Sikap Petani Padi Organik Terhadap Program OVOP (One Village One Product) Berbasis Koperasi Produk Beras Organik Di Kabupaten Karanganyar Sendy Christina Kusumawardhani, Bekti Wahyu Utami, Widiyanto Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Jl. Ir. Sutami No.36 Kentingan Surakarta 57126 Telp/Fax.(0271) 637457 Email:
[email protected] Telp. 085728278301 Abstract : This research aims to examines the factors forming attitudes of the farmer, it examines the attitudes of farmers toward OVOP Program, and examines the correlation between the factors forming attitudes with the attitudes of farmers toward OVOP Program in Karanganyar Regency. This research was carried out by using a descriptive method. The research location is determined purposively. The sampling technique is proportional random sampling with 40 respondents from two cooperations are KKT Tani Makaryo and KSU Anugerah Jaya. Method of analysis used to determine the correlation of the factors forming attitudes with the attitudes of farmers toward OVOP Program is the correlation coefficient of Rank Spearman. Result of the research indicate that age is in the range of 51-60 years, farming experience is in the range of 4-6 years, other’s influence is at a low, formal education is at junior high school, non formal education are at moderate, mass media is at very low, cultural of nature conservation is at moderate and income is at low. Farmer’s attitude toward OVOP Program which is consist of cognitive component is very low, affective and connative component is moderate. Result of the analysis with the calculation of rank Spearman shows that other’s influence factor have a very significant correlation. Farming experience, formal education, and non formal education have a significant correlation. Age, mass media, cultural of nature conservation and income don’t have a significant correlation. Keywords: Attitude, OVOP, Cooperation, Organic Rice Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji faktor-faktor pembentuk sikap petani terhadap program OVOP, mengkaji sikap petani terhadap program OVOP, dan mengkaji hubungan antara faktor-faktor pembentuk sikap petani dengan sikap petani terhadap program OVOP berbasis koperasi produk beras organik di Kabupaten Karanganyar. Penelitian ini dilaksanakan menggunakan metode deskriptif. Metode penentuan daerah penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Metode pengambilan sampel menggunakan teknik proportional random sampling sebanyak 40 responden dari dua koperasi yaitu KKT Tani Makaryo dan KSU Anugerah Jaya. Metode analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor pembentuk sikap dengan sikap petani padi organik terhadap Program OVOP adalah Uji Koefisien Korelasi Rank Spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor pembentuk sikap yaitu umur berada antara 51-60 tahun, pengalaman berusahatani antara 4-6 tahun, pengaruh orang lain yang dianggap penting berada pada kriteria rendah, pendidikan formal berada pada tingkat SLTP/tamat SLTP, pendidikan non formal tergolong sedang, terpaan media massa tergolong sangat rendah, budaya pelestarian alam berada pada kriteria netral dan pendapatan tergolong rendah. Sikap petani padi organik terhadap Program OVOP yang meliputi komponen kognitif tergolong sangat rendah, komponen afektif tergolong netral dan komponen konatif tergolong netral. Hasil analisis Rank Spearman menunjukkan bahwa faktor pembentuk sikap yang memiliki hubungan sangat signifikan dengan sikap petani terhadap Program OVOP adalah pengaruh orang lain yang dianggap penting. Faktor pembentuk yang memiliki hubungan signifikan dengan sikap petani terhadap Program OVOP adalah pengalaman berusahatani, pendidikan formal dan pendidikan non formal. Faktor pembentuk sikap yang tidak memiliki hubungan signifikan adalah umur, terpaan media massa, budaya pelestarian alam dan pendapatan. Kata Kunci : Sikap, OVOP, Koperasi, Beras Organik
