Seminar Nasional Fakultas Teknik Geologi, Bandung 24 Mei 2014
INTERPRETASI GEOLOGI BERBASIS DATA INDERAAN JAUH: RAPID MAPPING UNTUK PEMUTAKHIRAN PETA GEOLOGI, SKALA 1:50.000 LEMBAR SUMBER, JAWA BARAT Oleh : Jamal, Kusdji D. Kusumah, Syaiful Bahri, Sidarto, Suwijanto *) *) Pusat Survei Geologi – Badan Geologi Jl. Diponegoro No. 57, Bandung 40122
ABSTRACT The knowledge of the regional geology of the entire Indonesian region have been advanced, following the completion of systematic geological mapping in 1995 at the scale of 1: 100,000 in Jawa and Madura Island, 1:250,000 in the islands outside Jawa and Madura. Data from various aspects of geology and geophysics which have been collected during more than 50 years have accumulated to a great quantity. The needs of geological information at larger scale in Indonesia are increasing. This demand is related to national development programs as well as its industrials growth. Explorations of geological resources, energy, minerals, ground water, land-use planning and geological hazards are main issues in order to develop geological maps at the scale of 1:50,000. Since year 2010 Geological Agency, Ministry of Energy and Mineral Resources Republic of Indonesia was initiate geological mapping project started with Geological Interpretation based on Satellite Imagery Data which combined with existing field data. Methodology for geological interpretation is based on visual interpretation on remote sensing data of morpho-structural aspect combined with field data existing in GIS environment. Interpretation elements were decided to define interpretation keys which provide guidelines on how to recognize certain geological objects on satellite imagery. Preparation of data including creation of shaded relief of digital surface model (DSM) and intensity layer of orthorectified images (ORRI), contour generation, color composite of optical images, drainage pattern generation, and image fusion of passive and active remotely sensing images. Rappid Mapping were used several techniques in geological interpretation, including semi digitized extraction of spectral properties and terrain information derived from remote sensing data (LANDSAT ETM and TerraSAR-X). Spatial resolution of radar images is 5 meter horizontal spacing (ORRI) and 10 meter (DSM). Spatial resolution for optical images (Landsat) are 15 meter (Pan) and 30 meter. These images were combined to enhance and recognizing geological objects in details through spatial object properties such as texture, color, tone, size, shape, association and location in order to delineate lithology, distributions, surface boundaries, and geological structures. Interpretation results were delivered in digital format of Geological Maps scale 1:50.000, following map index publisehed by Badan Informasi Geospasial (BIG). Geologi Untuk Meningkatkan Kesejateraan Masyarakat
90
Seminar Nasional Fakultas Teknik Geologi, Bandung 24 Mei 2014
Based on interpretation from data images, Sumber Quadragle and its surroundings, are composed by Quaternary vocanic deposits derived from Ciremai Mountain, alluvial deposits, and Tertiary sedimentary deposits. Lineaments analysis showing geological structural pattern as faults and folds which its major trending NW-SE, and minor trending NE-SW. Keywords: Rapid mapping, geological interpretation, optical images, radar images, high resolution images, volcanic.
