SISTEM EKOLOGI ADMINISTRASI PUBLIK DI INDONESIA Oleh : M. Riduan K ABSTRACT
Public administration ecological development as a new branch of the public administration, It is learn about the system of community in he administration, nation and the country. Indonesia are use methods of Fred W. Sharky Riggs countinously, which is considering the factors physical/natural and social factors/social aspects of the emphasis on ideology, politics, social culture. Pendahuluan
tersebut banyak para ahli mulai tertarik untuk
Administrasi sebagai ilmu yang memiliki sifat
mempelajari dengan mempergunakan metode
umum dan universal dalam arti memiliki unsur yang
pendekatan yang analog dengan Ilmu Biologi, yaitu
sama di mana pun dan kapan pun ilmu itu akan
ekologi yang mempelajari hubungan pengaruh timbal
diterapkan. Namun demikian, di dalam masyarakat,
balik antara alam sekitar dengan bio-organisme atau
bangsa, dan negara terdapat gejala yang memiliki
organisme hidup. Dalam perkembangannya ekologi
berbagai variasi.
dipergunakan sebagai cabang ilmu biologi yang
Pada negara-negara yang ada di dunia banyak
menyelidiki hubungan antara organisme hidup dengan
dijumpai sistem administrasi, khususnya Administrasi
lingkungan, di mana dia hidup. Kemudian, J.W. Bews
Publik yang dipergunakan. Bahkan dari satu Sistem
dengan metode tersebut menyelidiki ekologi manusia.
Administrasi Publik masih dapat dijumpai subsistem
Dalam Studi Administrasi Publik, organisme
administrasi dari suatu kelompok masyarakat tertentu
dianalogikan dengan Administrasi Publik yang
atau dari suatu bagian wilayah negara tertentu.
mempunyai pengaruh timbal balik dengan lingkungan
Dalam hal itu ada hubungan pengaruh antara
sekitarnya.
administrasi, yakni Administrasi Publik atau
Lingkungan hidup sekitarnya itu dipengaruhi oleh
administrasi dari suatu bagian wilayah negara dan
berbagai faktor, yakni faktor-faktor yang berpengaruh
lingkungan sekitarnya baik lingkungan fisik maupun
terhadap Sistem Administrasi Publik, yang disebut
lingkungan masyarakat. Jadi, tampaknya terdapat
sebagai faktor ekologi.
hubungan saling pengaruh antara administrasi
Pendekatan ekologis dalam administrasi publik
khususnya administrasi publik dengan lingkungan
akan membahas hubungan-hubungan organisasi
sekitarnya apakah itu lingkungan secara fisik maupun
antara lingkungan eksternal dan internal dan
lingkungan sosialnya.
kekuatan-kekuatan yang menentukan perubahan,
Dengan adanya pengaruh lingkungan sekitarnya
interdependensi, yang lebih lanjut bermanfaat untuk
M. Riduan Karim, SE, MM : Dosen Pascasarjana STIMA IMMI & Univ. Muhammadiyah Jakarta dan saat ini sedang menempuh Program S3 UNPAD
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
1
SISTEM EKOLOGI ADMINISTRASI PUBLIK DI INDONESIA Oleh : M. Riduan K.
menyusun model dalam perbandingan Administrasi
prinsip serta teori ekologi dianalogikan administrasi
Publik.
publik sebagai organisme mempunyai hubungan
Dalam arti luas, pendekatan ekologi memusatkan
pengaruh timbal balik dengan lingkungan hidupnya.
perhatian pada kehidupan kolektif dalam suatu
Lingkungan hidup ini mempunyai berbagai macam
himpunan; dan tidak dalam tindakan akan nilai indi-
faktor dan faktor itu harus dipilih mana yang paling
vidual. Pendekatan ekologi banyak bermanfaat dalam
dominan untuk selanjutnya dijadikan faktor ekologis.
studi perbandingan sistem-sistem administrasi, seperti
Melihat pertumbuhan ekologi administrasi publik
Fred Riggs dan Farrell Heady menyimpulkan bahwa
dalam kaitannya dengan ilmu perbandingan
lembaga-lembaga administrasi akan lebih mudah
administrasi publik maka terlebih dahulu perlu
dipahami jika dilakukan dengan mengadakan
diketahui bahwa pada tahun-tahun sekitar 1950-an
identifikasi mengenai kekuatan yang melingkarinya,
sekelompok ilmuwan politik dan administrasi publik
lembaga-lembaga dan kondisi yang membentuk dan
mulai menyadari bahwa memindahkan begitu saja
mempengaruhinya. Dalam makalah ini akan
sistem atau pranata politik atau lembaga-lembaga
ditampilkan pengertian ekologi dalam ilmu
politik dan administrasi publik dari suatu lingkungan
administrasi, lingkungan hidup dan faktor-faktor yang
masyarakat, bangsa dan negara tertentu ke
mempengaruhinya, ekologi administrasi Indonesia.
lingkungan masyarakat, bangsa dan negara yang lain tidaklah tepat. Berdasarkan analisis ilmuwan sosial
Ekologi dalam Ilmu Administrasi
pula, yakni ilmuwan sosiologi, antropologi, ekonomi
Ekologi sebagai suatu Ilmu merupakan suatu
memperkuat pendapat bahwa apa yang baik dalam
cabang ilmu biologi yang menyelidiki hubungan antara
suatu lingkungan masyarakat, bangsa dan negara
organisme hidup dengan lingkungan, di mana ia hidup.
tertentu belum tentu baik bagi masyarakat, bangsa,
Pada mulanya studi ekologi dilakukan oleh para
dan negara lain atau mungkin dapat terjadi sebaliknya.
sarjana biologi yang menyelidiki hubungan pengaruh
Melihat contoh dari pengalaman masa setelah
yang bersifat timbal balik antara organisme-organisme
Perang Dunia ke-2 pada negara-negara yang
hidup dan lingkungannya, baik tumbuh-tumbuhan
tergolong sebagai negara yang sedang berkembang
(nabati) maupun yang hewani.
(Developing Countries), pada masa itu baik
Dalam perkembangannya lebih lanjut, studi ekologi
perserikatan bangsa-bangsa (PBB), Amerika Serikat,
ini dikembangkan guna menyelidiki ekologi manusia
dan negara-negara lain di Eropa telah meluaskan
atau Human Ecology, yang mana ternyata manusia
bantuan teknisnya (technical assistance programs)
pun memiliki hubungan timbal balik dengan
ke negara-negara sedang berkembang tersebut,
lingkungannya, hal ini dikemukakan oleh J.W. Bews
dengan menerapkan asas, dalil serta teori administrasi
dalam bukunya yang berjudul Human Ecology, “The
publik yang telah terbukti berhasil baik di negara-
world it self is derived from the Greek “oikos”, a
negara maju, tetapi ternyata tidak demikian halnya
house or home the same root word as accurse in
dengan di negara-negara yang sedang berkembang
economics and economy. Economics is subject
tersebut. Hal ini selanjutnya mendorong untuk
with which ecology has much in common, but ecol-
mempelajari hubungan pengaruh timbal balik antara
ogy is much wider. It deals with all the interrela-
sistem dan pranata-pranata administrasi publik dengan
tionship of living organism and their environ-
lingkungannya, yaitu lingkungan masyarakat, bangsa
ment”.
dan negara yang maju dan lingkungan masyarakat,
Berkaitan dengan studi Administrasi Publik maka
2
bangsa serta negara yang sedang berkembang.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
SISTEM EKOLOGI ADMINISTRASI PUBLIK DI INDONESIA Oleh : M. Riduan K.
Sementara itu dari sisi lain perlu adanya suatu
kemudian ditarik mengenai lingkungan administrasi
pengkajian perbandingan, agar tercapai usaha
publik itu ternyata salah.
penyempurnaan sistem dan pranata administrasi
Sebagaimana disebutkan di atas bahwa
publik-negara yang sedang berkembang. Studi
lingkungan hidup mempunyai beberapa faktor yang
perbandingan tersebut menggunakan pendekatan
dapat disebut sebagai faktor lingkungan hidup, faktor
ekologi. Dengan demikian, perlu dipahami berbagai
yang relevan dengan sistem administrasi publik ini
latar belakang Sistem administrasi publik yang ada di
disebut sebagai faktor-faktor ekologi, faktor-faktor
dunia.
ini beraneka ragam tergantung pada perincian para
Pendorong utama dikembangkannya Ekologi
peneliti untuk memudahkan dalam menyelidiki dan
administrasi publik sebagai cabang baru dari Ilmu
mempelajari hubungan saling mempengaruhi antara
administrasi publik adalah Riggs yang pada tahun lima
faktor-faktor tersebut dengan administrasi hubungan
puluhan telah memberikan ceramah di berbagai
saling mempengaruhi antara faktor-faktor tersebut
lingkungan masyarakat ilmiah tentang lingkungan
dengan administrasi publik, dari sudut pandang serta
yang selanjutnya dibukukan dengan judul The ecol-
pendekatannya masing-masing, seperti dikemuka-kan
ogy of Public Administration.
oleh Fred W. Riggs telah menggambarkan faktor-
Dengan mempelajari ekologi administrasi publik
faktor ekologi administrasi publik di Amerika Serikat
dapat diketahui ciri-ciri suatu sistem administrasi dari
yang meliputi dasar-dasar ekonomi, struktur-struktur
suatu masyarakat, bangsa ataupun negara tertentu
sosial, jaringan komunikasi, pola-pola ideologi/simbol
dan selanjutnya dapat dipahami pula mengapa suatu
dan sistem politik, di samping masih ada faktor lain
bangsa, masyarakat ataupun negara telah tumbuh dan
yang belum disebutkan.
berkembang suatu sistem administrasi publik tertentu.
Lain halnya John M. Gaus, yang dikutip oleh Ferrell
Dengan memahami melalui pengkajian perbandingan
Heady dalam artikelnya yang berjudul The Philip-
yang memusatkan perhatian kepada faktor-faktor
pine Administrative system, a fusion of East and
persamaan serta perbedaan-perbedaan yang secara
West, yang mengemukakan ada enam faktor ekologi
langsung maupun tidak langsung mempengaruhi
dari sistem administrasi publik, keenam faktor
kondisi suatu masyarakat, bangsa atau negara
tersebut adalah penduduk, tempat, teknologi fisik,
tertentu maka kita dapat menyusun dan mengem-
teknologi sosial, cita-cita dan harapan-harapan,
bangkan suatu sistem administrasi publik yang cocok
bencana dan kepribadian, keenam faktor itu dipelajari
dengan kondisi masyarakat, bangsa dan negara yang
hubungan timbal baliknya dengan sistem administrasi
bersangkutan.
publik Filipina.
Lingkungan Hidup dan Faktor-faktornya
Felix A. Nigro dalam bukunya dalam bukunya
Lingkungan hidup (environment) adalah keadaan
yang berjudul Modern Public Administration,
sekitar yang melingkupi atau mengelilingi suatu
membahas lingkungan hidup di Amerika Serikat,
organisasi hidup atau suatu kehidupan. Lingkungan
dengan mempertanyakan ciri-ciri penting masyarakat
ini pada dasarnya mempunyai berbagai aspek yang
Amerika Serikat dewasa ini dan bagaimana ciri-ciri
perlu kita kaji aspek-aspek apa kiranya yang relevan
tersebut mempengaruhi administrasi publik, jawaban
bagi suatu Sistem Administrasi publik. Hal ini
yang diberikan tidak semua faktor dapat diungkapkan,
merupakan masalah yang sering dihadapi karena bisa
tetapi ada beberapa faktor yang dapat dipelajari fisik,
terjadi kegagalan dalam menentukan aspek yang
perkembangan invasi atau penemuan-penemuan
relevan itu sehingga kesimpulan-kesimpulan,
sosial serta ciri-ciri atau ideologi.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
3
SISTEM EKOLOGI ADMINISTRASI PUBLIK DI INDONESIA Oleh : M. Riduan K.
Dari serangkaian pendapat ini menurut kesimpulan
fisik/alamiah dan sosial kemasyarakatan yang
S. Pamudji, bahwa apa yang dikemuka-kan oleh Fred
menimbulkan masalah untuk dapat dipecahkan oleh
W. Riggs lebih memusatkan kepada perhatian faktor-
pembuat kebijakan dan sebaliknya juga membantu
faktor sosial, sedangkan John Gaus dan Felix Nigro
mengatasi masalah-masalah tersebut.
selain memperhatikan faktor sosial juga memperhatikan faktor-faktor fisik.
Ekologi Administrasi Publik Indonesia Dalam membicarakan ekologi administrasi publik
Lingkungan Hidup dari Sistem Administrasi
Indonesia ini dipergunakan model keseimbangan dari
Publik Indonesia
Fred. W. Riggs, dengan mempertimbangkan faktor-
Lebih lanjut kepada Anda akan diberikan contoh
faktor fisik/alamiah serta faktor sosial/kemasyara-
melihat lingkungan hidup dari sistem administrasi
katan yang penekanannya pada aspek ideologi, politik,
publik Indonesia dengan melihat pada faktor-faktor
ekonomi, sosial budaya dan militer/hankam, sebagai
yang beraspek fisik (alamiah), yaitu aspek letak
faktor ekologi.
geografis, keadaan dan kekayaan alam, keadaan dan
1.
Faktor Ekologi yang Beraspek Alamiah/Fisik
kemampuan penduduk serta faktor-faktor yang
Faktor ekologi yang beraspek alamiah ini terdiri
memiliki aspek sosial (kemasyarakatan) yang meliputi
dari posisi/letak geografis, serta lokasi, keadaan
aspek ideologis, politik, ekonomi, sosial budaya dan
dan kekayaan alam, keadaan dan kemampuan
pertahanan keamanan (militer) (S. Pamudji, 1981).
penduduk.
Dengan mempergunakan pendekatan ekologi
a. Letak geografi dan lokasi
didukung oleh pengkajian perbandingan yang
Posisi atau letak geografi menunjukkan
memusatkan perhatiannya kepada faktor-faktor
ketentuan lokasi suatu negara dalam ruang
persamaan dan perbedaan-perbedaan dari sistem
dan waktu sehingga batas-batas wilayah
administrasi publik yang dimiliki oleh masyarakat,
menjadi jelas pada saat tertentu. Dikatakan
bangsa dan negara tertentu, dapat dipergunakan
pada saat tertentu dimungkinkan ruang/waktu
untuk menyusun dan mengembangkan suatu sistem
wilayah negara tersebut akan mengalami
administrasi publik yang sedang berkembang, dengan
perubahan. Lokasi akan menunjukkan
memanfaatkan suatu model yang relevan.
tempat atau letak sesuatu negara akan
Dilihat dari tinjauan ekologi yang mem-
kelihatan jelas bentuk serta wujud dan tata
perhitungkan lingkungan (environment), serta
susunannya ke dalam sedang keluaran dapat
tinjauan administrasi publik sebagai proses maka
diketahui situasi dan kondisi lingkungan.
terdapat hal-hal sebagai berikut: masukan (input),
Letak geografis dan lokasi ini akan
konversi (conversion), keluaran (outputs) serta
mempengaruhi struktur dan perilaku
umpan balik (feed back). Sebagai rangka dasar
administrasi publik, yaitu dengan melihat:
sistem maka administrasi publik mempunyai
1) Bentuk wujudnya ke dalam, yaitu
lingkungan, masukan-masukan proses konversi,
berbentuk kepulauan, luas daratan
keluaran-keluaran serta umpan balik yang saling
+ 1.919.170 km persegi luas perairan/
berinteraksi satu dengan lainnya. Lingkungan
lautan + 5,4 juta km persegi (Ketetapan
berfungsi sebagai perangsang administrator untuk
Majelis Permusyawaratan Rakyat No.
berusaha dan sekaligus sebagai penerima hasil kerja
IV/MPR/1973). Dengan kondisi wilayah
mereka. Lingkungan ini memiliki faktor yang bersifat
daratan serta perairan sebagaimana
4
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
SISTEM EKOLOGI ADMINISTRASI PUBLIK DI INDONESIA Oleh : M. Riduan K.
tersebut dapat dikatakan pentingnya
maka diperlukan adanya administrasi
peran administrasi publik dalam
publik yang akan melindungi serta
menghubungkan pulau-pulau tersebut
menangkal bahaya dari segala arah.
satu dengan lainnya sehingga bangsa
Dalam pada itu dengan semangat
tidak bisa terisolasi dan dalam keadaan
persatuan dan kesatuan bangsa karena
terintegrasi.
merasa senasib dan sepenanggungan
2) Letak astronomi Indonesia ialah bahwa o
o
o
maka dalam lingkungan bangsa Indone-
95 dan 141 BT dan di antara 6 LU
sia tumbuh semangat persatuan dan
dan 11o LU yang berarti berada pada
meresap ke dalam ideologi bangsa dan
daerah yang beriklim tropik. Iklim ini
negara yaitu Pancasila, khususnya dalam
menunjang
tumbuh-
sila Persatuan Indonesia membuahkan
tumbuhan hutan-hutan, yang agar
suatu pandangan yaitu Wawasan
bermanfaat bagi penduduknya serta
Nusantara yang memandang kepulauan
tercermin kelestarian maka perlu
Indonesia sebagai satu kesatuan
dikelola, diatur pemanfaatannya dan
(kebulatan), geografis, politis, ekonomis,
peremajaannya, untuk itu diperlukan
sosial budaya dan pertahanan keamanan.
tumbuhnya
administrasi publik.
b. Keadaan dan kekayaan alam
3) Letak wilayah Indonesia pada posisi
Negara Indonesia memiliki kekayaan alam
silang antara 2 benua dan 2 samudra.
yang potensial yang berupa tanah yang subur,
Dua benua di sebelah utara Indonesia
lautan yang kaya akan ikan dan kehidupan
adalah benua Asia, di mana terletak
laut lainnya, bahan tambang dan lain-lain.
negara-negara besar (sebagian wilayah
Daratan mempunyai gunung berapi dan
Rusia (komunis), RRC (jumlah
menyuburkan tanah dan mengandung
penduduknya yang besar/negara
sumber energi yang dapat dimanfaatkan.
komunis), Jepang (negara industri
Pengaruh keadaan alam serta kekayaan alam
terbesar di Asia), India (jumlah penduduk
terhadap administrasi publik tampak pada
yang besar) serta benua Australia di
usaha memanfaatkannya bagi pemenuhan
sebelah selatan Indonesia, yang orientasi
kebutuhan hidup manusia.
ke negara barat. Dua samudra, yaitu
c. Keadaan dan kemampuan penduduk
samudra Pasifik (besar sekali perannya
Pengaruh faktor ini terhadap administrasi
pada masa Perang Dunia II) dan
publik dapat dilihat dan dikaitkan pada hal-
Samudra Indonesia (jalur supply minyak
hal sebagai berikut.
dari Timur Tengah ke Eropa, Amerika,
1) Jumlah penduduk
Jepang)
Jumlah penduduk di Indonesia tergolong
Posisi silang ini menjadikan Indonesia
jumlah yang besar serta laju per-
incaran bangsa-bangsa besar di dunia
tumbuhannya yang tinggi karenanya
untuk menanamkan pengaruhnya. Indo-
perlu sekali adanya usaha-usaha untuk
nesia juga merupakan medan yang
mengendalikan jumlah penduduk dengan
terbuka yang dapat didekati dari segala
jalan menghambat pertum-buhannya
arah. Untuk mengawasi wilayahnya
untuk keperluan ini selanjutnya sejak
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
5
SISTEM EKOLOGI ADMINISTRASI PUBLIK DI INDONESIA Oleh : M. Riduan K.
tahun 1969 ditetapkan program-program
6) Kesehatan penduduk
pemerintah yang dikenal dengan Pro-
Kesehatan penduduk mempengaruhi
gram Keluarga Berencana.
administrasi publik, dalam arti kesehatan
2) Distribusi Penduduk Jumlah penduduk yang besar dibarengi
mendorong Pemerintah untuk menyusun
dengan distribusi yang tidak merata
programnya di bidang kesehatan
dalam ruang geografi, artinya penye-
(peningkatan pelayanan kesehatan,
baran di antara berbagai wilayah negara
pemberantasan penyakit rakyat,
tidak merata. Untuk keperluan ini
peningkatan gizi dan lain-lain).
pemerintah mempersiapkan perangkat administrasi publik (Direktorat Jenderal
2.
