1
SERANGGA PREDATOR PADA EKOSISTEM PADI SAWAH DI KECAMATAN TOMBATU, KABUPATEN MINAHASA TENGGARA PREDATOR INSECTS ON ECOSYSTEM RICE IN TOMBATU DISTRICT, SOUTHEAST MINAHASA REGENCY Oleh Herianto I. Kojong1), Moulwy F. Dien2), Noni N. Wanta3) 1) Alumni Fakultas Pertanian Universitas Sam Ratulangi, Manado 2) Perhimpunan Entomologi Indonesia, Cabang manado 3) Fakultas Pertanian Universitas Sam Ratulangi, Manado
[email protected]
ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk mengetahui jenis dan populasi serangga predator pada ekosistem padi sawah di kecamatan Tombatu Kabupaten Minahasa Tenggara. Penelitian dilaksanakan pada pertanaman padi sawah di Desa Tombatu, Kecamatan Tombatu, Kabupaten Minahasa Tenggara. Penelitian di laksanakan menggunakan metode survei pada tanaman padi sawah di Kecamatan Tombatu Kabupaten Minahasa Tenggara, yaitu Desa Tombatu Satu, Tombatu Dua, dan Tombatu Tiga. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode irisan diagonal yaitu menetapkan lima sub-plot yaitu pada bagian sudut dan bagian tengah pada lokasi pengambilan sampel. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan jaring serangga yang diayunkan di atas tanaman padi sebanyak sepuluh kali ayunan ganda. Serangga yang terjaring segera dimasukkan ke dalam “killing bottle” kemudian dikoleksi di dalam alkohol 70 % untuk diidentifikasi. Identifikasi jenis serangga predator dilakukan menggunakan fasilitas Laboratorium Entomologi dan Hama Tumbuhan, Fakultas Pertanian UNSRAT. Hasil penelitian ditemukan tujuh serangga predator dengan rata-rata populasi Menochilus sp. (6,53 ekor) Paederus sp., (3,99 ekor), Agriocnemis spp. (2,34 ekor), Conocepalus sp. (1,10 ekor), Ophionea sp. (0,68 ekor), Sphecidae (0,32 ekor), dan Libelulla sp. 0,27 ekor). Rata-rata populasi serangga predator tertinggi dijumpai di Desa Tombatu Dua (4,55 ekor), kemudian Desa Tombatu Satu (1,07 ekor) dan Desa Tombatu Tiga (0,91 ekor). Semakin tinggi umur tanaman semakin banyak populasi serangga predator. Kata kunci : Serangga Predator, Tanaman padi sawah
2
ABSTRACT The study aims to determine the type and predators of insect populations in lowland rice ecosystems in the district Tombatu Southeast Minahasa regency. The experiment was conducted on the rice in the village Tombatu, District Tombatu, Southeast Minahasa Regency. The research carried out by the survey on rice crops in the district Tombatu Southeast Minahasa District, the Village Tombatu One, Tombatu Two, and Three Tombatu. Sampling was carried out with a diagonal slice method that establishes five sub-plot that is on the corner and the middle of the sampling sites. Sampling was performed using insect nets swung over rice plant as much as ten times the double swing. Insects are netted immediately put into "killing bottle" then collected in 70% alcohol to be identified. Identify the type of insect predators conducted using the facilities of Entomology and Pest Plant Laboratory, Faculty of Agriculture UNSRAT. The research found seven insect predators with an average population Menochilus sp. (5.18 tail) Paederus sp., (3.34 tail), Agriocnemis spp. (2,24 tail), Conocepalus sp. (1.10 tail), Ophionea sp. (0.68 tail), Sphecidae (0.52 tails), and Libelulla sp. 0.27 tails). On average the highest predator insect populations found in the village Tombatu Two (4.55 tail), then the Village Tombatu One (1.07 tail) and the village of Three 0.91 Tombatu tail). The higher the age of the plant the more predatory insect populations.
Di
PENDAHULUAN Masalah Organisme Pengganggu
Provinsi
Sulawesi
Utara
serangan hama pada tanaman padi
Tanaman (OPT) yang mengakibatkan
datangnya
penurunan
mantapan
contoh hama wereng yang mulai
produksi yang belum dapat diatasi
menyerang tanaman padi sejak awal
dengan memuaskan. Kehilangan hasil
tahun
akibat OPT diperkirakan 40 – 55 %,
puncaknya mulai pada awal tahun
bahkan dapat terancam gagal panen.
1980 sampai pada akhir tahun 1988.
Dilema yang dihadapi para petani saat
Namun mulai awal tahun 1990 muncul
ini adalah bagaimana cara mengatasi
masalah hama penggerek batang padi,
masalah OPT tersebut. Disatu pihak
Trypoza sp. Serangga hama anggota
dengan
ordo
dan
pestisida
ketidak
sintesis,
maka
silih
1970
berganti
kemudian
Hemiptera
kehilangan hasil akibat OPT dapat
viridula,
ditekan, tetapi menimbulkan dampak
Paraecosmetus
terhadap lingkungan (Setyono, 2009).
menyerang
sebagai
mencapai
seperti
Leptocorisa
sp.,
Nezara dan
sp.,
juga
sering
tanaman
padi
dengan
3
mengisap bulir yang masih muda.
melindunginya.
Kepik Lygaeid, Paraecosmetus sp.
