PENGARUH PUPUK MAGNESIUM (Mg) TERADAP PRODUKSI DAN SERAPAN HARA N, P, K, Ca, Mg TANAMAN KACANG HIJAU DI LATOSOL DARMAGA
AGUNG SURYO WIBOWO
DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Pupuk Magnesium (Mg) Terhadap Produksi dan Serapan Hara N, P, K, Ca, Mg Tanaman Kacang Hijau pada Latosol Darmaga adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Mei 2013 Agung Suryo Wibowo NIM A14070091
21
ABSTRAK
AGUNG SURYO WIBOWO. Pengaruh Pupuk Magnesium (Mg) Terhadap Produksi dan Serapan Hara N, P, K, Ca, Mg Tanaman Kacang Hijau di Latosol Darmaga. Dibimbing oleh HERU BAGUS PULUNGGONO dan SRI DJUNIWATI.
Hara Magnesium merupakan bagian pembentuk klorofil. Tanaman yang kekurangan Mg akan mengalami penurunan produksi. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pupuk MgO terhadap pertumbuhan dan produksi Kacang Hijau (Phaseolus radiatus) serta pengaruhnya terhadap hara N, P, K, Ca, Mg daun serta Ca dan Mg tanah Latosol Darmaga. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK), yaitu dengan perlakuan tunggal terdiri dari 8 perlakuan yaitu Kontrol, NPK Std, NPK Std + Kieserit, NPK Std + MgO 1, NPK Std + MgO 2, NPK Std + MgO 3, NPK Std + MgO 4, NPK Std + MgO 5 dengan masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan penambahan MgO umumnya meningkatkan tinggi tanaman dan produksi Kacang Hijau ( berat total kacang/pot dan berat kacang 50 butir), terutama pada pelakuan NPK Std+MgO 3. Analisis tanaman dan tanah menunjukkan pemupukan MgO cenderung menurunkan kadar dan serapan Mg daun tanaman tetapi cenderung meningkatkan kadar dan serapan hara K dan Ca daun, sedangkan Mg-dd tanah nyata meningkat dengan pemupukan MgO dan kadar Ca-dd tidak berbeda. Kata kunci: Latosol, MgO, Kacang Hijau
ABSTRACT AGUNG SURYO WIBOWO. The Effect of Magnesium Fertilizer (Mg) Towards Nutrient Production and Absorption of Nitrogen (N), Phosphorus (P), Potassium (K), Calcium (Ca) and Magnesium (Mg) of Mung Bean Plant in Latosol Darmaga. Under guidance of HERU BAGUS PULUNGGONO and SRI DJUNIWATI. Magnesium nutrient is a part of chlorophyl substance. The deficiency of Mg in the plant will decrease. The objective of this research was to determine the effect of Magnesium Fertilizer (MgO) on production and uptake of Nitrogen (N), Phosphorus (P), Potassium (K), Calcium (Ca) and Magnesium (Mg) of mung bean plant in Latosol Darmaga. The research design used Randomized Complete Block Design, with consist of 8 treatments were control, NPK Std, NPK Std + Kieserit, NPK Std + MgO 1, NPK Std + MgO 2, NPK Std + MgO 3, NPK Std + MgO 4, NPK Std + MgO 5 with each treatments had 3 replications. The research result showed that the addition treatment of MgO generally increased the plant height and mung bean production (total beans weight /pot and beans weight of 50 grains), especially to the treatment of NPK Std+MgO 3. Analysis of plant and soil showed that the MgO fertilizer tend to reduce content and uptake of Mg in plant leaves, but tend to increase the content and uptake of K and Ca in leaves while treatment of MgO fertilizer significantly increased exchangeable Mg (exch Mg) of soil and whereas exchangeable Ca was not different. Keywords: Latosol, MgO, Mung Bean
21
PENGARUH PUPUK MAGNESIUM (Mg) TERHADAP PRODUKSI DAN SERAPAN HARA N, P, K, Ca, Mg TANAMAN KACANG HIJAU DI LATOSOL DARMAGA
AGUNG SURYO WIBOWO
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan
DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
21
Judul Skripsi: Pengaruh Pupuk Magnesium (Mg) Terhadap Produksi dan Serapan Hara N, P, K, Ca, Mg Tanaman Kacang Hijau di Latosol Darmaga Nama : Agung Suryo Wibowo NIM : A14070091
Disetujui oleh
Ir. Heru Bagus Pulunggono, M. Agr Pembimbing I
Dr Ir Sri Djuniwati, MSc Pembimbing II
Diketahui oleh
Drs. Ir. Syaiful Anwar, MSc Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Agustus 2011 ini ialah Pengaruh Pupuk Magnesium (Mg) Terhadap Produksi dan Serapan Hara N, P, K, Ca, Mg Tanaman Kacang Hijau di Latosol Darmaga. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Ir. Heru Bagus Pulunggono, M. Agr selaku pembimbing pertama dan Ibu Dr Ir Sri Djuniwati, MSc selaku pembimbing kedua serta yang memfasilitasi penyediaan bahan penelitian dari awal pelaksanaan hingga selesai. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Staf Laboran Kesuburan Tanah IPB, yang telah membantu selama analisis penelitian. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Maret 2013 Agung Suryo Wibowo
21
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
x
DAFTAR LAMPIRAN
x
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
1
TINJAUAN PUSTAKA
2
METODE
5
Bahan
5
Prosedur Analisis Data
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
8
Sifat Kimia Tanah Latosol
8
Tinggi Tanaman dan Bobot Kering Daun
9
Bobot Total Biji/pot
10
Pengaruh Pemberian Pupuk MgO pada Hara Daun Tanaman
11
Pengaruh Pemberian Pupuk mgO pada Kandungan Hara Ca-dd dan Mg-dd tanah
11
Serapan Hara N, P, K, Ca dan Mg
12
KESIMPULAN
14
DAFTAR PUSTAKA
15
LAMPIRAN
17
RIWAYAT HIDUP
21
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6
Kebutuhan unsur hara tanaman kacang kacangan Karakteristik pupukmakro sekunder Magnesium (MgO) Dosis pupuk tiap perlakuan Sifat fisik dan kimia Latosol Darmaga Uji lanjut statistika tinggi tanaman dan bobot kering daun Uji lanjut analisis statistika bobot biji total/pot dan bobot biji kacang 50 butir 7 Uji lanjut analisis statistika N, P, K, Ca, Mg daun 8 Uji lanjut analisis statistika Ca-dd dan Mg-dd tanah 9 Serapan hara N, P, K, Ca dan Mg tanaman
4 5 6 8 9 10 11 12 12
DAFTAR LAMPIRAN 1 Perlakuan pemberian pupuk dalam hektar (ha) 2 Pengaruh perlakuan terhadap tinggi tanaman, bobot kering daun dan produksi tanaman 3 Pengaruh perlakuan terhadap rataan hara daun 4 Pengaruh perlakuan terhadap rataan hara tanah 5 Pengaruh perlakuan pupuk MgO pada analisis tanah 6 Analisis ragam pengaruh perlakuan pupuk MgO terhadap tinggi tanaman, bobot kering daun, bobot total biji/pot, bobot biji 50 butir/pot 7 Analisis ragam pengaruh perlakuan pupuk MgO terhadap N, P, K, Ca dan Mg 8 Analisis ragam pengaruh perlakuan pupuk MgO Ca-dd dan Mg-dd tanah
24 24 25 25 26
26 26 27
I.
PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang
Latosol merupakan tanah yang luas penyebarannya di Indonesia. Tanah ini dijumpai diantaranya di daerah Darmaga Kabupaten Bogor. Latosol merupakan salah satu jenis tanah yang mengalami proses pencucian dan pelapukan lanjut. Perbedaan horizon tidak jelas dengan kandungan mineral primer dan hara rendah, pH rendah (4,5-5,5), kandungan bahan organiknya relatif rendah dan stabilitas agregatnya tinggi, terjadi akumulasi seskuioksida dan pencucian silika. Sifat lain dari Latosol adalah memiliki kapasitas tukar kation yang rendah, hal ini menyebabkan miskin hara dan basa-basa yang dpertukarkan sehingga tanah ini memberikan respon yang baik terhadap pemupukan dan pengapuran (Soepardi, 1983). Iklim di Indonesia memiliki curah hujan cukup tinggi setiap tahunnya. Curah hujan yang tinggi berpotensi memasamkan tanah sehinga tanah - tanah masam ini umumnya mempunyai ketersediaan hara basa-basa yang rendah. Pemupukan MgO merupakan salah satu cara untuk menaikkan pH tanah. Sifat lain dari Magnesium (Mg) merupakan hara makro sekunder yang diperlukan tanaman dalam jumlah relatif banyak namun lebih sedikit dibanding N dan K. Magnesium yang terdapat di dalam tanah berada dalam bentuk segera tersedia, lambat tersedia, dan tidak tersedia bagi tanaman (Tisdale dan Nelson, 1975). Unsur Mg merupakan bagian pembentuk klorofil. Tanaman yang kekurangan Magnesium (Mg) akan mengalami penurunan produksi. Kekurangan Mg bagi tanaman akan menimbulkan gejala – gejala sebagai berikut : daun yang menguning; bagian diantara tulang-tulang daun itu secara teratur berubah menjadi kuning dengan bercak kecoklatan; daun-daun menjadi mudah terbakar oleh terik matahari karena tidak mempunyai lapisan lilin. Selain itu, defisiensi Mg menimbulkan pengaruh pula pada pertumbuhan biji (Tisdale dan Nelson, 1975). Kacang hijau (Phaseolus radiatus L) merupakan salah satu komoditi unggulan di Indonesia. Teknik budidaya tanaman ini cukup mudah, selain itu tanaman ini memiliki nilai strategis pada kemampuannya sebagai tanaman yang sesuai ditanam di lahan sawah pada musim kemarau setelah padi atau tanaman palawija yang lain. (Kasno, 2006). 1.2
Tujuan
Mengetahui pengaruh pupuk MgO terhadap pertumbuhan dan produksi Kacang Hijau (Phaseolus radiatus) serta pengaruhnya terhadap hara N, P, K, Ca, Mg daun serta Ca dan Mg tanah Latosol Darmaga.
II.
TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Latosol
Latosol adalah tanah dengan pelapukan lanjut, batas-batas horizon baur, kandungan mineral dan unsur hara rendah, pH rendah 4,5-5,5, kandungan bahan organik rendah, stabilitas agregat tinggi, terjadi akumulasi seskuioksida akibat pencucian silikia. Warna tanah merah, coklat kemerahan, coklat, coklat kekuningan, atau kuning tergantung dari bahan induk, umur, iklim, dan ketinggian. (Dudal dan Soepraptohardjo, 1975 dalam Hadjowigeno 1993). Pengertian Latosol dari sistem klasifikasi tanah menurut Pusat penelitian Tanah (1983 dalam Rachim & Suwardi, 1999) adalah tanah yang mempunyai liat tinggi lebih atau sama dengan 60% remah sampai gumpal, gembur, dan warna secara homogen pada penampang tanah dalam (lebih dari 150 cm) dengan batas horizon terselubung; kejenuhan basa (NH4OAc) kurang dari 30 % sekurangkurangnya pada beberapa bagian dari horizon B di dalam penampang 125 cm dari permukaan; tidak mempunyai horizon diagnostik (kecuali jika tertimbun oleh 50 cm atau lebih bahan baru) selain horizon A kambik atau horison kambik, tidak memperlihatkan gejala pintik di dalam penampang 125 cm dari permukaan; tidak mempunyai sifat-sifat vertik. Menurut Dudal dan Soepraptohardjo (1957), umumnya Latosol mempunyai sifat kimia yang kurang baik, walaupun sifat fisiknya cukup baik. Tanah ini bertekstur lempung hingga liat, berstruktur granular, remah hingga gumpal, konsistensi gembur, permeabilitas tinggi, drainase baik, stabilitas agregat tinggi, dan kepekaan erosi rendah.
