1
Perilaku Obsesif Kompulsif Disorder pada Peserta Penurunan Berat Badan Mareta Anggraeni (
[email protected]) Lusy Asa Akhrani Ika Herani Universitas Brawijaya Malang ABSTRACT The purpose of this study is to observe a person with obsessive compulsive behavior when trying to lose her weight. This research used a female subject. This study used a qualitative case study toward woman. Subject is woman who have obsessive compulsive tendencies on her weight loss. This research used primary and secondary data. This study used semi-structured interviews and observations. Analysis of the data used open coding, axial coding and selective coding. Data validation techniques used the validity and reliability. These studies showed that obsessive compulsive tendencies on the subject “IC”. The subject often showed and not trying to fight her mind and always mirroring to make sure her body shape has not changed. Subject a so felt guilty when eating foods that become an enemy. In this study the author find bulimia a companies diet program.
Keywords: Obsessive compulsive disorder, weight loss ABTRAK Tujuan penelitian ini adalah meneliti bagaimana perilaku obsesif kompulsif pada orang yang sedang menurunkan berat badan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif studi kasus pada satu subyek wanita. Subyek penelitian adalah satu orang wanita yang mengalami kecenderungan obsesif kompulsif pada saat melakukan penurunan berat badan. Sumber data dari data primer dan sekunder. Teknik pengambilan data pada penelitian ini menggunakan wawancara semi terstuktur dan observasi. Analisis data menggunakan open coding, axial coding dan selective coding. Teknik keabsahan data menggunakan validitas dan realibilitas.Penelitian ini menampilkan bagaimana perilaku kecenderungan obsesif kompulsif pada subyek IC. subyek menampilkan perilaku sering menimbang berat badan dan tidak berusaha melawan pikiran untuk tidak menimbang badan, sering bercermin untuk memastikan bentuk tubuhnya tidak berubah. Subyek juga merasa bersalah apabila makan makanan yang menjadi pantangan atau halangan dalam diet. Dalam penelitian ini peneliti juga menemukan adanya gangguan makan seperti bulimia menyertai perilaku diet.
Kata kunci : Obsesif kompulsif disorder, penurunan berat badan.
2
LATAR BELAKANG Obesitas atau yang biasa kita kenal sebagai kegemukan merupakan suatu masalah yang cukup merisaukan di kalangan wanita. Pada wanita, kegemukan menjadi permasalahan yang cukup berat, karena keinginan untuk tampil sempurna yang seringkali diartikan dengan memiliki tubuh ramping atau langsing dan proporsional, merupakan idaman bagi mereka. Hal ini semakin diperparah dengan berbagai iklan di televisi, surat kabar dan media massa lain yang selalu menonjolkan figur-figur wanita yang langsing dan iklan berbagai macam ramuan obat-obatan, makanan dan minuman untuk merampingkan tubuh. Wanita kerap kali melakukan diet untuk menurunkan berat badannya, hal ini dikarenakan remaja putri lebih memperhatikan bentuk tubuhnya dibandingkan pria sehingga takut akan kenaikan berat