karena pernafasan. Konsentrasi CO2 yang relatif rendah dijumpai di atas kebun atau ladang tanaman yang sedang tumbuh atau di udara yang baru melalui lautan. Konsentrasi yang relatif rendah ini disebabkan oleh absorbsi CO2 oleh tanaman selama fotosintesis dan karena kelarutan CO2 di dalam air. Tetapi pengaruh proses-proses tersebut terhadap konsentrasi total CO2 di udara sangat kecil karena rendahnya konsentrasi CO2. Komposisi udara kering dimana semua uap air telah dihilangkan relatif konstan. Komposisi udara kering yang bersih yang dikumpulkan di sekitar laut dapat dilihat pada Tabel 2.1. Konsentrasi gas dinyatakan dalam persen atau per sejuta (ppm= part per million), tetapi untuk gas yang konsentrasinya sangat kecil biasanya dinyatakan dalam ppm. Selain gasgas yang tercantum dalam tabel, masih ada lagi gas-gas lain yang mungkin terdapat di udara tetapi jumlahnya sangat kecil, yaitu kurang dari 1 ppm.
35
Tabel 2.3 Komposisi Udara Kering dan Bersih Komponen Nitrogen Oksigen Argon Karbon dioksida Neon Helium Metana Kripton
Formula N2 O2 Ar CO2 Ne He CH4 Kr
Persen volume 78,08 20,95 0,934 0,0314 0,00182 0,000524 0,0002 0,000114
Ppm 780.800 209.500 9.340 314 18 5 2 1
Sumber: Stoker dan Seager (1972) dalam Fardiaz (1992: 92). Apabila susunan udara mengalami perubahan dari susunan keadaan normal seperti tersebut diatas dan kemudian mengganggu kehidupan manusia, hewan, dan binatang maka berarti udara telah tercemar. Udara di alam tidak pernah ditemukan bersih tanpa pencemaran sama sekali. Beberapa gas seperti sulfur dioksida (SO2), hidrogen sulfida (H2S), dan karbon monoksida (CO) selalu dibebaskan ke udara sebagai produk sampingan
dari
proses-proses
alami
seperti
aktivitas
vulkanik,
pembusukan sampah tanaman, kebakaran hutan, dan sebagainya. Selain itu partikel-partikel padatan atau cairan berukuran kecil dapat tersebar di udara oleh angin, letusan vulkanik atau gangguan alam lainnya. Selain disebabkan polutan alami tersebut, polusi udara juga dapat disebabkan oleh aktivitas manusia. Pencemaran udara dapat dipantau berdasarkan nilai baku mutu udara ambien. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran udara pasal 1, mutu udara ambien adalah kadar zat, energi, dan/atau komponen lainnya yang ada di udara bebas. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999, baku mutu
36
udara ambien adalah ukuran batas atau zat, energi dan komponen yang ada atau yang seharusnya ada atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam udara ambien. Adapun parameter baku mutu udara ambien nasional ditampilkan pada Tabel 2.4. Tabel 2.4 Baku Mutu Udara Ambien Nasional No
Parameter
1 2
SO2 (Sulfur dioksida) CO (Karbon monoksida) NO2 (Nitrogen dioksida) O3 (Oksidan) HC (Hidro karbon) PM10 (Partikel <10 um) PM2,5 (Partikel <2,5 um) TSP (Debu) Pb (Timah hitam) Kebisingan
3 4 6 7
8 9 10
Waktu Pengukuran 1 Jam 1 Jam
Baku Mutu
1 Jam 1 Jam 3 Jam 24 Jam 24 Jam
900 ug/Nm3 30.000 ug/Nm3 400 ug/Nm3 235 ug/Nm3 160 ug/Nm3 150 ug/Nm3 65 ug/Nm3
24 Jam 24 Jam -
230 ug/Nm3 2 ug/Nm3 70 dBA
Sumber: Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 1999. 2. Cemaran Udara Cemaran udara yaitu bahan yang mengakibatkan pencemaran udara. Adapun istilah lain dari cemaran udara adalah polutan udara (Alwi, 2005: 46). Menurut Soedomo (2004) dalam Tyas (2011: 10), berdasarkan asal pembentukannya pencemar udara dapat terbagi menjadi dua yaitu: a. Pencemar primer Pencemar primer adalah pencemar yang dalam bentuk asalnya dapat langsung terdispersi ke atmosfer, contohnya partikulat, CO2, CO, HC, SO2, NOx, dan timah hitam.
37
b. Pencemar sekunder Pencemar sekunder adalah pencemar yang keberadaannya di atmosfer adalah setelah melalui reaksi-reaksi kimia dengan polutan utama, contohnya NO2 yang terbentuk akibat oksidasi NO.
Gambar 2.3 Asal Pencemar Udara (Teknik Lingkungan, 2009: 5).
Kemudian bila ditinjau dari ciri fisiknya, bahan pencemar udara dapat berupa: 1) Partikel (debu, aerosol, timah hitam) 2) Gas (CO, NOx, SOx, H2S, hidrokarbon) 3) Energi (suhu dan kebisingan) Sumber polusi
yang utama berasal dari transportasi, dimana
hampir 60% dari polutan yang dihasilkan terdiri dari karbon monoksida dan sekitar 15% terdiri dari hidrokarbon (lihat Gambar 2.1). Polutan yang utama adalah karbon monoksida yang mencapai hampir setengahnya dari seluruh polutan udara yang ada. Jika kadar
dalam udara meningkat,
38
maka suhu bumi akan semakin meningkat. Oleh karena itu, di wilayah kota besar yang padat dengan kendaraan bermotor suhunya selalu tinggi alias panas. Cemaran udara berupa materi padat dan cair bisa berupa titik air dari racun pestisida atau titik air berupa kabut dari hasil pembakaran senyawa kimia industri. Kabut ini bisa menyebabkan sesak nafas dan gatal-gatal pada kulit. Kendaraan bermotor juga bisa mengeluarkan senyawa timbal yang merugikan bagi kesehatan. Pemakaian timah hitam (timbal) pada bensin menimbulkan dampak negatif dari asap yang dikeluarkan dan timbal yang masuk kedalam tubuh manusia akan bersifat racun dan akan mengendap dalam tubuh sehingga merusak paru-paru. Sumber pencemaran terhadap pengotoran udara di daerah perkotaan adalah transportasi dan industri. Pencemaran transportasi dan industri sebagian besar disebabkan oleh pembakaran energi minyak, yang terdiri dari atas gas Pb, Co, No, dan SO. Kondisi lingkungan sebagai recipiens sangat tergantung pada ada tidaknya vegetasi, kekuatan angin, kecepatan angin, dan arah angin (Fandeli et al, 2004). Sumber polusi dan dampak terhadap manusia dari gas pencemar yaitu: 1) Senyawa Nitrogen Oksida a) Sumber Polusi Nitrogen Oksida Seluruh jumlah NOx yang dibebaskan ke atmosfer, jumlah yang terbanyak adalah dalam bentuk NO yang diproduksi oleh aktivitas bakteri. Konsentrasi NOx di udara di daerah perkotaan
39
biasanya 10-100 kali lebih tinggi daripada di udara di daerah perdesaan. Konsentrasi NOx di udara daerah perkotaan dapat mencapai 0.5 ppm (500 ppb). Seperti halnya CO, emisi nitrogen oksida dipengaruhi oleh kepadatan penduduk karena sumber utama NOx yang diproduksi manusia adalah dari pembakaran disebabkan oleh kendaraan, produksi energi, pembuangan sampah, dan gas alam. b) Pengaruh Nitrogen Oksida terhadap Manusia Penelitian aktivitas mortalitas kedua komponen tersebut menunjukkan bahwa NO2 empat kali lebih beracun daripada NO. Pada konsentrasi yang normal ditemukan di atmosfer, NO tidak mengakibatkan iritasi dan tidak berbahaya, tetapi pada konsentrasi udara ambien yang normal NO dapat mengalami oksidasi menjadi NO2 yang lebih beracun. 2) Senyawa Karbon Monoksida (CO) a) Sumber Polusi Karbon Monoksida Karbon monoksida adalah gas yang tidak berwarna dan tidak berbau, diproduksi oleh segala proses pembakaran yang tidak sempurna dari bahan-bahan yang mengandung karbon atau oleh pembakaran di bawah tekanan dan temperatur tinggi seperti yang terjadi di dalam mesin (internal combustion engine). Transportasi menghasilkan CO paling banyak di antara sumbersumber CO yang lain. Sumber CO yang kedua adalah pembakaran
40
hasil-hasil pertanian seperti sampah, sisa-sisa kayu di hutan, dan sisa-sisa tanaman di perkebunan. Sumber CO yang ketiga adalah proses-proses industri. Dua industri yang merupakan sumber CO terbesar yaitu industri besi dan baja. b) Pengaruh CO terhadap Manusia Diketahui bahwa kontak antara manusia dengan CO pada konsentrasi tinggi dapat menyebabkan kematian. Tetapi ternyata kontak dengan CO pada konsentrasi yang relatif rendah (100 ppm atau kurang) juga dapat mengganggu kesehatan. Pengaruh beracun CO terhadap tubuh terutama disebabkan oleh reaksi antara CO dengan hemoglobin (Hb) di dalam darah. Dengan adanya CO, hemoglobin dapat membentuk karboksihemoglobin. Jika reaksi demikian terjadi, maka kemampuan darah untuk mentranspor oksigen menjadi berkurang. Pengaruh konsentrasi (COHb) di dalam darah terhadap kesehatan manusia dapat dilihat pada Tabel 2.5. Tabel 2.5 Pengaruh Konsentrasi (COHb) di Dalam Darah terhadap Kesehatan Manusia. Konsentrasi COHb dalam darah (%) Pengaruhnya terhadap kesehatan < 1.0 1.0 – 2.0 2.0 – 5.0
Tidak ada pengaruh Penampilan agak tidak normal Pengaruhnya terhadap sistem syaraf sentral, reaksi panca indra tidak normal, benda terlihat agak kabur >5.0 Perubahan fungsi jantung dan pulmonari (peredaran darah kecil) 10.0 – 80.0 Kepala pening, mual, berkunang-kunang, pingsan, kesukaran bernafas, kematian. Sumber: Stoker dan Seager (1972) dalam Fardiaz (1992:100).