PENDAHULUAN Pertanian selalu menjadi sektor yang memberikan kontribusi besar bagi perekonomian bagi Negara agraris seperti Indonesia, oleh karena itu pengembangan pertanian merupakan aspek penting dalam pembangunan nasional. Kelancaran pembangunan nasional bergantung pada pembangunan di tiap daerah. Pembangunan daerah bertujuan untuk mengembangkan potensi daerah. Produk-produk lokal akan semakin memiliki daya saing, baik di pasar lokal maupun global. Namun pada kenyataannya produk lokal Indonesia belum memiliki daya saing yang kuat, terlebih di pasar global. Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan daya saing produk lokal adalah melalui OVOP (One Village One Product). OVOP merupakan pendekatan pengembangan potensi daerah di satu wilayah untuk menghasilkan satu produk kelas global yang unik khas daerah dengan memanfaatkan sumberdaya lokal (Dahliani, 2009). OVOP pertama kali dilaksanakan di Jepang, kemudian menyebar hingga berbagai negara, termasuk Indonesia. Di Indonesia, konsep ini berbasis koperasi, yang artinya pelaksanaan konsep ini melalui koperasi. Berdasarkan Instruksi Gubernur Jawa Tengah Nomor 518/23546 Tahun 2011 tentang Pengembangan Produk Unggulan Daerah Pedesaan Melalui Pendekatan OVOP Berbasis Koperasi di Propinsi Jawa Tengah, Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu wilayah pelaksana konsep OVOP dengan produk unggulan beras organik dan ikan air tawar. Keberhasilan suatu program sangat ditentukan oleh sikap dari
sasaran program tersebut. Dengan mengetahui sikap sasaran program maka pemerintah akan dapat menentukan rencana selanjutnya. Hal ini juga berlaku dalam program OVOP berbasis koperasi produk beras organik di Kabupaten Karanganyar. Sikap petani padi organik perlu diketahui untuk menentukan langkah tindak lanjut dari program tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengkaji faktor-faktor pembentuk sikap petani terhadap program OVOP; (2) mengkaji sikap petani terhadap program OVOP; (3) dan mengkaji hubungan antara faktorfaktor pembentuk sikap petani dengan sikap petani terhadap program OVOP. METODE PENELITIAN Metode dasar penelitian menggunakan metode deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani padi organik yang tergabung dalam koperasi pelaksana OVOP di Kabupaten Karanganyar. Koperasi produsen yang masih melaksanakan Program OVOP adalah KKT Tani Makaryo sebanyak 29 petani dan KSU Anugerah Jaya sebanyak 33 petani. Teknik penentuan sampel menggunakan metode proportional random sampling. Rumus yang digunakan adalah : ni =
x n ..........................(1)
Keterangan : ni=jumlah petani sampel dari koperasi i, nk= jumlah petani dari koperasi i, N=jumlah petani padi organik pelaksana program OVOP di Kabupaten Karanganyar, n=jumlah petani sampel sebanyak 40 petani.
Tabel 1. Jumlah Petani Sampel No. 1. 2.
Koperasi KKT Tani Makaryo KSU Anugerah Jaya JUMLAH
Kecamatan Mojogedang Matesih
Sumber : Data Sekunder, 2015 Metode Analisis Data Sikap petani terhadap program OVOP berbasis koperasi produk beras organik dapat diketahui dengan menggunakan Skala Likert. Penelitian ini menggunakan metode median untuk menemukan skor tunggal yang paling mewakili seluruh kelompok. Pengujian tingkat hubungan faktor pembentuk sikap dengan sikap petani terhadap program OVOP berbasis koperasi produk beras organik di Kabupaten Karanganyar menggunakan uji koefisien korelasi Rank Spearman (Seigel, 1997) : rs =
................(2)
Keterangan : rs=koefisien korelasi Rank Spearman, N=jumlah sampel responden, di=selisih ranking antar variabel. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Luas keseluruhan Kabupaten Karanganyar adalah 77.378,64 ha. Kabupaten Karanganyar terletak di
Jumlah (orang) 29 33 62
Responden (orang) 19 21 40
ketinggian 511 m di atas permukaan laut. Wilayah Kabupaten Karanganyar memiliki curah hujan rata-rata 7.231,4 mm selama tahun 2013, dengan suhu rata-rata 22-31o C. Jumlah penduduk Kabupaten Karanganyar menurut jenis kelamin adalah 415.578 laki-laki, dan 424.593 perempuan. Luas areal panen dan jumlah produksi tanaman pangan paling banyak di Kabupaten Karanganyar adalah jenis padi sawah. Luas areal panen sebesar 46.054 ha dan jumlah produksi sebesar 357.978 ton (BPS Kabupaten Karanganyar, 2014). B. Faktor-faktor Pembentuk Sikap 1. Umur Umur merupakan satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan hidup petani yang bersangkutan mulai dari lahir sampai pada saat dilakukan penelitian.
Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Umur No 1. 2. 3. 4. 5.
Umur (tahun) ≤ 30 31-40 41-50 51-60 > 60 JUMLAH
Skor 1 2 3 4 5
Sumber : Analisis Data Primer, 2015 Umur petani berada pada rentang umur 51-60 tahun yaitu sebesar 40% atau sebanyat 16 petani (skor median 4). Walaupun rentang
Jumlah (orang) 0 3 14 16 7 40
Persentase (%) 0,00 7,50 35,00 40,00 17,50 100,00
Median
4
usia petani yang sudah tua namun usia ini masih termasuk pada usia produktif.
2.
Pengalaman Berusahatani Pengalaman berusahatani responden pada penelitian ini dilihat
dari lamanya pengalaman responden dalam berusahatani padi organik.
Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Pengalaman Berusahatani No 1. 2. 3. 4. 5.
Pengalaman Berusahatani (tahun) 1-3 4-6 7-9 10-12 ≥ 13 JUMLAH
Skor 1 2 3 4 5
Sumber : Analisis Data Primer, 2015 Pengalaman petani dalam berusahatani padi organik berada pada rentang waktu 4-6 tahun yaitu sebesar 35% (skor median 2). Median yang berada pada skor 2 mengindikasikan bahwa mayoritas petani belum cukup lama dalam berusahatani padi organik. Hal ini karena petani memerlukan waktu dan pertimbangan yang cukup lama untuk beralih ke pertanian organik.
Jumlah (orang) 10 14 6 5 5 40
Persentase (%)
Median
25,00 35,00 15,00 12,50 12,50 100,00
2
3.
Pengaruh Orang Lain yang Dianggap Penting Pada penelitian ini pengaruh orang lain yang dianggap penting dilihat dari jumlah pihak yang memberikan dukungan untuk mengikuti program OVOP berbasis koperasi produk beras organik dan frekuensi dukungan dalam satu musim tanam.
Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Pengaruh Orang Lain yang Dianggap Penting No 1.
2.
3.
Pengaruh Orang Lain yang Dianggap Penting Jumlah pihak yang memberikan dukungan mengenai program OVOP > 3 pihak 3 pihak 2 pihak 1 pihak Tidak ada Jumlah Frekuensi dukungan keluarga mengenai Program OVOP dalam satu musim tanam Sangat sering Sering Kadang-kadang Pernah Tidak pernah Jumlah Frekuensi dukungan petani lain mengenai Program OVOP dalam satu musim tanam Sangat sering Sering Kadang-kadang Pernah Tidak pernah Jumlah
Skor
Jumlah (orang)
Persentase (%)
5 4 3 2 1
0 0 3 21 16 40
0,00 0,00 7,50 52,50 40,00 100,00
5 4 3 2 1
0 0 0 0 40 40
0,00 0,00 0,00 0,00 100,00 100,00
5 4 3 2 1
0 0 0 8 32 40
0,00 0,00 0,00 20,00 80,00 100,00
Median
2
1
1
4.
Frekuensi dukungan ketua kelompok tani mengenai Program OVOP dalam satu musim tanam -
5.
Sangat sering Sering Kadang-kadang Pernah Tidak pernah
5 4 3 2 1
0 0 3 10 27 40
0,00 0,00 7,50 25,00 67,50 100,00
5 4 3 2 1
0 0 3 3 34 40
0,00 0,00 7,50 7,50 85,00 100,00
Jumlah Frekuensi dukungan penyuluh/PPL mengenai Program OVOP dalam satu musim tanam -
Sangat sering Sering Kadang-kadang Pernah Tidak pernah Jumlah
Sumber : Analisis Data Primer, 2015 Pengaruh orang lain yang dianggap penting tersebut masih tergolong rendah. Persentase terbesar jumlah pihak yang berperan dalam memberikan dukungan mengenai Program OVOP adalah 1 pihak, dengan persentase sebesar 52,5% (skor mediam 2). Pihak tersebut adalah ketua kelompok tani.
