PEMETAAN DAN PENYUSUNAN BASISDATA RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) KOTA DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (STUDI KASUS KOTA SURABAYA) Hudan Pandu Arsa, DR. Ing. Ir. Teguh Hariyanto, MSc. Jurusan Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS Sukolilo, Surabaya, 60111, Indonesia Abstrak Fungsi hijau dalam Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota adalah sebagai ‘paru-paru’ kota, termasuk pula fungsi estetika yang bermanfaat sebagai sumber rekreasi publik, secara aktif maupun pasif, yang diwujudkan dalam sistem koridor hijau sebagai alat pengendali tata ruang atau lahan dalam suatu sistem RTH kota. Kota Surabaya merupakan salah satu kota metropolitan di Indonesia yang dimana fungsi Ruang Terbuka Hijau sangat dibutuhkan sehingga sirkulasi udara dikota tetap terjaga. Pada penelitian ini akan dilakukan pembuatan sistem informasi geografis mengenai RTH Kota dengan menggunakan peta digital Kota Surabaya skala 1:5000, citra Quickbird 2008, basis data RTH dan data hasil survey. Basis data RTH Kota yang digunakan adalah RTH taman, makam, lapangan dan waduk. Pengolahan data menggunakan software utama Autodesk Land Dekstop 2009, ArcGIS 9.3. Pembuatan program aplikasi menggunakan software Visual Basic 6.0 yang dilengkapi dengan software tambahan MapObject 2.2. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat 250 lokasi dengan luasan total 1.467.542 m2 atau 146.7542 Ha yang tersebar di Surabaya. Data-data yang ada, terintegrasi menjadi satu dalam suatu sistem informasi geografis RTH Kota Surabaya yang dimana dalam program aplikasi tersebut dapat dilakukan
Kata Kunci: Ruang Terbuka Hijau, Sistem Informasi Geografis LATAR BELAKANG Fungsi hijau dalam ruang terbuka hijau (RTH) kota sebagai ‘paru-paru’ kota, merupakan salah satu aspek berlangsungnya fungsi daur ulang, antara gas karbondioksida (CO2) dan oksigen (O2), hasil fotosintesis khususnya pada dedaunan. Sistem tata hijau ini berfungsi sebagai semacam ventilasi udara dalam rumah (bangunan). Lebih dari itu, masih banyak fungsi RTH termasuk fungsi estetika yang bermanfaat sebagai sumber rekreasi publik, secara aktif maupun pasif, yang diwujudkan dalam sistem koridor hijau sebagai alat pengendali tata ruang atau lahan dalam suatu sistem RTH kota. Karena lahan kota yang terbatas, maka RTH kota biasanya juga didesain sedemikian rupa sehingga terlihat tetap indah, nyaman dan tetap memiliki fungsi yang baik. RTH juga berfungsi sebagai sumber penampungan air dan pengatur iklim tropis yang terik dan lembab. Sistem Informasi Geografis (SIG), merupakan suatu sistem yang mengorganisir perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), dan data, serta dapat mendayagunakan sistem penyimpanan, pengolahan, maupun analisis data secara simultan, sehingga dapat diperoleh informasi yang berkaitan dengan aspek keruangan
atau spasial. Oleh karena kemampuan dari SIG inilah sehingga SIG dapat memberikan gambaran spasial yang lebih signifikan dalam pengambilan sebuah keputusan atau kebijakan Di Kota Surabaya, dengan belum tersedianya suatu sistem informasi mengenai RTH Kota Surabaya, maka pengembangan dari RTH menjadi tidak merata. Sehingga fungsi dari RTH Kota sebagai paru-paru kota belum bisa maksimal. Dengan demikian, diharapkan SIG dapat membantu dalam menyediakan infomasi yang lebih mudah mengenai Ruang Terbuka Hijau di Surabaya, sehingga nantinya Ruang Terbuka Hijau yang sudah ada dapat dianalisa dan dikembangkan lagi sesuai dengan ketentuan kebutuhan yang ada. TUJUAN DAN MANFAAT Tujuan pembuatan sistem informasi geografis ini adalah untuk membuat peta dan sistem informasi tentang Ruang Terbuka Hijau di Kota Surabaya. Manfaat dari pembuatan sistem informasi geografis ini adalah sebagai bahan masukan bagi instansi perencana dan pengambilan keputusan dalam pengembangan Ruang Terbuka Hijau di Kota Surabaya.
