I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Kementerian Pertanian menetapkan itik Rambon yang telah dibudidayakan
dari generasi ke generasi di Indonesia sebagai unggas lokal hasil persilangan itik Tegal dengan itik Magelang yang sebaran aslinya meliputi wilayah Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Itik Rambon memiliki bobot badan jantan 1,6 – 1,7 kg dan betina 1,4 – 1,5 kg, dengan produksi telur 220 – 260 butir/tahun (Menteri Pertanian, 2013). Melalui data tersebut, dapat disimpulkan bahwa itik Rambon adalah jenis itik petelur yang memiliki potensi tinggi sebagai salah satu komoditi usaha ternak. Setiap mahluk hidup mengalami proses pertumbuhan, seperti hewan ternak pada umumnya, itik Rambon pun demikian. Selama masa pertumbuhan ternak mengalami pertambahan bobot badan. Bobot badan ternak yang mengalami peningkatan selama masa pemeliharaan kerap menjadi standar dalam menilai pertumbuhan ternak. Pada suatu manajemen pemeliharaan, standar pertumbuhan diperlukan peternak untuk memperoleh ternak dengan produksi yang optimal. Bobot badan ternak dalam beberapa penelitian mengenai kurva pertumbuhan diperoleh dengan jalan menimbang ternak secara periodik dalam hitungan waktu per hari, per minggu, atau waktu lainnya. Informasi mengenai bobot badan pada itik Rambon generasi ke tiga sebagai salah satu itik jenis petelur penting diketahui.
Pengetahuan tentang waktu tercapainya bobot badan standar
akan membantu dalam seleksi. Itik Rambon generasi ke tiga dengan kemampuan produksi seragam atau mengalami dewasa kelamin secara bersamaan, akan
memungkinkan itik tersebut untuk mulai bertelur pada waktu yang bersamaan sehingga mampu menghasilkan produksi telur yang optimal. Laju pertumbuhan seekor ternak ditunjukkan oleh adanya peningkatan bobot badan per satuan waktu. Laju pertumbuhan dapat diamati melalui kurva pertumbuhan. Kurva pertumbuhan akan menunjukkan tampilan berupa grafik perkembangan suatu individu ternak hingga dewasa. Kurva pertumbuhan itik Rambon generasi ke tiga akan menampilkan titik potong sebagai informasi mengenai waktu diperolehnya bobot maksimum atau bobot standar pada ternak tersebut. Kurva logistik dipilih sebagai alat untuk menampilkan titik potong pada pertumbuhan itik Rambon generasi ke tiga. Kurva logistik merupakan kurva dengan model matematik non linier. Penggunaan model non linier dimaksudkan untuk membantu memahami penampilan biologis itik Rambon generasi ke tiga dengan membandingkan terhadap bentuk pertumbuhan ternak tersebut.
1.2.
Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang dapat diidentifikasi permasalahan
sebagai berikut: 1. Bagaimana bentuk kurva pertumbuhan itik Rambon jantan dan betina generasi ke tiga yang dipelihara pada kondisi minim air. 2. Bagaimana standar bobot badan itik Rambon jantan dan betina generasi ke tiga yang dipelihara pada kondisi minim air.
1.3.
Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui kurva pertumbuhan itik Rambon jantan dan betina generasi ke tiga yang dipelihara pada kondisi minim air. 2. Mengetahui standar bobot badan itik Rambon jantan dan betina generasi ke tiga yang dipelihara pada kondisi minim air.
1.4.
Kegunaan Penelitian Harapan kedepan hasil penelitian ini mampu menjadi sumber informasi
tentang waktu tercapainya bobot badan maksimum Itik Rambon generasi ke tiga. Adapun manfaat praktis yang diharapkan yaitu dapat membantu peternak dalam manajemen pemberian pakan agar lebih efektif dan efisien.
1.5.
Kerangka Pemikiran Itik adalah ternak unggas yang telah dipelihara oleh masyarakat Indonesia
sejak puluhan tahun yang lalu. Berdasarkan tujuan produksinya, itik dibedakan menjadi dua golongan, yaitu jenis pedaging dan jenis petelur.
