Seminar Nasional Fakultas Teknik Geologi, Bandung 24 Mei 2014
Penetapan Prioritas Penyediaan Energi Primer Komersial di Indonesia Berdasarkan Pendekatan Metoda Analytical Hierarchy Process Oleh : Agus Wiramsya Oscar Program Pascasarjana Teknik Geologi Universitas Padjadjaran e-mail:
[email protected],Telp 08119625046 Abstrak Indonesia mengandalkan pembangunan dan energinya dari minyak bumi yang cukup melimpah di bumi Indonesia ini. Akan tetapi dengan kebutuhan yang sangat meningkat baik untuk memenuhi kebutuhan energi di dalam negeri maupun sebagai komoditas ekspor untuk membiayai pembangunan nasional dan keterbatasan sumberdaya alam, maka cadangan minyak bumi tersebut dalam waktu yang tidak terlampau lama akan tidak mencukupi dan untuk menjamin kelangsungan serta berkelanjutannya pembangunan nasional, kelestarian lingkungan hidup dan potensi sumberdaya alam secara menyeluruh, dan terjaminnya pembangunan yang berkesinambungan. Pemerintah telah menerapkan kebijakan konservasi dan diversifikasi energi. Selain itu pertumbuhan kebutuhan energi di Indonesia masih akan meningkat dibandingkan dengan negara-negara industri, dan oleh karena itu, perencanaan energi memerlukan pendekatan yang inovatif dan berorientasi ke pemanfaatan teknologi secara optimum. Metode Analytical Hierarchy Process digunakan sebagai alat pendukung keputusan dalam menentukan penetapan prioritas penyediaan energi primer komersial di Indonesia, yang diharapkan akan memberikan kontribusi arah-arah pemikiran baru dalam pengelolaan sistem energi nasional, dan pensintesaannya dapat dijadikan rujukan dalam menggariskan pola pengelolaan yang disatu sisi mampu beradaptasi terhadap dinamika perubahan nasional dan global, dan sisi lain tidak hanyut dalam gelombang perubahan tersebut. Energi memegang peran yang menentukan dalam keberhasilan usaha pembangunan Indonesia. Karena itu diversifikasi penyediaan energi di masa depan perlu dipikirkan dari sekarang. Formulasi permasalahan dalam penelitian ini menggunakan AHP dengan berbagai kriteria yang dikembangkan dalam penyediaan energi perlu mempertimbangkan beberapa aspek yang mencakup : pemenuhan permintaan, profitabilitas, pelestarian lingkungan dan ketersediaan (kemampuan penyediaan) serta teknologi. Di dalam penelitian ini, terhadap keseluruhan data penilaian dilakukan sintesis dan analisa AHP dihasilkan prioritas penyediaan energi
Geologi Untuk Meningkatkan Kesejateraan Masyarakat
105
Seminar Nasional Fakultas Teknik Geologi, Bandung 24 Mei 2014
primer yaitu batubara, minyak bumi, gasbumi serta panas bumi, dengan cakrawala waktu hingga tahun 2020. Hasil menunjukkan mengecilnya peran minyakbumi dalam penyediaan energi domestik, pada saat yang sama peran batubara meningkat. Panas bumi akan ditingkatkan pemanfaatannya, tetapi kendala alamiah menyebabkan secara relatif perannya justru mengecil. Sedangkan peran gas bumi walaupun secara absolut mengalami kenaikan besar namun karena meningkatnya konsumsi total bobot gas bumi secara relatif sedikit menurun.
Geologi Untuk Meningkatkan Kesejateraan Masyarakat
106
Seminar Nasional Fakultas Teknik Geologi, Bandung 24 Mei 2014
Abstract Indonesia relies its development and energy on petroleum which is available in large quantity in this country. However, with the fast increasing demand for satisfying domestic needs and also for export commodities for financing or funding national economic development, and in connection with limitation of natural resources, Our petroleum deposits in near future will be diminished or exhausted and for assuring continuity and sustainability of our national development, environmental conservation, and overall potential of natural resources, and also for securing the sustainable development. Our government have adopted conservation and diversification policies. In addition, the growth of energy consumption in Indonesia will still be increase as compared to those of industrialized countries and, therefore, our energy planning should be based on an innovative approach oriented toward optimum utilization of technology. The analytical hierarchy process method was adopted as a supporting means for decision on determining the priority ranks of supply of commercial primary energy in Indonesia, which contributes to the formulation of new directions for national energy system management, and its synthesis can become a reference for formulating management pattern which, on one side, can adapt the dynamics of national and global changes and, on the other side, will not be confused by the changing waves it self. Energy plays a key role in the success of Indonesia’s development efforts. Therefore, future diversification of energy supply should be now considered. Formulation of problem in this research used AHP (analytical hierarchy process) with various criteria developed for energy availability should consider several aspects, including : meeting supply, profitability, environment conservation, availability and technology. In this research, evaluation of all data was made after synthesis and analytical hierarchy process method derived the priority ranks of primary energy supply that are coal, fuel oil, natural gas and geothermal, with the period until 2020. Results of this research revealed the decrease of role of natural or fuel oil in the supply of domestic energy, while the role of coal increased steadily. Utilization of geothermal energy will be increased, but natural constraints caused the relatively lower role for the geothermal energy. Although the role of natural gas showed an absolutely increased role, the total weight of gas consumption showed a relative lower pace.
Geologi Untuk Meningkatkan Kesejateraan Masyarakat
107
Seminar Nasional Fakultas Teknik Geologi, Bandung 24 Mei 2014
gas bumi melaju lebih cepat (naik ratarata 14.82% setiap tahun) dari 3.1 juta SBM menjadi 85.4 juta SBM, sehingga pangsa konsumsi energi dari gas bumi juga naik dari 6.19% pada tahun 1969/70 menjadi 19.87% pada tahun 1993/1994 (Akhir Pelita V). Demikian pula batubara mengalami kenaikan pesat (laju rata-rata kenaikan 17.34% per tahun) sehingga pangsanya meningkat dari 1.4% menjadi 7.56% dalam kurun waktu yang sama. Sedangkan potensi energi panas bumi yang dimanfaatkan sampai akhir PJP I baru setara 3.61 juta SBM atau naik dari 0.01% pada tahun 1981/1983. Tabel 1 dan Gambar 1 Menggambarkan perubahan komposisi konsumsi energi primer selama PJP I.
