SIMULATION OF ROLLING MILL MACHINE CONTROL WITH SOFTWARE AT PT. TOBU INDONESIA STEEL Aryo Seto Dwi Respati Departement of Industrial Engineering, Faculty of Industrial Technology, University of Gunadarma, 2010 ABSTRACTION The impact of globalization and the opening of trade in the world's information system requires a company to be able to work effectively and efficiently both in companies engaged in manufacturing and services so that companies can follow the tastes of consumers by utilizing all resources to maximum production. The progress of globalization is also no exception will affect everything that technological progress is increasingly growing rapidly, it can be felt directly by the companies were developing this example advances in computer technology that is good and bad impact for a company. Progress will use today's computers have to be applied to a variety of things such example is the automation industry that is being developed in line with the rate of development of the industrial world. The application of industrial automation in companies today is the use of control systems and controllers based Logic Control Progammable which lately is being developed in line with industry demands that largely replaced humans as the prime mover in the process of production. PT. Tobu Indonesia Steel as one of the iron manufacturing company that produces concrete have special interests in moving the control system of production machinery which can be considered nearly all the production machinery is run manually in its control. Keyword: Simulation Of Rolling Mill Machine Control.
SIMULASI PENGENDALIAN MESIN ROLLING MILL DENGAN BANTUAN PERANGKAT LUNAK PADA PT. TOBU INDONESIA STEEL Aryo Seto Dwi Respati Mahasiswa Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Industri Universitas Gunadarma ABSTRAKSI Dampak era globalisasi serta terbukanya sistem perdagangan informasi dunia menuntut suatu perusahaan untuk dapat bekerja secara efektif dan efisien baik pada perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur maupun jasa sehingga perusahaan dapat mengikuti selera konsumen dengan memanfaatkan seluruh sumber
1
2
daya produksi secara maksimal. Kemajuan era globalisasi juga sangat mempengaruhi segalanya tak terkecuali akan kemajuan teknologi yang semakin hari semakin berkembang secara pesat, hal tersebut dapat dirasakan langsung oleh perusahaanperusahaan yang sedang berkembang saat ini contohnya kemajuan teknologi komputer yang sangat memberikan dampak baik dan buruk bagi suatu perusahaan. Kemajuan akan penggunaan komputer saat ini telah dapat di aplikasikan terhadap berbagai macam hal seperti contohnya adalah otomasi industri yang sedang dikembangkan seiring dengan laju perkembangan dunia industri. Adapun penerapan otomasi industri pada perusahaan-perusahaan saat ini adalah penggunaan sistem pengendali dan pengontrol berbasis Progammable Logic Control yang akhir-akhir ini sedang dikembangkan seiring dengan tuntutan industri yang secara garis besar menggantikan manusia sebagai penggerak utama dalam berlangsungnya proses produksi. PT. Tobu Indonesia Steel sebagai salah satu perusahaan manufaktur yang memproduksi besi beton memiliki perhatian khusus dalam menggerakan sistem kendali mesin-mesin produksi yang dapat dibilang hampir semua mesin-mesin produksi tersebut dijalankan secara manual dalam pengendaliannya. Kata Kunci : Simulasi Pengendalian Mesin Rolling Mill. 1.
Pendahuluan Dampak era globalisasi serta terbukanya sistem perdagangan informasi dunia menuntut suatu perusahaan untuk dapat bekerja secara efektif dan efisien baik pada perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur maupun jasa sehingga perusahaan dapat mengikuti selera konsumen dengan memanfaatkan seluruh sumber daya produksi secara maksimal. Kemajuan era globalisasi juga sangat mempengaruhi segalanya tak terkecuali akan kemajuan teknologi yang semakin hari semakin berkembang secara pesat, hal tersebut dapat dirasakan langsung oleh perusahaanperusahaan yang sedang berkembang saat ini contohnya kemajuan teknologi komputer yang sangat memberikan dampak baik dan buruk bagi suatu perusahaan. Kemajuan akan penggunaan komputer saat ini telah dapat di aplikasikan terhadap berbagai macam hal seperti contohnya adalah otomasi industri yang sedang dikembangkan seiring dengan laju perkembangan dunia industri. Adapun penerapan otomasi industri pada perusahaan-perusahaan saat ini adalah penggunaan sistem pengendali dan pengontrol berbasis Progammable Logic Control yang akhir-akhir ini sedang dikembangkan seiring dengan tuntutan industri yang secara garis besar menggantikan manusia sebagai penggerak utama dalam berlangsungnya proses produksi. Sistem Progammable Logic Control tersebut tentunya juga digerakan oleh komputer sebagai pusat pengendalinya atau dengan kata lain komputer tersebut berfungsi sebagai otak yang memprogram suatu Progammable Logic Control atau alat otomatis lainnya agar suatu pekerjaan tidak dilakukan dengan cara manual oleh seorang operator melainkan dengan cara otomatis.
