SIMETRI, Jurnal Ilmu Fisika Indonesia
Volume 1 Nomor 2(D) September 2012
Pemetaan Percepatan Getaran Tanah Maksimum dan Kerentanan Seismik Akibat Gempa Bumi untuk Mendukung Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kota Bengkulu Arif Ismul Hadi1) , Muhammad Farid1) , dan Yulian Fauzi2) 1) 2)
Jurusan Fisika FMIPA Universitas Bengkulu, Indonesia Jurusan Matematika FMIPA Universitas Bengkulu, Indonesia
Intisari: Pemetaan Percepatan Getaran Tanah Maksimum dan Kerentanan Seismik Akibat Gempa Bumi untuk Mendukung Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kota Bengkulu. Penelitian ini bertujuan mengetahui nilai peak ground acceleration (PGA) sebagai parameter kekuatan getaran tanah akibat gempa bumi di beberapa titik di Kota Bengkulu dengan cara zonasi, menghitung indeks kerentanan seismik akibat gempa bumi dan membuat peta PGA dan kerentanan seismik akibat gempa bumi Kota Bengkulu dan melakukan analisis dampaknya. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dan laboratorium. Penelitian lapangan berupa akuisi data untuk mendapatkan nilai indeks kerentanan seismik pada titik-titik lokasi yang ditetapkan secara zonasi. Selanjutnya pengumpulan data historis gempa bumi yang bersumber dari BMKG maupun USGS selama periode ulang 40 tahun di Kota Bengkulu (1971-2011) dengan magnitudo gempa ≥ 5 SR dan kedalaman ≤ 70 km. Perhitungan PGA berdasarkan pendekatan rumus empiris MCGuirre R.K, sedangkan akuisisi data mikrotremor menggunakan Seismometer model Portable Seismograph TDL-303S. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai PGA rata-rata pada beberapa titik lokasi di kecamatan di Kota Bengkulu berdasarkan data historis gempa selama periode 40 tahun (1971-2011) adalah 297,28 s.d. 300,47 gals dengan nilai PGA rata-rata terendah berada di wilayah Kec. Gading Cempaka, Ratu Agung dan Sungai Serut sedangkan PGA tertinggi di daerah sekitar Kec. Kampung Melayu. Nilai indeks kerentanan seismik terbesar berada di Kec. Ratu Agung yaitu sebesar 10,86. Nilai PGA di Kota Bengkulu secara umum memiliki tingkat resiko besar tiga dan resiko sangat besar dan indeks kerentanan seismik ≥ 9 merupakan daerah yang memiliki tingkat kerawanan yang tinggi terhadap kejadian gempa bumi Kata kunci: percepatan getaran tanah maksimum, indeks kerentanan seismik, RTRW, dan MCGuirre R.K. Abstract: Mapping Peak Ground Acceleration and Seismic Vulnerability Due to Earthquake for Support Spatial Planning and Regional in Bengkulu City. This study goals to determine the value of peak ground acceleration (PGA) as a parameter of the ground vibration strength of the earthquake at some point in Bengkulu city by way of zoning, seismic vulnerability index to calculate the earthquake and create a map of PGA and seismic vulnerability of the earthquake city of Bengkulu and do impact analysis. This research is a field and laboratory. Field research in the form of the acquisition of data for seismic vulnerability index values at the points specified locations zoning. Furthermore, the collection of historical data sourced from the earthquake of BMKG although USGS during the 40-year period in the city of Bengkulu (1971-2011) with earthquake magnitude of ≥ 5 SR and depth of ≤ 70 km. PGA calculations based on approach McGuire RK empirical formula, while using seismometer data acquisition mikrotremor Portable Seismograph Model TDL-303S. The results of this study showed that the average value of PGA at some point in the sub-location in the city of Bengkulu earthquake based on historical data over a period of 40 years (1971-2011) was 297.28 until 300.47 gals with an average value of the lowest in the area of district of Gading Cempaka, Ratu Agung and Sungai Serut while the highest PGA in the area around the district of Kampung Melayu. Seismic vulnerability index value is highest in the district of Ratu Agung in the amount of 10.86. PGA values in the city of Bengkulu in general had a great three levels of risk and the risk is very large and seismic vulnerability index ≥ 9 is an area that has a high level of vulnerability to earthquakes.
