BAB III SISTEM TRANSPORTASI, RUANG TERBUKA HIJAU DAN KUALITAS UDARA DI KOTA TANGERANG III.1
Gambaran Umum Wilayah
III.1.1 Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Luas wilayah Kota Tangerang adalah 183,78 km2 termasuk luas Bandara Soekarno – Hatta seluas 19,69 km2. Secara geografis Kota Tangerang terletak pada posisi 106o36’ – 106o42’ Bujur Timur (BT) dan 606’-60 Lintang Selatan (LS). Adapun batas-batas administratif sebagai berikut :
Utara
Selatan : Kabupaten Tangerang (Kecamatan Curug, Serpong, Pondok Aren)
Barat
Timur : DKI Jakarta (Kota Jakarta dan Kota Jakarta Selatan)
: Kabupaten Tangerang (Kecamatan Teluknaga dan Sepatan)
: Kabupaten Tangerang (Kecamatan Pasar Kemis dan Cikupa)
Luas wilayah Kota Tangerang adalah 177,3 Km2 termasuk luas Bandara Soekarno-Hatta seluas 19,69 Km2. Pada mulanya wilayah kota ini terdiri atas 6 (enam) kecamatan yaitu Kecamatan Tangerang, Jatiuwung, Batuceper, Benda, Cipondoh, dan Ciledug. Untuk lebih mengoptimalkan penyelenggaraan pemerintahan dan pemanfaatan serta pengendalian pemanfaatan ruang wilayah, kecamatan-kecamatan tersebut dimekarkan menjadi 13 (tiga belas) kecamatan. III.1.2 Kondisi Kependudukan Kota Tangerang Pada tahun 2001 tercatat jumlah penduduk Kota tangerang sebanyak 1.354.208 jiwa dan pada tahun 2006 jumlah penduduk Kota Tangerang mencapai 1.547.137 jiwa (BPS, Kota Tangerang dalam Angka, 2006) dan berdasarkan hasil proyeksi penduduk Kota Tangerang pada tahun 2016 mencapai 2.003.568 jiwa (Dinas Lingkungan Hidup, Status Lingkungan Hidup Kota Tangerang 2007). Dalam kurun waktu 5 tahun (tahun 2001 – 2006) itu penduduk Kota Tangerang mengalami peningkatan sebesar 192.929 jiwa dengan laju pertumbuhan sebesar 2,62%. Hal ini menunjukkan bahwa Kota Tangerang saat ini sudah masuk pada kategori kota metropolitan. 40
41
Jiwa (x1.000)
Gambar III.2. Jumlah Penduduk Kota Tangerang Tahun 2001 – 2006 dan Proyeksi Penduduk Tahun 2010 200 180 160 140 120 100 80 60 40 20 Ciledug
Larangan
Karang Tengah
2001
Cipondoh
Pinang
2002
Tangerang Karawaci
2003
2004
Cibodas
Jatiuwung
2005
Periuk
2006
Neglasari Batuceper
Benda
2010
Sumber: BPS Kota Tangerang, 2006
Kepadatan penduduk menurut kecamatan masih belum tersebar merata. Hal ini dapat terlihat dari kepadatan penduduk per kilometer persegi menurut kecamatan. Kecamatan Benda mempunyai wilayah paling luas (25,61 km2), akan tetapi mempunyai tingkat kepadatan paling rendah, yaitu 2.696 jiwa per km2. Sedangkan Kecamatan Cibodas mempunyai tingkat kepadatan tertinggi yaitu 14.180 jiwa per km2. Pertambahan penduduk Kota Tangerang yang tinggi ini dipengaruhi oleh karena Kota Tangerang berbatasan langsung dengan Ibu Kota DKI Jakarta dan juga berbatasan dengan kawasan industri. Ini berdampak pada pemilihan lokasi tempat tinggal dari para pekerja di DKI Jakarta yang berusaha untuk mencari lingkungan tempat tinggal yang nyaman ataupun tempat tinggal yang terjangkau secara ekonomis.
42
III.2
Pola Penggunaan Lahan Kota Tangerang
Kota Tangerang merupakan salah satu kota di Botabek dengan luas wilayah 17.729,746 Ha. Dari luas wilayah tersebut pertumbuhan fisik kota ditunjukkan oleh besamya kawasan terbangun kota, yaitu seluas 10.127,231 Ha (57,12 % dari luas seluruh kota), sehingga sisanya sangat strategis untuk dapat dikonsolidasi dengan baik ke dalam wilayah terbangun kota yang ada melalui perencanaan kota yang sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR). Data terakhir menunjukkan bahwa pemanfaatan lahan di Kota Tangerang meliputi: • Pemukiman (5.988,2 Ha)
• Lain-lain (819,4 Ha)
• Industri (1.367,1 Ha)
• Belum terpakai (2.66,4 Ha)
• Perdagangan dan Jasa (608,1 Ha)
• Bandara Soekarno - Hatta (1.816,0 Ha)
• Pertanian (3.467,8 Ha)
Wilayah Kota Tangerang dilintasi oleh Sungai Cisadane yang membagi Kota Tangerang menjadi 2 (dua) bagian yaitu bagian barat Sungai Cisadane meliputi Kecamatan Jatiuwung dan sebagian Kecamatan Tangerang, bagian timur Sungai Cisadane meliputi Kali Pembuangan Cipondoh, Kali Angke, Kali Wetan, Kali Pasanggrahan, Kali Cantiga, Kali Pondok Bahar. Selain sungai dan kali di Kota Tangerang terdapat pula saluran air yang meliputi Saluran Mookevart, Saluran Irigasi Induk Tanah Tinggi, Saluran Induk Cisadane Barat, Saluran Induk Cisadane Timur dan Saluran Induk Cisadane Utara.
