Semiucar A'a.sional Peternakon don Veteriner 1999
SELEKSI GENERASI PERTAMA (GI) UNTUK MENGURANGI SIFAT MENGERAM DAN MENINGKATKAN PRODUKSI TELUR A1rAM LOKAL Tu<e ~:urnt;A, B.
GUNAWAN,
dan MURTIYENI
Balai Penelitian Tetriak P.O. Box 221, Bogor 16002
ABSTRAK Ayam lokal nicinbcrikan suntbangan yang nyata terhadap produksi pangan hewani dan pendapatan peternak kccil . Nainun produktivitasnya relatif masih rendah dengan keragaman yang tinggi . Dengan inetnanlaatk in keragaman tersebut, suatu upaya seleksi untuk meningkatkan produksi telur i kin sangat bernimilicit, k irena apabila ayam lokal akan dijadikan bibit yang baik, produksi telurnya harus ntcncalxii rata-rata lebih besar 40%/ekor/tahun . Seleksi yang diarahkan untuk mengurangi/ntenghilangkan silltl mengeram secara langsung akan meningkatkan produksi telur . Sebanyak 282 ekor ayam lok,f dart (pullet) turunan pertama (G1) hasil seleksi 50% terbaik dari populasi dasar dan 67 ckor :tyatn lokal pullet tunman pertama (G1) dari populasi kontrol digunakan sebagai tnatcri pencflian . Avanl-ayam lokal ini diamati produksi telurnya selama enam bulan . Sifat niengcratn y.tng tcij.idi di:tntati dan dihitung korelasi antara lama mengeram dengan produksi telur. Hasil pcncliti.in mentinjukkan bahwa produksi telur ayam lokal generasi G1 pada populasi seleksi sebcsar 68,99 butir (38 .12%) dengan kisaran 7-128 butir/ekor/6 bulan dan pada populasi kontrol sebesar 59.56 butir/ckor/6 bulan (32,90%). Sehingga, diperoleh aktual respon seleksi sebesar 9,43 butir ttau 5.22%, Pengamatan selama enam bulan produksi, meitunjukkan bahwa junilah ayam yang niengcrain hanya sebesar 13,11% pada populasi seleksi dan 22,22% pada populasi kontrol, sehingga tcrchpni respon seleksi sebesar -9,11%. Pengamatan selama enam bulan produksi inenunjukkan hliwa rata.m lama mengeram pada populasi seleksi sebesar 33,2 hari sedangkan pada populasi kontrol sebcsar 35,64 hari, sehingga secara tidak langsung diperoleh respon seleksi untuk lanta inenocrain sebesar -2,44 hari. Bila dilihat korelasi antara lama mengeram dengan produksi telur y,nig dihasilkan terdapat korelasi negatif secara nyata (P<0,05) sebesar -0,31 dan diperoleh pcrsam-,rtn Y= 57,1-0,261X (Y=produksi telur, X= lama mengeram), tetapi model dug ian tersebut kurang baik karena hanya mampu menerangkan keragaman total sebesar 9,4%. Kata kunci : Seleksi, sifat inengcrain . produksi telur PENDAHULUAN Kemampuan ayam lokal dakiin inenghasilkan telur per ekor sangat beragam . Berdasarkan penelitian pada populasi chs.tr, produksi telur per ekor selama enam bulan rata-rata sebesar 54,32 butir dengan koefisicn vari.tsi sebcsar 46,87"o . Dengan beragamnya produksi telur tersebut, seleksi unttik meningkatkan produksi telur akin sangat bermanfaat . Seleksi ini diarahkan untuk mellgurangi atau nlenghilangkan slfit mengeram yang terdapat pada ayam lokal sehingga akan meningkatkan produksi telur . Sifat ntcngcrain ini dipengaruhi oleh dua pasting gen autosom dan dominan, yang apabil;i nuincul bers.uwi-sama bersifat komplementer dan menyebabkan timbulnya sifat mengeram (hrowlv, A-C -) clan ap ibila tidak muncul bersanlaan tuenghasilkan sifat non broody (A-cc, aaC-, i.icc) (Gc ( m :v .t : ui ol., 1960) . Dengan dapat dideteksinya sifat mengeram 271
