SINOPSIS RENCANA TESIS
PENGARUH KONSUMSI SUSU KEDELAI TERHADAP KELUHAN MENOPAUSE PADA IBU USIA 45-50 TAHUN DI PUSKESMAS TANJUNGPINANG KOTA TANJUNGPINANG TAHUN 2015
DISUSUN OLEH :
RESPATININGRUM, S.ST
UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS KEDOKTERAN PROGRAM STUDI MAGISTER KEBIDANAN TAHUN 2015
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Seiring dengan peningkatan usia, banyak terjadi proses perkembangan dan pertumbuhan pada manusia. Namun pada suatu saat perkembangan dan pertumbuhan itu akan terhenti pada suatu tahapan, sehingga berikutnya akan terjadi banyak perubahan yang terjadi pada fungsi tubuh manusia. Perubahan tersebut biasanya terjadi pada proses menua, karena pada proses ini banyak terjadi perubahan fisik maupun psikologis. Perubahan tersebut paling banyak terjadi pada wanita karena pada proses menua terjadi fase menopause yaitu haid terakhir pada wanita (Proverawati, 2010). Sesuatu yang berlebihan atau kurang, tentu mengakibatkan timbulnya suatu reaksi. Pada masa menopause reaksi nyata adalah berkurangnya hormon estrogen. Meskipun perubahan terjadi pada hormon progesteron, tetapi yang berpengaruh langsung adalah hormon estrogen (Sibagariang, 2010). Gejala psikologis yang dialami wanita menjelang menopause meliputi mudah tersinggung, depresi, cemas, suasana hati (mood) tidak menentu, sering lupa, dan susah berkonsentrasi (Spencer & Brown, 2007). Gejala fisik yang timbul pada masa menopause adalah semburan rasa panas (hot flushes), keringat pada malam hari, kelelahan, insomnia, keriput,
sakit kepala, palpitasi (denyut jantung cepat dan tidak teratur), ketidaknyamanan
dalam buang air kecil dan ketidakmampuan untuk mengendalikan buang air kecil (Spencer & Brown, 2007).
Akibat tidak haid lagi, otomatis terjadi perubahan pada organ reproduksi wanita dan muncul berbagai keluhan fisik maupun psikologis. Oleh karena itu, ada baiknya jika seorang wanita sudah mempersiapkan diri menghadapi menopause dengan pengetahuan yang memadai. Menopause tidak bisa dihindari, namun resiko timbulnya keluhan bisa menurun jika mempersiapkan diri secara fisik maupun psikis, sejak jauh- jauh hari. Kalau kemudian keluhan masih tetap ada, dengan persiapan diri yang lebih baik lagi. Artinya, segala perubahan yang akan terjadi atau dialami dapat lebih diterima dengan bijaksana. Dengan demikian masa menopause dapat dijalani dengan lebih baik, secara fisik maupun psikis sehingga setiap wanita dapat menjalani hari-harinya dengan kualitas hidup yang lebih baik (Kasdu, 2004). Pada tahun 2003, jumlah wanita di dunia yang memasuki masa menopause mencapai 1,2 milyar orang. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) dengan proyeksi penduduk pada tahun 2008 bahwa 5.320.000 wanita Indonesia memasuki masa menopause setiap tahunnya, 68 % menderita gejala klimakterik dan hanya 62 % dari penderita yang menghiraukan gejala tersebut. Sementara setiap tahunnya, sekitar 25 juta wanita di seluruh dunia diperkirakan mengalami menopause. Jumlah wanita usia 50 tahun ke atas diperkirakan meningkat dari 500 juta pada saat ini menjadi lebih dari 1 miliar pada tahun 2030. Menurut data World Health Organization (WHO), pada tahun 2025 jumlah wanita yang berusia tua diperkirakan akan melonjak dari 107 juta ke 373 juta (Supari, 2005). Berdasarkan sensus penduduk tahun 2000 jumlah perempuan berusia diatas 50 tahun baru mencapai 15,5 juta orang atau 7,6% dari total penduduk, sedangkan tahun 2020 jumlahnya diperkirakan meningkat menjadi 30,3 juta atau 11,5% dari total penduduk. Jawa Tengah yang jumlah penduduknya mencapai 35 juta, sekitar 60% nya adalah perempuan artinya jumlah wanita menopause di Jawa Tengah sekitar 1,5 juta orang (Supari, 2005).