41
3) Sulfur Oksida a) Sumber Polusi Sulfur Oksida Hanya sepertiga dari jumlah sulfur yang terdapat di atmosfer merupakan hasil dari aktivitas manusia, dan kebanyakan dalam bentuk SO2. Sebanyak dua pertiga dari jumlah sulfur di atmosfer berasal dari sumber-sumber alam seperti volkano, dan terdapat dalam bentuk H2S dan oksida. Transportasi bukan merupakan sumber utama polutan SOx, tetapi pembakaran bahan bakar pada sumbernya merupakan sumber utama polutan SOx, misalnya pembakaran batu arang, minyak bakar, gas, kayu, dan sebagainya. Sumber SOx yang kedua adalah dari proses-proses industri seperti industri pemurnian petroleum, industri asam sulfat, industri peleburan baja, dan sebagainya. Pabrik peleburan baja merupakan industri terbesar yang menghasilkan SOx. Hal ini disebabkan berbagai elemen yang penting secara alami terdapat dalam bentuk logam sulfida, misalnya lembaga (CuFeS2), zink (ZnS), meskuri (HgS), dan timbal (PbS). b) Pengaruh Sulfur Oksida terhadap Manusia Polutan SOx mempunyai pengaruh terhadap manusia dan hewan pada konsentrasi juah lebih tinggi daripada yang diperlukan untuk merusak tanaman. Kerusakan pada tanaman
42
terjadi pada konsentrasi sebesar 0,5 ppm sedangkan konsentrasi yang berpengaruh terhadap manusia dapat dilihat pada Tabel 2.6. Tabel 2.6 Pengaruh SO2 terhadap Manusia Konsentrasi Pengaruh (ppm) 3-5 Jumlah terkecil yang dapat dideteksi dari baunya 8-12 Jumlah terkecil yang segera mengakibatkan iritasi tenggorokan. 20 Jumlah terkecil yang segera mengakibatkan iritasi mata 20 Jumlah terkecil yang segera mengakibatkan batuk 20 Maksimum yang diperolehkan untuk kontak dalam waktu lama 50-100 Maksimum yang diperolehkan untuk kontak dalam waktu singkat (30 menit) 400-500 Berbahaya meskipun kontak secara singkat. Sumber: Kirk dan Othmer (1969) dalam Fardiaz (1992:129). 4) Partikulat a) Sumber polusi partikulat Partikulat adalah zat padat/air yang halus dan tersuspensi di udara, misalnya embun, debu, asap, fumes, dan fog. Partikulat debu melayang (suspended particulate matter/SPM) merupakan campuran yang sangat rumit dari berbagai senyawa organik dan anorganik yang terbesar di udara dengan diameter yang sangat kecil, mulai dari <1 mikron sampai dengan maksimal 500 mikron. Sedangkan fumes adalah zat padat hasil kondensasi gas, yang biasanya terjadi setelah proses penguapan logam cair. b) Pengaruh partikulat terhadap manusia Debu merupakan problem yang serius, terutama setelah disadari bahwa beberapa jenis debu yang mengandung silikat
43
dapat menyebabkan kanker paru-paru (selikosis) serta dapat menurunkan estetika kota. Hal ini ditemukan di daerah yang memiliki tingkat pencemaran debu cukup tinggi. Konsentrasi dapat dikurangi oleh tanaman terutama pohon. Hal ini disebabkan karena pohon memiliki luas permukaan penyerapan (absorption) yang lebih luas dibandingkan dengan tanaman semak, perdu, dan penutup tanah. Permukaan batang, cabang, dan ranting pohon juga menjadi media penyerap yang cukup efektif. Partikulat debu tersebut akan berada di udara dalam waktu yang relatif lama dalam keadaan melayang layang di udara dan masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran pernafasan. Selain dapat berpengaruh negatif terhadap kesehatan, partikel debu juga dapat mengganggu daya tembus pandang mata dan juga mengadakan berbagai reaksi kimia di udara. 3. Faktor yang Mempengaruhi Cemaran Udara Penentu utama kadar cemaran udara tentu saja adalah jumlah pencemar yang diemisikan ke dalam udara. Tetapi pengalaman menunjukkan bahwa walaupun sumber yang sama mengeluarkan pencemar dari hari ke hari, kadang kala udara bersih dan kadang kala tercemar. Kadar cemaran juga tergantung pada keadaan cuaca. Disamping itu, untuk jumlah emisi yang sama dan keadaan meteorologi yang sama, kadar cemaran udara dipengaruhi oleh bentuk dan susunan geometri sumbernya, termasuk ketinggian emisi di atas tanah dan luas daerah
44
tersebarnya sumber itu. Dengan demikian, faktor yang mempengaruhi pencemaran udara adalah: a. Jumlah total cemaran yang dikeluarkan atau diemisikan seperti jumlah cemaran yang dihasilkan kegiatan industri, kendaraan bermotor, rumah tangga dan pembakaran terbuka. b. Keadaan meteorologi seperti kemantapan udara, arah dan kecepatan angin. c. Bentuk susunan sumber seperti cerobong asap pabrik, asap kendaraan bermotor, asap hasil pembakaran hutan dan lain-lain. 4. Pengendalian Cemaran Udara Pengendalian cemaran udara meliputi pengendalian dari usaha dan kegiatan sumber tidak bergerak, sumber bergerak spesifik yang dilakukan dengan upaya pengendalian sumber emisi dan sumber gangguan yang bertujuan untuk mencegah turunnya mutu udara ambien. Cara yang nyata untuk mengendalikan pencemaran udara adalah dengan mencegah pencemar memasuki atmosfer, tidak ada cara untuk melakukan hal ini dengan sempurna. Semua kegiatan manusia menghasilkan limbah, sebagian dari limbah ini dengan sendirinya akan memasuki udara. Pengadaan dan penggunaan energi, berbagai cara pengangkutan, dan kegiatan yang umum dilakukan seperti pengecatan rumah dan cuci-kimia semuanya menggunakan udara sebagai sarana untuk menyingkirkan bahan kotoran. Karena meniadakan sama sekali semua kegiatan ini tidak masuk
45
akal, maka harus dicari cara penyingkirannya, yang menghasilkan pencemar berkadar rendah dan dapat diterima. Pengendalian pencemaran tidak dapat diharapkan terjadi atas dasar sukarela. Hal ini harus ditetapkan berdasarkan undang-undang serta kesadaran setiap komponen masyarakat sehingga semua usaha diharuskan memenuhi bakuan yang sama. Upaya pengendalian pencemaran udara sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran udara mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut: a. Inventarisasi kualitas udara daerah dengan mempertimbangkan berbagai kriteria yang ada dalam pengendalian pencemaran udara. b. Penetapan baku mutu udara ambien dan baku mutu emisi yang digunakan sebagai tolak ukur pengendalian pencemaran udara. c. Penetapan mutu kualitas udara suatu daerah termasuk perencanaan pengalokasian kegiatan yang berdampak mencemari udara. d. Pemantauan kualitas udara baik ambien dan emisi yang diikuti dengan evaluasi dan analisis. e. Pengawasan terhadap penataan peraturan pengendalian pencemaran udara. f. Peran masyarakat dalam kepedulian terhadap pengendalian pencemaran udara.
46
g. Kebijakan bahan bakar yang diikuti dengan serangkaian kegiatan terpadu dengan mengacu kepada bahan bakar bersih dan ramah lingkungan. h. Penetapan kebijakan dasar baik teknis maupun non teknis dalam pengendalian pencemaran udara secara nasional. Hampir semua kegiatan manusia memasukkan pencemar kedalam atmosfer. Proses alami juga memasukkan bahan-bahan lain, selain yang dianggap sebagai unsur penyusun udara bersih. Disamping nitrogen, oksigen, argon, karbondioksida, air dalam berbagai fasenya, dan gas sesepora yang membentuk bagian tetap yang ada dalam atmosfer selalu mengandung keluaran nabatah yang sedang tumbuh atau membusuk, garam dari percikan air laut, debu dari tanah yang terbawa angin dan badai pasir, asap dari kebakaran yang disebabkan oleh petir dan gas serta uap. Semua bahan alami tersebut terdapat dalam kadar yang rendah, dan tidak membawa akibat yang membahayakan. Namun masuknya pencemar yang bukan alami akibat kegiatan manusia telah menyebabkan berbagai penyakit dan kematian pada manusia, penurunan produktifitas pertanian dan kerusakan tanah.
Diantara pengaruh
di
atas,
yang paling
mengkhawatirkan adalah yang berkenaan dengan kesehatan manusia. Contohnya partikel-partikel halus hasil pembakaran hutan yang terjadi hampir setiap tahunnya di Kota Pekanbaru, yang menyebabkan penyakit asma dan bronkhitis pada sistem saluran pernapasan manusia. Sumber polusi yang utama berasal dari transpotasi, dimana hampir 60% dari
47
polutan yang dihasilkan terdiri dari karbon monoksida dan sekitar 15% terdiri dari hidrokarbon. Sumber-sumber polusi lainnya misalnya pembakaran, proses industri, pembuangan limbah, dan lain-lain. Polutan yang utama adalah karbon monoksida yang hampir setengahnya dari seluruh udara yang ada. Tabel 2.7 Pengaruh Konsentrasi Pencemaran Tingkat Merugikan
Pengaruh Iritasi Indera dan merusak tanaman
Konsentrasi Pencemaran
Serius
Membahayakan fungsi tubuh, sakit kronis
CO, SO2, H2
Keadaan Darurat
Sakit akut, mati
CC, SO2
, Indeks
S, Pengoksid
Sumber: Stoker dan Seager (1972) dalam Fardiaz (1992:100). Tabel 2.7 menjelaskan tentang pengaruh konsentrasi pencemaran dengan beberapa indicator yang saling berkaitan yaitu tingkat, pengaruh dan konsentrasi pencemaran. Cemaran udara dapat dipantau berdasarkan nilai mutu udara ambien. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran udara pasal 1, mutu udara ambien adalah kadar zat, energi, dan/atau komponen lainnya yang ada di udara bebas. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999, baku mutu udara ambien adalah ukuran batas atau zat, energi dan/atau komponen yang ada atau yang seharusnya ada atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam udara ambien. 5. Keterkaitan Vegetasi dalam Menyerap Cemaran Udara Vegetasi mempunyai peranan yang besar dalam ekosistem, apalagi jika kita mengamati pembangunan yang meningkat di perkotaan yang
48
