BAB IV
SEJARAH LOKAL : TIGA GENERASI
Penulisan sejarah lokal Bali, Tabanan dan Desa ~ a t u ; riti dalam bab ini tidaklah dimaksudkan untuk menuliskan sejarah k e tiga
lokal t e r s e b u t secara d e t a i l , k a r e n a
penelitian ini bukanlah penelitian sejarah.
Dalam bab ini
hanya dikemukakan sejarah lokal secara garis besarnya, sekedar untuk dapat memberikan gambaran tentang lingkungan sosial di mana riwayat hidup para
responden dicatat dan
ada kaitannya dengan kehidupan masing-masing. pai tujuan tersebut, dalam disoroti
aspek
Untuk menca-
bab sejarah lokal ini hanya
pemerintahan, sosial-budaya dan ekonomi.
4.1 Sejarah Bali Secara Ringkas
sejarah Perkembaqan Pemerintahan.
4.1.1
Jatuhnya kerajaan-kerajaan '
berlangsung secara bertahap.
di Bali ke tangan penjajah Kerajaan yang pertama-tama
dapat ditundukkan oleh Pemerintah Hindia Belanda adalah Kerajaan Buleleng dan terakhir adalah Kerajaan Kelungkung. Kerajaan Buleleng jatuh setelah dikuasainya benteng pertahanann Jagaraga oleh penjajah Belanda pada tanggal 16 April
1849.
penguasa
Setelah kerajaan ini jatuh, pada tahun 1855
setempat yang sebelumnya berada ditangan raja
kemudian diganti oleh regen Pemerintah Hindia regen, di
Belanda.
(regent) yang diangkat oleh Untuk mengawasi
sana ditempatkan seorang pegawai
pemerintahan pamong
praja
yang disebut kontrolir
(contreleur).
Selanjutnya,
dasarkan staatsblad 1860 no 107 Buleleng
ber-
berada di bawah
pemerintahan seorang Asisten Residen dan tahun 1882 Singaraja ditetapkan sebagai ibukota Keresidenan Bali dan Lombok.
(utrecht, 1962).
Pada tanggal 20 September 1906 terjadi peperangan antara Kerajaan Badung dengan Pemerintah Hindia Belanda yang dikenal dengan Puputan Badung.
Perang ini diawali
dengan adanya perselisihan antara Raja Badung dengan Pemerintah
Hindia Belanda dalam kasus terdamparnya kapal
Sri Kumala di pantai Sanur. Dalam kasus ini Pemerintah Hindia Belanda menuduh Kerajaan Badung telah melanggar perjajian 13 Juli 1849 yakni Perjanj ian Penghapusan Hak Tawan Karang
di mana raja Badung dianggap lalai memberi
penjagaan yang ketat terhadap kapal Sri Kumala sehingga menimbulkan kerugian bagi pemilik kapal tersebut. Seminggu setelah jatuhnya kerajaan Badung, pada tanggal 27 September 1906 kerajaan Tabanan menyusul jatuh ke tangan penjajah (Agung, 1989). Dua tahun berikutnya, pada tanggal 2 0 April 1908 terjadilah perang antara Pemerintah Hindia Belanda
dengan
Kerajaan Kelungkung, yang dikenal dengan "Puputan Kelungk u n g ~ ~Perang . ini berawal dari adanya perselisihan dalam
1) Periksa Surat-Surat Perjanjian antara Kerajaan Bali dan Lombok dengan Pemerintah Hindia Belanda tahun 1841-1938, Arsip Nasional, Jakarta. 1964.
perdagangan candu
(Rai Mirsha, 1986).
Dengan jatuhnya
kerajaan Kelungkung tahun 1908, secara fisik Bali telah jatuh
secara
keseluruhan
ke tangan
Pemerintah
Hindia
Belanda dan sejak saat itu, Bali memasuki lembaran sejarah baru, yakni jaman penjajahan. Setelah Bali secara keseluruhan jatuh ke tangan Pemerintah Hindia Belanda,
Bali dibagi menjadi dua bagian
(afdelinq) yaitu Bali Utara dan Bali Selatan. Bali Utara terdiri dari Buleleng dan Jembrana dibawah pemerintahan Residen Bali dan Lombok yang bekedudukan di Singaraja (Utrecht, 1962).
Bali Selatan terdiri dari Badung, Taba-
nan, Gianyar, Kelungkung, Bangli dan Karangasem di bawah pemerintahan seorang Asisten Residen yang berkedudukan di Denpasar. Di bawah afdelinq terdapat onderafdeling yang terdiri dari : Karangasem, Kelungkung, Bangli, Gianyar, Badung-Tabanan, Buleleng-Jembrana, masing-masing di bawah pengawasan seorang kontrolir. (H-van Koll, 1912). Di antara tahun 1908-1938, Bali berada pada masa Stedehouder di mana penguasa pribumi yang disebut regen (regent) berkedudukan sebagai wakil Pemerintah Hindia Belanda.
Berdasarkan staatsblad 1929 no 226, Bali
dibagi
menjadi delapan swapraja (Zelfbesturende Landschappen) yaitu : Bangli, Gianyar,
Kelungkung,
Tabanan, Jembrana dan Buleleng.
Karangasem, Badung,
Penguasa pribumi di
masing-masing swapraja itu disebut Bestuurder. Tahun 1938, pemerintahan disempurnakan dengan Peraturan Pemerintah
Kerajaan
(Zelf Bestuurs Regelen).
merintahan di masing-masing istiadat
yang
berlaku
Sejak saat itu, pe-
swapraja diatur menurut
adat
setempat, dengan kekuasaannya
meliputi agama, peradilan
dan
sing-masing.
ini hanya berlaku bagi mereka
Kekuasaaanya
kepolisian di wilayah ma-
yang tergolong kaula kerajaan bersangkutan. Sesudah 1 9 3 8 Bali
berada
pada
masa
zelfbestuur
tahun
(pemerintahan
sendiri) (Rai Mirsha, 1986). Berdasarkan aturan bersama No.1 ber
tertanggal 3 0 Septem-
1938, dalam masa pemerintahan sendiri dibentuklah
Paruman Agung.
Paruman
ini
kedelapan swapraja, yang
merupakan
federasi antara
susunannya sebagai berikut:
1)
Residen Bali dan Lombok sebagai ketua merangkap anggota; 2) raja-raja
dari kedelapan swapraja, sebagai anggota; 3)
dua orang dari masing-masing Di masing-masing
negara (swapraja),
Negara, yang terdiri dari kerajaan),
swapraja, sebagai penasehat.
Kontrolir,
dan
juga dibentuk Paruman
: Raja,
Bagawanta
wakil-wakil
sosial politik di masing-masing
dari
(pendeta
organisasi
swapraja).')
Tahun 1942, Bali berada d i bawah Pendudukan Tentera Jepang sampai tahun 1945.
Dengan kekalahan Jepang melawan
tentera Sekutu, pada tahun 1945, penjajahan
Agung" 1938,
dan
mulai
Bali bebas dari belenggu
memasuki
jaman
kemerdekaan.
1 ) P e r i k s a artikel "Paruman Negara d a n P a r u m a n dalam Majalah Jatayu No. 11 tahun k e 3 , 25 Juni koleksi Gedong Kertya, Singaraja.
Setelah kemerdekaan, Ketua Paruman Agung
yang dahulu
adalah Residen Bali dan Lombok, kemudian diganti dan dipilih dari raja-raja di Bali . Berdasarkan peraturan Paruman Agung No.
43/1946,
tertanggal 4 Febroari 1946,
anggota Paruman Agung ditambah menjadi 3 6 orang termasuk di dalamnya delapan raja-raja. Tanggal 24 Desember 1946 di Denpasar berlangsung konperensi mengenai pembentukan Negara Indonesia Timur
(NIT) yang direncanakan sebagai salah satu bagian dari Republik Indonesia Serikat (RIS). Tanggal 15 Juni 1950, N I T mengeluarkan Undang-Undang no 4 4 tahun 1950 tentang
Pemerintahan Daerah. Pada tanggal 17 Agustus 1950 RIS bubar dan NIT bergabung kembali ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, di bawah Undang-Undang Dasar Sementara 1950.
Berkembangnya organisasi politik yang sangat banyak
pada saat itu, menyebabkan keanggotaan Paruman Agung dianggap tidak representatif lagi.
Oleh karena itu, pada
tanggal 29 September 1950 Paruman AgUng dibubarkan
dan
dibentuklah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sementara (DPRDS).
Pada tahun 1950 juga dibentuk Propinsi
Tenggara berdasarkan Peraturan
Nusa
Pemerintah No. 21 tahun
1950.
Setelah terjadinya perombakan
dalam
struktur pe-
merintahan daerah tersebut, keluarlah Undang-Undang tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah tahun tahun 1957 ) dan
1957 (W. No.1
Undang-Undang Pemerintahan Daerah (UU.
No. 44 tahun 1950) buatan NIT dicabut. Selanjutnya, Daerah Tingkat I Bali dibentuk tanggal 14 Agustus 1958 berdasarkan Undang-undang No. 64 tahun 1958, pertama kali beribukota di Singaraja.