Aspek Kemasyarakatan a. Ideologi
Transmigrasi).
Ideologi adalah suatu kompleks atau jalinan
3) Komposisi (umur)
ide-ide asasi tentang manusia dan dunia, yang
Komposisi menurut usia penduduk yang
dijadikan pedoman dan cita-cita hidup. Dalam
mempengaruhi administrasi publik
sejarah ideologi dianut karena manfaat dan
adalah penduduk dengan usia 5-9 tahun;
efisien serta karena mendasarkan keyakinan
15-24 tahun. Peningkatan persentase
bahwa ideologi itu benar. Ideologi mencakup
pada setiap komposisi usia akan
tentang manusia, dunia Tuhan, dan lain-lain.
mempengaruhi kegiatan administrasi
Dalam perkembangan selanjutnya ideologi
publik.
berarti ilmu pengetahuan tentang penge-
4) Penghasilan penduduk
tahuan tentang pandangan hidup (cita-cita)
Dari berbagai laporan dinyatakan bahwa
mengenai kenegaraan dan kemasyarakatan.
Indonesia termasuk kelompok negara-
Dengan kata lain, ideologi adalah pandangan
negara berpenghasilan rendah, di
nilai yang diyakini kebenarannya yang
samping India, Sri Langka, dan Tanza-
digunakan sebagai dasar menata masya-
nia. Hal ini menunjukkan kurang
rakat.
mampunya penduduk serta per-
Bagi bangsa Indonesia, ideologi dimaksudkan
ekonomian nasional yang mendukung
adalah Pancasila, sebagai pandang hidup,
beban pajak yang dipungut pemerintah
Pancasila menjadi pegangan dan pedoman
untuk membiayai administrasi publik (gaji
bagaimana bangsa Indonesia memecahkan
pegawai, alat perlengkapan, dan lain-
masalah-masalah politik, ekonomi, sosial
lain).
budaya yang timbul dalam gerak masyarakat
5) Tingkat pendidikan
6
penduduk yang masih rendah akan
yang semakin maju.
Tingkat pendidikan masyarakat Indone-
Dalam mempelajari pengaruh ideologi
sia masih tergolong rendah yaitu (tahun
terhadap administrasi Indonesia, Pancasila
1975 yang sudah melek huruf + 62 %
sebagai dasar/Ideologi negara yang telah
dari seluruh jumlah penduduk).
dirumuskan dalam Pembukaan Undang-
Rendahnya tingkat pendidikan ini
Undang Dasar 1945 dan selanjutnya
mendorong administrasi publik untuk
dijabarkan dalam pasal-pasal UUD 1945.
meningkatkan programnya.
Ketentuan dalam UUD 1945 ini lebih lanjut
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
SISTEM EKOLOGI ADMINISTRASI PUBLIK DI INDONESIA Oleh : M. Riduan K.
dijabarkan ke dalam kebijakan umum nasional
rakyat,
yang lebih lanjut dijabarkan ke dalam
keseimbangan antara sektor pemerintah,
kebijakan Umum Nasional yang ditetapkan
swasta dan koperasi. Beberapa pengaruh
oleh MPR sebagai wakil-wakil rakyat berupa
faktor ekonomi terhadap administrasi publik,
Garis-garis Besar Haluan Negara dan
antara lain berikut ini.
Ketetapan-Ketetapan lainnya. Kebijakan
1) Ekonomi Indonesia didasarkan kepada
umum nasional itu diperinci dan diatur dalam
nilai-nilai Pancasila yang telah terjabar
undang-undang yang dibuat oleh pemerintah
dalam pasal 33 UUD 1945. Landasan
bersama-sama DPR (ini disebut fase (pub-
ekonomi ini mempunyai dampak
lic policy formulation) sedang fase
terhadap administrasi publik, yaitu dalam
berikutnya, yaitu fase pelaksanaan
rangka mewujudkan usaha bersama atau
kebijaksanaan umum (Public Policy Execu-
asas kekeluargaan atau usaha koperasi
tion), yaitu administrasi publik.
maka pemerintah sejak semula telah
b. Politik
ekonomi,
Indonesia
pada
mempersiapkan administrasi publik untuk
Politik itu menyangkut erat kaitannya dengan
membina koperasi.
negara dan dengan sendirinya berkaitan pula
2) Cabang-cabang produksi yang penting
dengan pemerintahan dan kekuasaan.
bagi negara dan yang menguasai hajat
Sebagai fungsi administrasi publik
hidup orang banyak dikuasai oleh
merupakan usaha melaksanakan kehendak
negara. Perusahaan dalam hal ini adalah
negara. Dengan demikian, politik dan
perwujudan perusahaan-perusahaan
administrasi publik erat kaitannya politik
negara atau public enterprises yang
merupakan pangkal tolak administrasi.
berada di bawah Departemen/Kantor
Negara merupakan kelanjutan dari politik.
Menteri Negara.
Dalam meninjau pengaruh politik terhadap
3) Dalam ekonomi Indonesia masih terbuka
administrasi publik perlu diperhatikan sistem
kesempatan yang luas bagi swasta untuk
politik, yaitu sistem hubungan kekuasaan
berusaha, juga di bidang penanaman
dalam pemerintahan dan hubungan
modal, demikian pula halnya swasta
kekuasaan pemerintah dengan sumbernya
asing mendapat kesempatan hanya
(rakyat). Dengan demikian, sistem politik
dengan bimbingan dan pengendalian dari
mencakup hubungan antara pengemban
pihak pemerintah. Untuk keperluan ini
kekuasaan pemerintah dengan wakil-wakil
diperlukan administrasi publik, misalnya
rakyat
dapat
untuk mengatur distribusi bahan-bahan
mengefektifkan kekuasaannya, sistem
kebutuhan pokok agar merata ke segala
pemilihan dan lain-lain.
lapisan masyarakat, untuk mengendali-
diorganisasi
untuk
c. Ekonomi
kan harga dan lain-lain.
Berdasarkan ketentuan pasal 33 UUD 1945
4) Ekonomi kita sedang berkembang dan
dasar perekonomian Indonesia ada usaha-
belum mampu menciptakan taraf hidup
usaha pemerintah, usaha-usaha koperasi dan
rakyat yang tinggi, keadaan demikian
usaha-usaha swasta. Dalam rangka
belum memungkinkan pemerintah
menciptakan sebesar-besar kemakmuran
memungut pajak, cukai dan lain-lain yang
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
7
SISTEM EKOLOGI ADMINISTRASI PUBLIK DI INDONESIA Oleh : M. Riduan K.
cukup besar untuk membiayai operasi
Pengaruh sosial budaya terhadap administrasi
administrasi publiknya baik untuk
publik Indonesia, dapat dilihat dari hal-hal
pengadaan peralatannya maupun untuk
sebagai berikut.
gaji pegawai.
1) Negara Indonesia tergolong negara yang
5) Pada umumnya gaji pegawai belum
berkembang
di
mana
dapat mendatangkan kehidupan layak
masyarakatnya mengalami masa transisi
pada pegawai (public servants).
dari masyarakat tradisional menuju
6) Pembangunan nasional yang dilaksana-
masyarakat modern (maju). Apabila
kan secara bertahap dan berencana suatu
dihubungkan dengan dimasukkan ke
Badan Perencana yang dilengkapi
dalam Prismatic society dengan ciri-
dengan seperangkat administrasi publik.
cirinya, yaitu heterogen, tumpang tindih
7) Dalam rangka pembangunan nasional
(over lapping) dan formalitas. Model
diperlukan investasi (penanaman) modal
administrasi publiknya adalah Sala
yang cukup besar, baik oleh pihak
Model.
pemerintah maupun oleh pihak swasta.
2) Proses modernisasi bersamaan dengan
Dalam hal itu, pengaruh pembangunan
perkembangan teknologi sosial dan
administrasi publik terhadap ekonomi dapat
politik. Teknologi sendiri diartikan sebagai
diuraikan sebagai berikut.
pengetahuan untuk memanfaatkan daya
1) Dalam penyusunan anggaran belanja dan
cipta manusia dalam usaha penemuan
pendapatan negara.
ilmiah dan teknik yang biasanya
2) Dalam kebijakan penanaman modal.
menghasilkan alat-alat, sedangkan
3) Dalam kebijakan proteksi (perlin-
teknologi sosial meliputi penemuan di
dungan). 4) Dalam kebijakan di bidang ekspor. d. Sosial budaya
8
sedang
bidang sosial, yaitu yang berkaitan dengan penggunaan alat-alat, termasuk organisasi dan asosiasi manusia
Sosial budaya adalah kata majemuk tersusun
(contohnya organisasi dan asosiasi
dari kata sosial dan budaya. Kata sosial
buruh, kelompok kepentingan, dan lain-
menyangkut suatu kehidupan bersama
lain).
manusia. Dengan demikian, kata sosial
3) Tumbuh dan berkembangnya komuni-
menyangkut kelompok-kelompok manusia.
kasi terutama di bidang alat-alat
Bagaimana susunan kelompok perpindahan
komunikasi jarak jauh yang menembus
kelompok dari dan kelompok lain, dasar
daerah-daerah di Indonesia, (satelit
penyusunan kelompok, dan lain-lain. Dengan
Palapa, Intersat, dan alat komunikasi
budaya bersangkut-paut dengan segala
lainnya,
macam karya manusia yang bersumber pada
memungkinkan mempercepat proses
cipta, rasa dan karya yang berwujud berbagai
administrasi publik di Indonesia.
seperti
S.L.J.J)
yang
macam ilmu pengetahuan dan teknologi,
Sedangkan pengaruh administrasi publik
berbagai macam seni dan keindahan serta
terhadap sosial budaya dapat ditelusuri dari
berbagai macam ukuran nilai etika, moral dan
program-program pembangunan sosial
sebagainya.
budaya yang digerakkan oleh pemerintah
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
SISTEM EKOLOGI ADMINISTRASI PUBLIK DI INDONESIA Oleh : M. Riduan K.
yang diimplementasikan oleh administrasi
dilaksanakan Departemen Pekerjaan
publik. Dalam Garis-garis Besar Haluan
Umum, peningkatan pelayanan sosial
Negara pemerintah telah memprogramkan
oleh Departemen Sosial).
dan mengarahkan program pembangunan di
e. Militer atau pertahanan dan keamanan
bidang sosial yang dapat dijadikan acuan
Pengaruh militer terhadap Administrasi publik
dalam membahas administrasi publik.
dapat ditelusuri melalui Dwifungsi ABRI
Beberapa pengaruh yang dimaksud adalah:
dengan sistem kekaryaan, di mana karyawan
1) Program modernisasi desa
ABRI dapat ditugaskan di luar Departemen
Program modernisasi desa dilaksana-
HANKAM untuk melaksana-kan fungsi dan
kan oleh semua komponen masyarakat
tugas lembaga, di mana mereka ditugaskan.
dan pemerintah (Ditjen Pemberdayaan
Di Era Reformasi ini Dwi fungsi ABRI dan
Masyarakat Desa, Depdagri, dan
kekaryaan dikurangi dan cenderung
Departemen/Kementerian terkait).
dihilangkan.
2) Program-program di bidang seni budaya
Sistem dan prosedur Administrasi publik sampai
Program ini telah mengembangkan seni
pada tingkat tertentu diwarnai oleh kebiasaan
dan budaya nasional terutama program-
administrasi lembaga tadi yang merupakan kebiasaan.
program yang dilancarkan oleh
Contohnya, berikut ini :
Direktorat Jenderal Kebudayaan
1)
Departemen
Pendidikan
dan
Kebudayaan.
dikenalnya fungsi lini dan staf. 2)
3) Program di bidang Pendidikan
Pada tingkat Administrasi Daerah telah berkembang struktur organisasi Sekretariat
Pembangunan di bidang ini diimplementasikan oleh Administrasi publik yang
Pemantapan prinsip-prinsip organisasi
Wilayah Negara. 3)
Tata Upacara Militer (TUM) telah diterima
telah membuka kesempatan seluasnya
sebagai upacara umum, di lingkungan
bagi warga negara untuk memperoleh
Administrasi publik.
pendidikan. 4) Program di bidang kesehatan dan
Di samping itu adanya pengaruh timbal balik antara Administrasi publik terhadap Militer Hankam)
Keluarga Berencana
dapat tampak pada 2 hal sebagaimana di bawah ini.
Program di bidang kesehatan yang
Pertama karena anggota militer sewaktu-waktu
menghasilkan pusat pelayanan kesehatan
harus siap bertugas di luar jajaran Departemen
(Puskesmas) telah meng-ubah tingkat
Hankam maka diperlukan kualifikasi yang sesuai
kesehatan penduduk, yang pada
dengan tuntutan persyaratan jabatan yang dimaksud.
gilirannya akan menekan tingkat
Oleh karenanya, perlu adanya orientasi kepada
kematian.
kurikulum pendidikan militer agar dapat dihasilkan
5) Program di bidang lainnya
militer yang memiliki kemampuan untuk penugasan
Berbagai Departemen Pemerintah
di luar hankam. Kedua, pelaksanaan sishankamrata,
melalui Administrasi publik telah
memerlukan pengarahan kekuatan rakyat, rakyat
melaksanakan usaha-usaha yang dapat
perlu dilatih diorganisasi dalam kelompok yang
mempengaruhi faktor sosial budaya
sewaktu-waktu dapat digerakkan untuk menghadapi
(misal proyek perumahan susun yang
tugas hankamrata.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
9
SISTEM EKOLOGI ADMINISTRASI PUBLIK DI INDONESIA Oleh : M. Riduan K.
Comparative Perspective. New Jersey: Penutup
Prentice Hall Inc.
Perbandingan pendekatan ekologi dengan
Nigro, Felix A. (1966) Modern Public Administra-
mengidentifikasikan persamaan dan perbedaan yang
tion. A Harper International Edition. New York,
ada pada sistem administrasi dari suatu masyarakat,
Evanston, London: Harper and Row Publish-
bangsa dan negara untuk selanjutnya dapat ditemukan
ers.
hal-hal yang dapat diterapkan pada masyarakat, bangsa dan negara lain guna menyempurnakan/ mengembangkan sistem administrasi publiknya.
Pamudji S. (1983). Ekologi Administrasi Publik. Edisi Pertama. Jakarta: Bina Aksara. Pariata Westra. (1974). Perbandingan Administrasi:
Ekologi Administrasi publik Indonesia dengan
Suatu Pengantar. Buletin No. 6/74, Sekip.
melihat faktor lingkungan yang mempunyai aspek
Yogyakarta: Balai Pembinaan Administrasi,
fisik yang berwujud trigatra, yakni posisi geografi dan
UGM.
lokasi, keadaan dan kekayaan alam, serta keadaan dan kemampuan penduduk. Aspek lainnya yang mempengaruhi administrasi
Riggs, Fred. W. (1961). The Ecology of Public Administration. Bombay, London, New York: Asia Publishing House.
publik adalah aspek kemasyarakatan/sosial yang
Soehardjono. (1983). Pengantar Perbandingan
meliputi aspek ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya
Administrasi Publik. Majalah Kampus
dan militer atau pertahanan dan keamanan (hankam).
“Sangkakala”. Malang-Jatim: Akademi Pemerintahan Dalam Negeri.
Daftar Pustaka Bews. (1935). Human Ecology. London: Oxford University Press. Goodnow, Frouk, J. (1900). Politics and Administration. New York: The McMillan Co. Heady, Ferrell. (1966). Public Administrations: A
10
The Liang Gie. (1978). Unsur-unsur Administrasi: Suatu Kumpulan Karangan. Yogyakarta: Karya Kencana. Tri Kadarwati. (2007). Perbandingan Administrasi Negara. Edisi Kesatu. Jakarta: Universitas Terbuka.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PERAN ETIKA DALAM DUNIA BISNIS INTERNASIONAL Oleh : Marinus R. Manurung ABSTRACT
The real couse of business management failure is more about ethics than skill. Poor business ethics and values created negative impact on business management including less production, higher turnover of employees and increased operating costs. Maintaining business ethics in international trade can be a challenge, especially in countries where corrupt, bribes and payoffs are common practices. This article elaborates the universal ethical norms that can be used to govern international business practices, the issue of dumplings in international business as well as business ethics in multinational corporations.
PENDAHULUAN Etika dan integritas merupakan suatu keinginan yang murni dalam membantu orang lain. Kejujuran yang ekstrim, kemampuan untuk mengenalisis batasbatas kompetisi seseorang, kemampuan untuk mengakui kesalahan dan belajar dari kegagalan. Kompetisi inilah yang harus memanas belakangan ini. Kata itu mengisyaratkan sebuah konsep bahwa mereka yang berhasil adalah yang mahir meng-hancurkan musuh-musuhnya. Banyak yang mengatakan kompetisi lambang ketamakan. Padahal, perdagangan dunia yang lebih bebas dimasa mendatang justru mempromosikan kompetisi yang juga lebih bebas. Lewat ilmu kompetisi kita dapat merenungkan, membayangkan eksportir kita yang ditantang untuk terjun ke arena baru yaitu pasar bebas dimasa mendatang. Kemampuan berkompetisi seharusnya sama sekali tidak ditentukan oleh ukuran besar kecilnya sebuah perusahaan. Inilah yang sering dikonsepkan berbeda oleh penguasa kita. Jika kita ingin mencapai target,
sudah saatnya dunia bisnis kita mampu menciptakan kegiatan bisnis yang bermoral dan beretika, yang terlihat perjalanan yang wiring dan Baling membutuhkan antara golongan menengah kebawah dan pengusaha golongan atas. Dalam menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain yaitu pengendalian diri, pengembangan tanggung jawab sosial, mempertahankan jati diri, menciptakan persaingan yang sehat, menerapkan konsep pembangunan tanggung jawab sosial, mempertahankan jati diri, menciptakan persaingan yang sehat, menerapkan konsep pembangunan yang berkelanjutan, menghindari sikap 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi, dan Komisi), mampu mengatakan yang benar itu benar, dll. Dengan adanya moral dan etika dalam dunia bisnis, Serta kesadaran semua pihak untuk melaksanakan-nya, bila tidak , bisnis sulit bisa dijalankan secara baik dan etis.