PENDAHLUAN LATAR BELAKANG Penggunaan sumberdaya energi Indonesia terus meningkat seperti terlihat dari kenaikan konsumsi energi primer komersial yang terdiri dari minyak bumi, gas bumi, batubara, panas bumi dan tenaga air. Pada awal Pelita I pangsa minyak bumi dalam penyediaan energi Indonesia berkisar 87.62% dan di akhir PJP I telah berhasil diturunkan menjadi 65.22%. Konsumsi minyak bumi selama Pembangunan Jangka Panjang ke 1 (1969/19701993/1994) naik enam kali lipat dari 43.9 juta setara barrel minyak (SBM) pada awal Pelita I menjadi 280.4 juta SBM di akhir Pelita V atau laju rata-rata 8.03% pertahun. Sedangkan konsumsi
Tabel 1. Konsumsi Energi Primer Selama PJP I (dalam Juta SBM) - Sumber : DPE, 1995 Tahun
1969/70 1973/74 1978/79
1983/84
1988/89
1993/94
x x x x x x x 106 x X 106 x x 106 x 106 100% 106 100% 106 100% 100% 100% 100% Minyak Bumi
43. 0.87 70. 0.89 12 0.83 170. 0.75 190. 0.62 280. 0.65 9 62 6 82 9.9 75 3 32 1 97 4 22
Gas Bumi
3.1 0.06 3.2 0.04 20. 0.13 42.7 0.18 69.9 0.23 85.4 0.19 19 07 7 35 89 15 87
Batubara
0.7 0.01 0.6 0.00 0.7 0.00 4 76 45
1.1
0.00 19.9 0.06 32.5 0.07 49 59 56
0.4
0.00 18
2
0.00 66
3.6 0.00 84
Tenaga Air 2.4 0.04 4.2 0.05 3.8 0.02 11.6 0.05 79 34 45 13
20
0.06 62
28
Panas Bumi
-
-
-
-
-
-
0.06 51
Geologi Untuk Meningkatkan Kesejateraan Masyarakat
108
Seminar Nasional Fakultas Teknik Geologi, Bandung 24 Mei 2014
Jumlah
50. 1
1
78. 6
PELITA
1
15 5.1
1
226. 1
1
301. 9
1
429. 9
1
1988/89
1978/79
1969/70 0% Minyak Bumi
20%
40%
Gas Bumi
60% Batubara
80%
100% Panas Bumi
Gambar 1 Perubahan prosentase komposisi konsumsi energi primer selama PJP I Dari Tabel 1.1 dan Gambar 1.1 nampak bahwa telah terjadi pergeseran posisi. Walaupun secara absolut konsumsi minyak bumi meningkat tetapi secara relatif pangsanya menurun. Di pihak lain pangsa sumberdaya energi primer komersial lainnya meningkat. Sumbersumber energi alternatif, seperti energi surya, energi angin, biogas umumnya masih dalam tahap percontohan dan belum memberikan dampak yang berarti dalam konsumsi energi secara keseluruhan. KERANGKA PEMIKIRAN Masuknya kepentingan-kepentingan baru dalam masalah penyediaan energi menjadikan semakin penting untuk mengkaji pilihan energi sekarang dan di masa depan. Penyediaan energi memang merupakan masalah pilihan karena terdapat beberapa alternatif yang masing-masing memberikan konsekuensi jangka pendek dan jangka panjang yang berlebihan. Sesuai dengan Kebijaksanaan Umum Bidang Energi (KUBE) yang diterbitkan oleh
BAKOREN (Badan Koordinasi Energi Nasional), April 1990, arah dan kebijaksanaan pembangunan bidang energi adalah : Pengelolaan energi secara hemat dan efisien dengan mempertimbangkan kebutuhan dalam negeri, peluang eksport dan kelestarian energi untuk jangka panjang. Penghematan energi Peningkatan penguasaan IPTEKS (Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni) mengenai pengadaan dan pemanfaatan energi Peningkatan pembangunan sarana penyediaan tenaga listrik baik untuk perkotaan maupun pedesaan. Selanjutnya tujuan Kebijakan Energi Nasional yang telah dirumuskan oleh Badan Koordinasi Energi Nasional tahun 1990 tersebut adalah sebagai berikut : Intensifikasi eksplorasi berbagai sumber energi
Geologi Untuk Meningkatkan Kesejateraan Masyarakat
109
Seminar Nasional Fakultas Teknik Geologi, Bandung 24 Mei 2014
Konservasi energi/penggunaan energi secara efisien Diversifikasi dan perlindungan sumber energi Pengembangan energi non minyak Peningkatan penggunaan energi non minyak
4.
Tujuan Kebijakan Energi Nasional Mengurangi ketergantungan pada minyak bumi Menjamin ketersediaan energi dalam negeri dengan harga yang wajar Strategi yang diambil Pemerintah mengikuti pokok-pokok berikut : 1. Pemanfaatan sumberdaya energi khususnya sumberdaya fosil diarahkan untuk memberikan nilai tambah yang sebesar-besarnya, baik sebagai energi maupun sebagai bahan baku. 2. Pemanfaatan energi dalam dua dasawarsa mendatang telah mencapai tingkat daya guna yang lebih tinggi karena penerapan teknologi baru dan karena wilayah pembangunan telah lebih merata dengan sentra industrinya telah memacu kepada letak sumberdaya energi. 3. Pola pemanfatan sumberdaya energi akan lambat laun beralih dari pengurangan ketergantungan pada minyak bumi pada saat ini, menuju kepada pengurangan
5.
6.
7.
8.
9.
ketergantungan pada jenis-jenis energi tertentu lainnya terutama energi fosil. Pengembangan sumberdaya energi akan lebih berwawasan lingkungan hidup dari yang ditetapkan saat ini. Memelihara kelestarian dan kualitas lingkungan hidup ini tidak hanya dari aspek pemanfaatannya namun juga dari kelestarian sumberdayanya. Dengan menerapkan teknologi masa depan sumberdaya energi terbaharukan berskala besar terutama yang belum banyak dimanfaatkan, khususnya karena kendala geografis, akan ditingkatkan pemanfaatannya. Sumberdaya energi yang cadangannya marginal dan cara penyediaannya yang tak terpusat dari sumberdaya non-fosil akan dioptimalkan pemanfaatannya. Dari sisi pemanfaatan, membudayakan sikap hemat energi di kalangan masyarakat, yang ditunjang oleh teknologi dan prasarana yang berwawasan kepada pemanfaatan energi secara optimal. Mengusahakan penguasaan IPTEKS bidang energi, karena teknologi maju dan canggih semakin dominan. Memberikan kesempatan kepada swasta untuk ikut serta dalam pembangunan dan pengoperasian sarana penyediaan energi karena kemampuan negara makin terbatas.