Berdasarkan Undang-undang No. 69 tahun
1958 di bentuklah Daerah Tingkat I1 atau Kabupaten di Bali
sejumlah delapan kabupaten. keluar
Peraturan Menteri
Setelah Dekrit Presiden 1959, Dalam
Negeri No. 6 tahun 1959
yang menegaskan bahwa Kepala Daerah Propinsi Bali adalah Gubernur dan Dewan Pemerintahan Daerah menjadi Badan
(DPD) berubah
Pemerintahan Harian (BPH). Kemudian
sarkan Penetapan Presiden
(Penpres) No.
berda-
5 tahun 1960,
Dewan Perwakilan Rakyat Sementara diubah menjadi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Gotorig Royong (DPRDGR). Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah No. 5 2 / 2 / 3 6 / 1 3 6 ,
tanggal 23 Juni 1960, ibukota
Propinsi Bali dipindah ke Denpasar. Undang-Undang No. 1 tahun 1957 yang
merupakan lan-
dasan pemerintahan daerah pada saat itu, kemudian dicabut dengan keluarnya Undang-Undang seluruh komposisi serta
No.
18
Tahun 1 9 6 5 dan
personalia pemerintahan daerah
diisi dengan unsur-unsur NASAKOM (Nasional, Agama, Komunis) dan jalannya pemerintahan dikendalikan oleh pemerintah Orde Lama. Setelah berakhirnya jaman pemerintahan Orde Lama, yang kemudian diganti oleh tahun 1966,
pemerintahan Orde Baru sesudah
dikeluarkanlah Undang-Undang No. 5 tahun 1974
tentang Pemerintahan Daerah yang baru dan dengan Undangundang ini struktur pemerintahan daerah dirombak secara total. Sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang ini pemerintahan di Bali adalah pemerintah wilayah trasi) Bali dan pemerintah daerah disebut Pemerintah
Daerah
(adminis-
(otonom) Bali.
Tingkat
I
Yang
Bali menurut
undang-undang ini, adalah Kepala Daerah bersama-sama Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD).
Selain telah keluar Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah tahun 1974.
pada tahun 1979 telah lahir pula
Undang-undang No. 5 tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa yang melanjutkan dualisme dalam pemerintahan desa di Bali, yaitu pemerintahan d e s a a d a t d a n pemerintahan
desa
administrasi (desa dinas).
4.1.2
Sejarah Perkembangan P e n d i d i k a n dan Kebudayaan
Sebelum berkembangnya pendidikan formal di Bali, pendidikan non formal sebenarnya telah ada sejak jaman kerajaan dahulu. Pendidikan semacam ini merupakan pendidikan tradisional yang berlangsung di rumah-rumah atau di
pesraman pendeta terutama bagi golongan bangsawan. Mgteri pendidikan ditekankan pada nilai-nilai agama Hindu yang mencakup bidang filsafat (tattwa), etika (tatasusila) dan pengetahuan lainnya.
Sikap dan kewajiban orang tua terha-
dap anak dan sebaliknya,
merupakan materi yang paling
penting dalam pendidikan tradisional tersebut. Pelaksaaan
kewajiban orang tua terhadap anak, telah dimulai sejak bayi baru lahir sampai dewasa.
Kewajiban
tersebut antara
lain dilaksanakan dalam berbagai bentuk yadnya, seperti antara lain upacara selamatan bayi lahir, putus tali pusar, tanggal gigi, tiga bulan hari) dan sosialisasi nilai-nilai dilakukan oleh orang tua dalam pemimpin keluarga, pembina
(105 hari),
keluarga.
fungsinya
oton (210 Hal
ini
sebagai guru1),
dan teman dalam suatu ikatan
budaya . Setelah Bali perubahan politik
jatuh k e tangan penjajah
Belanda,
yang terjadi di Hindia Belanda, yakni
dengan dikeluarkannya politik etis (etische politiek), dampaknya juga dirasakan di Bali, terutama dalam bidang pendidikan dan kebudayaan. Berkaitan dengan bidang pendidikan, pada
tahun 1875
pertama kali di Bali didirikan sekolah, yaitu Sekolah Rendah Kelas Dua
(Tweede Klasse School) bertempat di
Singaraja, Tahun 1913 dibuka
Europeeche Laqere School dan
HIS (Holland Inlandsche School). Pada tahun 1920 di Denpa-
sar berdiri Cabang Budi Utomo dengan kegiatan melaksanakan kursus pemberantasan buta huruf, yang disebut kursus
ABC.
1)Dalam ajaran agama Hindu dikenal adanya empat macam guru (catur guru), yaitu 1) Tuhan merupakan guru spiritual (guru swadiaya), 2) Orang tua sebagai guru rupaka, 3) Guru yang memberi pelajaran di sekolah dan pesraman sebagai guru pengajian, dan 4 ) Pemerintah sebagai guru wisesa. Guru di sini sebagai figur yang dihorrnati, menuntut rasa bakti, kesetiaan dan rela berkorban.
Tahun 1921 di Singaraja dibentuk perkumpulan Suita Gama Tirta yang anggotanya terdiri dari semua lapisan masyarakat. Perkumpulan ini bertujuan untuk melaksanakan pembinaan terhadap agama dan pembaharuan istiadat.
terhadap
adat-
Perkumpulan yang khusus bergerak di bidang
agama terbentuk
di Singaraja pada tahun 1923 bernarna
perkumpulan Shanti yang anggotanya terdiri dari guru,
pegawai
dan tokoh-tokoh
masyarakat.
para
Keqiatan
perkumpulan ini adalah memberikan kursus kepada masyarakat dan menerbitkan warta berkala yang disebut Shanti Adnyana. Tahun itu pula dibentuk sekolah Perempuan Shanti yang mendidik
wanita
(Bali Adnyana, 1926) Tahun 1924 Adnyana.
supaya
tahu membaca
dan
menulis
.
Shanti
Adnyana
diganti menjadi Bali
Perkumpulan ini menerbitkan warta
li fikiran-f ikiran elit modern
yang
golongan
wangsal)) (Brahmana, Kesatria dan Wesya),
dan
mewaki-
menakjTri-
tahun 1925
dibentuk perkumpulan Surya Kanta yang kemudian menerbitkan warta yang mewakili pemikiran-pemikiran elit modern golongan jaba2) (orang kebanyakan).
Perkumpulan
ini ber-
1) dan 2) Kedua warta tersebut mencerrminkan adanya pertentangan antara dua kelompok, yaitu Tri-Wangsa dan Sudra-Wangsa (Jaba) yang muncul pada saat itu. Sebab-sebab terjadinya pertentangan kasta lebih lanjut dapat dibaca A. A. G. Putra Agung, 1974. Perubahan Sosial dan Pertentangan Kasta di Bali Utara Tahun 1924-1928 (Tesis). UGM. Mengenai perkumpulan Suryakanta dan Bali Adnyana dapat dibaca juga dalam A. Vichers. 1989. Bali a Paradise Created. Periplus Editions. Berkelly, Singapore.
usaha memajukan dan memberikan pengetahuan kepada anggota masyarakat tentang arti pentingnya pendidikan. Selain itu, perkumpulan ini juga menganjurkan penghematan dan penyederhanaan dalam upacara keagamaan, misalnya dalam masalah
ngaben
( p e m b a k a r a n jenasah).
Pada tahun yang
sama d i
Kelungkung didirikan Sekolah Sila Dharma yang menekankan pada pembinaan terhadap kebudayaan Bali pengaruh
kebudayaan Barat.
Pada
Karangasem berdiri perkumpulan Bali dan Lombok Perkumpulan
dalam
tahun
menghadapi
di
itu juga,
Satya Samudaya Baudanda
(SSBBL) yang bergerak dalam bidang fonds.
ini mempunyai
t u j u a n s e b a g a i berikut:
1)
mengumpulkan uang, 2) menjalankan atau mengusahakan uang tersebut,
3) membuat
tabungan persediaan
(Pemda. Tk.
I
Bali, 1985). Setelah tahun
1924
berkembangnya pendidikan d i B a l i ,
telah tercatat
ada
24
buah
sekolah tingkat
Sekolah Dasar dan dua sekolah tingklat HIS. ada
sejumlah pelajar
Jawa, yaitu orang, Kweek
AMS
Mulo
Bali
Tahun 1927
yang mefanjutkan
sekolah k e
(Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) : 3 5
(Algemeene Middlebare
School:
pada
sembilan orang,
School) : satu orang,
Ambacht
orang, NIAS (Nederlandsch Indische Artsen
School:
delapan
School):
satu
1) Hal ini disebutkan dalam Kementrian Penerangan Republik Indonesia. tt : 31. Sunda Kecil.
orang,
OSVIA
(
Opleiding School voor Inlandsche Amptena-
ren) : empat orang, HKS (Hooqere Kweek School):.
satu orang
dan d i OSVIA Makasar 10 orang.') Tahun 1936
di Denpasar telah berdiri
perkumpulan
wanita yang disebut perkumpulan Putri Bali Sadar.2) Perkumpulan ini diperakarsai oleh para guru wanita yang mempunyai tujuan: 1) memelihara
kerukunan
di antara para
putri Bali dengan memberi dasar-dasar peradaban Bali yang sesuai dengan keadaan jaman, 2) tolong menolong di antara para anggotanya terutama dalam suka dan duka, 3) memajukan pengetahuan dengan membuka kursus, 4) membuat studi fond untuk membantu anak-anak murid perempuan yang putus biaya sekolah, 5) nemberi kesempatan kepada para putri Bali yang lewat umur untuk menambah pengetahuan membaca dan menulis. Setelah Bali jatuh ke tangan Jepang bulan Februari 1942 terjadilah perubahan dalam sistem pendidikan dari sistem kolonial yang membeda-bedakan sekolah untuk orang Eropa dan pribumi ke sistem sekolah umum untuk semua penduduk. Semua sekolah yang dibangun pada jaman Belanda dibubarkan- Kemudian Jepang membangun Sekolah Menegah Umum, Sekolah Menengah Atas, Sekolah Guru Desa, Sekolah Guru B, Sekolah Pertanian dan Pertukangan.