seringkali tidak menghiraukan kehadiran lahan untuk vegetasi. Menurut Djamal (1992) dalam Djamal (2005: 51) vegetasi ini sangat berguna dalam produksi oksigen yang diperlukan manusia untuk proses respirasi (pernafasan), serta untuk mengurangi keberadaan gas karbon dioksida yang semakin banyak di udara akibat kendaraan bermotor dan industri. Vegetasi berfungsi sebagai filter hidup menurunkan tingkat polusi dengan mengabsorbsi, detoksifikasi, akumulasi, dan atau mengatur metabolisme di udara sehingga kualitas udara meningkat dengan pelepasan oksigen di udara (Shannigrahi et al. 2003). Robinatte (1972) dalam Djamal (2005: 51) mengemukakan, berbagai sifat tumbuhan yang khas dan pengaruhnya yang dapat memecahkan masalah teknik yang berhubungan dengan lingkungan, yaitu daging daun yang mengurangi bunyi; rantingranting yang bergerak dan bergetar untuk menyerap dan menutupi bunyibunyian; pubesen atau bulu-bulu daun yang dapat menahan partikelpartikel air; stomata untuk mengganti gas. Tanaman secara fisiologis bersifat menetralisir keadaan lingkungan yang berada di bawah daya tampung lingkungan. Kemampuan ini dapat berasal dari kerja fotosintesis yang dapat menyerap polutan udara melalui proses evapotranspirasi dapat menyimpan air hujan sebagai imbuhan untuk air tanah, sedangkan aroma yang dikeluarkan tanaman, maupun bentuk fisik tanaman (bentuk tajuk dan pilotaxy batang yang khas) secara tidak langsung bermanfaat untuk melindungi lingkungan dari terik matahari atau mencegah erosi dan sedimentasi. Adanya kemampuan tersebut, maka
49
tanaman dalam RTH memiliki beberapa fungsi, seperti: (1) ameliorasi iklim, (2) perlindungan terhadap terpaan angin kencang dan perendam suara, (3) mengurangi kebisingan, (4) memberikan perlindungan terhadap terik sinar matahari, (5) perlindungan terhadap asap dan gas beracun, (6) sebagai suatu indikator pencemaran lingkungan, (7) mencegah erosi (8) ruang terbuka hijau, (9) membantu peresapan air hujan, (10) membantu penanggulangan intrusi air laut, (11) pengaman dan pembatas antara jalur lintasan kereta api, dan (12) perlindungan penduduk di sekitar GITET (Gardu Induk Tegangan Tinggi). Menurut
Peraturan
Menteri
Pekerjaan
Umum
Nomor
05/PRT/M/2012, pohon atau juga pokok ialah tumbuhan dengan batang dan cabang yang berkayu. Pohon memiliki batang utama yang tumbuh tegak, menopang tajuk pohon. Pohon dibedakan dari semak melalui penampilannya. Semak juga memiliki batang berkayu, tetapi tidak tumbuh tegak. Dengan demikian, pisang bukanlah pohon sejati karena tidak memiliki batang sejati yang berkayu. Jenis-jenis mawar hias lebih tepat disebut semak daripada pohon karena batangnya walaupun berkayu tidak berdiri tegak dan habitatnya cenderung menyebar menutup permukaan tanah. Batang merupakan bagian utama pohon dan menjadi penghubung utama antara bagian akar, sebagai pengumpul air dan mineral, dan bagian tajuk pohon (canopy), sebagai pusat pengelolahan masukan energi (produksi gula dan bereproduksi). Cabang adalah bagian batang, tetapi
50
berukuran lebih kecil dari berfungsi memperluas ruang bagi pertumbuhan daun sehingga mendapatkan lebih banyak cahaya matahari dan juga menekan tumbuhan pesaing di sekitarnya. Batang diliputi dengan kulit yang melindungi batang dari kerusakan. Adapun nama-nama ilmiah dan famili tanaman yang termasuk dalam kategori pohon dapat dilihat di Tabel 2.8. Tanaman yang digunakan sebagai elemen RTH efektif menyerap pencemaran udara, mampu menyesuaikan diri, dan toleran dengan kondisi pencemaran udara di sekitanya. Kemampuan tanaman menyerap pencemaran udara bervariasi, dipengaruhi oleh jenis dan konsentrasi pencemar,
sensitivitas
tanaman
terhadap
pencemar,
dan
faktor
pertumbuhan tanaman (Wilmer, 1986; Mc Kersie & Leshem, 1994; Larcher, 1995) dalam Sulistijorini (2009: 24). Tanaman hijau juga berperan dalam penyerapan kandungan logam dan zat pencemar udara dari hasil aktivitas manusia, sebagian dapat kita ambil dari hasil aktivitas kendaraan bermotor, baik timbal (Pb) dan karbon (C) sebagai zat berbahaya yang belum bisa dihilangkan dari hasil penguraian bahan bakar minyak. Tabel 2.8 Nama-Nama Ilmiah dan Famili Pohon. No
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Nama Umum/Lokal
Trembesi Cassia Kenanga Pingku Beringin Krey payung Matoa Mahoni Saga
Nama Ilmiah
Samanea saman Cassia sp Canangium odoratum Dyxoxylum excelsum Ficus benyamina Fellicium decipiens Pometia pinnata Swettiana mahagoni Adenanthera pavoniana
Daya Serap
28.488,39 kg/tahun 5.295,47 kg/tahun 756,59 kg/tahun 720,49 kg/tahun 535,90 kg/tahun 404,83 kg/tahun 329,76 kg/tahun 295,73 kg/tahun 221,18 kg/tahun
51
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
.Bungur Jati Nangka Johar Sirsak Puspa Akasia Flamboyan Sawo kecik Tanjung Bunga merak .Sempur
Lagerstroemia speciosa Tectona grandis Arthocarpus heterophyllus Cassia grandis Annona muricata Schima wallichii Acacia auriculiformis Delonix regia Maniilkara kauki, Mimusops elengi Caesalpinia pulcherrima Dilenia retusa,
160,14 kg/tahun 135,27 kg/tahun 126,51 kg/tahun 116,25 kg/tahun 75,29 kg/tahun 63,31 kg/tahun 48,68 kg/tahun 42,20 kg/tahun 36,19 kg/tahun 34,29 kg/tahun 30,95 kg/tahun 24,24 kg/tahun
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2012. Timbal merupakan logam berat (bobot molekul 207), partikel tersebut mengendap di permukaan tanah dan tidak dapat diencerkan. Adanya tanaman, timbal dapat masuk ke dalam tanaman melalui penyerapan dari akar dan daun melalui proses pertukaran gas pada stomata daun. Menurut Prayoto et.all (1993), kadar umum timbal yang normal pada tanaman adalah sebesar 0,5-3 ppm, sebagai contoh kita mengenal Pterocarpus indicus dapat mereduksi timbal di udara sebesar 3,9 µg/m3, Switenia macrophyllia sebesar 0,8 µg/m3, Axonopus compresus sebesar 0,55 µg/m3, serta tanaman-tanaman lainnya yang masih belum diketahui pengaruhnya terhadap timbal (http://bebasbanjir2025.wordpress.com). Melihat konsentrasi cemaran udara seperti NOx di udara pada daerah perkotaan biasanya 10-100 kali lebih tinggi daripada di udara di daerah perdesaan, maka perlu keberadaan vegetasi yang mampu menyerap konsentrasi NOx yang berlebih. Pada penelitian Sulistijorini (2009:20) tanaman yang mampu menyerap NO2 tertinggi adalah D. regia (6,03 µg 15N dm-2 daun), diikuti M. elengi (4,11 µg 15N dm-2), P. indicus (2,92 µg 15
N dm-2), C. burmanii (2,49 µg
15
N dm-2), S. macrophylla (2,26 µg
15
N
52
dm-2), L. spaciosa (2,13 µg 15N dm-2), G. arborea (1,95 µg 15N dm-2), dan C. sumatrana (1,12 µg 15N dm-2). Manusia sebagai penghasil CO2 sebesar 0,5% dari jumlah CO2 di atmosfer setiap tahun sehingga kandungan gas ini meningkat sebanyak 0,25%. Akibatnya laut tidak mampu lagi sebagai penyangga. Jika produksi CO2 dapat diperlambat, diharapkan lautan dapat mengimbangi kembali. Disinilah peranan vegetasi karena setiap tumbuhan hijau akan menyerap CO2 dan menghasilkan O2. Setiap tahun tambahan CO2 dari pembakaran fosil sebesar 3,64x109 ton. Hutan yang ada dapat menyangga rata-rata 1 ton/acre/tahun sehingga dunia memerlukan tambahan 1.820 juta acre hutan (Rich, 1970) dalam Djamal (2005: 54). Fungsi menyegarkan udara pada tumbuhan dengan mengambil CO2 dalam fotosintesis dan menghasilkan O2 yang sangat diperlukan bagi makhluk hidup untuk pernapasan. Kemampuan melepas O2 tergantung kepada tumbuhan hijau yang mempunyai klorofil tinggi dan laju fotosintesis tinggi dengan titik kompensasi cahaya rendah. Monteith (1990) dalam Djamal (2005: 68) mengemukakan bahwa fotosintesis pada tanaman yang tumbuh normal menggunakan semua CO2 pada lapisan 30 meter di atas tanaman dalam seharinya. Penghijauan kota yang mempunyai kemampuan tinggi dalam menyerap dan menjerap polutan makan konsentrasi pencemar akan semakin kecil. Dengan demikian manusia yang tinggal di kota hidup dengan baik dan sehat. Penghijauan kota baik seharusnya disertai upaya penurunan konsentrasi pencemar, yang
53
diharapkan dapat meningkatkan daya dukung lingkungan kota (Dahlan, 1992) dalam Permana (2006: 17). Lebih lanjut bahwa cemaran udara di daerah perkotaan dan daerah industri yang terserap dan terakumulasi oleh badan tanaman, jika polusi tersebut beracun dapat mempengaruhi kesehatan tanaman tersebut.
54 H. PENELITIAN TERDAHULU No 1
Nama Peneliti Dwi Erlina Pusponingrum
Judul Optimalisasi Ruang Terbuka Hijau Untuk Memenuhi Kebutuhan Oksigen di Kecamatan Tembalang Kota Semarang.
Tujuan Mengetahui luasan dan bagaimana persebaran RTH di Kecamatan Tembalang Kota Semarang, kondisi tingkat kenyamanan udara di Kecamatan Tembalang Kota Semarang dan kebutuhan RTH yang optimal untuk memenuhi kebutuhan oksigen di Kecamatan Tembalang Kota Semarang. Mengkaji kemampuan tanaman menyerap NO2 pada kondisi semilapang, mengkaji distribusi nitrogen yang berasal dari NO2 dan mengkaji keefektifan tanaman dalam mengurangi konsentrasi pencemar NO2; serta engkaji toleransi tanaman terhadap bahan-bahan pencemar udara akibat aktivitas transportasi. Menggambarkan komposisi saat ini dan struktur hutan kota Beijing, mengukur polutan udara utama termasuk SO2, NO2, PM10, dan O3, mengukur emisi BVOC dari perkotaan hutan dan menghitung penyerapan CO2
Metode Observasi, Dokumentasi, Wawancara, Interpretasi Citra,
2
Sulistijorini
Keefektifan Dan Toleransi Jenis Tanaman Jalur Hijau Jalan Dalam Mereduksi Pencemar No2 Akibat Aktivitas Transportasi.
3
Jun Yang, Joe McBride, Jinxing, dan Zhcu Zhenyuan Sun
Hutan Kota Di Beijing Dan Perannya Dalam Pengurangan Polusi Udara.
4
Siti Pratiwi Iriani
Kajian Cemaran Udara Pada Taman Kota KB Dan Simpang Lima di Kecamatan Semarang Selatan.
Mengetahui kondisi taman kota, cemaran udara di sekitar taman kota, mengetahui tingkat kerapatan vegetasi di Kecamatan Semarang Selatan, serta memberikan arahan kebutuhan RTH dan jenis vegetasi.
Observasi, Dokumentasi, Pengukuran Lapangan, Interpretasi Citra.
5
Prof. Dewi Liesnoor Setyowati, S.Si. M.Si
Pengembangan Model Kota Hijau Untuk Meredam Cemaran Udara Sebagai Upaya Antisipasi Perubahan Iklim Kota Semarang.
Mengembangkan model kota hijau optimal untuk meredam cemaran udara sebagai upaya antisipasi perubahan iklim, melakukan ujicoba dan simulasi implementasi model kota hijau untuk meredam cemaran udara, melakukan sosialisasi dengan membuat buku ajar, brosur, dan publikasi nasional serta internasional, tentang model kota hijau optimal untuk meredam cemaran udara sebagai upaya antisipasi perubahan iklim.
Observasi, Pengukuran, Uji Laboratorium
Interpretasi Citra, Observasi.
Pengembangan Model, Pengukuran Lapangan, Implementasi Model, Sosialisasi Model.
