Sistem Informasi Geografis Menentukan Lokasi Bandara Terdekat Untuk Pendaratan Darurat Dengan Menggunakan Haversine Formula
Satria Hidayat Mahasiswa Teknik Informatika, FT UMRAH,
[email protected]
Irdam Adil Dosen Teknik Informatika, FT UMRAH,
[email protected]
Nerfita Nikentari Dosen Teknik Informatika, FT UMRAH,
[email protected]
ABSTRAK Pendaratan darurat pesawat bisa disebabkan oleh beberapa faktor, seperti kerusakan pada mesin pesawat, bocornya tangki bahan bakar dan lain-lain. Untuk melakukan
pendaratan darurat, maka di
perlukannya informasi fasilias bandara, seperti panjang landasan untuk proses landing dan Take off . Tipe pesawat sangat mempengaruhi untuk mempengaruhi proses tersebut. Untuk itu tujuan dari penelitian ini adalah membuat sebuah aplikasi Sistem informasi geografis yang berfungsi untuk menampilkan informasi letak dan fasilitas bandara serta menentukan lokasi terdekat untuk menentukan pendaratan darurat dengan menggunakan Haversine Formula sebagai penghitungan jarak anatara posisi pesawat dengan lokasi bandara dan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) sebagai pendukung keputusan dalam menentukan lokasi bandara terdekat. Inputan dari aplikasi ini berupa latitude, longitude, tipe pesawat dan bahan bakar maka hasil dari penelitian ini adalah menampilkan lokasi bandara terdekat untuk melakukan pendaratan darurat sesuai dengan panjang landasan, tipe pesawat dan bahan bakar yang ditampilkan melalui peta digital.
Kata kunci :
Latitude, Longitude, Haversine formula, Sistem Informasi Geografis (SIG), Analytical
Hierarchy Process (AHP)
1
I.
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan Negara yang memiliki
dan menentukan lokasi bandara untuk melakukan
banyak pulau dan dipisahkan oleh lautan tentunya
pendaratan darurat berdasarkan tipe pesawatnya.
penyebaran bandara di Indonesia saat ini sangat Haversine formula adalah rumus yang
banyak pula. Bandara dapat dikelompokkan menjadi
beberapa
internasional,
jenis
bandara
yaitu
domestik
tepat untuk menghitung jarak antara dua titik,
bandara pusat
dengan inputan latitude dan longitude sebagai
dan
titik awal dan titik akhir, maka akan dihitung
bandara domestik pembantu.
jarak antara titik-titik yang berada didekatnya, Bandar
udara
informasi-informasi
umumnya
latitude, longitude dan panjang landasan. Untuk
terdapat pada bandara tersebut. Fasilitas yang
penentuan lokasi bandara mana yang akan dipilih
dimiliki suatu bandara tentunya berbeda dengan
digunakan
bandara lainnya. Saat ini sudah banyak terjadi
menentukan
pendaratan
yang
berdasarkan keputusan user atau orang yang ahli
disebabkan oleh beberapa permasalahan yang di
dibidangnya. Apabila bandara sudah ditentukan
antaranya kerusakan mesin, bocornya tangki
maka user bisa melihat peta lokasi bandara.
pesawat
fasilitas
output yang ditampilkan adalah nama bandara,
yang
darurat
tentang
memiliki
terbang
metode lokasi
AHP bandara
berfungsi yang
untuk terpilih,
bahan bakar, kesalahan navigasi dll. Untuk II. KERANGKA TEORI
mengatasi hal tersebut pilot harus melakukan
A. HAVERSINE FORMULA
pendaratan darurat. Dari uraian diatas maka dibutuhkan sebuah aplikasi yang berfungsi untuk
Haversine Formulla adalah persamaan yang
memberikan informasi berupa fasilitias-fasilitas
digunakan dalam navigasi, yang memberikan
bandara setiap daerah, dan untuk menentukan
jarak lingkaran besar antara dua titik
lokasi pendaratan darurat.
permukaan bola (bumi) berdasarkan bujur dan
pada
lintang. (Gintoro, 2010)
Dalam menentukan lokasi pendaratan darurat pilot harus mencari bandara terdekat
Penggunaan
rumus
ini
mengasumsikan
dengan posisi pesawat. Dalam menentukan
pengabaian efek ellipsoidal, cukup akurat untuk
bandara yang akan dijadikan lokasi pendaratan
sebagian besar perhitungan, juga pengabaian
darurat pilot harus memikirkan tipe pesawat yang
ketinggian bukit dan kedalaman lembah di
dibawanya karena tipe pesawat mempengaruhi
permukaan bumi. Berikut adalah rumus haversine
panjang landasan untuk landing dan take-off.
