SELF-ESTEEM, MONEY ATTITUDE, PERILAKU PENGGUNAAN KARTU KREDIT, DAN PERILAKU PEMBELIAN KOMPULSIF PADA WANITA BEKERJA
AMBAR SUSAN ROSIFA
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Self-Esteem, Money Attitude, Perilaku Penggunaan Kartu Kredit, dan Perilaku Pembelian Kompulsif pada Wanita Bekerja adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015 Ambar Susan Rosifa NIM I24110013
ABSTRAK
AMBAR SUSAN ROSIFA. Self-Esteem, Money Attitude, Perilaku Penggunaan Kartu Kredit, dan Perilaku Pembelian Kompulsif pada Wanita Bekerja. Dibimbing oleh MEGAWATI SIMANJUNTAK. Perilaku pembelian kompulsif dianggap menjadi suatu hal yang tidak terkendali atau limit keuangan yang tidak terkontrol dan merupakan fenomena perilaku pembelian baru yang telah dialami oleh konsumen di berbagai negara di dunia. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis self-esteem, money attitude, dan perilaku penggunaan kartu kredit terhadap perilaku pembelian kompulsif pada wanita bekerja. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan metode survey elektronik (e-survey) yang melibatkan 60 wanita bekerja pengguna kartu kredit yang berdomisili di wilayah Jabodetabek. Penelitian ini menggunakan analisis korelasi Pearson dan regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan power prestige, anxiety, retention-time, dan perilaku penggunaan kartu kredit berhubungan nyata dengan perilaku pembelian kompulsif. Lama pendidikan berpengaruh negatif nyata, dan anxiety berpengaruh positif nyata terhadap perilaku penggunaan kartu kredit. Selain itu, retention-time berpengaruh negatif nyata dan perilaku penggunaan kartu kredit berpengaruh positif nyata terhadap perilaku pembelian kompulsif. Kata kunci: kartu kredit, money attitude, perilaku pembelian kompulsif, selfesteem AMBAR SUSAN ROSIFA. Self-Esteem, Money Attitude, Credit Card Usage Behavior, and Compulsive Buying Behavior toward Working Women. Supervised by MEGAWATI SIMANJUNTAK. Compulsive buying behavior is considered as a problem if it’s not controlled or uncontrolled financial limit and it is a new phenomenon purchasing behavior that has been experienced by the consumers in many countries. The aim of this study was to analyze the self-esteem, money attitude, and the credit card usage behavior on compulsive buying behavior of working women. The study used cross sectional design with electronic survey methods (e-survey) involved 60 working women that used credit card where located in Jabodetabek areas. Pearson correlation and multiple analysis regression were used as statistic tool. The result indicated that power prestige, anxiety, retention-time, and credit card usage behavior significantly correlated with compulsive buying behavior. The credit card usage behavior negatively was influenced by length of education and positively influenced by anxiety. Compulsive buying behavior was influenced negatively by the retention-time and positively influenced by credit card usage behavior. Keywords: credit card, compulsive buying behavior, money attitude, self-esteem
SELF-ESTEEM, MONEY ATTITUDE, PERILAKU PENGGUNAAN KARTU KREDIT, DAN PERILAKU PEMBELIAN KOMPULSIF PADA WANITA BEKERJA
AMBAR SUSAN ROSIFA Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
Judul Skripsi : Self-Esteem, Money Attitude, Perilaku Penggunaan Kartu Kredit, dan Perilaku Pembelian Kompulsif pada Wanita Bekerja Nama : Ambar Susan Rosifa NIM : I24110013
Disetujui oleh
Dr Megawati Simanjuntak, SP MSi Pembimbing
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Ujang Sumarwan, MSc Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
Tanggal Pengesahan:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya, sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2015 ini adalah perilaku pembelian kompulsif, dengan judul “Self-Esteem, Money Attitude, Perilaku Penggunaan Kartu Kredit, dan Perilaku Pembelian Kompulsif pada Wanita Bekerja”. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Megawati Simanjuntak, SP, MSi selaku pembimbing skripsi, Ir. Retnaningsih, MSi selaku dosen penguji 1, Nur Islamiyah. S.Psi, M.Psi selaku dosen penguji 2, dan Alfiasari, SP, MSi selaku pembimbing akademik, serta seluruh dosen dan staf Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Suryanto, SH (ayah), Maemunah (ibu), Jihan Isriyatun Laela (kakak), Moh. Rizky Ilham Makky (adik), serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Tidak lupa kepada Galih Meilandika, Nayla Humaeda, Nikita Yulia, Dwi Kurniati, Meilia Rachmawati, teman-teman KKP, PKP, keluarga Pondok Nuansa Sakinah, teman-teman satu bimbingan skripsi (Iffahsari Musyrifah, Ulfah Mubarokah, Yustia Tafarani, dan Diana Hartatin), serta teman-teman IKK 48 atas seluruh bantuan dan dukungannya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2015 Ambar Susan Rosifa
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
2
Tujuan Penelitian
3
Manfaat Penelitian
4
TINJAUAN PUSTAKA
4
Kartu Kredit
4
Self-Esteem
4
Money Attitude
5
Perilaku Pembelian Kompulsif
5
KERANGKA PEMIKIRAN
6
METODE
8
Desain dan Waktu Penelitian
8
Teknik Pengambilan Contoh
8
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
9
Pengolahan dan Analisis Data
10
Definisi Operasional
12
HASIL DAN PEMBAHASAN
13
Hasil
13
Pembahasan
24
SIMPULAN DAN SARAN
27
Simpulan
27
Saran
27
DAFTAR PUSTAKA
27
LAMPIRAN
31
RIWAYAT HIDUP
34
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Jenis variabel, skala data, dan kategori data yang diambil Sebaran wanita bekerja berdasarkan usia Sebaran wanita bekerja berdasarkan lama pendidikan Sebaran wanita bekerja berdasarkan pendapatan per bulan Sebaran wanita bekerja berdasarkan pengeluaran per bulan Sebaran wanita bekerja berdasarkan status pernikahan Sebaran wanita bekerja berdasarkan besar keluarga Rata-rata skor jawaban wanita bekerja berdasarkan kategori self-esteem Sebaran wanita bekerja berdasarkan kategori self-esteem Rata-rata skor money attitude dan dimensinya Rata-rata skor jawaban wanita bekerja pada item money attitude Sebaran wanita bekerja berdasarkan kategori money attitude Sebaran wanita bekerja berdasarkan perilaku penggunaan kartu kredit Rata-rata skor jawaban wanita bekerja berdasarkan kategori penggunaan kartu kredit Sebaran wanita bekerja berdasarkan penggunaan kartu kredit Rata-rata skor jawaban wanita bekerja berdasarkan kategori perilaku pembelian kompulsif Sebaran wanita bekerja berdasarkan perilaku pembelian kompulsif Hasil analisis regresi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku penggunaan kartu kredit Hasil analisis regresi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku pembelian kompulsif
15 16 17 18 19
9 13 13 14 14 14 15 15 15 16 16 18 18 19 20 20 21 22 23
DAFTAR GAMBAR 1
Kerangka pemikiran penelitian self-esteem, money attitude, perilaku penggunaan kartu kredit, dan perilaku pembelian kompulsif pada wanita bekerja
8
DAFTAR LAMPIRAN 1 2
Jumlah butir pernyataan, nilai reliabilitas, dan validitas variabel penelitian Hubungan antara karakteristik individu, self-esteem, money attitude, perilaku penggunaan kartu kredit, dan perilaku pembelian kompulsif
32 33
43
PENDAHULUAN Latar Belakang Penggunaan kartu pembayaran elektronik, termasuk kartu kredit, di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Bank Indonesia (2014) mencatat jumlah transaksi belanja dengan sistem pembayaran menggunaan kartu kredit mengalami kenaikan dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2014 sebesar tiga persen. Dengan peningkatan tersebut, maka dapat dilihat ada kecenderungan peningkatan kegiatan berbelanja di masyarakat khususnya pada pengguna kartu kredit. Menurut Goldsmith (2010), manajemen sumberdaya keluarga adalah proses menggunakan sumber daya yang dilakukan individu atau keluarga untuk mencapai tujuan. Manajemen melibatkan banyak elemen yang saling berinteraksi, diantaranya: masalah, kebutuhan, keinginan, nilai-nilai, pengambilan keputusan, perencanaan, pelaksanaan, komunikasi, dan umpan balik (feedback). Kontribusi yang unik dari manajemen adalah pengetahuan dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan. Salah satu manajemen yang penting diterapkan pada keluarga adalah manajemen keuangan (management finance). Pada manajemen keuangan, pengelolaan kredit (managing credit) merupakan masalah terbesar yang dimiliki individu dan keluarga. Berdasarkan sudut pandang finansial, salah satu permasalahan kartu kredit adalah pembayaran kartu kredit biasanya lebih besar dibandingkan dengan pemasukan individu. Penggunaan kartu kredit membuat berbelanja menjadi lebih nyaman serta dapat mengurangi pencurian dan resiko kehilangan uang dibandingkan dengan berbelanja dengan uang tunai. Faktorfaktor yang memotivasi pengguna kartu kredit dalam menggunakan kartu kredit terdiri dari dua faktor yaitu: faktor keunggulan yang berisikan variabel praktis, diskon khusus dan reward, serta faktor kemudahan yang berisikan variabel cadangan uang, fasilitas dan kemudahan, serta beli sekarang dan membayar kemudian (Sulistyawaty 2010). Terdapat beberapa tempat yang sering dikunjungi oleh masyarakat untuk berbelanja, diantaranya pasar tradisional, super market, pusat perbelanjaan, dan mall. Menurut Solomon (2002) pusat perbelanjaan telah menggantikan sarana berkumpul tradisional. Banyak orang yang tinggal di daerah rural dan sub-urban hampir tidak memiliki tempat berkumpul. Oleh karena itu, dapat dirasakan saat ini bahwa kegiatan pergi ke pusat perbelanjaan pada karakteristik konsumen tertentu merupakan kegiatan yang rutin. Trend berbelanja saat ini bukan hanya dilakukan atas dasar kebutuhan, tetapi juga karena faktor mencari kesenangan (refreshing). Kecenderungan orang berbelanja menunjukkan semakin terkaitnya seseorang dengan nilai materialisme yang mempunyai hubungan konsisten dengan perilaku pembelian secara kompulsif (Putri 2012). Belanja pada pembeli kompulsif merupakan simbol yang kuat, yaitu sebagai peran emosional khususnya bagi wanita. Hal ini membantu pembeli kompulsif untuk menangani sejumlah faktor diantaranya kebosanan, stres, rendahnya selfesteem, dan depresi (Ergin 2010). Self-esteem secara signifikan memengaruhi perilaku pembelian kompulsif (Kothari dan Mallik 2015; Dlugokencka 2013; Abednego 2014). Seorang pembeli kompulsif, memiliki harga diri yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan bukan pembeli kompulsif (Kothari dan Mallik
2
2015). Salah satu karakteristik pembeli kompulsif adalah kurangnya pengendalian diri yang seringkali mengalami kesulitan finansial akibat berbelanja diluar kemampuannya. Pembeli kompulsif dalam berbelanja tidak fokus mencari harga yang lebih rendah, melainkan untuk melarikan diri dari perasaan internal yang negatif, dan memiliki keyakinan bahwa produk mahal akan memberikan status dan gengsi (Putri 2012). Memahami sikap terhadap uang merupakan hal yang sangat penting karena sikap ini membentuk perilaku manusia (Durvasula dan Lysonski 2007). Sikap terhadap uang berdampak pada perilaku pembelian kompulsif pada konsumen (Roberts dan Jones 2001; Hafez, El Sahn, dan Farrag 2013; Durvasula dan Lysonski 2007; Al-Amoodi 2006). Studi yang dilakukan Al-Amoodi (2006) juga menyatakan bahwa penggunaan kartu kredit berhubungan positif terhadap perilaku pembelian kompulsif. Kirana (2014) juga menyatakan bahwa semakin rendah self-esteem seseorang, semakin tinggi perilaku konsumtif pengguna kartu kredit. Hal tersebut sesuai dengan Omar, Rahim, Wel, dan Alam (2013) yang menyatakan bahwa perilaku pembelian kompulsif yang tinggi dan rendahnya selfesteem meningkatkan kecenderungan orang dewasa yang telah bekerja dalam menyalahgunakan kartu kredit. Penjelasan di atas menunjukkan bahwa banyak penelitian yang menghubungkan money attitude, materialisme, pembelian impulsif, dan self-esteem dengan perilaku pembelian kompulsif. Namun, belum ada penelitian yang spesifik menghubungkan self-esteem dan money attitude dengan perilaku pembelian kompulsif pada pengguna kartu kredit.