Hasil 1. Kenyamanan udara di Kec. Tembalang berkisar antara 23,65 sampai 24,55. 2. Kebutuhan RTH optimal dalam memenuhi oksigen sebesar 4.126,94 Ha dengan kekurangan penanaman pohon sebanyak 617.158 batang pohon. 1. Konsentrasi pencemar NO2 tertinggi sebesar 34.05 µg m-3 (tempat terbuka) dan 29.15 µg m-3 (tempat bervegetasi). 2. Vegetasi dengan kerapatan tajuk 10m jarak 5-15m dari bahu jalan mengurangi konsentrasi NO2 sebesar 10.62%. 1. Beijing Bagian tengah, sekitar 29 % dari pohon digolongkan kedalam kondisi yang buruk. 2. Polutan yang paling berkurang adalah PM10, pengurangan sebesar 772 ton. 3. Sekitar 0,2 juta ton CO2 tersimpan bentuk biomassa oleh hutan kota. 1. Komposisi vegetasi pada Taman KB dan Simpang Lima masuk kedalam kategori sangat sedikit 2. Cemaran udara yang terjadi pada Jalan Pahlawan sudah melewati baku mutu udara ambien nasional 3. Arahan Kebutuhan RTH berdasarkan proporsi wilayah yaitu 30% perlu penambahan luasan RTH sebesar +124,51 Ha (20,02%). 1. Pengembangan model kota hijau optimal telah dibuat melalui softwere model, 2. Simulasi implementasi model kota hijau dilaksanakan dengan bantuan softwere model 3. Model kota hijau membantu memberi arahan terhadap wilayah yang membutuhkan optimalisasi pengelolahan lahan potensial 4. Sosialisasi dilakukan melalui buku ajar, brosur, dan publikasi nasional serta internasional, tentang model kota hijau optimal.
54
55 I.
KERANGKA BERFIKIR Perkembangan teknologi dan sistem yang semakin maju seiring modernisasi kehidupan tentu berdampak positif terhadap kesejahteraan dan kemajuan bangsa, ruang yang begitu luas mampu dirangkum dan disajikan lebih sederhana dengan adanya teknologi. Fenomena tersebut memicu permintaan pembangunan sarana prasarana wilayah perkotaan yang semakin meningkat. Selain itu, tingginya kepadatan masyarakat penduduk wilayah perkotaan menyebabkan
meluasnya
kawasan
terbangun
dalam
membangun
dan
meningkatkan sarana prasarana sehingga kemudahan dalam memenuhi kebutuhan hidup dapat tercapai. Berbagai hal tersebut membuat masyarakat terlalu sibuk meningkatkan pemenuhan kebutuhan fisik sehingga keberadaan lingkungan mulai dipandang sebelah mata. Pada akhirnya permasalahan lingkungan mulai bermunculan seiring kesibukan masyarakat yang lebih mengutamakan pembangunan fisik misalnya pencemaran baik udara, air maupun tanah dan sebagainya. Kenampakan tersebut yang menjadi latar belakang menurunnya tingkat keseimbangan ekologis wilayah kota. Dengan adanya fenomena tersebut menjadi alasan dalam mengkaji keberadaan ruang terbuka hijau terhadap cemaran udara di Kota Semarang. Kajian dilakukan dengan penerapan beberapa alogaritma terkait yaitu rumus kawasan RTH, rumus dispersi cemaran udara, rumus peredaman cemaran udara dan rumus optimal RTH yang dapat disederhanakan menjadi keterkaitan rumus kebutuhan RTH dengan cemaran udara.
56 Penerapan sistem dengan formula yang telah disederhanakan, mampu mengetahui keberadaan sebaran RTH aktual, lahan potensial dan cemaran udara di lokasi penelitian. Kebutuhan dan kekurangan RTH dapat dilihat melalui kondisi RTH aktual dan pemanfaatan lahan potensial yang berada pada wilayah tersebut. Selisih lahan potensial dengan RTH aktual dapat menggambarkan tingkat optimal RTH di wilayah tersebut. Setelah dihitung tingkat optimal RTH dapat dikorelasikan dengan cemaran udara khususnya dalam penelitian ini cemaran udara dibatasi yakni cemaran udara yang berupa gas CO2 hasil aktifitas transportasi yang di konversi dengan pembakaran bahan bakar bensin dan solar. Cemaran udara tersebut juga dikaitkan dengan hasil pengukuran kualitas udara ambien oleh instansi terkait (Badan Lingkungan Hidup Kota Semarang). Mendesain sistem informasi yang mampu menyederhadakan kenampakan tersebut merupakan salah satu tujuan penelitian ini, sehingga mampu mempermudah informan atau pihak terkait. Dengan adanya sistem informasi tersebut diharapkan mampu menjadi media dalam memonitoring keberadaan RTH dan meningkatkan optimalisasi RTH di Kota Semarang khususnya di lokasi penelitian. Sehingga nantinya dalam peningkatan optimalisasi RTH dapat dipermudah dengan adanya arahan vegetasi yang dilatar belakangi oleh cemaran udara yang telah dikaji dengan sistem tersebut. Selain itu dapat meningkatkan fungsi estetika RTH dalam merapikan tata ruang wilayah perkotaan. Gambar 2.4 berikut merupakan bagan alir sebagai acuan secara umum dalam pelaksanaan proses penelitian.
57
Perkembangan Teknologi dan Sistem
Permasalahan Lingkungan terkait Pencemaran Udara
Keseimbangan Ekologis Wilayah Kota
Ide Keterkaitan RTH dan Cemaran Udara di Kota Semarang
Kajian Sebaran RTH dan Cemaran Udara di Kota Semarang
Penerapan Formula 1. Rumus Kawasan RTH 2. Rumus Cemaran Udara 3. Rumus Peredaman Cemaran Udara 4. Rumus RTH Optimal
Lahan Potensial dan RTH Aktual Kota Semarang
Cemaran Udara Kota Semarang
Sistem Informasi RTH dan Cemaran Udara Terhadap Kualitas Udara Ambien
Optimalisasi Fungsi RTH
1. Pengukuran CO2 Instansi (BLH Kota Semarang) 2. Perhitungan CO2 dari Kendaraan Bermotor
Monitoring Fungsi RTH
Arahan KebutuhanVegetasi RTH dan Estetika
Gambar 2.4 Bagan Alir Kerangka Berfikir Penelitian
BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi Dan Objek Penelitian Penelitian dilakukan di 4 kecamatan yang dibatasi oleh banjir kanal barat dan banjir kanal timur di Kota Semarang, yaitu Kecamatan Semarang Utara, Semarang Timur, Semarang Tengah dan Semarang Selatan. Objek penelitian ini adalah lahan potensial, RTH aktual, dan cemaran udara yang berasal dari aktifitas transportasi.
B. Populasi Dan Sampel Penelitian Dalam penelitian ini populasi yang digunakan yaitu RTH di 4 Kecamatan di Kota Semarang meliputi lahan potensial dan RTH aktual. Jenis penelitian ini adalah penelitian dekriptif-kuantitatif, dengan teknik pengumpulan data adalah observasi, dokumentasi, pengukuran lapangan, dan interpretasi data skunder dari Instansi terkait untuk dapat mencapai tujuan penelitian. Pada sampel penelitian ini menggunakan teknik “Area Sampling”, karena penelitian dilakukan di kawasan RTH yang didasarkan atas adanya pertimbangan sebagai berikut: 1. Keberadaan lahan potensial dan RTH aktual yang berbeda di lokasi penelitian. 2. Terjadi perbedaan cemaran udara yang berbeda di setiap lokasi penelitian.
58
59
3. Setiap lahan potensial memiliki kemampuan mengurangi pencemaran udara yang berbeda, serta memberikan sumber kualitas udara bersih yang berbeda. Adapun sampel penelitian yaitu: 1. RTH aktual yang berupa taman kota dan lahan potensial yang dijadikan lokasi penelitian, yaitu: Kecamatan Semarang Timur, Kecamatan Semarang Selatan, Kecamatan Semarang Utara, Kecamatan Semarang Tengah. 2. Cemaran udara yang berupa gas karbondioksida sebagai hasil pembakaran kendaraan bermotor di beberapa titik terpadat lalu lintas di lokasi penelitian.
C. Variabel Penelitian Adapun variabel yang diamati dalam penelitian ini meliputi: 1. Kondisi sebaran RTH yang meliputi RTH aktual/taman kota dan tutupan lahan yang berpotensi dalam pengadaan ketersediaan RTH. 2. Parameter cemaran udara yang diamati secara umum, meliputi SO2 (sulfur dioksida), CO2 (karbon dioksida), NO2 (nitrogen dioksida), O3 (oksidan), dan TSP (debu), Pb (timbal), suhu, dan kebisingan. Secara khusus meliputi CO2 yang berasal dari hasil pembakaran kendaraan bermotor dan di kaintkan dengan keadaan CO2 hasil pengukuran instansi terkait (BLH Kota Semarang) pada tahun sebelumnya. 3. Menyusun sistem informasi RTH dan cemaran udara sehingga mampu memberikan informasi dan arahan kebutuhan RTH maupun vegetasi dalam meredam cemaran udara di Kota Semarang.
60
D. Bahan dan Peralatan Penelitian Variabel Sebaran RTH
Bahan/ Data 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Cemaran (CO2)
Udara 1. 2.
Jenis Data
Sumber Data
Alat Penelitian
Peta Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Semarang Peta Lahan Potensial Kota Semarang Peta RTH Aktual Kota Semarang Peta Kebutuhan RTH Kota Semarang Peta Administrasi Kota Semarang Peta Penggunaan Lahan Kota Semarang Peta Sebaran RTH Kota Semarang
Sekunder
1. 2.
Bappeda Provinsi Jawa Tengah Citra Quickbird Tahun 2010
1.
Data Hasil Pengukuran Kualitas Udara dari Instansi terkait Data Jumlah Kendaraan pada Jam Puncak di Kota Semarang
Sekunder
1.
Primer
2.
Badan Lingkungan Hidup Kota 1. Semarang Pengukuran Lapangan 2.
3.
Sistem Informasi 1. RTH dengan 2. Cemaran Udara 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Data Luas RTH Aktual Data Penggunaan Lahan Data Lahan Potensial Data Cemaran Udara Data Gambaran Umum Lokasi Penelitian Data Kualitas Udara Ambien Kota Semarang tahun 2012-2013 Dokumentasi Karakteristik RTH dan Cemaran Udara Data Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RADGRK)
Sekunder
1.
2. 3.
