............... sesungguhnya segala sesuatu yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat rnenciptakan seek~r lalat pun, walaupun mereka bersatu untuk rnenciptakannya. Dan jika lalat itu rnerarnpas sesuatu dari rnereka, tiadalah rnereka dapat rnerebutnya kembali dari lalat itu. Arnat lemahlah yang rnenyernbah dan arnat lernah pulalah yang disembah. (Qur'an, AI-Hajj: 73)
7
PERANAN LAlAT PUNUK (D1PTERA : SIMULIIDAE) SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT PADA TERNAK
SKRIPSI
Oleh YAZID FATHONI
B. 19.0617
FAKUL TAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERT ANIAN BOGOR
1987
RINGKASAN
YAZID FATHONI.
Peranan Lalat Punuk (Diptera : Simuliidae)
Sebagai Vektor Penyakit Pada Ternak
(diba~ah
bimbingan DR.
F.X. Koesharto). Lalat Punuk (black-flies, adalah
lalat
1.5
4
turkey-gnat)
keeil dari ordo Diptera yang mempunyai ukuran
mm,
berpunuk,
bufallo-gnat,
berwarna
menghisap
hitam,
darah
thorax
mamalia
kelihatan
dan unggas,
seperti menyerang
seeara bergerombol, aktif pada pagi dan sore hari,
beristi-
rahat pada saat hari panas di didaunan dekat tanah,
umumnya
mempunyai jangkauan
menyerang induk semang di luar kandang,
terbang 225 km baik dengan bantuan angin maupun tidak. Pada
bag ian kepala terdapat sepasang antena,
dari beberapa segmen, untaian
seperti
mata diehoptie, pada
bag ian
berbentuk bulat keeil yang
manik-manik, lalat jantan
mulut
lalat
membentuk
betina mempunyai tipe
bertipe
terdapat
terdiri
holoptie,
sedangkan
labrum dengan gigi keeil pada
ujungnya untuk merobek jaringan induk semang,
pada
spesies
yang tidak menggigit, gigi ini mengalami atropi. Thorax
kelihatan
seperti
berpunuk,
tertutup oleh
rambut yang berwarna gelap, kaki relatif pendek tetapi eukup kuat.
Sayap umumnya lebar tetapi pendek,
anterior
berkembang
baik,
sedang
bag ian
vena sayap bag ian lainnya seperti
membran dengan vena-vena yang tidak jelas. Abdomen pendek dan gemuk,
serta tertutup oleh rambut,
bagian yang tidak tertutup oleh rambut terlihat jernih sebab mempunyai
kemampuan mengembang untuk menampung darah, jelas,sehingga
kelamin sangat
kedua
jenis
alat
kelamin
dapat
dibedakan dengan jelas. Lalat
ini
mempunyai
metamorfose
lengkap mulai dari
Larva hidup di air yang
telur, larva, pupa, sampai dewasa.
mengalir, sungai-sungai besar atau kecil, melekat pada batubatu, tumbuh-tumbuhan, atau benda-benda yang terdapat di air khususnya di daerah pegunungan. Sebagai semang,
sehingga
ektoparasit,
gigitannya dapat menimbulkan rasa sakit yang hebat, menimbulkan
pembengkakan lokal, bahkan
lalat ini menghisap darah induk
ketidak tenangan, peradangan,
terkadang disertai
dermatitis,
iritasi,
menghasilkan toksin dari kelenjar ludahnya.
dan
Bagian
tUbuh sapi yang sering diserang adalah mata, telinga, lobang hidung,
serta
bagian
ventral
tubuh
seperti
umbilicus,
Akibat dari kebiasaan menghisap darah ini,
maka lalat
ambing, dan puting.
ini
bertindak
patogen,
pada
diantaranya
mamalia,
manusia,
pemindah
sebagai
adalah
filaria
beberapa
Leucocytozoon dan
Trypanosoma,
yang
sifatnya
cacing filaria Onchocerca spp
unggas,
protozoa
organisme
Mansonella darah serta
pada
ozzardi unggas
beberapa
pada
seperti
dari
arbo
virus misalnya pada penyakit Venezuelan Equine Encephalitis, Eastern
Equine
Encephalitis,
Myxomatosis pada kelinci.
Vesicular
Stomatitis,
dan
Kerugian meliputi
yang
ditimbulkan
kematian
ternak,
penggantian sapi-sapi jantan yang
diperpanjang,
yang
menurunnya
akibat pada
sapi
lemah, produksi
menurunnya produksi susu pada sapi perah.
Simuliidae po tong jarak
ini
berupa
kelahiran
daging,
dan
Sedangkan
pada
unggas menyebabkan penurunnya produksi telur serta daging. Pengendalian
yang
paling efektif adalah pengendalian
secara terpadu, dan ditujukan pada stadium larva, sebab pada stadium ini merupakan stadium yang paling rentan.
PERANAN LALAT PUNUK (DIPTERA : SIMULIIDAE) SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT PADA TERNAK
SKRIPSI
Sebagai syarat untuk memperoleh gelar Dokter Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor
Oleh
YAZID FATHONI B.19.0617
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 1987
Judul skripsi
Peranan Lalat Punul< (Dipters : Simuliidae) Sebagai Vektor Penyakit Pads Ternak
Penulis
Yazid Fsthoni
Pembimbing
DR. F.X. Koesharto
Menyetujui:
DR. F.X. Koesharto Pembimbing
Tanggal
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan Gresik,
Jawa
Timur.
tujuh bersaudara,
pada
tanggal
16
April
1963
di
Penulis merupakan anak ke tujuh dari
dengan ayah bernama Maskoen Asj'arie
dan
ibu bernama Moezajanah. Pendidikan
Muhammadiyah I tahun 1975, di
SMP
Dasar
Sekolah
diselesaikan
di
SD
Sekolah Menengah Tingkat Pertama
Negeri II tahun 1979,
dan Sekolah Menengah Tingkat
Atas di SMA Negeri I tahun 1982, ketiganya di kota Gresik. Penulis diterima sebagai mahasiswa Institut
Pertanian
Bogor pada tahun 1982 melalui jalur Proyek Perintis II, memasuki Fakul tas Kedokteran Hewan pada tahun 1983. sebagai 1986.
Sarjana
Kedokteran
Hewan
dan Lulus
pada tanggal 30 Oktober
KAT A PENGANTAR
Bismillaahirrakhmaanirrahim Puji dan syukur kita yang
telah
melimpahkan
panjatkan
kehadirat
Allah
rahmat serta karunianya,
swt
sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi ini merupakan
salah
satu
persyaratan
untuk
memperoleh gelar Dokter Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. Pada
kesempatan
ini penulis menyampaikan rasa terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak DR. F.X. Koesharto yang telah
memberikan
bimbingan
serta
saran-saran
penulisan sampai penyelesaian skripsi ini. juga
mengucapkan
sejak
Tak lupa penulis
terima kasih kepada Pimpinan Perpustakaan
Lembaga Biologi Nasional, Perpustakaan Museum Zoology Bogor, Perpustakaan Pusat Institut
Pertanian
Bogar,
Perpustakaan
BIOTROP, Perpustakaan Entomology Kesehatan IPB, Perpustakaan Balai
Penelitian Veteriner ,
Perikanan
Darat
Bogor,
Perpustakaan Balai Penelitian
serta
membantu, yang tidak bisa penulis Penulis
menyadari
jauh dari sempurna.
bahwa
berbagai
pihak
yang
ikut
sebutkan satu persatu. skripsi ini masih terlampau
Oleh karena itu kritik dan saran sangat
dinantikan demi kesempurnaan skripsi ini.
Bogar, Oktober 1987 Penulis
DAFTAR lSI
halaman KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
vi
DAFTAR lSI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
vi i
DAFTAR GAMBAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
ix
DAFTAR LAMPIRAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
x
PENDAHULUAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . • . . . • . . . . . . . . . . . . .
1
MORFOLOGI . . . . . . . . . . . . . . . . . . • . . . . . • . . . . . . . . . . . . . . . .
4
S IKLUS HIDUP . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . • . . . . . .
11
1. Telur
11
2. Larva
13
3. Pupa . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
15
TINGKAH LAKU DI ALAM " . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
18
PERANAN LALAT PUNUK DALAM KEHIDUPAN HEWAN .........
22
.....................
22
1. Akibat gigitan langsung 2. Sebagai vektor penyakit
24
24
a. Onchocerciasis ...............
26
c. Leucocytozoonosis . .......... .............
26
d. Avian Trypanosomiasis ....... .............
27
e. Venezuelan Equine Encephalitis ...........
28
f. Eastern Equine Encephalitis ..............
29
g. Infectious Myxomatosis .. .... .............
30
h. Vesicular Stomatitis.....................
31
b. Ornithofilaria fallisensis
KERUGIAN EKONOMI
.........•...................•..•.
33
PENANGGULANGAN . . . . . . . . . . . • . . . • . . • . . . • • . . . . . . . • • . • .
35
1. Kontrol seeara fisik dan mekanis ..•.•.•. •...
35
2. Kontrol melalui praktek ta ta laksana •..•••..
36
3. Kontrol seeara alami
•.••. ..•.....••..••••.••
37
4. Kontrol dengan senyawa kimia ••••••••.•.. .••.
39
PEMBAHASAN .••.••...••.•..•••••.••••.•..•••...••...
42
DAFTAR PUS TAKA .....•..••••..•••••..•.•..•.••.•..•.
48
DAFTAR GAMBAR
Nomor
halaman Teks
1. Pandangan lateral dan dorsal dari Simuliidae betina dewasa . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
5
2. Pandangan depan kepala Simuliidae dewasa jantan dan bet ina . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . • . . . . . .
5
3. Pola sayap Simuliidae dewasa betina
8
4. Pandangan lateral thorax Simuliidae
8
5. Kaki belakang Simulium
9
6. Alat kelamin Simulium.
9
7. Telur dan larva Simulium ornatum . . . . . . . . . . . . . . .
12
8. Kumpulan larva Simuliidae pada sehelai rumput..
17
9. Pupa dan kepompong Simuliidae .... ... ...........
17
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
halaman Teks
1. Simuliidae sebagai vektor organisme patogen . ......
55
2. Klasifikasi Simuliidae ...•.......................
59
3. Spesies Simuliidae di Indonesia . . . . . . . . . . . . . . . . . .
60
4. Spsies Simuliidae di Wilayah Oriental (Asia)
61
PENDAHULUAN
Indonesia yang
nisbi
sebagai
tinggi
ektoparasit.
negara
merupakan
Diantara
tropis sorga
dengan
dari
kelembaban
berbagai
terdapat
tersebut
ektoparasit
jenis
beberapa jenis yang menghisap darah hewan untuk kelangsungan hidupnya.
Pada waktu menghisap darah, ektoparasit ini dapat
memindahkan
agen
penyakit
dari
hewan
ke
hewan lainnya,
parasit demikian disebut sebagai vektor. Dari sebagai
beberapa
vektor
ektoparasit
ditemukan
sering
yang
panyakit di Indonesia antara lain: Tabanus,
Chrysops,
Haematopota,
Stomoxys,
Haematobia,
Haematopinus.
Dari
Simulium
kurang
masih
Culicoides, Nyamuk, kesebelas mendapat
Hippobosca,
Simulium,
microplus,
Boophilus vektor
atas
di
dan
ternyata
baik mengenai
perhatian,
keberadaannya di Indonesia maupun peranannya sebagai
vektor
penyakit pada ternak. Di
Indonesia
lalat
adapun nama lain yang
bufallo-gna t,
sering
hitam
dipakai
turkey-gnat,
dan
di
adalah
dan
termasuk
Simuliidae merupakan famili
yang
black-flies,
Australia
Lalat punuk berukuran
disebut sand flies. berwarna
ini dikenal sebagai lalat punuk,
dalam paling
lalat
kecil,
famili
ini
umumnya
Simuliidae.
homogen
dian tara
sub-ordo Nematocera lainnya. Nenurut
Kettle
(1981)
diseluruh
terdapat 1.270 spesies dari 19 genera yng
dunia diperkirakan telah
ditemukan,
1
tetapi
hanya
4
genera yang mempunyai kepentingan ekonomi,
yaitu Simulium,
Austrosimulium,
Genus
dan terpenting adalah Simulium dengan 1.000
terbesar
spesies yang terdapat dalam 38 berikutnya
adalah
dan
sisanya
lainnya.
dan Cnephia.
Genus
terbesar
kira-kira
12% dari
kemudian Austrosimulium
sebanyak
sebanyak
dengan
6%
tersebar
dalam
16
genera
Dari 43 spesies yang bertindak sebagai ektoparasit
atau vektor
terdapat
Austrosimulium, Cnephia.
37
dan
Sepuluh
I
spesies
sapi,
spesies
dan
6
dari
masing-masing
Simulium,
4
dari
dari Prosimulium dan
diantaranya
vektor penyakit pada manusia, ternak
sub-genera.
Prosimulium
semua spesies Simuliidae, 2%,
Prosimulium,
bertindak
sebagai
2 sebagai vektor penyakit pada
sebagai
vektor
penyakit pad a bangsa
unggas. Penyebaran Simuliidae bersifat kosmopolitan, pada cocok
terutama
tempat yang banyak sungai-sungai atau anak sungai yang sebagaitempat
beberapa
spesies
terpencil terbatas
di hanya
berkembangbiaknya,
yang
tengah di
mendiami lautan.
Australia
dan
pulau-pulau Penyebaran
dan
bahkan yang
terdapat
diseluruh
New Zaeland,
sedangkan
Neotropical,
110
Spesies
daerah zoogeographical dengan
jumlah terbesar 300 ditemukan di daerah daerah
sangat
Austrosimulium
Prosimulium dan Cnephia meliputi daerah Holoartic. Simulium
ada
di Ethiopian,
Palaeartic,
60
di
80 di Oriental dan
paling sedikit sebanyak 60 di Australia (Crosskey,1973). Dari banyak spesies
yang
telah
diketahui,
beberapa
2
spesies yang penting, S. rugglesi, callidum,
S.
yaitu:
damnosum,
S.
croxtoni,
S.
aureum,
S.
neBvei I
ochreanum,
S.
S.
S. mexicanum,
col umbaczense,
S. parnassum, S. euryadminiculum, S. latipes, S.
Austrosimulium
masalah,
S.
S. occidentale, S. nigroparvum, S. slossonase, S.
metal1icum, S. amazonicum,
pecuarum.
Simulium ornatum, S. venus tum,
quebecense,
S.
pestilens,
A.
Kesemua baik
spesies
akibat
mellatum, bancrofti,
diatas
gigitannya
johannseni,
S.
dan
banyak
secara
Cnephia
menimbulkan
langsung
maupun
perannya sebagai vektor penyakit. Beberapa spesies dari Simuliidae ini, menggigit,
tetapi
sebagian
besar
darah verteberata berdarah panas, hewan
terutama
menghisap
darah
ditemukan hewan.
mamalia manusia
dan hanya
ditemukan tidak
menggigit dan menghisap yang secara luas menyukai
bangsa
unggas,
sekali-sekali
sedangkan bila
tidak
Akibat dari sifatnya yang menghisap darah
ini,
maka lalat punuk
yang
sifatnya
mampu memindahkan beberapa organisme
patogen,
seperti
beberapa
cacing filaria,
protozoa darah, dan beberapa virus. Disamping Simuliidae dikenal sebagai penyakit
pada
juga menyebabkan khususnya
manusia, gangguan
vektor
ternak sapi dan unggas, yang
serius
pada waktu ledakan populasi.
akibat
beberapa lalat ini gigitannya
Akibat gigitan dan
penyakit yang dipindahkan menyebabkan kerugian ekonomi cukup
yang
besar seperti penurunan produksi daging dan susu pada
ternak serta produksi telur pada unggas.
3
MORFOLOGI
Famili Simuliidae bersifat dapat
dengan
sangat
sehingga
homogen,
cepat dan mudah untuk dikenali terhadap lalat
dari famili lainnya.
Lalat dewasa berukuran
cukup
kecil,
dengan panjang tubuh 1.5 - 4 mm serta mempunyai bentuk tubuh bulat dan berpunuk pada bagian thorax (gambar 1). Sesuai dengan namanya, pada umumnya lalat ini berwarna hitam,
tetapi
ada beberapa spesies mempunyai warna kontras
dengan putih, perak, yang
atau kuning terutama pada bagian tubuh
mempunyai rambut serta bag ian kaki,
dan ada juga yang
didominasi dengan warna oranye atau kuning terang
(Service,
1980) .
Pada
bagian
kepala terdapat sepasang mata yang besar
yang menempati hampir sebagian besar daerah
kepala.