Pola penggunaan lahan di Kota Tangerang dapat dikelompokkan ke dalam 2 (dua) kategori, yaitu kawasan budidaya dan kawasan lindung. Berdasarkan data tahun 1997, luas kawasan lindung di kota Tangerang seluas 278 Ha atau 1,50% dari total luas lahan. Kawasan lindung ini di antaranya meliputi kawasan Situ Cipondoh dan kawasan sempadan sungai. Sedangkan untuk kawasan budidaya dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu kawasan budidaya yang sudah terbangun dan kawasan budidaya yang belum terbangun.
44
Fungsi Kota Tangerang secara umum dibagi 3 yaitu: Industri, perumahan serta perdagangan dan jasa. Kegiatan industri dan perumahan pada umumnya terdapat pada kawasan di luar pusat kota, sedangkan kegiatan perdagangan dan jasa menempati kawasan pusat kota dan koridor jalan arteri primer dan arteri sekunder.
Tabel III.1 Penggunaan Lahan Kota Tangerang KECAMATAN KETERANGAN 1.
Ciledug
Wilayah berbatasan langsung dengan Jakarta
2.
Karang Tengah
Barat
3.
Larangan
permukiman, jumlah penduduk sangat padat,
dan
Jakarta
Selatan,
dominan
sektor ekonomi yang yang dominan adalah perdagangan. 4.
Cipondoh
Pengembangan kawasan permukiman untuk
5.
Pinang
memenuhi kebutuhan masa depan.
6.
Tangerang
Pusat Kota Tangerang (perdagangan dan
7.
Karawaci
bisnis), kepadatan penduduk tinggi.
8.
Jatiuwung
Pengembangan
9.
Cibodas
dominan comuter, merupakan daya tarik bagi
kegiatan
industri,
daerah
10. Periuk
migrasi pekerja industri.
11. Batuceper
Wilayah berbatasan dengan Jakarta Barat
12. Neglasari
(Bandara
13. Benda
merupakan wilayah ekspansi kegiatan industri
Soekarno
Hatta)
dan perumahan dari jakarta. Sumber: Review Sistem Transportasi Kota Tangerang, Bapeda 2007
45
akses
baik,
46
Seperti yang terlihat pada tabel di atas, penggunaan lahan di Kota Tangerang terbagi dalam lima kelompok. Masing-masing kelompok penggunaan lahan ini tentu disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik wilayah setempat. Untuk permukiman sangat padat, terdapat di bagian kota dekat perbatasan dengan DKI Jakarta. Hal ini tentu tidak terlepas dari faktor lokasi yang banyak dimanfaatkan oleh para pekerja dari DKI Jakarta yang menjadi penghuni permukiman tersebut.
Untuk
kelompok
kedua
yaitu
kawasan
yang
diperuntukkan
sebagai
pengembangan kawasan permukiman. Hal ini tentu saja diambil dengan pertimbangan sebagai antisipasi perkembangan permukiman di kelompok pertama. Kegiatan perdagangan dan jasa dipastikan di tengah kota, sedangkan kawasan industri berlokasi di sebelah Selatan kota, dan wilayah yang berbatasan dengan Bandara Soekamo Hatta.
Dengan diberlakukannya Perda No.23 Tahun 2000 tentang RTRW, struktur dan pola pemanfaatan ruang wilayah telah diatur dalam bab V bagian kedua peraturan daerah tersebut. Pola pemanfaatan ruang wilayah mengatur tentang kawasan hijau, kawasan permukiman, industri dan pergudangan, perdagangan dan jasa serta kawasan khusus. Adapun pola pemanfaatan ruang dan diterapkan adalah sebagai berikut:
47
wilayah yang
Tabel III.2 Pola Pemanfaatan Ruang Wilayah Kota Tangerang Jenis Kawasan Hijau
Pemanfaatan Ruang
Lokasi
Penghijauan dengan tanaman peneduh Pengembangan areal budidaya tanaman hias dan kebun campuran Pengembangan pertanian Penataan hutan kota sebagai tempat rekreasi Penataan ruang terbuka hijau
Kawasan Permukiman
Perdagangan dan Jasa
Kecamatan Ciledug, Kecamatan Karang Tengah dan Kecamatan Larangan Kawasan permukiman padat penduduk. Pembangunan dan peningkatan Kecamatan Jatiuwung dan rusun sederhana Kecamatan Batuceper Perbaikan rumah dan Kec. Batuceper, pembantu lingkungan permukiman kumuh Neglasari, Tangerang, Jatiuwung dengan swadaya masyarakat. dan Benda. Kawasan permukiman baru Kecamatan Cipondoh, Cibodas dan menengah kecil Kecamatan Ciledug Pengadaan perumahan Kecamatan Tangerang penunjang kegiatan pusat kota Pengembangan perumahan Kecamatan Batuceper, pembantu terbatas dengan pendidikan Neglasari dan Benda. ketat Pengembangan kegiatan yg Kecamatan Jatiuwung dan Batucper mendukung sistem pusat, sub pusat dan sub-sub pusat Pengembangan kembali Pasar Kecamatan Batuceper, pembantu Ciledug Neglasari, Tangerang, Jatiuwung dan Benda Pembangunan terminal terpadu Kecamatan Cipondoh dan Ciledug Pembangunan Pasar Induk Kecamatan Tangerang Pengembangan pusat kegiatan Kecamatan Batuceper, Pembantu komoditas khusus, seperti : Neglasari dan Benda. a. pusat garmen b. pusat/ pasar loak c. pusat/ pasar sisa eksport d. pusat tanaman hias
Sumber : Perda Kota Tangerang No.23 Tahun 2000
Kawasan sempadan sungai, sempadan jalan & jalur hijau lainnya Sekitar kawasan keselamatan operasi penerbangan Bandar Udara
48
Tabel III.2 Pola Pemanfaatan Ruang Wilayah Kota Tangerang (lanjutan) Jenis