2.2
Tanaman Kacang Hijau
Tanaman kacang hijau (Phaseolus radiatus) dapat tumbuh dengan baik pada suhu udara optimum antara 25-27 0C. Tanaman ini menyukai daerah yang memiliki kelembaban udara antara 50-89 %. Selain itu, tanaman ini memerlukan cahaya matahari >10 jam/hari. Daerah yang memiliki curah hujan 50-200 mm/bulan merupakan daerah yang baik untuk budidaya tanaman ini. Curah hujan tinggi menyebabkan tanaman mudah rebah dan terserang penyakit (Suprapto, 1988). Kacang hijau merupakan tanaman kacang-kacangan yang memiliki beberapa kelebihan, antara lain bahwa kelebihan kacang hijau ini terletak pada agronomis serta ekonomisnya. Kelebihan agronomi adalah ketahanannya terhadap kekeringan, berumur genjah (55 - 60 hari), cocok untuk daerah dengan curah hujan rendah, hama penyakit relatif sedikit, tumbuh baik di tanah kurang subur, jenis tanah yang drainase kurang baik, cara budidaya mudah, resiko kegagalan panen secara total kecil dan harga jual relatif lebih tinggi dibanding kacang-kacangan lainnya. Sebagian besar kebutuhan kacang hijau domestik untuk pakan atau industri pakan dan sebagian lainnya untuk pangan, dan kebutuhan industri lainnya. Selain untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, produksi
kacang hijau nasional juga berpeluang besar untuk memasok sebagian pasar kacang hijau dunia (Kasno, 1990). Kacang hijau adalah tanaman tropis dataran rendah yang dibudidayakan pada ketinggian 5-7500 m diatas permukaan laut. Kacang hijau tumbuh baik pada suhu udara optimal 25-27 0C. Kelembaban udara optimal 50- 89 %. Tanaman memerlukan cahaya lebih dari 10 jam/hari. Curah hujan optimal untuk budidaya 50-200 mm/bulan. Jenis tanah yang dianjurkan adalah Ultisol (Podsolik), Latosol, dan lahan sawah menjelang penanaman padi musim kemarau. Keasaman tanah optimal, yaitu pH antara 5,8 - 6,5 (Kasno, 1990). 2.3
Karakteristik Hara N, P, K, Ca dan Mg Tanah dan Tanaman
Nitrogen dalam tanah dibagi dalam dua bentuk yaitu bentuk anorganik dan organik yang merupakan bagian terbesar. Unsur yang paling banyak dibutuhkan bagi tanaman yaitu Nitrogen, diserap dalam bentuk nitrat (NO3+) dan ammonium (NH4+). Kekurangan N mengakibatkan tanaman tumbuh lambat, lemah dan kerdil.Pada gejala awal daun-daun muda akan kelihatan hijau terang sampai kuning. Pada tahap selanjutnya gejala yang muncul lebih parah dan daun-daun tua juga ikut menguning. Tanaman yang kekurangan N akan matang lebih cepat dan langsung rontok (Tisdale dan Nelson, 1975). Fosfor terlibat langsung dalam proses hidup sehingga disebut kunci kehidupan. Fosfor merupakan unsur makro esensial untuk pertumbuhan dan reproduksi. Tanaman memerlukan suplai pada semua tingkat pertumbuhan terutama pada awal pertumbuhan. Dalam bidang pertanian, fosfor seringkali merupakan faktor hara pembatas, karena ketersediaannya yang rendah. Fosfor dalam tanah berada dalam tiga bentuk yaitu fosfor dalam bahan organik, fraksi fosfor anorganik yang sukar larut, dan fosfor dalam larutan tanah yang mudah diserap tanaman. Peranan fosfor dalam tanah antara lain sebagai komponen esensial dari sumber genetik dalam nucleus pada sel (DNA dan RNA) serta digunakan untuk menyimpan dan transfer energi melalui senyawa kaya energi ADP, ATP dan fosfor anorganik. Fosfor merupakan unsur yang mobil di dalam tanaman. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman terganggu apabila kahat fosfor karena sel tidak dapat membelah jika tidak cukup fosfor. Tanaman yang kahat fosfor tumbuh kerdil, terlambat panen, pertumbuhan biji tidak sempurna. Tanaman berwarna hijau tua dan sering timbul warna ungu (penumpukan senyawa antosyan) serta memiliki hasil yang rendah dengan mutu yang jelek (Partohardjono dan Karama, 1991). Kalium merupakan unsur makro esensial bagi tanaman dan unsur kedua setelah nitrogen yang paling banyak diambil dari tanah yaitu berkisar antara 50200 kg K/ha tergantung dari jenis tanaman dan produksi. Sebagian besar kalium dalam bentuk relatif tidak tersedia yaitu sekitar 90-98% dari seluruh K tanah. Kalium sangat berperan penting dalam peristiwa-peristiwa fisiologis antara lain metabolisme karbohirat (pembentukan, pemecahan dan translokasi pati), metabolisme nitrogen dan sintesa protein, mengawasi dan mengatur aktivitas beragam unsur mineral, mengaktifkan berbagai enzim, mempercepat pertumbuhan jaringan meristematik, serta mengatur pergerakan stomata dan hal-hal yang berhubungan dengan air (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004).
Menuut Leiwakabessy (2004) menjelaskan bahwa Kalsium diserap tanaman dalam bentuk Ca2+ terutama melalui mass flow dan intersepsi (pertukaran kontak). Kalsium dalam larutan tanah berkisar antara 8-45 ppm atau setara dengan 0.2- 4 % Ca. Ca dalam larutan tanah mencapai sepuluh kali lipat dari K, tetapi serapannya jauh lebih rendah karena kalsium hanya dapat diserap oleh ujung akarakar muda dimana dinding-dinding sel endodermisnya belum menebal. Fungsi kalsium dalam tanaman diantaranya untuk penyusunan dinding-dinding sel tanaman, untuk pembelahan sel dan untuk pertumbuhan tanaman itu sendiri. Adapun gejala kekurangan Ca ditandai dengan terhambatnya pertumbuhan tunas dan akar dan pada ujung-ujung daun bewarna kecoklatan (Hardjowigeno, 2007). Magnesium diambil tanaman dalam bentuk Mg2+ terutama melalui aliran massa dan sedikit melalui intersepsi. Mg 2+ dalam larutan tanah sangat bervariasi, umumnya antara 5-50 ppm (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004). Fungsi Mg dalam tanaman selain sebagai pembentuk klorofil dan minyak, juga magnesium dalam tanaman berfungsi dalam sistem enzim. Sifat Magnesium mobil di dalam tanaman maka gejala defisiensi terjadi pada daun-daun tua yang ditandai dengan daun bewarna kuning dan pada daun muda keluar lendir (gel) terutama bila sudah lanjut. 2.4
Analisis Tanah dan Tanaman
Analisis tanaman merupakan penetapan konsentrasi suatu unsur dalam contoh dari bagian tertentu atau bagian tanaman yang diambil contohnya pada waktu atau tingkat perkembangan morfologi tertentu. Konsentrasi satu unsur umumnya dinyatakan berdasarkan berat kering (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004). Analisis tanaman bertujuan untuk mendiagnosis atau memperkuat diagnosis gejala yang terlihat, mengidentifikasi gejala yang terselubung, mengetahui kekurangan hara sedini mungkin menunjukkan bagaimana hara diserap tanaman, mengetahui interaksi atau antagonisme diantara hara, membantu pemahaman fungsi hara dalam tanaman dan sebagai pembantu dalam mengidentifikasi masalah. (Tyler dan Jorenz, 1962, dalam Leiwakabessy dan Sutandi, 2004). Bila tanaman mempunyai kandunan hara cukup hingga tinggi maka tanaman tidak perlu di pupuk akan tetapi jika tanaman mempunyai kandungan hara dalam kategori rendah maka tanaman harus dipupuk untuk memperoleh pertumbuhan dan hasil optimal tanaman tersebut. Kandungan unsur hara tanaman kacang-kacangan dalam kategori rendah, cukup dan tinggi terdapat pada Tabel 1. Tabel 1 Kandungan unsur hara tanaman kacang – kacangan RENDAH CUKUP % % N 4,24 - 4,99 5,00 – 6,0 P 0,25 – 0,34 0,35 – 0,75 K 2,00 – 2,24 2,25 – 4,0 Ca 1,00 – 1,49 1,50 – 2,5 Mg 0,25 – 0,29 0,30 – 1,0 Sumber : Plant Analysis Handbook (Jones, 1991)
TINGGI % > 6,0 > 0,75 > 4,0 > 2,5 > 1,0
III.