Berdasarkan data laporan Desa Pungsari pada bulan Januari 2012, jumlah penduduk wanita di Desa Pungsari, Kecamatan Plupuh, Kabupaten Sragen sebanyak 1.201 orang. Dari jumlah tersebut diperoleh data penduduk wanita yang berusia 1-5 tahun sebanyak 68 orang, usia 6-11 tahun sebanyak 125 orang, usia 12-21 tahun sebanyak 218 orang, usia 22-45 tahun sebanyak 493 orang, usia 45-50 tahun sebanyak 63 orang,
dan usia >50 tahun sebanyak 297
orang.
Kedelai merupakan sumber protein dan lemak nabati yang sangat penting peranannya dalam kehidupan. Kedelai mengandung 35% protein sedangkan kadar protein pada varietas unggul dapat mencapai 40 - 43 %. Kebutuhan protein sebesar 55 gram per hari dapat dipenuhi dengan makanan yang berasal dari kedelai sebanyak 157,14 gram. (Radiyati, 1992) Salah satu produk olahan kedelai adalah susu kedelai. Susu kedelai dapat digunakan sebagai alternatif pengganti susu sapi karena mengandung gizi yang hampir sama dengan harga yang lebih murah. Protein susu kedelai memiliki susunan asam amino yang hampir sama dengan susu sapi. Kandungan protein susu kedelai mencapai 1,5 kali protein susu sapi. Selain itu, susu kedelai juga mengandung lemak, karbohidrat,
kalsium, fosfor, zat besi, vitamin A, vitamin B1 vitamin B2, dan
isoflavon. Kandungan asam lemak tak jenuh pada susu kedelai lebih besar serta tidak mengandung kolesterol. Hasil penelitian di berbagai bidang kesehatan telah membuktikan bahwa konsumsi produk-produk
kedelai
berperan
penting
dalam
menurunkan
resiko
terkena
penyakit degeneratif. Hal tersebut disebabkan adanya zat isoflavon dalam
kedelai. Isoflavon kedelai dapat menurunkan resiko penyakit jantung dengan membantu menurunkan kadar kolesterol darah. Studi epidemologi juga telah membuktikan bahwa masyarakat yang secara teratur mengonsumsi makanan dari kedelai, memiliki kasus kanker payudara, kolon dan prostat yang lebih rendah (Koswara,
2006). Kedelai
mengandung senyawa alami menyerupai estrogen yang disebut fitoestrogen. Wanita yang mengonsumsi kedelai lebih banyak akan memiliki usia menopause lebih tinggi dan jarang mengalami keluhan pasca menopause.
1.2 Rumusan Masalah Dari uraian masalah diatas maka penulis membuat rumusan masalah “Adakah pengaruh mengkonsumsi susu kedelai terhadap keluhan menopause pada ibu usia 45-50 tahun di wilayahkerja Puskesmas Tanjungpinang Kota Tanjungpinang Tahun 2015.”
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui pengaruh konsumsi susu kedelai terhadap keluhan menopause pada ibu usia 45-50 tahun di wilayahkerja Puskesmas Tanjungpinang Kota Tanjungpinang Tahun 2015.”
1.3.2 Tujuan Khusus 1) Diketahui distribusi frekuensi konsumsi susu kedelai pada ibu usia 45-50 tahun di wilayahkerja Puskesmas Tanjungpinang Kota Tanjungpinang Tahun 2015. 2) Diketahui distribusi frekuensi keluhan menopause pada ibu usia 45-50 tahun di wilayahkerja Puskesmas Tanjungpinang Kota Tanjungpinang Tahun 2015. 3) Diketahui pengaruh konsumsi susu kedelai terhadap keluhan menopause pada ibu usia 45-50 tahun di wilayahkerja Puskesmas Tanjungpinang Kota Tanjungpinang Tahun 2015.
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Aspek Teoritis Menambah pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca dan penulis sendiri. Hal ini pula dapat mengembangkan pengetahuan bagi penulis selanjutnya sesuai ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju kedepannya.