1) Disebutkan dalam Majalah Suryakanta No. 3-4. Maret-April. 1927 : 34. 2) Baca I G.P. Merta. llPutriBali Sadarn dalan Majalah Jatayu No. 3 keL2. 25 Oktober 1937. Koleksi Gedong Kertya. Singaraja.
Sampai dengan
tahun 1945, di Bali telah ada sebanyak
226 sekolah setingkat Sekolah Dasar yang tersebar di semua
kabupaten dengan perimbangan di Kabupaten Buleleng 4 7 sekolah, Jeabrana 14 sekolah, Tabanan
40
sekolah, Badung
37 sekolah, Gianyar 29 sekolah, Kelungkung 16 sekolah,
Bangli 14 sekolah, Karangasem 29 sekolah (Agung dan Musta, 1991/1992).
Setelah jaman kemerdekaan, selain ada kemajuan dalam bidang pendidikan, berkembang
berbagai media informasi juga telah
di Bali, antara lain, tahun 1948 telah terbit
koran Suara Indonesia. Dua tahun berikutnya
pada tanggal
9 Nopember 1950 telah dioperasikan pula siaran RRI Denpa-
sar. Pada tahun 1965 koran suara Indonesia diganti dengan Suluh Indonesia dan tahun 1966 media ini diganti pula dengan Suluh Marhaen. Tahun 1971
Suluh Marhaen diganti
lagi dengan penerbitan koran Bali Post yang masih beredar sampai saat ini. TVRI stasion Denpasar mulai diopersikan gada tanggal 16 Juli 1978, melengkapi media informasi lainnya. Adanya berbagai media informasi ini mempunyai arti penting bagi pembangunan masyarakat Bali karena melalui media-media tersebut berbagai informasi dapat diserap,
sehingga memperluas wawasan anggota
masyarakat
Bali untuk menuju ke jaman baru yang lebih modern. Dengan adanya siaran khusus mengenai pedesaan baik relalui RRI maupun TVRI, ha1 ini sangat penting artinya bagi
pemba~, ' \
ngunan pedesaan.
1: .
i
*
t
-
y\; . .. \~"
,
-.
y'
'.
B
,g
[
-cz>. *> /#
Sejarah Perkembangan Ekonomi
4.1.3
Setelah Bali jatuh ke
tangan
1910 pemerintah Hindia Belanda
penjajah,
mulai tahun
memperkenalkan
transportasi berupa sepeda dan motor.
alat-alat
Tahun 1912 jalan-
jalan raya mulai di bangun dan dikembangkan. Jalan yang pertama kali dibangun adalah
jalan jurusan
Denpasar-
Tabanan-Negara-Gilimanuk. Tahun 1919 dibangun jalan jurus-
an Denpasar-Mengwi-Baturiti-Singaraja
dan berikutnya jalan
jurusan Denpasar-Tabanan-Antosari-Seririt-Singaraa
Kedua
jalan ini merupakan jalan yang menghubungkan Bali Selatan dan Bali Utara. Selain pembangunan jalan juga dibangun pelabuhan-pelabuhan, antara lain, pelabuhan Gilimanuk yang menghubungkan ~ a l i dan Jawa
Benoa dan (~tennis,
1919).
Dengan dibukanya pelabuhan tersebut, Denpasar-Gilimanuk yang menghubungkan
jalan jurusan
Bali dengan Jawa,
mempunyai arti penting bagi perkebangan ekonomi di Bali, karena
sejak
saat itu
banyak pendatang baru yang masuk:
Jawa, Bugis, Arab dan Cina.
Para pendatang ini umumnya
pedagang, buruh dan pegawai, tetapi di pihak lain, juga menyebarkan agama Islam. Mereka
banyak membawa ide-ide
baru yang dapat menimbulkan perubahan. Pada masa pendudukan
Jepang, berbagai
perusahan
dan pabrik telah didirikan, antara lain, perusahan dan pabrik pemintalan, pabrik karung goni, pabrik penggilingan padi, pabrik pernotongan ternak, pabrik pengawetan dan penyamakan kulit.
Untuk memenuhi kebutuhan pabrik pemin-
talan benang,
pada saat itu penduduk Bali dipaksa menanam
biji kapas yang akan diolah menjadi benang dan kerajinan tenun di
masyarakat dihidupkan (Rai Mirsha, 1986).
Sebagai akibat
politik
ekonomi Jepanq, pada saat
itu barang-barang dan pakaian susah dapat dibeli dan harganya mahal.
Penduduk tidak dilarang makan nasi beras,
karena beras diperlukan oleh Jepang untuk persediaan makanan tentera mereka yang akan bertempur melawan
.
Sekutu l) Setelah jaman kemerdekaan, pendatang-pendatang yang terdiri dari orang Cina, Arab, Jawa dan Bugis
yang telah
ada sejak jaman penjajahan, tetap mempunyai peranan penting dalam perdagangan di Bali. Orang-orang Cina khususnya, menyebar di berbagai tempat di Bali sampai ke desadesa.
Mereka umumnya membuka
toko-toko
di sekitar pasar
atau sebagai pedagang tengkulak. Mereka membeli kopi dan beras dari penduduk ditukar dengan candu, yang banyak dikomsumsi umumnya
orang
menjual
Bali pada waktu itu. kain,
Orang-orang
sedangkan orang-orang
Jawa
Arab yang
datang ke Bali umumnya sebagai penjual makanan. Jumlah rnereka cukup banyak dan bertempat tinggal di perkampungan khusus, seperti kampung Jawa dan
Arab
di Denpasar,
kampung Cina dan Bugis di Singaraja.
1) Wawancara dengan 1) Ida Bagus Rai Manuaba, lakilaki, + 70 tahun, pensiunan DPRD, Ketua Koperasi Desa ~aturiti,2) I Ketut Olem, laki-laki,+ 65 tahun, tani, 3) I Made Putra, laki-laki, 2 75 tahun, rohaniawan, di Desa Baturiti.
Perekonomian di Bali mengalami perkembangan sangat pesat setelah Bali dibuka sebagai daerah pariwisata budaya berdasarkan Peraturan Daerah No. 3 tahun 1973. Sejak saat itu, ekonomi pariwisata berkembang sampai ke desa-desa.
4.1.4
Sejarah Perkembangan Keluarga Berencana
Dalam menuju ke jaman yang lebih baru dan modern, berbagai program
telah diperkenalkan oleh pemerintah
kepada masyarakat termasuk masyarakat di pedesaan, di antaranya program KB. Sebelum program KB secara nasional diperkenalkan di Bali, usaha-usaha kearah keluarga bersncana secara tidak resmi dan lebih bersifat individual sudah dirintis sejak tahun 1957 oleh Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) yang dipelopori oleh Ibu Wirati Wedastra, dokter Wowor dan dokter ~elantik').
PKBI cabang Bali baru dires-
mikan pada tahun 3959 (BKKBN, 1992). Sasaran yang dituju oleh PKBI pada saat itu adalah ibu-ibu yang mempunyai 'resiko yaitu:
tinggil1 dalam melahirkan,
1) ibu-ibu yang anaknya banyak, 2) yang jarak
kelahiran anaknya dekat, 3) yang mempunyai penyakit dan 4) yang sudah tua tetapi masih melahirkan.
Penanganan terha-
dap masalah tersebut dimulai dari ibu-ibu kalangan "terdekatw yakni ibu-ibu di lingkungan pegawai/karyawan rumahsakit. 1) Wawancara dengan Bapak Nyoman Wardhi, laki-laki, 60 tahun, BKKBN Propinsi Bali.
Alat kontrasepsi IUD yang banyak digunakan dalam keluarga berencana, sebenarnya untuk pertama kali sudah diperkenalkan di Bali pada akhir tahun 1950 oleh seorang dokter ahli kebidanan dari Jerman Barat yang bekerja di bagian
kebidanan rumah sakit Sanglah, Denpasar.
Baru
50
orang wanita menerima metoda tersebut pada saat itu. Pada tahun 1963-1965 ada 325 pemasangan IUD.
Para aseptor
kebanyakan terdiri dari personil paramedis dan wanita desa sekitar rumahsakit (Pott 1979) .
and
.
Bhiwandiwala, eds.,
Pada tahun 1967 usaha-usaha yang dilakukan oleh
PKBI sudah cukup mantap dan mendapat dukungan dari pemerintah Orde Batu. Sejak saat itu, kegiatan PKBI dikenal secara luas. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh PKBI Bali saat itu adalah
memberikan peneranganjpenyuluhan dan motivasi
kepada masyarakat umum dan memeberi latihan-latihan kepada pemuka masyarakat.