Pada
lalat jantan mempunyai tipe mata "holoptic" yaitu kedua mata saling ada.
bertemu
diatas antena sehingga bagian "frons"
tidak
Sedangkan pada lalat betina kedua mata dipisahkan oleh
"frons" diatas
antena,
bent uk
seperti
ini
disebut
tipe
"dichoptic" (gambar 2). Bentuk lebih sarna, membentuk
antena
pad a
lalat
jantan
dan betina kurang
yaitu terdiri dari beberapa segmen bulat untaian
rapi
yang
Famili Simuliidae pada umumnya
mirip
dengan
mempunyai
kecil
manik-manik.
segmen
berjumlah
9 - 12 dengan masing-masing segmen berbentuk uniform, tetapi
4
Gambar 1. Pandangan lateral (kiri) dan dorsal (kanan) dari Simuliidae betina dewasa
a
b
c d
Gambar 2. Pandangan depan kepala Simuliidae jantan (kiri) dan betina (kanan) a.
mata majemuk;
c. proboscis;
b.
antena
d. palpus 5
yang
paling
banyak berjumlah 11,
Austrosimulium berjumlah 10,
hanya kadang-kadang pada
tetapi jarang
yang
mempunyai
jumlah 9 atau 12 (Kettle, 1981). Mulut yang
cukup kecil,
timbul
kebawah
dari
sehingga
disesuaikan
"maxilla palp" mempunyai 5 segmen
bag ian mudah
untuk
dasar
mulut
terlihat.
menghisap
serta Mulut
darah,
yaitu
menggantung lalat
betina
dengan
adanya
"labrum" dengan gigi yang dapat digunakan untuk merobek, dan beberapa
lalat
bet ina
yang
tidak
menggigit,
gigi
ini
mengalami atropi (Crosskey, 1973). Thorax berbentuk konvek pada bag ian dorsalnya sehingga mirip dengan punuk terutama pada lalat jantan. lalat
"scutum" menciri
jantan
untuk
pola
bet ina
terdapat
masing-masing
seperti
ini
spesies,
warna sedang
rambut
yang
pada
lalat
jarang ditemukan (Datta,
Adapun menurut Service (1980), ini dapat berwarna hitam,
pola
Pada bag ian
1973) . "scutum"
rambut pada bag ian
putih, keperakan, kuning, oranye,
atau tersusun dalam pola yang beraneka ragam. Sayap umumnya pendek tetapi lebar dengan yang
besar
anterior
(gambar 3),
berkembang
"anal
lobe"
bagian radial sepanjang garis tepi
sangat
baik,
sedangkan
pada
bagian
medial dan cubital posterior mempunyai struktur yang lemah. Pola
sayap
seperti
tetapi sangat efisien. terdapat
ini meskipun kelihatannya lemah, Lipatan
sayap
bag ian
sub-median
diantara percabangan yang khas yakni median 2 (M,)
dan cubital 1 (Cu,),
percabangan
ini
disebut
"sub-median
6
fold",
sedangkan vena cubital 2 (Cu,) mempunyai lekukan yang
berbetuk sigmoid,
kecuali di Amerika Selatan terdapat genus
Gigantodax yang mempunyai (Cu,) langsung (Kettle, 1981). dan membran
Pada sisi thorax terdapat membran yang menciri, ini
disebut
sebagai "pleural membran " yang terletak tepat
didepan pangkal sayap (gambar 4). Bentuk kaki dibandingkan
pada
dengan
terbagi atas coxa, Pada segmen
umumnya
sub-ordo
pendek
tetapi
Nematocera
trochanter,
femur,
kuat
lainnya.
tibia~
didapatkan
berhubungan
gerigi
terutama
Menurut Sasaki et. al.,
dengan pada
(1985),
kuku
leaki
dan tarsus. dimana pada
bagian tarsus terdapat 5 segmen tarsomer, terakhir
bila
yang
sering
lalat bet ina (gambar 5). kuku ini dibedakan menjadi
tiga tipe , yaitu tipe S, tipe P, dan tipe T. Adapun spesies yang
menyerang
menyerang
bangsa
menyerang
kedua
mamalia burung duanya
mempunnyai
tipe
S,
sedang
mempunyai
tipe
T,
dan
tipe
kuku
yang
bergigi
P
baik mamalia maupun bangsa burung.
Crosskey (1973), membagi bentuk kuku ini menjadi dua, tipe
yang
dan
tipe
kuku
yang
yaitu
sederhana
(gambar 5). Segmen abdomen bagian dorsal pertama suatu
tonjolan
yang
dikenal
sebagai
berubah
'Ibasal
mempunyai rambut pada bagian pinggirnya (gambar bagian
abdomen
lainnya
menjadi
scale'! yang
4),
sedang
sangat jernih khususnya pada lalat
bet ina karena mempunyai kemampuan untuk menggembung
sebagai
penampung darah.
7
s,
R'
Rs
M.
lipatan sub-median (sub-median fold)
Cu.
anal lobe
An.
An,
Gambar 3. Pola sayap Simuliidae betina dewasa
so st pm
Gambar 4. Pandangan letaral (se) scutum; (st) (ht) halter; (bs) (e,) coxa 1; (C2) (c,) coxa 3; (pm) bran.
thorax Simuliidae scutellum; basal scale; coxa 2; pleural mem-
3
."",~-
ex tr
B
~--t
c
Gambar 5. Kaki Simulium A. Kaki Simulium Keseluruhan (ex) coxa (tr) trochanter; (f) femur; (tb) tibia; (t) tarsus; (cp) calpicala; (pd) pediculus; (cw) kuku. B. Kuku bergigi (tipe unggas) C. Kuku sederhana (tipe mamalia)
sperrnateca
be ti n a
j a ntan
Gambar 6. Alat kelamin Simulium
9
Bentuk alat kelamin jantan berupa hypopygium kecil dan kompak
yang penting artinya untuk taksonomi.
alat kelamin bet ina berbentuk batang tunggal,
disampimg
mirip
Sedang ujung huruf
"y"
dan
itu mempunyai spermateca yang berbentuk
sub-spherical (gambar 6).
10
SIKLUS HIDUP
Pada stadium awal berhubungan
erat
dari
dengan
siklus
hidupnya,
Simuliidae
air dan hampir selalu membutuhkan
air mengalir
dalam
sungai
jernih dan berbatu-batu mulai dari sungai yang
yang
perkembangbiakannya,
kecil sampai sungai yang besar. dari
telur
Lama
terutama
siklus
sungai-
hidup
mulai
hingga mencapai dewasa membutuhkan waktu antara
60 hari sampai 15 minggu atau lebih, hal ini tergantung dari spesies serta keadaan iklim (Harwood dan James, 1979).
1. Telur Pada waktu pertama berwarna gelap
putih
dan
Simuliidae
pucat,
akhirnya umumnya
kali
telur
diletakkan
mula-mula
kemudian berubah menjadi putih agak
menjadi
coklat
mempunyai
atau
hitam.
ukuran panjang 0,1
Telur 0,4 mm,
berbentuk segi tiga dengan ujung tumpul, mempunyai pelindung yang
lembut
serta
diselaputi
oleh
bahan
yang
lengket
(gambar 7). Umumnya
telur-telur
tersebut diletakkan secara bergerombol
dengan jumlah kira-kira 150 pada
permukaan
batu-batu,
masih hidup atau yang lainnya
yang
terdapat
sudah di
600
atau
lebih,
pada tumbuh-tumbuhan mati, air,
atau
pada
diletakkan baik yang benda-benda
bahkan ada beberapa jenis
lalat yang bertelur pada saat terbang ,
kemudian melepaskan
telurnya satu persatu diatas permukaan air dan tenggelam.
11
d e
r go h ....+--1
n
1
m n
0 ,
.
0
p q
A r
B
Gambar 7. Telur dan larva Simulium A.1. Bentuk telur Simulium 2. Kumpulan telur Simulium pada permukaan daun B.Pandangan lateral larva Simulium ornatum (a) mouth brush; (b) antena; (c) eye spot; (d) mandibula; (e) maxilla; (f) hypopharynx; (g) labial plate; (h) proleg; (i) bakal kaki; (j) bakal alat pernafasan; (k) bakal kaki; ( 1) bakal sayap; (m) bakal kaki; (n) bakal halter; (0) syaraf sentral; (p) alat pencernaan; (q) kelenjar saliva; (r) posterior circlet; (s) anal gill.
12
Pada
awal
perkembangan
telur-telur
embrionalnya,
Simulidae tidak dapat bertahan kalau tidak ada air, kemudian akan menjadi tahan pada stadium "eye spot" dan akan
berkurang
ketahanannya
lagi pada saat akhir perkembangannya (Ruhm,
1983) . Waktu penetasan berkisar an tara 3 - 7 tergantung
pada keadaan suhu,
hari,
hal
ini
seperti telur S.venus tum akan
menetas dalam waktu 4 hari pada suhu 24 o C, 5 hari pada 18 o C, sedang pada suhu (Harwood
dan
70 C
akan
James,
menetas
1979)
dalam
Disamping
spesies Simuliidae yang menghasilkan
waktu
27
hari
itu ada beberapa
telur-telur
"dormant"
bila terdapat kondisi yang merugikan (Wotton, 1981).
2.
Larva Larva
biasanya
ranting pohon,
ditemukan
rumput-rumput
melekat
atau
pada
reruntuhan
lain yang terdapat dalam air (William, 1985). mendapatkan
6
stadium
antara 20 - 25 hari,
larva
batu-batu, benda-benda
Datta (1983),
dengan lama stadium berkisar
tetapi hal ini
tergantung
dari
suhu
air, spesies, dan makanan ;y-ang tersedia. Larva
yang telah tumbuh sempurna berukuran 3 - 8 mm ,
berbentuk seperti alat tidak
jelas,
warna
sampai sangat hitam. agak
memanjang.
pemukul, mulai
licin,
silindris,
dari lwning suram,
segmen
putih kotor
Bagian kepala kelihatan menonjol Antena
dan
terdiri dari 3 segmen yang tidak
jelas batasnya, mempunyai bintik mata "eye spot",
mandibula
13
berbentuk
oval dan dijumpai gigi pada ujungnya.
sekelompok "setae", yang
bergerigi.
pada maxilla
terdapat
Mempunyai
"labial
Struktur yang paling jelas yang terdapat
pada bag ian kepala adalah adanya sepasang benda dengan
yang
mirip
kipas yang disebut "mouth brush" seperti tampak pada
gambar 7, yang berfungsi untuk menyaring makanan. pro-thorax terdapat suatu yang
plate"
dilengkapi
dengan
terdiri dari tiga terakhir
segmen
bag ian
tonjolan
yang
disebut
sederetan
kait
kecil.
yang
tidak
jelas,
dorsal terdapat "anal gill"
"posterior circlet" pada
Di bagian
bagian
ujung
"proleg" Abdomen
pada
segmen
serta terdapat
abdomen.
Menurut
Snyder dan Linton (1983), jumlah "mouth brush" serta panjang "anal gill" penting artinya untuk identifikasi (gambar 7). Larva pada umumnya tidak berenang tetapi tinggal untuk beberapa
waktu
pada
tempatnya
dengan
bantuan "posterior
circlet", tetapi sewaktu-waktu larva dapat berpindah tempat atau merubah "proleg l1
dan
posisinya
dengan
cara
melompat
saliva
pada
benda
melepaskan pegangannya agar dapat sejauh
yang
benang-benang tersebut
rnereka
ditempati
menuju
ke
panjang benang sutera yang dihasilkan,
sudah arnan,
Bila
"posterior circlet" secara bergantian.
larva ini mendapat gangguan dari mahluk lain, melekatkan
menggunakan
ditelan
dapat
kernudian
hilir
sungai
bila keadaan kernbali
untuk
menuju ke tempat semula. Menurut
Sen
dan
Fletcher
(1962) ,
larva-larva
membutuhkan oksigen yang cukup untuk kelangsungan
ini
hidupnya,
14
sehingga
banyak
dijumpai
dengan permukaan air, kedalam.
Larva
larva-larva
tetapi ada juga yang
yang
tinggal
Perbedaan
kebutuhan oksigen, keadaan
melebihi
kedalaman
tinggal dekat ditemukan
ini
300
mm
kecepatan aliran air,
yang
(Kettle,
selain dipengaruhi oleh
juga dipengaruhi oleh keadaan
tumbuh-tumbuhan
agak
dekat dengan permukaan air
ditemukan dalam kedalaman tidak
1981).
yang
hidup
dalam
geografi,
air,
serta
dan faktor terpenting adalah suhu air
itu sendiri. Chance (1970),
mengatakan bahwa larva Simuliidae pada
umumnya memakan partikel-partikel yang terdapat di dalam air yang berukuran 10 - 100 pm dan maksimal larva
ini
bakteria,
meliputi
crustacea
350
kecil,
pm.
Makanan
protozoa,
zat-zat organik yang membusuk baik
dari
algae, tumbuh-
tumbuhan maupun dari hewan, bahkan ada beberapa yang memakan sesamanya. mengalami
Algae dapat melewati saluran pencernaannya tanpa perubahan.
penc 7rnaannya diatom
ternyata
(Wotton,
pada
thoraxnya,
hasil
sebanyak
1976).
dikenali dengan adanya spot"
Dari
50%
Larva tanda dimana
penelitian dalam saluran yang
yang
hitam
dimakan
telah
yang
nantinya
yakni
dewasa dapat
dinamakan
"gill
akan menjadi alat
pernafasan pada saat menjadi pupa.
3. Pupa Pada saat mencapai stadium akhir, kepompong'
untuk
kemudian
menjadi
larva akan memintal pupa
dengan
kepala
15
menghadap ke arah aliran selama
Stadium
air.
pupa
berlangsung
4 - 5 hari dan dapat lebih lama bila suhu air rendah
(Datta, 1983).
Pupa bersifat tidak aktif dan sebagian besar
tubuhnya tertutup oleh kepompong (gambar 9).
Pada
bag ian
kepala terdapat sepasang mata yang besar, sedang pad a bag ian anterior
thorax
dijumpai
alat
pernafasan
yang dinamakan
"pupal gill" berbentuk cabang dan berfilamen. abdomen
kait-kait
ditemukan
kecil
yang
Pada
bag ian
berguna
untuk
menyangkutkan dirinya pada kepompong. Panjang,
dan jumlah
bentuk,
"pupal
gill"
bersifat
menciri untuk masing-masing spesies sehingga sangat membantu untuk pada
identifikasi, abdomen,
disamping
karena
ini
dapat
permukaan
segera air
atau
tidak
selalu
ada
untuk
Dalam keadaan darurat, pupa-pupa
menjadi
lalat
dewasa
dan
muncul
ke
dengan dilindungi gelembung udara yang dapat
mencegah dari kebasahan batu-batu
ini
kait
spesies-spesies tertentu.
itu juga kait yang terdapat
a tau
dengan
tumbuh-tumbuhan
cara yang
merangltak terdapat
pada
di
air
(Service, 1981). Umumnya larva-larva menjadi
dewasa,
akan
besar ke permukaan air, kepompong
yang
telah
yang
muncul
telah
tiba
untuk
seCara serentak dalam jumlah
kemudian segera
terbang.
Adapun
kosong biasanya masih dijumpai sisa-
sisa alat pernafasan setelah lalat keluar. telah kosong ini
saatnya
Kepompong
yang
nilai taksonomi.
16
Gambar 8.
Kumpulan larva Simuliidae pada sehelai rumput
A
B
Gambar 9. Pupa dan kepompong Simulium A. Pupa dalam kepompong B. Pupa tanpa kepompong
17
TINGKAH LAKU DI ALAM
Kedua jenis kelamin lalat jantan dan betina sari
tumbuh-tumbuhan,
menghisap darah.
tetapi
menghisap
hanya lalat bet ina saja yang
Pada umumnya lalat
Simuliidae
mempunyai
lama hidup 2 - 3 minggu (Harwood dan James, 1979). besar
lalat
ini
menghisap darah mamalia termasuk manusia,
dan bangsa burung. sapi
Sebagian
Hewan-hewan besar
dan keledai,
yang
disukai
yakni
sedang manusia baru dimangsa kalau tidak
ditemukan hewan sebagai mangsanya (Service, 1980). Pada umumnya lalat ini lebih menyukai menggigit daerah kepala terutama daerah
sekitar
daerah telinga (Sutcliffs,
mata,
lobang
~1enurut
1986).
hidung,
Eichler (1971),
Simulium ornatum jarang menggigit daerah bagian
atau
kepala
ternak
sapi,
tubuh sepanjang kaki depan sendiri,
ambing,
dan
atas
tubuh
tetapi menggigit daerah ventral sampai
puting.
umbilicus,
umbilicusnya
Umbilicus merupakan daerah
yang paling banyak digigit karena disamping kulitnya rambutnya jarang,
dan
tipis,
disekitar umbilicus sering dijumpai pusar
sehingga memudahkan lalat mencapai kulit. Mekanisme menggigit dari lalat betina darah
mempunyai
arti
yang
penting
pemindahan beberapa mikrofi1aria pada tubuh ini
menyerang
secara
bergerombo1,
ke1uar dari genangan darah yang
yang
menghisap
da1am
kecepatan
hewan.
menghisap
dihasi1kan
oleh
La1at
darah
yang
lacerasi-
18
lacerasi menggigit, labrum
akibat gigitan lalat tersebut.
