SEMINAR NASIONAL SAINSTEK KE-2 UNDANA TAHUN 2014 Hotel Aston , Kupang – 15-16 Oktober 2014
Analisa Kebutuhan Air Bersih Pelanggan Rumah Tangga PDAM Tirtanadi di Kota Medan Yetty Riris Rotua Saragi Program Studi Teknik Sipil, Universitas HKBP Nommensen, Jl. Sutomo No 4A, Medan Email:
[email protected]
ABSTRAK Penyediaan air bersih masih menjadi persoalan serius di Indonesia. Jika dikaitkan dengan salah satu target Millenium Development Goals (MDGs) dimana pada tahun 2015 setidaknya separuh (50%) masyarakat dunia sudah harus mendapatkan akses terhadap air bersih, maka Indonesia mungkin menjadi salah satu negara yang harus menata diri untuk mencapai target global tersebut. Untuk kota Medan pelayanan ketersediaan air bersih ditangani oleh PDAM Tirtanadi dan pelanggan terbesar adalah pelanggan rumah tangga. Besarnya kebutuhan air bersih penduduk kota Medan perlu diamati sehingga didapat distribusi pemakaian air untuk beberapa kegiatan rumah tangga. Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan Survei terhadap 100 pelanggan PDAM Tirtanadi yang dipilih secara Stratified Random Sampling menurut cabang pelayanan /lokasi dan jenis tarif pelanggan. Data pendukung berupa data sekunder adalah jumlah pemakaian air bersih perbulan selama 3 (tiga) bulan. Data primer didapat dari hasil wawancara langsung, observasi, kuisioner kepada responden. Teknik pengolahan data menggunakan aplikasi SPSS, dengan menggunakan analisis multiple regresi terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan dan permintaan air minum penduduk Kota Medan. Data sekunder juga diperoleh dari data kepustakaan, terdiri dari Coorporate Plan PDAM Tirtanadi Tahun 2006-2010, serta referensi lainnya yang terkait dengan judul penelitian. Dilakukan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan dan kebutuhan air minum penduduk Kota Medan. Diperoleh faktor internal yang mempengaruhi ketersediaan air minum penduduk Kota Medan adalah pola pemakaian air minimum penduduk sebesar 70 Ltr/org/hari; sedangkan faktor eksternalnya dipengaruhi oleh DAS Belawan dan DAS Deli yang masih mampu menyuplai air baku untuk air minum hingga tahun 2020. Permintaan air minum penduduk Kota Medan dipengaruhi oleh faktor internal pemakaian air harian perkapita, yaitu mandi, cuci KM/WC, dan siram tanaman. Faktor eksternal dipengaruhi oleh pertambahan jumlah penduduk dan rencana pengembangan SPAM oleh PDAM Tirtanadi, yang harus mampu mengimbangi pertambahan jumlah penduduk Kota Medan. Kata kunci: air bersih, kebutuhan, rumah tangga
1.
PENDAHULUAN
Hingga kini, penyediaan air bersih masih menjadi persoalan serius negeri ini. Dan jika dikaitkan dengan salah satu target Millenium Development Goals (MDGs) dimana pada tahun 2015 setidaknya separuh (50%) masyarakat dunia sudah harus mendapatkan akses terhadap air bersih, maka Indonesia mungkin menjadi salah satu negara yang harus menata diri untuk mencapai target global tersebut. Untuk kota Medan pelayanan ketersediaan air bersih ditangani oleh PDAM Tirtanadi. Pemenuhan kebutuhan air minum tidak saja diorientasikan pada kualitas sebagaimana persyaratan kesehatan air minum (PP No.16 / 2005 dan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 907/MENKES/SK/VII/2002) tetapi sekaligus menyangkut kuantitas dan kontinuitasnya. Di sisi lain, Pemerintah mempertimbangkan pemenuhan akses masyarakat terhadap air minum berlandaskan tantangan nasional dan global. Dalam pendistribusiannya PDAM membagi pelanggan dalam beberapa kategori, yaitu berdasarkan sosial, rumah tangga, instansi pemerintah dan niaga. Pelanggan terbesar adalah pelanggan rumah tangga, baik dari jumlah pemakaian dan jumlah instalasi yang terpasang. Pemakaian air bersih untuk rumah tangga diamati penggunaannya, sehingga didapat distribusi pemakaian air untuk beberapa kegiatan rumah tangga. Tujuan penelitian ini adalah memperoleh kebutuhan air bersih pelanggan rumah tangga kota Medan. Dari penelitian ini dapat diprediksi kebutuhan air bersih kota Medan tahun 2020.
