Serapan Hara N, P, dan Ca Rumput Lapang pada Berbagai……….….....Arry Wiriawan
SERAPAN HARA N, P, DAN Ca RUMPUT LAPANG PADA BERBAGAI KETINGGIAN TEMPAT DI KABUPATEN TASIKMALAYA
Arry Wiriawan*, Ana Rochana**, Nyimas Popi Indriani** Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Jalan Raya Bandung Sumedang KM 21 Sumedang 45363 *Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran **Staf Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran email:
[email protected] ABSTRAK Penelitian mengenai “Serapan Hara N, P, dan Ca Rumput Lapang pada Berbagai Ketinggian Tempat di Kabupaten Tasikmalaya” dilaksanakan pada tanggal 14 Agustus 2016 sampai 24 Agustus 2016 yang berlokasi di desa Kertamukti (900 m dpl), desa Gombong (670 m dpl), dan desa Sindangkerta (<100 m dpl). Pengambilan sampel dilakukan sebanyak enam ulangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh ketinggian tempat dan ketinggian tempat mana yang memperoleh hasil tertinggi terhadap serapan hara N, P, dan Ca Rumput Lapang. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Peubah yang diamati yaitu Serapan Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalsium (Ca), Data diuji dengan menggunakan analisis sidik ragam dan penggunaan uji jarak berganda Duncan untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan. Hasil penelitian menunjukan bahwa ketinggian tempat berpengaruh pada serapan Ca rumput lapang, pada dataran tinggi (900mdpl) serapan hara Ca menunjukan hasil yang paling besar, sedangkan pada serapan N dan serapan P menunjukan hasil yang sama, tidak dipengaruhi oleh ketinggian tempat. Kata kunci: Rumput lapang, Serapan Hara, Ketinggian tempat, N, P, Ca
ABSTRACT Research on "Nutrient Uptake of N, P, and Ca of Native Grass at Various Altitudes in Tasikmalaya District" was conducted on the 14th until 24th of August, 2016. , located in the Kertamukti village (900mdpl), Gombong village (670mdpl), and Sindangkerta village (<100mdpl). Sampling was carried out as many as six replications . The purpose of this research was to review and to find out the effects of altitudes and the best altitude for absorption on N, P, and Ca uptake of Native Grass. The method used in this research was an experimental method with Completely Randomized Design (CRD). Variables measured were Nitrogen (N), phosphorus (P), and Calcium (Ca) uptake. The data was tested by using the analysis of variance and Duncan’s multiple range to know the difference between treatments. The results showed that the altitude effect Ca uptake grass field, and in the highlands (900mdpl) uptake Ca showed the greatest results, whereas the uptake of N and P uptake showed the same results, which means it is not affected by altitude. Keyword: Native Grass, Nutrient Uptake, Altitude, N, P, Ca
Page 1
Serapan Hara N, P, dan Ca Rumput Lapang pada Berbagai……….….....Arry Wiriawan PENDAHULUAN Di Indonesia pada umumnya pakan ternak ruminansia berasal dari hijauan, khususnya di Provinsi Jawa Barat yang memiliki jumlah ternak domba terbanyak dengan sumber pakan terbesar berasal dari hijauan. Kabupaten Tasikmalaya adalah salah satu daerah yang memiliki populasi ternak domba yang cukup banyak, pakan yang paling banyak diberikan kepada ternak yaitu berupa hijauan, terutama rumput lapang karena jenis rumput ini tumbuhnya tidak tergantung pada musim dan dapat tumbuh dengan subur, baik di pinggir jalan ataupun halaman luar kandang. Pada umumnya peternak di desa-desa tidak membedakan antara rumput dari keluarga Gramineae dengan tumbuhan lain dari keluarga bukan Gramineae. Bagi mereka semua tumbuhan (herba) yang dapat dimakan ternak adalah “rumput”. Dengan demikian yang dimaksud dengan rumput bagi peternak termasuk tumbuhan berdaun lebar dan teki-tekian. Rumput lapang merupakan salah satu hijauan pakan ternak yang sering diberikan pada ternak ruminansia sebagai pakan utama. Bahan pakan ini banyak dan mudah didapat, tetapi