Pada waktu
mula-mula kulit dilonggarkan dengan
menggunakan
kulit
yang
kemudian
mempunyai gigi pada bagian ujungnya,
dirobek dengan gigi yang mirip seperti
gergaji
pada
ujung
mandibula serta ditembus dengan gigi-gigi yang terdapat pada maxilla dan hypopharynx,
dan pada akhirnya labrum digunakan
untuk
luka.
membantu
hypopharynx
membuka
masuk
ke
Mandibula,
maxilla,
dan
jaringan host dan menembusnya hingga
mencapai kedalaman 120 - 150 mikron. Darah dihisap lewat suatu labrum pada bag ian depannya,
kanal
memungkinkan banyak.
pharynx dapat
Penghisapan
sehingga
Lewat saluran yang dan
alat
menghisap
darah
oleh
ini
pencernaan
secara
ini, jumlah
dalam
darah
terjadi
berhu-
lambat,
untuk dapat sampai kenyang membutuhkan waktu 4 - 6 bahkan ada yang sampai
menit,
Bila
lalat
tertutup
sedangkan pada bag ian belakang
ditutup oleh sepasang mandibula. bung an langsung dengan
yang
seperempat
atau
satu
jam.
menghisap darah bangsa unggas lama meggigit berkisar 2
- 3 menit (Crosskey, 1973; Noble dan Noble, 1982). Proses penghisapan darah yang lambat erat
dengan
luka.
Disamping
itu,
Simuliidae
dapat
kulit dan bahkan langsung menembus ke dalam kapiler
seperti halnya pada nyamuk dan lalat sudah
berhubungan
penularan mikrofilaria dari kulit yang dihisap
dari kulit yang menusuk
ini
menggigi t
lalat
ini
tse-tse,
dan
apabila
suli t untuk dicabut (Crosskey,
1973) .
19
Lalat ini menggigit induk semangnya (exophagic) Famili
dan
beristirahat
Simuliidae
diluar
di
kandang
kandang (exophilic).
tinggal
umumnya
luar
pohon-pohon
pada
disepanjang pinggiran sungai dan mengikuti gerombolan ternak yang
berpindah tempat.
sore hari, yang
Lalat ini aktif pada pagi hari dan
dan beristirahat pada siang
tumbuh
di
dekat
permukaan
hari
di
pepohonan
Eichler (1971),
tanah.
menemukan bahwa lalat akan aktif jika
terdapat
angin
yang
tidak
terdapat
angin
yang
kegiatan
sarna
terlalu
kecepatannya sekali,
kencang,
melebihi
disamping
seperti
pada
seperti
warna biru,
m.p.h juga
jika
cahaya
ada
yang
terlalu
pada
terang
Menurut Bradbury dan
Simuliidae dapat membedakan
berbagai
macam
Simul i um venus tum lebih tertarik pada
Prosimulium mixtum,
Simuliidae dapat
tidak
aktifitas lalat akan berhenti
ada
warna hitam, merah, dan biru,
dan
bila
siang hari yang panas.
Bennet (1974), Harna,
5
itu
bila ada hujan dan
dan
dan S.
vittatum
menyukai
tetapi warna kuning tidak.
mampu menempuh perjalanan yang cukup jauh,
terbang
perkembangbiakannya
hingga
mencapai
225
km
dari
tempat
baik dengan bantuan angin maupun tidak
(Gaffar, 1985). Perkawinan terjadi disekitar tempat perkembangbiakannya,
tetapi
beberapa spesies melakukan di permukaan tanah,
sebagian besar berlangsung pada saat terbang.
Lalat jantan
dapat
50
mengenali
lalat
betina
sampai
jarak
em
dan
mengikuti lalat betina untuk mengadakan perkawinan.
20
Lalat
bet ina meletakkan telur-telurnya pada permukaan
batu-batuan, terendam
di
tumbuh-tumbuhan, dalam
air.
serta
benda-benda
Menurut Sen dan Fletcher (1962),
Simulium maculatum mampu menyelam hingga mencapai 1
kaki
untuk
bertelur,
sedangkan
telur-telurnya sambil merangkak terdapat
dibawah
yang
permukaan
S.
pada
air.
kedalaman
equinum meletakkan
ranting-ranting Ladle at. al.,
melaporkan adanya telur-telur lalat yang ditemukan
yang (1985)
dicelah-
celah serpihan tanah. Sebagian mematangkan flanautogeneus",
besar
lalat
bet ina membutuhkan darah untuk
telur-telurnya,
keadaan
sedangkan
yang
lalat
ini
mampu
disebut mematangkan
telur-telurnya tanpa membutuhkan darah, disebut "autogeneus" seperti pada Simulium noelleri ('votton,
1982).
21
PERANAN LALAT PUNUK DALAM KEHIDUPAN HEWAN
1. Akibat gigitan lang sung Baik di negara tropis maupun tidak, menyebabkan
masalah
menghisap darah, perdarahan,
gigitan
yang
pembengkakan lokal,
sampai
cukup
serius.
Selain
gigitan lalat ini menimbul kan rasa sakit, serta peradangan, dan juga
sering disertai dengan iritasi yang hari
lalat punuk dapat
beberapa minggu,
hebat
selama
beberapa
sehingga menimbulkan ketidak
tenangan pada hewan ternak. Lalat ini menyerang sapi secara bergerombol pada daerah mata, ambing,
puting,
terutama
lobang hidung, lobang telinga, umbilicus, dan scrotum.
Biasanya pada saat
terjadi
serangan mendadak, kawanan ternak sapi akan begerak beramaisecara
ramai
bergerombol,
akibatnya
sapi-sapi
muda atau
anak-anak sapi akan terpisah dari induknya dan terinjak injak sehingga mengakibatkan hal yang fatal. ada
sekumpulan
ternak
sapi
yang
Kadang-kadang
berkubang di tanah yang
becek untuk melindungi dirinya dari gigitan lalat. (1984)
mengelompokkan
Farkas
bentuk kelainan kulit akibat gigitan
lalat ini menjadi 6 bentuk, yaitu : oedematous, erythematous oedematous (bentuk
(bentuk
plegmonoid),
erysipeloid), haemorrhagic
inflamatory-indurative plaque,
haemorrhagic
nodules, dan haemorrhagic vesicels. Menurut ornatum
Eichler
(1971),
sebagian
menggigit bagian ventral tubuh,
besar
Simulium
yaitu : umbilicus,
22
ambing,
dan
Sedangkan
puting,
S.
jarang
menggigit umumnya
erythrocephalum
daerah
menyerang sapi pada
daerah kepala, leher, lengan, dan abdomen, menirnbulkan
vesicula
dan
papula
yang
gigitannya dapat mirip dengan kutil
(Hart)
(Soulsby,
lalat
punuk dapat menyebabkan oedema pada kepala,
1971) .
Di India kuda-kuda
yang
lengan, serta penis (Sen dan Fletcher, 1962). melaporkan
adanya
anak-anak
Aus trosimuli um pestilen s
dan
lobang
kesulitan
hidung
sehingga
bernafas,
domba
dan A.
disarnping
kepala.
digigit abdomen,
Seddon (1967)
yang
diserang
bancrofti pada bagian mat a
menyebabkan
kebutaan
dan
itu kedua spesies lalat ini
juga menyerang kanguru dan wallabis.
Di Canada
dilaporkan
bahwa S. luggeri yang rnernpunyai penyebaran sangat luas telah menyerang
sebagian
besar
ternak
mamalia,
lalat
mengerubung di daerah kepala dan dapat mengakibatkan
ini
stress
serta hiperaktif pada hewan (Fredeen, 1985). Di
Amerika
banyak gangguan Amerika
selatan
utara, pada
ternak,
dapat
khususnya pada kerbau.
Prosimulium
dan
mixtum
Cnephia
rnembinasakan
menirnbulkan dari
pecuarum
sekawanan
ternak
Sedangkan Simulium ,-i ttatum menyebar
seCara luas di Amerika Serikat dan menyebabkan iritasi ternak, kesakitan
pada
begitu juga dengan S. meridionale menyebabkan angka yang
tinggi
pada
ternak
kalkun
(Schmidt
dan
Roberts, 1981).
23
2. Sebagai vektor penyakit Akibat dari sifat lalat ini yang menghisap darah, maka Simuliidae
mampu
untuk memindahkan beberapa organisme yang
sifatnya patogen,
beberapa spesies terlibat sebagai
beberapa
filaria
cacing
1982),
Simulium
oleh
dan beberapa
Leucocytozoon
dan
yaitu
virus,
Eastern
Equine
Onchocerca
Nansonella ozzardi
(termasuk manusia), dipindahkan
genus
protozoa
darah
Trypanosoma,
Penyakit
pada
Equine
yang
et.
unggas
beberapa
Vesicular
Encephalitis,
mamalia
manusia
(Shelley
serta
Venezuelan
pada
pada
amazonicum
vektor
~
seperti dari arbo
Encephalitis,
Stomatitis,
dan
Myxomatosis pada kelinci.
a. Onchocerciasis
Adalah suatu
penyakit
yang
disebabkan
oleh
Penyakit ini
filaria Onchocerca spp yang terrnasuk Nematoda. dapat
rnenyerang
kambing, pada
hewan
dan domba.
rnanusia.
Simuliidae
dan
ternak
antara
lain: sapi,
Bahkan penyakit ini
dapat
Ceratopogonidae.
Penyakit
gejaia-gejaia : rasa gatal yang hebat,
kuIit,
nodul-nodul pads subcutsn. dikenal
kuda,
rnenyerang
Sebagai vektornya adalah lalat dari farnili
dengan
ini
cacing
sebagai
"river
ini
fissura pads
Pada manusia,
blindness"
ditandai
penyakit
karena
dapat
menyebabksn kebutaan. Onchocerciasis pad a ternak sapi di Inggris oleh
Onchocerca
gut turosa
yang
di tularksn
disebabkan
oleh Simul i wn
24
ornatum dengan morbiditas
disebabkan
oleh
O.
morbiditas 100%.
mencapai
armillata,
50%,
dan
sedang
bahkan
Sedangkan di Australia,
di
India
bisa mencapai
lalat dari famili
Ceratopogonidae bertindak sebagai vektor O. gibsoni (Seddon, 1967) . Cacing
dewasa
Onchocerca
sering ditemukan pada
spp
ligamentun nuchae dan ligamentum gastro-splenic terlihat
pada
pada
ligamentum
cervical is
vertebrae thoracalis (Beesly, dilakukan
di
hanya
waktu pemeriksaan post-mortum atau terkadang
terlihat sebagai nodul-nodul pada subcutan, juga
yang
rumah
po tong
sebelah
1973). hewan
serta ditemukan atas
hingga
Suatu survey
pernah
pad a
sapi
ditemukan sebanyak 746 dari 1591 kasus karena
Inggris
di O.
gutturosa
pada ligamentum cervical is yang diperiksa (Nelson, 1973). Menurut Eichler (1973), di daerah
umbilical.
umumnya mikrofilaria terpusat
Mwai.ko
(1979),
melaporkan
adanya
mikrofilaria O. gutturosa ditemukan pada umbilicus, scrotum, dan
ambing.
Dan bahkan ada juga yang ditemukan di stroma
cornea mata (Cello, menimbulkan
1971) .
Di India
O.
armillata
dapat
lesi-lesi serta nodul-nodul pada lapisan intima
aorta dan aneurysma pa.da sapi dan domba 1983; Nasseri et. ~likrofilaria
~
(Kaul
dan
Prasad,
1986).
O. gutturosa yang telah terhisap Simulium
ornatum dapat berkembang menjadi stadium larva yang infektif
dalam
Haktu
mikrofilaria
sekitar yang
3
minggu
terhisap
(Ei.chler,
lalat
1971).
bervariasi.
Jumlah Dalam
25
penelitian
terhadap
terinfeksi berat,
lalat yang menggigit seekor hewan yang
dari
80
sampel
yang
diambil
ternyata
didapatkan rata-rata seekor lalat mengandung 80 mikrofilaria (Eichler, 1971).
b. Ornithofilaria fallisensis Adalah
jenis
filaria
Filaria ini pertama jenis
"White
kali
Pekin"
menginfeksi
dilaporkan
yang
Algonquin Park Ontario.
yang
anak
menyerang
dipelihara
di
Mikrofilaria dari
anak
luar
O.
itik. itik
rumah
di
fallisensis
berkembang hingga menjadi stadium infektif di tubuh Simulium venus tum,
S. parnassum, dan S. rugglesi serta beberapa dari
subgenus Eusimulium seperti S. euryadminiculum, S. croxtoni, dan S.
latipes.
stadium
infektif
Perkembangan mikrofilaria membutuhkan
waktu 7 -
untuk
mencapai
14 hari tergantung
dari suhu (Anderson, 1956 Dalam Crosskey, 1973).
c. Leucocytozoonosis Adalah suatu penyakit yang darah
yang
unggas.
dalam
oleh
protozoa
penyebab-penyebab
malaria
Protozoa ini telah dilaporkan menimbulkan wabah di
Thailand, Malaysia, dikenal
digolongkan
disebabkan
India, Korea,
dengan
Birma,
Ceylon,
dan Indonesia. nama
"Bangkok
Philipina,
Singapura,
Di Thailand penyakit ini haemorrhagic
Disease".
Sedangkan di Indonesia penyakit ini telah dikenal pada sejak
tahun
1912
di Sumatera (Ditkeswan,
1982).
ayam Selain
26
menyerang ayam kalkun,
parasit
burung
ini
puyuh,
juga
menyerang
itik,
angsa,
burung merpati dan
burung belibis,
burung gagak (Soulsby, 1971). Beberapa Simuliidae
spesis
sebagai
Leococytozoon intermediate
dimasukkannya sporozoid yang
kemudian
Leucocytozoon
Culicoides
spp,
caul 1 eryi
pada
itik
dan
oleh
yaitu
host, dibawa
darah menuju berbagai sel dalam tubuh. oleh
dipindahkan
dengan
oleh
aliran
Pada ayam disebabkan
yang
dipindahkan
angsa
oleh
oleh
L.
simondi
S. euryadminiculum, dan
dipindahkan oleh Simulium venustum,
S. rugglesi, sedangkan pada kalkun disebabkan oleh L. smithi dengan
vektor
S.
occidentale,
slossonase (Fallis et. Penyakit
ini
~
dapat
S.
menimbulkan
gejala
klinik atau
Gejala klinik
yang
diamati diantaranya adalah : tinja berwarna hijau,
kematian
muntah
S.
1974).
adakalanya tanpa gejala klinik.
hilang nafsu makan,
dan
nigroparvum,
darah,
akibat adanya kollaps.
tidak menimbulkan gejala klinik
paralisa,
dapat
depresi,
dan
diikuti
Sedang pada penyakit yang ditandai
dengan
penurunan
produksi telur, daya tetas, serta penurunan berat badan.
d. Avian Trypanosomiasis Parasit
inl
berkembang
dan menjadi stadium infektif
dalam ornithophilic Simuliidae selain itu aegypti.
Bennet (1961),
juga
pada
Aedes
melaporkan bahwa kemungkinan yang
menjadi vektornya di Algonquin Park Canada
adalah
Simulium
27
S. latipes, S. quebecense, S. croxtoni, S. rugl1esi
aureUlll,
dan Prosimulium decemarticulatum.
e. Venezuelan Equine Enchepalitis (VEE) Penyakit ini biasanya disebut juga
Venezuelan
Equine
Encephalomyelitis atau Pesta Loca, yaitu suatu penyakit yang disebabkan
oleh
virus
(arbo-virus).
pertama kali diisolasi di Venezuela. dengan
kematian
yang
Equador, Brazilia, Caribia.
tinggi
Peru,
Penyakit
Sejak
Nicaragua,
bahkan
epidemik
Mexico,
1982;
Andrewes et.
1978). Selain
manusia,
menyerang
kuda,
dan
rodensia,
virus
bangsa
juga
ini
menyerang
(Service,
burung
1980) .