3.1
METODOLOGI
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian pemupukan MgO berlangsung dari 29 Juli 2011 sampai 10 November 2011 yang dilaksanakan di kebun percobaan University Farm, IPB Cikabayan, Bogor.
3.2
Bahan
Bahan tanah yang digunakan dalam penelitian ini adalah lapisan atas tanah (0-20 cm) Latosol Darmaga, tanaman kacang hijau varietas Walet, pupuk makro sekunder magnesium (MgO) dengan karakteristik yang tercantum pada Tabel 2. Tabel 2 Karakteristik pupuk makro sekunder Magnesium (MgO) Parameter Satuan MgO % CaO % CaCO3 % Air % Pb ppm Cd ppm As ppm Hg ppm Ukuran Butiran 4-10 mesh
Nilai 41.90 0.68 1.46 1.65 10.68 td 7.7 td 89.65
Peralatan yang digunakan pada pengambilan tanah dan penanaman di rumah kaca antara lain: cangkul, sekop, ayakan tanah, timbangan, polybag, selang penyiram, gunting. Peralatan yang digunakan dalam laboratorium diantaranya adalah pH meter, Spectrophotometer, Atomic Absorption, dan Flamephotometer, serta alat-alat gelas kimia seperti labu kjeldahl/digestion, tabung reaksi, pipet, labu erlenmeyer, serta peralatan lainnya.
3.4 3.4.1
Metode Penelitian
Pengambilan Sampel Tanah Bahan tanah yang diambil adalah Latosol Darmaga pada kedalaman 0-20 cm, kemudian dibersihkan dari akar tanaman dan bahan kasar, selanjutnya dikeringudarakan lalu diayak dengan saringan berukuran 5 mm. Untuk keperluan analisis pendahuluan, bahan tanah dihaluskan kemudian diayak dengan saringan berukuran + 2 mm.
3.4.2
Analisis Pendahuluan Contoh tanah yang sudah diayak diambil sekitar 250 g untuk analisis pendahuluan sifat fisik dan kimia tanah. Sifat fisik dan kimia tanah yang ditetapkan adalah tekstur, pH H2O dan KCl, C- organik (Walkley & Black), N total (metode Kjeldahl), P- tersedia (Bray I) dan P - total (HCl 25 %), Fe, Cu, Zn, Mn, K-dd, Ca-dd, dan Mg dd dan KTK (NH4OAC pH 7.0) serta KB, Al, dan H. 3.4.3
Pelaksanaan Penelitian Persiapan penanaman dimulai dengan mempersiapkan pot – pot berisi 8 kg berat kering mutlak (BKM) tanah. Bahan tanah dari lahan kebun Cikabayan. Penelitian ini dilakukan dengan 8 perlakuan dan masing – masing perlakuan diulang 3 kali, sehingga terdapat 24 satuan percobaan (24 pot). Dari 8 perlakuan tersebut, 5 perlakuan dengan penambahan MgO, sedangkan sebagai pembanding pupuk MgO digunakan dua perlakuan yaitu Standar dan Standar dengan Kieserit (MgSO4 H2O), serta Kontrol (satu perlakuan). Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK), dengan model rancangan penelitian adalah Y ij = µ + Pi + Kj + E ij Dimana : Yij Pi Kj Eij
= hasil pada perlakuan ke i dan ulangan ke j = pengaruh perlakuan ke- i = pengaruh kelompok ke- j = galat
Masing-masing pot ditanam dengan dua benih kacang hijau dan dosis pupuk yang diberikan pada setiap perlakuan disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Dosis pupuk MgO pada setiap perlakuan Urea SP-36 KCl Kieserit Perlakuan (g/pot/8 kg BKM) Kontrol NPK Std 0.20 0.24 0.20 0.51 NPK Std + Kieserit 0.20 0.24 0.20 NPK Std + MgO 1 0.20 0.24 0.20 NPK Std + MgO 2 0.20 0.24 0.20 NPK Std + MgO 3 0.20 0.24 0.20 NPK Std + MgO 4 0.20 0.24 0.20 NPK Std + MgO 5 0.20 0.24 0.20
MgO 0.10 0.19 0.29 0.38 0.48
3.4.4
Pemeliharaan dan Panen Tanaman Tahap pemeliharaan pada tanaman kacang hijau (Phaseolus radiatus) meliputi penyiraman, penyulaman, penyiangan. Penyiraman dilakukan dua kali sehari sampai masa panen yaitu minggu ke 8. Hal ini dilakukan untuk menjaga ketersediaan air bagi pertumbuhan tanaman. Penyiangan dilakukan dengan membersihkan gulma yang dapat menganggu pertumbuhan tanaman Kacang Hijau. Parameter pertumbuhan yang diukur adalah tinggi tanaman per minggu/pot/perlakuan. Pemanenan dilakukan mulai minggu ke 8 sampai minggu ke10, disebabkan sifat tanaman kacang hijau tidak matang buahnya secara serentak dan juga selama mengalami pertumbuhan, pemanenan buahnya bertahap dan terus menerus hingga minggu ke 10. 3.4.5
Uji Hara Tanah dan Tanaman
Setelah panen dilakukan pengambilan sampel tanah dari setiap pot untuk keperluan analisis tanah, seperti pH tanah, N Total, P tersedia, Ca-dd, Mg-dd, dan K-dd. Metode analisis tanah dan tanaman masing-masing N Total, P –tersedia (ppm), Ca-dd, Mg-dd, K-dd dengan metode Kjeldahl, Bray 1, N NH4OAc pH 7.0, pengabuan basah H2So4 denngan alat Kjeldahl, Spectrophotometer, Atomic Absorpsion, Flamephotometer.
