1 SINOPSIS RENCANA PENELITIAN TESIS Judul Penelitian Tradisi Betuturan Ibu Terhadap Keputusan Memilih Penolong Persalinan Pada Masyarakat Suku Sasak di Wilayah Puskesmas Bagu Kecamatan Pringgarata Kabupaten Lombok Tengah Provinsi Nusa Tenggara Barat
I. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan pada hakekatnya diarahkan guna tercapainya kesadaran kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang, menyangkut fisik, mental maupun sosial budaya dan ekonomi. Untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal dilakukan berbagai upaya pelayanan kesehatan yang
menyeluruh,
terarah dan
berkesinambungan. Masalah kesehatan reproduksi di Indonesia mempunyai dua dimensi, pertama kematian ibu dan kematian bayi yang masih tinggi akibat berbagai faktor termasuk pelayanan kesehatan yang relatif kurang baik, yang kedua timbulnya penyakit degeneratif yaitu menopause dan kanker (Depkes RI, 2007a). Tujuan pembangunan melinium (Milenium Development Goals, MDGs) yaitu pengurangan angka kemiskinan dan kelaparan, pendidikan dasar yang universal, keadilan gender dan pemberdayaan perempuan, peningkatan kesehatan ibu, penurunan angka kematian anak, pemberantasan penyakit TB, malaria dan HIV/AIDS, keselarasan lingkungan yang berkelanjutan, kemitraan global dalam pembangunan yang semuanya ditargetkan akan tercapai pada tahun 2015 (Bapenas, 2010). Berdasarkan konsep Bloom (Notoatmodjo, 2007) faktor perilaku mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Perilaku pencarian pertolongan kesehatan saat ibu hamil amatlah erat hubungannya dengan kematian ibu. Pemerintah telah membuat kebijakan tentang persalinan yaitu semua persalinan ditolong oleh tenaga yang terampil. Tahun 1998 telah diterbitkan Permenkes nomor 572/1996 yang isinya menyebutkan bahwa bidan di desa telah diberi wewenang untuk menangani komplikasi kehamilan dan persalinan tertentu. Persalinan yang aman memastikan bahwa semua penolong persalinan mempunyai pengetahuan, keterampilan, dan alat untuk memberikan pertolongan yang aman dan bersih, serta memberikan pelayanan nifas kepada ibu dan bayi. Tenaga yang dapat memberikan pertolongan persalinan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tenaga profesional dan dukun bayi. Berdasarkan indikator cakupan pelayanan kesehatan ibu dan anak,
2 pertolongan persalinan sebaiknya oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan (dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan, pembantu bidan, dan perawat bidan) tidak termasuk oleh dukun bayi (Prawirohardjo, 2006). Saat ini status kesehatan ibu dan anak di Indonesia masih jauh dari harapan, ditandai dengan tingginya angka kematian ibu (AKI) yaitu 228 per 100.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2007a). Jika dibandingkan dengan tahun 2002-2003 yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup, angka ini mengalami penurunan akan tetapi angka ini tertinggi jika dibandingkan dengan negara tetangga, seperti Malaysia (62), Srilangka (58), dan Philipin (230). Angka Kematian Bayi (AKB) tidak jauh berbeda dengan AKI, saat ini kematian sebesar 34 per 1.