DAFTAR ISI Sejauh Mana Allah Memegang Kendali . . . . . 2 Kebenaran Paradoksal . . 5 Kerajaan yang Berseteru . . . . . . . . . . . 15 Masalah Membingungkan . . . . . . 20 Implikasi Praktis . . . . . . 26
Penerbit: RBC Ministries Penulis: Herbert Vander Lugt Editor Pelaksana: David Sper Penerjemah: Tim Gloria Editor: Natalia Endah, Merry D., Tim Gloria Penata Letak: Jane Selomulyo Foto Sampul: Liason International Diterjemahkan dari: How Much Does God Control? Bacaan Alkitab merupakan kutipan dari ALKITAB terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia Perjanjian Lama, © 1974; Perjanjian Baru, © 1997; Cetakan ke-23 tahun 2003. Copyright © 1994, 2009 RBC Ministries, Grand Rapids, Michigan. Dicetak di Indonesia.
STI® Allah memegang Kendali-12Jan-J.indd 1
SEJAUH MANA ALLAH MEMEGANG KENDALI?
S
ejauh mana Allah memegang kendali? Jawaban kita atas pertanyaan ini akan membahas tentang kesanggupan kita untuk mempercayai Allah. Jawaban itu akan memperlihatkan sejauh mana kita siap menjawab para skeptis yang berkata bahwa Allah yang baik dan berkuasa, seperti yang dilukiskan di Alkitab, merupakan hal yang tidak masuk akal. Mereka mengatakan bahwa banyaknya kepedihan dan penderitaan di dunia membuktikan bahwa jika Allah itu baik, Dia tidak berkuasa sama sekali; dan jika Dia berkuasa, Dia tidak baik sama sekali. Meskipun argumen ini terdengar filosofis, tetapi itu senyata dengan penderitaan dan rasa takut yang menyelimuti kehidupan kita dan keluarga. Herb Vander Lugt, editor riset senior RBC, memahami betul pertanyaan tersebut. Selain berpengalaman selama lebih dari 50 tahun sebagai pendeta, ia dan Ginny, istrinya, telah membesarkan putri mereka yang mengalami kerusakan otak sejak lahir dengan penuh kasih. Saya berdoa kiranya Anda dapat memetik kesimpulan penulis, yang diuraikannya dalam buklet ini, yang memberikan penghiburan sekaligus tantangan. Martin R. De Haan II
1/25/10 10:00:36 AM
SEJAUH MANA ALLAH MEMEGANG KENDALI?
S
eorang pria, anak seorang misionaris, yang dibesarkan di Afrika Utara, bercerita bahwa ia pernah melihat seorang wanita hamil mati tertabrak saat sepasang kuda penarik kereta berlari kencang menerjang kerumunan orang. Sang kusir berhenti, dan ketika melihat wanita itu telah meninggal, ia mengangkat bahu sambil berkata, “Ini sudah menjadi kehendak Allah,” dan ia pun meneruskan perjalanan. Seorang wanita berusia 39 tahun kehilangan semangat hidup karena suaminya meninggalkan dirinya dan beralih kepada kekasih lain yang lebih muda. Wanita itu adalah seorang yang beriman, dan hatinya bertanyatanya mengapa Allah berbuat demikian terhadapnya. Kakek, dari seorang gadis remaja yang tewas terbunuh oleh pengemudi mabuk, telah memutuskan untuk tidak lagi pergi ke gereja dan menjadi marah ketika orang banyak berusaha untuk menghiburnya. Ia mengatakan bahwa Allah yang
baik dan Mahakuasa tidak akan membiarkan hal seperti ini terjadi. Sungguh sulit menghubungkan keyakinan akan kebaikan dan kuasa Allah dengan apa yang kita lihat. Saya ingat apa yang saya pikirkan dan rasakan sewaktu berkunjung ke bangsal anak di sebuah rumah sakit. Saya pernah menjadi ahli bedah selama Perang Dunia II sehingga saya telah terbiasa melihat banyak orang dalam keadaan luka berat. Namun, saya tak tahan melihat anak-anak yang cacat dan sekarat itu. Saya tidak menemukan alasan yang tepat atas apa yang saya lihat. Mereka tidak berbuat apaapa, tetapi harus menanggung hal itu. Mereka tidak dapat belajar apa pun dari penderitaan itu. Saya pun bertanya-tanya tentang Allah, bahkan meragukan sebagian keyakinan yang telah saya junjung tinggi selama ini. Orang-orang yang mengalami atau mengamati banyak penyakit yang menggelisahkan atau keadaan yang menyedihkan memiliki beberapa pilihan. Mereka dapat menyangkal keberadaan Allah dan bergumul dengan berbagai akar masalah yang tak dapat dijelaskan dan maknanya. Mereka dapat menerima keberadaan Allah sebagai Pribadi
2
STI® Allah memegang Kendali-12Jan-J.indd 2
1/25/10 10:00:36 AM
yang memiliki dua perpaduan sifat, yakni baik dan jahat. Atau mereka dapat mengambil kesimpulan bahwa Allah itu baik, tetapi beberapa hal berada di luar jangkauan kuasa-Nya, seperti yang diungkapkan Rabbi Kushner dalam bukunya Why Bad Things Happen To Good People (Mengapa Hal Buruk Menimpa Orang Baik). Pilihan lainnya adalah percaya pada nasib. Banyak orang mengambil sikap “apa yang terjadi, terjadilah” terhadap kehidupan. Apa pun yang terjadi, itulah kehendak Allah. Allah yang seperti itu mungkin akan ditakuti, tetapi kemudian bagaimana Dia dapat dikasihi? Dan jika Dia tidak dapat dikasihi, bagaimana kita dapat percaya pada-Nya? Implikasinya amat mendalam. Dari hasil pengamatan yang cermat oleh Oswald Chamber didapati bahwa “akar dari segala dosa adalah karena adanya keraguan bahwa Allah itu baik.” Alkitab juga memberikan pilihan lain, yakni menghadirkan Allah dalam dua sifat: Mahakuasa dan Mahabaik. Allah yang dikisahkan dalam Alkitab itu senang melihat orang-orang yang melakukan kebajikan, dan perlahan tetapi pasti Dia akan murka terhadap mereka yang
bersikeras menentang-Nya (Mzm. 7:12; Nah. 1:1-7). Dia merasa sangat sedih terhadap mereka yang menolak diri-Nya (Kej. 6:6; Mzm. 95:10). HatiNya terluka saat Dia merasa perlu menegur dan menghukum (Yes. 63:9). Allah tidak berkenan dengan kematian orang fasik dan mengharapkan pertobatan mereka (Yeh. 18:23,32; 33:11). Dia menyukai kasih setia, keadilan, dan kebenaran (Yer. 9:24). Dan Allah sangat mengasihi dunia sehingga melalui pribadi Yesus Kristus, Dia menjadi anggota keluarga manusia dan mengambil alih hukuman yang sesungguhnya diperuntukkan bagi kita, serta rela mati seperti orang berdosa (Yoh. 3:16; 2 Kor. 5:21). Orang-orang yang percaya kepada Yesus dan hidup taat kepada firman Allah dapat mengalami kasih-Nya secara nyata, dan juga mengasihi-Nya. Mereka akan mampu melewati masa penderitaan yang hebat, derita fisik yang menyedihkan, dan keadaan sekitar yang menakutkan dengan sukacita yang mengagumkan. Seorang ayah yang sedang bersedih karena anak gadisnya yang berusia 20 tahun meninggal akibat pemanas hotel yang tidak 3
STI® Allah memegang Kendali-12Jan-J.indd 3
1/25/10 10:00:36 AM
berfungsi dengan baik, berkata demikian, “Saya tidak marah kepada Allah. Mana mungkin saya meragukan kebaikan Pribadi yang telah menyatakan kasih-Nya yang begitu besar dan begitu sabar kepada saya di sepanjang hidup ini?” Saya berbicara dengan orangtua yang memiliki dua anak remaja, lelaki dan perempuan, yang keduanya meninggal dalam dua kecelakaan yang berbeda. Pasangan ini sangat berduka, tetapi tak pernah mereka berbicara kepada orang lain dengan nada dingin atau mencerca. Mereka mengatakan kepada saya bahwa mereka mengharapkan surga dengan hasrat yang baru dan merasakan kehadiran Allah yang belum pernah mereka alami sebelumnya. Namun, kenyataan menunjukkan bahwa dunia ini penuh dengan kesusahan, penderitaan, dukacita, kekejaman, dan ketidakadilan. Dan walaupun sebagian orang percaya mampu mengatasi semua itu, banyak pula yang sangat terguncang. Kerap kali mereka bertanya-tanya di mana Allah atau mengapa Allah mengizinkan mereka mengalami hal itu. Saya telah mencoba membantu orang-orang seperti itu dan ikut merasakan penderitaan
mereka. Oleh karena itu, saya menulis buklet ini dengan segenap hati dan pikiran. Saya ingin menggunakan Alkitab dan pengalaman manusiawi untuk memberikan jawaban praktis yang dapat dipahami tentang pertanyaan “Sejauh Mana Allah Memegang Kendali?” Saya akan membahasnya dengan judul-judul sebagai berikut: (1) kebenaran paradoksal, (2) kerajaan-kerajaan yang berseteru, (3) masalah membingungkan, dan (4) implikasi-implikasi praktis. Saya berdoa, kiranya pemikiran yang terekspresikan di dalam halaman-halaman berikut ini dapat dipakai Allah untuk menguatkan umat-Nya dan mengarahkan mereka yang diliputi keraguan supaya beriman kepada seorang Pribadi yang telah menghadapi masalah kejahatan bagi kita.