ALAT DAN BAHAN Alat: 1. Perangkat Keras (Hardware) a. Seperangkat Personal Computer Pentium 4 2.80 Ghz, 1024 MB RAM, Hard Disk 80GB yang digunakan untuk seluruh pengolahan data b. Printer HP Deksjet D2466 untuk pencetakan laporan 2. Perangkat Lunak (Software) a. Sistem Operasi Windows XP Profesional Service Pack 3 b. Autodesk Land Desktop 2009 untuk proses dijitasi dan editing peta c. Arc GIS 9.3 untuk proses pembuatan dan penggabungan layer d. ER Mapper 7.0 untuk pengolahan data Citra Quickbird yaitu pada proses koreksi geometrik e. Visual basic 6.0 dan MapObject 2.2 untuk pembuatan program aplikasi Sistem Informasi Geografis f. Corel Draw X4 untuk pembuatan desain layout pada program aplikasi g. Microsoft Access 2007 untuk pembuatan basis data h. Microsoft Word 2007 untuk penulisan laporan 3. Digital Camera untuk pengampilan data gambar Bahan: 1. Peta garis hasil foto udara skala 1:5000 tahun 2002/2003 produk dari Dinas Tata Kota Surabaya. 2. Citra Satelit Quickbird tahun 2008 3. Basis data Taman Kota dan Ruang Terbuka Hijau Kota Surabaya tahun 2009 produk dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya. 4. Basis data Ruang Terbuka Hijau dari Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kota Surabaya.
PENGOLAHAN DATA
Gambar 1. Diagram Alir pembuatan Sistem Informasi Geografis
Berikut penjelasan Diagram Alir pembuatan Sistem Informasi Geografis Ruang Terbuka Hijau Kota Surabaya: 1. Melakukan proses editing peta garis Kota Surabaya tahun 2002/2003. Proses editing yang dimaksud adalah proses editing dijitasi peta yaitu menghapus polyline yang terduplikasi, menghapus polyline yang tidak diperlukan, dan juga menambahkan toponimi dari jalan-jalan pada peta. Setelah itu, dilakukan proses konversi dari format .dwg ke format shapefile atau .shp. Pengkonversian dilakukan tiap layer dari peta, dengan tujuan untuk mempermudah dalam input ke program aplikasi Visual Basic 6.0 nantinya. 2. Melakukan pengolahan Citra Quickbird tahun 2008. Penggunaan Citra Quickbird dalam penelitian ini karena citra tersebut memiliki resolusi yang tinggi dan dapat merekam data secara detail sehingga dapat memudahkan interpretasi setiap kenampakan objek pada citra. 3. Melakukan proses koreksi geometrik pada Citra Quickbird 2008 dengan tujuan untuk
4.
5.
6.
7.
mendapatkan sistem koordinat dan sistem proyeksi yang sama. Koreksi geometrik dilakukan dengan memilih beberapa titik pada citra dengan menggunakan menu Geocoding Wizard pada ER Mapper. Dalam koreksi geometrik ini digunakan sebagai acuan adalah peta garis Kota Surabaya tahun 2002/2003 produk dari Dinas Tata Kota Surabaya yang memiliki sistem koordinat TM-30. Jika nilai RMS Error ≤ 1 pixel ( Purwadhi, 2001) maka koreksi geometrik yang dilakukan tersebut sudah benar. Berikut merupakan hasil dari koreksi geometrik dari Citra Quickbird tahun 2008 wilayah kecamatan Sukomanunggal dan kecamatan Sukolilo. Citra yang sudah terkoreksi geometrik tersebut kemudian di ekspor ke dalam Land Desktop 2009 untuk melakukan interpretasi citra dengan cara melakukan dijitasi area yang merupakan Ruang Terbuka Hijau. Dalam penelitian ini metode yang digunakan dalam menginterpretasi citra adalah interpretasi secara manual, yaitu interpretasi data penginderaan jauh yang mendasarkan pada pengenalan ciri (karakteristik) objek secara keruangan (spasial). Karakteristik objek yang tergambar pada citra dapat dikenali berdasarkan unsur-unsur interpretasi seperti rona atau warna, bentuk, pola ukuran, letak dan asosiasi kenampakan objek. Kemudian hasil dijitasi di konversi ke dalam format shapefile atau .shp. Melakukan ground truth yaitu cek lapangan untuk mengetahui kebenaran hasil interpretasi visual. Hasil ground truth digunakan sebagai data uji ketelitian. Selain itu dilakukan survei ruang terbuka hijau dengan menandai area yang ada pada peta. Melakukan pencatatan hasil survei serta pengambilan dokumentasi pada area ruang terbuka hijau di lapangan. Setelah itu dilakukan uji ketelitian interpretasi yaitu dengan menggunakan rumus :