Keywords: peak ground acceleration, Seismic vulnerability index, Spatial planning and regional and MCGuirre R.K. E-mail:
[email protected] Received : 10 Juli 2012; Accepted : 20 Juli 2012 c 2012 SIMETRI
1217-81
Arif dkk./Pemetaan Percepatan Getaran Tanah . . .
1
PENDAHULUAN
osisi Kota Bengkulu berada dalam zona subduksi P (pertemuan) antara lempeng Indo-Australia dan Euro-Asia. Konsekuensi logis dari kondisi tersebut mengakibatkan Kota Bengkulu merupakan daerah yang sangat rawan terhadap bencana gempa bumi. Menurut catatan terjadinya gempa bumi tektonik dari tahun 1900 sampai dengan 2010, sekitar 95% sumber gempa bumi berada di bawah Samudra Hindia yang berbatasan langsung dengan Kota Bengkulu [1] , sehingga wilayah pantai merupakan obyek yang lebih dahulu menderita getaran gempa bumi dan implikasi yang diderita lebih besar dibandingkan dengan daratan. Banyaknya titik abrasi di sepanjang pantai Kota Bengkulu diduga karena kondisi kerentanan tanah akibat seringnya terjadi gempa bumi di wilayah tersebut. Di sisi lain Pemerintah Kota Bengkulu telah mencanangkan pembangunan di wilayah pantai sebagai obyek wisata bahari dengan rencana pembangunan hotel, sarana olah raga, pusat perbelanjaan dan pengembangan permukiman. Usaha memprediksi kapan, dimana dan berapa kekuatan gempa bumi sampai saat ini belum berhasil dengan tepat, maka usaha paling baik dalam mengantisipasi bencana gempa bumi adalah dengan melakukan mitigasi bencana gempa bumi. Salah satu upaya mitigasi bencana gempa bumi adalah melakukan kajian rencana tata ruang dan wilayah (RTRW) di Kota Bengkulu. Untuk itu diperlukan sebuah peta percepatan getaran tanah maksimum (peak ground acceleration/PGA) dan kerentahan seismik akibat gempa bumi. Peta ini menggambarkan tingkat kerawanan terhadap bencana gempa bumi untuk keperluan RTRW maupun konstruksi bangunan tahan gempa. Gempa bumi merupakan gejala fisik yang ditandai dengan bergetarnya bumi dengan berbagai intensitas. Getaran-getaran tersebut terjadi karena terlepasnya energi secara tiba-tiba. Menurut teori elastic rebound yang dikemukakan oleh Reid menjelaskan bahwa energi elastik atau strain akan terakumulasi pada zona sesar/lempeng aktif akibat adanya pergerakan relatif di antara kedua blok zona patahan tersebut. Akumulasi strain ini kemudian dilepaskan sekaligus dalam satu hentakan keras. Siklus gempa mempunyai rentang waktu antar gempa dan besar gempa yang selalu sama apabila gaya-gayanya tetap [2] . Percepatan getaran tanah maksimum adalah suatu nilai yang dihitung di titik pengamatan/titik penelitian pada permukaan bumi dari riwayat gempa bumi dengan nilai perhitungan dipilih yang paling besar. Nilai percepatan getaran tanah yang akan diperhitungkan sebagai salah satu bagian dalam perencanaan bangunan tahan gempa adalah nilai percepatan tanah maksimum [3] . Percepatan getaran tanah maksimum atau peak ground acceleration (PGA) adalah nilai