2012)
adalah pengisap bulir pertama
ditemukan
di
yang baru Kabupaten
(Moningka,
Pengendalian berarti
dkk.,
secara
hayati
pengendalian
dengan
Bolaang Mongondouw tetapi kini telah
menggunakan predator, parasitoid dan
menyebar di Kabupaten Minahasa dan
patogen. Pengendalian hama dengan
daerah lain di Provinsi Sulawesi Utara
menggunakan
(Sembel, 2010).
teristimewa predator merupakan suatu
Pemanfaatan
potensi
musuh
alami
musuh
alternatif strategi pengendalian hama
alami merupakan salah satu cara
yang saat ini tengah dikembangkan
pengendalian
untuk
hama
secara
hayati.
meminimalkan
penggunaan
Pada hakekatnya musuh-musuh alami
pestisida (Wanta, 2009).
dapat mengendalikan hama secara
merupakan salah satu musuh alami
alami manakala lingkungan sekitar
yang dapat mengontrol populasi hama
memungkinkan untuk berkembangnya
di alam. Peranan serangga predator di
musuh-musuh
dalam
alami
tersebut.
upaya
Predator
pengendalian
hama
Ekosistem pertanian di Indonesia yang
secara hayati telah dilakukan dan
beriklim tropis sebenarnya memiliki
berhasil
banyak jenis musuh alami yang secara
Pemanfaatan Rodolia cardinalis yang
efektif dapat menekan populasi hama.
diintroduksi
Namun
pengelolaan
mengendalikan hama jeruk Icyeria
pertanian yang tidak tepat antara lain
purchasi di California adalah salah
penggunaan pestisida yang berlebihan
satu contoh kesuksesan penggunaan
dan
predator
karena
cara
perombakan
hutan
pembangunan
serta
pembangunan
lainnya
untuk
bentuk-bentuk
dalam
dari
dalam
aplikasinya.
Australia
untuk
mengendalikan
populasi hama
tidak
Berdasarkan latar belakang yang
berwawasan lingkungan kadangkala
telah dikemukakan di atas, maka perlu
lebih
dilakukan
musuh
banyak alami
yang
di
membunuh tersebut
musuh-
dari
pada
populasi
inventarisasi serangga
jenis
predator
dan pada
ekosistem padi sawah di Kecamtan
4
Tombatu,
Kabupaten
Minahasa
Tenggara.
sejak dari bulan September sampai dengan Desember 2014.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui serangga
jenis predator
dan
populasi
pada ekosistem
Penelitian di laksanakan secara survei di sentra penanaman padi Kecamatan
Tombatu
Kabupaten
padi sawah di Kecamatan Tombatu
Minahasa
Kabupaten Minahasa Tenggara. Hasil
Tombatu Satu, Tombatu Dua, dan
penelitian
dapat
Tombatu Tiga.
sebagai
bahan
Prosedur Kerja
dalam
strategi
ini
digunakan
diharapkan
pertimbangan pengendalian
hama
tanaman
padi
Tenggara,
yaitu
Desa
Survei Survei
bertujuan
untuk
sawah dengan menitik beratkan pada
menetapkan lokasi penelitian. Hasil
pengendalian hayati di Sulawesi Utara
survei ditetapkan 3 (tiga) desa sebagai
khususnya di Kabupaten Minahasa
lokasi penelitian yaitu Desa Tombatu
Tenggara serta menunjang program
I, Tombatu II, dan Tombatu III.
pembangunan di bidang pertanian
yang lebih berwawasan lingkungan.
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode irisan diagonal yaitu
METODOLOGI PENELITIAN Penelitian
dilaksanakan sawah
di
pada
pertanaman
padi
Tombatu,
Kecamatan
Tombatu,
Kabupaten
Minahasa
Tenggara,
Desa
kemudian dilanjutkan di Laboratorium Entomologi dan Hama Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Sam Ratulangi, Manado.
Penelitian
Pengambilan sampel
ini
berlangsung selama 4 bulan yakni
menetapkan lima sub plot tanaman padi pada petak sawah (Gambar 3) dengan mengunakan jaring serangga yang diayunkan di atas tanaman padi sebanyak sepuluh kali ayunan ganda (Gambar 4). Serangga yang terjaring segera dimasukkan ke dalam “killing bottle” kemudian dikoleksi di dalam alkohol 70 %.
5
Keterangan : Plot Sub Plot
Gambar 3. Denah tempat pengambilan sampel (secara irisan diagonal)
Gambar 4. Pengambilan sampel secara penyapuan pada berbagai tingkat umur tanaman Keterangan :
(1) 1 mst (4) 4 mst
(2) 2 mst (5) 5 mst
(3) 3 mst (6) 6 mst
seminggu sekali yang dimulai sejak Sampel diberi label sesuai lokasi dan waktu pengambilannya, kemudian
tanaman berumur satu minggu setelah tanam (mst).
dibawa ke Laboratorium Entomologi Fakultas
Pengamatan
Pertanian Universitas Sam Ratulang
Hal-hal
dan
Hama
Manado
Tumbuhan,
untuk
diidentifikasi.
Pengabilan sampel dilakukan sebanyak enam kali dengan interval waktu
yang diamati
dalam
penelitian ini adalah : 1. Jenis Predator Pengamatan jenis serangga
predator
dilakukan dengan mengsortir sampel
6
serangga yang diperoleh menurut jenis
Depermana, 2012; Dixon, 2000; Foltz,
dan lokasi pengambilannya, kemudian
2001; Gullan and Cranston, 2005;
diidentifikasi.