3
PT. Tobu Indonesia Steel sebagai salah satu perusahaan manufaktur yang memproduksi besi beton memiliki perhatian khusus dalam menggerakan sistem kendali mesin-mesin produksi yang dapat dibilang hampir semua mesin-mesin produksi tersebut dijalankan secara manual dalam pengendaliannya. Untuk itu pada penulisan tugas akhir ini penulis ingin mengangkat tema simulasi pengendalian mesin rolling mill dengan bantuan perangkat lunak usulan yang dapat dipertimbangkan dalam menggerakan sistem kendali mesin-mesin produksi yang berada pada PT. Tobu Indonesia Steel. Otomasi industri merupakan teknik yang digunakan oleh industri untuk memperkecil biaya produksi dan meningkatkan kualitas serta kuantitas produksi. Ditinjau dari sisi teknologi, Otomasi Industri merupakan integrasi antara teknologi mekatronika, teknologi komputer dan teknologi informasi yang sangat berkembang saat ini. Masalah yang diangkat pada penulisan tugas akhir ini adalah bagaimana menerapkan otomasi industri pada PT. Tobu Indonesia steel yang diterapkan pada sistem kendali mesin-mesin produksinya untuk menggantikan sistem kendali manual yang saat ini masih digunakan oleh perusahaan tersebut. Mesin yang akan diterapkan menggunakan sistem kendali Progammable Logic Control adalah mesin rolling mill. Pembatasan masalah lainnya adalah dalam pembuatan sistem kendali menggunakan Progammable Logic Control ini, penulis hanya menerapkan Progammable Logic Control untuk menghidupkan dan mematikan mesin rolling mill secara otomatis baik dengan menggunakan waktu (timer) maupun dengan menggunakan manual switch dan untuk penerapan sistem kendali ini tidak langsung diterapkan kepada mesin tersebut melainkan penulis akan mensimulasikan penerapan sistem kendali Progammable Logic Control tersebut kedalam miniatur simulasi. Tujuan dari penulisan tugas akhir ini untuk mengamati prosedur pengendalian mesin rolling mill pada PT. Tobu Indonesia Steel. Menerapkan dan mengembangkan prototype sistem pengendalian mesin rolling mill otomatis dengan membuat alat simulasi dan perangkat lunak. Membandingkan proses pengendalian mesin rolling mill yang digunakan oleh PT. Tobu Indonesia Steel dengan proses pengendalian mesin rolling mill dengan bantuan Progammable Logic Control. 2. 2.1
Tinjauan Pustaka Revolusi Industri Revolusi menurut Edward Mcnall Bums (1958) adalah perubahan sosial dan kebudayaan yang berlangsung secara cepat dan menyangkut dasar-dasar tau pokok kehidupan masyarakat. Didalam revolusi, perubahan yang terjadi dapat direncanakan terlebih dahulu dan dapat dijalankan tanpa kekerasan atau melalui kekerasan. Sedangkan pengertian revolusi industri menurut Edward Mcnall Bums (1958) yaitu perubahan yang cepat dalam bidang ekonomi dari kegiatan ekonomi agraris ke ekonomi industri yang menggunakan mesin mesin dalm mengelola bahan mentah
4
menjadi bahan siap pakai. Revolusi industri telah mengubah cara kerja manusia dari penggunaan tangan menjadi menggunakan mesin. 2.1.1
Latar Belakang Revolusi Industri Pada abad pertengahan, kehidupan di eropa diwarnai sistem feodalisme yang mengandalakan sektor pertanian, hubungan perdagangan eropa dengan dunia timur tengah tertutup setelah perdangan dilaut dikuasai oleh pedagang islam abad ke 8 sampai abad ke 14. Dimulai dari serangkaian penemuan wilayah baru atau tanah jajahan di Afrika, Asia, dan Amerika oleh pelaut-pelaut Eropa pada abad 15 dan 16, berkembanglah perdagangan lewat laut yang kemudian mengakibatkan terbentuknya kaum borjuis yang kaya dan sangat berpengaruh di Inggris, Nederiand, Prands, beberapa daerah di Jerman dan Italia. Kemunculan golongan menegah ini, yang menguasai sektor ekonomi dan melahirkan kapitalisme, akhirnya berhadapan dan melahirkan ketegangan dengan tuan tanah yang telah mendominasi sebelumnya. 2.2
Otomasi Industri Otomasi industri merupakan teknologi yang memanfaatkan aplikasi mekanik, elektronik dan sistem komputer untuk mengoperasikan dan mengendalikan operasi (Agfianto Eko Putra, 2004). 2.2.1
Otomasi Teknik Produksi Setiap perusahaan selalu berusaha untuk efisien dan efektif dalam melakukan proses produksinya. Hal ini sesuai dengan prinsip ekonomi, yang bertujuan mendapatkan keuntungan yang besar dengan biaya yang serendah-rendahnya. Salah satu upaya yang dilakukan perusahaan antara lain dengan cara mengurangi biaya produksi, termasuk biaya tenaga kerja. Peningkatan kualitas hidup berdampak pada gaji tenaga kerja terampil yang semakin mahal. Tenaga kerja terampil umumnya menuntut gaji yang besar. Padahal tenaga kerja terampil sebagai manusia pada umumnya memiliki keterbatasan seperti kelelahan, sakit, jenuh, bahkan kadang menuntut kenaikan gaji melalui demonstrasi yang dapat menghentikan aktivitas perusahaan. Dewasa ini perusahaan selalu berupaya untuk mengganti pekerjaan yang selama ini dilakukan oleh manusia untuk digantikan dengan mesin-mesin dalam rangka efisiensi dan peningkatan kualitas produksinya, dengan kata lain banyak perusahaan melakukan otomasi produksinya. Istilah otomasi berasal dari otomatisasi, belakangan ini istilah otomatisasi tidak lagi banyak digunakan. Menurut Edi Leksono (1985), ``Otomasi`` adalah mengubah penggerakan atau pelayanan dengan tangan menjadi pelayanan otomatis pada penggerakan dan gerakan tersebut berturut-turut dilaksanakan oleh tenaga asing (tanpa perantaraan tenaga manusia), jadi otomasi menghemat tenaga manusia terutama suatu penempatan yang menguntungkan dari unsur-unsur pelayanan adalah mengurangi banyaknya gerakan-gerakan tangan sampai seminimum mungkin. Gerakan-gerakan yang biasa dilakukan manusia seperti menggeser, mengangkat,
5
menempa, dan lain-lain telah dapat digantikan oleh gerakan aktuator mekanik, listrik, pneumatic, hydrolic, dan lain-lain. Masing-masing aktuator memiliki kelebihan dan kelemahan, misalnya lebih fleksibel dan bersih, namun mudah terbakar bila dibebani lebih. Pneumatic dapat dibebani secara besar, lebih bersih, dan aman, namun untuk menghasilkan udara bertekanan diperlukan peralatan mahal seperti kompresor dan katup-katup. Hiydrolic mampu menghasilkan daya besar, namun memiliki keterbatasan temperatur dan cenderung kotor. Pemilihan aktuator tersebut akan selalu menyesuaikan dengan kebutuhan. Penggeser pneumatic dan robot industri yang siap menggantikan tenaga manusia. Penggantian tenaga manusia menjadi tenaga mesin akan meningkatkan produktivitas dan efensiensi kerja. Penggantian ini sangat tepat terutama pada industri bahan dasar, industri kimia dan tungku pengecoran logam bertemperatur tinggi, dimana akan mengurangi resiko kecelakaan kerja dan meningkatkan kenyamanan produksi. Faktor ini juga sangat menentukan kedayagunaan dan manfaat ekonomis dari produksi. Pengalihan gerakan dari tenaga manusia ke mesin dapat dilakukan sebagian maupun keselurahan. Otomasi sebagian, berarti sistem masih memerlukan tenaga kerja untuk mengoperasikan mesin, sedangkan otomasi lengkap berarti semuanya dapat dikerjakan oleh mesin, tenaga manusia hanya bertindak sebagai programmer dari mesin tersebut, dalam beberapa tahun ini perkembangan otomasi menyeluruh telah berkembang pesat terutama pada industri manufaktur mobil maupun industri yang lain. 2.3
Pengertian Sistem Kendali Programmable Logic Control Programmable Logic Control adalah komputer elektronik yang mudah digunakan (user friendly) yang memiliki fungsi kendali untuk berbagai tipe dan tingkat kesulitan yang beraneka ragam. Definisi Programmable Logic Control menurut Capiel (1982) adalah : sistem elektronik yang beroperasi secara digital dan didesain untuk pemakaian di lingkungan industri, dimana sistem ini menggunakan memori yang dapat diprogram untuk penyimpanan secara internal instruksi-instruksi yang mengimplementasikan fungsi-fungsi spesifik seperti logika, urutan, perwaktuan, pencacahan dan operasi aritmatik untuk mengontrol mesin atau proses melalui modul-modul I/O digital maupun analog. Berdasarkan namanya, konsep Programmable Logic Control adalah sebagai berikut : 1. Programmable Menunjukkan kemampuan dalam hal memori untuk menyimpan program yang telah dibuat yang dengan mudah diubah-ubah fungsi atau kegunaannya. 2. Logic Menunjukkan kemampuan dalam memproses input secara aritmatik dan logika (ALU), yakni melakukan operasi membandingkan, menjumlahkan, mengalikan, membagi, mengurangi, negasi, AND, OR, dan lain sebagainya.
