Soal 1. Sebutkan dan jelaskan secara singkat ruang lingkup dakwah dan ilmu dakwah. 2. Sebutkan dan jelaskan unsur-unsur yang terlibat di dalam proses penyelenggaraan dakwah. 3. Tuliskan ayat 104 surat Ali-Imran serta jelaskan pendapat para ulama dalam memahami ayat tersebut untuk menentukan hukum berdakwah. 4. Sebutkan dan jelaskan persamaan dan perbedaan mubaligh dan dai serta persyaratanpersyaratan dai. 5. Sebutkan dan jelaskan apa saja mat‟u dan apa saja hak dan kewajiban dalam dakwah 6. Tulis dan jelaskan surat An-Nahl (125) dalam kaitannya dengan metode dakwah.
Jawaban 1. Dakwah adalah suatu usaha dalam rangka proses Islamisasi manusia agar manusia menerima, mengerti dan memahami serta mengamalkan ajaran Islam guna memperoleh kesejahteraan dan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Fungsi dakwah adalah menyampaikan ajaran Islam yang telah diturunkan oleh Allah swt. kepada Rasulullah saw. Untuk umat manusia seluruh alam, memelihara ajaran tersebut dan mempertahankannya agar tetap eksis dimuka bumi ini karena Islam adalah agama terakhir. Sebagai agama terakhir Islam menyempurnakan agama-agama samawi sebelumnya yang ajarannya ada dalam kitab suci Taurat, Zabur, dan Inji dan shuhuf-shuhuf para rasul dan nabi yang diutus Allah sebelum rasul Muhammad saw. Ruang lingkup dakwah menurut keterangan surat Ali Imran 104, meliputi: a. Yad‟uuna ila al khair wa al huda atau menyeru, mengajak kepada kebajikan dan petunjuk. b. Al Amru bi al Ma‟rufi atau memerintahkan kepada yang ma‟ruf. c. Al Nahyu an al Munkar atau yaitu mencegah dari kemunkaran/perbuatan yang dilarang oleh Allah. d. Taghyiiru al Munkar atau merubah dan atau menghilangkan kemunkaran. e. Al Ishlaah atau melakukan upaya, rekayasa, dan atau pembangunan, agar memperoleh kesejahteraan dan kebahagiaan dalam hidup lahiriyah dan bathiniyah. f.
Al Tabliigh yaitu berdakwah dengan menyampaikan secara obyektif tentang ajaran Islam agar sampai kepada manusia seluruh alam tanpa tekanan dan paksaan.
g. Al Nashiihat atau berdakwah dengan memberikan nasehat atau bimbingan dan tuntunan tentang al Islam kepada manusia baik secara personal individual maupun secara kelompok jama‟ah. h. Al Diaayah atau Propaganda dan Promosi; berdakwah dengan melakukan propaganda dan promosi tentang Islam atau usaha menarik perhatian dan simpati (perasaan
senang) seseorang atau sekelompok orang terhadap sesuatu sikap, tindakan atau pikiran dengan menggunakan bujukan, pujian dan sebagainya. Ilmu dakwah yaitu suatu ilmu yang mempelajari tentang usaha manusia untuk menyeru atau mengajak manusia lain dengan ajaran Islam supaya menerima dan meyakini serta mengamalkan Islam. Atau ilmu yang mempelajari proses penyampaian ajaran Islam kepada umat manusia. Ilmu dakwah sebagaimana ilmu-ilmu pengetahuan yang lain dalam perkembangannya mengalami tahapan-tahapan sejak tahap yang paling sederhana sampai pada tahap perkembangan mutakhir saat sekarang. Perkembangan Ilmu dakwah tidak dapat terlepas dengan para ulama dan para cendekiawan muslim, baik yang berada di kampus perguruan tinggi maupun lembaga-lembaga penelitian yang secara terus-menerus melakukan kajian. Selain itu publikasi-publikasi hasil kajian terhadap ilmu dakwah dari waktu ke waktu semakin semarak ditandai dengan munculnya banyak kitab/buku