SHAKESPEARE DALAM KARYANYA “OTHELLO”
KARYA ILMIAH D I S U S U N OLEH :
NAMA NIP
: SWESANA MARDIA LUBIS : 131 570 487
JURUSAN SASTRA INGGRIS FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2004 Swesana Mardia Lubis: Shakespeare dalam Karyanya “Othello”, 2004
USU Repository©2006
KATA PENGANTAR
Drama adalah salah satu daeri karya Sastra yang sangat diminati oleh khalayak ramai, dan juga sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Begitu juga dengan karya-karya drama dari William Shakespeare termasuk karya dramanya yang berjudul “Othello” Diharapkan dengan tulisan ini dapat memacu mahasiswa lebih menyenangi hasil-hasil karya sastra dan juga lebih mengenal penulis-penulis karya sastra, salah satunya adalah William Shakespeare.
Medan, 16 Agustus 2004 Penulis,
Swesana Mardia Lubis NIP : 131 570 487
Swesana Mardia Lubis: Shakespeare dalam Karyanya “Othello”, 2004
USU Repository©2006
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR……………………………………………............................ DAFTAR ISI……………………………………………………………………….. SHAKESPEARE DALAM KARYANYA “OTHELLO”………….......................... A. Pendahuluan……………………………………………………...................... ... B. Riwayat Hidup dan Hasil Karya………………………………............................. C. Ringkasan Cerita dan Analisis Perwatakan……………………........................... 1. Ringkasan Cerita …………………………………………………………….. 2. Analisis Perwatakan………………………………………………….............. D. Berbagai Motif dalam Othello………………………………………………….. E. Kesimpulan……………………………………………………........................... DAFTAR PUSTAKA……………………………………………...........................
Swesana Mardia Lubis: Shakespeare dalam Karyanya “Othello”, 2004
USU Repository©2006
SHAKESPEARE DALAM KARYANYA “OTHELLO”
A. Pendahuluan William Shakespeare adalah seorang dramawan dan sastrawan terbesar dalam sejarah bangsa Inggris, yang bahkan dapat digolongkan dalam kelompok pujanggapujangga dunia utama. Selain penyair, Shakespeare juga dikenal sebagai seorang penulis karya sastra drama yang bertemakan tragedi sangat diminati untuk dibaca ataupun ditonton orang. Apalagi bila ditulis dan diungkapkan secara indah dan mempesona melaui rangkaian kata-kata yang dapat menggugah rasa haru dan bahkan mampu membuat air mata para pembaca dan penonton menitik. Hal inilah yang membuat William Shakespeare menjadi terkenal namanya di seluruh dunia melalui karya-karya sastranya yang bertemakan tragedy, sebab disamping kemampuannya mempergunakan rangkaian kata dengan bahasa yang manis dam mempesona ia juga tega membunuh para pemeran ceritanya secara mengenaskan, hanya disebabkan masalah cinta seperti yang dapat kita temui dalam sebuah dari hasil karya yang besarnya, yaitu : Othello. Tertarik akan hal tersebut di atas, maka penulis senagaja memilih judul karya ilmiah ini yaitu : Shakesperae dalam karyanya “Othello”.
B. Riwayat Hidup dan Hasil Karya Shakespeare dilahirkan di Stratford-on-Avon (1564-1616), dan mendapatkan pendidikan sampai sekolah menengah. Kemudian ia pergi ke London, dan di kota ini ia menggabungkan diri dengan suatu rombongan drama. Antara tahun 1590 dan 1613 ia menulis tidak kurang dari 34 drama, tetapi tidak satupun diterbitkan semasa hidupnya. Semua karyanya diterbitkan untuk pertama kali beberapa tahun sesudah ia meninggal, ialah pada tahun 1623, dalam satu edisi yang terkenal sebagai First Folio. Selain drama-drama ini, Shakepeare juga menulis dua sajak panjang dan kira-kira 150 soneta.
Swesana Mardia Lubis: Shakespeare dalam Karyanya “Othello”, 2004
USU Repository©2006
Jika kita membaca karya-karya Shakespeare dengan cermat, maka kita akan memperoleh kesan bahwa karya-karya itu dapat dibagi dalam empat periode yang mungkin sejajar dengan pengalaman dan pertumbuhan jiwa penulisnya. Periodeperiode itu adalah :
1. Periode permulaaan atau periode eksperimen (± 1588-1596) Periode ini dimulai sejak Shakesperae sampai di London kira-kira tahun 1588, dan ditandai oleh sifat-sifat kemudaan, seperti semangat meluap-luap, penggunaan bahasa yang berlebih-lebihan, dam pemakaian rima disamping blank verse. Karyakarya yang khas dari periode ini antara lain adalah : Love’s Labour Lost, Two Gentlemen of Verona, Comedy of Errors, Romeo and Juliet, Rhicard III, King John.
