ISSN : 2302 - 1802
JEE JURNAL ENTREPRENEUR DAN ENTREPRENEURSHIP Volume 1, Nomor 1, September 2012, hlm. 1-47 Ketua Penyunting Tony Antonio Wakil Ketua Penyunting Hendrasmoro Penyunting Pelaksana F. Danardana Murwani Christian Herdinata I Dewa Gde Satrya Pelaksana Tata Usaha Ditta Ardiyana Liestya Padmawidjaja Alamat Penyunting dan Tata Usaha Lembaga Penelitian dan Publikasi Universitas Ciputra UC Town Citraland Surabaya 60219 Telp.: (031) 7451699 Ext. 2104 - 2105 Faks.: (031) 7451698 E-mail:
[email protected] Jurnal Entrepreneur dan Entrepreneurship (JEE) terbit dua kali setahun (Maret dan September), berisi tulisan hasil telaah konseptual dan hasil penelitian mengenai entrepreneur dan entrepreneurship. JEE Volume 1, Nomor 1 dimulai September 2012 berdasarkan tanggal keluarnya ISSN. Jurnal Entrepreneur dan Entrepreneurship (JEE) diterbitkan oleh Lembaga Penelitian dan Publikasi Universitas Ciputra.
Makna Filosofis Sampul: Memiliki ilustrasi sculpture bola dunia dan pemuda-pemudi dengan material logam berwarna keemasan. Sculpture ini merupakan gagasan dari Dr. (HC) Ir. Ciputra, yang menyimbolkan bahwa di masa yang akan datang Indonesia akan memiliki jutaan entrepreneur. Terlihat pada lengan dengan jemari, tiga jari membentuk huruf E yang memberikan makna tiga sifat entrepreneur, yakni Envision (mampu membaca peluang masa depan), Explore (mampu menggali potensi diri dan lingkungan), dan Encounter (mampu menghadapi tantangan).
ISSN : 2302 - 1802
JEE JURNAL ENTREPRENEUR dan ENTREPRENEURSHIP Volume 1, Nomor 1, September 2012, hlm. 1-47
DAFTAR ISI : Distance Entrepreneurship Education as an Essential Strategy to Empower Indonesian Migrant Workers Antonius Tanan.................................................................................................................................1-10 Implementasi Pembelajaran Entrepreneurship Mahasiswa Berbasis The 5E Learning Cycle Model Denny Bernardus..............................................................................................................................11-20 Inspiring Wednesday, Ciputra University Best Practice in Shaping Entrepreneurs in Higher Education Tony Antonio....................................................................................................................................21-27 Pengaruh Pelatihan Cashflow 101 Terhadap Pola Pikir Entrepreneurship Mahasiswa David Sukardi Kodrat, Paulus Hindarto...........................................................................................28-33 Pendidikan Funecopreneur di Sekolah Menengah Atas Suryaman..........................................................................................................................................34-40
Social Entrepreneurship Makanan Ringan Berbahan Baku Hasil Bumi Lokal Hendrasmoro....................................................................................................................................41-47
Jurnal Entrepreneur dan Entrepreneurship Volume 1 Nomor 1 September 2012
Pendidikan Funecopreneur di Sekolah Menengah Atas
Suryaman Pascasarjana Universitas PGRI Adi Buana Surabaya, Jl. Ngagel Dadi 3-B/37, Surabaya 60245; Email:
[email protected]
Abstract: This study explored “educational fun” (fun), “appreciate the nature” (eco), and “making change” (preneur); integrated into funecopreneur education. The learning process of funecopreneur education was based on applied multicultural and integrated with the life skills. PAKSA was one of multicultural education outcomes. Students’ character that focuses on PAKSA was the foundation in treating three entrepreneurial skills (academic, personal development, and business). Keywords: funecopreneur, PAKSA, multicultural education Abstrak: Penelitian ini mengeksplorasi “pendidikan yang menyenangkan” (fun), “menghargai alam” (eco), dan “membuat sesuatu jadi/berubah” (preneur); diintegrasikan menjadi pendidikan funecopreneur. Proses pembelajaran funecopreneur dilakukan berbasis multikultural terapan dan terintegrasi dengan pemberian kecakapan hidup. Karakter yang berfokus pada PAKSA adalah salah satu outcome dari pendidikan multikultural dan menjadi landasan pemberian tiga keterampilan entrepreneurial (akademis, pengembangan diri, dan bisnis). Kata-kata kunci: funecopreneur, PAKSA, pendidikan multikultural
Pendidikan entrepreneurship penting dilaksana kan sejak dari sekolah dasar, sekolah menengah, hingga perguruan tinggi. Filion dan Dolabela (2007: 13) menyoroti pentingnya pembelajaran entrepreneurship sejak sekolah dasar sebagai berikut. Entreprenurship development is often regarded as something that can be achieved mainly through the introduction of policies to simulate and structure new venture creation. This chapter, however, suggests that one of the most powerful
Ucapan terima kasih disampaikan kepada SMA Selamat Pagi Indonesia yang telah dengan sangat terbuka dan sangat koorperatif mendukung penelitian ini.