Untuk memberikan penyuluhan kepada
masyarakat umum yang digunakan adalah para seniman (dalang, penari
arja maupun topeng) dan para pemimpin agarna.
Dipilihnya para seniman didasarkan atas pertimbangan bahwa para seniman mempunyai kemampuan untuk mengubah perilaku anggota masyarakat melalui lakon-lakon yang dibawakannya. Ditunjuknya pemimpin agama adalah dengan tujuan supaya dari segi agama dapat dijelaskan bahwa keluarga berencana itu tidak menghalangi reinkarnasi. Beberapa rintangan yang dialami oleh PKBI saat itu di antaranya adalah masalah dana, menegemen yang sifatnya
masih mencoba-coba,
sikap masyarakat yang masih memperta-
hankan pola keluarga besar dan kepercayaan tentang "banyak anak banyak re jekiw,.: ,--anggota masyarakat yang sering menunjukkan sikap brutal yaitu berpura-pura mabuk supaya tidak diberi penyuluhan. 'Sikap brutal itu timbul karena anggota masyarakat sendiri pada waktu itu belum mengetahui dengan jelas tujuan dari kegiatan PKBI. Rintangan tersebut akhirnya dapat diatasi setelah berulangkali diberi penerangan. Pada tahun 1969 dibentuklah Lembaga Keluarga Berencana Indonesia (LKBN) yang bersifat semi pemertintah dengan surat Keputusan Menkesra No. 36/KBJS/Kesra/X/1968tanggal 17/10-1968. Kemudian tahun 1970 LKBN diubah menjadi BKKBN dengan Kepres No.8/1970. Dengan terbentuknya BKKBN, tugastugas PKBI berkurang, seperti tugas pelatihan dan motivasi serta pelayanan kontrasepsi dilakukan oleh BKKBN sendiri. Selanjutnya PKBI berjuang sendiri dengan membentuk klinik catur warga dengan mencari trobosan baru.
Kegiatan-
kegiatan yang dilakukan adalah pelayanan kontrasepsi kepada Pasangan Usia Subur (PUS) dan memberikan konseling kepada remaja. Hal ini belum ditanqani oleh BKKBN secara mantap. Faktor-faktor yang mendukung keberhasilan program K B di Bali, antara lain adalah: 1) ajaran aqama Hindu tidak melarang, 2) generasi tua setelah diberi penjelasan tentang alat kontrasepsi akhirnya dapat menerima, 3) ibu-ibu yang pertama-tama merasa malu memakai alat kontrasepsi
karena ada kesan di masyarakat bahwa "orang yang ikut keluarga berencana hanya ingin enak-enak tidak mau punya anak", akan tetapi ia ingin memakai alat tersebut akhirnya secara sembunyi-sembunyi memasang IUD di tempat lain. Pott dan Bhiwandiwala (1979) mengelompokkan faktorfaktor penunjang keberhasilan keluarga berencana di Bali ke dalam kelompok kebudayaan, situasi dan faktor program. Faktor kebudayaan dilihat dari adanya partisipasi yang sangat baik dari para pemimpin agama yang ikut mengembangkan tema keluarga kecil dengan mengemukakan ceritra Panca Pandawa dan Seratus Korawa yang ditafsirkan bahwa kualitas lebih baik daripada kuantitas. Dapat ditambahkan pula bahwa agama Hindu sendiri mempunyai konsep suputra (anak yang berkualitas baik) yang sebenarnya menjadi tujuan dalam membentuk keluarga.
Pemberian nama kepada anak-anak
menurut urutan kelahiran sampai jumlah 3 atau
4
orang
(Wayan, Made, Nyoman, Ketut) juga digunakan untuk pertimbangan-pertimbangan dalam menyarankan kepada suami istri supaya membatasi jumlah anak sampai tiga orang. Hasil survai Fertilitas/Mortalitas tahun 1973 menemukan bahwa ada 5 5 , 6 % wanita Bali yang hanya mempunyai tiga orang anak
hidup
dan tidak ingin menambah
anak
lagi.
Faktor situasi dilihatnya dari pola pemilikan tanah. Pemilikan tanah per kapita di masyarakat pedesaan adalah kecil. Hal ini mendorong mereka untuk mendukung metoda pembatasan kelahiran. Selain itu, adanya kenyataan bahwa
dukun yang melahirkan anak di Bali umumnya laki-laki sehingga wanita Bali tidak malu-malu lagi untuk memasang IUD walaupun petugasnya laki-laki. Dapat ditambahkan juga
bahwa masyarakat Bali sebelumnya juga telah mengenal beberapa metoda pencegahan kehamilan secara tradisional. Ada beberapa faktor yang menyebabkan IUD dipilih sebagai alat kontrasepsi, yaitu:
1) sejak PKBI merintis
usaha-usaha keluarga berencana di Bali, alat yang diparkenalkan adalah IUD, sehingga anggota masyarakat yang memakai alat kontrasepsi lain dianggapnya tidak ikut KB, 2) wanita Bali sejak lama telah dikenal sebagai pekerja. Mereka sengaja memilih alat kontrasepsi IUD supaya tidak repot lagi mengingat dan memikirkan penggunaan alat kontrasepsi. Alat kontrasepsi ini dipandang lebih aman dan praktis, 3) efek sampingan dari penggunaan IUD di Bali relatif kecil ( < 2 % )
karena petuga; yang memasang sudah
terlatih dengan baik sehingga orang tidak ragu-ragu memakai alat kontrasepsi tersebut. Faktor program dilihatnya dari adanya usaha yang tidak henti-hentinya dari petugas untuk memotivasi, memberi informasi dan pelayanan kepada anggota masyarakat untuk
mencapai
keberhasilan
sampai
tingkat
tertentu.
Selanjutnya, dalam rangka mempercepat pelembagaan dan pembudayaan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) juga dilaksanakan dengan "sistem banjar".
Pada tahun 1974
baru 50 pemimpin banjar yang dilatih untuk pelaksanaan KB
dan pertengahan tahun 1975 dr. Ida Bagus Astawa mantan Kepala BKKBN Bali telah memperluas menjadi 400 banjar dan akhir tahun 1976 sejumlah 3.708 banjar di Bali telah dilibatkan
(
Nancy and D.
Viet, tt).
Pada tanggal 8
Nopember tahun 1976 akhirnya sistem banjar diresmikan oleh Gubernur dengan Surat fnstruksi No. isinya
002/Ins/2/1976 yang
bahwa banjar secara bertahap dijadikan wadah
kegiatan pelaksanaan program KB di pedesaan untuk lebih mempercepat proses pelembagaan dan pembudayaan NKKBS. Sistem banjar
dipilih dengan tujuan : 1) untuk membicara-
kan KB dan mengatasi sikap masyarakat yang menolak KB, 2) untuk mengumpulkan statistik yang diperlukan
dalam peren-
Canaan dan pendapatan peserta KB, 3) untuk menyebarluaskan sistem KB yang didasarkan pada kelompok masyarakat setempat. Dengan cara ini lebih memungkin pemberian informasi dan pelayanan sedekat mungkin kepada masyarakat setempat, 4) untuk meningkatkan efektifitas pemakaian alat kontra-
sepsi , 5) agar lembaga kemasyarakatan tradisional dapat berperan serta dalam
pelaksanaan program KB, 3) untuk
mencatat dan melaporkan jumlah aseptor,
4)
meningkatkan
penerimaan serta penerangan KB melalui kegiatan KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi)
dan penyerahan alat
kontrasepsi ulangan (Astawa dalam Colletta dan Umar Kayam;
BKKBN Daerah Tingkat I Bali, 1977;
BKKBN Pusat, 1988).
4.2 4.2.1
Sejarah Tabanan Secara Ringkas
Sejarah Perkambangan Pemerintahan
Sebelum jaman penjajahan, Tabanan merupakan salah satu dari delapan kerajaan yang ada di Bali. Kerajaan ini terdiri dari empat kemancaan, yaitu : Kerambitan, Kediri, Perean dan Marga,
yang masing-masing diperintah oleh
seorang Manca (Hollander, 1968).
Pusat kerajaan berkedu-
dukan di Tabanan. Kerajaan ini jatuh ke tangan penjajah Belanda pada tanggal 27 September 1906, seminggu
setelah
jatuhnya Kerajaan Badung tanggal 20 September 1906 (Agung, 1989). Jatuhnya Kerajaan Tabanan
ke
tangan penjajah
Belanda, telah mengubah kedudukan politik penguasa setempat dari kedudukannya semula. Sejak Pemerintah Hindia Belanda mencampuri pemerintahan kerajaan setempat, terjadilah dualisme dalam
sistem pemerintahan.
maka
Dalam ha1
ini, pemerintah Kolonial tetap menggunakan pemerintahan tradisional sebagai perantara yang menghubungkan pemerintah Hindia Belanda dengan rakyat Tabanan (Kahin, 1959). Pada jaman penjajahan, Tabanan dan Badung pernah menjadi satu wilayah di bawah pengawasan seorang Kontrolir. Setelah Bali dibagi menjadi delapan swapraja (landschap) berdasarkan staatsblad 1929 No. dengan Badung,
226, Tabanan terpisah
masing-masing menjadi satu swapraja. Dalam
kedudukannya sebagai satu swapraja, Tabanan terdiri dari enam kedistrikan, yaitu: Tabanan, Marga, Kediri, Penebel, Kerambitan dan Selemadeg (Hoekstra tt.) yang beribukota di Tabanan (H-vanKoll, 1912).