IV. 4.1
HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Kimia Tanah Latosol
Berdasarkan kriteria penilaian sifat kimia dan fisik tanah PPT (1983) Latosol Darmaga (Tabel 4) tergolong tanah masam, mempuyai kandungan COrg, N-total dan Ca rendah dengan P-Bray sangat rendah. Kandungan Mg, K dan Na tergolong sedang, KTK rendah serta KB tergolong sedang. Tanah ini masuk ke dalam tekstur liat, dengan persentase liat, debu, dan pasir tertera pada Tabel 4. Secara umum tanah ini memiliki kandungan hara relatif rendah terutama Ptersedia, C-organik dan N-total sehingga memiliki tingkat kesuburan rendah. Tabel 4 Sifat fisik dan kimia tanah Latosol Darmaga Sifat Tanah Nilai Kriteria menurut PPT (1983) pH H2O 5.0 Masam pH KCl
4.3
C-organik (%)
1,68
Rendah
N-total (%)
0.17
Rendah
P Bray (ppm)
3.8
Sangat rendah
KTK (me/100g)
12.51
Rendah
Ca (me/100g)
3,84
Rendah
Mg (me/100g)
1.19
Sedang
K (me/100g)
0.45
Sedang
Na(me/100g)
0.61
Sedang
Al (me/100g)
2.76
H (me/100g)
0.29
KB (%)
48.68
Kation dapat dipertukarkan
Sedang
Tekstur Tanah Pasir (%)
7.19
Debu (%)
18.17
Liat (%)
74.64
Liat
4.2
Tinggi Tanaman dan Bobot Kering Daun
Hasil analisis ragam pengaruh pupuk MgO terhadap tinggi tanaman dan bobot kering daun menunjukkan pengaruh nyata. Hasil uji lanjut rataan tinggi tanaman (Tabel 5) menunjukkan bahwa diantara perlakuan yang dibandingkan dengan Kontrol dan NPK Std, semua perlakuan memberikan pengaruh nyata lebih tinggi daripada Kontrol, sedangkan perlakuan yang memberikan nyata lebih tinggi dengan keduanya (Kontrol dan NPK Std) adalah NPK Std+Kiserit. Jika dibandingkan dengan NPK Std + Kieserit maka NPK Std +MgO 2 dan NPK Std + MgO 3 masih memberikan hasil relatif lebih tinggi dibandingkan perlakuan Kieserit. Rataan tinggi tanaman seluruh perlakuan pupuk MgO lebih tinggi dari kontrol dan perlakuan penambahan kieserit. Namun bila dibandingkan dengan perlakuan Std, rataan tinggi tanaman semua perlakuan penambahan MgO tidak berbeda dengan NPK Std. Diantara perlakuan pupuk MgO, kecenderungan meningkat pada perlakuan NPK Std+ MgO 1, NPK Std + MgO 2 dan NPK Std + MgO 3, namun cenderung menurun pada NPK Std MgO 3 sampai NPK Std + MgO 5. Hasil uji lanjut bobot kering daun (Tabel 5) menunjukkan bahwa diantara perlakuan dibandingkan dengan Kontrol dan NPK Std, hanya perlakuan NPK Std + MgO 3 yang memberikan hasil lebih tinggi daripada keduanya, memiliki rataan bobot kering daun tertinggi (10.72 g/pot ). Bila dibandingkan dengan NPK Std + Kieserit maka perlakuan NPK Std + MgO 2 dan NPK Std + MgO 4 memberikan hasil relatif lebih tinggi daripada perlakuan penambahan Kieserit. Rataan bobot kering daun pengaruh NPK Std + MgO 1 dan 3 cenderung lebih tinggi daripada perlakuan penambahan kieserit. Tabel 5 Pengaruh perlakuan terhadap tinggi tanaman dan bobot kering daun Tinggi Tanaman Bobot Kering Daun Perlakuan (cm/pot) (g/pot/2 tanaman) Kontrol
27.3 c
6.88 bc
NPK Std
47.7 a
7.38 bc
NPK Std + Kieserit
37.3 b
9.21 ab
NPK Std + MgO 1
45.2 ab
9.60 ab
NPK Std + MgO 2
47.6 a
7.77 bc
NPK Std + MgO 3
47.2 a
10.72 a
NPK Std + MgO 4
44.9 ab
6.09 c
NPK Std + MgO 5
39.7ab
8.51 abc
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% dengan uji wilayah berganda duncan (DMRT)
4.3
Bobot Total Biji per pot
Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan MgO berpengaruh nyata terhadap bobot biji kacang total dan rataan bobot 50 butir biji kacang. Hasil uji lanjut rataan bobot biji kacang total (Tabel 6) menunjukkan bahwa diantara perlakuan MgO jika dibandingkan dengan Kontrol dan NPK Std, umumnya tidak berbeda nyata, tetapi jika dilihat dari seluruh perlakuan MgO yang memberikan hasil cenderung paling tinggi adalah NPK Std + MgO 3. Hasil uji lanjut rataan bobot biji kacang 50 butir (Tabel 6) menunjukkan bahwa diantara perlakuan yang dibandingkan dengan Kontrol, perlakuan NPK Std +Kiserit, NPK Std + MgO 5 memberikan hasil yang lebih tinggi dari Kontrol. Selanjutnya perlakuan yang memberikan hasil lebih tinggi dengan kedua perlakuan (Kontrol dan NPK Std) adalah NPK Std + MgO 5. Bila dibandingkan dengan NPK Std + Kieserit maka hanya NPK Std + MgO 4 memberikan hasil lebih rendah dibandingkan perlakuan Kieserit. Jika dibandingkan seluruh perlakuan pupuk MgO dengan perlakuan Kontrol dan Std maka rataan seluruh perlakuan pupuk MgO kecuali NPK Std + MgO 3 dan NPK Std + MgO 4 lebih tinggi rataannya dari perlakuan kontrol dan perlakuan Std. Selanjutnya perlakuan yang memberikan hasil lebih tinggi dengan kedua perlakuan (Kontrol dan NPK Std) adalah NPK Std + MgO 5. Bila dibandingkan dengan NPK Std + Kieserit maka hanya NPK Std + MgO 4 memberikan hasil lebih rendah dibandingkan perlakuan Kieserit. Jika dibandingkan seluruh perlakuan pupuk MgO dengan perlakuan Kontrol dan Std maka rataan seluruh perlakuan pupuk MgO kecuali NPK Std + MgO 3 dan NPK Std + MgO 4 lebih tinggi rataannya dari perlakuan kontrol dan perlakuan Std.