2. Periode pertumbuhan cepat (1596-1602) Midsummer Nigth’s Dream, The Merchant of Venice, Henry IV, The Merry Wives of Windsor, As You Like It, Twelft Night, adalah sebahagian dari karya-karya yang dihasilkan dalam periode ini, yang menunjukkan kecermatan serta kemahiran artistik yang lebih tinggi, rangkai cerita yang lebih menarik, dan pengetahuan tentang sifat-sifat manusia yang lebih mandalam.
3. Periode kesuraman dan depresi (1602-1608) Dalam periode ini, ditulis tragedi-tragedi besar seperti Hamlet, Othello, Machbeht, King Lear, Julius Caesar, yang menunjukkan kematangan jiwa dan puncak perkembangan artistic dari penulisnya. Pun soneta-soneta yang mengandung nada murung dan kekecewaan mungkin diciptakan dalam periode ini.
4. Periode ketenangan (1608-1613) Periode ini mengakhiri masa produktif Shakespeare. Winter’s Tale dan The Tempest adalah karya-karyanya terbaik yang ditulis dalam periode ini, yang bersuasana alam mimpi dan bernafaskan ketenangan.
Swesana Mardia Lubis: Shakespeare dalam Karyanya “Othello”, 2004
USU Repository©2006
Shakespeare memperoleh bahan bagi karya-karyanya dari sejarah, dongeng (legenda), serta cerita-ceritanya sendiri. Tetapi bahan-bahan ini diolah sedemikian rupa, sehingga hasilnya merupakan ciptaan-ciptaan orisinil. Metode ini sudah lazim dilakukan oleh penulis-penulis drama pada zaman itu. Ditinjau dari segi cerita, karya-karya Shakerpeare dapat di bagi atas drama sejarah seperti Rhicard III dan Henry IV; drama setengah sejarah atau legenda seperti Machbeth dan King Lear; dan drama fiksi seperti Romeo and Juliet dan The Merchant of Venice. Ditinjau dari segi jenis drama, maka karya-karya Shakesperae dapat di bagi atas tragedi, komedi, dan drama sejarah. Tragedi ialah suatu drama dimana tokoh utamanya didorong oleh keadaan ataupun kelemahan-kelemahannya sendiri ke arah penderitaan, terutama pederitaan batin, dan akhirnya maut. Hamlet, Othello, Machbeth, dan King Lear adalah tragedi-tragedi Shakespeare yang terbesar. Komedi ialah suatu drama dimana tokoh-tokohnya berada dalam situasi-situasi yang penuh humor, dan berakhir dalam kebahagiaan. Midsummer Night’s Dream, As You Like It, Twelfth Night, Winter’s Tale, dan The Tempest adalah komedi-komedi kenamaan. Drama sejarah ialah suatu drama yang melukiskan suatu zaman atau seorang tokoh sejarah, dan dapat berupa tragedi atau komedi. Contoh-contoh drama sejarah ialah : Julius Caesar, Rhicard III, Henry IV, Anthony and Cleopatra. Sajak-sajak panjang Shakespeare ialah Venus and Adonis, dan The Rape of Lucrece. Sajak-sajak ini sangat populer pada zaman Shakespeare sendiri, tetapi sekarang dianggap kurang penting jika dibandingkan dengan karya-karyanya yang besar. Soneta-soneta Shakespeare dapat dibagi dalam dua golongan. Yang pertama berjumlah 126 dan terutama ditujukan kepada seorang kawannya yang berkedudukan tinggi dalam masyarakat. Selebihnya yang berjumlah 26 terutama berhubungan dengan seorang Dark Lady, yang menjadi sebab kemurungan sang penyair. Siapa kawan Shakespeare itu dan siapa Dark Lady itu sesungguhnya atau apakah mereka itu benar-benar ada, sampai sekarang belum diketahui. Tetapi soneta-soneta Shakespeare yang terbaik memang terasa sebagai hasil ekspresi yang sesungguhnya, dan ruparupanya memang timbul dari pengalaman pribadi Shakespeare.
