ESTIMASI ABATEMENT COST DAN EFISIENSI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR REJECT TREATMENT PLANT (RTP) COLD ROLLING MILL (CRM)PT. KRAKATAU STEEL CILEGON
AIDA FITRIANI
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Estimasi Abatement Cost dan Efisiensi Pengolahan Limbah Cair Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT.Krakatau Steel Cilegon adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2015
Aida Fitriani NIM H44110082
ABSTRAK AIDA FITRIANI.Estimasi Abatement Cost dan Efisiensi Pengolahan Limbah Cair Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT.Krakatau Steel Cilegon. Dibimbing oleh YUSMAN SYAUKAT. Meningkatnya jumlah industri di Indonesia memiliki dampak negatif terhadap lingkungan. Oleh karena itu, perlu kontrol untuk mencegah pencemaran lingkungan. CRM PT.Krakatau Steel bertanggung jawab untuk mengurangi tingkat polutan yang dihasilkan dari proses produksi. Bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap pengendalian lingkungan adalah membangun sistem pengolahan limbah cair.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis efisiensi pengolahan air limbah dan analisis abatement cost meliputi total abatement cost, average abatement cost dan marginal abatement cost. Berdasarkan hasil penelitian semua parameter limbah cair sudah sesuai dengan standar baku mutu lingkungan. Total abatement cost yang paling rendah adalah parameter TSS sebesar Rp 4.209.361 dan total abatement cost yang paling tinggi yaitu parameter COD sebesar Rp 10.283.610. Average abatement cost dan marginal abatement cost yang paling rendah yaitu parameter TDS sebesar Rp 1.457 dan Rp. 288. Average abatement cost dan marginal abatement cost yang paling tinggi yaitu parameter temperatur sebesar Rp 356.249 dan Rp 70.443. Kata kunci: abatement cost, efisiensi, limbah cair
ABSTRACT AIDA FITRIANI. Estimates Abatement Cost and Efficiency Wastewater Processing Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT.Krakatau Steel Cilegon. Supervised by YUSMAN SYAUKAT. The increasing number of industries in Indonesia has negative impact to the environment. Therefore, there should be a control in order to prevent the environmental pollution. CRM PT.Krakatau Steel is in charge to responsible for reducing the level of pollutants produced by the production process. The form of corporate responsibility towards the environmental control is building the wastewater treatment system. The goal of this study is to analyze the efficiency of wastewater treatment process and to analyse the abatement cost, including the total abametent cost, average abatement cost and marginal abatement cost. According to the result of the study, it shows that all parameters of waste water has fit in the standard of environmental quality. The lowest total abatement cost is TSS paramater which amounting to Rp 4.209.361. Meanwhile COD parameter, as the highest total abatement cost is Rp 10. 283.610. The lowest of average and marginal abatement cost are TDS parameter (Rp 1.457 and Rp 288, respectively). On the contrary, the highest of average and marginal abatement cost are temperature parameter amounting to Rp 356.249 and Rp 70.443 respectively. Keywords: abatement cost, eficiency, wastewater.
ESTIMASI ABATEMENT COST DAN EFISIENSI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR REJECT TREATMENT PLANT (RTP) COLD ROLLING MILL (CRM) PT. KRAKATAU STEEL CILEGON
AIDA FITRIANI
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperolah gelar Sarjana Ekonomi Pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, serta Ummatnya hingga akhir masa. Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Februari 2015 sampai Maret 2015 ini adalah Estimasi Abatement Cost dan Efisiensi Pengolahan Limbah Cair Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT.Krakatau Steel Cilegon. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi serta kerjasama dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada: 1. Ayahanda tercinta (Heru Yuwono), Ibunda tercinta (Nurlaila), Kakak dan adik tersayang (Rifqi, Yusrina, Afiqah), serta keluarga besar yang telah memberikan kasih sayang, motivasi, dukungan moril maupun materil, serta limpahan do’a yang tak pernah putus kepada penulis. 2. Dr. Ir. Yusman Syaukat, M.Ec selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan waktu dan tenaga untuk memberikan bimbingan, arahan, motivasi, inspirasi dengan penuh kesabaran serta kebaikan yang sangat membantu sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. 3. Rizal Bahtiar, S.pi, M.Si selaku dosen penguji utama dan Nuva, Sp, M.Sc selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan atas kritik dan saran sebagai penyempurna skripsi ini 4. Prof.Dr.IrTridoyo Kusumastanto, MS selaku dosen pembimbing Akademik. 5. Seluruh dosen Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan (ESL) atas ilmu yang telah diberikan. 6. PT.Krakatau Steel yang telah membantu dalam proses pengambilan data (Bapak Arif, Bapak Syafrudin, Bapak Istianto, Bapak Basuki, Bapak Sandy, Bapak Adjat dll) 7. Teman satu bimbingan (Campina, Erlin, Anis, Gitta, Tommi, Relita, dan Nurul) atas dukungan, saran, kritik, dan lainnya selama menjalani proses pembuatan skripsi hingga selesai. 8. Sahabatku tercinta (Tiara, widi, ira dan acit) dan Keluarga besar ESL 48 9. Arrajih Fiddarain atas segala doa, dukungan, saran, kritik, dan lainnya selama menjalani proses pembuatan skripsi hingga selesai. 10. Keluarga Wisma Arundina (Putri, Farah, Indah, Rili, Zahra, Kak Egeng, Kak nindya, Kak Uum, Kak Lola, Kak Mira, Kak Fani) 11. Seluruh staff kependidikan di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan (Mba Aam, Mba Putri, Mba Angga, Pak Erwin, Pak Husein, Ibu Kokom, dan Ibu Odah) yang membantu penulis selama masa perkuliahan hingga menyelesaikan studi. 12. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Bogor, Juni 2015 Aida Fitriani
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xv DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xv I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1 1.2 Perumusan Masalah ....................................................................................... 3 1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 5 1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 6 1.5 Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................. 6 II Tinjauan Pustaka .............................................................................................. 7 2.1 Pengaruh Limbah Industri Terhadap Lingkungan ......................................... 7 2.2 Efisiensi Pengendalian Limbah ..................................................................... 7 2.3 Peran Sektor Industri terhadap Pembangunan Berwawasan Lingkungan ..... 7 2.4 Eksternalitas .................................................................................................. 8 2.5 Ekonomi Pencemaran .................................................................................... 9 2.6 Biaya Penanggulangan Cemaran ................................................................. 11 2.7 Abatement Cost ........................................................................................... 12 2.8 Penelitian Terdahulu ................................................................................... 16 III KERANGKA PEMIKIRAN ......................................................................... 19 IV METODE PENELITIAN.............................................................................. 23 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................................... 23 4.2 Jenis dan Sumber Data ................................................................................ 23 4.3 Metode Pengumpulan Data ......................................................................... 23 4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ........................................................ 23 4.4.1 Analisis Efisiensi Pengolahan Limbah Cair ....................................... 24 4.4.2 Analisis Marginal Abatement Cost, Average Abatement Cost dan Total Abatement Cost ...................................................................... 26 V GAMBARAN UMUM..................................................................................... 29 5.1 Sejarah Singkat PT. Krakatau Steel............................................................. 29 5.1.1 Lokasi dan Tata Letak PT. Krakatau Steel ......................................... 29 5.1.2 Unit-Unit Produksi PT. Krakatau Steel ............................................. 30
5.1.3 Kepegawaian dan Jam Kerja .............................................................. 32 5.1.4 Struktur Organisasi ............................................................................ 33 5.2 Cold Rolling Mill (CRM) PT.Krakatau Steel .............................................. 34 5.2.1 Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel ................................................................................................. 34 5.3 Divisi Helath Safety and Environment (HSE) ............................................ 38 VI Hasil dan Pembahasan .................................................................................. 41 6.1 Efisiensi Pengolahan Limbah Cair Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel ...................................................... 41 6.2 Abatement Cost Limbah Cair Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel................................................................... 48 6.2.1 Total Abatement Cost Seluruh Parameter Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel ...................... 49 6.2.2 Abatement Cost COD Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel ......................................................... 50 6.2.3 Abatement Cost Temperatur Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel .......................................... 52 6.2.4 Abatement Cost TDS Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel ....................................................... 54 6.2.5 Abatement Cost TSS Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel ....................................................... 56 VII KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 59 7.1 Kesimpulan .................................................................................................. 59 7.2 Saran ........................................................................................................... 59 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 61 LAMPIRAN ......................................................................................................... 63 RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. 79 DAFTAR TABEL 1.1 Baku Mutu Limbah Cair Industri ..................................................................... 4 4.1 Matriks Keterkaitan Antara Tujuan Penelitian, Metode Pengumpulan Data dan Analisis Data ........................................................................................... 24
4.2 Penentuan H0 dan H1 untuk Uji Nilai Tengah Pencapaian Standar Baku Mutu
Masing-masing Parameter.............................................................................. 26
5.1 Total Produksi Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel tahun 20122014 ............................................................................................................. 34 6.1 Efisiensi masing-masing parameter limbah cair Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT.Krakatau Steel.tahun 2012-2014 ......... 45 6.2 Penentuan Beban Pencemar Limbah Cair Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT.Krakatau Steel.tahun 2012-2014 .................... 46 6.3 Hasil uji-t Penurunan per Parameter Limbah Cair Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT.Krakatau Steel tahun 2012-2014 ......... 47 6.4 Hasil Uji-t Pencapaian per Parameter Limbah Cair dengan Standar Baku Mutu Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT.Krakatau Steel tahun 2012-2014 ................................................................................... 48 6.5 Total Abatement CostLimbah Cair Seluruh Parameter Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel tahun 2012-20144 ...... 50 6.6 Perhitungan Total Abatement Cost Parameter COD Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT.Krakatau Steel Tahun 2012–2014 ....... 51 6.7 Perhitungan Total Abatement Cost Temperatur Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT.Krakatau Steel Tahun 2012–2014 .................. 53 6.8 Perhitungan Total Abatement Cost TDS Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT.Krakatau Steel Tahun 2012–2014 ........................... 55 6.9 Perhitungan Total Abatement Cost TSS Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT.Krakatau Steel Tahun 2012–2014 ........................... 57 6.10 Total Abatement Cost, Average Abatement Cost dan Marginal Abatement Cost Seluruh Parameter Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT.Krakatau Steel Tahun 2012–2014................................................ 58 DAFTAR GAMBAR 2.1 Ilustrasi Besar Biaya Sosial Marjinal dan Biaya Privat Marjinal ................... 10 2.2 Biaya Penanggulangan Cemaran Marginal ..................................................... 11 2.3 Representasi Marginal Abtement Cost Function ............................................ 13 2.4 Anatomi Marginal Abatement Cost Curve ..................................................... 14 2.5 Agregat Abatement Cost ................................................................................. 15
3.1 Diagram Alur Kerangka Pemikiran ................................................................ 21 5.1 Diagram Alur Pengolahan Limbah Cair Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel ........................................................ 38 6.1 Perbandingan konsentrasi paremeter COD limbah cair RTP CRM PT.Krakatau Steel .......................................................................................... 42 6.2 Perbandingan konsentrasi parameter temperatur limbah cair RTP CRM PT.Krakatau Steel .......................................................................................... 42 6.3 Perbandingan konsentrasi parameter TDS limbah cair RTP CRM PT.Krakatau Steel .......................................................................................... 43 6.4 Perbandingan konsentrasi parameter TSS limbah cair RTP CRM PT.Krakatau Steel .......................................................................................... 44
DAFTAR LAMPIRAN 1 Perhitungan Efisiensi, Beban Pencemar Aktual dan Beban Pencemar Maksimum Parameter COD Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel tahun 2012-2014 ................................................... 64 2 Perhitungan Efisiensi, Beban Pencemar Aktual dan Beban Pencemar Maksimum Parameter Temperatur Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel tahun 2012-2014 ........................................... 65 3 Perhitungan Efisiensi, Beban Pencemar Aktual dan Beban Pencemar
Maksimum Parameter TDS Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel tahun 2012-2014 ................................................... 66 4 Perhitungan Efisiensi, Beban Pencemar Aktual dan Beban Pencemar Maksimum Parameter TSS Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel tahun 2012-2014 ................................................... 67 5 Hasil Analisis Uji Statistik Fisik Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel tahun 2012-2014l ...........................................68 6 Hasil Analisis Uji Statistik Fisik outlet dan Baku Mutu Limbah Cair Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel tahun 2012-2014l.........................................................................................................69 7 Total Abatement Cost CODReject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel tahun 2012-2014 ....................................................70
8 Total Abatement Cost TemperaturReject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel tahun 2012-2014 ........................................... 71 9 Total Abatement Cost TDS Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel tahun 2012-2014 ................................................... 72 10 Total Abatement Cost TSS Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel tahun 2012-2014 ................................................... 73 11 Total Abatement Costkeseluruhan pengolahan limbah Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel tahun 2012-2014 ........... 74 12 Hasil Analisis Regresi Linear Sederhana antara Penurunan Konsentrasi dengan Biaya Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel tahun 2012-2014 ...................................................................................... 75 13 Dokumentasi Penelitian ................................................................................... 78
1
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan bagian penting dalam pembangunan nasional. Tujuan dari pembangunan ekonomi yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hal ini dapat diukur salah satunya dari tingkat pendapatan perkapita. Pembangunan merupakan upaya untuk mengelola dan memanfaatkan sumberdaya untuk meningkatkan kehidupan masyarakat.Salah satu indikator keberhasilan pambangunan adalah pertumbuhan ekonomi. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi suatu negara, semakin tinggi pula taraf hidup masyarakat tersebut. Pada masa sekarang, pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) indonesia tahun 2014 tumbuh 5,02 persen pada lima tahun terkahir (BPS, 2014). Salah satu sektor yang memberikan kontribusi besar dalam peningkatan PDB Indonesia adalah sektor industri pengolahan atau industri manufaktur. Hal ini dapat dilihat dari Pertumbuhan jumlah industri dari pada tahun 2012 sebanyak 23.592 industri dan pada tahun 2013 mengalami peningkatan menjadi 23.941 industri (BPS, 2014) Industri di Indonesia merupakan salah satu komponen perekonomian yang penting. Perindustrian memungkinkan perekonomian kita berkembang pesat dan semakin baik, sehingga membawa perubahan dalam struktur perekonomian nasional. Pencapaian
sasaran pembangunan
di bidang ekonomi dalam
pembangunan nasional, industri memegang peranan yang menentukan dan oleh karenanya perlu lebih dikembangan secara seimbang dan terpadu dengan meningkatkan peran serta masyarakat secara aktif serta mendayagunakan secara optimal seluruh sumberdaya alam, manusia dan dana yang tersedia (UU No.5 Tahun 1984 tentang Perindustrian). Disisi lain pertumbuhan sektor industri juga membawa dampak negatif terhadap kelestarian lingkungan yaitu semakin meningkatnya jumlah industri akan berpotensi menimbulkan pencemaran sehingga dapat menyebabkan penurunan kualitas lingkungan. Kegiatan industri bisa dipastikan menimbulkan eksternalitas. Eksternalitas yaitu keterkaitan suatu kegiatan dengan kegiatan lain yang tidak melalui mekanisme pasar (Mangkoesoebroto, 1997). Eksternalitas tersebut dapat
2
bersifat positif maupun negatif. eksternalitas positif membawa dampak terhadap penyerapan tenaga kerja, sedangkan eksternalitas negatif yang dapat ditimbulkan antara lain adalah dampak limbah yang dihasilkan oleh industri tersebut. Upaya untuk mengurangi eksternalitas negatif yang ditimbulkan dari adanya air limbah adalah setiap perusahaan diwajibkan untuk mengolah air limbahnya. Upaya pengendalian ini dapat dilakukan berbagai cara, diantaranya dengan memasang perangkat kendali berupa IPAL. Perusahaan dalam kegiatan operasionalnya harus memiliki sarana IPAL karena IPAL merupakan syarat dapat berdiri dan beroperasinya sebuah perusahaan. IPAL juga merupakan sarana untuk meminimalisasi daya cemar dari limbah cair yang dihasilkan dari setiap kegiatan produksi. Industri harus menggunakan teknologi pengolahan limbah yang best practicable agar dapat memenuhi standar konsentrasi (baku mutu) dan kandungan polutan seperti Biochemical Oxgen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), Total Suspenden Solid (TSS), Total Disolve Solid (TDS) (KepMen LH No.3 Tahun 1998). Sebagai perusahaan yang bertanggung jawab terhadap lingkungan, pabrik Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel berupaya mengurangi dampak negatif pembuangan limbah industri yang dihasilkan dari kegiatan produksi dengan mendirikan suatu Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang biasa disebut dengan nama Reject Treatment Plant (RTP). Fungsi didirikannya RTP adalah mengurangi tingkat pencemar yang ada dalam air limbah, agar saat air limbah di buang ke lingkungan tidak mencemari perairan. Pabrik Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel merupakan unit pabrik yang membuat baja lembaran. Dalam proses produksi mengolah batang baja menjadi lembaran baja, divisi ini banyak membutuhkan air sebagai proses pendinginan baja (coolant). Dalam proses produksi, baja ditipiskan dengan suhu yang sangat tinggi yaitu 500 °C-700 °C, untuk itu dibutuhkan air yang digunakan
sebagai pendingin baja lembaran yang telah ditipiskan. Air yang digunakan untuk proses pendinginan limbah tersebut langsung dialirkan menuju RTP untuk diolah. Keberadaan limbah cair tersebut, apabila tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan dampak negatif terhadap kelestarian lingkungan dan masyarakat
3
karena mereka merasakan dampak buruknya berupa penurunan kualitas lingkungan. 1.2 Perumusan Masalah Permasalahan yang mendasar mengenai limbah adalah pengolahannya dan dampak yang akan terjadi apabila limbah tidak dikelola dengan baik atau bahkan tidak dikelola sama sekali. Salah satu dampak yang akan terjadi adalah meningkatnya pencemaran, menurunnya kualitas lingkungan dan kesehatan yang kemudian akan merugikan masyarakat.Industri menghasilkan beragam limbah, seperti: limbah cair, padat dan gas. Limbah-limbah ini biasanya langsung dibuang ke lingkungan, tanpa melalui proses pengolahan dan penanganan. Industri umumnya langsung membuang limbah cair ke badan air, seperti laut, sungai atau danau. Limbah cair industri merupakan penyebab utama terjadinya pencemaran air. Pengendalian pencemaran yang diakibatkan oleh limbah industri dalam kaitanya dengan pembangunaan berwawasan lingkungan bertujuan untuk meminimalkan dampak negatif. Upaya ini dapat dilakukan dengan cara, memasang perangkat kendali pencemaran air berupa IPAL. Perusahaan dalamoperasionalnya harus memiliki sarana IPAL karena IPAL merupakan syarat dapat berdirinya dan beroperasinya sebuah perusahaan. IPAL juga merupakan sarana untuk meminimalkan daya cemar dari limbah cair yang dihasilkan dari setiap kegiatan produksi. Pemerintah telah berupaya untuk melindungi dan memperbaiki kualitas air serta melakukan pencegahan terhadap pencemaran air, yaitu melalui pangaturan perijinan pembuangan limbah cair. Hal ini dilakukan karena air merupakan sumberdaya alam yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Salah satu upaya pemerintah adalah dengan mengeluarkan PP No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, yang isinya antara lain mengalihkan wewenang pengaturan perijinan pembuangan limbah cair dari Gubernur kepada Bupati/Walikota. Mengingat Peraturan Pemerintah tersebut, pemerintah Kota Cilegon telah menetapkan Peraturan Daerah No. 04 Tahun 2002 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan Industri, yaitu :
4
Tabel 1.1Baku mutu limbah cair Industri Kota Cilegon No. Parameter Satuan FISIKA 1. Temperatur C 2. Zat padat terlarut mg/l 3. Zat padat tersuspensi mg/l KIMIA : 1. pH 2. Besi terlarut (Fe) mg/l 3. Mangan terlarut (Mn) mg/l 4. Barium (Ba) mg/l 5. Tembaga (Cu) mg/l 6. Seng (Zn) mg/l 7. Krom heksvalen(Cr 6+ ) mg/l 8. Krom Total (Ct) mg/l 9. Cadmium (Cd) mg/l 10. Raksa (Hg) mg/l 11. Timbal (Pb) mg/l 12. Stanum (Sn) mg/l 13. Arsen (As) mg/l 14. Selenium (Se) mg/l 15. Nikel (Ni) mg/l 16. Kobalt (Co) mg/l 17. Sianida (CN) mg/l 18. Sulfida mg/l (H2 𝑆) 19. Flourida (F) mg/l 20. Klorin bebas mg/l (C𝑙2 ) 21. Amoniak bebas(NH3 N) mg/l 22. Nitrat mg/l (NO3 N) 23. Nitrit mg/l (NO2 N) 24. Kebutuhan Oksigen Biokimia mg/l (BOD) 25. Kebutuhan Oksigen Kimia mg/l (COD) 26. Senyawa aktif biru metilen mg/l 27. Fenol mg/l 28. Minyak Nabati mg/l 29. Minyak Mineral mg/l
Baku Mutu 40 4000 400 6-9 10 5 3 3 10 0.5 1 0.1 0.005 1 3 0.5 0.5 0.5 0.6 0.5 0.1 3 2 5 30 3 150 300 10 1 10 50
Sumber : Keputusan Walikota Cilegon No 4 tahun 2002
Kualitas limbah cair dilihat dari baku mutu setiap parameter baik fisika, kimia dan biologi. Baku mutu setiap parameter mengacu pada aturan pemerintah yang berlaku. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas limbah cair yang dihasilkan oleh industri diantaranya kinerja IPAL yang digunakan, biaya operasional, Standard Operational Procedure (SOP) dan kualitas Sumberdaya
5
Manusia (SDM). Namun sejauh mana faktor-faktor tersebut mempengaruhi pengelolaan limbah belum begitu diperhatikan. Sejauh mana keefektifan dari hasil pengelolaan limbah industri belum diketahui. Hal ini terlihat dengan sedikitnya penelitian yang mengkaji hal tersebut. Pemilihan pabrik CRM PT. Krakatau Steel untuk dijadikan tempat penelitian dikarenakan divisi tersebut menghasilkan limbah cair dari kegiatan produksinya dan pabrik tersebut memiliki sarana pengolahan limbah cair, namun belum melakukan evaluasi terkait permasalahan efisiensi pengolahan limbah cair dan pembiayaan. Limbah cair sebagai eksternalitas negatif membutuhkan pengolahan yang membutuhkan biaya yang disebut dengan biaya sosial sehingga keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh industri bukan hanya biaya swasta melainkan juga biaya sosial. Selama ini, pembiayaan pengolahan limbah cair belum diperhatikan oleh perusahaan.Biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk mengolah limbah cair adalah biaya penanggulangan cemaran yang yang merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mengurangi volume limbah cair yang dibuang ke lingkungan. Misalnya dalam industri bubur kayu (pulp) dalam kegiatannya yang normal, pabrik ini membuang limbah dalam bentuk organik dengan asumsi pabrik tersebut secara bebas mempunyai akses ke sungai, maka cara tercepat dan termurah adalah membuang limbah ke sungai (Suparmoko, 2011). Berdasarkan uraian diatas, maka beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah : 1.