34
means of developing entreprenurship in a society is through educational program that incorporate entrepreneurial thinking at every level of the educational system, starting with elementary school.
Melalui penelitian ini akan diangkat bagaimana menghargai berbagai perbedaan kultur, agama, bahasa, dan ras dalam pendidikan. Dalam hal ini, bagaimana sebuah konsep “pendidikan yang menyenangkan” (fun), “menghargai alam” (eco), dan “membuat sesuatu jadi/berubah” (preneur) yang diintegrasikan menjadi sebuah konsep pendidikan funecopreneur berbasis pendekatan multikultural. Konsep ini ditujukan bagi lulusan jenjang pendidikan menengah (Sekolah Menengah Atas/SMA) dengan pertimbangan bahwa lulusan sekolah menengah tidak hanya melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi (perguruan
Suryaman, Pendidikan Funecopreneur di Sekolah Menengah Atas
tinggi), namun tidak sedikit dari lulusan jenjang pendidikan menengah memilih untuk langsung bekerja atau menjadi entrepreneur. Jika dalam sistem pendidikan jenjang pendidikan menengah diperkuat dengan pendidikan karakter untuk membekali para lulusannya dengan pengetahuan dan pengalaman untuk mampu menghargai perbedaan, niscaya lulusan jenjang pendidikan menengah yang tidak mampu melanjutkan ke perguruan tinggi, akan terserap ke dunia kerja atau mampu untuk melakukan kegiatan entrepreneurship. Oleh karenanya, sistem pendidikan jenjang pendidikan menengah harus bisa memberi kemampuan softskill untuk mampu bertahan dalam perbedaan.
METODE Penelitian ini adalah deskriptif kualitatif menggunakan rancangan studi kasus. Menurut Creswell (2009: 13) studi kasus adalah “a strategy of inquiry in which the researcher explores in depth program, event, activity, process, or one or more individuals”. Lokasi penelitian adalah SMA Selamat Pagi Indonesia (SMA SPI) Kecamatan Bumiaji Kota Batu Jawa Timur. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam dan studi dokumentasi. Analisis data dilakukan untuk menemukan makna dan makna merupakan sesuatu yang esensial (Bogdan & Biklen, 1982). Makna tersebut ditemukan berdasarkan interpretasi atas informasi dari informan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pembelajaran Berbasis Multikultural SMA SPI didirikan pada tahun 2007, dengan konsep sekolah multikultural terapan dan terintegrasi dengan pemberian kecakapan hidup kepada para siswa agar setelah mereka lulus dari sekolah memiliki keterampilan dan kemampuan enterpreneur untuk bekal hidup. Sejak awal didirikan, sekolah ini bukan sekolah biasa. Dengan konsep matang, mulai dari