Swesana Mardia Lubis: Shakespeare dalam Karyanya “Othello”, 2004
USU Repository©2006
C. Ringkasan Cerita dan Analisis Perwatakan 1. Ringkasan Cerita Desdemona adalah anak dari seorang senator kaya dari Venesia yang bernama Brabantio. Desdemona yang cantik sangat dikagumi oleh para pemujanya, termasuk salah seorang dari mereka adalah Othello, seorang lelaki berkulit hitam bangsa Moor. Tidaklah mengherankan apabila Desdemona yang cantik itu menjatuhkan pilihannya kepada Othello, yang juga merupakan seorang jenderal yang gagah berani. Perkawinan Othello dengan Desdemona oleh ayah Desdemona Brabantio. Dia tidak dapat menerima Othello sebagai menantunya, karena dia bukanlah orang kulit putih, dan juga bukan senator. Dia juga menuduh Othello telah melakukan guna-guna untuk mendapatkan Desdemona. Pada waktu peristiwa ini terjadi negeri Venesia dalam kekacauan, sebab tekah sampai berita bahwa kapal-kapal Turki sedang dalam perjalanan mereka menuju pulau Cyprus dan akan menguasai daerah itu. Othello dipanggil menghadap senat, dia dihadapkan pada dua keadaan, status sebagai seorang yang dibutuhkan negara untuk menyelamatkan negara, dan juga sebagai seorang penjahat yang mengguna-gunai Desdemona. Setelah melakukan pembelaan akhirnya Brabantio ayah Desdemona sadar bahwa Othello tidak bersalah, akhirnya dia menyerahkan anaknya pada Othello. Setelah Othello berhasil menyelamatkan pulau Cyprus dari serangan musuh, tidak demikian dengan kehidupan rumah tangganya, perkawinannya yang semulanya bahagia terusik dengan kehadiran Iago. Seorang opsir tua yang tidak menyukai Cassio karena telah dinaikkan pangkatnya oleh Othello. Iago tidak saja membenci Cassio, tetapi dia juga membenci Othello, yang dianggap mencintai istrinya Emilia, yang menjadi pelayan Desdemona. Karena kebenciannya kepada Othello dan Cassio, Iago menjalankan suatu siasat licik. Dia telah memfitnah Cassio serdadu muda yang tampan itu telah berselingkuh dengan Desdemona istri Othello. Othello mulai bimbang, kadang-kadang dia berpikir bahwa sebenarnya Desdemona jujur, tetapi di lain saat dia merasa bahwa Desdemona tidak jujur, dan begitu juga perasaannya kepada Iago. Swesana Mardia Lubis: Shakespeare dalam Karyanya “Othello”, 2004
USU Repository©2006
Sejak kejadian itu Othello tidak pernah merasa gembira lagi, tidak ada lagi yang dapat mengembalikan sisa kemanisan yang telah direguk bersama-sama dengan istrinya Desdemona. Kecemburuan Othello semakin menjadi ketika melihat sapu tangan istrinya berada di tangan Cassio, kejadian ini cukup menjadi alasan untuk memperdaya Othello yang gelap mata itu untuk mengirimkan mereka kepada kematian tanpa bertanya sedikitpun bagaimana sampai sapu tangan itu jatuh ke tangan Cassio. Sesungguhnyalah sapu tangan itu diambil alih istri Iago Emilia dari Desdemona, dan menjatuhkannya ke dekat Cassio, yang kemudian dipungut Cassio. Othello dan Desdemona bertengkar hebat, Othello meninggalkan istrinya sendiri. Ketika dia bertemu lagi dengan istrinya itu setelah pertengkaran dia menyatakan bahwa Desedemona bukanlah seorang istri yang setia. Dengan tidak habis-habisnya dia mencaci-maki Desdemona dengan kata-kata yang sangat menyakitkan hati tetapi Desdemona diam saja. Dia pergi ke tempat tidur dengan harapan suaminya juga akan ikut dan tidur bersamanya. Tetapi dugaan Desdemona itu sungguh berlawanan dengan fikiran Othello. Hati Othello yang telah diracuni oleh kecemburuan itu telah dipenuhi dengan maksud-maksud yang jahat. Hanya ada satu tekad pada Othello bahwa wanita itu harus mati, walaupun jauh di dalam lubuk hatinya, dia sebenarnya masih sangat mencintai Desdemona. Dia membunuh Desdemona dengan jalan menutup pernafasannya. Ketika melihat kematian Desdemona, pelayannya Emilia marah kepada Othello, dan menjelaskan semuanya tentang sapu tangan itu. Dan begitu juga dengan Cassio, yang datang dengan berlumuran darah, karena dia akan dibunuh oleh orang suruhan Iago. Akhirnya semua kebusukan Iago terbuka. Othello bagaikan disambar petir ketika mendengar penuturan Cassio dan Emilia, dia tidak dapat memaafkan dirinya sendiri yang telah membunuh istrinya yang setia dan mencintainya. Untuk menbus kesalahannya, Othello bunuh diri. Dan Cassio juga dijatuhkan hukuman mati.
