SINDROM DEPRESIF PADA NARAPIDANA LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK MEDAN
TESIS
OLEH ADHAYANI LUBIS
DEPARTEMEN PSIKIATRI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN JULI 2008 Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008
LEMBAR PERSETUJUAN TESIS Judul Tesis
: SINDROM DEPRESIF PADA NARAPIDANA LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK MEDAN
Nama Peserta : Dr. Adhayani Lubis Peserta PPDS-I / Ilmu Kedokteran Jiwa FK-USU / RSUP. H. Adam Malik Medan
Menyetujui: Pembimbing Tesis
Prof. dr. H.M. JOESOEF SIMBOLON, SpKJ (K) NIP.131 292 589
Mengetahui/ Mengesahkan
Ketua Departemen Psikiatri FK-USU / RSUP HAM Medan
Prof.dr.H.Syamsir BS, SpKJ (K) NIP. 130 517 440
Ketua Program Studi Psikiatri FK-USU/RSUP. HAM Medan
Prof. dr. Bahagia Loebis, SpKJ (K) NIP. 130 517 437
Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008
UCAPAN TERIMA KASIH Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat ALLAH SWT, karena atas berkat limpahan rahmat dan kasih sayangNya maka tesis ini dapat diselesaikan. Tesis ini disusun untuk melengkapi tugas-tugas yang ada sebelumnya dan memenuhi salah satu syarat untuk melengkapi keahlian dalam bidang Ilmu Kedokteran Jiwa. Sebagai manusia biasa, saya menyadari sepenuhnya bahwa tesis ini masih banyak kekurangan dan masíh jauh dari sempurna, namun demikian besar harapan saya kirannya tulisan ini dapat bermanfaat dalam menambah perbendaharaan bacaan khususnya tentang : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan Pada kesempatan ini, saya mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada: 1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan Ketua TKP PPDS I Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan. 2. Prof. dr. H. Syamsir BS, Sp. KJ (K), sebagai Ketua Departemen Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan dan sebagai guru penulis yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan, pengetahuan, dorongan dan dukungan yang sangat berharga selama saya menyelesaikan tesis dan mengikuti pendidikan spesialisasi. 3. Prof. dr. Bahagia Loebis, Sp. KJ (K), sebagai Ketua Program Studi PPDS I Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan dan sebagai guru penulis yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan, pengetahuan, dorongan dan dukungan yang sangat berharga selama saya menyelesaikan tesis dan mengikuti pendidikan spesialisasi, baik dalam pertemuan formal maupun pertemuan informal.
Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008
4. dr. H. Harun. T. Parinduri, Sp. KJ (K), sebagai guru yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengetahuan yang sangat berharga selama penulis mengikuti pendidikan spesialisasi. 5. dr. Raharjo Suparto, Sp. KJ, sebagai guru yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengetahuan yang sangat berharga selama penulis mengikuti pendidikan spesialisasi. 6. dr. H. Marhanuddin Umar, Sp. KJ (K) sebagai guru yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengetahuan yang sangat berharga selama penulis mengikuti pendidikan spesialisasi. 7. Prof. dr. H.M. Joesoef Simbolon, Sp. KJ (K) sebagai guru dan sebagai pembimbing pembuatan tesis ini yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengetahuan yang sangat berharga selama penulis mengikuti pendidikan spesialisasi, terutama di bidang Psikiatri Anak. 8. dr. Hj. Elmeida Effendy, SpKJ sebagai Sekretaris Program Studi PPDS I I Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan dan sebagai guru penulis yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengetahuan yang sangat berharga selama penulis mengikuti pendidikan spesialisasi. 9. dr. Donald F. Sitompul, Sp. KJ; dr. Rosminta Girsang, Sp. KJ; dr. Artina R. Ginting, Sp. KJ; dr. Hj. Sulastri Effendi, Sp. KJ; dr. Hj. Mariati, Sp. KJ; dr. Evawati Siahaan, Sp. KJ; dr. Paskawani Siregar, Sp. KJ; dr. Citra J. Tarigan Sp. KJ; dr. Dapot P. Gultom, Sp. KJ; dan dr. Vera R.B. Marpaung, Sp. KJ, dr. Herlina Ginting, Sp. KJ; dr. Juskitar, Sp. KJ; dr. Mawar Gloria Tarigan, Sp. KJ dan dr. Freddy S. Nainggolan, Sp. KJ sebagai guru dan senior yang memberikan dorongan dan semangat selama penulis mengikuti pendidikan spesialisasi. 10. Direktur Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Propinsi Sumatera Utara, Direktur Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, Direktur Rumah Sakit Tembakau Deli Medan yang telah memberikan izin, kesempatan dan fasilitas kepada penulis untuk belajar dan bekerja selama mengikuti pendidikan spesialisasi. 11. Terima kasih kepada Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, Rumah Sakit Jiwa Daerah Propinsi Sumatera Utara, Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi
Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008
Medan, Rumah Sakit Tembakau Deli Medan sebagai tempat penulis untuk belajar dan bekerja selama mengikuti pendidikan spesialisasi. 12. Prof. DR. dr. Hasan Sjahrir, Sp. S(K) sebagai Ketua Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan dan dr. Rusli Dhanu, Sp. S (K) sebagai Ketua Program Studi PPDS-I Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan, Prof. dr. Darulkutni Nasution, Sp. S (K) yang telah memberikan bimbingan dan ilmu pengetahuan kepada penulis selama menjalani stase di Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan. 13. Prof. dr. Hj. Habibah Hanum Nasution, SpPD, KPSi, sebagai Kepala Sub Divisi Psikosomatik Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, yang telah membimbing penulis selama belajar di stase Sub Divisi Psikosomatik Ilmu Penyakit Dalam FK USU. 14. dr. Arlinda Sari Wahyuni, M. Kes, sebagai konsultan statistik dalam penelitian ini, yang telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing dan berdiskusi dengan penulis dalam penelitian ini. 15. Teman-teman peserta PPDS-I Psikiatri FK USU : dr. Evalina Peranginangin, dr. Ghafur Fauzi, dr. Yusak P Simanjuntak, dr. Vita Camelia, dr. Mustafa Mahmud Amin, dr. Friedrich Lupini, dr. Wilson Rimba, dr. Rudyhard E. Hutagalung, dr. Laila Silvya Sari, dr. Juwita Saragih, dr. M. Surya Husada, dr. Silvy A. Hasibuan, dr. Victor E. Pinem, dr. Siti Nurul Hidayati, dr. Lailan Sapinah, dr. Herny T. Tambunan dan dr. Mila A Harahap yang memberikan masukan kepada penulis melalui diskusi, serta memberikan dorongan yang membangkitkan semangat dalam menyelesaikan pendidikan spesialisasi ini. 16. Perawat, pegawai RSUP. H. Adam Malik Medan, RSUP. Dr. Pirngadi Medan, RS. Tembakau Deli Medan, Rumah Sakit Jiwa Daerah Propinsi Sumatera Utara, yang telah membantu penulis selama dalam pendidikan spesialisasi. 17. Kedua orang tua penulis yang sangat penulis hormati dan sayangi: Alm Ridwan Lubis dan Almh Naimah Hasibuan, demikian juga kepada kakak-kakak dan abang-abang penulis yang telah memberi dorongan, semangat dan doa. 18. Kepada suami tercinta Satiruddin Lubis SE,SH, dan anak-anak saya yang tersayang M.N Al-Razi Lubis, Anisa Taqwa Lubis, tiada kata terindah yang dapat saya ucapkan selain rasa syukur kepada ALLAH SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008
yang telah memberikan saya suami dan anak-anak yang baik dan penuh pengertian. Terima kasih atas segala doa, dukungan, dorongan, semangat, kesabaran dan pengorbanan waktu yang diberikan kepada saya. Akhirnya penulis hanya mampu berdoa dan bermohon kepada ALLAH SWT memberikan rahmat dan kasih sayangNya kepada seluruh keluarga, handai tolan yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan bantuan baik moril maupun materil, saya ucapkan banyak terima kasih.
Medan, 16 Juli 2008
Adhayani Lubis
Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008
ABSTRAK Tujuan Penelitian : Tujuan umum dari penelitian ini ádalah untuk mengetahui sindrom depresif pada narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan dengan menggunakan Children depression inventory dari KOVACK dan tujuan khususnya adalah untuk mengetahui sindrom depresif pada narapidana berbeda berdasarkan tindak pidana, lamanya hukuman, kelompok umur, tingkat pendidikan, tempat tinggal, sosial ekonomi orang tua, status perkawinan orang tua dan jika terdapat sindrom depresif dapat dilakukan kerja sama dengan Departemen Psikiatri untuk mendapatkan penilaian dan perawatan lebih lanjut. Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan studi cross sectional untuk menilai apakah terdapat sindrom depresif pada narapidana Lapas Anak Medan dan apakah sindrom depresif pada narapidana tersebut berbeda berdasarkan tindak pidana, lamanya hukuman, kelompok umur, tingkat pendidikan, tempat tinggal, sosial ekonomi orang tua, status perkawinan orang tua. Sampel adalah 274 orang narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan. Penelitian dilakukan dari tanggal 1 Mei sampai dengan 15 Juli 2008. Data-data dikumpulkan dengan cara seluruh sampel penelitian mengisi kuesioner Children depression inventory dari KOVACK dan analisis statistik menggunakan uji hipotesis chi-square. Hasil Penelitian : Pada 274 Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak didapatkan mean dan standard deviation Kovack yang mengalami sindrom depresif adalah 22,1 ( SD 3,2) dan yang tidak mengalami sindrom depresif 9,2 ( SD 2,1). Terdapat perbedaan bermakna sindrom depresif pada narapidana Lapas Anak Medan dengan sosial ekonomi orang tua. Tidak terdapat perbedaan bermakna sindrom depresif
pada narapidana Lapas Anak Medan berdasarkan tindak pidana, lamanya
hukuman, kelompok umur, tingkat pendidikan, tempat tinggal serta status perkawinan orang tua. Kesimpulan : Terdapat perbedaan bermakna sindrom depresif pada narapidana Lapas Anak Medan dengan sosial ekonomi orang tua. Kata Kunci : Sindrom depresif, Narapidana Lapas Anak Medan, Children Depression Inventory dari KOVACK.
Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008
DAFTAR ISI
Halaman LEMBAR PERSETUJUAN TESIS.....………………………………........................…i UCAPAN TERIMA KASIH...........................................................................................ii DAFTAR ISI..………………………..………………………………........……...........vi DAFTAR SINGKATAN.……………………………….……..............………............ ix DAFTAR TABEL............................................................................................................x DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................................xi BAB I. PENDAHULUAN......…………………...…………………………... ..............1 I.1. LATAR BELAKANG PENELITIAN.......................................................................1 I.2. RUMUSAN MASALAH...........................................................................................4 I.3. HIPOTESIS................................................................................................................4 BAB II. TUJUAN PENELITIAN………………………………………………………5 II.1. TUJUAN PENELITIAN…..………………………………………………………5 II.2. MANFAAT PENELITIAN......................................................................................6 BAB III. TINJAUAN PUSTAKA…..…………………………………………………..7 III.1. DEPRESI.…………………………………………………..……………………..7 III.2. TINDAK PIDANA………………………………………………........................13 III.3. PENGARUH PEMIDANAAN TERHADAP ANAK.........................................14 III.4. LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK MEDAN........................................15 BAB IV. KERANGKA KONSEP..................................................................................17 BAB V. METODE PENELITIAN..................................................................................18 V.1. RANCANGAN PENELITIAN...............................................................................18 V.2. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN...............................................................18 V.3. POPULASI PENELITIAN.............……………………………………………….18 V.4. SAMPEL DAN CARA PEMILIHAN SAMPEL.....……………………………...18 V.5. ESTIMASI BESAR SAMPEL.............…………………………………………...19 V.6. KRITERIA INKLUSI DAN EKSKLUSI..………………………………………..19 V.7. CARA KERJA.…………………………………………………………………….19 V.8. IDENTIFIKASI VARIABEL...................................................................................20 Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008
V.9. DEFINISI OPERASIONAL.....................................................................................20 V.10. MANAJEMEN DAN ANALISA DATA...............................................................21 BAB VI KERANGKA OPERASIONAL........................................................................22 BAB VII HASIL PENELITIAN.....................................................................................23 VII.1. KARAKTERISTIK SAMPEL PENELITIAN......................................................23 VII.2. SINDROM DEPRESIF PADA NARAPIDANA LAPAS ANAK MEDAN........25 VII.3. MEAN DAN STANDARD DEVIATION (SD) KOVACK PADA NARAPIDANA LAPAS ANAK MEDAN........................................................................................25 VII.4. SEBARAN TINDAK PIDANA DENGAN SINDROM DEPRESIF...................26 VII.5. SEBARAN LAMANYA HUKUMAN DENGAN SINDROM DEPRESIF.........27 VII.6. SEBARAN UMUR DENGAN SINDROM DEPRESIF.......................................28 VII.7. SEBARAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN SINDROM DEPRESIF........29 VII.8. SEBARAN TEMPAT TINGGAL DENGAN SINDROM DEPRESIF.................30 VII.9. SEBARAN SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DENGAN SINDROM DEFRESIF...............................................................................................................31 VII.10. SEBARAN STATUS PERKAWINAN ORANG TUA DENGAN SINDROM DEPRESIF...............................................................................................................32 BAB VIII PEMBAHASAN..............................................................................................33 VIII.1 KARAKTERISTIK SAMPEL PENELITIAN.......................................................33 VIII.2. SINDROM DEPRESIF PADA NARAPIDANA LAPAS ANAK MEDAN........34 VIII.3. MEAN DAN STANDARD DEVIATION KOVACK PADA NARAPIDANA LAPAS ANAK MEDAN........................................................................................35 VIII.4. SEBARAN TINDAK PIDANA DENGAN SINDROM DEPRESIF..................35 VIII.5. SEBARAN LAMANYA HUKUMAN DENGAN SINDROM DEPRESIF........36 VIII.6. SEBARAN UMUR DENGAN SINDROM DEPRESIF......................................37 VIII.7. SEBARAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN SINDROM DEPRESIF.......37 VIII.8. SEBARAN TEMPAT TINGGAL DENGAN SINDROM DEPRESIF...............38 VIII.9 SEBARAN SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DENGAN SINDROM DEPRESIF...............................................................................................................39 VIII.10 SEBARAN STATUS PERKAWINAN ORANG TUA DENGAN SINDROM DEPRESIF...............................................................................................................39 BAB IX. KESIMPULAN DAN SARAN.........................................................................41 Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008
IX.1. KESIMPULAN.......................................................................................................41 IX.2. SARAN...................................................................................................................42 DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..............43 LAMPIRAN .....................................................................................................................46
Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008
DAFTAR SINGKATAN
ACTH
: Adrenocorticotropic hormone
CRH
: Corticotropin-releasing hormone
CDI
: Children depression inventory
DST
: Dexamethasone Suppression Test
DSM-IV-TR: Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Revised Fourd Edition Lapas
: Lembaga Pemasyarakatan
PPDGJI III : Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia PT
: Perguruan Tinggi
SD
: Sekolah Dasar
SMP
: Sekolah Menengah Pertama
SMU
: Sekolah Menengah Umum
PT
: Perguruan Tinggi
Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008
DAFTAR TABEL TABEL 1. KARAKTERISTIK SAMPEL PENELITIAN...............................................22 TABEL 2. SINDROM DEPRESIF PADA NARAPIDANA LAPAS ANAK MEDAN.24 TABEL 3. MEAN DAN STANDARD DEVIATION (SD) KOVACK PADA NARAPIDANA LAPAS ANAK MEDAN......................................................24 TABEL 4. SEBARAN TINDAK PIDANA DENGAN SINDROM DEPRESIF............25 TABEL 5. SEBARAN LAMANYA HUKUMAN DENGAN SINDROM DEPRESIF..26 TABEL 6. SEBARAN UMUR DENGAN SINDROM DEPRESIF................................27 TABEL 7. SEBARAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN SINDROM DEPRESIF.28 TABEL 8. SEBARAN TEMPAT TINGGAL DENGAN SINDROM DEPRESIF..........29 TABEL 9. SEBARAN SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DENGAN SINDROM DEFRESIF.........................................................................................................30 TABEL 10. SEBARAN STATUS PERKAWINAN ORANG TUA DENGAN SINDROM DEPRESIF......................................................................................31
Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 CHILDREN DEPRESSION INVENTORY............................................44 LAMPIRAN 2. LEMBARAN PENJELASAN UNTUK SAMPEL.............................48 LAMPIRAN 3. INFORMED CONSENT.....................................................................49 LAMPIRAN 4. DATA SAMPEL.................................................................................50 LAMPIRAN 5 .PERSETUJUAN KOMITE ETIK ......................................................56
Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008
BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG PENELITIAN Anak merupakan salah satu lapisan masyarakat yang merupakan suatu bagian dari generasi muda sebagai penerus cita-cita bangsa dan sumber daya manusia yang memiliki peranan strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus, serta memerlukan pembinaan dan perlindungan dalam rangka menjamin pertumbuhan dari segala kemungkinan yang akan membahayakan mereka.1 Gangguan depresif pada anak dan remaja sering terjadi namun sering kali tidak terdeteksi.2 Dahulu adanya gangguan depresif pada anak diragukan oleh karena anggapan bahwa superego anak yang immatur tidak memungkinkan berkembangnya gangguan depresif. Namun hasil dari pertemuan Union of European Pedopsychiatrists menyimpulkan bahwa gangguan depresif pada anak memiliki proporsi yang bermakna dari gangguan mental pada anak dan remaja.3 Menurut Ryan pada tahun 2004, gangguan mood sangat umum dijumpai pada anak yang berada di dalam Lembaga Pemasyarakatan Anak. Gangguan mood tersebut ditemukan 1 dari 12 anak dan 8% mengalami gangguan depresif. Secara kontras banyak studi menemukan prevalensi angka yang lebih tinggi antara 17-78%. Pada suatu studi Cook Counly, Illinois melaporkan prevalensi episode depresi mayor untuk laki-laki 13% dan untuk perempuan 21,6%, gangguan distimik untuk laki-laki 15,8% dan untuk perempuan 12,2%.4 Otto dan kawan-kawan mengumpulkan 11 penelitian mengenai gangguan mood pada anak laki-laki yang berada di Lembaga Pemasyarakatan dan ditemukan variasi yang signifikan pada angka prevalensi. Contohnya self report, penelusuran data pada rekam medik dengan cara retrospektif dan dengan menggunakan wawancara klinis. Dari penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa yang menggunakan rekam medis melaporkan adanya gangguan mood 22% dan yang menggunakan wawancara klinis melaporkan 3278%.4 Domalanta dan kawan-kawan melakukan penelitian mengenai depresi pada 1.024 anak yang berada di Lembaga Pemasyarakatan, usia 11-18 tahun dengan menggunakan kuisioner yang diisi sendiri termasuk Beck depression Inventory, dan menemukan 25% menderita depresi sedang, 22% menderita depresi berat. Mc Manus dan asistennya Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008
meneliti 71 remaja (40 laki-laki dan 31 wanita), menemukan gangguan mood sebanyak 15%.4 Studi prevalensi di Canada oleh Ulzen dan Hamilton tahun 1998 mengenai prevalensi gangguan mental pada pusat penahanan anak dan remaja menunjukkan hasil 30,4% memenuhi kriteria gangguan depresi. Teplin dan kawan-kawan di Amerika pada tahun 2000 melaporkan 13% anak laki-laki dan 21,6% anak perempuan yang berada di Lembaga Pemasyarakatan memenuhi kriteria episode depresi. 5 Tindakan terhadap anak yang melakukan tindak pidana atau anak yang melakukan perbuatan yang dinyatakan terlarang bagi anak, baik menurut peraturan perundangundangan maupun menurut peraturan hukum lain yang hidup
dan berlaku pada
masyarakat yang bersangkutan dapat berupa penangkapan, penahanan dan pengurungan.6 Bentuk suatu hukuman terhadap anak dapat berupa hukuman kurungan badan. Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) lebih di kenal dengan istilah penjara. Istilah tersebut sudah sangat menimbulkan perasaan takut dan perasaan tidak menyenangkan, karena anggapan buruk yang selalu ada di dalamnya, seperti pemukulan, penyiksaan, pelecehan seksual, kesehatan yang buruk dan fasilitas yang sangat minim. Penjara tidak hanya sebuah hal yang menakutkan untuk tinggal di dalamnya tetapi juga sebuah stigma yang akan tetap melekat pada seseorang apabila dirinya telah keluar dari penjara sebagaimana sering dilakukan masyarakat.7 Semua tekanan yang ada di Lembaga Pemasyarakatan menjadi penyebab utama sakitnya narapidana Lembaga Pemasyarakatan tersebut. Penyebab sakitnya anak-anak tersebut dapat disebabkan oleh dua hal yaitu fisik dan psikis. Secara fisik, anak-anak sering mengeluh sakit kepala, sesak nafas sehingga makan menjadi tidak enak dan dapat mendatangkan stres. Secara psikis anak-anak jadi sering melamun, marah-marah tidak menentu dan tidak mengetahui apa masalahnya. Hal ini bisa menjadi gangguan depresi dan apabila tidak tertahankan dapat menyerang orang lain ataupun menyebabkan bunuh diri.5 Di dalam Lebaga Pemasyarakatan Anak, ketika anak ditahan dan masuk ke dalam Lembaga Pemasyarakatan tersebut maka hidup anak akan terkekang, kemerdekaan akan dibatasi, jauh dari orang tua, keluarga dan orang-orang yang dikenalnya serta memasuki dunia baru yang tertutup. Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan pada saat ini sangat padat dengan penghuni (over capacity). Kapasitas Lapas yang berjumlah 350 anak kini Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008
dihuni oleh 850 anak. Seorang anak yang seharusnya berada dekat dengan orang tua, setiap hari harus hidup mandiri, berjuang untuk kehidupan sehari-hari misalnya mengambil jatah makan dan minum, berjuang untuk dapat mandi karena air kurang, berjuang untuk memperoleh posisi tidur karena padat, bahkan saat seorang anak sakit harus mengurus dirinya sendiri karena anak hanya mendapatkan pengobatan dari tenaga medis yang terdiri dari 1 orang dokter dan 2 orang perawat yang bekerja dibagi atas tiga shift (1 orang perawat pada pagi hari, 1 orang dokter pada sore hari, 1 orang perawat pada malam hari). Setiap harinya anak berada dalam kamar tahanan (sel) dan diperbolehkan keluar kamar selama 7 jam per 24 jam (08.00-13.00 wib dan 16.00-18.00). Anak juga harus bersabar menunggu kunjungan orang tua yang biasanya berkunjung 1 sampai 2 kali sebulan, bahkan tidak jarang anak-anak tersebut dikunjungi sekali 2 bulan. Penelitian terhadap sindrom depresif pada narapidana belum pernah dilakukan di Lapas Anak lainnya, disamping itu pemidanaan sangat berpengaruh terhadap perkembangan jiwa anak. Dari uraian diatas peneliti tertarik melakukan penelitian ini dengan harapan memperoleh data apakah terdapat sindrom depresif pada narapidana Lapas Anak Medan dan apakah sindrom depresif pada narapidana berbeda berdasarkan tindak pidana, lamanya hukuman, kelompok umur, tingkat pendidikan, tempat tinggal, sosial ekonomi orang tua, status perkawinan orang tua serta data yang diperoleh dapat digunakan untuk mengambil kebijakan-kebijakan dan program yang dianggap perlu bagi Departemen Hukum dan Hak Azasi Manusia dan khususnya untuk Lapas Anak Medan. I.2. Rumusan Masalah : 1. Apakah terdapat sindrom depresif pada narapidana Lapas Anak Medan? 2. Apakah sindrom depresif pada narapidana berbeda berdasarkan tindak pidana? 3. Apakah sindrom depresif pada narapidana berbeda berdasarkan
lamanya
hukuman? 4. Apakah sindrom depresif pada narapidana berbeda berdasarkan kelompok umur ? 5. Apakah sindrom depresif pada narapidana berbeda berdasarkan
tingkat
pendidikan ? 6. Apakah sindrom depresif pada narapidana berbeda berdasarkan tinggal ?
Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008
tempat
7. Apakah sindrom depresif pada narapidana berbeda berdasarkan sosial ekonomi orang tua ? 8. Apakah sindrom depresif pada narapidana berbeda berdasarkan status perkawinan orang tua?
I.3. Hipotesis 1. Terdapat sindrom depresif pada narapidana Lapas Anak Medan 2. Terdapat perbedaan sindrom depresif pada narapidana berdasarkan tindak pidana 3. Terdapat perbedaan sindrom depresif pada narapidana berdasarkan
lamanya
hukuman 4. Terdapat perbedaan sindrom depresif pada narapidana berdasarkan kelompok umur 5. Terdapat perbedaan sindrom depresif pada narapidana berdasarkan tingkat pendidikan. 6. Terdapat perbedaan sindrom depresif pada narapidana berdasarkan
tempat
tinggal. 7. Terdapat perbedaan sindrom depresif pada narapidana berdasarkan sosial ekonomi orang tua. 8. Terdapat perbedaan sindrom depresif pada narapidana berdasarkan status perkawinan orang tua.
Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008
BAB II TUJUAN PENELITIAN II.1. TUJUAN PENELITIAN Tujuan umum Untuk mengetahui sindrom depresif pada narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan Tujuan khusus 1. Untuk mengetahui sindrom depresif pada narapidana berbeda berdasarkan tindak pidana. 2. Untuk mengetahui sindrom depresif pada narapidana berbeda berdasarkan lamanya hukuman. 3. Untuk mengetahui sindrom depresif pada narapidana berbeda berdasarkan kelompok umur. 4. Untuk mengetahui sindrom depresif pada narapidana berbeda berdasarkan tingkat pendidikan 5. Untuk mengetahui sindrom depresif pada narapidana berbeda berdasarkan tempat tinggal. 6. Untuk mengetahui sindrom depresif pada narapidana berbeda berdasarkan sosial ekonomi orang tua 7. Untuk mengetahui sindrom depresif pada narapidana berbeda berdasarkan status perkawinan orang tua. 8. Jika terdapat sindrom depresif maka dapat dilakukan kerja sama dengan Departemen Psikiatri untuk mendapatkan penilaian dan penatalaksanaan lebih lanjut.
Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008
II.2. MANFAAT PENELITIAN 1. Dari hasil penelitian ini diharapakan dapat memberikan informasi mengenai proporsi sindrom depresif pada narapidana Lapas Anak dan dapat sebagai bahan pertimbangan bagi jajaran Departemen Hukum dan Hak Azasi Manusia untuk mengambil langkah-langkah yang dianggap perlu dalam menyusun program lebih lanjut khususnya pada Lapas Anak Medan. 2. Pada anak yang didapati mengalami sindrom depresif maka
dapat diambil
tindakan penanganan selanjutnya. 3. Dengan deteksi dini adanya sindrom depresif pada Lapas Anak Medan dapat menurunkan angka morbiditas gangguan psikiatri pada anak.
Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008
BAB III TINJAUAN PUSTAKA III.1. DEPRESI Depresi adalah suatu gangguan suasana perasaan (mood) yang mempunyai gejala utama afek depresif, kehilangan minat dan kegembiraan dan kekurangan energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan menurunya aktifitas. Disamping itu gejala lainnya yaitu konsentrasi dan perhatian berkurang, harga diri dan kepercayaan diri berkurang, pikiran bersalah dan tidak berguna, pandangan masa depan yang suram dan pesimistis, gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri, tidur terganggu dan nafsu makan berkurang.9 Depresi merupakan penyakit mental dengan karakteristik perasaan sedih atau rasa putus asa yang dalam dan berlangsung dalam waktu lama.10
Depresi merupakan
gangguan mood yang sering terjadi pada anak dan remaja yang memberi pengaruh negatif terhadap pertumbuhan dan perkembangan, prestasi sekolah, hubungan dengan teman sebaya dan keluarga, dapat membawa pada suicide.11 Beberapa teori tentang etiologi depresi pada anak dan remaja adalah: Faktor
Genetik.
