PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETRAMPILAN PROSES SAINS DAN PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII-C SMP NEGERI 8 MALANG TAHUN AJARAN 2012/2013 Siska Puspita Dewi, Wartono, dan Hartatiek Universitas Negeri Malang E-mail:
[email protected] ABSTRAK: Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan di SMP Negeri 8 Malang, pembelajaran yang dilakukan guru di kelas VIII-C selalu menggunakan metode ceramah dan guru tidak pernah melakukan demonstrasi atau percobaan. Akibatnya ketrampilan proses sains siswa tidak pernah dilatihkan, sehinga prestasi belajar yang dicapai siswa juga rendah. Upaya untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan pemilihan model pembelajaran yang tepat. Salah satu model pembelajaran yang dapat melatih ketrampilan proses siswa adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing. Model pembelajaran ini melatih siswa untuk mengamati, mengajukan pertanyaan, menggunakan alat dan bahan, mengumpulkan data, berkomunikasi dan membuat kesimpulan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan ketrampilan proses sain dan prestasi belajar siswa kelas VIII-C SMP Negeri 8 Malang. Penelitian ini merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK).Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013 di kelas VIII-C SMP Negeri 8 Malang yang terdiri dari 40 siswa yang terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 22 siswa perempuan. Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus. Setiap siklus dilaksanakan tindakan dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Materi yang diajarkan untuk siklus 1 adalah pemantulan cahaya, sedangkan untuk siklus 2 adalah pembiasan cahaya. Analisis data dilakukan secara kuantitatif dengan menghitung persentase keterlaksanaan pembelajaran, ketrampilan proses sains dan prestasi belajar kemudian membandingkan antara siklus I dan siklus II. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri terbimbing dapat meningkatkan ketrampilan proses sains dan prestasi belajar. (1) Keterlaksanaan proses pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing pada siklus I diperoleh sebesar 88,01% dengan kualifikasi baik dan pada siklus II sebesar 91.43% dengan kualifikasi sangat baik. Terjadi peningkatan sebesar 3.42%. (2) Penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan ketrampilan proses sains siswa. Pada siklus I yang diperoleh persentase rata-rata 74% dengan kualifikasi baik dan menjadi 77,12% pada siklus II dengan kualifikasi baik. (3) Penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan prestasi belajar. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata kelas sebelum diberi tindakan adalah 55, tes siklus I diperoleh nilai rata-rata kelas 72,3 dan tes siklus II diperoleh nilai 79,6. Ditinjau dari ketuntasannya, pada pra siklus hanya 20% siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM, sedangkan pada siklus I meningkat menjadi 42,5% dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 67,5%.
Kata kunci: Inkuiri terbimbing, ketrampilan proses sains, prestasi belajar. Data awal nilai siswa yang diperoleh dari hasil ulangan harian fisika di SMP Negeri 8 Malang menunjukan bahwa nilai kognitif siswa di sekolah ini tergolong rendah. Seperti pada kelas VIII-C yang berjumlah 40 siswa, nilai ratarata kelas ulangan harian fisika pada materi getaran dan gelombang yaitu 55,
1
2 dibawah yang ditentukan yaitu KKM 75. Hanya 20 % dari siswa saja yang mencapai ketuntasan hasil belajar dengan nilai rata-rata 86 dan 80 % lainnya masih mendapatkan nilai di bawah KKM dengan nilai rata-rata 49. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru IPA di kelas VIII-C SMP Negeri 8 Malang menunjukkan bahwa metode ceramah sering digunakan oleh guru dari pada demonstrasi atau eksperimen. Guru hanya memberi informasi searah dalam melakukan pembelajaran terhadap siswa dan berpusat pada guru. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti pada tanggal di kelas VIII-C SMP Negeri 8 Malang, siswa kurang terlibat aktif selama proses pembelajaran berlangsung. Proses pembelajaran yang dilakukan lebih banyak transfer pengetahuan dengan memberikan konsep-konsep yang utuh tanpa melalui pengolahan potensi yang ada pada diri siswa maupun yang ada di sekitar, dengan kata lain siswa menerima konsep jadi. Siswa lebih banyak mendengar, menulis ulang apa yang ditulis oleh guru dan mengerjakan latihan soal berdasarkan contoh soal yang diberikan guru. Guru memberikan tugas kepada siswa jika ada sisa waktu setelah ceramah. Sehingga aktivitas berpikir anak kurang optimal. Penilaian yang dilakukan guru juga lebih banyak memberikan penilaian pada aspek kognitif saja dari pada aspek psikomotor dan afektif. Pembelajaran yang dilakukan berdampak siswa tidak pernah mengemukakan pendapat atau bertanya, penyelesaian masalah bisa dikatakan jarang dilakukan oleh siswa dan siswa harus percaya dengan apa yang disampaikan guru. Ketrampilan siswa dalam menggunakan alat, mengumpulkan data atau melakukann percobaan juga tidak pernah dilatihkan oleh