kualitas hijauan ini sangat bervariasi tergantung dari jenis, umur, musim dan lokasi rumput tersebut tumbuh. Rumput yang masih muda pada umumnya kualitasnya lebih baik. Begitu juga halnya dengan jenis tanah, pada tanah yang subur kualitas rumput lapang lebih baik dari pada yang tumbuh di daerah tandus. Rumput lapang salah satunya banyak tumbuh di daerah perkebunan dan perhutanan. Rumput lapang terdiri dari beberapa jenis rumput lokal, legum, dan gulma. Untuk mengetahui komposisi perbandingan dan kualitas antara rumput, legum, dan gulma pada kondisi lahan pastura dapat dilihat dari komposisi botaninya. Analisa komposisi botani diperlukan untuk mengetahui kondisi pastura yang dapat mempengaruhi produksi dan kualitas hijauan yang dihasilkan. Analisa komposisi botani dapat dilakukan secara manual dengan melihat secara langsung komposisi botani yang ada di suatu pastura atau dengan melakukan perhitungan. Selain dilihat dari komposisi botani, kualitas hijauan dilihat dari kandungannya. Salah satu faktor yang paling penting bagi kualitas hijauan ditentukan oleh unsur hara yang terdapat pada lahan hijauan tersebut tumbuh. Pada umumnya, setiap tanaman memerlukan paling sedikit 16 unsur hara untuk pertumbuhan normalnya yang diperoleh dari udara, air, tanah dan garam-garam mineral atau bahan organik. Unsur yang diperoleh dari udara ada 3 jenis, yaitu unsur Carbon (C), Hidrogen (H) dan Oksigen (O), sedangkan 13 unsur lainnya seperti Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Sulfur (S), Besi (Fe), Mangan (Mn), Seng (Zn), Tembaga (Cu), Boron (B), Molibdenum (Mo) dan Klorin (Cl) diperoleh tanaman dari dalam tanah. Tetapi dari antara 13 unsur hara tersebut, hanya 6 unsur yang paling banyak dibutuhkan dalam porsi yang cukup banyak, yaitu N, P, K, S, Ca dan Mg. Unsur hara nitrogen (N) dibutuhkan oleh tanaman rumput dalam proses pertumbuhannya. Kandungan unsur hara nitrogen dalam tanah yang dapat diserap tanaman mempengaruhi produksi dan kualitas hijauan yang dihasilkan. Salah satu cara untuk menentukan produksi hijauan yaitu melalui pengukuran produksi bahan keringnya dan salah satu kualitas hijauan yang penting diperhatikan yaitu kandungan protein kasarnya. Fosfor (P) disebut juga sumber kehidupan pada tanaman karena terlibat langsung hampir pada seluruh proses kehidupan. Fosfor merupakan penyusun komponen setiap sel hidup dan cenderung lebih banyak terdapat pada biji dan titik tumbuh. Fosfor membantu dalam pertumbuhan bintil akar pada tanaman legum, perkembangan akar, pembentukan polong dan biji. Kalsium (Ca) berperan dalam mengaktifkan pembentukan bulu-bulu akar dan biji serta menguatkan batang. Kalsium juga membantu keberhasilan penyerbukan, membantu pemecahan sel, membantu aktivitas beberapa enzim, serta menetralisir senyawa dan kondisi tanah yang merugikan. Page 2
Serapan Hara N, P, dan Ca Rumput Lapang pada Berbagai……….….....Arry Wiriawan Selain kandungan unsur hara, ketinggian tempat juga menjadi salah satu faktor yang berpengaruh pada pertumbuhan tanaman dan kandungan unsur hara bagi tanaman. Di daerah tropis secara umum dicirikan oleh keadaan iklim yang hampir seragam. Namun dengan adanya perbedaan geografis seperti perbedaan ketinggian tempat di atas permukaan laut (dpl) akan menimbulkan perbedaan cuaca dan iklim secara keseluruhan pada tempat tersebut, terutama suhu, kelembaban dan curah hujan. Unsur-unsur cuaca dan iklim tersebut banyak dikendalikan oleh letak lintang, ketinggian, jarak dari laut, topografi, jenis tanah dan vegetasi. Pada dataran rendah ditandai oleh suhu lingkungan, tekanan udara dan oksigen yang tinggi. Sedangkan dataran tinggi banyak mempengaruhi penurunan tekanan udara dan suhu udara serta peningkatan curah hujan. Laju penurunan suhu akibat ketinggian memiliki variasi yang berbeda-beda untuk setiap tempat. Ketinggian tempat terbagi menjadi tiga, yaitu dataran rendah (<500 m dpl), dataran sedang (500-700 