yang membahas tentang dakwah dan ilmu dakwah serta jurnal-jurnal ilmu dakwah lainnya. Tahapan perkembangan ilmu dakwah ada tiga tahap, yaitu: Tahap Pertama: Tahap pemikiran dakwah serta fenomena tauhid, social dan sejarah, ditandai dengan kajian dakwah yang masih terbatas namun sudah ada upaya untuk membukukan pemikiran tersebut sebagaimana yang telah dilakukan oleh Ibnu Nubathah atau Abu Yahya Abdu al Rahim (328362 Fi/946-984 M) dalam salah satu kitabnya menjelaskan tentang prinsip-prinsip dakwah. Pada abad kedua hijriyah umat Islam sudah biasa bersentuhan dengan filsafat dan peradaban Yunani. Dengan sentuhan filsafat Yunani mereka telah melahirkan produk pemikiran yang berkaitan dengan kegiatan dakwah, yaitu kegiatan perumusan, pembelaan, penyebarluasan dan penerapan Islam seperti yang mereka yakini kepada umat manusia. Bersamaan dengan itu juga dilakukan pengkaderan para da‟i local dari kelompok-kelompok masyarakat setempat melalui ribat/pesantren maupun sekolah/madrasah bahkan sampai ke perguruan tinggi seperti Universitas Fez maupun Al Azhar. Era tersebut dakwah dilakukan secara damai tidak ada paksaan. Kajian ilmu dakwah pada era 10 abad tersebut ditandai dengan lahirnya berbagai macam literature kitab dakwah dari para ulama/cendekiawan muslim pada waktu itu. Para ulama yang menuliskan karyanya pada masa ini adalah: Ibnu Nubathah atau Abu Yahya Abdu al Rahim yang mengumpulkan shahifah dakwah menjadi kitab dan diterbitkan dengan diberi syarah. Disusul dengan Abu Hamid Muhammad Al Ghazali yang menulis kitabnya yang amat terkenal Ihya‟ ulum al din. Selanjutnya penulisan kitab-kitab dakwah selama kurang lebih 4 abad sejak tulisan Ibnu Khaldum yang berjudul Muqadimah. Sampai dengan kehadiran Sayid Jamaludin Al Afghani ke Mesir sekitar tahun 1253H/1863 M; belum banyak yang dapat dilacak karena di duga pada era itu kondisi umat Islam sedang terjajah sehingga konsentrasi dakwah diarahkan dalam pembinaan umat dan upaya membebaskan diri dari penjajah. Tetapi kedatangan beliau pada masa pemerintahan Ismail Pasya
(1263H/1863M) membawa perubahan besar dalam perbaikan dakwah. Dibawah pimpinan Jamaludin Al Afghani terjadilah gerakan mahasiswa. Dikarang pula kitab-kitab yang diajarkan disekolah-sekolah terutama di Al Azhar; dan selanjutnya kajian dakwah akademik ini menjadi bagian khusus yang disebut dengan Qasmi al Wa‟idz wa al Khithabah. Kemudian hasil dari kajian itu kemudian dipraktekkan orang-orang dalam rapat-rapat umum, praktek-praktek dakwah yang melahirkan da‟i dan mubaligh ulung seperti: Sayid Abdullah Nadiem Syaikh Muhammad Abduh Tahap kedua, dakwah memiliki status akademik yang dengan dibukanya jurusan dakwah yang disebut dengan Qasmi al Wa‟idz wa al Irsyad pada fakultas Ushuluddin Universitas Al Azhar. Selanjutnya untuk keperluan memberikan kuliah Ilmu Dakwah Syaikh Ali Mahfudz menulis buku yang diberi judul Hidayatu al Mursyidin ila Thuruq al Wa‟dzi wa al Khitabah. Di Indonesia dimulai dengan didirikannya Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) tahun 1950 M di Yogyakarta, pemerintah Indonesia mengembangkan tradisi kajian keilmuan itu dengan membuka Jurusan Dakwah di PTAIN dan tahun 1960M berubah menjadi IAIN, maka kajian dakwah menjadi jurusan Dakwah pada Fakultas Ushuluddin IAIN. Seiring dengan makin kuatnya