Pemanfaatan Ruang
Lokasi
Industri dan Pengembangan kawasan Pergudangan industri
Kawasan Khusus
Pengembangan pergudangan yang menunjang kegiatan industri. Penataan industri kecil termasuk penyediaan pengelolaan limbah Penataan industri dekat permukiman dan atau sungai Cisadane dengan penyediaan pengelolaan limbah Penataan kawasan industri menjadi kawasan industri selektif. Perlindungan tata air dan sumber air baku dan kawasan wisata Pengendalian banjir, irigasi, cadangan air baku dan kawasan rekreasi Pusat kegiatan pemerintahan, komersil, bisnis, perumahan, taman dan rekreasi Kawasan keselamatan operasi penerbangan
Kecamatan Jatiuwung, pembantu Cibodas, Periuk, Batuceper, Neglasari, Tangerang, Karawaci dan Larangan Kecamatan Batuceper, pembantu Neglasari , Jatiuwung, Periuk dan Cibodas. Kecamatan Cipondoh, pembantu Pinang dan Larangan Kecamatan Tangerang
Kecamatan Batuceper
Sepanjang Sungai Cisadane
Situ Cipondoh
Pusat Kota
Sekitar Bandar Udara Soekarno Hatta
Sumber : Perda Kota Tangerang No.23 Tahun 2000
III.3
Kondisi Ruang Terbuka Hijau di Kota Tangerang
III.3.1 Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan Penghijauan di Kota Tangerang terdiri dari hutan kota, taman kota, penghijauan di sepanjang DAS, jalan raya, dan perumahan. Penghijauan Kota berfungsi sebagai paru-paru kota atau ruang terbuka hijau. Pada Program Gerakan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN-RHL/GERHAN) Kota Tangerang tahun 2005, ada tambahan 100 Ha (44.000 pohon) kawasan penghijauan di Kota Tangerang. Lokasi kawasan hutan kota berada di Cikokol seluas 2 Ha yang terdiri dari 880 49
pohon jenis Mahoni, Tanjung, dan Trambesi. Disamping itu juga terdapat taman kota. Hutan dan Taman Kota yang dihasilkan dari Program GERHAN Kota Tangerang tahun 2005.
Tabel III.3 Luas Lahan RTH dari Program Gerhan Kota Tangerang No Lokasi Panjang Luas Jumlah Pohon (m) (Ha) (buah) 1 Sempadan jalan raya 35.111 15,73 6.920 2 Daerah perumahan 4,35 1.990 3 Kawasan hutan dan taman kota 13,04 5.730 4 Daerah aliran sungai 42 66,7 29.360 Sumber: Dinas Lingkungan Hidup Kota Tangerang, 2006
Program rehabilitasi lahan dilaksanakan melalui Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (Gerhan), telah dilaksanakan dalam upaya memperbaiki kualitas lahan khususnya lahan kritis yang ada di wilayah Kota Tangerang. Di Kota Tangerang, lokasi kegiatan Gerhan meliputi lokasi DAS (Daerah Aliran Sungai), taman sekolah menengah umum dan perumahan. Untuk lokasi di sepanjang DAS, jenis pohon yang ditanami adalah jenis mahoni, bungur, kupukupu, meranti, angsana, jati, matoa dan kayu manis. Pada kawasan pemukiman, pohon yang ditanami merupakan jenis mahoni, bungur, kupu-kupu, meranti, angsana, jati, matoa dan kayumanis. Penanaman dilakukan di tiga kecamatan yaitu Kecamatan Karawaci, Kecamatan Cibodas dan Kecamatan Periuk. Di Kecamatan Karawaci, lahan yang ditanami dengan 2.200 pohon merupakan lahan pemakaman dengan luas 5 Ha.
III.3.2 Lahan Pertanian Lahan pertanian selain mempunyai fungsi sebagai sarana penghasil komoditi bahan makanan dan produk pertanian, juga bermanfaat sebagai Ruang Terbuka Hijau yang sangat diperlukan untuk menjaga keseimbangan dan kelestarian lingkungan.
Berdasarkan data BPS Kota Tangerang tahun 2004, luas lahan pertanian di Kota Tangerang 1.621,3 Ha (8,8 persen dari luas wilayah Kota Tangerang). Lahan pertanian berpengairan yang diusahakan seluas 846,6 Ha, lahan pertanian tidak 50
berpengairan yang diusahakan seluas 249,2 Ha, dan lahan pertanian yang sementara tidak diusahakan seluas 525,5 Ha. Sedangkan luas lahan tegalan (pertanian kering) yang diusahakan 22 Ha dan luas lahan tegalan yang tidak diusahakan 457,1 Ha. Luas lahan tambak/ perkebunan 640,6 Ha. Luas areal perikanan kolam hingga tahun 2004 adalah sebesar 154,8 Ha, menurun 10,65 persen dari tahun 2003.
Dalam rangka melestarikan keanekaragaman hayati Pemerintah Kota menetapkan beberapa kawasan sebagai kawasan hutan dan taman kota. Selain berfungsi sebagai kawasan pelindung dan penyangga, kawasan tersebut diharapkan dapat menjadi habitat hidup flora dan fauna liar yang ada (in-situ).
Tabel III.4 Kawasan Hutan dan Taman Kota Tangerang No 1 2 3 4 5
Lokasi Hutan Kota Cikokol Taman Kota Daan Mogot Taman Pujalidane Taman Pasar Cikokol Taman Angsana Jumlah
Luas (Ha) 2 6,04 2 2 1 13,04
Jumlah Pohon 880 2.650 880 880 440 5.730
Jenis Pohon Mahoni, tanjung, trembesi Mahoni, trembesi Kupu-kupu, filicium Mahoni Angsana, filicium, bungur
Sumber: Dinas Lingkungan Hidup Kota Tangerang, 2006
Untuk sempadan jalan, penghijauan dilakukan oleh Dinas Tata Kota Sub Dinas Pertamanan yang sebaran lokasinya terutama dipilih di sisi jalan-jalan utama di Kota Tangerang.