Keterangan : KI = Ketepatan Interpretasi JKI = Jumlah Kebenaran Interpreatsi JSL = Jumlah Sampel Lapangan
Apabila hasilnya ≥ 80% (Anderson dalam utami 2009), maka klasifikasi tersebut dianggap benar. Tetapi apabila hasilnya tidak memenuhi syarat di atas maka dilakukan interpretasi kembali. Jika klasifikasi tersebut sudah benar dan dengan ditambahkan data hasil survei lapangan, maka akan dihasilkan peta Ruang Terbuka Hijau kota Surabaya. 8. Dilakukan pengolahan layer-layer peta yang sudah dibuat sebelumnya dan juga pembuatan basis data Ruang Terbuka Hijau dengan menggunakan software ArcGIS 9.3 dan juga dengan menggunakan software Microsoft Access 2007. Karena pemberian toponimi nama jalan, nama kelurahan dan nama kecamatan sudah dilakukan di software Autocad Land Dekstop 2009 dan sudah langsung dikonversi menjadi shapefile, maka di software ArcGIS 9.3 akan tervisualisasikan menjadi sebuah titik dalam 1 layer, sehingga di software ArcGIS 9.3 bisa langsung terdeteksi data-data pada sebuah atribut tabel. 9. Dilakukan pembuatan program aplikasi menggunakan software Visual Basic 6.0 yang dilengkapi dengan MapObject 2.2. Untuk pembuatan aplikasi Sistem informasi ini dibuat 4 interface, yaitu: a. Pembuka, berisi mengenai judul dari aplikasi. b. Utama, berisi deskripsi latar belakang dari RTH, peta dan fitur-fitur penggunaanya, table data serta akses untuk menuju interface detil dari data. c. Detil Data, berisi mengenai informasiinformasi yang ada pada setiap area Ruang Terbuka Hijau pada peta yang ada pada interface Utama. d. Cetak, merupakan interface yang digunakan untuk mencetak data menjadi hardcopy.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengolahan Citra
Gambar 2. Hasil Citra terkoreksi tahun 2008 Kecamatan Sukolilo
Gambar 3. Hasil Citra terkoreksi tahun 2008 Kecamatan Sukomanunggal
Analisa Hasil Interpretasi Citra: Uji ketelitian interpretasi citra dilakukan untuk mengetahui kebenaran hasil interpretasi citra dengan cara membandingkan antara data hasil interpretasi dengan data yang sebenarnya dilapangan. Rumus uji ketepatan Interpretasi
JSL Error= 5 JKI
= 27 = 27 – 5 = 22
KI = 81,48 % Dengan nilai KI = 84,61% untuk citra Kecamtan Sukolilo dan KI = 81,48 untuk citra Kecamatan Sukomanunggal, berarti interpretasi dianggap benar karena sudah memenuhi toleransi yang ada yaitu diatas 80% . Pengolahan Data Spasial Data spasial yang ada merupakan hasil dari editing peta garis Kota Surabaya tahun 2002/2003 dengan skala 1:5000, dan ditambah dengan hasil digitasi data Ruang Terbuka Hijau hasil survei. Data spasial kemudian dibedakan menjadi beberapa Layer dan diberikan informasi didalamnya. Tujuan dibedakannya Layer adalah agar proses identifikasi pada program aplikasi lebih mudah dan teratur. Berikut adalah Layer-Layer yang ada pada sistem aplikasi: 1. Layer Jalan 2. Layer Saluran Air 3. Layer Sungai 4. Layer Rel KA 5. Layer Batas Kelurahan 6. Layer Batas Kecamatan 7. Layer Batas Wilayah Unit Pengembangan 8. Layer Batas Wilayah 9. Layer Persebaran RTH Keseluruhan Layer-Layer diatas di-Overlay-kan dengan menggunakan software ArcGIS 9.3, sehingga membentuk suatu peta persebaran Ruang Terbuka Hijau di Kota Surabaya.