6
3.
Controller Menunjukkan kemampuan dalam mengontrol dan mengatur proses sehingga menghasilkan output yang diinginkan. Programmable Logic Control ini dirancang untuk menggantikan suatu rangkaian relay analog dalam suatu sistem kontrol. Selain dapat diprogram, alat ini juga dapat dikendalikan, dan dioperasikan oleh orang yang tidak memiliki pengetahuan di bidang pengoperasian komputer secara khusus. Programmable Logic Control ini memiliki bahasa pemrograman yang mudah dipahami dan dapat dioperasikan bila program yang telah dibuat dengan menggunakan software yang sesuai dengan jenis Programmable Logic Control yang digunakan. Alat ini bekerja berdasarkan masukan yang ada dan tergantung dari keadaan pada suatu waktu tertentu yang kemudian akan mengoperaikan atau tidak mengoperasikan keluaran-keluarannya. Pada Programmable Logic Control pengendalian sistem mengoperasiakan dan tidak mengoperasiakan suatu alat keluaran dengan menggunakan 1 byte, dengan dua logika kondisi yaitu 1 menunjukkan bahwa keadaan yang diharapkan terpenuhi sedangkan 0 berarti keadaan yang diharapkan tidak terpenuhi. PLC juga dapat diterapkan untuk pengendalian sistem yang memiliki output banyak. 2.3.1 Fungsi dan Kegunaan Progammable Logic Control Fungsi dan kegunaan Programmable Logic Control sangat luas. Dalam prakteknya Programmable Logic Control dapat dibagi secara umum dan secara khusus. Secara umum fungsi Programmable Logic Control adalah sebagai berikut: 1. Sekuensial Control Programmable Logic Control memproses input sinyal biner menjadi output yang digunakan untuk keperluan pemrosesan teknik secara berurutan (sekuensial), disini Programmable Logic Control menjaga agar semua step atau langkah dalam proses sekuensial berlangsung dalam urutan yang tepat. 2. Monitoring Plant Programmable Logic Control secara terus menerus memonitor status suatu sistem (misalnya temperatur, tekanan, tingkat ketinggian) dan mengambil tindakan yang diperlukan sehubungan dengan proses yang dikontrol (misalnya nilai sudah melebihi batas) atau menampilkan pesan tersebut pada operator. Sedangkan fungsi Programmable Logic Control secara khusus adalah dapat memberikan input ke Computerized Numerical Control. Beberapa Programmable Logic Control dapat memberikan input ke Computerized Numerical Control untuk kepentingan pemrosesan lebih lanjut. Computerized Numerical Control bila dibandingkan dengan Programmable Logic Control mempunyai ketelitian yang lebih tinggi dan lebih mahal harganya. Computerized Numerical Control biasanya dipakai untuk proses finishing, membentuk benda kerja, moulding dan sebagainya.
7
Prinsip kerja sebuah Programmable Logic Control adalah menerima sinyal masukan proses yang dikendalikan lalu melakukan serangkaian instruksi logika terhadap sinyal masukan tersebut sesuai dengan program yang tersimpan dalam memori lalu menghasilkan sinyal keluaran untuk mengendalikan aktuator atau peralatan lainnya. 2.3.2
Bagian-Bagian dari Programmable Logic Control Sistem Programmable Logic Control terdiri dari lima bagian pokok,
yaitu: 1. Central processing unit (CPU). Bagian ini merupakan otak atau jantung Programmable Logic Control, karena bagian ini merupakan bagian yang melakukan operasi/pemrosesan program yang tersimpan dalam Programmable Logic Control. Disamping itu CPU juga melakukan pengawasan atas semua operasional kerja Programmable Logic Control, transfer informasi melalui internal bus antara Programmable Logic Control, memory dan unit I/O. 2.
Programmer / Monitor (PM). Pemrograman dilakukan melalui keyboard sehingga alat ini dinamakan Programmer. Dengan adanya Monitor maka dapat dilihat apa yang diketik atau proses yang sedang dijalankan oleh Programmable Logic Control. Bentuk PM ini ada yang besar seperti PC, ada juga yang berukuran kecil yaitu hand-eld programmer dengan jendela tampilan yang kecil, dan ada juga yang berbentuk laptop. PM dihubungkan dengan CPU melalui kabel. Setelah CPU selesai diprogram maka PM tidak dipergunakan lagi untuk operasi proses Programmable Logic Control, sehingga bagian ini hanya dibutuhkan satu buah untuk banyak CPU. 3.
Modul Input/Output (I/O). Input merupakan bagian yang menerima sinyal elektrik dari sensor atau komponen lain dan sinyal itu dialirkan ke Programmable Logic Control untuk diproses. Ada banyak jenis modul input yang dapat dipilih dan jenisnya tergantung dari input yang akan digunakan. Jika input adalah limit switches dan pushbutton dapat dipilih kartu input DC. Modul input analog adalah kartu input khusus yang menggunakan ADC (Analog to Digital Conversion) dimana kartu ini digunakan untuk input yang berupa variable seperti temperatur, kecepatan, tekanan dan posisi. Pada umumnya ada 8-32 input point setiap modul inputnya. Setiap point akan ditandai sebagai alamat yang unik oleh prosesor. Output adalah bagian Programmable Logic Control yang menyalurkan sinyal elektrik hasil pemrosesan Programmable Logic Control ke peralatan output. Besaran informasi/sinyal elektrik itu dinyatakan dengan tegangan listrik antara 5-15 volt DC dengan informasi diluar sistem tegangan yang bervariasi
8
antara 24-240 volt DC mapun AC. Kartu output biasanya mempunyai 6-32 output point dalam sebuah single module. Kartu output analog adalah tipe khusus dari modul output yang menggunakan DAC (Digital to Analog Conversion). Modul output analog dapat mengambil nilai dalam 12 bit dan mengubahnya ke dalam signal analog. Biasanya signal ini 0-10 volts DC atau 4-20 mA. Signal Analog biasanya digunakan pada peralatan seperti motor yang mengoperasikan katup dan pneumatic position control devices. Bila dibutuhkan, suatu sistem elektronik dapat ditambahkan untuk menghubungkan modul ini ke tempat yang jauh. Proses operasi sebenarnya di bawah kendali Programmable Logic Control mungkin saja jaraknya jauh, dapat saja ribuan meter. 2.3.3
Perancangan Programmable Logic Control dalam Sistem Kendali Dalam merancang suatu sistem kendali dibutuhkan pendekatan-pendekatan sistematis dengan prosedure sebagai berikut : 1. Rancangan Sistem Kendali Dalam tahapan ini si perancang harus menentukan terlebih dahulu sistem apa yang akan dikendalikan dan proses bagaimana yang akan ditempuh. Sistem yang dikendalikan dapat berupa peralatan mesin ataupun proses yang terintegrasi yang sering secara umum disebut dengan controlled system. 2. Penentuan I/O Pada tahap ini semua piranti masukan dan keluaran eksternal yang akan dihubungkan Programmable Logic Control harus ditentukan. Piranti masukan dapat berupa saklar, sensor, valve dan lain-lain sedangkan piranti keluaran dapat berupa solenoid katup elektromagnetik dan lain-lain. 3. Perancangan Program (Program Design) Setelah ditentukan input dan output maka dilanjutkan dengan proses merancang program dalam bentuk leader diagram dengan mengikuti aturan dan urutan operasi sistem kendali. 4. Pemrograman (Programming) Leader diagram dibuat dengan mengikuti aliran proses yang akan digunakan dalam merancang sistem kendali. 5. Menjalankan Sistem (Run The System) Pada tahapan ini perlu dideteksi adanya kesalahan-kesalahan satu persatu, dan menguji secara cermat sampai kita memastikan bahwa sistem aman untuk dijalankan.
