Semangat Kebangsaan Pendahuluan
Patriotisme dan Nasionalisme Indonesia Semangat dan Gagasan Politik Kebangsaan untuk Mendirikan Negara Indonesia Lagu Kebangsaan Indonesia Raya sebagai Wujud Semangat Kebangsaan Semangat Nasionalisme Warga Negara Indonesia
Perkembangan, perubahan, dan gejolak dunia sekarang ini ditandai oleh gejala baru, yaitu globalisasi. Globalisasi yang didorong kemajuan pesat di bidang teknologi, terutama teknologi telekomunikasi, menyebabkan semakin derasnya arus informasi dengan segala dampaknya, baik positif maupun negatif. Akibat negatif dapat melahirkan ancaman di berbagai bidang, misalnya bidang politik dan pertahanan keamanan. Ancaman di bidang ini adalah kemungkinan timbulnya rongrongan terhadap ideologi Pancasila, Wawasan Nusantara, dan Ketahanan Nasional, khususnya persatuan dan kesatuan bangsa, termasuk di dalamnya nilai-nilai patriotisme dan nasionalisme. Dengan adanya globalisasi, ada bangsa yang jiwa patriotisme dan nasionalismenya semakin kukuh. Namun, tidak sedikit pula yang mundur, bahkan hancur. Oleh karena itu, kita perlu mengambil langkah-langkah agar tetap dapat menjaga nilai-nilai demi memperlancar jalannya pembangunan nasional serta keselamatan dan kelestarian hidup bangsa dan negara.
Patriotisme dan Nasionalisme Indonesia 1. Patriotisme, Nasionalisme, Makna dan Arti Pentingnya bagi Kehidupan Bangsa Indonesia
2. Tata Cara Penerapan Semangat Patriotisme dalam Berbagai Lingkungan dan Kehidupan Bangsa
3. Meyakini Nilai-Nilai yang Termuat dalam Patriotisme dan Nasionalisme
4. Berperilaku Patriotik dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
Patriotisme, Nasionalisme, Makna dan Arti Pentingnya bagi Kehidupan Bangsa Indonesia a. Pengertian Patriotisme Patriotisme
Patriot
Pecinta (pembela) tanah air/ seorang pejuang sejati (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Pecinta tanah air, pejuang bangsa (Kamus Hukum tulisan Dr. Andi Hamzah, S. H.)
Patriotisme
Semangat cinta tanah air/ sikap seseorang yang sudi mengorbankan segala-galanya untuk kejayaan dan kemakmuran tanah airnya.
Menurut Bung Karno patriot bangsa diidentikkan dengan pendekar/ kampiun bangsa yang di dalamnya terdapat Tri Sakti, yaitu: 1. Berdaulat di bidang politik, 2. Berdikari di bidang ekonomi, dan 3. Berkepribadian budaya Indonesia.
b. Pengertian Nasionalisme
Nasionalisme
Nasional
National (Bahasa Belanda) Nation (Bahasa Inggris) Paham/ajaran untuk mencintai bangsa dan negara sendiri atau kesadaran keanggotaan dalam suatu bangsa yang secara potensial atau aktual bersama-sama mencapai, mempertahankan, dan mengabadikan identitas, integritas kemakmuran, dan kekuatan bangsa.
c. Hubungan Nasionalisme dengan Patriotisme
Nasionalisme dan patriotisme mempunyai hubungan yang erat, bahkan tidak dapat dipisahkan. Patriotisme mengajarkan kepada kita untuk selalu mencintai tanah air sebagai tempat berpijak, tempat hidup, dan mencari penghidupan, sedangkan nasionalisme mengajarkan kepada kita untuk mencintai bangsa dan negara dengan segala apa yang dimilikinya.
Dengan kedua sifat ini akan melahirkan kekuatan atau daya juang yang tangguh untuk mengawal dan menjaga keutuhan, keselamatan, dan kelestarian hidup bangsa dan negara sampai kapan pun.
d. Macam-Macam Nasionalisme
Menurut sifatnya:
Arti sempit
Perasaan kebangsaan/ cinta terhadap bangsanya yang berlebihlebihan dan memandang rendah terhadap bangsa lain (sering disamakan dengan jingoisme/chauvinisme). Contoh:
Arti luas
bangsa Jerman pada masa Hitler (1933-1945) Deutschland Uber Alles in der Wetf (Jerman di atas segala-galanya dalam dunia)
Perasaan cinta/bangga terhadap tanah air dan bangsanya yang tinggi, tetapi tidak memandang rendah bangsa lain. Contoh: bangsa Indonesia
e. Beberapa Bentuk Nasionalisme Nasionalisme Kewarganegaraan (nasionalisme sipil)
sejenis nasionalisme dimana negara memperoleh kebenaran politik dari penyertaan aktif rakyatnya, "kehendak rakyat"; "perwakilan politik". Teori ini mula-mula dibangun oleh Jean-Jacques Rousseau dan menjadi bahan-bahan tulisan. Antara tulisan yang terkenal adalah buku berjudulk Du Contract Sociale (atau dalam Bahasa Indonesia "Mengenai Kontrak Sosial").