Keterangan : KI = Ketepatan Interpretasi JKI = Jumlah Kebenaran Interpreatsi JSL = Jumlah Sampel Lapangan. 1. Kecamatan Sukolilo JSL = 26 Error= 4 JKI = 26 – 2 = 22
KI = 84,61 % 2. Kecamatan Sukomanunggal
Gambar 4. Peta Surabaya Hasil Penggabungan Layer
Analisa Data Spasial: Data spasial yang sudah dibedakan menjadi beberapa Layer, selanjutnya di beri informasi sehingga dapat diidentifikasi informasinya menurut ID atau keyword yang dibutuhkan tiap Layer. Layer-Layer diatas, memiliki feature type yang berbeda, sesuai dengan kebutuhan. Uji Coba Program Aplikasi Tujuan dari uji coba program aplikasi ini adalah untuk mengetahui apakah program aplikasi sudah berjalan sesuai yang dengan yang diinginkan oleh pengguna. Uji coba dilakukan dengan cara memeriksa kembali fungsi-fungsi yang ada pada program aplikasi apakah sudah bisa berjalan dan terkoneksi dengan baik atau belum.
maka tabel data akan kosong. Tabel data akan menampilkan keseluruhan data yang sesuai dengan nama kategori dan kata kunci yang dimasukkkan. Pencarian akan otomatis berjalan pada saat huruf pertama dari kata kunci ditulis. Uji Coba Pencarian Lokasi: Uji coba ini dilakukan dengan cara memilih data dari tabel data dan melakukan pencarian dengan menekan tombol zoom. Tools tersebut berada pada halaman tabel data pada form utama. Pemilihan data dilakukan dengan cara meng-klik row data pada tabel data. Pencarian lokasi akan berjalan apabila data sudah terpilih dan tombol zoom sudah ditekan. Lokasi akan ditunjukkan pada layar peta di halaman peta pada form utama. Uji Coba Identifikasi Data: Uji coba ini dilakukan dengan cara menekan tombol identifikasi di halaman peta pada form utama. Setelah tombol identifikasi aktif, maka kursor dari mouse akan memiliki fungsi identifikasi objek. Pengidentifikasian dilakukan dengan mengklik objek pada layar peta sehingga akan muncul informasi detail dari objek pada form detail.
Gambar 5. Alur Jalan Program Aplikasi
Uji Coba Tools Penunjang Program Aplikasi: Uji coba ini dilakukan dengan cara mencoba tools yang ada dalam tiap form pada program aplikasi. Uji Coba Pencarian Data: Uji coba ini dilakukan dengan cara memilih kategori pencarian yaitu kelurahan dan kecamatan pada combo box, dan dengan memasukkan kata kunci pada text box. Tools tersebut berada pada halaman tabel data pada form utama. Hasil dari pencarian data akan ditampilkan pada tabel data yang ada Apabila data tidak ditemukan,
Analisa Uji Coba: Dari hasil uji coba yang telah dilakukan, dapat dilakukan beberapa evaluasi terhadap hasil yang didapatkan. Dari uji coba diatas didapatkan hasil antara lain: 1. Tools utama dalam membantu pengolahan peta adalah Pan Zoom Out, Zoom Out, Pan Zoom In, Zoom in, Zoom Extent, Pan dan identifikasi yang kesemuanya terletak pada halaman peta. 2. Untuk tools pendeteksi koordinat bisa berjalan apabila kursor mouse berada diatas layar peta. 3. Untuk tools pendeteksi skala bisa berjalan apabila kursor mouse berada diatas layar peta dan perubahan nilai skala terjadi apabila layar peta diperbesar atau diperkecil dengan menggunakan tools zoom out atau zoom in yang ada. 4. Untuk fasilitas pencarian data, text box kata kunci tidak aktif apabila kategori pencarian belum ditentukan. 5. Pada fasilitas pencarian data, pencarian data aktif pada saat huruf pertama kata kunci dimasukkan.