Kerugian yang ditimbulkannya berupa kematian pada kuda, yang
dan
telah dilaporkan menyebar
sampai ke Florida dan Texas (Ditkeswan, ~
itu
dilaporkan juga di Colombia,
Panama,
ini
Penyakit ini untuk
lebih
penting
zoonosis.
lagi
Homan et.
mexicanum
dan
kemampuan
sebagai
~
vektor
maupun epizootik
dari
alphavirus
famili
penyakit
ini
bersifat
(1985) melaporkan bahwa Simulium dari
metallicum
S.
dari
karena
dan
mekanik
strain
Colombia yang
VEE.
virus RNA dengan ukuran 60
70
bersifat enzootik
Virus
Togaviridae.
mempunyai
VEE
termasuk
Virus ini tergolong
nanometer
dan
mempunyai
pembungkus yang mengandung lipida. Gejala anorexia,
klinis
depresi,
pada mencret,
kuda
ditandai
encephalitis,
dengan dan
demam,
kematian,
28
Sedangkan pada
tetapi gejala encephalitis tidak selalu ada.
manusia ditandai dengan demam, sakit kepala, dan juga gejala pada
susunan
syaraf pusat an tara lain: tremor,
dan lethargi. tahun
1962
Pada waktu terjadi wabah di sampai
tahun
1964
~
Venezuela
pada
terdapat lebih dari 30.000
manusia yang terinfeksi dengan 1199 kasus pada
diplopia,
ditemukan
gejala
susunan syaraf pusat dan 300 meninggal (Andrewes, Di Indonesia belum ada laporan tentang
1978).
et.
adanya
penyakit VEE ini.
f. Eastern Equine Encephalomyelitis (EEE) Adalah
suatu
penyakit
yang ditularkan nyamuk maupun
lalat pada kuda, dan kadang-kadang menyerang manusia. yang
menjadi
vektor
meridionale dan S. Crosskey,
penyakit
ini
Penyakit
1973).
ini
Simulium.
adalah ~
johannseni (Anderson et. ditandai
Lalat
1961 dalam
dengan
gejala
encephalitis dan kematian.
EEE tersebar di Amerika Serikat
bagian timur tidak termasuk
Michigan
Canada,
Caribia,
~
Amerika selatan
1978).
Penyakit
ini
kerugian yang cukup besar pada peternakan kuda,
yaitu berupa kematian kelumpuhan,
et.
juga
Wisconsin,
sebagian Amerika tengah,
sampai Argentina (Andrewes, menimbulkan
dan
dan
lebih
dan
hilangnya
penting
lagi
tenaga karena
kerja
karena
penyakit ini
bersifat zoonosis. EEE mempunyai
disebabkan ikatan
oleh
antigenik
alphavirus
RNA,
virus
ini
yang sama dengan virus Western
29
Equine Encephalomyelitis dan Venezuean dan
termasuk
dalam
dapat mengaglutinasi (Ditkeswan,
Togaviridae, sel
1982).
Kuda
atau lalat yang membawa sakit
dengan
kuda
darah
waktu
Encephalitis
disamping merah
itu virus ini
angsa
atau
unggas
tertular melalui gigitan nyamuk
virus,
sehat.
serta
kontak
antara
kuda
Manusia dapat tertular melalui
gigitan vektor atau kontak pada
Equine
langsung
dengan
jaringan
kuda
memo tong atau melalukan pemeriksaan pasca mati.
Sedangkan pada burung penularan dapat terjadi secara
kontak
atau melalui udara.
g. Infectious Myxomatosis Merupakan Anggora, Belgia,
penyakit
yang
fatal
Flemish Giant,
pada
kelinci
jenis
dan kelinci liar di Eropa.
Penyebabnya adalah beberapa strain dari poxvirus.
Virus ini
dipindahkan oleh beberapa jenis nyamuk,
tungau,
dan
Simuliidae
Menurut
Mykytowycs
yang
menggigit
kelinci.
lalat
(1957), di Australia yang menjadi vektor penyakit ini adalah Simulium melatum.
Tanda-tanda klinis mata
keluar
dapat
mencapai
pembengkakan akut, gejala,
leleran
scrotum
meliputi
cunjunctivitis,
putih (milky discharge), pembengkakan
pada
pada hewan jantan.
lesu,
daerah
dari suhu
kepala,
Pada bentuk yang
kelinci biasanya mati dalam waktu 48 jam
sejak
awal
dan apabila hewan tidak mati akan terlihat gejala :
depresi, kulit kasar,
oedematous pada kelopak mata,
bibir,
30
Pada
telinga.
dan
bedah
bangkai
biasanya
terlihat
pembengkakan limpa dan limpa berwarna hitam.
h. Vesicular Stomatitis
Penyakit ini dikenal juga Berlepuh
(RML),
Sore Mouth,
dengan
nama
dan Sore Nose.
Radang
Mulut
Penyakit ini
mula-mula secara alami dikenal paling banyak menyerang kuda, tetapi kemudian terjadi terutama pada sapi dan ditandai
babi.
RML
dengan timbulnya bercak-bercak (macula) atau lepuh
(vesicula) di mulut, dekat teracak, dan pada puting susu. Rl'lL timbul secara
Serikat
dan
Canada, sedang wabah RML pernah berjangkit di Argentina
dan
Brazil.
Penyakit
ini
sporadis
di
Amerika
pernah juga diketemukan di Mexico,
Panama, Costa Rica, Peru, dan Equador. Penyebab penyakit RML adalah virus RNA yang
berbentuk
batang atau peluru dengan ujung yang satu bulat sedang ujung yang lain pipih.
Berdasarkan bentuk morfologinya, virus ini
termasuk rhabdovirus. Schnitzlein virus
RML
terinfeksi
telah
dan
diisolasi
dari
(1985),
malaporkan bahwa
kuda-kuda
yang
telah
dari lalat Simuliidae pada waktu terjadi ledakan
populasi di Colorado. dipindahkan
Reichmann
Disamping
oleh lalat kandang,
itu,
penyakit
Tabanus,
ini
Chrysops,
juga serta
beberapa jenis nyamuk (Ditkeswan, 1982). Di negara yang pernah berjangkit penyakit ini kerugian ekonomis umumnya tidak besar.
Kerugian ekonomi terdiri dari
31
penurunan berat
badan,
hewan
perpindahan hewan dibatasi.
lama
menjadi
gemuk,
serta
Kejadian RML di Indonesia belum
pernah dilaporkan.
32
KERUGIAN EKONOMI
Beberapa
kerugian
ekonomi
gigitan serta penyakit yang lain
pada
sapi
ditimbulkan
dipindahkan
menyebabkan
lalat
penurunan
ini
be rat
badan
dan perkembangbiakan yang terhenti atau terganggu,
penurunan produksi telur, badan.
Pada
berkurang.
dari
dan
merumput
hal
akibat
antara
poroduksi
yang
ini
akibat
turunnya
serta laktasi
susu,
yang
unggas
kegiatan
menyebabkan
daya tetas, serta penurunan berat
Disamping itu menyebabkan kematian
berbagai
ternak
serta hewan liar. Contoh
klasik
yang
dalam menggambarkan
sering
keganasan
dikemukakan para penulis
serangan
lalat
ini
adalah
peristiwa yang terjadi pada abad ke 18 di tepi sungai Danube di
Eropa
tengah,
dimana Simulium columbaczense dilaporkan
telah membunuh sebanyak 20.000 ekor hewan meliputi
kuda,
sapi, domba, kambing, babi, menjangan, kelinci, serta hewanhewan lainnya (Service,
1980;
Crosskey,
1973 dan Soulsby,
1971). Fredeen
(1985)
melaporkan
bahwa
akibat
ledakan
populasi yang terjadi pada tahun 1978 di Saskatchewan, sapi po tong menimbulkan kerugian sebesar $ 2,9
juta
pada akibat
kelahiran yang diperpanjang, kematian, penggantian sapi-sapi jantan
yang
lemah,
pelayanan veteriner,
mskanan.
Sedangkan
bertambahnya perbaikan pagar, pada
sapi
biaya
untuk
pekerja,
dan penambahan jatah
perah,
kerugian ditaksir
33
sebesar $
57.000
produksi
susu
akibat
turunnya
produksi
dimana
susu,
sapi-sapi yang terkena tidak kembali seperti
pada keadaan semula. Di Australia, delapan
minggu
kematian anak-anak domba
dapat
juga
serta
selama
sehingga menimbulkan
gangguan sesak nafas (Seddon,
banjir
berumur
mencapai 20% akibat lalat-lalat yang
menyerang pada bagian mata dan hidung, kebutaan
yang
Quensland
di
pada
1967) .
Dan 1974,
tahun
Austrosimulium pestilens menyebabkan penurunan produksi susu
hingga 15%. Menurut
Harwood
dan
James (1979),
tahun 1944 - 1948 lebih dari 1000 akibat gigitan lalat ini.
ternak
16.000
dan
13.000
kematian
001 umbaozense,
mati
pertahunnya
Sedangkan di kawasan Balkan pada
tahun 1923 dan 1948 berturut-turut terjadi sebanyak
di Canada antara
ekor
ini
kematian
ternak
akibat gigitan Simulium
diduga
akibat
yang
toxin
dihasilkan kelenjar ludah lalat pada saat menggigit. Pada
tahun
Missisippi,
1897,
Cnephia peouarum menyebabkan kematian
besar ternak sapi, tetapi pada
besar,
peouarum
ekor.
di sepanjang sungai dataran rendah
yang
sejumlah
kemudian berkurang setelah adanya banjir tahun
1931
menyebabkan
timbul
kematian
lagi
serangan
c.
keledai sebanyak 1000
Kemudian di Yugoslavia dan Rumania, serangan Simulium
oolumbaczense pada tahun 1930
menyebabkan
kematian
ternak
sebanyak 1.000 ekor.
34
PENANGGULANGAN
Ada
beberapa
cara yang dapat digunakan untuk mengen-
dalikan lalat punuk ini, fisik dan mekanis,
antara lain: (1)
Kontrol
secara
(2) Kontrol melalui praktek tata laksana,
(3) Kontrol secara alami,
(4) Kontrol dengan senyawa kimia.
1.Kontrol secara fisik dan mekanis Pemberantasan
secara
fisik
cara menangkap dan membunuhnya,
dan mekanis yaitu dengan
tetapi cara ini sangat tidak
efektif karena lalat ini sangat kecil sehingga melakukannya.
Alternatif
ini
cukup
untuk
lain yaitu dengan cara memasang
kelambu disekeliling kandang, tindakan
sulit
baik
misalnya pada
kandang
ayam,
untuk mencegah masuknya lalat ke
dalam kandang. Pada manusia dapat dilakukan
dengan
menggunakan
jala kepala yang halus,
yang diikat
ujungnya,
orang-orang (Brown,
yang
hal
ini
bepergian
di
melindungi
diri
lengan baju dan celana
dilakukan daerah
terutama lalat
untuk
simuliidae
1969).
Cara lain yaitu dengan
merubah
lingkungan
pradewasa
lalat ini, seperti membersihkan·rumput-rumput di sungai yang diduga
menjadi
tempat berkembangbiaknya,
mengeringkan sungai-sungai yang ban yak dalamnya.
Adapun
pada
lalat
ditemukan
dewasanya
pembakaran semak-semak atau hutan-hutan
atau dengan cara larva
di
dapat dilakukan
non-produktif
yang
35
diduga sebagai tempat peristirahatan lalat ini. pemberantasan
secara
fisik
dan
mekanis
Tujuan dari
ini adalah untuk
memutuskan siklus hidup lalat tersebut sehingga terhambat
populasinya
dan lalat dewasa dapat terusir jauh dari kelompok
ternak.
2.Kontrol melalui praktek tata laksana Salah kecepatan
satu
cara
pada
sebab
sungai
yaitu 0.2 - 0.5 m/s. perkembangbiakan mengalirkan air berjarak
adalah yang
sungai
ali ran
berkembangbiaknya, telurnya
ini
diduga
Simuliidae
yang
contoh
cepat
pada
sebagai
meletakkan
adalah di suatu
dekat dengan suatu anak sungai,
pada
tempat
Uganda
dengan
bendungan
beberapa mil di hulu sungai (Nelson, 1973). menggenang,
larva
yang
ternyata cara ini
dapat mengurangi tempat perkembangbiakannya hingga
yang
tempat
kecepatan tertentu,
damnosum
Simulium
memodifikasi
umumnya
mempunyai
Sebagai
secara
dengan
mencapai
Sedang pada air
dan pupa dapat mati dalam waktu 24
jam, dan selama 30 - 35 hari berturut-turut telah dibuktikan bahwa bentult pra-dewasa dapat tidak diberi air selama 3 hari, lagi selama 25 - 30 Simuliidae
dapat
waktu 2 - 3 hari.
hari, mati
mati
di
bag ian
kanal
larva dan pupa tidak muncul
disamping
oleh
jika
itu
larva
dan
pupa
sinar matahari langsung dalam
(Kotel'nikov dan Kivako, 1986).
36
3. Kontrol secara alami Simuliidae mempunyai yang
sejumlah
parasit
dan
predator
dapat digunakan untuk mengendalikan populasinya secara antara lain
alami,
memangsa
stadium
lainnya.
Dari
predator
pra-dewasa
(Ri vulogumarus ) ,
ikan
jenis
jenis
seperti dan
planaria,
inverteberata hydra,
beberapa
yang
crustacea
serangga
air
verteberata termasuk beberapa jenis
dan
beberapa
spesies
Sedangkan
predator
yang
burung
dari
genus
Cinclus.
memangsa lalat dewasa diantaranya
suatu jenis tanaman yang memakan
insekta
yai tu
Pinguicula
vulgaris.
Parasit
lainnya yang memangsa larva atau lalat dewasa
adalah fungi, Trypanosoma, Infusoria, Sporozoa, Spirochaeta, dan
Mermitid
yaitu
sejenis
cacing
pengarang lain menyebut laba-laba, juga lintah sebagai musuh alami. disebutkan dia tas, terdapa t
Nematoda.
Coleoptera,
~
dan mungkin
Disamping musuh alami yang
juga Bacillus thuringi ensis,
spaericus, dan Phytobacteriomycin (Colbo,
et.
Beberapa
1984;
B.
Ganushkina
1982).
Penggunaan Bacillus thuringiensis untuk Simuliidae
telah
dilakukan
oleh
mengendalikan
Lacey dan Undeen (1984),
yaitu dengan membandingkan formulasi B.
thuringiensis (H-14)
de Barjac dalam waktu yang berbeda-beda dalam aliran
sungai
terhadap Simul i um d tta tum.
Teknar® liquid (wdc), Vectobac@
(WP),
menghasilkan
dan
kematian
Bactimos® sebesar
85%,
(I-IP) 80%,
rata-rata
angka
dan 61% berturut-turut dengan
37
dosis 10 mg/lt per menit (10 ppm),
adapun pemberian
Teknar
10 mg/lt per menit menunjukkan angka mortalitas lebih tinggi dan lebih efisien dari pada 0.5 mg/lt per 20 menit. Horosko
dan
Noblet (1986),
semua anak sungai dalam radius
7.2 km dari peternakan ayam kalkun diberi dalam
bentuk
wettable
powder
menurunkan penularan
parasit
Adapun
B.
penggunaan
Menurut
B.
(serbuk)
darah
thuringiensis
dapat
efektif
Leuoooytozoon
smithi.
thuringiensis
di
Canada
dapat
menurunkan populasi lalat dewasa hingga mencapai 77%
79%
pada tahun 1984 (Colbo, 1984) Penggunaan
Nematoda
DD-136
strain dari Neoapleotana
carpooapsae telah dicoba pada sungai di
New
York
terhadap
larva Simuliidae dengan dosis 34.5 nematoda/ml selama jangka waktu
15
menit
dan
didapatkan
sebesar 50% terhadap larva,
rata-rata
disamping
itu
angka kematian kematian
terjadi secara cepat umumnya dalam waktu 2 - 4 jam,
larva dan 64%
larva mati dalam waktu 24 jam setelah pemberian (Gaugler dan Molloy, 1981). Preparat
mikrobiologi
yang
Phytobacteriomycin
dalam
bentuk
dosis
mg/lt,
yang
0.8
Simuliidae
200 di
Uni
Sovyet,
Simulium rostratum, S. gel era tum,
~
yaitu
murni atau serbuk
dengan
digunakan
terutama
terhadap
larva
ditujukan pada larva
vulgare, S. pussilum, S. morsitan, S.
Metacnephia
(Ganushkina et.
dicoba
telah
pallipes,
dan
Prosimulium
spp
1982).