pemilihan siswa yang disaring dari seluruh nusantara, dengan kemampuan-kemampuan khusus misalnya kemampuan seni, kemampuan analisis, tetapi yang menjadi syarat utama untuk bisa masuk menjadi siswa sekolah yang tidak dipungut biaya ini adalah siswa harus berasal dari keluarga tidak mampu dan tidak memiliki orang tua (anak yatim piatu). Sang pemilik atau pendiri utama sekolah ini memiliki mekanisme unik dalam merekrut para siswa. Konsepnya adalah siswa dalam SMA SPI ini bisa berasal dari daerah konflik kultural misalnya ada siswa yang menjadi anak yatim piatu dari daerah Sampit dari etnis Madura, dipertemukan dengan anak dari daerah yang sama namun dari etnis Dayak, yang pada saat itu terjadi pertumpahan darah yang seharusnya tidak perlu terjadi apabila satu etnis bisa memahami etnis lainnya dengan cara membaur dalam keseharian, tidak hanya selama masa pendidikan namun selama kehidupannya. Mulai pagi mereka bangun tidur sampai tidur lagi mereka dibuka pandangan seluasluasnya apa arti menghargai etnis, agama yang tidak sama dengan etnis atau agama yang mereka anut, sebab sekolah ini menerapkan konsep asrama selama proses pendidikan atau selama tiga tahun mereka tinggal bersama-sama dalam satu atap, tidur, makan bersama. Mereka melihat bagaimana mereka bisa saling menghargai, saling membantu meskipun mereka berbeda etnis dan agama, namun karena mereka hidup dalam satu rumah maka proses pengenalan budayapun terjadi. Proses pembelajaran berbasis multikultural terapan dan terintegrasi dengan pemberian kecakapan hidup pada SMA SPI dilakukan dengan cara sebagai berikut (contohnya terdokumentasi sebagaimana Gambar 1). • Bila membentuk kelompok diskusi tiap kelompok seyogianya terdiri
35
Jurnal Entrepreneur dan Entrepreneurship Volume 1 Nomor 1 September 2012
•
•
• •
atas siswa yang berbeda latar belakang seperti kemampuan, jenis kelamin, perangai, status sosial ekonomi, agama, agar mereka dapat saling belajar kelebihan dan kekurangan masingmasing. Siswa dibiasakan untuk berpendapat dan berargumentasi yang sesuai dengan jalan pikiran mereka. Guru tidak perlu khawatir akan terjadi konflik pendapat ataupun SARA. Guru dapat mengajak siswa untuk berpendapat tentang suatu kejadian atau isu yang aktual, misalnya tentang bom bunuh diri atau kemiskinan, biarkan siswa berpendapat menurut pikirannya masing-masing. Membiasakan siswa saling membantu pada kegiatan keagamaan yang berbeda. Membuat program sekolah yang mengajak siswa mengalami peristiwa langsung dalam lingkungan yang berbeda, seperti lifestay. Pada liburan siswa diminta untuk tinggal
di keluarga yang latar belakangnya berbeda dengan mereka, misalnya berbeda etnis, status sosial ekonomi, agama, bahkan kalau mungkin ras atau negara. • Mengajak siswa untuk menolong keluarga-keluarga yang kurang ber untung ataupun berkunjung ke tempat orang-orang yang malang dari berbagai latar belakang agama, etnis, dan ras. • Melatih siswa untuk menghargai dan memiliki hal-hal yang positif dari pihak lain. • Melatih siswa untuk mampu menerima perbedaan, kegagalan, dan kesuksesan. • Memberi tugas kepada siswa untuk mencari, memotret kehidupan nyata dan kegiatan tradisi dari etnis, agama, wilayah, dan budaya yang berbeda.