4. Dinas Pertamanan dan 1. Pemakaman Kota Semarang Tahun 2012 BPS, Semarang dalam angka Tahun 2012 BLH Kota Semarang
Softwere Arc GIS 10.1
Alat pengkur jumlah kendaraan pada jam puncak (Odocheck) Alat konversi untuk menghitung CO2 yang dihasilkan oleh kendaraan GPS (Global Positioning System) untuk menentukan lokasi geografis titik pengukuran Kamera sebagai alat dkumentasi Satu unit komputer untuk pengolahan data dan program aplikasi Sistem Informasi RTH dan Cemarang Udara Kota Semarang
60
E. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi Metode observasi sebagai proses pengumpulan data yang digunakan dengan melakukan observasi secara partisipasi pasif, yang dilakukan dengan pengamatan langsung ke wilayah lahan potensial dan RTH aktual di lokasi penelitian. Selain itu, menghitung lalu lintas sesuai klasifikasi moda transportasi pada jam puncak guna bahan perhitungan CO2 yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor di beberapa titik kemacetan pada lokasi penelitian. Selanjutnya dilakukan pengamatan vegetasi dan penggunaan lahan guna pengecekan kondisi fisik secara spasial di lokasi penelitian. Pada penelitian ini dilakukan analisis terhadap data yang diperoleh untuk mengevaluasi kondisi sebaran RTH dengan cemaran udara di lokasi penelitian. 2. Dokumentasi Dokumentasi
merupakan
teknik
pengumpulan
data
melalui
peninggalan tertulis seperti arsip-arsip, dan juga buku-buku tentang pendapatpendapat, teori, dalil atau hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah-masalah penelitian (Rachman dalam Manggaraini, 2008). Dalam pengumpulan data peneliti mendatangi instansi terkait untuk mendapatkan data berupa dokumen kebutuhan RTH, peta RTRW Kota Semarang, kondisi geografis Kota Semarang, RADGRK (Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca), lahan potensial, RTH aktual dan kondisi geografis serta peta-peta yang relevan untuk mendukung penelitian ini. Adapun instansi tersebut antara lain 58
62
BPS, BAPPEDA, Dinas Kebersihan dan Pertanaman dan BLH Kota Semarang. 3. Pengukuran Lapangan Metode ini digunakan untuk mendapatkan data primer berupa jumlah kendaraan pada waktu jam puncak guna menghitung cemaran udara hasil kegiatan transportasi di lokasi penelitian. Pengukuran lapangan dilakukan pada waktu yang ditentukan bersama dengan pihak terkait dan ahli. Pada penelitian ini pengukuran lapangan dilakukan dengan menghitung kendaraan pada jam puncak berdasarkan klasifikasi moda transportasi yaitu bus, mobil sedan, taksi, dan truk yang di latar belakangi oleh asumsi konsumsi bbm (bahan bakar minyak) pada setiap moda transportasi berbeda. Bus, mobil sedan dan taksi yang menggunakan bensin dan truk menggunakan solar. Penggunaan bbm yang berbeda berdampak terhadap tingkat CO2 yang dihasilkan oleh pembakaran kendaraam bermotor selain faktor teknis pada kendaraan. Hasil jumlah kendaraan pada waktu jam puncak akan dihitung rerata yang kemudian dikonversikan jumlah CO2 yang dihasilkan oleh proses pembakaran. 4. Interpretasi Sistem Informasi RTH dan Cemaran Udara Metode interpretasi Sistem Informasi RTH dan Cemaran Udara dilakukan secara digital menggunakan softwere yang telah didesain oleh ahli. Luas RTHa, luas kecamatan, luas lahan potensial, CO2 laboratorium, CO2 transportasi merupakan data input yang kemudian diproses dengan sistem
63
informasi RTH dan cemaran udara sehingga menghasilkan data output berupa optimal RTH yang di korelasikan dengan keadaan pencemaran (dihitung dengan perbandingan CO2 laboratorium dan transportasi). Berdasarkan data output yang dihasilkan oleh sistem mampu menjadi pedoman dalam mengkaji keberadaan RTH yang optimal dan tingkat pencemaran udara di lokasi penelitian, kemudian keadaan pencemaran udara dikaitkan dengan arahan vegetasi penyerap gas cemaran CO2. Sistem informasi RTH dan cemaran udara tidak hanya menyajikan aplikasi untuk menghitung optimal RTH saja namun terdapat beberapa informasi berupa kondisi geografis Kota Semarang, RADGRK, peta-peta terkait, kualitas udara ambien Kota Semarang tahun 2012-2013, dan dokumentasi kenampakan variabel penelitian. Dengan menggunakan sistem informasi RTH dan cemaran udara diharapkan mampu meningkatkat optimalisasi fungsi RTH dan memonitoring keberadaan RTH di Kota Semarang. Selain itu mampu menjadi salah satu media pembelajaran dalam mengkaji ilmu lingkungan terkait RTH. Hasil dari interpretasi sistem secara digital di uji coba menggunakan 5 simulasi dengan hasil yang berbeda. Sistem inforemasi tersebut di validasi oleh beberapa pihak yang ditentukan sebagai informan dan validator dengan hasil cukup baik. F.
Tahap-Tahap Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan melalui empat tahap, yaitu: 1. Tahapan Persiapan
64
Pada tahapan penelitian ini, yaitu dengan penentuan lokasi sampel yang ingin dijadikan tempat penelitian serta mempersiapkan alat-alat dan perlengkapan yang digunakan pada saat penelitian. 2. Tahapan Pelaksanaan Pada tahap pelaksanan ini dilakukan pengukuran data primer yang diperlukan seperti data jumlah kendaraan pada waktu jam puncak untuk menghitung cemaran udara berupa karbondioksida hasil kegiatan transportasi. Sedangkan data sekunder seperti data lahan potensial, kualitas udara ambien Kota Semarang, data luas RTH Kota Semarang, monografi kota dan data peta seperti Peta Adminitrasi Kota Semarang, Peta Penggunaan Lahan Kota Semarang dari lembaga-lembaga terkait. 3. Tahapan Evaluasi Data Proses pengelolahan data dengan menganalisis persebaran keberadaan RTH dan cemaran udara di Kota Semarang, melalui sistem informasi RTH dan cemaran udara serta keterkaitannya terhadap kualitas udara ambien yang nantinya diperoleh informasi terkait optimalisasi dan monitoring serta Arahan RTH di Kota Semarang. 4. Tahapan Pelaporan Hasil yang diperoleh dari pengolahan data dan analisis data berupa sistem informasi, grafik, peta, tabel dan analisis deskripsi dari hasil yang diperoleh.
65
G. Teknik Analisis Data Pendekatan yang digunakan merupakan pendekatan ekologi (ecological approach). Analisis yang digunakan adalah sebagai berikut. 1. Analisis Spasial (Keruangan) Teknik Analisis ini menganalisis kenampakan keruangan dengan mendeskripsikan kenampakan keruangan yang diperoleh dari kegiatan interpretasi. 2. Analisis Deskriptif Analisis
deskriptif yang menjelaskan atau menggambarkan hasil
penelitian apa adanya, kemudian hasil tersebut di persentase untuk menemukan berapa persen hubungan antar variabel. Analisis ini digunakan untuk menjabarkan kondisi kebutuhan RTH, cemaran udara hasil kegiatan transportasi dan keterkaitannya terhadap perubahan iklim. 3. Analisis Komparatif Analisis komparatif digunakan untuk membandingkan antara data kualitas udara dengan mengacu pada tabel baku mutu udara ambien nasional dengan kebutuhan RTH berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008. Adapun yang digunakan untuk mengukur masingmasing variabel menggunakan beberapa rumus dan pendekatan seperti Gambar 3.1 dan diuraikan sebagai berikut: a) KRTH = (0,3 LAI) + (0,3 IK) + (0,3 SCUB) + (0,2KO) b) SCUB = TEC + PC + LHR + PL
66
c) ORTH = Join Spasial (KRTH + SCUB + POT + RTHa )
KRTH
SCUB
ORTH
(KRTH >< POT – RTHa) >< SCUB
C.Laboratorium >< C.Transportasi
Gambar 3.1 Alogaritma Perhitungan ORTH Keterangan: ><
: Proses Keterkaitan Alogaritma : Proses Hubungan Alogaritma : Penyederhanaan Alogaritma
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, pada lokasi penelitian yang meliputi 4 kecamatan yaitu Kecamatan Semarang Utara, Semarang Selatan, Semarang Timur dan Semarang Tengah dengan luas lokasi penelitian 3335,41 Ha terdapat beberapa sebaran lahan hijau. Sekitar 15%-25% keberadaan sebagai potensi taman, 24%-41% keberadaan sebagai potensi lapangan olah raga, 19%-32% sebagai potensi koridor jalur hijau, dan 41% sebagai potensi pemakaman kecuali pada Semarang Utara dan Semarang Tengah. Cemaran udara berupa CO2 pada lokasi penelitian yang dihitung dengan koncersi jumlah konsumsi bbm kendaraan, hasil CO2 perhitungan lapangan, yaitu Semarang Utara 1.170,77 µg/m3 ; Semarang Selatan 590,45 µg/m3 ; Semarang Timur 532,37 µg/m3 ; dan Semarang Tengah 937,96 µg/m3. Berdasarkan klasifikasi cemaran udara, keempat lokasi penelitian tersebut tercemar gas CO2 terutama dari proses transportasi. Pengadaan sistem informasi RTH dan Cemaran Udara di Kota Semarang terbilang cukup baik dalam membantu proses monitoring keberadaan optimal RTH dan arahan vegetasi sehingga dapat menjadi salah satu pedoman dalam pengadaan RTH ideal sesuai undag-undang. Selain itu mampu menjadi media pembelajaran sederhana terkait optimalisasi RTH.
164 67
165
Berdasarkan perhitungan sistem informasi, Semarang Timur dan Semarang Selatan merupakan kecamatan yang memiliki optimal RTH yang cukup ideal karena selisih Lahan Potensial dan RTH Aktual relatif sedikit sehingga pemanfaatan lahan potensial cukup intensif yakni ORTH sebesar 2,17% hingga 2,33%. Sedangkan Semarang Tengah dan Semarang Utara perlu diadakan peningkatan oprimalisasi RTH lebih intensif yakni ORTH sebesar 6,43% hingga 19,20%. Arahan Kebutuhan RTH berdasarkan proporsi wilayah yaitu 30% dari luas wilayah perkotaan, maka perlu penambahan luasan dan peningkatan fungsi RTH pada lokasi penelitian terutama Semarang Utara dan Semarang Tengah.
B. Saran Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan peneliti memberikan beberapa saran yang bisa diajukan adalah sebagai berikut: 1. Instansi/dinas terkait yang menangani kondisi tanaman yang ada di taman kota perlu melakukan monitoring secara intensif periodik terhadap vegetasi RTH di Kota Semarang. 2. Pemerintah Kota Semarang diharapkan mengeluarkan kebijakan mengenai penghijauan perkarangan rumah atau lahan kosong yang belum dihijaukan secara intensif dan berkala. 3. Pemerintah dalam menangani cemaran udara dapat melakukan pengukuran kualitas udara secara acak setiap beberapa bulan sekali dan perlu adanya
166
pemasangan stasiun pemantau pencemar udara di beberapa titik ruas jalan protokol yang sering mengalami kepadatan kendaraan. 4. Memberikan sosialisasi kepada masyarakat mengenai bahaya dampak cemaran udara baik secara langsung (seminar, edukasi, dll), maupun melalui berbagai media cetak maupun elektronik.