38
4.Kontrol dengan senyawa kimia Pengendalian lalat punuk umumnya masih tergantung pada telur dan pupa lalat lalat punuk relatif tahan
insektisida, terhadap
sehingga
insektisida,
langsung terhadap larva atau lalat dewasanya. terhadap lalat dewasa biasanya hanya sifatnya
sementara,
sehingga
terhadap
sungai
atau
insektisida
anak-anak
perkembangbiakannya,
sungai
insektisida menjadi efektif
memberikan
efek
diberikan
dimana sungai
dalam
yang
yang
utama
Larva lalat punuk
yang
aliran
Penyemprotan
pengendalian
ditujukan pada stadium larvanya. rentan
ditujukan
pengendalian
sangat
pada sungai-
terdapat
tempat
memungkinkan
akan
jangkauan
yang
panjang
meskipun hanya diberikan pada beberapa tempat saja. Menurut
Seifert
(1983),
senyawa-senyawa
kimia yang
umumnya digunakan untuk mengendalikan lalat pun uk meliputi organochlorine, organophosphate,
carbamat,
pyretroid,
dan
cyclic amidines. Organophosphate
dan
organochlorine
dalam beberapa tempat yang telah dipilih mengalir
dengan
dosis
rendah
dapat pada
diberikan
sungai
yang
0.1 - 10 ppm selama 15 - 30
menit, ternyata dapat membunuh larva Simuliidae di sepanjang aliran
sungai
sungai
perlu
tersebut,
kecepatan
diperhatikan
insektisida yang diberikan, terjangkau
untuk
aliran
dan
menghitung
kedalaman jumlah
ada pun untuk wilayah yang tidak
dapat dilakukan pengulangan dalam beberapa waktu
(Crosskey, 1973; Service,
1980).
39
lalat
Menurut Brown (1969), jumlahnya
dengan
dengan
dewasa
BHC
per
meter persegi,
baik bila menggunakan DDT
dikurangi
menyemprot tempat istirahatnya di
semak-semak dengan menggunakan 20 mg DDT isomer
dapat
atau
4
mg
gamma
tetapi hasilnya akan lebih larvisida
sebagai
dalam
bentuk
serbuk atau larutan dengan cara meneteskan pada aliran air. Sedangkan
pemberian
DDT
sejumlah
0.066
menit dengan cara "ground application" baik adapun
larva,
cara
dan
4.150
akan
persegi,
untuk
membunuh
penyemprotan udara baik untuk membunuh
larva maupun dewasa km
ppm per 30
dapat
melindungi
tetapi
wilayah
seluas
cara "ground application"
memberikan hasil yang lebih baik terhadap larva dan biayanya relatif lebih murah (Beesley, 1973). Takaoka et. bentuk
~
(1981),
menggunakan
temephos
balok yang diberikan sebanyak 0.1 ppm per menit pada
suatu anak sungai Barretal di Guatemala dari bulan Mei sampai
vektor
hasilnya
Onchocerciasis
dapat
membunuh
mengurangi
Sedangkan
temophos
di
larva
kepadatan
di
suatu
lalat
juga
waktu 3 bulan serta
dewasa
sungai
60
sampai
menit
83.8%.
kepekaan
pad a
beberapa
,dapat mengurangi kepadatan larva ~
1981).
Keampuhan
telah dibuktikan oleh Yasuno et.
mengadakan uji
dan
10% dalam bentuk padat diberikan secara
secara cepat (Nakamura et. ini
Tengah,
Amerika
dalam
pelan-pelan sebanyak 1 ppm selama tempat
1979
1980 untuk mengendalikan Simulium ochreanum
Januari
sebagai
dapat
dalam
organisme
di
~
suatu
temephos
(1981) yang
anak
sungai
40
dengan
menggunakan
temephos sebanyak 1 - 10 ppm,
ternyata
organisme yang paling peka adalah larva Simuliidae. Abban dan sungai
Samman
tidak
(1982),
pemberian
membahayakan
bagi
temephos
Menurut
pada
suatu
organisme lain yang hidup
dalam sungai. Di Canada telah dicoba permethrin, resmethrin
untuk
cypermethrin,
dan
ternak dari serangan Simulium
melindungi
articum yang diberikan secara topical pada seluruh permukaan tubuh ternak dengan dosis 1, badan
ternyata
2,
11
hari
dan 6 mg a.i/kg
berat
efektif untuk menghadapi serangan lalat dan
dapat mencegah sedikitnya 70% sedikit
4,
dengan
(Shemanchuk,
1981).
deltamethrin
dengan
selama
dosis
Menurut dosis
0.5
8
12
mg
Carle
hari,
paling
a.i/kg be rat badan
(1985), 1
dan
g/jam
penyemprotan secara
tidak
langsung terhadap lalat dewasa tampak 700 kali lebih efektif dari DDT dan 100 kali lebih efektif dari pada dieldrin.
41
PEMBAHASAN
Hingga saat ini telah banyak telah
ditemukan,
pesies
Simuliidae
yang
dan kesemuanya tersebar hampir di seluruh
bagian dunia,
baik di tempat-tempat
maupun tidak.
Kepadatan populasi Simuliidae di suatu tempat
dipengaruhi
oleh
yang
beriklim
adanya aliran sungai yang cocok,
tropis
keadaan
geologi, topografi, serta hidrologi sungai tersebut. Karena
sifatnya
yang
homogen
(Datta,
maka
1983),
Simuliidae mudah dibedakan terhadap famili lainnya baik pada stadium
pra-dewasa
maupun
lalat
justru sering mengalami kesulitan
dewasanya, dalam
Simuliidae
digunakan adalah
ini,
ciri-ciri
( 1) imago :
membedakan
kita antara
Dalam membedakan antara
spesies yang satu dengan yang lain. spesies
tetapi
pada
morfologi lalat
yang sering
betina
dilihat
dari
jumlah horisontal dan jumlah vertikal dari mata facet-
nya,
sedangkan pada lalat jantan
daerah
frontal,
kepalanya, scutum,
yakni
perbandingan
disamping itu juga
dan alat kelamin.
luas dari
perbandingan frons,
bentuk
kakinya,
jumlah jajaran kait di "posterior
jumlah
"anal
bagian kepalanya,
besar pola
(2) larva: dilihat dari jumlah
"mouth brush",
cabang
dan
luas
gill",
dan
circlet",
tanda yang terdapat pada
(3) pupa: panjang,
bentuk,
dan jumlah
"pupal gill", Dari ban yak spesies yang telah ditemukan, terdapat beberapa spesies
yang
menimbulkan
diantaranya
masalah
dalam
42
Akibat gigitannya seeara langsung
bidang kedokteran hewan. disamping dapat
menimbulkan
menyebabkan
salivanya.
ketidaktenangan
kematian
oleh
ternak,
juga
karena adanya toxin pada
Efek dari toksin ini
permeabilitas
pada
menyebabkan
pembuluh darah kapiler,
bertambahnya
sehingga menyebabkan
cairan dari pembuluh darah masuk ke dalam rongga
tubuh
jaringan
ini
yang
longgar.
Sebenarnya
ditanggulangi dengan cepat,
hal
dan dapat
jika jauh-jauh sebelumnya telah
dilakukan perlindungan terhadap ternak. Bila
dilihat
dari
bertindak sebagai vektor dikatakan faktor
sangat
antara
kemampuan
penyakit,
potensial,
lain
sebab lalat
( 1)
famili
maka
lalat
didukung ini
Simuliidae ini oleh
menyerang
dapat ban yak secara
bergerombol, apalagi kalau di dalam tubuh hewan yang digigit banyak
mengandung
parasit,
maka
parasit
terbawa oleh lalat pad a saat menghisap darah;
tersebut
(2) waktu yang
diperlukan untuk menghisap darah sampai kenyang waktu
yang
eukup lama,
lalat
host
menghisap
dan
diselang;
ini
membutuhkan
sehingga akan mempertinggi parasit
yang masuk dalam tubuh vei{tor; makannya J
akan
menghisap darah
(3) bila dilihat
dari
eara
darah dari ber maeam-maeam
seeara
terus
menerus
tanpa
(4) lalat ini butuh menghisap darah beberapa hari
sekali sebelum menghasilkan telur; dan (5) umur lalat dewasa relatif eukup eukup lama, dalam
tubuh
vektor
stadium infektif.
sehingga parasit
mempunyai
eukup
Disamping itu juga
yang
masuk
ke
waktu untuk mencapai dari
faktor
reaksi
43
dari parasit itu sendiri terhadap gigitan lalat. lalat
menghisap
Pada waktu
darah pada kulit yang dirusak dalam jumlah
yang besar dan dalam waktu yang sarna parasit ditemukan dalam jumlah besar pada bag ian kulit tersebut. dimana Simuliidae
Kejadian suatu penyakit, sebagai vektornya,
umumnya terjadi secara luas karena lalat
ini mampu terbang dengan bantuan angin sampai kilometer.
bertindak
Disamping
itu
larva
beratus-ratus
Simuliidae dalam jumlah
besar mampu tinggal pada rumput-rumput dan benda-benda terdapat
di
dalam
sungai,
ranting-ranting
yang
pohon,
batu-
batuan, bahkan larva ini mampu berpindah tempat hingga cukup jauh dari tempat asalnya bila terdapat lingkungan yang tidak menguntungkan bagi dirinya. antara
Dan biasanya terdapat hubungan
kwantitas dan kwalitas habitat larva di suatu sungai
besar dengan keganasan serangan
lalat
dimana
terjadi.
serangan
lalat
sering
dewasa,
dalam
jumlah
saja di sepanjang
nya
Seperti Cnephia
pecuarum di masa-masa lampau membunuh kuda-kuda lainnya
khusus
dan
ternak
besar dalam tempo hanya beberapa jam
lembah
Missisipi.
Sedangkan
Simulium
articum terkenal sebagai ektoparasit yang dihubungkan dengan adanya
sungai
Begitu juga di
besar yang menjadi tempat berkembangbiaknya. Saskatchewan
yang
pernah
terjadi
ledakan
populasi karena terdapat sungai besar di sekitarnya. Dalam
us aha
pengendalian
ektoparasit
dihadapkan pada beberapa kenyataan. berada
di
permukaan
bumi,
dim~na
tersebut kita
Ektoparasit telah lama manusia sedikit banyak
44
turut bertanggung jawab dapat
rnenirnbulkan
atas
berbagai
terjadinya rnasalah
yang
tidak dapat dilenyapkan sarna sekali. komponen
alarn,
ektoparasit
lingkungannya dan pada urnurnnya
ektoparasit
sarnpai sekarang
Sebagai
tidak
dapat
sebagai
yang
salah
satu
dipisahkan
dari
akibat
dari
usaha
manusia rnengendalikan ektoparasit, ternyata ektoparasit juga menunjukkan
reaksi secara genetik yang menuju adaptasi baru
terhadap usaha pengendalian tersebut. Berdasarkan kenyataan tersebut diatas, selalu
manusia
harus
menyusun strategi baru dalam rnenghadapi ektoparasit.
Salah satu diantarahya adalah gagasan terarah
dan
seksama
mengendalikan
secara
atau secara urnurn disebut pengendalian
ektoparasit secara terpadu.
Dalam
konsepsi
ini
keuntungan
untuk
kenaikan
produksi
jangka
pendek
tercakup dan
keuntungan jangka panjang yaitu terjadinya keserasian dengan alamo
Pengendalian secara terpadu
sis tim
pengelolaan
teknik
yang
ini
rnenggunakan
suatu
populasi ektoparasit dengan menggunakan
sesua i
dengan
tujuan
rnengurangi
populasi
ektoparasit dan mempertahankan pada suatu tingkat yang tidak menyebabkan sedernikian
kerugian rupa
ekonomi,
sehingga
atau
populasi
ektoparasit
menyebabkan tingkat kerugian tersebut. terpadu ini
dapat
mencapai
sasaran
rnengadakan
usaha tidak
Pengendalian secara apabila
dilaksanakan
secara menyeluruh dan terorganisasi. Penelitian kurang,
hanya ada
tentang
Sirnuliidae
beberapa
di
penelitian
Indonesia yang
sangat
membicarakan
45
tentang keberadaan Simuliidae di Indonesia.
Dan penelitian
penelitian tersebut umumnya dilakukan di masa (1907
Meijere
lampau.
De
mengemukakan
dan 1913) dalam Edward (1934),
ten tang gambaran 6 spesies yang dikumpulkan oleh Jacobson di pulau Jawa.
Enderlein (1921 dan 1925) dalam Edward (1934),
membicarakan
tentang
temuan
menerbitkan
laporan
Simuliidae di Jawa Timur isinya
membicarakan
tentang
di
penelitiannya Simuliidae,
sampai
dari
ke
pulau-pulau
India,
terdapat
lainnya,
mempunyai
juga terbatas
penyebaran
dan
dan
yaitu
hasil spesies
spesies juga ditemukan
dan
Philipina.
Sumatera
bersifat
spesies Simulium yang
tetapi yang
18
bahkan
Kalimantan,
banyak
lainnya
yang
ten tang Dari
5
tersebut
endemik.
sangat
1924
bahwa
Jawa
penyebarannya
1921
Sumatera.
Malaysia,
itu
penelitian
penelitian
Nampaknya Simuliidae di Pulau Selain
Edward
tentang
dan
spesies
ke-18
dalam
iridescens, dan S. atratum.
Jawa
diketahui
di
ditemukan
pulau
menambah
spesies Simuliidae,
mengadakan
(1934),
Simuliidae
tahun
3
tanpa
(1925)
singkat
selama
Simulium argyrocinctum, S. Edward
Meijere
Friederich
informasi yang berarti. (1934),
De
beberapa
sangat
spesies
luas.
beberapa spesies yang ditemukan di Pulau Jawa
dan
Dari Sumatera
terdapat juga juga varietas Eropa yaitu Simulium latipes. Adapun
penelitian
tentang
Simulium
di
negara Asia
Tenggara telah dilakukan di Thailand dan Philipina. Takaoka (1983),
di Thailand terdapat 19 spesies
Menurut
Simuliidae
46
termasuk
7
spesies
adalah baru.
Ciri-ciri Simuliidae di
Thailand sangat mirip dengan yang terdapat di India. semua
sub-genera
dan
bahkan
Thailand juga dilaporkan ada di terdapat
persamaan
kawasan Asia,
spesies
yang
India.
Dari
ditemukan
Jadi
di
kemungkinan
fauna di Thailand dengan daerah lain di
seperti
Taiwan,
Malaysia,
serta
Jawa
dan
Sumetera (Takaoka, 1979). Di
Philipina,
Simuliidae, Kesemua
dimana
spesies
dilaporkan 39
diantaranya
terdapat adalah
spesies
57 spesies
baru.
tersebut termasuk dalam genus Simulium
L.
(Takaoka, 1983). Dengan demikian, kemungkinan jumlah spesies Simuliidae yang terdapat di Indonesia lebih ban yak dengan yang neg era Asia Tenggara lainnya,
ada
di
mengingat kepulauan Indonesia
terletak di daerah zoogeographical diantara benua
Asia
dan
Australia yang pada umumnya dianggap sebagai tempat transisi dimana
fauna tipe Asia dan tipe Australia bercampur.
kemungkinan lain spesies Simuliidae kemiripan
dengan
spesies
di
Indonesia
Atau
memiliki
yang ada di Asia Tenggara karena
Indonesia termasuk wilayah Oriental. Nengenai menimbulkan
apakah masalah
Simuliidae baik
gigitannya secara langsung, Tetapi
tidak
tertutup
sebagai
di
Indonesia
vektor
belum ada laporan
kemungkinan
penyakit yang
banyak atau pasti.
di mas a-mas a yang akan
datang akan menjadi masalah yang serius baik sebagai
vektor
penyakit maupun akibat gigitan lang sung yang ditimbulkan.
47
DAFTAR PUSTAKA
Abban,
1982. Further observation on E. K. and J. Samman. the effect of abate on fish cathes. Environmental Pollution 27(4):245-254. Dalam Rev. Appl. Ent.Ser B, 1982,70(11):3358.
Anderson, R. C. 1956. The life cycle and seasonal transmission of Ornitofilaria fallisensis Anderson a parasite of domestic and wild ducks. Canadian. J. of Zoology 34:485-523. Andrewes, S. C., H. G. Pereira and P. Wildy. 1978. Viruses of verteberata. 4th ed. Bailliere Tindal, London. Beesly, W. N. 1973. Control arthropods of medical and veterinary importance. Advances in Parasitology 11:134137. Bennet, G. F. 1961. On the spesificity and transmission of some Avian Trypanosomes. Canadian J. of Zoology 39:17-33. Berre,
R. L. 1981. The control of simuliids that are vector of onchocerciasis in Africa. WHO. Dalam Rev.Appl. Ent. Ser B, 1982,70(3):756.
Bradbury, W. C. and G. F. Bennet. 1974. Behaviour of adult Simuliidae (Diptera). I. Response to colour and shape. Canadian J. of Zoology 52:251-259. Brown,
H. W. 1969. Basic clinical parasitology. DiterB. dkk., 1983. Dasar-dasar jemahkan oleh Rukmono, edisi ke-tiga. Gramedia, Parasitology Klinis. Jakarta.