Bagaimana efisiensi Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steeldalam mengolah limbah cair industri?
2.
Berapa Total Abatement Cost, Average Abatement Cost danMarginal Abatement Cost, Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel? 1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah tersebut, tujuan penelitian ini adalah: 1.
Menganalis efisiensi Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel dalam mengolah limbah cair industri
6
2.
Mengestimasi Total Abatement Cost, Average Abatement Cost danMarginal Abatement Cost, Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel 1.4 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam berbagai hal,
yaitu: 1.
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca mengenai pengolahan
lingkungan
hidup
terutama
dampak
pencemaran
yang
ditimbulkan akibat semakin berkembangnya industri. 2.
Memberikan informasi kepada pembaca mengenai pengolahan limbah cair industri, biaya pengolahan limbah cair dan persepsi masyarakat terhadap limbah cair.
3.
Sebagai informasi yang digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan pada penggunaan RTP CRM PT. Krakatau Steel dalam pengolahan limbah cair.
4.
Sebagai bahan rujukan bagi akademisi dan peneliti yang melakukan penelitian mengenai topik yang terkait agar dapat memperbaiki kekurangan dan kesalahan yang ada. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian
1.
Penelitian ini dilakukan di RTP pabrik CRM PT. Krakatau Steel Cilegon Banten
2.
Penlitian ini hanya melihat empat parameter saja, yaitu parameter COD, Temperatur, TDS dan TSS. Karena keempat parameter tersebut merupakan parameter kunci dalam pengolahan limbah di RTP CRM.
3.
Permasalahan teknis yang dibahas dalam penelitian ini hanya mengenai evaluasi kemampuan RTP.
4.
Permasalahan ekonomi yang dibahas dalam penelitian ini adalah estimasi Marginal Abatement Cost, Average Abatement Cost dan Total Abatement Cost
7
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengaruh Limbah Industri Terhadap Lingkungan Pencemaran industri adalah kegiatan industri yang menyebabkan penurunan kualitas lingkungan karena masuknya zat-zat pencemar yang dihasilkan ke suatu lingkungan. Dampak limbah industri terhadap lingkungan telah terbukti besar pengaruhnya terhadap kesehatan manusia. Disamping menghasilkan limbah yang dapat mencemari lingkungan bila tidak dikelola dengan baik, kegiatan industri juga dapat menyebabkan timbulnya bau, bising, panas dan radiasi. Dampak limbah industri cair terhadap lingkungan antara lain perubahan sistem ekologi, perubahan sifat-sifat air dan kematian pada organisme akuatik (Supraptini, 2002). 2.2 Efisiensi Pengendalian Limbah Limbah adalah sisa dari kegiatan produksi, konsumsi maupun distribusi. Limbah ini mau tidak mau harus dikembalikan ke dalam lingkungan alami. Berhubung keberadaan limbah dalam lingkungan alami dapat mengurangi pelayanan (service) yang dapat diberikan oleh lingkungan tersebut, maka alokasi faktor produksi yang optimal harus memperhitungkan limbah buangan itu sebagai unsur dalam biaya produksi. Inilah yang dimaksud dengan memasukan biaya eksternal menjadi biaya produksi. Alokasi limbah yang efisien akan ditentukan oleh macam dan sifat limbah yang bersangkutan (Suparmoko, 2011). 2.3 Peranan Sektor Industri terhadap Pembangunan Berwawasan Lingkungan Strategi dan kebijaksanaan lingkungan lebih diarahkan untuk sektor produsen dan kadang tidak menguntungkan secara ekonomi, dukungan pelaku ekonomi produsen adalah salah satu kunci utama dalam kesuksesan pembangunan berwawasan lingkungan. Masalah lingkungan timbul karena aktifitas ekonomi selama ini memperhitungkan biaya lingkungan atau sosial sebagai dampak dari aktifitasnya. Limbah industri dan pertanian misalnya memberikan kontribusi penting terhadap masalah lingkungan. Orientasi sektor ini dititikberatkan pada orientasi ekonomi, sedangkan pencegahan masalah ekonomi membutuhkan biaya yang tidak sedikit, maka agak sulit bagi industri untuk melaksanakan upaya pengendalian lingkungan. Untuk memperlancar pelaksanaan perlu dibuat peraturan dan undang-undang yang membatasi terjadinya polusi atau kompensasi
8
terhadap polusi yang ditimbulkan, serta diterapkan sanksi yang berat jika terjadi pelanggaran dan diperkenalkan mekanisme pasar atau instrumen ekonomi agar memberikan hasil yang maksimal (Yakin, 1997) 2.4 Eksternalitas Hufschmidt (1987) mengemukakan bahwa dampak yang ditimbulkan oleh industri terhadap lingkungan disebut dengan “dampak eksternal”. Dampak eksternal timbul bila fungsi kegunaan (manfaat) atau produksi sesorang tergantung pada kegiatan orang lain. Contoh eksternalitas adalah limbah yang dibuang oleh industri makanan yang merugikan kesehatan masyarakat. Eksternalitas muncul bila dampak terhadap lingkungan yang mengakibatkan biaya dan manfaat sosial tidak dipertimbangkan oleh orang atau sekelompok orang yang mengakibatkan dempak tersebut. Hal ini akan menyebabkan terjadinya kegagalan pasar, kegagalan pasar terjadi karena pasar mengkomunikasikan keinginan secara tepat dan keputusan individual yang berdasarkan informasi harga tidak menimbulkan alokasi sumberdaya yang efisien (Fauzi, 2006). Peranan pemerintah dalam mengatasi kegagalan pasar adalah dengan melakukan command and control yaitu dengan mengadakan regulasi dan menetapkan ambang batas pencemaran limbah yang diperbolehkan. Jika pemerintah tidak mengatasi kegagalan pasar dengan beberapa kebijakan dan regulasi yang diterapkan maka akan terjadi kegagalan pemerintah. Kegagalan pemerintah terjadi karena pemerintah tidak dapat mengatasi kegagalan pasar setelah melakukan kebijakan untuk mengatasi hal tersebut. Kegagalan pasar dapat menyebabkan sistem pasar dan harga menjadi tidak efisien. Sementara itu, Mangkoesobroto (1997), membagi eksternalitas atas dampaknya menjadi dua, yaitu eksternalitas negatif dan eksternalitas positif. Eksternalitas positif adalah dampak yang menguntungkan dari suatu tindakan yang dilakukan oleh suatu pihak terhadap orang lain tanpa adanya kompensasi dari pihak yang diuntungkan, sedangkan eksternalitas negatif apabila dampaknya bagi oranglain yang tidak menerima kompensasi sifatnya merugikan. Contoh eksternalitas negatif adalah limbah industri yang dibuang ke sungai dan mempengaruhi kesehatan masyarakat.
9
2.5 Ekonomi Pencemaran Pencemaran adalah masuknya aliran resdiual (residual flow) yang diakibatkan oleh perilaku manusia ke dalam sistem lingkungan. Redisual merupakan bagian intrinsik atau bagian yang tidak terpisahkan dari aktivitas ekonomi
dan
akan
meningkat
sejalan
dengan
peningkatan
aktivitas
tersebut.Dalam perspektif ekonomi, pencemaran bukan saja dilihat dari hilangnya nilai ekonomi sumberdaya akibat berkurangnya kemampuan sumberdaya secara kualitas dan kuantitas untuk menyuplai barang dan jasa, namun juga dari dampak pencemaran tersebut terhadap kesejahteraan masyarakat. Dampak residual tersebut tidak secara eksplisit diakomodasikan dalam model produksi dan konsumsi. Padahal, dengan mengabaikan dampak eksternalitas tersebut, bukan saja syarat optimalitas produksi dan konsumsi tidak bisa terpenuhi, namun juga mengabaikan biaya sosial yang sebenarnya harus ditanggung oleh masyarakat (Fauzi, 2006). Minimisasi limbah (waste minimization) yang digunakan di Indonesia adalah upaya mengurangi jumlah, konsentrasi, toksisitas dan tingkat bahaya limbah yang berasal dari proses produksi atau kegaiatan dengan jalan reduksi pada sumbernya dan pemanfaatan limbah (Bapedal, 1992). Beberapa cara untuk minimisasi limbah yaitu : 1. Reduksi pada sumbernya (source reduction) dilakukan dengan cara memilih bahan baku yang relatif aman, melakukan pengolahan bahan dan modifikasi bahan. 2.
Reuseatau penggunaan kembali. Penggunaan kembali adalah pemanfaatan limbah dengan menggunakan kembali untuk keperluan yang sama, tanpa mengalami pengolahan ataupun perubahan bentuk.
3.
Recycle atau daur ulang. Daur ulang adalah pemanfaatan kembali limbah melalui pengolahan secara fisik, kimiawi untuk menghasilkan produk yang sama atau produk lain.
4.
Perolehan kembali adalah upaya pemanfaatan limbah dengan memprosesnya guna memperoleh kembali salah satu atau lebih komponen yang terkandung didalamnya. Contohnya limbah yang mengandung logam berharga, misalnya perak dapat diolah guna diambil kembali peraknya.
10
Proses minimisasi limbah industri bertujuan untuk memperbaiki kualitas lingkungan dan memperbaiki keuntungan ekonomi antara lain : 1.
Mengurangi biaya investasi atau modal dan biaya operasi untuk pengolahan limbah yang dilakukan di perusahaan yang bersangkutan.
2.
Mengurangi biaya penanggulangan kerusakan lingkungan.
3.
Mengurangi biaya biaya transportasi untuk pengolahan limbah diluar fasilitas IPAL.
4.
Menjamin kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat karena terhindar dari kerugian yang ditimbulkan dari limbah. Limbah merupakan eksternalitas negatif dari adanya suatu produksi atau
kegiatan, limbah dapat diminimisasi dengan suatu pengolahan yang membutuhkan biaya. Biaya yang dikeluarkan untuk mengurangi eksternalitas negatif atau mengkompensasi kerusakan lingkungan yang mungkin terjadi disebut dengan External Cost. Biaya tersebut adalah biaya diluar biaya swasta (Private Cost) yang digunakan dalam menjalankan usaha. Dengan kata lain, keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh suatu unit usaha yang mencakup biaya eksternal disebut dengan biaya sosial (Sosial Cost). Besarnya biaya akan berubah sejalan dengan adanya perubahan aktivitas produksi dari suatu unit usaha. Perubahan biaya tersebut adalah biaya marjinal. Rp
MSC = MPC + MEC MPC
Jumlah Produksi Gambar 2.1 Ilustrasi Besar Biaya Sosial Marjinal dan Biaya Privat Marjinal. Sumber : Modul Kuliah Ekonomi Lingkungan Departemen ESL (Eka, et.al, 2010) Sesuai dengan konsep biaya sosial yang lebih besar dari biaya swasta, besar Marginal Sosial Cost (MSC) juga lebih besar daripada Marginal Private Cost (MPC) karena merupakan penambahan MPC dengan MEC (Marginal External Cost).
11
2.6 Biaya Penanggulangan Cemaran Biaya penanggulangan cemaran merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mengurangi volume limbah yang dibuang ke lingkungan, atau untuk memperkecil konsentrasi ambien. Misalnya dalam hal industri bubur kayu (pulp). Dalam kegiatannya yang normal, pabrik ini membuang limbah dalam bentuk limbah organik dengan asumsi pabrik tersebut secara bebas mempunyai akses ke sungai, maka cara cepat dan termurah adalah membuang limbah tersebut ke sungai. Namun dalam masa sekarang ini banyak perusahaan besar yang sudah menggunakan manajemen teknologi pengolahan limbah untuk mengurangi bunagan limbahnya. Biaya kegiatan pengolahan limbah dan manajemennya disebut dengan biaya penanggulangan limbah (abatement cost). Biaya penanggulangan ini akan berbeda dari jenis limbahnya yang satu ke jenis limbah yang lain, ataupun antara jenis teknologi yang satu dengan jenis teknologi yang lainya meskipun jenis limbahnya sama. Penanggulangan limbah mencakup semua jenis kegiatan seperti perubahan teknologi produksi, penggantian masukan atau bahan mentah (input), pendaur ulangan limbah, pengolahan limbah dan memindah lokasi penampungan untuk limbah. Lebih jelasnya akan dilukiskan hubungan antara volume limbah (pencemar) dan jumlah rupiah atau dolar sebagai nilai biaya penanggulangan limbah. Dalam gambar 2.2 dilukiskan pada sumbu horizontal volume limbah yang terbuang dan pada sumbu vertikal jumlah rupiah yang dikeluarkan (Suparmoko, 2011) Rp
BPM 0
BPM 1
Emisi (ton)
Gambar 2.2 Biaya Penanggulangan Cemaran Marginal Sumber : Ekonomika Lingkungan (Suparmoko, 2011)
12
Seperti biasa akan digunakan kurva biaya penanggulangan marginal yaitu tambahan biaya untuk mengurangi satu unit volume cemaran. Pada sumbu horizontal kurva biaya penanggulangan cemaran dimulai dari tingkat emisi yang tidak terkendalikan, yaitu tingkat emisi sebelum ada kegiatan penaggulangan cemaran sama sekali. Oleh karena itu kurva ini miring dari kanan ke kiri atas yang menggambarkan peningkatan biaya marginal penanggulangan cemaran. Pada umunya dengan penemuan teknologi baru akan menekan biaya penanggulangan cemaran. Oleh karena itu akan dapat dihitung berapa perubahan biaya penanggulangan cemaran apabila terjadi penemuan teknologi baru yang mengurangi cemaran seperti pada teknologi pengolahan air limbah (IPAL). Analisis semacam ini akan penting artinya pada saat kita meneliti berbagai macam kebijakan penanggulangan cemaran. Perlu dipertimbangkan pula adakah teknologi itu memberikan insentif dalam bentuk pengurangan biaya pengolahan limbah sehingga mendorong perusahaan atau pemerintah mengembangkan penelitian guna mendapatkan teknologi baru baik dalam pengolahan limbah industri maupun limbah rumah tangga (Suparmoko, 2011). Menurut Kristanto 2004, biaya pengendalian dan penanggulangan pencemaran terdiri dari: 1. Biaya pengadaan lokasi 2. Biaya pengadaan pearalatan 3. Biaya tenaga listrik dan tenaga kerja 4. Biaya bahan penolong 5. Biaya pemeliharaan 6. Biaya instalasi, bangunan dan trasnportasi 2.7 Abatement Cost Menurut eka, et.al, (2010) Abatement Cost merupakan biaya pengurangan jumlah limbah yang dibuang ke lingkungan melalui pengurangan konsentrasi ambient, sebagai contoh: perusahaan umumnya memiliki upaya teknis dan manajerial untuk mengurangi daya cemar limbah. Besarnya biaya akan berbedabeda sesuai dengan banyaknya limbah, jenis limbah dan teknis pengolahan limbahnya. Teknis operasional, abatement digunakan dengan konotasi yang luas dan mencakup berbagai kemungkinan upaya pengurangan limbah, perubahan
13
dalam teknologi produksi, penggantian input, pengolahan ulang limbah, perawatan dan sebagainya. Pemahaman Marginal Abatement Cost (MAC) dalam beberapa literatur lebih mudah digunakan daripada Abatement Cost. Sumbu horizontal menunjukkan jumlah effluent sedangkan sumbu vertikal menunjukkan nilai moneter. MAC pencemaran menggambarkan biaya tambahan untuk mencapai pengurangan tingkat pencemaran sebanyak satu satuan atau bisa juga dilihat sebagai biaya yang dihemat ketika pencemaran meningkat sebesar satu satuan. Tingkat biaya yang ditanggung ketika melaksanakan berbagai kegiatan tergantung pada teknologi yang tersedia untuk melaksanakan kegiatan itu dan kemampuan manajerial yang diterapkan. Secara umum grafik melandai ke kiri, menggambarkan kenaikan MAC.