Dr. Marinus R. Manurung, MPA : Dosen Tetap Sekolah Tinggi Manajemen IMMI Jakarta
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
11
PERAN ETIKA DALAM DUNIA BISNIS INTERNASIONAL Oleh : Marinus R. Manurung
ETIKA DALAM BISNIS INTERNASIONAL Norma-norma moral yang umum pada taraf internasional a. Menyesuaikan diri Untuk menunjukkan sikap yang tampak dalam pandangan pertama, bahasa inggris menggunakan perbahasa: “When in Rome, do as Romans do” (Kalau di Roma, lakukan apa yang dilakukan orang Roma), yang kira-kira sama artinya seperti peribahasa Indonesia: “Di sana bumi dipijak, di sana langit dijunjung”. Maksudnya, kalau sedang mengadakan kegiat an ditempat lain, bisnis harus menyesuaikan diri dengan norma-norma yang berlaku di tempat itu. b. Rigorisme moral Pandangan ini berpendapat bahwa apa yang dianggap baik di negerinya sendiri, tidak mungkin menjadi kurang baik di tampat lain. Pandangan ini sulit dipertahankan. Mau tidak mau, perlu kita akui bahwa situasi setempat bisa berbeda dan hal itu pasti mempengaruhi keputusan-keputusan moral kita. Kebenaran yang dapat ditemukan dalam pandangan regorisme moral ini adalah bahwa kita harus konsisten dalam perlaku moral kita. Norma-norma etis memang bersifat umum. yang buruk di satu tempat tidak mungkin menjadi baik dan terpuji di tempat lain. Namun penganjut regorisme moral kurang memperhaikan bahwa situasi yang berbeda turut mempengaruhi keputusan etis. c. Imoralisme naif Menurut pandangan ini, dalam bisnis internasional tidak perlu kita berpegang pada norma-norma etika. Norma ini berpendapat bahwa kita harus memenuhi ketentuanketentuan hukum (dan itupun hanya sejauh ketentuan-ketentuan hukum yang ditegakkan di negara bersangkutan), tetapi selain itu, kita
12
tidak terikat oleh norma-norma moral. d. Kasus: bisnis dengan Afrika Selatan yang rasistis Setelah kita mempelajari tiga pandangan ini tentang peranan etika dalam bisnis internasional ini, perlu kita simpulkan bahwa tidak satu pun diantaranya bisa dipertahankan. Tetapi alsanalasan kita menolak tiga pandangan ini tidak sama. Dalam etika jarang prinsip-prinsip moral bisa diterapkan dengan mutlak, karena situasi konkret wring kali sangat kompleks. Suatu pemecahan hitam putih dalam etika hampir tidak pernah bisa diharapkan. Seringkali pemecahan yang betul mencari jalan tengah antara beberapa ekstrem. Salah satu contoh adalah bisnis internasional dengan Afrika Selatan sampai negara itu meninggalkan politiknya yang rasistis. Di sim kita mempelajari kasus Afrika Selatan in sebagai contoh usaha memperdamaikan pandangan ‘menyesuaikan diri” dengan pandangan rigorisme moral. Sampai pemilu multi-ras pertama berlangsung pada tahun 1994, Afrika Selatan mempunyai sistem politik yang didasarkan atas diskriminasi ras (apartheid), artinya dalam segala hal mayoritas kulit hitam (83% dari penduduk) dibedakan dan dipisahkan dari minoritas kulit putih. Perlu ditakankan lagi bahwa sistem apartheid ini didasarkan atas undangundang Afrika Selatan sejak tahun 1948. Pengelompokan ini mulai dari perumahan sampai dengan fasilitas umum. Yang dipraktekkan di Afrika Selatan pada waktu itu adalah diskriminasi ras terang-terangan. Dan setiap diskriminasi tentu merupakan hal yang tidak etis. Dicantumkannya dalam sistem hukum tidak bisa mengubah kualitas etisnya. Kebijakan apartheid di Afrika Selatan ini menimbulkan kesulitan moral yang besar untuk perusahaan-perusahaan asing yang mengadakan bisnis di Afrika Selatan. Mereka diwajibkan untuk mengikuti sistem apartheid juga dalam pabrik-
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PERAN ETIKA DALAM DUNIA BISNIS INTERNASIONAL Oleh : Marinus R. Manurung
pabrik dan kantor-kantor di Afrika Selatan. Mengelola perusahaan atas dasar diskriminasi merupakan hal yang tidak etis. Apakah perusahaan boleh melakukan di Afrika Selatan apa yang sebenarnya tidak etis dan di negerinya sendiri pasti tidak diperbolehkan? Hal ini tentu menimbulkan prokontra antara pandangan “menyesuaikan diri” dengan “rigorisme moral”. Dalam mencari jalan keluar dari masalah ini, banyak perusahaan Barat memegang pada The solution principles yang untuk pertama kali dirumuskan dan dipraktekan oleh perusahaan mobil Amerika, General Motors. Leon Sullivan, yaitu pendeta Baptis (kulit hitam) mengusulkan untuk menezuskan kegiatan ekonomisnya dengan ditambah dua syarat yang bertujuan memperbaiki nasib golongan kulit hitam di sang. Syarat-syarat itu kemudian dikenal sebagai “Prinsip-prinsip Sullivan”. Syarat yang pertama adalah bahwa General Motors dan pabrik-pabriknya di Afrika Selatan tidak akan menerapkan undang-undang apartheid, karena dinilai tidak adil. Syarat yang kedua adalah bahwa General Motors akan berusaha terns pada kempatan apa saja, di Afrika Selatan sendiri maupun dalam forum internasional, agar undang-undang apartheid itu dihapus. Solusi dari General Motors itu bisa dilihat sebagai usaha untuk mencari jalan tengah antara pandangan “menyesuaikan diri” dan “regorisme moral”. Masalah ‘dumping’ dalam bisnis internasional Yang dimaksudkan dengan dumping adalah menjual sebuah produk dalam kuantitas yang besar disuatu negara lain dengan harga dibawah harga pasar dan kadang-kadang malah dibawah biaya produksi. Dumping dianggap tidak etis karena melanggar etika pasar bebas. Dumping produksi bisa di adakan dengan banyak motif yang berbeda. Salah satu motif adalah bahwa si penjual mempunyai persediaan terlalu
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
besar, sehingga ia memutuskan untuk menjual produk bersangkutan di bawah harga saja. Motif lebih jelek adalah berusaha untuk merebut monopoli dengan membanting harga. Produk ditawarkan dengan harga begitu miurah, sehingga produsen di negara lain itu merasa tidak sanggup bersaing lagi dan terpaksa menutup usahanya. Kita membutuhkan suatu instansi supranasional yang sanggup bertindak dan sekaligus diakui sebagai wasit yang obyektif. Tetapi dalam situasi dunia sekarang instansi seperti itu belum mungkin diwujudkan. Dalam rangka Organisasi Perdagangan Dunia (WHO) telah dibuat sebuah dokumen tentang dumping, tetapi hanya sebagai model unutk membuat peraturan hukum di negara-negara anggotanya. Aspek-aspek etis dari korporasi multinasional Fenomena yang agak barn di atas panggung bisnis dunia adalah korporasi multinasional (multinational corporation), yang juga disebut korporasi transnasional (transnational corporation). Yang diomaksudkan dengannya adalah perusahaan yang mempunyai investasi langsung dalam dua negara atau lebih. Jadi, perusahaan yang mempunyai hubungan dagang dengan luar negeri, dengan demikian belum mencapai status korporasi multinasional (KMN), tetapi perusahaan yang memiliki pabrik di beberapa negara termasuk di dalamnya. De George relah merumuskan sepuluh aturan etis yang dianggap paling mendesak dalam menangani norma-norma etis bagi KMN-KMN 1. Korporasi multinasional tidak boleti dengan sengaja mengakibatkan kerugian langsung. Norma pertama ini mengatakan bahwa suatu tindakan tidak etis, bila KMN dengan tabu dan mau mengakibatkan kerugian bagi negara dimana ia beroperasi atau para penduduknya. 2. Korporasi multinasional harus menghasilkan lebih banyak manfaat daripada kerugian bagi negara dimana mereka beroperasi.
13
PERAN ETIKA DALAM DUNIA BISNIS INTERNASIONAL Oleh : Marinus R. Manurung
3.
4.
5.
6.
14
Norma kedua ini melanjutkan dan merincikan dari norma yang pertama. Norma ini menuntut agar secara menyeluruh akibat-akibat baik melebihi akibat-akinat jelek. KMN belum memenuhi kewajibannya, jika hanya tercapai keseimbangan antara akibat-akibat baik dan akibat-akibat jelek. Dengan kegiatan korporasi multinasional itu harus memberi kontribusi kepada pembangunan negara di mana ia beroperasi. Norma ketiga ini lebih konkret lagi. Bukan saja KMN harus menghasilkan lebih banyak hal yang jelek bagi negara berkembang ini, tetapi ia harus menyumbangkan juga pada pembangunannya. Korporasi multinasional harus menghormati Hak Asasi Manusia dari semua karyawannya. Norma ini perlu disebut secara eksplisit. Terutama tentang upah dan kondisi kerja, di banyak negara negara berkembang HAM para pekerja dilanggar dengan membayar upah dibawah upah minimum, mempekerjakan anak, atau mempraktekan diskriminasi karena alasan agama, ras, gender, atau sebagainya. Sejauh kebudayaan setempat tidak melanggar norma-norma etis, korporasi multinasional harus menghormati kebudayaan lokal itu dan bekerja sama dengannya, bukan menentangnya. Norma ini diturunkan dari norma pertama. KMN akan merugikan negara dimana ia beroperasi, jika ia tidak menghormati kebudayaan setempat. Korporasi multinasional harus membayar pajak yang “fair “. Setiap perusahaan harus membayar pajak menurut tarif yang telah ditentukan dalam suatu. negara. Di negara-negara maju, hal itu diawasi dengan ketat dan efisien pada taraf nasional. Tapi kontrol semacam itu tidak ada pada taraf internasional. The Organization for Economic
7.
8.
9.
Coorporation and Development (OECD) mencantumkan sebuah pasal khusus dalam “Guidelines for Multinational Enterprises” tentang masalah pajak. Korporasi multinasional harus bekerjasama dengan pemerintah setempat dalam mengembangkan dan menegakkan “background institutions” yang tepat. Pandangan De George ini barangkali dapat dikaitkan dengan observasi ekonomsosiolog besar swedia, Gunnar Myrdal (1898-1987), yang berpendapat bahwa bagi negara-negara berkembang (sebenarnya ia berbicara tentang negara-negara Asia Selatan) suatu hambatan besar bagi pembangunannya adalah statusnya sebagai soft states (negara-negara lunak) dimana banyak hal tidak ditegakkan dengan konsekuen dari efektif. Negara yang memilki mayoritas saham sebuah perusahaan harus memikul tanggungjawab moral atas kegiatan dan kegagalan perusahaan tersebut. Sebuah KMN seringkali dimiliki orang-orang dari beberapa negara, terutama negara asal dan negara dimana sebuah pabrik atau perusahaan berdiri. Kalau terjadi kecelakaan dalam pabrik milik sebuah perusahaan nasional, tidak akan menimbulkan masalah tentang siapa yang harus bertanggungjawab. Tetapi, kalau terjadi kecelakaan dalam pabrik milik sebuah KMN, tanggungjawab itu seringkali kurang jelas. Norma ini mengatakan bahwa dalam kasus seperti ini tanggungjawab moral harus dipikul oleh pemilik saham. Jika suatu korporasi multinasional membangun pabrik yang beresiko tinggi, ia wajib menjaga supaya pabrik itu aman dan dioperasikan dengan aman. Norma ini juga diturunkan untuk tidak merugikan. KMN bertanggungjawab untuk
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PERAN ETIKA DALAM DUNIA BISNIS INTERNASIONAL Oleh : Marinus R. Manurung
membangun pabrik yang aman dan melatih Berta membina sebaik mungkin mereka yang akan mengoperasikan pabrik itu. Hal ini berlaku secara khusus, kalau yang dibangun itu adalah instalasi nuklir, karena kecelakaan akan mempunyai damapak luas melampaui lokasi instalasi tersebut. 10. Dalam mengalihkan teknologi beresiko tinggi kepada negara berkembang, korporasi multinasional nasional wajib merancang kembali sebuah teknologi demikian rupa, sehingga dapat dipakai dengan aman dalam negara barn yang belum berpengalaman. Menurut norma ini prioritas harus diberikan kepada keamanan. Kalau mungkin, teknologi harus dirancang sesuai dengan kebudayaan & kondisi setempat, sehingga terjamin keamanan optimal. Masalah korupsi pads taraf internasional 1. Skandal suap Untuk memberantas kasus korupsi internasional, perlulah peraturan yang disetujui secara internasional pula. Tetapi sayangnya, dalam keadaan sekarang hal itu belum dimungkinkan. Usaha-usaha dalam rangka PBB untuk membuat peraturan anti-korupsi yang akan diterima oleh semua korporasi multinasional sampai kini selalu gagal. 2. Mengapa pemakaian uang suap bertentangan dengan etika? · Karena praktek suap itu melanggar etika pasar · Karena orang yang tidak berhak, mendapatkan imbalan juga · Karena praktek suap bertentangan dengan asas keadilan · Karena praktek suap, mengundang untuk melakukan perbuatan tidak etis dan ilegal lainnya.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
MORAL DAN EKTIKA DALAM DUNIA BISNIS a. Moral Dalam Dunia Bisnis Sejalan dengan berakhirnya pertemuan para pemimpin APEC di Osaka Jepang dan dengan diperjelasnya istilah untuk menjadikan Asia Pasifik ditahun 2000 menjadi daerah perdagangan yang bebas sehingga baik kita batas dunia akan semakin “kabur” (borderless) world. Hal ini jelas membuat semua kegiatan saling berpacu satu sama lain untuk mendapatkan kesempatan (opportunity) dan keuntungan (profit). Kadang kala untuk mendapatkan kesempatan dan keuntungan tadi, memaksa orang untuk menghalalkan segala cara mengindahkan ada pihak yang dirugikan atau tidak. Dengan kondisi seperti ini, pelaku bisnis kita jelas akan semakin berpacu dengan waktu serta negaranegara lainnya agar terwujud suatu tatanan perekonomian yang saling menguntungkan. Namun perlu kita pertanyakan apakah yang diharapkan oleh pemimpin APEC tersebut dapat terwujud manakala masih ada bisnis kita khususnya dan internasional umumnya dihinggapi kehendak saling “menindas” agar memperoleh tingkat keuntungan yang berlipat ganda. Inilah yang merupakan tantangan bagi etika bisnis kita. Jika kita ingin mencapai target, ada saatnya dunia bisnis kita mampu menciptakan kegiatan bisnis yang bermoral dan beretika, yang terlihat perjalanan yang seiring dan saling membutuhkan antara golongan menengah kebawah dan pengusaha golongan keatas. Apakah hal ini dapat diwujudkan ? Berbicara tentang moral sangat erat kaitannya dengan pembicaraan agama dan budaya, artinya kaidah-kaidah dari moral pelaku bisnis sangat dipengaruhi oleh ajaran serta budaya yang dimiliki oleh pelaku-pelaku bisnis sendiri. Setiap agama mengajarkan pada umatnya untuk memiliki moral yang terpuji, termasuk dalam kegiatan mendapatkan
15
PERAN ETIKA DALAM DUNIA BISNIS INTERNASIONAL Oleh : Marinus R. Manurung
keuntungan dalam ber-”bisnis”. Jadi, moral sudah jelas merupakan suatu yang terpuji dan pasti memberikan dampak positif bagi kedua belah pihak. Umpamanya, dalam melakukan transaksi, jika dilakukan dengan jujur dan konsekwen, jelas kedua belah pihak akan merasa puas dan memperoleh kepercayaan satu sama lain, yang pada akhirnya akan terjalin kerja sama yang erat saling menguntungkan. Moral dan bisnis perlu terns ada agar terdapat dunia bisnis yang benar-benar menjamin tingkat kepuasan, baik pada konsumen maupun produsen. Kenapa hal perlu ini dibicarakan? Isu yang mencuat adalah semakin pesatnya perkembangan informasi tanpa diimbangi dengan dunia bisnis yang ber “moral”, dunia ini akan menjadi suatu rimba modern yang kuat menindas yang lemah. Sehingga apa yang diamanatkan UUD 1945, Pasal 33 dan GBHN untuk menciptakan keadilan dan pemerataan tidak akan pernah terwujud. Moral lahir dari orang yang memiliki dan mengetahui ajaran agama dan budaya. Agama telah mengatur seseorang dalam melakukan hubungan dengan orang sehingga dapat dinyatakan bahwa orang yang mendasarkan bisnisnya pada agama akan memiliki moral yang terpuji dalam melakukan bisnis. Berdasarkan ini sebenarnya moral dalam berbisnis tidak akan bisa ditentukan dalam bentuk suatu peraturan (rule) yang ditetapkan oleh pihak-pihak tertentu. Moral harus tumbuh dari diri seseorang dengan pengetahuan ajaran agama yang dianut budaya dan dimiliki harus mampu diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. b. Etika Dalam Dunia Bisnis Apabila moral merupakan sesuatu yang mendorong orang untuk melakukan kebaikan etika bertindak sebagai rambu-rambu (sign) yang merupakan kesepakatan secara rela dari semua anggota suatu kelompok, maka dunia bisnis yang bermoral akan mampu mengembangkan etika
16
(patokan/rambu-rambu) yang menjamin kegiatan bisnis yang seimbang, selaras, dan serasi. Etika sebagai rambu-rambu dalam suatu kelompok masyarakat akan dapat membimbing dan mengingatkan anggotanya kepada suatu tindakan yang terpuji (good conduct) yang harus selalu dipatuhi dan dilaksanakan. Etika di dalam bisnis sudah tentu harus disepakati oleh orang-orang yang berada dalam kelompok bisnis serta kelompok yang terkait lainnya. Dunia bisnis, tidak hanya menyangkut hubungan antara pengusaha dengan pengusaha, tetapi mempunyai kaftan secara nasional bahkan internasional. Tentu dalam hal ini, untuk mewujudkan etika dalam berbisnis perlu pembicaraan yang transparan antara semua pihak, baik pengusaha, pemerintah, masyarakat maupun bangsa lain agar jangan hanya satu pihak saja yang menjalankan etika sementara pihak lain berpijak kepada apa yang mereka inginkan. Artinya kalau ada pihak terkait yang tidak mengetahui dan menyetujui adanya etika moral dan etika, jelas apa yang disepakati oleh kalangan bisnis tadi tidak akan pernah bisa diwujudkan. Dalam menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain ialah : 1. Pengendalian diri Artinya, pelaku-pelaku bisnis dan pihak yang terkait mampu mengendalikan diri mereka masing-masing untuk tidak memperoleh apapun dari siapapun dan dalam bentuk apapun. Disamping itu, pelaku bisnis sendiri tidak mendapatkan keuntungan dengan jalan main curang dan menekan pihak lain dan menggunakan keuntungan dengan jalan main curang dan menakan pihak lain dan menggunakan keuntungan tersebut walaupun keuntungan itu merupakan hak bagi pelaku bisnis, tetapi penggunaannya juga harus memper-hatikan kondisi masyarakat sekitar-
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PERAN ETIKA DALAM DUNIA BISNIS INTERNASIONAL Oleh : Marinus R. Manurung
2.
3.
4.
nya. Inilah etika bisnis yang “etis”. Pengembangan tanggung jawab sosial (social responsibility) Pelaku bisnis disini dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat, bukan hanya dalam bentuk “uang” dengan jalan memberikan sumbangan, melainkan lebih kompleks lagi. Artinya sebagai contoh kesempatan yang dimiliki oleh pelaku bisnis untuk menjual pada tingkat harga yang tinggi sewaktu terjadinya excess demand harus menjadi perhatian dan kepedulian bagi pelaku bisnis dengan tidak memanfaatkan kesempatan ini untuk meraup keuntungan yang berlipat ganda. Jadi, dalam keadaan excess demand pelaku bisnis harus mampu mengembangkan dan memanifestasikan sikap tanggung jawab terhadap masyarakat sekitarnya. Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh pesatnya perkem-bangan informasi dan teknologi Bukan berarti etika bisnis anti perkembangan informasi dan teknologi, tetapi informasi dan teknologi itu harus dimanfaatkan untuk meningkatkan kepedulian bagi golongan yang lemah dan tidak kehilangan budaya yang dimiliki akibat adanya tranformasi informasi dan teknologi. Menciptakan persaingan yang sehat Persaingan dalam dunia bisnis perlu untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas, tetapi persaingan tersebut tidak mematikan yang lemah, dan sebaliknya, harus terdapat jalinan yang eras antara pelaku bisnis besar dan golongan menengah kebawah, sehingga dengan perkembangannya perusahaan besar mampu memberikan spread effect terhadap perkembangan sekitarnya. Untuk itu dalam menciptakan persaingan perlu ada kekuatankekuatan yang seimbang dalam
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
5.
6.
7.