Julinatono, 2009).
Identifikasi predator
dilaksanakan
di
laboratorium
Entomologi dan Hama Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Sam Ratulangi
dengan
pengamatan
menggunakan buku kunci identifikasi diantaranya
(Anonim,
Anonim,
2008c;
Anonim,
2011a;
2008b;
Anonim,
2010;
Anoinim
2. Populasi Predator Pengamatan populasi predator dilakukan dengan menghitung jumlah serangga predator berdasarkan jenis dan lokasi pengambilannya.
Untuk
mengetahui rata rata populasi predator digunakan rumus sebagai berikut :
2011b;
Jumlah individu predator yang ditemukan Rata-rata populasi predator = Jumlah pengambilan sampel
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Agriocnemis spp. Bentuk tubuh ramping dan memiliki abdomen yang menyerupai
Jenis-jenis Serangga Predator Hasil
penelitian
ternyata
lidi yang terdiri dari sembilan ruas.
serangga
Pada ruas abdomen pertama, kedua,
predator pada pertanaman padi sawah
ketiga, kedelapan dan kesembilan
di Kecamatan Tombatu yang terdiri
berwarna biru muda. Serangga ini
dari dua jenis dari ordo odonata, tiga
memiliki faset yang besar. Toraks arah
jenis ordo Coleoptera dan satu jenis
dorsal terlihat berwarna biru muda.
dari
Tungkai memiliki rambut-rambut yang
ditemukan tujuh
ordo
identifikasi keenam
jenis
Orthoptera. menunjukkan
serangga
ditemukan adalah :
predator
Hasil bahwa yang
menyerupai
duri,
tungkai
yang
umumnya berwarna kuning kecoklatan sedangkan
pada
sebagian
femur
7
berwarna coklat kehitaman (Gambar
transparan. Pada bagian pangkal sayap
5).
belakang terdapat corak yang khas berwarna
coklat,
sedangkan
pada
bagian ujung sebelah atas sayap terdapat noktah berwarna hitam. Mata majemuk besar dan terlihat hampir menutupi
seluruh
bagian
kepala.
Abdomen berbentuk ramping yang
Gambar 5. Agriocnemis spp.
terdiri dari 11 ruas. Imago memiliki panjang berkisar antara 65 - 75 mm Ciri khas tersebut seperti yang
(Gambar 6).
dinyatakan oleh Foltz (2001) bahwa serangga tersebut termasuk dalam ordo Odonata dan famili Coenagrionidae Coenagrionidae. Sunihardi (2007) menyatakan bahwa serangga ini memiliki ukuran panjang 30 mm. Rentang sayapnya memiliki bentuk venasi yang rumit. Lama hidup Gambar 6. Libellula sp
berkisar 10 – 30 hari dan jumlah telur yang dihasilkan oleh seekor betina adalah sebanyak 30 butir. Serangga
Ciri khas tersebut seperti yang
pradewasa radewasa hidup di air dan memangsa
dinyatakan oleh Julinatono (2009)
serangga-serangga serangga
bahwa serangga tersebut termasuk
air
tawar
yang
berukuran kecil; sedangkan serangga
dalam
Phyllum
Arthropoda,
dewasa memangsa lalat dan kutu kutu-
phyllum Mandibulata, Kelas Insecta,
kutuan yang berukuran kecil (Anonim,
Sub-Kelas Pterygota, Ordo Odonata,
2011c).
Famili
Libelulidae,
dan
subsub
Genus
Labilulla (Gullan Gullan and Cranston, 2005). 2005 2.
Libelulla sp Warna tubuh bberwarna merah
kecoklatan
dengan sepasang sayap
Serangga
ini
memiliki
kecepatan terbang yang tinggi dan mampu menangkap mangsanya pada
8
saat terbang. Gullan and Cransto
sayap depan yang dalam keadaan
(2005)) menyatakan bahwa Serangga
istirahat bisanya terlipat di bawah
pradewasa memangsa organisme kecil
sayap depan.
pada habitat air; sedangkan serangga
sebut kumbang predator yang memiliki
dewasa menangkap dan memangsa
warna
serangga yang berukuran kecil seperti
tergantung jenisnya. Imago dan larva
lalat, nyamuk dan kutu daun.
menangkap mangsa dan bergerak agak
dan
corak
pada
elytra
lambat, oleh karenanya kebanyakan
3. Menochilus sp. Imago
Serangga ini biasa di
berbentuk
setengah
Coccinelid
memangsa
seranggaserangga
bulat atau menyerupai kubah. Tubuh
serangga yang tidak bergerak aktif
berwarna
seperti wereng dan jenis kutu-kutuan kutu
coklat
kemerahan
dan
berukuran panjang berkisar antara 10 – 12 mm..
pada tanaman (Anonim, Anonim, 2008b). 2008b Dilaporkan bahwa daur hidup
Pada elytra terdapat spot
berwarna hitam yang
melintang
predator M. sexmaculatus sexmacula berkisar
membentuk corak yang khas. Femur
antara 56
hingga 78 hari dengan
berwarna coklat kehitaman, sedangka sedangkan
rincian telur 4-5 5 hari, larva 20-25 20 hari,
pada tibia dan tarsus berwarna coklat
pupa 4-6 6 hari dan imago 28-42 28 hari.
kemerahan (Gambar 7).