9
3.
Metodologi Penelitian
Gambar 3.1 Langkah Metodologi Penelitian
4. 4.1
Pembahasan dan Analisa Proses Produksi Pembuatan Besi Beton Proses pembuatan besi beton yang dilakukan departemen produksi untuk membuat besi beton polos berukuran 8 mm menggunakan bahan baku (billet) 120 mm sebagai contoh alur proses produksi. Bahan baku ini didapat dari produsen yang memproduksi billet baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Adapun proses produksi pembuatan besi beton polos berukuran 8 mm dari awal bahan baku datang hingga menjadi sebuah bentuk jadi yang siap dikirim ke customer adalah sebagai berikut, pertama-tama dilakukan pemeriksaan terhadap bahan baku yang datang dari pihak produsen dalam bentuk billet yang dilakukan oleh bagian quality management (QM), pemeriksaan dilakukan untuk memeriksa kualitas billet secara fisik, mencatat banyaknya billet yang masuk, pemeriksaan mailsheet (surat jalan), dan
10
mengumpulkan sertifikat dari produsen billet, billet yang dikirim ke PT. Tobu Indonesia Steel adalah material pokok yang berupa balok yang belum dipotong sesuai ukuran dengan spesifikasi untuk membuat besi beton polos berukuran 8 mm. Setelah pemeriksaan telah selesai dilakukan selanjutnya billet dibawa ke area billet (billet cutter). Didalam area billet cutter, billet dipotong dari ukuran awal billet yang berukuran penampang 12.000 mm x 120 mm menjadi berukuran 1500 mm x 120 mm, untuk pemotongan billet kurang lebih memakan waktu 20 detik/batang dengan menggunakan blunder. Selanjutnya billet yang telah dipotong sesuai dengan ukurannya diberi nomor kelompok pemasakan (head number), sebagai catatan dalam satu head number terdiri dari ± 120 billet. Selanjutnya billet yang telah diberi head number dibawa ke halaman dapur pemanasan (furnace) dengan trolley untuk secara bertahap dimasukkan ke dalam dapur pemanas dengan menggunakan alat pendorong (pusher). Billet yang berada didalam furnance dipanaskan mencapai suhu ± 1250 ºC dan memerlukan waktu 2-3 jam. Billet yang sudah dipanaskan kemudian dikecilkan/digiling hingga 20 tahap pengurangan penampang pada mesin rolling mill untuk memproduksi besi beton dengan berbagai jenis baik tipe polos maupun tipe sirip (untuk keterangan bentuk kaliber, celah kaliber dan ukuran panjang dapat dilihat pada lampiran 2). Pada pertengahan proses pengurangan penampang, billet dipotong ujung-ujungnya sepanjang ± 25 cm dengan mesin potong flying shear. Selanjutnya pada akhir proses, billet yang sudah menjadi besi beton tulangan, dipotong sesuai dengan panjang rak pendingin (cooling bed) sepanjang 48.5 m dengan mesin potong rotary shear, besi beton tulangan yang masih bersuhu tinggi didorong dengan roll penjepit (pinch roll) menuju rak pendingin untuk didinginkan, setelah baja tulangan mulai mendingin selanjutnya dilakukan pemotongan dengan menggunakan bar shear sehingga baja tulangan berukuran 12 m, setelah dilakukan pemotongan selanjutnya baja tulangan diikat sesuai dengan standar yang ada. Setiap ikatan baja tulangan diberi identitas berupa label yang berisi informasi tentang ukuran dan tipe, nomor bundel, nomor masak/kelompok, tanggal produksi, grup kerja, dan jumlah batang untuk setiap ikatan/nomor kelompok biasanya diambil ± 1 sampai 3 batang untuk dilakukan pengujian mekanis. Selanjutnya Kemasan/ikatan baja tulangan beton yang sudah beridentitas kemudian disimpan dalam susunan sesuai dengan jenis dan ukurannya didalam gudang dan siap dipasarkan. Berikut ini adalah gambaran flowchart proses produksi pembuatan besi beton berukuran 8 mm.
11
Gambar 4.1 Peta Aliran Proses Produksi
4.2
Fungsi dan Spesifikasi Mesin Rolling Milll Mesin rolling mill merupakan mesin utama dalam proses produksi pembuatan besin beton pada PT. Tobu Indonesia Steel, mesin ini berfungsi untuk menggiling bahan baku billet menggunakan kaliber agar bahan baku billet tersebut dapat berubah ukurannya. Pada pembuatan besi beton ini mesin rolling mill yang digunakan sebanyak 20 mesin dengan komponen-komponen utama mesin yang hampir keseluruhan sama, perbedaan antara mesin rolling mill yang satu dengan yang lain hanya terletak pada ukuran kalibernya.
12
Adapun spesifikasi mesin rolling mill itu sendiri terdiri dari komponenkomponen utama yang merupakan penggerak langsung dari mesin rolling mill tersebut dan semua komponen-komponen utama mesin rolling mill ini ada pada setiap stand mesin rolling mill, adapun komponen-komponen mesin rolling mill antara lain adalah panel kelistrikan, motor stater, gir reduksi, gir pinion, dan kaliber. 4.3
Cara Pengoperasian Manual Mesin Rolling Mill Cara pengoperasian mesin rolling mill pada setiap mesin rolling mill mengalami pengoperasian yang sama yaitu operator bagian produksi selalu menghidupkan dan mematikan mesin rolling mill melalui kontrol panel listrik pada setiap mesin rolling mill yang jaraknya berjauhan antara mesin yang satu dengan mesin yang lain, dengan cara menekan tombol start untuk mengoperasikannya dan menekan tombol off untuk menghentikan mesin tersebut.