8.
dunia bisnis tersebut. Menerapkan konsep “pembangunan berkelanjutan” Dunia bisnis seharusnya tidak memikirkan keuntungan hanya pada saat sekarang, tetapi perlu memikirkan bagaimana dengan keadaan dimasa mendatang. Berdasarkan ini jelas pelaku bisnis dituntut tidak meng-”ekspoitasi” ling-kungan dan keadaan saat sekarang semaksimal mungkin tanpa mempertimbangkan lingkungan dan keadaan dimasa datang walaupun saat sekarang merupakan kesempatan untuk memperoleh keuntungan besar. Menghindari sifat 5K ( Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi dan Komisi ) Jika pelaku bisnis sudah mampu menghindari sikap seperti ini, kita yakin tidak akan terjadi lagi apa yang dinamakan dengan korupsi, manipulasi dan segala bentuk permainan curang dalam dunia bisnis ataupun berbagai kasus yang mencemarkan nama bangsa dan negara. Mampu menyatakan yang benar itu benar Artinya, kalau pelaku bisnis itu memang tidak wajar untuk menerima kredit (sebagai contoh) karena persyaratan tidak bisa dipenuhi, jangan menggunakan “katabelece” dari “koneksi” serta melakukan “kongkalikong” dengan data yang salah. Juga jangan memaksa diri untuk mengadakan “kolusi” serta memberikan “komisi” kepada pihak yang terkait. Menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan golongan pengusaha kebawah Untuk menciptakan kondisi bisnis yang “kondusif’ harus ada saling percaya (trust) antara golongan pengusaha kuat dengan golongan pengusaha lemah agar pengusaha lemah mampu berkembang bersama dengan pengusaha lainnya yang sudah besar dan
17
PERAN ETIKA DALAM DUNIA BISNIS INTERNASIONAL Oleh : Marinus R. Manurung
mapan. Yang selama ini kepercayaan itu hanya ada antara pihak golongan kuat, saat sekarang sudah waktunya memberikan kesempatan kepada pihak menengah untuk berkembang dan berkiprah dalam dunia bisnis. 9. Konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati bersama Semua konsep etika bisnis yang telah ditentukan tidak akan dapat terlaksana apabila setiap orang tidak mau konsekuen dan konsisten dengan etika tersebut. Mengapa? Seandainya semua ketika bisnis telah disepakati, sementara ada “oknum”, baik pengusaha sendin maupun pihak yang lain mencoba untuk melakukan “kecurangan” demi kepentingan pribadi, jelas semua konsep etika bisnis itu akan “gugur” satu semi satu. 10. Menumbuhkembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah disepakati Jika etika ini telah memiliki oleh semua pihak, jelas semua memberikan suatu ketentraman dan kenyamanan dalam berbisnis. 11. Perlu adanya sebagian etika bisnis yang
18
dituangkan dalam suatu hukum positif yang berupa peraturan perundang-undangan Hal ini untuk menjamin kepastian hukum dari etika bisnis tersebut, seperti “proteksi” terhadap pengusaha lemah. Kebutuhan tenaga dunia bisnis yang bermoral dan beretika saat sekarang ini sudah dirasakan dan sangat diharapkan semua pihak apalagi dengan semakin pesatnya perkembangan globalisasi dimuka bumf ini. DUNIA BISNIS Perubahan perdagangan dunia menuntut segera dibenahinya etika bisnis agar tatanan ekonomi dunia semakin membaik. Langkah apa yang harus ditempuh? Didalam bisnis tidak jarang berlaku konsep tujuan menghalalkan segala cara. Bahkan tindakan yang berbau kriminal pun ditempuh demi pencapaian suatu tujuan. Kalau sudah demikian, pengusaha yang menjadi pengerak motor perekonomian akan berubah menjadi binatang ekonomi.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH PERUBAHAN KONSEP INTERIOR DESIGN DAN VARIASI MENU TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN DUNKIN DONUTS DI INDONESIA Oleh : Noverdi Bros ABSTRACT
Dunkin Donut is the international merk for the food product and service. at 2001 Dunkin Donuts made a new concept especially to change the logo, interior design and menu variety the sample of cunsomers of Dunkin Donuts at Mall Pondok Indah Jakarta who answer the question that chnage the concept of interior design identified is direct affect for consumer Dankin Donuts.
PENDAHULUAN Tahun 1940, seorang pengusaha bernama Bill Rosenberg mendirikan dan membuka sebuah gerai donut dengan nama Open Kettle di kota Boston, Quincy – Massachusetts, Amerika Serikat. Tanpa disangka gerai donut miliknya tumbuh dengan pesat. Hal ini terbukti dari makin bertambah banyaknya jumlah pelanggan yang berkunjung. Melihat perkembangan usahanya yang positif, tahun 1950, Rosenberg pun memutuskan mengubah nama Open Kettle menjadi nama lain yang lebih menjual. Setelah melalui proses yang panjang, terpilihlah nama baru yang lebih menjanjikan yaitu “Dunkin”Donuts. Selaras dengan perubahan nama tersebut, dirintislah system franchise (waralaba). Tahun demi tahun berlalu, Kemajuan dan ketenaran nama “Dunkin” Donuts makin tak terbendung. Bahkan di tahun 1970, Dunkin’Donuts telah menjadi merek internasional dengan reputasi yang luar biasa dalam hal kualitas produk dan pelayanan. Reputasi dan ketenaran itu jugalah yang kemudian menarik minat Allied Domecq-sebuah perusahaan internasional yang membawahi Togo’s
dan Baskin Robins- untuk membeli Dunkin’ Donuts dari keluarga Rosenberg. Pembelian dan pengambilalihan perusahaan dari keluarga Rosenberg akhirnya disepakati dan dilakukan dengan penuh persahabatan pada tahun 1983 Meskin berganti Kepemilikan, Allied Domecq tetap berusaha mempertahankan system manajemen yang sudah berjalan di Dunkin’ Donuts. Kalaupun ada yang harus dirubah, perubahan dilakukan dalam skala kecil. Hanya satu yang menjadi ambisi seluruh manajemen Allied Domecq yaitu membantu Dunkin’ Donuts memperluas pasar secara internasional. Untuk mewujudkan ambisinya tersebut, diberlakukanlah standarisasi diseluruh counter Dunkin’s Donuts. Di samping itu, berbagai strategi marketing yang jitu juga mulai dilancarkan, seperti selalu berusaha memperbaharui design sesuai dengan trend, fakus terhadap kualitas produk serta berusaha memaksimalkan kepuasan pelanggan. Dengan didukung sumber daya manusia yang handal, dalam waktu singkat ambisi Allied Domecq tercapai. Dunkin’ Donuts berhasil memperluas pasar
H. Noverdi Bros, Ph.D. : Dosen Pascasarjana Sekolah Tinggi Manajemen IMMI Jakarta
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
19
PENGARUH PERUBAHAN KONSEP INTERIOR DESIGN DAN VARIASI MENU TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN DUNKIN DONUTS DI INDONESIA Oleh : Noverdi Bros
secara menakjubkan sehingga gerainya tidak hanya tersebar di benua Amerika, tetapi juga dibenua Eropa dan Asia. Dunkin; Donuts mulai merambah pasar Indonesia pada tahun 1985 dengan gerai pertamanya didirikan di Jalan Hayam Wuruk, Jakarta. Khusus wilayah Indonesia, master franchise Dunkin’ Donuts dipegang Dunkin’ Donuts Indonesia. Sejak diberik kepercayaan memegang master francise tersebut, Dunkin’ Donuts Indonesia bercitacita dan bertekad untuk terus membesarkan serta memperkuat awareness dan positioning Dunkin’ Donuts. Tidak hanya di Ibukota Indonesia, Jakarta, tetapi juga di berbagai kota besar lainnya. Itu sebabnya, kegiatan memperluas pasar dengan jalan membuka puluhan gerai permanent terus dilakukan secara berkala. Kini Dunkin’ Donuts Indonesia telah berhasil membuka lebih dari 200 gerai yang tersebar di berbagai kota besar Indonesia seperti Jakarta, Tangerang, Bogor, Bekasi, Depok, Surabaya, Bandung, Bali, Medan, Yogyakarta, Makasar, dan lain sebagainya. Cita-cita memperkuat awareness dan positioning pun bias dibilang telah tercapai. Seiring dengan makin kuatnya awareness dan positioning Dunkin’ Donuts yang telah dibuktikan lewat hasil survey, diawal tahun 2001 Dunkin’ Donuts Indonesia kembali melakukan gebrakan dengan menerapkan konsep baru (rew image) pada setiap gerainya. Kegiatan new image tersebut dilakukan secara bertahap dengan jalan merubah logo, design interior gerai, dan berbagai perubahan lainnya. Dampak dari new image membuat Dunkin’ Donuts terlihat lebih fresh dan sesuai dengan keinginan pasar. Namun semua itu belumlah cukup. Bersamaan dengan terus dilangsungkan kegiatan New Image, Dunkin’ Donuts Indonesia juga mengikrarkan komitmen untuk lebih memfokuskan diri pada perbaikan produk dan pelayanan. Dengan demikian diharapkan tingkat kepuasan konsumen terhadap Dunkin’ Donuts dapat terus meningkat.
20
Identifikasi masalah. Dari uraian topic diatas mengenai perkembangan Dunkin’ Donuts di Indonesia, kami mencoba untuk menganalisa masalah ini kepada : "Penaruh Perubahan Konsep Interior Design dan Variasi Menu Terhadap Kepuasan Pelanggan Dunkin di Indonesia" Dan mengidentifikasikan masalah ini kepada : 1. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara perubahan konsep interior Design dengan kepuasan pelanggan 2. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara variasi menu dengan kepuasan pelanggan. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa perubahan konsep Interior Design dan Variasi Menu apakah mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Kepuasan Pelanggan Dunkin Donuts di Indonesia. LANDASAN TEORI Konsep Pemasaran Definisi Manajemen Pemasaran menurut Philip Kotler (2002:9) : “Manajemen Pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan, pemikiran, penetapan harga, promosi serta penyaluran gagasan, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memenuhi sasaran-sasaran individu dan organisasi”. Menurut Cohey (dalam Tjitono 2006), Konsep Pemasaran terdiri atas Lima elemen yang saling berkait. Salah satu elemen tersebut adalah : Pemilihan Pasar, yaitu memilih pasar yang akan dilayani. Keputusan ini berdasarkan kepada factor-faktor : a. Persepsi terhadap fungsi produk dan pengelom-pokan teknologi yang dapat diproteksi dan didominasi. b. Keterbatasan sumber daya internal yang mendorong perlunya pemusatan (focus) yang
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH PERUBAHAN KONSEP INTERIOR DESIGN DAN VARIASI MENU TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN DUNKIN DONUTS DI INDONESIA Oleh : Noverdi Bros
lebih sempit. c. Pengalaman kumulatif yang didasarkan pada trial an error dalam menanggapi peluang dan tantangan. d. Kemampuan khusus yang berasal dari akses terhadap sumber daya langka atau pasar yang terproteksi. Pemilihan pasar mulai dengan melakukan segmentasi pasar dan kemudian memilih pasar sasaran yang paling memungkinkan untuk dilayani oleh perusahaan. Variasi Menu Produk Menurut Cohey (dalam Tjitono2006), Konsep pemasaran terdiri atas Lima Elemen yang saling berkait. Salah satu elemen tersebut adalah : Perencanaan Produk. Yaitu meliputi produk spesifik yang dijual, pembentukan lini prduk, dan desain penawaran individual pada masing-masing lini. Produk itu sendiri menawarkan manfaat total yang dapat diperoleh pelanggan dengan melakukan pembelian. Manfaat tersebut meliputi produk itu sendiri, nama merek produk, ketersediaan produk, jaminan atau garansi, jasa reparasi, dan bantuan teknis yang disediakan penjual, serta hubungan personal yang mungkin terbentuk diantara pembeli dan penjual. Kepuasan Pelanggan (Satisfaction) Secara umum, kepuasan pelanggan ditentukan oleh terpenuhi tidaknya harapan pelanggan. Definisi umum tersebut mengacu pada paradigma expextancydisconfirmation. Berdasarkan paradigma ini, pelanggan ini akan menjadi standar untuk menilai kinerja actual suatu produk atau jasa. Jika apa yang diharapkan pelanggan terpenuhi, maka akan terjadi confirmation. Dengan kata lain, pelanggan puas. Sebaliknya,jika apa yang diharapkan pelanggan tidak terpenuhi, maka akan terjadi disconfirmation. Ada disconfirmation yang positif, ada disconfirmation yang negative. Disconfirmation positif terjadi
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
jika suatu produk atau jasa dapat memenuhi kebutuhan pelanggan melebihi apa yang diharapkan oleh pelanggan. Disconfirmation negative terjadi jika suatu produk atau jasa tidak dapat memenuhi harapan pelanggan. Confirmation dan disconfirmation positif dapat membuat pelanggan puas, sedangkan disconfirmation negative dapat menyebabka pelanggan tidak puas. Oleh karena itu, Oliver (1996) seperti dikutip oleh Ruyter dan Bloemer (1999); 323) berpendapat bahwa: "Satisfaction is thus perceived to be a postconsumption evaluation or a pleasureable level of consumption – related fulfillment”. Pada umumnya jawaban konsumen yang mengindifikasikan mutu jasa yang diserahkan dapat dikelompokkan menjadi lima tipe : 1. Sangat memuaskan, yaitu bahwa konsumen yang memakai jasa yang disediakan sangat puas dan merasakan ada sesuatu yang spesifik, kemudian mereka menceritakannya kepada teman sejawatnya sehingga berubah menjadi cerita dari mulut ke mulut mengenai keutamaan mutu pelayanan yang telah diterima. 2. Memuaskan, yaitu bahwa konsumen merasa puas atas pelayanan yang diterima, namun tidak mencirikan sesuatu yang sangat spesifik sehingga tidak membentuk legenda mutu. 3. Tidak puas, yaitu bahwa konsumen merasakan ada perbedaan antara yang dijanjikan oleh produsen dengan yang tidak diterima oleh konsumen, namun perbedaan itu masih dalam batas yang layak diterima. Kenyataan layanan masih diterima, misalnya jasa tidak tepat jadual, terjadi kelambatan dalam proses pemberian pelayanan baik karena factor teknis maupun internal. 4. Menggerutu, yaitu bahwa konsumen merasa pelayanan yang diterima sangat jauh bedanya dengan yang dijanjikan sehingga kenyamanan
21
PENGARUH PERUBAHAN KONSEP INTERIOR DESIGN DAN VARIASI MENU TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN DUNKIN DONUTS DI INDONESIA Oleh : Noverdi Bros
5.
tidak terasa dalam layanan yang diterima. Marah (emosi), yaitu bahwa konsumen merasa kecewa berat dimana pelayanan yang diterima tidak satupun yang memenuhi dimensi mutu jasa. Konsumen menyesal memakai jasa itu dan menyatakan tidak akan memakai kembali.
ANALISA DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Sampel pada penelitian ini para konsumen di gerai Dunkin Donuts Mall Pondok Indah, Jakarta Selatan. Kuesioner penelitian sample yang diambil sebanyak 30 orang kemudian kuesioner disebarkan, untuk lebih jelasnya akan ditampilkan dalam Tabel dibawah ini : Tabel 1 Karakteristik Responden berdasarkan pendidikan. Jenjang Pendidikan Responden Persentase SMA/Sederajat 2 0,067 Akademi Sederajat 10 0,333 Strata 1 8 0,267 Strata 2 10 0,333 Total 30 100
Analisis Deskriptif Dalam bentuk sebuah penilaian responden menjawab kuesioner terhadap berbagai pernyataan yang telah disesuaikan dengan indicator dalam penelitian. Dan untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai penilaian yang diberikan responden tersebut, maka penulis menggunakan analisis deskriptif. Kemudian dari hasil penilaian tersebut, penulis buat dalam bentuk table
22
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Dari hasil penelitian ternyata menunjukkan bahwa koefisien regresi dari factor perubahan konsep (new image) terhadap kepuasan pelanggan memiliki pengaruh positif. 2. Hasil ini menunjukkan ada pengaruh langsung dari pengaruh perubahan konsep interior design terhadap kepuasan pelanggan Dunkin Donuts, hal tersebut mengindifikasikan bahwa pelanggan Dunkin Donuts menilai perubahan konsep interior design dari logo dan desain interior gerai terhadap kepuasan pelanggan Dunkin Donuts 3. Hal ini berarti bahwa : Pelanggan Dunkin Donuts menganggap perubahan konsep interior design yang dilakukan dengan merubah logo dan design interior gerai lebih menarik dan mudah diingat ditunjang dengan fasilitas WIFI dan kenyamanan gerai yang akhirnya akan menciptakan kepuasan pelanggan. 4. Dari hasil penelitian selanjutnya ternyata menunjukkan bahwa koefisien regresi dari factor variasi menu terhadap kepuasan Pelanggan Dunkin Donuts memiliki pengaruh positif. Hasil ini menunjukkan bahwa ada pengaruh langsung dari variasi menu terhadap kepuasan pelanggan Dunkin Donuts. Saran 1. Sukses suatu industri makanan atau café tergantung pada sejauh mana perusahaan mampu mengelola tiga aspek penting yaitu janji perusahaan mengenai nilai produk yang akan disampaikan kepada pelanggan, kemampuan perusahaan untuk membuat karyawan mampu memenuhi nilai tersebut.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
DAMPAK MERGER HORIZONTAL TERHADAP EFISIENSI DAN KELANGSUNGAN USAHA BANK Oleh : M. Uzair Achmadi ABSTRACT
The objective of this study was to analyze the effect of horizontal mergers on the efficiency and competitive viability in banking. The research covers 59 premerger banks and 21 postmerger banks in Indonesia covering three year premerger and three year postmerger periods since the horizontal merger dates. Most of the earlier empirical studies investigating the effectiveness of mergers and acquisition in the 1980s use primarily financial ratio of profitability and operating cost (Srinivasan 1992 ; Spindt and Trhan 1992. One drawback of financial ratios is that they can not accurately measure cost efficiency. This study analyze cost efficiency of bank mergers by looking at x-efficiency, scale efficiency, and scope efficiency, refer the prior studies : Berger and Humphrey (1993), Rhoades (1993), Shaffer (1993), Hughes et al (1994), Clark (1996), Akhavein, Berger and Humphrey (1998), Peristiani (1997) The hypotheses were tested by applying the econometrical model of the translog of total economic cost function with pooling and panel data equation, to test the hypotheses. The results of this research show that the first hypotheses, horizontally merger Banks increase x-efficiency, scale efficiency and scope efficiency but for the x-efficiency statistically insignificant. The scale efficiency and scope efficiency statistically significant *). *) statistically significant at 1%, 5% and 10% levels. Keywords : merger, x-efficiency, scale efficiency and scope efficiency. Ikhtisar - Studi ini bertujuan untuk menganalisis
seperti : x-efisiensi, skala efisiensi, dan cakupan
dampak merger horizontal terhadap efisiensi dan
efisiensi, merujuk beberapa penelitian empiris
kelangsungan usaha bank, penelitian ini meliputi 59
sebelumnya seperti : Berger dan Humphrey (1993),
bank pramerger dan 21 bank pascamerger di Indo-
Rhoades (1993), Shaffer (1993), Hughes et al (1994),
nesia, dengan periode penelitian tiga tahun sebelum
Clark (1996), Akhavein, Berger, dan Humphrey
dan sesudah merger. Beberapa kajian mengenai
(1998) Peristiani (1997)
efektifitas merger dan akuisisi pada tahu 1980-an, peneliti terdahulu (Srinivasan, Spindt dan Tarhan 1992)
PENDAHULUAN
menggunakan pendekatan rasio keuangan seperti
Penawaran merger horizontal oleh pemerintah
rasio laba terhadap biaya operasi, namun tidak lebih
terhadap lembaga keuangan perbankan di Indone-
akurat untuk mengukur “efisiensi biaya”. Efisiensi
sia, merupakan fenomena yang sangat menarik untuk
pada penelitian ini diukur dengan pendekatan “efisiensi
dikaji, akibat pengalaman likwidasi 16 bank yang
biaya” yang dibagi dalam 3 (tiga) dimensi pengukuran
kontraproduktif di awal tahun 1998, yang berdampak
Dr. M. Uzair Achmadi, MM : Dosen Sekolah Tinggi Manajemen IMMI Jakarta
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
23
DAMPAK MERGER HORIZONTAL TERHADAP EFISIENSI DAN KELANGSUNGAN USAHA BANK Oleh : M. Uzair Achmadi
traumatis bagi masyarakat penabung maupun
di Indonesia terhadap : 1). x- efficiency, 2). Scale
deposan, serta munculnya aksi rush. Dari
efficiency dan 3). Scope efficiency..
pengalaman tersebut pemerintah mengambil keputusan alternatif terbaik diantara beberapa
Kegunaan Penelitian
alternatif solusi dengan menyarankan untuk
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
melakukan restructuring melalui merger horizontal
informasi penting antar lain untuk : 1). Industri
bagi bank-bank yang berkinerja cenderung kurang
perbankan dan khususnya pengambil kebijakan merger
baik, dengan tujuan agar permasalahan perbankan
tentang kinerja keuangan bank pascamerger di In-
nasional yang dilanda kemelut dapat segera
donesia, 2). Masyarakat luas (stakeholder), 3).
diselesaikan.