1
1
Dukungan tersebut kebanyakan berupa ajakan untuk menjual beras organik petani ke koperasi produsen. 4. Pendidikan Formal Pendidikan formal pada penelitian ini adalah tingkat pendidikan yang pernah ditempuh oleh responden di bangku sekola
Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Formal No. 1. 2. 3. 4. 5.
Pendidikan Formal
Jumlah (orang) 0 12 12 9 7 40
Skor
Tidak Sekolah SD/Tamat SD SLTP/Tamat SLTP SLTA/Tamat SLTA D1/D2/D3/Sarjana JUMLAH
Sumber : Analisis Data Primer, 2015 Riwayat pendidikan formal petani tergolong sedang dengan skor median 3 yaitu SLTP/tamat SLTP (30%). Sebagian besar petani hanya menempuh pendidikan formal sampai SLTP karena keterbatasan biaya. Selain itu kurangnya kesadaran petani akan pentingnya pendidikan formal.
1 2 3 4 5
5.
Persentase (%) 0,00 30,00 30,00 22,50 17,50 100,00
Median
3
Pendidikan Non Formal Pendidikan non formal pada penelitian ini berupa kegiatan penyuluhan maupun pelatihan. Pendidikan non formal tersebut dilihat dari frekuensi responden mengikuti kegiatan penyuluhan di bidang pertanian dalam satu musim tanam.
Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Non Formal No 1. 2. 3. 4. 5.
Pendidikan Non Formal Tidak Pernah Pernah (1 kali) Kadang-kadang (2 kali) Sering (3 kali) Sangat sering (> 3 kali) JUMLAH
Skor 1 2 3 4 5
Sumber : Analisis Data Primer, 2015 Tingkat pendidikan non formal petani tergolong sedang (skor median 3) dengan persentase sebesar 40%. Hal ini berarti bahwa dalam satu musim tanam petani mengikuti penyuluhan maupun pelatihan sebanyak 2 kali. Penyuluhan dan pelatihan yang diikuti petani mayoritas berasal dari Dinas Pertanian Kabupaten Karanganyar berkaitan dengan budidaya pertanian organik, sedangkan petani yang juga menjadi pengurus koperasi mengikuti penyuluhan dan pelatihan dari Disperindagkop dan UMKM Kabupaten Karanganyar. Petani
Jumlah (orang) 0 8 16 14 2 40
Persentase (%)
Median
0,00 20,00 40,00 35,00 5,00 100,00
3
pengurus KKT Tani Makaryo mengikuti pelatihan mengenai administrasi, sedangkan petani pengurus KSU Anugerah Jaya mengikuti pelatihan managemen usaha, administrasi dan kewirausahaan. 6. Terpaan Media Massa Terpaan media massa dalam penelitian ini dilihat berdasarkan jumlah media massa yang dimanfaatkan oleh responden beserta frekuensi penggunaan media massa berkaitan dengan pertanian dalam satu musim tanam.
Tabel 7. Distribusi Responden Berdasarkan Terpaan Media Massa No. 1.
2.
3.
Terpaan Media Massa Jumlah media massa yang dimanfaatkan oleh responden Tidak ada 1 jenis 2 jenis 3 jenis ≥ 4 jenis Jumlah Frekuensi penggunaan koran/majalah berkaitan dengan pertanian dalam satu musim tanam Tidak Pernah Pernah Kadang-kadang Sering Sangat Sering Jumlah Frekuensi penggunaan radio berkaitan dengan pertanian dalam satu musim tanam Tidak Pernah Pernah Kadang-kadang Sering Sangat Sering Jumlah
Skor
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Median
1 2 3 4 5
25 10 3 2 0 40
62,50 25,00 7,50 5,00 0,00 100,00
1
1 2 3 4 5
28 1 8 3 0 40
70,00 2,50 20,00 7,50 0,00 100,00
1
1 2 3 4 5
38 2 0 0 0 40
95,00 5,00 0,00 0,00 0,00 100,00
1
4.
