PENGGUNAAN BAHAN ALAMI SEBAGAI MEDIA SUB KULTUR PADA PEMBIBITAN VANILI SECARA IN YITRO Oleh: tlmul Aimanl
ABSTRACT Vanilla represent crop having high economic value and prospective to be developed. In vitro culture , represent one of multiply crop by using artificial media in which conducted in laboratory/ culture tube . Generally, artificial media is VW media. The vegetables , fruits and leaf manure are materials be able as substitution VW media for in vitro culture. The research " Usage Of Natural Materials As Media Sub Culture Vanilla Seedling By ln Vitro Culture " was executed in Laboratory Culture Network of UPTD Agriculture Of Magelang District from March to October 2007 . This research was laboratory experiments with method of single factor design. For different treatment was continue by LSD test of a 5%. The factor were kinds of media composed VW media as control, ambon banana extract, sweet maize extract, young chickpea extract and avocado extract. Vanilla planlet of second sub culture was cut one internode as cutting stuff, cultivated on several media. Each media cultivated 2 cutting stuff conducted by 3 replications. The objectives of this research was to study growth of planted vanilla on several natural media consisted of some fruit extract, vegetable extract and also hyponex manure and to get media able to be used as substitution of VW media. Media from hyponex furtilizer of I gl-r, 100 gl-' sweet maize extract yielded better bud, better root occurred cutting of ambon banana media extract. The vegetables and fruits extract can be used as media substitution of VW media on vanilla by in vitro culture. Fruit containing many fat tended to yield growth of vanilla budding availability .
of of
Keywords : artificial media, in vitro culture, vanilla
PENDAHULUAN
Vanilli
merupakan salah satu tanaman rempah yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Karena nilai ekonominya yang sangat tinggi ini tanaman vanili dijuluki
si emas hijau. Saat sekarang banyak dibutuhkan dan digalakkan penanaman Vanilli, terutama setelah
diketemukannya
bibit vanilli bebas Fusariurn yang dihasilkan oleh Bambang 1997 (Adijaya, 20A4 dan Prihtiyani, 2005). Kebutuhan bibit vanilli rata-rata setiap tahulrnya meningkat, karena tanaman ini perawatannya relatif mudah. (Prihtiyani, 2005).
Luas daerah vanili di seluruh Indonesia hanya sekitar 15.975 Ha (Ruhnayat, 2003). Dari luasan tersebut,
kebutuhan vanili yang bisa dipenuhi sekitar 500 ton per tahun , padahal kebutuhan vanili dunia saat ini 19.000 ton/th dan yang masih bisa dipenuhi dunia kira-kira 3000 ton/th
(Anonimus, 2005), sehingga masih sangat dimungkinkan pengernbangannya. Kekurang") sta| PengaiarpadaJurusan
an tersebut saat sekarang diisi dengan vanili sintetis.
lndonesia mempunyai peluang yang
sangat besar untuk meningkatkan ekspor vanili ke Negara A.S, Jerman, Perancis dan Denmark (Adijaya, 2004). Lebih tanjut dinyatakan pula bahwa, vanili Indonesia mengandung lebih banyak vanillin yaitu mencapai 2,75oh, dan ini lebih tinggi dari negara Madagaskar yang hanya I,41%o dan Meksiko l,88yo, sehingga Amerika hanya mau mengimpor vanili dari Indonesia saja. Kultur in vitro merupakan alternatif budidaya tanaman selain secara konvensional Dengan budidaya in vitro diperoleh kelebihan antara
dengan menggunakan tanah.
lain diperolehnya jumlah bibit yang seragam yang banyak, sifat tanamannya sama dengan induknya dan dihematnya bahan tanam karena bahan tanam yang digunakan sedikit serta tidak tergantung musim, (Suryowinoto, 1996, Dixon, 1985) dan kualitas pertumbuhan serta kesehatannyapun juga lebih baik (Anonimus c, 2004). Macam media ser[a perawatan
dengan jumlah
Burlidavu Pertaniun Fukultus Pertunian {Jniversitas llongsa Unnggyti, rbgvdkark, ga
95
vanili pada masa penyiapan bibit
sangat
mempengaruhi kualitas pertumbuhan vanili
selanjutnya (Rahandjo, Hadisutrisno dan Aiman, 2005, Anonimus, 2005).