Suatu
bidang
pengetahuan
yang
semakin
berkembang
mengimplikasikan faktor-faktor genetik pada gangguan mood. Kita mengetahui bahwa gangguan mood cenderung menurun dalam keluarga.12 Berdasarkan penelitian dikatakan, anak yang mempunyai orangtua menderita gangguan depresif
akan mengalami peningkatan gangguan afektif dibandingkan
gangguan psikiatrik lain.2 Peningkatan insiden gangguan mood umumnya dijumpai pada anak-anak yang mempunyai orangtua dengan gangguan mood. Mempunyai satu orangtua menderita gangguan depresif kemungkinan menggandakan risiko. Mempunyai dua orangtua menderita gangguan depresif kemungkinan meningkatkan risiko 4x untuk anak mengalami gangguan mood sebelum usia 18 dibandingkan anak dengan kedua orangtua tidak mengalami gangguan depresif.13 Para peneliti percaya bahwa keturunan memainkan peranan
penting dalam
gangguan depresif mayor. Namun genetik bukanlah satu-satunya determinan dari gangguan depresif mayor, juga bukan determinan yang paling penting. Faktor lingkungan seperti pemaparan terhadap peristiwa hidup yang penuh tekanan tampaknya memainkan peranan yang sama besarnya dengan genetik. Gangguan depresif mayor adalah suatu Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008
gangguan yang kompleks yang disebabkan oleh suatu kombinasi dari faktor-faktor genetik dan lingkungan.12 Faktor Hubungan Orang Tua-Anak. Dalam model ini, depresi telah terkonseptualisasi sebagai hasil dari interaksi orang tua-anak yang kurang baik. Orang tua yang menderita depresi mengalami keterlibatan ketika anak bergantung pada orang tua dalam kehidupannya. Hubungan orangtua-anak yang kurang baik juga terlihat pada proteksi dari ibu yang terlalu ketat pada awal masa kanak-kanak.2 Faktor Biologis. Penelitian tentang episode depresif mayor pada anak prapubertas dan gangguan mood pada remaja telah mengemukakan abnormalitas biologis. Anak prapubertas dengan episode depresif saat tidur mensekresi growth hormone yang secara signifikan lebih banyak daripada anak normal dan anak dengan non gangguan depresif.14 Anak-anak dengan gangguan depresif mayor yang disertai dengan riwayat penyiksaan memperlihatkan peningkatan respons Adrenocorticotropic hormone (ACTH) dan kortisol terhadap stresor akut. Apabila stresor tersebut berlangsung kronik terjadi pelepasan Corticotropin-releasing hormone (CRH) dari hipotalamus secara terus menerus (hipersekresi). Hipersekresi ini menyebabkan penurunan regulasi reseptor CRH hipofisis. Akibatnya, hipofisis tidak berespons lagi.14 Hipersekresi kortisol sebagaimana nonsupresi dexamethasone dilaporkan pada anak prapubertas dan remaja. Weller & Weller melaporkan pemakaian Dexamethasone Suppression Test (DST) pada anak dan remaja. Secara keseluruhan, 54% dari anak dan remaja depresi yang diteliti memiliki DST abnormal, abnormalitas tersebut tampak lebih kuat pada anak prapubertas dibandingkan remaja.2 Berbagai bukti pada penelitian dewasa menunjukkan bahwa gangguan regulasi sistim serotonin dapat berperan dalam terjadinya depresi.15 Faktor Sosial. Gangguan depresif dapat diakibatkan oleh kultur sosial yang menekan setiap orang dalam peranan tertentu. Ketidakmampuan peranan sosial kita untuk menyesuaikan diri dengan stresor sosial mengarah pada berkembangnya gangguan depresif pada seseorang.2
Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008
Terdapat bukti yang mengemukakan bahwa status perkawinan orangtua,, jumlah saudara, status sosioekonomi keluarga, pemisahan orangtua, perceraian,
pernikahan,
struktur keluarga berperan banyak dalam menyebabkan gangguan depresif pada anak.14
Faktor Psikologi Ada beberapa teori yang mencoba menjelaskan terjadinya gangguan depresif: Teori psikoanalitik (Psikodinamika). Teori psikodinamika klasik mengenai gangguan depresif dari Freud dan para pengikutnya misalnya Abraham meyakini bahwa gangguan depresif mewakili kemarahan yang diarahkan kedalam diri sendiri dan bukan kepada orang-orang yang dikasihi. Rasa marah dapat diarahkan kepada self setelah mengalami kehilangan yang sebenarnya atau ancaman kehilangan dari orang-orang yang dianggap penting.12 Model stres dalam hidup (Life stress model). Model ini mengasumsikan stresor atau perubahan dalam lingkungan
memerlukan penyesuaian diri,
yang dapat
menyebabkan gangguan depresif. Sebagian teori menerangkan bahwa gangguan depresif pada anak disebabkan adanya reaksi dari kekacauan dalam keluarga. Poznanski dan Zrull pada tahun 1970 melaporkan bahwa terjadinya gangguan depresif pada anak disebabkan oleh insidensi yang tinggi dari agresi orang tua, hukuman dari kedisiplinan, perselisihan dalam perkawinan dan penolakan dalam keluarga.2 Orang juga lebih cenderung untuk mengalami gangguan depresif bila mereka menanggung sendiri tanggung jawab dari peristiwa yang tidak diinginkan, seperti masalah sekolah, kesulitan keuangan, kehamilan yang tidak diinginkan, masalah interpersonal dan masalah dengan hukum.12 Model penguatan perilaku (Behavioral reinforcement model).
Perilaku dan
mood depresif disebabkan karena tidak cukup mendapatkan hal yang positif, yang mengakibatkan tangisan, iritabilitas dan terjadinya respons yang laten pada anak dan remaja.2 Peter Lewinsohn pada tahun 1974 mengatakan bahwa gangguan depresif dihasilkan dari ketidakseimbangan antara output prilaku dan input reinforcement yang berasal dari lingkungan. Kurangnya reinforcement untuk usaha seseorang dapat menurunkan motivasi dan menyebabkan mood depresi.12
Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008
Reinforcement sosial dapat hilang saat orang yang dekat dengan kita, yang menjadi pemberi reinforcement, meninggal atau meninggalkan kita. Orang yang menderita kehilangan sosial lebih cenderung untuk menderita gangguan depresif bila mereka kurang memiliki keterampilan sosial dalam membentuk hubungan baru.12 Model ketidakberdayaan yang dipelajari (Learned helplessness model). Model ketidakberdayaan yang dipelajari mengajukan pandangan bahwa orang dapat menderita gangguan depresif karena ia belajar untuk memandang dirinya sendiri sebagai tidak berdaya dalam mengontrol reinforcement dari lingkungan atau untuk mengubah kehidupan yang lebih baik. Martin Seligman adalah orang yang pertama kali menyusun konsep ketidakberdayaan yang dipelajari. Ia mengatakan bahwa orang belajar untuk memandang dirinya sebagai tidak berdaya karena pengalaman-pengalamannya. Sejumlah gangguan depresif pada manusia mungkin berasal dari pemaparan-pemaparan terhadap situasi-situasi yang tampaknya tidak terkontrol. Sedikit kegagalan akan menimbulkan perasaan tidak berdaya dan dugaan akan kegagalan dimasa mendatang.12 Model distorsi kognitif (Cognitive distortion model). Pandangan negatif terhadap diri sendiri, dunia dan masa depan menjadi penyebab terjadinya gangguan depresif.2 Sejumlah teori telah berkembang untuk menjelaskan hubungan antara gangguan mood, terutama gangguan depresif, dengan kognitif. Distorsi kognitif dan sifat negatif umumnya dijumpai pada anak , remaja dan dewasa yang menderita gangguan depresif.15 Seorang teoritikus kognitif yang paling berpengaruh, psikiater Aaron Beck, menghubungkan pengembangan gangguan depresif dengan adopsi dari cara berpikir yang terdistorsi secara negatif di awal kehidupan. Segi tiga kognitif dari gangguan depresif mencakup keyakinan-keyakinan negatif mengenai diri sendiri, lingkungan dan masa depan. Teori kognitif meyakini bahwa orang yang mengadopsi cara berpikir yang negatif ini memiliki risiko yang lebih besar untuk menderita gangguan depresif bila dihadapkan pada pengalaman hidup yang menekan atau mengecewakan, seperti mendapat nilai buruk atau kehilangan pekerjaan. Distorsi kognitif ini membentuk tahapan-tahapan untuk gangguan depresif disaat menghadapi kehilangan personal atau peristiwa hidup yang negatif.12 Model pengendalian diri (Self controlled model). Model ini menduga orang yang menderita gangguan depresif mengalami penurunan dorongan dari dalam dirinya sendiri,
Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008
evaluasi diri dan pengendalian diri. Tindakan mereka sering hanya memfokuskan dalam jangka waktu yang pendek dari pada jangka waktu yang panjang.2 Gambaran klinis sindrom depresi pada anak menyerupai dewasa, kecuali bahwa anak lebih cenderung mengalami cemas perpisahan, fobia, keluhan somatik dan masalah tingkah laku. Anak bukannya melaporkan rasa sedih, tetapi anak malahan dapat menjadi irritable.16 Menurut DSM-IV-TR, kriteria diagnosis untuk episode depresif mayor adalah sedikitnya lima gejala harus dijumpai selama periode 2 minggu dan harus ada perubahan dari fungsi sebelumnya.14 Di antara gejala yang harus ada adalah depressed atau irritable mood atau kehilangan minat atau kegembiraan. Gejala lain adalah kegagalan kenaikan berat badan, insomnia atau hipersomnia, agitasi atau retardasi psikomotor, kelelahan atau hilang tenaga, perasaan tidak berharga atau rasa bersalah yang tidak sesuai, berkurangnya kemampuan untuk berpikir atau konsentrasi dan pemikiran tentang kematian.2,14 Gejala-gejala tersebut harus menyebabkan gangguan sosial atau akademik. Untuk memenuhi kriteria episode depresif mayor, gejala tidak boleh akibat langsung dari zat (mis: alkohol) atau kondisi medis umum. Diagnosa episode depresif mayor tidak ditegakkan dalam 2 bulan kehilangan orang yang dicintai.14 Berdasarkan PPDGJI III, tiga variasi dari episode depresif yang tercantum dibawah ini: ringan, sedang, berat. Individu biasanya menderita suasana perasaan (mood) yang depresif, kehilangan minat dan kegembiraan dan berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan berkurangnya aktifitas. Biasanya ada rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja. Gejala yang lazim adalah: 1. Konsentrasi dan perhatian yang kurang 2. Harga diri dan kepercayaan diri yang kurang 3. Gagasan tentang keadaan bersalah dan tidak berguna 4. Pandangan masa depan yang suram dan pesimistik 5. Gagasan atau perbuatan yang membahayakan diri atau bunuh diri 6. Tidur terganggu 7. Nafsu makan berkurang.17 Depresi pada usia remaja seperti gejala depresi pada umumnya terutama menunjukkan perasaan kebosanan yang berat dan kurang mempunyai orientasi ke masa depan. Angka kejadian gangguan depresif pada usia remaja meningkat, remaja Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008
perempuan lebih sering depresi daripada remaja laki-laki. Perasaan depresi pada anak dan remaja lebih sering ditunjukkan dengan perasaan mudah tersinggung atau mudah marah.16 Gejala gangguan depresif pada usia remaja mirip dengan orang dewasa berupa: 16 1. Anhedonia Tidak dapat merasakan kesenangan atau kepuasan dalam kehidupan sehari-harinya 2. Gangguan kognitif mengenai: a. Dirinya: menyalahkan dirinya, menyesali dirinya, merasa bersalah, merasa tak berharga b. Dunia sekitarnya: merasa tak tertolong, putus asa pada situasi kehidupan c. Masa depan: merasa tak ada harapan, murung terhadap masa depan 3. Perubahan tingkah laku Perubahan tingkah laku berupa agitasi yang berat sampai menarik diri dan stupor 4. Perubahan fisiologis Perubahan fisiologis berupa nafsu makan yang kurang, berat badan menurun dan gangguan pola tidur. Beberapa kuesioner yang dapat digunakan untuk skrining depresi pada anak adalah Pediatric Symptom Checklist3,18, Center for Epidemiological Studies Depression Scale for Children16,19, Children’s Depression Inventory dari Kovax20,21,22, Children’s Depression Scale, dan Depression Self-Rating Scale.20
III.2. TINDAK PIDANA Pengertian hukuman adalah suatu perasaan tidak enak (sengsara) yang dijatuhkan oleh hakim dengan vonis kepada orang yang telah melanggar undang-undang hukum pidana.23 Dalam hukum yang ada di Indonesia tidak ada diatur secara tegas mengenai pengertian anak. Hal ini dapat dilihat dalam uraian sebagai berikut: a) Pengertian anak menurut Hukum Pidana Dalam hukum pidana khususnya Pasal 45 berbunyi: bahwa jika seseorang yang belum dewasa dituntut karena perbuatan yang dikerjakannya ketika umurnya belum
enam
belas,
hakim
boleh
memerintahkannya
supaya
sitersalah
dikembalikan kepada orang tuanya, wali atau pemeliharanya dengan tidak dikenakan suatu hukuman, yakni jika perbuatan itu masuk bagian kejahatan atau salah satu pelanggaran.24 Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008
b) Pengertian anak menurut Hukum Perdata Menurut hukum perdata Pasal 330, menyebutkan bahwa mereka yang mencapai umur genap 21 tahun dan tidak lebih dahulu telah kawin dan apabila perkawinan itu dibubarkan sebelum umur mereka tidak kembali lagi dalam kedudukan yang belum dewasa dan mereka yang belum dewasa tidak berada di bawah kekuasaan orang tua atau dibawah perwalian. 25 c) Pengertian anak menurut Kesepakatan antara Departemen Sosial dengan Departemen Hukum dan Hak Azasi Manusia. Anak pelaku tindak pidana adalah anak yang melakukan tindak pidana yang telah mencapai umur 12 tahun tetapi belum mencapai 18 tahun dan belum pernah menikah. Apabila anak itu di dalam Lapas masih dalam menempuh pendidikan atau menurut Undang-undang Kesejahteraan memungkinkan bisa sampai umur 21 tahun.26 d) Pengertian anak menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan anak Dalam ketentuan umum pasal 1 yang dimaksud dengan anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.1 Terhadap kejahatan yang dilakukan oleh anak nakal, Undang-Undang No 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan anak telah mengaturnya sedemikian rupa sehingga kejahatan yang dilakukan anak hanya dijatuhkan pidana atau tindakan yang ditentukan dalam Undang-Undang.