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2007a), dan terjadi penurunan bila dibandingkan dengan SDKI tahun 2003 yaitu 35 per 1.000 kelahiran hidup. Jika dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya AKB di Indonesia masih paling tinggi yaitu Malaysia (10 per 1.000), Vietnam (18 per 1.000), Thailand (20 per 1.000). Angka-angka tersebut menunjukkan bahwa penurunan angka kematian ibu maupun bayi di Indonesia masih jauh dari yang diharapkan untuk dapat mencapai target MDG’s tahun 2015. Angka kematian neonatal di Indonesia menunjukkan kecendrungan penurunan yang sangat lambat dalam kurun waktu 10 tahun terakhir jika dibandingkan dengan kematian bayi dan balita. AKN pada tahun 1997 sebesar 26 per 1.000 kelahiran hidup menurun menjadi 20 per 1.000 kelahiran hidup dan 19 per 1.000 kelahiran hidup sesuai hasil SDKI 2007 (Depkes RI, 2007a). Perhatian terhadap upaya penurunan angka kematian neonatal menjadi penting karena kematian neonatal memberikan kontribusi yaitu 56% kematian bayi. Penurunan AKB berdasarkan target MDG’s tahun 2015 yaitu sebesar 23 per 1.000 kelahiran hidup maka peningkatan akses pelayanan, penolong persalinan dan kualitas pelayanan bagi bayi baru lahir (neonatal) menjadi perioritas utama. Penolong persalinan memberikan andil yang cukup besar pengaruhnya dalam menentukan status kesehatan ibu dan bayi karena sekitar 40% kelahiran di Indonesia dibantu oleh dukun bayi, keadaan ini umumnya terjadi di daerah perdesaan yang belum mampu dijangkau oleh pelayanan kesehatan secara memadai seperti Puskesmas, Pustu dan Polindes (Gita, 2010). Penolong persalinan pada bayi dapat dijadikan sebagai salah satu indikator kesehatan terutama dalam kesehatan ibu dan anak serta pelayanan kesehatan secara umum. Data penolong persalinan bayi pertama dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh sosial budaya (kepercayaan) masyarakat dalam peroses penentuan penolong persalinan. Secara umum
3 sebagian besar penolong persalinan dilakukan oleh bidan yaitu 61,24% dan yang kedua ditolong oleh dukun sebesar 21,29% dan sisanya ditolong oleh dokter, dan keluarga lainnya (BPS, 2009). Penelitian yang dilakukan oleh Evistron Juliwanto (2009) di Aceh Tenggara tentang faktor penentu pemilihan penolong persalinan diketahui sebesar 78,2% ditolong oleh bidan dan 21,8% ditolong oleh dukun bayi dan ada pengaruh pendapatan keluarga, pengetahuan, sikap dan budaya masyarakat dengan pemilihan penolong persalinan. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Bungsu (2001) mengemukakan bahwa keputusan masyarakat memilih pertolongan persalinan oleh dukun bayi cendrung dipengaruhi oleh kemudahan mendapatkan pelayanan yang diberikan oleh dukun dan pelayanannya tersebut bersifat “all in” yaitu mulai dari menolong persalinan, membantu pekerjaan ibu hamil pada hari persalinannya, memandikan bayi bahkan bersedia merawat bayi hingga tali pusat putus dan kondisi ibu hamil pulih kembali. Peran dukun yang terdapat di masing-masing wilayah masih sangat dominan dalam penolong proses persalinan seperti yang terjadi di Maluku (55,48%), Sulawesi Tenggara (50,60%) dan Maluku Utara (49,39%) di lain pihak persalinan yang ditolong oleh dokter atau bidan masih sangat rendah ini artinya jika persalinan terus ditolong oleh dukun maka kematian ibu dan bayipun akan tetap terjadi tanpa ada pengawasan atau bermitra dengan tenaga kesehatan khususnya bidan desa (BPS, 2009). Di Provinsi Nusa Tenggara Barat sendiri peran dukun sebagai penolong persalinan pertama maupun terakhir baik di perkotaan maupun perdesaan diketahui sebesar 34,25% persalinan oleh dukun dan 55,86% persalinan oleh bidan dan tenaga kesehatan lainnya, sedangkan persalinan terakhir sebesar 27,71% ditolong oleh dukun dan 62,76% oleh bidan, ini berarti peran dukun masih sangat berpengaruh dalam membantu proses persalinan masyarakat di NTB. Data awal dari Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Tengah tahun 2013 pada bulan Januari sampai dengan pada bulan Desember diketahui ibu hamil sebanyak 4.148 orang dengan sasaran persalinan sebanyak 3.096 orang dengan target persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan sebesar 90% namun berdasarkan data terakhir diketahui 56,8% persalinan ditolong oleh bidan dan sebesar 13,5% persalinan ditolong oleh non nakes (dukun) (Dikes Kab. Lombok Tengah, 2013). Sarwono (2004) dalam teori Lawrance Green, mengemukakan bahwa perubahan perilaku masyarakat untuk mencari pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh tiga komponen yaitu : (1) Komponen predisposisi terdiri dari pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, norma sosial