Geologi Untuk Meningkatkan Kesejateraan Masyarakat
110
Seminar Nasional Fakultas Teknik Geologi, Bandung 24 Mei 2014
PERUMUSAN PERMASALAHAN
POKOK
Dari pernyataan kebijaksanaan Pemerintah di atas nampak bahwa dimensi pilihan yang dihadapi mempunyai rentang (range) yang luas, mulai dari pilihan jenis sumberdaya energi yang dikembangkan, pemilihan teknologi, sampai kepada pilihan tatanan pengusahaannya. Aspek yang menjadi perhatian juga tidak hanya aspek ekonomi (biaya) saja tetapi memperhatikan kelestarian lingkungan, pemenuhan kebutuhan lain, dan seterusnya. Konsiderasi yang datang dari beberapa dimensi itu, menjadi lebih kompleks jika kita memperpanjang cakrawala menjadi jangka panjang . Penelitian ini akan memberikan Gambaran prioritas dalam membuat kebijakan diversifikasi energi di masa depan di Indonesia. Prioritas diolah dari pendapat kalangan yang berkompetensi pada aspek-aspek tertentu dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) TUJUAN Tujuan penelitian adalah untuk menentukan prioritas diversifikasi energi primer komersial dalam upaya peningkatan kinerja para pengambil keputusan berdasarkan metode AHP dan diharapkan akan memberikan kontribusi arah-arah pemikiran baru
dalam pengelolaan sistem energi nasional, dan pensintesaannya dapat dijadikan rujukan dalam menggariskan pola pengelolaan yang disatu sisi mampu beradaptasi terhadap dinamika perubahan nasional dan global, dan sisi lain tidak hanyut dalam gelombang perubahan tersebut. PEMBATASAN MASALAH Untuk mendapat langkah pemecahan yang tepat dan menjaga supaya analisis yang dilakukan terarah, maka terhadap penelitian ini akan ditetapkan beberapa pengertian sebagai berikut :
Pembatasan lebih ditekankan pada metodologi, yang mencakup formulasi permasalahan identifikasi prioritas energi primer berdasarkan metode AHP. Elemen-elemen yang dikembangkan digunakan sebagai tolok ukur untuk pencapaian tujuan, untuk itu ditentukan bobot masing-masing elemen tersebut, dimana dalam pembobotan dianggap elemen-elemen dalam satu level tersebut tidak saling bergantung antara satu dengan lainnya. Hasil penelitian sangat bergantung dari kesediaan dan kemampuan para pengambil keputusan dalam pemberian penilaian survey penentuan prioritas energi primer dan keputusan (judgement) untuk pembobotan setiap elemen.
Geologi Untuk Meningkatkan Kesejateraan Masyarakat
111
Seminar Nasional Fakultas Teknik Geologi, Bandung 24 Mei 2014
Hasil penelitian tergantung dari keputusan (judgement) penulis dalam pemilihan tipe kriteria umum.
ANALISIS DAN SINTESIS Analisis dalam penentuan prioritas penetapan energi primer komersial di Indonesia dilakukan dengan metode pengambilan keputusan multikriteria, yaitu AHP. Diharapkan melalui penggunaan metode ini langkah keputusan yang diambil merupakan keputusan yang paling representatif untuk direalisasikan. Analisa dilakukan berdasarkan pada hasil pengolahan data dengan memperhatikan penilaian-penilaian yang dihasilkan. ANALISIS MODEL AHP Analisis Penyusunan Model Hirarki Proses penyusunan struktur hirarki merupakan langkah awal yang penting dalam penerapan pengambilan keputusan melalui AHP, mengingat hasil yang diperoleh AHP sangat tergantung pada struktur hirarki yang dikembangkan. Penyusunan struktur hirarki yang baik dan lengkap harus mencerminkan seluruh ruang lingkup permasalahan yang akan diselesaikan. Struktur hirarki yang diperoleh merupakan strukturisasi permasalahan ke dalam bentuk elemen-elemen yang disusun secara hirarki. Dengan demikian penyusunan hirarki mempertimbangkan tujuan yang akan
dicapai, faktor-faktor yang menjadi lingkup permasalahan dan hasil yang akan diharapkan. Proses hirarki analitik dalam penelitian diterapkan dalam masalah penetapan prioritas penyediaan energi primer komersial di Indonesia, tujuannya adalah untuk mengetahui intensitas kriteria yang ditetapkan dan prioritas-prioritas yang potensial yang memungkinkan untuk dipilih. Setiap elemen-elemen dari faktor-faktor yang dikembangkan mempunyai jenis dan jumlah yang sama, penetapan jumlah dan jenis elemen-elemen ini tidak mempunyai aturan yang baku. Dengan kata lain, penetapan ini semata-mata merupakan suatu proses kreatifitas yang sangat tergantung pada penilaian (judgment) peneliti atas pemahamannya pada permasalahan yang dihadapi dengan pertimbangan berbagai referensi. Analisis Terhadap Proses Penilaian Perbandingan Proses penilaian yang dilakukan dalam penelitian ini didasarkan pada metode proses analitik, di mana penilaian dilakukan dengan cara judgment. Dalam penelitian ini narasumber terpilih yang melakukan penilaian turut terlibat dalam proses formulasi permasalahan, dimana narasumber memiliki kontribusi besar yang berkaitan dengan penetapan prioritas energi primer komersial di Indonesia beserta persyaratannya.
Geologi Untuk Meningkatkan Kesejateraan Masyarakat
112
Seminar Nasional Fakultas Teknik Geologi, Bandung 24 Mei 2014
Hasil penilaian yang diproses dalam pengolahan AHP merupakan rata-rata dari dua puluh dua orang narasumber yang diperoleh dengan proses berulang. Pengulangan ini bertujuan untuk memberikan penilaian yang konsisten, pada sisi lain narasumber semakin memiliki pemahaman atas proses penelitian. Data akhir yang
diolah memiliki kategori konsisten, hal ini darpat dilihat dari hasil nilai rasio konsistensi penilaian tidak ada yang melebihi nilai 10 persen. Gambar 2 Menunjukkan hasil terakhir struktur hirarki yang lengkap untuk penetapan prioritas penyediaan energi primer komersial di Indonesia.