4
STI® Allah memegang Kendali-12Jan-J.indd 4
1/25/10 10:00:36 AM
moral dan rohani yang baik. Bagaimana kedua pernyataan itu dapat dibenarkan? Agaknya mustahil kecuali kita membatasi kedaulatan Allah atau kebebasan manusia. Namun, Alkitab tidak mengizinkan kita untuk mengutamakan salah satu dari kedua pernyataan tersebut.
KEBENARAN PARADOKSAL
A
lkitab tidak mengungkapkan dengan jelas bagaimana, kapan, atau mengapa kejahatan masuk ke dalam dunia yang diciptakan Allah. Namun, Alkitab menuturkan segala sesuatu yang perlu kita ketahui agar dapat hidup dengan penuh pengharapan dan tanggung jawab dalam dunia yang jahat ini. Alkitab meyakinkan kita bahwa Allah berdaulat, memegang kendali atas segala sesuatu, dan akan menjalankan segala rencana serta kehendak-Nya yang penuh kasih bagi kita. Di sisi lain, Alkitab juga menyatakan bahwa kita adalah makhluk bermoral yang mampu untuk menentukan pilihan, dan Allah menganggap kita bertanggung jawab dalam membuat keputusan-keputusan
KEDAULATAN ALLAH Allah itu Mahakuasa dan melibatkan diri sedemikian rupa dengan segala sesuatu yang terjadi, sehingga tak seekor pun burung pipit jatuh ke bumi di luar kehendak-Nya (Mat. 10:29). Dia mengendalikan sejarah. Paulus menyatakan, “Dari satu orang saja Ia telah menjadikan semua bangsa dan umat manusia untuk mendiami seluruh muka bumi dan Ia telah menentukan musimmusim bagi mereka dan batasbatas kediaman mereka” (Kis. 17:26). Juga dikatakannya bahwa pemerintah bangsa-bangsa, baik yang cakap maupun yang tidak, memperoleh kekuasaan mereka dari Allah (Dan. 4:17; Rm. 13:1). Allah akan menentukan kepada siapa diriNya akan menaruh belas kasihan dan menghindarkan murka-Nya (Kel. 33:19; 34:5-7; Rm. 9:14-24). Allah telah memilih mereka yang 5
STI® Allah memegang Kendali-12Jan-J.indd 5
1/25/10 10:00:36 AM
kelak menjadi orang-orang tebusan di surga (Yoh. 6:37; Rm. 8:28-29; Ef. 1:4). Allah juga terlibat ketika Firaun menolak untuk mendengarkan Musa dan memutuskan untuk tidak melepaskan bangsa Israel dari perbudakan (Kel. 5–14). Allah bahkan terlibat dalam pengkhianatan Yudas Iskariot dengan menyediakan keadaankeadaan yang memungkinkan Yudas untuk menggenapi peran yang memang telah digariskan sebelumnya (Kis. 1:15-20). Allah selalu bertindak aktif dalam sejarah, bahkan saat Dia tampaknya tidak aktif. Ini dapat dijumpai dalam keseluruhan isi Alkitab. Kisah Yusuf dalam Perjanjian Lama merupakan contoh yang menonjol. Yusuf dimanja oleh ayahnya, dibenci dan dianiaya oleh saudarasaudaranya, difitnah melakukan penyerangan seksual terhadap istri tuannya, dan dilupakan dalam penjara. Namun, melalui masamasa yang kelam itu, perlahan Allah memimpin Yusuf untuk menjadi penyelamat bangsa Israel dari kelaparan. Allah mengaruniakan kemampuan menafsirkan mimpi kepada Yusuf, yang membuatnya disenangi Raja Mesir. Dan berkat kecakapannya
yang berasal dari Allah dalam mengatur segala sesuatu, dengan segera Yusuf diangkat menjadi perdana menteri Mesir. Dengan jabatannya ini, ia dapat melindungi bangsa Mesir, dan juga keluarganya sendiri dari kelaparan. Lebih dari 30 tahun menjadi korban kebencian saudarasaudaranya, Yusuf menenangkan mereka dengan berkata bahwa ia tidak akan membalas dendam: Janganlah takut, sebab aku inikah pengganti Allah? Memang kamu telah merekarekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah merekarekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar (Kej. 50:19,20). Allah memberikan kelimpahan bagi keturunan Yakub di Mesir. Mereka beranak cucu dan menjadi sebuah bangsa dengan 2,5 juta penduduk. Lalu Allah mengizinkan terjadinya perubahan tatkala seorang keturunan raja baru muncul dan berkuasa. Allah menghadirkan Musa ke dunia, menyelamatkan hidupnya, dan melalui serangkaian peristiwa Dia melatih dan memperlengkapi
6
STI® Allah memegang Kendali-12Jan-J.indd 6
1/25/10 10:00:36 AM
Musa untuk memimpin bangsa Israel. Dengan cara yang luar biasa, Allah melepaskan bangsa Israel dari perbudakan Mesir dengan mendatangkan 10 tulah dan membinasakan pasukan Firaun. Lalu, Dia juga melindungi mereka secara menakjubkan sampai berhasil memasuki Tanah Perjanjian 40 tahun kemudian. Dalam setiap peristiwa, peran Allah tidak selalu dapat diduga. Tindakan-Nya seringkali begitu terkait dengan faktor-faktor manusia dan dunia sehingga kita tidak tahu secara pasti mana yang dapat kita hubungkan secara langsung dengan-Nya. Kita mengetahui bahwa sebagai Allah yang kudus dan membenci dosa Dia tidak pernah memimpin seseorang untuk melakukan kejahatan. Yakobus menyatakan satu prinsip mutlak, yakni, “Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak mencobai siapa pun” (Yak. 1:13). Namun, kita juga melihat bahwa Allah bekerja di dalam dan melalui dosa manusia untuk menggenapi segala kehendak-Nya. Allah menyatakan bahwa jika bangsa Israel tidak taat kepadaNya, Dia akan mendatangkan suatu bangsa yang sangat kejam, yang akan melawan mereka
(Ul. 28:49-52). Penulis Alkitab berulang kali memberitahukan bahwa Allah mengirim bangsa Asyur dan Babel untuk melawan Israel. Musa juga mengatakan kepada bangsa Israel bahwa Allah akan mendatangkan wabah dan penyakit (ay.58-62). Sejumlah faktor manusia dan duniawi terkait di dalam terjadinya penggenapan hukuman Allah tersebut. Para pemimpin bangsa yang menyerang Israel diberi kebebasan untuk melakukannya. Para penyerbu asing bebas berbuat kejam dan tidak berperasaan. Kemungkinan besar, sebagian dari kelaparan dan wabah dapat dijelaskan sebagai peristiwa alami, tetapi Alkitab tidak mengatakan hal itu. Allah mengatakan bahwa hal-hal tersebut akan berperan dalam penghukuman terhadap manusia dan Dia mengaturnya sehingga betul-betul terjadi. Iblis dan kerajaannya begitu jahat sehingga mereka dengan cepat mendatangkan wabah dan penyakit, segera setelah Allah melepaskan tangan kendali-Nya. Iblis begitu berhasrat untuk membuat Ayub menderita dan ia benar-benar melakukannya dengan sepenuh hati segera setelah Allah mengizinkannya. 7