Melalui proses itu, siswa dapat berkompetisi dan beradu argumentasi serta mulai berani melihat sesuatu dari perspektif yang berbeda. Dalam dialog dan argumen akan terjadi
Gambar 1 Penerapan Multikultur di SMA SPI untuk Kelas 2 di Ruang Semi Terbuka 36
Suryaman, Pendidikan Funecopreneur di Sekolah Menengah Atas interaksi yang saling memperkaya wawasan, yang oleh Banks (1993) disebut proses multiple acculturation. Hasilnya menumbuhkan dan menciptakan sikap saling menghargai, kebersamaan, dan cinta sesama yang dirasakan di antara siswa melalui pengalaman belajar. Hal ini terjadi karena setiap elemen pendidikan multikultural khususnya “prejudice reduction” sebagaimana dikemukakan Banks (1993) melekat di dalam pembelajaran. Sejalan dengan Banks (1993), Yaqin (2005) mengemukakan bahwa pendidikan mul tikultural mempunyai dua tujuan, yaitu tujuan awal dan tujuan akhir yang secara rinci sebagai berikut. Tujuan awal merupakan tujuan sementara, karena tujuan ini hanya berfungsi sebagai perantara agar tujuan akhirnya dapat dicapai dengan baik. Tujuan awal pendidikan multikultural yaitu membangun wacana pendidikan multikultural di kalangan guru, dosen, ahli pendidikan, pengambil kebijakan dalam dunia pendidikan dan mahasiswa jurusan ilmu pendidikan maupun mahasiswa umum. Harapannya adalah apabila mereka mempunyai wa cana pendidikan multikultural yang baik, maka kelak mereka tidak hanya mampu untuk membangun kecakapan dan keahlian siswa terhadap mata pelajaran yang diajarkannya, Akan tetapi juga mampu untuk menjadi transformator pendidikan multikultural yang mampu menanamkan nilai-nilai pluralisme, huma nisme dan demokrasi secara langsung di sekolah kepada para peserta didiknya. Tujuan akhir pendidikan multikultural ini adalah, peserta didik tidak hanya mampu memahami dan menguasai materi pelajaran yang dipelajarinya akan tetapi diharapkan juga bahwa para peserta didik akan mempunyai karakter yang kuat untuk selalu bersikap demokratis, pluralis dan humanis.
Suryaman (2007) mengemukakan bahwa “sikap memahami multikultural adalah paradig ma efektif untuk membangun masyarakat yang memiliki latar belakang berbeda di era demokratis ini”. Suryaman (2007) melanjutkan penjelasannya sebagai berikut. Kepemimpinan sebagai kesadaran spiritual, pemimpin harus mampu membangun nilainilai spiritual yang menjaga dan merawat etos kerja dalam sebuah kehamornisan bersama, kepala sekolah sebagai suatu pemimpin dalam suatu orgnasisasi sekolah dituntut untuk mampu membangun iklim spiritual di sekolah, bahwa bekerja dan mengajar dengan ekselen dan profes ion al adalah bagian dari ibadah kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Selanjutnya, Sonhadji (2003) mengatakan bahwa “dunia masa kini menuntut adanya multikulturalisme karena dalam perbedaanperbedaannya, suka maupun tidak suka manusiamanusia yang saling berbeda harus berhubungan satu dengan yang lain”. Sonhadji (2003) melanjutkan penjelasannya sebagai berikut. Dalam multikulturalisme, manusia-manusia merayakan perbedaan-perbedaan yang dimi likinya. Oleh karena itu, seluruh perbedaan yang ada maupun bentuk perbedaan tersebut harus dihormati. Perbedaan tersebut adalah karena karunia yang sangat indah yang harus dijaga dan dihormati. Oleh karena itu sikap memahami perbedaan juga memunculkan keragaman pandangan atas permasalahan bersama yang menjelma kekuatan moral bersama menjadi energi yang luar biasa untuk mewujudkan kemajuan hidup. Oleh karena itu, strategi yang sangat strategis adalah bahwa keanekaragaman bukannya menjadi kelemahan, tetapi sebaliknya sebagai suatu sinergi yang dapat menjadikan kekuatan dahsyat. Tentu saja, asalkan dapat dikelola secara baik. 37