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENDAHULUAN Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990 Tentang ”Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air “, air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Adapun syarat-syarat kesehatan air bersih mencakup persyaratan
biologis, persyaratan fisik,persyaratan kimia dan persyaratan radio aktif. Menurut Soemirat (2002), secara khusus, pengaruh air terhadap kesehatan dapat bersifat langsung maupun tidak langsung. a. Pengaruh Tidak Langsung Pengaruh tidak langsung adalah pengaruh yang timbul sebagai akibat pendayagunaan air yang dapat meningkatkan atau pun menurunkan kesejahteraan masyarakat. Misalnya, air yang dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga listrik, untuk industri, untuk irigasi, perikanan, pertanian, dan rekreasi dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sebaliknya pengotoran air dapat menurunkan kesejahteraan masyarakat. b. Pengaruh Langsung Air minum atau air konsumsi penduduk dapat menyebabkan penyakit seperti : 1. Air di dalam tubuh manusia, berkisar antara 50 -70 % dari seluruh berat badan. Kekurangan air ini menyebabkan banyaknya didapat penyakit batu ginjal dan kandung kemih di daerah tropis seperti Indonesia, karena terjadinya kristalisasi unsur –unsur yang ada di dalam cairan tubuh. 2. Penyebab Penyakit Menular Air yang telah tercemar oleh bakteri penyebab berbagai penyakit, dapat menularkan kepada manusia atau hewan
2.2 SEJARAH PENYEDIAAN AIR MINUM DAN KEBERADAANNYA SAAT INI Penyediaan air minum yang layak bagi masyarakat merupakan suatu keperluan dan keharusan dalam kehidupan sehari-hari, karena penyediaan air minum merupakan suatu simbol peradaban. Tabel 2.1. Kronologi Pengetahuan tentang Penyediaan Air Mata air Air hujan (yang ditampung dalam wadah/tangki) Sumur Jaringan pipa air jarak jauh, menggunakan saluran bawah tanah (tunnel) dan jembatan, yang sumber airnya berasal dari pegunungan 600 SM Fasilitas mandi komunal, berupa bak mandi atau pancuran, pencuci kaki, toilet,dan tempat mencuci pakaian dan peralatan mandi. 600 SM Pemisahan penggunaan air atas dua atau tiga kategori, yaitu air minum, air bersih, dan irigasi; sesuai keperluan. 600 – 3 SM Pipa air bertekanan dan sistem siphon Sumber : Crouch (1993) dalam Mays (2002) Periode Prasejarah 3000-2000 Sebelum Masehi 3000 SM 800-600 SM
Mulai dulu hingga sekarang, sistem penyediaan air minum, relatif tidak jauh berbeda. Mays (2002) menuliskan bahwa sistem penyediaan air minum dimulai dari pengambilan air baku, pengolahan air baku menjadi air minum, hingga distribusi air minum ke masyarakat. Perbedaannya terletak pada pengolahan air baku, yang mana dahulu, kualitas air masih baik sehingga tidak perlu ada pengolahan khusus. Peruntukan air berdasarkan PP No 82 Tahun 2001 dapat dibedakan atas : - Kelas I : Air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung, tanpa pengolahan terlebih dahulu. - Kelas II : Air yang dapat digunakan sebagai bahan air minum - Kelas III : Air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan - Kelas IV : Air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, dan dapat dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri dan pembangkit listrik tenaga air. Hal mendasar lainnya yang diatur dalam PP tersebut adalah bahwa Pemerintah bertanggung jawab dan wajib untuk menjamin penyelenggaraan pelayanan air minum yang berkualitas, melalui terciptanya pengelolaan dan pelayanan air minum yang berkualitas dengan harga terjangkau, terciptanya kepentingan yang seimbang antara konsumen dan penyedia jasa pelayanan, dan meningkatnya efisiensi dan cakupan pelayanan air minum dan sanitasi. Berdasarkan Sensus Sosial-Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2004 tercatat bahwa penduduk yang dapat mengakses air minum dari sumber yang aman (jumlah ini termasuk 42 persen penduduk di perkotaan) hanya sekitar 47 persen. Sementara lebih dari 100 juta rakyat Indonesia masih kekurangan akses terhadap air minum yang aman dan lebih dari 70 persen dari 220 juta tergantung pada sumber air yang terkontaminasi. Selama jangka waktu delapan tahun dari 1994 sampai 2002, angka ini meningkat hingga 9 persen di perkotaan. Dari data tersebut, air minum dan sanitasi adalah salah satu isu besar dalam permasalahan pengelolaan lingkungan perkotaan yang akan berimbas pada tingkat kesehatan masyarakat. Kota Medan yang berpenduduk 2 juta lebih, ternyata tidak semua warga kotanya dapat menikmati air bersih. Berdasarkan hasil pemantauan Jaringan Kesejahteraan Masyarakat (JKM) yang dipimpin Delyuzar Harris, masih ada 60 persen penduduk di kota tersebut tidak mendapat akses air bersih dan kebanyakan dari masyarakat berpenghasilan rendah. Sulitnya warga kota mengakses air bersih dapat menimbulkan persoalan pada aspek kesehatan masyarakat .
2.3 AIR MINUM VERSUS AIR BERSIH Terminologi air minum dari beberapa Peraturan Perundang-undangan yang terkait dengan Air Minum dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut ini. Tabel 2.2. Terminologi Air Minum Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 Air minum adalah air minum rumah tangga yang tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air melalui proses pengolahan atau tanpa proses Minum pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 907/ MENKES/SK/VII/2002
Air Minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.
Pengolahan air baku menjadi air minum, terdiri atas 2 (dua) jenis yaitu pengolahan parsial dan pengolahan lengkap. Pengolahan parsial terdiri atas proses fisik saja, ataupun proses kimia/biologi saja; sedangkan pengolahan lengkap menggabungkan proses fisik dan proses kimia/biologi. Contoh pengolahan parsial adalah Saringan Pasir Lambat maupun Cepat, Ferro Filter, dan saringan air sederhana. Untuk pengolahan lengkap, terdiri atas proses koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi dan chlorinasi. Pada dasarnya pengolahan air bertujuan untuk mengolah air baku menjadi air minum. Standar kualitas air minum tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan No. 907/MENKES/SK/VII/2002. Air minum adalah air yang langsung dapat diminum. Pengolahan air pada dasarnya adalah upaya menyisihkan zat-zat pengotor/pencemar dari air mentah. Secara garis besar kelompok zat pencemar air tersebut terbagi atas tiga yakni padatan terdispersi (suspended solid), padatan terlarut (dissolved solid), dan gas terlarut (dissolved gass). Khusus untuk produksi air bersih upaya pengolahan dititik beratkan pada penyisihan padatan terdispersi dari air mentah. Kualitas air dan kuantitas air minum sangat menentukan kinerja pengelolaannya, dimana kinerja adalah sebagai catatan outcome yang dihasilkan dari suatu fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan selama suatu periode waktu tertentu. (Benardin dan Russel dalam Gomes,2000). Seterusnya dalam penulisan tesis ini, istilah air minum dan air bersih akan silih berganti dipergunakan, sesuai materi yang dibahas.