STI® Allah memegang Kendali-12Jan-J.indd 7
1/25/10 10:00:36 AM
Ayub yang tidak tahu-menahu soal itu, menghubungkan penderitaan-nya dengan Allah. Tentu saja pada akhirnya penderitaan itu memang seizin Allah. Sebenarnya, Allah dapat saja mencegah hal itu terjadi, jika Dia menghendaki-Nya. Barangkali hubungan antara Yudas Iskariot dengan Yesus dapat memberikan sejumlah wawasan tentang hubungan antara Allah dan orang-orang jahat yang dipakai-Nya untuk melaksanakan rencana-Nya. Setelah mengetahui apa yang hendak dilakukan Yudas, Yesus pun menyembunyikan fakta itu dari para murid lainnya, menyuruh Yudas untuk segera melakukan apa yang diinginkannya, dan kemudian Dia pun pergi ke taman, tempat sang pengkhianat akan menjual-Nya dengan harga 30 keping perak. Hati manusia tidak perlu dibantu untuk dapat memikirkan dan melakukan hal jahat. Yang dibutuhkan hanyalah kesempatan dan melemahnya kontrol diri. Rencana-rencana jahat bukan dari Allah, tetapi Dia mengizinkan atau bahkan turut terlibat dengan menyediakan keadaan yang memungkinkan rencana jahat itu terlaksana, selama hal itu terjadi
untuk menyempurnakan tujuanNya. Kita boleh yakin bahwa tidak akan terjadi apa-apa pada diri kita di luar izin dan kehendak Allah, dan Dia akan mendatangkan kebaikan sesuai kehendak-Nya (Rm. 8:28). Dengan keyakinan demikian kita dapat hidup dengan penuh kepercayaan dan pengharapan, bagaimanapun keadaan kita. Tatkala keraguan datang, kita dapat meniru Ayub, yakni berbicara terus terang dan jujur kepada Allah perihal keraguan tersebut. Saat kita mengenal Dia semakin dalam, kita akan melihat semakin jelas betapa besar dan baiknya Dia. Kita juga akan melihat betapa kecil dan berdosanya kita. Pada akhirnya kita akan mengakhiri segala keluh kesah kita dan berkata sama seperti Ayub, “Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau. Oleh karena itu, aku mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku duduk dalam debu dan abu” (Ayb. 42:5-6). Allah berdaulat. Dia senantiasa memegang kendali atas segala sesuatu. Mereka yang mengenal Dia akan menanti-nantikan saat
8
STI® Allah memegang Kendali-12Jan-J.indd 8
1/25/10 10:00:36 AM
untuk dapat bergabung bersama seluruh penghuni alam semesta ini dan menaikkan pujian, “Bagi Dia yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba, adalah pujipujian dan hormat dan kemuliaan dan kuasa sampai selamalamanya!” (Why. 5:13).
KEBEBASAN MANUSIA Di bawah kedaulatan Allah, kita adalah pelaku moral yang punya kebebasan. Bebas memilih untuk melakukan yang benar atau yang salah, yang baik atau yang jahat. Alkitab menyatakan bahwa manusia diciptakan segambar dengan Allah dan karena itu memiliki kemampuan dan tanggung jawab yang tidak sama seperti makhluk bumi lainnya. • Kita mempunyai tingkat pemahaman yang unik/khas. • Kita mempunyai kemampuan yang unik dalam memutuskan pilihan-pilihan moral. • Kita mempunyai kemampuan yang unik untuk secara sadar mendahulukan kepentingan orang lain daripada kepentingan diri sendiri; untuk mengasihi dengan kasih seperti yang dimiliki Allah. Keunikan kita ini akan tampak jelas tatkala kita menimbangnimbang kesanggupan kita dalam
menanggapi inti perkataan Allah tentang Hukum Taurat dan kitab para nabi: mengasihi Allah di atas segalanya dan mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri (Mat. 22:37-40). Pertama-tama, sebagai manusia kita dapat memahami apa maksud dari perintah itu. Kita dapat menarik implikasi yang terkandung di dalamnya bagi kehidupan kita. Tidak dibutuhkan pendidikan atau tingkat kecerdasan yang tinggi untuk melakukannya. Kedua, sebagai manusia kita dapat memilih apakah kita akan melakukan perintah itu secara serius atau tidak. Jika kita telah membuat pilihan yang benar tetapi tak sanggup melakukannya dengan sempurna, kita dapat mencari pengampunan dan kekuatan dari Allah. Ketiga, dengan pertolongan Allah kita akan dimampukan untuk mendahulukan kepentingan orang lain daripada kepentingan diri sendiri. Terkadang orang berupaya keras dan berani mengorbankan diri sendiri untuk menolong orang lain meskipun di antara mereka tidak ada hubungan kasih alami. Sebagian orang bahkan bersedia mengorbankan hidupnya bagi 9
STI® Allah memegang Kendali-12Jan-J.indd 9
1/25/10 10:00:37 AM
musuhnya. Ini tidak berlaku dalam dunia hewan, yang memang tidak diciptakan segambar dengan Allah. Karena manusia dapat memahami perintah-perintah Allah, kita dapat memilih untuk melakukannya dengan serius atau tidak. Dan, karena kita diberi kemampuan untuk mendahulukan kepentingan orang lain daripada kepentingan diri sendiri, kita bertanggung jawab atas semua tindakan buruk, jahat, tak bermoral, dan mementingkan diri sendiri yang kita lakukan. Oleh karena itu, kita tidak berhak menyalahkan Allah atas dosa kita. Kita juga tak dapat menyalahkanNya bila seseorang berlaku tidak adil atau berbuat jahat terhadap kita. Kebanyakan penderitaan manusia diakibatkan oleh orangorang yang berbuat jahat kepada orang lain. Ini adalah akibat dari pilihan salah yang diambil oleh orang-orang yang seharusnya dapat berbuat lebih baik. Meskipun Allah tidak terkejut ketika melihat kita menyalahgunakan kebebasan, Dia ikut merasakan kegagalan kita. Tatkala Allah berhadapan dengan Adam dan Hawa setelah mereka jatuh dalam dosa, Dia menunjukkan kekecewaan-
Nya ketika berseru kepada mereka, “Di manakah engkau?” (Kej. 3:9). Setelah itu, Dia juga meminta Kain untuk menahan niat jahatnya untuk membunuh Habel (4:6-7), tetapi sia-sia belaka. Dalam beberapa pasal selanjutnya, Allah memperhatikan bahwa kejahatan manusia sudah begitu besar sehingga “menyesallah TUHAN, bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hatiNya” (6:6).