III.4
Kondisi Sistem Transportasi Kota Tangerang
III.4.1 Pola Jaringan Jalan Raya Pola jaringan jalan Kota Tangerang dibentuk oleh pola-pola grid dan radial. Jalan utama, diantaranya jalan nasional (arteri primer), hampir seluruhnya merupakan komponen radial kota. Karena sifatnya itu maka jalan utama akan menemui atau melintasi wilayah keramaian kota. Pola-pola radial yang mendominasi jaringan, terbangun di sekitar pusat pemerintahan dan sekitarnya, dimana pusat lingkaran terletak di sekitar persimpangan Daan Mogot – Merdeka. Jalan-jalan seperti Daan Mogot, Merdeka, Kisamaun, KS Tubun dan Imam Bonjol merupakan jari51
jari dari pola ini. Di luar wilayah pusat kota pola radian berubah perlahan menjadi pola grid dan akan mencapai pola grid murni pada beberapa komplek perumahan.
Di dalam kota sendiri, karena besarnya beban maka diberlakukan sistem satu arah (SSA) sehingga jalan arteri primer tidak sepenuhnya berfungsi bagi lintasan menerus. Hal ini telah dan akan terus menimbulkan permasalahan berupa konflik antara arus menerus khususnya angkutan barang dengan lalu lintas kota. Pada RTRW terdapat upaya-upaya jangka panjang untuk memperkaya pola grid, sehingga diharapkan
akan ada lebih banyak rute alternatif yang bisa
dimanfaatkan.
Dari data-data yang berhasil dikumpulkan belum terlihat adanya penetapan klasifikasi fungsi sesuai dengan kebutuhan. Hirarki jalan belum dilengkapi dengan klasifikasi fungsi-fungsi primer dan sekunder sesuai dengan pengaturan dalam undang-undang tentang jalan.
Tabel III.5 Pengaturan Arah Arus Lalu Lintas pada Jalan-Jalan Utama Ruas Arah Batas Jalan Arus Ruas Jalan 1 Moh. Toha 2 arah Batas Kabupaten- Jl. Otista 2 Prabu Kiansantang 2 arah Jl. Siliwangi – Jl. Moh. Toha 3 Gatot Subroto 2 arah Batas Kabupaten – Jl. Proklamasi 4 Otista 1 arah Jl. Merdeka – Jl. Daan Mogot 5 Merdeka 2 arah Jl. Proklamasi-Jl. Daan Mogot 6 Imam Bonjol I 2 arah Batas Kabupaten – Jl. Teuku Umur 7 Imam Bonjol II 2 arah Jl. Teuku Umar – Jl. Merdeka 8 Daan Mogot I 1 arah Jl. Merdeka – Jl. Daan Mogot 9 Ki Samaun 1 arah Jl. P. Kemerdekaan – Jl. Daan Mogot I 10 MH. Thamrin 2 arah Batas Kabupaten – Jl. P. Kemerdekaan 11 Daan Mogot II 2 arah Jl. Daan Mogot I – Batas DKI Jakarta 12 Jend. Sudirman 2 arah Jl. Daan Mogot II – Jl. KH. Hasyim Ashari 13 Moh. Yamin 2 arah Jl Jend. Sudirman – Jl. Pahlawan Taruna 14 KH. Hasyim Ashari I 2 arah Jl. Jend. Sudirman – Jl. KH. Hasyim Ashari II 15 KH. Hasyim Ashari II 2 arah Jl. KH. Hasyim Ashari II – Jl. HOS Cokroaminoto 16 HOS. Cokroaminoto 2 arah Jl. KH. Hasyim Ashari II – Batas DKI Jakarta Sumber: Review Sistem Transportasi Kota Tangerang, Bapeda 2007 No
52
III.4.2 Klasifikasi Fungsi Jalan a. Panjang Jalan Total panjang jalan dalam kota tahun 2005 adalah 856,4 km yang terdiri dari 816,3 km jalan kota, 25,6 km jalan propinsi dan 14,2 km jalan nasional. Ditinjau dari kepadatan jaringan, Kota Tangerang memiliki angka yang cukup tinggi yaitu rata-rata 4,8 km2 luas kota, yang menempati urutan ke-dua tertinggi setelah DKI Jakarta yang memiliki 11,5 km. b. Fungsi Jalan Fungsi Primer: Jaringan primer adalah menghubungkan antar pusat-pusat kegiatan primer sesuai dengan jenjang kota atau pusat kegiatan dalam lingkup lokal, wilayah maupun nasional. Penetapan fungsi jalan arteri dalam system primer
ditetapkan
berdasarkan
SK
dan kolektor
Menteri
PU
No
480/KPTS/1996 tentang penetapan Ruas-ruas Jalan Dalam Jaringan Jalan Primer menurut peranannya sebagai Jalan Arteri, Jalan Kolektor 1, Kolektor 2 dan Kolektor 3. Penetapan srarus ruas-ruas jalan sebagai jalan propinsi ditetapkan melalui SK Mendagri No 620-306 Tahun 1998. Sebagaimana yang tertuang di dalam SK tersebut disebutkan perlunya perbaikan setiap 5 tahun, dan sampai saat ini belum dilakukan sehingga apa yang berlaku di Kota Tangerang masih mengacu kepada SK tersebut. Berdasarkan kedua keputusan tersebut maka di dalam Kota Tangerang terdapat dua jalan nasional yang berfungsi sebagai jalan arteri primer yaitu: Jalan Daan Mogot–Merdeka–Gatot Subroto hingga Jalan Raya Serang melalui Cikupa sepanjang 6,5 km, dan kedua adalah Jalan Jend. Sudirman-Hasan Ashari-Hasyim Ashari-HOS Cokroaminoto menerus hingga Kebayoran Lama sepanjang 16,9 km. Jalan propinsi yang terdapat di dalam kota ini adalah Jalan MH Thamrin dan Jalan Gatot Subroto-Cikupa masing-masing sepanjang 4 km dan 8 km. Keduanya berfungsi sebagai kolektor primer 2. Fungsi Sekunder: Pada
saat ini belum ada pembagian status dan fungsi jalan
kota, namun demikian terdapat usulan-usulan jalan fungsi sekunder seperti; -
Jalan utama dalam kota meliputi: Jalan KS Tubun- Otista- Imam Bonjol hingga Lippo Karawaci Jalan Daan Mogot- Merdeka- Gatot Subroto hingga akses Tol Bitung 53
Jalan Moh Toha menuju Mauk, dan Jalan Teuku Umar-ProklamasiSoebandi hingga Jl. Moh Toha diusulkan untuk menjadi jalan arteri sekunder dengan damija 22-26 meter. -
Status kolektor sekunder dengan damija 14 – 18 meter pada jalan-jalan yang menghubungkan antar arteri sekunder atau arteri sekunder dengan arteri primer.