Rp
Rp (a)
Rp (b)
(c)
Effluent Effluent Gambar 2.3. Representasi Marginal Abatement Cost Function
Effluent
Sumber : Field, B. C. 1994. Enviromental Economics : An Introductory. Mc Grow-Hill, Inc. Singapura (dalam Eka, et. al, 2010)
•
Grafik (a) menggambarkan MAC yang meningkat perlahan seiring dimulainya pengurangan limbah lalu kemudian meningkat sangat cepat seiring dengan jumlah limbah yang relatif semakin sedikit.
•
Gambar (b) menggambarkan MAC yang meningkat semakin tajam sejak awal
•
Gambar (c) menggambarkan kurva MAC yang mengandung tahap penuruna awal diikuti oleh peningkatan nilai. Marginal abatement cost dimulai pada tingkat limbah e (tingkat limbah
yang tak terkendalikan), seiring pengurangan tingkat limbah, biaya marjinal untuk mencapai pengurangan selanjutnya akan semakin meningka.
Semakin luas
pengurangan limbah semakin besar biaya marjinal untuk menghasilkan
14
pengurangan selanjutnya. Hal ini menghasilkan MAC yang semakin tajam seiring pengurangan limbah. Ada batas tertinggi bagi abatement cost ini. Pilihan ekstrim untuk sebuah cabang atau sumber limbah adalah dengan menghentikan kegiatannya sehingga akan menghasilkan limbah sama dengan nol (0). Biaya pelaksanaan kegiatannya tergantung pada kondisi yang dihadapi. Jika sumbernya hanya sebuah unit dari industri besar yang terdiri dari banyak unit, biaya untuk penutupan unit tersebut tidak akan begitu besar dan pengaruhnya akan kecil. Sebaliknya, jika kita berbicara tentang biaya perbaikan marjinal untuk keseluruhan industri produksi energi listrik di Amerika Tengah misalnya pilihan penghentian produksi dan untuk mencapai tingkat limbah sama dengan nol akan mengandung biaya yang besar. Analisis Marginal Abatement Cost (MAC) ini penting ketika kita mempelajari berbagai jenis kebijakan pengendalian pencemaran dan dampak yang diakibatkan karena pencemaran lingkungan dan polusi. MAC MAC₂ MAC₂ c₂ c₁
b a
ee e₁ Effluent (ton/tahun) Gambar 2.4 Anantomi Marginal Abatement Cost Curve.
Sumber : Field, B. C. 1994. Enviromental Economics : An Introductory. Mc Grow-Hill, Inc. Singapura (dalam eka, et. al, 2010)
Faktor-faktor yang membedakan MAC2 dan MAC1 adalah : 1.
MAC2 dan MAC1 berhubungan dengan effluent dan sumber yang sama, namun periode waktu
yang berbeda. Gambar yang lebih rendah
menggambarkan situasi setelah dikembangkan teknologi pengendalian pencemaran baru. 2.
Sebelum perusahaan mengadopsi teknologi baru, Total Abatement Cost (TAC) mencapai tingkat e = (a + b) per tahun, sedangkan setelah perubahan maka TAC adalah sebesar b per tahun.
15
3.
Nilai penghematan tahunan yang didapat dari perubahan teknologi sebesar a.
Agregat Marginal Abatement Cost Umumnya kebijakan lingkungan (tingkat Negara), bertujuan untuk mengendalikan pencemaran dari sejumlah sumber polusi, bukan hanya satu sumber saja. Fungsi Agregat MAC untuk sekelompok perusahaan diperoleh dengan menggabungkan kurva MAC masing-maasing. Konsep dasar dari abatement cost ini menunjukkan pembiayaan minimal dalam mencapai pengurangan pencemaran bagi sebuah perusahaan jika terfokus pada fungsi MAC tunggal, atau untuk sejumlah sumber effluent jika kita tertarik pada agregat fungsi MAC. Rp/mg
Rp/mg
(a)
Rp/mg
(b)
Emisi A (ton/mg)
Emisi B (ton/mg)
(c)
Total Emisi (ton/mg)
Gambar 2.5 Agregat Abatement Cost Sumber : Field, B. C. 1994. Enviromental Economics : An Introductory. Mc Grow-Hill, Inc. Singapura (dalam eka, et.al, 2010)
Gambar 2.4 menunjukkan dua fungsi MAC tunggal yang diberi nama sumber A dan sumber B, dimana sumber B adalah tempat yang lebih modern dengan alternatif teknologi pengendalian pencemaran yang lebih fleksibel. Agregat kurva MAC merupakan penggabungan dari kedua hubungan tunggal ini. Permasalahannya adalah ketika ada dua sumber dengan abatement cost yang berbeda maka biaya totalnya akan tergantung pada bagaimana mengalokasikan total pencemaran pada berbagai sumber yang berbeda tersebut. Cara tepat untuk melakukannya adalah dengan menggabungkan keduanya secara horizontal.
16
2.8 Penelitian Terdahulu Septiviani (2009) meneliti tentang penetapan pajak lingkungan industri tekstil (studi kasus PT. Unitex, Bogor). Tujuan dari penelitian tersebut adalah mengestimasi tambahan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk mengurangi satu-satuan konsentrasi parameter limbah cair (MAC/Marginal Abatement Cost). Mengestimasi tambahan biaya kerusakan yang diterima masyarakat akibat pencemaran air sungai (MD/Marginal Damage).
Mengestimasi nilai pajak
lingkungan yang optimal terhadap pencemaran limbah cair industri tekstil berdasarkan Polluter Pays Principle. Untuk mengestimasi MAC (Marginal Abatement Cost) dilakukan pendekatan dengan menggunakan biaya rata-rata (Average Cost Principle/ACP). Hasil dari penelitian tersebut menunjukan bahwa penetapan pajak lingkungan merupakan pertemuan antara titik MAC dan MD. Nilai MAC dihasilkan dari outlet limbah cair yang dihasilkan dan besarnya biaya pengolahan limbah cair, semakin besar nilai outlet maka semakin besar pajak lingkungan yang ditanggung oleh perusahaan. Sedangkan nilai MD dihasilkan dari pengaruh faktor-faktor seperti pendidikan dan jarak temapt tinggal Damayanti (2009), penelitian yang berjudul “Analisis Penentapan Nilai Pajak Lingkungan Industri Kertas (Studi Kasus: PT Aspex Kumbong, Kecamatan Cileungsi, Kabupaten Bogor). Tujuan penelitian ini mengestimasi besarnya biaya tambahan yangdikeluarkan oleh perusahaan kertas untuk mengurangi kadar pencemaran padasetiap parameter pencemar dan merumuskan persamaan tambahan tersebut, mengestimasi besarnya tambahan kerusakan yang diterima oleh masyarakat akibatpencemaran air yang disebabkan oleh limbah cair industri kertas dan merumuskanfungsi dari tambahan kerusakan tersebut, mengestimasi besarnya pajaklingkungan yang dibebankan kepada industri kertas berdasarkan polluter paysprinciple. Djunaedi (2007), melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui efektivitas IPAL dalam mengolah limbah cair, hubungan kinerja pengelolaan limbah dengan kualitas limbah rumah sakit meramalkan parameter-parameter limbah yang harus dipantau dalam masa yang akan datang. Metode yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah efektivitas IPAL, Cost-Effectivness, dan Principal Component Analysis (PCA). Penelitian ini dilakukan di berbagai
17
rumah sakit kelas A, B,C dan D di Jakarta bervariasi dan secara umum tidak efektif dalam menurunkan parameter pencemar. Terdapat hubungan ratio antara kinerja rumah sakit dengan parameter limbah. Beberapa rumah sakit tidak efektif terhadap penurunan parameter BOD, COD, padatan tersuspensi, amonia dan fosfat.
18
19
III. KERANGKA PEMIKIRAN Perkembangan sektor industri selain memeberikan dampak positif bagi perekonomian nasional juga membawa dampaknegatif terhadap kondisi lingkungan. Dampak positif perkembangan industri antara lain membuka lapangan pekerjaan, meningkatkan devisa negara, serta menyumbang terhadap pendapatan nasional. Perkembangan sektor industri juga memberikan dampak negatif yang tidak bisa dihindari yaitu menimbulkan pencemaran karena dalam setiap proses produksinya menghasilkan limbah yang dapat menyebabkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan. Perkembangan kondisi dan kualitas lingkungan di Indonesia yang semakin memperhatikan karena kerusakan lingkungan semakin parah diikuti dengan pembuangan limbah secara terus menerus maka akan menimbulkan pencemaran. Penelitian ini bermula dari permasalahan yang sering terjadi dalam pengolahan limbah, yaitu permasalahan yang akan timbul apabila limbah tidak dikelola dengan baik dan tepat. Oleh karena itu, diperlukan suatu sistem pengolahan limbah. Awal dari penelitian deskriptif
ini adalah menganalisis
efisiensi dari pengolahan limbah cair dengan menggunakan sistem pengolahan limbah. Efisiensi kinerja RTP secara keseluruhan dapat digambarkan dengan membandingkan kualitas limbah setelah dilakukan pengolahan (Outlet) dengan sebelum dilakukan pengolahan (Inlet). Selain itu, uji-t juga digunakan dalam membandingkan nilai inlet dan outlet serta pencapaian nilai outlet terhadap standar baku mutu pada masing-masing parameter. Optimalisasi pengolahan limbah perlu memperhatikan keseluruhan biaya pengolahan yang nantinya dapat dijadikan pertimbangan dalam penetapan biaya lingkungan. Penelitian ini juga dibahas mengenai biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam mengurangi tingkat pencemar yang ada dalam limbah cair tiap parameter dan volume limbah cair. Secara umum, kualitas limbah dapat dipengaruhi oleh aspek-aspek penting dalam kinerja pengolahan limbah, baik dari sisi performa SDM maupun kemampuan teknologi atau faktor lain yang mempenagruhi seperti faktor biaya. Hal tersebut akan dianalisis dengan melihat seberapa besar pengaruh aspek-aspek dalam kinerja terhadap kualitas limbah yang dihasilkan. Namun, karena hanya
20
faktor biaya yang dapat mengalami perubahan dan penelitian ini lebih menekankan sudut pandang ekonomi, maka analisis hanya mengamati pengaruh biaya terhadap kinerja RTP yang ditujukan dengan konsentrasi dan volume limbah yang dihasilkan.. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi feedback kepada perusahaan untuk pengelolaan lingkungan. Secara grafis, alur pemikiran dalam penelitian ini disajikan pada Gambar 3.1.
21
Industri
Limbah Industri
Limbah Padat
Limbah Cair
Sistem Pengolahan Limbah Cair
Kualitas Limbah Cair
Total Abatement Cost, Average Abatement Cost danMarginal Abatement Cost
Efisiensi pengolahan limbah cair
Deskriptif Kuantitatif, Uji Statistik (Uji-t)
Average Cost dan Regresi Linear Sederhana
Rekomendasi
Gambar 3.1 Diagram Alur Kerangka Pemikiran Keterangan : = Tidak termasuk aspek penelitian
22
23
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT. Krakatau Steel Cilegon-Banten. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa perusahaan ini menghasilkan limbah cair. Selain itu, PT Krakatau Steel dalam upaya pengolahan limbah cairnya sudah dilengkapi dengan sarana IPAL. Waktu pengambilan data dilaksanakan pada bulan Maret 2015 hingga April 2015. 4.2 Jenis dan Sumber Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data sekunder. Data sekunder yang dikumpulkan berupa: data pengujian limbah cair tahun 2012-2014, data biaya pengolahan limbah cair, data baku mutu limbah cair, kondisi umum perusahaan. Data sekunder diperoleh dengan melakukan wawancara dan pengambilan data sekunder di RTP CRM, sumber data lain diperoleh dari BLHD Cilegon, dinas perindustrian dan Badan Pusat Statistik. 4.3 Metode Pengumpulan Data Penelitian ini dilakukan dengan mempelajari pengolahan limbah cair RTP. Pokok utama yang diteliti dalam penelitian ini adalah pengolahan limbah cair secara keseluruhan dan biaya pengolahan limbah. Mengenai RTP, data diambil dengan menggunakan datasekunder dari analisis laboratorium Health, Safety and EnvironmentPT. Krakatau Steel terhadap inlet dan outlet limbah cair, sedangkan data biaya pengolahan limbah cair diperoleh dari jumlah pemakaian bahan baku atau listrik dikalikan dengan harga. Teknik wawancara secara mendalam dengan RTP CRM dilakukan untuk mendapatkan informasi yang lebih jelas. 4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data Penelitian ini dilakukan dengan mempelajari pengolahan limbah cair. Pokok utama yang diteliti adalah pengolahan limbah cair dan abatement cost. Data hasil uji laboratorium limbah cair yang digunakan adalah inlet dan outlet. Data tersebut berupa data sekunder yang ada di perusahaan. Data dan informasi yang diperoleh dalam penelitian akan dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Pada tabel dibawah ini akan diuraikan matriks analisis yang digunakan untuk menjawab tujuan-tujuan penelitian.
24
Tabel 4.1 Matriks Keterkaitan Antara Tujuan Penelitian, Metode Pengumpulan Data dan Analisis Data. No. 1.
2.
Tujuan Penelitian Menganalisis efisiensi IPAL dalam mengolah limbah cair Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel Mengestimasi Total Abatement Cost, Average Abatement Cost danMarginal Abatement Cost Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel
Alat analisis
Jenis data
Sumber
Deskriptif, standar efisiensi RTP
Sekunder,data RTP CRM PT. inlet dan Krakatau Steel outlet limbah cair
Average Cost dan regresi linear sederhana
Sekunder, Data biaya pengolahan limbah dan data pengujian limbah cair dan data volume limbah cair
RTP CRM PT. Krakatau Steel
4.4.1 Analisis Efisiensi Pengolahan Limbah Cair Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel Kemampuan fisik RTPakan dianalisis dalam mengolah limbah cair yang dihasilkan berdasarkan kualitas limbah cair. Hasil dalam tahap ini diharapkan dapat dijadikan acuan dalam meningkatkan pengolahan RTP di kemudian hari. Selain itu, nilai efisiensi juga dapat dijadikan bahan pembandingan terhadap keseluruhan biaya yang telah dikeluarkan untuk mengolah limbah cair. Kemampuan RTP dievaluasi dengan membandingkan kualitas setiap parameter limbah sebelum (inlet) dan sesudah masuk IPAL (outlet) menggunakan uji-t pada taraf nyata lima persen. Beban IPAL dihitung berdasrkan tingkat efisiensi, beban pencemaran, dan pencapaian baku mutu limbah cair yang berpedoman pada metode yang dikemukakan oleh Soeparman dan Suparmin (2001). Efisiensi =
parameter 𝑖𝑛𝑙𝑒𝑡 − parameter 𝑜𝑢𝑡𝑙𝑒𝑡 100 % … … … … … … … . (1) parameter 𝑖𝑛𝑙𝑒𝑡
25
Tingkat efisiensi pengolahan limbah cair dikelompokan sebagai berikut : - Sangat efisien - Efisien - Cukup efisien
: x > 80 %
: 60% < x ≤ 80 % : 40% < x ≤ 60 %
- Kurang efisien : 20% < x ≤ 40 % - Tidak efisien
: x ≤ 20 %
Sesuai dengan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 03 Tahun 1998 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kawasan Industri jumlah Beban Pencemar Aktual (BPA) tidak boleh melebihi jumlah Beban Pencemar Maksimum (BPM). Beban pencemar maksimum adalah beban pencemar tertinggi yang masih diperbolehkan dibuang ke lingkungan. Beban pencemar aktual adalah beban pencemar yang dalam debit limbah cair yang dihasilkan. Beban Pencemar Aktual (BPA) dapat dihitung dengan : BPA = (𝑂𝑢𝑡𝑙𝑒𝑡x DA) x F ................................................................................ (2) Dimana : BPA
= Beban Pencemar Aktual (kg)
DA
= Debit air limbah (m³/hari)
F
= Faktor konversi (1.000 L/M³ x 1 Kg/ 1.000.000 Mg = 1/1.000) Sedangkan untuk menghitung Beban Pencemar Maksimum yaitu :
BPA = (BM X DA) X F ..................................................................................... (3) Dimana : BM
= Baku Mutu (kg)
DA
= Debit air limbah (m³/hari)
F
= Faktor konversi (1.000 L/M³ x 1 Kg/ 1.000.000 Mg = 1/1.000) Penggunaan uji-t pada penelitian ini dimaksudkan untuk membandingkan
nilai rataan baku mutu limbah dengan dua perlakuan, yaitu tanpa pengolahan (memakai nilai inlet) dan dengan pengolahan (memakai nilai outlet). Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah adanya pengolahan nilai outlet akan berada dibawah nilai inlet. Uji-t dilakukan dengan menggunakan statistik t-paired pada software Minitab 14. Notasi yang digunakan artinya : 𝑋1𝑛 = 𝑖𝑛𝑙𝑒𝑡 parameter n dan 𝑋2𝑛 = 𝑜𝑢𝑡𝑙𝑒𝑡 parameter n
26
Penetuan 𝐻0 dan 𝐻1 untuk setiap parameter : H0 ∶ 𝜇1 = 𝜇2
H1 ∶ 𝜇1 > 𝜇2 jika 𝑡ℎ𝑖𝑡 > 𝑡𝛼 (Walpole, 1995) Dimana : 𝜇1
𝜇2
: nilai rataan parameter tanpa perlakuan : nilai rataan parameter dengan perlakuan. Selain membandingkan nilai rataan baku mutu limbah pada inlet dan pada
outlet. Pada penelitian ini dilakukan pula pengujian nilai tengah untuk mengetahui apakah hasil pengolahan limbah memenuhi standar baku mutu yang telah disyaratkan. Data yang digunakan dalam pengujian ini adalah sama dengan pengujian statustik sebelumnya. Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah nilai outlet masing-masing parameter berada dibawah standar baku mutunya. Uji statistik yang digunakan adalah 1-sample t pada software Minitab 14. 𝑋𝑛
: merupakan nilai outlet parameter n. Penentuan H0 dan H1 untuk setiap parameter akan ditunjukan pada Tabel
4.2 dimana hipotesis setiap parameter disesuaikan dengan standar bakumutu masing-masing parameter. Tabel 4.2 Penentuan H0 dan H1 untuk Uji Nilai Tengah Pencapaian Standar Baku Mutu Masing-masing Parameter.