Swesana Mardia Lubis: Shakespeare dalam Karyanya “Othello”, 2004
USU Repository©2006
2. Analisis Perwatakan Othello
: Dia seorang bangsawan kilit hitam bangsa Moor, dan juga seorang jenderal yang gagah berani. Dia menikah dengan Desdemona dalam usia yang tidak muda lagi. Jiwa petualangan dan sifat jujur serta keterbukaannya membuat Desdemona jatuh cinta kepadanya. Sebenarnya Othello tidak bersifat cemburu, hanya saja dia adalah orang yang gampang terhasut, sehingga gampang masuk ke dalam jebakan Iago. Dia mempunyai jiwa lemah, dia tidak dapat menerima kematian istrinya, akhirnya dia bunuh diri. Sebenarnya Othello seorang suami yang baik, hanya saja dia bukanlah suami yang bijaksana.
Iago
: Seorang yang berhati dengki, keji, dan juga cemburu. Dia mencurigai Othello dan Cassio jatuh cinta pada istrinya Emilia. Dia juga seorang yang munafik, dengan pura-pura setia kepada Othello, dia berhasil menjalankan siasat buruknya untuk menghancurkan kehidupan Othello, Cassio, dan Desdemona.
Desdemona : Desdemona adalah putri Brabantio, dan juga istri dari Othello. Dia seorang wanita yang cantik dan mempunyai tutur kata yang manis dan lembut. Dia adalah seorang istri yang baik dan setia, karena dia sebenarnya tidak pernah menghianati suaminya. Desdemona yang sabar tidak pernah menanggapi kemarahan suaminya. Dia menerima saja apa yang dilakukan Othello terhadapnya. Sampai pada saat kematiannya dia tidak tahu apa sebenarnya salah dan dosanya yang telah diperbuatnya sehingga Othello sampai sedemikian teganya memperlakukan dirinya seperti itu. Cassio
: Cassio adalah seorang serdadu muda dari Florence. Wajahnya yang tampan serta tutur katanya yang manis dapat menimbulkan cemburu pada lelaki, termasuk Iago dan Othello. Cassio bukanlah seorang yang suka menyeleweng, dia tidak pernah menyeleweng dengan Desdemona, itu hanyalah fitnahan dari Iago terhadap dirinya.
Swesana Mardia Lubis: Shakespeare dalam Karyanya “Othello”, 2004
USU Repository©2006
Emilia
: Istri Iago dan merupakan pelayan dari Desdemona. Dia sangat mencintai suaminya, walaupun suaminya tidak begitu acuh kapadanya. Karena rasa saying dan patuhnya pada suami, maka dia mau saja ketika disuruh untuk mengambil sapu tangan Desdemona. Tapi akhirnya rasa cinta dan kasihnya pada Iago runtuh juga oleh kebenaran dan rasa sayangnya kepada majikannya Desdemona, yang diketahuinya merupakan seorang istri yang setia dan juga seorang majikan yang baik
Brabanti
: Seorang senator kaya dari Venesia, dan juga merupakan ayah dari Desdemona. Secara pribadi dia tidak membenci Othello, malahan merupakan seorang sahabat yang selalu datang berkunjung ke rumahnya.
Brabantio
tidak
menginginkan
Othello
menjadi
menantunya, bukan saja dikarenakan kulitnya yang hitam, ataupun usianya yang telah tua, tetapi karena dia mengharapkan anaknya Desdemona dapat kawin dengan seorang senator yang berbangsa dan sewarna kulitnya, sebagaimana yang selalu dilakukan oleh wanita-wanita bangsawan Venesia lainnya.