Jurnal Entrepreneur dan Entrepreneurship Volume 1 Nomor 1 September 2012 Sejalan dengan Banks (1993), Sonhadji (2003), Yaqin (2005), dan Suryaman (2007), Blum (2001) mengemukakan empat nilai yang berbeda namun saling berhubungan dalam pendidikan multikultural, yaitu antirasisme, multikulturalisme, komunitas antar-ras, dan penghargaan terhadap manusia sebagai individu. Keterampilan Entrepreneurial Berbasis Pendidikan Karakter Sebagai salah satu outcome dari pendidikan multikultural adalah lahirnya siswa yang berkarakter. Karakter yang menjadi fokus dari SMA SPI adalah berdasarkan PAKSA, singkatan dari Pray, Attitude, Knowledge, Skill, dan Action. Inti dari PAKSA adalah kemampuan berpikir berdasarkan iman kepada Tuhan Yang Maha Esa (dokumentasi PAKSA tampak pada Gambar 2). Prinsip-prinsip PAKSA pada SMA SPI diuraikan sebagai berikut. Kemampuan berpikir dengan iman kepada Tuhan Yang Maha Esa, bukan hanya dengan anggota tubuh. Diharapkan lulusan pendidikan jenjang menengah nanti bisa melakukan semua tindakannya dengan diiringi iman, mampu berbuat bijaksana dan adil, mampu melaksanakan tugas dengan cekatan dan penuh tanggung jawab, melaksanakan tugas dengan disiplin dan tanpa penundaan, mampu melakukan segala jenis pekerjaan dengan segera dan menyingkirkan kemalasan dan keputusasaan. Melakukan yang terbaik untuk mendapatkan hasil yang diharapkan. Kemampuan berpikir dengan iman kepada
Gambar 2 Konsep PAKSA di SMA SPI 38
Tuhan Yang Maha Esa, bukan hanya dengan mulut. Dengan sistem pendidikan yang mampu menghargai perbedaan diharapkan lulusan kita mampu berpikir dengan iman, tidak hanya dengan mulut. Dengan demikian anak-anak kita mampu berkata dengan kebenaran, mampu menghadirkan kesejukan dan suka cita, dengan kata- kata mampu memotivasi, mengatakan hal-hal yang bermanfaat, jika berjanji selalu bisa menepati dan senantiasa mampu bersyukur atas segala pencapaian yang telah diberikan oleh Tuhan. Kemampuan berpikir dengan iman kepada Tuhan Yang Maha Esa, bukan hanya dengan anggota telinga. Di mana kita bisa memberikan segala perkataan yang bermanfaat, kita bisa memberikan nasihat yang baik dan bukan teguran, kita bisa memberikan dorongan bu kan hinaan, dan kita memberikan penghargaan dan bukan menambah beban. Kemampuan berpikir dengan iman kepada Tuhan Yang Maha Esa, bukan hanya dengan mata. Dengan sistem pendidikan visual, siswa mampu berpikir dengan jelas, mampu memberikan contoh yang bisa dilihat, mampu memberikan kesejukan pada mata setiap orang yang melihatnya. Kemampuan berpikir dengan iman kepada Tuhan Yang Maha Esa, bukan hanya dengan otak. Otak hanyalah seonggok daging yang berfungsi untuk menyalurkan segala ide manusia dan menuangkannya ke dalam bentuk visual, kinestetis, dan sebagainya, namun pada dasarnya semuanya kembali kepada hati kita.
Suryaman, Pendidikan Funecopreneur di Sekolah Menengah Atas
Konsep PAKSA disebut sebagai lima pilar kesuksesan. Kelima pilar itu menjadi landasan keterampilan entrepreneurial yang dikembangkan untuk siswa SMA SPI. Keterampilan entrepreneurial terdiri atas: (1) keterampilan akademis; (2) keterampilan pengembangan diri; dan (3) keterampilan bisnis yang secara rinci sebagai berikut.
entrepreneurial (akademis, pengembangan diri, dan bisnis). Ketiga keterampilan yang dimaksud terintegrasi satu dengan lainnya.