III.4.3 Volume Lalu Lintas Volume lalu lintas yang dilayani oleh jaringan jalan kota Tangerang sudah padat khususnya pada jam-jam sibuk. Analisis terhadap variasi jam-jaman survai harian pada batas-batas kota menunjukan fluktuasi adanya tiga perioda waktu sibuk, yaitu pagi antara jam 06.00-08.00, siang 11.00-13.00 dan sore antara jam 16.0018.00. Pada umumnya jam sibuk tertinggi terjadi pada pagi hari.
Tabel III.6 Variasi Volume 24 Jam Batas Kota (smp/jam) Waktu Survai 6:00 7:00 8:00 9:00 10:00 11:00 12:00 13:00 14:00 15:00 16:00 17:00 18:00 19:00 20:00 21:00 22:00 23:00 0:00 1:00 2:00 3:00 4:00 5:00 Total
Jl. Daan Mogot Ke Ke Tangerang Jakarta 1.796 2.575 2.923 3.318 2.426 2.923 2.297 2.726 2.253 2.169 2.198 2.599 2.025 2.225 2.319 2.063 3.139 2.014 2.990 1.811 3.035 2.277 3.121 2.419 3.676 2.293 2.435 1.573 1.982 1.309 1.999 1.103 1.270 817 851 553 414 373 353 295 306 231 401 311 643 599 1.157 1.496 46.009 40.070
Total 4.371 6.240 5.349 5.023 4.421 4.797 4.250 4.382 5.153 4.801 5.312 5.540 5.969 4.007 3.291 3.102 2.087 1.404 786 647 537 712 1.242 2.653
Jl. Ciledug Raya Ke Ke Tangerang Jakarta 899 1.744 1.011 1.958 996 1.551 882 1.410 785 1.252 930 1.172 1.077 1.211 957 1.195 948 1.137 1.061 1.149 1.117 1.343 1.393 1.404 1.096 1.212 1.036 1.102 1.028 903 958 751 729 513 452 290 321 222 228 160 142 129 151 177 254 359 665 1.006 19.115 23.349
Total 2.643 2.969 2.546 2.291 2.037 2.102 2.288 2.153 2.085 2.210 2.460 2.797 2.308 2.139 1.931 1.709 1.242 741 542 388 271 328 613 1.671
Sumber: Review Sistem Transportasi Kota Tangerang, Bapeda 2007
54
Tabel III.7 Variasi Volume 16 Jam Batas Kota (smp/jam) Waktu Jl. Serpong Raya Survai Ke Tangerang Ke Serpong 6:00 4.291 2.328 7:00 4.385 2.378 8:00 3.217 2.373 9:00 2.664 2.457 10:00 2.532 2.874 11:00 2.397 3.015 12:00 2.342 2.922 13:00 2.435 2.835 14:00 1.987 2.614 15:00 2.264 2.339 16:00 2.173 2.593 17:00 2.257 2.719 18:00 1.753 2.643 19:00 1.571 2.944 20:00 1.205 2.349 21:00 1.107 1.927
Jl. M. Toha Total Ke Tangerang Keluar Kota 6.619 794 387 6.763 1.089 534 5.591 444 505 5.121 439 486 5.406 434 496 5.412 413 543 5.263 467 529 5.270 502 431 4.601 302 434 4.603 549 512 4.766 546 647 4.977 487 554 4.396 452 411 4.515 371 360 3.554 231 289 3.034 161 238
Total 1.181 1.623 950 925 930 956 996 933 737 1.061 1.193 1041 .862 730 520 399
Sumber: Review Sistem Transportasi Kota Tangerang, Bapeda 2007
Volume di pusat kota menunjukan variasi yang lebih merata namun tetap dapat dibedakan adanya puncak-puncak kepadatan pada pagi, siang dan sore sebagaimana data analisis pada tiga lokasi di jaringan SSA (sistem satu arah) di bawah ini. Arus terpadat terjadi pada sore hari di ruas jalan Merdeka Timur yang mencapai 3.407 smp/jam. Tabel III.8 Variasi Volume 16 Jam dalam Kota Waktu Survai Daan Mogot Merdeka Timur Benteng Jaya 6:00 7:00 8:00
2.016 2.292 2.034
2.658 3.352 2.994
742 726 682
9:00 10:00 11:00 12:00 13:00
2.286 2.206 2.414 2.578 2.439
2.953 2.842 3.073 3.109 3.209
604 575 704 733 653
14:00 15:00 16:00 17:00 18:00 19:00 20:00 21:00
2.172 2.071 2.192 2.411 1.934 1.912 1.631 1.330
3.086 2.885 3.182 3.407 2.887 2.523 1.654 1.425
504 493 491 538 406 458 352 243
Sumber: Review Sistem Transportasi Kota Tangerang, Bapeda 2007 55
Kemacetan jaringan jalan pada jam sibuk pagi, siang dan sore hari, lebih banyak disebabkan oleh sebab lain dibandingkan geometriknya. Kemacetan pada ruas jalan pada umumnya adalah karena friksi akibat parkir, pedagang kaki , angkot, truk berat dan pedestrian. Persoalan geometrik terdapat di jalur Gatot Subroto khususnya pada akses ke kawasan industri.