“Kebanyakan penderitaan manusia merupakan akibat dari pilihan salah yang diambil oleh orang-orang yang seharusnya dapat berbuat lebih baik.” Pertanyaan kita, “Apakah Allah menyesal? Tidak tahukah Dia apa yang akan terjadi?” Namun, Musa merasa hal itu tidak perlu dijelaskan. Beberapa ribu tahun kemudian, sekitar 1500 SM, untuk kesekian kalinya Allah merasa sedih dan kecewa dengan bangsa Israel, bangsa yang dibebaskan-
10
STI® Allah memegang Kendali-12Jan-J.indd 10
1/25/10 10:00:37 AM
Nya dari perbudakan Mesir. Dia mempunyai rencana yang besar bagi bangsa ini. Dikatakan-Nya bahwa Dia akan menjadikan mereka “harta kesayangan”, “kerajaan imam”, dan “bangsa yang kudus” (Kel. 19:5-6). Dia berjanji bahwa jika mereka taat, mereka akan “diberkati lebih daripada segala bangsa”, dan Dia akan “menjauhkan segala penyakit daripada [mereka]” (Ul. 7:12-16). Melalui bangsa Israel, Allah ingin diri-Nya dikenal oleh bangsa-bangsa penyembah berhala di sekitarnya. Namun, Israel tak mau tunduk dalam ketaatan yang akan menjadikan mereka “terang bagi bangsabangsa yang tidak mengenal Allah” (Kis. 13:47). Bagaimana perasaan Allah saat mendapati umat-Nya tidak mau taat kepada-Nya dan mendatangkan berbagai masalah bagi diri mereka sendiri? Allah marah (Mzm. 95:8-11). Dia ikut menderita bersama mereka dan merasa pilu hati-Nya: “Dalam segala kesesakan mereka. Bukan duta atau utusan, melainkan Ia sendirilah yang menyelamatkan mereka . . . Tetapi mereka memberontak dan mendukakan Roh Kudus-Nya” (Yes. 63:9-10). Dia merasa seperti seorang
suami yang penuh kasih yang harus bertindak tatkala istrinya tidak setia dan menolak untuk mengubah cara hidupnya, hingga pada akhirnya tidak ada pilihan lain selain menceraikannya: “Masakan Aku membiarkan engkau, hai Efraim, menyerahkan engkau, hai Israel? . . . Hati-Ku berbalik dalam diri-Ku” (Hos. 11:8). Dia merasa seperti seorang ayah yang harus bertindak ketika anak-anaknya bersikap kurang ajar dan tidak tahu berterima kasih: “Seorang anak menghormati bapanya . . . Jika Aku ini bapa, di manakah hormat yang kepada-Ku itu?” (Mal. 1:6). Perjanjian Baru juga melukiskan kekecewaan, kepedihan hati, dan frustrasi yang dirasakan Allah. Yesus “datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaanNya itu tidak menerima-Nya” (Yoh. 1:11). Berulang kali Yesus memberitahu bangsa Israel bahwa Dialah Mesias yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama. Dia mengadakan banyak mukjizat sebagai bukti bahwa perkataan-Nya benar, tetapi Dia malah dibenci, difitnah, ditolak, dan akhirnya disalibkan dengan tuduhan 11
STI® Allah memegang Kendali-12Jan-J.indd 11
1/25/10 10:00:37 AM
sebagai seorang penghujat. Matius mengungkapkan betapa kecewanya Yesus dan betapa sedihnya Dia ketika memikirkan penghakiman yang akan menimpa mereka yang menolak-Nya: Yerusalem, Yerusalem . . . Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau. Lihatlah rumahmu ini akan ditinggalkan dan menjadi sunyi (Mat. 23:37-38). Lukas juga menceritakan saat Yesus mendekati dan melihat Yerusalem menjelang akhir pelayanan-Nya di dunia, menangisinya, dan berkata: Betapa baiknya jika . . . engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu! Tetapi sekarang hal itu tersembunyi bagi matamu. Sebab akan datang harinya, bahwa musuhmu akan . . . mengepung engkau . . . membinasakan engkau beserta dengan pendudukmu . . . karena engkau tidak mengetahui saat, bilamana Allah melawat engkau (Luk. 19:42-44). Ingatlah bahwa saat Anda membaca dan mendengarkan Yesus dalam Injil, berarti
Anda sedang melihat dan mendengarkan Allah. Kata Yesus, “Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa” (Yoh. 14:9). Renungkan perkataan ini. Apakah Anda sedang diliputi kesedihan, menderita karena kejahatan, ketidakadilan, kepedihan yang menyakitkan, dan dukacita? Demikian juga dengan Allah! Apakah Anda menderita karena perlakuan orang lain? Apakah Anda berpikir mengapa Allah mengizinkan Anda mengalami penderitaan ini? Jika demikian, yakinlah bahwa orang jahatlah yang menyebabkan hal itu terjadi. Allah tidak menyuruh orang-orang jahat melakukan ketidakadilan ini. Dia tidak suka bila Anda disakiti. Dia merasakan kepedihan Anda. Dia menuntut orang-orang yang berlaku tidak adil kepada Anda untuk bertanggung jawab atas apa yang mereka lakukan. Dan Dia dapat mendatangkan kebaikan kekal bagi Anda melalui pengalaman yang sulit sekalipun (Mzm. 42). Oleh karena itu, berhentilah menyalahkan Allah. Berdoalah kepada-Nya. Percayalah kepada-Nya. Ambillah tindakan-tindakan tepat yang dapat Anda lakukan. Dan lihatlah bahwa Allah akan membuktikan bahwa diri-Nya setia.
12
STI® Allah memegang Kendali-12Jan-J.indd 12
1/25/10 10:00:37 AM
Saat kita menghadapi kehidupan dengan kesenangan dan kesusahannya, keindahan dan keburukannya, kebaikan dan kejahatannya, kita dapat menarik dua kebenaran: (1) Allah kita yang baik berkuasa mutlak, dan (2) kita adalah pelaku-pelaku moral yang bebas memilih untuk menerima atau menolak pertolongan Allah dalam menghadapi hal-hal yang benar dan yang salah. Acap kali kita menjatuhkan pilihan yang salah. Pada saat itulah kita mendukakan dan mengecewakan Allah. Namun, Dia tak pernah terkejut atau khawatir. Dia sungguh-sungguh berkuasa. Dia bahkan dapat memakai dosa orang-orang yang memberontak kepada-Nya untuk menghukum umat-Nya tatkala mereka tidak taat, untuk menghukum orang jahat, dan menyempurnakan semua tujuan-Nya. Terkadang Allah tidak ikut turun tangan ketika kita mengharapkan hal itu terjadi. Dia membiarkan orang-orang fasik hidup sejahtera, sementara orangorang saleh menderita. Seorang pemazmur Israel mengalami hal ini dan mengungkapkannya dalam ayat-ayat pembuka dari Mazmur 73. Namun, kemudian ia berubah sikap setelah masuk
ke tempat kudus Allah dan sujud menyembah-Nya. Di sana ia melihat kehidupan dari sudut pandang kekekalan. Oleh karena itu, melihat kaum fasik hidup sejahtera, ia pun menyadari kesudahan mereka kelak. Ketika melihat mereka “berada di tempat-tempat licin”, ia mengakui pandangannya yang dangkal dan menegaskan keyakinannya akan kebaikan dan kuasa Allah. “Dengan nasihat-Mu Engkau menuntun aku, dan kemudian Engkau mengangkat aku ke dalam kemuliaan” (ay.24). Nabi Habakuk juga mengalami kebimbangan ketika Allah tidak menghukum orang-orang fasik di Israel. Ia meminta Tuhan menilik kejahatan mereka. Allah berkata kepada hamba-Nya itu bahwa penghukuman pasti akan tiba. Pasukan Babel akan menyerbu. Hal ini membingungkan sang nabi. Mengapa Allah membantu Babel, bangsa yang jahat dan kejam, yang lebih tidak taat kepada Tuhan dan lebih kejam dibandingkan bangsa Israel? Lalu Allah meyakinkan Nabi Habakuk bahwa pada waktu-Nya, Dia juga akan menghukum bangsa Babel. Akhirnya, Habakuk merasa yakin akan kebaikan dan kuasa Allah sehingga di akhir kitabnya 13