2.4 KEBUTUHAN AIR MINUM Menurut data PDAM Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara Tahun 2007, kapasitas produksi air bersih yang berasal dari Instalasi Pengolahan Air (IPA) dan beberapa sumur bor yang dikelola oleh PDAM Tirtanadi berjumlah 5.046 Ltr/dtk. Instalasi Pengolahan Air yang dimiliki oleh PDAM Tirtanadi terdiri dari IPA Sibolangit, IPA Sunggal, IPA Deli Tua, IPA Tirta Lyonnaise, IPA Hamparan Perak, IPA Belumai. Berdasarakan survey Direktorat Pengembangan Air Minum, Ditjen Cipta Karya pada tahun 2006 diperoleh rata-rata pemakaian harian air bersih per orang Indonesia adalah sebesar 144 L. Pemakaian terbesar adalah untuk mandi, yakni sebesar 65 L atau sekitar 45 % dari total pemakaian air bersih . Adapun besarnya air yang dibutuhkan untuk aktivitas harian lainnya dapat dilihat pada Tabel 2.3 berikut. Tabel 2.3 Besarnya kebutuhan air untuk aktivitas harian Jenis Kegiatan
Volume air dibutuhkan (L) Sikat gigi dengan kran 1 menit 6.0 Sikat gigi dengan gelas 0.5 Mandi shower 5 menit = mandi bak 30 gayung 30.0 Mandi bathtub standar 100.0 WC flush tipe baru 6.0 Cuci mobil dengan ember 75.0 Cuci mobil dengan selang 300.0 Cuci mobil/siram tanaman dengan selang 30 menit 180.0 Mesin cuci front loading 100.0 Mesin cuci top loading 150.0 Cuci piring dengan kran 15 menit 90.0 Cuci piring dengan sink 45.0 Sumber : Direktorat Pengembangan Air Minum, Ditjen Cipta Karya (2006)
yang
Jumlah pelanggan di Kota Medan dan sekitarnya, berjumlah 326.389 NPA. Klasifikasi pelanggan kebanyakan termasuk dalam klasifikasi rumah tangga, yang mencapai 88,8% (Data PDAM Tirtanadi tahun 2007). Bila dibagi antara jumlah pelanggan dengan kapasitas produksi, maka terdapat perbandingan bahwa 1 Ltr/dtk untuk 65 NPA atau rata-rata satu orang penduduk kota Medan menggunakan air sebanyak 265 Ltr/Hr. Tentunya hal ini merupakan jumlah yang sangat besar, mengingat kebutuhan air bersih per orang/hari untuk di daerah kota metropolitan, menurut data yang dikeluarkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum adalah sebesar 175 - 200 L/Org/Hr. Berdasarkan angka rencana standar pemakaian air domestik melalui Sambungan Rumah (SR), yang dikeluarkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum adalah sesuai Tabel 2.4 berikut ini. Tabel 2.4.Standar Pemakaian Air Domestik melalui Sambungan Rumah No. Jenis Daerah Pelayanan Kebutuhan air bersih (Ltr/Org/Hr) 1. Desa 60 2. Ibukota Kecamatan 60 - 90 3. Kota Kecil 90 – 120 4. Kota Sedang 120 – 150 5. Kota Besar 150 – 175 6. Kota Metropolitan 175 - 200 Sumber : NSPM Kementerian Pekerjaan Umum, 2007 Oleh karena itu, sangatlah penting untuk meneliti angka kebutuhan rata-rata yang sedekat mungkin dengan realitas yang ada, sehingga dengan angka tersebut dapat diprediksi angka kebutuhan air bersih guna perencanaan kebutuhan beberapa tahun ke depan. Selain itu, dengan kebutuhan air bersih yang semakin meningkat, maka harus pula dipenuhi kebutuhan air bakunya, yang ketersediaannya semakin lama semakin menurun.
2.5 KETERSEDIAAN AIR Upaya melindungi sumber air baku, saat ini mendapatkan perhatian yang cukup serius dari pemerintah. Hal ini berangkat dari kesadaran masyarakat dan pemerintah bahwa sumber air sebagai unsur lingkungan yang vital merupakan salah satu sumber daya alam yang dapat menjamin berlanjutnya kehidupan. Berbagai peraturan perundang-undangan dikeluarkan seperti yang dituangkan dalam Undang-undang No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang, UU No. 23/1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, UU No.41/1999 tentang Kehutanan, UU No.7/2004 tentang Sumber Daya Air. Peraturan-peraturan pelaksanaannya antara lain dituangkan dalam Peraturan Pemerintah No.22/1982 tentang Tata Pengaturan Air, PP 27/1991 tentang Rawa, PP 35/1991 tentang Sungai, PP 82/2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, PP 16/2004 tentang Penatagunaan Tanah dan Keppres No. 32/1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung.