DAFTAR PUSTAKA Afriani, Dian. 2010. Kemampuan Ruang Terbuka Hijau Dalam Menyerap Iklim Mikro, CO, CO2 Dan Menghasilkan O2 di Kecamatan Semarang Timur Dan Semarang Tengah Kota Semarang. Skripsi. Semarang. Fakultas Ilmu Sosial Unnes. Aftriana, Careca Virma. 2013. Analisis Perubahan Kerapatan Vegetasi Kota Semarang Menggunakan Bantuan Teknologi Penginderaan Jauh. Skripsi. Semarang: Fakultas Ilmu Sosial Unnes. Alwi, Hasan. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Asheima, Asbjorn. Amundsena, Helene. Weia, Taouyuan. 2012. Impacts and Adaptation to Climatechange in European Economies. Journal of Springer Science, Publish online: 9 April 2008. Center for International Climate and Environmental Research. Norway. Bemmelen. 1970. Geology the Science of a Changing Earth. New York: Mc.Graw-Hill Book Company. BLH. 2010. Kumpulan Peraturan Tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Semarang. BLH Kota Semarang. BPS. 2007. Statistik Daerah Kota Semarang Tahun 2012. Semarang: BPS Kota Semarang. ___. 2012. Statistik Daerah Kota Semarang Tahun 2012. Semarang: BPS Kota Semarang. . 2013. Statistik Daerah Kota Semarang Tahun 2013. Semarang: BPS Kota Semarang. Budihardjo. 1999. Keberadaan Taman Hijau dalam Kota Berkelanjutan. Semarang. Undip Semarang Cheng, Kuang Jung. Tsai, Che-hui. Chiang, Hsu-cherng. Hsu, Ching-wen. 2006. Meteorologically Adjusted Ground Level Ozone Trends in Southern Taiwan. Journal of Springer Science-Business Media B.V. 2006, Publish online: 28 October 2006. Taiwan, Republic of China: Department of Water Resources and Environmental Engineering. Tamkang University.
167
168
Dahlan, Endes N. 1992. Hutan Kota: Untuk Pengelolaan Dan Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup. Jakarta: Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI). Danoedoro, Projo. 2012. Pengantar Penginderaan jauh digital. Yogyakarta: Andi Offset. Djamal, Irwan Zoer’aini. 2005. Tantangan Lingkungan & Lansekap Hutan Kota. Jakarta: PT Bumi Aksara. Fandeli, Chafid, Kaharuddin, Mukhlison. 2003. Perhutanan Kota. Jogjakarta: Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Fardiaz, Srikandi. 1992. Polusi Air & Udara. Yogyakarta: Kanisius. Grey and Deneke. 1978. Urban Forestry. New York: Mc.Graw-Hill Book Company. Hakim. 1993. Ruang dan Ruang Terbuka Hijau. Jakarta: Gramedia http://bebasbanjir2025.wordpress.com (diunduh tanggal 28 maret 2014, jam 09:07 WIB). Jogiyanto, 2005. Analisis dan Desain Sistem Informasi. Jakarta: Gramedianusa Kaiser, Goschalk and Chapin. 1905. Open Space on City. Deutch. City University Deutchland Lee, Y.C. Wenig, Mark. Yang, Xun. 2009. The Emergence of Urban Ozone Episode in autumn and Air Temperature Rise in Hong Kong. Journal of Springer Science, Published online: 5 May 2009. China: Laboratory for Atmospheric Research, Department of Physics and Materials Science. City University of Hong Kong. Manggaraini. 2008. Sub Daerah Aliran Sungai Kripik Garang Kabupaten Semarang. Skripsi. Semarang: Fakultas Ilmu Sosial Palangan, Abraham dan Ariyani Indrayanti. 2009. Diktat Perkuliahan Geografi Politik dan Letak Negara. Semarang: Geografi Unnes. P.B, Tyas Taufan. 2011. Studi Analisis Uji Emisi Karbon Monoksida (CO) pada Kendaraan Bermotor Roda Dua. Skripsi. Fakultas Teknik. Undip.
169
Pentury, Thomas. 2003. Konstruksi Model Matematika Tangkapan CO2 pada Tanaman Hutan Kota. Jakarta: Gramedia. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008 tentang Ruang Terbuka Hijau. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 6 Tahun 2004 tentang Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) Kota Semarang Bagian Wilayah Kota I. Permana, Hendra. 2006. Penentuan Luasan Optimal Jalur Hijau Sebagai Penyerap Gas CO2 (Studi Kasus di Jalan Tol Jagorawi, Ruas Ciawi-TMII). Skripsi. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Prasetyo, Galih Whisnu. 2010. Kajian Luas Terbuka Hijau terhadap Tingkat Kenyamanan di Kecamatan Semarang Barat Kota Semarang. Skripsi. Semarang. Fakultas Ilmu Sosial Unnes. Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH). 2012. Masterplan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Semarang: Dinas Ciptakarya dan Tata Ruang Provinsi Jawa Tengah. Pusponingrum, Dwi Erlina. 2012. Optimalisasi Ruang Terbuka Hijau Untuk Memenuhi Kebutuhan Oksigen di Kecamatan Tembalang Kota Semarang Tahun 2011. Skripsi. Semarang. Fakultas Ilmu Sosial Unnes. Rijal, Syamsu. 2008. Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Di Kota Makassar Tahun 2017. Jurnal Hutan dan Masyarakat. No. 1. Hal 001-110.
Setyowati, DL & Nana Kariada. 2014. Pengembangan Model Kota Hijau Untuk Meredam Cemaran Udara Sebagai Upaya Antisipasi Perubahan Iklim di Kota Semarang. Laporan Penelitian. Universitas Negeri Semarang.
Shaningrahi, Wenpo. Yin, Yongquan. Zhang, Jianda. Ji, Xia. Deng, Xingyan. 2008. Surface Ozone and Meteorological Condition in a Single Year at an Urban Site in Central–Eastern China. Journal of Springer Science,
170
Business Media B.V. 2008, Publish online: 9 April 2008.China: College of Chemistry and Environmental Science. Hebei University. Simmond. 1994. Klasifikasi Ruang Terbuka Hijau. Jakarta: PT. Bumi Aksara Soedomo. 1999. Perubahan Lingkungan Akibat Pencemaran Udara. Jakarta: Bumi Aksara Soenaryo, Slamet. 1994. Kesehatan Lingkungan. Bandung: Gajah Mada University Press. Sulistijorini. 2009. Keefektifan dan Toleransi Jenis Tanaman Jalur Hijau Jalan Dalam Mereduksi Pencemar NO2 akibat aktivitas Transpotasi. Jurnal Pascasarjana. Tesis. Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Institut Pertanian Bogor. Teknik Lingkungan. 2009. Pengantar Pencemaran Udara. Teknik Lingkungan: ITB. Thaden, dkk. 1996. Peta Geologi Lembar Magelang-Semarang-RE. Tika Pabundu, Moh. 2005. Metode Penelitian Geografi. Jakarta: PT Bumi Aksara. Triyono & Soemarmo. 2012. Ruang Terbuka Hijau dalam Kota. Jakarta: Bumi Aksara Yang, J. Joe, M. Zhou, J. Sun, Z. 2005. The Urban Forest in Beijing and Its Role in Air Pollution Reduction. Journal of Springer Science, Publish online: April 2008. Number 5 page 65-78. Department of Environmental science. University of California at Berkeley.
169
LAMPIRAN
)
171
Waktu.15.00.16.00 NO
Jenis Kendaraan
Jumlah
Bbm
Total
663
5
3315
1001
1
1001
1
Sedan CS
2
Sepeda Motor
3
Bus
10
10
100
4
Truk
12
10
120
5
Sepeda
14
0
0
6
Becak
1
0
0
26
4536
912
5
4560
2832
1
2832
JUMLAH Waktu.16.00.17.00 1
Sedan CS
2
Sepeda Motor
3
Bus
11
10
110
4
Truk
10
10
100
5
Sepeda
26
0
0
6
Becak
9
0
0
26
7602
902
5
4510
3320
1
3320
JUMLAH Waktu.17.00.18.00 1
Sedan CS
2
Sepeda Motor
3
Bus
10
10
100
4
Truk
6
10
60
5
Sepeda
29
0
0
6
Becak
8
JUMLAH
0
0
26
7990
Majapahit ( Depan SMA 5) Waktu.15.00.16.00 NO
Jenis Kendaraan
1
Sedan CS
2
Sepeda Motor
3
Jumlah
Bbm
total
678
5
3390
1794
1
1794
Bus
13
10
130
4
Truk
22
10
220
5
Sepeda
26
0
0
6
Becak
8
0
0
26
5534
JUMLAH Waktu.16.00.17.00 1
Sedan CS
2
Sepeda Motor
3
Bus
897
5
4485
3396
1
3396
21
10
210
172
4
Truk
15
10
150
5
Sepeda
52
0
0
6
Becak
15
0
0
26
8241
927
5
4635
3732
1
3732
JUMLAH Waktu.17.00.18.00 1
Sedan CS
2
Sepeda Motor
3
Bus
12
10
120
4
Truk
6
10
60
5
Sepeda
43
0
0
6
Becak
12
0
0
26
8547
JUMLAH
Soegiyapranoto ( depan rumah Gubernur) Waktu.15.00.16.00 NO Jenis Kendaraan 1 Sedan CS 2 Sepeda Motor 3 Bus 4 Truk 5 Sepeda 6 Becak JUMLAH Waktu.16.00.17.00 1 Sedan CS 2 Sepeda Motor 3 Bus 4 Truk 5 Sepeda 6 Becak JUMLAH Waktu.17.00.18.00 1 Sedan CS 2 Sepeda Motor 3 Bus 4 Truk 5 Sepeda 6 Becak JUMLAH
dr.sutomo
Jumlah Bbm total 1053 5 5265 2214 1 2214 33 10 330 22 10 220 12 0 0 8 0 0 26 8029 952 3388 34 20 24 3
5 4760 1 3388 10 340 10 200 0 0 0 0 26 8688
918 3373 30 12 21 2
5 4590 1 3373 10 300 10 120 0 0 0 0 26 8383
173 Waktu.15.00.16.00 Jenis NO Kendaraan Jumlah Bbm 1 Sedan CS 487 5 2 Sepeda Motor 1228 1 3 Bus 20 10 4 Truk 19 10 5 Sepeda 4 0 6 Becak 4 0 JUMLAH 26 Waktu.16.00.17.00 1 Sedan CS 649 5 2 Sepeda Motor 1939 1 3 Bus 24 10 4 Truk 22 10 5 Sepeda 15 0 6 Becak 7 0 JUMLAH 26 Waktu.17.00.18.00 1 Sedan CS 627 5 2 Sepeda Motor 1838 1 3 Bus 19 10 4 Truk 12 10 5 Sepeda 14 0 6 Becak 4 0 JUMLAH 26 Pandanaran ( depan masjid agung) Waktu.15.00.16.00 NO Jenis Kendaraan 1 Sedan CS 2 Sepeda Motor 3 Bus 4 Truk 5 Sepeda 6 Becak JUMLAH Waktu.16.00.17.00 1 Sedan CS 2 Sepeda Motor 3 Bus
total 2435 1228 200 190 0 0 4053 3245 1939 240 220 0 0 5644 3135 1838 190 120 0 0 5283