STI® Allah memegang Kendali-12Jan-J.indd 13
1/25/10 10:00:37 AM
ia menuliskan sebuah nyanyian sebagai pujian dan ungkapan rasa percayanya (Hab. 3:17-19). Yehezkiel yang berada di antara kaum buangan sesudah Babel mengalahkan Kerajaan Yehuda, menjadi perantara Allah untuk menyampaikan pesan kepada umat Tuhan, yakni bahwa meski mereka telah “menajiskan” tanah asal dengan dosa mereka dan “mencemarkan” nama Allah ke mana pun mereka pergi, kelak mereka akan bertobat, ditahirkan, menerima hati yang baru, dan pembaruan hidup (Yeh. 36:16-38). Pada saat Allah datang ke dunia dalam pribadi Yesus Kristus dan menyatakan diri-Nya sebagai Mesias yang dijanjikan kepada Israel, Dia ditolak dan disalibkan. Namun, Allah tidak mencemaskan hal itu. Karena Dia mengetahui bahwa hal itu harus terjadi. Dia menjadikan penyaliban dan kebangkitan Kristus sebagai jalan keselamatan dan kemuliaan kekal bagi semua orang yang mau percaya. Setelah kurang lebih tujuh minggu sesudah kematian dan kebangkitan Tuhan, Petrus mengungkapkan kebenaran yang luar biasa ini: Hai orang-orang Israel, dengarlah perkataan ini: Yang aku maksudkan, ialah Yesus
dari Nazaret, seorang yang telah ditentukan Allah dan yang dinyatakan kepadamu dengan kekuatan-kekuatan dan mukjizat-mukjizat dan tanda-tanda yang dilakukan oleh Allah dengan perantaraan Dia di tengah-tengah kamu, seperti yang kamu tahu. Dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencana-Nya, telah kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan bangsabangsa durhaka. Tetapi Allah membangkitkan Dia dengan melepaskan Dia dari sengsara maut, karena tidak mungkin Ia tetap berada dalam kuasa maut itu (Kis. 2:22-24). Walaupun manusia bertindak seenaknya sendiri ketika menolak dan menyalibkan Anak Allah, mereka tetap tidak berkuasa atas alam semesta. Allah-lah yang tetap berkuasa dan Dia memakai pemberontakan mereka untuk menyempurnakan segala tujuanNya. Mazmur 2 memberikan gambaran nyata tentang kedaulatan Allah yang jauh melebihi pemberontakan manusia. Pasal ini dibuka dengan kisah tentang bangsa-bangsa yang bersekutu untuk melawan Allah. Mereka marah kepada-
14
STI® Allah memegang Kendali-12Jan-J.indd 14
1/25/10 10:00:37 AM
Nya dan menyatakan akan mematahkan segala belengguNya. Namun, yang Mahatinggi tidak merasa terancam. Allah tertawa mencemooh raja-raja yang lemah itu. Dan tawa-Nya dengan cepat berubah menjadi amarah sewaktu Dia berkata kepada para pemberontak bahwa Dia telah melantik Anak-Nya sebagai Raja. Lalu, untuk memperingatkan para raja dunia supaya melawan pemberontakan yang masih terus berlanjut, Allah mendesak mereka supaaya melayani-Nya dengan gentar dan takluk kepada AnakNya. Manusia bebas untuk menentang atau menerima Allah. Namun, Allah tetap mengendalikan segala sesuatu. Tak satu pun akan terjadi bila Dia tidak mengizinkan. Dan akhirnya, Dia akan memusnahkan semua yang jahat, membenarkan setiap kesalahan, dan mengaruniakan sukacita abadi bagi semua yang percaya. Inilah penghiburan kita!
KERAJAAN YANG BERSETERU
S
elain melukiskan Allah sebagai yang berdaulat, Alkitab juga menggambarkan perseteruan Allah dengan kekuatan lain yang memusuhi-Nya. Musuh-Nya, Setan, mempunyai kekuatan yang besar sehingga ia disebut “penguasa dunia ini” (Yoh. 12:31; 14:30; 16:11) dan “ilah zaman ini” (2 Kor. 4:4). Paulus memakai kata exousia sebanyak tiga kali untuk menunjukkan kekuasaan Setan atas “kegelapan” dan “kerajaan angkasa” (Kis. 26:18; Ef. 2:1-2; Kol. 1:13). “Seluruh dunia berada di bawah kuasa si jahat” (1 Yoh. 5:19). Karena Setan memiliki kuasa atas dunia yang luas ini, ia memimpin kerajaan kejahatan untuk bertempur melawan 15
STI® Allah memegang Kendali-12Jan-J.indd 15
1/25/10 10:00:37 AM
kerajaan Allah. Di sekitar kita terdapat banyak bukti perseteruan antara kedua kerajaan ini, di alam ini, tetapi lebih nyata lagi dalam sikap dan perbuatan manusia baik secara moral maupun rohani. Orang-orang yang memilih kerajaan kegelapan akan mencerminkan roh pemimpinnya, sang iblis. Kata Yesus tentang iblis, “Ia adalah pembunuh manusia sejak semula . . . . Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta” (Yoh. 8:44).
“Kerajaan kegelapan memiliki kuasa yang sangat hebat. Kuasa ini telah menyebabkan semakin banyaknya dosa dan penderitaan yang merusak bumi ini.” Orang-orang yang memilih Allah sebagai Raja akan mencerminkan roh Pemimpinnya, yakni Pribadi yang menciptakan kehidupan, Pribadi yang di dalamNya “kita hidup, kita bergerak,
kita ada” (Kis. 17:28) dan Pribadi yang “tidak berdusta” (Tit. 1:2). Fakta bahwa kerajaan kegelapan memiliki kuasa yang sangat hebat telah menyebabkan semakin banyaknya dosa dan penderitaan yang merusak bumi ini.
KERAJAAN ALLAH Alkitab sering berbicara tentang “Kerajaan Allah”. Terkadang ini digambarkan sebagai sesuatu yang sudah ada dan akan selalu ada. Pemazmur berkata, “Tuhan sudah menegakkan takhtaNya di surga dan kerajaan-Nya berkuasa atas segala sesuatu” (Mzm. 103:19) dan “Kerajaan-Mu ialah kerajaan segala abad dan pemerintahan-Mu tetap melalui segala keturunan” (Mzm. 145:13). Baik di surga, di dunia, maupun di neraka, tiada yang di luar jangkauan kuasa Allah. Bahkan iblis hanya dapat bertindak, jika Allah mengizinkan (Ayb. 1:12; 2:6). Selain itu, Allah-lah yang mendatangkan musim hujan dan berbuah (Im. 26:4-5; Ul. 28:12; Yes. 30:23; Kis. 14:17). Dialah sumber dari segala sesuatu yang baik, menyenangkan, tulus, dan adil (Mzm. 34). Selain memegang kendali dari segala peristiwa alam, Allah juga mengadakan mukjizatmukjizat. Dia mendatangkan
16
STI® Allah memegang Kendali-12Jan-J.indd 16
1/25/10 10:00:37 AM
sepuluh tulah kepada Mesir, mengeringkan Laut Merah, dan memberi makan manna kepada 2,5 juta orang Israel selama 40 tahun. Baik campur tangan-Nya yang ajaib maupun hal-hal yang alami terjadi, keduanya tak jauh berbeda. Tuhan melakukan apa yang dikehendaki-Nya, di langit dan di bumi, di laut dan di segenap samudra raya; Ia menaikkan kabut dari ujung bumi, Ia membuat kilat mengikuti hujan, Ia mengeluarkan angin dari dalam perbendaharaan-Nya. Dialah yang memukul mati anak-anak sulung Mesir, baik manusia maupun hewan, dan mendatangkan tanda-tanda dan mukjizat-mukjizat ke tengahtengahmu, hai Mesir, menentang Firaun dan menentang semua pegawainya (Mzm. 135:6-9). Yesaya mengatakan bahwa Raja Asyur adalah “cambuk”, “tongkat”, “kapak”, dan “gergaji” yang dipakai Allah untuk menghukum dua suku bangsa yang tidak taat dan suka memberontak (Yes. 10:5-15). Raja Asyur melakukan hal ini berdasarkan kehendaknya sendiri, tanpa sedikit pun hasrat untuk memenuhi kehendak Allah. Yeremia menyatakan