Nasionalisme Etnis
sejenis nasionalisme dimana negara memperoleh kebenaran politik dari budaya asal atau etnis sebuah masyarakat. Dibangun oleh Johann Gottfried von Herder, yang memperkenalkan konsep Volk (bahasa Jerman untuk "rakyat").
Nasionalisme Romantik (nasionalisme organik, nasionalisme identitas)
lanjutan dari nasionalisme etnis dimana negara memperoleh kebenaran politik secara semulajadi ("organik") hasil dari bangsa atau ras; menurut semangat romantisme. Nasionalisme romantik adalah bergantung kepada perwujudan budaya etnis yang menepati idealisme romantik; kisah tradisi yang telah direka untuk konsep nasionalisme romantik. Misalnya "Grimm Bersaudara" yang dinukilkan oleh Herder merupakan koleksi kisah-kisah yang berkaitan dengan etnis Jerman.
Nasionalisme Budaya
nasionalisme dimana negara memperoleh kebenaran politik dari budaya bersama dan bukannya "sifat keturunan" seperti warna kulit, ras dan sebagainya.
Contoh: rakyat Tionghoa
Nasionalisme Kenegaraan
variasi nasionalisme kewarganegaraan, selalu digabungkan dengan nasionalisme etnis. Perasaan nasionalistik adalah kuat sehingga diberi lebih keutamaan mengatasi hak universal dan kebebasan. Kejayaan suatu negeri itu selalu kontras dan berkonflik dengan prinsip masyarakat demokrasi. Penyelenggaraan sebuah 'national state' adalah suatu argumen yang ulung, seolah-olah membentuk kerajaan yang lebih baik dengan tersendiri.
Contoh: Nazisme; nasionalisme Turki kontemporer,
Nasionalisme Agama
sejenis nasionalisme dimana negara memperoleh legitimasi politik dari persamaan agama. Walaupun begitu, lazimnya nasionalisme etnis adalah dicampuradukkan dengan nasionalisme keagamaan. Contoh: Irlandia (agama Katolik); India (agama Hindu).
f. Kaitan Patriotisme dengan Semangat Rela Berkorban
Pada masa perjuangan merebut dan mempertahankan kemerdekaan, banyak keluarga yang kehilangan anak, orang tua, paman, kakak, adik, dsb. Semua itu mereka relakan demi perjuangan bangsa yang dilandasi rasa cinta tanah air. Kecintaan akan tanah air dan bangsa itulah yang mendorong mereka rela berkorban untuk bangsa dan negara. Patriotisme yang mengajarkan agar setiap orang rela berkorban segala-galanya demi kejayaan dan kemakmuran tanah airnya.
g. Nilai Patriotisme dengan Hankamnas 1) Pengertian Pertahanan Keamanan Nasional (Hankamnas)
Hankamnas
Upaya rakyat semesta yang merupakan salah satu fungsi utama pemerintah negara dalam rangka menegakkan ketahanan nasional dengan tujuan mencapai keamanan bangsa dan negara serta perjuangan nasional.
Tujuan
Untuk menjamin tetap tegaknya Negara Kesatuan RI berdasarkan Pancasila dan UUD’45 terhadap segala ancaman, baik dari luar maupun dalam negeri, demi tercapainya tujuan nasional.
2) Hankamnas dan Hankamrata Menurut Pasal 30 UUD’45, tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Dalam penyelenggaraan hankamnas digunakan sistem pertahanan keamanan rakyat semesta (hankamrata), yaitu sistem pertahanan dan keamanan yang bersifat semesta. Dalam sistem itu digunakan seluruh kekuatan nasional secara total dan integral dengan mengutamakan militer sebagai unsur inti kekuatannya untuk mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan negara RI, menjamin keutuhan bangsa, dan mengamankan segala usaha untuk mencapai tujuan nasional Indonesia.
Potensi rakyat yang merupakan pangkal kekuatan hankamnas, harus disusun sedemikian rupa sehingga merupakan komponen hankamnas yang efektif dan efisien bersama komponen TNI dan Polri yang tangguh. Penyusunan itu dilakukan dalam bentuk perlawanan rakyat (wanra), keamanan rakyat (kamra), dan pertahanan sipil (hansip) yang merupakan hak dan penunaian kewajiban rakyat untuk ikut serta dalam pertahanan dan keamanan negara berdasarkan sistem hankamrata.