Setelah berkembangnya kota Tabanan sebagai pusat pemerintahan swapraja, penduduk pedesaan di wilayah tersebut berdatangan ke kota Tabanan untuk mencari pekerjaan, mengikuti pendidikan dan mencari status baru sehingga penduduk kota Tabanan meningkat dari tahun ke tahun. Perkembangan penduduk kota Tabanan dan enam kedistrikan di Swapraja Tabanan, dapat dilihat pada tabel 4 dan 5. Tabel 4.
Tahun
I
Data Kependudukan Kota Tabanan Tahun 1906-1941
Jumlah
I
Orang Bali
I
Orang Cina
I
Orang Timur Asing lainnya
1906
9 600
9 408
144
48
1912
14 400
14 112
216
72
1917
16 070
15 747
241
82
1922
17 740
17 386
262
92
1927
19 500
19 101
287
102
1932
21 260
20 827
32 5
113
1941
24 080
23 573
384
123
Sumber : H.J.
Hoekstra, Nota van Toelichting Betreffende
het in Stellen Zelfbesturend Landschap Tabanan.
Tabel 5. Perkembangan Penduduk Meliputi enam Kedistrikan di Landschap Tabanan. Tahun
Jumlah penduduk
1906
80 000 jiwa
1912
120 000 jiwa
1937
175 000 jiwa
Sumber: H.J. Hoekstra, Nota van Toelichting het in Stellen Zelf Berstuurend Landschap Tabanan.
Pemerintahan swapraja masih berlangsung sampai sesudah jaman kemerdekaan. Baru pada tahun 1958 berdasarkan Undang-Undang No.
69
tahun 1958,
Tabanan berubah menjadi
Daerah Tingkat II/Kabupaten yang diperintah oleh seorang Bupati.
Dalam kedudukannya sebagai Daerah Tingkat 11,
Tabanan terdiri dari delapan kecamatan, yaitu: Kediri, Tabanan, Penebel, Pupuan, Kerambitan, Marqa, Baturiti, dan Selemadeg.
4.2.2
Sejarah Perkembangan Pendidikan dan Kebudayaan
Sejalan dengan terjadinya perkembangan pendidikan dan kebudayaan di Bali, di Tabanan juga telah terjadi perkembangan yang sama. Beberapa perkumpulan seperti Stiti Bali yang dibentuk tahun 1913 oleh para pela jar dan perkumpulan Suryakanta serta Bali Adnyana, juga telah berkembang di Tabanan. Selain itu, beberapa sekolah juga telah didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pelayanan administrasi kolonial. Penerimaan murid pada sekolahsekolah tersebut mengutamakan keluarga aristokrat.
Orang-
orang yang bukan keluarga aristokrat, hanya dapat diterima dengan pensyaratan yang berat, antara lain, penghasilan orang tuanya
memadai.
Adanya pembatasan dan pensyaratan
yang berat dalam penerimaan murid saat itu,
mengakibatkan
orang yang berpendidikan jumlahnya sedikit (lihat tabel 6)
Tabel 6. Jumlah Sekolah dan Murid di Tabanan Nama Sekolah
Jumlah sekolah
Jumlah murid lk
I
Pr
Tempat dalam wilayah Landschap Tabanan
Tweede Inlandsche School
Penebel, Krambitan, Tabanan
Landbouw School
Tabanan
Dessa School
Tabanan
Klasse Schoolen
Tabanan
Volk School
Tabanan
Jumlah
Tabanan
Sumber : I.G.K. Ranuh "Kemana Anakku Kusekolahkan" dalam majalah Jatayu No. 7 tahun ke-2, 25 Februari 1938, hal. 242-247, koleksi Gedong Kertya, Singaraja.
Tabel tersebut menggambarkan jenis dan jumlah sekolah formal dengan sistem pendidikan kolonial sampai tahun 1919, yaitu akhir dari masa jabatan L . U
van Stennis seba-
gai Residen Bali dan Lombok. Sedikitnya murid seperti yang dapat dilihat pada tabel tersebut, diduga ada hubungannya dengan syarat penerimaannya yang cukup berat dan
pelaksanaan pendidikan
kolonial yang kejam, sehingga orang-orang takut bersekolah. Pensyaratan
yang
berat
untuk diterima sebagai
murid pada sekolah-sekolah yang didirikan oleh pemerintah kolonial, mendorong masyarakat setempat untuk
mendirikan
sekolah swasta. Demikianlah pada tahun 1936 di Kerambitan
didirikan sekolah tingkat HIS yang diberi Balische School.
nama Hollandch
Selain itu, perkumpulan Budi Welas Asih
juga telah memperakarsai berdirinya sebuah sekolah yang dinamakan sekolah Pertiwi Putra (Made Weta, 1987). Orang-orang yang tamat sekolah rendah di Tabanan pada saat itu,
di antaranya ada
Denpasar dan Singaraja,
yang melanjutkan
ke HIS di
bahkan kemudian ke luar Bali,
seperti Probolinggo, Blitar, Malang, Surabaya, Yogyakarta, Bogor dan Batavia. Jumlah siswa yang melanjutkan ke luar Bali waktu itu, dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 7
.
Jumlah murid yang bersekolah di Jawa
Nama sekolah
Jumlah murid tahun ,927
M u l o A M S Ambacht School A M S M u l o
1 1.9377%~: --
5 1
-
1 1
-
-
' I
5
A M S Kweek School Ambacht School Legere School
l
Jumlah
9
I
30
Probolinggo Probolinggo Probolinggo Yogyakarta Yogyakarta Bogor Yogyakarta Malang Surabaya Yogyakarta Bogor Surabaya Bogor Surabaya Bogor
I
Sumber: Artikel "Bintang Timur : Pemuda-pemuda Bali yang Akan Menjadi Bibit di Tanah Itu dengan OSVIAqada lam majalah Suryakanta No. 3 tahun ke-3, MaretApril, h. 33-34), koleksi Gedong Kertya. Lihat pula artikel "Anak Bali dl Jawa yam9 Tamat dan Naik Kelasaadalam majalah Jata u no, 2 tahun ke-3, 25 September 1938, h .100, koyeksi Gedong Kertya , Si ngara~a
.
-
Para pelajar Bali yang pulang dari Jawa
dan para
pendatang dari Jawa yang datang ke Bali dengan berbagai tujuan, mempunyai peranan yang amat penting dalam pengembangan daerah Bali, khususnya Tabanan, karena mereka telah membawa ide-ide baru, antara lain ide nasionalisme. Pada tahun 1945, di Tabanan tercatat telah ada 40 sekolah tingkat sekolah dasar
(Putra Agung dan Ngurah
Musta, 1991/1992). Setelah kemerdekaan, khususnya pada jaman Orde Baru, telah banyak didirikan sekolah umum
dari
tingkat Taman Kanak-kanak sampai Sekolah Menengah Atas. Pada tahun 1981 Universitas Tabanan telah didirikan dan kemudian disusul oleh Perguruan Tinggi Swasta
lainnya.
Selain itu, juga telah dibangun tiga buah Sekolah Luar Biasa (SLB) untuk menampung anak-anak tuli bisu dan tuna netra. Dalam usaha rneningkatkan keterampilan tenaga kerja, telah dibentuk berbagai latihan/kursus, antara lain, menjahit, perbengkelan, las listrik, elektronik 4.2.3.
'1-
Sejarah Perkembangan Ekonomi.
Dibukanya pelabuhan Gilimanuk di Bali baqian Barat dan jalan Wnpasar-Gilimanuk melalui Tabanan sebagai jalan utama yang
menghubungkan Bali dan Jawa, mempunyai arti
yang amat penting bagi pengembangan ekonomi daerah Tabanan. Ditambah lagi dengan dibuatnya dua buah jalan jurusan --
1) Baca Kolone1 Sugiarto, Memori Akhir Bupati Daerah Tingkat I1 Tabanan 1979/1989.
Masa Jabatan
Denpasar-Singaraja mefalui daerah Tabanan yang menghubungkan Bali Utara dan Bali Selatan, menyebabkan daerah Tabanan mempunyai posisi strategis dari sudut perekonomian. Setelah lancarnya hubungan Bali dengan Jawa,
banyak
pendatang dari Madura dan Bugis mengadu nasib ke kota Tabanan yang terkenal sebagai penghasil beras. Selain para pendatang dari Madura dan Bugis juga ada pendatang orang Cina. Para pendatang ini umumnya sebagai pedagang. Orangorang Bugis dan Cina membawa barang dagangan berupa candu yang mereka beli di Singapura untuk konsumsi orang-orang Bali (Agung, 1989). Di Tabanan mereka membeli beras dari para bangsawan1) Tabanan yang dikenal banyak menghasilkan beras. Para bangsawan
tersebut juga menyewakan tanah
pertaniannya kepada orang-orang
Cina, untuk ditanami
kopi. Hasil dari perkebunan ini harus dijual kepada orangorang Belanda ( H . J .