bahwa Tuhan “membangkitkan semangat raja-raja Media” untuk memusnahkan Babel (Yer. 51:11; 28-37). Tidak dicantumkan dalam Alkitab apakah Allah melakukan hal itu secara langsung atau dengan mengizinkan mereka memenuhi hasratnya menguasai bangsa Babel. Oleh karena itu, tak ada gunanya menduga-duga. Tidak ada gunanya juga kita berdebat tentang susunan kronologis dari pengetahuan masa lalunya Allah dan kehendak yang penuh tekad. Para ahli teologi memperdebatkan hal ini, tetapi masih belum ada penyelesaian. Karena Allah memperhatikan segala sesuatu baik di masa lampau, masa kini, dan masa depan dengan sama jelasnya, kita sebagai makhluk yang terbatas tidak mampu memahami urutan cara kerja Allah. Cara Allah memegang kendali melalui hal-hal alami maupun melalui kuasa-Nya yang ajaib tidak selalu jelas bagi kita. Namun, itu bukan masalah. Bagaimanapun juga, “kerajaanNya berkuasa atas segala sesuatu” (Mzm. 103:19). Ungkapan “Kerajaan Allah” terkadang menunjuk pada alam rohani yang ada sekarang. Kita masuk dalam “pemerintahan Allah” saat percaya kepada Yesus 17
STI® Allah memegang Kendali-12Jan-J.indd 17
1/25/10 10:00:37 AM
Kristus. Paulus menuturkan bahwa Allah membebaskan orang-orang percaya dari “kuasa kegelapan dan memindahkan . . . ke dalam Kerajaan AnakNya yang kekasih” (Kol. 1:13). Yesus menuturkan dasar-dasar Kerajaan-Nya melalui Khotbah di Bukit (Mat. 5-7 dan Luk. 6:20-49). Paulus mengatakan bahwa Kerajaan Allah berbicara soal “kebenaran, damai sejahtera, dan sukacita oleh Roh Kudus” (Rm. 14:17). Oleh karena itu, mereka yang ada di bawah pemerintahan Allah pasti memiliki kasih, kejujuran, kebaikan, sifat suka berdamai, dan kesediaan untuk mengampuni. “Kerajaan Allah” dapat pula mengacu pada alam jasmani di masa depan. Suatu hari kelak (dan barangkali segera) Yesus Kristus akan kembali ke dunia untuk membangun Kerajaan-Nya dengan keadilan, kebenaran, dan kedamaian yang universal. Para nabi Perjanjian Lama kerap kali berbicara tentang masa yang akan datang, yakni suatu masa yang penuh berkat rohani (Yes. 32:1-2; Yer. 23:6; Yeh. 36:26-38). Masa ditegakkannya keadilan yang sempurna (Yes. 2:1-4; 32:5; Mal. 3:18). Peperangan akan
dihapuskan (Yes. 9:6,7; Hos. 2:18; Mik. 4:3). Keadilan sosial akan dinyatakan (Yes. 65:21-22; Am. 9:11,14). Iklim akan membuat daerah-daerah gurun berbunga dan subur (Yes. 35:1-2). Segala penyakit dan cacat jasmani akan disingkirkan (Yes. 35:5-6).
“Dalam kerajaan Kristus yang akan datang tidak akan ada lagi ketidakadilan, peperangan, bencana alam, dan penyakit. Inilah kondisi yang menyenangkan hati Allah.” Fakta bahwa orang-orang yang secara sukarela masuk Kerajaan Allah ditandai dengan kasih, kekudusan, kebaikan, dan roh yang mengampuni, mengatakan kepada kita seperti apakah Allah itu. Fakta bahwa Kerajaan Kristus, yang akan datang akan terbebas dari ketidakadilan, peperangan, bencana alam, dan penyakit, menunjukkan kepada kita tentang kondisi yang menyenangkan hati
18
STI® Allah memegang Kendali-12Jan-J.indd 18
1/25/10 10:00:37 AM
Allah. Perang, ketidakadilan, bencana alam, dan hal buruk lain terjadi karena dosa yang menyerang dunia, yang pada mulanya diciptakan baik adanya.
KERAJAAN IBLIS Seperti pembahasan sebelumnya, Alkitab sering mengacu kepada si jahat yang dipanggil Setan atau iblis yang memimpin kerajaan kejahatan. Paulus melukiskan bahwa kerajaan tersebut diatur begitu baik: Karena perjuangan kita bukan melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintahpemerintah, melawan penguasapenguasa, melawan penghulupenghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara (Ef. 6:12). Alkitab tidak menceritakan sejak kapan Setan menjadi musuh Allah. Juga tidak dituliskan riwayat tentang kejatuhan iblis. Masalah ini hanya disinggung di Yesaya 14:12-15 dan Yehezkiel 28:12-19, yang mengacu pada raja Babel dan raja Tirus. Saat Setan memberontak, ia menyeret pula sejumlah besar malaikat bersamanya (Why. 12:4). Para malaikat jatuh (yang disebut iblis) kini menjadi asistennya si Setan. Setan menganiaya Ayub
(Ayb. 1–2). Ia membuat Daud menjadi sombong dan membujuknya untuk menghitung orang Israel (1 Taw. 21:1). Sesosok roh jahat, anggota balatentara Setan, menjadi “roh dusta” dalam mulut nabinabi yang menasihati Ahab untuk memulai perang yang menewaskannya (1 Raj. 22:13-28). Roh jahat yang sangat kuat memberi kuasa dan membimbing para pemimpin bangsa (Dan. 10:13). Banyak orang kerasukan roh jahat pada zaman Kristus dan mungkin sampai kini (Mat. 8:16-17; 28-34). Setan juga menimbulkan duri dalam daging bagi Paulus (2 Kor. 12:7). Iblis dan roh jahat melancarkan kuasanya yang nyata melalui orang-orang yang terlibat dalam penyembahan berhala dan sihir (1 Kor. 10:20). Nabi-nabi palsu diberi wewenang olehnya (2 Kor. 11:13-14), sehingga mereka dapat membuat mukjizat palsu (2 Tes. 2:9; Why. 18:23). Kerajaan iblis sangat kuat dan berpengaruh. Tak diragukan lagi, Setan dan para pengikutnya harus bertanggung jawab atas banyaknya kejahatan di dunia ini. Mereka penuh dengan kejahatan dan kebencian. Tak perlu disangkal pula, mereka ikut 19
STI® Allah memegang Kendali-12Jan-J.indd 19
1/25/10 10:00:37 AM
memiliki andil dalam terjadinya peperangan, ketidakadilan, penyiksaan, wabah, dan berbagai bentuk kejahatan lain yang merusak dunia ini. Namun, mereka hanya dapat melakukan hal-hal itu sebatas yang diizinkan Allah. Oleh karena itu, para penulis Alkitab terkadang menganggap hal-hal yang jahat itu berasal dari Allah dan yang menjadi pelaku kejahatan itu adalah utusan-utusan roh jahat. Kita dapat melihat hal ini saat membandingkan 1 Tawarikh 21:1 dan 2 Samuel 24:1. Bahkan Ayub juga mengira bahwa penderitaannya berasal dari Tuhan. Namun, Allah tidak pernah berkata, “Jangan salahkan Aku, iblislah yang melakukannya”. Pada akhirnya Allah memang mengizinkan iblis melakukan hal-hal jahat yang membuat kita menderita. Bagaimanapun ada hal penting yang perlu dicermati, yakni banyak kejahatan di dunia yang disebabkan oleh iblis dan para pengikutnya. Ini dapat membuat kita tetap yakin bahwa Allah mutlak tidak berdosa dan tidak pernah menjadi penyebab kejahatan moral maupun rohani. Allah mengizinkan terjadinya penderitaan, bukan
yang menyebabkan terjadinya penderitaan. Paulus menyatakan bahwa Allah menyerahkan orang-orang berdosa yang suka memberontak kepada kebodohan (Rm. 1:22), kecemaran (ay.24-25), praktik homoseksual (ay.26-27), pikiran-pikiran terkutuk (ay.28-29), dan perasaan yang sangat tumpul (ay.30-32). Namun, Allah tidak membuat para pendosa semakin terpuruk dalam kejatuhan. Dia hanya mengizinkannya. Apakah tidak mungkin terjadi bahwa saat Allah melihat manusia semakin jatuh dalam dosa dan pemberontakan, maka Dia mengizinkan iblis dan para pengikutnya untuk mendatangkan bencana alam, melakukan tindak kriminal yang merusak, perang, penganiayaan, agama palsu, dan wabah?