m dpl), dan dataran tinggi (>700 m dpl). MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada tanggal 14 Agustus 2016 sampai dengan tanggal 24 Agustus 2016, penelitian dilakukan di Desa Kertamukti (dataran tinggi), Desa Gombong (dataran sedang), dan Desa Sindangkerta (dataran rendah) kabupaten Tasikmalaya. Ketinggian tempat antara 0-1200 mdpl dan Laboratorium Tanaman Makanan Ternak dan Laboratorium Nutrisi Ternak Ruminansia dan Kimia Makanan Ternak Ternak Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah rumput lapang yang diambil dari tiga desa, yaitu desa Kertamukti (900 m dpl), desa Gombong (670 m dpl), dan desa Sindangkerta (<100 m dpl) di kabupaten Tasikmalaya Tahapan dalam pengambilan sampel, antara lain adalah melihat kondisi lapangan lalu melempar kuadran berukuran 50 cm x 50 cm. setelah melempar kuadran, lalu memotong rumput (sampel) yang ada pada kuadran tersebut. Sampel yang diambil disetiap lokasi penelitian terdiri dari enam sampel. Lokasi penelitian terdiri dari tiga lokasi sehingga sampel rumput yang akan dipotong terdiri dari 18 sampel. Sampel yang telah dipotong dimasukkan ke dalam kertas sampel lalu menimbang dan mencatat berat segar yang telah dimasukkan ke dalam kertas sampel. Sebelum memasukkan ke dalam oven untuk mengetahui berat keringnya, sampel dianalisa terlebih dahulu untuk diketahui komposisi botanisnya. Setelah mendapatkan sampel yang telah kering oven, sampel ditimbang dan dianalisis kandungan N, P, dan Ca pada sampel tersebut.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Ketinggian Tempat Terhadap Serapan Nitrogen (N) Hasil penelitian mengenai pengaruh ketinggian tempat terhadap serapan Nitrogen (N) dapat dilihat pada Tabel 2.
Page 3
Serapan Hara N, P, dan Ca Rumput Lapang pada Berbagai……….….....Arry Wiriawan Tabel 2. Serapan Nitrogen Pada Berbagai Ketinggian Tempat Perlakuan Ulangan P1 P2
P3
…..…….……………. g/0,25 m2 ..................................... 1
0.631
0.805
0.504
2
1.021
0.886
0.628
3
1.378
0.902
0.747
4
0.841
0.535
0.568
5
1.056
0.464
0.753
6
0.893
0.940
1.098
Total
5,820
4,532
4,297
Rataan
0.970
0.755
0.716
Tabel 2. menunjukkan data hasil penelitian kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis ragam dan hasilnya tidak berbeda nyata (P>0,05), selanjutnya dilakukan uji lanjut dengan uji jarak berganda Duncan. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Signifikasi pengaruh perlakuan terhadap serapan Nitrogen rumput lapang dengan Uji Jarak Berganda Duncan Perlakuan Rataan (g/0,25 m2) Signifikasi P3
0,716
a
P2
0,755
a
P1
0,970
a
Keterangan : huruf yang tidak berbeda pada kolom signifikan menunjukan tidak berbeda Berdasarkan Tabel 3. Hasil uji jarak berganda Duncan, kandungan Nitrogen pada perlakuan P1, P2 dan P3 diketahui tidak berbeda nyata. Rumput lapang yang tumbuh liar dan tidak ada perlakuan pemberian pupuk mengakibatkan unsur hara N dalam tanah sangat rendah. Hal ini mengakibatkan unsur hara N yang diserap rumput lapang juga rendah yang akhirnya tidak berpengaruh terhadap serapan N pada jaringan tanaman. Menurut ( Tisdale, dkk, 1990 ), tanah yang unsur hara N rendah mengakibatkan lambatnya penyerapan nitrogen khususnya dalam bentuk NH4+, sedangkan kandungan nitrogen dalam jaringan tanaman dipengaruhi oleh penyerapan ion nitrat dan ammonium di dalam tanah. Dinamika unsur hara N sangat dipengaruhi kadar air atau curah hujan di lokasi tempat tumbuhnya rumput. Semakin tinggi curah hujan maka kadar nitrat dalam tanah semakin kecil Page 4
Serapan Hara N, P, dan Ca Rumput Lapang pada Berbagai……….….....Arry Wiriawan akibat tercuci ke lapisan yang lebih dalam. Hal ini didukung oleh (Soepardi, 1983) bahwa tiap tahunnya jumlah nitrogen yang dibutuhkan tanaman sangat banyak sehingga jumlah nitrogen pada tanaman berkurang dan diperkuat dengan sifat nitrogen sangat larut dan mudah hilang dalam aliran air, mudah menguap yang akhirnya tidak tersedia bagi tanaman.