Dari 29 simpang yang di survai terdapat beberapa simpang yang telah mengalami defisiensi kinerja lalu lintas, ini bisa dilihat dari adanya antrian yang panjang dengan waktu yang relatif lama. Tabel III.9 Kinerja 29 Ruas Jalan Utama di Kota Tangerang N o
Ruas Jalan
1
Jl Maulana Hasanudin
2
Jl KH. Hasyim Ashari
3
Jl. TMP Taruna
4
Jl. M. Thamrin
5
Daan Mogot
6
Jl. Agus Salim
8 9 10 11
Jalan Pembangunan 1 Benteng Jaya Daan Mogot Ki Samaun Otista
12
Merdeka
13
Terminal Poris
7
Arah Gerakan Lalu Lintas ke Daan Mogot ke KH. Hasyim Ashari Vol.dua arah ke Sudirman ke KH. Hasyim Ashari Vol.dua arah ke Gor Persita ke Veteran Vol Dua Arah ke Serpong ke Cikokol Vol. Dua Arah ke Kebon Besar ke Pembangunan 1 Vol. Dua Arah ke Daan Mogot ke Poris Vol. Dua Arah ke Daan Mogot ke Pembangunan 1 Vol. Dua Arah ke Daan Mogot ke Simpang Ki Samaun ke Otista M. Toha ke Otista ke Cimone Vol. Dua Arah ke Daan Mogot ke Terminal Poris Vol. Dua Arah
Sibuk Pagi Vol V/C 897 0.61 571 1.468 1.526 0.5 1.181 2.707 1.158 0.39 1.360 2.518 3.317 0.74 2.846 6.163 1.758 0.58 1.662 3.419 23 0.8 129 151 541 0.51 522 1.063 801 0.36 2.536 0.52 626 0.54 2.921 0.77 1.594 0.75 1.752 3.346 1.506 0.4 832 2.338
Sibuk Siang Vol V/C 535 0.5 632 1.167 1.162 0.4 1.120 2.282 1.027 0.4 1.456 2.483 3.037 0.7 2.898 5.935 1.819 0.6 1.777 3.596 41 0.1 160 201 501 0.5 615 1.116 783 0.4 2.583 0.5 743 0.6 2.797 0.7 1.214 0.6 1.571 2.785 1.094 0.3 830 1.924
Sumber: Review Sistem Transportasi Kota Tangerang, Bapeda 2007
56
Sibuk Sore Vol V/C 458 0.5 772 1.230 988 0.4 1.255 2.243 954 0.4 1.324 2.278 2.667 0.7 3.245 5.912 1.657 0.6 1.781 3.438 30 0.1 137 167 531 0.5 539 1.070 549 0.2 2.477 0.5 663 0.6 3.270 0.9 1.279 0.6 1.521 2.800 799 0.3 1.036 1.835
Tabel III.9 Kinerja 29 Ruas Jalan Utama di Kota Tangerang (lanjutan) N o
Ruas Jalan
14
Sudirman
15
Veteran
16
Perguruan Budhi
17
Keramat 1
18
Imam Bonjol
19
Gatot Subroto
20
Dipati Unus
21
Gajah Tunggal
22
Telesonik
23
H. Mansyur
24
HOS Cokroaminoto
25
KS Tubun
26
M Toha
27
Kiansantang
Sibuk Pagi Vol V/C 1.934 0.46 1.577 3.511 1.119 0.33 673 1.792 313 0.49 573 885 223 0.36 191 414 924 0.69 709 1.633 1.594 0.75 1.752 3.346 301 0.46 228 529 615 0.75 1.149 1.764 262 0.37 599 861 377 0.61 715 1.092 1.511 0.68 2.563 4.074 402 0.7 850 1.252 1.227 0.91 1.298 2.525 634 0.67 567 1.201
Arah Gerakan Lalu Lintas ke Daan Mogot ke Cikokol Vol. Dua Arah ke Sudirman ke TMP Taruna Vol. Dua Arah ke Imam Bonjol ke Kisamaun Vol. Dua Arah ke Imam Bonjol ke Merdeka Vol. Dua Arah ke Teuku Umar ke Merdeka Vol. Dua Arah Cimone- Siliwangi Siliwangi-Cimone Vol. Dua Arah ke Gatot Subroto ke Perumnas Vol. Dua Arah ke Gatot Subroto ke Gajah Tunggal Vol. Dua Arah ke Gatot Subroto ke Telesonik Vol. Dua Arah ke KH. H.Ashari ke Gondrong Vol. Dua Arah Batas ke Mencong Mencong ke Batas Vol. Dua Arah ke Bayur ke KS Tubun Vol. Dua Arah ke Kiansantang ke Pasar Baru ke Dua Arah ke M. Toha ke Siliwangi Vol. Dua Arah
Sibuk Siang Vol V/C 1.900 0.5 1.723 3.622 1.074 0.3 587 1.661 319 0.5 498 817 247 0.4 190 437 989 0.8 790 1.779 1.214 0.6 1.571 2.785 270 0.4 237 508 370 0.5 738 1.108 170 0.2 217 387 403 0.5 426 829 1.472 0.6 2.186 3.658 575 0.7 870 1.445 1.075 0.8 1.086 2.161 813 0.8 547 1.360
Sumber: Review Sistem Transportasi Kota Tangerang, Bapeda 2007 57
Sibuk Sore Vol V/C 1.657 0.4 1.650 3.308 978 0.3 474 1.452 335 0.4 374 709 199 0.3 139 338 897 0.7 816 1.713 1.440 0.7 1.561 3.000 224 0.4 272 496 706 0.4 339 1.045 537 0.3 186 723 575 0.6 482 1.057 2.211 0.6 1.633 3.844 599 0.8 774 1.373 1.155 0.7 744 1.899 663 0.7 568 1.231
Tabel III.9 Kinerja 29 Ruas Jalan Utama di Kota Tangerang (lanjutan) N o
Ruas Jalan
28
Teuku Umar
29
Beringin