Tabel 6 Pengaruh perlakuan terhadap bobot biji total/pot dan bobot biji kacang 50 butir Bobot Kacang 50 Butir Perlakuan Bobot Biji Kacang Total g/pot/2 tanaman g Kontrol 15.34 ab 3.29 cd NPK Std 13.46 ab 3.37 bcd NPK Std + Kieserit 17.22 ab 3.59 ab NPK Std + MgO 1 20.19 ab 3.52 abc NPK Std + MgO 2 14.75 ab 3.43 cb NPK Std + MgO 3 24.11 a 3.31 bcd NPK Std + MgO 4 15.93 ab 3.12 d NPK Std + MgO 5 11.70 b 3.72 a Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% dengan uji wilayah berganda duncan (DMRT)
4.4
Pengaruh Pemberian Pupuk MgO pada Hara Daun Tanaman
Hasil uji lanjut pengaruh MgO terhadap Mg daun dan Rataan N, P, K, Ca dan Mg daun disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 Pengaruh perlakuan terhadap kadar N, P, K, Ca, Mg daun Perlakuan Kontrol NPK Std NPK Std + Kieserit NPK Std + MgO 1 NPK Std + MgO 2 NPK Std + MgO 3 NPK Std + MgO 4 NPK Std + MgO 5
N
P
2.98 2.98 2.83 2.83 3.87 3.00 3.17 2.68
0.14 0.16 0.15 0.13 0.15 0.14 0.14 0.17
K % 2.65 3.27 3.02 2.45 2.95 2.85 2.35 2.23
Ca
Mg
0.16 0.25 0.24 0.21 0.22 0.24 0.22 0.23
3.17 a 1.59 cb 1.50 bcd 0.89 d 1.97 b 1.27 cd 2.81 a 1.46 bcd
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% dengan uji wilayah berganda duncan (DMRT)
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa diantara seluruh perlakuan pada kadar hara N, P, K,Ca dan Mg maka hanya kadar Mg daun yang nyata dipengaruhi oleh perlakuan MgO. Jika dilihat dari rataan kadar hara (N, P , K , Ca) yang tidak dipengaruhi perlakuan terlihat bahwa perlakuan NPK Std + MgO 2 memberikan rataan tertinggi untuk kadar N, NPK Std + MgO 5 memberikan rataan tertinggi pada kadar P, NPK Std + Kieserit pada kadar K dan Ca daun. Hasil uji lanjut rataan hara Mg daun (Tabel 7) menunjukkan bahwa diantara perlakuan bila dibandingkan dengan Kontrol dan NPK Std, hanya perlakuan NPK Std + MgO 4 memberikan hasil relatif lebih tinggi daripada NPK Std tetapi lebih rendah daripada Kontrol.
4.5
Pengaruh Pemberian Pupuk MgO pada Kandungan Hara Ca-dd dan Mg-dd tanah
Hasil analisis ragam menunjukkan pengaruh perlakuan pemupukan MgO berpengaruh nyata pada Ca dan Mg tanah dan hasil uji lanjut rataannya disajikan pada Tabel 8. Tabel 8 menunjukkan bahwa diantara perlakuan kadar Ca-dd tidak berbeda nyata, namun jika dilihat diantara perlakuan perlakuan MgO, perlakuan dengan kadar Ca-dd tertinggi adalah NPK Std + MgO 3. Hasil uji lanjut rataan Mg-dd tanah (Tabel 8) menunjukkan bahwa perlakuan pupuk MgO nyata lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan Kontrol maupun NPK Std dan yang tertinggi pada perlakuan NPK Std + Kieserit, NPK Std + MgO 3 dan NPK Std + MgO 4.
Tabel 8 Pengaruh perlakuan terhadap Ca-dd dan Mg-dd tanah Ca Perlakuan Tanah me/100 0.36 a Kontrol 0.31 ab NPK Std 0.32 a NPK Std + Kieserit 0.33 a NPK Std + MgO 1 0.23 b NPK Std + MgO 2 0.37 a NPK Std + MgO 3 0.29 ab NPK Std + MgO 4 0.30 ab NPK Std + MgO 5
Mg 1.27 d 0.91 d 3.26 a 3.01 ab 2.611 b 3.14 a 1.77 c 3.20 a
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% dengan uji wilayah berganda duncan (DMRT)
4.6
Serapan Hara Tanaman
Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan pemupukan MgO tidak berpengaruh nyata pada serapan N, P, K, Ca dan Mg tanaman. Rataan serapan N tanaman (Tabel 9) menunjukkan bahwa pemberian kieserit dan MgO terhadap rataan serapan N tanaman tidak berbeda nyata, namun serapan N pada perlakuan Standar, NPK Std + Mgo 1, 2 dan 3 cenderung lebih tinggi daripada Kontrol dan NPK Std. Rataan Serapan P dan K tanaman menunjukkan bahwa diantara perlakuan MgO dibandingkan dengan Kontrol dan NPK Std yaitu perlakuan NPK Std + MgO 3, cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan Kontrol maupun NPK Std.
Tabel 9 Serapan hara N, P, K, Ca dan Mg pada tanaman Perlakuan
N
P
K mg/pot
Ca
Mg
Kontrol
205
10
182
11
218
NPK Std
220
12
241
18
117
NPK Std + Kieserit
261
14
278
22
138
NPK Std + MgO 1
272
12
235
20
85
NPK Std + MgO 2
298
12
227
17
152
NPK Std + MgO 3
322
15
306
26
136
NPK Std + MgO 4
193
9
143
13
171
NPK Std + MgO 5
228
14
190
20
124
Rataan serapan K tanaman mempunyai pola yang sama dengan serapan N, yaitu pengaruh perlakuan NPK std + Kieserit dan perlakuan NPK Std + MgO 1, 2 dan 3 cenderung lebih tinggi dibandingkan Kontrol. Rataan serapan Ca tanaman menunjukkan bahwa diantara perlakuan yang dibandingkan dengan Kontrol dan NPK Std yaitu semua perlakuan MgO (kecuali NPK Std + MgO 4) cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan Kontrol, sedangkan perlakuan NPK Std + Kieserit dan NPK Std + MgO 3 cenderung lebih tinggi serapannya dibandingkan dengan NPK Std. Rataan serapan Mg (Tabel 9) juga tidak berbeda namun ada kecenderungan pengaruh NPK std, penambahan kieserit dan MgO lebih rendah daripada kontrol, sedangkan perlakuan NPK Std + Kieserit, NPK Std + MgO 2, NPK Std + MgO 3 dan NPK Std + MgO 4 cenderung lebih tinggi rataan serapan Mg dibandingkan dengan NPK Std.