Pidana yang dapat dijatuhkan kepada anak nakal adalah pidana
penjara.25 Jika seseorang dinyatakan bersalah oleh pengadilan, maka ia dikirim ke Lembaga Pemasyarakatan. Hal ini berarti, bahwa peradilan telah memutuskan: Kebebasan akan dibatasi untuk jangka waktu tertentu.27 Dalam buku Hukum Pidana, Lembaga Pemasyarakatan dapat dikatakan mempunyai 4 (empat) fungsi, yaitu: 1. Melindungi (Protective) Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008
2. Menghukum (Punitive) 3. Memperbaiki (Reformative) 4.Rehabilitasi (Rehabilitation).28
III.3. PENGARUH PEMIDANAAN TERHADAP ANAK Pemidanaan sangat berpengaruh terhadap jiwa dan masa depan anak sebagai generasi penerus bangsa Indonesia. Ketika anak masuk dalam Lembaga Pemasyarakatan maka anak menyadari dirinya dalam keadaan terkekang, jauh dari orang tua, keluarga dan orang orang yang dikenalnya serta memasuki dunia baru yang tertutup. 27 Setelah anak dinyatakan bersalah dan harus dipenjarakan maka anak tersebut akan mempunyai problem mental seperti perasaan bersalah terus menerus, perasaan selalu diatur dan anak-anak akan merasa rendah diri, merasa dianggap penjahat. Hal ini akan berakibat buruk terhadap perkembangan jiwa anak. 29 Penyebab utama depresi pada remaja adalah kehilangan objek yang dicintai. Oleh karena perkembangan dan keterbatasan yang ada pada remaja, maka bentuk kehilangan objek yang dicintai berbeda dengan orang dewasa. Pada remaja penyebab depresi yang paling sering adalah yang berasal dari lingkungan, misalnya: 1. Perpisahan yang terjadi secara beruntun 2. Kehilangan yang terjadi tiba-tiba 3. Penolakan 4. Berkurangnya perhatian lingkungan. 30 Pemidanaan dan hukuman merupakan contoh dari model stres dalam hidup (Life stress model). Orang lebih cenderung untuk mengalami gangguan depresif bila mereka menanggung tanggung jawab dari peristiwa yang tidak diinginkan, seperti dengan hukum.
masalah
12
Seseorang yang menjalani tidak pidana tanpa mengalami gangguan depresif dalam menjani hukumannya biasanya mempunyai perilaku anti sosial. Perilaku
antisosial
dimulai dengan masalah tingkah laku yang serius dan persisten pada masa remaja awal. Masalah tingkah laku merupakan prediksi gangguan kepribadian antisosial.32 Gambaran utama gangguan kepribadian antisosial merupakan pola perilaku yang mengabaikan norma-norma sosial atau pelanggaran hak-hak orang lain, perilaku impulsif disertai dengan tidak adanya perasaan bersalah atau penyesalan. Sering tidak bertanggung jawab Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008
dan penuh kebohongan.32,33 Perilaku antisosial tidak menunjukkan adanya cemas atau gangguan depresif.14
III.4. LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK MEDAN Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II-A Tanjung Gusta Medan sebagai mana Lapas anak lainnya yang ada di Indonesia seperti ditentukan dalam pasal 1 butir 3 Undang-Undang nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan adalah sebagai tempat untuk melaksanakan pembinaan narapidana. Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) dipimpin oleh seorang kepala yang bertanggungjawab langsung kepada Kanwil Departemen Hukum dan HAM. Kapasitas Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan hanya untuk menampung 350 orang tetapi pada saat ini penghuni Lapas sebanyak 850 orang dengan umur anak 12 sampai 21 tahun dengan jenis kelamin laki-laki. Kamar di Lapas Anak terdiri dari 4 (empat) blok yaitu: Blok A ; 8 kamar, ukuran 4
x 2 m,
setiap kamar sebanyak 5-7 orang
Blok B ; 17 kamar, ukuran 5,80 x 2,80 m, setiap kamar sebanyak 20-25 orang Blok C ; 15 kamar, ukuran 5,80 x 4,80 m, setiap kamar sebanyak 30-40 orang Blok D ; 12 kamar, ukuran 4
x 2 m,
setiap kamar sebanyak 5-7 orang
Susunan organisasi Lapas anak terdiri dari: A. Bagian tata usaha : melakukan urusan kepegawaian dan keuangan, surat menyurat dan perlengkapan rumah tangga. B. Seksi bimbingan dan kegiatan kerja: 1. Kegiatan rohani : ceramah keagamaan setiap hari 2. Bimbingan kerja : latihan menjahit, perabot rumah 3. Pendidikan
: sekolah diluar maupun di dalam Lapas, latihan komputer
4. Olah raga
: sepak bola, volli, tenis meja, senam kesegaran jasmani
5. Kesenian
: latihan band, latihan kaligrafi
6. Kegiatan sosial : pramuka, kunjungan keluarga 7. Kesehatan
: poliklinik kesehatan buka pagi dan sore hari
C. Seksi administrasi dan tata tertib: mengatur jadwal tugas, penggunaan perlengkapan dan menerima laporan harian dan menegakkan tata tertib. D. Seksi kesatuan pengamanan: melakukan penjagaan keamanan. Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008
BAB IV KERANGKA KONSEP
NARAPIDANA LAPAS ANAK HUKUMAN Tindak Pidana Lamanya Hukuman
DEMOGRAFI Umur Tingkat Pendidikan Tempat Tinggal
•
SINDROM DEPRESIF
KEADAAN KELUARGA Sosial ekonomi orang tua Status perkawinan orang tua
Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008
BAB V METODE PENELITIAN
V.1. RANCANGAN PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik dengan rancangan studi cross sectional karena penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas (faktor resiko) dengan variabel tergantung (efek), dengan melakukan pengukuran sesaat.
V.2. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan Anak
Medan yang
dilaksanakan pada tanggal 1 Mei sampai dengan 15 Juli 2008
V.3. POPULASI PENELITIAN Populasi target: Narapidana Lembaga Pemasyarakatan yang berusia 12-21 tahun Populasi terjangkau: Narapidana Lembaga Pemasyarakatan yang berusia 12-21 tahun yang berada pada Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan.
V.4. SAMPEL DAN CARA PEMILIHAN SAMPEL Sampel penelitian: Sampel penelitian adalah 274 orang narapidana anak yang memenuhi kriteria inklusi. Cara pemilihan sampel: Pemilihan sampel dilakukan dengan cara Simple Random Sampling yaitu peneliti menghitung terlebih dahulu jumlah populasi yang akan dipilih sampelnya. Kemudian diambil sebagian dengan menggunakan tabel random.
Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008
V.5. ESTIMASI BESAR SAMPEL Besar sampel dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan menurut rumus n=
Zα2 P (1-p) N d2 (N-1) + Zα P(1-P)
Zα = tingkat kepercayaan 95% ( 1,96) P= perkiraan proporsi sindrom depresi pada narapidana lapas anak 0,5 Q= (1-P) Æ 1-0,5 = 0,5 d= tingkat ketepatan absolut yang dikehendaki Æ 0,05 n= 265 orang (sampel minimum) Jumlah sampel adalah 265 orang ( sampel minimum)
V.6. KRITERIA INKLUSI DAN EKSKLUSI Kriteria inklusi Kriteria inklusi adalah anak yang berusia 12 sampai 21 tahun, dapat membaca, koperatif dan dapat diwawancarai
Kriteria eksklusi 1. Anak yang mempunyai komorbiditas dengan gangguan psikiatrik lain misalnya gangguan psikotik, ansietas, sehubungan dengan zat. 2. Anak yang menderita penyakit medis umum yang berat.
V.7. CARA KERJA : 1. Pemilihan narapidana dilakukan dengan cara simple random sampling dan memenuhi kriteria inklusi serta terlebih dahulu mengisi inform consent dan kuesioner demografi. 2. Mengisi instrumen penelitian Children depression inventory dari KOVACK (bila ada yang tidak jelas dapat ditanyakan pada peneliti). 3. Menentukan sindrom depresif. 4. Data dikumpulkan kemudian ditabulasi dan diolah secara statistik. 5. Dicari nilai proporsi yang memiliki sindrom depresif
Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008
V.8. IDENTIFIKASI VARIABEL 1.
Variabel tergantung : Sindrom depsesif pada narapidana lapas anak
2.
Variabel bebas
: tindak pidana, lamanya hukuman, kelompok umur,
tingkat pendidikan, tempat tinggal, sosial ekonomi orang tua, status perkawinan orang tua.
V.9. DEFINISI OPERASIONAL •
Depresi adalah suatu gangguan suasana perasaan (mood) yang mempunyai gejala utama afek depresif, kehilangan minat dan kegembiraan dan kekurangan energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan menurunya aktifitas. Disamping itu gejala lainnya yaitu konsentrasi dan perhatian berkurang, harga diri dan kepercayaan diri berkurang, pikiran bersalah dan tidak berguna, pandangan masa depan yang suram dan pesimistis, gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri, tidur terganggu dan nafsu makan berkurang.
•
Children depression inventory dari KOVACK adalah alat ukur untuk skrining depresif pada anak, cara penilaian adalah setiap jawaban dalam kelompok peryataan pikiran dan perasaan mempunyai urutan nilai : 0,1,2. 0 Æ normal, tidak ada gangguan 1 Ækeadaan antara 0 dan 2 2 Æbesar kemungkinan gangguan Total skor adalah jumlah skor pada 27 pernyataan. Anak yang mengalami sindrom depresif adalah yang punya total skor ≥ 13
•
Terpidana adalah seseorang yang dipidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
•
Hukuman adalah suatu perasaan tidak enak (sengsara) yang dijatuhkan oleh hakim dengan vonis kepada orang yang telah melanggar KUHP
•
Narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di Lapas.
•
Anak pidana adalah anak yang berdasarkan putusan pengadilan menjalankan pidana di Lapas Anak.
•
Lapas Anak Medan adalah tempat untuk melaksanakan pembinaan narapidana yang berusia 12- 21 tahun dengan jenis kelamin laki-laki.
Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008
•
Tindak pidana adalah perbuatan yang oleh aturan hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana, terdiri dari psikotropika/narkotika, pencurian, penggelapan, pemalsuan, penipuan, pembunuhan, kesusilaan.
•
Lamanya hukuman adalah lamanya anak menjalani hukuman didalam penjara yaitu dibawah 6 bulan, 7 bulan-1 tahun, 1-1 ½ tahun, 1½ -2 tahun, 2-2½ tahun, 2½ -3 tahun.
•
Umur adalah lamanya hidup sejak lahir yang dinyatakan dalam satuan tahun. Kelompok umur responden pada saat dilakukan penelitian dibagi atas: 12-14 tahun, 15-18 tahun, 19-21 tahun.
•
Pendidikan adalah jenjang pengajaran yang telah diikuti responden melalui pendidikan formal. Pendidikan dibagi atas: Tidak sekolah, SD
(Sekolah Dasar),
SMP (Sekolah Menengah Pertama), SMU (Sekolah Menengah Umum), PT (Perguruan Tinggi) •
Tempat tinggal :kota Medan dan luar kota Medan
•
Orang tua adalah ayah dan ibu narapidana lapas anak
•
Status sosial ekonomi orang tua berdasarkan pendapatan per bulan, pendapatan perbulan dibagi atas: < 1 juta, 1-2 juta, 2-3 juta.
•
Status perkawinan orang tua: bercerai (janda/duda), tidak bercerai.
•
Penyakit medis umum yaitu penyakit-penyakit kardiovaskular, penyakit-penyakit endokrin dan penyakit berat lainnya misalnya kanker.
V.10. MANAJEMEN DAN ANALISA DATA Hasil yang didapat disusun dalam tabel distribusi, dilihat proporsi narapidana yang memiliki sindrom depresif. Untuk mencari hubungan antara sindrom depresif dengan tindak pidana, lamanya hukuman dan faktor-faktor demografik digunakan uji hipotesis chi-square. Perbedaan dikatakan bermakna jika p< 0,05 . Pengolahan dan analisis statistik data dilakukan secara komputerisasi dengan dengan menggunakan alat bantu program Statistical Package for Social Sciences 15.
Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008
BAB VI KERANGKA OPERASIONAL
NARAPIDANA LAPAS ANAK MEDAN
SUBYEK PENELITIAN
KRITERIA INKLUSI
KRITERIA EKSKLUSI
CHILDREN DEPRESSION INVENTORY DARI KOVACK
CHILDREN DEPRESSION INVENTORY ≥ 13
CHILDREN DEPRESSION INVENTORY < 13
SINDROM DEPRESIF
ANALISIS DATA
Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008
BAB VII HASIL PENELITIAN Pada penelitian ini sampel yang ikut serta dalam penelitian menurut kriteria inklusi sebanyak 274 orang narapidana yang berada di Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Mei 2008 sampai bulan Juli 2008. Penyajian hasil penelitian ini akan ditampilkan dalam bentuk tabel-tabel distribusi frekuensi.
VII.1 KARAKTERISTIK SAMPEL PENELITIAN: Tabel1. Karakteristik sampel penelitian dengan tindak pidana, lamanya hukuman, umur, tingkat pendidikan, tempat tinggal, pendapatan orang tua per bulan.