3. METODE PENELITIAN 3.1 TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di Kota Medan, yaitu pada wilayah pelayanan PDAM Tirtanadi, yang tersebar pada 14 (empat belas) cabang, yaitu Cabang Medan Kota, Cabang Tuasan, Cabang Sunggal, Cabang HM. Yamin, Cabang Cemara, Cabang Sei Agul, Cabang Belawan, Cabang Deli Tua, Cabang Amplas, Cabang Medan Labuhan, Cabang Denai, Cabang Sibolangit, Cabang Padang Bulan, dan Cabang Diski. Waktu penelitian direncanakan mulai bulan April tahun 2013 sampai dengan bulan Juni tahun 2013. Dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan, termasuk penyusunan laporan hasil penelitian.
3.2 RANCANGAN PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode Deskriptif yaitu pengumpulan data yang dilakukan untuk menjawab permasalahan yang ada dengan model pendekatan studi kasus. Metode deskriptif bertujuan untuk melukiskan fakta dan populasi dari suatu permasalahan tertentu pada suatu perusahaan/organisasi/ lingkungan tertentu secara aktual dan sistematis. Data yang digunakan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer didapat dari hasil wawancara langsung, observasi, kuisioner kepada responden. Teknik pengolahan data menggunakan aplikasi SPSS, dengan menggunakan analisis multiple regresi terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan dan permintaan air minum penduduk Kota Medan. Data sekunder diperoleh dari data kepustakaan, terdiri dari Coorporate Plan PDAM Tirtanadi Tahun 2006-2010, serta referensi lainnya yang terkait dengan judul penelitian. Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan Survei terhadap pelanggan PDAM Tirtanadi yang dipilih secara Stratified Random Sampling menurut cabang pelayanan /lokasi dan jenis tarif pelanggan.
3.3 VARIABEL YANG DIAMATI Total jumlah pelanggan PDAM Tirtanadi - Propinsi Sumatra Utara pada tahun 2004 adalah sebanyak 335,339 sambungan pelanggan, dan ini merupakan peningkatan dari jumlah pelanggan tahun 2001 sebanyak 294,898 sambungan pelanggan seperti dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut. Tabel 3.1 Jumlah pelanggan PDAM Tirtanadi, tahun 2001 – 2004 Area Pelayanan Tahun Medan dan sekitarnya KSO Area 2001 262,572 32,326 2002 274,118 35,235 2003 285,222 37,535 2004 294,821 40,518 Sumber : CP PDAM Tirtanadi 2004-2010, Mei 2006
Total 294,898 309,353 322,757 335,339
Variabel yang akan diamati adalah tingkat pemakaian air pada masing-masing klasifikasi dan jenis tarif pelanggan. Untuk penelitian ini, dibatasi hanya untuk pelanggan domestik atau rumah tangga. Hal ini dikarenakan persentase pelanggan rumah tangga sangat tinggi yaitu sebesar 88% (delapan puluh delapan persen).
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KARAKTERISTIK RESPONDEN PENELITIAN Responden dalam penelitian ini terdiri dari 100 responden pelanggan PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatera Utara yang berada dan tersebar di Kota Medan dan sekitarnya, merupakan satu sistem pelayanan penyediaan air minum. Karakteristik responden penelitian dideskripsikan berdasarkan tempat tinggal (disesuaikan menurut cabang pelayanan), jenis tarif pelanggan, pekerjaan, pendidikan terakhir dan lama tinggal. Hasil penelitian (Tabel 4.1) menunjukkan bahwa responden PDAM Tirtanadi berdasarkan cabang pelayanan, paling banyak terdapat di Cabang Padang Bulan (12%) dan paling sedikit terdapat di Cabang Belawan Kota (4%). Tabel 4.1
Karakteristik Responden PDAM Tirtanadi Berdasarkan Cabang Pelayanan No 1.
Nama Cabang
Jumlah 4
Persentase (%) 4
Amplas
2.
Belawan Kota
4
4
3.
Cemara
4
4
4.
Deli Tua
6
6
5.
Diski
8
8
6.
HM Yamin
7
7
7.
Medan Denai
11
11
8.
Medan Kota
10
10
9.
Medan Labuhan
6
6
10.
Padang Bulan
12
12
11.
Sei Agul
10
10
12.
Sunggal
8
8
13.
Tuasan
10
10
100
100
Jumlah
Hasil penelitian karakteristik responden berdasarkan jenis tarif, diperoleh gambaran responden yang paling dominan adalah RT-2 dan RT-3 dengan presentase masing-masing sebesar 38% dan 37%. Responden penelitian ini sudah sesuai dengan gambaran pelanggan PDAM karena sesuai data PDAM bahwa pelanggan RT-2 dan RT-3 mencapai 38% (Tabel 4.2).
Tabel 4.2. Karakteristik Responden PDAM Tirtanadi Berdasarkan Jenis Tarif No 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Jenis Tarif RT-1 RT-2 RT-3 RT-4 RT-5 RT-6 Jumlah
Jumlah 2 38 37 18 4 1 100
Persentase (%) 2 38 37 18 4 1 100
Hasil penelitian karakteristik responden berdasarkan pekerjaan, diperoleh gambaran responden yang paling dominan adalah pegawai swasta dengan persentase sebesar 40%. Karakteristik responden sebesar 66% adalah pegawai menunjukkan bahwa responden dapat diberikan penyuluhan efisiensi pemakain air bersih, sehingga ketersediaan air bersih dapat lebih banyak dinikmati oleh masyarakat kota Medan (Tabel 4.3). Tabel 4.3. Karakteristik Responden PDAM Tirtanadi Berdasarkan Pekerjaan No 1. 2. 3. 4. 5.
