SHOULD I CHOOSE ONE OF THEM? Title
: Should I Choose One of Them?
Author
: NI LUH NOVITA ARIANTI
Facebook
: Gaemgyu Jewels Novie Yoshioka
Twitter Cast
: @GaemgyuNa_2503 :
1. Choi Hyun Jae 2. Tao Exo-M 3. Cho Kyu Hyun Super Junior 4. Taemin Shinee 5. Luhan Exo-M 6. Lee Jung Mi (siapa aja deh!!) 7. Other cast Genre
: Love, Friendship, Sad, Horrible, and whatever do you
think!! ^^ Note
: Jika kau bisa memilih diantara sahabat yang kau CINTAI dan
MENCINTAIMU dengan seseorang yang kau sebut “pacar” yang juga sangat kau CINTAI dan MENCINTAIMU..dan disaat keduanya memang memiliki peranan yang berbeda dalam hidupmu..dimana dengan keduanya kau memiliki hubungan baik..dimana keduanya juga memiliki hubungan baik satu sama lain..pikirkan keputusan apa yang akan kau ambil? Pikirkan sebuah keputusan yang membuat mereka tak tersakiti...mungkin itulah caramu berterima kasih atas cinta yang mereka beri..berpikirlah!!!
Kau tau! saat tak ada satupun keluarga yang tersisa untuk menemanimu..mungkin saja seseorang bernama sahabat akan datang dan
1
masuk dalam hidupmu..menjadi keluarga barumu untuk mengantikan mereka yang tiada.. namun..dapatkah kalian memilih antara dia yang sepanjang hidupmu kau panggil "Sahabatku" dengan seseorang yang hadir dan sangat kau cintai..yang kau panggil "Sayangku"! mereka yang sangat mencintaimu! rela mengorbankan apapun untukmu! dapatkah kau memilih salah satu diantara mereka untuk menemani hidupmu yang penuh kegelapan, selamanya! dapatkah kau memilih siapa diantara mereka yang sesungguhnya hidup untuk menjadi lentera di dalam gelapmu? jika Iya, jawab Aku siapa,,tapi jika tidak,,bantu Aku memilih!! karena mereka..karena keduanya sangat berarti,,hingga kupikir Aku harus memilih untuk tak memilih satupun!!
Oppa tak bisa mengunjungiku kali ini. meskipun sangat ingin bertemu, namun sepertinya Aku harus bersabar hingga jadwal oppa tak lagi padat.
"Mianhae jagiya,,jinja mianhae!"suara oppa terdengar menyesal saat menelponku.
Walaupun Aku kecewa, tapi Aku berusaha memahami jadwal oppa yang memang selalu padat.
"ne, gwaenchanayo oppa, Aku akan baik-baik saja!"sahutku mencoba terdengar ceria seperti biasanya.
2
Sebagai yeojachingu seorang artis terkenal, Aku harus memiliki tinggak kesabaran yang berbeda dari bisanya. Meski berat, tapi perhatian oppa yang begitu besar padaku, membuatku serasa mampu bertahan selama apapun itu dan membuatku berpikir, Akulah satu-satunya yeoja yang berharga bagi oppa.
"jagiya, sebagai gantinya, Aku meminta Tao, Taemin dan Luhan untuk mengunjungimu disana!" ucapnya tenang.
Aku terkejut karena tak biasanya oppa membiarkan ketiga namja yang selalu menggangguku itu untuk menemani liburanku. Meski Aku, Taemin dan Tao adalah sahabat kecil, namun Aku selalu menjadi bahan kejahilan Taemin.
"Jung Mi juga akan ikut besama mereka, jadi jangan Khawatir mereka akan menganggumu!" lanjutnya terdengar sedikit bersemangat.
Aku terdiam sesaat. "ahh,,ne, jadi mereka yang akan menemani liburan musim panasku?" sahutku datar.
"waeyo? kau tak suka mereka datang?" sahutnya terdengar sedih.
Aku terkejut. Aku tak menyangka oppa akan berpikir seperti itu. Aku merasa bersalah dan segera menjelaskan maksudku.
"ah,,ee,,anniyo, Aku senang mereka datang, hanya saja.." sahutku terhenti. Aku sadar jika kulanjutkan itu justru akan membuat oppa sedih.
3
"mianhae, oppa tau seharusnya oppa yang menmanimu! oppa kan sudah berjanji padamu, jeongmal minahae!" ucapnya, "begitu jadwal oppa selesai, oppa akan segera datang menemuimu!" lanjutnya terdengar bersalah.
"ahh, ne nado mianhae oppa! Aku tak bermaksud membuat oppa sedih, biar bagaimanapun Aku selalu mendukung oppa 100%, jadi bersemangtlah oppa, Ganbatte!" ucapku memberi semangat.
" gomawoyo jagiya, saranghae!" sahutnya, membuatku merasakan pipiku merona merah muda.
"nado saranghae oppa!" jawabku, "ahh oppa, Aku harus kembali ke kelas sekarang, Ja ne!" lanjutku, kemudian mengakhiri telpon setelah mendaptkan kecupan sayang dari Kyuhyun oppa. meski hanya melalui telepon, itu cukup mengobati kerinduanku.
Sejak pagi tadi Aku sibuk membersihak rumah peninggalan nenek yang kutempati saat ini. siang ini ketiga namja jahil itu dan juga Jung Mi akan tiba di Tokyo. Belakangan Aku senang karena Tao, Taemin, Luhan dan Jung Mi datang mengunjungiku liburan ini. keadaan rumah yang selalu sepi, (Aku tingga sendiri),membuatku lega karena liburan ini Aku tak sendirian. Kulirik jam dinding, dan ternyata sudah menunjukkan pukul 1 siang.
"ah, sebentar lagi mereka mungkin tiba! sebaiknya Aku bergegas!" pikirku.
Siang ini jalanan kota Tokyo cukup ramai, namun tak sampai membuat macet. Aku kagum dengan kota ini. sedikit berbeda dengan jalanan kota Seoul. Taxi yang kutumpangi, hanya perlu waktu 15 menit untuk sampai di bandara dari rumahku.
4
"Hyun Jae eonni!" suara seseorang yang kukenal memanggilu saat Aku baru saja masuk kedalam ruang tunggu.
Aku mencari dan mendapati tiga orang namja konyol dan seorang yeoja yang setahun lebih muda dariku dan mirip dengan salah satu dari mereka.
''ahh, anneyong!" teriakku menghampiri mereka. Aku mengmabil tas yang dibawa Jung Mi dan membantunya membawa menuju taxi.
"eonni, bagaiman kabarmu?"tanya Jung Mi,adik kandung Tae Min sembari menggandeng tanganku menuju Taxi yang telah ku pesan. “ne, bagaimana denganmu? Apa kau sudah memiliki pacar baru setelah putus dengan Go Ram itu?” sahutku menggodanya. ”kyaa eonni, berhentilah menggodaku” sahutnya cemberut namun segera terlihat tersipu. “waeyo? Kenapa kau tersipu begitu? “ucapku semakin bersemangat menggodanya. “sekarang Lay adalah namjachingunya!” tiba-tiba saja Tae Min mengnyahut dari belakang kami.
Aku berbalik melihat kearah sahabat kecilku itu. Kurasa dia melihat tanda tanya besar di wajahku. Lay? Seingatku selama ini Jung Mi memang sering bercerita mengenai Lay di email yang dikirim padaku, namun kurasa Jung Mi selalu bercerita menganai sikap Lay yang tak berhenti
5
mengganggunya saat mereka bertemu. Lalu..mendengar kabar ini, Aku jadi terkejut saja. “jinja? Jeongmal yo? “ Aku melihat kearah Jung Mi, sembari meletakkan tas miliknya di bagasi Taxi. “Oppa! Kau berisik sekali!” sahut Jung Mi melirik dingin kearah Tae Min. “wae? Kau tak mau memberitahu eonnimu?” balas Tae Min datar.
Jung Mi terdiam dan segera masuk kedalam taxi. Kami menggunakan dua taxi, Aku dan Jung Mi berada dalam taxi yang sama, sementara ketiga namja itu ada di taxi yang lain. Meskipun umurku sudah pantas untuk mengendarai dan memiliki mobil pribadi, namun paman Lee, ayah Tae Min tak pernah mengijinkan Aku memiliki mobil pribadi. Alasannya sederhana, namun tak menyenangkan. “kau itu wanita, Hyun Jae, ahjussi tak ingin terjadi apa-apa denganmu di jepang sana sementara satupun dari kami tak berada dekat denganmu! Aku tak ingin membuat sedih kedua orang tuamu, jika terjadi apa-apa denganmu!” ucap Lee Ahjussi saat Aku meminta ijin membeli sebuah mobil. “eonni, mianhae, Aku tak bermaksud menutupi hubunganku dengan lay, hanya saja Aku ingin memberimu kejutan saat Lay datang besok!” kata Jung Mi mencoba menjelaskan maksudnya. “hahaha, ne gwaenchana Jung Mi-ah!” sahutku membuatnya tersipu malu.”bagaiman kabar Kyuhyun oppa, apa di baik-baik saja?” ucapku saat ketenangan menyelimuti kami.
6
“eh? Ah ne, oppa sangat sehat eonni, kau tau dia bahkan masih punya tenaga untuk menggodaku setelah menghabiskan waktu berhjam-jam melakukan kegiatan syuting video clip terbarunya! Sifat jahilnya tk lekang oleh waktu!” sahutnya. “selain itu, meskipun ia terlihat lemas, Eunhyuk oppa masih menjadi sasaran empuk untuk keusilannya! Kurasa Eunhyuk oppa menyerah dengan sikap Kyuhyun oppa, dan membiarkan saja kelAkuannya itu!” lanjut Jung Mi mengebu-gebu.
Aku berpikir, benar saja, semua orang yang mengenal Kyuhyun oppa, akan menceritkan mengenai dirinya dengan perasaan yang gembira. Memang, kurasa semua orang menyukainya karena Kyuhyun oppa orang yang menyenangkan. Dia namja yang tak pernah membuat orang marah meskipun melakukan kejahilan yang parah sekalipun. Dan itu bagian darinya yang sangat kurindukan. Ahh,,andai dia disini..
Sepanjang perjalanan Aku dan Jung Mi mengobrol banyak mengenai Kyuhyun oppa dan hubungan Jung Mi dengan Lay. Sepertinya benar kata beberapa orang “jangan membenci orang dengan hatimu, karena suatu saat orang itu akan menguasi hatimu dengan cara lain!” Awalnya Aku tak mengerti maksud perkataan itu, tapi kali ini Aku mengerti, karena semuanya terjadi pada Jung Mi dan Lay. Seorang Yeoja dan seorang namja yang setiap bertemu mengibarkan bendera perang dari hati masing-masing.
Merekan belum sehari dirumahku, tapi kekacauan sudah tak bisa dihindari. Baru saja kami tiba dirumah, ketiga namja itu sudah membuat ulah, memperebutkan kamar. Taemin yang sering mengunjungi disini selalu
7
menggunakan kamar yang biasa digunakannya, namun Tao memaksa Taemin untuk menggunakan kamar lain. Sementara Luhan yang begitu dekat dengan tao meminta Tao tidur sekamar bersamanya di kamar yang paling dekat dengan dapur. Alasannya hanya karena Luhan selalu merasa lapar. Mereka terus saja berdebat, sementara Aku dan Jung Mi tak bisa berbuat apa-apa. Itu urusan namja-namja itu, kami hanya sebagai penonton disini.