Bahan masukan (input) bagi peneliti lainnya yang ingin
Makalah ini membahas dampak merger horizontal terhadap efisiensi dalam dimensi : x-efficiency,
mendalami teori ilmu keuangan restructuring & merger
scale efficiency, dan scope efficiency dengan membandingkan tingkat signifikansi antara bank
Tinjauan Teori :
pramerger dan bank pascamerger serta menggunakan
Merger
pendekatan “cost efficiency” dengan model
Merger dan akuisisi merupakan kegiatan
ekonometrika “translog total economic cost (tec)
ekspansi perusahaan melalui restructuring
function” yang pernah digunakan oleh beberapa-
secara organis.. Sudarsanam (1995) mende fini-
peneliti antara lain : Shaffer, 1993, Clark, 1996,
sikan merger sebagai penggabungan perusahaan
Peristiani, 1997, .
dan pembagian sumber daya yang mereka miliki
Berdasarkan uraian latar belakang, maka dapat disusun tema sentral sebagai berikut:
untuk mencapai tujuan bersama. X-efficiency (XEFF)
“Perolehan tingkat efisiensi perbankan di Indo-
Merupakan bagian dari proses efisiensi (tech-
nesia sebagai dampak dari merger horizontal, maka
nical efficiency and allocative efficiency),
x-efficiency, scale efficiency, dan scope efficiency
dimana perusahaan akan terus meningkatkan
diduga dipengaruhi oleh merger horizontal”.
efisiensi sampai pada titik yang paling optimum, x-efficiency disebut juga the efficient fron-
Identifikasi Masalah Dari tema sentral tersebut,
tier, yaitu suatu kinerja lebih x-efficient atau maka masalah
penelitiannya dapat diidentifikasi : Bagaimana merger horizontal bank di Indonesia
beroperasi mendekati efficient frontier., Coelli, Rao dan Battese (2003). Scale efficiency
memiliki dampak yang positif terhadap efisiensi dalam
Merupakan kemampuan menggabung- kan in-
dimensi 1). x-efficiency. 2). scale efficiency. dan
put secara lebih efisien demi meningkat- kan
3). scope efficiency
output dalam sebuah perusahaan dengan memperhitungkan kemungkinan perubahan
Tujuan Penelitian
yang bersifat eksternal, hal ini berarti perlu
Tujuan umum yang ingin diperoleh dari penelitian
diperhitungkan perubahan-perubahan yang lebih
ini adalah untuk mengetahui kinerja industri perbankan
luas antara lain perubahan harga-harga input.
secara nasional yang melakukan merger yaitu : Untuk
Skala ekonomi (economies of scale)
mengetahui dampak positif merger horizontal bank
menghasilkan average cost (AC) per unit pro-
24
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
DAMPAK MERGER HORIZONTAL TERHADAP EFISIENSI DAN KELANGSUNGAN USAHA BANK Oleh : M. Uzair Achmadi
duction akan bergeser kearah yang lebih
Premis kajian hasil penelitian :
rendah (lower cost) dengan bertambahnya vol-
1). Merger berdampak positif terhadap x-efficiency
ume output atau produksi yang diciptakan
dikemukakan oleh Shaffer (1993), Clark (1996),
karena skala ekonomis, (Clark, 1996)
Onvural (1996), Peristiani (1997), Berger et al
Scope Efficiency
(1998)
Penggunaan input tertentu yaitu bahan baku
2). Merger berdampak positif terhadap scale effi-
atas salah satu output perusahaan (perusahaan
ciency, dikemukakan oleh : Sinkey Jr.(1992),
yang memiliki lebih dari satu output), tetapi bisa
Akhavein (1993), Shaffer (1993), Clark (1993),
juga digunakan sebagai bahan baku bagi out-
3). Merger berdampak positif terhadap scope effi-
put yang lain(shareable) tanpa enimbulkan
ciency, dikemukakan oleh : Mester (1995), Willig
distorsi (kenaikan biaya atas pembuatan/produksi
et al (1979)
output pertama), Mester (1996).
4). Merger berdampak negatif terhadap x-efficiency, dikemukakan oleh : Rhoades (1990),
KERANGKA PEMIKIRAN, PREMIS DAN HIPOTESIS
Srinivasan dan Wall(1992). 4). Merger berdampak negatif terhadap x-effi-
Kerangka pemikiran
ciency, dikemukakan oleh :
Menggambarkan pengaruh merger yang dimanifestasikan dalam sejumlah variabel explana-
Hipotesis
tory terhadap dependence variable.
Hipotesis 1
Gambar 2.1. Paradigma Konseptual Penelitian
Merger horizontal di antara bank-bank di Indo-
ÄBD, ÄLarge, ÄCore, ÄLA, BankG, EmplG, SecG,
nesia berpengaruh positif terhadap x-efficiency.
Cap G , LM G ), Utl G , dan XEFFD , Scale D , serta
(Premis 1-2,3,4,5, & 6)
Scope D ,(variabel
eksplanatori)
yang
Hipotesis 2
mempengaruhi efisiensi dalam dimensi XFF, SCALE,
Merger horizontal diantara bank-bank di Indo-
dan SCOPE(dependence variabel), merujuk model
nesia berpengaruh positif terhadap scale effi-
: Clark (1996), Mester (1996) dan Peristiani(1997)
ciency.
(Premis 2, 3, 5, 6, 8 & 11)
Hipotesis 3 Merger horizontal diantara bank-bank di Indonesia berpengaruh positif terhadap scope efficiency.
(Premis 5, 6, 9, 10, dan 11)
Desain Penelitian : a). Untuk menguji H1, digunakan persamaan
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
25
DAMPAK MERGER HORIZONTAL TERHADAP EFISIENSI DAN KELANGSUNGAN USAHA BANK Oleh : M. Uzair Achmadi
b). Untuk menguji H2, digunakan persamaan
growth (Cap G ), Leverage Multiplier’s growth (LMG), Utility’s growth (UtlG), X-Efficiency’s Difference (XEFFD), Scale Efficiency’s Difference (SCALED ), serta Scope Efficiency;’s Difference (SCOPED ), yang mempengaruhi efisiensi dalam dimensi x-efficiency(y1), scale efficiency(y2), dan scope efficiency(y3),.
c). Untuk menguji H3, digunakan persamaan Metode Penarikan Sampel Penelitian sampel dilakukan dengan menggunakan metode simple random sampling. Dari simple random sampling diperoleh 65 bank pramerger dan 23 bank pascamerger, namun dari 65 bank pramerger terdapat sebanyak 59 bank pramerger yang sesuai dengan bank asal yang bergabung menjadi 21 bank Obyek Penelitian
pascamerger.
Objek penelitian ini secara umum mencakup analisis yang didasarkan aspek variabel tetap yaitu :
Prosedur Pengumpulan Data
x-efficiency, scale dan scope efficiency serta variabel
merger
variabel
merger
yang
Penelitian ini sepenuhnya menggunakan data sekunder yaitu laporan keuangan bank.yang terdiri
dimanifestasikan dalam sejumlah variabel seperti
atas :
diuraikan pada operasionalisasi variabel berikut :
1). Neraca konsolidasi bank periode 1-3 tahun sebelum dan setelah merger.
Metode Penelitian
2). Laporan komitmen dan kontijensi konsolidasi
Studi ini menggunakan model ekonometrika
bank periode 1-3 tahun sebelum dan setelah
:”translog of total economic cost function” dalam
merger.
mengestimasi the cost structure of banks and de-
3). Laporan laba-rugi ditahan konsolidasi bank
rive measure of efficiency, mengacu pada: Aigner-
periode 1-3 tahun sebelum dan setelah merger.
Lovell-Schmidt (1977) dan the stochastic model
Metode Analisis
(Green, 2000-p.394) dan telah teruji oleh Mester
Metoda analisis yang digunakan dalam disertasi
(1995) dan Peristiani (1997) dalam menganalisis cost
ini yaitu “Time Series Cross Sectional Regression
characterities of bank’s depositor (lihat apendik 1
Method dan Maximum Likelihood Estimation”, .
– 4 , terlampir)..
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Operasionalisasi Variabel
Uji Hipotesis
Merger sebagai variable bebas (exogen)
Uraian tentang uji hiotesis dibagi menjadi 3(tiga)
dimanifestasikan dalam bentuk : Perubahan (Ä) Bad
pokok bahasan analisis yaitu :
Debt (ÄBD), Largae Deposits (ÄLarge)(x2), ÄCore
-
Deposits(ÄCore), ÄLoan to Assets(ÄLoan), Bank’s growth (Bank G ), Employment’s growth (Empl G ), Security’s growth (Sec G ), Capital’s
26
Analisis dampak merger horizontal terhadap xefficiency.
-
Analisis dampak merger horizontal terhadap scale-efficiency.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
DAMPAK MERGER HORIZONTAL TERHADAP EFISIENSI DAN KELANGSUNGAN USAHA BANK Oleh : M. Uzair Achmadi
-
Analisis dampak merger horizontal terhadap
Kepustakaan
scope-efficiency.
Berger, Humphrey, Clark, “Horizontal Merger and
the scale (size), digambarkan dengan persamaan:
Acquisition Effect On Small Business”, Jour-
increasing scale (Q1) < constant scale (Q2), Q1
nal of Financil Economic (1998), Holland.
dan atau Q2 digambarkan sebagai unit of produc-
Mitchell, Karlyn and Onvural Nur M, 1996, “Eco-
tion cost. Pendapat ini konsisten dengan Ross,
nomic of Scale and Scope At Large Commer-
Westerfield dan Jaffe (1996).
cial Banks: Evidence From the Fourier Flexible
Hasil penelitian ini searah dengan hasil penelitian
Functional From”, Journal of Money, Credit
Berger dan Humphrey (1992) serta Rhoades (1993),
and Banking, Vol 28 pp. The Ohio State Uni-
tidak searah dengan hasil penelitian Peristiani (1997).
versity Press.
mampu memanfaatkan input tertentu selain
Pilloff, Steven J.,1996, “Peformance Changes and
menjadi sumber daya atas salah satu output tertentu,
Shareholder Wealth Creation Associated With
namun juga dapat digunakan sebagai sumber daya
Mergers of Publicly Traded Banking Institu-
bagi output yang lain tanpa menimbulkan distorsi..
tions” Journal of Money, Credit and Bank-
Dengan demikian merger horizontal memiliki peran
ing, Vol. 28 pp. 294-310 The Ohio State Uni-
kuat dalam menciptakan input yang serbaguna
versity Press.
(shareable), penghematan yang diperoleh melalui
Peristiani, Stavros. “Do Mergers Improve the X-ef-
pemanfaatan sumber daya suatu unit mencakup
ficiency and Scale Efficiency of US. Bank ?”
pengoperasian unit lainnya. Hasil penelitian ini searah
Evidence from the 1980s, Journal of Money,
dengan hasil-hasil penelitian Berger dan Humphrey
Credit and Banking, Vol. 29, 1997, 326-337.
(1998).
The Ohio State University Press. Raul, P. Raghavendra dan Vermaelen Theo, 1998,
Implikasi Hasil Pnelitian
“Glamour, Value and the Post Acquisition Per-
Bukti empiris mengenai kinerja pascamerger pada
formance of Acquiring Firms”, Journal of Fi-
penelitian ini, dari sudut pandang kinerja keuangan
nancial Economic. Vol. 49 pp. 223-252, North
yang diukur dengan pendekatan “cost effciency”
Holland Publishing Company.
dalam dimensi : x-efficiency, scale efficiency dan
Rhoades, Stephen A., 1987, “The Operating Perfor-
scope efficiency, serta dalam model eko-nometrika
mance of Acquired Firms In Banking”, In Is-
translog total economic cost (tec) function,
sues after a Century of Federal Competition
merupakan instrumen yang baik, model ini dapat
Policy. Edited By Robert L. Wills. Jullie A.
dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam
Caswell, and John D. Culbertson, pp.277-292
melakukan evaluasi kinerja keuangan pascamerger,
Lexington, Mass; Lexington Books.
pendekatan model ini jauh lebih baik dibanding
————— “Billion Dollars Bank Acquisitions, A
pendekatan financial ratios : efisiensi, versi CAMEL
Note on the Performance Effects”, 1990, Mim-
Bank Indonesia., dikatakan bahwa pengukuran
eograph, Board of governors of the federal
efisiensi melalui financial ratios tidak dapat
Reserve System.
mengukur efisiensi secara akurat (one draw back
————— “Efficiency Effects of Horizontal (in-
of financial ratios is that they cannot accurately
Market) Mergers. “Journal of Banking and
measure cost efficiency), Peristiani, (1997)..
Finance” 17 April 1993, 411-22. North Holland
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
27
DAMPAK MERGER HORIZONTAL TERHADAP EFISIENSI DAN KELANGSUNGAN USAHA BANK Oleh : M. Uzair Achmadi
Publishing Company.
Teece D. J., Pisano. G, and Shuen A, 1997, “Dy-
Shaffer, Sherrill, 1993, “Can Mega Merger Improve
namic Capabilities and Strategic Management”,
Bank Efficiency ?”, Journal of Banking and
Strategic Management Journal Vol. 18 pp
Finance Vol. 17, pp. 423-426 North Holland
509-533.
Publishing Company.
U. Hamischfeger, 1999 Deutsche Plans $ 34 billion
Singh Satbir, Coelli Tim, and Flening Euan, 2000, The
War Chest For Acquisition, Financial Times,
Effects of Private Sector Competition Upon
March 19, 1.
Productivity Growth in Indian Dairy Process-
Su Han Chan, Kensinger JW, Keown AJ, Martin JD,
ing Plants, No. 1, Armidale, NSW 2351 Austra-
1997, Do Strategic Alliances Create Value ?”
lia, Centre For Efficiency and Productivity
Journal of Financial Economic, Vol. 46 pp
Analysis (CEPA) Working Papers, CEPA
199-221. North Holland Publishing Company.
Working Papers, Department of Econometrics
Surat Keputusan Direksi BI, 1998, No. 32/51/kep./
University of New England.
Dir. Tentang Persyaratan dan Tata Cara Merger,
Sirower. M. L. 1997, The Synergy Trap, New York; Free Press.
28
Konsolidasi, dan Akuisisi Bank Umum. Uzr..
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PERTIMBANGAN ETIKA DALAM PENELITIAN KUALITATIF : TELAAH TENTANG PENGARUH PANDANGAN ETIK DAN EMIK TERHADAP PERILAKU PENELITI DI LOKASI PENELITIAN Oleh : Agus Suradika ABSTRACT In qualitative research, the people involved in two position as point central attention, as a subject and object. For collecting data, the researcher as main instrument and should be live with the people as object. This position will be aroused difficulty for the researcher who try to express social reality in natural surface as the characteristic of qualitative research. This paper try to describe characteristic of qualitative research, to express problem related with relation between researcher and object research, and answer the question how should the behaviour researcher as the result of contradictive influence between opinion ethic and emic that related and emerged ethic problem. “Kita tidak perlu menjadi pribumi untuk memahami orang pribumi”
dalam kebudayaan primitif suku Samoa (sebuah kepulauan di lautan Pasifik), relevan untuk
(Clifford Geerzt, 1985 : 248).
dikemukakan. Penelitian yang dilakukan Mead pada
“Kalau peneliti pelacuran melacur, menurut saya
tahun 1923 tersebut, mengemukakan pertanyaan :
jelas-jelas dia telah melanggar kode etik dan sekaligus
“apakah keadaan remaja merupakan akibat pengaruh
telah melakukan perbudakan terhadap responden-
peradaban terhadap manusia yang sedang tumbuh
nya”, (Koentjoro, 2004 : xix).
pada masa pancaroba”? Mead (1988 : 4-6), menjelaskan prosedur yang
PENGANTAR
dilakukan dalam penelitiannya . Argumen Mead
Pendekatan penelitian apakah yang tepat
antara lain, bagi ahli biologi yang menyangsikan
digunakan jika peneliti bidang sosial ingin
analisis lama atau ingin membuktikan analisis baru
menggambarkan sebuah realitas tentang interaksi
maka bagi mereka tersedia laboratorium biologi. Di
antar manusia? Menjelaskan perilaku mereka,
dalam laboratorium tersebut terdapat keadaan-
kategori atau pola-pola kebudayaan yang hidup dan
keadaan yang memungkinkan peneliti mengadakan
melingkarinya, serta menarik kesimpulan tentang
pengawasan dengan sangat teliti. Peneliti dapat
pengaruh suatu keadaan terhadap keadaan lainnya?.
mengubah cahaya matahari, makanan, dan udara yang
Untuk menjawab pertanyaan ini, pengalaman Mar-
akan diterima oleh binatang atau tumbuh-tumbuhan
garet Mead yang meneliti remaja dan kehidupan seks
percobaannya sejak saat dilahirkan sampai sepanjang
Prof. Dr. Agus Suradika, MPD : Dosen Luar Biasa Sekolah Tinggi Manajemen IMMI
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
29
PERTIMBANGAN ETIKA DALAM PENELITIAN KUALITATIF : TELAAH TENTANG PENGARUH PANDANGAN ETIK DAN EMIK TERHADAP PERILAKU PENELITI DI LOKASI PENELITIAN Oleh : Agus Suradika
masa kehidupannya. Melalui pemeliharaan keadaan,
dialami manusia dengan panca indera dan terbuka
kecuali suatu keadaan yang berubah, ahli tersebut
bagi penelitian ilmiah karena rasional. Sebaliknya
dapat meneliti ukuran-ukuran mengenai pengaruh dari
dunia noumena tidak dapat didekati dengan
keadaan yang satu itu. Hal ini adalah prosedur ideal
pengalaman empiris karena bukan hal yang fisik atau
dalam metode ilmiah yakni suatu metode eksperimen
empiris.
1
yang terkendali . Semua analisis dengan metode
Di sinilah letak kerumitan tersebut. Manusia
tersebut dapat dibuktikan kebenarannya secara teliti
mempunyai sifat yang serba “misteri”. Bila hewan,
dan obyektif.
tumbuh-tumbuhan dan alam tergolong dunia
Lebih lanjut Mead menyayangkan bahwa metode
fenomena, selanjutnya jin, malaikat dan roh adalah
ideal semacam itu tidak dapat digunakan dalam
dunia noumena, maka manusia mempunyai dua dunia
penelitiannya karena “bahan-bahan” penelitiannya
tersebut sekaligus. Sebagai fenomena, manusia
adalah manusia dan keseluruhan jaringan tenunan
terikat pada hukum alam dan terbuka bagi
sosial. Jika metode itu yang digunakan, maka akan
penyelidikan ilmiah. Di balik itu, manusia juga
dipilih lima ratus orang remaja dari keluarga kecil dan
noumena karena mempunyai jiwa yang berisi rasa,
lima ratus orang dari keluarga besar, kemudian
semangat, kepedulian, keinginan, dan sebagainya.
mencoba menemukan golongan manakah yang
Paling tidak sebagai diri sendiri manusia memiliki free
mengalami kesuksesan-kesuksesan terbesar dalam
will atau kemauan bebas.
penyesuaian diri mereka pada masa pancaroba.
Manusia dapat diposisikan sebagai makhluk yang
Tetapi, peneliti tidak dapat mengetahui pengaruh lain
pasif karena didorong dan dibentuk oleh kekuatan di
yang telah dialami anak-anak itu, apakah pengetahun
luar dirinya. Pada saat yang sama, manusia juga
mengenai seks atau pengaruh yang mungkin
makhluk yang aktif karena mengontrol, membentuk,
ditimbulkan oleh keadaan alam sekitar terhadap
dan bertindak bebas. Berkaitan dengan keadaan inilah,
pertumbuhan keremajaan mereka.
Mead memilih metode yang biasa digunakan ahli
Metode yang tepat untuk mengungkap fenomena tersebut, ungkap Mead, adalah metode
antropologi. Ia pergi ke tempat hidup manusia yang
yang
ingin dipahaminya, hidup bersama, menjadi bagian dari
digunakan oleh ahli antropologi. Mereka pergi ke
mereka, mengamati, bertanya, mencatat, berrefkleksi,
tempat di mana terdapat perubahan yang berbeda-
dan menyimpulkan temuan-temuannya.
beda. Mengadakan penyelidikan terhadap manusia-
Di balik pernyataan Mead, tersembunyi suatu
manusia yang berada dalam lingkungan kebudayaan
pemikiran yang membandingkan dua pendekatan yang
yang berbeda dan terpencar di berbagai bagian bumi
biasa digunakan dalam penelitian sosial. Hingga saat
ini. Kendati harus diakui bahwa untuk melakukan
ini, perdebatan mengenai dua pendekatan itu, yakni
hal tersebut akan ditemui sejumlah kerumitan
pendekatan kualitatif dan kuantitatif, masih
metodologis.
merupakan diskursus yang hangat. Perbedaan-
Kerumitan di dalam memahami kehidupan manusia berkaitan dengan
perbedaan kedua pendekatan ini akan diuraikan lebih
dua jenis realitas yang
lanjut pada bagian berikutnya. Berdasarkan
ada pada manusia, yaitu (a) fenomena, dan (b)
pandangan Mead tersebut diketahui bahwa ia
noumena. Immanuel Kant, mahaguru logika dan
memilih pendekatan kualitatif sebagai yang lebih tepat
matematika (1724 – 1804), seperti dinyatakan Salim
digunakan jika seorang peneliti ingin menjelaskan
(2001 : 1), adalah filosof yang mengemukakan dua
realitas sosial dan mengetahui pengaruh dari suatu
jenis realitas tersebut. Fenomena adalah dunia yang
keadaan terhadap keadaan lainnya.