Hipotesis H𝟎 H𝟏
COD μ>300 μ< 300
Temperatur μ>40 μ< 40
TDS μ>4000 μ< 4000
TSS μ>400 μ< 400
4.4.2 Analisis Marginal Abatement Cost, Average Abatement Cost dan Total Abatement CostReject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel Tujuan dari analisis marginal abatement cost, average abatement cost dan total abatement cost adalah untuk mengetahui besarnya biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk mengurangi tingkat pencemar yang ada dalam limbah cair sebesar satu-satuan. Untuk mengestimasi nilai AAC yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan pendekatan biaya rata-rata (average cost pricing). Perhitungan Average Abatement Cost dapat
27
dihitung dengan menjumlahkan seluruh biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk menurunkan tingkat pencemar yang ada dalam limbah cair:
AAC =
TC
Dimana :
E
....................................................................................................... (4)
AAC = Average Abatement Cost (Rp) TC
= Total cost (Rp)
E
= Effluent (mg/l) Secara umum besarnya marginal abatement cost merupakan turunan dari
total abatement cost terhadap konsentrasi limbah cair, MAC dapat diketahui dengan menggunakan rumus :
𝑀𝐴𝐶 =
Dimana :
𝑑𝑇𝐶 𝑑𝐸
................................................................................................... (5)
MAC = Marginal Abatement Cost (Rp/mg/l) TC
= Total Cost (Rp)
E
= Besarnya Effluent (mg/l) Analisis ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel
bebas (𝑋𝑛 = penurunan konsentrasi parameter n dari limbah cair) terhadap variabel tak bebas (𝑌𝑛 = biaya penurunan per satuan parameter n). Suatu variabel yang bersifat tak bebas (Y) dapat dipengaruhi oleh variabel lain yang bersifat
bebas. Konsep regresi dapat digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh varibel bebas terhadap variabel tak bebas. Alat analisis yang digunakan adalah oregresi linear sederhana. Persamaan regresinya adalah: 𝑌𝑛 = a + b𝑋𝑛 ...................................................................................................... (6) Keterangan :
Yn = biaya penurunan per satuan parameter n (Rp)
Xn = nilai penurunan konsentrasi parameter n a = intersep (bilangan konstanta)
b = koefisien variabel x atau gradien Data yang diambil dalam analisis ini adalah data series selama 36 bulan, yaitu biaya penurunan per satuan parameter limbah cair RTP 𝑌𝑛 dan penurunan
konsentrasi parameter limbah cair yang menunjukan kinerja RTP. Kedua data
28
tersebut diolah dengan menggunakan keseluruhan data biaya pengolahan RTP dan data uji laboraturium inlet dan outlet pada bulan Januari 2012 sampai dengan Desember 2014. Parameter limbah yang diamati yaitu COD, temperatur, TDS dan TSS.
29
V. Gambaran Umum 5.1 Sejarah Singkat PT. Krakatau Steel PT. Krakatau Steel didirikan pada tanggal 31 Agustus 1970, bertepatan dengan dikeluarkannya peraturan pemerintah RI No. 35 tahun 1970 tentang penyertaan modal Negara Republik Indonesia untuk pendirian perusahaan perseroan PT. Krakatau Steel. Pemabangunan industri baja ini dimulai dengan memanfaatkan sisa peralatan Proyek Baja Trikora, yakni untuk Pabrik Kawat Baja, Pabrik Baja Tulangan dan Pabrik Baja Profil. Pabrik-pabrik ini diresmikan penggunaannya oleh Presiden Republik Indonesia pada tahun 1977. Pada tahun 1979 dilangsungkan peresmian penggunaan fasilitas-fasilitas produksi seperti Pabrik Besi Spons dengan kapasitas 1,5 juta ton/tahun, pabrik Billet Baja dengan kapasitas 500.000 ton/tahun, pabrik Batang Kawat dengan kapasitas 220.000 ton/tahun serta fasilitas infrastruktur berupa Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) 400 MW, pusat penjernih air, pelabuhan Cigading serta sistem telekomunikasi. PT. Krakatau Steel merupakan industri baja terpadu yang ada di Indonesia, kapasitas produksi total pabrik ini sebesar 2.5 juta ton baja kasar (Crude Steel) per tahun. Dalam kegiatan proses produksi di PT. Krakatau Steel terdapat tiga tahapan, yaitu pengolahan biji besi (Iron Making), pengolahan baja (SteelMaking) dan pengerolan (Rolling Making). 5.1.1
Lokasi dan Tata Letak PT. Krakatau Steel
PT. Krakatau Steel memiliki luas keseluruhan 350 ha. PT. Krakatau Steel terletak di kawasan industri Krakatau, tepatnya di jalan industri No. 05 PO BOX 14, Cilegon 42435. Kantor pusat PT. Krakatau Steel terletak di Wisma Baja, Jl. Gatot Subroto kav. 54, Jakarta. Adapun yang menjadi pertimbangan pemilihan lokasi pabrik adalah: a.
Dekat dengan laut sehingga dapat memudahkan pengangkutan bahan baku dan produk dengan menggunakan kapal.
b.
Dekat dengan daerah pemasaran.
c.
Tanah yang tersedia untuk pabrik cukup luas.
d.
Sumber air cukup memadai untuk pabrik.
e.
Adanya jaringan rel kereta api yang memadai untuk pengangkutan.
30
Berdasarkan arah mata angin, PT. Krakatau Steel dibatasi oleh : a.
Arah utara berbatasan dengan kawasan industri Krakatau
b.
Arah selatan berbatasan dengan jalan raya Anyer.
c.
Arah barat berbatasan dengan Selat Sunda.
d.
Arah timur berbatasan dengan kawasan industri Krakatau. 5.1.2
Unit-Unit Produksi PT. Krakatau Steel
PT Krakatau Steel sebagai pabrik baja terpadu memiliki unit-unit yang saling mendukung, yaitu: a.
Pabrik Besi Spons ( Direct Reduction Plant) Unit ini merupakan suatu pabrik yang menangani suatu proses pengolahan
biji besi/pellet menjadi besi spons. Besi spons merupakan bahan baku mentah untuk membuat baja, bentuk dari biji besi spons tersebut seperti butiran-butiran kelereng, dimana butiran atau biji besi tersebut diproses reduksi secara langsung (DirectReduction). b.
Pabrik Slab Baja ( Slab Steel Plant/SSP ) Pabrik slab baja merupakan pabrik untuk tempat peleburan besi dimana
pabrik slab baja ini terdiri dari dua buah pabrik, yaituSlab Steel Plant Imerupakan Bagian pabrik yang mencetak masih dalam bentuk baja batangan dan Slab Steel Plant IImerupakan Bagian pabrik yang mencetak masih dalam bentuk baja lembaran. Besi spons diisikan di dalam dapur listrik dengan menggunakan continous feeding, selain spons dapur listrik juga diisi dengan scrap atau besi tua dan batu kapur secukupnya kemudian bahan tersebut dilebur menjadi baja cair yang masih berbentuk
batangan/lembaran-lembaran
besi
yang belum
diolah
dengan
membutuhkan panas yang sangat tinggi mencapai titik didih 1650°C. Sumber panasnya berasal dari energi listrik yang dialirkan melalui elektroda listrik yang membara. Kapasitas produksi terpasang yaitu sekitar 1.000.000 ton/tahun. Perlengkapan utama pada pabrik slab baja ini yaitu: 4 buah dapur listrik yang masing-masing berkapasitas 120 ton baja cair dan 2 buah mesin kontiniu dengan masing-masing 1 jalur percetakan slab (mould).
31
a.
Pabrik Billet Baja ( Billet Steel Plant/BSP) Billet Steel Plant (BSP) meerupakan pabrik yang menghasilkan lempengan
baja dengan bahan baku utamnya yaitu scrap, besi spons, dan batu kapur. Semua bahan baku tersebut dimasukkan dalam ruangan dapur listrik untuk pengolahan dan kemudian dicetak menjadi lempengan baja. Dengan kapasitas produksi 500.000 ton/tahun. Ukuran dari hasil billet baja tersebut yaitu: panjang: 6m, 10m, dan 12m. Dengan penampang : 100 x 100mm, 110 x 110mm, dan 120 x 120mm. Proses pembuatan baja pada pabrik ini hampir sama dengan proses pabrik Slab Steel Plant perbedaanya hanya terletak pada bentuk cetakan. Hasil pabrik ini juga dapat digunakan oleh pabrik wire rod sebagai bahan baku. Sedangkan untuk perlengkapan utama dari pabrik ini yaitu: tersedia 4 buah dapur listrik dan 4 buah mesin tuang continue. b.
Pabrik Baja Lembaran Panas ( Hot Strip Mill/HSM ) Pabrik Hot Strip Mill (HSM) merupakan bagian pabrik untuk mengukur
ketebalan dari lembaran-lembaran baja. Dengan menggunakan alat overhead crane, slab dibersihkan terlebih dahulu dengan rollertable
dan siap untuk
dimasukkan ke furnace dengan menggunakan slab pusher. Di dalam furnace dipanaskan dengan temperatur mencapai sekitar 1300°C. Setelah itu slab tersebut dikirim ke roughing stand dirol untuk menipiskan ketebalan 200mm menjadi 20-40mm. Pada finishing stand dirol kembali untuk mendapatkan ketebalan ukuran yang direncanakan tergantung dari permintaan konsumen. c.
Pabrik Baja Dingin ( Cold Rolling Mill/CRM ) Cold Rolling Mill (CRM) merupakan suatu pabrik yang mengolah lembaran
baja dari hasil yang telah ditipiskan sebelumnya oleh pabrik Hot Strip Mill (HSM). Kemudian hasil dari pabrik HSM ditipiskan kembali melalui proses pendinginan pada tandem Cold Reduction Mill sampai 92% dari hasil ketebalan sebelumnya. Sebelum melakukan penipisan lembaran baja tersebut harus dibersihkan terlebih dahulu ke dalam tangki yang berisi HCl. Kemudian dilanjutkan dengan proses pemanasan dengan sistem Batch Annealing Furnace (BAF) dan Contionous Annealing Line (CAL), hasil lembaran baja tersebut diratakan dengan temper mill sesuai dengan permintaan konsumen.
32
d.
Pabrik Batang Kawat ( Wire Rod Mill/WRM ) Pabrik Wire Rod Mill (WRM) adalah sebuah pabrik yang memproses
batangan kawat baja. Produk-produk pabrik batang kawat juga merupakan bahan baku dari pabrik-pabrik seperti mur dan baut, kawat las, kawat paku, tali baja, dan lain sebagainya. Dengan melakukan penimbangan, pencatatan, dan pemeriksaan secara visual serta pengaturan posisi, billet siap dimasukkan ke dalam furnace dimana billet tersebut dipanaskan dengan temperatur 1200°C. Pengeluaran billet didorong dengan alat yang disebut billet injector. Kemudian setelah billet didinginkan dengan air, maka billet siap untuk digulung loop plyer. 5.1.3
Kepegawaian dan Jam Kerja
Tenaga kerja yang bekerja di PT. Krakatau Steel, berdasarkan statusnya digolongakan menjadi dua golongan yaitu: a.
Tenaga Kerja Organik Tenga kerja organik merupakan karyawan tetap yang diangkat karena telah
memenuhi kriteria direksi, yang bertugas melaksanakan pekerjaan yang diberikan dalam jangka panjang dan berstatus karyawan BUMN, yang termasuk karyawan ini adalah tenaga staf dan kayawan biasa. b.
Tenaga Kerja Non-Organik Tenaga kerja non-organik merupakan karyawan yang diangkat dalam waktu
tertentu yang terdiri dari karyawan lepas dan karyawan honorer. Tenaga kerja non-organik yang ada saat ini disediakan oleh labour supply sesuai dengan jenis pekerjaan dan jangka waktu tertentu antara PT. Krakatau Steel dengan labour supply itu sendiri. PT. Krakatau Steel bekerja secara kontiyu selama 24 jam sehari sehingga jadwal karyawan dibagi menjadi dua bagian, yaitu : a.
Karyawan Non-Shift Waktu kerja per hari di PT KS adalah 8 jam atau 40 jam per minggunya,
dengan waktu istirahat selama 60 menit.Waktu kerja karyawan non shift dari senin s/d jumat, masuk mulai pukul 08.00 hingga pukul 16.30, dengan waktu istirahat pukul 12.00 s/d 13.00.kecuali pada hari Jumat karyawan masuk mulai pukul 09.30 s/d 17.00 dengan waktu istirahat pukul 11.30 s/d 13.00.
33
b.
Karyawan Shift Karyawan shift bekerja secara shift dan masing-masing shift bekerja selama
8 jam. Sistem kerja dilakukan dalam 4 grup shift, dengan ketentuan 3 hari 3 grup shift masuk dan 1 grup lain libur. Sistem pembagian shift adalah sebagai berikut : a. Shift 1 bekerja pukul 06.00 s/d 14.00 WIB b. Shift 2 bekerja pukul 14.00 s/d 22.00 WIB c. Shift 3 bekerja pukul 22.00 s/d 06.00 WIB 5.1.4
Struktur Organisasi
PT. Krakatau Steel merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang dikelola oleh badan pengelola industri yang bernaung dibawah menteri BUMN. Dalam struktur organisasi PT. Krakatau Steel direktur utama merupakan posisi tertinggi dan diangkat langsung oleh menteri perindustrian. Direktur utama membawahi kepala direktorat yaitu : a.
Direktorat Perencanan dan Teknologi Bertugas
merencanakan,
melaksanakan,
mengembangkan,
dan
mengevaluasi usaha, pengolahan data, pengadaan sarana dan prasarana penunjang kawasan industri dan masalah konstruksi serta menangani masalah–masalah yang berkaitan dengan teknologi, baik bersifat jangka panjang, permasalahan sehari– hari dan yang tidak terselesaikan dan masalah–masalah lintas sektoral. b.
Direktorat Produksi Bertugas merencanaan, melaksanakan, dan mengembangkan kebijaksanaan
di bidang pengoperasian dan perawatan sarana produksi, metalurgi, dan koordinasi produksi. c. Direktorat SDM Bertugas merencanakan, merumuskan, dan mengembangkan kebijaksanaan di bidang personalia, kesehatan, kesejahteraan, pendidikan dan pelatihan kerja, serta
merencanakan
organisasi,
hubungan
masyarakat
dan
administrasi
pengelolaan kawasan serta keselamatan kerja. d.
Direktorat Keuangan Bertugas merencakan, merumuskan, melaksanakan, dan mengembangkan
kebijaksanaan dibidang keuangan. e.
Direktorat pemasaran
34
Bertugas merencakan, merumuskan, melaksanakan, dan mengembangkan kebijaksanaan dibidang pemasaran produk. f.
Direktorat logistik Bertugas menangani masalah pembelian suku cadang, bahan baku dan
bahan pembantu serta pergudangan. 5.2 Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel Pada tanggal 1 Oktober 1991, setelah diambil alih oleh PT. Krakatau Steel dan menjadi perusahaan milik negara, pabrik CRM secara resmi ditetapkan sebagai unit produksi PT. Krakatau Steel. Pabrik ini terletak di Kawasan Industri Krakatau dengan bangunan utama pabrik seluas 10 ha diatas tanah seluas 40 ha. Pabrik CRM merupakan unit pabrik yang mengolah lembar baja dari hasil yang telah ditipiskan sebelumnya kemudian ditipiskan di unit CRM dengan ketebalan sampai 92% dari hasil ketebalan semula, mengasilan baja roll dengan ketebalan 0.2-2.2 mm. Bahan baku proses produksi baja lembar dingin adalah baja lembar panas dengan ketebalan 2-3 mm. Bahan baku ini dikirim dalam bentuk gulungan dengan berat rata-rata 23 ton dan diangkut dengan dengan alat transportasi khusus (bloster) yang berkapasitas 120 ton sekali angkut. Total jumlah produksi baja lembar dingin di pabrik CRM pada tahun 2012-2014 yaitu sebesar 1.869.421 ton. Tabel 5.1 Total Produksi Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel tahun 2012-2014 Tahun
Jumlah Produksi (Ton)
2012
597.048
2013
668.919
2014
603.454
Total
1.869.421
Sumber: data sekunder
5.2.1
Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel
Pabrik CRM PT. Krakatau Steel berupaya mengurangi dampak negatif pembuangan limbah industri yang dihasilkan dari kegiatan produksi dengan
35
mendirikan suatu Instalasi Pengolahan air limbah yang biasa disebut dengan Reject Treatment Plant (RTP). RTP terletak dibagian paling barat dari plant utama yang menempati areal seluas 3750 m2. Air buangan yang berasal dari proses pickling, continuous tandem cold mill, annealing dan cleaning dialirikan melalui pipa-pipa bawah tanah ke RTP untuk selanjutnya dilakukan proses pengolahan. Pengolahan di RTP CRM merupakan pengolahan primer dan sekunder tanpa pengolahan lanjutan atau tersier. Fungsi utama dari RTP CRM ini yaitu menampung dan mengolah air limbah yang dihasilkan dari proses produksi di pabrik CRM PT. Krakatau Steel. Tujuan utama dari pengolahan limbah yaitu: 1. Menurunkan zat polutan sampai memenuhi syarat baku mutu limbah cair 2. Menjernihkan air baku susupended solid terlarut dan dari warna asal. Agar limbah yang dibuang dapat memenuhi baku mutu limbah lingkungan sehingga limbah yang dibuang tidak akan mencemari lingkungan dan mengganggu makhluk hidup sekitar. Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steelmemproses semua buangan limbah dari semua line, yang mana kandungan limbah tersebut beresiko tinggi apabila limbah tersebut tidak diolah. Dalam proses pengolahan limbah dibedakan menjadi dua macam berdasarkan jenisnya, yaitu limbah asam dan limbah basa. Limbah asam berasal dari buangan proses CPL (Continous Picling Line) dan ARP (Acid Regenaration Plant). Limbah asam tersebut terjadi bila proses di ARP tidak berjalan secara normal, maka limbah langsung dialirkan menuju Reject Treatment Plant, sedangkan limbah basa berasal dari buangan oil, air, lumpur dan detergent dari semua line. Proses Asam Limbah buangan dari proses ARP maupun dari CPL ditampung di AE Storage (Acid Effluence Storage) kemudian dimasukan kedalam pH Adjusment dengan penambahan Ca(OH)₂ agar menurunkan tingkat pH antara 6-9, kemudian dilakukan proses oksidasi di Oxidation Pit yang berkapasitas 23 m³ dan dilakukan proses flokulasi dalam Flocculation Pit dengan kapasitas 6,3m³. Proses selanjutnya adalah dilakukan kembali proses oksidasi dalam oxidation emergency yang lokasinya
menggunakan sludge storage yang berkapasitas 500m³ atau
menggunakan settler. Apabila dalam proses tersebut banyak terbentuk Fe(OH)₃
36
dalam kolam oksidasi maka proses selanjutnya adalah oil crackingdan flocculation sebagai koagulan, lalu dimasukan kedalam flocculation tank dengan menambahkan anionik. Proses flokulasi bertujuan untuk mengikat padatan-padatan suspensi sehingga padatan tersebut lebih besar. Setelah dilakukan pengikatan padatan, dialirkan ke sedifolat tank yang bertujuan untuk menisahkan antara padatanpadatan dengan sistem gravitasi. Jadi, terdapat dua macam hasil pengolahan dalam sedifolat yaitu kumpulan padatan-padatan suspensi (jenis lumpur ringa) dan air. Padatan-padatan tersebut dimasukan kedalam dua sludges pit masing-masing berkapasitas 10m³, satu untuk kumpulan padatan yang ringan dan satunya untuk kumpulan padatan yang besar. Air yang telah terpisah dari padatan dipompakan ke Clean water lalu dinetralkan dengan bantuan H₂SO₄ agar berdasarkan petunjuk pH meter, pada akhirnya limbah cair dilewatkan dalam lamela settler dan dibuang ke kanal. Proses Basa Proses basa berfungsi untuk memproses limbah dengan kandungan basa dan oli dari semua line. Kandungan basa adalah limbah hasil dari proses pencucian strip contohnya limbah detergent (ECL dan CAL), lumpur (TCM dan roll coolant). Semua limbah tersebut ditampung dalam presettler tank yang berkapasitas 1500 m³ yang berfungsi untuk mengendapkan dan pengapungan sementara. Dalam tangki tersbut limbah akan terpisah menjadi tiga bagian berdasarkan berat jenisny, yaitu lumpur akan mengendap dibagian bawah, oli akan terapung dan air berada diantara oil dan lumpur. Maka dalam proses basa akan terjadi tiga pengolahan jenis limbah yaitu proses oli, air dan lumpur. 1.