Sampai akhirnya perdebatan itu berakhir. Taemin tetap menggunakan kamar yang biasa digunakannya, dan Tao terkena jurus pamungkas milik Luhan, bersikap Aegyo. Tao akan mengalah jika Luhan sudah mulai menggunakan sikap itu untuk merayunya, Tao paling benci Luhan dengan sikap itu, karena jika tak ia turuti, Luhan akan menangis. Dasar namja cengeng. Aku sekamar dengan Jung Mi, karena Jung Mi tak berani untuk tidur di kamar yang lain sendirian. “noona, gajja buatkan kami makan malam, Aku sangat lapar!” kata Luhan menghampiriku di dapur saat sedang menyipakan makan malam. “ne, ini noona sedang mempersiapkan, mau bantu noona?” sahutku sembari meletakkan udang yang baru saja kubersihkan. “ne, apa yang harus kukerjakan? Ah,,sebaiknya Aku mencuci beras saja!” ucapnya tanpa menunggu jawabanku.
Sementara Aku dan Luhan sibuk di dapur, Tao dan Taemin sibuk membersihkan meja makan, sementara Jung Mi masih membersihkan diri di kamar. Kulihat melalui jendela yang menghubungkan dapur dengan ruang makan, Taemin sibuk membersihkan meja, sementara Tao menyiapkan peralatan makan, sembari berdebat seperti biasanya. Selalu saja jika
8
keduanya sedang berada sedekat itu, mereka akan melakukan hal yang tak berubah sejak kecil, memperdebatkan hal kecil hingga pada akhirnya, harus ada orang ketiga yang menghentikan perdebatan tak penting itu. Dan itu selalu Aku.
Tanpa sadar Aku tersenyum melihat tingkah kedua sahabat kecilku itu. Aku, Tao, Taemin dan Kyuhyun oppa sejak kecil memang selalu bermain bersama. Namun sejak usia Kyuhyun oppa menginjak 13 tahun, ia dan keluarganya pindah ke Prancis. Namun hubungan kami tidak putus. Kyuhyun oppa selalu menghubungi salah satu dari kami, sampai 4 tahun yang lalu ia kembali ke Korea untuk memulai debutnya sebagai seorang penyanyi, diikuti oleh Taemin ditahun berikutnya. Sementara Tao menjadi seorang penyanyi sebuah Boyband bersama Luhan ditahun yang sama seperti Taemin. “noona, kenapa kau tersenyum sendiri seperti itu?” tiba-tiba Luhan mengejutkanku, sehingga tanpa sengaja Aku mengiris jariku dengan pisau. Aku meringis menahan sakit, sementara darah mulai mengalir dari luka sayatan itu. “noona, neo gwaenchanayo?” pekik Luhan panik. Kedua namja itu menghentikan kegiatan mereka dan segera berlari menghampiri kami di dapur. “Hyun Jae-ah, waeyo?” Taemin mendekatiku, sementara Tao memperhatikan tubuhku. “ahh, gwaenchana, Aku hanya tak sengaja mengiris jariku dengan pisau!”sahutku tepat saat Tao meraih jariku yang teriris pisau.
9
“Luii, ambilkan Aku kotak P3K!” ucap Tao pada Luhan. Luhan segera berlari mencari kotak P3K.
Tao membersihkan jariku dengan air yang diambilkan Taemin, sementara Taemin membereskan sayurna dan bawang yang tadinya kupotong, yang berserakan di lantai. “ini hyung!” Luhan memberikan plester dan Obat luka pada Tao. Setelah membalut luka sayatan di jariku, tao memperhatikan tubuhku yang lain. Ia selalu melakukan itu jika Aku terluka seperti ini. Ia sangat khawatir. “Tao, na gwaenchana!”ucapku meraih tangannya. Ia menatapku untuk meyakinkan diri. Aku segera mengangguk dan ia segera mengembalikan kotak P3K pada tempatnya. “mianhae, Aku membuat kalian khawatir!”ucapku saat Taemin dan Luhan mengambil tugas memasak. “kyaa, sebaiknya kau istirahat, kau tau sendiri dirimu jika terkena lukan seperti itu!” kata Taemin tanpa memanggil namAku. Itu menandakan Taemin sangat khawatir. “gwaenchana, Aku ingin menjamu kalian liburan kali ini!”sahutku membantah kata-kata Taemin tadi, dan ini untuk yang pertama kalinya Aku melakukan itu, biasanya Aku hanya menurut saja. Namun Tao segera menarik tanganku dan keluar dari dapur sebelumTaemin marah-marah. “jangan membantah Taem jika ia sudah tak memanggil namamu!”kata Tao memintAku duduk dan menunggu di ruang makan.
10
“mianhae, harusnya Aku yang memasak untuk kalian!”sahutku lemah. Saat itu Jung Mi keluar dan melihatku duduk tertunduk. “oppa waeyo?” tanya Jung Mi pada Tao. “Hyun Jae tak sengaja mengiris jarinya!” sahut Tao singkat. “Eonni, neo gwaenchana?” Jung Mi mendekatiku dan duduk disebelahku. “ne, jeongmal mianhae1”sahutku menatap Jung Mi dan Tao bergantian.
Malam ini kami menikmati makan malam yang disiapkan oleh Taemin dan Luhan. Aku merasakan tubuhku sedikit panas. Mataku perih dan luka akibat sayatan pisau tadi juga mulai terasa sakit. Aku mengibaskan kepalAku, tak ingin berpikir yang macam-macam. “Hyun Jae-ah, sebaiknya kau istirahat saja malam ini!” Taemin melihatku sembari menyuap Ebikatsu dari sumpitnya. “Eonni, oppa benar, kau harus istirahat!” Jung Mi mendukung Taemin. “tapi Aku ingin menemani kalian berkeliling Tokyo malam ini, Aku sudah berjanji pada kalian kemarin!” sahutku membela diri. “noona, kami tak ingin kau sakit, liburannya juga masih bisa besok pagi kan?” kata Luhan menatapku. Aku mengalah. Mereka akan tetap memaksAku apapun yang kukatakan untuk membela diri. Ahh..Aku kesal dengan keadaanku ini.
11
Tengah malam suhu tubuhku semakin naik. Jung Mi hingga tak bisa tidur karena Aku terus menggigil meski suhu tubuhku sangat tinggi. “Jung Mi-ah mianhae, Aku membuatmu repot. Sebaiknya kau tidur dikamar yang lain agat kau bisa beristirhat!” bujukku pada Jung Mi, namun ia malah menatapku kesal. “eonni, jika Aku bersitirahat dikamar yang lain sementara Aku meninggalkanmu dengan keadaan seperti ini, Taem dan Tao oppa akan memarahiku habis-habisan!” sahutnya, “lagipula sudah kukatakan Aku tak berani tidur sendiri jika bukan dikamarku!” lanjutnya dengan nada kesal.
Aku mersa bersalah pada mereka. Liburan mereka terganggu karena penyakit anehku ini. Aku tak boleh seperti ini, Aku tak mau merusak liburan mereka, tapi tubuhku menolak apa yang kupikirkan. “eonni..eonni..!”suara Jung Mi terdengar samar. Tubuhku serasa seperti berada diaats bianglala yang berputar cepat. Pengelihatanku kabur, dan Aku tak ingat apa yang terjadi setelah itu. Terakhir, kulihat Tao berlari kearahku. “ne, hyung, sebaiknya kau datang kesini segera!” suara Taemin masih terdengar sedikit samar. Sepertinya ia menelpon seseorang. Dia bilang apa? Hyung? Jangan katakan ia memberitahu Kyuhyun oppa mengenai keadaanku. Ahh,,Taem kau menyebalkan. “oppa, eonni sepertinya sudah sadar!” suara Jung Mi terdengar senang. Luhan menghampiriku dan membantuku sedikit duduk, dan segera memberiku air minum.
12
“eonni, neo gwaenchana? Apa sebaiknya kau kerumah sakit? Keadaanmu akan bertambah parah jika tak segera ditangani dokter!” Jung Mi bicara tanpa memberiku kesempatan menjawab. “gwaenchana Jung Mi-ah, Aku tak perlu ke dokter, Aku biasa seperti ini!” sahutku lemah. “apa?” tiba-tiba tao datang dan mengejutkanku. “oppa, kau mengejutkan kami!” Jung Mi terlihat sama terkejutnya, begitu juga Luhan. “kau bilang apa? Biasa seperti ini? “ Tao mendekatiku. Aku sadar Aku telah membuka suatu rahasia besar, yang harusnya tak ku ceritkan pada Tao. “sejak kapan penyakitmu kembuh lagi? Bukankan traumamu sudah hilang sejak 8 tahun lalu? Jadi kenapa?” tao terus saja menghujaniku dengan pertanyaan.
Baiklah! Aku salah bicara. Harusnya Aku merahasiakan ini darinya. Sekarang Aku bingung harus menjelaskan apa padanya. “ jelaskan padaku apa yang terjadi selama 3 tahun kepindahanmu ke Jepang!” ucapnya lembut namun tegas dan seraya duduk didekatku. “Hyun Jae-ah, bukankan penyakitmu tak pernah kambuh lagi sejak Tao selalu memelukmu untuk membuatmu tenang? Lalu apa yang terjadi sekarang?” Taemin manambahkan. Sementara itu, Jung Mi dan Luhan yang
13
menyadari ini pembicaraan serius, segera keluar untuk membiakan kami bertiga bicara dengan leluasa.
Aku berpikir. Baiklah. Mungkin seharusnya memang tak kurahasiakan dari kedua namja ini. Terutama Tao. Aku tak mungkin bisa menyembunyikan sesuatu dari mereka yang sudah mengenalku, hampir sepanjang hidupku saat ini. “ini kambuh sejak kejadian 2 tahun lalu! Mianhae karena Aku tak pernah certiakan ini pada kalian!” ucapku lirih.
Tao terlihat kesal dan frustasi. Ia memegang kepalanya dan berdecak kesal. Tangannya yang satuan mengepal karena marah. “Tao, ini bukan salahmu! Ini salahku! Aku harusnya tak melihat film itu!” sambungku mencoba membuatnya mengerti. “film? Kau melihat film apa?” tanya Taemin. Tao menatap tajam kearahku. “itu..itu film pembunuhan, dan seseorang terbunuh dengan sayatan seperti...” Aku terhenti. Ingatan buruk itu muncul seperti De Javu selama sepersekian detik. Aku takut, sangat takut. Aku memekik dan memeluk bantal yang tadinya kupengang. “baik! Cukup! Tenangkan dirimu Hyun Jae-ah!” Tao mendekapku kepelukannya. Ingatan itu begitu kuat sekarang. Namun pelukan Tao mengurangi rasa sakit dan ketakutanku. Tak sadar Aku menangis. Taemin terdiam. Jung Mi dan Luhan terlihat berdiri dibelakang Taemin. Suasana hening. Hanya isakan tangisku yang terdengar.
14
“sudah! Aku tau, Aku tau! Tenanglah!” ucap Tao lagi mempererat pelukkannya. Aku berusaha menghentikan tangisku. Ingatan itu masih samar-samar muncul. “mianhae, bisakah kau tetap seperti ini, sampai ingatan ini hilang?” ucapku Lirih. Tao tak menjawab, nmaun ia mempererat pelukkannya dan meletakkan dagunya dikepalAku. Seperti tak ingin melepaskanku dalam kegelapan mimpi buruk itu lagi.
Jung Mi, Luhan dan juga Taemin meninggalkan kami dikamarku. Rasanya pelukan Tao sangat nyaman. Aku rindu pelukkan ini. Bertahuntahun ia selalu melakukan ini saat ingatan itu muncul. Itu sebapnya dimana ada Aku, selalu ada Tao bersamAku. Terakhir pelukkan ini kurasakan saat Aku akan berangkat meninggalkan Seoul menuju Jepang.
Hingga saat Aku memutuskan melanjutkan kuliah di jepang, ingatan itu muli jarang muncul. Bahkan tak pernah muncul sekalipun, meski sesekali tanganku terluka. Hingga hari itu tiba.