30
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PERTIMBANGAN ETIKA DALAM PENELITIAN KUALITATIF : TELAAH TENTANG PENGARUH PANDANGAN ETIK DAN EMIK TERHADAP PERILAKU PENELITI DI LOKASI PENELITIAN Oleh : Agus Suradika
Satu hal yang penting dikemukakan, ketika peneliti pergi ke suatu lokasi dan mengadakan penelitian
KARAKTERISTIK PENELITIAN KUALITATIF
dalam lingkungan kebudayaan yang berbeda, maka
Sebelum diuraikan tentang karakteristik penelitian
ia hidup dan menjadi bagian dari mereka. Tentu saja
kualitatif, terlebih dahulu dikemukakan secara singkat
peneliti harus berusaha “memahami” apa yang
tentang sejarah penelitian kualitatif. Denzin dan Lin-
dialami mereka serta menjelaskan keterkaitan antara
coln, (2000 : 1), menyatakan bahwa dalam
keadaan-keadaan yang dilihat dan didengarnya
perkembangan ilmu yang mempelajari tentang
tersebut. Pada tahap ini, seorang peneliti akan
manusia, penelitian kualitatif mempunyai sejarah
mengalami persoalan bagaimana seharusnya
panjang, berbeda, dan “menderita” 2. Metodologi
bertingkah laku di lapangan penelitian. Hal ini terjadi
ini, menurut Bogdan dan Taylor (1975 : 3),mulai
akibat adanya pengaruh
pandangan etik sebagai
populer berawal dari studi yang dilakukan oleh ahli
“orang luar” dan pandangan emik subyek sebagai
sosiologi “mazhab Chicago” (Chicago school) pada
“orang dalam” sebagai konsekuensi keberadaannya
tahun 1920an. Mereka, papar Denzin dan Lincoln
berinteraksi dengan subyek penelitian. Ia juga harus
(2000 : 1 ), memantapkan pentingnya penyelidikan
memutuskan apakah tingkah lakunya dipandang baik
kualitatif (qualitative inquiry) untuk mengkaji
atau buruk. Di sini diperlukan pertimbangan etika.
kehidupan kelompok manusia. Pada saat yang sama,
Persoalan pandangan “etik” dan “emik” dalam
sejumlah ahli antropologi seperti Franz Boaz, Mar-
penelitian kualitatif, merupakan masalah epistemologi
garet Mead, Benedict, Bateson, Evan-Pritchard,
yang penting untuk dibahas. Namun literatur yang
Radeliffe-Brown, dan Malinowski, menggambarkan
membahas hal tersebut, terutama berkaitan dengan
out-line dari metode kerja lapangan (field work
bagaimana seharusnya peneliti bertingkah laku, sangat
method). Agenda dari metode tersebut sangat tegas
terbatas. Di antara literatur yang terbatas tersebut,
perbedaannya dengan metode lain : Observer pergi
Koentjaraningrat (1985 : xix) menyatakan bahwa
ke tempat yang asing baginya untuk mempelajari
seorang peneliti yang baik perlu menguasai
tradisi dan kehidupan mereka.
kemahiran untuk mengkombinasikan pandangan etik
Denzin dan Lincoln (2000 : 2), menyatakan bahwa
dan emik sesempurna mungkin. Berdasarkan norma-
munculnya penelitian kualitatif yang berupaya
norma ilmiah, masih menurut Koentjaraningrat,
melakukan kajian budaya dan bersifat interpretatif
pandangan diri sendiri yang sebenarnya merupakan
merupakan reaksi dari tradisi yang terkait dengan
pandangan subyektif harus diusahakan agar
positivisme yang biasa digunakan dalam penelitian
pengaruhnya hanya sedikit saja.
kuantitatif. Jika penelitian kuantitatif menggunakan
Persoalan yang berkaitan dengan tingkah laku
paradigma ilmiah atau positivistik, papar Hardjodipuro
peneliti di lokasi penelitian akibat pengaruh dua
(1991 :16), maka penelitian kualitatif menggunakan
pandangan tersebut adalah, bagaimana peneliti dapat
paradigma alamiah atau dikenal dengan naturalistik.
memposisikan diri secara tepat. Peneliti diharapkan
Paradigma Naturalistik mempunyai beberapa
tidak larut atau “going native” dalam berperilaku di
karakteristik yang berbeda dengan paradigma
lapangan penelitian karena ingin menyesuaikan diri
Positivistik. Muhadjir (1990 : 133-136), mengemuka-
dengan pandangan emik. Namun, peneliti juga
kan lima aksioma paradigma naturalistik, yaitu
diharapkan tidak “stereotype” dan terbelenggu oleh
aksioma tentang (a) realitas, (b) interaksi yang
nilai-nilai yang dianut karena ingin mempertahankan
mengenal dengan yang dikenal, (c) keterkaitan pada
pandangan etiknya.
waktu dan konteks, (d) pembentukan timbal balik
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
31
PERTIMBANGAN ETIKA DALAM PENELITIAN KUALITATIF : TELAAH TENTANG PENGARUH PANDANGAN ETIK DAN EMIK TERHADAP PERILAKU PENELITI DI LOKASI PENELITIAN Oleh : Agus Suradika
dan simultan, dan (e) keterkaitan pada nilai. Dua hal
setidaknya mendudukan metaphisik dan teologik
yang perlu dijelaskan lebih lanjut berkaitan dengan
sebagai primitif. Materialisme mekanistik sebagai
isi makalah ini adalah uraian tentang realitas dan
perintis pengembangan metodologi ini mengemukakan
interaksi antara yang mengenal dengan yang dikenal.
bahwa hukum-hukum mekanik itu inheren di dalam
Berkaitan dengan realitas, dipahami bahwa
benda itu sendiri. Ilmu dapat menyajikan gambar dunia
realitas itu kompleks, memiliki tata, tampil dalam
secara lebih meyakinkan didasarkan pada penelitian
berbagai perspektif, ada keterhubungan timbal balik
empirik daripada spekulasi filosofik.
antar berbagai sesuatu. Selanjutnya antara yang
Perbedaan paradigmatik ini telah melahirkan
mengenal dengan yang dikenal terjadi hubungan
sejumlah perbedaan karakteristik pada beberapa
indeterminatif yakni keterlibatan timbal balik yang
aspek
saling mempengaruhi satu sama lain dan proses
Berdasarkan beberapa ahli metodologi penelitian di
selama melakukan observasi mempengaruhi
antaranya Patton (1990 : 13-14) ; Burns dan Grove
pandangan dan perilaku yang dikenal maupun yang
(1993) ; Creswell (1994 : 9) ; Moleong (1996 : 16) ;
mengenal.
Neuman (2000 : 16) ; dan Danim (2002 : 34),
Paradigma positivistik, juga menurut Muhadjir (1990 : 20), bersumber dari filsafat positivisme Comte
penelitian kualitatif dan kuantitatif.
dirangkum perbedaan kedua pendekatan penelitian tersebut sebagaimana tabel berikut.
yang menolak metaphisik dan teologik, atau Tabel 1 Perbedaan penelitian kuantitatif dan kualitatif Aspek
Penelitian Kuantitatif
Penelitian Kualitatif
1. Disiplin ilmu
Ilmu-ilmu keras
Ilmu-ilmu lunak
2. Fokus
“Ringkas” dan sempit
Kompleks dan luas
3. Pendirian
Reduksionis
Ekspansionis dan holistik
4. Perspektif
Etik, Objektif
Emik ,Subjektif
5. Penalaran
Logis - deduktif
Dialektik-induktif
6. Basis pengetahun
Hubungan sebab-akibat
Makna dan temuan
7. Desain
Ditentukan sebelumnya
Timbul dari data lapangan
8. Satuan kajian
Variabel
Pola-pola
9. Latar
Laboratoris
Alamiah
10. Tujuan
Menguji teori
Mengembangkan/membangun teori
11. Unsur kontekstual
Kontrol atas variabel
Sumbangsih tafsiran
12..Teknik Pengumpulan data
Kertas-pensil dan instrumen lain
Komunikasi dan observasi, peneliti
seperti kuesioner, cek-lis.
sebagai instrumen utama
13. Elemen dasar analisis
Angka
Kata-kata
14. Analisis
Teknik statistik atas data
Interpretasi individual atas kata-kata
15. Temuan
Generalisasi
Keunikan
16. Kriteria kualitas
Kesahihah, keterandalan, obyektifitas
Relevansi
Sumber : dirangkum dari berbagai sumber
32
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PERTIMBANGAN ETIKA DALAM PENELITIAN KUALITATIF : TELAAH TENTANG PENGARUH PANDANGAN ETIK DAN EMIK TERHADAP PERILAKU PENELITI DI LOKASI PENELITIAN Oleh : Agus Suradika
Berdasarkan tabel tersebut dapat dikemukakan
memerankan dirinya secara aktif dalam keseluruhan
penjelasan sebagai berikut. Pertama, Penelitian
proses penelitian. Karenanya, hasil berupa temuan-
kualitatif dimaksudkan untuk memproduk ilmu-ilmu
temuan dalam studi kualitatif sedikit banyak
“lunak” (soft sciences) seperti sosiologi, antropologi,
dipengaruhi oleh nilai dan persepsi peneliti. Hal ini
dan ilmu sosial lainnya. Berbeda dengan itu, filosofi
sebagai konsekuensi keterlibatan peneliti dalam
dan aplikasi metodologi kuantitatif dimaksudkan untuk
situasi sosial yang diteliti dan interaksinya dengan
memproduk ilmu-ilmu keras (hard sciences) seperti
orang-orang dalam lingkungan tersebut.
fisika, kimia, engenering, dan sebagainya. Hal ini
Jika peneliti kuantitatif menelaah hubungan
dikarenakan adanya suatu kesadaran bahwa
sebab-akibat sebagai basis pengetahuan melalui logika
penelitian kualitatif mempunyai keterbatasan
deduktif-induktif, dan karenanya mereduksi realitas
objektivitas dan kontrol. Kehadiran manusia dan
menjadi beberapa variabel yang saling berhubungan,
interaksinya dengan lingkungan merupakan sesuatu
peneliti kualitatif justru sebaliknya. Mereka melakukan
yang tidak dapat dihindari. Konsekuensinya adalah,
ekspansi terhadap temuan berupa kategori atau tema-
kebenaran dimaknai secara dinamis dan dapat
tema yang diperolehnya melalui analisis berbagai
ditemukan hanya melalui penelaahan terhadap orang-
informasi dari sejumlah informan yang terus
orang dalam interaksinya dengan situasi sosial
bertambah dan dipilih dengan teknik bola salju. Peneliti
mereka.
baru akan berhenti manakala ia tidak menemukan
Kedua, fokus penelitian kuantitatif merupakan
lagi sesuatu yang baru atau data dianggap telah jenuh
proses kerja yang berlangsung secara ringkas, sempit,
dan makna telah dapat dikemukakan secara holistik.
dan reduskionis. Reduksionisme melibatkan
Ketiga, dari sisi desain3 , peneliti kuantitatif
pembedahan dari suatu keseluruhan realitas
menentukannya sebelum penelitian dilaksanakan.
kemudian dipecah menjadi bagian-bagian yang dapat
Sebaliknya, dalam penelitian kualitatif timbul dari data
diuji secara kuantitatif. Bagian-bagian itu dikenal
lapangan. Implikasi dari karakteristik ini, dalam
dengan sebutan variabel. Hubungan antar variabel
penelitian kuantatif perencanaan
ditafsirkan sebagai hubungan yang bebas nilai (value
mengumpulkan data sudah ada sejak sebelum peneliti
free). Dengan kata lain, penelitian kuantitatif sangat
ke lapangan penelitian. Sementara dalam penelitian
ketat menerapkan prinsip-prinsip objektivitas.
kualitatif, selama dan sesudah di lapangan. Hal ini
waktu untuk
Objektivitas diperoleh antara lain dengan menjaga
dapat dimaklumi karena dalam penelitian kuantitatif,
jarak antara yang diteliti dengan peneliti. Faktor-
makna kebenaran sudah dibangun sejak awal ketika
faktor yang dapat menimbulkan bias, seperi
peneliti mendefinisikan secara operasional variabel
masuknya persepsi dan nilai-nilai pribadi, direduksi
yang akan diukur untuk keperluan pengujian hipotesis.
sedemikian rupa. Instrumen penelitian berupa
Melalui metode eksperimen data apa saja yang
kuesioner, cek-lis, alat perekam, dan sebagainya
diperlukan, alat yang digunakan, dan waktu yang
dipandang sebagai alat yang dapat memutus
dibutuhkan, sudah dapat direncanakan sebelum
hubungan emosional antara peneliti dengan yang
penelitian dilakukan.
diteliti.
Sebaliknya dalam penelitian kualitatif, kebenaran
Sebaliknya, fokus penelitian kualitatif merupakan
diberi makna sebagai peristiwa yang sama sekali tidak
proses kerja yang kompleks, luas, ekspansionis, dan
dapat dihindarkan. Makna ini membawa implikasi
holistik. Para peneliti kualitatif bermaksud memberi
dalam penelitian kualitatif di mana peneliti perlu
makna (verstehen) atas realitas secara holistik dan
membaur dengan lingkungan sosial untuk memahami
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
33
PERTIMBANGAN ETIKA DALAM PENELITIAN KUALITATIF : TELAAH TENTANG PENGARUH PANDANGAN ETIK DAN EMIK TERHADAP PERILAKU PENELITI DI LOKASI PENELITIAN Oleh : Agus Suradika
apa yang dipahami oleh subyek dan melakukan
penelitian kualitatif dapat saja ditransfer pada situasi
triangulasi untuk keperluan keabsahan data. Oleh
yang karakteristiknya sama atau relatif sama.
karenanya pengumpulan data dilakukan selama dan sesudah penelitian. Keempat, penelitian kuantitatif dilaksanakan
Berdasarkan perbedaan-perbedaan tersebut, dapat dikemukakan bahwa sesungguhnya tidaklah dapat disimpulkan, seperti banyak orang awam yang
untuk menjelaskan, menguji hubungan antar
terlalu gegabah memberi komentar,
bahwa
fenomena, dan menentukan kausalitas dari variabel-
pendekatan kualitatif lebih rendah kualitas ilmiahnya
variabel. Cara kerja seperti ini berguna untuk menguji
dibandingkan pendekatan kuantitatif, demikian
teori. Logika deduktif-induktif digunakan dalam
sebaliknya. Keduanya memiliki kelemahan dan
rangka reduksi dan generalisasi. Penggunaan
kelebihannya masing-masing. Sehubungan dengan hal
instrumen atau alat-alat pengumpul data meghasilkan
tersebut,
data numerikal berupa angka-angka. Data tersebut
“tidak ada satupun paradigma yang lebih baik daripada
selanjutnya dianalisis dengan teknik statistika
paradigma lainnya. Paradigma itu hanya berbeda,
deskriptif dan atau induktif. Analisis deskriptif
seperti apel dengan jeruk atau air dengan minyak”.
menghasilkan tabel, diagram, atau kurve yang
Kejelasan dan ketajaman dalam merumuskan
memudahkan pembaca dalam memahami realitas.
masalah penelitianlah yang akan memudahkan
Analisis induktif menghasilkan dua hal, yaitu
peneliti memilih pendekatan mana yang tepat
kesimpulan ada tidaknya hubungan, pengaruh atau
digunakan. Sama halnya dengan kemampuan
perbedaan antar kelompok, dan generalisasi dari
seseorang untuk mengetahui karakteristik “bahan
sampel ke dalam situasi populasi.
makanan” untuk dimasak dengan air atau minyak.
Mulyana (2000 : xv) mengemukakan
Berbeda dengan itu, penelitian kualitatif
Jika seseorang ingin meneliti kausalitas antara satu
menggunakan observasi terstrukur maupun tidak
variabel dengan variabel lainnya dalam latar
terstruktur dan interaksi komunikatif terutama
laboratoris, tentu metode yang tepat adalah kategori
wawancara mendalam sebagai alat pengumpul data
penelitian kuantitatif. Tetapi jika ingin meneliti
dengan peneliti sebagai instrumen utamanya. Akibat
keterkaitan berbagai keadaan dengan lingkungan yang
adanya interaksi antara peneliti dengan subyek, data
alamiah dengan terlibat secara langsung dalam
yang diperoleh mencakup sumbangsih pemikiran
penelitian tersebut, maka pilihan metode yang tepat
antara peneliti dengan subyek dan tidak ada upaya
adalah kategori penelitian kualitatif.
manipulatif untuk membuat kontrol atas interaksi
Penelitian kualitatif mempunyai arti yang berbeda
tersebut. Data dalam penelitian kualitatif berupa kata-
untuk masing-masing momen, keadaan ini
kata, dianalisis dalam terminologi respon-respon in-
menyulitkan untuk memberikan definisi umum
dividual, kesimpulan deskriptif, atau keduanya.
penelitian kualitatif. Namun demikian, untuk keperluan
Tujuan analisis adalah mengorganisasikan data ke
makalah ini dapat dikemukakan pandangan Bogdan
dalam makna, interpretasi, dan kategori. Peneliti tidak
dan Taylor (1975 : 4) yang mendefinisikan metodologi
mengadakan generalisasi temuannya ke dalam
kualitatif sebagai “a research procedures wich
polulasi yang lebih besar. Tetapi, pemahaman atas
produce descriptive data, peoples own written
makna suatu feenomena pada situasi yang khas oleh
or spoken words and observable behavior “
peneliti kualitatif dapat digunakan untuk memahami
(prosedur penelitian yang menghasilkan data
fenomena sejenis pada situasi yang memiliki
deskriptif, yakni kata-kata tertulis atau lisan dari or-
karakteristik yang sama. Dengan kata lain, temuan
ang-orang dan perilaku yang dapat diamati).
34
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PERTIMBANGAN ETIKA DALAM PENELITIAN KUALITATIF : TELAAH TENTANG PENGARUH PANDANGAN ETIK DAN EMIK TERHADAP PERILAKU PENELITI DI LOKASI PENELITIAN Oleh : Agus Suradika
Sejumlah ahli metodologi kualitatif seperti Lin-
tidak dapat diwakili oleh orang lain. Peneliti harus
coln dan Guba (1985 : 187-219) ; Bogdan dan Biklen
melihat, merasakan, dan mengalami secara langsung
(1990 : 32-36) ; Hasan (1990 : 14-25) ; Creswell (
peristiwa-peristiwa yang ada di lapangan penelitian.
1994 : 8–15 dan 2003 : 181–183) ; Moleong (1996 :
Peneliti dikatakan sebagai instrumen utama dalam
4-8) ; Neuman (2000 : 16-18) ; dan Irawan (2006 :
pengumpulan data karena keterlibatannya dalam latar
6-12), mengemukakan beberapa karakteristik yang
penelitian. Peneliti sering juga disebut sebagai par-
dapat menunjukkan bahwa yang dilakukan oleh
ticipant-observer. Dia adalah peneliti (observer)
seorang peneliti adalah metode kerja penelitian
sekaligus juga peserta (participant) dalam interaksi
kualitatif. Lima karakteristik utama yang berkaitan
sosial yang diamatinya. Keadaan ini menimbulkan
dengan fokus makalah ini, yakni pengaruh pandangan
berbagai tantangan sekaligus juga keuntungan.
etik dan emik terhadap perilaku peneliti akan dikemukakan berikut ini. Pertama, lingkungan alamiah sebagai sumber data langsung.