Perumusan Masalah Dewasa ini, kartu kredit merupakan salah satu produk perbankan yang telah diterima masyarakat luas sebagai alat pembayaran non-tunai dengan berbagai kemudahan yang ditawarkan kepada pemegang kartu (cardholder). Seorang konsumen dapat terus menggunakan kartu kreditnya untuk membeli barang/jasa atau mengambil uang tunai sampai batas kreditnya (credit line) tercapai (Jalil 2007). Melalui mekanisme kredit, konsumen dapat mengonsumsi produk dan jasa kapanpun tanpa harus menunggu mempunyai uang yang cukup. Hal tersebut akan meningkatkan daya beli konsumen, sehingga konsumen yang memperoleh sumber kredit akan memiliki peluang untuk meningkatkan konsumsi berbagai produk dan jasa yang berakibat pada perilaku konsumsi yang negatif. Penelitian Cankaya, Ucal, dan O’Neil (2011) pada mahasiswa Turki menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan perempuan dalam kepemilikan kartu kredit. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa laki-laki memiliki lebih banyak kartu kredit dibandingkan dengan perempuan. Studi yang dilakukan Manchanda (2012) menyebutkan bahwa wanita bekerja lebih berniat dan lebih rentan melakukan pembelian kompulsif dibandingkan dengan bukan wanita bekerja. Perilaku konsumsi negatif salah satunya adalah perilaku pembelian kompulsif. Seorang pembeli kompulsif akan menggunakan kartu kredit untuk memenuhi keinginannya jika tidak memiliki cukup uang. Oleh karena itu, penggunaan kartu kredit mendorong kecenderungan perilaku pembelian kompulsif. Hal ini umum bagi pembeli kompulsif untuk sering pergi berbelanja dan
3
mengumpulkan sejumlah besar barang yang tidak diinginkan (Shafii 2008). Omar et al. (2013) menunjukkan bahwa budget constraint, pembelian impulsif, dan materialisme berkontribusi terhadap perilaku pembelian kompulsif pada pengguna kartu kredit. Selain itu, rendahnya self-esteem dan perilaku pembelian kompulsif yang tinggi meningkatkan kecenderungan penyalahgunaan kartu kredit. Perilaku pembelian kompulsif di Amerika Serikat dan Australia telah memberikan kontribusi bagi jumlah pengajuan kebangkrutan individu dan hutang kartu kredit (Roberts dan Jones 2001; Phau dan Woo 2008). Budaya konsumsi merupakan budaya di mana sebagian besar orang mengonsumsi, mengejar, dan menampilkan barang dan jasa yang dihargai karena alasan tertentu seperti status (power), iri dan selalu mencari kesenangan (Roberts dan Jones 2001). Secara spesifik, uang telah dianggap sebagai bahasa umum dalam budaya konsumen. Sikap terhadap uang telah memengaruhi semua bidang kehidupan seseorang yang meliputi kebiasaan menabung, berbelanja, kinerja suatu pekerjaan, ideologi politik, beramal, dan sikap terhadap lingkungan (Hafez, El Sahn, dan Farrag 2013). Berdasarkan pemaparan tersebut, maka permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana karakteristik individu, self-esteem, money attitude, perilaku penggunaan kartu kredit, dan perilaku pembelian kompulsif pada wanita bekerja? 2. Bagaimana hubungan karakteristik individu, self-esteem, money attitude, dan perilaku penggunaan kartu kredit dengan perilaku pembelian kompulsif pada wanita bekerja? Bagaimana pengaruh karakteristik individu, self-esteem, dan money attitude 3. terhadap perilaku penggunaan kartu kredit pada wanita bekerja? 4. Bagaimana pengaruh self-esteem, money attitude, dan perilaku penggunaan kartu kredit terhadap perilaku pembelian kompulsif pada wanita bekerja?
Tujuan Penelitian Tujuan umum Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh self-esteem, money attitude, dan perilaku penggunaan kartu kredit terhadap perilaku pembelian kompulsif. Tujuan khusus 1. Mengidentifikasi karakteristik individu, self-esteem, money attitude, perilaku penggunaan kartu kredit, dan perilaku pembelian kompulsif pada wanita bekerja. 2. Menganalisis hubungan karakteristik individu, self-esteem, money attitude dan perilaku penggunaan kartu kredit dengan perilaku pembelian kompulsif pada wanita bekerja. 3. Menganalisis pengaruh karakteristik individu, self-esteem, dan money attitude terhadap perilaku penggunaan kartu kredit pada wanita bekerja. 4. Menganalisis pengaruh, self-esteem, money attitude, dan perilaku penggunaan kartu kredit terhadap perilaku pembelian kompulsif pada wanita bekerja.
4
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah wawasan dan pemahaman mengenai perilaku belanja kompulsif. Selain itu, bagi institusi pendidikan dan konsumen secara luas, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan perbendaharaan penelitian di bidang perilaku konsumen dan meningkatkan kesadaran konsumen akan bahaya dari perilaku pembelian kompulsif khususnya pada pengguna kartu kredit. Bagi pemerintah (Bank Indonesia dan Otorisasi Jasa Keuangan), penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi dalam merumuskan kebijakan yang terkait dengan perlindungan konsumen.
TINJAUAN PUSTAKA Kartu Kredit Menurut Bank Indonesia (2004) kartu kredit adalah alat pembayaran dengan menggunakan kartu yang dapat digunakan untuk melakukan pembayaran atas kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi, termasuk transaksi pembelanjaan dan atau untuk melakukan penarikan tunai dimana kewajiban pembayaran pemegang kartu dipenuhi terlebih dahulu oleh penerbit atau acquirer, dan pemegang kartu berkewajiban melakukan pelunasan kewajiban pembayaran tersebut pada waktu yang disepakati baik secara sekaligus ataupun secara angsuran. Dengan kata lain, pengguna kartu kredit merupakan seseorang yang yang melakukan kegiatan transaksi ekonomi pada saat tidak memiliki uang, yaitu berbelanja dengan cara berhutang karena konsumen diperkenankan membayar dengan cara mencicil dengan sejumlah minimum tertentu (Jalil 2014). Menurut Shafii (2008), sebuah kartu kredit memungkinkan konsumen untuk membeli produk atau jasa tanpa uang tunai dan membayar dikemudian hari. Mereka kemudian menerima fasilitas kredit dengan jumlah tertentu. Konsumen dapat menggunakan kartu untuk melakukan pembelian dari merchant yang berpartisipasi sampai mencapai batas kredit. Menurut Al-moodi (2006), membeli barang dengan kartu kredit akan mendorong seseorang untuk membeli secara besar-besaran yang mendorong peningkatan hutang. Self-Esteem Menurut Rosenberg (1979) dalam Omar et al. (2013) self-esteem adalah evaluasi diri seseorang terhadap kualitas atau keberhargaan diri sebagai manusia dan merupakan tingkatan positif dari konsep diri. Menurut Dlugokencka (2013), self-esteem memiliki efek negatif pada perilaku pembelian kompulsif. Self-esteem adalah faktor pembangun psikologis yang penting karena merupakan komponen utama dari setiap pengalaman individu, hal tersebut mengacu pada cara orangorang merasakan dirinya sendiri yang mencerminkan dan memengaruhi mereka secara terus-menerus untuk melakukan transaksi dengan lingkungan dan orangorang yang ditemui di dalamnya (Kernis 2003). Salah satu pengukuran mengenai
5
self-esteem yaitu Rosenberg Self-Esteem Scale (Rosenberg 1965 dalam Mannarini 2010) yang mengukur sepuluh item dengan skala Likert dengan empat skala jawaban dari sangat setuju hingga sangat tidak setuju. Pengukuran tersebut dikembangkan dengan menggunakan sampel Siswa Menengah Pertama (High School Juniors) dan Siswa Menengah Atas (High School Seniors) yang dipilih secara random dari sepuluh sekolah di New York. Money Attitude Sikap terhadap uang merupakan hal yang akan berdampak pada semua bidang kehidupan seseorang yang meliputi kebiasaan menabung, berbelanja, kinerja suatu pekerjaan, ideologi politik, bersedekah, dan sikap terhadap lingkungan (Phau dan Woo 2008). Durvasula dan Lysonksi (2007) mengklasifikasikan sikap seseorang terhadap uang kedalam tiga kelompok konsumen. Pertama, orang-orang yang melihat uang sebagai alat untuk mendapatkan kekuasaan (power-prestige). Kedua, orang-orang yang menunjukkan kecurigaan dan ketidakpercayaan ketika berhadapan dengan uang (distrust), dan ketiga adalah konsumen yang menganggap uang sebagai sumber kecemasan dan sebagai pelindung dari kecemasan (anxiety). Lejoyeux, Benhaim, Betizeau, Lequen, dan Lohnhardt (2011) menjelaskan bahwa power-prestige (kekuasaan) merupakan kecenderungan untuk menggunakan uang untuk memengaruhi dan mengesankan orang lain. Retentiontime (retensi waktu) menilai kecenderungan untuk perencanaan keuangan secara cermat. Distrust (ketidakpercayaan) merupakan perasaan ragu-ragu, curiga, dan sikap ragu-ragu terhadap situasi yang melibatkan uang. Anxiety (kecemasan) adalah bagaimana uang dapat dilihat sebagai sumber kecemasan. Perilaku Pembelian Kompulsif Perilaku pembelian kompulsif merupakan suatu hal kronis dimana konsumen merasa tidak mampu untuk menghentikan atau secara signifikan memoderasi perilaku (Al-Amoodi 2006). Fenomena compulsive buying behavior saat ini memiliki hubungan terhadap depresi, perasaan cemas, dan rendahnya selfesteem (Lejoyeux et al. 2011; Roberts dan Jones 2001). Seseorang dengan compulsive buying behavior disorder lebih sering merasakan sesuatu yang tak tertahankan, mengganggu dan sering merasakan dorongan yang tidak masuk akal untuk melakukan pembelian. Hal ini menjadi sesuatu yang umum bagi pembeli kompulsif untuk sering pergi berbelanja dan mengumpulkan sejumlah besar barang yang tidak diinginkan (Shafii 2008). Pembeli kompulsif menggunakan kegiatan belanja sebagai sarana untuk melepaskan stres dan rendah diri, selain itu pembeli kompulsif memiliki kecenderungan kuat untuk membeli barang sebagai self-gifts (Lejoyeux et al. 2011). Pembeli kompulsif cenderung untuk membeli barang-barang meningkatkan harga diri mereka. Seorang pembeli kompulsif lebih melekat pada kegiatan “membeli” itu sendiri dibandingkan dengan kegiatan menggunakan atau memiliki barang yang telah dibeli. Menurut Ergin (2010), gender merupakan prediktor yang signifikan dalam pembelian kompulsif. Konsumen wanita lebih terpengaruh untuk
6
melakukan pembelian tidak terencana pada grocery items, pakaian, dan aksesoris, sedangkan konsumen laki-laki lebih terpengaruh pada kategori pakaian, elektronik, dan barang penunjang hobi seperti alat memancing, game komputer, dan lain-lain.