Karakteristik Sampel
n
%
Tindak
Narkotika
86
31,4
Pidana
Pencurian
126
46,0
23
8,4
Pemalsuan
4
1,5
Penipuan
9
3,3
Pembunuhan
12
4,4
Kesusilaan
14
5,1
< 6 bulan 7 bln - 1 tahun
20 103
7,3 37,6
Penggelapan
Lamanya Hukuman
1
- 1½ tahun
56
20,4
tahun
38
13,9
- 2½ tahun
31
11,3
tahun
26
9,3
12 - 14 tahun
0
1½ - 2 2
2½ - 3 Umur
0
15 - 18 tahun
157
57,3
19 - 21 tahun
117
42,7
Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008
Sambungan...
Karakteristik Sampel
n
%
Tingkat
Tidak Sekolah
17
6,2
Pendidikan
SD
85
31,0
SMP
93
33,9
SMU
72
26,2
PT
7
2,6
211
77,0
63
23,0
Tempat
Medan
Tinggal
Luar Medan
Pendapatan
<
1 Juta
186
Orang Tua
1 – 2 Juta
78
2 -- 3 Juta
Perkawinan
Bercerai
Orang tua
Tidak Bercerai
Total
10
67,9 28,5 3,6
92
33,6
182
66,4
274
100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sampel yang paling banyak adalah tindak pidana pencurian yaitu sebanyak 126 orang (46,0%), lamanya hukuman adalah 7 bulan- 1 tahun, sebanyak 103 orang (37,6%), pada kelompok umur 15 tahun sampai 18 tahun, yaitu sebanyak 157 orang (57,3%), dengan tingkat pendidikan adalah SMP, sebanyak 93 orang (33,9%), bertempat tinggal di Kota Medan, yaitu sebanyak 211 orang (77,0%), yang mempunyai orang tua penghasilan dibawah 1 juta per bulan, yaitu sebanyak 186 orang (67,9%) dan mempunyai orang tua yang status perkawinan tidak bercerai, yaitu sebanyak 182 orang (66,4%).
VII.2. SINDROM DEPRESIF PADA NARAPIDANA LAPAS ANAK MEDAN Tabel 2. Sindrom depresif pada narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008
Sindrom Depresif Tidak ada Sindrom Depresif Sindrom Depresif Total
n
%
220
80,3
54
19,7
274
100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sampel yang paling banyak adalah narapidana Lapas Anak Medan yang tidak menderita sindrom depresif, sebanyak, 220 orang (80,3%) dan yang mengalami sindrom depresif adalah 54 orang (19,7%).
VII.3.
MEAN
DAN
STANDARD
DEVIATION
(SD)
KOVACK
PADA
NARAPIDANA LAPAS ANAK MEDAN Tabel 3. Mean dan Standad deviation Kovack pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak
KOVACK Tidak ada sindrom depresif Sindrom Depresif
n
MEAN
SD
220
9,2
2,1
54
22,1
3,2
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa Mean dan Standard Deviation Kovack pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak yang mengalami sindrom depresif adalah 22,1 (SD 3,2) dan yang tidak mengalami sindrom depresif 9,2 (SD 2,1).
Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008
VII.4. SEBARAN TINDAK PIDANA DENGAN SINDROM DEPRESIF Tabel 4. Sebaran Tindak Pidana dengan Sindrom Depresif
Tindak
Tidak mengalami
Pidana
Sindrom depresif n
%
Mean
SD
Mengalami Sindrom depresif p
n
%
Narkotika
68
30,9
9,0
2,1
18
Pencurian
97
44,1
9,5
2,0
29
Penggelapan
22
10,0
9,2
2,3
Pemalsuan
4
1,8
10,0
Penipuan
8
3,6
Pembunuhan
9
p 4,0
53,7
21,8
3,0
1
1,9
22,0
0
1,4
0
.0
0
0
10,0
1,7
1
1,9
26,0
0
4,1
9,3
2,3
3
5,6
21,3
0
12
5,5
8,1
2,3
2
3,7
21,0
0
Total
220
100
X2 6,256,
p = 0,395
54
33,3
SD
22,7
Kesusilaan
0,65
Mean
7,83
100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa tindak pidana yang paling banyak mengalami sindrom depresif adalah tindak pidana pencurian, sebanyak 29 orang (53,7%), diikuti oleh narkotika, sebanyak 18 orang (33,3%) dan tindak pidana pembunuhan, sebanyak 3 orang (5,6%). Tidak terdapat perbedaan bermakna sindrom depresif pada narapidana Lapas Anak Medan dalam melakukan tindak pidana. Mean tindak pidana pencurian yang mengalami sindrom depresif 21,8 (SD 3,0) lebih tinggi di bandingkan yang tidak mengalami gangguan depresif 9,5 (SD 2,0). Mean tindak pidana narkotika yang mengalami sindrom depresif
22,7 (SD 4,0) lebih tinggi di
bandingkan yang tidak mengalami gangguan depresif 9,0 (SD 2,1).
Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008
VII.5. SEBARAN LAMANYA HUKUMAN DENGAN SINDROM DEPRESIF Tabel 5. Sebaran Lamanya Hukuman dengan Sindrom Depresif
Lamanya
Tidak mengalami
Pidana
Sindrom depresif n
%
Mengalami Sindrom depresif
Mean SD
<6
bln
14
6,4
10,2
1,4
7 bln - 1
thn
81
36,8
9,6
1
- 1½ thn
48
21,8
1½
-2
thn
29
2
- 2½ thn
p
n
Mean SD
p
6
11,1
22,6
4,6
2,2
22
40,7
22,3
3,0
8,7
2,4
8
14,8
20,8
3,1
13,2
8,7
2,1
9
16,7
22,6
3,2
28
12,7
9,5
1,8
3
5,6
24,3
5,7
20
9,1
8,9
1,4
6
11,1
21,0
1,4
Total
220
100
2
p = 0,405
2½ - 3
X
5,094,
thn
0,065
%
54
0,614
100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sampel yang paling banyak mengalami sindrom depresif dalam menjalani lamanya hukuman adalah hukuman yang lamanya 7 bulan - 1 tahun, sebanyak 22 orang (40,7%), diikuti oleh hukuman 1,5 tahun-2 tahun, sebanyak 9 orang (16,7%) dan hukuman 1-1,5 tahun, sebanyak 8 orang (14,8%). Tidak terdapat perbedaan bermakna sindrom depresif pada narapidana Lapas Anak Medan dalam menjalani lamanya hukuman. Mean yang lamanya hukuman 7 bulan - 1 tahun yang mengalami sindrom depresif 22,3 ( SD 3,0) lebih tinggi dari pada yang tidak mengalami sindrom depresif 9,6 (SD 2,2). Mean lamanya hukuman 1,5 tahun - 2 tahun yang mengalami sindrom depresif 22,6 (SD 3,2) lebih tinggi dari pada yang tidak mengalami sindrom depresif 8,7 (SD 2,4).
Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008
VII.6. SEBARAN UMUR DENGAN SINDROM DEPRESIF Tabel 6. Sebaran umur dengan Sindrom Depresif
Umur
Tidak mengalami
Mengalami
Sindrom depresif n
%
15 - 18 thn
130
19 - 21 thn Total X2 1,465
Mean
SD
59,1
9,2
90
40,9
9,3
220
100
Sindrom depresif p
n
%
Mean
SD
p
2,0 0,556
27
50,0
21,7
2,9
0,371
2,2
27
50,0
22,5
3,6
54
100
p = 0,226
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa tidak terdapat perbedaan sindrom depresif antara kelompok umur 15 - 18 tahun dengan kelompok umur 19-21 tahun, yaitu sebanyak 27 orang (50,0%). Tidak terdapat perbedaan bermakna sindrom depresif pada narapidana Lapas Anak Medan dalam kelompok umur. Mean kelompok umur 19-21 tahun yang tidak mengalami sindrom depresif 22,5 (SD 3,6) lebih tinggi dibanding yang mengalami sindrom depresif 9,3 (SD 2,2).
Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008
VII.7. SEBARAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN SINDROM DEPRESIF Tabel 7. Sebaran Tingkat Pendidikan dengan Sindrom Depresif
Tingkat
Tidak mengalami
Pendidikan
Sindrom depresif n
%
Mengalami Sindrom depresif
Mean SD
p
Tidak Sekolah
14
6,4
9,8
1,6 0,224
SD
62
28,2
9,2
SMP
75
34,1
SMU
62
PT
7
Total X2
220 6,214,
n
%
Mean
SD
3
5,6
21,6
3,0
2,1
23
42,6
21,8
2,8
9,6
2,0
18
33,3
22,2
3,9
28,2
8,8
2,3
10
18,5
22,9
3,3
3,2
9,4
2,2
0
0,0
22,1
3,2
54
100
100
p 0,849
p = 0,184
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sampel dengan tingkat pendidikan yang paling banyak mengalami sindrom depresif adalah tingkat pendidikan SD, sebanyak 23 orang (42,6%), diikuti oleh tingkat pendidikan SMP, sebanyak 18 orang (33,3%) dan tingkat pendidikan SMU, sebanyak 10 orang
(18,5%). Tidak terdapat perbedaan bermakna
sindrom depresif pada narapidana Lapas Anak Medan dengan tingkat pendidikan. Mean tingkat pendidikan SD yang mengalami sindrom depresif 21,8 (SD 2,8) lebih tinggi dibandingkan yang tidak mengalami sindrom depresif 9,2 (SD 2,1). Mean tingkat pendidikan SMP yang mengalami sindrom depresif 22,2 (SD 3,9) lebih tinggi dibandingkan yang tidak mengalami sindrom depresif 9,6 (SD 2,0).
Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008
VII.8. SEBARAN TEMPAT TINGGAL DENGAN SINDROM DEPRESIF Tabel 8. Sebaran Tempat Tinggal dengan Sindrom Depresif
Tempat
Tidak mengalami
Mengalami
Tinggal
Sindrom depresif
Sindrom depresif
Medan Luar Medan Total X2
n
%
166
75,5
9,2
2,0 0,556
54
24,5
9,3
2,2
220 100 1,520
Mean SD
p
n
%
Mean
SD
p
45
83,3
22,2
3,3 0,533
9
16,7
22,0
3,3
54 100
p = 0,146
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sampel dengan tempat tingal yang paling banyak mengalami sindrom depresif adalah yang bertempat tinggal di dalam kota Medan, yaitu sebanyak 45 orang (83,3%). Tidak terdapat perbedaan bermakna sindrom depresif pada narapidana Lapas Anak Medan dengan tempat tinggal. Mean yang bertempat tinggal di Kota Medan yang mengalami sindrom depresif 22,2 (SD 3,3) lebih tinggi dibandingkan yang tidak mengalami sindrom depresif 9,2 (SD 2,0).
Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008
VII.9. SEBARAN SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DENGAN SINDROM DEFRESIF Tabel 9. Sebaran Sosial Ekonomi Orang Tua dengan sindrom depresif
Pendapatan
Tidak mengalami
Mengalami
per bulan
Sindrom depresif
Sindrom depresif
n <
1 Juta
1 – 2 Juta 2 -- 3 Juta Total X2 7,364
%
Mean
SD
p
n
%
Mean
SD
141 64,1
9,2
2,1 0,664
45 83,3
21,8
3,1 0,138
70 31,8
9,2
2,1
8
14,8
23,5
3,4
9,8
2,2
1
1,9
27,0
0
54
100
9
4,1
220
100
p
p = 0,025
Dari tabel dapat dilihat bahwa sampel dengan pendapatan orang tua per bulan yang paling banyak mengalami sindrom depresif adalah yang pendapatan orang tuanya per bulan < 1 juta rupiah, sebanyak 45 orang (83,3%). Terdapat perbedaan bermakna sindrom depresif pada narapidana Lapas Anak Medan dengan sosial ekonomi orang tua. Mean pendapatan orang tuanya per bulan < 1 juta rupiah, yang mengalami sindrom depresif 21,8 (SD 3,1) lebih tinggi dibandingkan yang tidak mengalami sindrom depresif 9,2 (SD 2,1).
Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008
VII.10. SEBARAN STATUS PERKAWINAN ORANG TUA DENGAN SINDROM DEPRESIF Tabel 10. Sebaran Status Perkawinan Orang Tua dengan Sindrom Depresif
Status
Tidak mengalami
Mengalami
Perkawinan
Sindrom depresif
Sindrom depresif
n Bercerai
73
Tidak Bercerai 147
% 33,2 66,8
Total
220 100
X2 0,078
p = 0,449
Mean
SD
p
n
%
Mean
SD
p
9,1
2,0 0,119
19 35,2
21,8
2,9 0,290
9,3
2,1
35 64,8
22,3
3,4
54 100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sampel status perkawinan orang tua yang paling banyak mengalami sindrom depresif adalah status perkawinan orang tua yang tidak bercerai, sebanyak 35 orang (64,8%). Tidak terdapat perbedaan bermakna sindrom depresif pada narapidana Lapas Anak Medan dengan status perkawinan orang tua. Mean status perkawinan orang tua yang tidak bercerai, yang mengalami sindrom depresif 21,8 (SD 2,9) lebih tinggi dibandingkan yang tidak mengalami sindrom depresif 9,3 (SD 2,1).
Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008
BAB VIII PEMBAHASAN Penelitian Sindrom Depresif pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan ini merupakan suatu penelitian analitik dengan rancangan studi cross sectional. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui sindrom depresif pada narapidana Lembaga
Pemasyarakatan Anak Medan dan tujuan khusus adalah untuk mengetahui
sindrom depresif pada narapidana berbeda berdasarkan tindak pidana, lamanya hukuman, kelompok umur, tingkat pendidikan, tempat tinggal, sosial ekonomi orang tua serta jika terdapat sindrom depresif maka dapat dilakukan kerja sama dengan Departemen Psikiatri untuk mendapatkan penilaian dan penatalaksanaan lebih lanjut. Hipotesis pada penelitian ini yang menyatakan sindrom depresif pada narapidana Lapas Anak Medan berbeda berdasarkan status sosial ekonomi orang tua terbukti (p = 0,025).