Pengaruh Ketinggian Tempat Terhadap Serapan Fosfor (P) Hasil penelitian mengenai pengaruh ketinggian tempat terhadap serapan fosfor (P) dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Serapan Fosfor pada berbagai ketinggian tempat Perlakuan Ulangan P1 P2
P3
…..…….…………….. g/0,25 m2 ..................................... 1
0.070
0.098
0.048
2
0.134
0.037
0.048
3
0.116
0.076
0.037
4
0.099
0.079
0.053
5
0.066
0.048
0.064
6
0.046
0.034
0.078
Total
0,531
0,372
0,328
Rataan
0.088
0.062
0.055
Tabel 4. menunjukkan data hasil penelitian kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis ragam dan hasilnya tidak berbeda nyata (P>0,05), selanjutnya dilakukan uji lanjut dengan uji jarak berganda Duncan. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Signifikasi pengaruh perlakuan terhadap serapan Fosfor rumput lapang dengan Uji Jarak Berganda Duncan Perlakuan Rataan (g/0,25 m2) Signifikasi P3
0,055
a
P2
0,062
a
P1
0,088
a
Keterangan : huruf yang tidak berbeda pada kolom signifikan menunjukan tidak berbeda nyata
Page 5
Serapan Hara N, P, dan Ca Rumput Lapang pada Berbagai……….….....Arry Wiriawan Berdasarkan Tabel 5. Hasil uji jarak berganda Duncan, kandungan fosfor pada tiaptiap ketinggian masing-masing menunjukan hasil tidak berbeda nyata. Rumput lapang merupakan rumput alami yang dapat tumbuh dimana saja tanpa ditanam dan di pupuk sehingga menghasilkan kuantitas dan kualitas yang sangat rendah terutama kekurangan unsur hara P yang akhirnya menghasilkan serapan P tidak berbeda di berbagai ketinggian. Pada umumnya peningkatan ketersediaan P di dalam tanah karena adanya penambahan pupuk, baik yang organik maupun anorganik. Menurut (Minarti dkk, 2011) jika tanaman diberi pupuk P baik organik maupun anorganik maka mampu meningkatkan ketersediaan P dalam tanah sehingga serapan P lebih tinggi dibandingkan tidak diberi pupuk. Menurut (Soepardi, 1983) Fosfor merupakan unsur yang berperan sebagai penyusun metabolit dan senyawa kompleks, aktivator, kofaktor, serta berperan dalam perkembangan akar halus dan akar rambut. Pertumbuhan akar akan mendorong peningkatan jumlah unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman dan digunakan untuk proses metabolisme. Unsur hara yang cukup akan menunjang pertumbuhan organ tanaman, termasuk jumlah daun tanaman induk. Pengaruh Ketinggian Tempat Terhadap Serapan Kalsium (Ca) Hasil penelitian mengenai pengaruh ketinggian tempat terhadap serapan kalsium (Ca) dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Serapan Kalsium pada berbagai ketinggian tempat Perlakuan Ulangan P1 P2
P3
…..…….…………….. g/0,25 m2 ..................................... 1
0.120
0.152
0.086
2
0.221
0.088
0.126
3
0.232
0.101
0.111
4
0.190
0.112
0.116
5
0.167
0.112
0.140
6
0.137
0.074
0.192
Total
1,067
0,639
0,771
Rataan
0.178
0.106
0.128
Berdasarkan Tabel 6. diketahui bahwa serapan unsur Ca rumput lapang yang paling tinggi terdapat di dataran tinggi. Kemudian dilakukan analisis ragam untuk mengetahui pengaruh ketinggian tempat terhadap serapan Ca rumput lapang, dan hasilnya berbeda nyata (P>0,05). Perbedaan antar perlakuan ketinggian tempat terhadap serapan Kalsium (Ca) rumput lapang dapat diketahui dengan menggunakan uji lanjut jarak berganda Duncan yang hasilnya disajikan pada Tabel 7.