4 yang mengatur masyarakat dan bentuk lain yang terdapat di dalamnya; (2) komponen enabling terdiri dari sumber informasi, akses pelayanan, rasio petugas kesehatan serta sarana prasarana pelayanan kesehatan; (3). Komponen reinforcing terdiri dari perilaku keluarga, perilaku masyarakat dan tokoh yang dituakan di lingkungan masyarakat tersebut. Berdasarkan analisis teori tersebut maka dapat disimpulkan determinan keputusan ibu hamil untuk melakukan pertolongan persalinan dipengaruhi oleh faktor karakteristik ibu hamil, keluarga, petugas kesehatan serta masyarakat itu sendiri yang didukung oleh sarana dan perasarana pelayanan kesehatan. Hasil penelitian Karjono (2013) menemukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu hamil (X2=20,79; p=0,003), akses pelayanan kesehatan (X2=10,34; p=0,006), sumber informasi (X2=6,15; p=0,011) peran orang tua (X2=10,64;p=0,002), dan peran tokoh masyarakat (X2=10,21; p=0,006) dengan penolong persalinan pada ibu hamil di Kabupaten Sumbawa Barat Provinsi Nusa Tenggara Barat tahun 2013. Hasil penelitian tersebut juga menemukan bahwa peran orang tua merupakan salah satu faktor dominan dalam menentukan penolong persalinan OR=2,018; p=0,013; CI=1,160-3,510; R2=0,126. Penelitian sejenis juga pernah dilakukan oleh Endang (2010) menemukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara peran orang tua dengan keputusan memilih penolong persalinan (p=0,001) pada masyarakat Suku Sasak di Kecamatan Pujut tahun 2010. Merujuk dari permasalahan dan tradisi masyarakat tersebut di atas serta didukung oleh hasil penelitian terdahulu maka perlu dilakukan sebuah penelitian dan menemukan model intervensi pada judul penelitian tradisi betuturan ibu terhadap keputusan memilih penolong persalinan pada masyarakat Suku Sasak di Wilayah Puskesmas Bagu Kabupaten Lombok Tengah Provinsi Nusa Tenggara Barat. 1.2 Rumusan Masalah a. Apakah ada pengaruh isi betuturan ibu terhadap keputusan memilih penolong persalinan pada masyarakat Suku Sasak di Wilayah Puskesmas Bagu Kecamatan Pringgarata Kabupaten Lombok Tengah Provinsi Nusa Tenggara Barat?. b. Apakah ada pengaruh cara betuturan ibu terhadap keputusan memilih penolong persalinan pada masyarakat Suku Sasak di Wilayah Puskesmas Bagu Kecamatan Pringgarata Kabupaten Lombok Tengah Provinsi Nusa Tenggara Barat?. c. Apakah ada pengaruh kapan betuturan ibu terhadap keputusan memilih penolong persalinan pada masyarakat Suku Sasak di Wilayah Puskesmas Bagu Kecamatan Pringgarata Kabupaten Lombok Tengah Provinsi Nusa Tenggara Barat?.
5 d. Apakah ada pengaruh frekuensi betuturan ibu terhadap keputusan memilih penolong persalinan pada masyarakat Suku Sasak di Wilayah Puskesmas Bagu Kecamatan Pringgarata Kabupaten Lombok Tengah Provinsi Nusa Tenggara Barat?. e. Apakah ada pengaruh lama betuturan ibu terhadap keputusan memilih penolong persalinan pada masyarakat Suku Sasak di Wilayah Puskesmas Bagu Kecamatan Pringgarata Kabupaten Lombok Tengah Provinsi Nusa Tenggara Barat?. f. Apakah ada pengaruh rentang waktu betuturan ibu terhadap keputusan memilih penolong persalinan pada masyarakat Suku Sasak di Wilayah Puskesmas Bagu Kecamatan Pringgarata Kabupaten Lombok Tengah Provinsi Nusa Tenggara Barat?.