VIII.1 KARAKTERISTIK SAMPEL PENELITIAN: Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa sampel yang paling banyak melakukan tindak pidana adalah tindak pidana pencurian yaitu sebanyak 126 orang (46,0%), diikuti oleh tindak pidana narkotika, sebanyak 86 orang (31,4%) dan tindak pidana penggelapan, sebanyak 23 orang(8,4%). Sampel yang paling banyak menjalani hukuman adalah lamanya 7 bulan- 1 tahun, sebanyak 103 orang (37,6%), diikuti oleh lamanya 1 tahun-1½ tahun, sebanyak 56 orang (20,4%) dan lamanya 1½ tahun – 2 tahun, sebanyak 38 orang(13,9%). Sampel yang paling banyak menjalani hukuman adalah kelompok umur 15 tahun sampai 18 tahun, yaitu sebanyak 157 orang (57,3%) diikuti oleh kelompok umur 19-21 tahun, sebanyak 117 orang (42,7%). Sampel yang paling banyak
menjalani hukuman dengan tingkat pendidikan
adalah SMP, yaitu sebanyak 93 orang (33,9%) diikuti oleh tingkat pendidikan SD, sebanyak 85 orang (31,0%) dan SMU, sebanyak 72 orang (26,2%). Sampel yang menjalani hukuman paling banyak bertempat tinggal di Kota Medan, yaitu sebanyak 211 orang (77,0%), diikuti yang bertempat tinggal diluar Kota Medan, sebanyak 63 orang (23,0%).
Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008
Sampel yang menjalani hukuman paling banyak mempunyai orang tua yang penghasilan dibawah 1 juta per bulan, yaitu sebanyak 186 orang (67,9%), diikuti oleh penghasilan 1-2 juta per bulan, sebanyak 78 orang (28,5%) dan 2-3 juta per bulan, sebanyak 10 orang (3,6%). Sampel yang menjalani hukuman paling banyak mempunyai orang tua yang status perkawinan tidak bercerai, yaitu sebanyak 182 orang (66,4%), diikuti orang tua yang status perkawinan bercerai, sebanyak 92 orang (33,6%).
VIII.2. SINDROM DEPRESIF PADA NARAPIDANA LAPAS ANAK MEDAN Dari tabel 2 didapati narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak yang mengalami sindrom depresi, sebanyak 54 orang (19,7%). Studi prevalensi di Canada oleh Ulzen dan Hamilton tahun 1998 mengenai prevalensi gangguan mental pada pusat penahanan anak dan remaja menunjukkan hasil 30,4% memenuhi kriteria gangguan depresif. Teplin dan kawan-kawan di Amerika tahun 2000 melaporkan 13% anak laki-laki yang berada di Lembaga Pemasyarakatan memenuhi kriteria episode depresi.5 Sementara menurut Ryan tahun 2004 pada anak yang berada di dalam Lembaga Pemasyarakatan Anak ditemukan gangguan mood 1 dari 12 anak dan 8% mengalami gangguan depresif. Otto dan kawan-kawan mengumpulkan 11 penelitian mengenai gangguan mood pada anak laki-laki yang berada di Lembaga Pemasyarakatan dan ditemukan variasi yang signifikan pada angka prevalensi, dari penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa yang menggunakan rekam medis melaporkan adanya gangguan mood 22% dan yang menggunakan wawancara klinis melaporkan 3278%.4 Perbedaan yang didapat dari hasil penelitian ini dengan penelitian lainnya dikarenakan oleh penggunaan instrumen yang berbeda. Beberapa peneliti sebelumnya menggunakan kuisioner Beck Depression Inventori dan ada yang menggunakan rekam medis.4 Penelitian ini menggunakan Children depression inventory dari KOVACK sebagai alat ukur untuk krining sindrom depresif pada anak.9,20
Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008
VIII.3. MEAN DAN STANDARD DEVIATION KOVACK PADA NARAPIDANA LAPAS ANAK MEDAN Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa mean dan standard deviation Kovack pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak yang mengalami sindrom depresif adalah 22,1 (SD 3,2) dan yang tidak mengalami sindrom depresif adalah 9,2 (SD 2,1). Sindrom depresif dapat di jumpai pada anak yang berada dalam Lembaga Pemasyarakatan Anak, karena hidup anak akan tertekan, kemerdekaan akan dibatasi, setiap harinya berada dalam sel tahanan, jauh dari orang tua dan anak harus mengurus kebutuhannya sehari-hari.
VIII.4. SEBARAN TINDAK PIDANA DENGAN SINDROM DEPRESIF Dari tabel 4 dapat dilihat sampel yang mengalami sindrom depresif yang paling banyak adalah tindak pidana pencurian, sebanyak 29 orang (53,7%), diikuti oleh tindak pidana narkotika, sebanyak 18 orang (33,3%) dan tindak pidana pembunuhan, sebanyak 3 orang(5,6%). Tidak terdapat perbedaan bermakna sindrom depresif pada narapidana Lapas Anak Medan dalam melakukan tindak pidana (p = 0,395). Pada hasil penelitian ini didapatkan bahwa narapidana yang mengalami sindrom depresif lebih rendah dari pada narapidana yang tidak mengalami sindrom depresif. Hal ini terjadi oleh karena narapidana yang berada di Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan mayoritas memiliki tingkah laku antisosial. Dari literatur dikatakan bahwa gangguan kepribadian antisosial biasanya dimulai dengan masalah tingkah laku yang serius dan persisten pada masa remaja awal. Masalah tingkah laku merupakan prediksi gangguan kepribadian antisosial.32 Gambaran utama gangguan kepribadian antisosial merupakan pola perilaku yang mengabaikan normanorma sosial atau pelanggaran hak-hak orang lain, perilaku impulsif disertai dengan tidak adanya perasaan bersalah atau penyesalan. Sering tidak bertanggung jawab dan penuh kebohongan.32,33 Perilaku antisosial tidak menunjukkan adanya cemas atau gangguan depresif.14 Pada penelitian ini terdapat sindrom depresif oleh karena anak harus tinggal terpisah dengan orang tua, mengurus diri sendiri dan terkekang. Hal ini sesuai dengan literatur yang mengatakan bahwa sindrom depresi disebabkan oleh perpisahan dengan
Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008
orang yang dicintai, berkurangnya perhatian lingkungan dan menanggung tanggung jawab dari peristiwa yang tidak diinginkan, seperti masalah dengan hukum.12,30
VIII.5. SEBARAN LAMANYA HUKUMAN DENGAN SINDROM DEPRESIF Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa sampel yang paling banyak mengalami sindrom depresif dalam menjalani lamanya hukuman adalah hukuman yang lamanya 7 bulan - 1 tahun, sebanyak 22 orang (40,7%), diikuti oleh lamanya hukuman 1,5 tahun-2 tahun, sebanyak 9 orang (16,7%) dan lamanya hukuman 1 tahun - 1,5 tahun, sebanyak 8 orang (14,8%). Tidak terdapat perbedaan bermakna sindrom depresif pada narapidana Lapas Anak Medan dalam menjalani lamanya hukuman (p = 0,405). Pada hasil penelitian ini didapatkan bahwa sampel narapidana yang paling banyak mengalami sindrom depresif dalam menjalani lamanya hukuman adalah hukuman yang lamanya 7 bulan - 1 tahun. Lama hukuman 7 bulan - 1 tahun lebih banyak mengalami sindrom depresif dari pada narapidana yang menjalani hukuman lebih lama oleh karena semakin lama narapidana yang berada di Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan maka semakin bisa anak-anak tersebut untuk beradaptasi dan bersosialisasi dengan situasi dan lingkungan Lapas tersebut. Dari literatur dikatakan bahwa orang yang menderita kehilangan sosial lebih cenderung untuk mengalami sindrom depresif bila mereka kurang memiliki keterampilan sosial dalam membentuk hubungan baru.12 Ketidakmampuan peranan sosial seseorang untuk menyesuaikan diri dengan stresor sosial mengarah pada berkembangnya sindrom depresif pada seseorang.2
VIII.6. SEBARAN UMUR DENGAN SINDROM DEPRESIF Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa sampel kelompok umur yang paling banyak mengalami sindrom depresif adalah sama banyaknya antara kelompok umur 15 - 18 tahun dengan kelompok umur 19-21 tahun, sebanyak 27 orang (50,0%). Tidak terdapat perbedaan bermakna sindrom depresif pada narapidana Lapas Anak Medan dalam kelompok umur (p = 0,226). Pada hasil penelitian ini narapidana yang mengalami sindrom depresif
pada
kelompok umur 15-18 tahun dengan kelompok umur 19-21 tahun adalah sama banyak oleh karena semua narapidana yang berada di Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008
akan mengalami situasi, fasilitas dan perlakuan yang sama. Ketika anak masuk dalam Lembaga Pemasyarakatan maka hidup anak akan terkekang, kemerdekaan akan dibatasi, jauh dari orang tua, keluarga dan orang orang yang dikenalnya serta memasuki dunia baru yang tertutup. Pada penelitian ini narapidana yang mengalami sindrom depresif pada kelompok umur 15-18 tahun dengan kelompok umur 19-21 tahun adalah sama banyak, hal ini berbeda dengan hasil penelitian Kaplan dkk (1984) yang menemukan sindrom depresif pada usia 11-14 lebih rendah di bandingkan usia 15- 18 tahun.
VIII.7. SEBARAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN SINDROM DEPRESIF Dari tabel 7 dapat dilihat bahwa sampel tingkat pendidikan yang paling banyak menderita sindrom depresif adalah tingkat pendidikan SD, sebanyak 23 orang (42,6%), diikuti oleh tingkat pendidikan SMP, sebanyak 18 orang (33,3%) dan tingkat pendidikan SMU, sebanyak 10 orang (18,5%). Tidak terdapat perbedaan bermakna sindrom depresif pada narapidana Lapas Anak Medan dengan tingkat pendidikan (p = 0,184). Pada penelitian ini sampel tingkat pendidikan yang paling banyak mengalami sindrom depresif adalah tingkat pendidikan SD. Tingkat pendidikan SD lebih banyak mengalami sindrom depresif dari pada narapidana yang tingkat pendidikan lebih tinggi kemungkinan oleh karena semangkin tinggi tingkat pendidikan narapidana yang berada di Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan maka semakin banyak kegiatan dan keterampilan yang dapat diikuti anak-anak tersebut untuk mengatasi rasa jenuh dan bosan dengan situasi dan lingkungan Lapas tersebut. Pada penelitian ini tingkat pendidikan SD lebih banyak mengalami sindrom depresif dari pada narapidana yang tingkat pendidikan lebih tinggi, hal ini sesuai dengan literatur yang mengatakan sindrom depresi lebih sering terjadi pada anak yang tingkat pendidikan rendah dibandingkan tingkat pendidikan yang lebih tinggi. 14 VIII.8. SEBARAN TEMPAT TINGGAL DENGAN SINDROM DEPRESIF Dari tabel 8 dapat dilihat bahwa sampel yang paling banyak mengalami sindrom depresif adalah narapidana yang bertempat tinggal di dalam Kota Medan, sebanyak 45 orang (83,3%). Tidak terdapat perbedaan bermakna sindrom depresif pada narapidana Lapas Anak Medan dengan tempat tinggal Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008
(p = 0,146). Pada penelitian ini narapidana yang bertempat tinggal di dalam Kota Medan lebih banyak mengalami sindrom depresif dari pada narapidana yang bertempat tinggal diluar Kota Medan oleh karena narapidana yang bertempat tinggal di Kota Medan lebih banyak menghadapi stresor lingkungan daripada luar Kota Medan. Kota Medan merupakan Ibu Kota Propinsi. Perkotaan memiliki penduduk yang lebih padat, suasana lebih ramai, jauh dari ketenangan dan tingkat kejahatan lebih tinggi. Dari literatur dikatakan bahwa faktor lingkungan seperti pemaparan terhadap peristiwa hidup yang
penuh tekanan tampaknya memainkan peranan
untuk
menyebabkan timbulnya sindrom depresif.14 Ketidakmampuan peranan sosial untuk menyesuaikan diri dengan stresor sosial mengarah pada berkembangnya depresi pada seseorang.1 Stresor psikososial lebih tinggi pada daerah perkotaan dari pada pedesaan. 14
VIII.9 SEBARAN SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DENGAN SINDROM DEPRESIF Dari tabel 9 dapat dilihat bahwa sampel pendapatan orang tua per bulan yang paling banyak mengalami sindrom depresif adalah pendapatan per bulan < 1 juta rupiah, sebanyak 45 orang (83,3%). Terdapat perbedaan bermakna sindrom depresif pada narapidana Lapas Anak Medan dengan sosial ekonomi orang tua (p = 0,025). Pada penelitian ini narapidana yang pendapatan orang tua per bulan <1 juta lebih banyak mengalami sindrom depresif oleh karena narapidana yang orang tuannya kurang mampu, kurang dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan tambahan selama anak tesebut berada dalam Lapas Anak Medan. Dengan perekonomian yang lebih tinggi maka anak akan lebih sering di kunjungi dan setiap keperluan anak akan lebih terpenuhi. Dari literatur dikatakan bahwa salah satu stresor psikososial yang menyebabkan sindrom depresif adalah faktor ekonomi yang kurang untuk memenuhi kebutuhan hidup.2 Terdapat bukti yang mengemukakan bahwa status sosioekonomi keluarga yang rendah berperan banyak dalam menyebabkan sindrom depresif pada anak.14
Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008
VIII.10 SEBARAN STATUS PERKAWINAN ORANG TUA DENGAN SINDROM DEPRESIF Dari tabel 10 dapat dilihat bahwa sampel status perkawinan orang tua yang paling banyak mengalami sindrom depresif adalah status perkawinan orang tua yang tidak bercerai, sebanyak 35 orang (64,8%). Tidak terdapat perbedaan bermakna sindrom depresif pada narapidana Lapas Anak Medan dengan status perkawinan orang tua (p = 0,449). Pada penelitian ini narapidana yang status perkawinan orang tua yang tidak bercerai lebih banyak mengalami sindrom depresif kemungkinan oleh karena narapidana yang berasal dari keluarga yang utuh biasanya selalu berada dekat dengan kedua orang tua dan selalu bergantung dengan orang tua. Saat anak berada dalam Lapas, maka anak akan mengurus kebutuhannya sehari-hari tanpa bantuan orang tua. Anak akan merasa tertekan akibat berpisah dengan orang tua. Pada penelitian ini narapidana yang status perkawinan orang tua yang tidak bercerai lebih banyak mengalami sindrom depresif. Hal ini berbeda dengan literatur yang menyatakan struktur keluarga berperan dalam terjadinya sindrom depresif terutama pada status perkawinan orang tua yang bercerai atau perpisahan orang tua. 14
Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008
BAB IX KESIMPULAN DAN SARAN IX.1 KESIMPULAN 1. Penelitian Sindrom Depresif pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, diikuti oleh 274 orang narapidana yang berada di Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan. 2. Rumusan masalah yang terdapat dalam penelitian ini adalah apakah terdapat sindrom depresif pada narapidana Lapas Anak Medan dan apakah sindrom depresif pada narapidana berbeda berdasarkan tindak pidana, lamanya hukuman, kelompok umur, tingkat pendidikan, tempat tinggal, sosial ekonomi orang tua, status perkawinan orang tua. 3. Tujuan umum dilakukan penelitian ini ádalah untuk mengetahui sindrom depresif pada narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan dan tujuan khususnya untuk mengetahui sindrom depresif pada narapidana berbeda berdasarkan tindak pidana, lamanya hukuman, kelompok umur, tingkat pendidikan, tempat tinggal, sosial ekonomi orang tua, status perkawinan orang tua dan agar anak-anak yang didapati mengalami sindrom depresif maka
dapat
diambil tindakan penanganan selanjutnya. 4. Tidak terbukti hipotesis yang menyatakan bahwa sindrom depresif pada narapidana berbeda berdasarkan tindak pidana (p = 0, 395), lamanya hukuman (p = 0,405), kelompok umur (p = 0,226), tingkat pendidikan (p = 0,184), tempat tinggal (p = 0,146) serta status perkawinan orang tua (p = 0,449) tetapi hipotesis yang menyatakan bahwa sindrom depresif pada narapidana berbeda berdasarkan sosial ekonomi orang tua adalah terbukti pada penelitian ini (p = 0,025). 5. Pada penelitian ini didapati hasil narapidana yang tidak mengalami sindrom depresif lebih banyak dari pada narapidana yang mengalami sindrom depresif.
Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008
IX.2 SARAN 1. Melihat terdapatnya sindrom depresif pada narapidana Lapas Anak Medan perlu diambil tindakan penanganan yang lebih lanjut. 2. Hasil yang di dapat sebagai bahan pertimbangan bagi jajaran Departemen Hukum dan Hak Azasi Manusia untuk mengambil langkah-langkah yang dianggap perlu misalnya menambah sarana dan prasarana yang dibutuhkan. 3. Mengaktifkan dan meningkatkan kegiatan Bimbingan Pemasyarakatan (Bimpas) seperti sarana pendidikan (sekolah, perpustakaan) dan pembinaan (keagamaan) agar perilaku anak menjadi lebih baik. 4. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut seperti penelitian latar belakang anak melakukan tindakan kejahatan yang menyebabkan dirinya masuk Lapas.
Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008
DAFTAR PUSTAKA 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak. Jakarta, 2002 2. Weller EB, Weller RA, Svadjian H. Mood Disorders. In: Lewis M. Child and Adolescent Psychiatry, A Comprehensive Textbook. Baltimore: Williams & Wilkins, 1996. p. 650-63 3. Son SE, Jeffrey TK. Depression in children and adolescents. Am Fam Physician 2000; 62: 2297-308 4. Ryan EP, Redding RE. A Review of Mood Disorders Among Juvenile Offenders; 2004. Diunduh dari: http://ps psychiatryonline org 5. Odgers CL, Burnette ML, Chauhan P. Misdiagnosing the Problem: Mental Health Profiles of Incarcerated Juveniles. Universitas of Virginia ;2005 6. Kehidupan Penjara Anak. Diperoloh dari: http://www.kcm./Depresi penjara. htm 7. Nuraisi, Atmasasmita. Problema Kenakalan Anak remaja. Bandung: Armico; 2001 8. Soemitro, Irmasetiawati. Aspek Hukum Perlindungan Anak. Jakarta: Bumi aksara; 1990 9. Departemen Kesehatan RI, Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III. Jakarta, 1993, h. 150-55 10. Depressive Disorders. Diunduh dari: http://www.fags.org/health/Sick-V/ Depressive Disorders. html 11. Shaffer D. Mood Disorders in Children and Adolescents. In: Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadock’s Comprehensive Textbook of Psychiatry. Volume I A. 8thed . Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins,2005.p.3262-66 12. Nevid JS, Rathus S, Greene B. Abnormal Psychology in a Changing World. 5th ed. Beverly: Inc, Publishing as Prentice Hall, 2003. p. 228-61 13. Hagman J, Bechtold DW. Child & adolescent psychiatric disorders & psychosocial aspects of pediatrics.In: Hay WW, Hayward AR, Levin MJ, Sondheimer JM. Current pediatric diagnosis & treatment. 16th Ed. New York: McGraw-Hill, 2003. p. 187-9 14. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadock’s synopsis of psychiatry, behavioral sciences/ clinical psychiatry. 10th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2007. p. 1258-63
Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008
15. Pataki CS. Mood disorders and suicide in children and adolescents. In: Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadock’s Comprehensive textbook of psychiatry. 7th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2000. p. 2740-57 16. Warsiki E. Psikopatologi dan Patofisiologi Depresi Anak dan Remaja. Konvensi Nasional Psikiatri Anak dan Remaja. Children At Risk. Jakarta, 2002.h.1-16 17. Departemen Kesehatan RI, Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa Indonesia III. Jakarta, 1993, h. 150-55 18. Massachusetts General Hospital. Pediatric Symptom Checklist. Diunduh dari :http://www.massgeneral.org/allpsych/pediatricsymptom/psc_english.PDF 19. Center for Epidemiological Studies Depression Scale for Children. Diunduh dari:http://www.brightfutures.org/mentalhealth/pdf/professionals/bridges/ces_dc.pdf 20. Boris NW, Dalton R, Forman MA. Mood Disorders. In: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB. Nelson textbook of pediatrics. 17th ed. Philadelphia: Saunders, 2004. p. 84-5 21. Bhatia SK, Bhatia SC. Childhood and adolescent depression. Am Fam Physician 2007; 75: 73-80 22. National Institute of Mental Health. Depression in children and adolescents, a fact sheet
for
physicians;
2000
(cited
2007
March
3)
Diunduh
dari
http://www.nimh.nih.gov 23. Kansil. Pengantar Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Jakarta: Djambatan; 1986 24. Soesilo. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Bogor: Politea; 1988 25. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Peradilan Anak. Jakarta, 1997 26. Rancangan Undang-undang tentang Peradilan Pidana Anak. Diperoleh dari: http://www.depsos.go.id/modules.php 27. Singarimbun. Pemasyarakatan. Jakarta : Gramedia; 1998 28. Undang-Undang
Republik
Indonesia
Nomor
12
Tahun
1995
Tentang
Pemasyarakatan. Jakarta, 1995 29. Mulyana, Kusumah W. Hukum dan Hak-hak Anak. Jakarta: Rajawali Indonesia; 1986 30. Yusuf I. Pengalaman Penggunaan Antidepresan Pada Remaja Dengan Depresi. Konvensi Nasional Psikiatri Anak dan Remaja. Children At Risk. Jakarta, 2002.
Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008
31. Sastro A, Ismael S. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Yakarta: Binarupa Aksara; 1995. 32. Hill J. Early Identification of Individuals at Risk for Antisocial Personality Disorder. British Journal of Psychiatry. 2003; 182 (suppl.44): p.11-14 33. Robin LN. The Intimate Connection Between Antisocial Personality and Substance Abuse. Soc Psychiatry Epidemiology. 1998; p. 33: 393-9 34. Simonoff E, Elander J, Holmshaw J, Pickles A et al. Predictors of Antisocial Personality. British Journal of Psychiatry. 2004; 184 : p.118-127 35. Garber J, Javad, Kashani. Development of The Symptom of Depression. In: Lewis M. Child and Adolescent Psychiatry, A Comprehensive Textbook. Baltimore: Williams & Wilkins, 1996. p. 301-10
Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008
Lampiran 1 PENILAIAN SINDROM DEPRESIF PADA ANAK (CHILDREN DEPRESSION INVENTORY) DARI KOVACK Anak-anak kadang-kadang mempunyai perasaan dan pikiran yang berbeda. Daftar ini menyusun perasaan dan pikiran dalam kelompok-kelompok. Dari setiap kelompok pilihlah satu kalimat yang paling sesuai dengan keadaan dirimu dalam dua minggu terakhir ini. Setelah memilih satu kalimat dari kelompok pertama lanjutkanlah pada kelompok berikutnya. Tidak ada jawaban yang benar atau salah. Pilih saja kalimat yang paling sesuai dengan dirimu akhir-akhir ini. Beri tanda x : didalam kotak yang letaknya disamping jawaban yang kamu pilih. PILIHLAH KALIMAT YANG MENGGAMBARKAN PIKIRAN DAN PERASAANMU DALAM DUA MINGGU TERAKHIR INI. 1. □ Saya kadang-kadang merasa sedih □ Saya sering merasa sedih □ Saya selalu merasa sedih 2. □ Saya tidak pernah berhasil □ Saya tidak yakin apakah saya akan berhasil □ Biasanya saya berhasil 3. □ Saya hampir selalu melakukan segala-galanya secara benar □ Saya melakukan banyak hal secara salah □ Saya melakukan segalanya secara salah 4. □ Saya menyenangi banyak hal □ Saya menyenangi beberapa hal □ Saya tidak menyenangi apapun 5. □ Saya selalu tidak baik □ Saya sering tidak baik □ Saya kadang-kadang tidak baik 6. □ Saya kadang-kadang memikirkan hal-hal yang buruk yang dapat menimpa diri saya □ Saya cemas mengenai hal-hal buruk yang akan menimpa diri saya □ Saya yakin bahwa hal yang buruk akan menimpa diri saya Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008
7.
□ Saya membenci diri saya □ Saya tidak menyukai diri saya □ Saya menyukai diri saya
8.
□ Semua hal yang buruk adalah salah saya □ Banyak hal yang buruk adalah salah saya □ Hal-hal yang buruk biasanya bukan salah saya
9.
□ Saya tidak memikirkan untuk bunuh diri □ Saya memikirkan untuk bunuh diri tetapi tidak akan melakukannya □ Saya ingin bunuh diri
10. □ Setiap hari saya merasa ingin menangis □ Pada banyak hari saya merasa ingin menangis □ Kadang-kadang saya merasa ingin menangis 11. □ Saya selalu merasa diri disusahkan □ Saya seringkali merasa diri disusahkan □ Saya kadang-kadang merasa diri disusahkan 12. □ Saya senang berada bersama-sama orang lain □ Saya sering merasa tidak senang berada bersama orang lain □ Saya sama sekali tidak senang berada bersama orang lain 13. □ Saya tidak bisa mengambil keputusan □ Saya sukar memutuskan sesuatu □ Saya mudah untuk memutuskan sesuatu 14. □ Penampilan saya baik □ Ada beberapa hal pada penampilan saya yang tidak baik □ Penampilan saya buruk 15. □ Saya selalu harus memaksa diri saya untuk membuat PR □ Saya seringkali harus memaksa diri saya untuk membuat PR □ Mengerjakan PR bagi saya bukan masalah besar 16. □ Saya sukar tidur setiap malam □ Saya sukar tidur pada banyak malam □ Saya tidur cukup baik
Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008
17. □ Saya kadang-kadang merasa lelah □ Saya pada banyak hari merasa lelah □ Saya setiap saat merasa lelah 18. □ Hampir setiap hari saya merasa tidak ingin makan □ Pada banyak hari saya merasa tidak ingin makan □ Saya makan cukup bayak 19. □ Saya tidak cemas mengenai nyeri dan rasa sakit □ Saya seringkali cemas mengenai nyeri dan rasa sakit □ Saya selalu cemas mengenai nyeri dan rasa sakit 20. □ Saya tidak merasa sendirian □ Saya sering merasa sendirian □ Saya selalu merasa sendirian 21. □ Saya tidak pernah merasa senang disekolah □ Saya kadang-kadang merasa senang disekolah □ Saya sering merasa senang disekolah 22. □ Saya punya banyak teman □ Saya punya beberapa kawan tetapi ingin punya lebih banyak □ Saya tidak punya kawan 23. □ Hasil pekerjaan sekolah saya baik □ Hasil pekerjaan sekolah saya tidak sebaik dahulu □ Hasil pekerjaan saya buruk dalam mata pelajaran yang dahulu saya kuasai 24. □ Saya tidak akan pernah sebaik anak lain □ Saya bisa sebaik anak lain bila saya mau □ Saya sama baiknya dengan anak lain 25. □ Tak seorangpun benar-benar mencintai saya □ Saya tidak yakin apakah ada seorang yang mencintai saya □ Saya yakin bahwa ada orang yang mencintai saya 26. □ Saya biasanya melakukan apa yang disuruh □ Saya sering tidak melakukan apa yang disuruh □ Saya tidak pernah melakukan apa yang disuruh
Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008
27. □ Saya dapat bergaul dengan anak lain □ Saya seringkali terlibat perkelahian □ Saya hampir selalu terlibat dalam perkelahian
CARA PENILAIAN Setiap jawaban dalam kelompok peryataan pikiran dan perasaan mempunyai urutan nilai : 0,1,2. 0 Æ normal, tidak ada sindrom depresif 1 Ækeadaan antara 0 dan 2
Pernyataan no: 1,3,4,6,9,12,14,17
2Æbesar kemungkinan sindrom depresif
19,20,22,23,26,27
Untuk peryataan no: 2,5,7,8,10,11,13,15,16,18,21,24,25, mempunyai urutan nilai 2,1,0. Total skor adalah jumlah skor pada 27 pernyataan. Anak yang mengalami sindrom depresif adalah: anak yang mempunyai total skor ≥ 13
Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008
Lampiran 2. Lembaran penjelasan untuk responden
SINDROM DEPRESIF PADA NARAPIDANA LAPAS ANAK MEDAN Dengan hormat Saudara akan mengisi suatu angket yang disebut
PENILAIAN SINDROM
DEPRESIF PADA ANAK (CHILDREN DEPRESSION INVENTORY) dari KOVACK. Anak-anak kadang-kadang mempunyai perasaan dan pikiran yang berbeda. Daftar ini menyusun perasaan dan pikiran dalam kelompok-kelompok. Dari setiap kelompok pilihlah satu kalimat yang paling sesuai dengan keadaan dirimu dalam dua minggu terakhir ini. Setelah memilih satu kalimat dari kelompok pertama lanjutkanlah pada kelompok berikutnya. Tidak ada jawaban yang benar atau salah. Pilih saja kalimat yang paling sesuai dengan dirimu akhir-akhir ini. Beri tanda x : didalam kotak yang letaknya disamping jawaban yang kamu pilih. Di bawah ini ada contoh bagaimana mengerjakannya. Cobalah beri tanda pada kalimat yang paling sesuai dengan keadaan dirimu. Contoh:
□ Saya selalu baca buku □ Kadang-kadang saya baca buku □ Saya tidak pernah baca buku
Partisipasi saudara dalam penelitian ini adalah sukarela dan tanpa paksaan apapun maupun tekanan dari siapapun. Seandainya saudara menolak untuk berpartisipasi tidak ada sanksi atau pengaruh terhadap anda. Seandainya saudara ikut berpartisipasi, saya akan memberikan imbalan berupa makanan (kue kotak) kepada saudara. Data saudara adalah rahasia dan hanya diketahui oleh peneliti dan saudara sendiri, serta diolah secara ilmiah. Jika selama menjalani penelitian ada hal-hal yang kurang dimengerti yang berhubungan dengan penelitian ini, saudara dapat menghubungi saya. dr. Adhayani Lubis, Departemen Psikiatri Fakultas Kedokteran USU/ RS HAM. HP: 0812 651 7699 Lampiran 3. Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008
Lembaran Persetujuan Responden
INFORMED CONSENT Saya yang bertanda tangan dibawah ini Nama
:
Jenis Kelamin
:
Umur
:
Pendidikan
:
Alamat
:
Telah menerima dan mengerti penjelasan Dokter tentang penelitian “ SINDROM DEPRESIF PADA NARAPIDANA LAPAS ANAK MEDAN” dengan menimbang untung ruginya. Saya bersedia menjadi peserta penelitian tersebut dengan kesadaran dan kerelaan sendiri. Demikian surat persetujuan ini saya buat atas kesadaran sendiri tanpa paksaan siapapun.