(Prof. Nitin R.Chopde, 2013) :.
Maka dibutuhkan sebuah aplikasi yang berfungsi Persamaan (1) :
untuk menampilkan informasi fasilitas bandara
2
B. Jurnal Internasional GIS Driven Urban Traffic d= jarak
Analysis
Based
on
Ontology,
Tazin
= latitude
awal
Malgundkar, Madhuri Rao dan Dr. S.S.
= latitude
akhir
Mantha menjelaskan dalam jurnalnya yang menampilkan informasi tetang situasi jalan
2=longitude awal
raya pada kota dengan mengirimkan pesan
1=longitude akhir
kepada pengguna melalui sms gateway. B.
C. Gintoro, Iwan Wijaya Suharto, Febiyan
Analytic Hierarchy Process (AHP)
Rachman, Daniel Hakim (2010) memaparkan dalam seminar nasional aplikasi teknologi
Metode Analytic Hierarchy Process (AHP)
informasi
pertama kali di kembangkan oleh seorang ahli
Perancangan Sistem Pencarian Taksi Terdekat
matematika yang bernama Thomas L Saaty pada
dengan Pelanggan Menggunakan Layanan
tahun 1993. Menurut saaty metode ini adalah
Berbasis Lokasi. Sistem informasi ini dapat
sebuah kerangka untuk mengambil keputusan
mengotomasi pencarian taksi dengan jarak
dengan efektif atas persoalan yang kompleks dengan proses
menyederhanakan pengambilan
dan
terdekat terhadap posisi pemesanan taksi serta
mempercepat
keputusan
yang berjudul Analisis dan
mengotomasi penyebaran informasi ke taksi
dengan
dan konfirmasi pemesanan layanan taksi ke
memecahkan persoalan tersebut kedalam bagian-
pengguna layanan taksi.
bagianya. Menata bagian atau variabel ini dalam
D. Edi Iskandar (2012)
suatu hirarki , memberi nilai numeric pada
melakukan penelitian
tentang Sistem Informasi Geografis untuk
pertimbangan subjektif tentang pentingnya tiap
Pemetaan Daerah Rawan Gempa Tektonik
variabel dan mensistesis berbagai pertimbangan
dan Jalur Evakuasi di Yogyakarta. Penelitian
ini untuk menetapkan variabel yang mana yang
ini
memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak
menampilkan
peta
daerah
rawan
gempa(sesuai zona), juga mampu mengupdate
untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut
status zona dan menambahkan kriteria zona
(Saaty, 1993).
sesuai dengan kejadian gempa terakhir. Pada penelitian ini menggunakan beberapa layer
III. KAJIAN TERDAHULU
yaitu layer Kabupaten, layer Kecamatan,
A. Jurnal internasional Landmark Based Shortest
Layer Jalan, Layer Lokasi yang berupa titik
Path Detection by Using A* and Haversine
lokasi.
Formula, Prof. Nitin R.Chopde, Mr. Mangesh
E. Hersa Farida Qoriani (2012) melakukan
K. Nichat menjelaskan dalam jurnalnya
penelitian tentang Sistem Informasi Geografis
membuat sebuah petunjuk rute terpendek
untuk Mengetahui Tingkat Pencemaran Limba
keluar dari kota. Rute dalam sistem ini
Pabrik
diproses dengan mengkombinasikan algoritma A*
di
Kabupaten
Sidoarjo.
Sistem
Informasi Geografis ini dibuat berbasis web,
dengan haversine formula. Haversine
pada penelitian ini sistem informasi ini
formula digunakan untuk mendapatkan jarak
menggunakan ketentuan baku mutu limbah
terkecil antara 2 titik pada permukaan bola
cair kawasan industri surat keputusan Menteri
dengan menggunakan latitude dan longitude.
Negara
3
Lingkungan
Hidup,
dengan
perhitungan ini dapat diketahui pencemaran
manager dalam menentukan lokasi-lokasi
limbah cair yang dihasilkan pabrik dikawasan
yang tepat dalam proses pendirian lokasi
Sidoarjo. Dengan sistem informasi geografis
warnet.
ini
petugas
dapat
menginputkan
data
perusahaan, data hasil survei pencemaran
IV. METODE PENELITIAN
limbah di lapangan dan laporan pencemaran
A. Metode Pengumpulan Data
tiap periode.