Gambar 4.2 Diagram Alir Pengoperasian Manual Mesin Rolling Mill
4.4
Cara Kerja Mesin Rolling Mill Untuk cara kerja dari mesin rolling mill yang telah dihidupkan akan oleh operator melalui panel kelistrikan arus dari power supply masuk kedalam motor
13
stater yang secara langsung memutarkan poros motor stater yang merupakan jantung penggerak bagi gir reduksi, gir pinion, dan kaliber. Motor stater yang berputar memberikan gaya putarnya terhadap gir reduksi melalui kopling gir yang menghubungkan antara mesin motor stater dengan gir reduksi, selanjutnya putaran yang diterima oleh gir reduksi meneruskan putarannya terhadap gir pinion yang juga dihubungkan dengan kopling gir, putaran dari gir pinion tersebut selanjutnya putaran diteruskan dengan spindel kopling yang menghubungkan gir pinion dengan kaliber, setelah kaliber mesin rolling berputar barulah billet dapat digiling dengan proses pengerolan. 4.5
Proses Penerapan Sistem Pengendali Otomatis Menggunakan Programmable Logic Control (PLC) Dalam menerapakan sistem pengendali menggunakan PLC pada mesin rolling mill ini memiliki beberapa tahap yang sistematis dalam penerpannya agar sistem pengendali tersebut dapat bekerja sesuai dengan fungsinya. Adapun tahaptahap dalam penerapan sistem pengendali menggunakan PLC sebagai sistem pengendali mesin rolling mill adalah sebagai berikut: 4.5.1
Komponen-Komponen yang Digunakan Alat yang digunakan untuk merapkan sistem pengendali menggunkan PLC
adalah: 1. CPU 2. PLC 3. Kabel 4. Pipa
: Pentium IV dengan Motherboard Support Port LPT DB-25 : Merk Omron Sysmac Big Series : NYY 2 Serat Tembaga Merk Eterna : Pipa Paralon Penyembunyi kabel Merk PE vinilon
4.5.2
Biaya yang Dikeluarkan Perusahaan dalam Penerapan Sistem Pengendali Programmable Logic Control Biaya merupakan faktor utama yang diperhitungkan perusahaan dalam menerapkan sistem pengendali menggunkan PLC ini, karena biaya untuk menerapkan PLC ini terbilang cukup mahal namun memiliki fungsi yang sangat berarti bagi perusahaan. Biaya penerapan PLC kurang lebih memakan biaya Rp. 23.500.000, harga ini diambil dari sumber Omron PLC Indonesia, Duta Computer Elektronik Harco, Eterna Cable Elektronik dan Pavilion Pipe pada bulan Maret tahun 2010. 4.5.3
Spesifikasi dan Karakteristik PLC PLC bekerja dengan mengamati input yang masuk kedalam IC PLC, kemudian melakukan proses tindakan yang sesuai dengan kebutuhan, dalam hal ini kebutuhan yang dimiliki adalah menghidupkan dan mematikan mesin rolling mill dengan menggunakan PLC (Logic, 0 atau 1, hidup atau mati). Selanjutnya tahap pembuatan program dengan menggunakan diagram tangga yang aplikasi dikomputer
14
menggunakan software bawaan dari PLC OMRON sysmac yang kemudian dijalankan oleh PLC bersangkutan. Spesifikasi karakteristik PLC yang digunakan dalam pembuatan sistem pengendali mesin rolling mill dengan menggunkan PLC merk OMRON sysmac. Berikut ini adalah spesifikasi karakteristik PLC merk OMRON sysmac : a. Spesifikasi Merk : OMRON Sysmac Big Series Model : Big Series Tegangan Supply : 100-220 Volt AC Daya Tegangan Output : 1000-5000 Volt AC/Port b. Karakteristik Metode Kontrol : Metode Penyimpanan Program (IC) Bahasa Pemograman : Syswin 3.4 Kapasitas Program : 5000 Words Max I/O : 50 buah Kecepatan data Transfer : 0.32 Ms Connectivity : Input-Port LPT DB-25
Gambar 4.3 PLC Omron Sysmac Big Series
4.5.4
Pemasangan Rangkaian Input, Proses dan Output PLC Dibawah ini adalah sistem rangkaian aliran kerja dari PLC secara ringkas
Gambar 4.4 Sistem Rangkaian Input, Proces dan Output PLC
15
Sistem pengendali menggunakan PLC merupakan sistem yang menerapkan IC dalam pengendaliannya sehingga sistem pengendali IC harus terlebih dahulu diprogram agar IC dapat bekerja sesuai dengan kebutuhannya, (pemograman IC lebih jelasnya akan dijelaskan dalam pembuatan program dan diagram tangga). Rangkaian PLC diatas dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Memasang Port DB-25 yang menghubungkan antara komputer dengan PLC, port DB-25 ini berfungsi sebagai pengantar input program yang telah dibuat didalam komputer untuk dimasukan ke dalam IC PLC. 2. Memasang kabel output dari PLC ke Mesin Rolling Mill Pemasangan ouput dari PLC ke motor mesin rolling mill dengan menghubungkan kabel positif motor mesin rolling mill dengan jalur output PLC yang diikat dengan skrup, sedangkan kabel negatif (massa) dari motor mesin rolling mill dihubungkan ke pusat massa relay yang berada di bawah bagian PLC. Pada PT. Tobu Indonesia Steel memiliki 20 mesin rolling mill semua motor mesinnya harus dihubungkan langsung dengan dengan PLC dengan cara seperti yang dijelaskan di atas. 3. Memasang Kabel Power Supply PLC Pada pemasangan ini kabel power kelistrikan PT. Tobu Indonesia Steel langsung dikaitkan dengan PLC melalui skrup input power PLC. Setelah semua rangkaian dipasangkan selanjutnya membuat program sistem pengendali PLC tersebut. 4.5.5
Pembuatan Program Sebagai Input dari IC PLC Dalam membuat program PLC OMRON sysmac big series dapat menggunakan software bawaan yang berada saat membeli PLC ini, software yang digunakan adalah syswin 3.4, dikarenakan PLC Omron Sysmac big series ini sangat mahal harganya maka dalam penelitian ini penulis tidak menggunakan program Syswin 3.4 ini secara langsung namun penulis hanya membuat leader diagram secara manual, sedangkan untuk simulasi miniaturnya penulis menggunakan program borland delphi 7 untuk menjalankan programnya. Dibawah ini adalah cara-cara pembuatan program dari awal sampai terbentuknya leader diagram dalam program syswin 3.4: 1. Membuat Leader Diagram Diagram ini dibuat untuk mendesain suatu sistem pengendalian PLC yang kemudian program ini di transfer oleh CPU ke dalam PLC melalui kabel Port DB-25. Dalam pembuatan leader diagram tentunya harus menginstal program syswin 3.4 bawaan PLC OMRON itu sendiri. Selanjutnya kita tinggal membuat leader diagramnya didalam program syswin 3.4 seperti dibawah ini Mulailah dengan menu file-new project, sehingga akan timbul kotak dialog seperti ini.