Carle, P. R. 1985. Utilization of deltamethrin in the control of vector important endemic disease. Medicine d' Africae Noire. Dalam Rev. Appl. Ent. Ser B, 1986, 70:5. Cello,
R. M. 1971. Ocular onchocerciasis in the horse. Equine Vet. Journal 3:148-154.
Chance, M. M. 1970. The functional morphology of the mouths of blackfly larvae (Diptera Simuliidae). Questiones Entomology 6:245-284. Colbo,
M. H. 1974. pestilens Mack
The survival of egg of Austrosimu.Z i um and Mack (Diptera Simuliidae). 48
Bulletin of Entomological Research 64:629-632. ,
1984.
Control of black-flies (Simuliidae) Israelensis (Bti) as a larvicide, with emphasis on the northern program. Proceding of th(rty-first annual meeting, Canadian pest Management Society. Dalam Rev. Appl. Ent. Ser B, 1985, 73(9):2441.
---U-s-l~'n-g- Bacillus thuringiensis var.
Cot tral, G. E. 1972. disease. J.A.V.M.A.
Diagnosis of Bovine 161(11):1293-1298.
Vesicular
Crosskey, R. W. 1973. Simuliidae. Dalam Insects and other arthropods of medical importance. The Trustees of the British Museum (Natural History), London. Datta,
M.
1981.
Bio-ecological concervation of Simulium aureohirtum Brunetti (Diptera Simuliidae). Bulletin of the zoological survey of India 4(2):125-129. Dalam Rev. Appl. Ent. Ser B, 1985, 71(2):461. (Eusimulium)
1983. A Review of the Simuliidae (diptera) from Oriental region. Dalam Oriental Insects 17215-267.
-------:::--c-'
Ditkeswan. 1982. Pedoman Pengendalian Penyakit Hewan Menular Jilid V. Direktorat Peternakan. Departemen Pertanian, Jakarta.
Penyakit Jenderal
Edward, F. W. 1934. Deutsche limnologishe Sunda Expedition the Simuliidae (Diptera) of Java and Sumatera. Arch. Hydrobiol. Suppl. Trop. Buinengewasser, 13 (1):92-138. Eichler, D. A. 1971. Studies on Onchocerca gutturosa (Neumann, 1910) and its development in Simulium ornatum (Meigen, 1818). II. Behaviour of S. ornatum in relation to the transmition of O. gutturosa. Jour. of Helminthology XLL (2/3):259-270. 1973. Studies on Onchocerca gutturosa (Neumann, 1910) and its development in Simulium ornatum (Meigen, 1818). III. Factors affecting the development of the parasite in vectors. Jour. of Helminthology XLVIII(1):73-88. Enderlein, G. 1921. Das system der kriebelmucke (Simuliidae). Deutsch Tierarztl Wochenschr 29:197-200. Dalam Edward, F. W. 1934. Deutche limnologishe Sunda expedition, the Simuliidae (Diptera) of Java and Sumatera. Arch. Hydrobial. Suppl. Trap. Buinengewp.sser, 13(1):92-138.
49
1925. Weitere beitrage zur kenntniss der Simuliiden und ihrer verbreitung. Zool. Anz. 62: 201211. Dalam aedward, F. W. 1934. Deutsche limno logishe Sunda expedition, the Simuliidae (Diptera) of Java and Sumatera. Arch. Hydrobiol Suppl. Trop. Buinengewesser, 13(1):92-138. Fallis, A. M., S. S. Desser and R. A. Khan. 1974. On spesies of Leucocytozoon. Advances in Parasitology 12:1-67. Farkas, L. 1984. Simuliosis analysis of dermatological manifestation following on the black-flies (Simuliidae) bites as observed in the years 1981-1983 in Bratislava (Czechoslovakia). Dermatosen 32(5): 171-173. Dalam Rev. Appl. nt. Ser B, 1986, 74(4):511. Fredeen, F. J. H. 1985. Some economic effects of outbreak of black-flies (Simulium luggery Nicholson and Mickel) in Saskatchewan. Questiones Entomology 21:175-208. Friederichs, K. 1925. Beubachtungen an Simuliiden in Ost Java (Simuliidae of East Jawa). Arch. Schiffs. 29:119-125. Dalam Edward, F. W. 1934. Deutche limnologishe Sunda expedition, the Simuliidae (diptera) of Java and Sumatera. Arch. Hydrobiol. Suppl. Trop. Buinengewesser, 13(1):92-138. Gaafar, S. N. 1985. Parasites, pests, and predators. Elsevier, Amsterdam-Oxford-New York-Tokyo. Ganushkina, L. A., A. N. Bikunova and M. Nitrofanov. 1982. The action of Phytobacteriomycin on larvae of blackflies (Diptrera Simuliidae). Meditsinskaya Parazitologiya i Parazitanye Bolezni 51(1):48-51. Dalam Rev. Appl. Ent. Ser B, 1982,70(8):2206. Gaugler, R. and D. Molloy. 1981. Field evaluation of the entomogeneous nematode, Neoaplectana carpocapsae , as biological control agent of black-flies (Diptera Simuliidae). Mosquito News 41(3):459-464. Harwood, R. F. and M. T. James. and Animal health 7th ed. New York. Homan,
1979. Entomology in human Macmillan Publishing Co.,
E. J., F. N. Zuluaga, T. M. Yuiil and R. H. Lorbacherde. 1985. Studies on the transmission of Venezuelan Equine Encephalitis virus by Colombian Simuliidae (Diptera : Simuliidae). American J. of Trop. Med. and Hygiene 34(4) :"799-804. Dalam Rev. Appl. Ent. Ser B, 1986, 74(1):51. 50
Horosko, S. III and R. Noblet. 1986. supression of Leucocytozoonosis Ag r . En t. 3 (1 ) : 10- 2 4 •
Black-fly control and in Turkey. J. of
Kaul, P. L. and M. C. Prasad. 1983. Onchocercal aortopathy in goats. Indian J. of Vet. Pathology 7:40-44. Dalam Helminthological Abstract Series A, 1986, 55(1):180. Kettle, D. S. 1984. Medical and veterinary entomology. Groom Helm, London-Sydney. 1985. Prophylaxis of Kotel'nikov, G. A. and N. P. Kivako. Bovine Onchocerciasis. Veterinariya Moscow, USSR 10:44. Dalam Rev. Appl. Ent. Ser B, 1986, 74(6):851. Lacey,
L. A. and A. H. Undeen. 1984. Effect of formulation, concentration, and application time on the efficacy of Bacillus thuringiensis (H-4) against black-flies (Diptera Simuliidae) larvae under natural conditions. J. Econ. Entomol. 77:412-418.
1985. Ladle, M., J. A. B. Bass and L. J. A. Cannicott. Entomologist's Gazette 36(2):147-149. Dalam Rev. Appl. Ent. Ser B, 1986, 74(7):1008. Meijere, J. C. H. de. 1907. Studien uber sudostalsiatische Dipteren I. Tijdschr Ent. 56 :196-264. Dalam Edward F. W. 1934. Deutsche limnologishe Sunda expedition, the Simuliidae (Diptera) of Java and Sumatera. Arch. Hydrobiol. Suppl. Trop. Buinengewesser, 13(1):92-138. 1913. Studien uber sudostalsia tische Dipteren VII. Tijdschr. Ent. 56: 317-354. Dalam Edward, F. W. 1934. Deursche limnologishe Sunda expedition, the Simuliidae (Diptera) of Jawa and Sumatera. Arch. Hydrobiol. Suppl. Trop. Buinengewesser, 13(1):92-138.
_ _ _ _--:--_-=-:_,-_ _-::-:'
Mwaiko, G. L. 1979. Onchocerca gutturosa in Tanzania cattle, it's prevalence and distribution in north eastern Tanzania. Tanzanian Vet. Bulletin. 1:8-12. Mykytowycz, R. 1967. The transmission of myxomatosis by Simulium mellatum Wharton (diptera Simuliidae). C.S.I.R.O. Willd. Res. 2:1-4. Nakamura, Y., Y. Yamagata, H. Takaoka, M. Takahashi, A. Ochoa, P. A. Mollina and H. Takahashi. 1981. A control trial of the vector Onchocerciasis, Simulium ochreanum (Diptera Simuliidae) in the Levaderos River Valley, Guatamela. Japanese J. of Sanitary 51
Zoology 32(1):51-58. 1982, 70(3):752.
Dalam Rev.
Appl.
Ent.
Ser B,
Nasseri, A. A., G. N. S. Sastry and D. Rajsekhan. 1983. Incidence and pathology of Bovine Onchocerca. Indian J. of Vet. Pathology 7:35-39. Dalam Helminthological Abstract, ser A, 1986, 55(1):186. Nelson, G. A. 1973. Onchocerciasis. Parasitology 8:173-210. Noble, E. R. and A. biology of Philadelphia.
1982. A. Noble. animal parasite,
Advance
in
Parasitology, The Lea & Febinger,
Olejnicek, J. 1985. An attemp to classify the breeding sites of black-flies (Diptera Simuliidae) in an intensively cultivated landscape. Dalam Rev. Appl. Ent. Ser B, 1985, 73(5):1426. Ruhm,
W. 1983. On the desiccation of Simuliids eggs (Diptera : Simuliidae). Zeutchrift fur Abgewandte Entomologie 95(2(:196-205. Dalam Rev. Appl. Ent. Ser B, 1983,71(5):1426.
Sasaki, H., Y. Nashijima and H. ono. 1985. Studies on the relation between blood sources an shape of the fore tarsal law the female black-flies in Hokkaido (Diptera). Jour. of the college of Dairyng Natural Science 11(1):187-192. Dalam Rev. Appl. Ent. Ser B,1986, 74(4) :513. Schntzlein, W. M. and M. E. Reichmann. 1985. Characterization of New Jersey vesicular stomatitis virus isolated from horse and black-flies during the 1982 out break in Colorado. Virology 152(2):426-431. Schmidt, G. D. and L. S. Roberts. 1981. Foundation of parasitology. The C. V. Mosby Company, St. Louis, Toronto, London. Seddon, H. R. 1967. Disease of domestic animal in Australia. Part 2. Arthropods infestation (flies, lice, and fleas). Commonwealth of Australia, Dept. of Health. Seifert, H. S. H. 1983. Animal hygiene in tropics and subtropics. Part I. Theoritical principles. Dalam Rev. Appl. Ent. Ser B, 1985, 73(5):1102. Sen, S. K.
and T. B. Fletcher. 1962. Veterinary entomology and acarology for India. Vol. 2. Indian Council of Agricultural Research, New Delhi. 52
Service, M. W. 1980. A guide to medical entomology. Millan International College.
Mac.
Shelley, A. J., R. R. Pinger and M. A. P. Moraes. 1982. The taxonomy, biology, and medical importance of Simuli um amazonicum Goeldi (Diptera : Simuli idae) , with a review of related spesies. Bulletin of British Museum (Natural Hystory), entomology series 44(1):29 pp. Dalam Rev. Appl. Ent. Ser B, 1982, 70(8):2205. Shemanchuk, J. A. 1981. Repellent action of permethrin, cypermethrin, and resmethrin against black-flies (Simuli um spp) attacking cattle. Pesticide Science 12(44) :412-416. Dalam Rev. Appl. Ent. Ser B, 1982, 7(1):175. Snyder, T. P. and M. C. Linton. 1983. Electrophoretic and Prosimulium fuscum and P. morphological separation of mixtum larvae (Diptera Simuliidae). Canadian Entomologist 115(1):81-87. Dalam Rev. Appl. Ent. Ser B, 1983, 71(3):807. Soulsby, E. J. L. 1982. Helminths, arthropods, and protozoa of domesticated animal. 7th ed. Bailliere Tindall, London. Sutcliffs,
J.
review.
F. 1986. Black fl ies host location: A Canadian J. Zoology 64 :1041-1053.
Takaoka, H. 1979. The black-flies of Taiwan (Diptera Simuliidae). Pasific Insects 20(4):365-403. J. O. Ochoa, M. Takashi and H. Takashi. 1981Evaluation of temephos as a larvicide against Simulium ochreanum (Diptera : Simuliidae) in Guatemala J. of Med Entomolo 18 (2):145-152. Dalam Rev. Appl. Ent. Ser B, 1982, 482.
1979. Simuliidae) .
------,
The black-flies of Taiwan (Diptera Pasific Insects 20(4):365-403.
1983. The black-flies (Diptera : Simuliidae) of Philippines. Japan Society for Promotion Science, Tokyo.
____--=--;-'
and H. Suzuki. 1984. Simuliidae) from Thailand. 35(1):7-45.
Usova,
The black-flies (Diptera Japan J. San. Zool.
Z. V. and V. A. Bulli. 1983. The sheltering places and distance of dispersal of black-flies of the genus
53
Wilhelmia End.(Diptera : Simuliidae) in the Ukranian steppe. Parazitarnye Bolezni 52(1):40-42. Dalam Rev. Appl. Ent. Ser, B, 1983,71(1):200. William, R. E. 1985. Livestock Entomology. A Wiley Interscience Publication John Wiley & Son, New York. Wotton, R. S. 1976. Evidence that black-flies larva can feed on particles of colloidal size. Nature, London 261:697. 1981. Pre-imaginal black-flies bionomic in black-flies. Marshal Laird Academic Press, London. _______ , 1982. Difference in carbon weight of the immature stages of two co-existing species of blackflies strategies. Hidrobiologia 94(3):279-283. Dalam Rev. Appl. Ent. Ser B, 1983,71(66):1936. Yasuno, ~I., F. Shioyama and J. Hasegawa. 1981. Field experiment on susceptibility of macrobenthos in streams to temophos. Japanese J. of San. Zool. 32(3):229-234. Dalam Rev. Appl. Ent. Ser B, 1982, 70(6):157.
54
LAMPI RAN
Lampiran 1. Simuliidae sebagai vektor organisme patogen Crosskey (1973).
Simuliid host
Vertebrate
Gco-
Status of present
host
graphical area
knowledge or evidence for transmission (with main references)
Ilfansollt!lIa ozzardi
S£muliwn ama::::onicIOIl
Man
Brazil
Natural transmission reported (Ccrqueira, 1959)
Onchocerca gutturosa
Simulium omallim
Cattle
England
Natural transmission presumed. Development of parasite [0 infective stage in wild flies (Steward, 1937; Eichler, 1971).
Ollchocerca volvulus
Simulium damllosum, S. neavei, S. woodi, S. mecalliCtlm, S. ochracewlI
Man
Tropical Africa and tropical Americas
Natural transmissioh confirmed beyond reasonable doubt (Blacklock, 1926, and extensive subsequent litcraturl!: sec bibliography).
Simulium callidu11l, S. exiguu11l
Man
Guatemala
Development of parasite to infecti\'e stage in experimental flies (Dalmar, 1955).
Simulium exiguum
Man
Vrnezl.lela
Dl::ve!opment of 'Venezuela strain' of parasite (but not of \Xl. African strains) to infective stage in experimental flies (Duke, 1970).
Simulium vorax
Man
Tanzania
Development of parasite to infective stage in experimental flies (Wegesa, 1967).
Pathogenic organism Group Nematode
Species
" "
"
S. haematopotwlI, S. veracruzamml
Pathogenic organism Group
Simullid
Nematode
Onchocerca volvulus
(COnt.)
(COnt.)
Protozoan
Simulium dukei [= 'aureosimile' in error]
?man
Cameroons
Infective stage of parasite found in wild flies (Duke, I962),
Simulium damnosum
Chimpanzee
Cameroons
Experimental transmission from man with infective stage of parasite de\'e!oped in experi~ mentally fed flies (Duke, 1962).
Gcographical area
Status of present knowledge or evidence for transmission (with main references)
Splendidofilaria fallisellSis
Simulium rugglesi,
S. anatillum
Duclis (domestic & wild)
Canada
[ = Omithofilaria f.]
Unidentified filaria (probably Onchocerca gurrurosa)
Simulium exigllum
?, cattle
Guatemala
Advanced 'sausage' stage of parasite in wild flies (Gibson & Dalmat, 1952).
Simulium neavei
[Unknown)
Uganda
Infective stage of parasite found in wild flies (Nelson & Pester, 1962).
Unidentified filariae 'D' and 'E'
Simulium damnosum
[Unknown]
Cameroons
Infective stages of parasites found in wild flies (Duke, 1967).
Unidentified filariae 'Types I-IV'
Simulium damnosum
[Unknown]
Liberia
Infective stages of parasites found in wild flies (Garms & Voelker, '969).
Unidentified filaria
Simulium bovis
[Unknown)
Nigeria
Infective stage of parasite found in wild flies (Crosskey, 1957).
Unidentified filaria
Simulium griseicolle
[Unknown)
Nigeria
Infective stage of parasite found in wild flies (Crosskey & Crosskey, 1958).
Crithidia simuliae
Simulium colombaschense [='co!umbaczensc'in error]
[Unknown]
Yugoslavia
Trypanosomjds described from gut of wild flies (Georgcwitch, 1909).
Unidentified filaria
<.n
Vertebrate host
Species
"
O'J
host
~A'
Narural transmission confirmed
(Anderson, 1956, 1968).