badan. Obesitas atau kegemukan terjadi pada saat badan menjadi gemuk (obese) yang disebabkan penumpukan adipose (adipocytes: jaringan lemak khusus yang disimpan tubuh) secara berlebihan. Jadi obesitas adalah keadaan dimana seseorang memiliki berat badan yang berlebih. Berat badan berlebih inilah yang membuat seseorang ingin menurunkan berat badannya. Mereka sangat terobsesi untuk menurunkan berat badan sehingga sering melakukan diet ketat seorang diri. Berat badannya yang saat ini justru diluar batas normal. Obsesinya itu berbalik mematikan kepada bentuk tubuhnya. Dia memiliki obsesi untuk menjadi kurus. Tetapi obsesinya sangatlah diluar batas normal.Biasanya mereka dengan anorexia memiliki karakteristik yang berkontribusi terhadap anorexia. Sebagai contoh mereka memiliki kepercayaan diri yang rendah. Mereka mungkin memiliki kepribadian obsesifkompulsif bawaan yang membuatnya lebih mudah untuk tetap melakukan diet ketat dan tidak makan ketika lapar. Mereka mungkin juga memiliki sifat perfeksionis yang tinggi, dengan maksud mereka tidak akan berpikir bahwa mereka telah cukup kurus (Arini,2006)
3
Keraguan yang menyertai obsesif kompulsif menyebabkan ketidakpastian tentang apakah seseorang bisa bertindak berdasarkan pikiran-pikiran yang mengganggu, sehingga kritik-diri atau membenci diri sendiri.atau bisa merasakan bahwa benda mati mempunyai jiwa. Meskipun orang dengan OCD memahami bahwa gagasan-gagasan mereka tidak sesuai dengan dunia luar, mereka merasa bahwa mereka harus bertindak seolah-olah gagasan mereka benar. Sebagai contoh, seorang individu yang terlibat dalam penimbunan kompulsif mungkin cenderung untuk merasa seperti memiliki kesanggupan atau hak hidup, tetapi seperti seorang individu mungkin menemukan akibat perilaku mereka yang tidak masuk akal pada tingkat yang lebih intelektual. Insel dan Akiskal (1986) mencatat bahwa dalam obsesif kompulsif berat, obsesi bisa pindah ke delusi ketika perlawanan terhadap obsesi ditinggalkan dan wawasan. Penelitian yang dilakukan oleh Wharton,Adams dan Hampl (2008) terhadap mahasiswa di Amerika Serikat menyebutkan bahwa 5,6% dari remaja putri yang berdiet dalam jangka waktu lama akan mennimbulkan perilaku makan menyimpang. Penelitian kohort yang dilakukan Fairbun,Cooper,Doll,and Davies (2005)
di Inggris menyebutkan
bahwa seseorang yang berdiet dan saat itu belum mengalami perilaku makan menyimpang setelah dua tahun dilaporkan akan menunjukan perilaku makan menyimpang. Hasil survei Neumark-Sztainer dkk di Amerika Serikat(Brown ,2005) yang dilakukan pada populasi remaja putri (12-17 tahun) yang berasal dari 4 negara bagian meunjukkan bahwa remaja putri yang melakukan diet sebesar 44%. Berdasarkan studi Fisher dan rekan, prevalensi diet penurunan berat badan menunjukkan peningkatan yaitu sebanyak 50-60% remaja putri menganggap bahwa diri mereka gemuk dan berusaha diet (Brown, 2005). Menurut penelitian Middleman.,Vazquez.,and Durant (1998) yang dilakukan pada pelajar di Massachusetts menunjukkan bahwa 61,5% remaja putri mencoba untuk menurunkan berat badannya untuk berdiet.