1.4.2
Aspek Praktis Sejalan dengan pengaplikasian teori yang ada para ibu menopause dapat
mengurangi keluhan menopause tersebut. Setelah menyelesaikan penelitian ini ibu-ibu menopause dapat mengkonsumsi susu kedelai dan mengaplikasikannya di rumah masingmasing dengan rentang waktu konsumsi susu kedelai lebih panjang dan teratur. Dengan sendirinya, hal ini juga dapat membantu meningkatan pendapatan bagi para petani kedelai,
sehingga tidak perlu mengeksport keluar negri. Produsen susu juga dapat membuka bangsa pasar baru dengan membuat produk susu kedelai yang dapat dikonsumsi oleh para ibu perimenopause agar nantinya keluhan menopause dapat diatasi. 1.5
Ruang Lingkup Penelitian Berdasarkan uraian di atas sesuai dengan kemampuan serta waktu yang tersedia,
Penulis membatasi ruang lingkup penelitian pada pengaruh konsumsi susu kedelai terhadap keluhan menopause pada ibu usia 45-50 tahun di wilayahkerja Puskesmas Tanjungpinang Kota Tanjungpinang Tahun 2015. Karena.... Penelitian ini akan dilaksanakan pada tahun 2015. Penelitian ini menggunakan desain penelitian ... dengan pendekatan ... melalui ... yang ada di wilayahkerja Puskesmas Tanjungpinang dan ... menggunakan Angket Menopausal Rating Scale (MRS)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Menopause a. Pengertian Menopause berasal dari sebuah kata “Men” dan “Pauseis” adalah kata Yunani yang pertama kali digunakan untuk menggambarkan berhentinya haid ( HK. Joseph, 2010). Webster’s Ninth New Collegiate Dictionary mendefinisikan menopause sebagai periode berhentinya haid secara alamiah yang biasanya terjadi antara usia 45-50 tahun (Kasdu, 2004). Menopause adalah haid terakhir atau saat terjadinya haid terakhir (Prawirohardjo, 2007). Menopause adalah periode menstruasi terakhir yang akan dialami oleh wanita ketika hormon-hormon yang mengontrol siklus menstruasi berada dalam kadar yang sangat rendah sehingga menstruasi tidak mungkin terjadi lagi (Spencer, Brown, 2007).
b.
Fisiologi Menopause Menopause terjadi ketika ovarium tidak mampu lagi merespon sinyal-sinyal hormonal yang dikirimkan dari otak (FSH dan LH). Sinyal-sinyal ini berusaha
memicu ovarium untuk memproduksi estrogen dan progesteron serta tetap menjaga kelangsungan siklus menstruasi, tetapi ovarium tidak mampu lagi memberikan respon yang diharapkan dikarenakan sebagai akibat bertambahnya usia (kegagalan ovarium primer) dan sebagai akibat masalah kesehatan lain atau akibat pengobatan masalah kesehatan tersebut (kegagalan ovarium sekunder) (Spencer, Brown, 2007). Menurunnya hormon estrogen akan mempengaruhi langsung kondisi fisik tubuh, organ reproduksi, dan psikis (Kasdu, 2004).
c. Klasifikasi Menopause Menurut 1)
Sibagariang
(2010), menopause
diklasifikasikan menjadi 2 yaitu:
Menopause Dini
Menopause yang terjadi sebelum umur 40 tahun. Menopause dini terjadi jika seorang wanita mengalami tindakan histerektomi. 2)
Menopause Terlambat Menopause yang terjadi apabila seorang wanita masih mendapat haid umur 55 tahun. Menopause terlambat membawa konsekuensi meningkatkan resiko kanker rahim dan payudara.
d. Perubahan Organ Reproduksi Pada Wanita Menopause Perubahan organ reproduksi menjelang menopause menurut (Kasdu, 2004) antara lain:
1) Uterus (rahim) Rahim mengalami atropi (keadaan kemunduran jaringan), menyusut, dan menipis. otot rahim menjadi sedikit dan lebih banyak mengandung jaringan fibrotik (sifat berserabut secara berlebihan). 2) Tuba Falopii (saluran telur) Lipatan saluran menjadi lebih pendek, menipis dan mengerut, Rambut getar yang ada pada ujung saluran telur menghilang. 3) Ovarium Indung telur mengecil dan permukaannya menjadi keriput karena produksi ovarium menurun sampai akhirnya tidak berproduksi lagi. 4) Serviks Serviks juga mengalami pengerutan dan memendek. 5) Vagina Dinding vagina menipis menyebabkan hilangnya
lipatan vagina,
berkurangnya pembuluh darah, penurunan elastisitas, dan sekret vagina menjadi encer. 6) Vulva Jaringan dan kulitnya menipis, pembuluh darah berkurang, sehingga menyebabkan pengerutan lipatan vulva. Terjadi rasa gatal dan juga hilangnya sekret kulit serta mengerutnya lubang kemaluan. Semua keadaan ini mempengaruhi munculnya nyeri saat senggama.
e. Perubahan Fisik pada Wanita Menopause Menurut Kasdu (2004), akibat perubahan organ reproduksi maupun hormon tubuh pada saat menopause, ada keluhan yang timbul dalam kehidupan sehari-hari, antara lain sebagai berikut : 1)
Hot flushes (perasaan panas) Rasa panas yang luar biasa pada wajah dan tubuh bagian atas (leher dan dada) disertai keringat yang berlebihan. Biasanya terjadi pada malam hari yang mengakibatkan sulit tidur. Hot flushes dialami oleh sekitar 75% wanita menopause.