#flashback# “Hyun Jae cepatlah! Sebentar lagi film ini diputar!” suara Aiko terdengar samar melalui telepon. “baiklah, kau ada di bioskop berapa? Aku segera kesana?” sahutku bicara agak keras, karena disekitarku cukup ramai. “...”sahut Aiko
15
“apa?” balasku, karena tak mendengar dengan jelas yang dikatakannya. “...”sahutnya lagi, namun setelah itu sambungan telepon terputus. Aku berpikir sebentar dan segera memutuskan. “ahh..kurasa Aiko mengatakan dibioskop 5!” batinku. Aku bergegas menuju bioskop 5, tempat dimana kupikir Aiko berada.
Didalam, sudah mulai penuh. Aku mencari sosok Aiko, namun tak kutemukan. Petugas bioskop segera mengumumkan akan memulai pemutaran film. Aku memutuskan untuk duduk sendiri dan membiarkan saja Aiko menonton dari tempatnya. Baru saja film dimulai selama 15 menit, tapi Aku sudah merasa bosan. “kupikir kemarin Aiko mengatakan akan menonton film romantis, tapi kenapa sekarang jadi menonton film pembunuhan seperti ini?” gerutuku.
Saat hendak memperbaiki posisi dudukku, adegan itu muncul. Sebuah keluarga, seorang perempuan setengah baya, terbunuh dengan luka sayatan diseluruh tubuhnya, sementara seorang lelaki seusia wanita itu terbunuh dengan cara yang sama. Dua orang anak perempuan mereka terduduk melihat ayah dan ibunya terbunuh didepan mata mereka sendiri. Anak yang lebih besar menerjang si pembunuh dan menggigit betis kirinya. Si pembunuh terlihat murka, dan segera menyayat wajah anak itu hingga si anak meninggal.
Tubuhku menengang. Aku ingin berteriak seperi penonton lainnya. Tapi bibirku kelu. Tubuhku berkeringat dan ingatan tentang kematian Eomma,
16
Appa dan Eonniku muncul begitu saja. Semuanya terputar kembali seperti sebuah opera cepat. “Hyun Jae, jangan berteriak!” bisik Eonniku saat kami melihat kedua orang tua kam terbunuh oleh perampok-perampok itu.
Saat kesadaranku mulai muncul, seorang perampok sudah berdiri dihadapakn kami dengan wajah penuh rasa ingin membunuh. Eonni berusaha melindungiku dengan mendorong perampok itu kebelakang, tapi eonni terlalu lemah dibanding perampok itu. Segera saja kepala eonni terkena tusukan dan sayatan pisau pembunuh itu dan tubuhnya berlumuran darah. Perampok itu mendorongku, dan seolah tak menganggapku ada, mereka memasuki kamar orang tuAku dan mengambil apa saja yang mereka inginkan. Aku hanya bisa melihat tubuh eonniku yang berlumuran darah. Setelah mendapatkan apa saja yang diinginkannya, perampok-perampok itu segera pergi tanpa memperdulikan Aku. Saat itu umurku baru 4 tahun, dan Aku kehilangan semuanya. “Hyun Jae-ah, pergilah dari rumah ini,! Pergi termui Lee Ahjussi dan katakan apa saja yang bisa kau ingat,dan jadilah anak baik selama bersama keluarga itu, kami mencintaimu!” ucap appa terbata-bata. Setelah itu tubuhnya tergeletak berlumuran darah. Aku menuruti apa kata appa. Malam itu juga Aku berlari menuju rumah Lee Ahjussi, sahabat appa, dengan hanya mengenakan piyama yang berlumuran darah.
Seorang yeoja yang kupikir pembantu dirumah ini membukakan pintu untukku. Ia terkejut melihatku dan segera berteriak memanggil majikannya.
17
Seorang ahjussi dan ahjumma berlari dan melihat kearahku. Mereka mendekatiku. “Choi Hyun jae, ada apa? Kenapa wajahmu pucat? Bukan kenapa bajumu berlurumaran darah seperti ini? Ahh,bukan itu maksudku, kenapa kau disini malam-malam begini sendirian kemana orang tuamu..”Lee Ahjumma bertanya dengan panik. Lee ahjussi tak seperti istrinya, ia segera mengerti keadaanku dan segera berlari kearah mobilnya dan mengemudikannya menuju rumahku.
Setelah Lee ahjuma membawaku masuk dan segera memberiku minum, seorang namja seusiAku turun dengan rambut acak-acakan. Ia menatapku heran bercampur ngeri. Ia berjalan kearahku. “ada apa eomma?siapa yeoja ini? Dia tampak buruk!” ucapnya apa adanya. Aku tak perduli. “sshtt ,Taemin-ah, jangan bicara seperti itu!” sahut Ny. Lee, kurasa itu putranya. “Hyun Jae jangan pikirkan perkataan Taemin tadi!” lanjut Ny. Lee .
Appa...eomma...Hyun Na eonni..pikirku. Aku masih mengingat wajah mereka yang meringis kesakitan saat tersayat pisau. Aku masih ingat letak sayatan-sayatan itu. Aku ingin melihat appa..juga eomma..dan eonni! “Hyun Jae kau mau kemana? Tunggulah ahjussi disini!” Ny. Lee memegang lenganku, saat itu baru kusadari Aku hendak pergi. “ahjumma, Aku ingin melihat mereka! Apa mereka baik-baik saja?” sahutku menatap Ny. Lee.
18
“tunggu saja disini, ahjussi sedang memeriksa keadaan mereka! Semoga tidak terjadi apa-apa.” Jawabnya. Entah perasaan apa ini. Aku tak tau darimana asalnya. Tubuhku terasa dingin yang tak jelas. Perasaan seolah Aku kehilangan banyak hal.
Aku tak tau kapan Aku tertidur. Yang kutau, saat Aku terbangun, Aku ada di sebuah kamar yang berisi banyak alat musik. Piano, gitar, hamonika, saxophon, seruling, harpa, bahkan gayageum juga ada dikamar ini. “dimana Aku?” gumamku. Aku bangun dan melihat sekelilingku. Terdapat sebuah stik drum tergeletak begitu saja diatas meja bersama serakan kertas. Saat itu, seorang namja seusiAku, tapi bukan namja yang semalam menemuiku, dia namja lain. “ah kau sudah bangun! Aku baru saja hendak melihatmu!”ucapnya berjalan melewatiku menuju meja dengan banyak kertas berserakan diatasnya. Aku menatapnya. Seperti tau apa yang kulAkukan, ia bicara padaku. “ini kamarku, maaaf berantakan! Aku tak tau ada tamu semalam! Tao imnida!” ia memperkenalkan dirinya. “Aku Choi Hyun Jae, maaf merepotkanmu, apa kau salah satu putra Lee ahjussi?” tanyaku mendekatinya, saat itulah Aku sadar bajuku tak lagi piyama semalam. Ini piyama baru. Milik seseorang. “anniyo, Aku keponakan Lee ahjumma, orang tuAku bercerai, Aku tinggal dengan mereka sekarang!”sahutnya enteng. “ini kamarmu?” Aku bertanya lagi.
19
“ya, gajja, semua sudah menunggu dibawah, pemakaman akan segera dilaksanakan!” jawabnya tanpa tedeng aling aling.
Pemakaman? Jadi kejadian semalam bukan mimpi. Itu sungguhan. Appa..eomma,,dan eonni..mereka sudah tak ada. Dan sekarang Aku sendiri. Tiba-tiba saja tubuhku lemas dan Aku terduduk dilantai. Aku kacau. “ahh..”pekikku tanpa sadar. “Hyun Jae, kau kenapa?” namja bernama Tao itu mendekatiku dan berjongkok disampingku. “jadi..jadi..Aku sekarang sendiri? Tao Aku sendiri..” Aku bicara sambil menangis. “ahh, mianhae Hyun Jae, Aku tak tau kalau kau belum tau! Mianhae!” sahutnya merasa bersalah. Ia memegang tanganku. Aku melihatnya merasa bersalah. Jadi sekarang Aku membuat orang lain merasa bersalah. Tidak! Aku harus melakukan upacara pemakaman untuk orang tua dan eonniku. “mianhae, Aku tidak bermaksud membuatmu sedih Hyun jae!” Tao kembali mengatakan penyesalannya. Aku bangkit dan menatapnya yang masih terduduk, namun melihat kearahku. “gwaenchana, bukan salahmu! Aku memang sudah tau, tapi Aku masih belum bisa menerima ini.” Sahutku. Tao bangkit dan memelukku.
20
“jangan sunkan padaku! Aku akan menggantikan orang tua dan eonnimu! Aku akan selalu menjadi tempat bersandar bagi Hyun Jae! Jangan bersedih lagi! Tenanglah!” ucapnya, dan itu membuatku sedikit tenang.
Setelah pemakaman selesai, Aku harus kembali kerumah lamAku untuk mengambil bebrapa barang. Kerabat jauhku kembali ke negara masing-masing. Aku sekarang tinggal dan menjadi putri angkat Lee ahjussi. Yang menjadi tugas penting bagiku adalah menghilangkan trauma ini.
#flashback end# “wae? Kenapa kau menyembunyikan semuanya dariku?” tiba-tiba Tao membuyarkan lamunan tentang masa laluku. Ia tak melepaskan pelukkannya, dan Aku tak mencoba melapaskannya juga. Aku rindu pelukkan ini. “mianhae, Aku tak ingin membuatmu khawatir! Kau sibuk dan Aku tak ingin mengganggu itu! Aku bisa mengatasinya!” sahutku lirih. “tapi kau membuatku hampir terkena serangan jantung! Sekarang kau membuatku khawatir!” balasnya. “mianhae, lain kali tak akan kuulangi!” ucapku menggenggam tanganya yang memelukku. “kau ingat? “Tao akan menjadi tempat bersandar untuk Hyun Jae kapanpun itu” itu janjiku! Jangan membuatku mengingkari janji!” Tao semakin erat memelukku.
21
“ne, Aku janji tak akan mengulanginya! Gomawo Kim Li Tao!” sahutku tersenyum menatapnya. Ia tersenyum dan mengecup keningku. Hal yang biasa dilAkukannya.
Tao menemaiku sampai pagi. Ia tidur disofa dekat tempat tidurku. Sementara Jung Mi, Taemin dan Luhan tidur diruang keluarga bersama, hanya karena Jung Mi merengek minta ditemani. Aku terbangun dengan perasaan agak tenang setelah semalam ditemani Tao hingga tertidur. Tubuhku sudah tak lagi panas. Meski masih sedikit lemas, tapi Aku memaksakan diri untuk bangun dan menyiapkan sarap untuk mereka.
Tao masih tidur ditempatnya. Aku menyelimutinya dan tersenyum melihat wajah blasteran Korea –Cinanya yang selama ini selalu membuatku tenang. Luhan, Taemin, dan Jung Mi juga masih terlelap dalam tidurnya. Kurasa mereka kelelahan setelah menghadapiku semalam. Aku ingin menyipakan sarapan yang lezat untuk mereka. “Luhan, Jung Mi, Taem, bangunlah! Aku sudah menyipakan sarapan untuk kalian!” ucapku membangunkan mereka satu persatu. Taemin terbangun dan menatapku. Aku tersenyum meyakinkannya bahawa Aku baik-baik saja. Ia bergegas membasuh wajahnya di wastafel kamar mandi. Luhan melakukan hal yang sama dengan Taemin setelah melihatku baik-baik saja. “eonni, kau sudah bangun? Mianhae Aku tidak menjagamu dengan baik!” ucap Jung Mi. “Aku yang minta maaf karena membuatmu tidur bersama dua orang namja menyebalkan itu,hahaha!” sahutku diikuti tawa Jung Mi dan teriakan Luhan dari kamar mandi, “Jung Mi-ah, kau yang menyebalkan membuat kami tidur
22
diluar!” teriaknya kesal. Jung Mi tersenyum. Aku meninggalkannya untuk membangunkan Tao. “Kim Li Tao..!” panggilku. Tao menggeliat dan memperbaiki posisi tidurnya. “Tao-nie bangunlah, Aku menyiapkan sup udang kesukaanmu! Gajja bagunlah!” Aku kembali membangunkannya. Ia menggeliat dan melihatku dengan matanya yang kecil. “Hyun Jae-ah, Aku mencintaimu!” ucapnya membuatku tersentak, dan ia kembali tertidur. Mwo? Aku tak sedang bermimpi kan? Tao sedang bermimpi apa? Kenapa mengucapkan kata-kata seperti itu? Aku terdiam sejenak, menenagkan hatiku dan mencoba membangunkannya lagi.