Hoekstra, tt).
Masyarakat Tabanan pada saat itu kebanyakan hidup bertani dan daerah Tabanan sejak dahulu terkenal sebagai daerah pertanian yang subur. babi, ayam dan itik kan
oleh
anggota
dalam bekerja tani.
adalah
Memelihara ternak sapi,
pekerjaan
masyarakat
setempat
yang umum dilakusebagai sambilan
Mereka memelihara babi, ayam dan itik
1) Di Bali, pengertian bangsawan meliputi tri -wangsa (Brahmana, kesatria, wesya) dan juga disebut dengan istilah m e n a k .
karena ternak tersebut penting untuk upacara, sedangkan sapi dipelihara untuk nya.
menolong petani mengerjakan sawah-
Selain itu, bagi orang Bali memelihara ternak khu-
susnya babi, dianggap seperti menabung karena ternak tersebut sewaktu-waktu dapat dijual apabila ada kepentingan tertentu, antara lain, untuk membayar hutang atau untuk melaksanakan upacara. Kerajinan anyam-anyaman anggota masyarakat di pedesaan.
juga banyak
dibuat oleh
Hasil kerajinan tersebut
dijual kepada pedagang tengkulak orang
Cina, mula-mula
dengan cara barter, lama-lama memakai uang sesuai dengan transaksi modern. Transaksi dengan menggunakan uang pada saat itu makin banyak dilakukan orang. Hal ini merupakan pertanda bahwa proses modernisasi ekonomi, telah terjadi di rakat Tabanan.
masya-
Pengaruh modernisasi ini semakin jelas
dengan dibentuknya
usaha-usaha perkreditan yang
dipelo-
pori oleh pemerintah kolonial, dalam bentuk Bank Desa. Usaha-usaha perkreditan dalam bentuk Bank Desa telah berdiri tahun 1925-an. Bank Desa ini pada saat pemerintahan Residen L . J . J Caron diubah menjadi Bank Rakyat dan jumlahnya ditambah dari sebuah menjadi tiga
bush.')
Tahun
1) Baca L.J.J Caron, Memorie van Overgave van den Resident van Bali en Lombok (Agustus 1929), koleksi Gedong Kertya Singaraja.
usaha perkreditan juga telah dibangun oleh orang-orang Tabanan sendiri yang lebih bersifat gotong royong dalam bentuk koperasil) di diantaranya koperasi Marga Utama dan koperasi Santa L a k ~ a n a . ~ ) perhatian pemerintah Hindia Belanda terhadap pembangunan ekonomi di Tabanan, bukan saja diwujudkan dalam bentuk pembuatan/perbaikan jalan dan
usaha-usaha perkre-
ditan, tetapi juga bantuan kepada subak (organisasi pengairan) berupa pembuatan bendungan dan dam yang baru serta membangun dan memperluas pasar induk Tabanan sebagai sarana ~erdagangan.~) Perluasan pasar sebagai pusat
perbelanjaan menimbul-
kan peluang kerja dan usah baru bagi masyarakat setempat. Sejak saat itu selain mata pencaharian bertani telah muncul pula mata pencaharian dalam bidang perburuhan. Kegiatan ekonomi masyarakat pada saat itu telah mencerminkan adanya mata pencaharian yang beraneka ragam. Jatuhnya kekuasaan politik raja dari kekuasaan mutlak menjadi medium pada jaman penjajahan, telah menyebabkan kepemimpinan tradisional raja berubah dari kepemimpinan dalam bidang politik ke
pemimpinan
dalam bidang ekonomi
Kza":;
1) Baca artikel coop era tie^^ dalam majalah kanta No. 6 tahun 111, Juni 1927, Koleksi Gedong Singaraja. 2) Lihat artikel Nyoman Mas Wiryasutha, "Verslag dari Lezing tentang Penyakltnya Perkumpulan dl Bali dalam ma'alah Djatajoe.No.6 tahun 111, 25 Januari 1939, koleksl Geaono Kertva. Slnaarala. 5 ) ~ a c ak.J.a~oeEstra, Nota -van Toelichtingen Betreffende het in stelfen Zelfbestuurend Landschap Tabanan.
Hal ini mempunyai arti
penting bagi sejarah perkembangan
perekonomian di daerah ini. Para bangsawan Tabanan yang mengalami
penurunan
kekuasaan dalam bidang politik, telah memanfaatkan
kesem-
patan tersebut untuk meraih kepemimpinan dalam bidang ekonomi.
Mereka telah mendirikan usaha-usaha dagang yang le-
bih bersifat modern dalam bentuk firma, antara lain. Firma Gadaratha dan Ksatria yang masing-masing didirikan pada tahun 1945 dan 1950. Firma ini mengusahakan perdagangan hasil bumi dan mengekspor kopi, babi, dan kopra. Kedua usaha dagang ini memakai ikatan-ikatan tradisional untuk mencapai tujuan ekonomi modern.
Secara perorangan, di
Tabanan juga telah muncul beberapa jenis usaha, antara lain, vulkanisasi ban, perusahaan tenun, pabrik es, juga berada di bawah kepemimpinan kaum bangsawan. Dengan demikian, di sana telah muncul "enterpreneur*ll)dari golongan bangsawan. Hal ini memungkinkan, karena sejak dahulu para bangsawan Tabanan telah banyak dikenal sebagai pedagang beras yang mengadakan hubungan perdagangan denqan pedagang Cina
.
1) Mengenai munculnya enterpreneur di Tabanan dapat dibaca dalam C.Geertz, 1973. Penjaja dan Raja : Perubahan Sosial dan Modernisasi Ekonomi di Dua Kota di Indonesia, Gramedia, Jakarta.
4.3
Sejarah Desa Baturiti Secara Ringkas
Menurut penuturan orang tua-tual) yang mendapat informasi dari kakek neneknya, dikatakan bahwa Desa Baturiti dahulu dibuka dari hutan belantara.
Ketika pemerin-
tah kerajaan Tabanan mengumumkan bahwa hutan di tempat ini boleh dibuka, ada serombongan orang dari Desa Batunya (sebuah desa yang terletak di sebelah Timur Desa Baturiti) datang membuka hutan pertama kali. Rombongan tersebut terdiri dari delapan kepala keluarga yang dipimpin oleh Perbekel (semacam Kepala Desa sekarang) itu.
Batunya pada saat
Setelah rombongan pertama ini berhasil membuka hutan
kemudian menyusul para pendatang dari desa-desa lainnya di Bali yang ikut membuka hutan di sini, sehingga rombongan menjadi 12 kepala keluarga.
Para pendatang masih
terus
bertambah sehingga rombongan menjadi 42 kepala keluarga. Setelah mereka berjumlah 42 kepala keluarga, mulailah dibangun
Kahyangan ~ i g a * ) dan terbentuklah Desa Adat
~ a t u r i t i ~ini. ) Ke 42 kepala keluarga inilah yang dianggap sebagai
pendiri Desa Adat Baturiti.
1) Wawancara dengan I) Ida bagus Rai Manuaba,lakilaki, umur & 70 tahun, penslunan DPR, Kepala Koperasi Desa Baturiti, di jaman revolusi ikut sebagal pemimpin gerakan pemuda; 2) I Made Putra, laki-laki, + 70 tahun, rohaniawan, keturunan dari salah seorang pendiri desa. 3) I Nyoman Gelgel, laki-laki, + 6 5 tahun, petani. 2) Kahyangan Tiga adaiah nama kesatuan tiga buah pura (Puseh, Dalem, Bale Aqunq), ~-Y a r a tterben- . . vanq - merupakan cuknya.suatu desa adac. adanya dualisme dalam pengertian desa di 3) Sebelum Bali (desa adat dan desa dinas). desa vana telah ada seiak dahulu itu disebut Desa ~aturiti.
-
-
Nama Baturitil) muncul sebagai nama desa yang baru berdiri adalah untuk mengingat rombongan orang-orang dari Desa Batunya, yakni rombongan yang pertama kali datang membuka hutan.
Selain itu,
nama Baturiti
juga dihubung-
kan dengan ditemukannya sebuah batu besar yang bergerigi (bahasa Bali megeriti), pada saat hutan dibuka. Di lain pihak,
nama tersebut juqa dikaitkan dengan nama Batu
Maringgit,
yakni nama sebuah Pura yang sekarang terletak
disebelah Barat Kebun Raya Beduqul. Demikianlah akhirnya, baturiti sekarang dipakai nama banjar (Banjar Baturiti), nama desa adat (Desa Adat Baturiti), nama desa dinas (Desa Baturiti) dan juga nama kecamatan (Kecamatan Baturiti)
.
Di jaman kerajaan dahulu, Desa Saturiti berada di
bawah Kemancaan Marga, yakni salah satu kemancaan yang termasuk bawahan dari kerajaan Tabanan.