1.3 Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum a.
Menganalisis tradisi betuturan Ibu terhadap keputusan memilih penolong persalinan pada masyarakat Suku Sasak di Wilayah Puskesmas Bagu Kecamatan Pringgarata Kabupaten Lombok Tengah Provinsi Nusa Tenggara Barat.
b.
Menghasilkan bentuk intervensi kesehatan terhadap tradisi betuturan ibu terhadap keputusan memilih penolong persalinan pada masyarakat Suku Sasak di Wilayah Puskesmas Bagu Kecamatan Pringgarata Kabupaten Lombok Tengah Provinsi Nusa Tenggara Barat.
2. Tujuan Khusus 1. Menganalisis pengaruh isi betuturan ibu
terhadap keputusan memilih penolong
persalinan pada masyarakat Suku Sasak di Wilayah Puskesmas Bagu Kecamatan Pringgarata Kabupaten Lombok Tengah Provinsi Nusa Tenggara Barat. 2. Menganalisis pengaruh cara betuturan ibu terhadap keputusan memilih penolong persalinan pada masyarakat Suku Sasak di Wilayah Puskesmas Bagu Kecamatan Pringgarata Kabupaten Lombok Tengah Provinsi Nusa Tenggara Barat. 3. Menganalisis pengaruh kapan betuturan ibu terhadap keputusan memilih penolong persalinan pada masyarakat Suku Sasak di Wilayah Puskesmas Bagu Kecamatan Pringgarata Kabupaten Lombok Tengah Provinsi Nusa Tenggara Barat. 4. Menganalisis pengaruh frekuensi betuturan ibu
terhadap keputusan memilih
penolong persalinan pada masyarakat Suku Sasak di Wilayah Puskesmas Bagu Kecamatan Pringgarata Kabupaten Lombok Tengah Provinsi Nusa Tenggara Barat.
6 5. Menganalisis pengaruh lama betuturan ibu terhadap keputusan memilih penolong persalinan pada masyarakat Suku Sasak di Wilayah Puskesmas Bagu Kecamatan Pringgarata Kabupaten Lombok Tengah Provinsi Nusa Tenggara Barat. 6. Menganalisis rentang waktu betuturan ibu terhadap keputusan memilih penolong persalinan pada masyarakat Suku Sasak di Wilayah Puskesmas Bagu Kecamatan Pringgarata Kabupaten Lombok Tengah Provinsi Nusa Tenggara Barat. 7. Menemukan model intervensi tradisi betuturan kerabat keluarga terhadap keputusan memilih penolong persalinan pada masyarakat Suku Sasak di Wilayah Puskesmas Bagu Kecamatan Pringgarata Kabupaten Lombok Tengah Provinsi Nusa Tenggara Barat. 1.4 Manfaat Penelitian a. Akademik 1) Menambah pengalaman dan kemampuan peneliti dalam menjalankan penelitian operasional pada masyarakat. 2) Sebagai bagian dari pengamalan Tri Dharma Perguruan Tinggi bidang penelitian. b. Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Tengah Provinsi NTB 1) Sebagai acuan perencanaan ke depan terkait dengan rencana penolong persalinan. 2) Sebagai pendudukung pelaksanaan Program Kesehatan Ibu dan Anak. c. Masyarakat Wilayah Puskesmas Bagu Kecamatan Pringgarata Kabupaten Lombok Tengah Provinsi NTB 1) Menambah pengetahuan dan kemampuan masyarakat khususnya ibu hamil dalam merencanakan persalinan yang sehat. 2) Sebagai landasan untuk melakukan intervensi sehingga masyarakat Wilayah Puskesmas Bagu Kecamatan Pringgarata Kabupaten Lombok Tengah memiliki derajat kesehatan Ibu dan Anak lebih baik. II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori Perilaku merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Pembentukan perilaku masyarakat dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu faktor predisposisi (pengetahuan, sikap, tradisi (kepercayaan) dan norma masyarakat), faktor pendukung (sarana pelayanan, fasilitas kesehatan, akses pelayanan, biaya persalinan) dan faktor
7 pendorong
(petugas
kesehatan,
tingkat
kepuasan,
kenyamanan,
peran
tokoh