Sibuk Pagi Vol V/C 748 0.78 1.296 2.044 1.271 0.76 729 2.000 6.163 0.91 23 0.08 1,406 0.57
Arah Gerakan Lalu Lintas ke Shinta ke Imam Bonjol Vol. Dua Arah ke Shinta ke Perumnas Vol. Dua Arah
V/C max V/C min Rata-rata
Sibuk Siang Vol V/C 782 0.6 865 1.647 892 0.6 661 1.553 5.935 0.8 41 0.1 1,284 0.5
Sibuk Sore Vol V/C 686 0.5 622 1.308 688 0.5 568 1.256 5.912 0.9 30 0.1 1,246 0.5
Sumber: Review Sistem Transportasi Kota Tangerang, Bapeda 2007
Ada beberapa persimpangan yang sudah menunjukkan masalah atau berpotensi bermasalah di masa depan, diantaranya yaitu : 1. Simpang Sudirman-KH. Hasyim Ashari (Simp. PLN) 2. Simpang Hos Cokroaminoto-Raden Patah (simp. Ciledug) 3. Simpang Husien Sastra Negara – Atang Sanjaya (Simp. Rawa Bokor) 4. Simpang Telesonik 5. Simpang Gatot Subroto - Siliwangi 6. Simpang Moh. Toha – Prabu Kiansantang 7. Simpang Maulana Hasanudin III.4.4 Komposisi Lalu Lintas Gambar-gambar di bawah ini menjelaskan komposisi kendaraan di dalam lalu lintas kawasan dalam kota. Gambar III. 5 Komposisi Moda di Jl. KH. Hasyim Ashari 26,0%
12,9% 1,3% 3,8%
56,0% Pribadi
Angkot
Bus
Truk
Motor
Sumber: Review Sistem Transportasi Kota Tangerang, Bapeda 2007 58
Gambar III.6 Komposisi Moda Di Jl. TMP Taruna 23,2% 49,0%
23,3% 1,4% Pribadi
Angkot
3,0% 0,1% Elf
Bus
Truk
Motor
Sumber: Review Sistem Transportasi Kota Tangerang, Bapeda 2007
Hingga tahun 2005 terdapat 7.556 kendaraan umum, 83.619 kendaraan nonumum dan 283.306 sepeda motor yang tercatat di Kota Tangerang. Penggunaan kendaraan roda dua (sepeda motor) lebih banyak dibanding kendaraan bermotor lainnya karena sepeda motor dianggap oleh masyarakat sebagai sarana yang paling efektif dan efisien, terutama setelah semakin tingginya harga bahan bakar minyak (BBM) yang ditetapkan oleh pemerintah.
Tabel III.10 Jumlah Kendaraan Domisili Kota Tangerang Tahun 2002 – 2005 Tahun No Kendaraan Jenis 2002 2003 2004 2005 Sedan, jeep dan Umum 1.246 1.327 2.216 2.345 1 sejenisnya Non Umum 17.178 11.679 13.820 22.942 Minibus, station wagon Umum 7.639 6.073 4.626 4.731 2 dan sejenisnya Non Umum 28.815 20.134 30.354 42.317 Bus, microbus dan Umum 324 315 288 443 3 sejenisnya Non Umum 835 657 588 823 Umum 149 100 45 37 4 Truck, pickup (beban) Non Umum 12.742 11.230 13.177 17.537 5 Sepeda motor Non Umum 144.132 151.813 207.709 283.306 Jumlah roda 4 atau Umum 9.358 7.815 7.175 7.556 lebih Non Umum 57.570 43.700 57.939 83.619 Jumlah roda 2 atau Non Umum 144.132 151.813 207.709 283.306 lebih Umum 9.358 7.815 7.175 7.556 Jumlah Non Umum 201.702 195.513 265.648 366.925 Total Kendaraan 211.060 203.823 272.823 374.481 Sumber: Dishub Kota Tangerang Tahun 2006
59
III.5
Kualitas Udara dan Kesehatan Masyarakat Kota Tangerang
Kota Tangerang berdasarkan kriteria ukuran sebuah kota termasuk ke dalam kategori kota metropolitan. Seperti halnya pada kota besar lainnya di Indonesia, permasalahan yang sering timbul adalah menyangkut penurunan kualitas udara yang mengalami penurunan mutu dalam penggunaannya sehingga pada akhirnya tidak dapat digunakan lagi sebagaimana mestinya sesuai dengan fungsinya. Pencemaran udara selalu terkait dengan sumber yang menghasilkan pencemaran udara yaitu sumber bergerak (umumnya kendaraan bermotor) dan sumber tidak bergerak (umumnya kegiatan industri). Penurunan kualitas udara terjadi akibat masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan/ atau komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara ambien turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya (Pasal 1, PP No. 41/1999). Zat-zat pencemar udara secara umum dapat dibedakan menjadi lima kelompok yaitu Karbon Monoksida (CO), Debu/ partikel (TSP), Sulfur Dioksida (SO2), Nitrogen Oksida (NOx), dan Hidrokarbon (HC).