Geologi Untuk Meningkatkan Kesejateraan Masyarakat
91
Seminar Nasional Fakultas Teknik Geologi, Bandung 24 Mei 2014
ABSTRAK Pengetahuan geologi regional wilayah Indonesia telah berkembang pesat, seiring pula dengan telah selesainya pemetaan geologi sistematik pada tahun 1995 dengan skala 1:100.000 untuk Pulau Jawa dan dan Madura serta skala 1:250.000 untuk pulau di luarnya. Data-data yang diperoleh dari berbagai aspek kegeologian dan geofisika yang telah terkumpul selama lebih dari 50 tahun telah menjadi suatu informasi yang sangat besar. Kebutuhan akan informasi geologi yang tertuang dalam skala peta yang lebih besar meningkat dengan cepat. Tingkat kebutuhan tersebut berkaitan dengan programprogram kerja untuk pengembangan pembangunan nasional serta perkembangan industri. Pencarian sumbar daya geologi berupa mineral dan energi, air tanah, perencanaan wilayah dan kebencanaan geologi adalah topik-topik utama yang mendasari untuk dilaksanakannya pemetaan geologi dengan skala 1:50.000. Sejak tahun 2010, Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral telah berupaya untuk memulai pemetaan geologi yang diawali oleh kegiatan Interpretasi Geologi Berdasarkan data Inderaan Jauh yang dikombinasikan dengan data-data survei lapangan yang telah ada sebelumnya. Metodologi dalam melakukan interpretasi didasarkan pada analisa dan interpretasi visual aspek-aspek morfo-struktur dan lithologi dengan verifikasi di lapangan serta didukung oleh titik-titik pengamatan lapangan dari survei sebelumnya. Elemen-elemen dalam interpretasi telah ditetapkan dalam sistematika kerja sebagai kunci acuan untuk dapat mengenali objek-objek geologi dalam citra inderaan jauh. Persiapan data-data dijital dilakukan dalam suatu sistem informasi geografis (SIG) yang meliputi pembuatan shadded relief Digital Surface Model (DSM) dari citra radar, intensity layer orthorectified images (ORRI), pola pengaliran, komposit warna dari citra optis, image fusion dari citra radar dan optis. Rapid mapping menggunakan metode interpretasi geologi permukaan dengan menganalisa secara semi-digital data optis (Landsat) yang memiliki informasi spektral dan data radar (TerraSAR-X) yang memiliki informasi ketinggian dan terrain. Kualitas data spasial memiliki resolusi horisontal 5 meter (ORRI) dan 10 meter (DSM) pada data radar, sedangkan resolusi spasial 15 meter dan 30 meter untuk data optisnya (Landsat). Data-data tersebut digabungkan untuk dapat mengenali tekstur, rona, warna, ukuran, bentuk, asosiasi, dan lokasi dari karakteristik data spasial secara rinci yang bertujuan untuk dapat mengenali objek-objek geologi seperti jenis, penyebaran dan batas satuan batuan di permukaan beserta struktur geologi yang memiliki representasi berupa kelurusan-kelurusan. Hasil interpretasi disajikan dalam format digital dalam indeks peta skala 1:50.000 mengikuti indeks peta dari Badan Informasi Geospasial (BIG). Berdasarkan hasil penafsiran inderaan jauh, Lembar Sumber dan sekitarnya tersusun oleh Endapan gunungapi kuarter hasil dari erupsi Gunung Ciremai, endapan alluvial, serta endapan sedimen berumur Tersier. Hasil interpretasi penginderaan jauh menunjukkan bahwa struktur geologi di Lembar Sumber dan sekitarnya terdiri dari sesar, perlipatan, jejak perlapisan dan kemiringan batuan (dip) yang di tafsir dari batuan
Geologi Untuk Meningkatkan Kesejateraan Masyarakat
92
Seminar Nasional Fakultas Teknik Geologi, Bandung 24 Mei 2014
sedimen berlapis. Sesar sesar pada umumnya berarah baratlaut – tenggara, serta sebagian kecil berarah timurlaut – baratdaya. Kata kunci: Rappid Mapping, interpretasi geologi, citra optis, citra radar, citra resolusi tinggi, vulkanik.
PENDAHULUAN Pengetahuan geologi regional wilayah Indonesia telah berkembang pesat, seiring pula dengan telah selesainya pemetaan geologi sistematik pada tahun 1995 dengan skala 1:100.000 untuk Pulau Jawa dan dan Madura serta skala 1:250.000 untuk pulau di luarnya. Data-data yang diperoleh dari berbagai aspek kegeologian dan geofisika yang telah terkumpul selama lebih dari 50 tahun telah menjadi suatu informasi yang sangat besar. Kebutuhan akan informasi geologi yang tertuang dalam skala peta yang lebih besar meningkat dengan cepat. Tingkat kebutuhan tersebut berkaitan dengan program-program kerja untuk pengembangan pembangunan nasional serta perkembangan industri. Pencarian sumbar daya geologi berupa mineral dan energi, air tanah, perencanaan wilayah dan kebencanaan geologi adalah topik-topik utama yang mendasari untuk dilaksanakannya pemetaan geologi dengan skala 1:50.000. Sejak tahun 2010, Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral telah berupaya untuk memulai pemetaan geologi yang diawali oleh kegiatan Interpretasi Geologi Berdasarkan data Inderaan Jauh yang dikombinasikan dengan data-data survei lapangan yang telah ada sebelumnya.