SIMETRI Vol.1 No.2(D) Sept’12
terbesar percepatan tanah pada suatu tempat yang diakibatkan oleh getaran gempa bumi dalam periode waktu tertentu. Kondisi geologis tanah yang sangat menentukan besarnya kecilnya nilai PGA adalah tingkat kepadatan tanah di daerah tersebut. Semakin padat tanah maka nilai PGA di daerah tersebut semakin kecil. Hal ini sesuai dengan kenyataan di lapangan bahwa bangunan yang dibangun di atas struktur tanah yang padat pada saat gempa bumi terjadi pada tahun 2000 (7,3 SR) mengalami kerusakan lebih ringan daripada bangunan yang dibangun di atas struktur tanah yang kurang padat [4] . Kerentanan seismik ditentukan oleh nilai indeks kerentanan seismik (Kg ) yang menggambarkan tingkat kerentanan lapisan tanah permukaan terhadap deformasi saat terjadi gempa bumi. Indeks kerentanan seismik berkaitan dengan kondisi geomorfologis. Hasil penelitian Nakamura (2000) di Kobe, Jepang menunjukkan bahwa indeks kerentanan seismik tinggi diperoleh di daerah pesisir yang tersusun oleh material aluvium. Hasil penelitian Gurler dkk. [5] di Mexico City dan Saita dkk. [6] di Intramuros, Pilipina menunjukkan bahwa indeks kerentanan seismik tinggi tersebar di daerah bekas rawa dan reklamasi. Untuk daerah perbatasan antara dataran aluvial dan perbukitan menunjukkan bahwa nilai indeks kerentanan seismik relatif rendah, sedangkan untuk kawasan perbukitan, indeks kerentanan seismik menunjukkan nilai sangat rendah [5] . Adapun penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai PGA sebagai parameter kekuatan getaran tanah akibat gempa bumi di beberapa titik di Kota Bengkulu dengan cara zonasi, menghitung indeks kerentanan seismik akibat gempa bumi di Kota Bengkulu dan membuat peta PGA dan kerentanan seismik akibat gempa bumi Kota Bengkulu dan melakukan analisis dampaknya. 2
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dan laboratorium. Penelitian lapangan berupa akuisi data untuk mendapatkan nilai indeks kerentanan seismik pada titik-titik lokasi yang ditetapkan secara zonasi. Selanjutnya pengumpulan data historis gempa bumi yang bersumber dari BMKG maupun USGS selama periode ulang 40 tahun di Kota Bengkulu (19712011) dengan ketentuan magnitudo gempa ≥ 5 SR dan kedalaman ≤ 70 km. Pengambilan titik zonasi penelitian dilakukan dengan sistem zonasi yang mengacu pada masing-masing wilayah kecamatan (8 kecamatan) yang ada di Kota Bengkulu. Masing-masing kecamatan tersebut diambil satu titik data yang meliputi data posisi dan ketinggian dengan menggunakan Global Positioning System (GPS) serta data indeks kerentanan sismik di lokasi tersebut secara
1217-82
Arif dkk./Pemetaan Percepatan Getaran Tanah . . .