upaya pengembangan kelembagaan kajian ilmu dakwah bersamaan dengan itu terus dilakukan kajian-kajian keilmuannya untuk lebih memantapkan eksistensi ilmu dakwah sebagai ilmu pengetahuan seraya diikuti dengan penulisan-penulisan para alumnus dakwah dan para cendekiawan dibidang dakwah. Pada bulan Februari tahun 1978 di Fakultas Dakwah (IAIN Walisongo Semarang) dilakukan pertemuan Dekan-Dekan Fakultas Dakwah IAIN seJawa yang mengkaji ilmu dakwah sebagai ilmu disamping upaya peningkatan kelembagaan kajian dakwah. Pada tahun 1980 dilakukan di IAIN Sunan Gunung Djati Bandung dalam sarasehan Dakwah sebagai disiplin ilmu. Disusul dengan Seminar Nasional Dakwah Islam dan Perubahan Sosial di Yogyakarta pada tahun 1982. Tahap Ketiga adalah tahapan sistematisasi keilmuan dakwah sebagai bidang kajian yang ditandai dengan kajian-kajian substansial keilmuan penjurusan bidang kajian serta pengembangan konsentrasi ilmu dakwah dalam program studi atas dasar filsafat keilmuan dakwah. Tahap ketiga ini makin memperkuat eksistensi ilmu dakwah sebagai bidang kajian yang otonom dan objektif. Setelah dikeluarkannya Keputusan Menteri Agama RI Nomor 110/1982 tentang perbidangan Ilmu-Ilmu Keislaman termasuk didalamnya Ilmu Dakwah; maka kajian-kajian akademik terus dilakukan untuk lebih memperkuat bangunan ilmu dakwah. 2. Dakwah adalah kegiatan untuk mengajak dan menyeru manusia kepada Islam. 3 unsur penentu sehingga proses da‟wah itu dapat berlangsung. Yaitu Da‟i (subjek dakwah), Mad‟u (objek dakwah), dan Maadatu al Da‟wah (materi dakwah). Sedangkan unsur-unsur lain yang juga dapat mempengaruhi proses da‟wah antara lain seperti: Wasaailu Al-Da‟wah (media
dakwah), Kaifiyatu Ad Da‟wah/Thoriqotu Ad Da‟wah (metode dakwah), Ghoyatul al da‟wah (tujuan dakwah), Idarotu al Da‟wah (manajemen dakwah) dll. a. Da‟i atau Subyek Da‟wah adalah pelaksana daripada kegiatan da‟wah , baik secara perorangan/individu maupun secara bersama-sama secara terorganisasikan. Da‟i atau juru da‟wah adalah setiap muslim laki-laki dan wanita yang baligh dan berakal, baik ulama maupun bukan ulama, karena kewajiban berda‟wah adalah kewajiban yang dibebankan kepada mereka seluruhnya. Da‟i atau juru da‟wah adalah pembantu dan penerus da‟wah para rasul yang mengajak umat manusia kepada jalan Allah, karena tugas da‟wah pada asalnya adalah tugas Para Rasul. Da‟i dalam aktifitas da‟wahnya dapat melakukannya secara munfarid/individual dan dapat pula secara berjamaah/bersama-sama dengan organisasi da‟wah. Aktifitas da‟wah pada masa ini dan masa yang akan datang membutuhkan penanganan yang lebih cermat dan perhatian yang lebih serius sesuai dengan perkembangan zaman. Oleh sebab itu da‟wah perlu ditingkatkan baik kualitas maupun kuantitasnya untuk menghadapi tuntutan zaman dimasa kini dari masa-masa yang akan datang. Da‟i harus memiliki sifat keutamaan dan sifat kesempurnaan. Diantara sifat-sifat tersebut adalah -
mengetahui secukupnya tentang Al-Qur‟an, As-Sunnah hukum-hukum, rahasiarahasia tasyri‟, perihidup Rasulullah dan jejak langkah Khulafaurrasyidin dan Salafusshalih.
-
Mengamalkan ilmunya.
-
Penyantun dan lapang dada.
-
Berani
tidak
takut
kepada
siapapun
dalam
menyatakan,
membela
memperjuangkan yang baik. -
Perwira dan tidak mengharap apa yang ada pada tangan orang lain.
-
Qanaah.