KERANGKA PEMIKIRAN Variabel usia, total pendapatan, pengeluaran, dan tabungan rata-rata per bulan, lama bekerja, dan pekerjaan lain memiliki hubungan yang nyata terhadap kepemilikan kartu kredit, dan laki-laki memiliki peluang 7.29 kali lebih besar untuk memiliki kartu kredit daripada wanita (Jalil 2007). Hal tersebut didukung oleh Rita dan Kusumawati (2011) yang menyatakan bahwa pengguna kartu kredit lebih dominan berusia ≥ 40 tahun dan berjenis kelamin laki-laki. Berdasarkan studi yang dilakukan Dittmar (2005), Li, Unger, dan Bi (2014), Verheij (2014), dan Black (2007), gender berpengaruh positif nyata terhadap pembelian kompulsif dengan wanita cenderung lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Studi yang dilakukan Manchanda (2012) menyebutkan bahwa wanita bekerja lebih berniat dan lebih rentan melakukan pembelian kompulsif dibandingkan dengan bukan wanita bekerja. Penelitian Dittmar (2005), Ergin (2010), dan Saleem dan Salaria (2010) menyatakan bahwa usia berpengaruh nyata terhadap perilaku pembelian kompulsif dan sebagian besar yang terpengaruh adalah konsumen muda. Verheij (2014) menyatakan bahwa usia memiliki dampak positif namun tidak memiliki hubungan yang nyata terhadap perilaku pembelian kompulsif. Studi yang dilakukan Dittmar (2005) yang menyatakan bahwa pendidikan dan variabel finansial (pendapatan dan pengeluaran individu) tidak berhubungan myata terhadap perilaku pembelian kompulsif. Namun hal tersebut tidak sesuai dengan Verheij (2014) yang menyatakan bahwa pendidikan dan pendapatan memiliki hubungan nyata terhadap pembelian kompulsif, semakin tinggi pendidikan maka semakin tinggi peluang seseorang untuk menjadi pembeli kompulsif. Tingkat pendidikan mempunyai pengaruh dalam pengambilan keputusan seseorang, karena melalui pendidikan seseorang dapat memperoleh pengetahuan dan pemahaman dalam bentuk sikap dan keterampilan (Rita dan Kusumawati 2011). Depresi, perasaan cemas, dan rendahnya self-esteem memengaruhi pembeli kompulsif pada hubungan personalnya (Roberts dan Jones 2001; Lejoyeux et al. 2011). Menurut Kirana (2014) terdapat empat dimensi selfesteem yaitu power, significance, virtue, dan competence yang berpengaruh negatif terhadap perilaku konsumtif penggunaan kartu kredit, jadi semakin rendah self-esteem seseorang, semakin tinggi perilaku konsumtif pengguna. Seseorang memiliki nilai yang tinggi pada faktor kegunaan uang sebagai alat untuk memengaruhi dan memberi kesan pada orang lain dan sebagai simbol kesuksesan (Roberts dan Jones 2001). Phau dan Woo (2008), Roberts dan Jones (2001), dan Hafez, El Sahn, dan Farrag (2013) menunjukkan variabel money attitude yaitu power prestige berhubungan secara nyata pada perilaku pembelian kompulsif. Phau dan Woo (2008) menunjukkan tiga dimensi lain dari money attitude, yaitu anxiety, distrust, dan retention-time tidak berhubungan secara nyata terhadap perilaku pembelian kompulsif. Namun hal tersebut bertentangan dengan Lejoyeux et al. (2011) yang menunjukkan bahwa distrust memiliki signifikansi tinggi terhadap pembelian kompulsif, Hafez, El Sahn, dan Farrag (2013), Roberts
7
dan Jones (2001) yang menunjukkan bahwa anxiety juga berhubungan nyata terhadap perilaku pembelian kompulsif. Studi Omar et al. (2013) dan Phau dan Woo (2008) menunjukkan bahwa masyarakat Malaysia dan Australia sebagian besar hanya memiliki satu kartu kredit. Selanjutnya Omar et al. (2013) menyimpulkan masyarakat Malaysia menggunakan kartu kredit sekali dalam seminggu (36.7%), dan tujuan penggunaan kartu kredit terbesar adalah untuk berbelanja (52.7%), selain itu untuk berbelanja kebutuhan makan dan minum (groceries), bisnis, alasan personal, dan hiburan. Berdasarkan berbagai kajian empiris di atas, disusun sebuah kerangka berpikir penelitian yang menduga bahwa karakteristik individu (usia, lama pendidikan, pendapatan per bulan, pengeluaran per bulan, status pernikahan, dan besar keluarga), self-esteem, money attitude (power prestige, anxiety, distrust, dan retention-time), dan perilaku penggunaan kartu kredit (jumlah kartu kredit yang dimiliki, frekuensi penggunaan kartu kredit, tujuan penggunaan kartu kredit, jenis kartu kredit yang digunakan, teknik pembayaran ke bank, dan penggunaan kartu kredit) berhubungan dengan perilaku pembelian kompulsif. Karakteristik individu (usia, lama pendidikan, pendapatan per bulan, status pernikahan, dan besar keluarga), self-esteem, dan money attitude (power prestige, anxiety, distrust, dan retention-time) memengaruhi perilaku penggunaan kartu kredit. Self-esteem, money attitude (power prestige, anxiety, distrust, dan retention-time), dan perilaku penggunaan kartu kredit memengaruhi perilaku pembelian kompulsif. Kerangka pemikiran penelitian disajikan pada Gambar 1. Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
H0 :
H1 :
2.
H0 :
H1 :
3.
H0 :
H1 :
Tidak terdapat hubungan yang nyata antara karakteristik individu, self-esteem, money attitude, dan perilaku penggunaan kartu kredit dengan perilaku pembelian kompulsif pada wanita bekerja. Terdapat hubungan yang nyata antara karakteristik individu, selfesteem, money attitude, dan perilaku penggunaan kartu kredit dengan dengan perilaku pembelian kompulsif pada wanita bekerja Tidak terdapat pengaruh yang nyata antara karakteristik individu, self-esteem, dan money attitude terhadap perilaku penggunaan kartu kredit pada wanita bekerja. Terdapat pengaruh yang nyata antara karakteristik individu, selfesteem, dan money attitude terhadap perilaku penggunaan kartu kredit pada wanita bekerja. Tidak terdapat pengaruh yang nyata antara self-esteem, money attitude, dan perilaku penggunaan kartu kredit terhadap perilaku pembelian kompulsif pada wanita bekerja. Terdapat pengaruh yang nyata antara self-esteem, money attitude, dan perilaku penggunaan kartu kredit terhadap pembelian kompulsif pada wanita bekerja.
8
Karakteristik Individu - Usia - Lama pendidikan - Pendapatan per bulan - Pengeluaran per bulan - Status pernikahan - Besar keluarga
-
-
-
Money Attitude Power prestige Anxiety Distrust Retentiontime
-
-
-
Self-Esteem -
Perilaku Penggunaan Kartu Kredit Jumlah kartu kredit yang dimiliki Frekuensi penggunaan kartu kredit Tujuan penggunaan kartu kredit Jenis kartu kredit yang digunakan Teknik pembayaran ke bank Penggunaan kartu kredit
Perilaku Pembelian Kompulsif
Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian pengaruh self-esteem, money attitude, perilaku penggunaan kartu kredit, dan perilaku pembelian kompulsif pada wanita bekerja.
METODE Desain dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional study, yaitu penelitian dilakukan dalam kurun waktu tertentu pada objek yang berbeda dan tidak berkelanjutan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2015 yang meliputi penyusunan proposal penelitian, pengambilan data, pengolahan data, analisis data, dan pelaporan hasil penelitian. Teknik Pengambilan Contoh Contoh dalam penelitian ini adalah wanita bekerja yang berdomisili di wilayah Jabodetabek dan menggunakan kartu kredit yang tersebar di Jakarta,
9
Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei elektronik (e-survey) dengan menggunakan media internet dengan 60 responden yang berpartisipasi dalam survei. Kuesioner penelitian dibuat menggunakan Google Forms dari Google Drive, responden dapat mengisi kuesioner secara online melalui internet dan hasilnya dapat dilihat secara otomatis oleh peneliti. Link kuesioner penelitian dibuat, diinformasikan, dan disebarluaskan melalui komunitas-komunitas di media sosial seperti Facebook, WhatsApp, Line, dan BBM, seperti komunitas pengguna kartu kredit, alumni, organisasi, dan lain-lain. Jenis dan Cara Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui self-report dengan media kuesioner online. Variabel-variabel pada penelitian ini antara lain karakteristik individu (usia, lama pendidikan, pendapatan per bulan, pengeluaran per bulan, status pernikahan, dan besar keluarga), self-esteem, money attitude, perilaku penggunaan kartu kredit, dan perilaku pembelian kompulsif. Data sekunder yang digunakan berupa data penggunaan kartu pembayaran elektronik (Bank Indonesia 2014), jurnal, buku, dan literatur lainnya yang mendukung penelitian ini. Data yang digunakan pada penelitian ini disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Jenis variabel, skala data, dan kategori data yang diambil Variabel Karakteristik Individu
Skala Data
Keterangan/Kategori
Rasio Rasio Rasio Rasio Nominal
Tahun Tahun Rupiah/bulan Rupiah/bulan [1] Belum menikah [2] Menikah
Besar keluarga 2. Self-Esteem
Rasio Ordinal
3.
Money Attitude
Ordinal
Orang Skala dengan empat penilaian: [1] Sangat Tidak Setuju (STS) [2] Tidak Setuju (TS) [3] Setuju (S) [4] Sangat Setuju (SS) Skala dengan empat penilaian: [1] Sangat Tidak Setuju (STS) [2] Tidak Setuju (TS) [3] Setuju (S) [4] Sangat Setuju (SS)
4.
Perilaku Penggunaan Kartu Kredit
1.
Usia Lama pendidikan Pendapatan per bulan Pengeluaran per bulan Status pernikahan
Jumlah kartu kredit yang dimiliki Frekuensi penggunaan kartu kredit Lanjutan Tabel 1
Rasio Rasio
Buah Kali per minggu/ bulan/ tahun
10
5.