Page 6
Serapan Hara N, P, dan Ca Rumput Lapang pada Berbagai……….….....Arry Wiriawan Tabel 7. Signifikasi pengaruh perlakuan terhadap serapan Kalsium rumput lapang dengan Uji Jarak Berganda Duncan Perlakuan Rataan (g/0,25 m2) Signifikasi P2
0,106
a
P3
0,128
a
P1
0,178
b
Keterangan : huruf yang berbeda pada kolom signifikan menunjukan berbeda Berdasarkan Tabel 7. diketahui bahwa kandungan Kalsium paling tinggi didapat pada perlakuan P1 (Rumput Lapang pada dataran tinggi) dan berbeda nyata dengan P2 dan P3. Berdasarkan kandungan kalsium pada tiap-tiap ketinggian masing-masing berbeda nyata antara P1, P2 dan P3. Serapan hara Kalsium rumput lapang yang tertinggi ialah pada dataran tinggi, karena pada dataran tinggi kandungan unsur hara Kalsium lebih banyak dibandingkan dengan dataran sedang dan dataran rendah. Pada dataran tinggi, dimana curah hujan lebih tinggi dengan suhu lebih rendah, kecepatan penguraian bahan organik dan pelapukan mineral berjalan lambat. Sebaliknya di dataran rendah penguraian bahan organik dan pelapukan mineral berlangsung cepat, karena itu di daerah pegunungan keadaan tanahnya relatif lebih subur, kaya bahan organik dan unsur hara jika dibandingkan dengan tanah di dataran rendah (Djayadiningrat, 1990). Oleh karena itu penyerapan Kalsium oleh Rumput Lapang pada dataran tinggi lebih besar jika dibandingkan dengan dataran sedang dan dataran rendah. Pada dataran tinggi intensitas cahaya matahari yang sampai ke bumi lebih tinggi dibandingkan pada dataran sedang dan rendah sehingga suhu udara yang diterima juga lebih rendah. Menurut (Lakitan, 1996), intensitas cahaya yang tinggi sangat mendukung untuk proses fotosintesis maksimum, sehingga unsur hara yang diserap dapat maksimal tercapai dan akhirnya menghasilkan hasil serapan tertinggi. Selanjutnya menurut (Salisbury dan Ross 1995), bahwa stomata akan menutup saat intensitas matahari terlalu tinggi karena suhu udara meningkat.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa Perbedaan ketinggian tempat di Kabupaten Tasikmalaya berpengaruh pada serapan hara Ca yang pada dataran tinggi, serapan Ca lebih banyak pada dataran tinggi dibandingkan pada dataran sedang dan rendah. Serapan Nitrogen dan serapan Fosfor menunjukan hasil yang sama tidak dipengaruhi oleh ketinggian tempat. Pada dataran tinggi (900 m dpl) serapan hara Ca menunjukan hasil serapan yang tertinggi, yang bisa disebabkan karena dataran tinggi di kabupaten Tasikmalaya memiliki kandungan hara Ca pada tanah yang tinggi.
Page 7
Serapan Hara N, P, dan Ca Rumput Lapang pada Berbagai……….….....Arry Wiriawan UCAPAN TERIMAKASIH Penelitian ini merupakan bagian dari program Academic Leadership Grant (ALG) yang diketuai oleh Prof. Dr. Ir. H. Ana Rochana, M. S. Penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua pembimbing yaitu Dr. Ir. Nyimas Popi Indriani, M. Si., dan Prof. Dr. Ir. H. Ana Rochana, M. S. atas bimbingan, arahan, serta masukan yang diberikan kepada penulis dalam menyempurnakan jurnal ini sehingga jurnal ini dapat terbit dan berguna untuk banyak pihak.
DAFTAR PUSTAKA Djajadiningrat, S.T. 1990. Kualitas Lingkungan Hidup di Indonesia 1990. Kantor Menteri Kependudukan dan Lingkungan Hidup Republik Indonesia. Jakarta Lakitan, B. 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. P.T. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 217 hal. Salisbury, F.B dan C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Jilid I. D.R. Lukman dan Sumaryono (Penerjemah). Terjemahan dari: Plant Physiology. ITB press Bandung. Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 591 hal. Tisdale, S.L., W.L., Nelson and J.D. Braton. 1990. Soil Fertility and Fertilizer. 4th Edition Macmillan Pub. Co. Newyork
Page 8