Tata Cara Penerapan Semangat Patriotisme dalam Berbagai Lingkungan dan Kehidupan Bangsa Jiwa patriotisme tidak cukup hanya diomongkan dan diketahui saja, tetapi perlu dilaksanakan. Cara yang dapat ditempuh dalam berbagai lingkungan kehidupan, antara lain, sbb:
a. Keteladanan Keluarga:
menyembelih hewan kurban di hari raya kurban membayar pajak tepat pada waktunya
Sekolah:
melaksanakan bakti sosial untuk menolong teman yang terkena musibah melaksanakan kegiatan donor darah oleh warga sekolah
Pemerintah, & Masyarakat:
mengadakan gerakan nasional antinarkoba menjauhi korupsi dan perbuatan yang merugikan negara menjadi orang tua asuh
b. Pewarisan
Melakukan serangkaian kegiatan tertentu yang mempunyai nilai patriotisme. Dari kegiatan ini diharapkan orang kelak dapat mewarisi nilai-nilai yang ada di balik kegiatan, misalnya melakukan upacara bendera, mengadakan kunjungan ke museum perjuangan, serta melakukan tapak tilas.
c. Pelaksanaan Kewajiban
Pemerintah menciptakan peraturan perundang-undangan yang mewajibkan peran serta rakyat dalam pembelaan negara, misalnya melakukan wajib militer atau yang lain yang dapat memajukan atau menyelamatkan bangsa dan negara.
Meyakini Nilai-Nilai yang Termuat dalam Patriotisme dan Nasionalisme Nilai-nilai yang melekat pada patriotisme dan nasionalisme telah teruji dan terbukti keandalannya sejak bangsa Indonesia berjuang merebut dan mempertahankan kemerdekaan hingga kini dalam mengisi kemerdekaan. Dengan jiwa patriotisme dan nasionalisme , kita dapat mengatasi masalah besar yang menghadang. Dengan semangat patriotisme dan nasionalisme , kita yang semula lemah menjadi kuat dan yang semula terbelenggu menjadi bebas.
Perjuangan rakyat Bali yang dipimpin Patih Jelantik, Yogyakarta dan Jawa Tengah yang dipimpin Pangeran Diponegoro, Sumatera Barat yang dipimpin oleh Imam Bonjol, dan Aceh yang dipimpin oleh Teuku Umar merupakan contoh sebagian kecil perjuangan rakyat Indonesia. Walau hanya dengan senjata sangat sederhana, karena perjuangan mereka dilandasi api semangat patriotisme dan nasionalisme yang menyala-nyala, mereka mampu berulang kali menghancurkan serdadu Belanda yang dilengkapi dengan senjata modern.
Berperilaku Patriotik dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara Meski bangsa Indonesia telah merdeka, kita masih memerlukan pahlawan yang berjiwa patriotisme dan nasionalisme sejati, berjiwa pembaharu, mempunyai visi dan misi ke depan yang jelas, mampu membaca tanda-tanda zaman, serta berperilaku jujur, tegas, dan bijaksana. Pahlawan seperti itulah yang dikenal dengan satrio pandito, yaitu orang yang bertugas sebagai kesatria dan sekaligus bertugas sebagai pandito (orang bijak) yang dari dalam jiwanya terpancar kesucian, kejujuran, dan kearifan. Hal itu dapat dipraktikkan dalam berbagai bidang: a. olahraga
Menjadi atlet yang berjuang sampai titik darah penghabisan untuk mengharupkan nama bangsa.
b. kesenian
Bersedia menjadi duta seni di luar negeri
c. perdamaian
Bersedia dikirim ke luar negeri untuk menyelesaikan masalah pertikaian.
d. hankam
Bersedia menjadi anggota PKS.
e. kemanusiaan
Bersedia menjadi dokter yang sanggup di tempatkan di daerah-daerah terpencil.
f. sosial
Bersedia menjadi guru atau sarjana yang sanggup ditempatkan di kota mana saja di seluruh wilayah Indonesia.
Semangat dan Gagasan Politik Kebangsaan untuk Mendirikan Negara Indonesia Menurut pikiran yang berkembang sekarang, adanya suatu negara dianggap karena hasil perjuangan dan kemauan rakyat semuanya, bukan karena jasa seseorang atau satu golongan saja. Oleh karena itu, dalam menjalankan pemerintahan harus sesuai dengan aspirasi dan kehendak rakyat. Pemerintahan akan kuat dan dapat menjalankan fungsinya dengan baik apabila diakui dan didukung rakyatnya. Namun, sebaliknya, ia akan lemah dan kurang mampu menjalankan fungsinya apabila tidak diakui dan didukung oleh rakyatnya. Bangsa Indonesia berusaha mendirikan negara dan menjalankan pemerintahannya berdasarkan aspirasi dan kehendak seluruh rakyat Indonesia. Negara yang demikianlah negara yang didirikan dengan menggunakan semangat dan gagasan politik kebangsaan. Dari pengertian tersebut, diharapkan keseluruhan rakyat sama-sama bertanggung jawab untuk mempertahankannya, memajukannya, dan menjaga kelestariannya sampai akhir zaman kelak.