Variabel Tujuan penggunaan kartu kredit
Skala Data Nominal
Keterangan/Kategori [1] Bisnis [2] Berbelanja (barang tertentu) [3] Berbelanja bulanan [4] Hiburan [5] Alasan personal [6] Pendidikan [7] Lainnya [1] Visa [2] Mastercard [3] AMEX [4] JCB [5] Lainnya [1] Mencicil [2] Melunasi
Jenis kartu kredit yang digunakan
Nominal
Metode pembayaran ke bank
Nominal
Penggunaan kartu kredit
Ordinal
Rating scale 1 sampai 7
Perilaku Pembelian Kompulsif
Ordinal
Rating scale 1 sampai 7
Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh diolah melalui proses mengedit, coding data, memasukkan data, dan analisis data. Pengolahan data ini dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Excel dan Statistical Product and Service Solution (SPSS) for Windows. Instrumen yang dibuat harus diuji reliabilitas dan validitasnya. Uji reliabilitas dilakukan untuk menguji konsistensi instrumen, sedangkan uji validitas dilakukan untuk menguji keabsahan dari penelitian ini. Instrumen variabel self-esteem memiliki cronbach alpha sebesar 0.840 dengan 9 pertanyaan valid, variabel money attitude, nilai cronbach alpha sebesar 0.887 dengan 9 pertanyaan valid untuk power prestige; 0.620 dengan 5 pertanyaan valid untuk anxiety; 0.527 dengan 6 pertanyaan valid untuk distrust, dan 0.860 dengan 7 pertanyaan valid untuk retention time, sedangkan nilai cronbach alpha variabel penggunaan kartu kredit sebesar 0.673 dengan 11 pertanyaan valid, serta perilaku pembelian kompulsif sebesar 0.809 dengan 16 pertanyaan valid (dapat dilihat pada Lampiran 1). Data dan informasi dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan inferensia. Analisis statistik deskriptif yang digunakan meliputi frekuensi, ratarata, standar deviasi, nilai minimum, dan nilai maksimum dan analisis inferensia yang digunakan meliputi uji korelasi Pearson dan uji regresi linier berganda. Analisis deskriptif ini digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik individu (usia, lama pendidikan, pendapatan individu per bulan, pengeluaran total per bulan, status pernikahan, dan besar keluarga), self-esteem, money attitude, perilaku penggunaan kartu kredit (jumlah kartu kredit yang dimiliki, frekuensi penggunaan kartu kredit, tujuan penggunaan kartu kredit, jenis kartu kredit yang digunakan, metode pembayaran ke bank, dan penggunaan kartu kredit), dan perilaku pembelian kompulsif. Variabel-variabel yang diteliti pada penelitian ini diberi skor penilaian sesuai skala yang digunakan untuk masing-masing variabel. Variabel self-esteem diukur melalui pernyataan-pernyataan menggunakan skala Rosenberg (1965)
11
yang diacu pada Mannarini (2010) dengan empat skala penilaian yaitu “sangat tidak setuju” yang diberi skor penilaian satu, “tidak setuju” yang diberi skor dua, “setuju” dengan skor penilaian tiga, atau “sangat setuju” yang diberi skor penilaian empat. Variabel money attitude diukur melalui pernyataan-pernyataan dengan menggunakan Money Attitude Scale (MAS) oleh Yamauchi dan Templer (1982) dengan empat skala penilaian yaitu “sangat tidak setuju” yang diberi skor penilaian satu, “tidak setuju” yang diberi skor dua, “setuju” dengan skor penilaian tiga, atau “sangat setuju” yang diberi skor penilaian empat. Penggunaan kartu kredit diukur menggunakan skala penggunaan kartu kredit (credit card use scale) Robert dan Jones (2001) dengan skala Likert satu sampai tujuh, dengan dua penilaian yaitu skor satu untuk pilihan jawaban “tidak pernah” sampai dengan skor tujuh “selalu”, dan skor satu untuk pilihan jawaban “sangat tidak setuju” sampai dengan skor tujuh “sangat setuju”. Skala yang digunakan untuk variabel perilaku pembelian kompulsif diukur melalui pernyataan-pernyataan yang telah dimodifikasi dari skala Faber dan O’Guinn (1992), Edward (1993), dan Richmond (2008) dalam Ridgway, Kinney, dan Monroe (2010). Variabel perilaku pembelian kompulsif diukur dengan skala Likert satu sampai tujuh, dengan dua penilaian yaitu skor satu untuk pilihan jawaban “tidak pernah” sampai dengan skor tujuh “selalu”, dan skor satu untuk pilihan jawaban “sangat tidak setuju” sampai dengan skor tujuh “sangat setuju”. Skor dari setiap pernyataan selanjutnya dikompositkan berdasarkan masingmasing variabel. Setelah itu, skor total dari setiap variabel diindeks menjadi skala 0-100 dengan menggunakan rumus: Indeks =
Keterangan: Indeks Nilai aktual Nilai maksimal Nilai minimal
x 100
= skala nilai 0-100 = nilai yang diperoleh contoh = nilai tertinggi yang seharusnya dapat diperoleh contoh = nilai terendah yang seharusnya dapat diperoleh contoh
Indeks dari setiap variabel kemudian dikategorikan ke dalam empat kategori yakni sangat rendah (skor ≤ 25), rendah (25 < skor ≤ 50), tinggi (50 < skor ≤ 75), dan sangat tinggi (skor > 75). Selain analisis deskriptif, dalam pengolahan data ini juga digunakan analisis statistik inferensia. Analisis inferensia yang digunakan meliputi uji korelasi Pearson dan uji regresi linear berganda. Uji korelasi Pearson digunakan untuk menganalisis hubungan karakteristik individu, self-esteem, money attitude, dan perilaku penggunaan kartu kredit dengan perilaku pembelian kompulsif. Uji regresi linear berganda digunakan untuk menganalisis pengaruh karakteristik individu, self-esteem dan money attitude (power prestige, anxiety, distrust, dan retention-time) terhadap perilaku penggunaan kartu kredit pada wanita bekerja. Model persamaan regresi linear berganda adalah sebagai berikut: Y1 = a+ β1x1+ β2x2 + β3x3 + β4d1 + β5x4 + β6x5 + β7x6 + β8x7 + β6x8 + ε
12
Keterangan : Y1 = perilaku penggunaan kartu kredit a = konstanta β = koefisien regresi (unstandardized coeficient) x1 = usia (tahun) x2 = pendapatan per bulan (rupiah) x3 = besar keluarga (orang) d1 = status pernikahan (0=belum menikah; 1= menikah) x4 = self-esteem (indeks) x5 = power prestige (indeks) x6 = anxiety (indeks) x7 = distrust (indeks) x8 = retention-time (indeks) ε = galat Uji regresi linear berganda juga digunakan untuk menganalisis pengaruh self-esteem, money attitude (power prestige, anxiety, distrust, dan retention-time) dan perilaku penggunaan kartu kredit terhadap perilaku pembelian kompulsif pada wanita bekerja. Model persamaan regresi linear berganda adalah sebagai berikut: Y2 = a+ β1x1+ β2x2 + β3x3 + β4x4 + β5x5 + β6x6 +ε Keterangan : Y2 = perilaku pembelian kompulsif a = konstanta β = koefisien regresi (unstandardized coeficient) x1 = self-esteem (indeks) x2 = power prestige (indeks) x3 = anxiety (indeks) x4 = distrust (indeks) x5 = retention-time (indeks) x6 = perilaku penggunaan kartu kredit (indeks) ε = galat Definisi Operasional Contoh adalah seorang wanita bekerja yang berdomisili di sekitar Jabodetabek yang menggunakan kartu kredit. Self-esteem adalah penilaian pribadi atas kelayakan diri yang dinyatakan dalam sikap wanita bekerja pada dirinya. Money attitude adalah sikap wanita bekerja terhadap uang yang berdampak pada kehidupan wanita bekerja yang terbagi menjadi empat dimensi, yaitu power-prestige, anxiety, distrust, dan retention-time. Power prestige adalah sikap wanita bekerja yang melihat uang sebagai alat untuk mendapatkan kekuasaan. Anxiety adalah sikap wanita bekerja yang menganggap uang sebagai sumber kecemasan. Distrust adalah sikap wanita bekerja yang menunjukkan kecurigaan dan ketidakpercayaan ketika berhadapan dengan uang.
13
Retention-time adalah sikap wanita bekerja yang cenderung melakukan perencanaan keuangan secara cermat untuk masa depan. Perilaku penggunaan kartu kredit adalah perilaku wanita bekerja yang terkait penggunaan kartu kredit yang meliputi jumlah kartu kredit yang dimiliki, frekuensi penggunaan kartu kredit, tujuan penggunaan kartu kredit, jenis kartu kredit yang digunakan, metode pembayaran ke bank, dan penggunaan kartu kredit. Perilaku pembelian kompulsif adalah perilaku pembelian yang dimiliki wanita bekerja karena faktor intrinsik berupa stres, kecemasan, dan dorongan yang kuat untuk melakukan pembelian yang tidak direncanakan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Karakteristik Wanita Bekerja Tabel 2 menunjukkan bahwa lebih dari separuh (70%) wanita bekerja tergolong ke dalam kategori dewasa muda dengan rata-rata usia 35 tahun. Usia wanita bekerja dikelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu dewasa muda, madya, dan akhir yang disesuaikan berdasarkan Hurlock (1980). Tabel 2 Sebaran wanita bekerja berdasarkan usia Usia (tahun)
Persentase (%) 70.0
Min-max (tahun)
Rataan±Sd
Dewasa muda (18-40)
Jumlah (n) 42
Dewasa madya (41-60) Dewasa akhir (>60)
17 1
28.3 1.7
23-65
35.01±10.76
Tabel 3 menunjukkan lama pendidikan sebagian besar (86.7%) wanita bekerja berada pada jenjang sarjana. Selain itu, sebesar 8.3 persen lama pendidikan wanita bekerja berada pada jenjang tamat SMA. Rata-rata lama pendidikan wanita bekerja sebesar 16.18 tahun. Tabel 3 Sebaran wanita bekerja berdasarkan lama pendidikan Lama pendidikan Tidak tamat SD (<6 tahun) Tamat SD (6 tahun) Tamat SMP (9 tahun) Tamat SMA/SMK (12 tahun) Diploma (D1/D2/D3) (15 tahun) Sarjana (S1/S2/S3) (16 tahun)
Jumlah (n) 1 0 0 5 2
Persentase (%) 1.7 0.0 0.0 8.3 3.3
52
86.7
Min-max (tahun)
Rataan±Sd
4-22
16.18±2.62
Menurut Sumarwan (2011), pendapatan menggambarkan besarnya daya beli seorang konsumen. Tabel 4 menunjukkan lebih dari setengah (65%) wanita
14
bekerja memiliki pendapatan pada kisaran lebih dari Rp7 500 000. Rata-rata pendapatan wanita bekerja sebesar Rp12 055 000. Pengelompokan pendapatan menggunakan perhitungan interval kelas. Tabel 4 Sebaran wanita bekerja berdasarkan pendapatan per bulan Pendapatan per bulan <2 500 000 2 500 000-5 000 000 5 000 001-7 500 000 >7 500 000
Jumlah (n) 0 9 12 39
Persentase (%) 0.0 15.0 20.0 65.0
Min-max
Rataan±Sd
3 000 000-40 000 000
12 055 000±7 447 293
Tabel 5 menunjukkan lebih dari setengah (58.3%) wanita bekerja memiliki pengeluaran per bulan pada pada kisaran kurang dari Rp9 375 000. Lalu sebesar 36.7 persen wanita bekerja memiliki pengeluaran per bulan pada kisaran Rp9 375 001 – Rp18 750 000. Rata-rata pengeluaran per bulan sebesar Rp9 333 333. Pengelompokan pendapatan menggunakan perhitungan rataan. Tabel 5 Sebaran wanita bekerja berdasarkan pengeluaran per bulan Pengeluaran per bulan
Jumlah (n)
Persentase (%)
<9 375 000 9 375 000- 18 750 000 18 750 001-28 125 000 >28 125 000
35 22 1 2
58.3 36.7 1.7 3.3
Min-max
Rataan±Sd
2 500 000-40 000 000
9 333 333±6 546 228
Sebaran wanita bekerja berdasarkan status penikahan dapat dilihat pada Tabel 6. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 68.3 persen wanita bekerja memiliki status pernikahan dengan kategori menikah, sedangkan sisanya (31.7%) memiliki status pernikahan belum menikah. Tabel 6 Sebaran wanita bekerja berdasarkan status pernikahan Status pernikahan Belum menikah Menikah
Jumlah (n) 19 41
Persentase (%) 31.7 68.3
Sebaran wanita bekerja berdasarkan besar keluarga dapat dilihat pada Tabel 7. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 78.3 persen wanita bekerja memiliki besar keluarga dengan kategori kecil. Sebesar 20 persen memiliki besar keluarga dengan kategori sedang, dan sisanya (1.7%) memiliki besar keluarga dengan kategori besar. Rata-rata jumlah anggota keluarga wanita bekerja sebesar 3.8 orang.