M. sexmaculatus mampu memangsa hama penting seperti Bemisia tabaci dan Myzus persicae pada pertanaman cabai, sehingga secara hayati serangga predator
M.
Sexmaculatus
sangat
potensial untuk menekan penggunaan insektisida sintetis (Anonim, Anonim, 2008; 2008 Gambar 7. Menochilus sp.
Sunihardi, 2007).
Pasangan
4.
mengeras
disebut
sayap elytra
depan tidak
Paederus sp. Kepala
berwarna
hitam
difungsikan untuk terbang tetapi untuk
memiliki mata majemuk yang agak
melindungi tubuh.. Sayap belakang
besar. Antenna terdiri dari 11 ruas, 3
berselaput tipis dan lebih panjang dari
9
ruas bagian pangkal berwarna coklat
Tubuh agak memanjang dan
muda dan ruas lainya berwarna hitam.
berwarna coklat, kepala berwarna
Pada ada setiap ruas antenna terdapat
hitam
rambut-rambut mbut halus yang menyerupai
sedangkan meso dan mesa thorax t agak
duri.
coklat
besar. elytra bagian pangkal dan
sedagkan mesothorax dan metathorax
bagian tengah elytra berwarna hitam.
berwarna
Antena terdiri dari 11 ruas, 3 ruas
Prothorax
berwarna
hitam.
El Elytra
pendek
prothorax orax
berwarna hitam dan bergelombang,
bagian
Abdomen
dan
sedangkan bagian yang lain berwarna
berwarna
hitam. Elytra lytra lebih pendek dari sayap
memanjang
bergelombang,
tungkai
pangkal
memanjang,
berwarna
sehingga
terlihat
coklat
hitam, sedangkan pada pangkal vemur
belakang
tidak
berwarna coklat. Rumus Tarsi adalah
menutupi abdomen seutuhnya. seutuhnya Pada
4-4-4 (Gambar 8).
bagian tengah elytra berwarna coklat sedangkan pada bagian pangkal dan
.
sebagian gian besar ujung berwarna hitam Tungkai agak panjang jang berwarna coklat kehitaman . Rumus tarsus tars adalah 4-44. (Gambar 9)
Gambar 8. Paederus sp. Predator ini termasuk dalam Phyllum
Arthropoda,
sub sub-phyllum
Mandibulata, Kelas Insecta, Sub Sub-Kelas Pterygota, Ordo Coleoptera, Famili Staphylinidae dan Genus Paederus
Gambar 9. Ophionea sp.
(Anonim, 2010; Gullan and Cranston, 2005.).
Ciri-ciri ciri dinyatakan oleh
5.
Ophionea sp.
tersebut
seperti
Sunihardi (2007)
bahwa bentuk tubuh Ophionea sp. agak memanjang.
Berwarna coklat
10
kemerahan,
kepala
dan
sebagian
besar dan panjang dari pada tungkai
thorax berwarna hitam, bagian tengah
depan dan tengah, femur pada tungkai
elytra berwarna hitam.
belakang
bagian
pangkalnya
Julinatono, 2009 menyatakan
mengembang sedangkan tibia panjang
bahwa Ophionea sp. adalah serangga
dan memiliki duri-duri duri yang berwarna
predator yang aktif mencari mangsa
hitam.
pada siang hari. Jenis serangga yang
(Gambar 10).
Rumus tarsi adalah 3-3-3
menjadi mangsanya adalah wereng coklat, wereng hijau, hama putih, wereng zig-zag, zag, wereng punggung putih, ulat bulu, ulat jengkal dan penggerek batang padi. Biasanya dapat ditemukan dibagian pangkal batang atau di tanah yang tidak berair. Predator ini mempunyai uku ukuran tubuh
Gambar 10. Conocepalus sp.
panjang 8 mm., Tubuh ubuh mengkilat, kulit halus, kepala dan abdomen bagian tengah berwarna hitam kebiru kebiru-biruan. siklus hidupnya 15 hari dan jumlah telur yang dihasilkan oleh seekor betina adalah 45 butir.
sp.
yang
bersifat
sebagai
Orthoptera,
famili 2008). ).
Tettigonidae. Aktifitas
hidup
Conocephalus sp. adalah predator
berwarna
kuning
terutama memangsa serangga-serangga serangga kecil
berukuran panjang 16 – 22 mm.
habitatnya (Anonim, 2008c). 200
berbentuk
predator. predator
Serangga ini termasuk dalam ordo
kecoklatan atan sayap hijau kehitaman dan
Antena
adalah
sejenis belalang yang berukuran kecil
(Anonim,
6. Conocephalus sp. Tubuh
Conocephalus
philiform
seperti
kutu-kutuan kutuan
pada
yang
Sunihardi (2007) menyatakan
panjangnya melebihi ukuran tubuhnya;
bahwa Conocephalus sp. sangat aktif
tungkai belakang berwarna kuning
di pagi hari, merupakan predator telur
kecoklatan memiliki
penggerek batang dan predator wereng
ukuran lebih
11
coklat, wereng hijau, wereng zig zig-zag
Phyllum
Arthropoda,
sub-phyllum sub
dan wereng punggung putih putih. Predator
Mandibulata, Kelas Insecta, Sub-Kelas Sub
ini mempunyai tubuh berwarna hijau
Pterygota, ordo Hymenoptera family
kecoklatan dengan panjang berkisar
Sphecidae.
antara 25-32 32 mm dan mempunyai ciri
family Sphecidae merupakan bagian
khas antenanya 2-33 kali panjang
dari ordo Hymenoptera yang banyak
tubuhnya. Tempat hidupnya pada daun
anggota-anggotanya anggotanya bersifat sebagai
atau malai tanaman padi. Rentang
predator (Anonim, 2008; 2008 Anonim,
hidup predator ini 110 hari dan jumlah
2008c).