Pekerjaan Ibu Rumah Tangga Pegawai Negeri Pegawai Swasta Wiraswasta Pensiunan Jumlah
Jumlah 2 26 40 25 7 100
Persentase (%) 2 26 40 25 7 100
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa responden yang jumlah penghuni rumah paling dominan sebanyak 5 orang dengan presentase sebesar 30% dan diikuti oleh jumlah penghuni rumah 4 orang dengan persentase sebesar 25%. Tabel 4.4.
Karakteristik Responden PDAM Tirtanadi Berdasarkan Jumlah Penghuni Rumah No 1. 2. 3. 4. 5.
Jumlah Penghuni Rumah <4 Orang 4 Orang 5 Orang 6 Orang >6 Orang Jumlah
Jumlah 15 25 30 16 14 100
Persentase (%) 11 25 30 16 6 100%
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan terakhir responden paling dominan SMU/SMK dengan presentase sebesar 58%, diikuti oleh responden S-1 dengan presentase sebesar 30%. Hal ini menggambarkan bahwa responden pada penelitian ini telah memiliki tingkat pendidikan yang baik, sehingga hasil kualiatas jawaban responden pada penelitian ini dapat dianggap mewakili pelanggan PDAM Tirtanadi. Karakteristik responden dimana 33 % adalah S-1 dan S-2 menunjukkan bahwa responden mempunyai informasi dan pengetahuan yang cukup tentang efisiensi pemakaian air bersih dan ketersediaan air bersih. Bila pemerintah mempunyai program penyuluhan efisiensi pemakaian air berih pada responden dengan tingkat pendidikan seperti ini, dapat diasumsikan bahwa penyuluhan tersebut dapat dimengerti dengan baik dan program dapat dilaksanakan. Tabel 4.5.
Karakteristik Responden PDAM Tirtanadi Berdasarkan Pendidikan Terakhir No 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Pendidikan SD SMP SMU/SMK Diploma S-1 S-2 Jumlah
Jumlah 2 4 58 3 30 3 100
Persentase (%) 2 4 58 3 30 3 100%
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa lama tinggal responden yang paling dominan adalah yang 11-20 Tahun dengan presentase sebesar 31%, dan diikuti lama tinggal responden 7-10 Tahun dengan presentase sebesar 24%. Hal ini menggambarkan bahwa responden pada penelitian ini telah memiliki pengetahuan yang cukup tentang pelayanan yang diberikan PDAM Tirtanadi pada daerah tempat tinggal mereka masing-masing. Tabel 4.6.
Karakteristik Responden PDAM Tirtanadi Berdasarkan Lama Menempati Rumah No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Lama Tinggal 1-6 Tahun 7-10 Tahun 11-20 Tahun 21-30 Tahun 31-40 Tahun 41-50 Tahun 51-60 Tahun Jumlah
Jumlah 10 24 31 23 5 5 2 100
Persentase (%) 10 24 31 23 5 5 2 100
Tabel 4.7 menunjukkan bahwa jumlah penghasilan perbulan responden yang paling dominan adalah yang jumlah penghasilan perbulan antara 1 s.d. 2,5 juta rupiah dengan presentase sebesar 58%, diikuti responden yang jumlah penghasilan perbulan antara 2,5 s.d. 5 juta rupiah dengan presentase sebesar 36%. Hal ini menggambarkan bahwa responden pada penelitian ini telah memiliki penghasilan yang cukup untuk membayar biaya pelayanan air minum yang diberikan PDAM Tirtanadi pada daerah tempat tinggal mereka masing-masing. Tabel 4.7.
Karakteristik Responden PDAM Tirtanadi Berdasarkan Jumlah Penghasilan No 1. 2. 3. 4.
Lama Tinggal < 1 Juta Rupiah 1 – 2,5 Juta Rupiah 2,5 – 5 Juta Rupiah > 5 Juta Rupiah Jumlah
Jumlah 2 58 36 4 100
Persentase (%) 2 58 36 4 100%
4.2 ANALISIS REGRESI DAN KORELASI Uji korelasi dilakukan dengan menggunakan SPSS, pada level of significant atau taraf nyata 0,5. Analisis korelasi Pemakaian Air Harian Perkaitan dari hasil output SPSS adalah sebagai berikut : 1.
Koefisien korelasi Pemakaian Air Harian Perkapita dengan Mandi 0,718 berarti keeratan korelasi Pemakaian Air Harian Perkapita dengan Mandi sangat kuat. Artinya Pemakaian Air Harian Perkapita berkorelasi dengan Mandi. 2. Koefisien korelasi Pemakaian Air Harian Perkapita dengan Cuci Pakaian 0,507 berarti keeratan korelasi Pemakaian Air Harian Perkapita dengan Cuci Pakaian kuat. Artinya Pemakaian Air Harian Perkapita berkorelasi dengan Cuci Pakaian. 3. Koefisien korelasi Pemakaian Air Harian Perkapita dengan Cuci Piring 0,576 berarti keeratan korelasi Pemakaian Air Harian Perkapita dengan Cuci Piring sangat kuat. Artinya Pemakaian Air Harian Perkapita berkorelasi dengan Cuci Piring. 4. Koefisien korelasi Pemakaian Air Harian Perkapita dengan Cuci Kamar Mandi/WC 0,346 berarti keeratan korelasi Pemakaian Air Harian Perkapita dengan Cuci Kamar Mandi/WC sangat lemah. Artinya Pemakaian Air Harian Perkapita berkorelasi dengan Cuci Kamar Mandi/WC. 5. Koefisien korelasi Pemakaian Air Harian Perkapita dengan Cuci Kendaraan 0,181 berarti keeratan korelasi Pemakaian Air Harian Perkapita dengan Cuci Kendaraan sangat lemah. Artinya Pemakaian Air Harian Perkapita tidak berkorelasi dengan Cuci Kendaraan. 6. Koefisien korelasi Pemakaian Air Harian Perkapita dengan Siram Tanaman 0,252 berarti keeratan korelasi Pemakaian Air Harian Perkapita dengan Mandi lemah. Artinya Pemakaian Air Harian Perkapita berkorelasi dengan Siram Tanaman . Untuk pemakaian air perbulan dan pemakaian air harian perkapita, analisis korelasi dari hasil output SPSS adalah sebagai berikut :
1.