Medan, Yang menyatakan
(
Juni 2008
Peneliti
)
( dr. Adhayani Lubis )
Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008
Lampiran 4
DATA SAMPEL
Nilai No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39
Nama ADS DDP SZH FEL TAB UNS SAR DDP TSN HDK ART TNA MLO AGS SDN HTN AFD RWN DLI RUB AJC DDL APH IGR BBS AHS ROP DID DAY RIS AGS MGD RLR ITN YPP WUL YHP IWG SUG
Jenis Lama Tempat Gaji Umur Kejahatan Hukuman Pddkn Tinggal ORTU 2 1 2 3 1 1 2 2 2 2 1 1 2 2 2 4 1 1 2 2 6 1 2 1 3 2 2 4 1 1 2 2 2 3 1 1 2 6 6 2 1 1 3 6 6 2 2 2 2 6 6 2 2 1 3 2 1 3 1 1 3 2 2 3 1 1 3 3 3 4 2 1 3 2 3 3 1 1 2 7 6 2 1 1 2 2 2 2 2 1 3 2 4 3 1 1 2 1 2 4 1 1 3 1 5 3 1 1 2 1 2 3 1 1 2 2 1 2 1 1 2 5 1 4 1 1 3 1 2 3 1 1 2 1 6 1 1 2 3 1 4 2 2 1 3 1 4 4 2 1 3 1 2 4 1 1 3 1 3 3 1 1 3 1 4 4 1 1 3 1 2 2 1 1 3 1 3 2 2 1 3 2 2 2 1 2 3 2 2 2 1 1 3 2 2 4 1 1 3 2 4 3 1 1 3 2 4 4 1 1 2 7 2 2 1 1 2 1 4 3 1 1 2 2 1 3 1 1 2 2 4 3 1 1
Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008
Perk ORTU 2 1 2 1 1 1 1 2 2 1 2 2 2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2
kovack 21 24 25 19 22 18 20 21 23 22 22 22 17 22 21 22 20 31 20 17 26 31 21 22 30 20 20 20 20 18 20 26 20 19 24 20 22 21 21
40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86
NNL AGL RDB PND OTN SSS AXL SHH SFH PTD RSE ANN MLD MKJ SYP TSP ACM DNN BDE YRH MTR MIL AOG TSS MIR ASR JPN HSN MFD STH ALJ RFG JSF DKE MZI BSN SAB ROF JAS SM RAJ SAB EDO TR DFR RSG RSP
2 2 2 2 3 2 3 2 3 3 3 2 2 2 3 2 3 2 3 3 2 2 2 3 2 2 3 3 2 2 2 3 2 2 3 2 2 3 3 2 3 3 2 3 2 3 2
1 2 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 2 2 2 1 1 7 4 2 1 1 1 1 2 1 2 5 2 1 1 2 2 2 6 1 6 2 2 7 2 2 2 3 2 6 7
2 2 3 2 5 5 2 3 2 2 4 1 1 3 3 2 4 3 6 4 3 5 5 2 2 5 2 3 1 4 3 4 2 2 4 4 6 2 4 6 3 5 2 2 3 2 6
2 3 3 2 2 3 2 2 1 3 2 2 2 2 2 4 3 5 5 2 3 3 3 4 4 4 4 4 3 2 3 3 3 2 4 4 3 3 2 3 3 2 3 3 4 4 2
1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2
Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008
2 1 3 1 1 2 1 1 2 1 2 2 1 1 1 1 2 3 3 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1
1 1 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 1 2 1 2 2 1 2 2 2
26 20 27 22 21 21 22 22 25 26 24 30 20 19 22 12 10 12 9 7 9 7 8 10 6 5 12 12 9 10 12 11 11 7 5 6 7 9 8 10 11 12 7 8 8 9 7
87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133
DLS WAG ARM EPR EBE ELY RRN IMR JPR ADP HST WWN DPD DSG AMJ MEP APY PLG SDK INT AGG BHP KIK SSK HRY AJR RJL DDS TGP MAK DSP Mar JHP HRM PJK DDO APA ISP MYH SSY JFR RDO IKB FGT DPA MRY DNS
2 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 2 2 3 2 2 3 3 2 2 3 3 2 2 3 2 3 2 3
2 1 2 2 1 1 1 1 6 5 2 7 2 5 1 2 1 1 5 1 1 1 1 1 7 2 3 2 2 1 2 1 5 2 2 2 2 2 2 1 7 2 1 2 2 2 3
3 2 4 2 2 2 2 2 6 3 5 3 5 3 3 3 3 3 6 4 5 2 5 5 6 2 3 2 6 4 3 2 2 2 2 2 2 2 5 6 2 2 6 2 2 1 2
2 4 3 4 2 2 4 2 3 4 5 2 2 2 5 4 4 3 2 2 2 3 4 3 4 3 3 5 2 3 4 4 2 4 4 3 2 3 3 3 3 2 4 2 4 3 2
1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 3 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 2 1 2 1 2 2 1 1 1 1 2 1 2 2 1 1 1
Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 5 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1
2 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 1 1 1 1 2 1 2 2 1 2 1 2 2 2
9 12 11 12 11 11 10 9 9 7 6 4 8 9 10 9 12 12 11 11 10 10 8 9 10 12 11 11 9 7 9 10 9 12 12 11 10 12 11 11 9 7 6 4 8 12 11
134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 180
WST RWA OGT SMR HPM PKG AFB SS RPA HBB HPR BBS RMD SAL AKS OLP RPS MYP IWW AFN AGS IRH AGS IFE DOP MRZ TSK AAY DAM BDO USF TKS MMM ADD APS MIH JPJ HED MFD SKT ALH RIT JST DKR MUK SUS JAM
3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 3 2 3 2 4 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 3 2 2 2 2 3
3 2 2 2 2 7 1 2 1 1 2 2 2 3 7 1 1 3 1 2 2 1 2 1 7 2 2 2 2 5 3 1 1 1 1 2 2 3 2 1 1 2 3 1 2 6 4
2 4 2 2 5 6 6 6 4 5 2 2 2 6 1 5 2 3 3 4 3 2 1 2 3 2 2 3 2 5 2 3 5 5 5 2 2 3 1 4 3 4 4 3 4 5 3
4 1 4 3 2 2 2 3 3 5 3 2 3 4 4 5 3 2 3 2 2 4 3 4 2 3 2 1 2 1 1 3 3 3 4 4 4 4 3 2 3 3 4 3 4 2 3
2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1
Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008
2 1 1 1 3 2 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 2 2 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 1 1 2 2 1 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 1 1 2 1
11 9 7 9 10 7 9 8 10 11 12 7 11 11 9 7 6 4 8 12 7 8 10 6 5 13 12 9 10 11 12 7 11 11 9 7 6 4 8 12 7 8 10 6 5 13 12
181 181 181 182 183 184 185 186 187 188 189 190 191 195 196 197 198 199 200 201 202 203 204 205 206 207 208 209 210 211 212 213 214 215 216 217 218 219 220 221 222 223 224 225 226 227 228
SIK RAW EDO RUR EER DAF Rud RIY DEL WAA ARM OLF SyE MKJ MLB ALP AYS RIK RAK PEG YPA SED LXA SHT DOO LON RAD ANG NAD MSA EWA MY AHW YS STM ROH MAR ANG RAM Dian MDO Rido AHA BNB AGA ASA SYD
2 3 2 2 3 2 3 2 2 2 3 2 2 3 2 2 3 3 3 3 2 2 3 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 1 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2
2 2 2 2 3 2 3 7 3 1 2 1 3 2 2 2 3 1 1 2 3 1 2 3 2 2 2 2 1 2 2 1 6 2 2 1 2 3 1 1 1 1 1 1 1 4 2
3 1 2 3 2 3 6 6 4 3 2 2 2 3 2 1 2 4 4 2 2 3 1 5 1 2 3 3 2 3 2 4 3 4 3 2 2 2 6 2 4 3 2 4 4 5 2
3 3 4 1 3 4 4 1 3 4 3 4 4 2 2 2 3 3 2 3 1 2 2 1 2 2 4 4 2 2 3 4 3 1 1 4 2 2 3 4 4 3 4 4 2 4 2
2 1 1 2 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 2 2 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 2 1 1
Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008
2 2 1 1 2 3 2 2 2 2 2 2 1 1 3 2 2 2 1 2 2 1 1 1 2 1 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 1 2 1 2 1 1 2 2 2
2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 1
9 12 9 7 9 7 8 10 6 5 13 12 9 10 12 11 11 7 5 6 7 9 8 10 11 12 7 8 8 9 7 9 12 11 12 11 11 10 9 9 7 6 4 8 9 10 9
229 230 231 232 233 234 235 236 237 238 239 240 241 242 243 244 245 246 247 248 249 250 251 252 253 254 255 256 257 258 259 260 261 262 263 264 265 266 267 268 269 270 271 272 273 274
JIA DIU LOL ASF TOH Hot SHK USG KAM PTH RHP THT MSS DYS TSM NTD GAS FEO OPD RMZ STK YAY ADM DOB SFU KTS MIM DAD PSA MIH PJJ DEH FMD KST HLA TIR SJT KRD KSK UUS MAJ RHM JKP DOD PAA STP
2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 3 2 4 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 3 3 2 2
5 2 1 1 2 1 2 7 2 3 2 2 6 2 6 3 2 1 7 2 2 2 2 5 3 1 1 1 1 2 2 3 2 1 1 2 3 1 2 6 4 2 2 2 2 2
1 1 2 2 5 5 2 6 3 3 2 1 6 2 6 3 1 2 3 2 2 3 2 5 2 3 5 5 5 2 2 3 1 4 3 4 4 3 4 5 3 2 2 2 2 2
4 2 3 4 3 3 2 2 1 2 3 3 2 2 2 2 3 4 2 3 2 1 2 1 1 3 3 3 4 4 4 4 3 2 3 3 4 3 4 2 3 4 4 3 2 3
1 1 1 2 2 1 2 1 1 2 1 1 2 2 2 2 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 2 1 1
Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008
2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 2 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1
2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 2 1 2 1 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2
12 12 11 11 10 10 8 9 10 12 11 11 9 11 10 9 9 7 6 4 8 9 10 9 12 12 11 11 10 10 8 9 10 12 11 11 9 7 9 10 9 12 12 11 10 12
KETERANGAN:
UMUR: 1. 12-14 tahun
2. 15-18 tahun
3. 19-21 tahun
TINDAK PIDANA: 1. Narkotika 4. pemalsuan
2. Pencurian 5. penipuan
3. Penggelapan 6. pembunuhan
7. kesusilaan.
LAMANYA HUKUMAN: 1. Dibawah 6 bulan
2. 7 bulan-1 tahun
3. 1-1 ½ tahun
4. 1½ -2 tahun
5. 2-2½ tahun
6. 2½ -3 tahun
PENDIDIKAN: 1. Tidak sekolah
2. SD
3.SMP
4.SMU
5.PT
TEMPAT TINGGAL: 1. Kota Medan
2. Luar Kota Medan
GAJI ORANG TUA PER BULAN: 1. < 1 juta
2. 1-2 juta
3. 2-3 juta,
STATUS PERKAWINAN ORANG TUA: 1. Bercerai (janda/duda)
2. Tidak bercerai.
Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008
Lampiran 5
Adhayani Lubis : Sindrom Depresif Pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan, 2008 USU e-Repository © 2008