Pengolahan limbah oli Proses pengolahan limbah oli sangat sederhana, yaitu dengan mengambil oli
yang mengapung di presettler tank dengan menggunakan scraper bridge yang kemudian langsung dipompakan ke mobil tangki. 2.
Pengolahan limbah air Pada prinsipnya proses pengolahan limbah air basa sama seperti pada proses
asam. Air yang berada dalam presttler tank dipompakan dala oil cracking untuk
37
dilakukan penambahan Ca(OH)₂ lalu dilakukan pengadukan, selanjutnya dimasukan ke flocculation tank yang bertujuan mengikat padatan-padatan tersuspensi. Setelah dilakukan flokulasi, perlu lagi diadakan pemisahan antara air dan lumpurnya dengan proses sedifolat. Prinsip kerja sedifolat adalah dengan menggunakan tekanan angin dari bawah, sehingga air yang mengandung padatan akan terpisah menjadi dua bagian, yaitu berat jenis yang besar akan mengendap di dasar sedangkan berat jenis yang kecil akan mengapung ke permukaan. Padatan dengan berat jenis yang besar akan dimasukan ke sludge tankyang masing-masing berkapasitas 10m³, sedangkan padatan dengan berat jenis yang kecil akan dimasukan ke oil pit. Semua padatan baik dari sludge tank maupun oil pit dipompakan ke bucket untuk dibuang. Hasil proses dari sedifolat selain lumpur adalah air jernih. Air dipompakan ke clean water pit yang selanjutnya dilakukan netralisasi dengan menambahkan H₂SO₄ agar air limbah sesuai dengan baku mutu lingkungan, apabila air limbah sudah sesuai dengan baku mutu lingkungan maka air limbah tersebut dapat dibuang ke lingkungan. 3.
Pengolahan limbah lumpur Limbah lumpur yang mengendap pada dasar presettler diambil dengan
menggunakan scraper bridge yang selanjutnya dipompakan langsung ke sludge storage yang berkapasitas 500m³, proses terakhir yaitu memasukan lumpur dalam bucket untuk dibuang.
38
Limbah asam
Limbah basa
AE Storage
Koagulasi dan flokulasi
CA(OH)
sedifolat
Oxidation pit
Clean water
Oxidation emergency
Netralitation
Lamella
Reject
Sludge storage
Filter press
Bucket
Reject
Gambar 5.1 Diagram Alur Pengolahan Limbah Cair Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel Sumber: data sekunder 5.3 Divisi Health Safety and Enviroment (HSE) PT. Krakatau Steel senantiasa menjaga komitmennya untuk melakukan perbaikan yang berkelanjutan terhadap kinerja lingkungan melalui penjabaran dan pelaksanaan Sistem Manajemen Lingkungan, ISO 14001. Pengelolaan lingkungan telah dilakukan secara konsisten melalui program-program perbaikan lingkungan. Hasil-hasil perbaikan tersebut dirinaju dan dievaluasi secara rutin, baik melalui audit internal oleh Komite Lingkungan Hidup danHealth Safety and Enviroment (HSE) setiap 3 bulan sekali, maupun melalui audit eksternal setiap 6 bulan sekali.
39
Divisi HSE merupakan bagian dari Direktorat Produksi. Pembentukannya merupakan perwujudan dan komitmen pemimpin perusahaan yang tertuang dalam kebijakan Direksi PT. Krakatau Steel, tentang perlindungan Lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja. Komitemen ini juga tercantum dalam Perjanjian Kerja Bersama (PKB) yang ditandatangani oleh Direktur Utama dan Serikat Karyawan Krakatau Steel (SKKS). Tujuan divisi Health Safety and Enviroment (HSE) adalah: a. Memberikan pelayan yang baik kepada internal dan eksternal. b. Mengelola lingkungan dengan mematuhi ketentuan peraturan lingkungan sehingga meminimalkan pencemaran dan terciptanya lingkungan kerja yang lestari. c. Terwujudnya tempat kerja dan cara kerja yang aman dari kecelakaan kerja sehingga Injury Safety Rate (ISR) dan Injury Frequency Rate (IFR) dibawah “Control Line”. d. Penyelenggaraan dan pelaksanaan pelayanan kesehatan kerja yang sesuain dengan ketentuan. Pemantauan dan pengendalian lingkungan untuk mengendalikan semua limbah yang dihasilkan di PT. Krakatau Steel dilakukan pemantauan dan pengendalian sesuai dengan jenis limbahnya. a. Limbah Cair 1. Pemantauan : (a) Dilakukan di titik pembuangan sebanyak 12 titik setiap dua kali seminggu. (b) Pemantauan akhir saluran penerimaan setiap hari kerja. (c) Pemantauan air buangan setiap sebulan sekali. 2. Pengendalian : (a) Setiap unit pabrik dilengkapi dengan Water Treatment Plant (WTP). (b) Pemasangan perangkap disetiap ujung saluran pembuangan air. (c) Penyemprotan oil dispersant bila minyak masih terbawa oleh air. b. Emisi Udara 1. Pemantauan : (a) Pemantauan debu dan gas ambient setiap tiga bulan sekali.
40
(b) Pemantauan debu dan gas emisi setiap enam bulan sekali. (c) Pemantauan debu jatuh di 41 titik pemukiman warga setiap satu bulan sekali. 2. Pengendalian : (a) Pemasangan perangkap debu (Bag House Filter) (b) Pemasangan cerobong asap. c. Limbah Padat 1. Pemantauan : (a) Pemantauan volume limbah (b) Analisis komposisi kimia dan uji Toxicity Characteristic Leaching Procedure (TCLP). (c) Analisis air tanah disekitar lokasi penimbunan. 2. Pengendalian : (a) Melakukan daur ulang limbah padat. (b) Dijual (c) Dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
41
VI.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penggunaan sistem pengolahan limbah cair bagi industri memang menjadi kewajiban untuk menurunkan tingkat pencemar limbah terhadap lingkungan. Sejauh mana pengawasan terhadap hasil olahan sistem pengolahan limbah, efisiensi dari pengolahan limbah, efektifitas pengolahan terhadap biaya pengolahan limbah belum banyak dipelajari dan diamati. Penilaian efisiensi pengolahan limbah cair perlu dilakukan sebagai media pengawasan dan pencegahan terhadap kerusakan lingkungan yang terjadi akibat tingginya konsentrasi limbah yang dibuang. Penelitian mengenai pengolahan limbah cair dalam sudut pandang ekonomi perlu dilakukan, hal ini dapat membantu perusahaan dalam efisiensi biaya dan dapat menjadi pertimbangan untuk penghematan biaya dan dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam menetapkan aturan-aturan dan menjadikan hal ini sebagai stimulus positif bagi perusahaan. Penelitian dibidang ekonomi dapat dimulai dengan mengidentifikasi keseluruahn biaya yang dibutuhkan dalam pengelolaan sistem pengolahan limbah cair. Hasil identifikasi keseluruhan biaya dapat digunakan untuk mengidentifikasi biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk mengurangi tingkat pencemar limbah cair. 6.1
Efisiensi Pengolahan Limbah Cair Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel. Berdasarkan pengolahan data dari uji laboraturium terhadap sampel hasil
olahan Reject Treatment Plant (RTP), nilai COD sebelum dan sesudah pengolahan mengalami penurunan. Sebelum dilakukan perhitungan efisiensi, setidaknya dapat diketahui bahwa RTP dapat menurunkan COD. Rata-rata inlet adalah
400 mg/L dimana nilai tersebut berada diatas baku mutu yang telah
ditetapkan oleh pemerintah sebesar 300 mg/L. Setelah mengalami pengolahan, rata-rata outletCODmenjadi 125,4 mg/l dimana nilai tersebut berada dibawah baku mutu limbah cair yang telah ditetapkan, dengan kata lain air limbah dapat dibuang tanpa membahayakan perairan. Secara grafis, perbandingan inlet, standar baku mutu dan outlet parameter COD dapat dilihat pada Gambar 6.1.
42
Mg/L 400 200 0 Inlet
Baku Mutu Outlet
Sumber : Data pengujian RTP CRM PT. Krakatau Steel 2012 -2014 (diolah).
Gambar 6.1
Perbandingan Konsentrasi Parameter COD Limbah Cair RTP CRM PT. Krakatau Steel.
Berdasarkan pengolahan data dari uji laboratorium terhadap sampel hasil olahan Reject Treatment Plant (RTP), nilai temperatur sebelum dan sesudah pengolahan mengalami penurunan. Rata-rata inlet temperatur adalah 60°C dimana nilai tersebut berada diatas baku mutu yang telah ditetapkan oleh pemerintah sebesar 40°C. Setelah mengalami pengolahan, rata-rata outlet temperatur menjadi 36,5°C dimana nilai tersebut berada dibawah baku mutu limbah cair yang telah ditetapkan, dengan kata lain air limbah dapat dibuang tanpa membahayakan perairan. Hal ini membuktikan bahwa RTP bekerja dengan baik dalam menurunkan suhu limbah cair. Secara grafis, perbandingan inlet, standar baku mutu dan outlet parameter temperatur dapat dilihat pada Gambar 6.2.
°C
100 50 0 inlet
baku mutu
outlet
Sumber : Data pengujian RTP CRM PT. Krakatau Steel 2012 -2014 (diolah).
Gambar 6.2
Perbandingan Konsentrasi Parameter Temperatur Limbah Cair RTP CRM PT. Krakatau Steel.
43
Parameter ketiga yang dinilai dalam penelitian ini adalah TDS. Rata-rata inlet TDS dari limbah cair RTP CTM PT. Krakatau Steel adalah 7619 Mg/L. Setelah dilakukan pengolahan, besar konsentrasi rata-rata TDS adalah 2059,1 Mg/L, nilai outlet parameter TDS berada dibawah baku mutu yang telah ditetapkan yaitu sebesar 4000 Mg/L. Dengan hasil tersebut, TDS limbah cair RTP CTM PT. Krakatau Steel tidak membahayakan dan badan air yang menerimanya. Secara grafis, perbandingan inlet, baku mutu dan outlet TDS dapat dilihat di Gambar 6.3.
Mg/L 10000 5000 0 inlet
baku mutu
oulet
Sumber : Data pengujian RTP CRM PT. Krakatau Steel 2012 -2014 (diolah).
Gambar 6.3
Perbandingan Konsentrasi Parameter TDS Limbah Cair RTP CRM PT. Krakatau Steel.
Parameter selanjutnya yang dinilai dalam penelitian ini adalah parameter TSS. Nilai rata-rat inlet jauh diatas baku mutu limbah cair yaitu sebesar 1100 Mg/L. Setelah dilakukan pengolahan nilai outlet limbah cair sebesar 99,1 Mg/L, dimana nilai tersebut sudah berada dibawah baku mutu limbah cair yaitu sebesar 400 Mg/L. Penurunan tersebut menunjukan bahwa Reject Treatment Plant (RTP) bekerja dengan baik, dengan hasil tersebut maka air limbah dapat dibuang ke badan air dan tidak membahayakan. Secara grafis, perbandingan inlet, baku mutu dan outlet parameter TSS dapat dilihat di Gambar 6.4.
44
Mg/L 1500 1000 500 0 inlet
baku mutu
outlet
Sumber : Data pengujian RTP CRM PT. Krakatau Steel 2012 -2014 (diolah).
Gambar 6.4 Perbandingan Konsentrasi Parameter TSS Limbah Cair RTP CRM PT. Krakatau Steel. Kualitas limbah cair tergantung pada kemampuan fisik RTP dan salah satu cara mengukur hal tersebut adalah dengan menggunakan standar perhitungan efisiensi yaitu dengan membandingkan inlet, baku mutu dan outlet masing-masing parameter. Parameter yang digunakan dalam penelitian ini hanya menghitung empatparameter, yaitu parameter COD, Temperratur, TDS dan TSS. Keempat parameter tersebut merupakan parameter kunci dalam pengolahan limbah cair di Reject Treatment Plant (RTP). Nilai yang dimasukan dalam perhitungan efisiensi adalah nilai rata-rata inlet dan outlet masing-masing parameter, yaitu sebesar 400 Mg/L, 125,4 Mg/L untuk parameter COD, 60°C dan 36,5°C untuk parameter Temperatur, 7619 Mg/L dan 2059 Mg/L untuk parameter TDS dan 1100 Mg/L dan 99,1 Mg/L untuk parameter TSS. Fluktuasi nilai inlet dari masing-masing parameter dari waktu ke waktu tidak terlalu signifikan. Hal ini berbeda dengan apa yang ada di outlet. Nilai outlet berfluktuasi cukup signifikan dari waktu ke waktu. Fluktuasi nilai outlet dipengaruhi oleh debit limbah, kinerja alat atau mesin, bahan baku yang digunakan untuk menurunkan setiap parameter dan kinerja tenaga kerja. Apabila debit limbah tinggi, maka kapasitas mesin dalam mengolah limbah akan meningkat. Berdasarkan data laboratorium mengenai uji limbah, diperoleh rata-rata nilai efisiensi untuk keempat parameter yaitu parameter COD, Temperatur, TDS dan TSS.68,6 persen untuk parameter COD,72,9 persen untuk parameter TDS dan 90,9 persen untuk parameter TSS dan 39,1 persen untuk parameter temperatur.Berdasarkan hasil data efisiensi pengolahan limbah dari empat
45
parameter, parameter TSS merupakan parameter yang memiliki nilai efisiensi paling besar, hal ini disebabkan hasil outlet sangat jauh dari baku mutu limbah cair, artinya perusahaan lebih efisien menurunkan tingkat konsentrasi TSS dibandingkan dengan parameter lainya. Tetapi, pada parameter temperatur dapat dikatakan kurang efisien dalam mengolah, hal itu disebabkan karena hasil outlet parameter temperatur sangat mendekati baku mutu limbah cair. Berdasarkan hasil perhitungan efisiensi pengolahan limbah cair, parameter temperatur dapat dikatakan kurang efisien dikarenakan menurunnya efektivitas proses pendinginan di cooling tower.Efisiensi keseluruhan parameter dapat dilihat dalam Tabel 6.1 Tabel 6.1 Efisiensi Masing-Masing Parameter Limbah Cair Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel Tahun 2012-2014. Parameter COD Temperatur TDS TSS
Inlet
Outlet
400 mg/l 60°C
125,4 mg/l 36,5 °C
Baku Mutu 300 mg/l 40°C
7619 mg/l 1100 mg/l
2059,1 mg/l 99,1 mg/l
4000 mg/l 400 mg/l
Efisiensi
72,9 % 90,9 %
68,6 % 39,1 %
Keterangan Efisien Kurang Efisien Efisien Sangat Efisien
Sumber : data sekunder (diolah) Nilai lain yang perlu diperhitungkan dalam pengolahan limbah selain efisiensi adalah beban pencemar limbah. Nilai beban pencemar menunjukan berapa besar nilai masing-masing parameter limbah setiap harinya. Berdasarkan standar baku mutu limbah cair industri yang ada dalam Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.03/MENLH/1998 mengenai Perhitungan Beban Pencemar Maksimum dan Beban Pencemar Aktual Limbah Cair Industri. Beban Pencemar Maksimum(BPM) dapat dihitung dengan mengalikan standar baku mutu masingmasing parameter dengan debit limbah, sedangkan Beban Pencemar Aktual (BPA) dapat dihitung dengan mengalikan parameter outlet dengan debit limbah.Perhitungan Beban pencemrar hanya dilakukan pada parameter yang memiliki massa. Beban pencemar dihitung untuk mengetahui apakah beban pencemar yang dihasilkan dari proses pengolahan limbah akan mencemari atau tidak mencemari. Hasil perhitungan Beban Pencemar Aktual(BPA) dan Beban
46
Pencemar Maksimum (BPM)Reject Treatment Plant (RTP) dapat dilihat pada Tabel 6.2. Tabel 6.2 Penentuan Beban Pencemar Limbah Cair Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel Tahun 2012-2014. Parameter COD
BPA (kg/hari)
BPM (kg/hari)
14,8
Temperatur
-
Keterangan
34,4 Tidak Mencemari - -
TDS
240,7
458,2 Tidak Mencemari
TSS
11,2
45,8 Tidak Mencemari
Sumber : data sekunder (diolah) Berdasarkan hasil Perhitungan yang ada, konsentrasi dari parameterparameter limbah yang disyaratkan dalam KepMen No.03/MENLH/1998 limbah dikatakan tidak mencemari lingkungan apabila Beban Pencemar Aktual (BPA) berada dibawah Beban Pencemar Maksimal Beban Pencemar Maksimum(BPM). Parameter COD, TDS dan TSS dapat dikatakan tidak mencemari atau Beban Pencemar Aktual (BPA) berada dibawah Beban Pencemar Maksimum(BPM). Nilai beban pencemar dapat digunakan untuk mengetahui apakah beban pencemar masing-masing parameter masih dapat diterima oleh lingkungan atau tidak melebihi beban pencemaran yang ditentukan. Rata-rata beban pencemar yang paling tinggi yaitu parameter TDS sebesar 240,7 kg/hari, artinya dalam rata-rata debit limbah yang dibuang setiap harinya terdapat 240,7 kg/hari beban pencemar TDS, nilai beban pencemar maksimum dari parameter TDS yaitu sebesar 458,2 kg/hari artinya dalam debit limbah cair yang dibuang setiap harinya beban pencemar TDS tidak boleh melebihi sebesar 458,2 kg/hari. Beban pencemar yang paling rendah yaitu parameter TSS sebesar 11,2 kg/hari artinya setiap debit limbah yang dibuang ke lingkungan setiap harinya terdapat 11,2 kg/hari beban pencemar TSS. Beban pencemar TSS dapak dikatakan tidak mencemar karena nilai beban pencemar aktual TSS tidak melebihi nilai beban pencemar maksimum. Kemampuan Reject Treatment Plant (RTP) dalam mengolah limbah dapat dinilai dengan signifikansi penurunan konsentrasi limbah, yaitu dengan melihat
47
selisih inlet dan outlet. Penurunan konsentrasi limbah yang signifikan menunjukan kemampuan yang baik dalam mengolah limbah. Signifikansi penurunan konsentrasi limbah didapat dengan menguji 36 data outlet limbah berdasarkan uji laboraturium Health, Safety and Environment PT. Krakatau Steel. Uji-t yang dilakukan menggunakan taraf nyata 5 persen. P-value dari uji-t yang dilakukan untuk semua parameter yang diuji, yaitu COD, temperatur, TDS dan TSS adalah 0,000. P-value yang nilainya kurang dari taraf nyata 5 persen, menunjukan bahwa penurunan konsentrasi limbah cair RTP CRM adalah signifikan. Tabel 6.3 Hasil Uji-t Penurunan per Parameter Limbah Cair Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel Tahun 2012-2014. No.