Tantangan-tantangan yang mungkin muncul berkaitan dengan kesulitan penyesuaian diri terhadap pola-pola budaya yang ada. Juga, berkaitan dengan
Data dalam penelitian kualitatif
keharusan menjaga perasaan orang-orang yang diteliti
dikumpulkan secara langsung dari lingkungan yang
sehubungan dengan perbedaan latar budaya.
alamiah (natural setting) dalam situasi sebagaimana
Keadaan yang dapat terjadi adalah peneliti diberi
adanya di mana subyek melakukan kegiatan sehari-
stigma negatif akibat kedekatannya dengan orang
hari. Peneliti mendatangi lokasi penelitian dan
yang diteliti. Bahkan, bukan hal yang tak mungkin
melakukan pengamatan serta wawancara mendalam
bila peneliti dijauhi atau dimusuhi oleh sejumlah or-
dengan subjek dalam waktu yang cukup lama di lokasi
ang karena merasa terancam dengan penelitian
tersebut. Rekaman atau catatan dari pengamatan dan
tersebut, berkaitan dengan akibat kesalahan perilaku,
wawancara tersebut direview secara keseluruhan
berbeda pandangan, dan sebagainya.
oleh peneliti dengan menggunakan insight peneliti sendiri.
Sedangkan keuntungan digunakannya manusia sebagai instrumen utama, antara lain: (1) Respon-
Peneliti kualitatif berpendapat bahwa suatu
sive, manusia dapat merasa dan merespon; (2) Ho-
perbuatan hanya dapat dipahami sebaik-baiknya jika
listic emphasis, hanya manusia alat yang memahami
diamati pada latar (setting) di mana perbuatan itu
keseluruhan konteks; (3) Memungkinkan perluasan
terjadi secara alamiah. Mengamati perbuatan seorang
pengetahuan secara langsung; dan (4) Memiliki
gadis yang menangis karena penghayatan naskah
kesempatan untuk melakukan klasifikasi dan
drama, tentu berbeda maknanya dengan gadis lain
peringkasan data sewaktu masih di lapangan.
yang menangis akibat suatu peristiwa dalam latar
Ketiga, penelitian kualitatif bersifat interpreta-
alamiah, walaupun yang diamati sama-sama
tive di mana peneliti harus dapat mengeinter-
perbuatan menangis.
pretasikan data termasuk di dalamnya mendeskripsi-
Kedua, peneliti sebagai instrumen utama.
kan individu, lingkungan, mengenalisis data menjadi
Pemahaman mendalam (verstehen) tentang apa yang
sejumlah tema atau kategori dan membuat
diteliti merupakan syarat utama peneliti kualitatif
kesimpulan, baik untuk pemahaman diri sendiri
dalam membuat kesimpulan berupa kategori, tema,
maupun teoretik.
atau pola yang lengkap dan bermakna. Penelitian
Keempat, peneliti kualitatif harus berefleksi secara
kualitatif mengharuskan peneliti untuk terlibat
sistematik terhadap setiap informasi dari informan
langsung dengan masyarakat yang ditelitinya. Peneliti
dan peka terhadap biografi pribadi responden serta
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
35
PERTIMBANGAN ETIKA DALAM PENELITIAN KUALITATIF : TELAAH TENTANG PENGARUH PANDANGAN ETIK DAN EMIK TERHADAP PERILAKU PENELITI DI LOKASI PENELITIAN Oleh : Agus Suradika
membuat penelitian lebih fokus. Kelima, analisis data dilakukan secara induktif.
dialog itu begitu saja, sebab sekilas tampak seperti tidak ada yang unik. Jika peneliti dalam memahami
Peneliti kualitatif tidak mengawali penelitiannya
dialog tersebut
menggunakan pandangan etik
dengan mengajukan hipotesis lalu menguji
(fonetik), maka ia akan menyimpulkan bahwa dalam
keberannya sebagaimana dilakukan oleh peneliti
catatan lapangannya terdapat dialog yang tidak logis.
kuantitatif. Peneliti memulai dari bawah (grounded),
Lebih banyak mana tujuh setengah (jika ditulis 7,5)
data dikumpulkan sebanyak mungkin hingga mencapai
dibanding lima ribu (jika ditulis : 5.000)? bukankah
titik jenuh. Dari data tersebut peneliti mencari pola-
lebih banyak lima ribu? Demikian pula, lebih banyak
pola, hukum, prinsip-prinsip, dan akhirnya peneliti
mana 7 dibanding 6.000 ? Tentu lebih banyak 6.000.
menarik kesimpulan dari analisisnya tersebut.
Jika logika perbandingan ini benar, mengapa harga yang “hanya” tujuh setengah ditawar menjadi lima
PANDANGAN ETIK DAN EMIK
ribu ? Mengapa pula si pembeli menawar lagi enam
Lima karakteristik sebagaimana telah dikemuka-
ribu, padahal penjual sudah memberi harga baru
kan di atas memiliki kaitan erat dengan pandangan
“hanya” tujuh?. Di sinilah letak persoalannya. Dalam
etik dan emik yang akan diuraikan berikut.
pandangan “emik” (fonemik) penjual dan pembeli,
Koentjaraningrat (1982 : xviii-xix), menyatakan
tujuh setengah secara intern dipahami sebagai tujuh
bahwa pandangan etik adalah pandangan yang
ribu lima ratus rupiah, sementara tujuh yang dimaksud
dikuasai oleh nilai-nilai, norma-norma, dan teori-teori
adalah tujuh ribu rupiah.
ilmiah yang merupakan pandangan “dari luar”.
Dengan demikian, jika peneliti memaknai dialog
Sebaliknya pandangan “emik” adalah pandangan
tersebut dengan pandangan emik maka ia akan dapat
tentang kebudayaan sendiri dari warga masyarakat
memahami makna realitas budaya berupa bahasa
yang bersangkutan yang merupakan pandangan “dari
yang digunakan di pasar tersebut. Sebaliknya, jika ia
dalam”. Kedua hal tersebut, menurut Geertz (1982 :
pahami dengan pandangan etik maka ia akan tersesat
247), berasal dari perbedaan linguistik antara fonemik
dalam memaknainya.
dan fonetik, di mana fonemik mengklasifikasikan
Contoh di atas belumlah merupakan persoalan
bunyi sesuai dengan fungsi intern dalam bahasa,
serius. Hal ini akan menjadi kompleks dan dilematis
sedangkan fonetik mengklasfikasikan dengan sifat-
ketika pemahaman tentang realitas telah menyentuh
sifat akustik sebagaimana adanya.
aspek prinsip seperti pandangan hidup atau
Dialog antara pembeli dan penjual pada sebuah
keyakinan seseorang. Sebagai contoh, seorang peneliti
pasar tradisional di bawah ini menarik untuk
beragama Islam yang taat dan kuat pemahaman
dikemukakan.
keagamannya, tentu akan menghadapi situasi dilema
Pembeli
: Bang, ini berapa harganya ?
ketika ia menghadapi pandangan emik masyarakat
Penjual
: tujuh setengah
di daerah penelitian yang berpandangan bahwa
Pembeli
: mahal amat bang, lima ribu ya !
pelacuran merupakan sesuatu yang biasa, bahkan
Penjual
: tujuh aja dah, buat panglaris
dipandang mulia karena dapat memberi jalan keluar
Pembeli
: Ya …. Si abang, enam ribu ya !
menghadapi keterpurukan ekonomi. Inilah persoalan
Penjual
: Ya udah, ambil dah !
yang sering dialami oleh peneliti kualitatif yang dalam
Bagi mereka yang tidak tertarik pada penelitian kualitatif, mungkin akan melewati kenyataan dalam
36
keseluruhan
proses
penelitiannya
karena
pertimbangan metodologi harus hidup bersama
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PERTIMBANGAN ETIKA DALAM PENELITIAN KUALITATIF : TELAAH TENTANG PENGARUH PANDANGAN ETIK DAN EMIK TERHADAP PERILAKU PENELITI DI LOKASI PENELITIAN Oleh : Agus Suradika
Mana yang harus dipilih di antara dua pandangan
PENGARUH PANDANGAN ETIK DAN EMIK TERHADAP PERILAKU PENELITI : PENGALAMAN DUA ORANG PENELITI.
yang bertentangan tersebut. Apakah harus mengikuti
Berikut ini akan diuraikan pengalaman James
pandangan etik dengan tetap menjaga jarak dari
Dananjaya (1982) yang meneliti Folklore Bali Aga di
realitas penelitiannya untuk dapat mempertahankan
Trunyan pada tahun 1974-1975, dan Koentjoro
nilai subyektif yang diyakininya? Sebagai
(2004) yang meneliti pelacuran di Indonesia.
konsekuensinya, peneliti akan mengalami kesulitan
Pengalaman dua peneliti kualitatif ini dikemukakan
dalam memperoleh informasi dan data penelitiannya.
guna memperjelas pengaruh pandangan etik dan emik
Atau, ia mengikuti pandangan emik yang sangat
terhadap tingkah laku peneliti dalam proses penelitian
mungkin bertolak belakang dengan hati nuraninya,
kualitatif, terutama saat mulai masuk ke dalam realitas
tetapi sebagai imbalannya akan lebih mudah
dan mengumpulkan data.
dengan masyarakat yang ditelitinya secara partisipatif.
memahami realitas penelitiannya.
Dananjaya memaparkan bahwa dalam pandangan
William B. Gudykunst dan Tsukasa Nishida, dalam
orang-orang Trunyan, ada kebiasaan bagi kerabat
Asante dan Gudykunst, eds, (1989 : 17-41)
atau kawan terdekat dan keluarga kepala desa untuk
menjelaskan lebih lanjut tentang kedua cara pandang
meniduri bale-bale mana saja yang ada di rumah jika
kebudayan tersebut. Mereka mengajukan sebuah
ia sedang bertamu atau kebetulan mengantuk.
taksonomi teoretikal untuk meneliti komunikasi antar
Pengalaman Dananjaya beberapa minggu pertama,
budaya yang meliputi dua dimensi orthogonal, yaitu
yang untuk keperluan tempat tinggalnya selama
(a) berhubungan dengan asumsi tentang ilmu sosial
melakukan penelitian disediakan satu kamar khusus
yang dapat diperoleh dari pandangan subyektivis dan
yang masih belum banyak dipakai orang namun
obyektivis, dan (b) berkaitan dengan dimensi asal teori
banyak kutu busuknya. Ia membiarkan orang-orang
yang diadaptasi dari teori komunikasi, dipinjam dari
desa mempraktekan kebiasaan intim di bale-balenya
disiplin lain, atau penemuan secara spesifik didesain
karena takut menyinggung perasaan mereka jika
berhubungan dengan fenomena antar budaya.
melarangnya.
Pendekatan obyektivis berpendapat bahwa tujuan
Setelah berkesempatan pergi ke Denpasar, maka
ilmu sosial adalah untuk mengembangkan generalisasi
dibelinya sekaleng insektisida untuk membasmi kutu
umum (universal generalization), sedangkan
busuk yang ada di bale-balenya tersebut. Kemudian
pendekatan subyektivis secara kontras mengung-
kasurnya ia tutupi dengan seperai putih terbersih.
kapkan bahwa generalisasi umum bukan prasyarat
Melihat bale-bale yang berubah menjadi putih bersih
utama dari ilmu sosial melainkan harus memahami
ini, orang desa tak berani lagi menidurinya kecuali
kasus yang spesifik dan bukan pula generalisasi atas
merabanya dengan perasaan kagum.
kasus-kasus spesifik tersebut.
Mengadakan perubahan di rumah orang adalah
Pendekatan obyektivis sering disamakan dengan
perbuatan yang “kurang ajar”. Namun, mengingat ia
penelitian lintas budaya “etik”, sedangkan pendekatan
akan tinggal di rumah tersebut bukan untuk satu dua
subyektif dengan penelitian “emik”. Mengutip Berry
hari, melainkan satu tahun maka terpaksa hal itu
(1980),
(1989),
dilakukan. Dananjaya mengetahui bahwa penghalang
mengemukakan secara ringkas perbedaan kedua
utama suksesnya suatu penelitian di tempat terpencil
pandangan tersebut sebagaimana tabel di bawah ini.
adalah masalah kesehatan dan keadaan fisik yang
Gudykunst
dan
Asante
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
37
PERTIMBANGAN ETIKA DALAM PENELITIAN KUALITATIF : TELAAH TENTANG PENGARUH PANDANGAN ETIK DAN EMIK TERHADAP PERILAKU PENELITI DI LOKASI PENELITIAN Oleh : Agus Suradika
tidak nyaman. Selain itu, ia juga menunjukkan kepada
bersama orang tua dan saudaranya di Indramayu.
penduduk cara-cara menjaga kebersihan.
Ketika si pelacur, maaf , telah telanjang bulat dan
Lebih lanjut Dananjaya juga menceritakan bahwa
meminta hubungan seks, ia tidak memenuhi
dalam kebudayaan orang Trunyan, pemeliharaan
permintaannya tersebut. Ia hanya memeluknya dan
kebersihan seperti di kota bukanlah salah satu unsur
mengatakan bahwa ia tidak ingin lebih lanjut
kebudayaan mereka. Pada hari-hari pertama tinggal
melakukan hal itu. Mengapa Koentjoro menolak ?
di Trunyan, WC pertama yang dibangun belum
Secara eksplisit memang ia tidak menjelaskan alasan
selesai. Terpaksa, ia mengikuti cara buang air di
penolakannya. Namun yang jelas, sebagai peneliti
semak-semak seperti yang dilakukan oleh penduduk
profesional ia dituntut untuk mempertahankan jatidiri
di sana. Hal ini membuatnya merana dan tidak betah
dengan menjauhkan diri dari kepentingan pribadi.
hidup di desa itu, tetapi lambat laun ia menjadi terbiasa
Manakala seseorang meneliti sekaligus melacur,
dengan kebiasaan itu.
papar Koentjoro, maka tentu kepentingannya sudah
Pengalaman di awal penelitian ketika memasuki realitas sosial seperti yang dialami Dananjaya
bergeser sebab pengalaman melacur akan mewarnai intrepretasi peneliti terhadap hasil dan temuannya.
menyiratkan persoalan etik dan emik. Sebagai “or-
Interpretasi merupakan hal penting dalam
ang luar” ia menyadari, bahwa seharusnya ia
keseluruhan proses penelitian kualitatif karena
mempertahankan latar alamiah dengan tidak
kekuatan mengintrepretasikan atau memaknai realitas
mengubah perilaku “orang dalam” tentang kebiasaan
merupakan ciri penting riset kualitatif. Bagaimana
meniduri bale-balenya. Namun, ada kepentingan lebih
mungkin seorang peneliti dapat secara tegar
besar demi suksesnya penelitian yang akan dilakukan
mempertahankan interpretasi obyektifnya jika ia telah
yaitu menjaga kesehatan dan stamina agar tidak
larut (going native) dalam perspektif subyek.
terkena penyakit akibat kutu busuk. Keadaan ini
Seorang yang meneliti sekaligus melacur, akan sulit
memaksa ia harus melakukan tindakan sesuai
mengatakan bahwa melacur, sebagaimana dipahami
pandangan etiknya. Dananjaya menyadari bahwa
banyak orang dalam lingkaran moral, adalah
melakukan perubahan di rumah orang adalah tindakan
perbuatan tercela karena ia telah melakukan
“kurang ajar”, tetapi, sekali lagi demi sebuah
perbuatan tercela tersebut.
kepentingan yang lebih besar terpaksa hal itu ia lakukan.
Di sinilah letak persoalannya. Bagi seseorang yang tidak terlatih melakukan penelitian kualitatif-
Jika soal kutu busuk Dananjaya “memenangkan”
partisipatif, sulit dapat mempercayai pernyataan
pandangan etiknya, maka dalam hal WC ia harus
Koentjoro yang dapat mempertahankan jati dirinya
mengalah. Walaupun ia merana dan tidak betah hidup
dengan tidak memenuhi permintaan pelacur tersebut.
di desa itu karena cara buang air di semak-semak
Tidak heran, seperti diakuinya, bila kedekatannya
bukan merupakan kebiasaannya, ia terpaksa harus
dengan pelacur memunculkan “nada-nada miring”
menerimanya. Namun, lambat laun ia terbiasa dengan
yang mempertanyakan konsistensi dan kekuatan
kebiasaan itu. Berkaitan dengan hal ini, ia mengalah
imannya sebagai seorang peneliti pelacuran. Salah
pada pandangan “emik”.
satu redaksi nada miring tersebut seperti ini : “Wah,
Koentjoro (2004), mempunyai pengalaman
enak ya jadi peneliti pelacur, dapat jajan gratis dong
menegangkan ketika untuk keperluan pengumpulan
!?”. Secara tegas Kuntjoro menyatakan bahwa ketika
data penelitiannya harus berada satu kamar dengan
seorang peneliti pelacuran “mencicipi” responden
seorang pelacur
38
4
di rumah si pelacur yang tinggal
penelitiannya, berarti ia telah menghianati kode etik
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PERTIMBANGAN ETIKA DALAM PENELITIAN KUALITATIF : TELAAH TENTANG PENGARUH PANDANGAN ETIK DAN EMIK TERHADAP PERILAKU PENELITI DI LOKASI PENELITIAN Oleh : Agus Suradika
profesinya dan telah menjadi pelacur itu sendiri.
right or wrong, good or bad”. Selanjutnya
Bagi Koentjoro, dalam masalah moral yang satu
Verderber, seperti dikutip oleh Johansen (1996)
ini ia harus pertahankan pandangan etik-nya. Bila
mengemukakn pandangan bahwa Etika pada
dalam pandangan emik pelacur, melakukan hubungan
dasarnya adalah dialektika antara kebebasan dan
intim bukanlah perbuatan anti susila, tidak demikian
tanggung jawab, antara tujuan yang hendak dicapai
dengan pandangan etik Koentjoro. Mempertahankan
dan cara-cara mencapai tujuan tersebut.
pandangan etik bahwa melakukan hubungan intim
Dialektika antara tujuan yang hendak dicapai dan
adalah perbuatan amoral bahkan anti moral harus ia
cara-cara mencapai tujuan memunculkan dua
pertahankan5 . Ia tak ingin going native dalam
perspektif yang menghasilkan dua kategori etika, yaitu
pandangan emik pelacur tersebut. Di sini, seperti
etika (a) teleologis, dan (b) deontologis. Suradika dan
juga diungkap Koentjoro, diperlukan syarat
Maskun (2005 : 11-17 ) menjelaskan makna etika
keberanian.
Baik keberanian ketika memasuki
dari dua perspektif tersebut. Istilah “Deontologi”
“kancah” riset, maupun dalam hal menanggung segala
berasal dari kata bahasa Yunani yang berarti
resiko
seperti
“kewajiban” (duty) atau keharusan. Oleh karena itu
“disetalitigauangkan” dengan pelacur, disebut
etika deontologi menekankan kewajiban manusia
pemabuk, disatroni preman, disebut germo, dan
untuk bertindak secara baik. Menurut pandangan
sebagainya. Keberanian ini berkaitan dengan
deontologi, suatu tindakan itu dikatakan baik bukanlah
kemampuan ketika peneliti belajar mengatasi situasi-
dinilai dan dibenarkan berdasarkan cara-cara
situasi yang menekan termasuk dicemooh karena
mencapai tujuan. Jika cara mencapai tujuan dimaknai
menganggap rendah penelitian kualitatif yang con-
baik, maka dikatakan tindakan itu etis. Demikian
cern pada dunia “remang-remang”. Bagaimanakah
sebaliknya. Atas dasar pandangan demikian, etika
etika memandang persoalan ini? Berikut, akan
deontologi sangat menekankan pentingnya motif,
dikemukakan dua perspektif etika, yaitu perspektif
kemauan baik, kesadaran dan watak yang kuat dari
(a) deontologi, dan (b) teleologi.
para pelaku, terlepas dari akibat yang timbul dari
yang
mungkin
terjadi
perilaku para pelaku itu.