4
Berbagai macam faktor telah dicoba diidentifikasi untuk mengetahui faktor-faktor yang meningkatkan resiko pada remaja putri untuk menerapkan diet penurunan berat badan. Penelitian oleh Neumark-Sztainer dan Hannan (2000) menunjukkan bahwa remaja putri yang memiliki status gizi lebih cenderung melakukan perilaku diet untuk menurunkan berat badan dibandingkan remaja putri dengan status gizi normal, selain faktor status gizi, perilaku diet penurunan berat badan juga dipengaruhi oleh faktor psikososial (rendahnya percaya diri, stres, depresi, dan keinginan bunuh diri), sosio demografis (ras dan status sosial ekonomi) dan faktor perilaku kesehatan (pengguna obat, alkohol, rokok dan aktivitas fisik). Secara umum gejala – gejala obsesif kompulsif harus mencakup hal – hal sebagai berikut : harus disadari sebagai pikiran atau impuls diri sendiri, sedikitnya ada satu pikiran atau tindakan yang tidak berhasil dilawan, meskipun ada lainnya yang tidak lagi dilawan oleh penderita, pikiran untuk melakukan tindakan tersebut diatas bukan merupakan hal yang memberi kepuasan atau kesenangan (sekedar perasaan lega dari ketegangan atau anxietas, tidak dianggap sebagai kesenangan seperti dimaksud diatas), gagasan, bayangan pikiran atau impuls tersebut harus merupakan pengulangan yang tidak menyenangkan (unpleasantly repetitive). (Muslim, 2001) Obsesif kompulsif juga biasa terjadi pada orang yang sedang melakukan penurunan berat badan. Hal ini biasa ditandai dengan orang yang selalu menimbang berat badannya, mereka cemas apabila berat badannya naik meskipun itu cuma sedikit. Biasanya meskipun berat badannya sudah dirasa cukup tetapi orang-orang yang mengalami obesesif kompulsif masih juga merasa belum puas dan mereka sering kali masih ingin menurunkan berat badan lagi. Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan sebelumnya, maka penulis bermaksud mengadakan penelitian tentang bagaimana bentuk perilaku obsesif kompulsif pada peserta penurunan berat badan.
5
LANDASAN TEORI A. Obsesif Kompulsif Menurut Davison & Neale (Fausiah & Widury, 2007), gangguan obsesif kompulsif adalah gangguan cemas, dimana pikiran seseorang dipenuhi oleh gagasan-gagasan yang menetap dan tidak terkontrol, dan ia dipaksa untuk melakukan tindakan tertentu berulangulang, sehingga menimbulkan stress dan mengganggu fungsinya dalam kehidupan seharihari. Sering kali penderita obsesif kompulsif tidak menyadari bahwa mereka menderita obsesif kompulsif.Menurut Steketee dan Barlow (Durand & Barlow, 2006), kompulsi dapat berbentuk perilaku (misalnya mencuci tangan, memeriksa keadaan) atau mental (memikirkan tentang kata-kata tertentu dengan urutan tertentu, menghitung, berdoa dan seterusnya). Pengertian obsesi menurut Kaplan (Sensi 2010) adalah pikiran, ide atau sensasi yang muncul secara berulang-ulang. Menurut Davison dan Neale (Fausiah dan Widury, 2007), halhal tersebut muncul tanpa dapat dicegah, dan individu merasakannya sebagai hal yang tidak rasional dan tidak dapat dikontrol.Sedangkan kompulsi menurut Davison dan Neale (Fausiah & Widury, 2007) adalah perilaku atau tindakan mental yang berulang, dimana individu merasa didorong untuk menampilkannya agar mengurangi stres. 1. Sebab-sebab obsesif kompulsif a.
Aspek Biologis Davison dan Neale (Fausiah dan Widury, 2007) menjelaskan bahwa salah satu
penjelasan yang mungkin tentang gangguan obsesif-kompulsif adalah keterlibatan neurotransmitter di otak, khususnya kurangnya jumlah serotonin. Keterlibatan serotonin ini belum sebagai penyebab individu mengalami gangguan obsesif kompulsif, melainkan sebagai pembentuk dari gangguan ini.
6
Fungsi serotonin di otak ditentukan oleh lokasi system proyeksinya. Proyeksi pada konteks frontal diperlukan untuk pengaturan mood, proyeksi pada ganglia basalis bertanggung jawab pada gangguan obsesi kompulsi (Pinzon, 2006). b.
Psikologis Menurut Steketee dan Barlow (Sensi, 2010) klien-klien OCD menyetarakan pikiran
dengan tindakan atau aktifitas tertentu yang dipresentasikan oleh pikiran tersebut. Ini disebut “thought-action fusion” (fusi pikiran dan tindakan). Fusi antara pikiran dan tindakan ini dapat disebabkan oleh sikap-sikap tanggung jawab yang berlebih-lebihan yang menyebabkan timbulnya rasa bersalah seperti yang berkembang selama masa kanak-kanak, dimana pikiran jahat diasosiasikan dengan niat jahat (Durand & Barlow, 2006). c.