Family Formicidae dan
telur yang dihasilkan berkisar antara 15-30 butir/betina. 7. Sphecidae Tubuh
berwarna
coklat
kehitaman dan berukuran 15 – 17 mm.
Gambar 11. Famili Sphecidae
Sayap depan lebih besar dari sayap belakang
dan
berwarna
Sebagian
kuning
anggota
kecoklatan. Pada pronotum secara
Sphecidae
dorsal terlihat batas posterior lurus dan
predator
terdjadi penyempitan.
Pada bagian
Grylotalpa sp., Aphids, kepik dan
ruas pertama dari abdomen mengecil.
beberapa jenis lainnya menyerang
Tungkai berwarna coklat kehitaman;
larva
pada tibia berwarna kuning kecoklatan
disengat atau dilumpuhkan kemudian
(Gambar 11).
di
Ciri-ciri ciri tersebut seperti yang digambarkan Cranston,
oleh
(2005)
Gullan bahwa
and
serangga
tersebut dikelompokkan ke dalam ordo Hymenoptera
family
Sphecidae.
Sphecidae diklasifikasikan ke dalam
merupakan
dari
yang
ordo
bawa
makanan
serangga
menyerang
Lepidoptera.
ke
sarangnya
generasinya asinya
nimfa
Larva
sebagai (Anonim, (
2008c). Selain serangga predator juga ditemukan berbagai jenis serangga yang bersifat sebagai hama maupun parasitoid
yaitu
diantaranya
12
Nilaparvata
lugens
(Gbr.
12a),
Nympula
Nephotettix
virescen
(Gbr.
12b),
Valanga sp. (Gbr. 12e), e), Leptocorisa
Cnaphalocrosis medinalis (Gbr. 12c),
depunctalis
(Gbr.
12d),
oratorius (Gbr. 12f)
Gambar 12. Serangga Serangga-serangga hama dan parasitoid
Ulat jengkal (Gbr. 12g), Oxya sp (Gbr.
Populasi
12h), Jangkrik (Gbr. 12i), Hemiptera
Hasil pengamatan populasi serangga
(Gbr. 12j), Parasitoid Ichneumonidae
predator pada areal pertanaman padi di
(Gbr. 12k) dan parasitoid Tachinidae
Kecamatan Tombatu ternyata tertinggi
(Gbr.
ditemukan pada lokasi Desa Tombatu
12
l).
Jenis-enis enis
serangga
tersebut merupakan serangga hama
Dua,
pada
mncapai 4,55 ekor,, kemudian berturutberturut
tanaman
Ichenmonidae ae
padi; (Gbr
12
sedangkan k)
dengan
rata-rata rata
populasi
dan
turut Desa Tombatu Satu 1,07 ekor
Tachinidae (Gbr 12 l) adalah serangga
dan Desa Tombatu Tiga 0,91 0, ekor
parasitoid (Anonim, 2008; Anonim,
sedangkan Menochilus sp. merupakan
2012; Baehaki, 2011; Kurnianti, 2013;
jenis serangga predator dengan ratarata
Laba, 2001; Sembel, 2014).
rata populasi tertinggi yakni mencapai 6,53 ekor, kemudian berturut-turut bert Paederus sp. 3,99 ekor), Agriocnemis
13
spp.
(2,34 ekor ), Conocepalus sp.
sawah
di
Kecamatan
Tombatu,
Minahasa
Tenggara
(1,10 ekor), Ophionea sp. (0,68 ekor),
Kabupaten
Sphecidae (0,32 ekor), dan Libellula
selengkapnya dapat dilihat pada Tabel
sp. 0,27 ekor). Rata-rata populasi
1.
serangga predator pada ekositem padi Tabel 1. Rata-rata populasi serangga predator pada ekosistem padi sawah di Kecamatan Tombatu. No.
Jenis Predator
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Menochilus sp. Paederus sp. Agriocnemis spp Conocepalus sp. Ophionea sp. Sphecidae Libellula sp. Jumlah Rata-rata
Lokasi sampel Tombatu Tombatu Tombatu 1 2 3 3,71 12,92 2,98 2,26 8,05 1,67 0,90 5,16 0,98 0,25 2,85 0,22 0,19 1,63 0,22 0,06 0,77 0,15 0,17 0,50 0,16 7,54 31,88 6,38 1,07 4,55 0,91
Berdasarkan Tabel 1, ternyata
organisme
Jumlah
Rata-rata
19,61 11,98 7,04 3,32 2,04 0,98 0,83 45,8 6,54
6,53 3,99 2,34 1,10 0,68 0,32 0,27 15,23 2,17
pengganggu
tanaman
rata-rata populasi serangga predator
(OPT). Pengendalian hanya dilakukan
tertinggi dijumpai pada lokasi sampel
pada saat tanaman mulai memasuki
Tombatu dua.
fase
serangga
Tingginya populasi
sedangkan
jenis
pada
lokasi
insektisida yang digunakan masih
dibandingkan
dengan
menggunakan insektisida kimia yang
lokasi sampel lainnya diduga karena
diaplikasikan sebanyak 3 kali dengan
pada lokasi sampel Tombatu Dua
interval 2 minggu sekali (Komunikasi
intensitas pengendalian hama yang
pribadi).
dilakukan oleh petani relatif sedikit
lokasi Tombatu 1 dan Tombatu 3
dibandingkan dengan lokasi sampel
dilakukan
lainnya.
seminggu
Tombatu
dilakukan
predator
generatif,
2
Pada fase vegetatif tidak pengendalian
terhadap
Pengendalian
secara sekali.