16
Gambar 4.5 Tampilan Awal Software Syswin 3.4
Selanjutnya mulailah dengan membuat leader diagram dengan menarik iconicon toolbar yang berada disamping layar program syswin 3.4 seperti gambar dibawah ini.
Gambar 4.6 Tampilan Software Syswin 3.4 dalam Pembuatan Diagram Leader
17
Selanjutnya dalam normaly close contact isikan alamat seperti dalam form seperti normaly open contac isikan 1 (mati), dalam icon timer isikan 12.00 sampai dengan 00.00 lalu klik end of block untuk mendapatkan garis baru.
Gambar 4.7 Leader Diagram Sistem Pengendali ON-OFF
Copy diagram leader yang telah dibuat sampai dengan 20 leader dengan cara seperti diatas lalu akhiri dengan end of block. 2. Menghubungkan koneksi antara PLC dengan CPU Koneksi antara PLC dengan CPU dikirim melalui kabel port DB-25 yang masing-masing pinnya menugaskan satu perintah untuk satu mesin. Setelah terhubung selanjutnya memasukan program ke dalam PLC dengan cara mengirimkan program kedalam setiap port yang terhubung dengan PLC, seperti gambar dibawah ini.
18
Gambar 4.8 Port LPT DB-25 Tabel 4.1 Status Register Port LPT DB-25
Setelah semua terhubung barulah dapat melakukan pengujian apakah mesin tersebut telah bekerja dengan baik atau belum dengan memencet toolbar function lalu play program, sebelum program berjalan program akan menampilkan gambar seperti ini. Berikut ini adalah contoh monitoring PLC menggunakan komputer dapat terlihat dibawah ini.
19
Gambar 4.9 Tampilan Menu Monitoring Program Syswin 3.4
4.6
Menerapkan dan Mengembangkan Prototype Sistem Pengendalian Mesin Rolling Mill Otomatis dengan Membuat Alat Simulasi dan Perangkat Lunak Penerapan dan pengembangkan sistem ini berdasarkan acuan dari sistem pengendalian manual yang sebelumnya diterapkan oleh PT. Tobu Indonesia Steel dalam mengendalikan mesin rolling mill dalam proses produksi besi beton. Penerapan dan pengembangkan prototype sistem pengendalian mesin rolling mill dilakukan dengan membuat alat simulasi dan perangkat lunak sebagai pendukungnya. Alat simulasi dan perangkat lunak yang dibuat dimaksudkan untuk menggambarkan kejadian sesungguhnya dalam pengendalian mesin rolling mill PT. Tobu Indonesia Steel. Dibawah ini adalah proses pembuatan, cara kerja, dan cara pengoperasian alat simulasi dan perangkat lunak. 4.6.1
Proses Pembuatan Alat Simulasi Pengendali Mesin Rolling Mill Pembuatan alat simulasi pengendali mesin rolling mill dikarenakan tidak dapatnya penulis menguji dan membeli langsung sistem pengendali PLC yang akan diterapkan pada mesin rolling mill. Pembuatan simulasi sistem pengendali ini kurang lebih memakan waktu 1 bulan, dalam simulasi sistem pengendali yang dibuat ini memiliki sedikit perbedaan dengan sistem pengendali asli yaitu PLC yang terletak pada tidak adanya penggunaan IC program dan RAM, namun secara garis besar simulasi sistem pengendali ini sama dalam fungsi, cara kerja dan cara pembuatannya.
20
Dibawah ini adalah diagram alir pembuatan simulasi sistem pengendali mesin rolling mill.
Gambar 4.10 Diagram Alir Pembuatan Simulasi Pengendali Mesin Rolling Mill
Gambar 4.11 Pembuatan Alat Simulasi Pengendali Mesin Rolling Mill
21
4.6.2
Alat dan Bahan dalam Pembuatan Simulasi Pengendali Mesin Rolling Mill Alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan sistem pengendali mesin rolling mill ini adalah sebagai berikut: Alat yang digunakan volt meter, solder, obeng, dan alat Potong. Bahan yang digunakan, papan PCB bolong, kabel pelangi, trafo (500mA), relay (kaki 5, 12 Volt), Elco (50 Volt), tulang ikan, soket, resistor (1 KgA, dll), kapasitor (j 105 250-400 Volt), lampu LED, dioda, transistor, kashing akrilik, port (LPT DB-25) dan motor penggerak. Biaya yang dikeluarkan dalam pembuatan simulasi pegendali mesin rolling mill ini memakan biaya kurang lebih Rp. 250.000.00 untuk membeli berbagai macam alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan simulasi pengendali tersebut. 4.6.3
Cara Pembuatan Alat Simulasi Pengendali Mesin Rolling Mill Pembuatan alat pengendali mesin rolling mill ini diawali dengan pembuatan alat sebelum pembuatan programnya. Tahap pertama yang dilakukan dalam pembuatan alat ini adalah dengan membuat rangkaian dalam papan PCB, berikut ini adalah gambar rangkaian alat simulasi sistem pengendali mesin rolling mill.
Gambar 4.12 Blok Rangkaian Pengendali Mesin Rolling Mill
Setelah semua rangkaian digambar tahap berikutnya adalah memasang komponen-komponen diatas papan PCB yang telah diuraikan diatas, selanjutnya menghubungkan komponen yang satu dengan yang lain dengan menggunakan timah dan jumper kawat/ kabel.
22
4.6.4
Cara Kerja Alat Simulasi Pengendali Mesin Rolling Mill Cara kerja dari alat pengendali mesin rolling mill ini menyerupai dengan cara kerja dari sistem pengendali PLC yang sesungguhnya, alat simulasi pengendali mesin rolling mill mempunyai cara keja sebagai berikut: 1. Menditeksi pin mana yg terpakai di port pararel jika tidak terpakai maka tidak akan ditampilkan, agar memudahkan operator untuk memonitoring mesin (kipas) yang akan dikendalikan. 2. Dapat mengoperasikan dan mematikan kipas yang beroperasi secara bersamaan maupun dengan satu persatu. 3. Penggunaan timer atau sleep digunakan untuk mengatur beroperasi atau tidak beroperasinya kipas dengan menggunakan waktu setel otomatis. 4.6.5
Cara Pembuatan Program Simulasi Pengendali Mesin Rolling Mill Pembuatan program dibuat dengan menggunakan program Delphi Borland 7 ini dengan membuat form-form seperti gambar 4.13, form menu tersebut terdiri dari form status sambungan, hidupkan arus, matikan arus dll. Selanjutnya buat gambar dan background form menu sesuai dengan yang diinginkan pada object inspector program delphi. Masukan listing program kedalam tiap form button yang telah dibuat sesuai dengan fungsi dari masing-masing button.