Vanili merupakan
anggota
Orchidaceae. Tanaman Vanili ini seperti halnya anggrek, mempunyai biji yang sangat
kecil, yang tidak dilengkapi
dengan
endosperm, sehingga pada kondisi normal tidak bisa berkecambah. Dengan cara in-vitro perkecambahan biji vanili bisa dilakukan, karena disediakan media yang siap pakai dan kondisinya steril.
Pembibitan vanili secara in vitro memerlukan kurang lebih waktu 9 bulan sebelum dapat dipindahkan ke lapangan. Untuk mencapai siap pindah tanam ke lahan memerlukan dua sampai tiga kali sub kultur. Pada proses pembibitan ini diperlukan beberapa kali sub kultur atau pemindahan
tanam pada media yang baru
yang komposisinya bisa sama dengan media awal pembibitan ataupun berbeda.
Budidaya in vitro merupakan budidaya dengan menggunakan media buatan yang dilakukan di Laboratorium. Media tanam yang digunakan berisi unsur makro, mikro, protein, gula, vitamin dan hormon tumbuh (Vasil, 1984; Cunawan, 1995).Di
in
dalam teknik kultur vitro dikenal bermacam-macam resep media. Resep media
tersebut adalah medium 85, Broome dan zimmermann, Euwn (BMY 3), Heller, Gambork El, Gauthered, medium GD, Knop, Knudson C, medium MS, Nagata dan takebe, medium N5, eL,
Nitch, Nitch dan Nitsch,
SH, dan medium Vacin dan Went (VW) , serta White (Purbaningsih, 1995). Lebih lanjut Purbaningsih, 1995 dan Pierik, 1987 menyatakan bahwa media-media tadi komposisi penyusunnya dapat dikelompokkan menjadi garam-garam organicn sumber karbon, vitamin dan ZPT serta suplemen
organic. Keseluruhan media komersial penyiapannya relatif sulit dan harganyapun juga relatif mahal. Mahalnya dan tersedianya komponen
penyusun media yang harus dibeli di toko kimia seringkali merupakan salah satu alasan mahalnya pembibitan hasil kultur jaringann,
AGRTPLUS, Yolume 17
Nomor
selain kualitas bibit yang relative lebih baik apabila dibudidayakan secara in vitro. Penelitian mencoba menggunakan bahan alami sebagai pengganti media-media
ini
komersial yang selama ini digunakan. Pada penelitian sebelumnya telah dilakukan peneliti bersama mahasiswa, diperoleh hasil bahwa penggunaan pupuk daun dapat memberikan kualitas pertumbuhan anggrek dendrobium yang tidak berbeda dengan medium VW (Astuti, dkk.., 2006), dan pada studi pendahuluan dengan menggunakan ekstrak pisang sebagai media sub kultur tanaman anggrek cattleya, menghasilkan pertumbuhan ydng cukup baik.
Pada saat sekarang belum banyak penelitian yang mencoba meminimalisir biaya sub kultur dengan memanfaatkan media alami krupa bahan organik bukan sebagai suplemen tetapi sebagai media pada budidaya in vitro. Pada penelitian ini akan dilakukan upaya tersebut sehingga nantinya biaya produksi pembibitan secara in vitro dapat diperkecil dan akibatnya harganyapun menjadi relative murah. Bahan alami yang akan dicoba adalah pupuk lengkap, ekstrak buah (pisang dan alpukat) serta ekstrak sayur (buncis muda), karena bahan ini berisi unsur makro , mikro, protein, gula, vitamindan tersedia di pasaran serta harganyapun relative murah, sehingga sangat mungkin digunakan untuk media pertumb,uhan tanaman secara in vitro (Artonimus a,2AA3; Anonimus , 2005; lta, 2006 dan Anonimus, 2000) Vasil, 1984; Gunawan, 1995, menyatakan bahwa media untuk kultur in vitro harus mengandung unsur makro , mikro, protein, gula, vitamin sefta hormon tumbuh. Hormon tutnbuh yang diperlukan disubstitusi dengan memberikannya air kelapa muda. Air kelapa muda mengandung sitokinin dan auksin yang dapat menggantikan auksin maupun sitokinin sintetik (Anonimus , 2003). Pisang mengandung (dalam yo berat
segar) sukrosa 0,4-2,0, gula
lain
(karbohidrat) l8-25, protein 0,1-0,2, temak
0,1-0,2 dan Vitamin. Vitamin yang ada meliputi vitamin B-caroten 1,5-2,0, thiamin (Bl) 0,3-0,6, niacin 6,12, riboflavin (B2) 0,23-0,87, pyridoxine (86) 3,2 dan vitamin C 03 september
zN7,
rss,|f- 0gs&0128
96
20-240 (Simmonds, 1970 dalam Anonimus , 2000). Alpukat kandungannya tidak jauh berbeda dengan pisang namun dominasi
kandungan kimianya adalah lemak, diikuti
karbohidrat serta vitanrin yang banyak
dibutuhkan untuk pertumbuhan (lta, 2002). Sayuran terutama yang berupa biji-bijian mengandung bahan kimia yang sering dimanfaatkan untuk suplemen pada media pada budidaya in vitro. Bahan ini
mengandung unsur-unsur yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan eksplan (Anonimus, 2003).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pertumbuhan vanili yang ditanam pada beberapa media alami (beberapa ekstrak buah, ekstrak sayuran maupun pupuk lengkap) serta untuk mendapatkan media-media yang dapat digunakan sebagai pengganti media umum (medium VW) yang sering digunakan untuk menanam vanili secara in vitro .
BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Kultur Jaringan di UPTD Dinas Pertanian Kabupaten Magelang dan laboratorium Agronomi UNWAMA, Yogyakarta dari bulan Maret sampai dengan September 2007 .
Bahan yang digunakan meliputi : bibit vanili sub kultur ke dua umur 3 bulan (asal benih) sebagai bahan setek , pisang hijau, pupuk hiponex merah , serta buncis muda dan buah jagung manis muda, agaragar swallow, media VW , aquadest, dan HCI serta NaOH untuk mengatur pH media. Alat yang digunakan adalah seperangkat peralatan untuk kultur in vitro, blender dan saringan, pH stick, autoklaf dan entkas, mistar serta timbangan analitik. Penelitian eksperimental
berdasarkan Rancangan
(RAK) faktor tunggal.
ini
disusun Lengkap Perlakuan yang
Acak
dimaksud adalah macam media yang terdiri 6 macam, yaitu: M0 = Media VW , Ml =
Media dengan komposisi utama ekstrak pisang hijau, M2 = Media dengan komposisi utama ekstrak jagung manis muda, M3 :
Media dengan komposisi utama ekstrak buncis muda, M4 = Media dengan pupuk Hyponex merah , M5 = Media dengan komposisi utama ekstrak alpukat Percobaan diawali dengan penyiapan media VW (Vasil, 1984), sebagai media kontrol dan pembuatan elctrak buah maupun sayur. Ditimbang buah ataupun sayur yang
akan digunakan sebesar 100
g
yang
dicuci terlebih dahulu/dikupas untuk penggunaan pisang dan dipipil untuk jagung manis. Bahan tersebut selanjutnya diblender dengan menambahkan air kurang lebih 250 ml dan dilakukan penyaringan, dididihkan selama l5 menit. Airnya sebelumnya
selanjutnya disaring dan digunakan sebagai ekstrak.. Masing-masing ekstrak yang telah diperoleh selanjutnya disaring, ditambah ke dalamnya 20 g gula pasir dan aquadest sampai volume I liter, diaduk sampai
gulanya larut,
pH diatur 5,3
5,6
(Anonimus, 2003) dan ditambahkan agaragar 8 g serta dipanaskan lagi untuk melarutkan agar-egar, kemudian dimasukkan ke dalam botolkultur sebanyak l5 ml. Botol kultur selanjutnya disetrilisasi, dibiarkan pada suhu kamar kurang lebih 3 hari untuk
melihat ada tidaknya kontaminan yang tumbuh pada media tersebut sebelum digunakan untuk penanaman. Bahan tanam atau eksplan dipotong secara serong satu ruas sebagai bahan setek.