-
Mempunyai keterangan.
-
Memiliki ilmu pengetahuan yang menjadi alat kelengkapan dalam berda‟wah.
-
Mempunyai kepercayaan yang kuat kepada janji Allah.
-
Tawadlu‟ atau rendah hati dan tidak sombong.
-
Tidak kikir
-
Sopan dan berbuat mulia.
-
Keras kemauan dan kuat jiwa.
-
Sabar dan tahan uji dalam melaksanakan da‟wahnya.
-
Taqwa, amanah dan menjaga diri dari subhat.
Adapun sifat-sifat kesempurnaan da‟i antara lain
dan
-
Bersifat warn‟ (menjaga diri dari subhat).
-
Cinta perdamaian.
-
Berbudi pekerti dengan sifat-sifat yang terpuji.
-
Mencintai tugas kewajibannya dan melaksanakannya dengan penuh ketaatan kepada Allah.
-
Selalu dekat dan mendekatkan diri kepada Allah.
b. Mad‟u atau penerima dakwah adalah seluruh umat manusia tanpa kecuali, baik pria maupun wanita, beragama maupun belum beragama, pemimpin maupun rakyat biasa. Seluruh manusia sebagai penerima atau objek da‟wah adalah karena hakekat diturunkannya agama Islam dan kerisalahan Rasulullah saw. Prof. DR. Achmad Mubarak, MA. mengatakan: menurut Al-Qur‟an, desain kejiwaan manusia diciptakan Tuhan dengan sangat sempurna, berisi kapasitas-kapasitas kejiwaan; berfikir, merasa dan berkehendak. Jiwa merupakan system (disebut system nafsan ) terdiri dari subsistem A‟ql, Qalb, Bashirah, Syafiwat, dan Hawa. -
A‟ql (akal) merupakan problem solving capacity yang bisa berfikir dan membedakan yang buruk dari yang baik akal bisa menemukan kebenaran tetapi tidak bisa menentukannya.
-
Qalb (hati) merupakan perdana menteri dari system nafsani. Dialah yang memimpin kerja jiwa manusia. Ia bisa memahami realita, apa yang akal mengalami kesulitan.
-
Bashirah adalah pandangan mata batin sebagai lawan dari pandangan mata kepala. Bashirah disebut juga sebagai nurani.
-
Syahwat adalah motif kepada tingkah laku. Syahwat adalah sesuatu yang manusiawi dan netral.
-
Hawa adalah dorongan kepada obyek yang rendah dan tercela.
Da‟i dalam mengajak mad‟u harus mampu merumuskan tujuan yang menarik, tanpa ketertarikan orang tidak mudah tergerak untuk melakukan sesuatu. Penerima dakwah memiliki hak dan kewajiban dalam kegiatan dakwah. Hak daripada penerima da‟wah adalah agar mereka ditemui dan diajak kepada Islam. Mad‟u harus didatangkan untuk diajak kepada Agama Allah, dimanapun ia berada. Kewajiban penerima da‟wah adalah memenuhi ajakan dan seruan serta memperkenankan da‟wah yang dianjurkan oleh para da‟i. Selain itu para penerima da‟wah sesudah ia menerima petunjuk untuk menerima Islam, ia harus melaksanakan tugas-tugas keagamaan yang diterimanya itu, baik dalam sikap dan tingkah laku maupun dalam cara hidupnya. c. Maadafrud Da‟wah (Materi Dakwah) adalah semua bahan atau sumber yang dipergunakan atau yang akan disampaikan oleh da‟i kepada mad‟u dalam kegiatan da‟wah. Untuk mencapai tujuan da‟wah. Materi da‟wah sebagai pesan da‟wah merupakan
isi ajakan, anjuran dan idea gerakan dalam rangka mencapai tujuan da‟wah. Sebagai isi ajakan dan idea gerakan dimaksudkan agar manusia mau menerima selanjutnya diamalkan sebagai pedoman hidup dan kehidupannya. Semua ajaran Islam tertuang dalam wahyu yang disampaikan kepada Rasulullah yang perwujudannya terkandung dalam AlQur‟an dan Sunnah Nabi. Adapun ajaran Islam sebagai materi da‟wah secara garis besar terdiri dari bidang aqidah, dan bidang syari‟ah, serta bidang akhlaq. d. Wassilatud Dakwah/Media Da‟wah adalah alat yang dipakai sebagai perantara untuk melaksanakan kegiatan da‟wah. Alat tersebut antara lain: -
Da‟wah melalui saluran lisan. Adalah da‟wah langsung dimana da‟i menyampaikan ajakan da‟wahnya kepada mad‟u. Dakwah yang bersifat khusus seperti: Pengajian, kuliah –kuliah ahad pagi. Da‟wah yang bersifat umum seperti: pester-pester nasional, pertemuan-pertemuan umum. Alat yang digunakan untuk berda‟wah melalui lisan, radio, TV.