2)
Keringat berlebihan Pancaran panas pada tubuh akibat pengaruh hormon yang mengatur termostat tubuh pada suhu yang lebih rendah. Suhu udara yang semula dirasakan nyaman, mendadak menjadi panas dan tubuh mengeluarkan keringat untuk mendinginkan diri.
3)
Vagina kering Terjadi karena penipisan jaringan pada dinding vagina sehingga ketika melakukan hubungan seksual bisa timbul nyeri.
4)
Tidak dapat menahan air kencing Estrogen yang menurun mengakibatkan inkontinensia urin (tidak dapat mengendalikan fungsi kandung kemih) dan menyebabkan gangguan penutupan uretra dan perubahan pola aliran urin menjadi abnormal sehingga mudah terjadi infeksi pada saluran kencing bagian bawah.
5)
Hilangnya jaringan penunjang Estrogen mempengaruhi adanya jaringan kolagen. Hilangnya kolagen menyebabkan kulit kering dan keriput, rambut bercabang
dan rontok,
gigi mudah goyang dan gusi berdarah, Sariawan, kuku rusak, dan timbul rasa sakit dan ngilu pada persendian. 6) Penambahan berat badan Saat wanita menginjak 40 tahun, biasanya tubuh mudah gemuk, tetapi sulit menurunkan berat badan. Hal ini karena penurunan estrogen dan gangguan pertukaran zat dasar metabolisme lemak. Selain itu, kulit menjadi kendor sehingga mudah menjadi tempat simpanan lemak. 7) Gangguan mata Kurang dan hilangnya estrogen mempengaruhi produksi kelenjar air mata sehingga mata terasa kering dan gatal. 8) Nyeri tulang dan sendi Pada wanita menopause, tulang akan mudah keropos.
f. Perubahan Psikologi pada Wanita Menopause Selain fisik, perubahan psikis juga sangat mempengaruhi kualitas hidup seorang wanita dalam menjalani masa menopause. Hal tersebut tergantung masing-masing individu (HK. Joseph, 2010). Ada yang beranggapan bahwa kondisi ini sebagai bagian dari siklus kehidupannya dan mereka tidak akan direpotkan dengan haid yang datang rutin setiap bulan sehingga
tidak mengganggu aktivitas. Alasan
lain
adalah
penghentian
pemakaian
kontrasepsi untuk mencegah kehamilan yang sudah mereka jalankan selama bertahuntahun (Kasdu, 2004). Sebaliknya, ada beberapa wanita yang memasuki masa menopause dengan penuh kecemasan dikarenakan tidak
mendapat informasi yang benar sehingga yang
dibayangkan adalah efek negatif (Kasdu, 2004). Selalu berfikir positif dan dukungan dari orang-orang sekitarnya, khususnya suami sebagai pasangan hidup akan menumbuhkan bahwa kehadirannya masih sangat diperlukan dalam menghadapi hidup (Kasdu, 2004).
g. Faktor yang Berpengaruh Terhadap Gejala-Gejala Menopause Banyak faktor yang mempengaruhi menopause antara lain : 1) Usia pertama haid (Menarch) Makin dini menarch terjadi, makin lambat menopause timbul dan sebaliknya, makin lambat menarch terjadi, makin cepat menopause timbul (Prawirohardjo, 2007). 2) Paritas Semakin sering melahirkan maka semakin tua atau semakin lama mereka memasuki menopause (Sibagariang, 2010). 3) Faktor psikis Perubahan psikis juga mempengaruhi kualitas hidup seorang wanita. Termasuk
pengetahuannya
tentang
menopause. Pengetahuan yang
cukup akan membantu mereka memahami dan mempersiapkan dirinya menjalani masa ini dengan baik (Sibagariang, 2010). 4) Perokok berat dan minum alkohol Ada dugaan bahwa wanita perokok dan peminum alkohol akan lebih cepat memasuki masa menopause (Varney. H, 2007). 5) Nutrisi Wanita yang kesehatan dan asupan nutrisinya baik cenderung akan lebih lambat memasuki masa menopause. (Sibagariang, 2010) 6) Pemakaian alat kontrasepsi Pemakaian alat kontrasepsi hormonal akan menekan fungsi indung telur untuk tidak memproduksi sel telur sehingga akan lebih lama memasuki masa menopause (Sibagariang, 2010). 7) Sosial ekonomi Apabila faktor ekonomi cukup baik akan mengurangi beban fisiologis dan psikologis (Kasdu, 2004). 8) Budaya dan lingkungan Wanita di perkotaan lebih bisa mengenali dan memahami gejalagejala menopause dibandingkan wanita di pedesaan karena masyarakat desa masih menganggap tabu masalah menopause untuk dibicarakan (Kasdu, 2004).