masyarakat/tokoh agama dan peran orang tua/mertua) itu sendiri. Perubahan perilaku masyarakat yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Pembentukan perilaku masyarakat selain datang dari ketiga faktor tersebut, perilaku masyarakat juga terbentuk yang berasal dari dalam maupun dari luar perilaku masyarakat tersebut. Pembentukan perilaku masyarakat khususnya ibu hamil sangat erat kaitanya dengan budaya dan tradisi masyarakat setempat yaitu tradisi betuturan ibu kepada anaknya terkait dengan pengalaman yang dirasakan oleh ibu kandung/mertua dengan pengalaman masalalunya. Perubahan perilaku masyarakat (ibu hamil) ke arah yang lebih baik mempermudah dalam pengambilan keputusan termasuk di dalam mengambil keputusan memilih penolong persalinan yang diinginkan. Penolong persalinan yang dimaksud di sini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tenaga profesional (tenaga kesehatan) dan dukun bayi. Keputusan memilih penolong persalinan seharusnya semua persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan karena keputusan ibu hamil tersebut merupakan salah satu bentuk perubahan perilaku masyarakat ke arah yang positif sesuai dengan harapan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) rangka menurunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi.
Penguat
Pendukung
Pendorong
1. Pengetahuan 2. Sikap 3. Tradisi Kepercayaan) 4. Norma Masyarakat
1.Sarana Pelayanan 2.Fasilitas Kesehatan 3.Akses Pelayanan 4.Biaya Persalinan 5.Jumlah Informasi
1.Petugas Kesehatan 2.Tingkat Kepuasan 3.Kenyamanan 4.Peran Tokoh Masyarakat 5.Peran Orang Tua
Faktor Dalam Perilaku
Keputusan Memilih Penolong Persalinan
Faktor Luar Perilaku
8 2.2 Kerangka Konsep Kerangka konsep penelitian ini dapat disajikan pada bagan di bawah ini:
Predisposisi Pengetahuan Sikap Tradisi (Kepercayaan) Norma Masyarakat
Pendukung Sarana Pelayanan Fasilitas Kesehatan Akses Pelayanan Biaya Persalinan Jumlah Informasi Pendorong Petugas Kesehatan Tingkat Kepuasan Kenyamanan Peran Tokoh Masyarakat Betuturan Ibu Peran Suami
Keterangan : ___________ : Diteliti -----------------: Tidak diteliti
Ibu Hamil
Keputusan Memilih Penolong Persalinan
9
2.3 Hipotesis 1. Ada pengaruh isi betuturan ibu terhadap keputusan memilih penolong persalinan di Wilayah Puskesmas Bagu Kecamatan Pringgarata Kabupaten Lombok Tengah Provinsi Nusa Tenggara Barat. 2. Ada pengaruh cara betuturan ibu terhadap keputusan memilih penolong persalinan di Wilayah Puskesmas Bagu Kecamatan Pringgarata Kabupaten Lombok Tengah Provinsi Nusa Tenggara Barat. 3. Ada pengaruh kapan betuturan ibu terhadap keputusan memilih penolong persalinan di Wilayah Puskesmas Bagu Kecamatan Pringgarata Kabupaten Lombok Tengah Provinsi Nusa Tenggara Barat. 4. Ada pengaruh frekuensi betuturan ibu
terhadap keputusan memilih penolong
persalinan di Wilayah Puskesmas Bagu Kecamatan Pringgarata Kabupaten Lombok Tengah Provinsi Nusa Tenggara Barat. 5. Ada pengaruh lama betuturan ibu terhadap keputusan memilih penolong persalinan di Wilayah Puskesmas Bagu Kecamatan Pringgarata Kabupaten Lombok Tengah Provinsi Nusa Tenggara Barat. 6. Ada rentang waktu betuturan ibu terhadap keputusan memilih penolong persalinan di Wilayah Puskesmas Bagu Kecamatan Pringgarata Kabupaten Lombok Tengah Provinsi Nusa Tenggara Barat. 2.4 Batasan Operasional Tabel 1. Batasan Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Pengukuran No
Variabel
Definisi Operasional
Penilaian
Skala Data
1
Isi Betuturan
Isi betuturan yang terkait kehamilan
Wawancara
dengan pengalaman persalinan
dengan alat bantu
masa lalu seorang ibu yang
kuesioner
Nominal
diceritakan kembali kepada anaknya secara turun temurun. 2
3
Cara Betuturan
Kapan Betuturan
Cara ibu dalam menyampaikan isi
Wawancara
betuturan tersebut kepada anaknya
dengan alat bantu
secara turun menurun.