15
Tabel 7 Sebaran wanita bekerja berdasarkan besar keluarga Besar keluarga Kecil (≤4 orang) Sedang (5-7 orang) Besar (>7 orang)
Jumlah (n)
Persentase (%)
Min-max (orang)
Rata-rata±Sd
47 12 1
78.3 20.0 1.7
1-10
3.8±1.2
Self-Esteem Self-esteem adalah evaluasi diri seseorang terhadap kualitas atau keberhargaan diri sebagai manusia. Rata-rata skor jawaban wanita bekerja berdasarkan variabel self-esteem dijelaskan pada Tabel 8. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 9 pernyataan self-esteem, rata-rata skor pilihan jawaban wanita bekerja berada pada selang pilihan jawaban 3 (setuju) dari skala pilihan jawaban 1 (sangat tidak setuju) sampai 4 (sangat setuju). Hal ini menunjukkan bahwa wanita bekerja memiliki self-esteem tinggi. Rata-rata skor tertinggi dimiliki pernyataan nomor 7 yaitu “terkadang merasa tidak berguna” yang merupakan pernyataan dengan skor yang diinvers. Hal ini berarti wanita bekerja merasa dirinya telah berguna. Tabel 8 Rata-rata skor jawaban wanita bekerja berdasarkan kategori self-esteem No
Pernyataan Self-Esteem
1 2
Merasa bahwa saya memiliki kualitas yang baik dalam berbagai hal Mampu mengerjakan suatu hal dengan baik seperti yang dilakukan oleh sebagian besar orang Merasa menjadi seseorang yang layak, setidaknya pada situasi yang sama dengan orang lain Secara keseluruhan, puas dengan diri sendiri Terkadang merasa tidak baik sama sekali* Merasa tidak memiliki sesuatu yang dibanggakan* Terkadang merasa tidak berguna* Lebih cenderung merasa gagal* Bersikap baik terhadap diri sendiri
3 4 5 6 7 8 9
Rata-rata (skala 1-4) 3.10 3.18 3.13 3.11 3.20 3.30 3.36 3.35 3.26
Keterangan: *skor diinvers
Sebesar 70 persen wanita bekerja memiliki self-esteem dengan kategori tinggi. Sisanya, 30 persen wanita bekerja memiliki self-esteem dengan kategori sangat tinggi dengan rata-rata skor self-esteem wanita bekerja adalah 74.13 (Tabel 9). Tabel 9 Sebaran wanita bekerja berdasarkan kategori self-esteem Kategori self-esteem Sangat rendah (skor ≤25) Rendah (25<skor ≤50) Tinggi (50<skor ≤75) Sangat tinggi (skor >75)
Jumlah (n)
Persentase (%)
Min-Max
Rata-rata±Sd
0 0 42 18
0.0 0.0 70.0 30.0
51.8-100.0
74.13±11.99
16
Money Attitude Money attitude adalah sikap wanita bekerja terhadap uang yang berdampak pada kehidupan wanita bekerja yang terbagi menjadi empat dimensi, yaitu powerprestige (kekuasaan), anxiety (kecemasan), distrust (ketidakpercayaan), dan retention-time (retensi waktu). Rata-rata skor money attitude terbesar berada pada dimensi retention-time dengan nilai rata-rata 68.17. Selain itu, rata-rata terkecil berada pada dimensi power prestige dengan nilai rata-rata 26.72. Nilai rata-rata skor money attitude total sebesar 44.60 (Tabel 10). Tabel 10 Rata-rata skor money attitude dan dimensinya Dimensi money attitude Power prestige Anxiety Distrust Retention-time Money attitude (skor total)
Rata-rata skor 26.72 40.22 47.59 68.17 44.60
Rata-rata skor jawaban wanita bekerja berdasarkan variabel money attitude dijelaskan pada Tabel 11. Pada variabel money attitude pilihan jawaban dibagi menjadi 4 skala, yaitu dari 1 (sangat tidak setuju) sampai 4 (sangat setuju). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada dimensi power prestige rata-rata skor jawaban wanita bekerja berada pada selang pilihan jawaban 1 (sangat tidak setuju) sampai 2 (tidak setuju) dengan rata-rata skor tertinggi dimiliki oleh item nomor 8, yaitu ”memiliki barang-barang yang bagus untuk mengesankan orang lain”. Pada dimensi anxiety, rata-rata skor jawaban wanita bekerja berada pada selang pilihan jawaban 2 (tidak setuju) sampai 3 (setuju) dengan rata-rata skor tertinggi dimiliki oleh item nomor 1 yaitu “merasa gugup ketika tidak memiliki cukup uang”. Pada dimensi distrust, rata-rata skor pilihan jawaban wanita bekerja berada pada selang pilihan jawaban 1 (sangat tidak setuju) sampai 2 (tidak setuju) dengan rata-rata skor tertinggi dimiliki oleh item nomor 4 dan 6, yaitu “memperdebatkan atau melakukan komplain tentang harga barang yang dibeli jika tidak sesuai dengan kondisi barang” dan “merasa terganggu ketika menemukan barang dengan harga yang lebih murah di tempat lain”. Selain itu, pada dimensi retention time, rata-rata skor pilihan jawaban wanita bekerja berada pada selang pilihan jawaban dari 2 (tidak setuju) sampai 4 (sangat setuju) dengan rata-rata skor tertinggi dimiliki oleh item nomor 3, yaitu “menabung saat ini untuk mempersiapkan masa tua”. Tabel 11 Rata-rata skor jawaban wanita bekerja pada item money attitude No
1
2
Pernyataan Money Attitude Power prestige Meskipun menilai keberhasilan seseorang dapat digambarkan berdasarkan perbuatannya, namun saya lebih terpengaruh dengan jumlah uang yang mereka miliki Orang yang saya kenal mengatakan bahwa saya terlalu banyak penekanan pada jumlah uang yang dimiliki seseorang sebagai tanda keberhasilan
Rata-rata (skala 1-4) 1.65
1.66
17
Lanjutan Tabel 11 No 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 6
1 2 3 4 5 6 7
Pernyataan Money Attitude Menggunakan uang untuk memengaruhi orang lain untuk melakukan suatu hal yang saya inginkan Merasa lebih menunjukkan rasa hormat kepada seseorang yang memiliki uang lebih banyak dari yang dimiliki Berperilaku seolah-olah uang adalah simbol utama dari keberhasilan Mengaku membeli suatu barang karena barang tersebut dapat mengesankan orang lain Sering mencari tahu apakah orang lain mencari uang lebih banyak dari yang saya lakukan Memiliki barang-barang yang bagus untuk mengesankan orang lain Kadang-kadang mengakui merasa sombong dengan uang yang dimiliki Anxiety Merasa gugup ketika tidak memiliki cukup uang Menunjukkan sikap kekhawatiran ketika berhubungan dengan uang Merasa khawatir tidak akan aman secara finansial Menghabiskan uang untuk membuat diri merasa lebih baik Merasa tidak nyaman ketika melewatkan sebuah sale Distrust Secara otomatis mengatakan "saya tidak bisa membeli barang itu", meskipun pada kenyataannya dapat membeli barang tersebut Ketika melakukan pembelian dalam jumlah banyak, merasa telah dimanfaatkan oleh pedagang dari pembelian tersebut Ketika membeli sesuatu, melakukan komplain tentang harga barang yang dibeli Memperdebatkan atau melakukan komplain tentang harga barang yang dibeli jika tidak sesuai dengan kondisi barang Setelah membeli suatu barang, ingin tahu apakah dapat membeli barang yang sama dengan harga lebih murah di tempat lain Merasa terganggu ketika menemukan barang dengan harga yang lebih murah di tempat lain Retention time Melakukan financial planning untuk masa depan Menyisihkan uang untuk masa depan terlepas dari pengeluaran reguler Menabung saat ini untuk mempersiapkan masa tua Melakukan pencatatan keuangan saya Seorang yang bijaksana terhadap uang Memiliki uang yang tersisa meskipun pada situasi krisis ekonomi Berbelanja sesuai dengan perencanaan
Rata-rata (skala 1-4) 1.80 1.58 1.63 1.93 2.03 2.05 1.86 2.40 2.15 2.18 2.25 2.05 1.95 2.08 2.13 2.85 2.70 2.85
3.20 3.26 3.30 2.78 2.88 3.13 2.75
Sebagian besar (85%) wanita bekerja memiliki money attitude dengan kategori rendah. Sisanya, sebesar 15 persen wanita bekerja memiliki money attitude dengan kategori tinggi. Rata-rata skor money attitude wanita bekerja sebesar 44.60 (Tabel 12).
18
Tabel 12 Sebaran wanita bekerja berdasarkan kategori money attitude Jumlah (n)
Persentase (%)
Sangat rendah (skor ≤25)
0
0.0
Rendah (25<skor ≤50) Tinggi (50<skor ≤75) Sangat tinggi (skor >75)
51 9 0.0
85.0 15.0 0.0
Kategori money attitude
Min-Max
Rata-rata±Sd
32.09-60.49
44.60±6.16
Perilaku Penggunaan Kartu Kredit Hasil pada Tabel 13 menunjukkan sebesar 71.7 persen wanita bekerja memiliki satu buah kartu kredit. Selain itu, sebesar 25 persen wanita bekerja memiliki dua buah kartu kredit, sisanya sebesar 1.7 persen wanita bekerja memiliki tiga dan empat buah kartu kredit. Sebagian besar (85%) wanita bekerja menggunakan kartu kredit sebanyak kurang dari 40 kali per tahun. Lalu sebesar 13.3 persen wanita bekerja menggunakan kartu kredit sebanyak 40 sampai 80 kali per tahun. Sisanya 1.7 persen wanita bekerja menggunakan kartu kredit lebih dari 80 kali per tahun. Hasil menunjukkan bahwa dari ketujuh pilihan tujuan penggunaan kartu kredit, berbelanja barang tertentu memiliki proporsi paling besar (76.7%). Pilihan terbesar kedua adalah berbelanja bulanan (40%), dan diikuti oleh pilihan-pilihan lainnya seperti yang tertera pada Tabel 13. Dalam hal ini wanita bekerja boleh memilih lebih dari satu pilihan jawaban. Sebesar 65 persen wanita bekerja menggunakan kartu kredit berjenis Visa. Lalu sebesar 50 persen wanita bekerja menggunakan kartu kredit jenis Mastercard. Sisanya, menggunakan kartu kredit berjenis lainnya. Dalam hal ini wanita bekerja boleh memilih lebih dari satu pilihan jika memiliki lebih dari satu kartu kredit. Pada kategori metode pembayaran ke bank, sebagian besar (81.7%) wanita bekerja melakukan pembayaran tagihan kartu kredit dengan metode melunasi (full payment). Selain itu, 21.7 persen wanita bekerja memilih melakukan pembayaran tagihan dengan metode mencicil 10% dari tagihan (minimum payment). Sisanya, 1.7 persen menggunakan metode lainnya. Pada kategori ini contoh dapat memilih lebih dari satu pilihan jawaban. Tabel 13 Sebaran wanita bekerja berdasarkan perilaku penggunaan kartu kredit Kategori perilaku penggunaan kartu kredit Jumlah kartu kredit 1 buah 2 buah 3 buah 4 buah Frekuensi penggunaan kartu kredit <40 kali per tahun 40-80 kali per tahun >80 kali per tahun
Jumlah (n)
Persentase (%)
43 15
71.6 25.0
1 1
1.7 1.7
51 8 1
85.0 13.3 1.7
19
Lanjutan Tabel 13 Kategori perilaku penggunaan kartu kredit Tujuan penggunaan kartu kredit* Berbelanja (barang tertentu) Berbelanja bulanan Alasan personal Hiburan Bisnis Alat pembayaran tanpa cash (di kondisi tertentu) Pendidikan Jenis kartu kredit* Visa Mastercard AMEX JCB Lainnya (BCA) Metode pembayaran ke bank* Full payment Minimum payment (10% dari tagihan) Lainnya (cicilan belanja tertentu)
Jumlah (n)
Persentase (%)
46 24 15 9 7 3
76.7 40.0 25.0 15.0 11.7 5.0
1
1.7
39 30 0 0 1
65.0 50.0 0.0 0.0 1.7
49 13
81.7 21.7
1
1.7
Keterangan: * jawaban lebih dari satu