OPT
terjadwal
pada
yakni
Intensitas
penyemprotan sewaktu-waktu dapat
14
ditingkatkan
tergantung
populasi
hama.
predator lainnya dan terrendah adalah Libellula sp. Relatif tingginya populasi
Tingginya
frekuensi
Menochilus sp. dibandingkan dengan
penyemprotan insektisida kimia bukan
serangga
saja mematikan hama sasaran tetapi
menunjukkan bahwa Menochilus sp.
juga
mampu beradaptasi dan berkembang
akan
membunuh
serangga-
serangga non-target seperti parasitoid dan
predator.
Di
predator
lainnya
pada ekosistem padi sawah.
Indonesia,
Coccinelidae merupakan salah
penggunaan pestisida kimia masih
satu famili dari ordo Coleoptera yang
menjadi
banyak anggota-anggotanya bersifat
andalan
dalam
masyarakat
upaya
organisme
tani
mengendalikan
pengganggu
tanaman.
sebagai
predator
pada
berbagai
serangga hama terutama dari ordo
Ketakutan gagal panen merupakan
Homoptera.
Beberapa spesies dari
penyebab
Coccinelid
seperti
ketergantungan
petani
Menochilus
terhadap pestisida kimia. Tingginya
sexmaculata, Scymnus sp., Verania sp.
intensitas penggunaan pestisida kimia
baik imago maupun larvanya aktif
oleh
memangsa
petani
secara
langsung
beberapa
serangga
mempengaruhi perkembangan musuh-
berukuran tubuh yang kecil seperti
musuh alami baik parasitoid maupun
Aphid sp., Aleurodicus destructor, dan
predator (Anonim, 2008a). Selain itu
Coccidae (Dixon, 2000; Gullan and
menggunaan pestisida kimia yang
Cranston, 2005).
tidak bijaksana dapat menyebabkan terjadinya
pencemaran
terhadap
Huffaker (1976)
dalam
and Wanta
Messenger (2009)
lingkungan yang berakibat kurang baik
menyatakan bahwa hubungan predator
terhadap kesehatan manusia (Setyono,
dengan mangsanya melalui beberapa
2009).
tahap yaitu (a) seleksi habitat; dimana Melihat
Menochilus
sp.
Tabel
1,
adalah
ternyata
predator
menemukan
habitat
serangga
mangsanya dipengaruhi oleh rensponsi
predator yang memiliki populasi yang
fisiologi dan rangsangan penciuman
tinggi di bandingkan dengan serangga
predator,
(b)
pencarian
mangsa;
15
sebagian besar predator mengadakan
Libellula
sp.
di
Indonesia
kontak untuk mengenali mangsanya.
dikenal sebagai capung adalah jenis
Larva
serangga
Coccinelidae
mengenali
yang
kehidupan
dan
mangsanya dengan cara mengadakan
perkembangannya terutama serangga
kontak
menggunakan
tungkai
pradewasa sangat bergantung pada
depannya,
sedangkan
imago
ketersediaan air. Serangga pradewasa
Coccinelidae
menggunakan
palpi
hidup pada habitat air dan bertindak
untuk mengenali mangsanya. (c) Sifat
sebagai predator terhadap jentik-jentik
fisik dapat berupa ukuran tubuh,
nyamuk dan ataupun serangga air
adanya bagian-bagian tertentu yang
lainnya.
Fase
secara fisiologi tidak disukai oleh
bersifat
sebagai
predator seperti duri; sedangkan sifat
serangga air yang kecil, sedangkan
kimia, adanya senyawa kimia tertentu
serangga
dewasa
yang dapat merupakan racun bagi
mangsanya
sambil
predator,
akan
biasanya hinggap pada ranting ataupun
makannya
daun disekitar daerah tangkapan untuk
(d)
Predator
melangsungkan
proses
apabila
sifat-sifat
dimiliki
oleh
tersebut
mangsanya,
tidak dengan
telah
dinyatakan
tercapai
melalui
yang predator
meneruskan proses makannya. Libellula
sp.
merupakan
capung
pemangsa
jenis
menangkap terbang
dan
memakan inangnya (Anoni 2008c; Julinatono, 2009).
demikian (e) kesesuaian inang bagi predator
pradewasa
Pengamatan terhadap populasi serangga
predator
pada
berbagai
tingkat umur tanaman, ternyata pada umur enam minggu setelah tanam (mst)
memiliki
rata-rata
populasi
serangga predator dengan populasi
serangga
predator tertinggi yakni
yang paling rendah, hal ini diduga
mencapai 4,62 ekor, dan terendah pada
karena serangga ini adalah serangga
tanaman berumur satu mst mencapai
yang aktif terbang dengan gesit,
0,13 ekor. Rata-rata populasi serangga
sehingga tidak terjaring pada saat
predator pada berbagai tingkat umur
proses pengambilan sampel dengan
tanaman selengkapnya dapat dilihat
cara penyapuan.
pada Tabel 2.