-
Da‟wah melalui saluran tertulis. Adalah kegiatan da‟wah yang dilakukan melalui tulisan-tulisan. Seperti: di surat-surat kabar, majalah, buku-buku, brosur-brosur, selebaran, bulletin, spanduk, dll.
-
Da‟wah melalui alat visual. Adalah kegiatan da‟wah yang dilakukan dengan melalui alat-alat yang dapat dilihat oleh mata manusia atau bisa ditata dalam menikmatinya. Seperti: kegiatan seni lukis, ukir, kaligrafi, dll.
-
Da‟wah melalui alat-alat audial. Alat-alat yang dapat dinikmati dengan melalui perantara pendengaran. Seperti: radio, dll.
-
Da‟wah melalui alat-alat audio visual. Seperti: seni drama, wayang kulit, dll
-
Da‟wah melalui keteladanan.
e. Kaifiyatu al Dakwah (metode da‟wah) adalah cara yang digunakan untuk berdakwah oleh da‟i kepada mad‟u. Mad‟u, situasi dan kondisi tertentu yang melingkupi pada saat pelaksanaan da‟wah serta penguasaan da‟i dalam penggunanya. Katagori metode da‟wah sbb: -
Metode ceramah/khitabah
-
Metode bimbingan/nasihat.
-
Metoda tanya jawab/dialog.
-
Metode diskusi/mujaadalah.
-
Metode propaganda/dia‟yah.
-
Metode silaturrahim/kunjungan.
-
Metoda keteladanan dan simulasi.
-
Metode musyawarah.
-
Metode Ishlah.
f.
Ghaayatu al Da‟wah/Tujuan dakwah adalah suatu nilai akhir ideal yang ingin dicapai dalam mewujudkan itu adalah terwujudnya insan priadi dan masyarakat yang berpola pikir, berpola sikap, dan berpola perilaku sesuai dengan ajaran Islam dalam hidup dan kehidupannya sehingga akan memperoleh kesejahteraan dan kebagahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Kegiatan da‟wah adalah kegiatan yang terus menerus dan berkesinambungan sehingga memerlukan sinergi dalam pelaksanaannya dari seluruh komponen da‟wah maupun pelaksana da‟wah yang melakukan aktifitas da‟wahnya secara sendiri-sendiri.