h. Gangguan yang Terjadi Pada Masa Menopause Menurut Kasdu (2004), beberapa penyakit yang timbul pada masa menopause antara lain: 1) Osteoporosis Pada masa menopause, produksi estrogen menurun menyebabkan tulang mudah keropos. Selain estrogen, osteoporosis juga karena kurang kalsium. Tatalaksana dari osteoporosis adalah perubahan gaya hidup termasuk berhenti merokok, berhenti minum alkohol,
olahraga teratur, dan
mengkonsumsi makanan bernutrisi seimbang dengan kalsium dan vitamin D yang adekuat. 2) Penyakit Jantung Koroner (PJK) Pada wanita muda, kadar HDL (Hight Density Lipoprotein) lebih tinggi daripada wanita tua. Setelah menopause, LDL (Low Density Lipoprotein) atau kolesterol jahat meningkat sehingga resiko terkena PJK meningkat. Untuk mengurangi resiko
PJK
adalah dengan
mengendalikan
peningkatan berat badan, tidak merokok, tidak minum alkohol, olah raga, pola makan sehat, keseimbangan stress, memeriksakan diri sedini mungkin agar segera terdeteksi gangguan yang timbul. 3) Kanker Suatu keadaan pertumbuhan jaringan tubuh yang abnormal. Salah satu pemeriksaan dalam hal ini adalah pap smear
secara rutin satu tahun
sekali. Tes ini dapat mendeteksi adanya kanker pada mulut rahim. Selain itu tes mammografi untuk
mendeteksi kanker payudara. Beberapa
pemeriksaan untuk mendeteksi kanker payudara maupun kanker pada organ reproduksi juga bisa dilakukan dengan USG (Ultrasonografi). Kini, dengan pemeriksaan darah juga dapat melacak kemungkinan adanya sel ganas dalam tubuh. Yang penting, segera memeriksakan ke dokter setiap mencurigai adanya benjolan dalam tubuh atau gejala seperti keputihan yang banyak, berbau, dan berwarna. 4) Darah Tinggi Hipertensi kerapkali tidak terlihat gejalanya. Meskipun demikian, biasanya penderita merasakan tanda-tanda seperti pusing, napas pendek, kaki dan tangan kesemutan, pandangan kabur, sakit kepala yang luar biasa. Penyebabnya belum diketahui, tetapi ada hubungannya dengan faktor keturunan, kegemukan, merokok, dan konsumsi garam yang berlebih. 5) Demensia Tipe Alzheimer Pada keadaan ini terjadi proses degeneratif sel neuron hampir di seluruh bagian otak, terutama di daerah yang berkaitan dengan fungsi ingatan. Demensia tipe alzheimer merupakan kelainan yang berat dan berlangsung lama. 6) Gairah Seksual Menurun Akibat kekurangan estrogen, vagina menjadi kering sehingga mudah cedera waktu senggama. Keadaan ini membuat rasa nyeri pada wanita. Selain menyisakan beban fisik, juga mempengaruhi psikis wanita ketika akan melakukan hubungan seksual. 7) Berat Badan Meningkat Pada usia ini biasanya aktivitas tubuh berkurang, daya elastis kulit juga menurun sehingga memudahkan lemak disimpan dalam tubuh.