Akhirnya Aku menyerah membangunkan Tao. Namja ini memang selalu seperti ini. Susah untuk dibangunkan. Taemin datang dan melihatku menyerah pada Tao. Ia memabaangunkan Tao dengan memukul bokong Tao. Akhirnya Tao terbagun. Dan melihatku serta Taemin yang nyengir karena berhasil membangunkan sepupunya itu. “lain kali bangunkan dengan cara itu!” kata Taemin padaku sembari memperlihatkan wajah mengejek pada Tao. “jangan tiru namja ini! Taem kau memberi contoh buruk!” sahut tao kesal. Ia segera bangun dan menuju kamar mandi.
Sarapan beralangsung dengan ceria pagi ini. Kuaharap kejadian semalam tak akan terulang lagi selama mereka ada disini. Aku tak ingin merusak Liburan mereka. Aku menemani mereka berkeliling setelah sarapan.
23
Esok pagi mereka harus kembali ke Seoul untuk melakukan aktivitas masingmasing seperti biasanya.
Esok paginya. “segera beritahu Aku jika terjadi sesuatu seperti itu lagi!” perintah Tao padaku saat Aku mengantar mereka menuju bandara pagi ini. Aku tersenyum mengiyakan. “eonni. Kau harus segera kembali ke Seoul, Eomma sangat merindukanmu!” Jung Mi memelukku. “ne, akan kuusahakan, sampaikan salamku pada Lee Ahumma, Aku juga merindukannya!” sahutku membalas pelukkannya. “noona, jaga dirimu!” Luhan menyalamiku dan memberiku senyuman perpisahannya. Aku mengangguk mengiyakan. “jika ku tak bisa menjaga diri, Aku akan segera meminta appa membawamu pulang ke Seoul! Arra?” Taemin mengancamku dengan Lembut dan memelukku. “ne, captain!” sahutku membalasnya.
Terakhir Aku menerima pelukan perpisahan dari Tao. Pelukan ini akan menjagAku dari ketakutanku. Setelah mengantarkan mereka menuju ruang tunggu, Aku kembali kerumah dengan perasaan lega karena mereka menikmati liburan di Tokyo.
24
4 bulan Sejak kepulangan Tao ke Seoul, entah mengapa Aku kembali memikirkan ucapnya saat itu. Aku tak yakin ia mengigau, karena matanya tepat melihat kemataku. Namun Aku juga tak yakin ia benar-benar mengucapkan itu dengan sungguh-sungguh, mengingat Tao adalah sahabatku sejak kecil. Belakangan Aku sering melalum memikirkan hal itu. Ditambah lagi Tao mulai lebih sering memantau keadaAku. Membuatnya mengetahui apa saja yang terjadi padaku, melebihi namjachinguku, Kyuhyun oppa.
Tiba-tiba ponselku berdering. Aku mencari-cari ponselku didalam tas. Kulihat layar ponsel, ternyata Lee Ahjussi menelponku. “yeoboseyo? Annyeonghaseyo ahjussi!” sahutku.
.... “ah? Kembali ke Seoul? Secepatnya? Ada apa? Apa terjadi sesuatu pada Taemin?” lanjutku. “....” “ah ne, arraseo ajhussi!” ucapku setelah itu ahjussi menutup teleponnya.
Aku mengambil penerbangan siang menuju Seoul, karena Aku harus mengurus izinku terlebih dahulu di kampus. Hal penting apa yang ingi dibicarakan Lee ahjussi dan ahujmma hingga memintAku segera kembali ke Seoul? Sangat penting kurasa.
Tak biasanya Aku kembali ke Seoul tanpa jemputan. Biasanya entah itu Tao, Taemin ataupun Jung Mi akan datang menjemputku. Ahh,,mungkin
25
saja mereka sedang sibuk dengan kegiatan masing masing. Aku mengambil cuti selama seminggu, karena kupikir ada hal yang sangat penting yang ingin dibicarkan ahjussi dan ahjumma.
Hampir dua tahun akau tak kembali ke Seoul, kota kelahiranku ini berubah banyak. Aku bahkan sedikit kesulitan mengenali jalan yang menuju rumah ahjussi. Untung saja sopir taxi yang mengantarku mengenal dengan benar daerah-daerah di Seoul. Kota ini menjadi sangat padat. Banyak gedung-gedung baru yang terlihat mewah. “Agassi, rumah anda yang mana?” sopir Taxi mengejutkanku yang tengah menikmati pemandangan baru kota Seoul. “ahh,,itu, yang nomor 09, anda bisa melihatnya?” jawabku sembari menunjuk kearah rumah mewah yang selama 22 tahun ku tempati.
Sopir taxi itu mengangguk dan segera mengarahkan mobilnya menuju rumah Lee ahjussi. Setelah membayar, taxi itu segera pergi. Aku berdiri sejenak, memandangi bel dipintu gerbang, dan segera memencetnya setelah yakin.
Tak seberapa lama, seorang wanita paruh baya yang ku kenal membuka pintu gerbang untukku. “agassi?” ucapnya sedikit terkejut karena melihatku, namun segera membantuku membawa koper yang kubawa.
26
"ahjumma, kenapa terkejut begitu melihatku?" godaku pada pembantu rumah tangga keluarga Lee yang selalu baik padaku.
"ahh,,annio, ehmm,,mianhae agassi, ahjumma tidak tau kau akan pulang hari ini, jadi ahjumma belum sempat membersihkan kamarmu." sahutnya terdengar bersalah.
"ahh,,gwaenchana ahjumma, Aku kan bisa menaruh barang2ku di kamar Jung Mi atau di kamar tamu, lagi pula Aku akan segera pergi menemui ahjumma, jadi anda ahjumma bisa membersihkan kamarku selagi Aku pergi!"ucapku tersenyum. ia segera membantuku membawa koper masuk kedalam rumah.
Ahh,,seperti biasa rumah ini selalu sepi pada jam-jam seperti ini. Lee ahjussi sudah pasti sedang ada dikantor, ahjumma pasti sibuk mengurus butik yang hampir 6 tahun dikelolanya, Jung Mi, sudah pasti masih ada di sekolahnya, dan kedua namja itu,,mereka memang jarang dirumah sejak menjadi artis.
Kulirik jam tangan hadiah Kyuhyun Oppa, dan jam makan siang tinggal setengah jam lagi. Aku bergegas untuk menemui Lee ahjumma di buti miliknya. "agassi, apa ahjumma perlu menyiapkan makan siang untukmu?"Ahjumma menawarkan membuat makan siang untukku.
"tidak perlu ahjumma, Aku akan ke butik Eomma sekarang!" ucapkku, dan segera pergi.
Tak perlu menunggu lama untuk mencari taxi disekitar perumahan ini, karena banyak taxi yang berlalu-lalang. dengan segera Aku sampai di Butik milik Lee
27
ahjumma, yang juga kupanggil Eomma. Butik itu tampak tak begitu ramai, mungkin karena sedang jam makan siang. Aku membuka pintau dan segera disambut oleh seorang pelayan butik itu.
"permisi, ada yang bisa saya bantu, agassi?" ucapnya sedikit curiga karena Aku masih mencari-cari sosokl Lee ahjumma.
"apa Ny. Lee ada?" sahutku melihat kearahnya. Ia terdiam sejenak.
"Hyo Ra, kenapa membiarkan tamu kebingungan seperti itu!" tiba-tiba terdengar suara yang sangat familiar ditelingAku.
"annyeonghaseyo Ny. Lee!" sahutku begitu yakin wanita paruh baya yang masih sangat cantik ini adalah Eomma anggkatku.
"ahh,,Jae-ah?!" serunya seraya berjalan kerahku dan segera merangkulku. "sudah lama sekali Eomma tak melihatmu! apa kabar Chagiya?" ucapnya melepas pelukannya.
"Aku baik, Eomma?'' sahutku meraih lengannya dan mengajaknya berjalan keluar cafe.
"tentu Eomma baik, lihat Eomma sehat kan?" sahutnya seraya menatapku. "Eomma pikir kau akan pulang minggu depan setelah Appa menelponmu!" lanjutnya.
"ehh??kupikir sangat mendesak, jadi kuputuskan pulang secepatnya!" sahutku merasa bodoh.
28
"anniyo, baguslah kau pulang cepat, Eomma rindu padamu chagi!" ucapnya seraya duduk disebuah restoran Jepang dekat butik.
"apa terjadi sesuatu sehingga Ahjussi memintAku pulang secepatnya?" ucapku. Aku masih belum bisa memanggil Lee Ahjussi dengan sebutan Appa, mungkin karena Aku tak terlalu dekat dengan Ahjussi.
"tidak ada, kami hanya ingin menghabiskan natal denganmu!" sahut Eomma datar. (mian, anggap aja 4 bulan kmudian itu udah natal! hee,,males mikirin musim2 sgala!,,heee #author babo#)
"mwo?? memintAku pulang secepatnya hanya karena ingin menghabiskan Natal denganku? kupikir ada hal mendesak!" ucapku manyun.
"itu karena jika tak kami buat kau berpikir ada hal penting, sekuat apapun Eomma memintamu kembali ke Seou, kau pasti akan menolak!" Eomma merengkuh pipiki dengan tangan kirinya.
"mianhae Eomma, Aku hanya merasa sedikit melupakan hak itu selama di Jepang! jeongmal mianhae!" Aku menyesal mendengar bahwa selama ini Aku telah banyak merepotkan keluarga ini, tapi malah jarang menghabiskan waktu bersama mereka, keluarga baruku.
Aku meniggalkan Eomma di butik dan menuju sekolah Jung Mi. Aku ingin memberinya Sureprise! dan benar, setelah menunggu agak lama, terlihat sosok Jung Mi berjalan diantara kerumunan remaja-remaja seusianya. mungkin karena mengenali Mobil milik Eomma yang ku pakai, Jung Mi segera mendekati mobil merah terang yang kukendarai.
29
"tumben Eomma menjemputku!" ucapnya masuk kemobil tanpa memperhatikanku. I terkejut saat melemparkan tasnya ke kursi belakang dan melihatku duduk di belakang kemudi.
"Eonni?! sedang apa kau disini? ehh anni, kapan kau kembali?" serunya terkejut dan tersandar di pintu mobil yang tertutup.
"eotthe? apa Eonni berhasi memberi kejutan?" sahutku tersenyum jahil. kupikir jika Aku seperti ini, Aku sangat mirip Kyuhyun oppa. "NE! KAU BENAR-BENAR MEMBUATKU TERKEJUT SETENGAH MATI!" teriaknya karena kesal Aku berhasil menggodanya.
"tapi eonni? kenapa kau disini! kapan kau kembali?" kata Jung Mi memperbaiki posisi duduknya setelah mobil berjalan agak jauh.
"Aku baru tiba 3 jam yang lalu! kenapa Aku disini? Nado Molla!" sahutku datar.
Jung Mi terlihat bingung dengan jawabanku. tapi ia tak berniat bertanya. sepertinya ia lelah. tanpa perduli Aku baru kembali, ia langsung tidur begitu saja di mobil. sesampai dirumah, Aku tak tega membangunkan Jung Mi, karena ia terlihat sangat lelah. Aku membiarkannya dimobil sebentar, sementara Aku memanggil Ahjumma untuk membantuku membawa Jung Mi ke kamarnya.
"auuuuu!!!" tiba-tiba terdengar teriakan seorang namja dari dalam rumah, saat Aku membuka pintu. "kya, hati-hati membuka pintu, Jung Mi-ah! kau membuat kepala Oppa terbentur pintu!" teriak Taemin meringis kesakitan tanpa memperhatikanku.