4.7
Pembahasan Umum
Pengaruh pemupukan MgO terhadap pertumbuhan (tinggi tanaman) dan produksi ( bobot biji/pot) menunjukkan bahwa pada perlakuan Std + MgO 1, 3, serta bobot biji 50 butir/pot pada perlakuan 1, 2 dan 5 umumnya lebih tinggi daripada pengaruh pemupukan Standar, kontrol dan pemupukan MgO lainnya. Lebih tingginya produksi kacang hijau pada beberapa perlakuan penambahan MgO diduga berhubungan dengan peningkatan hara N dan K daun sampai perlakuan NPK Std + MgO 3. Dalam hal ini Nitrogen berfungsi bagi tanaman untuk pembentukan dan pertumbuhan bagian vegetatif tanaman seperti daun, batang dan akar. Selain itu penting dalam pembentukan hijau daun yang berguna untuk fotosintesis serta membentuk protein, lemak dan berbagai persenyawaan organik, sedangkan Kalium sangat berperan penting dalam peristiwa-peristiwa fisiologis antara lain metabolisme karbohirat (pembentukan, pemecahan dan translokasi pati), metabolisme Nitrogen dan sintesa protein, mengawasi dan mengatur aktivitas beragam unsur mineral, mengaktifkan berbagai enzim, mempercepat pertumbuhan jaringan meristematik, serta mengatur pergerakan stomata dan hal-hal yang berhubungan dengan air (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004). Pengaruh pemupukan MgO terhadap kadar dan serapan Mg cenderung menurun dan lebih rendah daripada penambahan kontrol. Hal ini diduga karena tanaman menyerap unsur hara secara spesifik dan selektif, sesuai dengan kebutuhannya sehingga untuk mencapai produksi tersebut penambahan dosis Mg tidak meningkatkan serapan Mg. Hal ini ditunjukkan dengan kecenderungan meningkatnya serapan K dan Ca pada perlakuan penambahan pupuk kieserit dan MgO. Menurut Jones et al (1991) untuk tanaman kacang-kacangan kisaran kecukupan K dan lebih tinggi daripada Ca, dan kebutuhan K dan Ca lebih tinggi daripada Mg. Oleh karena itu peningkatan dosis Mg tidak meningkatkan serapan Mg, karena dibatasi oleh hara yang terbatas. Apabila salah satu unsur berada dalam jumlah yang relatif rendah dibandingkan unsur yang lain, maka unsur yang rendah sukar diserap tanaman ( Kasno, 2004) Selain itu serapan hara K, Ca, dan Mg dalam tanah biasanya terjadi persaingan. Kasno (2006) menjelaskan bahwa serapan Mg oleh tanaman dipengaruhi secara antagonis oleh serapan K dan Ca.
V.
KESIMPULAN
Perlakuan penambahan MgO umumnya meningkatkan pertumbuhan (tinggi tanaman) dan produksi Kacang Hijau (berat kering daun, berat total kacang/pot dan berat kacang 50 butir/pot) terutama pengaruh perlakuan NPK Std MgO 2 dan 3. Pemupukan MgO cenderung menurunkan kadar dan serapan Mg daun tetapi cenderung meningkatkan kadar dan serapan hara K dan Ca daun, namun Mg-dd tanah nyata meningkat dengan pemupukan MgO sedangkan kadar Ca-dd tanah umumnya tidak dipengaruhi perlakuan.
VI. DAFTAR PUSTAKA
Bledsoe, R. W., C. L. Comar, and H. C. Harris. 1949. Absorpsion of radioactive calcium by peanut fruit. Sci. 109:329-330. Dudal, R dan M. Soepraptohardjo. 1957. Soil Classification in Indonesia. Pemberitaan Balai Besar Penyelidik Pertanian. Bogor. Gardiner, D. T. And Raymond, W. M. 2000. Soil In Our Environment. 10 th ed.Pearson Education, Inc., Upper Saddle River, New Jersey. Hardjowigeno, S. 2007. Klasifikasi Tanah dan Morfologi. Akademika Pressindo. Jakarta. Indrardjo, G. B. 1986. Perbandingan kiserit dan dolomit sebagai sumber Magnesium pada tiga takaran TSP, dengan parameter pertumbuhan kacang tanah (Arachis hypogaea L.), serapan hara, dan sifat kimia Latosol Darmaga. Skripsi. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Jones J.B, Wolf B and Mills H.A. 1991. Plant Analysis Handbook. Micro-Macro Publishing, Inc. USA. Kasno A, A Rachim, Iskandar dan J S Adiningsih. 2004. Hubungan nisbah K/Ca dalam larutan tanah dengan dinamika hara K pada Ultisol dan Vertisol lahan kering. Jurnal Tanah dan Lingkungan, Vol. 6. No. 1. Departemen Tanah. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Kasno A. 2006. Kacang Hijau Alternatif Yang Menguntungkan Ditanam di Lahan Kering. PT Duta Karya Swasta. Jakarta. Leiwakabessy FM dan A. Sutandi. 2004. Pupuk dan Pemupukan. Departemen Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 208 hlm. Made I G. 2005. Evaluasi ketersediaan hara Kalium berdasarkan hubungan Kuantitas-Intensitas (Q-I) pada tanah mineral masam.Disertasi. Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Millar C E. 1955. Soil Fertility. John Wiley and Sons, Inc., New York. Nyakpa dan M. Yusuf. 1988. Kesuburan Tanah. Penerbit Universitas Lampung. Lampung. Partohardjono M I S. dan A. S. Karama.1991. Fosfor peranan dan penggunaannya dalam bidang pertanian. Kerjasama PT Petrokimia Gresik (Persero) dengan Balai Penelitian Tanaman Pangan. Bogor.