Ruas yang dipilih adalah ruas pada bagian tengah. Satu bibit vanili diambil satu atau
dua bahan stek. Setek selanjutnya ditanam pada masing-masing botol kultur secara aseptis dengan dua eksplan pada setiap botol kultur. Masing-masing perlakuan dilakukan 3 ulangan sehingga diperlukan 2 x 3 x 5 eksplan = 30 eksplan. Botol kultur yang telah berisi eksplan selanj utnya ditata sesuai perlakuan, disimpan pada rak kultur yang telah dilengkapi dengan lampu TL, Ruangan penyimpanan dilakukan pengaturan suhu kurang lebih 25 C. Pengamatan yang dilakukan meliputi: Tinggi tunas, jumlah daun, jumlah akar, panjang akar, dan panjang daun, diamati setiap minggu sekali Diameter batang, warna tunas dan bobot segar
AGRTPLUS, volume 17 Nctmor 03 september 20o7, IssN 0ss4-0lzs
97
HASIL DAN PEMBAHASAN
tanaman serta bobot kering tanaman diamati pada akhir penelitian. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan sidik ragam dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antar
terbentuknya
perlakuan maupun kontrol, dilakukan uji lanjut dengan uji BNT (Beda Nyata Terkecil)
Tumbuhnya tunas pada semua setek vanili hasil sub kultur kedua pada penelitian ini
Keberhasilan perbanyakan secara vegetatif dengan menggunakan setek adalah
tunas (Wilkins,
1989).
merupakan indikasi utama berhasilnya
pada taraf signifikansi 95%.
perbanyakan yang dilakukan. Pengaruh macam .media terhadap
pertumbuhan tunas disajikan pada tabel berikut:
Tabel l. Tinggi
Tunas Vanilli Umur Tiga Sampai Dua
Belas Minggu
Setelah Tanam Pada
Berbagai Media Alami
Tingeitunas ( cm )minggu ke
Macam media
M0 MI
M2 M3 M4
M5
t0
0.20a 0.55a 0.88a 1.58a 2.08a 2.98a 3.50a 4.37a 0.20a 0.62a 0.78a 0.98a 1.23a 1.43a 1.53a 1.85a 0.00a 0.73a 1.47a 2.12a 2.33a 2.30a 2.47a 2.63a 0.48a l l3a 1.23a 1.97a 2.40a 2.57a 2.7Aa 2.E0a 0.25a 0.63a 0.75a 1.10a 1.40a 1.52a 2.02a 2.47a 0.07a 0.17a 0.25a 0.62a 0.77a 0.93a 1.02a l.l5a
il l2 4.95a 5.20a 2.00d 2.27c 3.45b 3.53b 2.88c 3.07b 2.70c 3.30b 1.20e 1.40d
Keterangan: Rerata yang diikuti dengan huruf yang berboda pada kolom yang sama rnenunjukkan adanya beda nyata berdasarkan uji BNT taraf 5 e/o; W = Media VW; Ml = Media dengan komposisi utama ekstrak pisang hijau; M2 = Media dcngan komposisi utama ekstrak jagung manis muda; M3 Media dengan komposisi utarna ekstrak buncis muda; M4 = Media dengan pupuk Hyponex merah; M5 = Media dengan komposisi utama ekstrak alpukat
:
Tunas mulai muncul pada minggu
ketiga setelah pen&naman.
ditumbuhkan pada media VW lebih baik dibandingkan media lainnya. Tunas dari setek yang ditanam pada media jagung manis dan buncis muda relatif lebih tinggi dan bahkan pada minggu kedua belas. Media dari pupuk hyponex merahpun menunjukkan tidak adanya perbedaan dibandingkan kedua media ini (Tabel l). Perbedaan yang terjadi ini diakibatkan karena adanya perbedaan kandungan kimia yang diperlukan untuk pertumbuhan tunas. Seperti dikatakan oleh Qla, 2A02 dan Anonim, 2000) kandungan kimia pada sayuran utamanya kacangkacangan mengandung senyawa-senyawa
Pertumbuhan
tunas di awal pertumbuhan relatif lebih baik terjadi pada setek yang ditanam pada media buncis muda, kemudian pada minggu berikutnya pada media ekstrak jagung manis maupun buncis muda (Tabel l) .Pada awal pertumbuhan setek vanili, media VW tidak lebih baik dari media yang telah disebutkan sebelumnya. Hal ini kemungkinan disebabkan pada media alami dari buncis muda maupun jagung manis mengandung bahan yang lebih tersedia dan lebih mudah
diabsorbsi oleh jaringan,
sehingga lebih yang
mengakibatkan pertumbuhan tunas cepat. Berbeda dengan VW, hara tersedia dimanfaatkan oleh jaringan lebih lama dibandingkan bahan dari
yang sangat
relatif bahan
alami.