Penggunaan kartu kredit adalah gambaran perilaku wanita bekerja dalam menggunakan kartu kredit. Dalam hal ini, semakin rendah skor yang diperoleh, maka semakin bijak wanita bekerja dalam menggunakan kartu kreditnya. Sebaran rata-rata jawaban wanita bekerja berdasarkan kategori penggunaan kartu kredit dijelaskan pada Tabel 14. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 11 pernyataan penggunaan kartu kredit, rata-rata pilihan jawaban wanita bekerja berada pada selang pilihan jawaban 1 sampai 2 dari pilihan jawaban 1 (sangat tidak setuju/tidak pernah) sampai 7 (sangat setuju/pernah) dengan rata-rata tertinggi dimiliki oleh pernyataan nomor 4, yaitu “lebih impulsif (membeli secara tidak terencana) ketika menggunakan kartu kredit”. Tabel 14 Rata-rata skor jawaban wanita bekerja berdasarkan kategori penggunaan kartu kredit No 1 2 3 4 5 6 7 8
Pernyataan Penggunaan Kartu Kredit
Rata-rata (skala 1-7)
Kartu kredit saya biasanya berada pada limit maksimum Khawatir bagaimana akan membayar tagihan kartu kredit saya Tidak terlalu memperhatikan harga barang yang akan dibeli jika menggunakan kartu kredit Lebih impulsif (membeli secara tidak terencana) ketika menggunakan kartu kredit Berbelanja lebih banyak ketika menggunakan kartu kredit Memiliki banyak kartu kredit (lebih dari satu)
2.08 1.73 1.81
Menggunakan salah satu kartu kredit untuk membayar tagihan pada kartu kredit lainnya Membayar tagihan kartu kredit setelah tanggal jatuh tempo
1.00
2.16 1.96 1.93
1.35
20
Lanjutan Tabel 14 No 9 10 11
Pernyataan Penggunaan Kartu Kredit Menunggak dalam melakukan pembayaran tagihan kartu kredit Mengambil uang tunai pada kartu kredit Membayar tagihan kartu kredit dengan tagihan paling minimum
Rata-rata (skala 1-7) 1.16 1.31 1.75
Sebagian besar (85%) wanita bekerja memiliki penggunaan kartu kredit dengan kategori sangat rendah. Sisanya, 15 persen wanita bekerja memiliki penggunaan kartu kredit dengan kategori rendah. Rata-rata skor penggunaan kartu kredit wanita bekerja sebesar 11.03 (Tabel 15). Tabel 15 Sebaran wanita bekerja berdasarkan kategori penggunaan kartu kredit Kategori penggunaan kartu kredit
Jumlah (n)
Persentase (%)
Min-Max
Rata-rata±Sd
Sangat rendah (skor ≤25) Rendah (25<skor ≤50) Tinggi (50<skor ≤75)
51 9 0
85.0 15.0 0.0
0.00-40.90
11.03±9.76
Sangat tinggi (skor >75)
0
0.0
Perilaku Pembelian Kompulsif Perilaku pembelian kompulsif adalah perilaku pembelian yang dimiliki seseorang karena faktor intrinsik berupa stres, kecemasan, dan dorongan yang kuat untuk melakukan pembelian yang tidak direncanakan. Sebaran rata-rata jawaban wanita bekerja berdasarkan kategori perilaku pembelian kompulsif dijelaskan pada Tabel 16. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 16 pernyataan perilaku pembelian kompulsif, rata-rata pilihan jawaban wanita bekerja berada pada selang pilihan jawaban 1 sampai 5 dari pilihan jawaban 1 (sangat tidak setuju/tidak pernah) sampai 7 (sangat setuju/selalu) dengan rata-rata tertinggi dimiliki oleh pernyataan nomor 4, yaitu “benci berbelanja” yang merupakan pernyataan dengan skor yang diinvers. Dalam hal ini, sebagian besar wanita bekerja menyukai berbelanja. Tabel 16 Rata-rata skor jawaban wanita bekerja berdasarkan kategori perilaku pembelian kompulsif No
Pernyataan Perilaku Pembelian Kompulsif
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Orang lain menganggap saya sebagai seorang shopaholic Pergi berbelanja jika ada kebutuhan* Sadar bahwa saya adalah seorang pembeli impulsif Benci berbelanja* Berbelanja adalah suatu hal yang menyenangkan Merasa orang lain akan takut melihat kebiasaan belanja saya Banyak barang yang dibeli tidak pernah dipakai atau gunakan Membeli barang yang tidak direncanakan untuk dibeli Membeli barang yang tidak dibutuhkan Pergi berbelanja dan membeli suatu barang untuk merayakan sesuatu Merasa cemas atau gugup pada hari-hari tertentu jika tidak pergi berbelanja
Rata-rata (skala 1-7) 2.31 2.70 2.95 5.78 5.36 1.98 2.36 3.01 2.48 2.96 1.81
21
Lanjutan Tabel 16 No
Pernyataan Perilaku Pembelian Kompulsif
12 13
Merasa keasikan dengan kegiatan berbelanja Merasa terdorong untuk pergi berbelanja meskipun tidak memiliki uang ataupun waktu 14 Membeli sesuatu meskipun tahu tidak bisa membelinya 15 Perilaku pengeluaran membuat kacau hidup saya 16 Jika memiliki uang yang tersisa di akhir bulan, maka akan menghabiskan uang tersebut Keterangan: *skor diinvers
Rata-rata (skala 1-7) 3.63 1.73 1.61 1.76 2.10
Hasil menunjukkan sebesar 68.3 persen wanita bekerja berada pada kategori rendah. Selain itu, sebesar 30 persen wanita bekerja berada pada kategori sangat rendah, dan sisanya 1.7 persen berada pada kategori tinggi. Rata-rata perilaku pembelian kompulsif wanita bekerja sebesar 29.79 (Tabel 17). Tabel 17 Sebaran wanita bekerja berdasarkan kategori perilaku pembelian kompulsif Kategori perilaku pembelian kompulsif Sangat rendah (skor ≤25) Rendah (25<skor ≤50) Tinggi (50<skor ≤75) Sangat tinggi (skor >75)
Jumlah (n) 18 41 1 0
Persentase (%) 30.0 68.3 1.7 0.0
Min-Max
Rata-rata±Sd
9.37-51.04
29.79±10.27
Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pembelian kompulsif Variabel karakteristik individu, self-esteem, money attitude, dan perilaku penggunaan kartu kredit dianalisis menggunakan uji korelasi Pearson untuk melihat hubungannya dengan variabel perilaku pembelian kompulsif. Pada Lampiran 2 dapat terlihat bahwa variabel money attitude pada dimensi power prestige mempunyai hubungan positif dan nyata dengan perilaku pembelian kompulsif (r=0.284; p<0.05). Hal ini menunjukkan bahwa semakin wanita bekerja melihat uang sebagai sumber kekuasaan, maka semakin tinggi perilaku pembelian kompulsif yang dilakukan wanita bekerja. Dimensi anxiety berhubungan positif nyata dengan perilaku pembelian kompulsif (r=0.435; p<0.01). Artinya, semakin tinggi tingkat kecemasan wanita bekerja terhadap uang, maka semakin tinggi tingkat pembelian kompulsif yang dilakukan wanita bekerja. Dimensi retentiontime memiliki hubungan negatif nyata dengan perilaku pembelian kompulsif (r=0.394; p<0.01). Artinya, semakin baik sikap wanita bekerja dalam merencanakan keuangan untuk masa depan, maka semakin rendah tingkat pembelian kompulsif yang dilakukan wanita bekerja. Selain itu, variabel penggunaan kartu kredit menunjukkan hubungan positif nyata dengan perilaku pembelian kompulsif (r=0.635; p<0.01). Dalam hal ini, semakin tinggi skor penggunaan kartu kredit, semakin tidak bijak (misuse) perilaku wanita bekerja dalam menggunakan kartu kredit yang dimilikinya. Artinya, semakin tidak bijak (misuse) wanita bekerja dalam menggunakan kartu kredit yang dimilikinya, semakin tinggi pembelian kompulsif yang dilakukan wanita bekerja.
22
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku penggunaan kartu kredit Hasil analisis regresi menunjukkan nilai Adjusted R Square pada uji pengaruh terhadap penggunaan kartu kredit adalah 0.175. Hal ini berarti 17.5 persen penggunaan kartu kredit dapat dijelaskan oleh variabel-variabel yang diteliti, sementara sisanya 82.5 persen dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti, diantaranya: pengetahuan, persepsi (Ismail, Amin, Syaheri, dan Hasyim 2014), dan kebutuhan (Ludlum, Tilker, Ritter, Cowart, Xu, dan Smith 2012). Secara parsial, terdapat pengaruh negatif dan nyata antara lama pendidikan wanita bekerja terhadap penggunaan kartu kredit (β=-0.398; p<0.05). Artinya semakin lama jenjang pendidikan yang dimiliki wanita bekerja, akan menurunkan satu satuan penggunaan kartu kredit sebesar 1.472 poin. Selanjutnya, terdapat pengaruh positif dan nyata antara dimensi anxiety terhadap penggunaan kartu kredit (β=0.385; p<0.05). Semakin tinggi tingkat kecemasan wanita bekerja terhadap uang, maka akan menaikkan satu satuan penggunaan kartu kredit sebesar 0.259 poin (Tabel 18). Persamaan regresi faktor-faktor yang memengaruhi perilaku penggunaan kartu kredit adalah: Y1 = 15.229+0.071X1 -1.472X2+9.784E-7X3 -1.178X4 -1.524D1+0.018X5 -0.037X6 +0.259X7 +0.223X8-0.068X9+ Tabel 18 Hasil analisis regresi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku penggunaan kartu kredit
Variabel
Koefisien Tak Terstandardisasi
Koefisien Terstandardisasi
B 15.229 0.071 -1.472 9.784E-7 -1.178
Beta
Konstanta Usia (X1) (tahun) Lama pendidikan (X2) (tahun) Pendapatan individu (X3) (rupiah) Besar keluarga (X4) (orang)
0.076 -0.398 0.245 -0.156
0.422 0.695 0.012* 0.132 0.274
Status pernikahan (0= Belum menikah; 1= Menikah). (D1) Self-esteem (X5) (indeks)
-1.524
-0.073
0.648
0.018
0.022
0.887
Power prestige (X6) (indeks) Anxiety (X7) (indeks) Distrust (X8) (indeks) Retention-time (X9) (indeks) N Df R2 Adjusted R Square F Sig.
-0.037 0.259 0.223 -0.068
-0.056 0.385 0.222 -0.091
0.744 0.023* 0.097 0.558
Keterangan: *Nyata pada p<0.05
60 10 0.320 0.175 2.209 0.034*
Sig.
23
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku pembelian kompulsif Hasil analisis regresi menunjukkan nilai Adjusted R Square pada uji pengaruh terhadap perilaku pembelian kompulsif adalah 0.519. Hal ini berarti 51.9 persen perilaku pembelian kompulsif dapat dijelaskan oleh variabel-variabel penelitian, sementara sisanya 48.1 persen dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Secara parsial, terdapat pengaruh negatif dan nyata dimensi retention-time terhadap perilaku pembelian kompulsif (β=-0.351; p<0.01). Selanjutnya, terdapat pengaruh positif dan nyata penggunaan kartu kredit terhadap perilaku pembelian kompulsif (β=0.606; p<0.01). Dengan demikian, variabel penggunaan kartu kredit adalah yang paling tinggi pengaruhnya dibandingkan dengan variabel lainnya (Tabel 19). Tabel 19 Hasil analisis regresi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku pembelian kompulsif Variabel Konstanta Self-esteem (X1) (indeks) Power prestige (X2) (indeks) Anxiety (X3) (indeks) Distrust (X4) (indeks) Retention-time (X5) (indeks) Penggunaan kartu kredit (X6) (indeks) N Df R2 Adjusted R Square
Koefisien Tak Terstandardisasi B 36.141 0.067
Koefisien Terstandardisasi Beta 0.078
0.002 0.492
-0.010
-0.015
0.896
0.114
0.160
0.195
-0.081
-0.076
0.432
-0.276
-0.351
0.002**
0.638
0.606
0.000**
F Sig. Keterangan: ** Nyata pada p<0.01
Sig.
60 6 0.568 0.519 11.613 0.000**
Persamaan regresi faktor-faktor yang memengaruhi perilaku pembelian kompulsif adalah: Y1 = 36.141+0.067X1 -0.010+0.114X3 -0.081X4 -0.276X5+0.638X6 + Setiap peningkatan satu satuan retention-time akan menurunkan pembelian kompulsif sebesar 0.276 poin. Setiap peningkatan satu satuan penggunaan kartu kredit, maka akan menaikkan pembelian kompulsif sebesar 0.638 poin.