6. Pada fasilitas pencarian lokasi, pencarian lokasi aktif pada saat tombol zoom pada tabel data ditekan. Lokasi yang ditunjukkan merupakan hasil perbesaran otomatis yang langsung berlokasi ditempat data berada. 7. Identifikasi data aktif apabila tombol identifikasi pada halaman peta sudah aktif. 8. Peta lokasi hasil identifikasi merupakan tampilan terakhir dari layar peta.
Tabel 2. Tabel Jumlah Luasan Berdasar Unit Pengembangan
Sedangkan kekurangan yang terdapat pada program aplikasi ini adalah : 1. Tidak ada fasilitas penambahan data, baik data spasial maupun data tabular. Penambahan data dilakukan secara manual yang dilakukan diluar program aplikasi. 2. Proses renderer data spasial lambat, disebabkan karena ukuran data spasial yang besar dan mendetail. 3. Tidak ada fasilitas pencetakan peta secara keseluruhan. 4. Layar peta tidak dapat menampilkan grid dari peta. 5. Sistem koordinat tidak universal, karena menggunakan sistem koordinat TM-30. 6. Tidak terdapat fasilitas konversi koordinat dari sistem koordinat TM-30 ke sistem koordinat UTM. 7. Tidak terdapat tools yang menampilkan skala secara numeris.
Tabel 3. Tabel Jumlah Lokasi Berdasar Unit Pengembangan
Pengolahan Data Ruang Terbuka Hijau Hasil Data Ruang Terbuka Hijau Dari hasil pengolahan data dan hasil survei lapangan yang telah dilakukan didapatkan 250 lokasi Ruang Terbuka Hijau, yang rinciannya dijelaskan sebagai berikut: Tabel 1. Tabel Jumlah lokasi dan luasan tiap jenis RTH
Analisa Data Ruang Terbuka Hijau: Dari hasil pengolahan data dan survei lapangan yang telah dilakukan, dapat dilakukan beberapa evaluasi terhadap hasil yang didapatkan, antara lain: 1. Terdapat 250 lokasi Ruang Terbuka Hijau Taman, Makam, Lapangan dan Waduk dan memiliki luas total 1.467.542 m2 atau sekitar 146,75 Ha. 2. Ruang Terbuka Hijau Lapangan memiliki luasan yang paling besar, yaitu 425.063 m2 dan Ruang Terbuka Hijau Waduk memiliki luasan yang paling kecil, yaitu 291.774 m2. Hal ini menunjukkan bahwa Ruang Terbuka Hijau lapangan lebih diminati oleh pemerintah kota dalam pengembangan Ruang Terbuka Hijau Kota Surabaya. 3. Ruang Terbuka Hijau Makam memiliki jumlah lokasi yang paling banyak yaitu 121 lokasi dan yang paling sedikit adalah Taman yaitu 28 lokasi. 4. Banyaknya jumlah lokasi total tiap jenis Ruang Terbuka Hijau tidak berbanding lurus dengan luasan yang ada. Ini terlihat pada Ruang Terbuka Hijau makam dengan banyak lokasi 121 luasnya adalah 409.386 m2, sedangkan Ruang Terbuka Hijau lapangan dengan banyak lokasi 62 lokasi luasnya 425.063 m2. 5. Luasan terbesar terdapat pada unit pengembangan Surabaya Barat jenis waduk yaitu sebesar 260.253 m2.
6. Lokasi paling banyak terdapat pada unit pengembangan Surabaya Barat jenis makam yaitu sebesar 52 lokasi.
2. Perlu adanya pengembangan program aplikasi tentang proses update data tabular maupun spasial.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Dari serangkaian pengolahan data dan analisa yang telah dilakukan, dapat diambil bebrapa kesimpulan antara lain: 1. Dengan menggunakan peta dasar dengan skala yang besar yaitu 1:5000 dan ditunjang dengan data hasil pengolahan citra Quickbird 2008 dan data hasil survey lapangan, dapat dihasilkan sebuah peta Ruang Terbuka Hijau. 2. Terdapat 250 lokasi Ruang Terbuka Hijau di Surabaya. Dengan jumlah keseluruhan adalah 1.467.542 m2 atau 146,7542 Ha. 3. Pesebaran lokasi dari Ruang Terbuka Hijau umum tidak merata, total terbanyak terdapat pada wilayah unit pengembangan Surabaya barat. Dengan 114 lokasi dan dengan luasan 678.370 m2 atau 67,837 Ha. 4. Program aplikasi Sistem Informasi Ruang Terbuka Hijau yang dihasilkan dapat membantu instansi terkait yaitu Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya, untuk mempermudah dalam mencari informasi mengenai Ruang Terbuka Hijau di seluruh kota Surabaya sesuai dengan database yang ada yaitu jenis Taman, Lapangan, Makam dan Waduk.