Semimu Nasional Peternakan dan Veteriner 1999
tersebut pada ayam lokal berclasarkan rekording, maka dapat dilakukan seleksi . Berdasarkan pengamatan pada populasi dasar ternyata sifat mengeram ini muncul hanya pada ayam-ayam tertentu saja, tidak semua ayam lokal yang dikandangkan secara individu (kandang batere) dapat mengeram . Pada ayam lokal yang produksi telurnya rendah dengan pola bertelur yang teratur biasanya sifat mengeramnya muncul, kemudian setelah mengeram diikuti masa istirahat yang panjang . Pada ayam lokal yang produksi telurnya rendah clan pola bertelurnya tidak beraturan biasanya sifat mengeramnya tidak muncul, hanya istirahat saja, namun juga tidak berproduksi . Pada ayam lokal yang produksinya tinggi, dengan penggunaan kandang batere sifat mengeram ini jarang muncul atau kadang-kadang sifat mengeram ini muncul hanya beberapa hari saja kemudian hilang kembali, tetapi adapula yang sambil mengeram juga bertelur. Dengan belum tercleteksinya pola mengeram yang jelas pacla ayam lokal ini, maka sifat mengeram pada ayam lokal menarik untuk dipelajari lebih lanjut . Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan bibit ayam lokal dengan rataan produksi telur lebili besar 40%,. NIATERI DAN METODE Sebanyak 282 ekor ayam lokal clara (pullet) turunan pertama (G1) hasil seleksi 50% terbalk dari populasi dasar seleksi clan 67 ckor ayam lokal dara (pullet) turunan pertama (G1) dari populasi kontrol digunakan sebagai materi penelitian. Ayam-ayam lokal ini diamati produksi telurnya selama enam bulan . Produksi telur per individu diamati dan dicatat setiap hari. Sifat mengeram yang teijadi diamati dan clihitung korelasi antara sifat mengeram dengan produksi telur. Aktual respon seleksi clihitung berclasarkan perbeclaan rataan nilai fenotipik populasi seleksi dengan populasi kontrol . Precliksi respon seleksi clihitung menurut petunjuk FALCONER (1986). Respon seleksi setiap talum clapat clihitung dari precliksi respon seleksi dibagi dengan selang generasi . R = Respon seleksi i = intensitas seleksi ap = fenotipik standar deviasi 11 2 = heritabilitas sifat yang diseleksi . 1 = Selang generasi.
= iapxh2/1
Peubah lain yang diamati ;ulnlah umur pertama kali bertelur (UPB), berat telur pertama (BTP), rataan berat telur selama cimm bulan produksi, berat induk szat bertelur (BI) dan mortalitas selama penelitian . Pakan yang digunakan selama pengamatan merupakan pakan campuran yang terdiri dari pakan jacli lover 105 produksi PT Gold Coin, dedak padi, tepung ikan clan mineral (produksi wonder) dengan perbanclingan 2,5 : 1 : 0,1 : 0,03 . Komposisi kanclungan gizi berdasarkan analisa proksimal Lab. Balltnak, Ciawi sebagai berikut : Kadar Air 10,6%, Protein Kasar 17,44°/o, Serat Kasar 8.69%. Lcmak 7,47%, Abu 15,7%, Calsium 2,94%, Phosphor 0,75% clan Energi Kasar 14,7 MJ . IIASIL DAN PEMBAHASAN Produksi telur Produksi telur ayam lokal generasi G1 selama enam bulan produksi pada populasi seleksi sebesar 68,99 butir (38,12%o) dengan kisaran 7-128 butir dan pada populasi kontrol sebesar 59,56 butir atau 32,90%. Sehingga . dipcroleh aktual respon seleksi sebesar 9,43 butir (5,22%) (Tabel 1). 272
Scnridar Nasional Peternakan dan Veteriner 1999
Tabel 1 .