PRIORITAS PENYEDIAAN ENERGI PRIMER KOMERSIAL DI INDONESI LEVEL 1 : FOKUS
PERMINTAAN 0.274
KETERSEDIAAN 0.261
LINGKUNGAN 0.162
PROFITABILITAS 0.129
TEKNOLOGI 0.174
LEVEL 2 : FAKTOR
RUMAH TANGGA 0.091
TRANSPORTASI 0.094
INDUSTRI INDUSTRI 0.089
CADANGAN 0.105
PRODUKSI 0.071
PEMBANGKIT 0.086
PAJAK 0.033
BIAYA 0.096
KESEHATAN 0.073
EKOSISTEM 0.052
TANAH 0.037
EKPLORASI 0.075
EKSPLOITASI 0.058
PENGOLAHAN 0.041
LEVEL 3 : SUBFAKTOR
BATUBARA 0.243
MINYAK BUMI 0.324
GAS BUMI 0.298
PANAS BUMI 0.136
LEVEL 4 : ALTERNATIF
Gambar 2. Hasil Akhir Struktur Hirarki Penetapan Prioritas Penyediaan Energi Primer Komersial di Indonesia.
Data Hasil Penilaian Untuk Faktor Permintaan Penilaian hasil pengolahan AHP atas aspek permintaan merupakan bobot tertinggi dalam perbandingan antar faktor. Artinya faktor ini merupakan aspek yang memberikan kontribusi terbesar dalam penetapan prioritas penyediaan energi primer komersial di Indonesia. Atau dengan kata lain narasumber memandang bahwa faktor permintaan merupakan faktor yang lebih dominan dibandingkan dengan
faktor-faktor lainnya dalam penentuan prioritas diversifikasi energi primer komersial di Indonesia. Hasil pengolahan data dari tiga elemen atau sub faktor yang merupakan bagian yang diberi penilaian oleh narasumber pada faktor Permintaan, narasumber cenderung memberikan penilaian yang lebih penting atas sub faktor pada sektor transportasi, artinya sektor transportasi sebagai sektor pengkonsumsi terbesar energi. Walaupun penilaian ini diberikan
Geologi Untuk Meningkatkan Kesejateraan Masyarakat
113
Seminar Nasional Fakultas Teknik Geologi, Bandung 24 Mei 2014
berdasarkan pertimbangan bahwa sektor transportasi akan membawa pengaruh yang dominan dari pada sektor rumah tangga dan industri, tetapi secara keseluruhan permintaan energi oleh sektor transportasi, rumah tangga dan industri selama dua dasawarsa terakhir pada umumnya berimbang. Nilai bobot sub faktor terhadap tujuan untuk subfaktor sektor transportasi memiliki nilai sebesar 0.094, sektor rumah tangga 0.091, sedangkan subfaktor sektor industri memiliki nilai 0.089. Analisis Data Hasil Penilaian Untuk Faktor Ketersediaan Penilaian hasil pengolahan AHP atas aspek cadangan, produksi dan pembangkit bernilai 0.261 merupakan bobot pada urutan kedua dalam perbandingan antar faktor, artinya faktor ini merupakan aspek yang memberikan kontribusi kepentingan pada posisi kedua dalam penentuan prioritas penyediaan energi primer komersial di Indonesia. Hasil pengolahan data dari tiga elemen atau subfaktor yang merupakan bagian yang diberi penilaian oleh responden dalam faktor ketersediaan, narasumber cenderung memberikan penilaian yang lebih penting atas sub faktor cadangan pada penetapan prioritas energi primer komersial di Indonesia. Penilaian ini diberikan
berdasarkan pertimbangan bahwa cadangan akan membawa pengaruh yang dominan dibandingkan dengan sub faktor produksi dan pembangkit, hal ini didasarkan : Sumberdaya energi Indonesia sebagian besar berupa sumberdaya fosil, jadi akan terpakai habis dan tak terbaharukan. Dalam hal ini harus dilihat sumberdaya tersebut dari kacamata yang sedikit berbeda, yakni mengambil sikap dan selalu sadar bahwa : 1. Sumberdaya fosil itu akan terpakai habis/tak terbaharukan, jadi dalam pemanfaatannya harus direncanakan sebaik, setepat dan seefisien mungkin, juga dalam komposisi diversifikasi penggunaan energi primer komersial di Indonesia dikembangkan sesuai potensi wilayah dalam perencanaan energi territorial yang terpadu. harus juga dipersiapkan penggantinya dalam bentuk energi baru yang bersifat non pollutant, dan dapat diperbaharui dengan memanfaatkan teknologi energi bersih. 2. Sumberdaya energi fosil atau minyak bumi terlalu mahal untuk hanya dijadikan bahan bakar. Harus sudah dipikirkan bahwa dia lebih bermanfaat jika dijadikan bahan dasar industri. 3. Indonesia harus mempersiapkan era transisi untuk menjembatani pemanfaatan energi bersih secara bertahap, terencana dan systemik.
Geologi Untuk Meningkatkan Kesejateraan Masyarakat
114
Seminar Nasional Fakultas Teknik Geologi, Bandung 24 Mei 2014
Jadi, implikasinya terletak kepada kebijakan energi Indonesia yang jelas memperlihatkan usaha untuk secara bertahap pindah ke pemanfaatan teknologi energi bersih. Nilai bobot subfaktor terhadap tujuan untuk subfaktor cadangan memiliki nilai sebesar 0.105, sedangkan subfaktor produksi memiliki nilai 0.071 dan sub faktor pembangkit memiliki nilai 0.086. Analisis Data Hasil Penilaian Untuk Faktor Profitabilitas Penilaian hasil pengolahan AHP atas aspek profitabilitas bernilai 0.129 merupakan bobotterendah dalam perbandingan antar faktor, artinya faktor ini merupakan aspek yang memberikan kontribusi terkecil dalam penentuan penetapan prioritas penyediaan energi primer komersial di Indonesia. Atau dengan kata lain narasumber memandang bahwa faktor profitabilitas merupakan faktor kurang berpengaruh dibandingkan dengan faktor-faktor lainnya dalam penentuan prioritas energi primer komersial di Indonesia. Hasil pengolahan dari dua subfaktor yang merupakan bagian yang diberi penilaian oleh narasumber dalam faktor profitabilitas, narasumber cenderung memberikan penilaian yang lebih penting atas subfaktor biaya energi pada energi primer komersial sebagai penetapan prioritas. Penilaian
ini diberikan karena biaya akan membawa pengaruh yang dominan dibandingkan dengan subfaktor pajak, hal ini didasarkan bahwa pengendalian biaya akan berpengaruh pada harga energi dan komoditi sumberdaya energi, baik untuk penyediaan energi maupun sebagai bahan baku industri perlu mendapatkan perhatian utama. Jalan keluar untuk meniadakan subsidi dengan alur pendekatan yang elegant perlu dicari dan digariskan. Hal ini sangat penting, karena salah satu faktor yang membebani perkembangan industri energi dan anggaran pemerintah dengan akibat yang sangat meluas terhadap efisiensi perekonomian di Indonesia adalah biaya energi yang berakibat pada harga energi yang tidak pada harga ekonominya dan tidak mengikuti mekanisme pasar. Konsekuensi lain konversi energi dan diversifikasi energi, terutama upaya memfungsikan sumberdaya serta teknologi energi terbaharukan / tak terbaharukan juga menjadi terhambat. Perlunya reorientasi pemikiran diperlukan memberikan keringanan pajak supaya sumberdaya energi tak dan terbaharukan tersebut dapat kompetitif serta perlu dipertimbangkan digunakannya sebagian depletion premium yang diambil dari pajak migas (sekitar 10 – 20% dari total penerimaan migas), untuk pemanfaatan energi tersebut, membiayai pengembangan teknologi Energi bersih yang terbaharukan.