30
"ahh,,Mianhae Taemin-ah, kupikir tak ada orang!" sahutku mendekatinya dan memeriksa keningnya.
"kya Kau memanggilku apa??" sahutnya kesal dan terkejut melihatku, sama seperti Eomma dan Jung Mi. "Hyun Jae-ah?" pekiknya terkejut.
"Taemin-ah Mian! Aku tak tau kau disitu!" ucapku sebelum Taemin sempat tersadar dari keterkejutannya. "lagi pula sedang apa kau dibalik pintu?" Aku bertanya sembari melihat keningnya uang tampak memerah.
"kya! yang harusnya bertanya Aku! sedang apa kau disini? kapan kau kembali? dan kenapa kau diluar tanpa baju hangat seperti itu?" kata Taemin menjejaliku dengan pertanyaan pertanyaan tanpa memberiku kesempatan menjawab.
"Arraseo arraseo! akan kujelaskan nanti, sekarang bantu Aku membawa Jung Mi ke kamarnya!" Aku menariknya ke Mobil.
Setelah membawa Jung Mi ke kamar, Aku dan Taemin duduk di ruangan antara kamar Taemin, Jung Mi, Aku dan Tao. ia masih menatapku kesal. entah karena Aku membuat keningnya memrah dan sakit atau karena Aku membuatnya terkejut, sama seperti yang lain.
"geure! sekarang Jelaskan!SEMUANYA!" ucapnya kesal sembari mengolesi keningnya yang sakit dengan obat yang berikan.
31
"arraseo!! Aku disini karena Ahjussi memintAku! Aku datang siang tadi! dan soal pakaianku, tadi kugunakan untuk menyelimuti Jung Mi, sementara Aku memanggil Ahjumma, dan ternyata kau yang keluar!" sahutku panjang lebar.
Ia mengangguk seperti mengerti. "lalu, apa Tao dan Kyuhyun Hyung tau kau disini?" lanjutnya setelah puas mencerna kata-katAku tadi. Aku menggeleng. ia terlihat heran.
"Ahjussi memintAku segera kembali kesini, jadi Aku belum sempat memberitahu mereka, maupun Kau, Eomma dan Jung Mi." sahutku menempelkan plester di luka kecil dikeningnya.
"ahh,,arraseo! jadi apa rencanamu sekarang?" balasnya membenarkan posisi duduknya.
"molla! Aku tidak punya rencana sama sekali!" jawabku datar berjalan mengambil sepotong kur kering dari atas meja.
"kajja, ikut Aku ke Studio! Aku akan rekaman lagu untuk album natal bersama Tao dan Luhan!" ia berdiri dan mengambil baju hangatnya.
"changkaman! Aku harus membawa mobil Eomma kembali ke butik, kalau tidak eomma tak bisa pulang!" jelasku. ia menggeleng.
"nanti saja App yang menjemputnya!" jawab Taemin seraya memberiku jas merah panjang yang kugunakan tadi. "dan pakai Syalmu! Aku tak mau kau masuk angin!" Lanjut Taemin. ini pertama kalinya ia sangat perhatian padaku saat tak ada Tao. biasanya ia hanya cuek saja.
32
Aku baru sadar cuaca Seoul ternyata dingin. mungkin karena sudah mulai menjelang malam. Aku memandangi jalanan kota Seoul disenja hari. terasa berbeda dengan Tokyo. Aku memang merindukan kota ini, tapi ketakutanku masih sangat besar.
"ahh,,Aku lupa memberitahu Eomma Aku pergi dengamu!" desahku lemas. Taemin melirikku.
"kau punya Ponse! telpon saja Eomma!" sahutnya masih berkonsentrasi mengemudikan mobil silver metalic yang cukup mewah itu.
setalah mendapat persetujuan Eomma, Taemin mengajakku masuk kedalm gedung mewah milik sebuah perusahaan Entertainment ternama. Aku memperhatikan setiap hal yang ada di gedung ini. termasuk beberapa poster Kyuhyun oppa dan Boybandnya, Tao Taemin Luhan, juga beberapa artis lain yang hanya kukenal sekilas.
"Lui, mana Tao!" Taemin berteriak memanggil Luhan yang berdiri tak jauh dari kami. ia menoleh melihat kami, dan segera menghampiri kami.
"noona?? kau disisini?" Luha juga terliahat terkejut, tapi tak seterkejut Taemin dan Jung Mi. Aku mengangguk dan tersenyum.
"sepertinya kau akan menghabiskan Natal disini! ahh,,Aku senang kau disini noona!" lanjutnya. Aku tersenyum.
Tiba-tiba seseorang merangkulku dari belakang. Aku kenal pelukkan ini. pelukan yang sangat menenangkan itu. Aku tak menoleh, tapi membiarkan,
33
rasanya 4 bulan cukup lama untuk membuatku merindukan pelukkan sahabatku, Tao. Rasanya Aku tak ingin segera melepaskan pelukkan ini.
"Na bogoshippo! diam saja begini sebentar saja!" Tao berbisik ditelingAku. membuatku terpatung. Kata-katanya, entahlah, membuatku senang.
"nado bogoshippo! sangat merindukanmu!"batinku.
Ini pertama kalinya Aku dan Tao berpelukan didepan umum, yan bisa dikatakan begitu, karena bukan hanya Taemin dan Luhan yang melihat, tapi banyak staff lain juga. Aku rasanya enggan melepaskan pelukan yang selalu menenangkanku. Bahkan disaat namjachinguku, Kyuhyun Opp berdiri terpAku, terkejut melihatku berpelukan dengan Tao, sahabatku, dan sabahatnya. Yang selama ini tak pernah dilihatnya berpelukan semesra ini. Aku meras bersalah, tapi Aku juga tak mampu melepaskan pelukan Tao yang kurindukan.
Aku hanya terpAku ditempatku, dengan air mata yang tanpa sadar menetes, melihat kekecewaan pada raut wajah Kyuhyun oppa, yang berbalik pergi meninggalkanku dengan rasa bersalah yang tak mampu kujelaskan. Akankah Aku mampu menjelaskan semuanya pada Kyuhyun oppa? akankan ia mengerti semuanya? bisakah ia menerimanya? atau bisakah Aku menerima kenyataan Aku menyakiti orang yang sangat kucintai?
"OPPA MIANHAE! JEONGMAL MINAHAE!" batinku disela-sela tetesan air mataku.
34
Aku terpAku. bahkan saat Tao melepaskan pelukannya dan berdiri disampingku Aku tetap mematung. Bayangan langkah kecewa Kyuhyun Oppa masih nampak dipelupuk mataku. Seperti melihat kilat putih yang membekas dimataku, raut wajah kecewanya masih membekas.
"Jae-ah, waeyo?" kudengar suara Tao, tapi Aku enggan menjawab. Aku terlalu lelah untuk memikirkan jawabannya.
"Hyun Jae-ah, wae geure? wajahmu pucat!" Tao kembali bertanya, dan kali ini Aku berusaha terdengar santai, meski ditelingAku sendiri, suaraku terdengar parau.
"gwaenchana, mungkin karena kau memelukku terlalu erat!" sahutku memaksakan diri tersenyum.
Seseorang terdengar memanggil nama mereka, ketika Tao hendak menyanggah kata-katAku. kurasa rekaman akan segera dimulai, Aku meminta mereka segera pergi.
"baiklah, kami tinggal kau disini, mungkin kami cukup lama, jadi jika kau bosan, pergilah temui Kyuhyun Hyung, tadi kuliahat ia diruang music!" Tao menjelaskan sembari memegang pundakku. Aku membalas tatapannya yang selalu terlihat khawatir saat harus meninggalkan Aku sendirian.
"arraseo, pergilah!" ucapku, kemudian mereka melangkah pergi meninggalkan Aku dengan pikiran kacau.
35
Mungkin karena pikiranku terlalu kacau dan hatiku terlalu sedih, hingga Aku tak sadar mereka bertiga telah menyelesaikan rekaman dan menemukanku masih duduk di depan ruangan itu.
"kau masih disini? selama 3 jam? whoaahhh,,daebakk!" Taemin menggodaku.
"noona, kau tak bosan menunggu Tao hyung dan Taemin Hyung sendirian seperti ini? kalau Aku, pasti Aku sudah berubah menjadi batu!" Luhan ikut menggodaku. Aku menggeleng, tapi senyum yang kubuat terasa pahit dibibirku sendiri. Tao tiba-tiba menarikku, dan mengajakku berjalan bersamanya.
"kau kenapa? Aku mengenalmu dengan sangat baik, kau sedang ada masalah?" ucap Tao masih menggenggam tanganku.
"gwaencahana, Aku hanya.."belum sempat Aku menyelesaikan kata-katAku, tiba-tiba sosok Kyuhyun oppa berjalan tak jauh dari tempat kami berdiri. Kontan mataku menatap kearahnya,diikuti suara Tao yang memanggil namanya.
"Hyung!" Teriak Tao dari tempat kami berdiri. Kyuhyun oppa melihat kearah kami, dan raut wajahnya berubah saat melihatku. Aku tak berani menatapnya, Aku tertunduk.
Sosoknya tak lama berdiri didepanku. Aku masih membisu. Aku binggung harus apa. terlalu banyak hal yang berkecamuk diotakku. loncatan-loncatan impuls terlalu kacau untuk otak kecilku yang malang.
36
"Jae-ah, mian kutinggal kau dengan Hyung, Aku harus menemui managerku sebentar, soal tadi, nanti saja ceritakan padaku!" Tao kemudian meninggalkanku dan Kyuhyun oppa berdua, dalam keheninggan. Tanpa diminta Aku mengikutinya berjalan menuju sebuat balkon.
Keheningan diantara kami tak kunjung hilang. Aku bahkan merasa suasana ini semakin mencekam. Aku berpikir, berpikir dan berpikir, hingga kuputuskan memecah keheningan diantara kami.
"oppa.." ucapku. ia tak menjawab, melihatku pun tidak.
"kau marah padaku, Aku tau itu, mianhae!" lanjutku. Kali ini ia hanya berjalan mendekati pagar balkon, tanpa mengeluarkan sepatah katapun.
"oppa, itu tak seperti yang kau kira, Tao tidak salah, jangan marah padanya, Aku hanya.." Aku tak sempat melanjutkan kata-katAku, karena Kyuhyun oppa menatapku tajam dan pergi meninggalkanku begitu saja. Aku terpAku, terlalu kaget untuk berkomentar dan memanggil namanya.
Inikah akhir? Aku harus menjelaskan pada Kyuhyun oppa. Aku berlari mengejarnya, tapi Taemin menghalangiku.
"wae? kau mengejar siapa?" Taemin menahan tangan kiriku.
Aku yang tak ingin membuat masalah ini lebih rumit lagi, memilih diam. Aku melapas tangan Taemin dan berjalan meninggalkannya. Selama perjalanan pulang Aku hanya diam dan mencoba menutup mataku sejenak.
37
"kau tidur?"suara Tao terdengar khawatir. Aku memilih diam, membuatnya percaya Aku tertidur. Ia diam, hanya suara Gameboy Taemin yang memecah kesunyian.
"kemana saja kalian membawa Hyun Jae pergi?" suara Eomma terdengar agak keras kali ini, Aku tak tau itu karena Eomma marah, atau mungkin telingAku yang sedikit sensitiv.
"Eomma, Aku hanya menemani mereka rekaman, mereka tak salah, Aku yang salah!" Aku mencoba membela Taemin dan Tao.
"baiklah, apa kalian sudah makan? sebaiknya kalian segera makan dan istirahat!" Eomma mendorong pelan kami bertiga.
Aku tak bernafsu. bayangan Kyuhyun oppa yang marah mengganggu otakku. makanan ini hanya kupandangi dan kurasakan tatapan semua orang padaku.