Jumlah Bbm 2208 5 4297 1 20 10 58 10 30 0 26 0 26 1896 4083 22
5 1 10
total 11040 4297 200 580 0 0 16117 9480 4083 220
174 4 Truk 5 Sepeda 6 Becak JUMLAH Waktu.17.00.18.00 1 Sedan CS 2 Sepeda Motor 3 Bus 4 Truk 5 Sepeda 6 Becak JUMLAH Simpang Lima Waktu.15.00.16.00 Jenis NO Kendaraan 1 Sedan CS 2 Sepeda Motor 3 Bus 4 Truk 5 Sepeda 6 Becak JUMLAH Waktu.16.00.17.00 1 Sedan CS 2 Sepeda Motor 3 Bus 4 Truk 5 Sepeda 6 Becak JUMLAH Waktu.17.00.18.00 1 Sedan CS 2 Sepeda Motor 3 Bus 4 Truk 5 Sepeda 6 Becak JUMLAH
mt.Haryono
23 30 21
10 0 0 26
230 0 0 14013
1797 4642 13 9 37 22
5 1 10 10 0 0 26
8985 4642 130 90 0 0 13847
Jumlah 2229 4097 23 79 15 15
Bbm total 5 11145 1 4097 10 230 10 790 0 0 0 0 26 16262
1815 4492 18 10 44 13
5 9075 1 4492 10 180 10 100 0 0 0 0 26 13847
2222 4092 7 13 32 16
5 11110 1 4092 10 70 10 130 0 0 0 0 26 15402
175 Waktu.15.00.16.00 Jenis NO Kendaraan 1 Sedan CS 2 Sepeda Motor 3 Bus 4 Truk 5 Sepeda 6 Becak JUMLAH Waktu.16.00.17.00 1 Sedan CS 2 Sepeda Motor 3 Bus 4 Truk 5 Sepeda 6 Becak JUMLAH Waktu.17.00.18.00 1 Sedan CS 2 Sepeda Motor 3 Bus 4 Truk 5 Sepeda 6 Becak JUMLAH Jalan Pattimura Waktu.15.00.16.00 Jenis NO Kendaraan 1 Sedan CS 2 Sepeda Motor 3 Bus 4 Truk 5 Sepeda 6 Becak JUMLAH Waktu.16.00.17.00 1 Sedan CS 2 Sepeda Motor 3 Bus
Jumlah 1125 2313 1 26 48 27
Bbm 5 1 10 10 0 0 26
total 5625 2313 10 260 0 0 8208
889 2865 1 17 93 65
5 1 10 10 0 0 26
4445 2865 10 170 0 0 7490
654 2270 1 28 88 36
5 1 10 10 0 0 26
3270 2270 10 280 0 0 5830
Jumlah 649 1935 3 37 45 51
Bbm 5 1 10 10 0 0 26
total 3245 1935 30 370 0 0 5580
815 4691 5
5 1 10
4075 4691 50
176 4 Truk 5 Sepeda 6 Becak JUMLAH Waktu.17.00.18.00 1 Sedan CS 2 Sepeda Motor 3 Bus 4 Truk 5 Sepeda 6 Becak JUMLAH Jalan Pemuda Waktu.15.00.16.00 Jenis NO Kendaraan 1 Sedan CS 2 Sepeda Motor 3 Bus 4 Truk 5 Sepeda 6 Becak JUMLAH Waktu.16.00.17.00 1 Sedan CS 2 Sepeda Motor 3 Bus 4 Truk 5 Sepeda 6 Becak JUMLAH Waktu.17.00.18.00 1 Sedan CS 2 Sepeda Motor 3 Bus 4 Truk 5 Sepeda 6 Becak JUMLAH
Jalan Pandanaran2
26 117 50
10 0 0 26
260 0 0 9076
481 2446 3 9 41 31
5 1 10 10 0 0 26
2405 2446 30 90 0 0 4971
Jumlah 877 1846 28 25 15 12
Bbm 5 1 10 10 0 0 26
total 4385 1846 280 250 0 0 6761
1143 2708 40 19 18 13
5 1 10 10 0 0 26
5715 2708 400 190 0 0 9013
1089 3301 38 31 18 11
5 1 10 10 0 0 26
5445 3301 380 310 0 0 9436
177 Waktu.15.00.16.00 Jenis NO Kendaraan 1 Sedan CS 2 Sepeda Motor 3 Bus 4 Truk 5 Sepeda 6 Becak JUMLAH Waktu.16.00.17.00 1 Sedan CS 2 Sepeda Motor 3 Bus 4 Truk 5 Sepeda 6 Becak JUMLAH Waktu.17.00.18.00 1 Sedan CS 2 Sepeda Motor 3 Bus 4 Truk 5 Sepeda 6 Becak JUMLAH Bangkong Waktu.15.00.16.00 Jenis NO Kendaraan 1 Sedan CS 2 Sepeda Motor 3 Bus 4 Truk 5 Sepeda 6 Becak JUMLAH Waktu.16.00.17.00 1 Sedan CS 2 Sepeda Motor 3 Bus 4 Truk
Jumlah Bbm 1174 5 2731 1 16 10 14 10 28 0 16 0 26
total 5870 2731 160 140 0 0 8901
1142 2849 14 5 14 4
5 1 10 10 0 0 26
5710 2849 140 50 0 0 8749
1263 3279 16 4 19 6
5 1 10 10 0 0 26
6315 3279 160 40 0 0 9794
Jumlah 1892 5158 48 30 21 3
Bbm 5 1 10 10 0 0 26
total 9460 5158 480 300 0 0 15398
1754 5213 38 24
5 1 10 10
8770 5213 380 240
178 5 Sepeda 6 Becak JUMLAH Waktu.17.00.18.00 1 Sedan CS 2 Sepeda Motor 3 Bus 4 Truk 5 Sepeda 6 Becak JUMLAH mt.Haryono Waktu.06.00.07.00 Jenis NO Kendaraan 1 Sedan CS 2 Sepeda Motor 3 Bus 4 Truk 5 Sepeda 6 Becak JUMLAH Waktu.07.00.08.00 1 Sedan CS 2 Sepeda Motor 3 Bus 4 Truk 5 Sepeda 6 Becak JUMLAH Waktu.08.00.09.00 1 Sedan CS 2 Sepeda Motor 3 Bus 4 Truk 5 Sepeda 6 Becak JUMLAH
17 0
0 0 26
0 0 14603
1632 5012 28 23 12 0
5 1 10 10 0 0 26
8160 5012 280 230 0 0 13682
Jumlah 1125 2313 1 26 48 27
Bbm 5 1 10 10 0 0 26
total 5625 2313 10 260 0 0 8208
889 2865 1 17 93 65
5 1 10 10 0 0 26
4445 2865 10 170 0 0 7490
654 2270 1 28 88 36
5 1 10 10 0 0 26
3270 2270 10 280 0 0 5830
179 Dr.Cipto Waktu.15.00.16.00 Jenis NO Kendaraan 1 Sedan CS 2 Sepeda Motor 3 Bus 4 Truk 5 Sepeda 6 Becak JUMLAH Waktu.16.00.17.00 1 Sedan CS 2 Sepeda Motor 3 Bus 4 Truk 5 Sepeda 6 Becak JUMLAH Waktu.17.00.18.00 1 Sedan CS 2 Sepeda Motor 3 Bus 4 Truk 5 Sepeda 6 Becak JUMLAH Tanah Mas Waktu.06.00.07.00 Jenis NO Kendaraan 1 Sedan CS 2 Sepeda Motor 3 Bus 4 Truk 5 Sepeda 6 Becak JUMLAH Waktu.07.00.08.00 1 Sedan CS 2 Sepeda Motor
Jumlah 639 1987 23 37 32 51
Bbm 5 1 10 10 0 0 26
total 3195 1987 230 370 0 0 5782
815 4691 5 26 117 50
5 1 10 10 0 0 26
4075 4691 50 260 0 0 9076
481 2446 3 9 41 31
5 1 10 10 0 0 26
2405 2446 30 90 0 0 4971
Jumlah 1867 5982 128 234 23 4
Bbm total 5 9335 1 5982 10 1280 10 2340 0 0 0 0 26 18937
1566 4982
5 1
7830 4982
180 3 Bus 4 Truk 5 Sepeda 6 Becak JUMLAH Waktu.08.00.09.00 1 Sedan CS 2 Sepeda Motor 3 Bus 4 Truk 5 Sepeda 6 Becak JUMLAH Jalan Imam Bonjol Waktu.15.00.16.00 NO Jenis Kendaraan 1 Sedan CS 2 Sepeda Motor 3 Bus 4 Truk 5 Sepeda 6 Becak JUMLAH Waktu.16.00.17.00 1 Sedan CS 2 Sepeda Motor 3 Bus 4 Truk 5 Sepeda 6 Becak JUMLAH Waktu.17.00.18.00 1 Sedan CS 2 Sepeda Motor 3 Bus 4 Truk 5 Sepeda 6 Becak JUMLAH
98 182 18 0
10 980 10 1820 0 0 0 0 26 15612
1716 4678 85 168 11 1
5 8580 1 4678 10 850 10 1680 0 0 0 0 26 15788
Jumlah 1567 3765 23 22 26 8
Bbm 5 1 10 10 0 0 26
total 7835 3765 230 220 0 0 12050
1126 3595 24 28 24 3
5 1 10 10 0 0 26
5630 3595 240 280 0 0 9745
1564 3789 20 22 11 2
5 1 10 10 0 0 26
7820 3789 200 220 0 0 12029
181 Yos Sudarso Waktu.15.00.16.00 Jenis NO Kendaraan 1 Sedan CS 2 Sepeda Motor 3 Bus 4 Truk 5 Sepeda 6 Becak JUMLAH Waktu.16.00.17.00 1 Sedan CS 2 Sepeda Motor 3 Bus 4 Truk 5 Sepeda 6 Becak JUMLAH Waktu.17.00.18.00 1 Sedan CS 2 Sepeda Motor 3 Bus 4 Truk 5 Sepeda 6 Becak JUMLAH
Id 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Jumlah 1675 3124 34 112 13 8
Bbm 5 1 10 10 0 0 26
Total 8375 3124 340 1120 0 0 12959
1512 3217 28 98 7 2
5 1 10 10 0 0 26
7560 3217 280 980 0 0 12037
1432 3075 18 43 12 0
5 1 10 10 0 0 26
7160 3075 180 430 0 0 10845
Keterangan Pekarangan/Taman Pekarangan/Taman Pekarangan/Taman Pekarangan/Taman Pekarangan/Taman Pekarangan/Taman Pekarangan/Taman Pekarangan/Taman Pekarangan/Taman Pekarangan/Taman
Luas__m_ 4.90062306963 1.00135626365 2.51501660739 0.36612207509 0.46865912683 0.25729557593 0.24624139563 0.26472855924 0.44750371281 0.77365086754
Cek Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada
X_Koordina 437346.147 436527.583 436347.687 436079.523 435553.148 435589.342 435613.751 435168.805 436034.118 433875.536
Y_Koordina 9231448.889 9230538.190 9230302.324 9229916.558 9230049.165 9229938.778 9229652.914 9229931.925 9229463.765 9230629.952
182 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Pekarangan/Taman Pekarangan/Taman Pekarangan/Taman Pekarangan/Taman Pekarangan/Taman Pekarangan/Taman Pekarangan/Taman Pekarangan/Taman Pekarangan/Taman Pekarangan/Taman Pekarangan/Taman Pekarangan/Taman Pekarangan/Taman Pekarangan/Taman Pekarangan/Taman Pekarangan/Taman Pekarangan/Taman Pekarangan/Taman Pekarangan/Taman Pekarangan/Taman Pekarangan/Taman Pekarangan/Taman Pekarangan/Taman Pekarangan/Taman Pekarangan/Taman Pekarangan/Taman Pekarangan/Taman Pekarangan/Taman Pekarangan/Taman Pekarangan/Taman Pekarangan/Taman Pekarangan/Taman Pekarangan/Taman Pekarangan/Taman Pekarangan/Taman Pekarangan/Taman Pekarangan/Taman Pekarangan/Taman Pekarangan/Taman Lahan Terbuka Lahan Terbuka
0.68082543584 0.24172629483 0.81483621269 0.63076940102 0.43244612374 0.14288146654 0.47331465854 3.85463149284 0.60193965943 1.89737716862 0.24077586377 0.21955010374 0.50535933267 0.17142867052 0.49151387151 0.40461538494 0.31789907554 0.35816021920 0.74234032861 0.35287708269 0.90086586161 0.61211512538 0.15321095846 0.71340560446 0.10967062663 0.92691718984 0.28656461077 0.19602258182 0.42246874277 0.43285283865 0.15211789574 0.99086135921 0.39495999757 0.73344508771 0.22990752626 0.26543206478 0.26160634526 0.18490977746 0.16632771116 9.73261114494 4.71284120549
Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada
434460.923 434478.217 434605.255 434751.230 434167.130 437932.868 437867.686 438095.436 437206.402 437717.825 437657.227 434591.407 434760.113 434596.725 435593.043 435525.296 434727.866 435291.722 435227.428 435784.822 435902.066 436379.705 436248.118 436306.962 436456.491 436540.045 436474.439 436698.811 436916.474 437003.682 437884.530 438381.872 438555.242 438836.355 438870.009 438782.154 437592.228 437456.498 437450.273 433857.039 434693.619