Gambar 4.13 Program Pengendali Mesin Rolling Mill Pada Tampilan Muka
23
4.6.6
Cara Kerja Program Simulasi Pengendali Mesin Rolling Mill Cara kerja dari perangkat lunak yang dibuat adalah ketika menjalankan program sistem pengendali mesin rolling mill secara otomatis program akan mengecek dan memanggil file sistem inpout32.dll, pada file sistem program pengendali mesin rolling mill yang telah dibuat, setelah proses pemanggilan file sistem berhasil, selanjutnya program akan membaca alamat port data. Dibawah ini penjelasan lebih terperinci tentang isi dari penggunaan program. Tampilan program utama seperti tampak pada gambar 4.13. Adapun untuk program utama tersebut tediri dari panel kontrol perangkat dan 12 tombol menu mesin yang akan dioperasikan atau pun tidak dioperasikan, dalam pengoperasian program ini yaitu dengan menekan tombol yang diinginkan menggunakan mouse. Menu status sambungan berfungsi untuk mengetahui status sambungan register port data, hal ini dilakukan agar hubungan antar koneksi port dapat terbaca terlebih dahulu, cara pengoperasiannya adalah pada saat sub menu status sambungan dijalankan lalu klik tombol proses dengan menggunakan mouse setelah itu tunggu indikator proses sampai menunjukan angka 100 persen. Adapun hasil pembacaannya ditunjukan dengan kondisi OK atau NO sesuai dengan alamat bit dan no pin. Dibawah ini adalah gambar status sambungan yang terdapat dalam software simulasi sistem pengendali mesin rolling mill.
Gambar 4.14 Tampilan Menu Status Sambungan
Setelah semua sambungan terkoneksi operator tinggal menutup tampilan ini agar dapat membuka menu-menu lainnya dalam program pengendali mesin rolling mill ini. Menu set timer berfungsi untuk mengatur waktu pengendalian otomatis mesin rolling mill, pengoperasian menu set timer yaitu dengan cara mengklik menu set timer pada menu awal, secara otomatis akan memunculkan tampilan seperti dibawah ini. Untuk mengatur beroprasi atau tidaknya mesin rolling mill dengan menggunakan timer operator tinggal mengisi jam dan menit pada kotak edit perangkat lalu cheklis kotak checkbox setelah itu tekan tombol aktifkan untuk memulai menjalankan timer otomatis, maka pada saat itu program akan mengatur pengendalian perangkat secara otomatis sesuai waktu yang telah ditentukan. Tekan tombol non-aktif untuk
24
membatalkan operasi pengesetan tata waktu otomatis dan tombol tutup untuk keluar dari sub menu set timer. Menu hidupkan arus berfungsi membangkitan arus listrik ke seluruh perangkat mesin yang akan dioperasikan, untuk cara mengoperasikan menu tersebut operator hanya tinggal mengklik menu hidupkan arus tersebut, ketika menu hidupkan arus tersebut diklik akan menampilkan sub menu konfirmasi apakah operator ingin mengoperasikan semua mesin rolling mill secara bersamaan, bila operator memilih ya maka secara otomatis program ini akan membangkitkan arus ke semua mesin rolling mill yang terhubung melalui rangkaian-rangkaian pengontrol relay. Menu matikan arus berfungsi memutuskan arus listrik yang mengalir ke seluruh perangkat, untuk cara pengoperasianya hampir sama ketika ingin menghidupkan arus, sub menu konfirmasi pun akan muncul ketika operator mengklik menu matikan arus pada program ini. Perbedaan tampilan ketika operator mengklik menu matikan arus. Menu pengaturan berfungsi informasi setiap perangkat yang terhubung, untuk cara pengoperasiannya dengan cara mengisikan informasi pada kotak edit untuk masing-masing nomer mesin rolling mill, kemudian klik tombol simpan. Sedangkan untuk melihat informasi mengenai mesin rolling mill yang terhubung yaitu dengan mengklik tombol buka. Untuk keluar dari sub menu pengaturan klik tombol tutup. Berikut ini adalah gambar menu tampilan pengaturan pada program ini. Menu sembunyikan berfungsi untuk menyembunyikan tampilan program pengendali mesin rolling mill ini yang sewaktu-waktu dapat dipanggil kembali dengan tidak mematikan program yang sedang berjalan. Menu about berfungsi untuk memberikan informasi tetntang pembuat program dll. Untuk menu keluar berfungsi untuk keluar dari program pengendali mesin rolling mill ini, namun sebelum keluar dsari program ini ketika operator mengklik menu keluar akan muncul sub menu konfirmasi untuk memutuskan operator akan keluar dari program ini atau tidak, 4.6.7
Cara Pengoperasian Simulasi Sistem Pengendali Mesin Rolling Mill Cara pengoperasian simulasi sistem pengendali ini tidak jauh berbeda dengan sistem pengendali menggunakan PLC, operator tinggal memberikan instruksi kerja dengan mengklik mesin mana yang akan dioperasikan dan akan dimatikan. Operator juga dapat menyetel waktu kapan mesin akan dioperasikan dan kapan mesin akan dimatikan dengan mengklik timer pada toolbar software yang telah dibuat. 4.7
Analisis Perbandingan Sistem Pengendali Manual dengan Sistem Pengendali Otomatis pada Mesin Rolling Mill Setelah dilakukan simulasi penerapan otomasi industri menggunakan sistem pengendali PLC terhadap mesin rolling mill, penulis menganalisis perbandingan sistem pengendali manual yang saat ini masih digunakan oleh perusahaan Tobu Indonesia Steel terhadapa mesin rolling mill dengan usulan penerapan otomasi industri sistem pengendali otomatis mesin rolling mill.