"kau tak suka masakan korea lagi?" Taemin melihat curiga kearahku. Aku menggeleng.
"mianhae, Aku sangat lelah hari ini, bisakah Aku istirahat duluan?"tanpa menunggu jawaban, Aku meninggalkan Tao dn Taemin yang sedang makan. Eomma yang duduk menonton TV bersama Jung Min memanggilku untuk bergabung, tapi kutolak dengan halus.Aku tak kuat menerima banyak hal lagi hari ini.
38
Aku merebahkan diri ditempat tidur. Tak mencoba untuk tidur ataupun terjaga. Aku menatap boneka Hamster kecil yang biasa kupeluk, Hadiah dari Kyuhyun Oppa. pikiranku melayang. Seseorang memasuki kamarku, kubiarkan. Aku enggan bertemu siapapun. Aku hanya perlu dengan diriku sendiri. masalah yang kubuat sendiri hari ini. hari pertamAku menginjakkan kaki di tanah kelahiranku, hari dimana Aku merusak kejutan bahagia yang harusnya kubuat untuk namjachinguku, Kyuhyun oppa.Hari dimana kejutan itu berubah menjadi hal buruk. Bukan salah Tao memelukku. Bukan juga salah Kyuhyun oppa melihatku dan Tao berpelukkan. Bukan salahku membiarkan Tao memlukku. Tapi semua ini salah hatiku yang tak bisa melepaskan diri dari ketergantungan akan pelukan menenangkan Tao, pelukan yang tak pernah diberikan namjachinguku sendiri,
Meski begitu, Aku tak bisa mencintai Tao seperti Aku mencintai Kyuhyun oppa. Dan juga Aku tak bisa mengubah posisi Kyuhyun oppa menjadi posisi Tao. Aku membutuhkan mereka berdua. Aku memiliki jenis perasaan yang berbeda pada keduanya. tapi perasaan itu justru menyakiti Kyuhyun oppa. Apa yang harus kulAkukan? Seandainya saja mereka tak pernah ada..Seandainya saja hanya ada Kyuhyun oppa atau hanya Tao saja.. Seandainya Kejadian burk dimasalaluku tak pernah terjadi.. Tapi jika semuanya tak pernah ada.. Apa yang akan terjadi padaku hari ini?
"Kau menangis lagi?" suara yang kukenal, selalu mengangguku, selalu membuatku ceria, suara sahabatku, saudara angkatku, oppa bagiku.
39
Aku yang tak kuat menahan air mataku untuk tak keluar, namun gagal. Aku yang ternyata kusadari perlu orang lain untuk berbagi masalahku ini. Aku bangun dan menghambur kearah Taemin.
"Taemin-ah, Aku ingin kembali saja ke Jepang!" ucapku disela tangis. Taemin terdiam antara mengerti atau bingung. tapi ia hanya membiarkanku memeluknya, membiarkanku memperoleh sedikit ketenangan.
"baiklah, tapi sebaiknya kau pikirkan saja dulu, mungkin kau terlalu lelah! Tidurlah uri Dongsaeng!" suara Taemin terdengar menyenangkan malam ini.
Aku tak tau kapan Aku tertidur, yang jelas Aku bangun pagi ini dengan tubuh masih berselimut, dan disampingku sudah ada segelas susu dan roti tanpa selai, kesukaanku. Aku bangun dan melihat sekeliling, tapi tak ada siapa-siapa dikamarku. Tirai kamarku terbuka sedikit membiarkan sinar matahari pagi yang berselimut salju mencoba masuk ke kamarku.
Kulangkahkan kakiku menuju wastafel, sembari mengingat apa saja yang masih bisa kuingat. Kutatap wajahku dicermin, kusut, itu yang bisa Aku simpulkan. “Aku harus menjelaskan semuanya pada Kyuhyun oppa! HARUS!” batinku.
Kuteguk susu yang entah siapa yang menyiapkannya. Aku masih belum bernafsu untuk makan, bahkan meski hanya roti. Tapi perutku berkata lain, mungkin karena kemarin Aku tak makan malam, pagi ini perutku terus
40
saja bersenandung. Menyebalkan. Aku terpaksa mengambik sepotong roti tawar kesukaanku. “oh, eonni sudah bangun?!” Jung Mi masuk tanpa mengetuk pintu kamarku, dan itu biasa. “eh? Ah ne,kau juga sudah bangun rupanya.”jawabku datar. “apa kau merasa lebih baik? Semalam kau tidak makan sama sekali!” ucapnya berjalan mendekatiku, “kudengar dari Taem oppa, kau lelah karena perjalanan dari Jepang dan tidak istirahat setelahnya!”lanjut Jung Mi.
Aku tersenyum, dan mengiyakan. Syukurlah Taemin tak mengatakan Aku menangis semalam. Sepertinya pagi ini Aku tak mendengar suara Taemin ataupun Tao. Mungkin mereka langsung kembali ke Dorm setelah makan malam. “Jung Mi-ah, kau tidak ke sekolah?” Aku teringat pada sekolah Jung Mi. “tentu saja eonni, Aku hanya ingin melihatmu sebentar, lalu bersiap!”sahutnya seraya berjalan meninggalkan kamarku.
Hari ini semua orang sibuk dengan kegiatan masing-masing. Aku tau Aku akan sendiri hari ini. Aku tak mungkin meminta Eomma tak datang ke butik, karena menjelang natal seperti ini butik akan jadi sangat ramai.
Setelah mengantar Eomma dan Jung Mi yang akan ketujuan masingmasing Aku duduk di taman samping rumah. Taman ini mengingatkanku pada Taemin. Ia selalu ingin memiliki sebuah taman dirumahnya, sehingga
41
begitu ia debut menjadi seorang artis, tanpa menunggu apapun lagi, ia langung menyewa seorang desainer taman untuk membuatnya. Meski tak sedekat Aku dan Tao, Taemin tetap saja orang pertama yang mengetahui kedaanku dulu, saat pertama kali menginjakkan kaki dirumah ini.
Taemin yang melihatku dengan baju terkena darah dari Eonniku. Ia yang mengetahui raut wajah ketakutanku. Meski begitu, ia tak pernah sangat perhatian padaku layaknya Tao. Ia selalu menjadi orang kedua yang mengkhawatirkanku, setelah Tao. Ia seolah berdiri dibelakang Tao, dan menjadi orang yang seolah tak perduli padaku. Namun Aku tau, hatinya tak pernah tega meihatku sakit, melihatku menangis. Seperti semalam. Bukan Tao, atau Jung Mi, atau Eomma yang datang melihatku dikamar. Tapi Taemin. Ia yang datang memberikan bahunya untuk kubasahi dengan airmataku. Aku bersyukur karena Taemin bukan Tao yang selalu mengkhawatirkanku, yang selalu tau keadaanku. Aku juga bersyukur karena ia bukan Kyuhyun oppa, namjachingu yang selalu memperhatikanku, meski saat Aku jauh di Jepang. Aku bersyukur karena Taemin hanya saudara angkatku yang bisa menjadi tempat bersandarku, saat Aku lelah.
Meski salju turun pagi ini, tapi rumah ini terlihat indah berselimut putih seperti ini. Tiba-tiba saja, entah dari mana pikiran itu datang. Tapi Aku ingin melihat rumahku dulu. Rumah dimana Aku menyaksikan setiap kejadian yang melukai kepribadianku.
Aku berjalan ragu. Rumah itu tak jauh dari rumah Lee Ahujussi. Tapi Aku selalu menolak melihat tempat ini, sejak hari itu. Bahkan diawal Aku bisa pingsan hanya karena Taemin menggodaku dengan mengatakan akan membawaku ke taman melewati jalan didepan rumah itu. Entahlah, Aku baru sadar Aku memiliki trauma seburuk itu. Aku semakin mendekati rumah itu.
42
Beberapa gambaran kejadian itu muncul. Aku baru saja hendak kembali karena tubuhku sudah gemetar, namun seseorang memegang tanganku. “mwohaneungeoya?” Tao tiba-tiba muncul dan menarikku. Aku menatapnya. Entah tatapan seperti apa yang dilihat Tao, namun ia kontan memelukku. “mwohaneungeoya?neo paboya?” ucapnya sembari masih memelukku. “mollaseo!Aku tak tau kenapa Aku datang kesini!”sahutku lemah, tubuhku berkeringat.
Tao mengantarku pulang. Aku melihatnya sekilas. Ia terlihat sangat khawatir. Aku merasa bersalah padanya. Aku tak bisa menjelaskan pada Tao bahwa Aku datang kerumah itu hanya ingin mengatasi rasa takutku. Aku tak ingin membuatnya terus menerus khawatir padaku, dan mungkin ini terlalu jahat untuk kupikirkan, tapi Aku ingin bisa terlapas dari Tao, demi bisa kembali pada Kyuhyun oppa. “jebal jangan seperti itu lagi, Aku tak mau terjadi sesuatu yang buruk padamu!” Tao melihat kearahku sembari tetap menggenggam tanganku. “mianhae, tapi bagaimana kau tau Aku ada disana?” sahutku berjalan pelan disampinganya. “entahlah, saat Aku pulang, kata Ahjumm kau keluar tanpa menjawab pertanyaannya, jadi kupikir kau sedang melamun, dan entahlah, hatiku berkata kau datang kerumah itu!” ucapnya panjang lebar. “ahh,,tapi kau tak latihan? Kupikir kau kembali ke dorm semalam!” jawabku, memikirkan jawaban Tao tadi.
43
“Aku kembali hanya untuk mengambil beberapa barang, sebentar lagi kan Natal, jadi au dapat waktu liburanku selama 4 hari?” sahutnya terdengar senang, “wae? Kau rindu padaku karena semalam kau cuek padaku?” lanjutnya membuatku salah tingakah dan merada bersalah. “ahh,,jinja mian Tao-ah, semalam Aku hanya...”Aku berhenti, memikirkan kata yang tepat untuk membuat Tao tak salah paham. “Aku hanya bertengkar kecil dengan Oppa!” lanjutku setelah menemukan kata-kata yang tepat. “heh?kau bertengkar dengan Hyung? Ini pertama kalinya kudengar! Ada apa?” tanya Tao.
Kami duduk di taman milik Taemin. Salju yang mulai turun dan menyelimuti taman hijau Taemin, berubah menjadi putih. Aku menceritakan bagaiman Kyuhyun oppa bisa salah paham dan marah padaku. Aku hendak menjelaskan, namun Ia menolak mendengarkan penjelasanku. Semuanya kuceritakan pada Tao, keculai tentang perasaanku yang tak bisa jauh dari Tao. Tentu saja, Aku tak ingin memberitahu Tao dan membuatnya juga marah padaku seperti Oppa. “sebaiknya Aku menemuinya, dan menjelaskan semuanya pada Hyung!” Tao beranjak begitu Aku selesai bercerita. Aku menahannya. “biar Aku saja yang menjelaskan pada Oppa, Aku tak ingin melibatkanmu, Jebal!” ucapku, menggenggam tangannya.
44
“arasseo, tapi beritahu akau jika Hyung masih marah padamu!” lanjutnya. Aku mengangguk dan mengajaknya masuk kedalam karena cuaca mulai semakin dingin.
Taemin terlihat sedang duduk menonton TV, saat Aku dan Tao masuk. Ia beranjak dari duduknya ketika melihatku. “darimana kau dalam cuaca sedingin ini?” Taemin menghampiriku dan Tao, sembari melempar remote TV yang tadi dipengangnya. “Aku hanya jalan-jalan! Aku bosan dirumah sendirian!” sahutku berjalan melewatinya menuju dapur. “kau jalan-jalan tapi wajahmu pucat, kau di kejar anjing lagi seperti waktu itu?” lagi-lagi menggodaku. Dasar Michin Taem. ”Ne! Aku dikejar anjing! Puas?!” jawabku melempar sebuah bantal padanya. “kya! Neo!” teriaknya lalu berlari kecil mengejarku. Aku berlindung dibalik tubuh Tao. “Neo! Jangan bersembunyi dibalik Tao! Awa kau ya!” ucapnya masih berusaha meraihku. Tubuh Tao ikut berputar mengikuti arah tanganku menariknya. “Tao-ah, kau lihat Taem selalu mengangguku!” ucapku dengan penuh Aegyo. “sudahlah Taem, kau membuatnya lelah. Dia baru saja mengalami kejadian buruk!” kata tao membuat Taemin berhenti mengejarku.