zonasi. Perhitungan percepatan getaran tanah maksimum (PGA) berdasarkan pendekatan rumus empiris MCGuirre R.K. [7] : 472, 3 × 100,278M s α= (R + 25)1,301
SIMETRI Vol.1 No.2(D) Sept’12 Tabel 1: Nilai PGA rata-rata pada masing-masing kecamatan di Kota Bengkulu Lintang Bujur PGA Kecamatan (Derajat) (Derajat) Rerata (gals)
(1)
dengan M s = magnitudo gelombang permukaan dan R = jarak hiposenter (km). Akuisisi data mikrotremor menggunakan Seismometer model Portable Seismograph TDL-303S yang langsung merekam data mikrotremor. Data ini selanjutnya diolah menggunakan Software Geopsy untuk memperoleh frekuensi dominan dan puncak spektrum di setiap lokasi yang dipilih, sehingga diperoleh nilai indeks kerentanan seismik berdasarkan persamaan [8,5,6,9] : Kg = A2 /f0
−3, 80
102,27
297,30
Ratu Samban
−3, 79
102,26
297,31
Teluk Segara
−3, 76
102,28
297,29
Muara Bangkahulu
−3, 91
102,32
300,47
Kampung Melayu
−3, 88
102,34
300,45
Selebar
−3, 83
102,29
297,28
Gading Cempaka
−3, 81
102,29
297,28
Ratu Agung
−3, 78
102,29
297,28
Sungai Serut
(2)
dengan A = puncak spektrum mikrotremor dan f0 = frekuensi resonansi. Setelah nilai PGA dan indeks kerentanan seismik diperoleh, kemudian dibuat peta kontur zonasi PGA dan Kerentanan Seismik dengan program Arc View GIS 3.3. di Kota Bengkulu. 3
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini telah dilakukan di wilayah Kota Bengkulu. Akuisisi data historis gempa bumi maupun indeks kerentanan seismik dilakukan di setiap kecamatan di Kota Bengkulu. Pada masing-masing kecamatan (sebanyak 8 kecamatan) diambil satu titik data pada koordinat yang sama, sehingga dapat diketahui nilai percepatan getaran tanah maksimun (PGA) dan indeks kerentanan seismik pada lokasi tersebut. Berdasarkan data historis gempa selama 40 tahun (19712011) dapat diketahui nilai PGA pada masing-masing lokasi tersebut. Nilai PGA pada masing-masing kecamatan yang telah diolah ditampilkan pada Tabel 1. Berdasarkan nilai PGA rata-rata ini pada masingmasing titik lokasi di setiap kecamatan kemudian dipetakan untuk melihat sebarannya. Hasil peta PGA dan sebarannya ditampilkan pada Gambar 1. Adapun hasil pengolahan nilai indeks kerentanan seismik di titik-titik lokasi pada masing-masing kecamatan di Kota Bengkulu di tampilkan pada Tabel 2. Nilai indeks kerentanan seismik di titik-titik lokasi pada masing-masing kecamatan tersebut diperoleh berdasarkan nilai amplifikasi dan frekuensi dominan yang diperoleh di lapangan dan selanjutnya dipetakan, sehingga dapat terlihat sebarannya. Sebaran nilai indeks kerentanan seismik dapat dilihat pada Gambar 2. Berdasarkan peta PGA rata-rata di Kota Bengkulu pada Gambar 1 menunjukkan bahwa daerah yang memiliki tingkat paling tinggi resiko gempa berdasarkan percepatan getaran tanah berada di wilayah Kec.
Gambar 1: Peta nilai PGA rata-rata di Kota Bengkulu
Kampung Melayu dan Selebar yang nilai PGA-nya di atas 300 gals, sedangkan kecamatan-kecamatan lainnya (Kec. Muara Bangka Hulu, Kec. Teluk Segara, Kec. Ratu Samban, Kec. Ratu Agung, Kec. Sungai Serut dan Kec. Gading Cempaka), nilai PGAnya antara 200-300 gals. Nilai PGA rata-rata yang diperoleh ini berdasarkan pendekatan rumus empiris McGiurre R.K. dan kejadian gempa selama periode 40 tahun (1971-2011) serta tidak memperhitungkan faktor kondisi geologis daerah setempat, sehingga perhitungan nilai PGA rata-rata merupakan kejadian percepatan getaran tanah maksimum di batuan dasar (bedrock )/bukan di atas permukaan tanah dan hasil yang diperoleh juga tidak terlalu berbeda jauh. Besarnya nilai PGA ini lebih banyak dipengaruhi oleh besarnya nilai magnitude gempa dan jarak titik pengamatan ke hiposenter (sumber gempa). Semakin besar nilai magnitude gempa dan semakin dekat dengan
1217-83
Arif dkk./Pemetaan Percepatan Getaran Tanah . . .