Luas wilayah desa
pada saat itu jauh lebih luas dibandingkan sekarang. Warga desanya terdiri dari para pendatang yang datang
dari
berbagai tempat di Bali, antara lain, dari Gianyar, Klungkung, Karangasem, Bangli dan Jembrana. Leluhur mereka mula-mula datang
ke mari ikut membuka hutan, atau pun
mencari pekerjaan sebagai buruh tani, mempunyai
nasib untung lalu
kemudian karena
membeli tanah dan memutuskan
1) Sejarah nama Baturiti diceriterakan antara lain oleh I Made Putra, laki-laki, 70 tahun, rohaniawan, I Nyoman Gelgel, laki-laki, 65 tahun, petani, Ida Bagus Rai, laki-laki, 70 tahun, pensiunan DPR.
untuk tinggal menetap di desa ini sebaqai warga desa. Selanjutnya Desa Baturiti
semakin ramai dan berkembang
menjadi desa pertanian yang subur. Setelah kerajaan-kerajaan di Bali jatuh ke tangan penjajah Belanda,
pemerintah kolonial mulai membangun
jalan untuk melancarkan perhubungan antara daerah satu dengan yang lainnya, terutama dalam mengangkut hasil bumi. Jalan jurusan Denpasar Singaraja melalui Desa Baturiti baru dibuka tahun 1919,
merupakan jalan tanah yang berba-
tu. Dibukanya jalan raya
yang menghubungkan dua kota
besar di Bali yaitu Denpasar di Bali Selatan dan Singraja di Bali Utara, bukan saja mempunyai arti penting bagi kedua kota tersebut, tetapi juga bagi daerah-daerah yang dilaluinya, antara lain Desa Baturiti. Setelah jalan raya
dibuka,
Desa
Baturiti mempu-
nyai posisi yanq strategis. Para pendatang dari luar semakin banyak.
Mereka bukan saja berasal dari daerah-daerah
di Bali tetapi juga pendatang-pendatanq dari Jawa dan orang-orang Cina. Mereka datang $ce sini untuk mengadu nasib, mencari pekerjaan sebagai petani penggarap, sebagai buruh memetik kopi, rnaupun sebagai pedagang.
Orang-orang
Jawa dan Cina sudah ada di sini sejak tahun 1930-an. Orang-orang Jawa yang umumnya beragama Islam, datang sebagai pedaganq makanan. Orang-orang Cina umumnya beragama Budha, datang sebagai pedagang tengkulak, yang memper-
dagangkan hasil bumi. Demikianlah akhirnya Desa Baturiti berkembang bukan saja sebagai desa pertanian, tetapi jugs sebagai tempat perdagangan.
Perkembangan Desa Baturiti
sebagai tempat perdagangan hasil bumi menjadi lebih pesat lagi setelah pasar Baturiti dibangun, pada wal jaman Jepang. Setelah pasar tersebut dibangun, orang-orang Cina mulai mendirikan toko dan orang-orang Jawa mulai membuat warung di pinggir jalan dekat pasar.
Bagi masyarakat
setempat adanya pasar mempunyai arti penting karena merabuka peluang usaha dan hekerja. Berbaqai usaha kecil-kecilan mulai muncul seperti usaha membuat makanan jadi untuk dijual di pasar, atau dijajakan ke rumah-rumah. Selain itu, juga terbuka peluang kerja menjadi buruh pasar (buruh dagang dan buruh angkut barang). Walaupun sudah ada pasar. pada jaman Jepang orangorang merasakan sangat sulit membeli barang, terutama pakaian. Hal ini disebabkan karena politik ekonomi
Jepang
pada saat itu, sehingga keadaan ekonomi menjadi lesu. Orang-orang yang hidup di jaman tersebut
menceriterakan
betapa sulitnya membeli selembar kain untuk pakaian, dan mereka
tidak pernah merasakan makan nasi beras, melainkan
"nasi campur" (beras dan jagung, beras dan singkong, beras dan ubi)
.
Setelah jaman kemerdekaan, para pendatang masih terus bertambah terutama pendatang dari Jawa.
Merekag datang
sebagai pegawai, ABRI dan pedagang.
Kedatangan Petugas
Keamanan (Mobrig) ke daerah ini pertama kali dalam rangka menumpas gerombolanl) tahun 1955 dan kemudian juga dalam rangka mengemban tugas menumpas G 3 0 S/PKI tahun 1965. Para pendatang tersebut di antaranya ada yang menikah dengan gadis desa setempat dan akhirnya menetap di desa ini. Sekitar tahun 1960-an, di pusat kecamatan telah didirikan sebuah mesjid
yang diperakarsai oleh ABRI.
Berdirinya mesjid di sini menunjukkan bahwa para pendatang yang beragama Islam sudah cukup banyak. Di lingkungan desa Baturiti sendiri ada
30
Kepala keluarga.
Pada tahun yang sama,
di pusat kecamatan juga telah
dibangun sebuah Puskesmas. Dibukanya Puskesmas ini mempunyai arti penting bagi peningkatan pelayanan kesehatan penduduk setempat. Anggota masyarakatpun secara bertahap mulai menyadari arti pentingnya pengobatan secara medis. Sebelum berdirinya Puskesmas ini, anggota
masyarakat
lebih banyak memakai pengobatan secara tradisional berdasarkan pengalaman secara turun temurun dan jika penyakitnya tidak
dapat
diatasi mereka umumnya
pergi ke
dukun.
1) Istilah gerombolan, digunakan untuk menyebut kaum pemberontak tahun 1955 yang dikepalai oleh Marsidi (orang Jawa) dan anak buahnya terdiri dari Ida Bagus Dengkek, Mawa, Balik dan Nuada. Kegiatan mereka adalah merampok rakyat.
Pada saat itu, hanya orang-orang tertentu saja yang pergi berobat ke dokter atau ke rumah sakit yang ada di kota kabupaten ataupun propinsi,
yaitu orang-orang yang
mampu
dan lebih mengerti. Berdirinya
Bali
Beach
Hotel di Sanur Denpasar pada
tahun 1960-an ternyata mempunyai hubungan sejarah dengan perubahan kehidupan ekonomi masyarakat di desa ini. Pada saat hotel tersebut didirikan, Ida Bagus Rai Manuaba seorang warga desa setempat mendapat bibit tanaman sayursayuran dari salah seorang kenalannya. Temannya itu menyarankan agar bibit tersebut ditanam dan disebar luaskan supaya hasilnya nanti dapat dimanfaatkan oleh hotel. Sejak saat itu, Ida Bagus Rai Manuaba mulai mengusahakan tanaman sayuran di lahannya sendiri yang cukup luas. Usahanya ini kemudian diikuti oleh para petani lainnya. Pada awalnya, terjadi masalah karena hotel tidak sanggup menampung semua hasil produksi sayur-sayuran tersebut, sedangkan penduduk setempat belum terbiasa makan sayur-sayuran sejenis itu, yang mereka sebut "sayuran EropaU. Sebelum tanaman sayuran diusahakan sebagai
usahatani
di desa ini, para petani setempat umumnya menanam tanaman pangan tradisional, seperti ketela rambat, padi ladang (gaga),
jagung dan tanaman perkebunan kopi.
mereka masih merupakan petani subsisten,
Ketika itu,
tetapi sekarang,
dengan diusahakannya pertanian sayuran, mereka telah berubah
menjadi petani komersial. Timbulnya
usahatani sayur
di desa ini,')
mempunyai arti penting bagi penduduk setem-
pat, karena sejak saat itu timbul pula peluang kerja baru, yakni buruh tani sayur. Para petani sayur umumnya mencari buruh tani pada saat mengolah tanah dan ketika mengangkut hasil panen dari lokasi tanaman ke pasar atau ke pinggir jalan di mana para pedagang sayuran ini dijual
akan mengambilnya. Hasil
di pasar setempat atau di pasar-pasar
di kota kecamatan seperti pasar Ubud dan Belahbatuh
di
Kabupaten Gianyar, di pasar kabupaten seperti pasar Klungkung, Tabanan, juga ke pasar-pasar serta hotel dan rumahmakan yang ada di kota propinsi di Denpasar. Tahun 1970-an Dinas Peternakan mengembangkan dua unit usaha,
yaitu
pengembangan
pakan ternak
dan pembibitan
ternak babi, kambing dan kelinci. Sekitar tahun itu juga, Perusahan Daerah mengusahakan ternak ayam dan ada perusahan pribadi yang mengusahakan sapi perah.
Usaha ini mem-
punyai arti penting pula bagi masyarakat setempat, karena puluhan tenaga buruh ditampung di sana.
Bersamaan dengan
ha1 itu, di desa setempat juga telah dibuka usaha rumah makan Mutiara Sari dan beberapa rumah makan di desa-desa sekitarnya, juga penting artinya dalam menampung tenaga kerja. 1) Ir Wayan Subagiana, laki-laki, 43 tahun, mantan Kepala Unit Perkebunan Sayur Mayur Perusahan Daerah Tingkat I Bali, di Desa Candikuning, mengimpfarmasikan bahwa usahatani sayur di daerah kecamatan Baturiti mulai tahun 1966/1967, dipelopori oleh Perusahan Daerah.
Sekitar tahun 1970-an, telah dibangun pula usahausaha dalam bidang perkreditan. Usaha-usaha diwujudkan dalam
bentuk
tersebut
koprasi dan bank. Sampai saat
ini telah ada dua buah koperasi, salah satu di antaranya adalah Koperasi Unit Desa.