24
Pembahasan Penelitian ini bertujuan untuk menjawab faktor-faktor yang berhubungan dan memengaruhi penggunaan kartu kredit dan perilaku pembelian kompulsif pada wanita bekerja. Pada penelitian ini, terdapat tiga hipotesis penelitian. Hipotesis pertama adalah terdapat hubungan nyata antara karakteristik individu, self-esteem, money attitude, dan perilaku penggunaan kartu kredit dengan perilaku pembelian kompulsif. Hipotesis kedua adalah terdapat pengaruh nyata antara karakteristik individu, self-esteem, dan money attitude terhadap penggunaan kartu kredit pada wanita bekerja. Hipotesis ketiga adalah terdapat pengaruh nyata antara self-esteem, money attitude, dan penggunaan kartu kredit terhadap perilaku pembelian kompulsif pada wanita bekerja. Hasil penelitian menunjukkan ketiga hipotesis hanya dapat terjawab sebagian. Pada hipotesis pertama, hipotesis yang dapat dijawab adalah terdapat hubungan nyata antara dimensi power prestige, anxiety, retention-time, dan penggunaan kartu kredit dengan perilaku pembelian kompulsif. Pada hipotesis kedua, hipotesis yang dapat dijawab adalah terdapat pengaruh nyata antara lama pendidikan dan anxiety terhadap penggunaan kartu kredit. Sementara itu, pada hipotesis ketiga, hipotesis yang dapat dijawab adalah terdapat pengaruh nyata antara retention-time dan penggunaan kartu kredit terhadap perilaku pembelian kompulsif. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hipotesis didukung sebagian. Contoh pada penelitian ini adalah wanita bekerja dengan rata-rata usia adalah 35 tahun dan termasuk pada kategori dewasa muda. Berdasarkan studi yang dilakukan Dittmar (2005), Li, Unger, dan Bi (2014), Verheij (2014), dan Black (2007), gender berpengaruh positif nyata terhadap pembelian kompulsif dengan wanita cenderung lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Penelitian Dittmar (2005), Ergin (2010), dan Saleem dan Salaria (2010) menyatakan bahwa usia berpengaruh nyata terhadap perilaku pembelian kompulsif dan sebagian besar yang terpengaruh adalah konsumen muda. Rata-rata lama pendidikan wanita bekerja adalah 16 tahun dan termasuk pada jenjang sarjana. Selain itu, rata-rata pendapatan per bulan wanita bekerja sebesar 12 juta rupiah. Rata-rata pendapatan wanita bekerja yang relatif tinggi tersebut dipengaruhi oleh jenis pekerjaan wanita bekerja yang beragam, diantaranya Pegawai Negeri Sipil (PNS), pegawai swasta, dan wiraswasta. Studi yang dilakukan Dittmar (2005) yang menyatakan bahwa pendidikan dan variabel finansial (pendapatan dan pengeluaran individu) tidak berhubungan myata terhadap perilaku pembelian kompulsif. Namun hal tersebut tidak sesuai dengan Verheij (2014) yang menyatakan bahwa pendidikan dan pendapatan memiliki hubungan nyata terhadap pembelian kompulsif, semakin tinggi pendidikan maka semakin tinggi peluang seseorang untuk menjadi pembeli kompulsif. Menurut Durvasula dan Lysonksi (2007), power prestige adalah sikap seseorang yang melihat uang sebagai alat untuk mendapatkan kekuasaan, lalu anxiety adalah sikap seseorang yang menganggap uang sebagai sumber kecemasan dan sebagai pelindung dari kecemasan, dan distrust adalah sikap seseorang yang menunjukkan kecurigaan dan ketidakpercayaan ketika berhadapan dengan uang. Selain itu, retention-time (retensi waktu) adalah menilai kecenderungan untuk perencanaan keuangan secara cermat (Lejoyeux et al. 2011). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari keempat dimensi variabel money attitude (power
25
prestige, anxiety, distrust, dan retention-time), rata-rata terbesar berada pada dimensi retention-time dan rata-rata terkecil berada pada dimensi anxiety. Power prestige, anxiety, retention time, dan penggunaan kartu kredit memiliki hubungan yang nyata terhadap perilaku pembelian kompulsif. Studi yang dilakukan Hafez, El-Sahn, dan Farrag (2013) menunjukkan power prestige, anxiety, retention time, distrust, quality, dan penggunaan kartu kredit memiliki hubungan yang nyata dengan perilaku pembelian kompulsif. Phau dan Woo (2008) menunjukkan bahwa anxiety, distrust, dan retention-time tidak berhubungan secara nyata terhadap perilaku pembelian kompulsif. Sebagian besar wanita bekerja (85%) memiliki penggunaan kartu kredit dengan kategori sangat rendah. Dalam hal ini, semakin rendah skor yang diperoleh, maka semakin bijak wanita bekerja dalam menggunakan kartu kredit yang dimilikinya. Hasil wawancara menunjukkan rendahnya penggunaan kartu kredit disebabkan contoh menggunakan kartu kredit hanya pada saat-saat mendesak yang membutuhkan kartu kredit sebagai sarana pembayaran, seperti pembelian tiket pesawat, booking hotel, atau pembelian barang tertentu. Selain itu, contoh menyebutkan kartu kredit berguna saat melakukan pembelian barang dari luar negeri melalui e-commerce seperti E-bay, Amazon dan lain-lain. Hussin, Kassim, dan Jamal (2013) menyebutkan 71.1 persen pengguna kartu kredit di Malaysia menggunakan kartu kredit untuk akomodasi dan booking hotel. Hasil uji regresi linier berganda menunjukkan bahwa lama pendidikan dan dimensi anxiety berpengaruh nyata terhadap penggunaan kartu kredit. Hal tersebut sesuai dengan Sulistiawaty (2010) bahwa semakin tinggi pendidikan, jabatan, dan pengeluaran rumah tangga seseorang maka semakin tinggi frekuensi pemakaian kartu kreditnya. Lubis A dan Lubis I (2012) menunjukkan bahwa sebesar 53.3 persen masyarakat muslim Medan yang menggunakan kartu kredit adalah yang berpendidikan sarjana. Hasil penelitian menyebutkan bahwa self-esteem tidak berpengaruh terhadap penggunaan kartu kredit. Studi Omar et al. (2013) menyebutkan bahwa pengguna kartu kredit yang memiliki self-esteem yang rendah lebih rentan menyalahgunakan kartu kredit yang dimilikinya. Pembeli kompulsif lebih cenderung mengandalkan kartu kredit dibandingkan bukan pembeli kompulsif, mereka lebih cenderung untuk memiliki banyak kartu kredit dan sedikit menggunakan uang cash sebagai metode pembayaran dan untuk memaksimalisasi batas limit keuangan (Black 2007). Thomas (2011) menyebutkan bahwa konsumen membeli lebih banyak item makanan yang tidak sehat dan membeli secara impulsif ketika menggunakan kartu kredit atau debit sebagai alat pembayaran. Hasil penelitian tersebut tidak menjawab hipotesis penelitian. Sebesar 68.3 persen wanita bekerja memiliki perilaku pembelian kompulsif dengan kategori rendah. Hasil wawancara menunjukkan rendahnya perilaku pembelian kompulsif disebabkan wanita bekerja cenderung membeli barangbarang yang dibutuhkan dan sesuai perencanaan. Hasil uji regresi menunjukkan faktor-faktor yang memengaruhi perilaku pembelian kompulsif secara nyata adalah penggunaan kartu kredit, dan dimensi retention-time. Penggunaan kartu kredit berpengaruh positif nyata dan dimensi retention-time berpengaruh negatif nyata terhadap perilaku pembelian kompulsif. Hal tersebut sesuai dengan Robert dan Jones (2001) dan Black (2007) bahwa penyalahgunaan kartu kredit berpengaruh positif terhadap perilaku pembelian kompulsif. Selain itu, Hafez, El-
26
Sahn, dan Farrag (2013) menunjukkan bahwa retention-time berpengaruh nyata terhadap perilaku pembelian kompulsif. Hasil wawancara menunjukkan sebagian besar wanita bekerja melakukan financial planning khususnya untuk pendidikan anak, seperti mendaftarkan asuransi untuk pendidikan anak. Hasil uji regresi menunjukkan bahwa power prestige, anxiety, dan distrust tidak berpengaruh terhadap perilaku pembelian kompulsif. Hal tersebut tidak sesuai dengan studi Al-amoodi (2006), Robert dan Jones (2001), dan Durvasula dan Lysonski (2007) bahwa power prestige, anxiety, dan distrust berpengaruh positif dengan perilaku pembelian kompulsif. Tujuh dari sepuluh wanita bekerja memiliki self-esteem dengan kategori tinggi. Hasil penelitian menunjukkan selfesteem tidak berpengaruh terhadap perilaku pembelian kompulsif. Hasil tersebut tidak menjawab hipotesis penelitian. Studi Omar et al. (2013) menyebutkan bahwa self-esteem tidak berpengaruh nyata terhadap perilaku pembelian kompulsif. Namun, hasil tersebut tidak sesuai dengan studi Verheij (2014), Robert dan Jones (2001), Xu (2008), dan Shafii (2008) bahwa rendahnya self-esteem berpengaruh terhadap perilaku pembelian kompulsif. Dittmar dan Drury (2000) menyebutkan bahwa pembelian berperan nyata untuk meningkatkan kepercayaan diri dan self-image seseorang yang keduanya merupakan komponen dari selfesteem. Menurut Xu (2008) seorang individu yang memiliki kesadaran diri yang tinggi akan melakukan pembelian kompulsif sebagai sarana untuk memperbaiki identitas diri. Omar et al. (2013) menunjukkan perilaku pembelian kompulsif adalah umum di kalangan pekerja dewasa yang memiliki kendala finansial dan melakukan pembelian impulsif maupun materialisme. Pembeli kompulsif terkarakterisasi oleh rendahnya self-esteem dan tingginya social anxiety (Verheij 2014). Efek yang berbahaya dari perilaku pembelian kompulsif tidak hanya pada individu tetapi juga pada keluarga dan teman-temannya (Ergin 2010). Pembeli kompulsif termotivasi oleh pemicu dari dalam diri individu yang dilampiaskan pada perilaku berbelanja dan menghabiskan uang (Saleem dan Salaria 2010). Hasil penelitian menunjukkan penggunaan kartu kredit berpengaruh nyata terhadap perilaku pembelian kompulsif. Oleh karena itu, wanita bekerja diharapkan dapat menggunakan kartu kreditnya secara bijak. Beberapa upaya dalam menggunakan kartu kredit secara bijak, diantaranya adalah: miliki kartu kredit sejumlah yang dibutuhkan, selalu memeriksa daftar transaksi yang tertera dalam tagihan bulanan, membatasi limit kartu kredit sesuai kebutuhan dan kemampuan membayar, menghindari penggunaan bunga yang lebih besar dengan membayar lebih daripada jumlah minimum, dan menghindari mengorbankan kebutuhan utama keluarga untuk mengkonsumsi barang/jasa yang tidak dibutuhkan (BI [tahun tidak diketahui]). Kelemahan penelitian ini adalah menggunakan kuesioner self-esteem dari Rosenberg (1965) yang seharusnya digunakan untuk siswa sekolah SMP atau SMA. Selain itu, penelitian ini tidak mencantumkan kategori barang atau produk yang sering dibeli oleh wanita bekerja, sehingga tidak dapat diketahui kecenderungan produk yang biasa dibeli dan menjadi pemicu seseorang untuk melakukan pembelian kompulsif.
27
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Wanita bekerja memiliki self-esteem pada kategori tinggi. Pada variabel money attitude, wanita bekerja berada pada kategori rendah dengan dimensi retention-time yaitu kecenderungan wanita bekerja melakukan financial planning untuk masa depan memiliki rata-rata tertinggi dan anxiety yaitu kecenderungan wanita bekerja yang melihat uang sebagai sumber kecemasan memiliki rata-rata terendah. Pada penggunaan kartu kredit wanita bekerja tergolong sangat rendah, artinya wanita bekerja sudah bijak dalam menggunakan kartu kredit yang dimilikinya. Perilaku pembelian kompulsif wanita bekerja berada pada kategori rendah. Power prestige, anxiety, retention-time, dan perilaku penggunaan kartu kredit berhubungan nyata dengan perilaku pembelian kompulsif. Lama pendidikan berpengaruh negatif nyata, dan anxiety berpengaruh positif nyata terhadap perilaku penggunaan kartu kredit. Artinya semakin tinggi pendidikan wanita bekerja, semakin rendah perilaku pembelian kompulsif yang dilakukan, dan semakin tinggi kecenderungan wanita bekerja melihat uang sebagai sumber kecemasan, semakin tinggi perilaku pembelian kompulsif yang dilakukan. Selain itu, retention-time berpengaruh negatif nyata dan perilaku penggunaan kartu kredit berpengaruh positif nyata terhadap perilaku pembelian kompulsif. Semakin wanita bekerja melakukan financial planning untuk masa depan, semakin rendah perilaku pembelian kompulsif yang dilakukan, dan semakin bijak wanita bekerja dalam menggunakan kartu kredit, maka semakin rendah perilaku pembelian kompulsif yang dilakukan. Saran Berdasarkan hasil penelitian, penggunaan kartu kredit dan dimensi retention-time yang secara nyata memengaruhi perilaku pembelian kompulsif, sehingga disarankan pemerintah (Otoritas Jasa Keuangan) dapat memberikan edukasi kepada konsumen mengenai aspek financial planning. Pada penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambahkan aspek intensitas berbelanja dan kategori produk yang sering dibeli oleh konsumen untuk memberikan gambaran secara lebih jelas mengenai perilaku berbelanja khususnya pada wanita.