5.
Frekuensi penggunaan TV berkaitan dengan pertanian dalam satu musim tanam Tidak Pernah Pernah Kadang-kadang Sering Sangat Sering Jumlah Frekuensi penggunaan internet berkaitan dengan pertanian dalam satu musim tanam Tidak Pernah Pernah Kadang-kadang Sering Sangat Sering Jumlah
Sumber : Analisis Data Primer, 2015 Sebesar 62,5% petani tidak memanfaatkan media massa untuk memperoleh informasi mengenai pertanian (skor median 1). Rendahnya media massa yang dimanfaatkan oleh petani disebabkan petani merasa informasi terkait pertanian, khususnya padi organik yang diperoleh dalam
1 2 3 4 5
33 2 4 1 0 40
82,50 5,00 10,00 2,50 0,00 100,00
1
1 2 3 4 5
39 0 0 1 0 40
97,50 0,00 0,00 2,50 0,00 100,00
1
kelompok tani sudah cukup menunjang kegiatan usahataninya. 7. Budaya Pelestarian Alam Budaya pelestarian dalam penelitian ini adalah pola pikir masyarakat setempat mengenai budaya pelestarian alam yang turut mempengaruhi pola pikir dan pola berusaha tani responden.
Tabel 8. Distribusi Responden Berdasarkan Budaya Pelestarian Alam No. 1. 2. 3. 4. 5.
Kategori Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Netral Setuju Sangat Setuju JUMLAH
Skor 1 2 3 4 5
Sumber : Analisis Data Primer, 2015 Lima puluh persen petani menyatakan netral terhadap pandangan masyarakat setempat mengenai budaya pelestarian alam (skor median 3). Petani belum melihat adanya dukungan dari masyarakat mengenai budaya pelestarian alam. Masyarakat tidak memberikan sanksi jika ada warga yang tidak melestarikan alam. Selain itu sulit mengubah pola pikir masyarakat supaya menjadi peduli
Jumlah (orang) 0 2 20 17 1 40
Persentase (%) 0,00 5,00 50,00 42,50 2,50 100,00
Median
3
terhadap pertanian organik, sistem pertanian yang sangat memperhatikan pelestarian alam. 8. Pendapatan Pendapatan dalam penelitian ini merupakan pendapatan yang diterima oleh responden dari hasil usahatani dalam satu musim tanam terakhir yang kemudian dikonversikan dalam satu bulan serta pendapatan non usahatani yang dijalankan dalam satu bulan terakhir.
Tabel 9. Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan Pendapatan (Per Bulan)
No. 1. 2. 3. 4. 5.
< Rp 1.000.000 Rp 1.000.000 – Rp 2.999.000 Rp 3.000.000 – Rp 4.999.000 Rp 5.000.000 – Rp 6.999.000 ≥ Rp 7.000.000 JUMLAH
Sumber : Analisis Data Primer, 2015 Pendapatan petani tergolong rendah dengan skor median 2 yaitu sebesar 50% pendapatan petani berkisar antara Rp 1.000.000 – Rp 2.999.000. Perbedaaan pendapatan
Skor 1 2 3 4 5
Jumlah (orang) 13 20 2 1 4 40
Persentase (%) 32,50 50,00 5,00 2,50 10,00 100,00
Median 2
petani pada umumnya terletak pada luas lahan dan keberadaan alternatif usaha. C. Sikap Petani Padi Organik Terhadap Program OVOP
Tabel 10. Komponen Kognitif, Afektif dan Konatif No.
Kategori
Skor
1. 2. 3. 4. 5.
Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi JUMLAH
1 2 3 4 5
No.
Kategori
Skor
1. 2. 3. 4. 5.
Sangat tidak setuju Tidak setuju Netral Setuju Sangat setuju JUMLAH
1 2 3 4 5
No.