Pathogenic organism Group
Simuliid host
Vertebrate host
Geographical area
Species
-------Protozoan
r.n
-,
LCllc(JeY/(l:;ooJ/ hcrC.Hlltffi (prob. good sr. dislincl from sakharclDi
Status of prescnt knowledge or evidence for transmission (with main references)
-----
Prosilllu/ium dcccmartiClI/arunI, Sil1lliliwlI (Elisimlllillm) allrellm group
Corvidac
LCIICO(\'fO::OOlI bonasac
Simulium (Eusimuliwn) spp. (auri'wn-group & latipcsgroup)'
Grouse Canada (Tetraonidae)
Natural and experimental transmission (Fallis & Bennett, 1958).
LCIlCO(rtO:;OOlI darlilc'Wskyi
Simulium (Busimll/hml) spp. (aurt.'wn-group & latipesgroup)·
Owls (S[rigidae)
Canada
Sporogony in nics and cxpcrimental transmission (Bennett et al. 1965).
LC/ICOCY10ZOOll dubreuli [syn. L. mirandae]
Simulium (Eusimuliwn) spp. (aureum-group)·
Thrushes (Turdidae)
Canada
Sporozoircs of parasite developed in experimental flies (Fallis & Bennett, 1962).'
Lellcocytozoon fringillinarum
Simulium (Eusimulium) spp. (aureum-group & latipesgroup)·
Passerine .,
Canada
Sporogony in flies and experimental infections (Fallis & Bennett, 1962, 1966).
LCllcocy(o:;oon sakharoffi
Simulium angustitarset
Rook (Corvidae)
England
Natural transmission presumed from sporogony in wild & experimental flies and experimental infections (Baker, 1970).
Leucocytozoon simondi
Simulium rugglesj, S. aflatinum
Ducks (Anatidae)
Canada & U.S.A.
Natural transmission & experimental infections (Anderson e( al., 1962; Fallis & Bennet<, 1966).
LCIlCOCytozooll smithi
Simulium meridionale [syn. occidemalcl, S. jc""ingJi
Turkey (MeJeagrididae)
Canada & U.S.A.
Natural transmission & experimental infections (Skidmore, 1932; Anderson & DeFoliart, 1961).
Canada
birds (mainly Fringillidae)
Scbiz.llgnny in expcrimcntal Hies (Khan & Fallis, 1971)
Pathogenic organism
Simuliid host
Vertebrate host
Geographical area
Status of present knowledge or eddence for transmission (with main references) ~atural
Group
Species
Protozoan (cont.)
Ornithophilic simuliids, several spp.
several species of birds of different families
Canada
(or aviulII-complex)
transmission rr"$umcd. Experimental infections with trypanosomes passaged through flies (Bennett, 1961).
Virus
Myxomatosis virus
SimuliulJI melarlml
Rabbits
Australia
~alural
What"ro. (M 78)
A IIsr I'osilllllli/lll/ Ill/gula, IWI
Mice
New Zealand Experimental mechanical transmission (Austin, 1967).
SelllJiki Forest (SFV)
Allslrosimuliwn ungll.lalUlI/
Mice
New Zealand Experimental mechanical transmission (Austin, 1967).
Eastern encephalitis (EEV)
SimuliulII meridionale, S. johannsellj
Turkeys -
U.S.A.
Isolations from flies fed on experimentally exposed and brooder-house birds, meridiol/a1e suspected natural vector (Anderson et al., 1961).
Unidentified virus
Simulium meridionale
U.S.A.
One isC'lation (DeFoliarl 1969)·
Unidentified virus
Ornithophilic simuliids
U.S.A. (Wisconsin)
One isolation (ex 15588 specimens of three simulii..:l species) (DeFoliart & Hanson.
TlypaJ/(lSoma ..17..'IWII
transmission presumed. Experimental infections from wild tlics (Mykytowycz, t 957).
1968).
CJ1
00
iI
al.,
Lampiran 2. Klasifikasi Simuliidae Crosskey dalam Takaoka (1983).
Family
Subfamily Tribe
Genus
PARASIMU-
Parasimulium {ABtoneomyia, Parasimulium
LIINAE
SIMULIIDAE
SIMULINAE
Subgenus
Araucnephia Araucnephoides Cnephia Cnesia Cnesiamima Crozetia Ectemnia Gigantodax Greniera Gynmopais Lutzsimulium PROSIMU Mayacnephia LIINI Metacnephia ParaustrOSimu={DistOSimuliurn, Helodon liurn Pa.rscnephia, ParaheloProsimulium don, Procnephia, Prosi Stegoptera mulium s. str.,UrosiSulcicnephia mulium. Tlalocomyia THinnia Austrosimulium s. str. Austrosimulium { Novaustrosimulium Afrosimulium, Anasolen, Byssodon, Boophthora, ChirostiSIMULIIbia, Crosskeyellurn, Dexomyi NI a, Ectemnaspis, EdHardsellSimulium urn, Eusimulium, Freemanellum, Gomphostilbia, Grenierella, Hebridosimnuliurn, Hellichiella, Hemicnetha, Himala yanum, LeHisselum, Meilloniellum, Methomphalus, Montisi simulium, Morops, Nevermanni a, Notolepria, Obuchovia, Pa rabyssodon, Phoretomyia, Pomeroyellum, Psaroniocumpsa, Psilopelmia, Psilozia, Pternaspatha, Schoenbaueria, She we llomyia, Simulium s. str. Tetisimulium, Wilhelmia, Wallacellum sgen. n., Xenosimu lium.
Lampiran 3. Spesies Simuliidae di Indonesia Edward (1934) Group I Spesies
(Simulium s. str.) Sumetera Jawa Jawa Bali Penyebaran Barat Timur di luar
1. S. eximi um de M.
x
2. S. thienemanni sp. n.
X
it
3. S. argyrocinctum de M.
x
4. S. fenestratum sp. n.
X
5. S. iridescens de M.
X
? Malaysia X
a. S. iridescens var?
6. S. nebulicola
X
sp. n.
7. S. nobile de M.
? India
X
X
X
X
X
Group II (Eusimulium)
8. S. friederichsi sp. n.
X
9. S. meta tarsale Brun.
X
10. S. atratum de M. 11. S. sWldaicum sp. n.
India
X X
X
12. S. batoense sp.n.
X
13. S. flavocinctum sp. n.
X
14. S. ZOllatum sp. n.
X
15. S. varicorne Ewd.
X
16. S. fuerborni sp. n
?X ? X
17. S. latipes Mg. var.
X
X
X
Eropa
x
Assam
tosariense n. a. S. latipes Mg. var.
X
tjibodellse n. 18. S. aureohil'tum Brun.
x
x
Lampiran 4. 8pesies Simuliidae di wilayah Oriental (Asia) Datta (1983).
Subgenus SIMULIUM (EUSIMULIUM) Roubaud 1.
Simulium (Eusimulium) aureohirtum Brunetti Simulium aureohirtum Brunetti, 1911. 4:287 (male, female).
Rec.
Indian Mus.,
Simulium (Eusimulium) aureohirtum Brunetti: Puri, 1983. Indian J. Med. Res., 21: 1 (male, female, pupa, larva) . Simulium tuaranense Smart & Clifford, 1969. Zool. Linn. Soc., 48:40 (male, female, pupa, larva).
J.
Distribution: Borneo, India (Andhra Pradesh, Arunachal Pradesh, Assam, Haryana, Himachal Pradesh, Karnataka, Maharashtra, Manipur, !,!eghalaya, Miwram, Tamil Nadu, West Bengal), Java, Malaya, Pakistan, Ryukyu islands, Sri lar..ka, Sumatra; Japan. 2.
Simulium (Eusimulium)
aureum Fries
Simulium aureum Frie's, 1824. (male, female).
Observ. Ent., 1:16
Simulium (Eusimulium) aureum Fries: PUri, 1933. ------rndian J. Med. Res., 21:7 (male, female); Puri, 1925. Parasitology, 17:354 (pupa, larva). Distribution: 3.
India (Himachal Pradesh); Holarctic Region.
Simulium (Eusimulium) bicorne Dorogostatkfi, Rubtzov Vlasenko ..,.
&
v
Simulium bicornis Dorogostaikii, RubtzoY & Vlasenko, 1935. Mag. Parasi t. Inst. Zoo1. Acad. Sci. USSR, 5:178. Eusimulium bicorne DorogostaJ.kii, RubtzoY & Vlasenko: Rubtzov, 1956. Fauna of USSR, Diptera, 6(6):442 (male, female, pupa, larva). Distribution: 4.
Pakistan; Palaearctic R.....c.gton I Nearactic region.
Simulium (Eusimulium) bulbosum Lewi.s Simulium (Eusimulium) bulbosum Lewis, Ent. Res., G2:4~8 (pupa).
Distribution: 5.
1973.
Bull.
P~~istan.
Simulium (Eusimulium) dasguptai Datta Simulium (Eusimulium) dasguptai Datta, 1974. Ins,! 8:459 (pupa, larva). DisLribut i.on:
India (West Bengal).
Oriental
6.
Simulium (Eusimullum) falcae (Shiraki) Eusimullum falcoe Shiraki, 1935. Mem. Fac. Sci. Agr1.. Taihoku Imp. Univ., 16:13 (female). Distribution:
7.
Taiwan.
Simulium (Eusimulium) feu erborni
Edwards
Simulium (Eusimulium) feuerborni Edwards, 1934. Arch. Hydrobiol. (Suppl.), 13:129 (male, pupa, larva). Distribution: 8.
Java
Simulium (Eusimulium) fuscinervis Edwards Simulium (Eusimulium) fuscinervis Edwards, Fed. Malay St. Mus., 17:257 (male). Distribution:
9.
Simulium
1933.
Borneo.
~usimulium)
geniculare (Shiraki)
Eusimulium geniculare Shiraki, 1935. Mem. Fac. Agri. Taihoku Imp. Uni v., 16: 19 (f emale) . Distribution:
J.
Sci.
Taiwan.
10. Simulium (Eusimulium) ghoomense Datta Simulium (Eusimulium) ghoomense Datta, 1975. Proc. Indian Acad. Sci., (B) 81:67 (male, female, pupa, larva) . Distribution:
India (West Bengal).
11. Simulium (Eusimulium) gracilis Datta Simulium (Eusimulium) gracilis Datta, 1973. Ins.,7:368 (male, fema 1 e-;-Pup a , larva). Distribution:
Oriental
India (West Bengal).
12. Simulium (Eusimulium) montium Rubtzav Simulium (Eusimulium) montium RubtzQv", 19 17. Akad. Nauk USSR (Biol.),147 (1):114. L
Izv.
Eusimulium montium RubtzQv: Rubtzov, 1956. Fauna of USSH, Diptera,6( 6) : 393 (male, female, pupa, larva).
Distribution: 13.
Pakistan; USSR.
Simuliu.'l1 (Eusimulium) nemarivaQ:um Datta, 1973. Oriental Ins., 7:373 (male, pupa, larva); Datta, 1974. Orient al Ins., 8: 457 (female). Distribution:
India (West Bengal).
62
14.
Simulium (Eusimulium) philippinense Delfinado Simulium philipDinensis Delfinado, Sci., 89:57 (male, female). Distribut ion:
15.
1960. Philipp.
J.
Philippines.
Simulium (Eusimulium) planipuparium Rubtzov Simulium (Eusimulium) planipuparium Rubtzov, 1947. Izv. Akad. Nauk USSR, (BioI.) 1947(1):114. Rubtzov, 1956. Eusimulium planipuparium Rubtzov: (male, female, Fauna of USSR, Diptera,6(6):477 pupa, larva). Distribution:
16.
Pakistan; USSR.
Simulium (Eusimulium) praelargum Datta Simulium (Eusimulium) praelargum Datta, 1973. Oriental Ins., 7:365 (male, female, pupa, larva). Distribution:
17.
India (West Bengal).
Simulium (Eusimulium) purii Datta Simulium (Eusimulium) purii Datta, Ins., 7:371 (male, female, pupa, Distribution:
18.
1973. Oriental larva).
India (West Bengal).
Simulium (EusimuHum) rufithorax Brunetti Simulium rufithorax Brunetti, 1911. Mus., 4:282 (male, female). Distribut ion:
19.
IncHan
India (Maharashtra, West Be-ngal).
Simulium (Eusimulium) sen; Ie Brunetti Simulium senilis Brunetti, 4:288 (male). Distribution:
20.
Rec.
1911.
Rec.
Indian Mus. ,
India (Himachal Pradesh).
Simulium (Eusimulium) taipei (Shiraki) Eusimuliurn taipei Shiraki, 1935. Mem. Pac. Sci. Agri. Taihoku Imp. Univ., 16:15 (female). Distribution:
21.
Taiwan.
Simulium (Eusimulium) tjibodense Edwards Simuliwn (Eusimuliurn) latipes Mg. Edwards, 1934. Arch. HydrobioJ. (male, female, pupa, .larva). Distribution:
tjibodense (Suppl.), 1:3:134
VOl'.
Java. 63
22.
Simulium (Eusimulium) tosariense Edwards Simulium (Eusimu1ium) latioes Mg. var. tosariense Edwards, 1934. Arch. Hydrobiol. (Suppl.), 13:132 (male, female, pupa, larva). Distribution:
Java.
Subgenus SHIULIUM (GOMPHOSTILBIA) Enderlein
1.
Simulium (Gomphostilbia) ambigens Delfinado Simulium (Eusimulium) ambigens Delfinado, 1969. Med. Ent., 6:206 (male). Distribution:
2.
J.
Philippines.
Simulium (Gomphostilbia) atratum de Meijere Simulium atratum de Meijere, 1913. 56:331 (male, female).
Tijdschr. Ent.,
Simulium (Gomphostilbia) atratum de Meijere: Edwards, 1934. Arch. Hydrobiol. (Suppl.), 13:121 (male, female, pupa, larva). Distribution: 3.
Java,? Sri Lanka.
Simulium (Gomphostilbia) ~aisasae Delfinado Simulium baisasae Delfinado, 1960. Philipp. J. Sci 89:53 (male, female, pupa, larva). Distribution:
4.
Philippines.
Simulium (Gomphostilbia) batoense Edwards Simulium (Gomphostilbia) batoense Edwards, 1934 .. Arch. Hydrobiol. (Suppl.), 13:124 (male, female, pupa. larva). Distribution:
Java, Ryukyu Islands; ·Japan.
64
5.
Simulium (Gomphostilbia) bucolicum Datta Simulium (Gomphostilbia) bucolicum Datta, 1975. J. Sanit. Zool., 26:35 (female, pupa, larva). Dist ribut ion:
6.
Jap.
In dia (Assam).
Simulium (Gomphost ilbia) ceylonicum Enderlein Gomphostilbia ceylonica Enderlein, 1921. Sitzb. Ges. Naturf. Freunde Berl., 1921:77 (female). Distr ibut ion:
7.
Sri Lanka.
Simulium (Gomphostilbia) darjeelingense Datta Simulium (Gomphosti1bia) darjeelingense Datta, 1973. Oriental Ins., 7: 380 (male, female, pupa). Distribution:
8.
India (West Bengal).
Simulium (Gomphostilbia) epistum Delfinado Simulium (Gomphostilbia) epistum Delfinado, 1971. Steenstrupia. 1:136 (male). Distribution:
9.
Philippines.
Simulium (Gomphosti1bia) fidum Datta Simulium (Gomphostilbia) fidum Datta, 1975. Sani t. Zool., 26: 38 (male, pupa, larva). Distribution:
10.
Jap. J.
India (Assam).
Simulium (Gomphostilbia) flavocinctum Edwards Simulium (Gomphostilbia) f1avocinctu~ Edwards, 1934. Arch. Hy.drobiol. (Suppl.), 13: 125 (male, female, pupa, larva). Distribution:
11.
Sumatra.
Simulium (Gomphostilbia) friederiohs1 Edwards Simulium (Gomnhostilbia) friederichsi Edwards. 1934. -r\rch-.-Hycl1'otiOl. (SuppI.), 1:3: 118 (male). . Distribut ion:
12.
Java.
Simulium (Gomphostilbia) lito1'eum Datta Simulium (Gomphostilbia) 1ito1'eum Datta, 1975. J. Sanit.
Distribution:
Zool.,
26:37 (pupa,
Jap.
larva).
India (Assam). 65
13.
Simulium (Gomphostilbia) metatarsale Brunetti Simulium metatarsalis Brunetti, 1911. Mus.) 4:284 (male).
Rec.
Indian
Simulium (Gomphostilbia) metatarsale Brunetti: Edwards, 1934. Arch. llydrobiol. (Suppl.), 13: 119 (male, female, pupa, larva). Distribution: Malaya. 14.