ETIKA DEONTOLOGI DAN ETIKA TELEOLOGI
Berbeda dengan etika deontologi, etika teleologi justru menilai baik buruknya suatu tindakan
Etika adalah sistem prinsip-prinsip moral akan
berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dengan tindakan
hal-hal yang dipandang luhur dalam masyarakat,
itu, atau berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh
(Sudarsono, 1984 : 122). Keluhuran dalam kehidupan
tindakan itu. Suatu tindakan dinilai baik jika bertujuan
masyarakat dinilai dari sisi baik atau buruknya tindakan
mencapai sesuatu yang baik, atau jika akibat yang
dan perilaku seseorang. Bila masyarakat secara
ditimbulkan oleh tindakan itu baik. Baik atau buruknya
umum memandang perilaku seseorang merupakan
tindakan mencuri, sebagai contoh, bagi etika teleologi
tindakan yang baik, maka dapat dikatakan bahwa
tidak ditentukan oleh tindakan itu sendiri baik atau
orang tersebut bermoral. Sebaliknya bila perilaku
buruk, melainkan ditentukan oleh tujuan dan akibat
seseorang dipandang merupakan tindakan buruk,
dari tindakan itu. Jika tujuannya baik, maka tindakan
maka orang tersebut akan dikatakan tidak bermoral.
mencuri, yang dalam pandangan deontologi disebut
Hal ini sejalan dengan pandangan Banks (2004 : 3-
sebagai perbuatan buruk, dapat dipandang baik dalam
4), yang menyatakan bahwa: “Ethics is the norms
pandangan teleologi. Seorang anak yang mencuri uang
of behaviour people follow concerning what is
karena tidak mempunyai cara lain untuk membeli
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
39
PERTIMBANGAN ETIKA DALAM PENELITIAN KUALITATIF : TELAAH TENTANG PENGARUH PANDANGAN ETIK DAN EMIK TERHADAP PERILAKU PENELITI DI LOKASI PENELITIAN Oleh : Agus Suradika
obat bagi ibunya yang sedang sakit parah, dalam
yakni fenomena dan noumena, dalam pandangan
perspektif etika teleologi dipandang sebagai tindakan
peneliti kualitatif merupakan realitas yang tidak dapat
yang baik, tetapi jika ia mencuri untuk membeli
dipisahkan. Apalagi, bila dipenggal hanya menjadi
narkoba atau keperluan tidak baik lainnya, maka
beberapa variabel yang saling berhubungan. Oleh
tindakan itu dinilai jahat. Demikian juga seorang lak-
karenanya, kendati terdapat kerumitan-kerumitan,
laki yang berprofesi sebagai dokter ahli kandungan,
keseluruhan realitas tersebut harus dilibatkan ketika
ketika harus melihat, maaf, “alat vital” wanita bukan
seorang peneliti ingin memahami kehidupan manusia
muhrimnya untuk sebuah pemeriksaan atau
secara holistik.
persalinan, dari perspektif teleologi merupakan
Kedua, harus dipahami bahwa resiko-resiko
tindakan yang dapat diterima sebagai perbuatan baik
stigmatik seperti di “cap” sebagai manusia tidak
karena mempunyai tujuan atau akibat yang baik.
bermoral atau “perasaan tak enak” karena melakukan
Pertanyaan yang harus dijawab adalah,
suatu tindakan yang berlawanan dengan keyakinan
bagaimana etika memandang perilaku Dananjaya dan
tentang nilai baik, merupakan keadaan yang akan
Koentjoro dalam penelitiannya?.
dihadapi oleh peneliti yang memiliki minat tinggi untuk
Nilai baik-buruk suatu tindakan peneliti yang
mempelajari tingkah laku manusia dalam suatu
bertentangan dengan pandangan etik tetapi sesuai
kebudayaan tertentu. Apalagi bagi mereka yang
dengan pandangan emik,
sebaliknya,
tertarik mempelajari realitas kehidupan manusia
tergantung dari perspektif etika mana persoalan itu
dalam dunia “remang-remang” dan lebih lagi dunia
dilihat. Perspektif deontologi menyarankan untuk
“hitam”. Jika peneliti tidak siap atau, meminjam istilah
melihat pentingnya motif, kemauan baik, kesadaran
Koentjoro, tidak memiliki keberanian dengan resiko
dan watak yang kuat dari para pelaku, terlepas dari
ini, maka disarankan agar lebih baik memilih topik
akibat yang timbul dari perilaku para pelaku itu.
atau masalah penelitian sosial lainnya yang hasilnya
Sedangkan perspektif teleologi memposisikan
juga sama pentingnya dalam usaha mengembangkan
pentingnya melihat tujuan atau akibat dari suatu
ilmu sosial.
atau
tindakan.
Ketiga, nilai baik-buruk suatu tindakan yang
Dapat dikemukakan di sini, “kekurang ajaran”
dilakukan oleh peneliti berupa tindakan yang
Dananjaya melakukan perubahan di rumah orang
bertentangan dengan pandangan etik tetapi sesuai
karena tidak ingin penelitiannya terhambat oleh
dengan pandangan emik, atau bertentangan dengan
gangguan kesehatan, atau perilaku Koentjoro sebagai
pandangan emik tetapi sesuai dengan pandangan etik,
peneliti profesional yang dakam pengumpulan data
tergantung dari perspektif etika mana kita melihat.
penelitiannya harus “begaul” dengan para pelacur,
Perspekitf deontologi menyarankan untuk melihat
mucikari, germo dan “aktor” lainnya, dalam perspektif
pentingnya motif, kemauan baik, kesadaran dan
teleologi dipandang sebagai tindakan yang dapat
watak yang kuat dari para pelaku, terlepas dari akibat
diterima sebagai perbuatan baik.
yang timbul dari perilaku para pelaku itu. Sementara, perspektif teleologi memposisikan pentingnya melihat
KESIMPULAN
tujuan atau akibat dari suatu tindakan.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, dapat dikemukakan kesimpulan singkat sebagai berikut: Pertama, dua jenis realitas yang dimiliki manusia,
40
PENUTUP Ungkapan yang sangat bersahaja dari
Geerzt,
(1982 : 248) : “Kita tidak perlu menjadi pribumi untuk
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PERTIMBANGAN ETIKA DALAM PENELITIAN KUALITATIF : TELAAH TENTANG PENGARUH PANDANGAN ETIK DAN EMIK TERHADAP PERILAKU PENELITI DI LOKASI PENELITIAN Oleh : Agus Suradika
memahami orang pribumi”. Juga ungkapan Koentjoro
Keempat, honesty. Bagi seorang peneliti,
(2004 : xix) : “Kalau peneliti pelacuran melacur,
kejujuran ilmiah merupakan suatu kewajiban yang
menurut saya jelas-jelas dia telah melanggar kode
harus dipertahankan. Pembuktian kejujuran hasil
etik dan sekaligus telah melakukan perbudakan
penelitian akan tampak pada reliabilitas hasil
terhadap respondennya”. Hal ini dapat dimaknai
penelitian.
bahwa untuk memahami realitas kehidupan pelacur,
Kelima, ethics. Menjunjung tinggi kode etik agar
tentu saja seorang peneliti tak perlu melacurkan diri.
tidak salah dalam melakukan penelitian dan dalam
Peneliti dapat tetap mempertahankan jati dirinya,
melaporkan hasilnya kepada masyarakat. Menjunjung
tidak perlu larut dalam tradisi dan kebudayaan yang
tinggi kode etik merupakan bukti kepedulian para
hidup dalam realitas sosial yang ditelitinya.
peneliti terhadap Hak Azazi Manusia, karenanya
Menggunakan dua perspektif etika sebagaimana
seorang peneliti wajib menunjung tinggi etika.
telah diuraikan sebelumnya, peneliti dapat
Keenam, relationship. Membina hubungan
memutuskan dengan pertimbangannya sendiri.
adalah syarat penting bagi seorang peneliti. Membina
Apakah ia harus melakukan atau tidak melakukan
rapport, yakni hubungan baik yang membuka
suatu tindakan sehingga dapat memposisikan diri
wilayah private menjadi public, adalah bagian
secara tepat yaitu “tidak larut” atau “going native”
penting dari pekerjaan peneliti.
dalam pandangan emik orang-orang yang diteliti,
Terakhir, ketujuh, tidak hedonis. Artinya tidak
tetapi juga tidak “stereotype” dan terbelenggu oleh
melakukan penelitian hanya untuk kepetingan peneliti
pandangan etiknya.
yang ketika tujuan telah tercapai, daerah penelitian
Akhirnya, tujuh syarat untuk menjadi peneliti
ditinggal begitu saja. Networking yang sudah terbina
kualitatif, terutama yang menggeluti dunia “remang-
sesungguhnya dapat dijadikan modal untuk kegiatan
remang”, sebagaimana dikemukakan oleh Koentjoro,
lain berikutnya. Paling tidak rapport dengan
( 2004: xvii-xviii) perlu dikemukakan pada akhir
komunitas telah terbina dan bias karena data atau
makalah ini. Pertama, brain, yakni kemampuan
informasi dapat diminimalisasi.
penalaran yang memadai, termasuk di antaranya kreatifitas.
DAFTAR PUSTAKA
Kedua, ability, teknik meneliti yang didasari oleh
Abdullah, Taufik & Karim, M Rusli (ed). 1990.
pemahaman metodologis yang memadai. Syarat
Metodologi Penelitian Agama: Sebuah
kedua ini ibarat pisau yang semakin diasah akan
Pengantar . Yogyakarta: Tiara Wacana.
semakin tajam.
Al Wasilah, Chaedar. 2002. Pokoknya Kualitatif:
Ketiga, bravery atau keberanian, baik keberanian
Dasar-Dasar Merancang Dan Melakukan
memasuki kancah riset, maupun keberanian
Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Pusaka Jaya.
menanggung segala resiko yang mungkin terjadi
Aminuddin (ed). 1990. Pengembangan Penelitian
seperti disetalitigauangkan dengan pelacur, disebut
Kualitatif: Dalam Bidang Bahasa dan
pemabuk, disatroni preman, disebut germo, dan
Sastra. Malang : Yayasan Asih Asah Asuh.
sebagainya. Bravery ini berkaitan dengan
Asante, Molefi, Kate & Gudykunst, William B.
kemampuan ketika peneliti belajar mengatasi situasi-
(ed).1989. Handbook of international and In-
situasi yang menekan termasuk dicemooh karena
tercultural Communication. London: Sage
menganggap rendah penelitian kualitatif yang con-
Publications. The Publishers of Professional
cern pada dunia “remang-remang”.
Social Science.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
41
PERTIMBANGAN ETIKA DALAM PENELITIAN KUALITATIF : TELAAH TENTANG PENGARUH PANDANGAN ETIK DAN EMIK TERHADAP PERILAKU PENELITI DI LOKASI PENELITIAN Oleh : Agus Suradika
Banks, Sarah. 1995. Ethics And Values In Social Work. London: Macmillan Press LTD.
dan Emmerson, Donald K. (ed). 1982. Aspek Manusia Dalam Penelitian Masyarakat.
Bogdan, Robert & Taylor, Steven J. 1975. Introduction To Qualitative Research Methods: A Phenomenological Approach To The Social Sciences. New York: A Willey-Interscience Publication.
Jakarta : PT. Gramedia. Danim, Sudarwan. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia. Denzin, Norman K & Lincoln, Yvonna S. (ed). 2000. Handbook of Qualitative Research. Second
Bogdan, Robert & Biklen, Sari Knopp. 1990. Riset kualitatif Untuk Pendidikan: Pengantar Ke
Edition. Thousand Oaks, California: Sage Publications, Inc.
teori Dan Metode. Alih Bahasa: Munandir.
Edwards, Allen L. Experimental Design in Psycho-
Jakarta: Pusat Antar Universitas Untuk
logical Research. New Delhi: Amerind Pub-
Peningkatan Dan Pengembangan Aktivitas
lishing CO. PVT. LTD.
Anstruksional Universitas Terbuka.
Geerzt, Clifford. 1982. “Hakekat Pemahaman
Borg, Walter R & Gall, Meredith D. 1983. Educa-
Antropologi : Dengan Ilustrasi dari Indonesia
tional Research: An Introduction. New York:
dan Maroko”, dalam Koentjaraningrat dan
Longman.
Emmerson, Donald K. (ed). 1982. Aspek
Bungin, Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif: Aktualisasi Metodologis ke Arah Ragam Varian Kontemporer. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Jakarta : PT. Gramedia. Goode, William J & Hatt, Paul K. 1952. Methods in Social Research. New York: McGraw-Hill.
_____________. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif: Pemahaman Filosofis
Manusia Dalam Penelitian Masyarakat.
dan
Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Campbell, Donald T. & Stanley, Yulian C. 1969. Experimental and Quasi Experimental Designs for Research. Chicago: Rand McNally & Company. Creswell, John W. 1994. Research Design: Qualitative and Quantitative Approaches. Thousand Oaks, California: Sage Publications, Inc.
Greenwood, Ernerst & Mayer, Robert R. 1984. Rancangan Penelitian Kebijakan Sosial. Jakarta: Penerbit CV Rajawali. Hardjodipuro, Siswojo. 1991. “Dua Paradigma Penelitian Ilmiah”. Pidato Guru Besar. Jakarta : IKIP Jakarta. Hopkins, Kenneth.D, et all. 1990. Educational and Psychological Measurement and Evaluation. Seventh Edition. Needham Heights, Massachusetts: Allyn & Bacon. Irawan, Prasetya.2006. Penelitian Kualitatif &
_______________. 2003. Research Design:
Kuantitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarata:
Qualitative, Quantitative and Mixed Meth-
Departemen Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu
ods Approache.. Thousand Oaks, California:
Sosial dan ilmu Politik Universitas Indonesia.
Sage Publications, Inc.
Johannsen, L. Richard. 1996. Etika Komunikasi.
Cronbach, Lee J. 1984. Essentials of Psycological
Terjemahan Dedy Djamaludin Malik dan Deddy
Testing. Fourth Edition. New York: Harper
Mulyana. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.
& Row, Publishers.
Koentjaraningrat.
1982.
“Pendahuluan
:
Danandjaja, James. 1982. “Mengumpulkan Folklore
Memperkenalkan Aspek Manusia dalam
Bali Aga di Trunyan”, dalam Koentjaraningrat
Penelitian Masyarakat”, dalam Koentjaraningrat
42
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PERTIMBANGAN ETIKA DALAM PENELITIAN KUALITATIF : TELAAH TENTANG PENGARUH PANDANGAN ETIK DAN EMIK TERHADAP PERILAKU PENELITI DI LOKASI PENELITIAN Oleh : Agus Suradika
& Emmerson, Donald K.. 1982. Aspek
cultural Communication: A Reader. Fourth
Manusia Dalam Penelitian Masyarakat.
Edition.Belmont California: Wadsworth Publish-
Jakarta : PT Gramedia .
ing Company.
Koentjoro. 2004. On The Spot: Tutur dari Sarang
Salim, Agus (ed). 2001. Teori dan Paradigma
Pelacur. Yogyakarta : Tinta Kelompok Penerbit
Penelitian Sosial: dari Denzin Guba dan
Qalam.
Penerapannya. Yogyakarta: PT Tiara Wacana.
Mead, Margaret. 1988. Taruna Samoa: Remaja dan
Sevilla, Consuelo G. et all.1993. Pengantar Metode
Kehidupan Seks dalam Kebudayaan Primitif
Penelitian. Penerjemah: Alimuddin Tuwu.
Suatu Penelitian Antropologi Budaya.
Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
Jakarta: Penerbit Bhratara. Moleong, Lexy J. 1996. Metodologi Penelitian
Soehardi, Sigit. 2001. Metodologi Penelitian Sosial
Kuliatatif. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
– Bisnis – Manajemen. Yogyakarta: BPFE
Mueller, Daniel J. 1986. Measuring Social Attitudes:
UST.
A Handbook for Researchers and Practitio-
Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif:
ners. New York and London: Teachers College
Dilengkapi Contoh Proposal dan Laporan
Press.
Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta.
Muhadjir, Noeng. 1990. Metodologi Penelitian
Suparlan, Parsudi. 1995. Orang Sakai di Riau:
Kualitatif. Yogyakarka: Penerbit Rake Sarasin.
Masyarakat Terasing Dalam Masyarakat In-
Mulyana, Deddy. 2004. Metodologi Penelitian
donesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi
Suradika, Agus. 2006. “Profil Wanita Pekerja Malam
Dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: PT
dan Upaya Mengatasi Kemiskinan”. dalam
Remaja Rosdakarya.
.Jurnal Madani. Vol. 7, No. 1, Februari 2006.
Neuman, W Lawrence. 2000. Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approaches. Fourth Edition. Boston: Allyn And Bacon. Patton, Michael Quinn. 1990. Qualitative Evaluation And Research. Second Edition. Newbury Park. California: Sage Publications. Inc. Porter, Richard E & Samovar, Larry A. 1985. Inter-
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
hlm 12 - 23 Medan: Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Suradika, Agus & Maskun, Bambang Ipuyono. 2005. Etika Profesi Pekerjaan Sosial. Jakarta: Balatbangsos Depsos RI. Suriasumantri, Jujun S. 1985. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Penerbit Sinar Harapan.
43
ISSN 1907 - 3666
Volume Volume 1, Nomor 2, 3, Nomor Nopember 3, Mei 2007
Penanggung jawab/Pemimpin Umum : Dra. Yenny Budiasih, MBA Pemimpin Redaksi : Dr. Sugito Efendi, MSi. Staf Ahli : Dr. Mohamad Ilmi, M.Ec. Dr. Marinus R. Manurung, MPA Dr. Suyanto, SE, MM, M.Ak. Dr. Nurwidiatmo, SH, MM, MH. Drs. Kemal Taufik, MM M. Riduan Karim, SE, MM Pelakasana Harian : H. Zaharuddin, SE, MM Tim Editing Sugito Hartadi Budi Purnomo Sirkulasi & Pemasaran Hadi Mulyo Wibowo Dewi Listyorini
Alamat Redaksi : Program Magister Manajemen Sekolah Tinggi Manajemen IMMI Jakarta Jl. Tanjung Barat No.11 Jakarta Selatan 12530 Telp. (021) 781 7823, 781 5142 Fax. (021) 781 5144 E-mail :
[email protected]
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
45
Volume Volume 1, Nomor 2, 3, Nomor Nopember 3, Mei 2007
DARI REDAKSI Segala puji bagi Tuhan yang Maha Esa, Jurnal Aliansi Bisnis & Manajemen Volume 2, Nomor 3, bulan Mei 2007 dapat menjumpai pembaca sesuai waktu yang direncanakan. Dalam edisi ini, redaksi Jurnal Aliansi Bisnis & Manajemen menyajikan beberapa topik antara lain: Sistem Ekologi Administrasi Publik Di Indonesia, Peran Etika Dalam Dunia
Bisnis Internasional, Pengaruh Perubahan Konsep Interior Design dan Variasi Menu Terhadap Kepuasan Pelanggan Dunkin Donuts Di Indonesia, Dampak Merger Horizontal Terhadap Efisiensi dan Kelangsungan Usaha Bank, Pertimbangan Etika Dalam Penelitian Kualitatif : Telaah Tentang Pengaruh Pandangan Etik dan Emik Terhadap Perilaku Peneliti Di Lokasi Penelitian Redaksi mengucapkan terima kasih atas kerjasama yang terjalin dengan penulis, dan dengan pembaca yang menggunakan jurnal Aliansi Bisnis & Manajemen sebagai salah satu referensi. Besar harapan kami Jurnal ini turut memberikan kontribusi dalam pengembangan bisnis dan manajemen. Kami sangat terbuka menerima kritik dan saran guna penyempurnaan Jurnal kita pada edisi mendatang.
Terima kasih Redaksi
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
47
Volume Volume 1, Nomor 2, 3, Nomor Nopember 3, Mei 2007
DAFTAR ISI
SISTEM EKOLOGI ADMINISTRASI PUBLIK DI INDONESIA Oleh : M. Riduan K ----------------------------------------------------------------------------
1
PERAN ETIKA DALAM DUNIA BISNIS INTERNASIONAL Oleh : Marinus R. Manurung ----------------------------------------------------------------
11
PENGARUH PERUBAHAN KONSEP INTERIOR DESIGN DAN VARIASI MENU TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN DUNKIN DONUTS DI INDONESIA Oleh : Noverdi Bros ---------------------------------------------------------------------------
19
DAMPAK MERGER HORIZONTAL TERHADAP EFISIENSI DAN KELANGSUNGAN USAHA BANK Oleh : N. Uzair Achmadi ----------------------------------------------------------------------
23
PERTIMBANGAN ETIKA DALAM PENELITIAN KUALITATIF : TELAAH TENTANG PENGARUH PANDANGAN ETIK DAN EMIK TERHADAP PERILAKU PENELITI DI LOKASI PENELITIAN Oleh : Agus Suradika -------------------------------------------------------------------------
29
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
49