Faktor Psikososial Menurut Freud (Kaplan,2010), gangguan obsesif-kompulsif bisa disebabkan karena
regresi dari fase anal dalam perkembangannya. Mekanisme pertahanan psikologis mungkin memegang peranan pada beberapa manifestasi pada gangguan obsesif-kompulsif. Represi perasaan marah terhadap seseorang mungkin menjadi alasan timbulnya pikiran berulang untuk menyakiti orang tersebut. 2. Gejala obsesif kompulsif Obsesif kompulsif memiliki beberapa gejala yang umum terjaadi pada penderita obsesif kompulsif. Gejala-gejala obsesif-kompulsif menurut PPDGJ-III, harus mencakup hal-hal sebagai berikut: a. Harus disadari sebagai pikiran atau implus dari diri sendiri. b. Sedikitnya ada satu pikiran atau tindakan yang tidak berhasil dilawan, meskipun ada lainnya yang tidak lagi dilawan oleh penderita.
7
c. Pikiran untuk melakukan tindakan tersebut di atas bukan merupakan hal yang memberi kepuasan atau kesenangan (sekedar perasaan lega dari ketegangan atau anxietas, tidak dianggap sebagai kesenangan seperti dimaksud di atas). d. Gagasan, bayangan pikiran, atau implus tersebut harus merupakan pengulangan yang tidak menyenangkan (unpleasantly repetitive). B. Berat Badan Berat badan adalah ukuran yang lazim atau sering dipakai untuk menilai keadaan suatu gizi manusia. Menurut Surono(Mabella,2000), mengatakan bahwa berat badan adalah ukuran tubuh dalam sisi beratnya yang ditimbang dalam keadaan berpakaian minimal tanpa perlengkapan apapun. Berat badan diukur dengan alat ukur berat badan dengan suatu satuan kilogram. Dengan mengetahui berat badan seseorang maka kita akan dapat memperkirakan tingkat kesehatan atau gizi seseorang. 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi berat badan (Santoso,2011) a. Faktor Genetik Peningkatan level hormon pertumbuhan dapat menyebabkan seseorang untuk membakar lebih banyak energi, sehingga mencegah kenaikan berat badan. Di sisi lain, meskipun olahraga dapat meningkatkan produksi hormon pertumbuhan dalam tubuh, kenaikan berat badan bisa menurunkan kadar hormon pertumbuhan. b. Ketidakseimbangan Nutrisi Faktor utama yang menyebabkan kenaikan berat badan adalah pola makan yang tidak sehat. Seperti terlalu banyak mengkonsumsi kalori, dan makanan manis sedangkan energi yang dikeluarkan tidak seimbang. c. Gangguan Medis Kondisi medis tertentu dapat berkontribusi pada sulitnya menambah berat badan. Penyakit Graves, atau hipertiroidisme, sering menyebabkan orang untuk mengalami penurunan berat badan meskipun nafsu makannya meningkat. Jika hipertiroidisme tidak diobati untuk jangka waktu lama, jaringan otot mulai menyusut. Penyakit paru-paru kronis juga dapat menyebabkan penurunan berat badan yang tidak diinginkan. Jika kondisi medis tertentu yang menjadi penyebab sulitnya enambah berat badan, maka pengaturan nutrisi yang tepat sangatlah penting
8
d. Gaya hidup tidak sehat Gaya hidup manusia modern seringkali menimbulkan banyak masalah kesehatan. Tekanan pekerjaan dan stress telah membuat hidup menjadi semakin berat. Sedangkan gaya hidup yang dijalani jauh dari aktivitas menyehatkan seperti olah raga. Hal ini mengakibatkan kenaikan berat badan secara signifikan. C. Obesitas Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan. Secara ilmiah, obesitas terjadi akibat mengkonsumsi kalori lebih banyak dari yang diperlukan oleh tubuh. Penyebab terjadinya ketidakseimbangan antara asupan dan pembakaran kalori ini masih belum jelas. Ada beberapa faktor yang mempengaruhinya (Witjaksono,2012) : 1.Faktor genetik Obesitas cenderung diturunkan, sehingga diduga memiliki penyebab genetik. Namun, anggota keluarga tidak hanya berbagi gen, tetapi juga makanan dan kebiasaan gaya hidup yang bisa mendorong terjadinya obesitas. Seringkali sulit untuk memisahkan faktor gaya hidup dengan faktor genetik. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa rata-rata faktor genetik memberikan pengaruh sebesar 33 persen terhadap berat
badan seseorang.