1. Bangsa Indonesia Menggunakan Semangat dan Gagasan Politik Kebangsaan untuk Mendirikan Negara
2. Paham Kebangsaan Indonesia dalam Perkembangan Selanjutnya
Bangsa Indonesia Menggunakan Semangat dan Gagasan Politik Kebangsaan untuk Mendirikan Negara
Bangsa-bangsa adalah buah hasil tenaga hidup dalam sejarah dan karena itu selalu bergelombang dan tidak pernah membeku. (Hans Kohn dalam bukunya Nasionalisme, Arti dan Sejarah)
Bangsa adalah suatu persatuan karakter atau perangai yang timbul karena persatuan nasib. (Otto Bauer (Jerman)) Bangsa adalah sekelompol manusia yang memiliki kehendak bersatu sehingga merasa dirinya adalah satu. Faktor utama yang menimbulkan suatu bangsa ialah kehendak dari setiap warga untuk membentuk suatu bangsa. (Ernest Renan (filosof Prancis)) Kebangsaan yaitu paham yang memberikan kepada sebagian terbesar penduduk dan yang mewajibkan dirinya untuk mengilhami segenap anggotanya. Nasionalisme menyatakan bahwa negara kebangsaan ialah cita dan satu-satunya bentuk sah dari organisasi politik dan bangsa adalah sumber dari tenaga kebudayaan kreatif dan kesejahteraan ekonomi. (Hans Kohn)
Rasa Kebangsaan bangsa Indonesia: Kerajaan Sriwijaya
Tergelam karena Penjajah
Kerajaan Majapahit
Budi Utomo
20 Mei 1908
Serekat Islam, Indische Partij, dan PNI
Kongres Pemuda I Kongre Pemuda II
Sumpah Pemuda
BPUPKI
Peristiwa Rengasdengklok
PPKI
Masa sidang I Porf. Mr. Soepomo
Ia menyampaikan pandangannya tentang hakikat pengertian negara. Ia menyampaikan adanya tiga macam teori atau aliran pikiran tentang pengertian negara, yaitu: a. Teori Pikiran Perseorangan/ Individualistis b. Teori Pikiran Golongan c. Teori Pikiran Integralistik Prof. Mr. Soepomo mengajukan alternatif ketiga untuk menyusun negara Indonesia karena sesuai dengan kondisi masyarakat dan bangsa Indonesia. Menurut teori ini, negara tidak menjamin kepentingan seseorang atau golongan, tetapi menjamin kepentingan masyarakat seluruhnya sebagai persatuan.
Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai macam suku bangsa. Sumpah Pemuda 1928 mengingatkan persatuan dan hal itu oleh para pembentuk negara telah dituangkan dalam UUD 1945 yang secara formal terjema dalam pokok pikiran Pertama Pembukaan UUD 1945. Semangat tersebut sejalan dengan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila. Ideologi Pancasila menerima aliran pengertian negara persatuan, dalam arti sbb: 1. Negara melindungi dan meliputi segenap bangsa seluruhnya. 2. Negara mengatasi segala paham golongan dan mengatasi segala paham perseorangan. 3. Negara melindungi seluruh tumpah darah Indonesia.
Dengan demikian, jelaslah bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang menggunakan semangat dan gagasan politik kebangsaan untuk mendirikan negara.
Paham Kebangsaan Indonesia dalam Perkembangan Selanjutnya Salah satu makna proklamasi kemerdekaan adalah sebagai tanda tidak berlakunya hukum kolonial dan mulai berlakunya hukum nasional. Namun, karena tidak mungkin dalam waktu yang sesingkat-singkatnya dapat diciptakan hukum nasional yang sesuai dengan aspirasi bangsa Indonesia dan mencakup semua aspek kehidupan, untuk menghindari kekosongan hukum diberlakukan ketentuan Pasal II (sekarang Pasal I) Aturan Peralihan UUD 1945. Dalam pasal tersebut dinyatakan bahwa segala peraturan perundangundangan yang ada masih tetap berlaku selama belum diadakan yang baru menurut undang-undang dasar ini. Berdasarkan ketentuan tersebut, di antara sekian banyak produk hukum peninggalan Belanda yang ada kaitannya dengan pembahasan ini adalah Teritoriale Zee en Maritieme Kringen Ordonantie 1939 (Undang-Undang 1939 tentang Laut Wilayah dan Lingkungan Maritim).
Undang-undang itulah yang berlaku dan digunakan untuk menentukan batas laut wilayah kita. Dalam undang-undang tersebut dinyatakan bahwa batas laut wilayah Indonesia adalah sejauh 3 mil laut yang diukur dari tiap-tiap pulau pada waktu air laut surut serendah-rendahnya. Akibat dari penentuan batas laut demikian, di tengah-tengah hamparan Kepulauan Indonesia terdapat kantung-kantung laut bebas sebagai perairan internasional. Dengan kata lain, wilayah kita menjadi bercerai-berai. Akibat lebih lanjut dari kondisi itu adalah sangat membahayakan bagi keamanan, kedaulatan, dan keselamatan bangsa Indonesia.