Keterampilan akademis: meliputi penge tahuan sepesialis, kemampuan menerapkan pengetahuan, berpikir logis, analisis secara kritis, penyelesaian masalah, komunikasi lisan dan tulisan, kemampuan menggunakan data numerik, literasi komputer, dan keterampilan meneliti. Keterampilan penggembangan diri: me liputi percaya diri, disiplin diri, keyakinan diri, menyadari kekuatan dan kekurangan diri, kreativitas, mandiri, pengetahuan atas hubungan internasional, keinginan untuk belajar, kemampuan refleksi, integritas, jujur, dan hormat kepada orang lain. Keterampilan bisnis: mencakup kemampuan untuk memprioritaskan tugas, manajemen waktu, keterampilan interpersonal, keteram pilan presentasi, kemampuan bekerja dalam tim, kepemimpinan, kesadaran komersial, fleksibel, inovator, independence, dan risktaking.
Blum, L.A. 2001. Antirasisme, Multikulturalisme, dan Komunitas antar Ras: Tiga Nilai yang Bersifat Mendidik bagi Sebuah Masyarakat Multikultural. In L. May, S. Collins-Chobanian & K. Wong (Eds.). Etika Terapan I: Sebuah Pendekatan Multikultural (Terjemahan Sinta Carolina dan Dadang Rusbiantoro, pp. 15-25). Yogyakarta: Tiara Wacana.
KESIMPULAN Pendidikan funecopreneur di SMA SPI dengan pendekatan multkultural dilakukan dengan pertimbangan bahwa lulusan sekolah menengah tidak hanya melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, namun juga langsung bekerja atau menjadi entrepreneur. Proses pembelajaran dilakukan berbasis multikultural terapan dan terintegrasi dengan pemberian kecakapan hidup. Karakter yang berfokus pada PAKSA adalah salah satu outcome dari pendidikan multikultural dan menjadi landasan pemberian tiga keterampilan
DAFTAR RUJUKAN Banks, J.A. 1993. Multicultural Education: Historical Development, Dimension, and Practice. Review of Research in Education, 19: 3-49.
Bogdan, R.C. & Biklen, S.K. 1982. Qualitative Research for Education: an Introduction to Theory and Method. Boston: Allyn and Bacon, Inc. Creswell, J.W. 2009. Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches (3rd ed.). Thousand Oaks, CA: Sage. Filion, L.J. & Dolabela, F. 2007. The Making of a Revolution in Brazil: the Introduction of Entrepreneurial Pedagogy in the Early Stages of Education. In Alain Fayolle (Ed.), Handbook of Research in Entrepreneurship Education, Volume 2 (pp. 13-39). Cheltenham, UK: Edward Elgar. Sonhadji K.H., A. 2003. Pemanfaaatan Teknologi I nformasi dalam Pendidikan Multikultural. Makalah dipresentasikan dalamKongres Ilmu Pengetahuan Nasional (KITNAS) VIII 2003, Jakarta, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia bekerja sama dengan DIKTI-Depdiknas. ttSuryaman. 2007. Budaya Organisasi Sekolah Berlatar Multikultural: Suatu Studi Etnografi. Disertasi tidak diterbitkan.
39
Jurnal Entrepreneur dan Entrepreneurship Volume 1 Nomor 1 September 2012
Malang: Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Yaqin, A. 2005. Pendidikan Multikultural: CrossCultural Understanding untuk Demokrasi dan Keadilan. Yogyakarta: Pilar Media.