Geologi Untuk Meningkatkan Kesejateraan Masyarakat
115
Seminar Nasional Fakultas Teknik Geologi, Bandung 24 Mei 2014
Depletion premium adalah semacam dana reboisasi untuk mempertahankan stock hutan (di sini stock energi) yang seyogyanya jangan semuanya digunakan untuk sektor lain . Nilai bobot sub faktor terhadap tujuan, untuk subfaktor pajak memiliki nilai 0.033, sedangkan subfaktor biaya memiliki nilai 0.096. Analisis Data Hasil Penilaian Untuk Faktor Lingkungan Penilaian hasil pengolahan AHP atas aspek Lingkungan bernilai 0.162 merupakan bobot pada urutan keempat dalam perbandingan antar faktor, artinya faktor ini merupakan aspek yang memberikan kontribusi kepentingan pada posisi keempat dalam penetapan prioritas penyediaan energi primer komersial di Indonesia. Hasil pengolahan data dari tiga elemen atau sub faktor yang merupakan bagian yang diberi penilaian oleh narasumber dalam faktor lingkungan yang cenderung memberikan penilaian yang lebih penting atas sub faktor kesehatan. Penilaian ini ini diberikan berdasarkan pertimbangan bahwa kesehatan membawa pengaruh yang dominan dibandingkan dengan sub faktor ekosistem dan tanah, hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa pengusahaan sumberdaya energi dan penggunaannya mempunyai implikasi luas terhadap masalah pemeliharaan
fungsi dan kualitas yang mendiami lingkungan serta lingkungan itu sendiri, baik dalam skala lokal, regional dan global. Jangan sampai sektor energi menempuh pendekatan-pendekatan yang berakibat menutup tumbuh dan berkembangnya aktifitas produksi lain karena perusakan lingkungan yang bersumber dari sektor energi. Lebih luas lagi, perhatian ke arah masalah-masalah yang berkaitan dengan perubahan cuaca tak boleh diabaikan. Pertama untuk menjaga postur Indonesia di dunia Internasional, dan lebih penting lagi dapat menjaga kepentingan Indonesia dan negara berkembang lainnya dalam kancah percaturan pembentukan konvensi dan perjanjian dunia mengenai persoalan perubahan cuaca akibat efek rumah kaca. Ketidakpedulian terhadap masalah ini akan mendangkalkan kefahaman kompleksitas masalahnya, dan melemahnya kemampuan dalam ikut mempengaruhi jalannya percaturan di dalam proses-proses negosiasi yang berlangsung. Nilai bobot sub faktor terhadap tujuan untuk sub faktor kesehatan memiliki nilai sebesar 0.073, ekosistem bernilai 0.052 dan sub faktor tanah memiliki nilai 0.037. Analisis Data Hasil Penilaian Untuk Faktor Teknologi
Geologi Untuk Meningkatkan Kesejateraan Masyarakat
116
Seminar Nasional Fakultas Teknik Geologi, Bandung 24 Mei 2014
Penilaian hasil pengolahan AHP atas aspek teknologi bernilai 0.174 merupakan bobot pada urutan ketiga dalam perbandingan antar faktor, artinya faktor ini merupakan aspek yang memberikan kontribusi kepentingan pada posisi ketiga dalam penetuan penetapan prioritas penyediaan energi primer komersial di Indonesia. Hasil pengolahan dari tiga subfaktor yang merupakan bagian yang diberi penilaian oleh narasumber dalam faktor teknologi, narasumber cenderung memberikan penilaian yang lebih penting atas subfaktor eksplorasi. Penilaian ini diberikan karena ekplorasi akan membawa pengaruh yang dominan dibandingkan dengan subfaktor eksploitasi dan pengolahan, hal ini didasarkan bahwa tantangan indutri hulu minyak, gas bumi dan panas bumi serta batubara adalah eksplorasi, mencari dan menemukan cebakan/cadangan baru, di mana sumberdaya (resource) hanya berubah menjadi reserve bila ditemukan oleh eksplorasi. Ekstensif dengan melakukan ekplorasi di daerah yang belum terjamah (frontier, laut dalam dan baru) melalui penerapan konsep/metoda baru untuk merubah status sumberdaya hipotetik (hypotetical resources), sumberdaya spekulatif (speculative resouces) menjadi cadangan (reserves) atau dari cadangan tertunjuk (inferred reserves), cadangan terindikasi (indicated reserves) menjadi cadangan terukur
(measured reserves) dan meningkatkan kelayakan cadangan terukur dengan mengkaji ulang daerah lama serta mengaplikasikan teknologi baru seperti inovasi teknologi pemboran horizontal (horizontal drilling technology) dan multi lateral, untuk memproduksikan dan meningkatkan pengurasan cadangan lama termasuk implementasi teknologi eksploitasi minyak, gas dan panas bumi yang selama ini dikenal lebih ke arah pendekatan hidrodinamik dan pendekatan kimiawi, seperti yang dikenal pada saat ini dengan istilah IOR/EOR (Improved and / or Enhanced Oil Recovery), yang bertujuan meningkatkan perolehan minyak setelah usaha produksi secara primer tidak mampu lagi mengangkat minyak ke permukaan, dimana perolehan 20% sampai 35% dapat ditingkatkan menjadi 40% sampai 60% (secara teoritis). Sampai saat ini belum ditemukan teknologi baru yang dapat meningkatkan perolehan minyak lebih dari 60%. Lain halnya dengan sumur gas yang pada tahap primernya mampu memproduksi 70% sampai 85% dari jumlah gas yang terkandung di reservoir, sehingga bukan tahapan seperti EOR yang diperlukan, akan tetapi pemeliharaan tekanan reservoir agar tidak terjadi kondensasi gas di reservoir dan memperbesar lubang produksi agar memberikan kemampuan produksi yang tinggi.