Andi. 2002. Sistem Informasi Geografi dengan AutoCad Map. Yogyakarta : Wahana Komputer
SARAN Bagi instansi perencana dan pengambilan keputusan dalam pengembangan Ruang Terbuka Hijau di Kota Surabaya: 1. Untuk pengembangan Ruang Terbuka Hijau selanjutnya, sebaiknya dipertimbangkan area lokasi yang sudah ada. Sehingga nantinya bisa lebih merata. 2. Lebih dipertimbangkan lagi untuk pengembangan Ruang Terbauka Hijau di wilayah unit pengembangan yang masih sedikit jumlah Ruang Terbuka Hijaunya. Bagi pengembang program aplikasi selanjutnya: 1. Pembuatan sistem informasi ini sebaiknya menggunakan hardware dengan spesifikasi yang cukup tinggi, karena dengan jumlah layer yang banyak dan cukup mendetail, maka pengolahan akan menjadi lebih cepat apabila spesifikasi dari hardwarenya tinggi.
Ayunita, P.,2009. Kajian Pembuatan Peta Dasar Pendaftaran Dengan citra Satelit Quickbird (Studi Kasus Kantor Pertanahan Jember). Surabaya : Tugas Akhir Program Studi Teknik Geodesi. GIS Consortium Aceh Nias. 2007. Modul Pelatihan Arc GIS Tingkat Dasar. Aceh Nias : GIS Consortium Aceh Nias. Gunarso, P., dkk. 2003. Modul Pelatihan Dasardasar Pengelolaan Data dan Sistem Informasi Geografis. Malinau research forest. Hakim, A., 2009. Ruang Terbuka Hijau Surabaya Masih Minim.
dikunjungi pada 13 April 2009, Jam 19:00 WIB Husein, R., 2006. Konsep Dasar Sistem Informasi Geografis (Geographics Informastion System). IlmuKomputer.Com La
An, 2007. Sistem Informasi Geografi (SIG)/Geographic Information System (GIS). . Dikunjungi pada tanggal 21 Januari 2009, jam 13.30 WIB.
Lillesand T.M., and Kiefer R.W., 1994. Remote Sensing and Image Interpretation. Second Edition, John Wiley & Sons, New York. Prahasta, E., 2001. Konsep-Konsep Dasar Sistem Informasi Geografis. Bandung : Informatika.
Purnomohadi dkk., 2005. Ruang Terbuka Hijau (RTH)Wilayah Perkotaan. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor: Bogor.
Purwadhi, S.H.,2001. Interpretasi Citra Digital. Jakarta: Gasindo Siswoutomo, W., 2006. Tip dan Trik Canggih Visual Basic 6.0. Yogyakarta. University of Arkansas Libraries. ArcGIS Dekstop Tutorial with ArcGIS Dekstop V.9. dikunjungi pada 2 Maret 2009, Jam 21:00 WIB
Yustifitroni, H., 2009. Pemanfaatan Citra Quickbird Untuk Evaluasi Tutupan Lahan Jalur Kereta Api Alternatif Yang Terpilih. Surabaya : Tugas Akhir Program Studi Teknik Geodesi. http://www.skma.org-quickbird Dikunjungi pada Tanggal 15 Agustus 2009, Jam 19.00 WIB
Utami, S., 2009. Aplikasi Penggunaan Sistem Informasi Geografis Untuk Evaluasi Kelayakan Di Area Lumpur Lapindo. Surabaya : Tugas Akhir Program Studi Teknik Geodesi. Lampiran
Interface Pembuka
Interface Detil Data
Interface Utama Halaman Peta dan Data
Printout Detil Data