Pusat Survei Geologi, Badan Geologi. Kementrian Energi dan Sumberdaya Mineral berupaya menjawab kebutuhan tersebut adalah dengan membuat program pemetaan geologi menggunakan teknologi inderaan jauh (remote sensing). Metoda pemetaan geologi ini menggunakan data inderaan jauh berupa citra satelit Landsat ETM dan citra radar (TerraSAR X). Metoda ini diharapkan mampu menghasilkan datadata yang akurat, valid, dan terkini yang memungkinkan untuk membuat peta interpretasi geologi dalam waktu yang relatif singkat (rapid mapping). Interpretasi geologi dilakukan pada daerah yang tercakup dalam Peta Geologi Lembar Sumber skala 1 : 50.000 (No. Lembar 1309-12). Lembar ini secara administrasi pemerintahan termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Kuningan, Kabupaten Majalengka serta sebagian kecil Kabupaten Cirebon, Propinsi Jawa Barat (Gambar 1). Maksud dan Tujuan Interpretasi geologi berdasarkan data inderaan jauh dimaksudkan untuk pemutakhiran peta geologi regional. Hasil interpretasi merupakan tahapan awal dalam menyusun peta geologi skala 1:50.000 dan diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan dalam melaksanakan survei geologi sistematis di lapangan. Proses verifikasi atau ground check juga dilakukan dalam tahapan
Geologi Untuk Meningkatkan Kesejateraan Masyarakat
93
Seminar Nasional Fakultas Teknik Geologi, Bandung 24 Mei 2014
interpretasi yang dimaksudkan untuk memperoleh data-data primer berupa informasi litologi dan struktur geologi sebagai dasar dan acuan pada Interpretasi Geologi Berbasis Inderaan Jauh (remote sensing). Adapun tujuannya adalah untuk mengecek validitas interpretasi geologi pada citra serta untuk pemutakhiran data dan informasi geologi pada Peta Geologi Regional skala 1:100.000 yang telah terbit sebelumnya. Disamping itu, tujuan pengecekan lapangan ini juga untuk memperkaya informasi dalam peta geologi skala 1:50.000 yang direncanakan pelaksanaannya oleh Pusat Survei Geologi pada tahun mendatang. Permasalahan Permasalahan dalam interpretasi geologi dalam skala rinci adalah bagaimana dapat memecah formasi menjadi beberapa satuan batuan dan hubungan satuan batuan tersebut dipermukaan secara lateral. Penentuan batas-batas dan penyebaran satuan batuan serta menentukan struktur geologi dari polapola kelurusan pada citra inderaan jauh. Subyektifitas interpreter dalam melakukan interpretasi menjadi masalah yang perlu diperhatikan. Batasan permasalahan adalah pada pembuktian antara hasil interpretasi dengan validasi di beberpa daerah kunci, yang mengacu pada hipotesa bahwa satuan batuan di daerah ini dapat diidentifikasi pada citra indraan jauh. TINJAUAN PUSTAKA Geologi Regional
Lembar Sumber dan sekitarnya secara regional termasuk ke dalam Lembar Peta Geologi Arjawinangun (Djuri, 1995). Endapan geologi permukaan dan urutan stratigrafi regional berdasarkan peta geologi Lembar Arjawinangun (Djuri, 1995) yang terdapat di Lembar Sumber dan sekitarnya adalah sebagai berikut (Gambar 2): Endapan Kuarter Aluvium (Qa): lempung, lumpur, lanau, pasir, kerikil, kerakal dan berangkal. Terhampar luas di sepanjang lembah Bengawan Solo, hulu S. Oyo, dan di Ponjong sebelah timur Wonosari. Endapan Gunungapi Muda Hasil gunungapi muda lava (Qyl) : Aliran lava muda Gunung Cireme, bersifat andesit, tersingkap di sekitar G. Cireme dibagian tengah Lembar Sumber. Hasil gunungapi muda tak teruraikan (Qyu) : Breksi, lava andesitan, basal, pasir tufan, tuf lapili berasal dari G. Cireme. Satuan batuan ini membentuk dataran dan bukit-bukit rendah dengan lapukan tanah berwarna abu-abu kuning kemerahan. Endapan Gunungapi Tua Hasil gunungapi tua lava (Qvl) : Aliran lava tua bersifat andesitan dengan mineral hornblende sebagai mineral utama; menunjukkan struktur aliran. Batuan ini ditambah masyarakat sebagai batu ornamen dan pondasi di desa Tarikolot. Hasil gunungapi tua breksi (Qvb) : Breksi gunungapi, endapan lahar dengan komponennya yang terdiri atas
Geologi Untuk Meningkatkan Kesejateraan Masyarakat
94
Seminar Nasional Fakultas Teknik Geologi, Bandung 24 Mei 2014