Karena sadar akan keadaan demikian, untuk mengatasinya, Perdana Menteri Ir. Djuanda pada tanggal 13 Desember 1957 mengeluarkan suatu dekrit yang dikenal dengan Dekrit 13 Desember 1957 atau Deklarasi Djuanda 1957. Dalam dekrit tersebut, antara lain, dinyatakan sbb: a. Negara RI merupakan negara yang semua pulau dan laut yang terletak di antaranya harus dianggap sebagai suatu kesatuan yang bulat (asas archipelago). b. Batas laut wilayah negara Indonesia adalah selebar 12 mil laut diukur dari garis dasar yang menghubungkan titik-titik ujung terluar dari pulau-pulau negara Indonesia terluar. Dalam perkembangan selanjutnya, khususnya dalam pembangunan nilai dasar di dalam berbangsa dan bernegara, hal itu menjadi dasar cara pandang integralistik yang kemudian secara formal dituangkan dalam Wawasan Nusantara. Wawasan Nusantara mencakup empat perwujudan sbb: a. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Politik; b. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Ekonomi; c. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Sosial dan Budaya; d. Perwujudan Kepualuan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Pertahanan dan Keamanan.
Lagu Kebangsaan Indonesia Raya sebagai Wujud Semangat Kebangsaan
1. Lagu Kebangsaan
2. Bendera Kebangsaan Republik Indonesia
3. Lambang Negara Republik Indonesia
Lagu Kebangsaan a.
Sejarah Singkat Lagu Kebangsaan Indonesia Raya
Lagu “Indonesia Raya” pertama kali diperdengarkan oleh penciptanya sendiri, W.R. Supratman pada Kongres Pemuda Indonesia II di Jakarta tanggal 28 Oktober 1928. Sejak saat itu, lagu tersebut mendapat penghargaan dari para pemuda dan diakuinya sebagai lagu kebangsaan Indonesia. Lama kelamaan lagu itu menjadi populer dan tersiar luas sampai ke luar negeri. Tiap-tiap rapat kebangsaan dibuka dan ditutup dengan lagu Indonesia Raya. Demikian pula, pertemuan orang-orang atau para pemimpin bangsa Indonesia di luar negeri memperdengarkan lagu itu. Bahkan, perkumpulan-perkumpulan orkes Prancis, Rusia, Mesir, Tiongkok, dan Belanda meminta lagu itu diterjemahkan dalam bahasa mereka dan dibuatkan piringan hitamnya. Hal itu menyebabkan Pemerintah Hindia Belanda menjadi gusar, kemudian melarang agar di dalam syair nyanyian itu tidak terdapat kata-kata “merdeka” dan menyita piringan hitam yang sudah jadi. Pemerintah Hindia Belanda mengizinkan lagu itu diperdengarkan dengan syarat sbb: 1. Kata-kata “merdeka, merdeka” harus diganti dengan “mulia, mulia”. 2. Sebelum dinyanyikan lagu “Indonesia Raya” terlebih dahulu harus dinyanyikan lagu kebangsaan Belanda “Wilhelmus”. Ketika akan masuk ke Indonesia dan guna mendapatkan dukungan dalam perang melawan Sekutu, Jepang menghibur bangsa Indonesia dengan memperbolehkan lagu “Indonesia Raya” dinyanyikan di mana-mana, termasuk di radio. Namun, setelah Jepang menanamkan kekuasaannya di Indonesia, ia melarang lagu tersebut dinyanyikan di seluruh wilaya tanah air.
Setelah penghujung tahun 1944, ketika Jepang mulai menunjukkan tanda-tanda kekalahannya dan ketika nasionalisme Indonesia sedang menyala-nyala hingga melahirkan perlawanan di beberapa tempat, bangsa Indonesia diperbolehkan kembali menyanyikan lagu “Indonesia Raya” di seluruh penjuru tanah air.
b.
Penetapan Lagu Indonesia Raya sebagai Lagu Kebangsaan Republik Indonesia
Setelah Indonesia merdeka, maka lagu tersebut ditetapkan sebagai lagu kebangsaan Indonesia berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1958. Di samping menegaskan status lagu “Indonesia Raya”, dalam PP tersebut, juga diatur tentang tata cara penggunaan lagu tersebut sbb ini: 1) Lagu kebangsaan diperdengarkan dan dinyanyikan: a) untuk menghormati Kepala Negara dan Wakil Kepala Negara, b) pada waktu penaikan dan penurunan bendera kebangsaan yang diadakan dalam upacara, untuk menghormati bendera itu, c) untuk menghormati negara asing. 2) Lagu kebangsaan dapat pula diperdengarkan dan dinyanyikan sebagai: a) pernyataan perasaan nasional, b) rangkaian pendidikan dan pengajaran. 3) Lagu kebangsaan dilarang diperdengarkan dan dinyanyikan untuk: a) reklame dalam bentuk apa pun juga, b) menggunakan bagian-bagian daripada lagu kebangsaan dalam gubahan yang tidak sesuai dengan kedudukan lagu “Indonesia Raya” sebagai lagu kebangsaan. Di samping itu, dalam tata tertib penggunaan lagu kebangsaan, lagu kebangsaan tidak boleh diperdengarkan dan dinyanyikan pada waktu dan tempat menurut kemauan sendiri. Lagu kebangsaan tidak boleh diperdengarkan dan dinyanyikan dengan nada-nada, irama, iringan, kata-kata dan gubahan lain selain seperti yang sudah ditentukan. Pada waktu lagu kebangsaan diperdengarkan dan dinyanyikan orang yang hadir berdiri tegak di tempat masing-masing.