25
1. Sistem pengendalian mesin rolling mill otomatis akan lebih efektif dan efesien dalam bidang pekerjaan dibandingkan dengan proses pengoperasian manual, biasanya operator berjalan sejauh 109 meter untuk mengoperasikan seluruh mesin rolling mill satu persatu dengan menekan tombol yang berada didalam panel kelistrikan, dengan menggunakan sistem pengendali otomatis menggunakan PLC operator tidak perlu berjalan sejauh itu untuk mengoperasikan seluruh mesin rolling mill. 2. Dari segi waktu pengoperasian mesin rolling mill, sistem pengendali manual terhitung lebih lama dibandingkan dengan sistem pengendali otomastis, hal ini dapat terhitung dengan sistem pengendali manual operator berjalan normal 109 meter untuk mengoperasikan ataupun mematikan mesin rolling mill memakan waktu kurang lebih 3 menit 10 detik, dibandingkan dengan waktu sistem pengendali otomatis operator hanya memakan waktu kurang lebih 30 detik untuk mengoperasikan semua mesin rolling mill. 3. Sistem pengkabelan (wirring) dengan menggunakan pengendali otomatis lebih baik dibandingkan dengan sistem pengendali manual, ini disebabkan karena sistem pengendali otomatis mempunyai sistem pengkabelan terpusat, mulai dari input komputer, proses dengan PLC, dan output mesin rolling mill, sehingga bila terjadi konsleting yang disebabkan oleh rusaknya pengkabelan dapat lebih mudah diketahui. 4. Sistem pengendali otomatis dengan menggunakan PLC dapat mengetahui sinyal-sinyal kerusakan akibat konsleting ataupun lainnya dikarenakan sistem pengendali otomatis ini mempunyai monitoring sistem saat mesin rolling mill tersebut beroperasi, sedangkan sistem pengendali manual tidak memiliki monitoring untuk pengecekan kerusakan atau konsleting pada mesin rolling mill. 5. Tingkat pemeliharaan pengendali otomatis dengan menggunakan PLC lebih mudah dibandingkan pengendali manual dikarenakan operator pemeliharaan hanya tinggal memelihara tiga komponen inti dari sistem pengendali otomatis ini seperti komputer, PLC, dan motor mesin rolling mill, jika pemeliharaan dengan menggunakan pengendali manual operator harus memelihara mulai dari panel satu sampai dengan panel dua puluh pada setiap pemeliharaan panelnya. 5. 5.1
Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Berdasarakan hasil penelitian, analisa dan simulasi pada pembuatan pengendalian mesin rolling mill dengan bantuan perangkat lunak, maka diabil kesimpulan-kesimpulan. Proses penerapan pengendalian mesin rolling mill yang digunakan pada PT. Tobu Indonesia Steel menggunakan pengendalian manual, dengan kata lain operator masih harus berjalan menuju panel kontrol pada setiap mesin rolling mill untuk mengoperasikan dan mematikan mesin tersebut. Dalam menerapkan dan mengembangkan prototype sistem pengendalian otomatis pada mesin rolling mill menggunakan Progammable Logic Control (PLC)
26
memakan biaya penerapan kurang lebih sebesar Rp. 23.500.000. Proses penerapan pengendali mesin rolling mill dengan membuat simulasi pengendali memakan waktu selama 1 bulan untuk membuat alat pengendali dan perangkat lunak sebagai pendukungya. Alat simulasi yang dibuat dapat menggerakan delapan otuput secara bersamaan atau pun satu demi satu. Program (perangkat lunak) dalam pengendalian mesin rolling mill dibuat dengan program borland delphi 7. Proses pengendalian sistem otomatis mesin rolling mill dengan menggunakan PLC dirasa cukup memberikan manfaat yang besar bagi perusahaan, dapat dilihat dari lebih efektif dan efisiensi alat PLC tersebut dibandingkan dengan panel kontrol manual dalam mengendalikan mesin rolling mill. Tingkat ke efektif dan efisiensi dirasakan oleh pekerja yang tidak perlu berjalan dalam dalam mengoperasikan dan mematikan seluruh mesin rolling mill, tingkat efektif dan efisiensi juga terlihat dari segi waktu pengoperasian, bila dengan menggunakan sistem pengendali manual operator memakan waktu kurang lebih 3 menit 10 detik untuk megoperasikan seluruh mesin namun dengan menggunakan sistem pengendali otomatis operator hanya membutuhkan waktu kurang lebih 30 detik untuk mengoperasikan seluruh mesin rolling mill. Sistem pengkabelan terpusat yang dimiliki sistem pengedali otomatis dengan menggunakan PLC lebih baik dikarenakan pada sistem pengedalian terpusat ini, apabila terjadi konsleting atau kerusakan lebih operator lebih mudah untuk mengetahuinya. Sistem pengendalian otomatis dengan menggunakan PLC yang melibatkan monitor dalam pengoperasiannya dapat mengetahui apabila ada kerusakan-kerusakan ataupun konsleting yang terjadi pada dua puluh mesin rolling mill. Tingkat pemeliharaan sistem pengendali otomatis juga lebih mudah dibandingkan sistem pengendali manual, dikarenakan sistem pengedali otomatis hanya tinggal memelihara tiga komponen utama yaitu komputer, PLC, dan motor mesin rolling mill Dari beberapa perbandingan dan analisa diatas sistem kendali mesin rolling mill otomastis dengan menggunakan PLC dirasa cukup layak diterapkan oleh perusahaan Tobu Indonesia Steel sebagai salah satu perusahaan yang memproduksi besi beton. 5.2
Saran Saran yang diberikan sehubungan penelitian dalam penggunaan sistem kendali otomatis menggunakan PLC ini adalah penerapan sistem pengendalian manual mesin rolling mill diharapkan dapat dirubah dengan menggunakan pengendalian sistem pengendalian otomatis. Penerapan dan pengembangan prototype sistem pengendali otomatis dengan menggunakan PLC dapat lebih dimaksimalkan dengan menghubungkan seluruh mesin produksi yang masih dikendalikan secara manual. Pembuatan simulasi pengendalian manual diharapakan dapat lebih sempurna dalam menghubungkan setiap komponen-komponen agar pembagian tegangan arus stabil pada setiap relay.
27
Perusahaan dapat mempertimbangkan usulan penerapan sistem pengendali otomatis menggunakan PLC ini untuk menggantikan sistem kendali manual yang saat ini masih diterapkan dikarenakan tingkat efektif dan efesiensi yang lebih tinggi dari sistem pengendali otomatis ini dibandingkan dengan sistem pengendali manual. DAFTAR PUSTAKA Bums, McNall Edward., Western Civilizations Their History and Their Culture, Edisi ke-5 Chapter 23, New York, 1958. Capiel., Hand book Programmable Logic Control., Penerbit., Factory Automatic Omron Indonesia., Indonesia., 1982. Hartwell, RM., The Industrial Revolution in England., Edisi ke-2 Chapter 10., London., 1966. http://www.scribd.com/doc/22341622/Agfianto-sistem-Kontrol-Proses-Dan-PLC http://media.diknas.go.id/media/document/3080.pdf http://mail.uns.ac.id/~yuyunestriyanto/?download=%20%20pendahuluan%20Ot omasi.pps http://www.tboymaster.com/2008/04/sistem-otomasi/. Irianto, Tri., Pengenalan Dasar PLC (Programmable Logic Controllers)., Penerbit Erlangga., Jakarta., 2005. Leksono, Edi., Teknik Kontrol Automatik (Sistem Pengaturan Jilid 1)., Penerbit Erlangga., Jakarta., 1985. Pakpahan., Kontrol Otomatik., Penerbit Erlangga., Jakarta., 1984.