Pada minggu seterusnya tunas
kedelapan
dari setek
mendukung pertumbuhan
eksplan dan juga pada biji-bijian termasuk jagung manis. Tinggi tunas pada media alpukat paling rendah dibandingkan media lainnya, hal ini dikarenakan buah alpukat didominasi oleh lemak (lta, 2002).
dan
vanili yang
AGRIPLUS, Volume 17 Nomar
03
Septembcr 2U)7, ISSN hgSeAUB
98
2.
Jumlah Daun Vanilli Umur Enam Sampai Dua Belas Minggu Berbagai Media Alami Macam Jumlah daun minggu ke
Tabel
0-00 a 0.00 a
MO
MI M2
2.17
a
M3
1,00 a 0,00 a
1.50 a 1.67 a 1.67 a
M4
0,00
2.00
a
2.83
a 1.50 a
3.17
1.83 a
1.50 a 2.17 a 2.83 a
2.00 2.50
a
rJ0
a a
3.17 1.83 2.33 2.33 3.17
Tanam Pada
ll
l0
media
Setelah
a a a a a
3.50 a 2.00 a 2.83 a 2.33 a 3.83 a
._ M5 _ 0,009...1.83a 2.00a 2.17a 3.00a 3.17a Keterangan:Reratayangdiikutidcnganhurufyangsamapadakolomyangsama
t2 4.17 a 2.50 a 3.17 a 2.83 a 4.67 a 3,33a
menur{ukkantidakada bedanyatabaiAasarkanut Media VW; Ml = Media dengan komposisi utama ckstrak pisang hijau; M2: Media dengan komposisi ulama ekstrak jagung manis muda; M3 = Media dengan komposisi utama ckstrak buncis muda; M4 = Media dengan pupuk Hyponex merah; M5 = Media dengan komposisi utama eksrak alpukat
F
laraf 5 9o;
M0:
pembuatan media. Adanya kandungan sitokinin inilah yang kemungkinan me-
Seperti diketahui bahwa lemak sulit diabsorbsi oleh jaringan. Seperti dikatakan
oleh (Kimball, 1994\, lemak merupakan biomolekul yang untuk dimanfaatkannya
nyebabkan tubuhnya akar menjadi baik dan
bahkan ada yang jauh melebihi panjang
jaringan memerlukan rangkaian proses yang lebih lama dan relatif sulit untuk masuk ke
tunas. Seperti dikatakan oleh Wilkins, 1994 bahwa sitokinin pada konsentrasi yang
dalam sel.
sangat rendah memacu terbentuknya akar.
Jumlah daun tunas vanili pada media
Panjang daun pada semua media alami maupun media VW secara statistik
jagung manis dan pupuk hiponex merah relatif lebih banyak walaupun dibawah VW (Tabel 2). Selain itu panjang daunnyapun pada media tersebut relatif lebih panjang dibandingkan perlakuan lainnya, kecuali pada media VW (Tabel 4), dan bahkan pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa panjang daun tunas vanili pada media VW paling kecil dibandingkan perlakuan lain
tidak menunjukkan adanya perbedaan (Tabel 4) dan bahkanjuga pada variabel pengamatan lain, selain panjang tunas pada minggu ke sebelas dan keduabelas (Tabel I s/d 5). Semua media uji dapat dipergunakan untuk menggantikan media VW, walaupun terdapat kecenderungan media ekstrak jagung manis dan buncis muda menghasilkan jumlah daun yeng paling banyak (Tabel 2). Diameter batang dari tunas yang dihasilkan juga menunjukkan diameter yang relatif lebih besar pada media dari ekstrak jagung manis ini. Semua media yang diuji yaitu ekstrak buah pisang ambon, ekstrak jagung manis, ekstrak buncis muda, pupuk hyponex merah maupun alpukat dapat digunakan sebagai pengganti media VW untuk menumbuhkan setek vanili secara in vitro dari sub kultur kedua hasil budidaya in vitro.
.