SIMETRI Vol.1 No.2(D) Sept’12
Tabel 2: Nilai indeks kerentanan seismik pada masing-masing kecamatan di Kota Bengkulu Lintang Bujur (Derajat) (Derajat)
A
fo (Hz)
Kg
Kecamatan
-3,78
102,29
3,01
9,81
0,93 Sungai Serut
-3,79
102,26
4,11
5,21
3,24 Teluk Segara
-3,83
102,29
3,15
1,57
6,33 Gading Cempaka
-3,88
102,34
3,49
5,16
2,36 Selebar
-3,91
102,32
4,76
3,89
5,81 Kampung Melayu
-3,76
102,28
1,99
6,10
0,65 Muara Bangkahulu
-3,81
102,29
2,62
0,63
10,86 Ratu Agung
-3,80
102,27
2,27
1,59
3,24 Ratu Samban
jadi keruh. Pada skala IX (MMI) identifikasi kejadian dapat berupa kerusakan pada bangunan yang kuat rangka-rangka rumah menjadi tidak lurus banyak retak-retak pada bangunan yang kuat, rumah tampak agak berpindah dari pondasinya dan pipa-pipa dalam rumah putus. Adapun pada skala X (MMI) identifikasi kejadian dapat berupa bangunan dari kayu yang kuat rusak, rangka-rangka rumah lepas dari pondasinya, tanah terbelah, rel melengkung, tanah longsor di setiap sungai dan di tanah yang curam [11] .
Gambar 2: Peta nilai indeks kerentanan seismik di Kota Bengkulu
sumber gempa, maka nilai PGA-nya akan semakin besar. Nilai terbesar PGA diperoleh dari kejadian gempa gempa tahun 2007 pada posisi 4,67 LS dan 101,13 BT dengan kedalaman 10 km dan jarak dari titik pengamatan ke sumber gempa sebesar 10,10 km. Menurut Fauzi [10] , tingkat resiko gempa dengan nilai PGA 200-300 gals akan setara dengan nilai Modified Mercally Intensity (MMI) pada skala VIII-IX (resiko besar tiga), sedangkan nilai PGA 300-600 gals setara dengan nilai MMI pada skala IX-X (resiko sangat besar). Skala MMI merupakan ukuran kualitatif gempa atau skala gempa berdasarkan kerusakan yang ditimbulkannya. Pada skala VIII (MMI) identifikasi kejadian dapat berupa kerusakan ringan pada bangunan dengan konstruksi yang kuat, retak-retak pada bangunan yang kuat, dinding dapat lepas dari rangka rumah, cerobong asap dari pabrikpabrik dan monumen-monumen roboh dan air men-
Untuk nilai indeks kerentanan seismik di wilayah Kota Bengkulu, titik lokasi yang mempunyai nilai indeks kerentanan seismik tertinggi berada di Kec. Ratu Agung sebesar 10,86, sedangkan yang paling kecil di Kec. Muara Bangka Hulu dengan nilai indeks kerentanan seismik sebesar 0,65 (Tabel 2). Nilai indeks kerentanan seismik ini berkaitan dengan tingkat kerawanan suatu wilayah dari ancaman resiko gempa bumi. Semakin besar nilai indeks kerentanan seismik di suatu wilayah, maka tingkat resiko gempa bumi terhadap kerusakan akibat gempa bumi semakin besar [12] . Nilai indeks kerentanan seismik yang diperoleh ini sudah memperhitungkan faktor-faktor kondisi geologis daerah setempat (local site effect). Pada daerah yang memiliki nilai indeks kerentanan seismik yang tinggi, frekuensi dominannya sangat rendah. Hal ini menunjukkan bahwa lapisan sedimen yang ”menutupi” batuan dasar relatif tebal. Pada lapisan sedimen yang tebal, apabila disertai dengan penguatan getaran gelombang seismik (nilai amplifikasi) besar, maka akan menghasilkan nilai indeks kerentanan seismik yang besar pula seperti ditunjukkan pada gambar 2. Mengacu kepada peta geologi lembar Bengkulu, Sumatera [13] menunjukkan bahwa pada titik lokasi yang mempunyai nilai indeks kerentanan seismik yang tinggi, material (batuan) penyusunnya terdiri dari pasir, lanau, lempung dan kerikil. Material ini mempunyai sifat lepas hingga agak padat, kemampuan meloloskan airnya rendah hingga sedang. Daya dukung terhadap pondasi tergolong kurang baik. Kondisi jenis tanah juga sangat mempengaruhi daya dukung terhadap bangu-
1217-84
Arif dkk./Pemetaan Percepatan Getaran Tanah . . .