8) Perubahan Kulit Estrogen yang menurun dan akhirnya berhenti mempengaruhi produksi lemak di permukaan kulit. Padahal lemak ini berfungsi agar kulit tetap segar, berminyak, dan tidak kering. Keterlambatan distribusi pigmen melanin serta sel pembuat pigmen menurun akan menimbulkan bercak-bercak yang tidak merata pada kulit.
i. Penatalaksanaan Menopause 1) Terapi Sulih Homon (TSH)
Tujuan pemberian TSH adalah untuk mengganti hormon yang ada pada keadaan normal untuk mempertahankan kesehatan wanita yang bertambah tua. Dengan TSH, kualitas hidup wanita dapat ditingkatkan sehingga wanita akan hidup nyaman secara fisiologis maupun psikologis (Kasdu, 2004). Cara pemberiannya dimulai setelah 1 tahun tidak haid. TSH umumnya diberikan bertahun-tahun, bahkan hingga 10-20 tahun. TSH dikonsumsi setiap hari dan tidak boleh berhenti sampai beberapa bulan. Selama pemberian, biasanya jenisnya dikombinasikan untuk mengurangi efek samping keluhan maupun penyakit. Biasanya akan diberikan TSH estrogen pada siklus pertama (Kasdu, 2004). TSH yang paling sering digunakan adalah TSH estrogen dan progesteron alamiah berupa tablet yang dikonsumsi setiap hari. Ada juga berupa koyok yang ditempelkan di pantat 2 kali seminggu (Kasdu, 2004).
2)
Olahraga
Olahraga akan meningkatkan kebugaran dan kesehatan seseorang. Di masa menopause akan menguatkan tulang, mencegah dari penyakit, menstabilkan berat badan, dan mengurangi stress (Kasdu, 2004). 3)
Nutrisi
Mengkonsumsi gizi seimbang dengan cara mengkonsumsi makanan yang mengandung zat-zat yang diperlukan dan bermanfaat bagi tubuh antara
lain:
karbohidrat,
kurangi
konsumsi
protein
dan
lemak,
memperbanyak vitamin dan mineral, serat dan air (Manuaba, 2009). 4)
Gaya Hidup
Gaya hidup menentukan kesehatan di masa akan datang. Mungkin tidak akan memberikan dampak langsung sekarang, tetapi beberapa tahun kemudian, bahkan mungkin puluhan tahun kemudian (Kasdu, 2004). 5)
Pemeriksaan Kesehatan
Sakit atau tidak sebaiknya wanita di masa menopause
tetap
melaksanakan deteksi dini terhadap berbagai hal kemungkinan menderita penyakit tertentu (Kasdu, 2004).
6)
Meningkatkan Kehidupan Religi
Kembalikan lagi pada kita sebagai makhluk Allah Yang Maha Besar. Dengan cara ini, apapun yang terjadi dapat diterima dengan lapang hati, baik sesuatu yang menyenangkan atau tidak karena hal itu adalah bagian
dari kehidupan yang memang harus dijalani. Oleh karena itu, harus diupayakan tubuh tetap sehat, bugar, hati senang, dan pikiran tenang dengan kepercayaan bahwa semua dilakukan untuk menunjang kesehatan. Dengan demikian, menjalani masa-masa menopause akan lebih nikmat, apabila secara fisik sehat, psikis puas, dan batin tenang (Kasdu, 2004).
2.2 Susu Kedelai Susu kedelai adalah hasil ekstraksi dari kedelai. Protein susu kedelai memiliki susunan asam amino yang hampir sama dengan susu sapi sehingga susu kedelai dapat digunakan sebagai pengganti susu sapi bagi orang yang alergi terhadap protein hewani. Susu kedelai merupakan minuman yang bergizi karena kandungan proteinnya tinggi. Selain
itu
susu
kedelai
juga
mengandung
lemak,
karbohidrat, kalsium, phosphor, zat besi, provitamin A, Vitamin B kompleks (kecuali B12), dan air. (Radiyati, 1992) 2.1.1
Kandungan Susu Kedelai Kelebihan susu kedelai adalah tidak mengandung laktosa sehingga susu
ini cocok dikonsumsi penderita intoleransi laktosa, yaitu seseorang yang tidak mempunyai enzim lactase dalam tubuhnya (Cahyadi, 2007). Untuk meningkatkan
kandungan
gizinya,
susu kedelai dapat diperkaya dengan
vitamin dan mineral yang dibutuhkan tubuh. Perbandingan antara susu kedelai, susu sapi, dan air susu ibu dapat dilihat pada tabel 2.1.