Rachim A.D, dan Suwardi. 2002. Morfologi dan Klasifikasi Tanah. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Suprapto H S. 1993. Bertanam Kacang Hijau. PT Penebar Swadaya. Jakarta. Skelton B J and C. M. Shear. 1971. Calcium translocation in the peanut. Agron.J. 63: 409-414. Susanto R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius. Jakarta. Soepardi G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Syukur A dan Harsono. 2008. Pengaruh pemberian pupuk kandang dan NPK terhadap beberapa sifat kimia dan fisika tanah pasir pantai Samas. Bantul. J. Tanah Link., 8: 138-145. Tjirosomo, S I H. Utomo : J. Wiroatmodjo. 1984. Pengelolaan Gulma di Perkebunan. PT Gramedia. Jakarta. Tisdale S dan W. Nelson. 1975. Fertility and Fertilizer. Mc Millan Publs.Co. Inc., New York.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Perlakuan pemberian pupuk / ha Urea SP-36 Perlakuan (Kg/Ha BKM) Kontrol 50 60
KCl
Kieserit
(kg MgO/Ha)
Kieserit
MgO
Pupuk
(Kg/Ha)
(Kg/Ha)
50
-
-
(Kg MgO/Ha) -
-
NPK Std
50
60
50
-
-
-
-
NPK Std + Kieserit
50
60
50
20
128.2
-
-
NPK Std + MgO 1
50
60
50
-
-
10
23.9
NPK Std + MgO 2
50
60
50
-
-
20
47.7
NPK Std + MgO 3
50
60
50
-
-
30
71.6
NPK Std + MgO 4
50
60
50
-
-
40
95.5
NPK Std + MgO 5
50
60
50
-
-
50
119.3
Lampiran 2 Pengaruh perlakuan terhadap tinggi tanaman, bobot kering daun dan produksi tanaman Produksi Bobot Bobot Perlakuan Tinggi Bobot Kacang Kacang per tanaman Kering Daun Total 50 butir 27.25 Kontrol 6.88 15.35 3.29 47.67 NPK Std 7.38 13.46 3.37 37.33 NPK Std + Kieserit 9.21 17.22 3.59 45.25 NPK Std + MgO 1 9.60 20.19 3.52 47.58 NPK Std + MgO 2 7.76 14.75 3.43 47.17 NPK Std + MgO 3 10.72 24.11 3.31 44.92 NPK Std + MgO 4 6.09 15.93 3.12 39.67 NPK Std + MgO 5 8.51 11.70 3.72 Lampiran 3 Pengaruh perlakuan pupuk MgO terhadap rataan hara daun Rata-rata No Perlakuan N P K Ca Mg 1 Kontrol 2.98 0.14 2.65 16.67 3.17 2 NPK Std 2.98 0.16 3.27 13.71 1.59 3 NPK Std + Kieserit 2.83 0.15 3.02 13.32 1.50 4 NPK Std + MgO 1 2.83 0.13 2.45 9.35 0.89 5 NPK Std + MgO 2 3.87 0.15 2.95 9.52 1.97 6 NPK Std + MgO 3 3.00 0.14 2.85 10.99 1.27 7 NPK Std + MgO 4 3.167 0.14 2.35 13.89 2.81 8 NPK Std + MgO 5 2.68 0.17 2.23 12.80 1.46 Lampiran 4 Pengaruh perlakuan pupuk MgO pada analisis tanah rata-rata Mg No Perlakuan Tanah rata-rata Ca 19.04 1.27 1 Kontrol 27.30 0.91 2 NPK Std 16.10 3.26 3 NPK Std + Kieserit 16.44 3.01 4 NPK Std + MgO 1 11.51 2.64 5 NPK Std + MgO 2 15.91 3.14 6 NPK Std + MgO 3 16.41 1.77 7 NPK Std + MgO 4 16.26 3.20 8 NPK Std + MgO 5
Lampiran 5 Analisis ragam pengaruh perlakuan pupuk MgO terhadap tinggi tanaman, bobot kering daun, bobot total biji/pot, bobot biji 50 butir/pot
Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total Perlakuan Galat Total Perlakuan Galat Total Perlakuan Galat Total
DB 7 16 23 7 16 23 7 16 23 7 16 23
JK 1061.25 314.12 1375.36 326.91 506.242 833.153 0.739 0.355 1.0937 326.91 506.242 1.0937
KT
F –Hit
P-value
151.60 19.63
7.72
0.0004
46.70 31.640
1.48
0.0435
0.1055 0.022
4.76
0.0047
1.833 31.640
3.21
0.0039
Lampiran 6 Analisis ragam pengaruh perlakuan pupuk MgO terhadap N, P, K, Ca dan Mg daun Sumber Keragaman DB JK KT F –Hit P-value Perlakuan 7 2.760 0.3943 1.56 0.2192 Galat 16 4.057 0.253 Total 23 6.816
Perlakuan Galat Total
7 16 23
0.004 0.004 0.007
0.0005 0.0002
2.14
0.0978
Perlakuan Galat Total
7 16 23
2.730 6.878 9.609
0.390 0.4298
0.91
0.5249
Perlakuan Galat Total
7 16 23
0.011 0.057 0.068
0.001 0.003
0.46
0.852
Perlakuan Galat Total
7 16 23
12.829 2.002 14.831
1.833 0.125
14.64
0.0001
Lampiran 7 Analisis Ragam pengaruh perlakuan pupuk MgO Ca-dd dan Mgdd Tanah Sumber Keragaman DB JK KT F –Hit P-value Perlakuan 7 0.040 0.005 2.90 0.036 Galat 16 0.322 0.002 Total 23 0.730 Perlakuan 7 12.251 1.750 6.17 0.0013 Galat 16 4.539 0.284 Total 23 16.790
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 3 Agustus 1989 dari ayah Sukoyo dan ibu Sumardiyah. Penulis adalah putra kedua dari empat bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK Alita, Bogor pada tahun 1995, kemudian melanjutkan pendidikan dasar di SDN 1 Kota Bogor dari tahun 1996-2002, kemudian melanjutkan pendidikan sekolah menengah petama di SMPN 14 bogor. Tahun 2007 penulis melanjutkan studi ke MA Negeri 1 Bogor dan pada tahun 2007 penulis lulus Seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa baru IPB dan diterima di Departemen IlmuTanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian. Selama di Institut Pertanian Bogor penulis aktif sebagai pengurus LDK Al-Hurriyyah di divisi keuangan, UKM Bulutangkis dan UKM Catur.