India (Sikkim, West Bengal), Java,
Simulium (Gomphostilbia) nepalense Lewis Simulium nepalense Lewis, 1964. Bull. Br. Mus. Nat. Hist. (Ent.), 15:291 (male, female). Distribution:
15.
Nepal.
Simulium (Gomphostilbia) pattoni Senior-White Simulium pattoni Senior-White, 1922. Mem. Dept. Agri. India (Ent. Ser.), 7:129 (female). Distribution:
16.
India (Tamil Nadu).
Simulium (Gomphostilbia) pegalanense Smart & Clifford Simulium pegalanense Smart & Clifford, 1969. J. Linn. Soc., 48:39 (male, pupa, larva). Distribution:
17.
Zool.
Borneo.
Simulium (Gomphostilbia) rayobense Smart & Clifford Simulium rayohense Smart & Clifford, 1969. Zool. J. Linn. Soc., 48:35 (male, female, pupa, larva). Distribution:
18.
Borneo.
Simulium (Gomphostilbia) sundaicum Edwards Simulium (Gomphostilbia) sundaicum Edwards, 1934. Arcb. Hydrobiol. (Suppl.), 13:122 (male, female, pupa, larva). Distribution:
19.
Malaya.
Simulium (Gomphostilbia) tenuistylum Datta Simulium (Gomphostilbia) tenuistylum·Datta, 1973. Oriental Ins., 7:377 (male, female, pupa, larva). Distribution:
20.
India (Sikkim, West Bengal).
Simulium (Gomphostilbia) unum Datta Simulium (Gomphostilbia) unum Datta, 1975. Sanit. Zool. 26:38 (pup~ Distribution:
Jap. J.
India (Assam). 66
21.
Simulium (Gomphostilbia) varicorne Edwards Simulium varicorne Edwards, 1925. (male) .
Treubia, 6:159
Simulium (Gomphostilbia) varicorne Edwards, 1934. Arch. Hydrobiol. (Suppl.), 13:126 (male, pupa, larva) . Distribut ion: 22.
Malaya, Sumatra, ? Java.
Simulium (Gomphostilbia) zonatum Edwards Simulium (Gomphostilbia) zonatum Edwards, 1934. Arch. Hydrobiol. (Suppl.), 13:126 (male, female, pupa, larva). Distribution:
Malaya, Sumatra.
Subgenus SIMULIUM (/.lOHOPS) Enderlein 1.
Simulium (Morops) yonakuniense Takaoka Simulium (Morops) yonakuniense Takaoka, 1972. J. Med. Ent., 9:521 (male, female, pupa, larva). Distribut ion:
Hyukyu islands.
Subgenus SIMULIUM (WILHELMIA) Enderlein
1.
Simulium (Wilhelmia) mediterraneum Puri
Simulium equinum var. mediterraneum Puri, 1925. Ann. Mag. ~at. Hist., 16:253 (pupa, larva); Puri, 1933, Indian J. Med. Res., 21:12 (male, female). Dist ribut ion: India (Kashmir, Punj ab), Pakistan, North Africa, Mediterranean Europe, Middle East. 2.
Simulium (Wilhelmia) paraequinum Puri Simulium (Wilhelmia) paraequinum Puri, 1933. Indian J. Med. Res., 21:15 (male, female, pupa, larva).
Distribution: (Armenia) .
Pakistan; Iran,
rsrael, Jordon, USSR
67
3.
Simulium (Wilhelmia) turgaicum Rubtzov Simulium (Wilhelmia) salopiense var. turgaicum Rubtzov, 1940. Fauna of USSR, Diptera, 6(6) ,411 (male, female). Wilhelmia salopiense var. turgaicum Rubtzoy' Rubtzov, 1951. Trav. Inst. Zool. Acad, Sci, USSR', 9,784 (male, female, pupa, larva).
Distribution, Pakistan; Armenia, Iran, Kazakhstan, Kirghizia, Tadzhikistan, Turkmeniya, Uzbekistan.
Subgenus SIMULIUM (HIMALAYUM) Lewis 1.
Simulium (Rimalayum) indictLl!l Becher Simulium indicum Becher, 53:199 (female).
1884.
J. Asiat. Soc. Bengal,
Simulium (Himalayum) indicurn Becher: Lewis, 1973. Bull. Ent. Res., 62:462 (male, female, pupa, larva). Simulium nigrogilvum Summers, 1911. Rist., 7:586 (female). Simulium kasmiricum Edwards, 1927. 18,169 (female).
Ann. Mag. Nat. Bull. Ent. Res.,
Distribution, BangIa Desh, Bhutan, Burma, China, India (Arunachal Pradesh, Assam*, Himachal Pradesh, Kashmir, Manipur, Meghalaya, Nagaland, Sikkim, Uttar Pradesh, West Bengal), Nepal, Pakistan, Thailand.
Subgenus SIMULIUM (TETISIMULIUM) Rubtzov 1.
Simulium (Tetisimulium) desertorum Rubtzov Simulium (Odagmia) desertorum Rubtzov, 1940. USSR, Diptera, 6(6):375. Friesia desertorum Rubtzov: USSR, Diptera 6(6):710.
Rubtzov, 1956.
Fauna of Fauna of
Tetisimulium desertorum Rubtzov, Rubtzov, 1963. Lindner, Fliegen Palaearkt. Reg., 14:503 (male. female, pupa, larva). Distribution:
In:
Pakistan; Central Asia, Tibet. 68
2.
Simulium (Tetisimulium) stevensoni Edwards Simulium stevensoni Edwards, 1927. - 18:l69 (female). Distribution:
Bull. Ent. Res.,
India (Jammu 8. Kashmir). Paki.stan.
Subgenus SHIULIUh! (SIMULIUM) Latreille
..
Simulium (Simulium) aeneifacies Edwards Simulium aeneifacies Edwards, 1933. Mus., 17:256 (female). Distribution:
2.
J. Fed. Malay St.
Borneo.
Simulium (Simulium) ambiguum Sl1iraki Simulium ambiguum Shiraki, 1935. Mem. Fac. Sci. Agri. Taihoku Imp. Univ., 16:71 (male, female). Distribution:
3.
Taiwan.
Simulium (Simulium) argen t ipes Edwards Simulium argentipes Edwards, 1928. Mus., 14:62 (female). Distribution:
4.
J. Fed. Malay St.
Malaya.
Simulium (Simulium) argyrocinctum de Meijere Simulium argyrocinctum de Meijere, 1913. Ent., 56:332 (male, female). Distribution:
5.
Tijdschr.
Java, Sumatra.
Simulium (Simulium) arisanum Shiraki Simulium arisanum Shiraki, 1935. Mem. Fac. Sci. Agri. Taihoku Imp. Dniv., 16:80 (female). Distribution:
6.
Taiwan.
Simulium (Simulium) atrum Delfinado Simulium (Simulium) atrum Delfinado, 1969. Ent., 6:200 (female). Distribution:
7.
J. Med.
Philippines.
Simulium (Simulium) baltazarae Delfinado Simuliu'm (Simulium) baltazarae Delfinado, 1960. Philip. J. Sci., 89:50 (male, female, pupa). Distribution:
Philippines. 69
8.
Simulium (Simulium) barraudi Puri Simulium (Simulium) barraudi Puri, 1932. Indian J. Med. Res., 19:1130 (male, female, pupa).
Distribut ion: Kashmir) . 9.
India (Himachal Pradesh, Jalmnu &
Simulium (Simulium) biforaminiferum Datta Simulium (Simulium) biforaminiferum Datta, 1974. Orien tal Ins., 8: 463--C pupa, larva). Distribution:
10.
Simulium (Simulium) canlaonense Delfinado Simulium (Simulium) canlaonense Delfinado, 1969. Med. Ent., 6:200 (female). Distribution:
11.
India (West Bengal).
J.
Philippines.
Simulium (Simulium) chrystophersi Puri Simulium (Simulium) chrystophersi Puri, 1932. J. Med. Res., 19:906 (male, female, pupa).
Indian
Distribution: India (Himachal Pradesh, Jammu & Kashmir) . 12. Simulium (Simulium) consimile Pur.i Simulium (Simulium) consimilis Puri, 1932. Indian J. Med. Res., 20:527 (male, female, pupa). India (Chandigarh, Himachal Pradesh, Distribution: Punjab), Pakistan. 13.
Simulium (Simulium) crassimanum Edwards Simulium crassimanum Edwards, 1933. J. Fed. Malay St. ~!us., 17:256 (female). Distribution: Borneo.
14.
Simulium (Simulium) dentatum Puri Simulium (Simulium) dentatum Puri, 1932. Indian J. Med. Res., 19:1135 (male, female, pupa). Simulium (Simulium) dentatum Puri: Oriental Ins., 8:21 (larva). Distribut ion:
15.
Datta, 1974.
India (Meghalaya, Sikkim, West Bengal).
Simulium (Simulium) digitatum Puri Simulium (Simulium) digitaturn Puri, 1932. Indian J. Med. Hes., 19: 1132 (male, female, pupa). Distribution:
India (Himachal Pradesh, Punjab). 70
16.
Simulium (Simulium) discrepans Delfinado Simulium (Simulium) discrepans Delfinado, 1969. Med. Ent., 6:202 (male, female, pupa). Distribution:
17.
J.
Philippines.
Simulium (Simulium) ephemerophilum Rubtzov Simulium (Odagmia) ephemerophila Rubtzov, 1947. Akad. Nauk SSSR (BioI), 1947(1):115.
Izv.
Odagmia ephemerophila Rubtzov: Rubtzov, 1956. Fauna of USSR, Diptera, 6(6):696 (male, female, pupa
J
larva).
Distribution: 18.
Pakistan:
USSR.
Simulium (Simulium) eximium de Meijere Simulium eximium de Meijere,l913. 56:330 (male, female). Distribution:
19.
Tijdschr. Ent.,
Java.
Simulium (Simulium) fenestratum Edwards Simulium (Simulium) fenestratum Edwards, 1934. Arch. F. Hydrobiol. (Suppl.), 13:110 (male, female, pupa, larva) . Distribution:
20.
Ryukyu islands, Sumatra.
Simulium (Simulium) forcipatum Delfinado Simulium (Simulium) forcipatum Delfinado, 1969. Med. Ent., 6:202 (male). Distribution:
21.
Philippines.
Simulium (Simulium) fuscopilosum Edwards Simulium fuscopi losum Edwards, 1928. St. Mus., 14:63 (female).
22.
J. Fed.
~!alay
Simulium (Simulium) gravelyi Puri Simulium (Simulium) gravelyi Puri, 1933. Med. Res., 20:803 (male, female, pupa). Distribution:
23.
J.
Indian J.
India (Tamil Nadu).
Simulium (Simulium) griseifrons Brunetti Simulium griseifrons Brun et t i, 1911. Mus., 4:285 (female).
Rec.
Indian
Simulium (Simulium) griseifrons Brunetti: Puri, 1932. Indian J. Med. Res., 19:1137 (male, female, pupa) . 71
Simulium digrammicum Edwards, 1928. st. Mus., 14:61 (female).
J. Fed. Malay
Distribution: India (Himachal Pradesh, Jammu & Kashmir, uttar Pradesh), Pakistan, Mafaya, Thailand. 24.
Simulium (Simulium) grisescens Brunetti Simulium grisescens Brunetti, 1911. Rec. Indian Mus., 4: 283 (male). Simulium (Simulium) grisescens Brunetti: Puri, 193~. Indian J. Med. Res., 20: 523 (male, female, pupa). Simulium (Simulium) grisescens Brunetti: Datta, 1974. Oriental Ins., 8:18 (larva). Thyrsopelma longiunguis Enderlein, 1936. Sitzb, Naturf. Freunde Berl., 1936:126 (male, female) ,
Distribution: India (Arunachal Pradesh, Assam, Himachal Pradesh, Karnataka, Kerala, Maharashtra, Manipur, Nagaland, Punjab, Tamil Nadu, West Bengal), Sri Lanka, Taiwan; Japan, Korea. 25.
Simulium (Simulium) gurneyae Senior-White Simulium gurneyae Senior-White, 1922. Mem. Dept Agri. India (Ent. Ser.), 7:130 (female). Simulium (Simulium) gurneyae Senior-White: Puri 1932. Indian J. Med. Res., 19: 890 (male, female, pupa) . I
Distribution: Nadu) . 26.
India (Karnataka, Maharastra, Tamil
Simulium (Simulium) hackeri Edwards Simulium hackeri Edwards, 1928. Mus., 14:60 (female). Distribution:
27.
J. Fed. Malay st.
Malaya, Thailand.
Simulium (Simulium) himalayense Puri Simulium (Simulium) himalayense Puri, 1932. J. Med. Res., 19:885 (male, female, pupa). Simulium (Simulium) himalayense Puri: Oriental Ins., 8:20 (larva).
Indian
Datta, 1974.
Distribution: India (Arunachal Pradesh, Bihar, Himachal Pradesh, Manipur, West Bengal), Pakistan. 28.
Simulium (Simulium) hirtinervis Edwards Simulium hirtinervis Edwards, 1928. St. Mus., 14:63 (female). Distribution:
Malaya.
J. Fed. Malay 72
29.
Simulium (Simulium) hirti.J~.':l!:.!?..\JS Purl Simulium (Simulium) hirtipannus Puri, 1932. J. Med. Res., 20:509 (male, female, pupa). Distribution:
30.
India (hlanipur).
Simulium (Simulium) howletti Puri Simulium (Simulium) howletti Puri, 1932. Med. Res~0:505 (male, female). Distribution:
31.
Indian J.
India (Bihar).
Simulium (Simulium) iridescens de Meijere Simulium iridescens de Meijere, 1913. Ent., 56:333 (male, female). Distribution:
:02.
Indian
Tijdschr.
Java, Swnatra.
Simulium (Simulium) jani Lewis Simulium (Simulium) jani Lewis, 1973. Bull. Ent. Res., 62: 464 (male~male, pupa, larva). Distribution:
33.
Pakistan.
Simulium (Simulium) japonicum Matsumura Simulium japonicum Matsumura, Jap. Empire:407 (female).
1931.
6000 Illust.
Simulium (Simulium) japonicum Matsumura: Ogata, 1956. Jap. J. Med. Sci. & BioI., 9:62 (male, female, pupa). Distribution: islands, Sakhalin. 34.
Ryukyu islands:
Japan, Korea, Kurile
Simulium (Simulium) kapuri Datta Simulium (Simulium) kapuri Datta, 1975. Jap. San 1. t. Zool. -' 26: 31( female I pupa I larva).
Distribution: 35.
J.
India (Assam).
Simulium (Simulium) karenkoense (Shiraki) Odagmia karenkoense Shiraki, 1935. Mem, Fac. Sci. AgrT Taih9ku Imp. Univ., 15:42 (female).
Distribution: 36.
Simulium (Simulium) katoi Shiraki
Simulium katoi Shiraki, 1935. Mem. Fac. Sci. ""Taihoku Imp. Un ~ v., 16: 53 (female). Di.stribut ion:
Agri.
Taiwan. 73
37.
Stmultum (Simulium) ktnab,duense Smart & Clifford Simulium kinabaluense Smart & Clifford, 1969. Zool. J. Linn. Soc., 48:29 (male, female, pupa, larva). Distribution:
38.
Borneo.
Simulium (Simulium) laterale Edwards Simulium laterale Edwards, 1933. J. Fed. Malay St. Mus., 17:256 (female); Smart & Clifford, 1969. Zool. J. Linn. Soc., 48:22 (male, f'emale, pupa, larva) . Distribution:
39.
Borneo.
Stmulium (Simulium) lineothorax Puri Simulium (Simulium) lineothorax Puri, 1932. Indian J. Med. Res., 20:521 (male, female, pupa). Distribut ion:
40.
India (Assam, Tamil Nadu).
Simulium (Simulium) melanopus Edwards Simulium melanopus Edwards, 1929. (male, female). Distribution:
41.
Notul. Ent., 9:13
Philippines.
Simulium (Simulium) nebulicola Edwards Simulium (Simulium) nebulicola Edwards, 1934. F. Hydrobiol., (Suppl), 13:114 (male). Distribution:
42.
Java.
Simulium (Simulium) nigrifacies Datta Simulium (Simulium) nigrifacies Datta, 1974. ental Ins., 8:17 (male, pupa). Distribution:
43.
Arch.
Ori-
India (West Bengal).
Simulium (Simulium) nigripilosum Edwards Simulium nigripilosum Edwards, 1933. J. Fed. Malay St. Mus., 17:225 (female); Smart & Clifford, 1968. Zool. J. Linn. Soc., 48:17 (male, female, pupa, larva) . Distribution:
44.
Borneo.
Simulium (Simulium) nilgiricum Puri Simulium (Simulium) nilgiricum Puri, 1932. Med. Res., 19:894 (male, female, pupa). Distribution:
Indian J.
India (Tamil Nadu) , Sri Lanka. 74