kuesioner
Waktu yang sering dipergunakan
Wawancara
Ordinal
Ordinal
10 oleh seorang ibu untuk melakukan
dengan alat bantu
betuturan kepada anaknya sejak
kuesioner
hamil sampai melahirkan 4
5
Frekuensi
Berapa kali seorang ibu melakukan
Wawancara
Betuturan
betuturan kepada anaknya sejak
dengan alat bantu
hamil sampai peruses melahirkan
kuesioner
Lokasi/tempat yang biasa
Wawancara
dipergunakan oleh seorang ibu
dengan alat bantu
melakukan betuturan kepada
kuesioner
Dimana betuturan
Interval
Nominal
anakanya selama hamil sampai proses persalinan 6
Lama Betuturan
Jeda waktu yang dipergunakan
Wawancara
oleh seorang ibu untuk melakukan
dengan alat bantu
betuturan kepada anaknya selama
kuesioner
Interval
hamil sampai peroses kehamilan 7
Rentang Waktu
Jarak waktu betuturan ibu kapada
Wawancara
Betuturan
anaknya sampai memutuskan
dengan alat bantu
untuk memilih penolong, lokasi
kuesioner
persalinan yang dilakukan oleh ibu hamil
Interval
11 III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan observasional (cross-sectional) yaitu peneliti melakukan observasi atau pengukuran variabel pada saat waktu yang sama dan dilakukan satu kali saja (Sudigdo, 2011). 3.2 Tempat dan Waktu a. Tempat Penelitian dilakukan di Wilayah Puskesmas Bagu Kecamatan Pringgarata Kabupaten Lombok Tengah Provinsi Nusa Tenggara Barat. b. Waktu Bulan…………sampai dengan bulan………. 2015. 3.3 Populasi dan Sampel a. Populasi Penelitian Seluruh Ibu yang tinggal di Wilayah Puskesmas Bagu Kecamatan Pringgarata Kabupaten Lombok Tengah dan memiliki anak yang sudah melahirkan di tenaga kesehatan dan non tenaga kesehatan tahun 2014. b. Sampel Penelitian Sebagian ibu yang memiliki anak yang sudah melahirkan di tenaga kesehatan dan non tenaga kesehatan tahun 2014. 3.4 Kreteria Inklusi dan Ekslusi a. Kreteria Inklusi 1) Bersedia menjadi sampel penelitian 2) Mampu berkomunikasi dengan baik dan mengerti bahasa sasak 3) Bedomisisli di Wilayah Puskesmas Bagu Kecamatan Pringgarata Kabupaten Lombok Tengah dan suku sasak 4) Memiliki orang tua/mertua b. Kretiria Ekslusi Sampel penelitian akan diekslusi apabila sampel tersebut tidak bersedia menjadi sampel, bukan suku sasak (pendatang) dan tidak ditemukan pada saat dilakukan penelitian karena menolak atau karena alasan lain. 3.5 Intrumen dan Cara Pengumpulan Data Bahan dan instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur masing-masing variabel menggunakan alat bantu kuesioner dengan pertanyaan terstruktur yang sudah dilakukan uji validitas konstruksi (construct validity) yaitu dengan cara mengkorelasikan
12 skor tiap butir pertanyaan dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir pertanyan. Bila nilai koefesien korelasi masing-masing item pertanyaan tersebut positif dan lebih atau sama dengan 0,3 maka kuesioner tersebut memiliki kontruksi yang baik dan valid (Sugiyono, 2008). 3.6 Manajemen Data 1. Editing Dalam melakukan editing data perlu diperhatikan beberapa hal antara lain : a. Memeriksa kelengkapan data hasil penelitian. b. Memeriksa kesinambungan data hasil penelitian. c. Memeriksa keseragaman data hasil penelitian. 