batuan beku andesitan dan basal, tersingkap di bagian timur. Breksi Kompleks G. Kromong (Qvk) : Breksi polimik, kompak, komponen batuan beku andesitan, batugamping dan tuf. Tersingkap di sekitar G. Kromong. Hasil gunungapi tak teruraikan (Qvu) : Breksi gunungapi, lahar, lava andesitan dan basal. Breksi terlipat (Qob) : Breksi gunungapi bersifat andesit, breksi tufan, batupasir kasar, lempung tufan, grewake. Batupasir tufan, lempung, konglomerat (Qos) : Batupasir tufan, pasir, lanau tufan, lempung, konglomerat, breksi tufan mengandung batuapung, tersingkap sangat luas membentuk dataran bergelombang di bagian utara. Endapan Tersier Formasi Citalang (Tpc) : Batupasir tufan berwarna coklat muda, lempung tufan, konglomerat, setempat ditemukan lensa – lensa batupasir gampingan yang keras. Lensa batugamping Formasi Citalang (Tpcl) : Batugamping koral berwarna kuning sampai kecoklatan, membentuk morfologi questa. Formasi Kaliwangu (Tpk) : Batulempung dengan sisipan batupasir tufan, konglomerat, setempat ditemukan lapisan – lapisan batupasir gampingan dan batugamping. Anggota batulempung Formasi Subang (Tms) : Batulempung mengandung lapisan batugamping napalan abu-abu tua, batugamping, setempat ditemukan sisipan batupasir glaukonit hijau.
Anggota bagian atas Formasi Halang (Tmhu) : Batupasir tuf, lempung, konglomerat, dengan dominasi batupasir. Anggota bagian bawah Formasi Halang (Tmhl) : Breksi gunungapi yang bersifat andesit dan basal, dan sebagian kecil tuf, lempung serta konglomerat. Membentuk morfologi kuesta. Batugamping Kompleks G. Kromong (Tmkl) : Batugamping terumbu, berwarna kuning kecoklatan hingga kelabu. Membentuk bukit – bukit kubah dengan tofografi kasar. Anggota serpih Formasi Cinambo (Tomcu) : Serpih perselingan dengan batupasir dan batugamping, batupasir gampingan, batupasir tufan dengan ketebalan mencapai 400 – 500 meter. Anggota batupasir Formasi Cinambo (Tomel) : Grewake, batupasir gampingan, tuf, lempung, lanau. Grewake memperlihatkan perlapisan yang tebal, bersisipan dengan serpih dan lempung tipis yang padat berwarna kehitaman. Batuan Terobosan Andesit (a) : Pada umumnya andesit augit-hipersten dan hornblenda, masa dasar gelas, terbentuk sebagai retas. Batuan ini dimanfaatkan sebagai batu tempel dan ornamen di Desa Kepuh. Struktur Geologi Regional Menurut Djuri (1995), struktur geologi yang berkembang di daerah ini berupa lipatan dan sesar. Batuan – batuan berumur Miosen hingga Pliosen terlipat membentuk antiklinorium dengan arah relatif barat-baratlaut, yang merupakan bagian dari struktur geologi regional di Lembar Arjawinangun.
Geologi Untuk Meningkatkan Kesejateraan Masyarakat
95
Seminar Nasional Fakultas Teknik Geologi, Bandung 24 Mei 2014
METODE PENELITIAN Metodologi yang diterapkan dalam interpretasi geologi mencakup penafsiran citra inderaan jauh beresolusi tinggi radar TerraSar-X dan citra resolusi sedang Landsat (tabel 1) yang dilakukan di studio. Pada tahapan ini batas litologi antar formasi/satuan batuan sudah dapat dibuat. Kelurusan suatu obyek struktur dapat berupa kekar atau sesar dapat ditampilkan dalam draft peta. Pengamatan dan perekaman data berbagai aspek geologi dari singkapan yang ditemukan di lapangan dilakukan sebagai proses verifikasi hasil interpretasi. Jika diperlukan pada singkapan yang mewakili juga dilakukan pengambilan contoh satuan batuan terpilih atau satuan batuan yang merupakan satuan kunci untuk korelasi antar satuan batuan dengan hasil interpretasi geologi pada citra. Hasil kegiatan lapangan tersebut disajikan dalam bentuk lembar data lapangan (data record). Tahapan pekerjaan secara rinci (gambar 3) adalah sebagai berikut: Pengumpulan data dan informasi: Rekaman data survei geologi regional skala 1:100.000 (pengamatan lapangan) Data strike/dip, keterdapatan fossil, lokasi tambang, objek-objek geologi khusus. Lintasan pengamatan dan pengukuran penampang stratigrafi terukur. Lembar peta geologi regional yang telah diregistrasi koordinatnya. Lintasan survei geofisika. Penyusunan basis data digital (SIG).