guru. Menurut Wartono (2003:165) IPA merupakan produk dan sekaligus merupakan proses. Hanya bisa dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan. Maka dari itu dalam pembelajaran IPA sebaiknya sebagian besar siswa harus terlibat secara aktif, baik fisik, mental maupun sosial dalam proses pembelajaran yang mengembangkan ketrampilan proses sain. Guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran bertugas merangsang partisipasi aktif siswa. Pelajaran fisika akan menarik apabila guru tepat dalam memilih model pembelajaran yang digunakan. Pemilihan model pembelajaran itu penting karena menentukan pola interaksi kegiatan belajar mengajar, menentukan tahap-tahap pencapaian tujuan pengajaran serta tingkat dan kadar hasil belajar. Pembelajaran fisika seharusnya menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung kepada siswa, karena siswa akan belajar lebih baik jika dia mengalami apa yang dipelajari, bukan hanya mengetahuinya (Mulyasa, 2003:10). Keadaan yang terjadi di SMP Negeri 8 Malang khususnya kelas VIII-C ini belum sesuai dengan yang diharapkan. Hasil nilai rata-rata ulangan harian pada materi getaran dan gelombang masih rendah. Ketrampilan proses sains yang meliputi melakukan percobaan, menggunakan alat dan bahan, mengumpulkan data, mengajukan pertanyaan, berkomunikasi dan membuat kesimpulan bisa dikatakan jarang dilatihkan . Ketrampilan proses sains siswa merupakan salah satu aspek yang berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Ketrampilan proses sains ini mempunyai beberapa kebaikan, antara lain membuat siswa berpikir, membuat siswa kreatif, dan diperlukan dalam kegiatan ilmiah baik di sekolah maupun dikemudian hari. Upaya untuk meningkatkan ketrampilan proses sains dan prestasi belajar siswa diperlukan pemilihan model pembelajaran yang tepat. Model pembelajaran
3 yang diharapkan dapat melatih siswa dalam ketrampilan proses sains adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing. Dalam model pembelajaran inkuiri terbimbing siswa dituntut untuk aktif dalam mengikuti pelajaran. Ketrampilan proses sain dalam model ini sangat dibutuhkan, seperti mengamati, mengajukan pertanyaan, menyusun hipotesis, membuktikan hipotesis dengan percobaan, berkomunikasi dan menarik kesimpulan. Menurut Koes (2003:12) “ inkuiri adalah suatu metode yang digunakan dalam pembelajaran fisika dan mengacu pada suatu cara untuk mempertanyakan, mencari pengetahuan atau informasi, atau mempelajari suatu gejala.” Pembelajaran inkuiri memberikan siswa pengalaman belajar atau ketrampilan belajar seperti ketrampilan bertanya, mengemukakan pendapat dengan katakatanya sendiri, membuat hipotesis, menguji hipotesis dengan percobaan, dan membuat kesimpulan. Dalam bukunya, Wartono (2003:133) mengemukakan ada tiga jenis pendekatan inkuiri, yaitu inkuiri terbimbing, inkuiri bebas dan inkuiri bebas yang dimodifikasi. Bagi siswa yang belum berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri maka akan digunakan inkuiri terbimbing. Dalam proses belajar dengan menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing, siswa memperoleh petunjuk-petunjuk seperlunya. Petunjuk tersebut berupa pertanyaan yang bersifat membimbing. Berdasarkan latar belakang di atas maka perlu dilakukan penelitian untuk meningkatan ketrampilan proses sains dan prestasi belajar fisika siswa dengan penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing, dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Ketrampilan Proses Sains dan Prestasi Belajar Fisika Siswa Kelas VIII-C SMP Negeri 8 Malang Tahun Ajaran 2012/2013. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan ketrampilan proses sains dan prestasi belajar siswa kelas VIII-C SMP Negeri 8 Malang. METODE Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 8 Malang pada bulan April sampai dengan Mei 2013. Siswa yang menjadi sasaran penelitian ini adalah siswa kelas VIII-C yang berjumlah 40 siswa, yang terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 22 siswa perempuan. Pelaksanaan penelitian ini pada semester genap tahun pelajaran 2011/2012. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian praktis yang bertujuan untuk memperbaiki suatu keadaan pembelajaran di kelas dengan melakukan tindakan-tindakan. Upaya perbaikan yang dilakukan dengan melaksanakan tindakan yang berupa penerapan pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing yang dimaksudkan untuk mencari jawaban atas permasalahan yang terjadi di kelas tersebut dimana dalam penelitian ini adalah ketrampilan proses sain dan prestasi belajar siswa. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah (1) data keterlaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model inkuiri terbimbing, (2) data nilai ketrampilan proses siswa dan (3) data prestasi belajar yang dilakukan di setelah diberi tindakan. Analisis data pada penelitian ini bersifat kualitatif (berbentuk kalimat yang menjelaskan aktivitas siswa dan guru), dan kuantitatif (berupa angka untuk keterlaksanaan proses pembelajaran, nilai ketrampilan proses siswa dan nilai prestasi belajar).