3. )ونتكه منكم أمة ىذعىن إنى انخىر وىأ مرون بانمعروف وىنهىن عه انمنكر واولءك نهم عذداب عظىمال (عمران Artinya, “Dan hendaklah ada, diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma‟ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orangorang yang beruntung.” (Ali Imran:104). Pendapat ulama pertama mengatakan bahwa berda‟wah itu hukumnya wajib „ain (fardlu „ain) maksudnya setiap orang Islam yang sudah dewasa, kaya miskin, pandai bodoh, semuanya tanpa kecuali wajib melaksanakan da‟wah. Adapun pendapat kedua menyatakan bahwa berda‟wah itu ya tidak fardlu „ain melainkan fardlu kifayah. Artinya apabila da‟wah sudah disampaikan oleh sekelompok/sebagian orang, maka kewajiban da‟wah itu dari kewajiban seluruh kaum muslimin, sudah ada yang melaksanakan walaupun oleh sebagian orang. 4. Mubaligh atau ulama yaitu orang yang menguasai ilmu-ilmu tertentu, seperti ilmu Al-Qur‟an, ilmu hadits, ilmu fiqh, ushul fiqh, qawaid fiqhiyah, serta menguasai dalil-dalil hukum baik dari Qur‟an dan sunnah, masalah dalil nasikh mansukh, dalil amm dan khash, dalil mujmal dan mubayyan. Da‟i yaitu orang yang berceramah kesana kemari. Mereka tekun mengkaji dan menyebarkan nilai-nilai normatif Islam menjadi konsep-konsep secara teknis mudah dijalankan dalam masyarakat (operasional). Mereka para menggerak masyarakat, pekerja sosial, para penyantun fakir miskin dan anak yatim, para pendidik, para penulis, dan siapapun yang kegiatannya itu dalam rangka menterjemahkan Islam sebagai rahmatan lil alamin. Dan tugas besarnya, yakni menterjemahkan Islam dalam konsep-konsep kehidupan yang dapat menjawab persoalanpersoalan yang timbul dalam sistem budaya manusia. Persyaratan menjadi seorang da‟i yaitu: -
Memiliki ilmu terhadap Al-Qur‟an dan as-Sunnah, serta sirah Nabawiyah dan sirah khulafa rasyidin.
-
Mempelajari bahasa kaum yang akan mereka dakwahi kepada Islam. Karena tujuan dakwah tidak akan tercapai tanpa hal ini.
-
Mengenal berbagai tsaqafah dan ilmu-ilmu umum yang berkembang sekarang, mengenal keadaan, akhlak, dan tabiat berbagai kaum, mengenal berbagai ajaran
agama dan aliran kepercayaan, serta syubhat berbagai aliran dan prinsip ekonomi dan sosial dimasa kini, serta posisi Islam menghadapi semua itu. 5. Pengelompokkan Mad‟u menurut beberapa sudut pandang/beberapa aspek. -
Al M‟ala; yaitu para pemimpin, pemuka dan atau penguasa.
-
Kelompok (Jumhur) yaitu orang banyak publik, pengikut para pemimpin dan penguasa.
-
Munafik, yaitu orang yang menyatakan yang bukan sesuai dengan yang terpendam dalam hati.
-
Orang yang maksiat, yang mematuhi sebagian perintah agama dan menyalahi sebagiannya.
Shalahuddin Sanusi mengelompokkan mad‟u itu menurut beberapa aspek: -
Biologis; jenis kelamin.
-
Geographia; masyarakat desa dan masyarakat kota.
-
Ekonomi; orang kaya, orang sedang, orang miskin.
-
Agama; orang Islam dan bukan Islam.
-
Pendidikan; orang berpendidikan tinggi, menengah dan rendah.
-
Pekerjaan; golongsn buruh, pegawai, seniman, militer.
-
Kelompok; kelompok primer(keluarga) dan kelompok sekunder(organisasi) dan kelompok tersier(yang bersifat sementara; kelompok sepak bola).
Tiap-tiap kelompok penerima dakwah itu memiliki sifat kecenderungan dan kemampuan yang berbeda-beda. Hak daripada penerima da‟wah adalah agar mereka ditemui dan diajak kepada Islam. Sedangkan kewajiban penerima da‟wah adalah memenuhi ajakan dan seruan serta memperkenankan da‟wah yang dianjurkan oleh para da‟i. 6.
ادع إنى سبىم ربك با نحكمة وانمىعظة انحسنة وجادنهم بانتى هى احسه ان ربك هى أعهم بمه ضم عه سبىهه وهى أعهم )بانمهتذىه ( اننحم
Artinya, “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalannya dan dialah yang lebih mengetahui orangorang yang mendapat petunjuk.” (An-Nahl:125). Kata ud‟u yang diterjemahkan dengan seruan, ajakan adalah fi‟il amar yang menurut kaidah ushul fiqh setiap fi‟il amar adalah perintah dan setiap perintah adalah wajib dan harus dilaksanakan selama tidak ada dalil lain yang memalingkannya dari kewajiban itu kepada sunnah atau hukum lain. Jadi, melaksanakan da‟wah adalah wajib hukumnya karena tidak ada
dalil-dalil lain yang memalingkannya dari kewajiban itu, dan hal ini disepakati oleh para ulama.