2. Coding Setelah dilakukan editing data meka perlu dilakukan pengkodean (coding) dengan tujuan untuk mempermudah dalam menganalisis data yang ingin dicari berdasarkan bentuk pertanyaan terbuka maupun pertanyaan tertutup untuk menggali informasi kepada responden penelitian. 3. Tabulating Pengelompokan data dalam bentuk tabel, grafik berdasarkan sifat-sifat data yang didapatkan berdasarkan hasil penelitian. Tabulasi data dapat dilakukan dalam bentuk : a. Menyusun data yang tersedia menurut urutan data yang dibutuhkan. b. Pengelompokan
dan
menghitung
jumlah
masing-masing
variabel
yang
dibutuhkan untuk mempermudah dalam menganalisis data. 3.7 Analisa Data 1. Analisis secara univariat bertujuan untuk mendiskripsikan distribusi frekuensi masing-masing variabel penelitian baik variabel bebas maupun variabel terikat. 2. Analisis secara bivariate bertujuan untuk mengetahui pengaruh atau hubungan antara variable bebas dengan variable terikat. 3. Analisis secara multivariate bertujuan Analisis secara multivariat bertujuan untuk menganalisis seberapa besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara bersamaan.
13 Daftar Kepustakaan
Badan Pusat Statistik (BPS). 2009. Indikator Kesehatan Anak. Jakarta. Bapenas. 2010. Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium di Indonesia 2010. Jakarta. Bungsu. 2001. Dukun Bayi Sebagai Pilihan Utama Tenaga Penolong Persalinan. Jurnal Penelitian UNIB Vol. VII No. 2. Depkes RI. 2007a. Indonesia Health Profil 2005. Ministri of Health Republic of Indonesia. Jakarta. Dikes Lombok Tengah 2013, Profil dan Laporan Tahunan Tahun 2013. Endang, 2010. Hubungan peran orang tua dengan keputusan memilih penolong persalinan pada ibu hamil pada masyarakat Suku Sasak di Kecamatan Pujut tahun 2010.
Evistron, J. 2009. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Memilih Penolong Persalinan Pada Ibu Hamil Dikecamatan Babul Rahmah Kabupaten Aceh Tenggara” (tesis) Universitas Sumatra Utara. Gita, S. 2010. Model Sosial dan Pemilihan Dukun Dalam Peroses Persalinan: Apakah Relevan. Makara. Kesehatan. Vol. 14. No. 1 Juni 2010 (11-16). Karjono, 2010. Pengetahuan sebagai faktor utama dalam mengambil keputusan memilih penolong persalinan pada ibu hamil di Kab. Lombok Tengah. Public health and preventive medicine archive. Vol. 1 Nomor 1, Juni 2013
Notoadmodjo. 2007. Kesehatan Masyarakat, Ilmu dan Seni. Rineka Cipta: Jakarta. Prawirohardjo. 2006. Dokumentasi Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka : Jakarta. Sudigdo. 2011. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis, Jakarta: Binarupa Aksara. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Administrasi. Alpabeta. Bandung. Sulistiadi. 2000. “Faktor-faktor yang mempengaruhi Perilaku Ibu Dalam Melakukan Kunjungan ANC di Kabupaten Belitung Tahun 2000” (tesis): Pascasarjana UI.
Suyanto. 2008. Riset Kebidanan Metodologi dan Aplikasi. Jogjakarta: Mitra Cendikia Prss.