nan di atasnya. Semakin padat batuan (densitasnya tinggi), maka tingkat kerusakan bangunan relatif lebih kecil dan sebaliknya. Batuan sedimen yang lunak juga merupakan faktor yang menyebabkan amplifikasi gelombang gempa [14] . Akibat kerentanan seismik yang tinggi di atas sedimen lunak dan mengandung air dapat mengakibatkan penurunan muka tanah. Penurunan muka tanah ini disebabkan karena tekanan air pori hidrostatis yang berlebihan yang menyebabkan terjadinya likuifaksi, sehingga tanah tidak mampu untuk menahan bangunan yang berada di atasnya. Studi kasus pada peristiwa gempa tahun 2000 dan 2007 menunjukkan bahwa di daerah penelitian yang mempunyai nilai indeks kerentanan seismik yang tinggi beberapa bangunan amblas karena mengalami likuifaksi. Hasil penelitian Sungkono dkk. [15] juga menunjukkan bahwa parameter frekuensi natural dan indeks kerentanan seismik dapat digunakan untuk mengevaluasi kekuatan bangunan. Berdasarkan hasilhasil penelitian di atas, khususnya di daerah yang mempunyai nilai PGA dan indeks kerentanan seismik yang tinggi, untuk merencanakan pendirian suatu bangunan memerlukan kualitas bahan bangunan yang lebih baik dan konstruksi yang kokoh, sehingga mampu menahan goncangan terhadap gempa bumi dan dapat meminimalkan resiko terhadap kejadian gempa bumi. Selain itu untuk rencana tata ruang dan wilayah (RTRW) khususnya dalam pendirian bangunan perlu menempatkan bangunan maupun prasarana lainnya di daerah yang mempunyai nilai PGA dan indeks kerentanan seismiknya rendah. 4
SIMETRI Vol.1 No.2(D) Sept’12
lai PGA di Kota Bengkulu secara umum memiliki tingkat resiko besar tiga dan resiko sangat besar, sedangkan indeks kerentanan seismik ≥ 9 merupakan daerah yang memiliki tingkat kerawanan yang tinggi terhadap kejadian gempa bumi. Untuk itu dalam rencana tata ruang dan wilayah (RTRW) perlu menempatan bangunan maupun prasarana lainnya di daerah yang mempunyai nilai PGA dan indeks kerentanan seismiknya rendah. 4.2
1. Data penelitian ini perlu diperbanyak dan dilakukan dengan spasi yang lebih rapat, sehingga dapat mewakili daerah penelitian secara komprehensif. 2. Penelitian PGA perlu dilakukan dengan pendekatan rumus empiris lain dan perlu memasukkan kondisi geologis (local site effect) di daerah tersebut, misalnya dengan pendekatan persamaan Kanai. UCAPAN TERIMA KASIH Penelitian ini merupakan Penelitian Pembinaan Universitas Bengkulu (Unib), untuk itu penulis mengucapkan terima kasih setulusnya kepada Ketua Lembaga Penelitian Unib atas dana yang diberikan melalui DIPA Unib TA 2012 dan rekan-rekan mahasiswa Jurusan Fisika FMIPA Unib khususnya Nurul Hudayat dan Malik Krisbudianto dalam pengambilan data lapangan. REFERENSI
KESIMPULAN DAN SARAN
[1]
4.1
Saran
Kesimpulan [2]
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Nilai PGA rata-rata pada beberapa titik lokasi di kecamatan di Kota Bengkulu berdasarkan data historis gempa selama periode 40 tahun (19712011) adalah 297, 28 s.d. 300,47 gals. PGA ratarata terendah berada di wilayah Kec. Gading Cempaka, Ratu Agung dan Sungai Serut sedangkan PGA tertinggi di daerah sekitar Kec. Kampung Melayu.