40
Petunjuk bagi (Calon) Penulis Jurnal Entrepreneur dan Entrepreneurship 1. Artikel yang dimuat dalam jurnal ini meliputi hasil telaah konseptual dan hasil penelitian mengenai entrepreneur dan entrepreneurship. Artikel belum pernah diterbitkan di media lain. Isi artikel beserta semua akibat yang ditimbulkan oleh artikel itu menjadi tanggung jawab penuh penulisnya. 2. Naskah diketik menggunakan pengolah kata Microsoft Word atau Open-Office, dengan huruf Times New Roman ukuran 12 pts dan satu setengah spasi kecuali abstrak dan abstract (satu spasi), dicetak pada kertas HVS A4 sepanjang 10-20 halaman, dan diserahkan dalam bentuk print-out sebanyak 3 eksemplar dan CD berisi softcopy naskah. Pengiriman naskah juga dapat dilakukan melalui e-mail ke
[email protected] 3. Naskah ditulis dalam bentuk esai, disertai judul subbab (heading) masing-masing bagian, kecuali pendahuluan disajikan tanpa judul subbab. Peringkat judul subbab dicetak tebal/bold, dan penulisannya bukan dengan angka sebagai berikut. Peringkat 1 (huruf besar semua dan rata dengan tepi kiri) Peringkat 2 (huruf besar-kecil dan rata dengan tepi kiri) Peringkat 3 (huruf besar-kecil, dicetak miring [italic], dan rata dengan tepi kiri) 4. Sistematika artikel hasil telaah konseptual: (a) judul, (b) nama penulis tanpa gelar akademik, disertai lembaga asal dan alamat korespondensi yang ditulis di bawah nama penulis, (c) abstract dan abstrak (75150 kata), (d) kata-kata kunci dan keywords (3-5 kata), (e) pendahuluan (tanpa judul subbab), (f) substansi telaah konseptual, (g) kesimpulan, dan (h) daftar rujukan. Sistematika artikel hasil penelitian: (a) judul, (b) nama penulis tanpa gelar akademik, disertai lembaga asal dan alamat korespondensi yang ditulis di bawah nama penulis, (c) ) abstract dan abstrak (75-150 kata), (d) kata-kata kunci dan keywords (3-5 kata), (e) pendahuluan (tanpa judul subbab), (f) metode, (g) hasil, (h) pembahasan, (i) kesimpulan dan saran, serta (j) daftar rujukan. Pada artikel hasil penelitian kualitatif, hasil dan pembahasan menjadi satu bagian. 5. Daftar rujukan disajikan mengikuti tata cara seperti contoh berikut dan diurutkan secara alfabetis dan kronologis. Buku: Brooks, A.C. 2009. Social Entrepreneurship: a Modern Approach to Social Venture Creation. Upper Saddle River, NJ: Pearson Education, Inc. Buku kumpulan artikel: Greene, P.G. & Rice, M.P. (Eds.). 2007. Entrepreneurship Education. Cheltenham, UK: Edward Elgar Publishing Ltd. Buku terjemahan: Robbins, S.P. & Judge, T.A. 2007. Perilaku Organisasi (Buku 2, Edisi 12). Terjemahan Diana Angelica, Ria Cahyani, dan Abdul Rosyid. 2008. Jakarta: Salemba Empat. Artikel dalam jurnal: Prabhu, V.P., McGuire, S.J., Drost, E.A. & Kwong, K.K. 2012. Proactive Personality and Entrepreneurial Intent: is Entrepreneurial Self-Efficacy a Mediator or Moderator? International Journal of Entrepreneurial Behaviour and Research, 18 (5): 559-586. Artikel dalam buku kumpulan artikel: Brand, M., Wakkee, I. & van der Veen, M. 2007. Teaching Entrepreneurship to Non-Business Students: Insights from Two Dutch Universities. In A. Fayolle (Ed.), Handbook of Research in Entrepreneurship Education, Volume 2: Contextual Perspectives (pp. 52-83). Cheltenham, UK: Edward Elgar Publishing Ltd. Artikel dalam prosiding: Yuliawati, L. & Moerkardjono, S.R. 2012. Teenagers Behavior and Celebrity: the Other Side of Creativity Industry in Media. In D. Larso & W. Dhewanto (Eds.), Developing and Collaborating in Innovation and Entrepreneurship to Pursue ASEAN Emerging Market: Proceedings of the 4th Indonesia International Conference on Innovation, Entrepreneurship, and Small Business (Book 03), UC Town, Citraland, June 26-28 (pp. 131-137). 6. Semua naskah ditelaah secara anonym oleh mitra bebestari (reviewer) yang ditunjuk oleh penyunting menurut bidang keahliannya. Penulis naskah diberi kesempatan melakukan revisi atas dasar saran dari mitra bebestari atau penyunting.