Itik Rambon
termasuk kedalam salah satu jenis itik petelur. Bangsa-bangsa itik lokal pada umumnya diberikan nama berdasarkan letak geografis dimana itik tersebut berkembang (Prasetyo dan Susanti, 2000).
Itik Rambon banyak terdapat di
daerah Provinsi Jawa Barat terutama di Kabupaten Cirebon, sehingga ternak tersebut terkenal dan telah ditetapkan sebagai sumberdaya genetik ternak lokal Jawa Barat. Sistem pemeliharaan ternak itik cenderung bersifat tradisional, dan sebagian besar usaha ternak itik dilaksanakan sebagai pengisi waktu diantara
musim tanam (Prasetyo, 2006). Sistem pemeliharaan dengan kondisi minim air adalah sistem pemeliharaan yang digunakan pada ternak itik dengan cara terkurung atau intensif, dimana pemanfaatan air hanya sebagai sumber air minum ternak tersebut (Mustawa, dkk., 2015).
Produktivitas itik petelur yang
digembalakan oleh peternak hanya sekitar 26,9 – 41,3% atau setara dengan 98 – 151 butir/ekor/tahun, sementara tingkat produksi telur itik terkurung dapat mencapai 55,6% (203 butir/ekor/tahun) (Ketaren, 2007).
Penerapan sistem
pemeliharaan itik Rambon secara intensif pada kondisi minim air memungkinkan untuk mendapatkan produksi telur yang optimal saat ternak itik berada pada masa produksi. Pertumbuhan mencakup dua aspek yaitu peningkatan bobot badan setiap satuan waktu dan perubahan bentuk atau komposisi badan yang saling berkaitan antara satu dengan lainnya (Karnaen, 2007). Ternak unggas mengalami pertambahan bobot badan seperti halnya hewan ternak pada umumnya, atau disebut proses pertumbuhan yang merupakan hasil interaksi antara faktor genetik dengan lingkungan. Secara umum unggas dapat tumbuh dan berkembang sempurna ketika selama fase pertumbuhan mendapatkan pakan relatif banyak dan berkualitas (Rahayuningtyas, dkk., 2014). Bobot badan ternak saat awal pemeliharaan jarang diperhatikan peternak (Unitio, dkk., 2014). Informasi mengenai bobot badan pada itik Rambon yang telah mengalami seleksi berdasarkan produksi dan bobot telur sangat penting diketahui. Dalam penelitian sebelumnya pada itik petelur yang dilakukan oleh Ismoyowati, dkk., (2006) menyebutkan bahwa bobot badan adalah salah satu faktor yang berkorelasi positif dengan produksi telur, dimana bobot badan yang baik akan memberikan kinerja produksi yang tinggi.
Sesuai pula dengan
Olawumi (2014) bahwa bobot badan memiliki pengaruh positif pada produksi telur.
Bobot badan saat dewasa kelamin yang seragam diduga mampu
mempengaruhi masa produksi telur, dimana bobot badan yang seragam saat dewasa kelamin diduga akan menghasilkan itik Rambon dengan produksi telur yang optimal. Salah satu indikator utama dalam pencapaian produksi telur yang optimal pada saat fase produksi adalah tercapainya bobot badan sesuai dengan grafik pertumbuhan pada fase pertumbuhan (Unitio, dkk., 2014). Pada penelitian ini pengetahuan tentang waktu pencapaian bobot standar itik Rambon generasi ke tiga akan membantu dalam seleksi, agar diperoleh ternak dengan pencapaian bobot dewasa kelamin yang seragam. Seleksi adalah kegiatan memilih individuindividu tertentu dari suatu populasi untuk dijadikan tetua dalam menghasilkan generasi berikutnya (Prasetyo, 2006). Bentuk kurva pertumbuhan setelah lahir untuk semua spesies ternak mengikuti pola kurva pertumbuhan sigmoid (Karnaen, 2007). Kurva tersebut menggambarkan suatu bentuk percepatan dan perlambatan tiap-tiap individu secara umum saat pertumbuhan. Informasi tentang laju pertumbuhan berkaitan dengan pertambahan bobot badan yang semakin melambat setelah mencapai dewasa sangat penting untuk diperhatikan, karena hal tersebut akan berhubungan dengan biaya pemeliharaan dan waktu seekor ternak masih dapat dipelihara. Informasi tentang laju pertumbuhan sangat diperlukan untuk dasar penyusunan ransum, hal tersebut berkaitan untuk menunjang pertumbuhan yang optimal agar penggunaannya efisien (Hardjosworo dkk., 2001).