Barangsiapa melanggar ketentuan tersebut diancam hukuman kurungan selama-lamanya tiga bulan atau dengan denda sebanyak-banyaknya lima ratus rupiah. Perlu diketahui bahwa penetapan dan pengesahan lagu “Indonesia Raya” sebagai lagu kebangsaan Republik Indonesia bukan baru terjadi pada tahun 1958 dengan dikeluarkannya PP No. 44 Tahun 1958, jauh dari tahun itu sudah ditetapkan. Memang, dalam UUD’45 tidak disebutkan hal itu, namun hal itu secara tegas disebutkan dalam Pasal 3 ayat (2) Konstitusi RIS, yang kemudian ditegaskan kembali dalam Pasal 3 ayat (2) UUDS 1950. Dalam pasal dan ayat tersebut ditegaskan bahwa lagu kebangsaan ialah lagu “Indonesia Raya”. Dengan menyadari akan kekurangannya, MPR dalam sidangnya tahun 2000 dan ketika mengadakan amandemen (perubahan) kedua UUD’45, masalah itu ditambahkan dengan memasukkan ketentuan Pasal 36 B. Dalam pasal itu dinyatakan bahwa lagu kebangsaan adalah “Indonesia Raya”.
c. Isi dan Maksud Lagu Kebangsaan “Indonesia Raya” Lagu kebangsaan “Indonesia Raya” terdiri atas empat belas baris ditambah satu seloka yang terdiri atas empat baris ulangan. Bentuk syair itu dipengaruhi oleh bentuk soneta dari Italia ciptaan pujangga Dante Alighieri (1265-1321) atau mengambil contoh soneta Inggris ciptaan Shakespeare (1564-1616). Untuk lebih jelasnya, perhatikan lagu tersebut! Indonesia tanah airku, Tanah tumpah darahku, Di sanalah aku berdiri, Jadi pandu ibuku, Indonesia, kebangsaanku, Bangsa dan tanah airku, Marilah kita berseru, Indonesia bersatu! Hiduplah tanahku, Hiduplah negeriku, Bangsaku, rakyatku semuanya! Bangunlah jiwanya, Bangunlah badannya, Untuk Indonesia Raya, Indonesia Raya, merdeka, merdeka, Tanahku, negeriku yang kucinta, Indonesia Raya, merdeka, merdeka, Hiduplah Indonesia Raya.
Lagu kebangsaan “Indonesia Raya” dapat dibagi menjadi tiga bagian dan satu bagian ulangan. Bagian pertama berisi sumpah kita bahwa Indonesia tanah air kita, tanah tempat kita dilahirkan, dan tempat kita menjadi pandu (penunjuk jalan) bagi ibu pertiwi. Hal itu dapat kita simpulkan dari katakata Indonesia tanah airku, Tanah tumpah darahku, di sanalah aku berdiri, jadi pandu ibuku. Bagian kedua berisi pernyataan kita bahwa Indonesia merupakan bangsa dan tanah air kita. Hati kita semua supaya selalu berikrar (berseru) Indonesia bersatu. Pernyataan itu dapat kita artikan dari katakata Indonesia kebangsaanku, bangsa dan tanah airku, marilah kita berseru, Indonesia bersatu.
Bagian ketiga berisi doa yang khidmat terhadap Indonesia (tanah air, negara, bangsa, rakyat) sebagai pusaka nasional turun-temurun dan dalam kekhidmatan mengharapkan jiwa dan raga Indonesia mengalami kebangunan selama-lamanya menuju Indonesia Raya. Hal itu dapat kita artikan dari katakata Hiduplah tanahku, Hiduplah negeriku, Bangsaku, Rakyatku semuanya, Bangunlah jiwanya, Bangunlah badannya, Untuk Indonesia Raya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa isi dan maksud lagu kebangsaan kita dapat melahirkan tekad perjuangan kita dalam mencapai Indonesia merdeka dan mampu memberi jiwa kepada bangsa Indonesia dalam mengisi kemerdekaan guna mencapai tujuan dan cita-cita bangsa. Oleh karena itu, tepat kiranya apabila lagu tersebut dikatakan sebagai wujud semangat kebangsaan Indonesia.
Bendera Kebangsaan Republik Indonesia a. 1) 2) 3) b.