Persiapan dan Pengolahan data inderaan jauh: Peta Digital geologi regional skala 1:100.000 dan Peta scan geologi regional (rectified) skala 1:100.000. Citra optis (Landsat) Resolusi spasial 15 m dan 30 m (rectified). Citra radar TerraSar-X Orthorectified Image (ORRI) resolusi spasial 5 m. Citra radar Terra-Sar-X Digital Surface Model (DSM) resolusi spasial 10 m. Contour generation 25 m interval. Drainage pattern generation. DSM shaded relief dan ORRI intensity layer. Orthorectified optical images dan band komposit 4/5/7 dan 1/2/3. Image Fusion (optical and radar images) Image Enhancement citra optis dan radar. Interpretasi geologi: Morfologi (bentang alam, klasifikasi pola aliran, objek khusus, gawir, dsb). Lithology (tekstur, rona, ukuran, asosiasi, pola dan sebaran). Batas satuan batuan (kontak perlapisan/endapan permukaan, kontak struktur). Analisa kelurusan dan struktur geologi (arah umum, arah kelompok). Bidang-bidang perlapisan dan arah kecenderungan kemiringan batuan. Penggambaran notasi interpretasi.
Geologi Untuk Meningkatkan Kesejateraan Masyarakat
96
Seminar Nasional Fakultas Teknik Geologi, Bandung 24 Mei 2014
Verifikasi hasil interpretasi: Pengecekan di lapangan (satuan batuan, batas lithology, struktur geologi). Lintasan pengamatan dan pengambilan conto (data record SIG). Plotting hasil pengamatan lapangan dalam peta interpretasi. Evaluasi hasil interpretasi geologi. . HASIL DAN PEMBAHASAN Interpretasi citra inderaan jauh pada lembar Sumber telah dapat membagi beberapa formasi menjadi beberapa satuan batuan, dengan batas-batas penyebarannya secara lateral (gambar 4). Batuan gunungapi Kuarter G. Ciremai Gunungapi Ciremai muda menunjukkan aktivitas magmatik di bagian utara lereng, tidak dibagian lereng yang lain. Apakah ada control struktur atau tektonik regional yang mengontrol aktifitas magma di G. Ciremai? Hal ini perlu didilakukan penelitian lebih lanjut. Endapan tua gunung Ciremai terdiri dari piroklastik (jenis air fall/airborne proklastik),lava dan percampuran antara keduanya. Airborne piroklastik menunjukkan gradasi dari jauh tidaknya sumber letusan yang direpresentasikan dilapangan berupa breadcrust (bom kerak roti), dengan matriks tuf, dan endapan piroklastik halus berupa tuf dan batuapung. Pada Citra, keduanya ditunjukkan oleh tekstur yang kasar untuk bom piroklastik dan textur halus untuk ash/tuf/pumice piroklastik. Di lereng selatan ditemukan aliran lava (fosil) dari gunungapi tua ciremai.