Prodaksi telur ayam lokal sclanw enam bulan hasil seleksi generasi GI Populasi seleksi
Populasi kontrol
Aktual respon seleksi
Produksi Telur (butir)
68,99 ± 27,ti6
59,56 ± 28,97
9,43
Produksi Telur (%)
38, 12 ± 15,29
32,90 ± 16,01
5,22
Sifat yang diseleksi
Hasil ini sudah lebih baik clib inciingkan dengan hasil pada generasi GO (SARTIKA et al ., 1998), yaitu pada populasi sclcksi , produksi telur selama enam bulan sebesar 54,32 butir (29,53%) dan pada populasi kontrol sebesar 51 .75 butir (28,13%) . Hasil aktual respon seleksi pada generasi G1 lebih besar dibandingkan dengan lwsil prediksi respon seleksi, baik berdasarkan perhitungan nilai h2 secara halbsib nmupun fullsib fatnily yaitu sebesar 9,43 vs 7,74 dan 3,54 butir (Tabel 2) . Besarnya prediksi respon seleksi lcrg intung pada nilai hertabilitas -dan diferensial seleksi . Diferensial seleksi ini diperolch clari rataan ternak terpilih (Ps) untak generasi berikutnya dikurangi nilai rataan populasi sclcksi (P) . Nilai heritabilitas untuk produksi telur berdasarkan perhitungan halbsib fatuily diperolch sebesar 0,35 dan fullsib family sebesar 0,16 . SIDADOLOG et al . (1996) mend ipatkan nilai heritabilitas produksi telur pada ayam lokal sebesar 0,55 dan optinutm produksi telur diperolch scbcs ir 43% . Dari hasil perhitungan prediksi respon seleksi ternyata nilai heritabilitas berdasarkan halbsib family lebih mendekati nilai aktual respon seleksi
dengan kata lain nilai h 2 bcrchsark,m halbsib family lebih akurat dibandingkan dengan fullsib family . Tabel 2 .
Nilai heritabilitas dan prediksi respon seleksi dari sifat yang diseleksi
Sifat yang diseleksi Produksi telur (butir)
Nilai heritabilitas (h 2 )
Produksi Telur dari
Produksi telur dari
populasi sclcksi (1')
temak terpilih (Ps)
Patemal halbsib
Fullsib
f
0,35
0,16
69,99
f
27,66
91,11
15,19
Prediksi respon seleksi (butir)
(h - x diferensial seleksi)
7,74
3,54
Prediksi Respon seleksi (butir/talutn)
(intensitas seleksi 50%)
0,7
0,35
Untuk n)chhat prccliksi respon sclcksi setiap tahun berdasarkan perhitungan (FALCONER, 1986) diperolch peningkatan respon sclcksi setiap tahun hanya sebesar 0,7 batir . Rendahnya peningkatan respon seleksi ini discbabkan karena nilai heritabilitas untuk sifat produksi telur rendah yaitu 0,35 din intensitas sclcksi y .tng dilakukan pada penelitian ini juga rendah yaitu 50%, MARTOJL) et ol. (1990) mcny~tnulkan bahnva intensitas seleksi pada ayam induk sebaiknya berkisar 10-15%, tetapi bila populasinya terbams dan untuk mempertahankan populasi, intensitas seleksi dapat dituninkan . Kcjadian mengeran) Pada pengatnat .t n sil
27 3
Semiuar Misional Peternakan dan Veteriner 1999
Tabel 3.
Kejadian mengeram, 1rekucnsi mengeram dan lama mengerain pada ayam lokal selama enam bulan produksi ,Iuinlah tcrnak (ekor)
Kejadian mengeram
Frekuensi mengeram (%)
(ckor)
(%)
I ktili
2 ktili
3 ktili
Lama mengerain (hari)
Populasi seleksi
267
35
13,11
65,71
31,43
2,86
33,2 t 26,3
Populasi kontrol
63
14
22,22
64,29
21,43
14,29
35,64 t 22,5
Respon seleksi
-9,11%
-2,44
Rendalinya sifat mengeram yang muncul pada penelitian ini, kemungkinan disebabkan oleh kandang yang digunakan selama penelitian inenipakan kandang batere yang alasnya terbuat dari kawat, selain itu telurnya clikoleksi setiap hari sehingga ayam-ayam tersebut kurang memperoleh