Kategori
Skor
1. 2. 3. 4. 5.
Sangat tidak setuju Tidak setuju Netral Setuju Sangat setuju JUMLAH
1 2 3 4 5
Tujuan Program Jumlah Persentase (orang) (%) 29 72,50 10 25,00 0 0,00 1 2,50 0 0,00 40 100,00 Tujuan Program Jumlah Persentase (orang) (%) 0 0,00 16 40,00 21 52,50 3 7,50 0 0,00 40 100,00 Tujuan Program Jumlah Persentase (orang) (%) 0 0,00 15 37,50 24 60,00 1 2,50 0 0,00 40 100,00
Sumber : Analisis Data Primer, 2015 Komponen kognitif merupakan pengetahuan responden mengenai Program OVOP yang meliputi tujuan, pelaksanaan dan hasil program. Tingkat kognitif responden tergolong sangat rendah (skor median 1). Hal tersebut disebabkan kurangnya sosialisasi mengenai Program OVOP kepada para petani.
Komponen Kognitif Pelaksanaan Program Hasil Program Jumlah Persentase Jumlah Persentase (orang) (%) (orang) (%) 22 55,00 27 67,50 16 40,00 12 30,00 2 5,00 1 2,50 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 40 100,00 40 100,00 Komponen Afektif Pelaksanaan Program Hasil Program Jumlah Persentase Jumlah Persentase (orang) (%) (orang) (%) 0 0,00 0 0,00 4 10,00 4 10,00 32 80,00 35 87,50 4 10,00 1 2,50 0 0,00 0 0,00 40 100,00 40 100,00 Komponen Kognitif Pelaksanaan Program Hasil Program Jumlah Persentase Jumlah Persentase (orang) (%) (orang) (%) 0 0,00 0 0,00 11 27,50 11 27,50 28 70,00 28 70,00 1 2,50 1 2,50 0 0,00 0 0,00 40 100,00 40 100,00
Median 1
Median
3
Median
Komponen afektif merupakan tanggapan responden mengenai Program OVOP yang meliputi tujuan, pelaksanaan dan hasil program. Tingkat afektif responden tergolong netral (skor median 3). Hal ini disebabkan petani belum banyak merasakan manfaat dari poin program tersebut bagi usahataninya. Poin yang
3
tersebut diantaranya berkaitan dengan pemasaran dan sertifikasi lahan. Komponen konatif merupakan tindakan responden mengenai Program OVOP yang meliputi tujuan, pelaksanaan dan hasil program. Tingkat konatif responden mengenai Program OVOP tergolong netral dengan skor median 3. Penyebab sikap tersebut adalah karena ada
beberapa hal yang belum terlihat dampaknya sehingga petani menyatakan netral terhadap keikutsertaan mereka dalam Program OVOP. D. Hubungan Faktor-faktor Pembentuk Sikap Dengan Sikap Petani Terhadap Program OVOP
Tabel 11. Uji Hubungan Antara Faktor-faktor Pembentuk Sikap dengan Sikap Petani Terhadap Program OVOP No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Faktor Pembentuk Sikap (X) Umur (X1) Pengalaman berusahatani (X2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting (X3) Pendidikan formal (X4) Pendidikan non formal (X5) Terpaan media massa (X6) Budaya pelestarian alam (X7) Pendapatn (X8)
Tingkat Sikap Petani terhadap Program OVOP rs t hitung Ket -0,174 -1,089 NS 0,340* 2,229 S 0,641** 5,148 SS 0,325* 2,118 S 0,385* 2,572 S 0,169 1,057 NS -0,134 -0,834 NS 0,123 0,532 NS
Sumber : Analisis Data primer, 2015 : Signifikan pada α = 0,05 : Non Signifikan (tidak signifikan pada α = 0,05) : 2,040 pada α = 0,05 (2-tailed)
Keterangan : rs : Koefisien korelasi Spearman * : signifikan pada α = 0,05 ** : signifikan pada α = 0,01 SS : Sangat Signifikan pada α = 0,01
S NS
Terdapat empat faktor yang memiliki hubungan dengan sikap petani terhadap Program OVOP yaitu pengalaman berusahatani, pengaruh orang lain yang dianggap penting, pendidikan formal dan pendidikan non formal. Pengalaman petani dalam berusahatani padi organik baru sekitar 4-6 tahun sehingga belum terdapat komitmen yang kuat untuk membudidayakan padi organik. Pengalaman berusahatani padi organik yang belum terbilang lama tersebut juga berdampak pada masih kurangnya pengetahuan mengenai budidaya organik maupun programprogram yang mendukung pertanian organik. Hal ini tentu berimbas pada