Indikator
Observasi Mean
1 2 3 4
COD
Inlet Outlet Temperatur Inlet Outlet TDS Inlet Outlet TSS Inlet Outlet
400.0 125.4 60.0 36.5 7619 2059.1 1100.0 99.1
Std Dev 0 74,2 0 3.212 0 181.4 0 1056
Uji Statistik: TPaired T-Value PValue 22.21 0.000* 43.93
0.000*
31.58
0.000*
33.10
0.000*
Keterangan : *) = signifikansi pada taraf nyata 5 persen. Sumber : data sekunder (diolah)
Kualitas yang diharapkan dalam mengolah limbah cair adalah bukan hanya penurunan konsentrasi secara signifikan melainkan juga pemenuhan standar baku mutu yang disyaratkan. Digunakan uji-t dengan menggunakan outlet sebanyak 36 titik untuk mengetahui apakah pemenuhan kualitas masing-masing parameter dengan standar baku mutu tercapai dengan uji statistik. Sama halnya dengan uji-t untuk mengetahui signifikansi penurunan konsentrasi limbah, taraf nyata yang digunakan adalah sebesar 5 persen.
48
Tabel 6.4Hasil Uji-t Pencapaian per Parameter Limbah Cair dengan Standar Baku Mutu Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel tahun 2012-2014. No.
1. 2. 3. 4.
Indikator
COD Temperatur TDS TSS
Outlet Outlet Outlet Outlet
Observasi Mean 125.4 36.5 2059.1 99.1
Std Dev 74,2 3.212 181.4 1056
Uji Statistik: 1-sample T T-Value P-Value -14,12 0.000* -6,57 0.000* -11,3 0.000* -9,95 0.000*
Keterangan : *) = signifikansi pada taraf nyata 5 persen Sumber : data sekunder (diolah)
P-value dari uji-t untuk kesemua parameter COD, temperatur, TDS dan TSS adalah 0,000. Nilai tersebut menunjukan bahwa outlet dari parameter tersebut secara signifikan telah memenuhi standar baku mutu yang disyaratkan. Hasil dari uji-t dalam mengetahui signifikansi pencapaian kualitas limbah yang sesuai dengan standar baku mutu sesuai dengan ketentuan pemerintah. 6.2
Abatement Cost Limbah Cair Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel Aktivitas produksi pabrik Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel
yang menghasilkan limbah membuat suatu konsekuensi yaitu kewajiban pengolahan limbah yang membutuhkan biaya. Biaya pengolahan limbah merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk mengurangi tingkat pencemar limbah cair. Biaya yang dikeluarkan dalam pengolahan limbah dapat disebut sebagai biaya sosial dimana biaya sosial merupakan biaya yang dikeluarkan untuk mengatasi eksternalitas negatif, yaitu limbah. Kebutuhan biaya yang meningkat dapat menyebabkan aktivitas terganggu, misalnya berkurangnya jenis layanan atau produk jasa yang dikeluarkan, pengurangan tenaga kerja serta penurunan keuntungan. Sebagai industri besar disamping harus tetap menjalani fungsi sosialnya, perusahaan juga harus tetap memperhatikan neraca pengeluaran agar tetap mempertahankan keuntungan demi kelangsungan perusahaan. Adanya kewajiban membuat unit pengolahan limbah akan memberi beban tambahan bagi perusahaan dalam hal pengeluaran.
49
Aktivitas proses pengolahan limbah cair di RTP CRM PT. Krakatau Steel dilakukan secara fisika, kimia dan biologi. Secara fisik meliputi penyaringan, pendinginan, pengendapan dan pengadukan, sedangkan secara kimia meliputi koagulasi dan flokulas. Pengolahan yang paling besar memberikan kontribusi dan pengaruhnya dalam penurunan tingkat pencemar adalah proses fisika. Untuk itu, semua proses fisika meliputi parameter temperatur, TDS dan TSS merupakan kajian dalam penelitian ini. Sedangkan proses kimia dalam penilitian ini hanya dikaji pada parameter COD saja. 6.2.1 Total Abatement Cost Seluruh Parameter Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel Estimasi abatement cost berdasarkan parameter limbah cair merupakan biaya pengurangan/minimalisasi pencemaran limbah yang dibuang ke lingkungan melalui pengurangan konsentrasi parameter limbah cair yaitu COD, Temperatur, TDS dan TSS. Total abatement cost adalah penjumlahan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk mentreatment limbah cair agar berkurangnya kadar pencemar air limbah. Pada penilitian ini TAC yang dikeluarkan perusahaan meliputi biaya COD, biaya Temperatur, biaya TDS dan biaya TSS. Berdasarkan perhitungan biaya pengolahan limbah tahun 2012-2014, TAC yang dikeluarkan perusahaan untuk mengolah limbah cair adalah sebesar Rp 33.445.806.020. Perhitungan total abatementcost dapat digunakan untuk mengetahui biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk mengurangi kadar pencemar tiap volume limbah cair. Biaya pengurangan kadar pencemar tiap volume limbah cair dapat dihitung dengan membagi total biaya pengolahan perhari dengan volume rata-rata limbah cair per hari, dimana rata-rata volume limbah cair yang dihasilkan pabrik CRM PT. Krakatau Steel yaitu sebesar 114,6 m³ per hari. Maka biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk mengurangi tingkat pencemar tiap 1 m³ limbah cair yaitu sebesar Rp 270.230. Perhitungan Total Abatement Cost dapat dilihat pada Tabel 6.5.
50
Tabel 6.5 Total Abatement CostLimbah Cair Seluruh Parameter Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel tahun 20122014 Jenis Biaya Tahun 2012 Biaya COD Biaya Temperatur Biaya TDS Biaya TSS Jumlah Tahun 2013 Biaya COD Biaya Temperatur Biaya TDS Biaya TSS Jumlah Tahun 2014 Biaya COD Biaya Temperatur Biaya TDS Biaya TSS Jumlah Total biaya pengolahan limbah cair tahun 2012-2014 Rata-rata biaya per tahun Rata-rata biaya per bulan Rata-rata biaya per hari
Jumlah (Rp) 3.691.665.763 3.133.665.763 3.000.361.763 1.521.585.763 11.347.279.052 4.711.535.885 3.212.590.885 3.245.242.885 1.511.170.885 12.680.540.540 2.703.097.857 2.695.342.857 2.506.192.857 1.513.352.857 9.417.986.429 33.445.806.020 11.148.602.007 929.050.167 30.968.339
Sumber: data sekunder (diolah)
6.2.2 Abatement Cost COD Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel Parameter COD digunakan untuk memberikan indikasi jumlah seluruh senyawa organik yang terkandung dalam limbah cair. Parameter ini sebenarnya menunjukan jumlah oksigen (mg O2 ) yang ada dalam senyawa oksidan dalam satu
liter limbah cair. Besar kecilnya tingkat pencemaran yang disebabkan oleh pembuangan limbah cair ke badan air dapat dilihat dari besar kecilnya konsentrasi parameter pencemar yang terkandung dalam air limbah yang dibuang ke lingkungan. Biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk mengolah limbah cair parameter COD sampai konsentrasi COD sesuai dengan baku mutu lingkungan adalah total
51
abatement cost yang meliputi biaya bahan baku, biaya listrik, dan biaya tenaga kerja. Perhitungan total abatement cost dapat dilihat pada Tabel 6.6. Tabel 6.6 Perhitungan Total Abatement CostCOD Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT.Krakatau Steel Tahun 2012–2014. Jenis Biaya Tahun 2012 Bahan baku Listrik Tenaga Kerja Jumlah Tahun 2013 Bahan baku Listrik Tenaga Kerja Jumlah Tahun 2014 Bahan baku Listrik Tenaga Kerja Jumlah Total biaya pengolahan limbah cair tahun 2012-2014 Rata-rata biaya per tahun Rata-rata biaya per bulan Rata-rata biaya per hari
Jumlah (Rp) 2.270.400.000 642.270.355 778.995.408 3.691.665.763 3,330.725.000 601.815.477 778.995.408 4.711.535.885 1.337.225.000 586.877.449 778.995.408 2.703.097.857 11.106.299.505 3.702.099.835 308.508.319 10.283.610
Sumber : data sekunder (diolah)
Berdasarkan perhitungan dapat diketahui total abatement cost yang dikeluarkan perusahaan untuk mengolah limbah cair parameter COD yaitu sebesar Rp 10.283.610 per hari. Dengan perhitungan diatas dapat digunakan untuk mengetahui average abatement cost yang digunakan perusahaan mengolah limbah cair, average abatement cost dapat dihitung dengan membagi biaya pengolahan dengan penurunan tingkat konsentrasi parameter COD, dimana penurunan konsentrasi COD yairu sebesar 274,6 mg/l maka average abatement cost yang dikeluarkan perusahaan sebesar Rp 37.449. Marginal abatement cost adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk menurunkan tingkat pencemar sebesar satu-satuan. Sebelum mengetahui pengaruh antara penurunan per satuan COD dengan biaya COD, akan dihitung terlebih dahulu biaya penurunan per satuan COD pada 36 nilai penurunan konsentrasi COD yang ada. Berdasarkan data tersebut diperoleh persamaan regresi hubungan
52
antara biaya penurunan per satuan COD dengan Penurunan konsentrasi COD adalah: CCOD = 13.203.051 − 10.632 COD (P-value = 0.004)
(P-value = 0.485) R-sq = 1,4 %
Secara statistik dari persamaan tersebut, nilai -10.632 merupakan nilai yang merefleksikan marginal abatement cost untuk parameter COD, dapat diartikan bahwa apabila perusahaan menurunkan konsentrasi parameter COD sebesar 1 mg/l maka biaya COD akan meningkat sebesar Rp 10.632. semakin tinggi perusahaan menurunkan COD dalam limbah cair maka biaya yang dikeluarkan perusahaan akan semakin tinggi. 6.2.3 Abatement Cost Temperatur Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel Temperatur yang tinggi pada dari limbah disebabkan karena debit influent air limbah basa yang sangat tinggi dibandingkan dengan air limbah asam pada saat pengolahan yang biasanya berasal dari unit produksi yang mengalami problem pada sistem pembungan limbah. Air yang dibuang ke kanal temperaturnya telah mengalami penurunan dan sudah sesuai dengan baku mutu temperatur limbah cair, sehingga air limbah aman dibuang ke lingkungan. Besarnya upaya penurunan suhu pada limbah cair yang dilakukan suatu perusahaan agar suhu limbah cair memenuhi standar baku mutu yang telah ditetapkan dapat dilihat dari besar kecilnya biaya penanggulangan cemaran. Biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk mengolah limbah cair parameter temperatur
mencerminkan
upaya
yang
dikeluarkan
perusahaan
untuk
mentreatment limbah cair agar tamperatur limbah cair sesuai dengan baku mutu limbah cair adalah total abatement cost yang meliputi biaya bahan baku, biaya listrik, dan biaya tenaga kerja. Perhitungan total abatement cost dapat dilihat pada Tabel 6.7
53
Tabel 6.7 Perhitungan Total Abatement Cost Parameter Temperatur Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT.Krakatau Steel Tahun 2012–2014. Jenis Biaya Tahun 2012 Bahan baku Listrik Tenaga Kerja Jumlah Tahun 2013 Bahan baku Listrik Tenaga Kerja Jumlah Tahun 2014 Bahan baku Listrik Tenaga Kerja Jumlah Total biaya pengolahan limbah cair tahun 2012-2014 Rata-rata biaya per tahun Rata-rata biaya per bulan Rata-rata biaya per hari Sumber: data sekunder (diolah)
Jumlah (Rp) 1.712.400.000 642.270.355 778.995.408 3.133.665.763 1.831.780.000 601.815.477 778.995.408 3.212.590.885 1.329.470.000 586.877.449 778.995.408 2.695.342.857 9.041.559.505 3.013.866.502 251.155.542 8.371.851
Berdasarkan perhitungan dapat diketahui total abatement cost yang dikeluarkan perusahaan untuk mengolah limbah cair parameter temperatur yaitu sebesar Rp 8.371.851 per hari. Dengan perhitungan diatas dapat digunakan untuk mengetahui average abatement cost yang digunakan perusahaan untuk menurukan tingkat pencemar, average abatement cost dapat dihitung dengan membagi biaya pengolahan dengan penurunan tingkat konsentrasi parameter, dimana penurunan temperatur yairu sebesar 23,5°C maka average abatement cost yang dikeluarkan perusahaan sebesar Rp 356.249. Sebelum mengetahui pengaruh antara penurunan per satuan temperatur dengan biaya temperatur, akan dihitung terlebih dahulu biaya penurunan per satuan temperatur pada 36 nilai penurunan konsentrasi temperatur yang ada. Berdasarkan data penurunan Temperatur yang ada, biaya penurunan per satuan derajat Temperatur bisa didapatkan. Pengaruh penurunan per satuan Temperatur
54
dengan biaya penurunan derajat Temperatur akan dianalisis menggunakan konsep regresi sederhana. Persamaan regresi yang didapat adalah : CTemp = 10.028.425 − 70.443 Temp (P-value = 0.555)
(P-value = 0.001) R-sq = 1,0%
Secara statistik dari persamaan tersebut, nilai -70.443 merupakan nilai yang merefleksikan marginal abatement costuntuk parameter temperatur, dapat diartikan bahwa apabila perusahaan menurunkan temperatur limbah cair sebesar 1°C maka tambahan biaya temperatur akan meningkat sebesar Rp 70.443. Berdasarkan persamaan regresi yang dihasilkan dapat dilihat bahwa penurunan persatuan temperatur akan mempengaruhi marginal abatement cost temperatur dengan memilki hubungan negatif. 6.2.4 Abatement CostTDSReject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel TDS merupakan padatan-padatan yang memiliki ukuran lebih kecil dibandingkan padatan tersuspensi. TDS pada limbah cair perusahaan beberapa diantaranya masih tergolong tinggi. Nilai TDS menunjukan kesadahan, semakin tinggi nilai TDS maka mengindikasikan air semakin sadah. Tingginaya TDS dalam air limbah dapat diakibatkan oleh penggunaan kapur dalam jumlah yang sangat banyak. Proses sedimentasi berfungsi untuk mengendapkan padatanpadatan terlarut berupa lumpur hasil koagulasi sehingga menghasilkan air jernih. Pada proses pengendapan limbah cair menjadi padatan-padatan dibutuhkan biaya pengolahan. Biaya pengolahan tersebut mencerminkan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk mengurangi tingkat pencemar yang ada dalam limbah cair. Biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk mengolah limbah cair parameter TDS, agar konsentrasi TDS sesuai dengan baku mutu yang telah ditetapkan adalah total abatement cost yang meliputi biaya bahan baku, biaya listrik, dan biaya tenaga kerja. Perhitungan total abatement cost dapat dilihat pada Tabel 6.8
55
Tabel 6.8 Perhitungan Total Abatement Cost TDS Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT.Krakatau Steel Tahun 2012–2014. Jenis Biaya Tahun 2012 Bahan baku Listrik Tenaga Kerja Jumlah Tahun 2013 Bahan baku Listrik Tenaga Kerja Jumlah Tahun 2014 Bahan baku Listrik Tenaga Kerja Jumlah Total biaya pengolahan limbah cair tahun 2012-2014 Rata-rata biaya per tahun Rata-rata biaya per bulan Rata-rata biaya per hari
Jumlah (Rp) 1.579.096.000 642.270.355 778.995.408 3.000.361.763 1.864.432.000 601.815.477 778.995.408 3.245.242.885 1.140.320.000 586.877.449 778.995.408 2.506.192.857 8.751.797.505 2.917.256.835 243.105.486 8.103.516
Sumber: data sekunder (diolah)
Berdasarkan perhitungan dapat diketahui total abatement cost yang dikeluarkan perusahaan untuk mengolah limbah cair parameter TDS yaitu sebesar Rp 8.103.516 per hari. Dengan perhitungan diatas dapat digunakan untuk mengetahui average abatement cost yang digunakan perusahaan untuk menurukan tingkat pencemar, average abatement cost dapat dihitung dengan membagi biaya pengolahan dengan penurunan tingkat konsentrasi parameter, dimana penurunan temperatur yairu sebesar 5559,9 mg/l maka average abatement costTDS yaitu sebesar Rp 1.457. Prosedur untuk mengetahui seberapa besar pengaruh biaya penurunan per satuan parameter TDS dengan penurunan konsentrasi TDS adalah sama dengan konsep regresi pada parameter lainya. Setelah menghitung masing-masing biaya penurunan per satuan TDS pada 36 nilai penurunan konsentrasi TDS, keseluruhan data dimasukan dalam konsep regresi dan menghasilkan persamaan regresi sebagai berikut:
56
𝐶𝑇𝐷𝑆 = 9.702.791 − 288 TDS (P-value = 0.015)
(P-value = 0.671) R-sq = 0,5%
Secara statistik dari persamaan tersebut, nilai -288 merupakan nilai yang merefleksikan marginal abatement costuntuk parameter TDS, dapat diartikan bahwa apabila konsentrasi parameter TDS menurun sebesar 1 mg/l maka biaya TDS akan meningkat sebesar Rp 288. 6.2.5 Abatement Cost TSS Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel Proses penjernihan limbah cair dilakukan didalam koagulasi dan flokulasi, pada tahap ini dimasukan koagulan dan flokulan agar limbah cair menjadi jernih atau mengurangi tingkat kekeruhan pada limbah cair. Proses pada unit koagulasi dan flokulasi berperan mengurangi suspended solid dan berperan dalam penurunan konsentrasi TSS. Proses koagulasi dan flokulasi dapat memudahkan dalam pemisahan suspended solid dengan air. Pemberian koagulan dan flokulan cukup dilakukan dengan melihat kasat mata terjadinya pembentukan flok-flok. Apabila flok-flok telah terbentuk, maka injeksi koagulan flokulan dihentikan atau dibit diperkecil. Pengolahan limbah cair untuk mengurangi tingkat pencemar parameter TSS membutuhkan biaya. Biaya pengolahan tersebut mencerminkan total abatement costyang dikeluarkan perusahaan untuk mengurangi tingkat pencemar yang ada dalam limbah cair. Total abatement cost TSS meliputi biaya pembelian bahan baku, biaya pemakaian listrik dan biaya tenaga kerja. Berdasarkan perhitungan dapat diketahui total abatement cost yang dikeluarkan perusahaan untuk mengolah limbah cair parameter TSS yaitu sebesar Rp 4.209.361 per hari. Dengan perhitungan diatas dapat digunakan untuk mengetahui average abatement cost yang digunakan perusahaan untuk menurukan tingkat pencemar, average abatement cost dapat dihitung dengan membagi biaya pengolahan dengan penurunan tingkat konsentrasi parameter, dimana penurunan temperatur yairu sebesar 1000,9 mg/l maka average abatement cost TSS yaitu sebesar Rp 4.205.