Jejak pendinginan yang berupa gradasi masih terlihat pada struktur lava yang telah membeku. Struktur dalam banyak didominasi oleh gelas – gelas. Dan bagian luar lava yang paling cepat membeku karena kontak dengan udara menunjukkan struktur seperti lava pahoe-hoe. Di lereng selatan gunung Ciremai juga banyak ditemukan aliran lava yang bersumber pada kawah parasit yang berbeda. Kelompok lava ini saling menumpang satu sama lainnya. Struktur morfologi kawah parasit dan lava plug terlihat jelas pada citra, dan dapat di tarik aliran lavanya dengan jelas. Pada peta geologi regional yang terbit sebelumnya, satuan ini termasuk ke dalam undifferenciated volcanic products. Sedangkan pada interpretasi geologi menggunakan citra indraan jauh, satuan batuan ini dapat dibedakan menjadi satuan lava yang terdiri dari berbagai sumber. Sisa kawah freatik dapat dijumpai di lereng bagian barat Gunung Ciremai, berupa danau Sangiang. Saat ini danau tersebut dijadikan tempat wisata local. Endapan airborne piroklastik dilapangan mempunyai ciri struktur bom kerak roti, berwarna kehitaman berupa efek terbakar serta dominan gelas dan keras. Air terjun yang dijumpai di daerah Palutungan berupa kontak lava dengan piroklastik. Pada titik ini juga, diinterpretasi sejajar dengan jalur sesar normal. Pengukuran kekar pada lava menunjukkan indikasi sesar normal (dip kekar lebih dari 70 derajat). Batuan Sedimen Tersier Pada umumnya, batuan sedimen tersier terdapat dibagian baratdaya
Geologi Untuk Meningkatkan Kesejateraan Masyarakat
97
Seminar Nasional Fakultas Teknik Geologi, Bandung 24 Mei 2014
Lembar Sumber. Hasil pengamatan lapangan dan interpretasi pada citra indraan jauh menunjukkan adanya selang seling antara formasi Cinambo anggota batupasir dan batulempung dan anggota breksi. Kontak keduanya diduga berupa sesar naik, yang pada penampang geologi seakan terlihat sebagai antiklin tidak simetris (recumbent anticline). Namun, berdasarkan rekonstruksi dan hasil interpretasi menunjukkan bahwa kontak keduanya berupa sesar naik. Hal ini ditunjukkan pada citra yang menginterpretasi jejak perlapisan dari anggota batupasir dan batulempung yang terpotong oleh jejak perlapisan pada Formasi Cinambo anggota Breksi. Kontak di lapangan menunjukkan bahwa posisi anggota breksi berada di atas anggota batupasir dan batulempung. Berdasarkan interpretasi dan pengamatan lapangan ini dapat dijadikan acuan dalam menentukan batas satuan batuan. Sebelumnya pada peta geologi regional Lembar Arjawinangun, rekonstrusi kedua anggota dari Formasi Cinambo ini berupa antiklin (anggota breksi lebih tua, berada di pusat antiklin). Dan pada Peta Interpretasi Geologi Lembar Sumber skala 1:50.000 (bagian baratdaya Lembar Arjawinangun skala 1:100.000), kontak keduanya berupa sesar naik yang saling memotong (imbricated trust faults). Dengan adanya rekonstruksi baru ini, menunjukkan bahwa data dan analisis serta interpretasi geologi dengan menggunakan data citra indraan jauh, membantu dalam membuat peta geologi pada skala yang lebih besar. Pada Lokasi ini, disarankan untuk
dilakukan pengukuran lebih lanjut (pada tahap pembuatan peta geologi yang sebenarnya), terutama pada pengukuran jurus dan kemiringan batuan pada lintasan kunci, serta pencarian indikasi sesar naik. Pembuatan penampang geologi secara detail juga diperlukan untuk pembuktian rekonstruksi imbricated trust faults ini. Re-Interpretasi Peta Geologi Inderaan Jauh Lembah Sumber dan sekitarnya Verifikasi di lapangan memberikan validasi antara hasil interpretasi dengan kondisi geologi sebenarnya. Terdapat beberapa perbedaan dalam penentuan jenis satuan batuan beserta penyebarannya. Revisi peta dilakukan dengan perubahan satuan batuan terutama terjadi di daerah lereng sebelah selatan G.Ciremai terutama pada endapan piroklastik yang mengalir ke bagian lereng barat (satuan Qvtc 9, 