sikap petani Program OVOP di Kabupaten Karanganyar yang membuat petani masih bersikap netral terhadap program tersebut. Pengaruh orang lain yang dianggap penting yang sangat rendah dimana hanya terdapat satu pihak yang memberikan dukungan kepada petani tersebut menyebabkan petani bersikap netral terhadap Program OVOP. Tingkat pendidikan yang tergolong sedang tersebut membuat petani cukup bisa menilai Program OVOP. Hasil yang belum dilihat oleh petani tidak lantas membuat petani tidak mendukung program tersebut. Petani sadar bahwa untuk mengembangkan budidaya padi
t tabel
organik membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga petani masih bersikap netral. Petani belum bisa menentukan apakah mendukung atau tidak mendukung program tersebut. Pendidikan non formal termasuk dalam kategori kadangkadang. Hal tersebut berdampak pada sikap petani yang netral terhadap Program OVOP. Pasalnya pendidikan non formal yang diikuti petani yang bukan pengurus koperasi mayoritas berasal dari penyuluhan oleh PPL maupun Dinas Pertanian berkaitan dengan pertanian organik. Sedangkan petani pengurus koperasi juga mengikuti pelatihan dari Disperindagkop dan UMKM berkaitan dengan kelembagaan koperasi. Semakin banyak pendidikan non formal semakin positif sikap petani. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa sikap petani terhadap Program OVOP tergolong netral yang berarti bahwa petani tidak mendukung maupun menolak program tersebut. Faktor pembentuk sikap yang memiliki hubungan sangat signifikan dengan sikap petani terhadap Program OVOP adalah pengaruh orang lain yang dianggap penting. Faktor-faktor yang memiliki hubungan signifikan yaitu pengalaman berusahatani, pengaruh orang lain yang dianggap penting, pendidikan formal dan pendidikan non formal, sedangkan faktor-faktor pembentuk sikap yang tidak memiliki hubungan signifikan dengan sikap petani terhadap Program OVOP adalah umur, terpaan media massa, budaya pelestarian alam dan pendapatan.
SARAN Saran yang dapat diberikan adalah : (1) Pemerintah perlu memberikan dukungan yang lebih intensif mengenai Program OVOP kepada petani padi organik berupa penyuluhan maupun pelatihan terkait program tersebut; (2) Petani perlu meningkatkan pengalaman berusahatani supaya menumbuhkan komitmen yang kuat untuk terus membudidayakan padi organik; (3) Petani perlu meningkatkan kesadaran terhadap pentingnya pendidikan formal supaya kemampuan petani dalam menerima informasi ataupun inovasi khususnya berkaitan dengan Program OVOP dapat meningkat; (4) Petani perlu meningkatkan frekuensi mengikuti pendidikan non formal supaya pengetahuan petani mengenai Program OVOP semakin bertambah. DAFTAR PUSTAKA BPS Kabupaten Karanganyar. 2014. Karanganyar Dalam Angka 2014. Karanganyar. Dahliani, Lili. 2009. One Village One Product : Tinjuan dari Manajemen Produksi Tanaman. LPP Kampus Yogyakarta. Instruksi Gubernur Jawa Tengah. 2011. Pengembangan Produk Unggulan Daerah Perdesaan Melalui Pendekatan One Village One Product (OVOP) Berbasis Koperasi di Provinsi Jawa Tengah. Nomor 518/23546 Tahun 2011. Siegel, S. 1997. Statistik Non Parametrik. PT. Gramedia. Jakarta.