Fungsi Bendera Negara Secara umum, bendera negara mempunyai fungsi, antara lain: Sebagai lambang kedaulatan negara, Sebagai identitas bangsa dan negara, dan Sebagai lambang kehormatan dan harga diri suatu bangsa atau negara. Dasar Hukum Berlakunya Bendera Kebangsaan Negara RI Dasar hukum berlakunya bendera kebangsaan negara RI adalah Pasal 35 UUD 1945 yang berbunyi: “Bendera negara Indonesia ialah sang Merah Putih.” Selanjutnya secara terperinci, bendera negara diatur dalam PP No. 40 Tahun 1958. Dalam peraturan itu antara lain, diatur tentang tata cara penggunaannya. Ketentuan penggunaan bendera antara lain, disebutkan sbb: 1) Pada umumnya bendera kebangsaan dikibarkan pada waktu siang hari, yaitu antara saat matahari terbit dan saat matahari terbenam. 2) Dalam hal-hal istimewa, yaitu pada waktu diadakan peringatan nasional atau perayaan lain yang mengembirakan nusa dan bangsa, pemerintah dapat menganjurkan supaya bendera kebangsaan dikibarkan di seluruh negara. 3) Penggunaan bendera kebangsaan diperbolehkan pada waktu dan di tempat: a. Diadakan perhelatan perkawinan, perhelatan sunatan, dan perhelatan agama atau adat istiadat yang lazim dirayakan; b. Didirikan bangunan, jika pemasangan itu menjadi kebiasaan, dan pemasangannya itu dapat dilakukan siang dan malam;
c. d. e. f.
4)
5)
6)
7)
Diadakan pertemuan, seperti muktamar, konferensi, peringatan tokon nasional, atau hari-hari bersejarah; Diadakan perlombaan; Diadakan perayaan sekolah; Diadakan perayaan lain yang pemasangan bendera itu dapat dianggap sebagai tanda pernyataan kegembiraan umum.
Bendera kebangsaan dikibarkan sebagai tanda berkabung jika kepala negara atau wakil kepala negara wafat atau sebagai tanda turut berkabung terhadap negara sahabat. Dalam hal itu, bendera kebangsaan dipasang setengah tiang. Bendera kebangsaan dikibarkan setiap hari: a. Pada rumah-rumah jabatan atau di halaman rumah-rumah jabatan presiden, wakil presiden, menteri, gubernur, kepala daerah yang setingkat dengan ini; b. Di rumah-rumah pejabat atau di halaman rumah-rumah pejabat semua kepala daerah; c. Di makan pahlawan nasional; d. Di gedung-gedung atau halaman gedung-gedung kabinet, presiden, DPR, MA, Kejaksaan Agung, BPK, dan lain-lain pada hari kerja; e. Di gedung-gedung atau di halaman gedung-gedung sekolah negeri atau sekolah swasta nasional. Bendera kebangsaan tidak boleh digunakan bertentangan dengan kedudukannya sebagai lambang kedaulatan dan tanda kehormatan negara, seperti: a) dipakai sebagai langit-langit, atap, pembungkus barang, tutup barang, dan reklame perdagangan dengan cara apapun; b) Digambar, dicetak, atau disulam pada barang-barang yang pemakaiannya mengandung kurang penghormatan terhadap bendera kebangsaan. Barangsiapa yang melanggar ketentuan seperti yang diatur dalam peraturan itu dihukum dengan hukuman kurungan selama-lamanya tiga bulan atau denda sebanyak-banyaknya lima ratus rupiah.
Lambang Negara Republik Indonesia Alat perekat persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang lain, yakni lambang negara. Lambang negara kita adalah burung garuda yang mencengkeram pita bertuliskan semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Semboyan itu berasal dari bahasa Jawa kuno artinya berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Lambang negara Republik Indonesia direncanakan oleh Panitia Lencana Negara dan disahkan oleh Dewan Menteri RIS pada tanggal 11 Februari 1950. Selanjutnya, ditetapkan kembali dengan PP No. 66 Tahun 1951 tanggal 17 Oktober 1951 yang berlaku surut sejak tanggal 17 Agustus 1950. Lambang itu menggambarkan seekor burung garuda yang di dalam mitologi peradaban Indonesia berarti tenaga pembangunan. Rantai yang dikalungkan pada leher garuda itu tergantung sebuah perisai berbentuk jantung yang melambangkan pembelaan nusa dan bangsa. Banyak bulu di sayap berjumlah 17 helai, di ekor berjumlah 8 helai, di kaki sebelah bawah perisai berjumlah 19 helai dan di leher bejumlah 45 helai. Semua bilangan itu melambangkan tanggal, bulan, dan tahun proklamasi kemerdekaan, yakni tanggal 17-8-1945. Garuda yang terlukis dengan warna kuning emas melambangkan kemenangan yang gemilang dan nilai negara. Warna merah putih di dalam perisai berasal dari dwiwarna. Garis melintang di tengah-tengah perisai menggambarkan khatulistiwa yang melalui Kepulauan Indonesia. Dengan garis itu dinyatakan bahwa Indonesia adalah satu-satunya negara asli di daerah khatulistiwa yang mencapai kemerdekaan dan kedaulatan dengan kekuatan sendiri. Perisai yang terbagi lima itu mengingatkan kepada Pancasila: a. Ketuhanan Yang Maha Esa (bintang di tengah) b. Kemanusiaan yang adil dan beradab (rantai) c. Persatuan Indonesia (beringin) d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan (kepala banteng) e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia (padi dan kapas).
