Persilangan tetua untuk mendapatkan F1 : Silverlife (recurrent) x little leo (donor)
F1 (etanol tinggi) Gambar : bagan persilangan F1 Metode yang akan digunakan dalam proses persilangan untuk mendapatkan tanaman bunga matahari yang memiliki produktivitas etanol tinggi, diperlukan metode seleksi persilangan menggunakan system persilangan dialel. Persilangan dialel adalah semua kemungkinan persilangan di dalam suatu grup tetua (galur murni), yang meliputi tetua-tetua itu sendiri (Christie and Shattuck, 1992). Persilangan dialel memberikan suatu pendekatan untuk evaluasi dan seleksi tetua- tetua yang akan dikombinasikan dalam usaha perbaikan pada suatu populasi. Pada proses persilangan dialel ini, tanaman bunga Matahari Silverleaf akan disilangkan dengan 7 varietas tanaman bunga matahari lainnya untuk mendapatkan karakter yang akan diseleksi secara fenotipik. Dari persilangan tersebut dapat diperoleh informasi mengenai nilai heterosis, selain itu dapat pula dilakukan analisis daya gabung umum (DGU) tetua dan daya gabung khusus (DGK) kombinasi persilangannya. Daya gabung umum adalah kemempuan suatu tatua untuk bergabung dengan varietas lain membentuk suatu kombinasi persilangan (Chaudhary, 1982). Sedangkan daya gabung khusus adalah kemampuan suatu galur murni untuk bergabung dalam suatu persilangan khusus misalnya single cross double cross maupun three way cross (Sprague and Tatum cit. Briggs, 1967). Daya gabung umum lebih ditekankan untuk pengembangan pada varietas sintetik. (Sumber : http://lib.ugm.ac.id/digitasi/upload/644_4.pdf ) Table persilangan metode dialel Silverleaf Little (SV) leo (LL) Silverleaf SVLL (SV) Little leo LLS (LL) Teddy TBSV TBLL bear (TB) Sungold SDSV SDLL double
Teddy bear (TB) SVTB
Sungold double (SD) SVSD
Hallo (HL)
Sunbrust Eclipse (SB) (EC)
SVHL
Velvet queen (VQ) SVVQ
SVSB
SVEC
LLTB
LLSD
LLHL
LLVQ
LLSB
LLEC
-
TBSD
TBHL
TBVQ
TBSB
TBEC
SDTB
-
SDHL
SDVQ
SDSB
SDEC
(SD) Hallo (HL) Velvet queen (VQ) Sunburst (SB) Eclipse (EC)
HLSV
HLLL
HLTB
HLSD
-
HLVQ
HLSB
HLEC
VQSV
VQLL
VQTB
VQSD
VQHL
-
VQSB
VQEC
SBSV
SBLL
SBTB
SBSD
SBHL
SBVQ
-
SBEC
ECSV
ECLL
ECTB
ECSD
ECHL
ECVQ
ECSB
-
Berdasarkan table dari hasil persilangan di atas diperkirakan bahwa tanaman bunga matahari yang dapat menghasilkan tanaman bunga matahari dengan produktivitas etanol tinggi LLSV persilangan antara Little leo (LL) sebagai betina dan tetua recurent dengan Silverleaf (SV) sebagai tetua jantan dan tetua donor. Pengetahuan mengenai DGU dan DGK diperlukan pada tahap awal usaha perbaikan karakter tanaman guna mengidentifikasi kombinasi tetua mana yang akan menghasilkan turunan yang berpotensi hasil tinggi. Produksi hasil yang tinggi dapat dicapai jika turunan dari kombinasi tetua tersebut memiliki heterosis positif dan daya gabung yang tinggi. Heterosis merupakan bentuk penampilan superior hibrida yang dihasilkan bila dibandingkan dengan kedua tetuanya (Hallauer dan Miranda, 1995), sedangkan daya gabung (combining ability) dapat diartikan sebagai ukuran kemampuan dari suatu kombinasi tetua untuk menghasilkan kombinasi turunan yang diharapkan (Darlina et al., 1992). (Sumber : http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/36432/Makalah%20Seminarady_daryanto.pdf )
1. Disain Persilangan dan Layout di Lapangan Disain persilangan yang kami gunakan adalah seleksi fenotipik berulang. Berikut bagan disain persilangannya. TAHUN I
O
O
O
O
TAHUN II
BULK (dicampur)
O
O
Tanaman F1 hasil persilangan antara var. silverlife dan Little Leo dapat diserbuk sendiri, terterlebih diseleksi tipe-tipe superior sesuai yang di targetkan. Barisan-barisan keturunan dari tanaman bunga matahari yang unggul pada tahun I disilangkan dengan semua kombinasi yang memungkinkan (sesuai dengan karaktersitik yang diinginkan).
TAHUN III
O
O
O
O O
O
O
O
BULK (dicampur)
O
O
O
O O Diserbuk sendiri, seleksi tipe-tipe unggul Barisan-barisan keturunan bunga Matahari dari tanaman unggul pada tahun I disilangkan dengan semua kombinasi yang mungkin.
Gambar 1. Bagan seleksi fenotipik Berulang (Sumber : Hermiati, 2004) Layout di lapangan : Untuk skala besar, benih bunga Matahari hasil persilangan disemaikan di bedengan. Tunggu 10 hari sejak masa tabur, atau bila tinggi bibit sekitar 15 - 20 cm, baru boleh dipindahkan ke lokasi tanam. Satu lubang, cukup satu bibit. Jarak tanam sekurang - kurangnya 1 meter persegi. Jika terlalu rapat, batang tak akan berkembang dan bercabang. Besaran bunga pun akan mengecil, bahkan kerdil (Anonimus, 2012).
Persemaian
(benih disebar di atas bedengan sesuai dengan luasan yang kita gunakan beradasarkan skala yang ada). Salama proses persemaian, bedengan diberi naungan untuk mendukung dalam proses germinasi (perkecambahan) benih Bunga Matahari. Selama proses persamaian, dilakukan control penuh agar tidak banyak benih yang tidak tumbuh sehingga banyak benih yang akan menjadi bibit dalam pemenuhan bibit pada saat persilangan uji keturunan di lapangan.
Gambar 2. Bagan persemaian benih. Disediakan 2 bedengan persemaian untuk memperbanyak bibit bunga Matahari.
Pemindahan lokasi lahan pertanaman setelah 10 hari setelah masa tabor. Berikut bagannya dengan jarak tanam satu meter persegi. 50 cm
50 cm X
X
X
X 100 cm
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
Gambar 3. Bagan pemindahan bibit Bunga Matahari di lapangan dengan jarak tanamn 100 x 100 cm.
Di lapangan pada tahun pertama 100 tanaman diserbuk sendiri dan batangnya di uji kandungan gula untuk mengetahui kadar etanolnya pada umur panen batang tertentu. Pada tahun ke 2, 10% bunga matahari yang persentase kandungan gula (etanolnya) tertinggi di tanam satu baris dan di biarkan saling bersilangan. Untuk seleksi generasi berikutnya biji dari setiap tanaman bunga Matahari dicampur dengan jumlah yang sama. Begitu untuk seleksi keturunan seterusnya.
Kenaikan minyak dari 4,2% pada So sampai 7,0% pada S2. Populasi yang telah diperbaiki dapat digunakan dalam bagan pemuliaan lain, misalnya sebagai sumber inbred untuk pembuatan hibrida atau perbanyakan sebagai kultivar bersari bebas.