45
“buruk? Ada apa?” Taemin berdiri di depa Tao sementara Aku mematung terkejut. Aku sedikit kesal pada Tao karena hampir memberitahu Taemin tentang kejadian didepan rumahku yang lama tadi. “Geogjeongma! Aku baik-baik saja, Tao berbohong agar kau berhenti mengejarku, hahaha..” ucapku mencari alasan agar Taemin tak khawatir. Cukup Tao yang kubuat Khawatir, Aku tak mau menambah beban bagi Taemin. Tao saja sudah membuatku merasa berdosa, apalagi Taemin, Oh tidak, terima Kasih! “jinja? Kau tak berbohong kan?” tanya Taemin memaksAku, tapi segera kuyakinkan. “ayolah Taem, kau tak lelah mengejarku terus? Aku lihat Tao lelah melindungiku darimu.” Ucapku berlindung dibalik bahu Tao, “Jebal, berhentilah mengejarku, sebaiknya kita makan siang saja!” ucapku karena Taemin terus-terusan mencoba menangkapku untuk disiksanya. “Geure! Hyun Jae benar, Aku juga sudah lapar!” kata tao meninggalkanku berhadapan dengan Taemin begitu saja.
Tentu saja ini menjadi kesempatan bagi Taemin. Secepat kilat ia menangkapku dan mengelitikiku. Itu membuat perutku sakit dan tertawa. Ia terus saja melakukan itu hingga Tao datang dan menyeret kami berdua seperti anak kecil. “ayo makan! Kalian ini membuatku terlihat seperti raja mafia yang menyeret anak buahnya!” gerutu Tao. Kami berdua hanya tertawa. Entah
46
menertawakan Tao ato diri kami sendiri. Tapi hari ini aki bisa melupakan masalahku dengan Kyuhyun oppa, berkat mereka berdua. Tao-ah..Taeminah,,,Gomawo, jeongmal Gomawo!
Hari ini Aku menunggu Kyuhyun oppa di taman tempat biasa kami bermain dulu. Setelah berpikir 2 hari, Aku meminta oppa meluangkan waktunya bertemu denganku. Aku ingin menjelaskan semua. Aku sangat berharap Kyuhyun oppa bisa mengerti. Aku tau saat itu ia sedang benarbernar marah. Jadi kupikir wajar saja ia meninggalkanku begitu saja. “Kuharap hubungan kalian baik-baik saja!” ucap Tao saat mengantarku ke taman ini.
Tak sengaja kuperhatikan dia. Tao terlihat sedikit gelisah. Raut wajahnya juga berbeda saat mengatakan itu. Ia seperti telah mengatakan sesuatu yang salah padaku. Tapi Aku tak ingin berpikiran macam_macam. Kutinggalkan Tao yang masih berdiri melihatku. Sesekali kulihat ia sembari melambaikan tanganku. Ia tersenyum dan membiarkanku menghilang dari pandangannya.
"Kau sedang melamunkan apa?" Seseorang mengejutkanku.
"Oppa.." Ucapku tertahan. Tak biasanya Aku tidak mengenali suara namjachinguku. Biasanya meski tertidur sekalipun, Aku akan terbangun begitu mendengar suaranya yang merdu itu.
"Kapan oppa datang?" Ucapku mengalihkan pembicaraan.
"Aku sedari tadi disini, tapi kau terlalu sibuk melamun!" Sahutnya duduk disebelahku.
47
Aku terdiam. Sikapnya padaku masih seperti biasa meskipun beberapa hari ini ia tak pernah menghubungiku.
"Kau mau jalan-jalan denganku?" Ajaknya tanpa melihatku.
Tanpa menjawab Aku bangun dari dudukku dan berdiri sedikit membelakanginya. Aku bingung, harusnya Aku tak bersikap seperti ini padanya.
Kami berjalan berdua menyusuri danau buatan di taman itu. Anak-anak kecil asik bermain disisi danau yang membeku bersama orang tuanya. Beberapa remaja juga sibuk dengan teman-teman dan kekasih mereka. Aku iri.
"Mianhae, seharusnya oppa tak bersikap dingin padamu saat itu!" Oppa memecah keheningan diantara kami. Dan Aku sadar, harusnya Aku yang memulai pembicaraan, harusnya Aku yang meminta maaf karena Aku yang salah.
"Anniyo, Aku yang harusnya minta maaf pada oppa, mianhaeyo." Ucapku meliriknya. Ia melihat kearahku. Kami berhenti sebentar. Ia tersenyum padaku dan elbih cepat dari pikiranku, Kyuhyun oppa memelukku dalam dekapannya. Aku terdiam. Namun segera membalasnya. "Jangan lakukan hal-hal aneh dengan namja lain, meski itu Tao ataupun Taemin!" Bisiknya. Aku masih diam. Tak mengiyakan taupun menolak.
"Arraseo?" Ucapnya lagi. Barulah Aku berusaha mengiyakan.
Namun hatiku ragu. Mungkinkah Aku bisa untuk tak melakukan hal seperti
48
yang diminta oppa, terutama dengan Tao. Sementara Tao seolah memegang separuh keselamatan hidupku.
Kami berjalan bergandengan tangan. Ini mengingatkanku pada masa dimana dulu kami selalu menghabiskan waktu berdua. Oppa yang selalu bernyanyi untukku. Selalu membuatku tersenyum. Meski oppa tak pernah tau, Aku mengalami kejadian mengerikan dalam hidupku.
"Oppa ingin membawamu kesuatu tempat hari in, apa kau mau?" Ajaknya, menggenggam tanganku.
"Ne. Tentu saja oppa." Sahutku merasakan kebahagian yang belakangan kurindukan.
Mobil Kyuhyun oppa berjalan cukup kencang dijalanan kota Seoul yang dingin. Aku menebak-nebak kemana oppa akan membawaku.
"Taman?" Pikirku. "Untuk apa oppa membawaku ke taman yang lain?" Batinku.
"Kajja, oppa akan memberimu kejutan!" Ucapnya tersenyum manis. Ia menarik tanganku sedikit berlari. Aku mengikutinya.
"Stop! Dari sini oppa harus menutup matamu!" Kyuhyun oppa menghentikanku lalu menutup mataku dengan kedua tangannya tanpa menunggu persetujuanku. Aku hanya menurutinya, ia berjalan dibelakangku sembari menuntunku berjalan menuju tempat yang telah disiapkannya.
"Surprise!" Ucapnya sedikit berteriak, saat melepaskan tangannya dari kedua
49
mataku. Aku tertegun memandang kejutan yang diberikannya.
Sebuah meja ditepi kolam yang membeku. Bukan ini bukan kolam buatan. Ini tempat yang sanagat ingin ku kunjungi. Taman di dekat rumah Kyuhyun oppa. Tempat yang sangat ingin kudatangi ketika pertama kali menjadi yeojachingunya.
"Oppa, kau benar membawaku kesini?" Ucapku lirih.
Namun Kyuhyun oppa masih bisa mendengarku. Ia mendekatiku dan menggenggam kedua tanganku.
"Suki desuka?" Ucapnya bicara dalam bahasa Jepang.
"Totemo suki desu!" Sahutku tersenyum bahagia.
Aku tak tau kapan itu dimulai. Tapi saat Aku tersadar, bibirnya sudah menempel di bibirku. Tubuhnya sangat dekat denganku. Hanya udara yang memisahkan kami berdua. Udara dingin dari salju yang turun, hampir tak membuatnya beranjak.
Ia semakin panas. Kyuhyun oppa melumat bibirku. Ia sangat menikmati itu. Aku hanya terdiam. Tubuhku mengikuti setiap hal yang diinginkannya. Mataku terpejam menikmati harmonisasi cintanya yang belakangan tak kurasakan.
Dalam kehangatan itu, wajah Tao muncul dalam benakku. Tatapan matanya yang tajam begitu membuatku aman. Wajahnya menghangatkanku. Seketika Aku tersadar dengan apa yang kulAkukan. Tiba-tiba saja Aku melepas
50
ciuman Kyuhyun oppa, tanpa tau kenapa kulAkukan itu, padahal tadinya Aku sangat menikmati itu.
"Mian!" Ucapku refleks. Oppa hanya tersenyum sembari mengacak-acak rambutku.
"Gwanchana!" Sahutnya. "Ayo nikmati hari ini bersama!" Ucapnya menuntunku mendekati meja dekat kolam yang diatasnya tersaji makanan kesukaanku dan Kyuhyun oppa.
Hari hampir petang saat kami kembali. Matahari yang sedikit terhalangi butiran salju membuat suasana terasa romantis. Tak berapa lama, kami sampai di tempat parkir.
Seseorang dengan tubuh gempal mendekati kami dan memberikan sebuah kotak yang cukup besar. Kyuhyun oppa mendekati kotak itu, dan saat hendak bertanya pada namja itu, si pemberi misterius malah berlari sembari tertawa keras. Aku terkejut, dan seketika bulu romAku berdiri.
"Oppa, kajja, tinggalkan saja kotak itu, Aku takut!" Ucapku menahan tangan Kyuhyun oppa yang hendak membuka kotak itu.
"Arasseo, kajja!" Sahutnya meninggalkan kotak aneh itu sembari membuka pintu mobil untukku.
Salju turun cukup lebat. Mungkin karena natal akan segera tiba. Mobil melaju tak terlalu kencang. Aku memasukkan kedua tanganku yang hampir membeku kedalam sAku mantel musim dinginku. Melihat itu, oppa meraih tanganku dan mengenggamnya dengan tangan yang tak digunakannya untuk
51
menyetir. Oppa mendadak menghentikan laju mobil. Ia terlihat terkejut.
"Oppa waeyo?" Ucapku melihat kearahnya dan kembali melihat kedepan.
"Mollaseo, tapi sepertinya oppa menabrak seseuatu!" Sahutnya dan segera keluar melihat. Aku baru saja hendak menahannya, tapi Kyuhyun oppa sudah lebih dulu keluar.
Ia melihat kesekeliling. Tau dirinya tak menemukan apapun, ia kembali berjalan mendekati mobil. Tiba-tiba saja dua orang namja bertubuh besar mendekatinya dari belakang.
Aku ingin berteriak memperingati, namun Aku tak mampu. Suaraku tertahan. Mereka menahan Kyuhyun oppa. Kulihat salah seorang membawa sebilah pisau. Aku terpaku dalam diamku. Tak tau apa yang harus kulakukan dengan tubuh yang kaku. Kulihat mereka terlibat perkelahian dengan oppa. Meski tak berhasil melukai oppa, namun mereka membuat Kyuhyun oppa jatuh tersungkur dijalanan yang sepi.
Mata pisau itu berisnar mengerikan. Orang yang membawa pisau itu mendekati oppa. Aku berjuang melawan tubuhku yang kaku. Dan akhirnya Aku berhasil keluar dari mobil dan mendekati oppa.
"Jangan! Apa yang kalian mau?" Teriakku bergetar. Oppa mencoba menahanku.
52
Kedua orang itu terlihat semakin senang melihat dua mangsa sekaligus. Seorang yang membawa pisau semakn mendekatiku. Oppa berusaha bangkit, namun mata pisau itu telah semakin dekat dengan wajahku.
Aku gemetar memikirkan apa yang akan terjadi. Kulihat orang itu mengarahkan pisaunya padaku. Aku terpejam.