Usaha-usaha perkreditan terse-
but oleh masyarakat setempat dipandang sangat
menguntung-
k a n , karena telah membantu anggota masyarakat dalam memperoleh pinjaman uang, terutama di saat-saat mereka sangat membutuhkan, misalnya
untuk kepentingan biaya
sekolah anak-anak dan biaya upacara. Anggota masyarakat di desa ini juga merasakan
untung
dengan adanya proyek air bersih yang telah masuk sekitar 20 tahun, karena sejak saat itu para wanita tidak perlu
lagi mengambil air di tempat yang jauh seperti sebelumnya. Sekarang mereka dapat mengambil air di keran-keran air di pinggir jalan yang cukup dekat dengan rumah sehingga mereka dapat menghemat waktu dan tenaga.
Penghematan waktu
tersebut bagi beberapa orang wanita sangat bermanfaat ka
-
rena mereka dapat menqisinya dengan membuat usaha kecilkecilan, seperti jajan atau makanan lain,
untuk dijual.
Perkembangan ekonomi di desa ini makin
meningkat se-
telah lancarnya dan padatnya transportasi jurusan sar-singaraja
melalui
sejak tahun 1980.
Denpa-
desa ini yang mulai dirasakan
Posisi desa ini menjadi penting dari
sudut perekonomian, karena menjadi pusat perdagangan
sayur-sayuran.
Selain itu, desa ini juga
kawasan wisata Bedugul.
Oleh karena
termasuk dalam
itu sering dilalui
dan disinggahi oleh wisatawan yang datang dari dan pergi ke obyek wisata tersebut. Perkembangan
baru yang terjadi sejak saat itu adalah
terbukanya peluang usaha dalam bidang angkutan dan peluang kerja menjadi sopir dan kenek yang banyak anak-anak muda.
Di antara mereka ada
diminati
oleh
yang menjual seba-
gian tanah warisannya untuk membeli kendaraan yang dijadikan modal usaha angkutan. tidak mempunyai
Anak-anak
muda yang
modal mencari kesempatan
menjadi sopir atau kenek. melakukan pekerjaan
untuk dapat
Mereka menyatakan
ini karena hasilnya
lain yang
lebih suka
segera dapat
dinikmati disamping juga lebih besar dibandingkan hasil bekerja tani. Mereka yang punya tanah pertanian, t a n a h pertaniannya
itu dikerjakan
o l e h orang
tuanya,
disewakan. Para orang tua yang bekerja sebagai
atau
petani ada
yang mengeluh karena anak-anaknya sekarang sulit diharapkan untuk membantu bekerja di kebun, tetapi di banyak orang tua yang justru tidak sebagai petani
pihak lain
mengharapkan anaknya
dan mendorong anak-anak mereka bekerja di
luar pertanian. Penjualan tanah pertanian d i desa ini bermula dari adanya orang-orang kota
(Denpasar dan Tabanan) yang sudah
menjadi kaya dan ingin menanam kekayaannya berupa tanah di
pedesaan yang hawanya sejuk. Di pihak lain, orang-orang Desa tertarik mempunyai kendaraan baik untuk dipakai sendiri maupun untuk usaha, karena barang-barang seperti itu dipandang meningkatkan status dan gengsi. Sekitar tahun 1980-an, juga muncul peluang kerja dalam bidang industri pakaian, yaitu buruh garmen dan bordir. Munculnya peluang kerja ini, garmen dan bordir dibuka oleh
adalah sejak usaha
seorang Cina dari Baturiti.
Cina tersebut membuka usaha di Sanur,
Denpasar. Sebagai
seorang Cina yang telah lama hidup di desa Baturiti, pemilik usaha tersebut memberi kesempatan dan mengutamakan warga desa Baturiti untuk
diterima
sebagai
buruh di
perusahannya. Sejak saat itu, pria dan wanita baik yang sudah berkeluarga maupun yang masih gadis belajar menjahit dan membordir, kemudian
pergi ke kota Denpasar menjadi
buruh garmen dan bordir di perusahan tersebut dan perusahaan lainnya
.
Pada tahun yang
sama, di desa setempat
muncul peluang usaha baru khususnya
bagi kaum wanita,
yakni usaha membuat Canang Sari (sesajen untuk sehari-hari) sebagai barang dagangan
juga telah
keperluan
baru. Di tempat lain
seperti di pasar-pasar di kota Denpasar, Gianyar dan Klungkung canang sari sebagai barang dagangan sudah berkembang jauh lebih dahulu. Pada mulanya, canang sari dibuat di rumahtangga nasing-masing untuk keperluan sen-
diri. Dewasa ini banyak ibu-ibu mempunyai kesibukan, karena bekerja dalam bidang nafkah. Mereka tidak mempunyai waktu untuk membuat sendiri keperluan sesajen sehariharinya itu. Kesempatan
ini dimanfaatkan oleh pihak lain
untuk dijadikan sebagai suatu usaha. Dengan demikian, mulailah canang s a r i dan beberapa jenis sesajen lainnya dijadikan barang dagangan. Dahulu canang sari hanya mempunyai nilai religius, tetapi sekarang juga mempunyai nilai ekonomi. Terbukanya peluang usaha penjualan canang sari
mempunyai arti penting bagi kehidupan ekonomi dan
beraqama baqi masyarakat Bali umumnya, masyarakat desa Baturiti khususnya. Dalam kehidupan ekonomi, perluasan jenis usaha ini khususnya bagi wanita yang mengusahakannya dapat meningkatkan pendapatan keluarganya. Di samping
itu
dengan adanya canang sari dan jenis sesajen lainnya yang diperdagangkan dan dapat dibeli secara mudah di pasar, maka kegiatan keagamaan tetap dapat berjalan seperti biasa tanpa banyak
rintangan,
walaupun ibu-ibu ikut bekerja
mencari nafkah. Peluang kerja lain yang juga muncul sekitar tahun 1980 itu
adalah pekerjaan buruh bangunan.
Pekerjaan ter-
sebut erat hubungannya dengan pesatnya panbangunan c t i desa setempat khususnya, di Bali umumnya.
Berkaitan dengan ha1
tersebut, di antara warga desa setempat tertarik
wemilih
profesi
banyak
Gula yang
sebagai "tukang bangunanw
(pemborong). Keterampilan membuat bangunan
ada yang dipe-
roleh karena warisan dari orang tuanya, dan
ada juga
yang diperoleh dari pengalaman ikut bekerja pada tukanq bangunan lain.
Para tukanq banqunan ini mengerjakan
bangunan baik denqan sistem borongan ataupun sistem upah harian. Setiap tukang bangunan mempunyai sejumlah tenaga buruh bangunan. Di antara warga desa yang mengambil profesi sebagai tukang bangunan,
add yang sudah mempunyai
pengalaman menqerjakan bangunan di berbagai tempat di lain desa, di lain kecamatan, bahkan ada di antaranya sudah pengalaman menqerjakan bangunan di proyek-proyek di kota Denpasar.
Para tukang bangunan di desa ini, demikian juqa
di desa-desa lainnya yang
di Bali,
adalah pria, sedangkan
menjadi buruh bangunan adalah pria maupun wanita. Sejak
tahun 1980-an berbaqai media informasi telah
masuk ke desa, Pada mulanya
seperti koran Bali Post dan Suara Karya.
ada sekitar 30 pelanggan.
banyak diminati oleh para guru. oleh setiap rumahtangga
Koran Suara Karya
Radio dimiliki hampir
dan dengan masuknya listrik
pada
tahun 1986, kebanyakan rumahtangga telah mempunyai pesawat televisi. Adanya berbagai media informasi tersebut, mengakibatkan anggota masyarakat dapat mengetahui berbagai informasi tentang pembangunan dan penqetahuan lainnya. Namun di pihak lain, ada juga anggota masyarakat yang
memanfaatkan
radio dan televisi sebagai sekedar hiburan. Dalam pelaksanaan pembangunan, Desa 1 9 7 9 / 1 9 8 0 s/d 1992/1993
(dinas) Baturiti dari tahun
telah menerima berbagai bantuan
proyek pembangunan, meliputi Inpres Bandes, bantuan
bantuan UDKP,
APPKD, bantuan Gubernur dan hadiah lomba desa.
Bantuan-bantuan pembangunan tersebut digunakan secara menyebar di beberapa banjar yang termasuk Desa Baturiti. Bantuan yang dimanfaatkan untuk pembangunan di Banjar Pekarangan dan Baturiti
(keduanya termasuk Desa Adat
Baturiti) , meliputi Inpres Bandes untuk pengadaan air minum perpipaan
di
Banjar Pekarangan, bantuan APPKD
untuk peternakan kambing d i Banjar Pekarangan,
bantuan
Gubernur untuk perbaikan arena olah raga Banjar Baturiti. Keseluruhan nilai bantuan pembangunan yang diterima Desa Rp
Baturiti 30.897.0001
dalam
perioda
tersebut
oleh
berjumlah
ditambah babi dan kambing masing-masing 1 0
ekor, untuk peternakan. Dalam melakukan pembangunan tersebut masyarakat setempat juga telah mengeluarkan biaya secara swadaya, yang jumlahnya Rp 32.030.350.
Jika di-
bandingkan antara bantuan pemerintah dan swadaya masyarakat, tampak ada keseimbangan. partisipasi masyarakat dalam cukup tinggi
.
Hal ini menunjukkan bahwa membantu pembangunan adalah