Tabel 1 Komposisi Susu Kedelai, Susu Sapi, dan Air Susu Ibu per 100 gram
Komposisi Air (%) Kalori (kkal) Protein (%) Karbohidrat (%) Lemak (%) Vit. B1 (%) Vit. B2 (%) Vit. A (%) Kalsium (mg) Fosfor (mg) Natrium (mg) Besi (mg) Asam lemak jenuh (%) Asam lemak tidak jenuh (%) Kolesterol (mg) Abu (gram) (Sumber Koswara, 2006)
Susu Kedelai
Susu Sapi
ASI
88,60 52,99 4,40 3,80 2,50 0,04 0,02 0,02 15 49 2 1,2 40 – 48 52 – 60 0 0,5
88,60 58,00 2,90 4,50 0,30 0,04 0,15 0,20 100 90 16 0,1 60 – 70 30 – 40 9,24 – 9,9 0,7
88,60 62,00 1,40 7,20 3,10 0,02 0,03 0,20 35 25 15 0,2 55,3 44,7 9,3 – 18,6 0,2
Mutu protein dalam susu kedelai hampir sama dengan mutu protein susu sapi. Protein efisiensi rasio (PER) susu kedelai adalah 2,3 sedangkan PER susu sapi 2,5. PER 2,3 artinya, setiap gram protein yang dimakan akan menghasilkan pertambahan berat badan pada hewan percobaan (tikus putih) sebanyak 2,3 g pada kondisi percobaan baku (Cahyadi, 2007). Susu kedelai tidak mengandung vitamin B12 dan kandungan
mineralnya
terutama kalsium lebih sedikit
daripada susu sapi. Oleh karena itu dianjurkan penambahan atau fortifikasi mineral dan vitamin pada susu kedelai yang diproduksi oleh industri besar (Anonim, 2008). 2.1.2 Manfaat Susu Kedelai Ikatan sejumlah asam amino dengan vitamin dan beberapa zat gizi lainnya dalam biji kedelai dapat membentuk flavonoid. Flavonoid adalah sejenis
pigmen seperti zat hijau daun yang terdapat pada tanaman yang berwarna hijau. Bau langu yang terdapat pada biji kedelai adalah salah satu tanda bahwa biji kedelai mengandung flavonoid. Secara ilmiah, flavonoid sudah dibuktikan mampu mencegah dan mengobati berbagai penyakit. Salah satu jenis flavonoid yang sangat banyak terdapat pada biji kedelai dan sangat bermanfaat bagi kesehatan adalah isoflavon. Protein kedelai dan isoflavon dapat melindungi tubuh dari kerusakan radikal, meningkatkan sistem kekebalan, menurunkan resiko pengerasan
arteri, penyakit jantung dan tekanan darah tinggi. Kedelai
mengandung antioksidan
yang
dapat
memperbaiki
meningkatkan kesehatan pembuluh darah (Ferlina, 2009).
tekanan
darah
dan
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep Variabel Independen
Ibu usia 45 – 50 tahun
Variabel Dependen
Konsumsi Susu kedelai Keluhan Menopause
Ibu usia 45 – 50 tahun
Tidak Konsumsi susu kedelai
Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian
3.2 Hipotesis Ha
: Terdapat pengaruh konsumsi susu kedelai terhadap keluhan menopause pada ibu usia 45-50 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Tanjungpinang tahun 2015
H0
: Tidak terdapat pengaruh konsumsi susu kedelai terhadap keluhan menopause pada ibu usia 45-50 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Tanjungpinang tahun 2015
3.3 Definisi Operasional Tabel 2 Definisi Operasional No
1.
Variabel
Alat ukur
Konsumsi susu kedelai
Mengkonsumsi Angket susu kedelai 2 gelas setiap hari selama 2 minggu. (1 gelas susu kedelai terbuat dari 15-30 gram kedelai)
Keluhan menopause
KeluhanAngket keluhan yang dirasakan ibu saat memasuki masa menopause menggunakan Menopause Rating Scale (MRS).
nasi
2.
Definisi operasional
Hasil ukur
0 = Tidak 1 = Ya
0 = Tidak mengalami (0-4) 1 = Ringan (5-8) 2 = Sedang (9-16) 3 = Berat (> 17)
Skala
Nominal
Nominal
3.4 Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis Penelitian ini menggunakan studi quasi eksperimental dengan jenis pre test and post test with control group design, yaitu rancangan penelitian yang dipergunakan untuk mencari hubungan sebab akibat. Penelitian ini menggunakan dua kelompok. Kelompok pertama mengkonsumsi susu kedelai yang disebut kelompok eksperimental atau kelompok perlakukan, sedangkan kelompok kedua
(kelompok kontrol) tidak mengkonsumsi susu kedelai. (Anggrahini dan Handayani, 2014).