16
Tabel 2. Rata-rata populasi serangga predator pada berbagai tingkat umur tanaman Umur
Jenis Serangga Predator
Tanaman
Jumlah
Ratarata
(mst)
Meno
Paed
Agri
Con
Ophi
Sphe
Libe
1
0,04
-
0,60
-
-
0,08
0,22
0,94
0,13
2
0,68
0,10
1,01
-
-
0,02
0,22
2,03
0,29
3
4,17
3,02
2,24
1,15
0,55
0,28
0,15
11,56
1,65
4
9,12
4,95
2,68
1,77
0,80
0,46
0,37
20,15
2,87
5
10,97
6,46
3,55
1,83
1,24
0,46
0,26
24,77
3.53
6
14,44
9,44
3,99
1,88
1,50
0,66
0,46
32,37
4,62
Keterangan : Meno = Menochilus sp. Con = Conocepalus sp. Libe = Libelulla sp.
Melihat kecenderungan
Tabel bahwa
2,
Paed = Paederus sp. Ophi = Ophionea sp.
Agri = Agriocnemis sp. Sphe = Sphecidae
terlihat
bunga, ranting, cabang, batang ataupun
semakin
perakaran tanaman sebagai sumber
bertambah umur tanaman semakin
makanannya.
tinggi populasi serangga predator.
menyatakan bahwa kerimbunan daun
Pada tanaman yang berumur 6 minggu
pada tanaman dapat dimanfaatkan oleh
setelah tanam (mst) memiliki anakan
sejumlah serangga sebagai tempat
dan daun yang jauh lebih banyak
berlindung dari matahari dan ataupun
dibandingkan dengan tanaman yang
dari serangan musuh alaminya.
berumur < 6 mst. Oleh karena itu,
Rahayu
Conocephalus
(2012)
sp.
dan
jumlah jenis dan populasi serangga
Ophionea sp. tidak dijumpai pada
pada tanaman berumur 1, 2, 3, dan 4
tanaman yang berumur 1 dan 2 mst.
mst relatif sedikit dibandingkan pada
Hal ini disebabkan karena populasi
tanaman yang berumur > 6 mst.
serangga-serangga sebagai inangnya
Serangga hama memanfaatkan bagian-
sangat rendah atupun belum ditemukan
bagian tanaman mulai dari buah, daun,
pada tanaman berumur 1-2 mst.
17
Sunihardi (2007) melaporkan bahwa
Ophionea
sp.
dalam
polifag.
Bertambah tinggi kerapatan
populasi mangsa maka kemampuan
perkembangannya memangsa seranga-
memangsa meningkat pula.
serangga kecil seperti wereng coklat,
faktor
wereng hijau, hama putih, wereng zig-
perilaku ataupun kehidupan predator
zag, wereng punggung putih, ulat bulu,
adalah faktor tanaman dan faktor fisik.
ulat jengkal dan penggerek batang
Perbedaan
padi. Biasanya
berpengaruh
hidupnya di sekitar
pangkal batang atau di tanah yang
serangga
tidak berair.
langsung
Lebih kanjut Smith (1978) dalam
Wanta
2009)
lain
yang
umur
mempengaruhi
tanaman
terhadap
hama
Faktor-
dan
akan perilaku
secara
mempengaruhi
tidak
perilaku
predator. Hal ini karena serangga hama
menyatakan
tertarik atau menjauhi suatu varietas
bahwa kerapatan dan jenis mangsa
tanaman sehubungan dengan sifat
yang tersedia berpengaruh terhadap
fisik, fisiologi, anatomi, dan sifat
perilaku dan kemampuan memangsa
kimia yang dimiliki oleh varietas
predator
tersebut.
terutama
yang
bersifat
V. KESIMPULAN DAN SARAN
kemudian Desa Tombatu Satu (1,17 ekor) dan Dsa Tombatu Tiga
Kesimpulan a.
(0,91 ekor).
Terdapat 7 serangga predator pada ekosistem
padi
sawah
di
Kecamatan Tombatu yang terdiri dari 2 Ordo Odonata, 3 Ordo Coleoptera, masing-masing 1 dari Ordo
Orthoptera
dan
Hymenoptera. b.
Rata-rata
populasi
Rata-rata populasi
serangga predator pada ekosistem padi
sawah
di
Kecamatan
Tombatu adalah Menochilus sp. (6,53 ekor) Paederus sp., (3,99 ekor), Agriocnemis spp. (2,34 ekor),
Conocepalus
sp.
(1,10
ekor), Ophionea sp. (0,68 ekor), serangga
predator tertinggi dijumpai pada Desa Tombatu Dua (4,55 ekor),
Sphecidae
(0,32
ekor),
Libelulla sp. 0,27 ekor).
dan
18
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Jakarta.