[3]
[4]
[5]
[6]
2. Nilai indeks kerentanan seismik di beberapa titik lokasi di kecamatan di Kota Bengkulu cukup berbeda signifikan. Hal ini disebabkan karena kondisi geologis setempat (local site effect) pada masing-masing titik lokasi turut diperhitungkan. Nilai indeks seismik terbesar berada di Kec. Ratu Agung yaitu sebesar 10,86. 3. Berdasarkan peta PGA dan kerentanan seismik akibat gempa bumi di Kota Bengkulu, maka ni-
[7]
[8]
1217-85
BMKG Bengkulu, 2010, Sejarah Gempa Bumi Bengkulu dari Tahun 1900 Nelson, 2003, Earthquake and the Earth Interior, Tulane University Subardjo, 2001, Intensitas Seismik dan Percepatan Tanah untuk Beberapa Kota di Indonesia, J. BMG., 2 (3): 37-41. Lubis, A.M. dan A.I. Hadi, 2005, Analisis Kecepatan Gelombang Seismik Bawah Permukaan di Daerah Yang Terkena Dampak Gempa Bumi 4 Juni 2000: Studi Kasus Kampus Universitas Bengkulu, J. Gradien, 1 (2): 69-73 Gurler, E.D., Y. Nakamura, J. Saita, T. Sato, 2000, Local site effect of Mexico City based on microtremor measurement, 6th International Conference on Seismic Zonation, Palm Spring Riviera Resort, California, USA, p.65 Saita, J., M.L.P. Bautista, & Y. Nakamura, 2004, On Relationship Between the Estimated Strong Motion Characteristic of Surface Layer and The Earthquake Damage: Case Study at Intramuros. Metro Manila, 13th World Conference on Earthquake Engineering, Paper No. 905, Vancouver, B,C., Canada Douglas, J., 2004, Ground Motion Estimation Equation 1964-2003, Department of Civil dan Environmental Engineering Imperial College London South Kensington Campus, United Kingdom, Nakamura, Y., 2000, Clear Identification of Fundamental Idea of Nakamura’s Technique and Its Application, World Conference of Earthquake Engineering,
Arif dkk./Pemetaan Percepatan Getaran Tanah . . . [9]
[10]
[11]
[12]
Nakamura, Y., 2008, On The H/V Spectrum, The 14th World Conference on Earthquake Engineering, Beijing, China Fauzi, 2001, Peluncuran Peta Gempa Bumi dan Seminar Sehari: Earthquake a Predictable Event, Jakarta www.stageofkupang.bmkgntt.net., Diakses tanggal 25 Desember 2011. Daryono, Sutikno, Sartohadi, Dulbahri, Brotopuspito, 2009, Pengkajian Local Site Effect di Graben Bantul Menggunakan Indeks Kerentanan Seismik Berdasarkan Pengukuran Mikrotremor, J. Kebencanaan Indonesia, 2 (1): 456-467
SIMETRI Vol.1 No.2(D) Sept’12 [13]
Gafoer, T.C. & R. Pardede, 1992, Peta Lembar Bengkulu, Sumatra, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung
[14]
http://poetrafic.wordpress.com/2012/03/30/amplifiksi, Diakses tanggal 25 Juli 2012
[15]
Sungkono, D.D. Warnana, Triwulan, dan W. Utama, 2011, Evalation of Buildings Strength from Microtremor Analyses, International Journal of Civil & Environmental Engineering IJCEE-IJENS, 11 (5): 108-114
1217-86