Koefisien korelasi Pemakaian Air Perbulan dengan Jenis Tarif 0,003 berarti keeratan korelasi Pemakaian Air Perbulan dengan Jenis Tarif sangat lemah. Artinya Pemakaian Air Perbulan tidak berkorelasi dengan Jenis Tarif. 2. Koefisien korelasi Pemakaian Air Perbulan dengan Jumlah Penghasilan 0,140 berarti keeratan korelasi Pemakaian Air Perbulan dengan Jumlah Penghasilan sangat lemah. Artinya Pemakaian Air Perbulan tidak berkorelasi dengan Jumlah Penghasilan. 3. Koefisien korelasi Pemakaian Air Perbulan dengan Jumlah Penghuni Rumah 0,609 berarti keeratan korelasi Pemakaian Air Perbulan dengan Jumlah Penghuni Rumah kuat. Artinya Pemakaian Air Perbulan berkorelasi dengan Jumlah Penghuni Rumah. 4. Koefisien korelasi Pemakaian Air Harian Perkapita dengan Jenis Tarif 0,009 berarti keeratan korelasi Pemakaian Air Harian Perkapita dengan Jenis Tarif sangat lemah. Artinya Pemakaian Air Perharian Perkapita tidak berkorelasi dengan Jenis Tarif. 5. Koefisien korelasi Pemakaian Air Harian Perkapita dengan Jumlah Penghasilan 0,140 berarti keeratan korelasi Pemakaian Air Harian Perkapita dengan Jumlah Penghasilan sangat lemah. Artinya Pemakaian Air Perharian Perkapita tidak berkorelasi dengan Jumlah Penghasilan. 6. Koefisien korelasi Pemakaian Air Harian Perkapita dengan Jumlah Penghuni Rumah 0,014 berarti keeratan korelasi Pemakaian Air Harian Perkapita dengan Jumlah Penghuni Rumah sangat lemah. Artinya Pemakaian Air Harian Perkapita tidak berkorelasi dengan Jumlah Penghuni Rumah. Dari hasil penelitian, pemakaian air harian perkapita memiliki keeratan sangat kuat dengan kebutuhan air untuk mandi; serta memiliki keeratan kuat dengan kebutuhan air untuk cuci pakaian dan cuci piring. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan di negara Eropa, yaitu mandi merupakan kebutuhan air domestik yang paling besar, lalu diikuti dengan cuci pakaian. Namun kebutuhan air untuk cuci KM/WC (flushing toilet) lebih besar dibandingkan dengan kebutuhan untuk cuci piring. Hal ini disebabkan di negara Eropa sistem penggelontoran toilet/WC sebahagian besar memakai pompa, sedangkan di Indonesia peralatan tersebut masih jarang digunakan. Jumlah penghuni rumah mempengaruhi pemakaian air perbulan, namun jenis tarif dan jumlah penghasilan tidak mempengaruhi pemakaian air perbulan. Hal ini menunjukkan bahwa air merupakan kebutuhan pokok tanpa melihat strata masyarakat. Dari hasil penelitian, diketahui bahwa pemakaian air harian perkapita tidak berkorelasi dengan jenis tarif, jumlah penghasilan, dan jumlah penghuni rumah. Hal ini menunjukkan bahwa pemakaian air harian perkapita lebih dipengaruhi oleh besar kebutuhan air untuk keperluan sehari-hari, seperti mandi, cuci pakaian, cuci piring, cuci KM/WC, dan siram tanaman. Berdasarkan output SPSS maka persamaan regresi dapat ditumuskan sebagai berikut : Y = 70,008 + 3,529 x1 + 4,909 x2 + 4,742 x3 + 9,359 x4 + 0,804 x5 + 17,794 x6
(4.1)
Interpretasi dari persamaan regresi linier berganda adalah sebagai berikut : a. Jika segala sesuatu pada variabel bebas dianggap konstan maka besar pemakaian air sebesar 70,008 Ltr/org/hari. b. Jika terjadi penambahan pemakaian air mandi sebesar 1 Ltr/org/hari dan segala sesuatu pada variabel bebas lainnya dianggap konstan, maka pemakaian air akan meningkat sebesar 3,529 Ltr/org/hari. c. Jika terjadi penambahan pemakaian air cuci pakaian sebesar 1 Ltr/org/hari dan segala sesuatu pada variabel bebas lainnya dianggap konstan, maka pemakaian air akan meningkat sebesar 4,909 Ltr/org/hari. d. Jika terjadi penambahan pemakaian air cuci piring sebesar 1 Ltr/org/hari dan segala sesuatu pada variabel bebas lainnya dianggap konstan, maka pemakaian air akan meningkat sebesar 4,742 Ltr/org/hari. e. Jika terjadi penambahan pemakaian air cuci KM/WC sebesar 1 Ltr/org/hari dan segala sesuatu pada variabel bebas lainnya dianggap konstan, maka pemakaian air akan meningkat sebesar 9,359 Ltr/org/hari. f. Jika terjadi penambahan pemakaian air cuci kendaraan sebesar 1 Ltr/org/hari dan segala sesuatu pada variabel bebas lainnya dianggap konstan, maka pemakaian air akan meningkat sebesar 0,804 Ltr/org/hari. g. Jika terjadi penambahan pemakaian air siram tanaman sebesar 1 Ltr/org/hari dan segala sesuatu pada variabel bebas lainnya dianggap konstan, maka pemakaian air akan meningkat sebesar 17,794 Ltr/org/hari. Dari persamaan (4.1) diketahui bahwa konstanta regresi sebesar 70,008 Ltr/org/hari, artinya besar pemakaian air tanpa adanya pengaruh variabel bebas lainnya, pemakaian air sebesar 70,008 Ltr/org/hari. Konstanta ini di atas standar kebutuhan pokok air minum yang ditetapkan dalam Permendagri No. 23 Tahun 2006, yaitu 60 Ltr/org/hari. Semakin besar pemakaian minimal, maka jumlah SR yang dapat menjadi pelanggan, akan semakin sedikit; atau akan selalu ada kekurangan pasokan air minum. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa variabel bebas seperti pemakaian air untuk cuci pakaian, cuci piring, dan cuci kendaraan secara parsial tidak berpengaruh terhadap pemakaian air harian perkapita; namun pemakaian air