20
STI® Allah memegang Kendali-12Jan-J.indd 20
1/25/10 10:00:38 AM
MASALAH MEMBINGUNGKAN
D
alam pernyataannya, C. S. Lewis memberikan alasan yang baik dengan mengatakan bahwa peperangan, tindak kejahatan, dan ketidakadilan—kejahatan yang berasal dari pilihan-pilihan salah yang diambil oleh orang-orang jahat dan tidak taat hukum— menjadi penyebab dari sekurangkurangnya 80% penderitaan manusia. Banyak orang mengatakan bahwa Lewis terlalu kolot dalam membuat estimasi. Lagi pula, Alkitab memperlihatkan kepada kita bahwa kadang kala peperangan, kelaparan, dan penyakit didatangkan Allah sebagai hukuman atas dosa yang disengaja dan ketidakpercayaan manusia. Namun, sejumlah pertanyaan sulit perlu dijawab. • Mengapa Allah mengizinkan
adanya kejahatan? • Mengapa Allah mengizinkan terjadinya bencana dan penyakit? • Mengapa Allah mengizinkan sejarah manusia terus bergulir dari generasi ke generasi, meskipun sebagian besar manusia akan mati tanpa iman dalam Kristus dan menuju pada neraka abadi?
Mengapa Allah mengizinkan adanya kejahatan? Meski kita mengaku bahwa kita adalah orang-orang yang jatuh dalam dosa, terkadang kita masih bertanya-tanya mengapa Allah yang Mahakuasa mengizinkan sebagian orang bersikap sangat jahat dan tidak berperasaan. Perbudakan, penganiayaan, pembunuhan, kekerasan, dan pelanggaran susila membuktikan kejahatan manusia yang mengerikan. Mengapa Allah tidak mencegah manusia ketika mereka melakukan sesuatu yang keji dan tidak bermoral? Memang terkadang Allah melakukannya, tetapi tidak selalu demikian. Jika Allah menghalangi segala kejahatan, berarti Dia meniadakan fakta penting yang mengatakan bahwa memelihara pemikiran yang penuh kebencian dan tidak bermoral dapat menyebabkan 21
STI® Allah memegang Kendali-12Jan-J.indd 21
1/25/10 10:00:38 AM
terjadinya pembunuhan dan tindakan merusak diri yang sesungguhnya. Allah justru akan mengacaukan manusia. Dia akan menghilangkan kesempatan bagi kita untuk mempercayai-Nya dalam keadaan baik maupun buruk.
“Mengapa Allah tidak mencegah manusia ketika mereka melakukan sesuatu yang keji dan tak bermoral?” Umat manusia menjadi seperti sekarang ini karena orangorang yang pernah “mengenal Allah” berpaling dari-Nya dan mulai menyembah berhala serta melakukan perbuatanperbuatan yang tidak bermoral (Rm. 1:21-23). Oleh karena itu, Allah “menyerahkan mereka kepada keinginan hati mereka akan kecemaran” (ay.24), “hawa nafsu yang memalukan” (ay.26), dan “pikiran-pikiran yang terkutuk” (ay.28). Bahkan saat Allah membiarkan mereka dalam jalan-jalannya yang jahat, Dia masih memberitahukan tentang
“tuntutan-tuntutan hukum Allah”. Namun, mereka tetap berbuat jahat dan juga mendorong orang lain untuk bergabung bersama mereka (ay.32). Allah tidak menciptakan manusia sebagai orang yang mementingkan diri sendiri seperti kondisi manusia yang ada sekarang ini. Dia menciptakan manusia pertama dengan hati yang benar dan kudus (Ef. 4:24). Namun, setelah dosa masuk ke dalam keluarga manusia, dosa itu mulai menyebar bagaikan limbah industri yang mencemari sungai yang jernih. Polusi begitu mudah menyebar sehingga manusia tidak lagi melihat kebaikan, jika Allah tidak hadir untuk membendung polusi tersebut.
Mengapa Allah mengizinkan terjadinya bencana dan penyakit?
Meskipun kita dapat mengalami pertumbuhan rohani melalui penderitaan (Ibr. 12:6), terkadang kita menjumpai penderitaan yang tampak kejam dan tidak ada manfaatnya. Siapa yang beruntung dengan lahirnya seorang bayi yang cacat? Kebaikan apa yang dapat diperoleh dari keterbelakangan mental yang parah? Apa yang dapat dilakukan oleh seorang
22
STI® Allah memegang Kendali-12Jan-J.indd 22
1/25/10 10:00:38 AM
lanjut usia dalam melewati bulan demi bulan dengan hidupnya yang seakan sudah tak berguna? Mengapa korban stroke yang sudah tidak dapat berbicara atau tidak dapat menggerakkan anggota tubuhnya harus terbaring di rumah perawatan dari tahun ke tahun? Dan bagaimana pula dengan korban kecelakaan atau bencana? Harus kita akui bahwa terkadang kita tidak menemukan alasan atau maksud dibalik penderitaan yang kita alami. Namun, bukan berarti bahwa memang tidak ada alasan maupun maksud-maksud ilahi dibalik semua itu. Hanya saja kita tidak melihatnya. Yesus berkata bahwa Bartimeus dilahirkan buta bukan karena dosa siapa-siapa, melainkan karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia (Yoh. 9:3). Kemudian Dia menyembuhkannya dengan ajaib. Sebelum mukjizat itu terjadi, tak seorang pun mengetahui mengapa ia dilahirkan buta. Namun, Allah tahu. Oleh karena itu, kita harus bersandar pada keyakinan bahwa Allah mengetahui jawaban atas pertanyaan, “Mengapa?” Selain itu, kenyataankenyataan yang menggelisahkan
ini juga merupakan panggilan untuk bertobat. Hal-hal tersebut mengingatkan kita bahwa hidup ini hanyalah bagian kecil dari sesuatu yang jauh lebih besar. Yesus mengatakan bahwa kecelakaan yang dialami oleh 18 orang yang mati tertimpa menara, bukanlah karena mereka lebih buruk dibandingkan para pendosa pada umumnya. KataNya kemudian, “Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian” (Luk. 13:5). Kapan pun kita menjumpai sakit-penyakit, cacat tubuh, malapetaka, ataupun korban kecelakaan, kita harus ingat bahwa kita tidak lebih baik dari mereka. Inilah yang dimaksud dengan panggilan pertobatan bagi kita semua. Hal lain yang dapat menolong kita saat menghadapi kenyataan hidup yang menggelisahkan ini adalah adanya kesadaran bahwa (1) Allah bukanlah penyebab terjadinya keadaan-keadaan itu, dan bahwa (2) Allah turut menderita bersama mereka yang terluka. Dunia yang kita lihat sekarang ini berada di bawah kutuk Allah sejak awal sejarah manusia (Kej. 3:17-19). Paulus menyatakan bahwa seluruh makhluk sangat menantikan 23
STI® Allah memegang Kendali-12Jan-J.indd 23
1/25/10 10:00:38 AM
kedatangan Kristus yang kedua kali, karena pada saat itulah kita dibebaskan dari segala kekecewaan dan penderitaan yang diakibatkan oleh roh jahat (Rm. 8:18-25). Di masa lampau, baik berkaitan dengan kejatuhan Setan atau Adam, Allah mengizinkan masuknya suatu unsur kekacauan ke dalam dunia. Mahasiswa geologi tingkat dasar tahu bahwa kerak bumi merupakan tempat terkuburnya berbagai jenis spesies yang pernah hidup di bumi, tetapi tidak dapat bertahan hidup. Para ilmuwan umumnya berpendapat bahwa hal ini terjadi secara serampangan, karena tampaknya demikian bagi kita. (Namun, tidak demikian bagi Allah.) Mungkin unsur kekacauan inilah yang menjadi penyebab langsung terjadinya banyak penderitaan di dunia ini—seperti bencana alam, kecelakaan, cacat fisik, dan penyakit yang melemahkan. Faktor-faktor genetik yang menonjol adalah fakta yang dapat dipakai untuk memprediksikan adanya keturunan dalam beberapa keluarga yang akan mengidap penyakit diabetes, jantung, kanker, dan berbagai penyakit lainnya. Mungkin kita menganggap “norma alami”