Lama Aku menunggu, namun tak ada mata pisau yang mengenaiku. Kucoba membuka mata, dan saat itulah kulihat tubuh Tao berlumuran darah didepanku. Kyuhyun oppa menyerang orang yang membawa pisau itu, dan berhasil membuat pisaunya terlepas. Kedua orang itu tak lagi melawan, mereka justru berlari sambil tertawa. Mengingatkanku pada orang aneh yang memberi kami kotak tadi.
Oppa mendekati Aku dan Tao. Aku melihat darah semakin banyak keluar dari tubuh Tao. Aku tercengang. Bukan terkejut melihat darah yang begitu banyak, tapi luka itu..jenis luka yang sangat kubenci. Rasanya Aku ingin berteriak, tapi tubuhku justru mengigil. Oppa mendekatiku sembari menelpon seseorang.
Mataku masih tertuju kearah luka sayatan di perut Tao. Aku mencoba mendekatkan tanganku pada luka itu, tapi tiba-tiba saja Aku menangis tertahan. Tanganku gemetar, dan tubuhku terasa semakin dingin. Tao memaksakan dirinya bangun. Ia meringis kesakitan.
"Gwaenchana," ucapnya terbata, "jangan lihat luka itu! Jangan ingat luka itu! Tutup matamu!" Lanjutnya terbata-bata, sembari sesekali meringis.
Kyuhyun oppa melarangnya bicara. Aku mengikuti perintah Tao. Kututup
53
kedua Mataku. Kujauhkan tanganku dari luka itu. Tapi itu sama sekali tak berhasil. Bayangan kejadian masa laluku kembali terputar diotakku. Dan setelah itu, Aku tak ingat apapun lagi.
"Dia hanya terkejut," suara seseorang terdengar samar.
"Tapi dia tidak apa-apa kan?" Ucap suara yang kukenal. Kyuhyun oppa.
Setelah meyakinkan Kyuhyun oppa, orang yang kupikir dokter itu meninggalkan ruangan itu.
Apa Aku bermimpi? Kenapa Aku ada dirumah sakit? Kenapa Kyuhyun oppa bersamAku? Bukankah kami sedang ada ditaman dekat rumahnya?
"Chagiya, Aku bangun? Kau baik-baik saja?" Suara kyuhyun oppa juga terdengar sedikit samar.
Tiga hari Aku dirumah sakit. Tiga hari pula Aku tak ingat kenapa Aku disini. Tapi selama tiga hari itu, mimpi yang aneh mendatangi tidurku. Kulihat tubuh Tao berlumuran darah. Ada luka sayatan diperutnya. Mimpi itu membuatku takut untuk tidur.
Kyuhyun oppa hari ini menemaniku dirumah sakit. Natal telah lewat. Bodoh! Aku malah menghabiskan Natal dengan terbaring ditempat tidur bodoh ini.
Tok tok tok..
Terdengar seseorang mengetuk pintu ruang rawatku. Kulihat Taemin dan Jung Mi memasuki kamarku. Raut wajah mereka murung.
54
"Kau baik-baik saja?" Taemin mendekatiku. Diikuti Jung Mi.
"Ne,gwaenchana, Aku sudah lebih baik! Tapi ada apa denganmu Taeminah?" Tanyaku melihat raut wajahnya yang sedih.
"Mian, karena Aku baru mengunjungimu, Aku.." Ia terdiam tanpa meneruskan kata-katanya.
"Mana Tao? Kau tak mengajaknya?" Tiba-tiba saja Aku teringat Tao.
Hening. Tak ada yang menjawab pertanyaanku. Itu mengangguku.
"Ada apa? Kemana Tao? Ada apa dengannya?" Aku mulai panik karena tak satupun dari mereka menjawabku.
Kali ini Aku tak sedang tertidur, tapi bayangan Tao yang terkena sayatan pisau muncul di otakku bagaikan De Javu. Aku sadar, itu bukan mimpi. Itu kejadian nyata yang tak kuingat beberapa hari ini. Aku diam. Marah pada diriku yang tak ingat kejadian penting itu. Aku kesal pada diriku yang tak tahu bahwa Sahabatku, orang yang paling kubutuhkan terbaring tak berdaya karenAku.
"Kau mau kemana?" Taemin mencegahku saat Aku turun dari tempat tidurku.
Kakiku lemas. Tubuhku lemas. Kyuhyun oppa membantuku berjalan keluar kamar. Kulangkahkan kakiku menuju ruangan Tao.
55
Aku berhenti. Aku tak sanggup melihat Tao terbaring. Tapi Aku ingin melihatnya.
"Nanti saja, jika kau siap," Kyuhyun oppa seperti membaca pikiranku. Aku menolak. Perlahan kubuka pintu kamar Tao melawan ketakutanku sendiri.
Darahku berdesir. Tao terbaring sembari memegang sebuah bingkai foto disampingnya. Saat Aku berjalan mendekatinya, ia melihat kearahku dengan terkejut. Kyuhyun oppa berdiri di dekat pintu, mengwasiku berjalan mendekati Tao.
Tiba-tiba saja Aku merasa takut. Namun itu memberiku kekuatan. Aku berlari menghampiri Tao dan menghambur kearahnya. Aku memeluknya, ia terdengar meringis, namun balas memelukku.
"Neo gwaenchana?" Bisikku dari balik tubuhnya.
"Gwaenchana, kau lihat Aku baik-baik saja kan?" Ucapnya mencoba meyakinkanku.
"Bohong. Aku melihatamu seperti ini, mana mungkin kau baik-baik saja" batinku.
Aku melepaskan pelukkanku. Aku melihatnya. Memperhatikan seluruh tubuhnya. Dan mataku terhenti diluka syatan itu.
"Jangan lihat! Aku tak mau kau ingat apapun lagi tentang itu!" Ucap Tao menahanku saat hendak menyentuh luka itu. Kyuhyun oppa mendekatiku.
56
"Ada apa dengan luka itu?" Tiba-tiba saja ia bertanya. Aku sadar, tak mungkin menutupinya dari Kyuhyun oppa selamanya.
Tao menjelaskan semuanya sementara Aku diam. Kyuhyun oppa terdiam.
"Mianhae oppa, Aku tak bisa memberitahumu karena Aku takut!" Ucapku.
"Kenapa? Apa karena kau tak percaya pada oppa?" Tanya Kyuhyun oppa.
"Anniyo! Jebal mianhae!" Aku berusaha membuatnya tak marah padaku.
Kami semua terdiam.
Beberapa hari ini, Aku hanya diam dirumah menemani Tao. Aku takut meninggalkan Tao sendiri. Dan rasanya Aku juga tak bisa jauh dari Tao. Belakangan kusadari, Aku sangat sangat sangat membutuhkan Tao. Melebihi apapun, bahkan namjachinguku sendiri.
"Kenapa melamun?" Tao berjalan mendekatiku yang duduk di taman milik Taemin.
Aku tak menjawab. Aku hanya tersenyum.
"Hmm, apa kau bosan menungguiku dirumah? Apa kau rindu Kyu Hyung?" Tanya Tao terlihat murung.
Aku meraih tangannya.
"Mana mungkin Aku bosan bersamamu! Aku juga sama sekali tak
57
merindukan oppa!" Sahutku. "Bisakah kau mengakhiri semuanya dengan Hyung?" Ucapya lagi. Aku terkejut, namun dapat menguasai diri.
"Waeyo? Kau ingin Aku terus denganmu?" Godaku.
"Ne, Aku ingin kau terus ada untukku, Aku mau kau yang menemaniku, bukab yeoja lain! Aku mau kau yang membawa separuh nyawAku!" Jawabnya membuatku terdiam.
"Wae? Ahh..sudahlah lupakan! Aku tau kau sangat mencintai hyung!" Ucapnya karena Aku terdiam.
Baru saja ia hendak kembali ke dalam rumah, Aku menahannya.
"Tunggu!" Ucapku. Ia berhenti.
"Aku dan oppa sudah memutuskan untuk berpisah! Aku sadar Aku bisa jika oppa jauh denganku! Aku bisa jika oppa tak mengunkungiku di Jepang! Dan Aku bisa jika oppa marah padaku!" Ucapanku membuatnya berbalik melihAku.
"Tapi Aku tak bisa jika Tao terluka! Aku tak bisa jika Tao meninggalkanku seperti ini! Aku tak bisa jika Tao tak memelukku saat Aku teringat masa laluku!" Lanjutku.
Tak sadar Aku menitikkan air mata. Babo! Kenapa Aku menangis?
Ketika Aku hendak melanjutkan ucapanku, tangan Tao menahan bibirku.
58
"Jangan teruskan! Aku tau! Mianhae!" Kata Tao melepaskan tangannya dari bibirku dan memelukku.
"Jangan ingat apapun saat sedang bersamAku, arasseo!" Perintah Tao.
Ia memelukku erat. Mencium keninggu dengan hangatnya. Ini pelukan yang tak pernah ingin kutinggalkan. Aku bodoh! karena tak pernah sadar dari awal Tao-lah yang kubutuhkan. Saat ini Aku hanya ingin Tao ada denganku. Menghabiskan sisa waktu dengannya.
"Hyun Jae-ah..ahh,,anniyo, Chagiya?" Ucapnya berbisik padaku.
"Eumm?" Sahutku bergumam.
"Bolehkah Aku menciummu?" Tanya Tao melihat kearahku. Aku nenatapnya.
Tubuhnya yang tinggi menunduk mendekati bibirku. Aku terpejam, berharap hanya Tao yang muncul dipikiranku. Bibirnya terasa menyentuh ujung bibirku. Ia hanya mengecupnya dan melepaskannya. Aku melihat ketas, matanya yang tajam dan wajahnya yang kuinginkan.
Seakan mengerti isi pikiranku, ia tersenyum dan mencium keningku. "Hari ini cukup! Aku akan melanjutkannya setiap hari! Bahkan saat kita menikah nanti, kau tak akan punya waktu untuk memikirkab hal lain selain Aku!" Godanya masih mendekapku doi dadanya.
Aku terlalu bahagia untuk tertawa. Tapi Aku masih mampu tersenyum.
59
Kudengar seseorang berdehem.
"Sedang apa kau mengintip kami seperti itu?" Suara Tao terdengat sedikit kesal. Aku tau jika Tao seperti itu, pastilah Taemin sedang berulah.
"Berhentilah bersikap mesum dengan Dongsaengku!" Ucap Taemin menarik tanganku membuat pelukan Tao terlepas.
Taemin menarikku kembali kedalam, sementara Tao hanya tersenyum dan mengikuti dari belakang.
"Taemin-ah, Aku dan Tao sekarang.." Belum sempat Aku menyelesaikan ucapanku Taemin sudah menghentikanku.
"Arra! Jangan lanjutkan! Aku benci karena dia berselingkuh denganmu!" Ucap Taemin menunjuk Tao. Aku tertawa.
Tao melempari Taemin dengan kulit kacang yang dimakannya. Sementara Taemin berusaha mengelak dan mendekati Tao denga wajah mesum yang dibuat-buat.
Tao mendekatiku untuk menghindari gangguan Taemin.
"Jika kau teruskan, akan kucium dia!" Ucap Tao menunjukku untuk menggoda Taemin. Taemin tak mengiraukan, dan terus mencoba mendekati Tao.
Tao tak main-main, ia mengecup biriku dan berlari menghindari Taemin.
60
"Kyaaaa Neo! Kubilang jangan Mesum dengan Dongsaengku!" Teriak Taemin mengejar Tao.
Aku hanya tertawa melihat tingkah mereka. Rasanya Aku tak ingin hari ini berakhir cepat. Aku terlalu bahagia untuk mengakhiri ceritaku. Tapi Aku tau, dengan Tao Aku tak perlu merasa khawatir kebahagiaan itu akan hilang. Denga Tao Aku tak perlu takut akan masa Laluku. Dan dengan TAO, Aku Tau, Aku akan berakhir dengan kebahagiaan diakhir hidupku.
~~~THE END~~~
61