Pengumpulan
F. Danny Manongga, Samuel Papilaya, Selfiana Pandie
memaparkan
yang
dibutuhkan
dilakukan dengan cara melakukan studi
dalam
literatur. Data bandara di kumpulkan melalui
penelitiannya yang berjudul Sistem Informasi
buku “Airport/Facility Directory 2012” dan
Geografis untuk Perjalanan Wisata di Kota
melakukan wawancara terhadap ahli dalam
Semarang. Sistem informasi geografis ini
penerbangan.
dapat
(2009)
data-data
menampilkan
informasi
mengenai
B. Metode Pengembangan Sistem
lokasi dari sarana pariwisata dan fasilitas
Pada tahap pengembangan sistem terdiri dari
pendukung yang ada. Pada sistem informasi
proses-proses yang terstruktur yaitu : analisis,
ini terdapat beberapa fungsi yang bermanfaat
desain,
bagi user yaitu fungsi untuk mencari lokasi
pengembangan ini dikenal dengan model
jalan, fungsi untuk melihat informasi detail
Sekuensial Linier menurut Roger S. Pressman.
dari hasil pencarian, fungsi untuk melihat
Berikut gambar dari desain model sekuensial
lokasi tempat terdekat fungsi untuk mengukur
linier :
code
dan
pengujian.
Metode
jarak dan fungsi untuk melihat informasi Gambar 1. Metode Pengembangan Sistem
detail mengenai sarana pariwisata. Dalam penelitian ini dalam pembangunan aplikasi tersebut
menggunakan
Mapobject
Berikut penjelasan proses-proses dari metode
dan
pengembangan sistem diatas :
digabungkan dengan Visual Basic.
1.
G. (Sri Winiarti dan Ulfah Yuraida, 2009)
Analysis
tentang
Tahap ini menguraikan kebutuhan sistem yang
mendirikan
utuh menjadi komponen-komponen sistem
warnet yang studi kasusnya di PT. Pika Media
untuk mengetahui bagaimana sistem dibangun
Komunikasi. Metode yang digunakan pada
dan untuk mengetahui kelemahan - kelemahan
penelitian ini adalah metode AHP. Kriteria-
sistem yang sudah ada sehingga dapat
kriteria yang digunakan adalah jarak dengan
dijadikan masukan dan pertimbangan dalam
pondokan mahasiswa < 100 m, jarak dengan
penyusunan sistem yang baru. Pada tahap ini,
sarana pendidikan < 2 Km, jarak dengan BTS
hal yang dilakukan adalah mencari dan
(Base Transciever Station ) maksimal 12 Km,
mempelajari
penilaian berdasarkan warnet pesaing yang
bandara.
ada
2.
memaparkan pendukung
dalam keputusan
disekitar
lokasi
penelitian untuk
250
m,
penilaian
referensi
tentang
informasi
Design
berdasarkan luas bangunan minimal 6 x 8 m2.
Tahap ini merupakan tahap perancangan
Output yang dibagun yaitu berupa peta lokasi
sistem.
pendirian warnet sehingga dapat membantu
flowchart berfungsi untuk menyatakan yang
4
Tahap
design
ini
menggunakan
akan di bangun aliran metode atau proses
V.
PEMBAHASAN
sehingga memberi solusi dalam penyelesaian
A. Menginput Data
masalah yang ada di dalam proses atau
Diketahui
algoritma
latitude,longitude dan tipe pesawat bermula
tersebut.
Relationship
Diagram
Sementara (ERD)
Entity
digunakan
inputan
Derajat1= 5
sistem yang akan dibangun.
Menit1=3
Detik1=39
Arah1=South
Derajat2= 119
Tahap ini adalah penerjemahan rancangan
Menit2=33
dalam
Detik2=16
pemrograman PHP.
Arah2=East
4.
Code
tahap
desain
ke
dalam
koordinat
dari derajat, menit, detik dan arah yaitu :
untuk membantu manggambarkan diagram
3.
suatu
bahasa
Test
Aeroplane Reference Code = 4C
Tahap ini merupakan uji coba terhadap
Tipe pesawat = Airbus A320-200
program yang akan dibangun. Sehingga
Bahan Bakar = 1400 Liter
analisis hasil implementasi yang didapat dari
B. Mengkonversi Data
sistem disesuaikan dengan kebutuhan sistem tersebut. Jika penerapan sistem sudah berjalan
Dalam mencari jarak diperlukan data inputan
dengan
yaitu latitude dan longitude. Maka untuk
lancar,
maka
sistem
dapat
diimplementasikan.