Jumlah akar tunas vanili yang ditanam pada media ekstrak pisang reatif lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan
lain (Tabel 3). Tunas pada media ekstrak pisang ambon menghasilkan jumlah dan panjang akar relatif panjang dibandingkan perlakuan lain. Pertumbuhan akar pada eksplan sangat dipengaruhi oleh zat pengatur
tumbuh terutama sitokinin. Pada pisang secara umum kandungan sitokininnya relatif tinggi (lta., 2002; Anonimus, 2000) sehingga seringkali digunakan sebagai tambahan pada
AGRIPLUS, Volume 17 Nomor
03
September 2007, ISSN hgS4-AUg
99
Tabel 3. Jumlah Akar Vanili Umur Delapan Sampai Dua Belas Minggu Setelah Tanam Pada Berbagai Media Alami Macam Jumlah akar minggu ke
t0 3.33 2.00
media MO
M1
M2
ll
1.33 a 1.83 a 1.17 a
2.83 a 2.00 a
a
1.33 a
1.50 a 1.50 a
1.83 0.67
2.00 0.83
M3
t.tl
M4 M5
1.50 a 1.00 a
l.l7
a a a
a a
a
a
3.67 2.33 1.67 1.50 2.17 1.00
l2 a a
a a a a
4.00 a 3.17 a 2.00 a 1.67 a 2.17 a 1.17 a
Keterangan: Rerata yang diikuti dengan hurufyang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak ada beda nyata berdasarkan uji F taraf 5 %; M0 = Media VW; Ml = Media dengan komposisi utama ekstrak pisang hijaq M2 = Media dengan komposisi utama ekstrak jagung manis muda; M3 = Media dengan komposisi utama ekstrak buncis muda; M4 Media dengan pupuk Hyponex merah; M5 : Media dengan komposisi utama ekstrak olpukat
:
Tabel 4. Panjang akaq panjang daun, diameter batang, bobot segar dan bobot kering tunas pada berbagaimedia Macam Variabelyang diamati media Panjang akar Panjang daun Diameter Bobot segar Bobot kering (cm) (cm; (s) (s) batans (cm) MO 2.10 a 0.47 a 0.20 a 0.57 a 0.03 a MI 1.86 a 0.64 a 0.17 a 1.74 a 0.08 a M2 1.68 a 0.81 a 0.20 a 0.35 a 0.04 a M3 1.35 a 0.77 t 0.17 a 0.22 a 0.02 a M4 2.86 a 0.57 a 0.27 a 0.34 a 0.03 a M5 l-37 a 0.52 a 0.22 a 0.16 a 0.01 a Keterangan: Rerata yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak ada beda nyata berdasarkan uji F taraf 5 !o; M0= Media VW; Ml = Mediadengan komposisi utamaekstrak pisang hijau; M2 = Media dengan komposisi utama ekstrak jagung manis muda; M3 = Media dengan komposisi utama ekstrakbuncis muda; M4 = Media dengan pupuk Hyponex merah; M5
- Media dengan
Tabel 5. Warna Tunas Vanili Pada Berbagai Media Alami Macam
media
Warna
dibanding media alami lainnya (Tabel 3). Selain menghasilkan jumlah akar yang lebih banyak, media dari ekstrak pisang inipun menghasilkan bobot segar (walaupun masih sedikit lebih berat pada media jagung manis muda) dan bobot kering relatif lebih tinggi ditrandingkan yang lainnya termasuk media VW (Tabel 3).
Warna
(nilai grade)
VW
hijau
233
a
3,00
a
2.50 2.67
a
Pisqng Jagung manis muda Buncis muda
2.33 a 233 a
Hyponex merah
Alpukat
a
Hiiau Hiiau Hijau
Dari hasil yang diperoleh dapat disampaikan bahwa media alami yang digunakan mengandung hara yang dapat mendukung pertumbuhan tunas. Setek vanilli mampu tumbuh pada media uji
Hijau Tua Hiiau Hiiau
dengan ditandainya munculnya tunas secara lengkap, baik daun maupun akar ( Tabel I s/d
Dari semua media alami tersebut media dari ekstrak jagung manis dan buncis relatif memberikan pertumbuhan tunas lebih baik (Tabel l), sedangkan ekstrak pisang memberikan perakaran yang lebih baik
AGRIPLUS, Volume 17 Nomor
komposisi utama ekstrak alpukat
5). Hal ini
mendukung dugaan dari
Anonimus, 2000 dan lta, 2002, bahwa dari senyawa yang diperlukan untuk pertumbuhan kemungkinana bisa dipenuhi dari buah-buhan 03
September 2007, ISS1[ hAS*LUB
100
serta beberapa jenis sayuran yang ada di sekitar kita sehingga kemungkinan dapat
Pengadaan
dipergunakan untuk menumbuhkan eksplan
dephut.go. id/lN FORMASl/setjen/PU SSTA
2004, Kultur Jaringan Alternatif
Bibit Unggul,
N/info 5_l_0604/isi I l.htm
http://www.