rangsangan untuk mengerain . Pachhal setiap individu kemungkinan mempunyai gen sifat mengerain tersebut . G(ODALl3 el nl . (1960) inengeniukakan baliwa sifat mengeram ini ditunuikan secara genetis dan clikontrol oleh clua pasang gen autosom yang dominan (A-C-), apabila hanya salah satu gen dominan yang muncul atau tidak sania sekali maka tidak akan inenimbulkan sifat mengerain (A-cc, aaC -, aacc) . A1'i, l .vliy et al . (1992) niengemukakan bahwa sifat mengerain dituninkan secara sex- linked clan tergantung pada faktor bapaknya . Bila difliat frekucnsi mengerain selama enam bulan produksi yang terbanyk terjadi pada satu kali masa mengerain , baik lmda populasi seleksi (65,71%) maupun populasi kontrol (64,29%) . Sedangkan yang rnengalaini frekucnsi mengeram dua kali dan tiga kali masa mengeram masing masnig sebesar 31,43 dan 2,86'X, pada populasi seleksi serta 21,43 dan 14,29% pada populasi kontrol . Hal yang santa terjacli pada populasi dasar (SARTIKA et al ., 1998) bahwa frekuensi niengerani yang terjadi saw kali selama enam bulan merupakan populasi terbanyak . Keragaman sifat lania niengeranin cukup tinggi yaitu berkisar antara 4-100 hari dengan koefisien variasi sebesar 79,22% pada populasi seleksi clan 63 .13% . pada populasi kontrol . Rataan lama mengerain pada populasi seleksi sebesar 33 .2 hari scdangkan pada populasi kontrol sebesar 35,64 hari, sehingga diperoleli respon seleksi untuk laina niciigerain sebesar-2,44 hari (Tabel 3) . Lania mengerain dengan produksi telur selama enam bulan pengarnatan secara nyata (P<0,05) berkorelasi korclasi ncgatil'dengan koefisien korelasi (r) sebesar-0,31 dengan persaniaan Y= 57 .1- 0 .261 X (Y= produksi telur selana 6 bulan dan X= lania niengerani) . Hal ini menunjukkan bahwa dengan seimikin lania junilah mengeram dapat nienunuikan produksi telur selaina 6 bulan . Tetapi model duo .m n tersebut kurang baik, karena nilai koefisien deterininasinya (R) rendah yaitu hanya mampu mencrangkan keragaman total sebesar 9,4%. GOODALE et al . (1960) inendapatkan nilai korclasi (r) antara lania niengerani dengan produksi telur sebesar-0,56 . Rataan berat telur Berdasarkan data peubah lain \ang dianiati antara lain rataan berat telur selama enam bulan produksi diperoleh rawan sebesar 40 .03 g pada populasi seleksi dan 39,68 g pada populasi kontrol (Tabel 4) . Secara tidak langsung diperoleh aktual respon seleksi dari berat telur sebesar 0,35 g . Hasil penelitian SIDAtxiLc G el al . (1996) mendapatkan respon seleksi untuk berat telur pada generasi G1, G2 dan G3 berlurut-turul sebesar 1,44 g; -0,67 dan 0,9 g .
Sum inor,\'asional Aeternakan dan Veteriner 1999
Tabel 4.
Mann bcnit telur pertama, hcrat telur selama enain bulan, umur pertama bertelur, berat induk saat bertelur dwn mortcditas selama penelitian
Uraian Berat telur pertama(g) Rataan berat telur (g) Umur pertama bertelur(hmi ) Berat induk swit bertclur (to) Mortalitas umur produksi ('31.,)
Populasi seleksi
32,73 ± 5,56 40,03 ± 3,29 175,37 ± 24,50 1615,1 ± 241,65 7,09
Populasi kontrol 33,32 ± 4,61 39,68 ± 3,34 179,06 ± 28,14 1621,1 ± 307,21 11,67
Aktual respon seleksi -0,59 0,35 -3,69 -6,00 -4,58
Umur pertama bertclur dan berat telur pertama Umur pertama bertclur (UPB) pada populasi seleksi sebesar 175,37 hari dwn pada populasi kontrol sebesar 179,06 hari. Secara, tidak langsung terdapat penurunan UPB sebagai respon seleksi sebesar -3,69 hari. UPB ini bcrkaitan clcngan besarnya bobot telur pertama (BTP). Semakin cepat UPB, bobot telur pertama sciuakin kecil. Hal ini dapat diflrat pada populasi seleksi yang nilai UPBnya sebesar 175,37 hari cliperolch BTP sebesar 32,73 g, scdangkan pada populasi kontrol yang rnetnpunyai UPB lebilt lama yaku 179 .06 hari