DAFTAR PUSTAKA Abednego F. 2014. The relationship of self-esteem recreational shopper identity and compulsive buying and differentiation analysis based on gender. International conference on business, economics and accounting. Al-Amoodi SAM. 2006. Exploring money attitudes and credit card usage in compulsive buying among (MBA) executive students (U.S.M). Research report submitted in partial fulfillment of requirements for the degree of Master of Business Administration. [BI] Bank Indonesia. 2004. Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/30/PBI/2004 tentang Penyelenggaraan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu.
28
[Internet]. [diunduh 2015 Februari 17]; Tersedia pada: http://www.bi.go.id/id/peraturan/kodifikasi/nonbank/documents/completepenyelenggaraanapmknonbank.pdf ________. 2014. Alat pembayaran dengan menggunakan kartu (APMK). [Internet]. [diunduh 2015 Februari 17]; Tersedia pada: http://www.bi.go.id/id/statistik/sistempembayaran/apmk/Documents/Transa ksi%20Kartu%20Kredit%20Tahun.pdf ________. Tanpa tahun. Geseklah dengan bijak. [Internet]. [diunduh 2015 Agustus 20]; Tersedia pada: http://www.bi.go.id/id/iek/tipskonsumen/Documents/KARTUKREDIT.PDF Black DW. 2007. A review of compulsive buying disorder. World Psychiatry, 6(1). February): 14-18. Cankaya S, Ucal M, O’Neil M. 2011. Effects of gender on credit card usage among university students in Turkey. MPRA paper no. 43657. Dittmar H, Drury J. 2000. Self-image–is it in the bag? A qualitative comparison between “ordinary” and “excessive” consumers. Journal of Economic Psychology, 21(2), 109-142. Dittmar H. 2005. Compulsive buying–a growing concern? An examination of gender, age, and endorsement of materialistic values as predictors. British Journal of Psychology, 96(4), 467-491. Durvasula S, Lysonski S. 2007. Money attitudes, materialism, and achievement vanity: an investigation of young Chinese consumers’ perceptions. International Marketing Conference on Marketing & Society Dlugokencka, A. 2013. Self-esteem and materialistic value orientation as predictors of compulsive buying in British and Polish samples. [tesis]. Cambridge (UK): Angila Ruskin University. Edwards EA. 1993. Development of a new scale for measuring compulsive buying behavior. Financial counseling and planning, volume 4, 1993. Ergin EA. 2010. Compulsive buying behavior tendencies: the case of Turkish consumers. African Journal of Business Management. vol.4 (3) pp. 333-338 Faber R, O’Guinn T, 1992. A clinical screener for compulsive buying. Journal of Consumer Researchs;19:459. Goldsmith EB. 2010. Resource Management for Individuals and Families. 4th ed. New Jersey (US): Prentice Hall Hafez MIAK, El Sahn MF, Farrag DAR. 2013. The effect of Egyptians' money attitudes on compulsive buying with the role of credit card use. A Multidisciplinary Journal of Global Macro Trends Hurlock EB. 1980. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Penerjemah: Istiwidiyanti & Soedjarwo. Terjemahan dari Developmental Psychology A Life Span Approach. Ed ke-5. Jakarta (ID): Erlangga. Hussin SR, Kassim S, Jamal N. 2013. Credit card holders in Malaysia: customer characteristics and credit card usage. Int. Journal of Economics and Management 7(1): 108 – 122 Ismail S, Amin H, Syaheri SF, Hashim N. 2014. Determinants of attitude towards credit card usage. Jurnal Pengurusan 41(2014) 145 - 154
29
Jalil NA. 2007. Analisis preferensi dosen terhadap kartu kredit [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Kernis M. 2003. Toward a conceptualization of optimal self-esteem. Psychological Inquiry vol. 14 No. 1, pp. 1-26. Kirana A. 2014. Faktor-faktor yang berpengaruh pada perilaku konsumtif pengguna kartu kredit [skripsi]. Jakarta (ID): Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Kothari H, Mallik G. 2015. The comparative analysis of the impact of self-esteem on the compulsive and non-compulsive buyers in NCR. Journal of business management & social sciences research volume 4 No.1. Lejoyeux M, Benhaim CR, Betizeau A, Lequen V, Lohnhardt H. 2011. Money attitude, self-esteem, and compulsive buying in a population of medical students. Original Research Article. doi: 10.3389/fpsyt.2011.00013 Li S, Unger A, Bi C. 2014. Different facets of compulsive buying among Chinese students. Journal of Behavioral Addictions 3(4), pp. 238–245 (2014). DOI: 10.1556/JBA.3.2014.4.5 Lubis AF, Lubis I. 2012. Analisis perilaku masyarakat muslim terhadap penggunaan kartu kredit di kota Medan. Jurnal Ekonomi dan Keuangan, Vol. 1, No. 1. Ludlum M, Tilker K, Ritter D, Cowart T, Xu W, Smith BC. 2012. Financial literacy and credit cards: a multi campus survey. International Journal of Business and Social Science. Vol. 3 No. 7 Manchanda R. 2012. A comparative study of compulsive buying behaviour between working and non-working women. Pragyaan: Journal of Management. Volume 10: Issue 1. Mannarini S. 2010. Assessing the rosenberg self-esteem scale dimensionality and items functioning in relation to self-efficacy and attachment styles. TPM Vol. 17, No. 4, 2010 229-242 Omar NA, Rahim RA, Wel CAC, Alam SS. 2013. Compulsive buying and credit card misuse among credit card holders: the roles of self-esteem, materialism, impulsive buying and budget constraint. IC (Intangible Capital) 2014-10(1): 52-74 Putri NA. 2012. Analisis peran harga pada perilaku compulsive buyer (studi kasus konsumen departement store Debenhams) [tesis]. Jakarta (ID): Universitas Indonesia. Phau I, Woo C. 2008. Understanding compulsive buying tendencies among young Australians: the roles of money attitudes and credit card usage. Journal Marketing Intelligence and Planning vol. 26 Iss: 5, pp.441–458. Rita MR, Kusumawati R. 2010. Pengaruh variabel sosio demografi dan karakteristik finansial terhadap sikap, norma subyektif dan control perilaku menggunakan kartu kredit : Studi pada pegawai di UKSW Salatiga. 109-128 Ridgway NM, Kinney MK, Monroe KB. 2010. An expanded conceptualization and a new measure of compulsive buying. Journal of Consumer Research, Vol. 35. Doi: 10.1086/591108 Roberts JA, Jones E. 2001. Money attitudes, credit card use, and compulsive buying among college students. Journal of Consumer Affairs 35 (2), 213240
30
Saleem S, Salaria R. 2010. Few determinants of compulsive buying of youth in Pakistan. MPRA Paper No. 23981. Solomon. 2002. Consumer Behavior: 5th ed. New Jersey (US): Prentice Hall Sulistyawaty R. 2010. Perilaku konsumen dalam penggunaan kartu kredit di wilayah DKI Jakarta. [artikel]. [Internet]. [diunduh pada 2015 Februari 17]; Tersedia pada: http://www.gunadarma.ac.id/library/ articles/ postgraduate/management/Perbankan/Artikel_91206076.pdf Sumarwan U. 2011. Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. Bogor: Ghalia Indonesia. Shafii NIBM. 2008. Factors influencing compulsive buying behavior: a study of Penang shoppers [skripsi]. Penang (MY): Universiti Sains Malaysia. Thomas M, Desai KK, Seenivasan S. 2011. How credit card payments increase unhealthy food purchases: visceral regulation of vices. Journal of consumer research vol. 38. Doi: 10.1086/657331. Verheij DL. 2014. The impact of social exclusion on compulsive buying. [tesis]. Rotterdam: Erasmus University. Xu Y. 2008. The influence of public self-consciousness and materialism on young consumers’ compulsive buying. Emerald Insight vol. 9 no. 1 2008, pp. 3748. Doi 10.1108/17473610810857309i Yamauchi KT, Templer DI. 1982. The development of a money attitude scale. Journal of Personality assesment.1982, 46, 5.
43
43
LAMPIRAN
32
32
Lampiran 1 Jumlah butir pernyataan, nilai reliabilitas, dan validitas variabel penelitian Jumlah butir pernyataan
Reliabilitas
Validitas
Self-esteem
9
0.840
0.431**-0.737**
Power-prestige
9
0.887
0.662**-0.818**
Anviety
5
0.620
0.351**-0.840**
Distrust
6
0.527
0.285*-0.827**
Retention-time
7
0.860
0.596**-0.807**
Perilaku penggunaan kartu kredit
11
0.673
0.321*-0.682**
Perilaku pembelian kompulsif
16
0.809
0.309*-0.753**
Variabel/dimensi
Ket: * nyata pada p<0.05; ** nyata pada p<0.01
43
Lampiran 2 Hubungan antara karakteristik individu, self-esteem, money attitude, perilaku penggunaan kartu kredit, dan perilaku pembelian kompulsif
Variabel
Usia
Lama pendidikan
Pendapatan individu
Pengelu aran total
Besar keluarga
Selfesteem
Power Prestige
Anxiety
Usia Lama pendidikan Pendapatan individu
1 0.208
1
0.435**
0.426**
1
Pengeluaran total Besar keluarga Self-esteem kredit Power Prestige Anxiety Distrust Retention-time
0.468**
0.057
0.349**
1
0.342**
0.076
0.237
0.229
1
0.200
0.012
0.352**
0.125
0.033
1
0.049
-0.155
-0.222
0.039
0.237
-0.419**
1
-0.235 0.206 0.035
-0.031 -0.160 -0.182
-0.271* 0.070 0.185
-0.115 -0.027 0.006
-0.065 0.089 -0.131
-0.542** 0.140 0.395**
Jumlah kartu Frekuensi penggunaan kartu kredit Penggunaan kartu kredit Perilaku pembelian kompulsif
0.214 -0.124
0.079 -0.115
0.475** 0.053
0.389** 0.004
0.088 -0.031
0.093 -0.036
0.490** -0.106 0.522** -0.043 -0.029
1 0.031 0.379** -0.100 0.050
-0.088
-0.301*
-0.017
0.125
-0.114
-0.067
0.103
-0.209
-0.123
0.007
0.000
-0.071
-0.192
0.284*
Distrust
Retentiontime
Jumlah kartu kredit yang dimiliki
Frekuensi pengguna an kartu kredit
Penggun aan kartu kredit
1 0.139
1
0.238 0.040
0.223 -0.005
1 0.175
1
0.321*
0.286*
-0.017
0.242
0.306*
1
0.435**
0.066
-0.394**
0.089
0.222
0.635**
Perilaku pembelian kompulsif
1
33
34
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Indramayu pada tanggal 31 Oktober 1992. Penulis merupakan anak kedua dari pasangan Suryanto, SH dan Maemunah. Penulis memiliki seorang kakak dan adik. Penulis tinggal di Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu tempat dimana penulis tumbuh dan dibesarkan. Tingkat pendidikan menengah atas penulis tempuh di SMAN 1 Sindang Indramayu hingga penulis lulus pada tahun 2011. Pada tahun yang sama pula penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur SNMPTN Undangan di Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen (IKK), Fakultas Ekologi Manusia. Penulis aktif mengikuti organisasi selama menjadi mahasiswa, yaitu pada Himpunan Mahasiswa Ilmu Keluarga dan Konsumen (HIMAIKO) sebagai bendahara divisi Minat Bakat (2013-2014). Peneliti aktif dalam kepanitiaan acara-acara yang diselenggarakan di tingkat departemen dan fakultas, antara lain: anggota divisi publikasi dalam rangkaian kegiatan FnC Day 2013, Masa Perkenalan Fakultas Ekologi Manusia “HERO 49” (2013), anggota divisi tata tertib pada Masa Perkenalan Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen “FAMOUS 49” (2013). Selain itu penulis aktif dalam kegiatan organisasi mahasiswa daerah (OMDA) Kabupaten Indramayu (IKADA). Peneliti juga mendapatkan beasiswa BBM dari DIKTI pada tahun 2013 hingga 2014.