untuk mandi, cuci KM/WC, dan siram tanaman secara parsial berpengaruh terhadap pemakaian air harian perkapita. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan air untuk individu (seperti mandi dan cuci KM/WC, serta siram tanaman) memberi kontribusi yang besar dalam pemakaian air harian perkapita; namun kegiatan domestik lainnya seperti cuci pakaian, cuci piring, dan cuci kendaraan yang diasumsikan dapat dilakukan secara bersamaan ataupun secara berkala, tidak memberi kontribusi nyata dalam pemakaian air total harian. Bila temuan ini dibandingkan dengan hasil-hasil penelitian sebelumnya, diindikasikan untuk kegiatan pemakaian air domestik yang dapat dilakukan secara bersama-sama dan berkala seperti cuci pakaian, cuci piring dan cuci kendaraan, tidak memberi kontribusi besar. Faktor-faktor internal yang mempengaruhi permintaan air minum PDAM Tirtanadi adalah kebutuhan air untuk mandi, cuci pakaian, cuci piring, cuci KM/WC, cuci kendaraan dan siram tanaman; secara bersama-sama berpengaruh terhadap besarnya permintaan air minum. Mandi, cuci KM/WC dan siram tanaman secara parsial berpengaruh terhadap besarnya pemakaian air harian perkapita. Dari hal tersebut, penambahan jumlah penghuni rumah tidak signifikan menambah pemakaian air bersih untuk keperluan cuci pakaian, cuci piring, dan cuci kendaraan. Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi permintaan air minum PDAM Tirtanadi adalah kebutuhan air minum semakin meningkat dari tahun ke tahun, hal ini disebabkan adanya pertambahan jumlah penduduk. PDAM Tirtanadi sebagai operator pelayanan air minum dan Pemerintah serta Pemerintah Daerah sebagai regulator, harus mampu membuat rencana pengembangan sistem penyediaan air minum yang ada untuk mengimbangi pertambahan jumlah penduduk. Rata-rata pemakaian air perbulan dari hasil penelitian sebesar 30,4048 m3. Data pemakaian air perbulan PDAM Tirtanadi tahun 2004 sebesar 29,10 m3 dan kenaikan rata-rata pertahun sebesar 0,25 m3. Jadi rata-rata pemakaian air perorang perbulan dengan asumsi 1 SR ekivalen 5 jiwa, adalah sebesar 5,82 m3 s.d. 6,08 m3 atau sebesar 194 s.d. 202 Lt/org/hr. Dari hasil penelitian, didapat rata-rata pemakaian air perorang perhari sebesar 202 L/org/hr. Bila dibandingkan dengan pemakaian air domestik di negara Eropa, berkisar antara 115 s.d. 150 L/org/hr; serta standar pemakaian air domestik Kementerian Pekerjaan Umum, berkisar 175 s.d. 200 Lt/org/hr maka disimpulkan bahwa pola pemakaian air penduduk Kota Medan cenderung boros. Faktor-faktor internal yang mempengaruhi ketersediaan air minum PDAM Tirtanadi adalah perilaku/pola pemakaian air yang boros (sesuai hasil penelitian, pemakaian minimal sebesar 70 Ltr/org/hari), sedangkan Pemerintah menetapkan standar kebutuhan pokok sebesar 60 Ltr/org/hari. Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi ketersediaan air minum PDAM Tirtanadi adalah kapasitas air baku untuk air minum dari sumber-sumber air baku yang ada. Hingga tahun 2020 dibutuhkan 8.723 Ltr/dt. Menurut data tahun 2008, jumlah SR sebanyak 326.389 SR; dan pada tahun 2011 jumlah SR sebanyak 368.482. Rata-rata pertambahan SR setiap tahun mulai tahun 2007 s.d. 2011 sebanyak 10.500 SR. Diasumsikan pertambahan jumlah SR hingga tahun 2020 sebanyak 136.500 SR, sehingga tahun 2020 terdapat 462.889 SR. Dari hasil penelitian diperoleh angka pemakaian rata-rata sebesar 202 L/org/hr, dan menambahkan losses sebesar 24% maka akan didapat bahwa pada tahun 2020, dengan jumlah sambungan sebanyak 462.889 SR, sehingga diperoleh kebutuhan air minum penduduk Kota Medan sebesar 6.710 L/dt, dan kebutuhan air baku sebesar (130% x kebutuhan air minum) sebesar 8.723 L/dt. Saat ini sumber air baku yang dipergunakan untuk kebutuhan air minum Kota Medan terdiri dari Mata Air Sibolangit, Sungai Belawan, Sungai Sunggal, dan Sungai Belumai. Dengan asumsi debit sumber air baku tidak menurun hingga tahun 2020, maka dibutuhkan sebesar 2.163 L/dt (diperoleh dari kapasitas air baku tahun 2020 dikurangi kapasitas air baku tahun 2007). Potensi air permukaan DAS Belawan dan DAS Deli masing-masing sebesar 18,92 m3/dt dan 28,31 m3/dt (Balai Wilayah Sungai Sumatera II, 2009). Sehingga kapasitas air baku untuk air minum Kota Medan masih dapat diambil dari kedua DAS tersebut. Perlu dilakukan studi lebih lanjut untuk menentukan lokasi intake air baku tersebut, dengan terlebih dahulu menghitung water balanced. Pihak yang berwenang untuk mengeluarkan ijin pemanfaatan air baku untuk DAS Belawan dan DAS Deli adalah Balai Wilayah Sungai Sumatera II.