12, dan 13). Masih di lokasi yang sama, beberapa lava dome yang ditemukan divalidasi kembali pada citra yang kemudian memungkinkan adanya penambahan symbol-simbol morfologi berupa crater yang tidak dicantumkan pada peta geologi regional yang telah terbit sebelumnya. Aliran – aliran lava dari kawah parasit di lereng selatan juga didelineasi dan diberi batas satuan sesuai dengan genetik darimana lava tersebut berasal (satuan Qvtc). Peta yang telah diverifikasi kemudian dilayout dalam lembar peta geologi hasil interpretasi data inderaan jauh skala 1:50.000 (Gambar 5). KESIMPULAN
Geologi Untuk Meningkatkan Kesejateraan Masyarakat
98
Seminar Nasional Fakultas Teknik Geologi, Bandung 24 Mei 2014
Interpretasi geologi melalui data inderaan jauh beresolusi tinggi dapat mengenali cukup baik satuan-satuan batuan baik batuan produk vulkanik maupun sedimenter di lembar peta Sumber. Endapan vulkanik tua dan muda dapat ditelusuri melalui citra radar yang dipadu dengan citra optis. Verifikasi hasil interpretasi melalui pengecekan lapangan pada Peta Geologi Hasil Interpretasi Indraan Jauh di Lembar Sumber menunjukkan adanya kesesuaian antara hasil interpretasi dan bukti fisik di lapangan. Tetapi ada juga beberapa hasil interpretasi yang direvisi berdasarkan pada data lapangan yang ditemukan terutama merevisi batasbatas satuan batuan. Interpretassi geologi tanpa dilakukan verifikasi di lapangan adalah bersifat subjektif dan sangat tergantung dari pengetahuan interpreter. Oleh karena itu, dukungan data-data sekunder berupa lokasi pengamatan lapangan sangat diperlukan. DAFTAR PUSTAKA Djuri, 1995. Peta geologi Lembar Arjawinangun skala 1 : 100.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi. Darman, H., dan Sidi, F.H., 2000, An Outline of the Geology of Indonesia, Indonesian Assoc. of Geologists (IAGI), Jakarta. Muljana, B., Watanabe, K., 2012, Modal and Sandstone Composition of the Representative Turbidite from the Majalengka Sub-basin, West Java Indonesia, Journal of Geography and Geology, Vol.4 no.1.
Geologi Untuk Meningkatkan Kesejateraan Masyarakat
99
Seminar Nasional Fakultas Teknik Geologi, Bandung 24 Mei 2014
Gambar 1. Daerah interpretasi geologi lembar Sumber, Jawa Barat.
Geologi Untuk Meningkatkan Kesejateraan Masyarakat
100
Seminar Nasional Fakultas Teknik Geologi, Bandung 24 Mei 2014
Gambar 2. Peta geologi regional Lembar Arjawinangun (Djuri, 1995).
Geologi Untuk Meningkatkan Kesejateraan Masyarakat
101
Seminar Nasional Fakultas Teknik Geologi, Bandung 24 Mei 2014
Tabel 1. Spesifikasi data citra inderaan jauh untuk interpretasi geologi. LANDSAT ETM+7 Dimungkinkan Terdapat Liputan Awan Sumber Energi : Matahari Multispektral ( 8 Band ) Greyscale & Color / RGB Produk Citra : 2 Dimensi Resolusi Spasial : H = 15m, 30m, Dan 60m Pemetaan Skala Kecil - Menengah Resolusi Radiometrik : 8 Bit Resolusi Temporal : 16 Hari Line Striping, dll
RADAR Bebas Liputan Awan Perekaman Data Dapat Siang/Malam Tidak Multispektral Greyscale Produk Citra 3 Dimensi (Ori Dan Dsm) Resolusi Spasial : H = 5m ; V = 10m Pemetaan Skala Menengah - Besar Resolusi Radiometrik : ORI=8 Bit ; DSM=32 Bit Resolusi Temporal : Order Cacat Radar / Radar Artifact (Shadow, Layover, Rain Shadow, dll) Relatif Mahal – Cakupan Kecil (25 Km)
Relatif Murah – Cakupan Luas (185 Km)
Geologi Untuk Meningkatkan Kesejateraan Masyarakat
102
Seminar Nasional Fakultas Teknik Geologi, Bandung 24 Mei 2014
Gambar 3. Diagram alir tahapan interpretasi geologi berbasis inderaan jauh.
Gambar 4. Peta geologi hasil interpretasi citra inderaan jauh sebelum diverifikasi.
Geologi Untuk Meningkatkan Kesejateraan Masyarakat
103
Seminar Nasional Fakultas Teknik Geologi, Bandung 24 Mei 2014
Gambar 5. Peta geologi hasil interpretasi citra inderaan jauh dengan titik-titik verifikasi di lapangan.
Geologi Untuk Meningkatkan Kesejateraan Masyarakat
104