60
Tabel III.11 Kualitas Udara Ambien di 13 Kecamatan Kota Tangerang Tahun 2008 No.
Parameter
LOKASI SAMPLING
Waktu Pengukuran
Baku Mutu
Satuan
Kec. Periuk
Kec. Jatiuwung
1
Sulfur Dioksida
1 jam
900
µg/Nm3
18,6
37,8
Kec. Cibodas 37,4
Kec. Kec. Karawaci Neglasari 39,9 49,8 2561 2496
2
Karbon Monoksida
1 jam
30000
µg/Nm3
2146
2388
1573
3
Nitrogen Dioksida
1 jam
400
µg/Nm3
45,0
36,1
21,6
27
4
Oksidan
1 jam
235
µg/Nm3
24,0
26,0
28
33
5
Hidrokarbon
3 jam
160
µg/Nm3
86,2
105
114
6
Timah Hitam
24 jam
2
µg/Nm3
0,14
0,15
7 8 9 10 11
Debu Hidrogen Sulfida Amoniak Temperatur Kelembaban
24 jam 1 jam 1 jam
230 0,02 2
µg/Nm3 ppm ppm °C %
276,0 < 0,0015 0,006 29,9 68
278 < 0,0015 0,05 36,7 42
Kec. Benda
Gd. Puspem
37,2
38,0
Kec. Batuceper 24,8
Kec. Cipondoh
Kec. Pinang
Kec. Ciledug
Kec. Karang Tengah
Kec. Larangan
44
37,5
64
35,3
35,2
2269
2703
2225
2366
2285
2373
2135
2317
57
25
36
34
55
37
52,8
25,4
28,4
28
27,1
33
24,6
41
38,4
28,4
11,8
14,5
105
130
125
125
120,2
132,4
100,5
144,2
120
55,6
0,12
0,11
0,22
0,12
0,029
0,025
0,015
0,08
0,012
0,008
0,006
236 < 0,0015 0,03 33,5 73
191 < 0,0015 0,14 33,5 73
303 < 0,0015 0,02 33,2 67
347 < 0,0015 0,002 31,7 65
228 < 0,0015 0,006 38,8 39
366 < 0,0015 0,02 31,4 46
149 < 0,0015 0,01 31,2 76
220 < 0,0015 0,06 34 67
389 < 0,0015 0,005 32,6 50
161 < 0,0015 0,004 37,2 48
98 < 0,0015 0,005
Sumber : Dinas Lingkungan Hidup Kota Tangerang, 2008
Penurunan kualitas udara ini menjadi masalah karena dapat menyebabkan gangguan kesehatan salah satunya adalah Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA). Pada tahun 2006 ada 11 penyakit menular yang diamati di Kota Tangerang dan tercatat sebanyak 155.397 kasus penyakit ISPA yang muncul paling tinggi dibanding penyakit menular yang lain serta menduduki peringkat pertama dalam 10 besar kasus penyakit yang terjadi di Kota Tangerang. Data dari Dinas Kesehatan Kota Tangerang menunjukkan bahwa dari tahun 2003 hingga tahun 2006 selalu terjadi peningkatan jumlah kasus penderita penyakit ISPA dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kasus Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA), secara umum disebabkan oleh debu dan asap dari kendaraan bermotor. Meningkatnya kasus ISPA ini sejalan dengan meningkatnya jumlah kendaraan bermotor (umum dan non-umum).
61
Gambar III.5 Jumlah Kasus Penderita Penyakit ISPA Tahun 2003 – 2006 160,000 140,000 120,000 100,000 80,000 60,000 40,000 20,000 0
2003
2004
2005
2006
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Tangerang, 2006
Hasil pemantauan (uji emisi) terhadap 472 kendaraan bermotor 320 plat hitam, 78 plat merah, dan 74 plat kuning] di Kota Tangerang tahun 2005 yang dilaksanakan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Tangerang pada 3 (tiga) lokasi yaitu: Plaza “ Anugrah” Ciledug, Gedung Pusat Pemerintahan Kota Tangerang, dan Plaza “ Sinar Merdeka Mas” Cimone, diketahui bahwa: 1. Kendaraan Bermotor Plat Hitam secara total mengandung HC sebesar 195.546 ppm, CO sebesar 977,19 %, dan Opasitas sebesar 2.716,71 %. 2. Kendaraan Bermotor Plat Merah secara total mengandung HC sebesar 69.543 ppm, CO sebesar 220 %, dan Opasitas sebesar 62,1%. 3. Kendaraan Bermotor Plat Kuning secara total mengandung HC sebesar 94.846 ppm dan CO sebesar 490,26%. Dapat dikatakan bahwa dari keseluruhan kendaraan yang diuji (472 sampel kendaraan bermotor) mengandung HC sebesar 359.935 ppm, CO sebesar 1.687,45 %, dan opasitas sebesar 2.778,81 %. Hasil uji emisi tersebut menunjukkan bahwa hanya 49 persen kendaraan bermotor yang lulus uji emisi, dengan rincian sebagai berikut: Dari 78 kendaraan bermotor plat merah, hanya 58% yang lulus uji emisi Dari 74 kendaraan bermotor plat kuning, hanya 15% saja yang lulus uji emisi Dari 320 kendaraan bermotor plat hitam, 53% yang lulus uji emisi
62