Geologi Untuk Meningkatkan Kesejateraan Masyarakat
117
Seminar Nasional Fakultas Teknik Geologi, Bandung 24 Mei 2014
Pada sumur panas bumi, usaha-usaha peningkatan perolehan energi telah dilakukan pula, misalnya dengan cara reinjeksi lapangan panas bumi yang bertujuan untuk mensuplai air dari sumur injeksi, yang akan menjadi uap karena bersentuhan dengan batuan reservoir yang panas dan dikeluarkan di sumur produksi, sehingga memperpanjang kelangsungan produksi uap sumur panas bumi. Pemilihan dan pemfungsian teknologi sangat menentukan pola laku industri energi, baik yang berimplikasi kepada masalah lingkungan, efisiensi industri energi, dan daya saing sistem ekonomi secara keseluruhan. Penguasaan akan teknologi energi merupakan kunci untuk menentukan jalan keluarnya.
nilai sebesar 0.075, eksploitasi bernilai 0.058 dan sub faktor pengolahan memiliki nilai 0.041.
Analisis Data Hasil Penilaian untuk masing-masing Alternatif Energi Primer Penilaian hasil pengolahan AHP atas perbandingan antar alternatif kemudian memberikan hasil berupa urutan prioritas diantara masingmasing alternatif yang akan direalisasikan sebagai program perencanaan energi nasional yang sistemik, yang dilakukan oleh pemerintah. Hasil pembobotan dan urutan prioritas disajikan pada Tabel 2 dan Gambar 3
Nilai bobot sub faktor terhadap tujuan untuk sub faktor eksplorasi memiliki Tabel 2. Urutan Prioritas penyediaan Energi Primer Komersial Sekarang dan Masa yang Akan Datang Alternatif
Likelihood
Urutan Prioritas
Sekarang
Masa depan
Sekarang
Masa depan
Batubara
0.244
0.422
3
1
Minyak Bumi
0.322
0.125
1
4
Gas Bumi
0.298
0.249
2
2
Panas Bumi
0.136
0.184
4
3
Geologi Untuk Meningkatkan Kesejateraan Masyarakat
118
Seminar Nasional Fakultas Teknik Geologi, Bandung 24 Mei 2014
Nilai kemungkinan (likelihood) ini didasarkan atas nilai kepentingan antar alternatif berdasarkan intensitas kepentingan pada subfaktor-subfaktor yang dibandingkan. Berdasarkan hasil penelitian ini, prioritas penyediaan energi primer komersial di Indonesia sekarang secara keseluruhan adalah minyak bumi, gas bumi, batubara dan panas bumi, walaupun demikian pangsa minyak bumi terus diturunkan. Sedangkan prioritas penyediaan sumberdaya energi primer komersial masa depan di Indonesia adalah batubara dengan nilai pembobotan 0.442, gas bumi bernilai 0.249, panas bumi bernilai 0.184 dan minyak bumi adalah 0.125 .
Gambar 3 Gambaran Prioritas penyediaan Energi Primer Komersial Saat ini dan Masa yang Akan Datang di Indonesia Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas digunakan untuk melihat bagaimana sensitivitas dari prioritas akhir untuk alternatif energi primer, terhadap perubahan dalam penilaian pada tingkat kepentingan dari kriteria. Analisis ini dapat untuk memprediksi keadaan apabila terjadi perubahan yang cukup besar. Misalnya terjadi perubahan bobot prioritas atau urutan dari kriteria karena adanya perubahan kebijaksanaan.
PRIORITAS PENYEDIAAN ENERGI PRIMER SEKARANG DI INDONESIA
0.136 Prioritas 4
Energi Primer
Panas bumi
Prioritas 0.298 Prioritas 2
Gas bumi
0.322 Prioritas 1
Minyak bumi 0.244 Prioritas 3
Batubara 0
0.1
0.2
0.3
0.4
Bobot Prioritas
PRIORITAS PENYEDIAAN ENERGI PRIMER MASA DEPAN DI INDONESIA
0.184 Prioritas 3
Energi Primer
Panas bumi
Prioritas
0.249 Prioritas 2
Gas bumi 0.125 Prioritas 4
Minyak bumi
0.442 Prioritas 1
Batubara 0
0.1
0.2
0.3
Bobot Prioritas
0.4
0.5
Apabila dikaitkan dengan suatu periode waktu dapat dikatakan bahwa analisa sensitivitas adalah unsur dinamis dari suatu hirarki. Artinya penilaian yang dilakukan pertama kali dipertahankan untuk suatu jangka waktu tertentu dan adanya perubahan kebijaksanaan atau tindakan yang cukup dilakukan dengan analisis sensitivitas untuk melihat efek yang terjadi. Sensitivitas hirarki, bagaimanapun penting untuk implementasi kebijaksanaan, karena si pengambil keputusan (decision maker) dapat membuat antisipasi apabila ada sesuatu yang terjadi di luar perkiraannya.
Geologi Untuk Meningkatkan Kesejateraan Masyarakat
119
Seminar Nasional Fakultas Teknik Geologi, Bandung 24 Mei 2014
Bobot prioritas (outcome) yang didapat dari data hasil pengolahan data penilaian sangat tergantung pada struktur hirarki yang dikembangkan dan pada penilaian perbandingan pasangan relatif yang diberikan dari berbagai elemen-elemen permasalahan. Perubahan hirarki atau penilaian dapat merubah bobot prioritas yang dihasilkan.
Analisis Sensitivitas dengan grafik dinamik (Dynamic Sensitivity) memungkinkan untuk melihat perubahan dalam prioritas alternatif energi primer komersial dengan menaikkan atau menurunkan prioritas pada kriteria lain. Bar kriteria dapat ditingkatkan atau diturunkan, untuk melihat prioritas secara numerik dan kontribusi setiap kriteria pada setiap alternatif lihat Gambar 4 dibawah ini :
Gambar 4. Grafik sensitifitas dinamik model energi primer dengan tampilan prioritas Analisis Sensitivitas dengan grafik gradien (Gradient Sensitivity) menunjukkan bagaimana bobot alternatif berubah jika bobot kriteria berubah (Gambar 6.4, 6.5, 6.6, 6.7 dan 6.8). Grafik sensitivitas gradien yang ditunjukkan garis vertikal pada gambar tersebut, mewakili prioritas kriteria dan 4 garis diagonal adalah
alternatif pilihan energi primer komersial di Indonesia. Analisa penting (crucial analysis) diperoleh dari titik potong garis alternatif dengan garis prioritas kriteria (trade-off points). Titik-titik tersebut, jika bobot kriteria diubah (ke kiri atau ke kanan), maka bobot salah satu alternatif akan lebih besar dari yang lain.