57
Tabel 6.9 Perhitungan Total Abatement CostTSS Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT.Krakatau Steel Tahun 2012–2014. Jenis Biaya
Jumlah (Rp)
Tahun 2012 Bahan baku Listrik Tenaga Kerja Jumlah Tahun 2013 Bahan baku Listrik Tenaga Kerja Jumlah Tahun 2014 Bahan baku Listrik Tenaga Kerja Jumlah Total biaya pengolahan limbah cair tahun 2012-2014 Rata-rata biaya per tahun Rata-rata biaya per bulan Rata-rata biaya per hari
100.320.000 642.270.355 778.995.408 1.521.585.763 130.360.000 601.815.477 778.995.408 1.511.170.885 147.480.000 586.877.449 778.995.408 1.513.352.857 4.546.109.505 1.515.369.835 126.280.820 4.209.361
Sumber: data sekunder (diolah)
Sejalan dengan prosedur dalam menduga pengaruh biaya penurunan per satuan parameter dengan penurunana konsentrasi parameter, biaya penurunan per satuan TSS pada masing-masing penurunan konsentrasi harus dihitung terlebih dahulu. Setelah mendapatkan biaya penurunan per satuan parameter dari 36 titik penurunanTSS, data-data tersebut diolah dengan menggunakan konsep regresi linear sederhana. Dengan prosedur tersebut, persamaaan regresi yang dihasilkan dalam menjelaskan pengaruh antara biaya penurunan per satuan TSS dengan penurunan konsentrasi TSS adalah sebagai berikut : CTSS = 4.375.169 − 2.457 TSS (P-value = 0.000)
(P-value = 0.053) R-sq = 11,2%
Secara statistik dari persamaan tersebut, nilai -2.457 merupakan nilai yang merefleksikan marginal abatement cost untuk parameter TSS, dapat diartikan bahwa apabila konsentrasi parameter TSS menurun sebesar 1 mg/l maka biaya
58
TSS akan meningkat sebesar Rp 2.547. Berdasarkan persamaan regresi yang dihasilkan dapat dilihat bahwa penurunan persatuan TSS akan mempengaruhi biaya TSS dengan memilki hubungan negatif. Keseluruhan hasil perhitungan total abatement cost, average abatement cost dan marginal abatement cost seluruh parameter dapat dilihat pada Tabel 6.10. Tabel 6.10 Total Abatement Cost, Average Abatement Cost dan Marginal Abatement Cost Seluruh Parameter Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT.Krakatau Steel Tahun 2012–2014. Jenis Biaya
COD Temperatur TDS TSS Total
Total Abatement Cost (Rp/hari) 10.283.610 8.371.851 8.103.516 4.209.361 30.968.339
Average Abatement Cost (Rp/hari/penurunan) 37.449 356.249 1.457 4.205 399.360
Marginal Abatement Cost (Rp/penurunan) 10.632 70.443 288 2.457 -
Sumber: data sekunder (diolah)
Berdasarkan data yang ada pada Tabel 6.10 rata-rata total abatement cost seluruh parameter sebesar Rp 30.968.339 per hari, dimana total tersebut meliputi biaya COD, biaya temperatur, biaya TDS dan biaya TSS. Total abatement cost yang paling tinggi dalam mengolah limbah cair yaitu biaya pengolahan COD sebesar Rp 10.283.610 per hari, tingginya biaya COD disebabkan karena tinggi biaya pembelian bahan baku untuk mengolah COD sampai konsentrasi COD sesuai dengan standar baku mutu lingkungan, komponen biaya pengolahan COD dapat dilihat dalam Tabel 6.6. Average abatement cost yang paling tinggi adalah parameter temepratur yaitu sebesar Rp 356.249, tingginya average abatement cost yang dikeluarkan untuk mentreatment temperatur disebabkan karena rendahnya penurunan tingkat temperatur yang ada dalam limbah cair, sedangkan average abatement cost yang paling rendah yaitu paramter TDS sebesar Rp 1.457. marginal abatement cost yang paling rendah dalam menurunkan tingkat pencemar sebesar satu-satuan yaitu paremeter TDS sebesar Rp 288 sedangkan marginal abatement cost yang paling tinggi yaitu parameter temperatur yaitu sebesar Rp 70.443
59
VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dalam penyusunan skripsi, berikut adalah beberapa hal yang dapat disimpulkan: 1. Hasil Outlet menunjukan keempat parameter sudah berada dibawah baku mutu yang telah ditetapkan berdasarkan keputusan Walikota Cilegon No.04 tahun 2002. Hasil uji statistik menunjukan seluruh parameter limbah cair signifikan dalam menurunkan tingkat pencemar dan signifikan telah memnuhi standar baku mutu limbah cair. 2. Total abatement cost yang paling rendah dalam mengolah limbah cair adalah parameter TSS sebesar Rp 4.209.361 dan total abatement cost yang paling tinggi yaitu parameter COD sebesar Rp 10.283.610. average abatement cost dan marginal abatement cost yang paling tinggi yaitu parameter temperatur sebesar Rp 356.249 dan Rp 70.443. tingginya nilai AAC dan MAC pada parameter temperatur disebabkan karena kecilnya range penurunan antara inlet dan outlet temperatur. Average abatement cost dan marginal abatement cost yang paling rendah yaitu parameter TDS sebesar Rp 1.457 dan Rp. 288. 7.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian maka disarankan : 1. Pengelola pabrik Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel melakukan pemantauan bukan hanya dari outlet tetapi juga dari segi efisiensi kinerja RTP sehingga dapat diketahui apabila nantinya kinerja RTP tersebut menurun. 2. Efesiensi dan tanggungjawab pengolahan limbah cair lebih ditingkatkan agar mutu limbah yang dihasilkan akan semakin baik. 3. Penelitian mengenai efektivitas biaya dan pemanfaatan ekonomi dari pengolahan limbah cair perlu dilakukan untuk mengembangkan penelitian dalam bidang pengolahan limbah industri dari sisi ekonomi.
60
61
DAFTAR PUSTAKA Bapedal. 1992. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan di Indonesia. Jakarta. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Laju Pertumbuhan PDB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2014 dengan Tahun Dasar 2010. [Internet]. Tersedia dari: http://www.bps.go.id. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Produk Domestik Bruto 2014. [Internet]. Tersedia dari: http://www.bps.go.id. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Laju Pertumbuhan Industri. [Internet]. Tersedia dari: http://www.bps.go.id. Damayanti. 2009. Analisis Penentapan Nilai Pajak Lingkungan Industri Kertas (Studi Kasus: PT Aspex Kumbong, Kecamatan Cileungsi, Kabupaten Bogor).[Skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Djunaedi, Hadi. 2007. Kajian Efektivitas Pengolahan Limbah Rumah Sakit (Studi Kasus Rumah Sakit di Wilayah DKI Jakarta). [Desertasi]. Bogor (ID): Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Institut Pertanian Bogor. Eka, et.al. 2010. Modul Kuliah Ekonomi Lingkungan. Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Fauzi, Akhmad. 2006. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Jakarta (ID). Gramedia. Hufscmidt, MM et.al. 1987. Lingkungan Sistem Alami dan Pembangunan : Pedoman Penilaian Ekonomis. Alih Bahasa : Reksohadiprojo, S. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Kementrian Negara Lingkungan Hidup. 1995. KepMen 58/MenLH/12/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair. Kementrian Negara Lingkungan Hidup. Keputusan Mentri Negara Lingkungan Hidup No.03 tahun 1998. Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kawasan Industri. Kristanto, Philip. 2004. Ekologi Industri. Yogyakarta: Penerbit Andi. Mangkoesoebroto, G. 1997. Ekonomi Publik. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Peraturan Daerah Kota Cilegon No.04 Tahun 2002 tentang Baku Mutu Limbah Cair Industri. Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air.
62
Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Septiviani, Cita. 2009. Penetapan Pajak Lingkungan Industri Tekstil (Studi Kasus PT. Unitex, Bogor). [Skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Supraptini. 2002. Pengaruh Limbah Industri Terhadap Lingkungan di Indonesia. [Artikel]. Tersedia dari http://ejournal.litbang.depkes.go.id/. Suparmoko. 2011. Ekonomika Lingkungan. Yogyakarta (ID). BPFE Yogyakarta. Soeparman HM, Suparmin 2001. Pembuangan Tinja dan Limbah Cair. Suatu Pengantar. Jakarta (ID): EGC. Undang-undang No. 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian. Walpole, R.E 1995. Pengantar Statistika Ke-3. Jakarta (ID): Gramedia. Yakin, Addinul. 1997. Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan: Teori dan Kebijaksanan Pembangunan Berkelanjutan. Jakarta (ID): Akademika Presindo.
63
64
Lampiran 1 Perhitungan Efisiensi, Beban Pencemar Aktual dan Beban Pencemar Maksimum Parameter CODReject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel tahun 2012-2014. BM Inlet Outlet Efisiensi Debit BPA (mg/l) (mg/l) (mg/l) (persen) (m³/hari) (kg/hari) 300 400 111,0 72,3 50,0 5,6 300 400 47,5 88,1 181,4 8,6 300 400 40,0 90,0 256,0 10,2 300 400 250,0 37,5 45,1 11,3 300 400 136,0 66,0 589,0 80,1 300 400 87,6 78,1 63,5 5,6 300 400 47,2 88,2 54,0 2,6 300 400 30,0 92,5 57,0 1,7 300 400 112,0 72,0 60,5 6,8 300 400 111,6 72,1 26,4 2,9 300 400 110,0 72,5 77,9 8,6 300 400 159,0 60,3 137,0 21,8 300 400 98,0 75,5 53,0 5,2 300 400 165,0 58,8 70,0 11,6 300 400 187,0 53,3 96,0 18,0 300 400 144,0 64,0 77,0 11,1 300 400 117,0 70,8 100,0 11,7 300 400 175,3 56,2 60,0 10,5 300 400 23,9 94,0 187,0 4,5 300 400 114,2 71,5 22,0 2,5 300 400 200,0 50,0 218,0 43,6 300 400 128,0 68,0 210,0 26,9 300 400 3,0 99,3 42,0 0,1 300 400 187,0 53,3 47,0 8,8 300 400 39,8 90,1 66,8 2,7 300 400 96,0 76,0 68,5 6,6 300 400 79,7 80,1 145,6 11,6 300 400 251,0 37,3 120,0 30,1 300 400 270,9 32,3 75,0 20,3 300 400 55,8 86,1 148,0 8,3 300 400 153,0 61,8 48,7 7,4 300 400 128,0 68,0 170,0 21,8 300 400 280,0 30,0 176,0 49,3 300 400 223,0 44,3 167,0 37,2 300 400 148,0 63,0 116,0 17,2 300 400 5,0 98,8 43,0 0,2 Sumber : data sekunder
BPM (kg/hari) 15,0 54,4 76,8 13,5 176,7 19,0 16,2 17,1 18,2 7,9 23,4 41,1 15,9 21,0 28,8 23,1 30,0 18,0 56,1 6,6 65,4 63,0 12,6 14,1 20,0 20,6 43,7 36,0 22,5 44,4 14,6 51,0 52,8 50,1 34,8 12,9
65
Lampiran 2 Perhitungan Efisiensi, Beban Pencemar Aktual dan Beban Pencemar Maksimum Parameter Temperatur Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel tahun 2012-2014 BM Inlet (mg/l) Outlet (mg/l) Efisiensi (mg/l) (persen) 40 60 39,0 35,0 40 60 39,0 35,0 40 60 39,0 35,0 40 60 40,0 33,3 40 60 40,0 33,3 40 60 40,0 33,3 40 60 39,5 34,2 40 60 34,0 43,3 40 60 39,0 35,0 40 60 35,0 41,7 40 60 38,6 35,7 40 60 38,0 36,7 40 60 35,0 41,7 40 60 37,0 38,3 40 60 40,0 33,3 40 60 38,5 35,8 40 60 39,0 35,0 40 60 34,0 43,3 40 60 35,0 41,7 40 60 35,0 41,7 40 60 39,0 35,0 40 60 37,0 38,3 40 60 35,0 41,7 40 60 36,0 40,0 40 60 32,0 46,7 40 60 37,0 38,3 40 60 39,0 35,0 40 60 36,0 40,0 40 60 31,0 48,3 40 60 30,0 50,0 40 60 31,0 48,3 40 60 38,0 36,7 40 60 37,0 38,3 40 60 32,8 45,3 40 60 40,0 33,3 40 60 28,0 53,3 Sumber: data sekunder
66
Lampiran 3 Perhitungan Efisiensi, Beban Pencemar Aktual dan Beban Pencemar Maksimum Parameter TDS Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel 2012-2014 BM Inlet Outlet Efisiensi Debit BPA BPM (mg/l) (mg/l) (mg/l) (persen) (m³/hari) (kg/hari) (kg/hari) 4000 7619 1660 78,2 50 83 200 4000 7619 2092 72,5 181,4 379,6 725,7 4000 7619 224 97,1 256 57,3 1023,8 4000 7619 1208 84,1 45,1 54,5 180,5 4000 7619 2412 68,3 589 1420,7 2356 4000 7619 1028 86,5 63,5 65,2 253,8 4000 7619 920 87,9 54 49,7 216 4000 7619 1867 75,5 57 106,4 228 4000 7619 1808 76,3 60,5 109,4 242 4000 7619 1980 74 26,4 52,3 105,6 4000 7619 1541 79,8 77,9 120 311,6 4000 7619 3178 58,3 137 435,4 548 4000 7619 3204 57,9 53 169,8 212 4000 7619 2072 72,8 70 145 280 4000 7619 508 93,3 96 48,8 384 4000 7619 3477 54,4 77 267,7 308 4000 7619 3140 58,8 100 314 400 4000 7619 2572 66,2 60 154,3 240 4000 7619 3584 53 187 670,2 748 4000 7619 3750 50,8 22 82,5 88 4000 7619 2228 70,8 218 485,7 872 4000 7619 3672 51,8 210 771,1 840 4000 7619 1706 77,6 42 71,7 168 4000 7619 2384 68,7 47 112 188 4000 7619 2572 66,2 66,8 171,9 267,3 4000 7619 2672 64,9 68,5 183,1 274,2 4000 7619 1396 81,7 145,6 203,3 582,6 4000 7619 152 98 120 18,2 480 4000 7619 112 98,5 75 8,4 300 4000 7619 184 97,6 148 27,2 592 4000 7619 2572 66,2 48,7 125,1 194,6 4000 7619 3644 52,2 170 619,5 680 4000 7619 2476 67,5 176 435,8 704 4000 7619 2241 70,6 167 374,2 668 4000 7619 1475 80,6 116 171,1 464 4000 7619 2420 68,2 43 104,1 172 Sumber : data sekunder
67
Lampiran 4 Perhitungan Efisiensi, Beban Pencemar Aktual dan Beban Pencemar Maksimum Parameter TSS Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel tahun 2012-2014 BM Inlet Outlet Efisiensi Debit BPA BPM (mg/l) (mg/l) (mg/l) (persen) (m³/hari) (kg/hari) (kg/hari) 400 1100 35 96,8 50 1,8 20,0 400 1100 18 98,4 181,43 3,3 72,6 400 1100 1,8 99,8 255,95 0,5 102,4 400 1100 35 96,8 45,13 1,6 18,1 400 1100 13 98,8 589 7,7 235,6 400 1100 84 92,4 63,45 5,3 25,4 400 1100 74 93,3 54 4,0 21,6 400 1100 178 83,8 57 10,1 22,8 400 1100 54 95,1 60,5 3,3 24,2 400 1100 20 98,2 26,4 0,5 10,6 400 1100 41 96,3 77,9 3,2 31,2 400 1100 94 91,5 137 12,9 54,8 400 1100 49 95,5 53 2,6 21,2 400 1100 22 98,0 70 1,5 28,0 400 1100 3 99,7 96 0,3 38,4 400 1100 30 97,3 77 2,3 30,8 400 1100 155 85,9 100 15,5 40,0 400 1100 62 94,4 60 3,7 24,0 400 1100 248 77,5 187 46,4 74,8 400 1100 19 98,3 22 0,4 8,8 400 1100 90 91,8 218 19,6 87,2 400 1100 76 93,1 210 16,0 84,0 400 1100 10 99,1 42 0,4 16,8 400 1100 71 93,5 47 3,3 18,8 400 1100 56 94,9 66,82 3,7 26,7 400 1100 143 87,0 68,54 9,8 27,4 400 1100 48 95,6 145,64 7,0 58,3 400 1100 5 99,5 120 0,6 48,0 400 1100 58 94,7 75 4,4 30,0 400 1100 118 89,3 148 17,5 59,2 400 1100 56 94,9 48,65 2,7 19,5 400 1100 45 95,9 170 7,7 68,0 400 1100 179 83,7 176 31,5 70,4 400 1100 102 90,7 167 17,0 66,8 400 1100 1100 0,0 116 127,6 46,4 400 1100 177 83,9 43 7,6 17,2 Sumber: data sekunder
68
Lampiran 5 Hasil Analisis Uji Statistik Fisik Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel tahun 2012-2014 Paired T-Test and CI: COD (in); COD (out) Paired T for inlet - outlet
inlet outlet Difference
N 36 36 36
Mean 400,0 125,4 274,6
StDev 0,0 74,2 74,2
SE Mean 0,0 12,4 12,4
95% CI for mean difference: (249,5; 299,7) T-Test of mean difference = 0 (vs not = 0): T-Value = 22,21 Value = 0,000
P-
Paired T-Test and CI: BM t; tempratur (out) Paired T for BM t - tempratur (out) N Mean StDev BM t 36 40,000 0,000 tempratur (out) 36 36,483 3,212 Difference 36 3,517 3,212
SE Mean 0,000 0,535 0,535
95% CI for mean difference: (2,430; 4,603) T-Test of mean difference = 0 (vs not = 0): T-Value = 6,57 Value = 0,000
P-
Paired T-Test and CI: TSS (in); TSS (out) Paired T for TSS (in) - TSS (out)
TSS (in) TSS (out) Difference
N 36 36 36
Mean 1100,0 99,2 1000,8
StDev 0,0 181,4 181,4
SE Mean 0,0 30,2 30,2
95% CI for mean difference: (939,5; 1062,2) T-Test of mean difference = 0 (vs not = 0): T-Value = 33,10 Value = 0,000