D. Berbagai Motif dalam Othello Menurut seorang penulis Itali, Varchi (dalam Lily B. Campbell, 1960 : 150) bahwa perasaan cemburu tersebut timbul disebabkan berbagai motivasi, yaitu apa yang disebutnya dengan : Kecemburuan kesenangan
(Jealousy of Pleasure)
Kecemburuan nafsu/keinginan
(Jealousy of Passion)
Kecemburuan karena milik atau hak (Jealousy of Property or Right) Kecemburuan harga diri
(Jealousy of Honour)
Adapun motif-motif yang membentuk isi cerita Othello dapat dinyatakan sebagai berikut : Motif Cinta, Motif Pertentangan, dan Motif Cemburu.
Swesana Mardia Lubis: Shakespeare dalam Karyanya “Othello”, 2004
USU Repository©2006
1. Motif Cinta Othello adalah seorang lelaki kulit hitam dari Afrika, sedangkan Desdemona adalah seorang putri bangaswan yang cantik jelita. Perbedaan asal-usul dan warna kulit rupanya tidak menjadikan halangan bagi keduanya. Bahkan Othello menentang ayah Desdemona sendiri, yang menuduh Othello telah mengguna-gunai Desdemona. “O thou foul thief! Where hast thou stowed my daughter? Damned as thou art, thou hast enchanted her: For I’ll refer me to all things of sense, If she in chains of magic were nor bound, Whether a maid, so tender, fair, and happy, So opposite to marriage that she shunned (Shakespeare, 1970 : 60) Oh engkau bangsat pencuri! Kemana engkau bawa putriku? Bangsat seperti engkau, engkau telah menguna-gunainya; Untuk itu aku akan berusaha sebisa-bisanya, Jika dia terikat disebabkan oleh guna-guna, itu bukanlah merupakan suatu ikatan, bagaikan kambing betina yang begitu lembut, bersih dan gembira, sangatlah tidak mungkin jika dia kawin dengan orang yang dihindarinya. Perasaan cinta Othello yang sangat dalam terhadap Desdemona dapat kita lihat ketika dia akan membunuh istrinya, dia terlebih dahulu mencium istrinya, lalu kemudian membunuh dirinya sendiri. Hal ini dapat kita lihat dari kutipan di bawah ini, “I kiss’d thee ere I kill’d thee: no way but this, Killing myself, to die upon a kiss”. (Shakespeare, 1970 : 180) “Kucium engkau sebelum ku bunuh: tidak ada cara lain selain ini, Membunuh diriku sendiri, mati setelah berciuman”. 2. Motif Pertentangan Dari permulaan drama Othello para pembacanya telah dipersembahkan penggambaran timbulnya pertentangan pada para pelakunya. Iago merasa tidak senang atas pengangkatan Cassio menjadi letnan dalam tentara Venesia, padahal Swesana Mardia Lubis: Shakespeare dalam Karyanya “Othello”, 2004
USU Repository©2006
Cassio bukanlah orang yang berasal dari Venesia, tetapi berasal dari Florentine. Di samping itu Cassio sendiri tidak pernah langsung ikut dalam pertempuran, sedangkan Iago telah beberapa kali mengikuti pertempuran. Kejadian di atas menimbulkan perasaan cemburu dan benci dalam diri Iago. Iago tidak suka akan keberuntungan Cassio, dan benci terhadap ketidakadilan Othello yang mengangkat Cassio menjadi letnan. Sementara itu teman Iago yang bernama Roderigo juga merasa benci kepada Othello karena telah berhsil mendapatkan cinta Desdemona, sedangkan dia sendiri telah lama berusaha mendekati Desdemona. Di samping perasaan benci kepada Othello, Iago juga merasa iri hati kepada lelaki berkulit hitam tersebut atas keberhasilan Othello sebagai pimpinan tentara Venesia, dan reputasinya yang dikagumi. Perasaan benci dan iri hati tersebut diungkapkan oleh Iago, “In following him, I follow but myself; Heaven is my judge, not I for love and duty, But seeming so, for my peculiar end” (Shakespeare, 1970 : 53) “Dalam mengikutinya, saya mengikuti diri saya sendiri; Tuhanlah hakimku, bukan karena cinta dan kewajiban, Tetapi seolah demikian, untuk tujuanku yang tertentu. Kutipan di atas menunjukkan bahwa Iago hanya pura-pura patuh kepada Othello sebagai atasannya, tetapi tujuannya adalah untuk menjatuhkan Othello. Untuk mencapai maksudnya Iago memanas-manasi Roderigo. Iago mengetahui bahwa Roderigo merasa cenburu atas keberuntungan Othello yang berhasil menyunting Desdemona sebagai istrinya. Kreditur itu Iago berkata kepada Roderigo, “I had told thee often, and I re-tell thee again and again, I hate the Moor. My cause is hearted; thine hath no less reason. Let us be conjunct8ive in our revenge against him” (Shakespeare, 1970 : 75) “Saya telah sering menceritakan kepada engkau, dan saya menceritakan kembali kepada engkau, saya benci kepada orang Moor itu. Alasan sayaq jelas, engkau juga memilki alsan tidak kurang dari saya. Mari kita bekerjasama dalam pembalasan dendam kita kepadanya”.