Setelah memasuki dewasa
kelamin, bobot badan ternak tidak mengalami peningkatan kembali, akan tetapi untuk kelangsungan hidupnya ternak tersebut tetap memerlukan pakan. Oleh
karena itu, pengetahuan tentang waktu tercapainya bobot badan maksimum pada itik Rambon akan membantu dalam mengatur pemberian pakan agar lebih efektif. Pertumbuhan itik Rambon pada kondisi lingkungan yang terkendali dapat digambarkan sebagai kurva berbentuk sigmoid. Kurva diperoleh dengan menimbang bobot hidup ternak per satuan waktu yang digunakan, selanjutnya dibuat kurva dengan aksisnya adalah umur dan ordinatnya bobot hidup. Bobot ternak muda akan mengalami peningkatan terus dengan laju pertambahan bobot badan yang tinggi sampai dicapainya masa pubertas.
Meningkatnya hormon
pertumbuhan menyebabkan unggas pada fase starter dan fase grower memiliki pertumbuhan yang lebih cepat, disertai oleh bobot badan yang juga semakin bertambah (Rahayuningtyas, 2014).
Selama ini penelitian mengenai kurva
pertumbuhan itik Rambon generasi ke tiga belum pernah dilakukan, sehingga dalam penelitian yang akan dilaksanakan diduga bahwa pertambahan bobot badan maksimumnya akan diperoleh sebelum memasuki umur 10 minggu pertama. Demikian pula perbedaan pertumbuhan antara itik Rambon generasi ke tiga berjenis kelamin jantan dan betina diduga akan terlihat pada umur itik 10 minggu pertama. Semakin berkembangnya ilmu statistik membuat model matematik telah terbukti dalam banyak penelitian mampu menggambarkan model dari suatu pertumbuhan pada mahluk hidup, khususnya pada hewan ternak. Model kurva pertumbuhan umumnya digambarkan dalam bentuk persamaan matematik mengenai hubungan antara waktu dengan pertumbuhan, atau sebaliknya. Adapun suatu model matematik dalam penelitian-penelitian sebelumnya tentang kurva pertumbuhan dapat dikatakan baik, jika model tersebut memiliki tingkat keakuratan secara statistik baik dan mempunyai interpretasi yang baik pula dalam
menjelaskan fenomena biologis antara titik infleksi atau titik potong dengan bobot infleksi. Dalam studi bidang peternakan, model yang baik selain akurat secara statistik juga memiliki interpretasi secara biologis yang bermanfaat (Inounu, dkk., 2007). Model Brody, Gompertz, von Bertalanffy, Logistic dan Richard merupakan model matematika kurva pertumbuhan yang sering digunakan untuk menduga pertumbuhan (Kurniawan, 2008).
Model matematik Logistik dan
Gompertz adalah salah satu model yang memiliki kelebihan dalam tingkat kemudahan untuk proses penghitungan dan memiliki tingkat keakuratan yang baik, serta kemampuan dalam menjelaskan bobot dan titik infleksi yang merupakan titik maksimum pertambahan bobot hidup (Inounu, dkk., 2007). Melihat keakuratan model matematik tersebut membuat peneliti menetapkan menggunakan model matematik Logistik dan Gompertz sebagai model untuk mengamati kurva pertumbuhan itik Rambon generasi ke tiga.
1.6.
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilakukan di Local Duck Breeding and Production Station,
Laboratorium Produksi Ternak Unggas, Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Sumedang. Penelitian dilaksanakan selama 10 minggu terhitung dari dimulainya penelitian pada bulan Januari 2016.