Saran Perlu
dilakukan
penelitian
untuk mengetahui jenis dan populasi musuh alami terutama parasitoid dan pathogen pada hama padi sawah. Anonim, 2011c
DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2006. Padi. Wikipedia bahasa Indonesia. http://id.wikipedia.org/wiki/ Padi.Hama_dan_penyakit. _______,
2008. Parasitoids and Predators of Insects. http://forestpestbiocontrol.inf o/ resources/documents/pdf08-pp02Parasitoidsandpredatorstaxonomy.pdf
______,2008a. Dampak Pestisida Terhadap Ekosistem Pertanian di Indonesia. Tabloid Sinar Tani. Membangun Kemandirian Petani. ______,2008b. Transverse Ladybird in Morvell National Park in Victoria, Australia, December2008”.http://www .davesgarden.com/guides/bf/ showimage/8659/manageme nt-php. ______,2008c. Parasitoid dan Predator pada Tanaman Padi.
______,2010. Paederus fuscipes Curtis. http://evolusimalaya.blogspo t.com /2010/06/bisa charlie.html. ______,2011a. Scientific name: Ophionea nigrofasciata (Schmidt-Goebel). http://www.cbit.uq.edu.au/s oftware/riceipm/keys/Html/ Ophionea.htm. ______,2011b. Agriocnemis pygmae Rambur. http://www.ask.com/wiki/ Agriocnemis. ----------,
2012. Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Padi (Oryza sativa L.). http://agroteknatuna.blogspo t.com/2012/12/klasifikasidan-morfologi-tanamanpadi.html
----------, 2013. Morfologi Tanaman padi. http://www.pustakasekolah. com /morfologi-tanamanpadi.html Baehaki, S. E., 2011. Penampilan Hama Pelipat Daun Cnaphalocrosis medinalis Imigran dan Parasitoid Elasmus sp. di Pertanaman Padi. Balai Penelitian Tanaman Padi. Jl. Raya Sukamandi No. 9, Subang Jawa Barat. http://peipusat.org/jurnal/?p=608
19
Depermana Y, 2012. Entomologi Pertanian. http://yogadpermana.wordpr ess.com /2012/06/15/entomologipertanian-pengendalianhama/ Dien,
M. F. 2004. Modul Pengendalian Hayati. Program Semi Que V Tahun 2003/2004. Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian Universitas Sam Ratulangi, Manado.
Dixon AFG. 2000. Insect Predatorprey Dynamics: Ladybird Beetles and Biological Control. New York: Cambridge Univ Press. Gullan and Cranston, 2005. Phylogeny of the insect orders. The Insects Predators, https://courses.cit.cornell.ed u/ent201/content/predators.p df Foltz, J. L, 2001. Family Identification – Coenegrionidae. University of Florida, Dept of Entomology and Nematology. eny3005.ifas.ufl.edu/lab 1/odonata/ coenagroinadid. Hidayana D. 2006. Pengembangan dan Pemanfaatan Predator. Modul magang agens hayati Dalam rangka Pemanfaatan PHT, Bogor 6 Maret 2006. Kerja sama Direktorat Bina
Perlindungan Tanaman dengan Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian IPB. Bogor.IPB. Julinatono I. W, 2009, Mengenal predator.http://totonunsari.bl ogsome.come/2009 /04/2007/mengenalpredator-diantara-hama serangga. Kurnianti
N, 2013. Budidaya Tanaman Padi Sawah. http://petunjukbudidaya. blogspot. com/2013/01/budidayatanaman-padi-sawah.html
Laba, I.W , 2001 . Hama Utama Padi pada Ekosistem Sawah. Makalah Falsafah sains Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Moningka, M., Taroreh, D. dan Krisen, J, 2012. Keragaman jenis musuh alami pada serangga hama padi sawah di Kabupaten Minahasa Selatan. Fakultas. Pertanian. Unsrat Manado. Pedigo, L.P., 2005. Entomology and Pest Management. PrenticeHall of India, New Delhi. Rahayu E, 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Serangga. http://kuliahagribisniselin. blogspot.com/2012/03/fakto r-faktor-yangmempengaruhi.html
20
Sembel, D. T, 2010. Pengendalian Hayati, Hama-hama serangga tropis dan gulma. Penerbit Andi Yogyakarta. Sembel, D. T, 2014. Seranggaserangga Hama Tanaman Pangan, Umbi dan Sayur. Bayumedia Publishing, Malang Sembel,
D. T, 2015. Draft Toksikologi Lingkungan. Universitas Sam Ratulangi Manado
Sembel, D. T., M. Ratulangi., M. F. Den., E. M. Meray., C. S. Ranted an D. Kandowangko, 204. Status Musuh-musuh Alami pada Hama Sexava sp. Orthoptera; Tettigonidae) Di Kabupaten Kepulauan Talaud. Kerjasama Fakultas Pertanian dengan Pemerintah Kabupaten Kepulauan Talaud. Setyono, A. B., 2009. Kajian Pestisida Terhadap Lingkungan dan Kesehatan serta Alternatif
Solusinya. http://www.naturalnusantara .co.id/indek 7.1.1 php?id=54. Sujatmoko I, 2011. Sekilas Tentang Tanaman Padi. http://htnalatpertanian.blogspot. com/2011/03/sekilastentang-tanaman-padi.html Sunihardi,
2007. Petunjuk Teknis Pengendalian Penyakit Tungro Terpadu (Bagian 2) http://www.puslittan.bogor.n et/index.php?bawaan=berita/ fullteks_berita&&id_menu= 3&id_submenu=14&id=75. (23 Mei 2011).
Wanta, N. N. 2009. Bahan Ajar Pengendalian Hayati. LP3AI – Universitas Sam Ratulangi, manado.