mengkonversi data dari bentuk derajat, menit, detik ke dalam latitude dan longitude
C. Perancangan Sistem
dapat dilakukan sebagai berikut :
Perancangan sistem yang akan di bangun sebagai berikut:
Latitude= derajat1 + (menit1/60)+(detik1/3600)
Data Login Data Bandara Data Provinsi Data Aerodrome Reference Code Data Regional Data Runway Data Kabupaten Data Tipe Pesawat
Data Penentuan Lokasi Peta
Latitude=5+(3/60)+(39/3600) Latitude = 5.060833
Longitude= derajat2 + (menit2/60)+(detik2/3600)
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS BANDARA
User
Longitude=119+(33/60)+(16/3600)
Administrator
Longitude = 119.5544444 C. Menghitung Jarak Info Penentuan Lokasi Peta
Info Login Info Bandara Info Provinsi Info Aerodrome Reference Code Info Regional Info Runway Info Kabupaten Info Tipe Pesawat
Jarak merupakan nilai dari perbandingan perhitungan antara data training/data posisi
Gambar 2. Diagram Konteks Diagram
konteks
digunakan
awal dengan sampel/posisi akhir. Cara
untuk
perhitungan
menggabarkan sistem yang akan dibangun.
persamaan(1).
jarak
dengan
Berikut
ini
menggunakan merupakan
perhitungan jarak antara posisi awal dengan posisi akhir :
5
Tabel 1 Data Posisi Awal No
A
B
5.060 833
1
119.554 4444
C
5
D
Airbus A320-200
E
2058
6
1.55527777778
98.8913888889
7
-10.1777777778
123.663888889
726.73
9
Ket simbol:
10
3.86111111111 0.33333333333 3 4.39300277778
1911.93
102.339444444
1400
1679.9
104.401158333
2500 2250
2214.31
100.35
2230
2300
A= Latitude 1
b.
B= Longitude 1
a.
A= Latitude
c.
C= Tipe Pesawat
b.
B= Longitude
d.
D= Panjang Landasan (meter)
c.
C= Jarak (Km)
e.
E=Jarak(meter)
d.
D= Panjang Landasan yang tersedia
No
A
1
AEKGODANG
2
ASTRA KSETRA
3 4
Ket simbol:
B
(meter) C
D
1.40010277778
99.4304527778
1400
-4.61138888889
105.232222222
1950
BINAKA
1.16638055556
97.7046805556
1350
DEPATI AMIR
-3.59583333333
106.138055556
2000
-2.09111111111
101.462777778
2000
1.55527777778
98.8913888889
2230
DEPATI PARBO DR. FERDINAND LUMBAN
6
2000
a.
Tabel 2 Data Posisi Akhir
5
2033.37
101.462777778
2408.93
8
?
2.09111111111
D. Menghitung Nilai Alternatif Bandara Dengan Metode AHP Pada setiap kriteria terdapat penilaian yang bobotnya
sudah
dihitung
dengan
menggunakan rumus AHP pada bab III.
7
EL TARI
-10.1777777778
123.663888889
2500
8
FATMAWATI SOEKARNO
-3.86111111111
102.339444444
2250
9
GADUT
0.333333333333
100.35
1400
10
GATOT SUBROTO
-4.39300277778
104.401158333
2300
Bobot – bobot penilaian yang didapat yaitu :
Ket simbol: a.
A= Nama Bandara
b.
B= Latitude 2
a.
Bahan bakar
: 0.7606
b.
Panjang landasan
: 0.1577
c.
Jarak
: 0.0814
Tabel 4 Total Penilaian Pada Tiap Bandara
c.
C= Longitude 2 No
d.
D= Panjang Landasan yang tersedia
Bobot penilaian
(meter)
Tabel 3 Perhitungan Nilai Jarak No
A
B
1
1.40010277778
99.4304527778
2
4.61138888889
105.232222222
3
1.16638055556
4
3.59583333333
97.7046805556 106.138055556
C 2346.64 1586.76 2522.4 1495.58
A
D
1950
C 0.0814
0.1577
AEKGODANG
1400
2346.64
1400
2
ASTRA KSETRA
1400
1586.76
1950
3
BINAKA
1400
2522.4
1350
4
DEPATI AMIR
1400
1495.58
2000
1400
2033.37
2000
1400
2408.93
2230
6
1350
DEPATI PARBO DR. FERDINAND LUMBAN
0.7606
D
1
5
1400
B
7
EL TARI
1400
726.73
2500
8
FATMAWATI
1400
1911.93
2250
2000
6
E
492.21 22 500.50 58 494.35 28 500.66 01 483.71 21 537.53 26 506.08 19 525.09
SOEKARNO
87
9
GADUT
1400
2214.31
1400
10
GATOT SUBROTO
1400
1679.9
2300
488.62 16 521.43 13
VI.
KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil dari Sistem
Ket simbol:
Informasi
Menentukan a. A= Nama Bandara
Geografis
Lokasi
Bandara
Terdekat Untuk Pendaratan Darurat Dengan Menggunakan
b. B= Bahan Bakar
haversine
Formula adalah sebagai berikut.
1. Dari 1 data posisi awal dengan
c. C= Jarak
latitude=5.060833, d. D=Panjang
Landasan
yang
tersedia
longitude=119.5544444 dan 10
(meter)
data posisi akhir, diperoleh perbandingan
e. E= Total AHP
jarak
menggunakan
dengan
harversine
formula yang terdekat dan yang E. Mengurutkan
Hasil
Perhitungan
terbaik menurut metode AHP
Jarak
adalah
Tahap
selanjutnya
yaitu
melakukan
bandara
FERDINAND
pengurutan data perhitungan jarak dari
dengan
yang terbesar sampai yang terkecil.
537.5326
nilai
DR. LUMBAN
metode
AHP
B. SARAN Ada beberapa saran yang perlu Tabel 5 Mengurutkan Nilai Jarak
disampaikan dalam penelitian ini, dengan harapan akan menjadi saran
No 1 2
A DR. FERDINAND LUMBAN FATMAWATI SOEKARNO
B
yang bermanfaat, yaitu : 537.5326
1. Pada sistem ini bandara yang
525.0987
tersedia hanya bandara yang
3
GATOT SUBROTO
521.4313
4
EL TARI
506.0819
terdapat di Indonesia sehingga
5
DEPATI AMIR
500.6601
diharapkan dapat ditambah data
6
ASTRA KSETRA
500.5058
7
BINAKA
494.3528
8
AEKGODANG
492.2122
2. Diharapkan Sistem ini dapat
9
GADUT
488.6216
berkembang susuai zaman dan
10
DEPATI PARBO
483.7121
bandara untuk negara lainnya
tidak berbasis web lagi tetapi
Ket simbol:
dapat a.
A= Nama Bandara
b.
B= Jarak (kilometer)
c.
C= Kelayakan landasan (meter)
dikembanggkan
dan
berjalan di platform seperti Android, IOS dan Blackbery. VII.
DAFTAR PUSTAKA Danny Manongga, Samuel Papilaya, Selfiana Pandie. “Sistem Informasi
7
Geografis untuk Perjalanan Wisata
Priority,
di
Allocation, Pittsburgh: University
Kota
Semarang”.
Jurnal
Informatika Volume 10, No. 1, Mei
Setting,
Resource
of Pittsburgh Pers.
2009
Tazin Malgundkar, Madhuri Rao, Dr.
Edi Iskandar, Sri Hartati. “Sistem Informasi
Geografis
S.S. Mantha. “GIS Driven Urban
Untuk
Traffic
Analysis
Based
On
Pemetaan Daerah Rawan Gempa
Ontology”. International Journal of
Tektonik dan Jalur Evakuasi di
Managing Information Technology
Yogyakarta”.
Volume 4, No. 1, February 2012
Jurnal
Penelitian
IPTEK-KOM Volume 14, No. 1,
Winiarti, Sri., Ulfa Yuraida (2009).
Juni 2012
Aplikasi
Gintoro, Iwan Wijaya Suharto, Febiyan
Keputusan
Sistem
Pendukung
Penentuan
Lokasi
Rachman, Daniel Halim. “Analisis
Pendirian Warnet dengan Metode
dan Perancangan Sistem Pencarian
Analytical
Taksi Terdekat dengan Pelanggan
(AHP). Tugas Jurnal, diterbitkan
Menggunakan Layanan Berbasis
Jurusan
Lokasi”.
Fakultas
Seminar
Nasional
Aplikasi Teknologi Informasi 2010
Universitas
(SNATI 2010)
Yogyakarta
Hersa Farida Qoriani. “Sistem Informasi Geografis Tingkat
untuk
Mengetahui
Pencemaran
Limbah
Pabrik di Kabupaten Sidoarjo”. Jurnal LINK Volume 17, No. 2, September 2012 Pressman, Roger S. 2001. Software engineering:
a
practitioner’s
approach. New York : McGrawHill Prof. Nitin R.Chopde, Mr. Mangesh K. Nichat.
”Jurnal
internasional
Landmark Based Shortest Path Detection
by
Using
A*
and
Haversine Formula”. International Journal of Innovative Research in Computer
and
Communication
Engineering Vol.1, Issue 2, April 2013 Saaty, Thomas L (1993). The Analytical Hierarchy
Process:
Planning,
8
Hierarchy
Teknik
Process
Informatika
Teknologi
Industri
Ahmad
Dahlan