2. Faktor lingkungan Lingkungan yang dimasuk yaitu perilaku/pola hidup seperti apa kualitas dan kuantitas makanan serta bagaimana seseorang beraktivitas. Jika genetik tidak dapat diubah, pola makan dan aktivitas dapat diubah jika ada kemauan dari seseorang untuk memperbaiki
hidupnya.
3. Faktor psikis Apa yang ada di dalam pikiran seseorang dapat mempengaruhi kebiasaan makannya. Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan makan. Salah satu bentuk gangguan emosi adalah persepsi diri yang negatif.
9
D. Program Diet
Definisi diet menurut Muda (2003) aturan makan khusus untuk kesehatan dan sebagainya (biasanya atas petunjuk dokter), berpantang atau menahan diri terhadap makanan tertentu untuk kesehatan, mengatur kuantitas dan jenis makanan untuk mengurangi berat atau karena penyakit. Menurut Kim dan Lennon (2006), diet adalah pengurangan kalori untuk mengurangi berat badan. Menurut Hawks (2008) perilaku diet adalah usaha sadar seseorang dalam membatasi dan mengontrol makanan yang akan dimakan dengan tujuan untuk mengurangi dan mempertahankan berat badan. Berdasarkan definisi diatas, perilaku diet dapat diartikan sebbagai kegiatan membatasi dan mengontrol makanan atau kalori yang akan dimakan dengan tujuan untuk mengurangi atau mempertahankan berat badan.
1.
Faktor-faktor yang mempengaruhi diet Beberapa ahli menyatakan bahwa perilaku diet dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku diet adalah sebagai berikut :
a. Jenis kelamin Perilaku diet menjadi lebih umum diantara anak perempuan ketimbang anak laki-laki. Berdasarkan hasil penelitian Vereecken dan Maes (Papalia,2008), pada usia 15 tahun, lebih dari setengah remaja perempuan di 16 negara melakukan diet atau berfikir mereka harus melakukan hal tersebut. Pada umumnya, perempuan memiliki lemak tubuh lebih banyak dibanding laki-laki. b. Status berat badan Dwyer (1997) mengatakan bahwa orang yang memiliki berat badan lebih, lebih perhatian terhadap berat badan dibandingkan orang yang lebih ringan.