4
Keterlaksanaan Pembelajaran
HASIL Keterlaksanaan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Setelah semua proses pengumpulan dan analisis data, maka diperoleh hasil penelitian. Keterlaksanakan pembelajaran pada siklus I dan siklus II sudah mencapai target minimal yang ditetapkan yaitu 80%. Pada siklus II Peneliti berusaha memperbaiki kekurangan-kekurangan yang terjadi di siklus I, sehingga pelaksanaan pembelajaran pada siklus II lebih maksimal. Keterlaksanaan pembelajaran pada siklus I dan siklus II dapat dilihat di grafik berikut ini. %
100 95 90
SIKLUS 1 SIKLUS 2
85 80 75
Fase Pembelajaran
Gambar Grafik Nilai Keterlaksanaan Pembelajaran Siklus I dan Siklus II
Ketrampilan Proses Sains Dari hasil pengamatan yang dilakukan observer, pembelajaran fisika dengan model inkuiri tebimbing telah mampu meningkatkan ketrampilan proses sains siswa. Hal ini dapat dilihat dari data yang diperoleh observer dalam grafik ketrampilan proses sains siklus I dan siklus II pada Gambar 2
5 %
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Siklus I Siklus II
Aspek yang dinilai
Gambar 2. Grafik Nilai Ketrampilan Proses Sains Siklus I dan Siklus II
Prestasi Belajar Fisika Data prestasi belajar didapatkan dari nilai tes setelah diberi tindakan. Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3 yaitu tentang grafik prestasi belajar, pada siklus I diperoleh nilai rata-rata kelas 72,3 dengan persentase 42,5 % siswa yang telah mengikuiti tes telah mencapai KKM dengan nilai rata-rata 88 dan 57,5% siswa di bawah KKM dengan nilai rata-rata 62. Sedangkan pada siklus II diperoleh nilai rata-rata kelas 79,8 dengan persentase 57,5 % siswa yang telah mengikuiti tes telah mencapai KKM dan 42,5% siswa di bawah KKM. Data yang diperoleh dari tes siklus I dan siklus II dapat dikatakan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan.