9230191.325 9230036.924 9229862.472 9228993.915 9229018.540 9230564.142 9230367.527 9230197.710 9229507.308 9229086.997 9228544.981 9227762.221 9227655.154 9226968.451 9227424.642 9227064.702 9226703.534 9226816.915 9226717.794 9226861.967 9226767.813 9226779.070 9226842.221 9226637.876 9226786.100 9226741.874 9226628.409 9226838.885 9226482.629 9225939.564 9225333.479 9225634.971 9225931.060 9225683.609 9225576.839 9225429.280 9227548.203 9227542.851 9227726.834 9231072.712 9230846.954
183 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Lahan Terbuka Lahan Terbuka Lahan Terbuka Lahan Terbuka Lahan Terbuka Lahan Terbuka Lahan Terbuka Lahan Terbuka Lahan Terbuka Lahan Terbuka Lahan Terbuka Lahan Terbuka Lahan Terbuka Lahan Terbuka Lahan Terbuka Lahan Terbuka Lahan Terbuka Lahan Terbuka Lahan Terbuka Lahan Terbuka Lahan Terbuka Lahan Terbuka Lahan Terbuka Lahan Terbuka Lahan Terbuka Lahan Terbuka Lahan Terbuka Lahan Terbuka Lahan Terbuka Lahan Terbuka Lahan Terbuka Lahan Terbuka Lahan Terbuka Lahan Terbuka Lahan Terbuka Lahan Terbuka Lahan Terbuka Lahan Terbuka Lahan Terbuka Lahan Terbuka Lahan Terbuka
55.16238967730 1.07177533717 1.76954854027 1.77597876306 0.16212767802 0.34405720985 0.67573826109 0.48019495476 0.68687680384 0.22772131877 0.09900926902 0.93059996489 0.23563314421 0.40182711290 0.91751722168 0.34317041806 0.08280945152 3.08519715562 3.05529188824 1.96316161248 0.12551687526 0.19410684913 1.22989876220 1.00996653831 0.11079918857 0.10385688351 0.26241913080 0.76726355386 0.70589357724 0.97136732224 2.05823687880 0.21733970233 0.27074989684 0.60731284556 0.25242221151 0.27713681749 0.10663380553 0.19299608033 0.10941072756 0.26547374502 0.09330457984
Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada
435052.881 435350.478 434763.817 435517.705 435657.662 435328.018 435371.188 435719.338 436091.174 436004.886 435999.388 436927.271 437125.224 436681.973 436205.188 436429.065 436382.982 435660.298 436981.502 437131.360 437803.353 437446.170 436737.490 438126.659 434940.469 436191.196 436161.764 436091.972 437905.150 437803.731 437644.030 437815.088 437638.545 436994.831 437556.254 437669.433 437676.562 437218.399 437241.107 437531.249 437694.985
9231385.169 9230229.340 9229784.035 9229120.678 9229016.577 9229075.602 9228431.910 9228759.413 9228620.660 9228483.981 9228409.660 9229816.136 9229752.563 9229535.077 9229691.411 9229579.209 9229478.306 9232423.496 9232338.983 9232268.972 9231495.635 9231165.230 9231204.928 9231118.715 9227715.721 9227599.041 9227728.396 9226530.671 9230690.756 9230467.539 9230328.136 9230354.115 9230098.050 9230023.213 9229912.054 9229668.291 9229397.151 9229321.053 9228810.957 9228661.364 9227978.661
184 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Lahan Terbuka Lahan Terbuka Lahan Terbuka Lahan Terbuka Lahan Terbuka Lahan Terbuka Lahan Terbuka Lahan Terbuka Lahan Terbuka Lahan Terbuka Lahan Terbuka Lahan Terbuka Lahan Terbuka Lahan Terbuka Lahan Terbuka Taman Kota/Hutan Kota Taman Kota/Hutan Kota Taman Kota/Hutan Kota Taman Kota/Hutan Kota Taman Kota/Hutan Kota Taman Kota/Hutan Kota Taman Kota/Hutan Kota Taman Kota/Hutan Kota Taman Kota/Hutan Kota Lapangan Lapangan Lapangan Lapangan Lapangan Lapangan Lapangan Lapangan Lapangan Lapangan Lapangan Lapangan Lapangan Lapangan Lapangan Lapangan Lapangan
0.23631606381 0.37821677899 0.25962587394 0.07164458808 0.12190687664 0.36627601431 0.33656294870 0.61425515060 0.24797913629 0.49762442580 0.04220921469 0.10968841975 0.15578532526 0.25936451658 0.08913919681 7.23356256084 0.65466213021 0.15440393722 0.20012870831 0.22796117768 2.36841060771 0.35784603473 0.73424704906 0.35850871257 2.49962082048 0.77997182016 1.98670817064 1.68518975250 0.27302327095 1.84423243461 0.63815876195 1.26902806765 1.11345553722 0.53190853977 0.37139520994 0.19615264127 0.24850419080 0.77798378666 0.63948411761 0.27302327094 1.49235050043
Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada
437644.918 437526.979 437247.048 437983.005 437647.311 438860.203 438922.420 438918.416 437391.278 437838.028 437405.731 437435.183 437895.024 437074.861 436766.666 434454.809 435406.573 435459.740 437537.787 437795.663 436251.022 437841.102 435934.651 434770.220 433986.614 434229.895 435195.377 436555.635 435062.132 434377.065 434400.105 435783.566 435728.633 435886.795 436005.698 435822.009 436704.462 436838.057 436946.127 437677.220 437868.315
9228326.659 9228395.331 9228425.431 9225863.646 9225492.293 9225382.308 9225633.572 9225782.170 9226675.805 9226753.190 9227169.219 9227315.220 9227047.504 9227965.227 9228544.086 9231566.911 9230974.360 9230646.594 9231388.580 9231374.323 9227272.965 9225993.926 9227045.816 9227970.832 9229892.428 9229477.485 9229377.716 9230235.929 9228341.076 9227268.847 9226953.620 9227287.683 9227026.619 9227121.500 9227121.918 9226569.682 9226690.683 9226764.928 9226306.306 9226426.710 9227296.509
185 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Lapangan Lapangan Lapangan Lapangan Lahan Pertanian Lahan Pertanian Jalur Hijau Jalur Hijau Jalur Hijau Jalur Hijau Jalur Hijau Jalur Hijau Jalur Hijau Jalur Hijau Jalur Hijau Jalur Hijau Jalur Hijau Jalur Hijau Jalur Hijau Jalur Hijau Jalur Hijau Pemakaman Pemakaman Pemakaman Pemakaman Pemakaman Pemakaman Pemakaman Pemakaman Pemakaman Pemakaman Pemakaman Pemakaman Pemakaman Pemakaman Pemakaman Pemakaman Pemakaman Pemakaman Pemakaman Pemakaman
0.70972796890 1.10004521794 0.24651615727 1.02222291457 4.87380322740 1.68794004556 1.55738386852 1.76653832606 0.77223152802 0.08587805003 0.51728106701 1.52970276619 0.38175476928 0.25964691690 0.72074574679 1.39082185713 0.88226277964 2.75145221234 0.65146863401 1.24321895863 1.01237628275 0.33747389973 0.20127667977 1.52903184395 0.11875324106 0.17578163365 0.31935899855 0.52935766777 0.36363986811 0.10198018442 0.22408803680 0.63804707486 24.11558697820 0.27306536221 0.32070084309 0.61724848460 0.44951791815 0.18517454538 0.45488529627 0.17779440046 0.14894474303
Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada
437077.931 438046.110 436271.929 438968.195 435582.839 435180.863 436763.836 436844.486 436383.367 437784.887 435687.869 436969.255 436495.282 437982.815 435957.565 435433.752 435078.992 434880.667 435091.512 434555.344 435660.605 436702.459 436139.412 435634.414 435891.192 435744.014 438362.651 437757.013 436557.558 437181.870 437059.335 434730.877 435029.061 434687.107 434526.791 434960.358 436185.962 435850.395 435436.066 435334.619 437134.982
9227355.828 9229404.845 9228230.124 9225513.549 9231356.370 9231328.582 9231108.360 9230290.781 9229810.584 9229566.840 9229451.835 9227826.038 9227436.322 9225592.745 9226608.117 9229328.729 9228733.776 9228313.976 9228284.834 9227153.640 9226543.843 9229631.791 9229386.209 9228819.125 9228749.370 9228577.207 9226045.598 9225738.941 9225989.486 9226907.367 9227053.699 9227069.274 9227319.742 9228033.139 9228088.876 9228036.731 9227430.250 9228562.603 9228756.036 9228900.258 9228783.198
186 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Pemakaman Pemakaman Pemakaman Pemakaman Pemakaman Pemakaman Pemakaman Sempadan Sungai Sempadan Sungai Sempadan Sungai Sempadan Sungai Sempadan Sungai Sempadan Sungai Sempadan Sungai Sempadan Sungai Sempadan Sungai Sempadan Sungai Sempadan Sungai Sempadan Sungai Sempadan Sungai Sempadan Sungai Sempadan Sungai
0.44683422908 0.21939158094 0.14827382077 0.17175610007 0.41328811578 0.26300152822 0.25964691689 0.14223552037 0.60315911702 0.34753773373 0.38980583645 0.08252343870 0.30057317512 0.71855774673 9.98399423854 2.93863952455 0.09795465081 0.63452248716 2.43481601042 32.76749315180 17.49026672500 4.68209200816
Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada Masih Ada
436891.836 436607.059 436643.002 436882.758 436189.097 435854.750 436195.812 438078.360 437915.200 437494.019 437368.669 437159.106 437225.193 437290.614 437281.879 436306.600 434768.030 435220.068 438882.415 438272.503 433798.065 434001.575
9228649.694 9228148.029 9228035.216 9227948.380 9228034.381 9228024.209 9227860.917 9231670.804 9231199.421 9230979.124 9230983.081 9231194.780 9230900.357 9230804.541 9230437.313 9229913.196 9231122.050 9230796.618 9225860.937 9228650.861 9230104.911 9227748.477
167