,21
Maret
2006.
KESIMPULAN
2000, Pisang, tioa,'irdci
Berdasarkan hasil penelitian disimpul-
kan:
(l)
media dari pupuk hyponex dengan
I gl-r sertaekstrakjagungmanis l00gl-' sebagai media sub kultur menghasilkan dosis
pertumbuhan tunas vanili hasil kultur in vitro
yang paling bagus dibandingkan ekstrak pisang hijau, ekstrak polong buncis muda maupun ekstrak alpukat; (2) media dari ekstrak pisang ambon menghasilkan perakaran tunas vanili lebih baik dibandingkan media VW, ekstrak jagung manis, ekstrak buncis maupun pupuk hyponex merah; (3) ekstrak sayuran dan buahan dapat digunakan sebagai media pengganti media VW pada budidaya in vitro vanili; dan (4) buah yang banyak mengandung lemak tidak direkomendasikan untuk media sub kultur penanaman vanili. Terima kasih kepada: Direktur DP2M Dirjen
Dikti Departemen Pendidikan Nasional atas bantuan dana yang diherikan, Drs. Riyanto, M.Si, Dra.Ralrayu Kepala UP'|D Magelang; dan Supriyanto yang telah membantu penelitian
fi 'u ir
lrttl-r:i,'ap.rolink.nroa.tnr, n u fakta. htiti 2I
I
s,'bana rra,lt isa
Maret 2006.
Astuti, EW., Aiman U, dan Mildaryani, W.,2005. Penggunaan pupuk daun sebagai media
pengaruhnya terhadap pertumbuhan anggrek dendrobium secara in vitro,
UNWAMA, Yogyakarta.
(Tidak
dipublikasikan).
Barroroh dan Aiman, 2005. Pengaruh Macam Dan Konsentrasi Ekstrak Tomat Terhadap Pertumbuhan Anggrek Cattleya Secara 1r Vitro, lumal Agrosains Palanta Tropika,
Volume
I
No,2 Edisi
Agustus,
Yogyakarta, Hal. 79-83. Cahyono, A., Aiman, U., Mildaryani, W.,2005.
Pengaruh konsentrasi macam ekstrak kecambah dan air kelapa terhadap
anggrek
pertumbuhan
Cattleya,
UNWAMA, yogyakarta (Tidak dipublikasikan).
Dixon, R.A., 1985. Plant CellCulture A practical Approach, IRL Press. Oxford Washington DC.
Gunawan, Livy Winata, 1995. Teknik
Vitro Dalam
Kultur ln Hortikultura. penebar
Swadaya, Jakana.
llendaryono, Daisy P. Sriyanti dan Wijayani, 1994. Teknik Kultur Jaringan, penerbit
DAFTAR PUSTAKA
Kanisius, Yogyakarta.
Adijaya, S.. 2004. Vanili : Sekilo 3 Jura, Trubus 415 XXXV, Juni, Jakarta.
Anonimus, 2003. Kultur Jaringan, Laboratorium
Bioteknologi Fakultas pertanian, UpN
http://www.pempek. org/nucleus/index.php?itemid=5 l6h, 2t Maret 2006.
Kimball, J.W,, 1994. Biologi
(terjemahan
'ljitrosomo, S.S dan Sugiri, N) penerbit ,
"Veteran" Yogyakarta.
2005., Budidaya
Ita, 2002. Manfaat Buah,
Vanilla,
Erlangga, Jakarta.
Pierik, R.L.M., 1987."In Vitro Culture of Higher 9 Maret 2006.
Palnts, Martinus Nijhoff publishers,
Boston.
Prihtiyani,
8.,
2005, Mengembalikan
Masa
Kejayaan "Emas Hijau" Kulon progo )l 2006.
AGRTPLUS, Yolume 17 Nomor 03 september 2002, rssN 0gs4-012s
,
Maret