90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Siklus I Siklus II
Nilai rata-rata kelas
Nilai rata-rata di Nilai rata-rata di atas KKM bawah KKM
Gambar 3 Grafik Prestasi Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II
6 PEMBAHASAN Keterlaksanaan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Model pembelajaran inkuiri terbimbing dipilih untuk meningkatkan ketrampilan proses sains dan prestasi belajar siswa kelas VIII-C SMP Negeri 8 Malang yang masih rendah. Hal tersebut peneliti ketehui dari hasil observasi dan wawancara dengan guru fisika dan siswa kelas VIII-C SMP Negeri 8 Malang. Keterlaksanaan pembelajaran menggunakan model inkuiri terbimbing tidak boleh diabaikan supaya apapun dan berapapun hasil yang diperoleh dalam penelitian ini merupakan hasil penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Model pembelajaran ini telah berhasil atau telah terlaksana apabila memenuhi indikator keterlaksanaan 80%. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan selama proses penerapan tindakan diperoleh hasil rata-rata pada siklus I sebesar 88,01% dengan kualifikasi baik dan pada siklus II sebesar 91.43% dengan kualifikasi sangat baik. Terjadi peningkatan sebesar 3.42%. Dengan demikian penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada pelajaran fisika di kelas VIII-C SMP Negeri 8 Malang telah terlaksana sesuai perencanaan dan memenuhi kriteria keberhasilan yang ditetapkan. Ketrampilan Proses Sains Ketrampilan proses sains dinilai oleh observer pada saat pembelajaran berlangsung. Aspek yang dinilai antara lain, melakukan pengamatan, mengajukan pertanyaan, menggunakan alat dan bahan, mengumpulkan data, berkomunikasi dan membuat kesimpulan. Dalam ketrampilan proses melakukan pengamatan siswa dinilai dalam mengamati kegiatan guru pada saat demonstrasi. Pada aspek terjadi peningkatan persentase rata-rata selama 4 pertemuan yaitu 82% untuk siklus I dan 84% untuk siklus II. Ketrampilan proses mengajukan pertanyaan dinilai pada tahap pengumpulan data-verifikasi. Tahap ini siswa diminta untuk mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan masalah. Pada siklus I diperoleh persentase rata-rata selama 4 pertemuan adalah 46,75%, sedangkan pada siklus II 43,5%. Saat pembelajaran berlangsung, sebagian besar siswa mengikuti kegiatan praktikum dengan antusias. Hasil observasi menunjukkan nlai menggunakan alat dan bahan mangalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I diperoleh persentase rata-rata selama 4 pertemuan adalah 71,5%, sedangkan pada siklus II 80,75%. Aktivitas siswa dalam mengumpulkan data dinilai pada saat kegiatan praktkum berlangsung. Aspek ini mengalami peningkatan dari siklus I ke siklis II. Pada siklus I diperoleh persentase rata-rata selama 4 pertemuan adalah 83,5%, sedangkan pada siklus II 86,75%. Aspek ini dinilai pada saat kegiatan presentasi berlangsung. Pada siklus I diperoleh persentase rata-rata selama 4 pertemuan adalah 70,5%, sedangkan pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 74,5%. Membuat kesimpulan dilakukan di akhir pembelajaran. Siswa dinilai untuk mengungkapkan apa yang telah dipelajari hari ini berdasarkan tujuan pembelajaran. Pada siklus I diperoleh persentase rata-rata selama 4 pertemuan adalah 87,75%, sedangkan pada siklus II 93,25%
7 Berdasarkan hasil observasi diperoleh nilai rata-rata pada siklus I sebesar 74% dengan kualifikasi baik dan menjadi 77,12% pada siklus II dengan kualifikasi baik. Prestasi Belajar Fisika Penilaian prestasi belajar siswa dinilai dari ranah kognitif produk yang dinilai pada saat tes setelah diberi tindakan. Nilai tes diolah dengan menghitung rata-rata kelas dan dilihat jumlah siswa yang tuntas dan belum tuntas, kemudian dibandingkan tiap akhir siklus. Hasil nilai ulangan harian sebelum penerapan model inkuiri terbimbing yaitu pada materi getaran dan gelombang didapatkan nilai rata-rata kelas 55 dan siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM hanya 20% dari jumlah keseluruhan siswa. Namun setelah pemberian tindakan dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing nilai rata-rata ulangan harian siswa dan jumlah siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM meningkat. Peningkatan prestasi belajar siswa dapat diketahui berdasarkan rata-rata dan persentase ketuntasan belajar pada siklus I dan siklus II. Dari tes siklus I diperoleh nilai rata-rata kelas 72,3. Nilai ini masih dibawah KKM yang ditentukan yaitu 75, tetapi nilai ini sudah menunjukkan peningkatan jika dibandingkan dengan sebelum diberikan tindakan. Dari siswa yang berjumlah 40 siswa, hanya 42,5% siswa yang sudah mencapai KKM dengan nilai rata-rata 84 dan 57,5% siswa masih mendapatkan nilai di bawah KKM dengan nilai rata-rata 64. Sedangkan pada tes siklus II diperoleh nilai rata-rata kelas 79,6. Nilai di atas KKM yang ditentukan yaitu 75. Dari siswa yang berjumlah 40 siswa, 67.5% siswa sudah mencapai KKM dengan nilai ratarata 88 dan 32,5% siswa masih mendapatkan nilai di bawah KKM dengan nilai rata-rata 62. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil paparan data, temuan penelitian dan pembahasan pada penelitian penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada pelajaran fisika di kelas VIII-C SMP Negeri 8 Malang dapat disimpulkan sebagai berikut. (1)Keterlaksanaan proses pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing pada siklus I diperoleh sebesar 88,01% dengan kualifikasi baik dan pada siklus II sebesar 91.43% dengan kualifikasi sangat baik. Terjadi peningkatan sebesar 3.42%. Dengan demikian penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada pelajaran fisika di kelas VIII-C SMP Negeri 8 Malang telah terlaksana sesuai perencanaan dan memenuhi kriteria keberhasilan yang ditetapkan. (2)Penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan ketrampilan proses sains siswa VIII-C SMP Negeri 8 Malang. Pada siklus I yang diperoleh persentase rata-rata 74% dengan kualifikasi baik dan menjadi 77,12% pada siklus II dengan kualifikasi baik. (3)Penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VIII-C SMP Negeri 8 Malang. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata kelas sebelum diberi tindakan adalah 55, tes siklus I diperoleh nilai rata-rata kelas 72,3 dan tes siklus II diperoleh nilai 79,6. Ditinjau dari ketuntasannya, pada pra siklus hanya 20% siswa yang mendapatkan nilai di
8 atas KKM, sedangkan pada siklus I meningkat menjadi 42,5% dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 67,5%. Saran Berdasarkan hasil temuan di lapangan selama penelitian dilaksanakan, saran-saran yang dapat diajukan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Guru fisika dapat menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing sebagai alternative pembelajaran untuk meningkatkan ketrampilan proses dan prestasi belajar siswa. (2) Bagi guru fisika kelas VIII yang kondisi kelas dan siswanya sama dengan subyek pada penelitian ini dan ingin melakukan penelitian dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing, disarankan untuk memperhitungkan waktu sebaik-baiknya dalam melakukan penelitian. Karena penelitian dengan model ini memerlukan banyak waktu, terutama untuk kegiatan praktikum. Sebelum percobaan dimulai guru harus menjelaskan terlebih dahulu maksud dan tujuan percobaan, supaya siswa tidak bingung saat percobaan berlangsung dan dapat mempersingkat waktu. DAFTAR RUJUKAN Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Yogyakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta Arikunto, Suharsimi. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara Dimyati & Mujiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah, Syaiful Bahri. 2010. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: PT Usaha Nasional Handayanto, S.K.2003. Strategi Pembelajaran Fisika. Malang: Universitas Negeri Malang Jurgen, Hans. 1999. Bergembira dengan Sains. Bandung: Titian Ilmu Karim, S. 2008. Belajar IPA Membuka Cakrawala Alam Sekitar untuk Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah. (BSE). Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional Krisno, Agus. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam untuk SMP/ MTS. (BSE). Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional Maloeng, J.L.2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. MGMP IPA kota Malang. 2012. IPA Terpadu untuk SMP/Mts. Malang
9 Mulyasa. 2010. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Prahara, Ayu Dhini. 2010. Peningkatan Kemampuan Bertanya dan Prestasi Belajar siswa Kelas XI IPA-2 SMA Negeri 1 Tongas Tahun Ajaran 2009/2010 Melalui Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Fakultas MIPA UM Purwanto . 2008. Evaluasi Hasil Belajar. Surakarta : Pustaka Belajar Rofiqoh, Dyan Hilmy.2010. Penerapan Pembelajaran Fisika Model Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Ketrampilan Proses Sains Kelas XI IPA 1 SMA Negeri 2 Malang Tahun 2009/2010. Sripsi tidak diterbitkan. Malang : Universitas Negeri Malang. Sudjana, Nana. 2012. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Susanti, Nina. 2008. Penerapan Pembelajaran Model Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Bertanya dan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas VII SMP Negeri 10 Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang. Tim Penyusun. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Edisi Kelima. Malang : Universitas Negeri Malang. Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: PT Prestasi Pustaka Wartono. 2003. Strategi Belajar Mengajar Fisika. Malang: Universitas Negeri Malang Wartono. 2003. Pengembangan Program Pengajaran Fisika. Malang: Universitas Negeri Malang Wasis. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam untuk SMP/ MTS Kelas VIII. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional Winkle.1999. Psikologi Pengajaran. Jakarta : Gramedia Yanthi, Novi. 2012. Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Ketrampilan Proses Sains dan Sikap Ilmiah Siswa. Jakarta : Universitas Pendidikan Indonesia Yuliati, Lia. 2008. Model-Model Pembelajaran Fisika. Malang: Universitas Negeri Malang.