Geologi Untuk Meningkatkan Kesejateraan Masyarakat
120
Seminar Nasional Fakultas Teknik Geologi, Bandung 24 Mei 2014
KESIMPULAN Dalam dunia yang kompleks, manusia dipaksa menanggulangi lebih banyak masalah daripada sumberdaya yang dimiliki untuk menanganinya. Yang dibutuhkan bukanlah cara berfikir yang lebih rumit, melainkan suatu kerangka yang memungkinkan untuk memikirkan masalah kompleks secara sederhana. Ada dua pendekatan mendasar untuk memecahkan masalah : pendekatan deduktif dan pendekatan sistem. Pada dasarnya, pendekatan deduktif memfokuskan pada bagian-bagian, sedang pendekatan sistem memusatkan pada pendekatan bekerjanya sistem secara keseluruhan. Metode Analytical Hierarchy Process (AHP), adalah pendekatan yang digunakan dalam menetapkan prioritas penyediaan energi primer komersial di Indonesia pada penelitian ini, mensinergikan kedua pendekatan di atas dalam satu kerangka yang logis dan terpadu. Manusia sering bukan makhluk yang logis. Seringkali mendasarkan pertimbangannya pada impresi samarsamar dari realitas lalu memakai logika untuk mempertahankan kesimpulannya. Metode AHP memberikan kerangka yang memungkinkan pengambilan keputusan yang efektif atas persoalan kompleks dengan jalan
menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan keputusan yang alami. Juga metode ini memecahkan suatu situasi yang kompleks, tak terstruktur ke dalam bagian-bagian komponennya, menata bagian atau variabel ini dalam suatu susunan hirarki, memberi nilai numerik pada pertimbangan subjektif tentang relatif pentingnya setiap variabel, dan mensintesis berbagai pertimbangan ini untuk menetapkan variabel mana memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut. Serta menyediakan struktur efektif untuk pengambilan keputusan secara berkelompok dengan memaksakan disiplin dalam proses pemikiran kelompok itu. Keharusan memberi nilai numerik pada setiap variabel masalah membantu para pengambil keputusan untuk mempertahankan pola-pola pikiran yang kohesif dan mencapai suatu kesimpulan. Selain itu adanya konsensus dalam pengambilan Keputusan kelompok memperbaiki konsistensi pertimbangan dan meningkatkan keandalan AHP sebagai alat pengambil keputusan. Formulasi permasalahan dalam penelitian ini menggunakan AHP dengan berbagai kriteria yang dikembangkan. Struktur hirarki penentuan penetapan prioritas penyediaan energi primer komersial di Indonesia terdiri dari empat hirarki, yaitu :
Geologi Untuk Meningkatkan Kesejateraan Masyarakat
121
Seminar Nasional Fakultas Teknik Geologi, Bandung 24 Mei 2014
PRIORITAS PENYEDIAAN ENERGI PRIMER KOMERSIAL DI INDONESIA LEVEL 1 : FOKUS
PERMINTAAN 0.274
KETERSEDIAAN 0.261
LINGKUNGAN 0.162
PROFITABILITAS 0.129
TEKNOLOGI 0.174
LEVEL 2 : FAKTOR
RUMAH TANGGA 0.091
TRANSPORTASI 0.094
INDUSTRI INDUSTRI 0.089
CADANGAN 0.105
PRODUKSI 0.071
PEMBANGKIT 0.086
PAJAK 0.033
BIAYA 0.096
KESEHATAN 0.073
EKOSISTEM 0.052
TANAH 0.037
EKPLORASI 0.075
EKSPLOITASI 0.058
PENGOLAHAN 0.041
LEVEL 3 : SUBFAKTOR
BATUBARA 0.243
MINYAK BUMI 0.324
GAS BUMI 0.298
PANAS BUMI 0.136
LEVEL 4 : ALTERNATIF
Gambar 5. Prioritas Penyediaan Energi Primer Komersial di Indonesia Hasil sintesis proses analisis hirarki memberikan urutan tingkat kepentingan antar faktor sebagai berikut : faktor Permintaan 0.274, faktor ketersediaan 0.261, faktor profitabilitas 0.129, faktor lingkungan 0.162, dan faktor teknologi 0.174. Hasil prioritas energi primer sebagai berikut : Minyak bumi 0.324, Gas bumi 0.298, Batubara 0.243, dan Panas bumi 0.136. Batubara merupakan energi primer masa depan. Bobot kebutuhan batubara untuk tahun 1997 sebesar 0.14 dan pada tahun 2020 sebesar 0.41. Persentase penyediaan batubara bagi kebutuhan energi primer domestik terus meningkat. Bobot kebutuhan minyak bumi untuk tahun 1997 sebesar 0.57 dan pada tahun 2020 sebesar 0.35. Minyak bumi yang cadangannya semakin berkurang (tanpa ada penemuan) diusahakan dikurangi peranannya oleh energi primer lainnya dalam menyediakan energi domestik. Bobot kebutuhan Gas bumi untuk tahun 1997 sebesar 0.23 dan pada tahun 2020 sebesar 0.20.