P-
Paired T-Test and CI: TDS (in); TDS (out) Paired T for TDS (in) - TDS (out)
TDS (in) TDS (out) Difference
N 36 36 36
Mean 7619 2059 5560
StDev 0 1056 1056
SE Mean 0 176 176
95% CI for mean difference: (5202; 5917) T-Test of mean difference = 0 (vs not = 0): T-Value = 31,58 Value = 0,000
P-
69
Lampiran 6 Hasil Analisis Uji Statistik Fisik outlet dan Baku Mutu Limbah Cair Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel tahun 20122014. One-Sample T: COD (out) Test of mu = 300 vs < 300
Variable COD (out)
N 36
Mean 125,4
StDev 74,2
SE Mean 12,4
95% Upper Bound 146,3
T -14,12
SE Mean 0,535
95% Upper Bound 37,388
T -6,57
P 0,000
One-Sample T: T (out) Test of mu = 40 vs < 40
Variable T (out)
N 36
Mean 36,483
StDev 3,212
P 0,000
One-Sample T: TDS (out) Test of mu = 4000 vs < 4000
Variable TDS (out)
N 36
Mean 2059
StDev 1056
SE Mean 176
95% Upper Bound 2357
SE Mean 30,2
95% Upper Bound 150,2
T -11,03
P 0,000
One-Sample T: TSS (out) Test of mu = 400 vs < 400 Variable TSS (out)
N 36
Mean 99,2
StDev 181,4
T -9,95
P 0,000
70
Lampiran 7 Total Abatement Cost CODReject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel tahun 2012-2014. Bulan Jan-12 Feb-12 Mar-12 Apr-12 Mei-12 Jun-12 Jul-12 Agust-12 Sep-12 Okt-12 Nop-12 Des-12 Jan-13 Feb-13 Mar-13 Apr-13 Mei-13 Jun-13 Jul-13 Agust-13 Sep-13 Okt-13 Nop-13 Des-13 Jan-14 Feb-14 Mar-14 Apr-14 Mei-14 Jun-14 Jul-14 Agust-14 Sep-14 Okt-14 Nop-14 Des-14
Bahan Baku (Rp) 34.850.000 221.500.000 346.875.000 160.100.000 241.900.000 424.325.000 70.050.000 123.850.000 317.775.000 77.100.000 28.975.000 223.100.000 34.850.000 221.500.000 1.140.350.000 358.100.000 361.775.000 294.025.000 173.525.000 170.350.000 180.125.000 70.850.000 150.050.000 175.225.000 174.975.000 116.350.000 174.350.000 182.475.000 140.550.000 26.800.000 105.725.000 92.200.000 60.500.000 175.175.000 21.400.000 66.725.000
Sumber: data sekunder (diolah)
Tenaga kerja (Rp) 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284
Listrik (Rp) 62.217.766 57.310.956 57.642.400 53.729.922 62.390.693 67.254.270 38.188.090 50.120.067 55.488.015 50.559.590 43.692.939 43.675.646 53.845.207 47.886.424 61.403.567 53.866.823 53.765.949 44.615.218 48.830.318 51.712.438 43.851.456 43.851.456 52.468.995 45.717.629 50.667.670 18.111.242 81.651.901 59.148.308 46.358.900 58.319.698 37.064.063 52.296.067 46.820.039 47.742.318 46.402.132 42.295.111
Total (Rp) 161.984.050 343.727.240 469.433.684 278.746.206 369.206.977 556.495.554 173.154.374 238.886.351 438.179.299 192.575.874 137.584.223 331.691.930 153.611.491 334.302.708 1.266.669.851 476.883.107 480.457.233 403.556.502 287.271.602 286.978.722 288.892.740 179.617.740 267.435.279 285.858.913 290.558.954 199.377.526 320.918.185 306.539.592 251.825.184 150.035.982 207.705.347 209.412.351 172.236.323 287.833.602 132.718.416 173.936.395
71
Lampiran 8 Total Abatement Cost TemperaturReject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel tahun 2012-2014 Bulan Jan-12 Feb-12 Mar-12 Apr-12 Mei-12 Jun-12 Jul-12 Agust-12 Sep-12 Okt-12 Nop-12 Des-12 Jan-13 Feb-13 Mar-13 Apr-13 Mei-13 Jun-13 Jul-13 Agust-13 Sep-13 Okt-13 Nop-13 Des-13 Jan-14 Feb-14 Mar-14 Apr-14 Mei-14 Jun-14 Jul-14 Agust-14 Sep-14 Okt-14 Nop-14 Des-14
Bahan baku (Rp) 149.500.000 14.000.000 144.400.000 123.000.000 177.500.000 188.000.000 20.000.000 176.000.000 157.500.000 261.000.000 174.000.000 127.500.000 149.500.000 166.000.000 227.240.000 127.760.000 135.500.000 12.000.000 90.160.000 206.000.000 166.620.000 184.000.000 185.000.000 182.000.000 162.000.000 121.000.000 168.000.000 177.000.000 203.000.000 97.000.000 155.460.000 67.100.000 51.670.000 60.420.000 31.250.000 35.570.000
Tenaga kerja (Rp) 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284
Sumber : data sekunder (diolah)
Biaya Listrik (Rp) 62.217.766 57.310.956 57.642.400 53.729.922 62.390.693 67.254.270 38.188.090 50.120.067 55.488.015 50.559.590 43.692.939 43.675.646 53.845.207 47.886.424 61.403.567 53.866.823 53.765.949 44.615.218 48.830.318 51.712.438 43.851.456 43.851.456 52.468.995 45.717.629 50.667.670 18.111.242 81.651.901 59.148.308 46.358.900 58.319.698 37.064.063 52.296.067 46.820.039 47.742.318 46.402.132 42.295.111
Total (Rp) 276.634.050 136.227.240 266.958.684 241.646.206 304.806.977 320.170.554 123.104.374 291.036.351 277.904.299 376.475.874 282.609.223 236.091.930 268.261.491 278.802.708 353.559.851 246.543.107 254.182.233 121.531.502 203.906.602 322.628.722 275.387.740 292.767.740 302.385.279 292.633.913 277.583.954 204.027.526 314.568.185 301.064.592 314.275.184 220.235.982 257.440.347 184.312.351 163.406.323 173.078.602 142.568.416 142.781.395
72
Lampiran 9 Total Abatement Cost TDSReject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel tahun 2012-2014 Bulan Jan-12 Feb-12 Mar-12 Apr-12 Mei-12 Jun-12 Jul-12 Agust-12 Sep-12 Okt-12 Nop-12 Des-12 Jan-13 Feb-13 Mar-13 Apr-13 Mei-13 Jun-13 Jul-13 Agust-13 Sep-13 Okt-13 Nop-13 Des-13 Jan-14 Feb-14 Mar-14 Apr-14 Mei-14 Jun-14 Jul-14 Agust-14 Sep-14 Okt-14 Nop-14 Des-14
Bahan baku (Rp) 28.000.000 24.600.000 55.752.000 175.968.000 145.744.000 117.336.000 171.944.000 530.528.000 132.528.000 36.496.000 67.472.000 92.728.000 28.432.000 58.960.000 18.272.000 249.160.000 32.408.000 485.048.000 266.960.000 98.512.000 287.328.000 200.768.000 27.840.000 110.744.000 48.888.000 98.216.000 316.576.000 70.728.000 83.344.000 165.624.000 45.992.000 31.048.000 88.456.000 49.600.000 0 141.848.000
Tenaga kerja (Rp) 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284
Sumber : Data sekunder (diolah)
Listrik (Rp) 62.217.766 57.310.956 57.642.400 53.729.922 62.390.693 67.254.270 38.188.090 50.120.067 55.488.015 50.559.590 43.692.939 43.675.646 53.845.207 47.886.424 61.403.567 53.866.823 53.765.949 44.615.218 48.830.318 51.712.438 43.851.456 43.851.456 52.468.995 45.717.629 50.667.670 18.111.242 81.651.901 59.148.308 46.358.900 58.319.698 37.064.063 52.296.067 46.820.039 47.742.318 46.402.132 42.295.111
Total (Rp) 155.134.050 146.827.240 178.310.684 294.614.206 273.050.977 249.506.554 275.048.374 645.564.351 252.932.299 151.971.874 176.081.223 201.319.930 147.193.491 171.762.708 144.591.851 367.943.107 151.090.233 594.579.502 380.706.602 215.140.722 396.095.740 309.535.740 145.225.279 221.377.913 164.471.954 181.243.526 463.144.185 194.792.592 194.619.184 288.859.982 147.972.347 148.260.351 200.192.323 162.258.602 111.318.416 249.059.395
73
Lampiran 10 Total Abatement Cost TSSReject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel tahun 2012-2014 Bulan Jan-12 Feb-12 Mar-12 Apr-12 Mei-12 Jun-12 Jul-12 Agust-12 Sep-12 Okt-12 Nop-12 Des-12 Jan-13 Feb-13 Mar-13 Apr-13 Mei-13 Jun-13 Jul-13 Agust-13 Sep-13 Okt-13 Nop-13 Des-13 Jan-14 Feb-14 Mar-14 Apr-14 Mei-14 Jun-14 Jul-14 Agust-14 Sep-14 Okt-14 Nop-14 Des-14
Bahan baku (Rp) 12.000.000 5.440.000 9.400.000 10.160.000 6.280.000 10.440.000 4.880.000 12.520.000 8.360.000 7.560.000 6.000.000 7.280.000 12.440.000 11.320.000 15.560.000 10.000.000 8.960.000 6.080.000 11.920.000 7.440.000 8.960.000 10.640.000 13.400.000 13.640.000 18.560.000 14.600.000 15.400.000 15.800.000 7.320.000 6.680.000 11.400.000 12.000.000 12.960.000 8.360.000 10.200.000 14.200.000
Tenaga kerja (Rp) 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284 64.916.284
Sumber: data sekunder (diolah)
Listrik (Rp) 62.217.766 57.310.956 57.642.400 53.729.922 62.390.693 67.254.270 38.188.090 50.120.067 55.488.015 50.559.590 43.692.939 43.675.646 53.845.207 47.886.424 61.403.567 53.866.823 53.765.949 44.615.218 48.830.318 51.712.438 43.851.456 43.851.456 52.468.995 45.717.629 50.667.670 18.111.242 81.651.901 59.148.308 46.358.900 58.319.698 37.064.063 52.296.067 46.820.039 47.742.318 46.402.132 42.295.111
Total (Rp) 139.134.050 127.667.240 131.958.684 128.806.206 133.586.977 142.610.554 107.984.374 127.556.351 128.764.299 123.035.874 114.609.223 115.871.930 131.201.491 124.122.708 141.879.851 128.783.107 127.642.233 115.611.502 125.666.602 124.068.722 117.727.740 119.407.740 130.785.279 124.273.913 134.143.954 97.627.526 161.968.185 139.864.592 118.595.184 129.915.982 113.380.347 129.212.351 124.696.323 121.018.602 121.518.416 121.411.395
74
Lampiran 11 Total Abatement Costkeseluruhan pengolahan limbah Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel tahun 2012-2014 Bulan Jan-12 Feb-12 Mar-12 Apr-12 Mei-12 Jun-12 Jul-12 Agust-12 Sep-12 Okt-12 Nop-12 Des-12 Jan-13 Feb-13 Mar-13 Apr-13 Mei-13 Jun-13 Jul-13 Agust-13 Sep-13 Okt-13 Nop-13 Des-13 Jan-14 Feb-14 Mar-14 Apr-14 Mei-14 Jun-14 Jul-14 Agust-14 Sep-14 Okt-14 Nop-14 Des-14
TAC COD TAC (Rp) Temperatur (Rp) 161.984.050 276.634.050 343.727.240 136.227.240 469.433.684 266.958.684 278.746.206 241.646.206 369.206.977 304.806.977 556.495.554 320.170.554 173.154.374 123.104.374 238.886.351 291.036.351 438.179.299 277.904.299 192.575.874 376.475.874 137.584.223 282.609.223 331.691.930 236.091.930 153.611.491 268.261.491 334.302.708 278.802.708 1.266.669.851 353.559.851 476.883.107 246.543.107 480.457.233 254.182.233 403.556.502 121.531.502 287.271.602 203.906.602 286.978.722 322.628.722 288.892.740 275.387.740 179.617.740 292.767.740 267.435.279 302.385.279 285.858.913 292.633.913 290.558.954 277.583.954 199.377.526 204.027.526 320.918.185 314.568.185 306.539.592 301.064.592 251.825.184 314.275.184 150.035.982 220.235.982 207.705.347 257.440.347 209.412.351 184.312.351 172.236.323 163.406.323 287.833.602 173.078.602 132.718.416 142.568.416 173.936.395 142.781.395
Sumber: data sekunder (diolah)
TAC TDS (Rp) 155.134.050 146.827.240 178.310.684 294.614.206 273.050.977 249.506.554 275.048.374 645.564.351 252.932.299 151.971.874 176.081.223 201.319.930 147.193.491 171.762.708 144.591.851 367.943.107 151.090.233 594.579.502 380.706.602 215.140.722 396.095.740 309.535.740 145.225.279 221.377.913 164.471.954 181.243.526 463.144.185 194.792.592 194.619.184 288.859.982 147.972.347 148.260.351 200.192.323 162.258.602 111.318.416 249.059.395
TAC TSS (Rp) 139.134.050 127.667.240 131.958.684 128.806.206 133.586.977 142.610.554 107.984.374 127.556.351 128.764.299 123.035.874 114.609.223 115.871.930 131.201.491 124.122.708 141.879.851 128.783.107 127.642.233 115.611.502 125.666.602 124.068.722 117.727.740 119.407.740 130.785.279 124.273.913 134.143.954 97.627.526 161.968.185 139.864.592 118.595.184 129.915.982 113.380.347 129.212.351 124.696.323 121.018.602 121.518.416 121.411.395
TOTAL (Rp) 732.886.198 754.448.961 1.046.661.736 943.812.824 1.080.651.907 1.268.783.217 679.291.496 1.303.043.403 1.097.780.197 844.059.496 710.883.893 884.975.722 700.267.964 908.990.831 1.906.701.402 1.220.152.427 1.013.371.930 1.235.279.006 997.551.408 948.816.888 1.078.103.959 901.328.959 845.831.114 924.144.650 866.758.814 682.276.104 1.260.598.739 942.261.367 879.314.737 789.047.929 726.498.389 671.197.406 660.531.294 744.189.407 508.123.664 687.188.580
75
Lampiran 12 Hasil Analisis Regresi Linear Sederhana antara Penurunan Konsentrasi dengan Biaya Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel tahun 2012-2014 Regression Analysis: biaya COD versus penurunan COD The regression equation is biaya cod = 13203051 – 10632 penurunan
Predictor Constant penurunan
Coef 13203051 -10632
S = 6609442
SE Coef 4279198 15058
R-Sq = 1,4%
T 3,09 -0,71
P 0,004 0,485
R-Sq(adj) = 0,0%
Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total
DF 1 34 35
SS 2,17762E+13 1,48528E+15 1,50706E+15
MS 2,17762E+13 4,36847E+13
F 0,50
P 0,485
Unusual Observations
Obs 15
biaya cod 42222328
penurunan 213
Fit SE Fit Residual 10938488 1440069 31283840
St Resid 4,85R
R denotes an observation with a large standardized residual
Regression Analysis: biaya T versus selisih T The regression equation is biaya T = 10028425 - 70443 selisih T
Predictor Constant selisih T
Coef 10028425 -70443
S = 2246592
SE Coef 2805404 118227
R-Sq = 1,0%
T 3,57 -0,60
P 0,001 0,555
R-Sq(adj) = 0,0%
Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total
DF 1 34 35
SS 1,79178E+12 1,71604E+14 1,73396E+14
MS 1,79178E+12 5,04718E+12
F 0,36
P 0,555
76
Unusual Observations Obs 7 36
selisih T 20,5 32,0
biaya T 4103479 4759380
Fit 8584353 7774264
SE Fit 517107 1070572
Residual -4480874 -3014884
St Resid -2,05R -1,53 X
R denotes an observation with a large standardized residual. X denotes an observation whose X value gives it large leverage.
Regression Analysis: biaya TDS versus selisis TDS The regression equation is biaya TDS = 9702791 - 288 selisis TDS
Predictor Constant selisis TDS
Coef 9702791 -287,6
S = 4191975
SE Coef 3794828 670,9
R-Sq = 0,5%
T 2,56 -0,43
P 0,015 0,671
R-Sq(adj) = 0,0%
Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total
DF 1 34 35
SS 3,23054E+12 5,97470E+14 6,00701E+14
MS 3,23054E+12 1,75727E+13
F 0,18
P 0,671
Unusual Observations
Obs 8 18
selisis TDS 5752 5047
biaya TDS 21518812 19819317
Fit 8048232 8251024
SE Fit 710461 778772
Residual 13470580 11568292
St Resid 3,26R 2,81R
R denotes an observation with a large standardized residual.
Regression Analysis: biaya tssversus TSS The regression equation is biaya tss = 4375169 - 2457 TSS
Predictor Constant TSS
S = 364442
Coef 4375169 -2457
SE Coef 101391 1222
R-Sq = 11,2%
T 43,15 -2,01
P 0,000 0,053
R-Sq(adj) = 8,4%
Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total
DF 1 32 33
Unusual Observations
SS 5,37050E+11 4,25018E+12 4,78723E+12
MS 5,37050E+11 1,32818E+11
F 4,04
P 0,053
77
Obs 25 26
TSS 143 48
biaya tss_1 3254251 5398939
Fit 4023863 4257248
SE Fit 113608 65997
Residual -769613 1141691
St Resid -2,22R 3,19R
R denotes an observation with a large standardized residual.
78
Lampiran 13 Dokumentasi Penelitian
Produk setelah diolah
Produk sebelum diolah
Proses pengolahan limbah
79
RIWAYAT HIDUP Penulis bernama lengkap Aida Fitriani lahir pada tanggal 2 April 1993 di Serang, Banten. Penulis adalah putri kedua dari empat bersaudara pasangan Heru Yuwono dan Nurlaila. Jenjang pendidikan yang ditempuh penulis adalah TK Islam Al-Azhar 10 Serang, SD Islam Al-Azhar 10 Serang, SMP Islam Al-Azhar 11 Serang dan SMAN 1 Kramatwatu. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2011 melalui jalur SNMPTN Undangan. Penulis diterima sebagai mahasisiwi departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama menempuh pendidikan di IPB, penulis aktif mengikuti kegiatan organisasi dan aktif dalam berbagai kepanitiaan yang ada di lingkup IPB.