5.
KESIMPULAN
Setelah melakukan penelitian analisis faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan dan kebutuhan air minum penduduk Kota Medan, maka peneliti membuat kesimpulan yaitu : 1. Faktor internal yang mempengaruhi ketersediaan air minum penduduk Kota Medan adalah pola pemakaian air minimum penduduk sebesar 70 Ltr/org/hari; sedangkan faktor eksternalnya dipengaruhi oleh DAS Belawan dan DAS Deli yang masih mampu menyuplai air baku untuk air minum hingga tahun 2020. 2. Permintaan air minum penduduk Kota Medan dipengaruhi oleh faktor internal pemakaian air harian perkapita, yaitu mandi, cuci KM/WC, dan siram tanaman. Faktor eksternal dipengaruhi oleh pertambahan jumlah penduduk dan rencana pengembangan SPAM oleh PDAM Tirtanadi, yang harus mampu mengimbangi pertambahan jumlah penduduk Kota Medan. Adapun saran yang direkomendasikan peneliti adalah :
1.
2.
3.
Sumber air baku semakin hari semakin menurun kuantitas dan kualitasnya, terutama akibat perubahan tata guna lahan daerah tangkapan air. Untuk itu perlu ada suatu upaya terpadu antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah, dalam melindungi dan menjaga daerah tangkapan air sumber air baku, untuk mempertahankan kuantitas dan kualitas air baku. Pemakaian air yang cenderung naik dari tahun ke tahun, utamanya disebabkan oleh pola hidup penduduk, sehingga untuk mengubah kebiasaan dan pola hidup penduduk perlu ada kesadaran individu maupun komunal, dengan melakukan program peningkatan kesadaran lingkungan. Program ini bukan semata milik Pemerintah saja, namun semua elemen masyarakat hendaknya memulai kesadaran akan Gerakan Hemat Air. Memaksimalkan pemanfaatan air bekas mandi dan cuci, untuk dipergunakan pada kebutuhan domestik lainnya seperti siram tanaman, cuci KM/WC, dan cuci kendaraan. Hal ini membutuhkan penelitian lebih lanjut untuk memanfaatkan air bekas rumah tangga, tanpa dibuang langsung ke saluran drainase kota.
DAFTAR PUSTAKA Balai Wilayah Sungai Sumatera II. 2009. Rancangan Pola Pengelolaan SDA WS Belawan-Ular-Padang (Lanjutan). Keputusan Menteri Kesehatan No. 907 Tahun 2002, Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum. Nugroho, Bhuono Agung, SE, M.Si.,Akt. 2005. Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian dengan SPSS. Penerbit Andi. Yogyakarta. Pardede, Pontas M. 2007. Manajemen Strategik dan Kebijakan Perusahaan – Pedoman Utama Pembuatan Rencana Strategik (RENSTRA)/Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM). Universitas HKBP Nomensenm Medan, Sumatera Utara. PDAM Tirtanadi. 2006. Corporate Plan PDAM Tirtanadi Sumatera Utara 2006 – 2010. Medan. PDAM Tirtanadi. 2008. RPIJM Percepatan Perluasan Cakupan dan Peningkatan Pelayanan Air Minum. Medan. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 23 Tahun 2006, Pedoman Teknis dan Tata Cara Pengaturan Tarif Air Minum pada Perusahaan Daerah Air Minum. Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001, Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005, Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM). Sugiharto et all. 2003. Teknik Sampling. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Suliyono, Joko, S.Si. 2010. 6 Hari Jago SPSS. Penerbit Cakrawala. Yogyakarta. Susilastuti, Darwati. et all. Model Hubungan Penduduk dan Konversi Lahan Dengan Ketersediaan Air Bersih Untuk Perencanaan Pengelolaan Sumber Daya Air Melalui Metode System Dynamics di Kabupaten Bekasi. Jurnal Bumi Lestari, Volume 9 No. 2, Agustus 2009, hlm. 138 – 150.