diperoleh BT? sebesar 33,32 g. Secara statistik UPB berkorelasi positip nyata (P<0,05) dengan BTP dengan model dugaan Y= 15,6 + 0,0982 X (Y= BTP clan X = UPB) clan koelisicn dctcnninasi (R) dari model dugaan tersebut hanya sebesar 23,2%. Koefisien korelasi (r) sebesar 0,48. Umur pertama bertelur pada penelitian ini lebih tinggi dari penelitian SUWINDRA el a/ . (1993) yaitu sebesar 156,17 hari pada generasi GO clan menurun menjadi 151,66 hari pada generasi G3 . tetapi masih lebih rendah dari yang dikemukakan MANSJOER (1985) yaitu sebesar 6._37 bulan . Berat induk scat hertelur Rataan berat induk saat bertclur pada populasi seleksi sebesar 1615,1g dan pada populasi kontrol sebesar 1621,1 g. Ayant lokal yang dilakukan pada penelitian ini lebih besar dibandingkan dengan ayam lokal di Bali yang dilakukan SIJWINDRA et al. (1993) . Hal ini terlihat dari berat induk dewasa (pada umur 5 bulan) bcrkisar 973 .89 g pada generasi GO dwn 1067,5 g pada generasi G3, sehingga nienycbabkan UPBnya lebilt ccpat, produksi telur lebih banyak dan rataan berat telurnya lebih kecil . Mortalitas selama penelitian Mortalitas ayam selama penelitian (umur produksi) masih dalam kisaran normal yaitu sebesar 7,09% pada populasi seleksi clan 11,67% pada populasi kontrol, tetapi mortalitas pada awal pertunibulian (unuir 4-6 ininggu) cukup tinggi yaitu sebesar 43,6% pada populasi seleksi dan 33% pada populasi kontrol, yang discbabkan olch terserang penyakit Gumboro . Sehingga jumlah ternak yang direncanakan sebanyak 500 ckor pacla populasi seleksi clan 100 ekor pada populasi kontrol tersisa menjadi *292 ekor pada populasi seleksi clan 67 ekor pada populasi kontrol . KESIMPULAN Seleksi mengunuigi silat mcitgcrain clan nieningkatkan produksi telur pada ayam lokal dengan intensitas seleksi sebesar jt1iS,, incndapatkan aktual respon seleksi untuk produksi telur sebesar 5,2% pada generasi G1 . mcnurunkan lama mengerarn sebesar 2,44 hari clan terdapat korelasi genetik secara nyata ;mtara laina mengeram dengan produksi telur sebesar r= -0,31 . 275
Semiriar Nasional Peternakan dan Veteriner 1999 DA FTAR PUSTAKA
1-lix IIEs, and 1-I.A . I.:LS()N. 1992. Poultry Production Systems Behaviour, Management and IVelJitre. Agcicultural Development and Advisory Service, Nottingham, UK.p. 171-173.
APPLEBY M.C ., B.(7.
Introduction Tecluucl, Hongkong.
FALCONER, D.S . 1986 .
to
Urrantitative Genetics. Second Edition. Longman Scientific &
R. SAMBORN, and CAao . 1960 . Broodines. of Agriculture, Fisheries and Food . London .
GOODALE, H.D .,
III:
Poultry Breeding. Bulletin No . 146 . Ministry
Pcngkaiian Sil'at-Sil'at Produksi Ayam Kampung Serta Persilangannya Dengan Ayam Rhode Island Red . Disertasi Doktor, Fakultas Pascasaijana, IPB. Bogor.
MANSJOER S.S . 1995 .
H., P.H . HuTAt4ARA'r, dun S.S . Bioteknologi, IPB.
MARTOJO,
MANSJOER .
1990 .
Ilm u Pemuliaan Unggas. Diktat . PAU
B. GUNAWAN. K . DIwy :\1'I O , I)I?SMAYATI Z, SOEDIMAN S., MURTIYENI, dan A. GOZALI . 1998 . Seleksi menguran- i sil'at mem-,cram untuk meningkatkan produktivitas pada ayam Buras. Laporan Hasil Penelitian, AP1iN 1997/1998 .
SARTII:A, T.,
T. YrAVANTA, dun II . SASONGK<~. 1996 . Penganih seleksi terhadap perkembangan sifat pertumbullan, produksi dan rcproduksi ayam kalnpung legund dan normal. Buletin Peternakan, Fapet UGM, Yogyakarta . 20(2):85-97 .
SIDAr)OLOG, J.H .,
dan I .K .A . WIYANA . 1993 . Seleksi dan pembibitan ayam kampung di daerah Bali . Laporan Penelitian, Fapei. Univ . Udayana. Bali .
SUwiNDRA, I .N., K. ASTIN[NGSIII,