Swesana Mardia Lubis: Shakespeare dalam Karyanya “Othello”, 2004
USU Repository©2006
Itulah pangkal bencana dalam kehidupan Othello dan Desdemona. Iago juga merasa iri hati kepada Cassio, dan Cassio dipilihnya untuk menjadi korban dalam rencananya merusakkan hubungan antara Othello dan istrinya Desdemona.
3. Motif Cemburu Dalam setiap karya drama tentu dijumpai konflik antara para pelakunya. Dalam drama Othello konflik tersebut begitu nyatanya dan menjadi motivasi timbulnya koflik tersebut adalah perasaan cemburu antara pelakunya dam mendominasi seluruh isi cerita. Oleh karena itulah maka drama Othello disbut tragedi kecemburuan.
E. Kesimpulan Shakespeare memperoleh bahan bagi karya-karyanya dari sejarah, dongeng (legenda), serta cerita-ceritanya sendiri. Tetapi bahan-bahan ini diolah sedemikian rupa, sehingga hasilnya merupakan ciptaan-ciptaan orisinil. Metode ini sudah lazim dilakukan oleh penulis-penulis drama pada zaman itu. Mengenai Shakespeare lazim dikatakan bahwa ia sukar dicari bandingannya sebagai penulis cerita, pelukis watak, homoris, dan ahli retorik. Karena imaginasinya yang sangat luas dan melingkupi keseluruhan batin manusia dan yang membuatnya dapat menembus ke segala rahasia tentang watak serta motif-motif manusia. Di dalam karyanya “Othello” dapat kita lihat bagaiman dia coba menuangkan berbagai macam watak atau sifat dari pemeran yang ada, yang coBa dituangkannya dalam tulisan yang memukau. Shakespeare juga coba memunculkan motif-motif yang menyebabkan terjadinya tragedi pada karyanya “Othello” yang dirangkainya sedemikian indahnya, sehingga kita merasa terhanyut ketika membacanya. Maka tidak mengherankan pengaruh Shakespeare telah merasuk ke dalam bahasa Inggris dan ke dalam karya-karya sastra yang dihasilkan, kemudian pada akhir kesempatan ini penulis ingin mengemukakan suatu pandangan bahwa karya drama Shakespeare ini pantas dan berharga untuk dibaca dan ditelaah, terutama oleh para mahasiswa Sastra Inggris Fakultas Sastra.
Swesana Mardia Lubis: Shakespeare dalam Karyanya “Othello”, 2004
USU Repository©2006
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Lily B. 1960., Shakespeare’s Tragic Heroes, New York : Barnes & Noble, Inc. Charney, Maurice. 1971., How to Read Shakespeare, New York : Mc. Graw Hill Book Company. Cook, Albert. 1571., Oedipus Rex : A Mirror for Greek Drama Belmot, California : Wadsworth Publishing Company, Inc. Hartnoll, Phyllis. 1972. The Concise Oxford Companion to The Theatre. Hurrell, John D. 1961. Two Modern American Tragedies. Shakespeare, William. (t.th) The Tragedies of Shakespeare, Vol. : I. New York The Modern Library. Shakespeare, William. 1970. Othello. New Penguin. Shakespeare, William. 1969. The Complete Works London. Allen Lane The Penguin Press. Shipley T, Joseph. 1968. Dictionary of World Literature. Wilfred L. Guerin Cs. 1966. The Exponential Approach.
Swesana Mardia Lubis: Shakespeare dalam Karyanya “Othello”, 2004
USU Repository©2006