10
c. Kelas sosial Dwyer (1997) mengatakan perilaku diet dan perhatian terhadap berat badan cenderung terjadi pada orang yang kelas sosialnya tinggi dari pada yang rendah. METODE Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian yang bersifat kualitatif studi kasus. Penelitian kualitatif dengan studi kasus merupakan penelitian yang sumber datanya bukan berupa angka-angka, melainkan data tersebut berasal dari wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan memo, dan dokumen resmi lainnya Richie (Moleong, 2010). Peneliti ingin menggali informasi atau fakta-fakta mengenai perilaku obsesif kompulsif pada peserta penurunan berat badan dengan data yang digunakan berupa catatancatatan verbal dari hasil wawancara dan observasi. Oleh karena itu penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Teknik pengambilan data pada penelitian ini menggunakan wawancara semi terstuktur dan observasi. Analisis data menggunakan open coding, axial coding dan selective coding. Teknik keabsahan data menggunakan validitas dan realibilitas. HASIL Berdasarkan hasil wawaancara subyek diet karena dorongan dari orang tua dan pacar. Setelah menjalani diet yang cukup menghasilkan hasil, subyek semakin semangat untuk menurunkan berat badannya. Subyek berdiet terlalu ketat dan menyebabkan subyek sakit hingga masuk rumah sakit, tetapi subyek masih terus melakukan dietnya. Saat menjalani diet subyek juga sempat mengalami gangguan makan bulimia, tetapi hal itu tidak berlangsung lama karena orang tua subyek mngetahuinya. Selain itu kuliah subyek juga terbengkalai dikarenakan subyek hanya fokus terhadap dietnya. Sebelum diet subyek sangat malas bahkan enggan untuk menimbang berat badannya karena berat badannya yang berlebih. Setelah diet subyek sangat sering sekali menimbang berat badan, sebelum makan subyek menimbang berat badan, sesudah makan subyek juga menimbang, bahkan sesudah buang air besar subyek juga menimbang berat badan. dalam sehari subyek lebih dari lima kali dalam enimbang berat badan. subyek juga lebih sering bercermin, subyek didepan cermin hanya untuk melihat
11
bentuk tubuhnya apakah ada perbedaan atau tidak, apakah sudah terlihat lebih kecil atau malah leboih besar. PEMBAHASAN Perilaku obsesif kompulsif yang timbul dalam subyek IC yaitu seringnya subyek menimbang berat badan, sehari lebih dari lima kali dan hal itu disdari oleh subyek. seringnya subyek bercermin untuk melihat perubahan pada bentuk tubuhnya, subyek juga melakukan olahraga lebih dari satu jenis dan hamper setiap hari. Hal tersebut terlihat dari gejala-gejala yang subyek alami. Menurut PPDGJ-III gejala obsesi kompulsif mencakup hal berikut : a. Harus disadari sebagai pikiran atau implus dari diri sendiri b. Sedikitnya ada satu pikiran yang tidak berhasil dilawan c. Pikiran untuk melakukan tindakan tersebut bukan merupakan hal yang member kepuasan atau kesenangan(sekedar perasaan lega) d. Gagasan, bayangan pikiran tersebut hatus merupakan pengulangan yang tidak mnyenangkan. Subyek cenderung mengalami gejala obsesif kompulsif seperti: subyek mengakui bahwa dia sering menimbang berat badan dalam sehari dan subyek tidak berusaha melawan pikiran untuk tidak menimbang badan. Selain itu pikiran subyek untuk melakukan tindakan tersebut bukan merupakan hal yang member kepuasan atau kesenangan tetapi sekedar perasaan lega. Setelah subyek menimbang badan subyek merasa lega karena subyek dapat mengontrol berat badannya. Keterangan subyek diatas menunjukkan bahwa subyek mempunyai dua gejala obsesif kompulsif menurut PPDGJ-III yaitu harus disadari sebagai pikiran atau implus dari diri sendiri. Selain itu gejala obsesif yang lain dari keterangan subyek diatas yaitu setidaknya ada satu pikiran yang tidak berhasil dilawan
12
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian melalui wawancara dan observasi yang peneliti lakukan mengenai obsesif kompulsif pada penurunan berat badan, dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut Perilaku-perilaku yang ditimbulkan oleh subyek IC yaitu subyek sangat sering sekali menimbang berat badannya lebih dari 4 kali dalam sehari untuk melihat perkembangan berat badannya. Subyek sangat sering bercermin bukan bercermin muka tetapi subyek bercermin untuk melihat bentuk tubuhnya apakah ada perubahan atau tidak. IC juga berolahraga fitness hampir setiap hari dan melebihi orang-orang biasanya. Setelah fitness IC mengikuti senam zumba. IC melakukan jenis olahraga lebih dari 1 macam dan dilakukan lima kali dalam seminggu. Selain itu Subyek merasa bersalah jika melakukan makan malam, bentuk tubuh yang berubah dan berat badan yang naik. Tampak gangguan makan bulimia pada subyek yang menyertai perilaku diet.