Semangat Nasionalisme Warga Negara Indonesia
1. Awal Pergerakan Nasional
2. Lahirnya Nasionalisme di Asia
3. Kebangkitan Nasional di Indonesia
Awal Pergerakan Nasional Revolusi Industri yang terjadi di Eropa pada abad ke-19 membawa napas baru bagi banyak negeri terjajah di Asia, termasuk Indonesia. Walaupun pengaruhnya pada waktu itu belum menguntungkan rakyat, sedikitnya revolusi industri telah menyebabkan suatu golongan baru dalam masyarakat yang mempunyai pandangan dan gagasan mengantarkan rakyat Indonesia ke gerbang kemerdekaan. Lapisan baru yang menjadi elite nasional mulai menyadari bahwa perlawanan bersenjata yang dilakukan oleh setiap daerah secara tersendiri dengan perlengkapan yang terbelakang tidak mungkin akan berhasil. Gerakan sejarah yang terjadi itu dikenal sebagai Kebangkitan Nasional. Faktor penyebabnya Faktor dalam negeri
Pelaksanaan politik etis yang dijalankan oleh Pemerintahan Hindia Belanda yang memungkinkan masuknya ide dari Barat, dan pengaruh pembaharuan di dalam agama Islam.
Faktor luar negeri
Masuknya gagasan nasionalisme modern, khususnya pengaruh pergerakan nasional dan modernisasi di beberapa negara Asia, seperti Turki, Cina, dan India, serta Restorasi Meiji di Jepang dan kemenangan negara itu atas Rusia pada tahun-tahun pertama abad ke-20. Kemenangan itu dianggap sebagai kemenangan orang Asia (kulit berwarna) terhadap orang Eropa (kulit putih).
Lahirnya Nasionalisme di Asia Pada abad ke-19 sebagian besar bangsa Asia telah hidup menderita dalam cengkraman kekuasaan imperialisme dan kolonialisme bangsa Barat. Meskipun demikian, bangsa Asia tidak tinggal diam. Mereka selalu berjuang menentang penjajahan untuk memperoleh kembali kebebasan dan kemerdekaannya. Perjuangan menentang penjajahan itu pada hakikatnya merupakan perwujudan dari semangat nasionalisme. Semangat kebangsaan timbul sebagai reaksi terhadap akibat yang ditimbulkan oleh imperialisme dan kolonialisme itu. Oleh karena itu, perjuangan bangsa Asia memiliki corak dan sifat yang berbeda dengan nasionalisme yang tumbuh di negara Eropa. Nasionalisme di negara Asia memiliki tiga tujuan utama yang saling berkaitan, yaitu sbb: 1) Bidang politik berusaha mengusir kaum penjajah untuk memperoleh kebebasan dan kemerdekaannya kembali. 2) Bidang sosial ekonomi berusaha menghentikan eksploitasi ekonomi asing agar kemudian dapat membangun masyarakat yang bebas dari kemelaratan dan kesengsaraan. 3) Bidang kebudayaan berusaha menggali dan menghidupkan kembali kebudayaan asli warisan nenek moyang yang kemudian disesuaikan dengan perkembangan zaman.
Nasionalisme di Asia baru muncul pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 dengan ditandai berdirinya berbagai organisasi modern di daerah jajahan, misalnya: a.
Di India, termasuk di dalamnya Bangladesh dan Pakistan, pada tahun 1885 didirikan Ali Indian National Congress.
b.
Di Filipina pada tahun 1892 didirikan Liga Filipina oleh Jose Rizal.
c.
Di Indonesia, pada tanggal 20 Mei 1908 para mahasiswa Sekolah Dokter Jawa di Jakarta mendirikan Budi Utomo.
Kebangkitan Nasional di Indonesia Pergerakan kebangkitan Indonesia bergerak dengan tahapan sbb: a.
Tanggal 20 Mei 1908 adalah hari kebangkitan nasional yang merupakan semangat kebangkitan Indonesia.
b.
Tanggal 28 Oktober 1928 merupakan puncak kebulatan tekad untuk berbangsa satu, bertanah air satu dan bebahasa nasional yang satu, yaitu Indonesia.
c.
Tanggal 17 Agustus 1945 merupakan puncak perjuangan bangsa untuk merebut dan menegakkan kedaulatan.
Pada alinea pertama Pembukaan UUD 1945 ditegaskan bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa. Oleh sebab itu, penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Pembukaan UUD 1945 ini sekaligus merupakan deklarasi kemerdekaan Indonesia dan dasar kaidah bagi kehidupan bangsa dan negara Indonesia merdeka.