3.5 Tempat dan Waktu Penelitian 3.5.1 Tempat Penelitian Penelitian direncanakan akan dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Tanjungpinang. 3.5.2 Waktu Penelitian Penelitian akan dilaksanakan pada tahun 2015
3.6 Populasi dan Sampel Penelitian 3.6.1 Populasi Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2012). Populasi dalam penelitian adalah sejumlah subyek besar yang mempunyai karakteristik tertentu. Karakteristik subyek ditentukan sesuai dengan ranah dan tujuan penelitian (Siswanto, 2013). Populasi dalam penelitian ini semua ibu usia 45-50 tahun berjumlah 117 orang di Puskesmas Kota Tanjungpinang.
3.6.2 Sampel Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2012). Dalam penelitian ini digunakan non probability sampling jenis consecutive sampling yaitu mengambil seluruh sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi selama penelitian berlangsung. Penelitian
ini
direncanakan akan berlangsung selama 1 bulan. Adapun kriteria inklusi adalah sebagai berikut : 1. Bersedia menjadi responden 2. Tidak sedang mengkonsumsi susu kedelai 3. Masih mengalami haid (tanpa mempertimbangkan volume darah haid) 4. Masih memiliki suami dan aktif melakukan hubungan seksual Kriteria eksklusi adalah 1. Menderita penyakit Diabetes Mellitus 2. Menggunakan kontrasepsi hormonal setahun terakhir 3. Merokok 4. Mengkonsumsi minuman alkohol
Sampel dalam penelitian ini terdiri dari 2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan (Creswell, 2012). Kelompok kontrol merupakan kelompok yang tidak diberikan susu kedelai, sedangkan kelompok perlakuan merupakan kelompok yang diberikan susu kedelai.
3.7 Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket yang memuat tentang keluhan dan gejala perimenopause yang diukur dengan menggunakan Menopause Rating Scale (MRS). MRS telah dikembangkan di Jerman selama lebih dari 15 tahun dan kini telah digunakan di 70 negara. MRS ini terdiri dari 11 pertanyaan dengan masing-masing pertanyaan terdapat 5 pilihan jawaban atas berat ringannya keluhan. Skor terendah dari seluruh item keluhan dalam MRS ini adalah 0 dan skor tertingginya 44. (Fajrianama, 2012) Teknik pengumpulan data merupakan cara atau metode yang digunakan untuk mengumpulkan data (Siswanto, 2013). Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengisian angket menggunakan Menopause Rating Scale (MRS). Sedangkan data sekunder didapatkan dari data register Puskesmas Kota Tanjungpinang untuk mengetahui jumlah ibu perimenopause. 3.8 Pengolahan dan Analisa Data 3.8.1 Pengolahan Data Data yang diperoleh akan diolah dengan langkah sebagai berikut: (Hidayat, 2011) 1) Pemeriksaan data (editing) Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul.
2) Pemeriksaan Kode (coding) Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. 3) Entry data Entry merupakan kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam master tabel. 4) Penyusunan data (tabulating) Mengelompokkan data dalam tabel agar mempermudah pembacaan.
3.9 Analisis data 3.9.1 Analisis univariat Analisa univariat ini digunakan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel yaitu dengan memasukkan variabel kedalam distribusi frekuensi kemudian menghitung persentase dengan menggunakan rumus sebagai berikut : (Notoatmodjo, 2012)
Keterangan : P = Presentase % F = Frekuensi N = Jumlah responden
Keluhan menopause diukur sebanyak dua kali dengan rentang waktu selama 2 minggu pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Variabel keluhan menopause diukur menggunakan MRS dengan 4 kategori, yaitu kategori tidak mengalami (0-4), ringan (5-8), sedang (9-16) dan berat (> 17). Setelah dilakukan dua kali pengukuran variabel ini dikategorikan menjadi dua kategori, yaitu tetap dan turun. (Fajrianama, 2012) 3.9.2 Analisis Bivariat Analisis ini dilakukan untuk melihat pengaruh dua variabel yaitu variabel independen dan variabel dependen yang dilakukan melalui uji t 2 sampel independen. Penelitian ini membandingkan kelompok yang satu dengan kelompok lainnya yang tidak saling mempengaruhi, hasil pengukuran pada kelompok satu tidak dipengaruhi oleh kelompok lainnya (Santjaka, 2011). Analisis ini dilakukan secara komputerisasi menggunakan program SPSS.