13
DAFTAR PUSTAKA Arini, F.A. (2006) Studi Tentang Upaya Penurunan Berat Badan Pada Remaja Putri: Studi pada Siswi SMP di Surabaya. Skripsi : tidak diterbitkan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universita Airlangga .Surabaya. Brown, J.E., (2005). Nutrition Throught The LifeCycle2.United Statedof America.Thomson Warsdworth Dawyer, J.T.(1997).The Social Psychology of Dieting.USA: Harvard School of Public Health Durand, V. dan Barlow. (2006). Intisari Psikologi Abnormal. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Fairburn CG, Cooper Z, Doll HA, Davies BA. (2005). Identifying dieters who will develop an eating disorder: a prospective population-based study. American Journal of Psychiatry; 35: 147-156 Fausiah, F & Widury, J. (2007). Psikologi Abnormal Klinis Dewasa. Jakarta: UI-Press. Hawks, Steven R.(2008).Clasroom approach for managing dietary restrain,negative eating styles,and body image concerns among college woman. Journal of American college health,vol.56 Insel, T. R. & Akiskal, H. S. (1986) Obsessive—compulsive disorder with psychotic features: a phenomenological analysis. American Journal of Psychiatry Kaplan, H.I. (2010). Synopsis of Psychiatry (jilid 1). Diterjemahkan oleh: Kusuma,Widjaja. Binarupa Aksara Publisher. Tangerang, Indonesia Kim, M., and Lennon, S.J.(2006).Analysis of diet Advertisements: Across national comparisonof Korean and U.S.woman’s magazines. Clothing and textiles research journal,24,345. Mabella (2000). Pengertian, Cara Mengukur dan Faktor yang mempengaruhi berat badan. http://jokosaputroblog.wordpress.com/2012/12/19/pengertian-cara-mengukur-faktoryang-mempengaruhi-berat-badan. diunduh pada 7 Mei 2012 pukul 11.47 Middleman, A.B., Vasquez,I., and Durrant, R.H. (1998).Eating patterns, physical activity, and attempts to change weight among adolescents. Journal of adolescents health. Moleong, L. J. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Muda, Achmad A.K. (2003).Kamus Lengkap Kedokteran. Surabaya:Gitamedia Press Muslim (2001). Diagnosis Gangguan Jiwa .PT.Nuh Jaya.Jakarta Neumark-Sztainer, D,. Hannan, P.J. (2000). Weight –Related Behaviors Among Adolescent Journal of Psychosomatic Research Girls and Boy. Volume 53, Issue 5 , Pages 963-974
14
Papalia, D.E., Old, S.W., & Feldman, R.D. (2008). Human Development: Psikologi Perkembangan. Edisi Kesembilan. (diterjemahkan). Kencana Prenada Media Group. Jakarta. Pinzon, R. (2006). Tatalaksana Farmakologis. Gangguan Spektrum Autistik:Telaah Pustaka Kini. Dexa Media. Jurnal Kedokteran dan Farmasi, No.4, vol.19,ISSN 0215-7551, hal. 169-172 Santoso, U.(2011).Faktor-faktor yang mempengaruhi berat badan. Wordpress.com .diakses pada 7 Mei 2012 Sensi, R.M (2010). Gangguan Obsesif Kompulsif.skripsi:tidak diterbitkan. Fakults Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang. Wharton,Adams dan Hampl (2008). Weight loss practices and body weight perceptions among US college students. Journal Am Coll Health. Mar-Apr;56(5):579-84. doi: 10.3200/JACH.56.5.579-584. Witjaksono F.(2012). Klinik Semanggi http://www.pesona.co.id/sehat/kesehatan/tiga.faktor.penyebab.obesitas/002/002/22