Peranan gas bumi akan semakin bertambah besar dalam penyediaan energi primer domestik. Bobot kebutuhan panas bumi untuk tahun 1997 sebesar 0.01 dan tahun 2020 sebesar 0.01 yang diusahakan terus pemanfaatannya. Dari hasil penelitian terlihat bahwa kenaikan kebutuhan batubara cukup menyolok sehingga peranan batubara sebagai energi primer masa depan menjadi besar untuk memenuhi kebutuhan energi, yaitu sebesar 41% dari total kebutuhan energi, sedangkan minyak bumi turun menjadi 35% pada akhir tahun 2020. Hal ini dimungkinkan mengingat bahwa potensi batubara cukup besar dibandingkan dengan jenis-jenis energi lain. Pengendalian harga dan komoditi sumberdaya energi, baik untuk penyediaan energi maupun sebagai bahan baku industri perlu mendapatkan perhatian utama. Jalan keluar untuk meniadakan subsidi dengan alur pendekatan yang elegant
Geologi Untuk Meningkatkan Kesejateraan Masyarakat
122
Seminar Nasional Fakultas Teknik Geologi, Bandung 24 Mei 2014
perlu dicari dan digariskan. Hal ini sangat penting, karena salah satu faktor yang membebani perkembangan industri energi dan anggaran pemerintah dengan akibat yang sangat meluas terhadap efisiensi perekonomian di Indonesia adalah harga energi yang tidak pada harga ekonominya dan tidak mengikuti mekanisme pasar. Konservasi energi dan diversifikasi energi, terutama upaya pemfungsian sumberdaya dan teknologi energi tak terbaharukan dan terbaharukan lainnya menjadi terhambat. Pola pengelolaan kebijaksanaan yang secara berkelanjutan, sengaja atau tidak sengaja, memelihara adanya subsidi terhadap harga energi merupakan penyakit yang secara tersembunyi melemahkan sistem energi nasional, maupun sistem ekonomi secara keseluruhan, juga menjadi penghambat bagi terwujutnya pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Pola alokasi pemanfaatan sumberdaya energi untuk ekspor dan pemenuhan kebutuhan dalam negeri merupakan masalah pelik. Di satu sisi ekspor sangat menentukan dalam perolehan devisa, tetapi di sisi lain pemenuhan energi dalam negeri tak boleh terganggu dan kecenderungan ke arah pengurasan sumberdaya energi akibat upaya pemenuhan keduanya harus dicegah. Alur alokasi optimal perlu dicari dan digariskan. Perolehan devisa
melalui ekspor energi secara tak langsung untuk dikaji secara tuntas. Pengusahaan sumberdaya energi dan penggunaannya mempunyai implikasi luas terhadap masalah pemeliharaan fungsi dan kualitas lingkungan, baik dalam skala lokal, regional maupun global. Jangan sampai sektor energi menempuh pendekatan-pendekatan yang berakibat menutup tumbuh dan berkembangnya aktifitas produksi lain karena perusakan lingkungan bersumber dari sektor energi. Pemilihan dan pemfungsian teknologi sangat menentukan pola laku industri energi, baik yang berimplikasi kepada masalah lingkungan efisiensi industri energi dan daya saing sistem ekonomi secara keseluruhan. Penguasaan akan teknologi energi merupakan kunci untuk menentukan jalan keluarnya. Sangat diperlukan pendekatan dan tatanan perencanaan energi yang canggih, didasari penjelasan pengetahuan diberbagai bidang, baik yang bersifat teknologis, ekonomi, sosial dan bahkan politik. Pendekatan dan tatanan dalam perencanaan energi, karenanya merupakan salah satu faktor kunci dalam pengelolaan sistem energi nasional Untuk memenuhi kebutuhan energi di Indonesia dalam 25 tahun mendatang, kebijakan diversifikasi dan konservasi energi Pemerintah akan menghasilkan komposisi sumberdaya energi yang
Geologi Untuk Meningkatkan Kesejateraan Masyarakat
123
Seminar Nasional Fakultas Teknik Geologi, Bandung 24 Mei 2014
berimbang, yang tidak lagi mengandalkan pada minyak bumi, tetapi juga pada batubara, gas bumi dan panas bumi. Dari hasil penelitian ini, batubara memiliki potensi sebagai sumberdaya energi utama, apalagi mengingat kemajuan teknologi akan memungkinkan penggunaan batubara dalam bentuk yang ramah lingkungan maupun mudah ditangani. Akan tetapi kegiatan pendayagunaan sumberdaya alam yang ada, disertai dengan kegiatan penelitian dan pengembangan teknologi, akan membantu memberikan hari depan yang lebih cerah dalam pendayagunaan sumberdaya energi secara berkesinambungan dan ramah lingkungan. Menghadapi abad ke 21 yang akan datang, industri batubara Indonesia perlu melakukan persiapan untuk menghadapi tantangan yang semakin besar, dengan melakukan penelitian lebih lanjut atas cadangan batubara, terutama untuk meningkatkan jumlah cadangan terukur termasuk kualitas dan distribusi cadangan tersebut. Pemanfaatan batubara berkualitas rendah, terutama untuk pemakaian dalam negeri agar supaya batubara berkualitas sedang dan tinggi mempunyai daya saing yang lebih kuat di pasaran internasional. Penerapan Clean Coal Technology mulai dari penambangan sampai pemakaian batubara. Sehingga Industri batubara dituntut untuk meningkatkan efisiensi agar dapat bersaing dengan
sumberdaya energi lain dan produsen batubara dari negeri lain. Serta perlu dipersiapkan manusia-manusia yang handal dan kesempatan agar ketergantungan kepada ekspatriat dapat dikurangi. Disamping itu fasilitas prasaranan angkutan yang handal perlu dimiliki industri batubara. SARAN Penetapan prioritas penyediaan energi primer komersial di Indonesia yang menjadi objek penelitian ini dengan dasar kriteria-kriteria tertentu, masih perlu untuk dikembangkan untuk melihat permasalahan secara lebih utuh dan komprehensif. Sesuai dengan agenda reformasi nasional, pembaharuan sektor energi diarahkan pada kebijaksanaan yang terkait dengan sisi penyediaan, pemakaian serta kelembagaan Diharapkan dengan pembaharuan ini pengelolaan indusrti energi menjadi lebih transparan dengan prosedur yang sederhana, sehingga melibatkan pihak swasta untuk berpartisipasi secara lebih besar. Industri energi terutama migas dan batubara tetap menjadi tumpuan harapan di masa mendatang baik dalam hal peningkatan kualitas sumberdaya manusia, peningkatan penerapan teknologi, sumbangan kepada pengembangan wilayah, lindungan lingkungan dan lain-lain.
Geologi Untuk Meningkatkan Kesejateraan Masyarakat
124
Seminar Nasional Fakultas Teknik Geologi, Bandung 24 Mei 2014
Dalam pengambilan keputusan perlu melibatkan semua pihak yang berkepentingan dengan kaidah pemikiran kolektif lebih objektif dan lebih baik dibandingkan dengan pemikiran individual dan perlu pengkayaan tipe fungsi preferensi untuk mempertimbangkan kepentingan intensitas masing-masing kriteria dalam proses pengambilan keputusan. Proses Analisis Hirarki dapat dikembangkan penggunaannya untuk bidang-bidang lain seperti : Alokasi
sumberdaya dengan analisa Manfaat dan Biaya, Perencanaan berbagai sektor, Membuat Proyeksi, Mengestimasi koefisien teknis InputOutput dan Perekonomian serta lainlain. Penelitian ini hanya membahas empat jenis energi primer komersial. Pengembangannya dapat dilakukan dengan menambah jenis-jenis energi lainnya yang sedang dikembangkan seperti : Nuklir, biomassa, energi angin, dan energi matahari.
Geologi Untuk Meningkatkan Kesejateraan Masyarakat
125