sebagai penyebabnya, yang berarti Allah mengizinkan alam berjalan menurut kehendaknya sendiri. Dialah yang mengelola dunia ini. Namun, pada waktu Allah mengizinkan hal tersebut terjadi, secara pribadi Dia ikut terlibat dalam setiap situasi. Dan Allah tidak bersukacita ketika melihat orang-orang harus menanggung dukacita dan penderitaan. Ketika Allah yang menyatakan diri dalam Yesus itu datang ke dunia ini, Dia memperlihatkan sikap Bapa surgawi terhadap sakit-penyakit dan segala bentuk kecacatan. Yesus memperlakukan semua itu bagaikan musuh dengan cara menyembuhkan yang sakit, mencelikkan mata orang buta, dan membuat orang lumpuh mampu menggerakkan anggota tubuhnya kembali. Rasul Yohanes mengungkapkan bahwa ketika melihat para pelayat yang berkabung menangisi kematian Lazarus, “maka masygullah hatiNya. Ia sangat terharu” (Yoh. 11:33). Banyak ahli teologi menyatakan bahwa kata Yunani yang diterjemahkan sebagai “masygul” (kecewa) acap kali diartikan amarah. Seiring dengan dukacita-Nya (sangat terharu), Yesus merasakan kejengkelan dan
24
STI® Allah memegang Kendali-12Jan-J.indd 24
1/25/10 10:00:38 AM
kemarahan. Agaknya perasaan itu melanda-Nya tatkala Dia memikirkan semua penderitaan dan segala kesusahan yang dibawa Setan dan dosa ke dalam dunia. Hal ini cukup menghibur saat kita menyadari bahwa banyak penderitaan dan dukacita di dunia yang diliputi dosa ini berasal dari sebab-sebab alam atau musuhmusuh Allah. Namun, yang terpenting kita dapat merasa lega karena mengetahui bahwa Allah mengontrol kehidupan dan Dia turut menderita bersama kita. Kita pun akan sangat terhibur bila percaya bahwa Dia memiliki alasan yang baik atas semua yang terjadi meski kita tak dapat melihatnya. Lebih dari itu, jauhkanlah sikap berlebihan dalam menghadapi kesukaran, kesusahan, dan penderitaan hidup. Sebagian besar orang, termasuk mereka yang hidup dalam kemiskinan yang memprihatinkan atau yang menanggung penderitaan seharihari atau yang harus menerima cacat fisik yang berat, tetap dapat menikmati kehidupan dan memiliki semangat hidup. Canda tawa terdengar dari rumah-rumah di perkampungan. Senyum menghiasi wajah
mereka, sekalipun mereka tidak mengetahui apa yang akan mereka makan esok hari. Ya, ada banyak penderitaan. Kita mengalaminya satu per satu dan kita memperoleh anugerah tatkala mengarahkan pandangan kepada Allah. Ya, terkadang kita sangat berduka. Namun, setelah beberapa saat, kepedihan itu pun sirna dan kita dapat terus maju.
Mengapa Allah mengizinkan sejarah manusia terus bergulir dari generasi ke generasi meskipun sebagian besar manusia akan mati tanpa iman dalam Kristus dan menuju pada neraka abadi? Kita tidak berhak
menuduh bahwa Allah bertindak kejam karena membiarkan sejarah manusia terus berjalan. Rasul Petrus menyatakan bahwa inilah tanda kasih Allah yang penuh kesabaran, karena Dia “menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat” (2 Ptr. 3:9). Allah memberi tambahan waktu agar semua orang yang dipilih-Nya dapat diselamatkan. Kemuliaan surga sungguh menakjubkan sehingga kita tidak dapat memahaminya. Betapa 25
STI® Allah memegang Kendali-12Jan-J.indd 25
1/25/10 10:00:38 AM
baiknya Allah dengan kesabaranNya! Dan seperti halnya kita tak mampu memahami kemuliaan surgawi, kita pun tidak mampu memahami bagaimana mereka, yang mati sebagai pemberontak melawan Allah, menjalani kekekalan. Yang dapat kita ketahui dari pengajaran alkitabiah adalah bahwa Allah yang Mahakuasa akan selalu bertindak adil. Sebagian orang akan menerima hukuman (Luk. 12:47,48). Paulus berkata bahwa Allah akan mempertimbangkan semua faktor seperti pengetahuan dan kesempatan yang manusia miliki (Rm. 2:1-16). Kita ingin menganut konsep keselamatan yang universal— bahwa pada akhirnya semua orang akan menerima Yesus Kristus dan jalan keselamatan Allah satu-satunya. Namun, Alkitab tidak menghendaki kita berpandangan demikian. Kita bahkan cenderung berpikir bahwa orang-orang yang terhilang akan dibinasakan setelah diadili dan dihukum, tetapi pemikiran ini juga tidak mendapat dukungan alkitabiah. Keberadaan yang kekal, juga di neraka, merupakan penghargaan bagi keunikan manusia. Ini menegaskan betapa pentingnya
keputusan yang kita buat di dunia ini. Beberapa ahli teologi berpikir bahwa di neraka pun, para penghuninya terus berupaya membinasakan manusia. Mungkin ya. Mungkin juga tidak. Sama seperti Abraham kita mengajukan pertanyaan yang tak perlu dijawab ini, “Masakan Hakim segenap bumi tidak menghukum dengan adil?” (Kej. 18:25). Dan kita pun terhibur oleh jawaban yang terucap itu, “Ya, Dia akan menghukum dengan adil.”
IMPLIKASI PRAKTIS
H
idup ini sulit. Kadang kala memang sulit mengetahui apa yang patut kita percayai. Namun, Allah tidak meninggalkan kita dalam kegelapan. Bahkan di tengah gelapnya kungkungan
26
STI® Allah memegang Kendali-12Jan-J.indd 26
1/25/10 10:00:38 AM
bencana alam, penyakit yang menghancurkan, dan ketidakadilan yang menyakitkan, Allah memberikan pengetahuan akan yang baik dan yang jahat dalam hati kita. Jauh di lubuk hati, kita memiliki tanggung jawab untuk memilih yang baik. Dengan kesadaran ini, Allah mengajak kita menanggapi terang yang dikaruniakan-Nya dan meneladani-Nya dalam hidup yang penuh kasih, ketaatan, dan kepercayaan.
BERKOMITMEN UNTUK HIDUP DALAM TERANG Titik puncak dari pernyataan diri Allah adalah ketika Dia datang dalam pribadi Yesus Kristus di bumi ini. Yesus turut menanggung penderitaan, kekecewaan, dan kesusahan kita. Yesus hidup tanpa dosa, tetapi Dia mati di atas kayu salib seperti orang berdosa. Yesus melakukan hal itu untuk menanggung hukuman atas dosa kita. Paulus berkata, “Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuatNya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah” (2 Kor. 5:21). Lalu, tiga hari sesudah penyaliban, Yesus bangkit dari kubur-Nya dengan tubuh yang telah dimuliakan.
Semua ini merupakan sejarah yang sudah tidak dapat diubah lagi. Seluruh fakta yang ada telah diuji kebenarannya. Oleh karena itu, mengakui dosa kita dan percaya pada apa yang telah dinyatakan Alkitab tentang Yesus Kristus dan tentang keselamatan bukanlah langkah buta menuju kegelapan. Sebaliknya, keselamatan merupakan langkah menuju terang. Yesus telah berkata, “Sesungguhnya barang siapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup” (Yoh. 5:24). Rasul Paulus, yang pertobatannya dalam Yesus Kristus menjadi salah satu peristiwa yang paling penting dalam sejarah, menuliskan, “Firman itu dekat kepadamu . . . Itulah firman iman, yang kami beritakan. Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan” (Rm. 10:8,9). Berkomitmen kepada Kristus merupakan suatu perjalanan menuju terang! 27
STI® Allah memegang Kendali-12Jan-J.indd 27
1/25/10 10:00:38 AM
BERKOMITMEN UNTUK HIDUP DALAM KASIH Agar menjadi orang Kristen yang dapat mengalami kebaikan dan keselamatan yang nyata dari Allah, kita harus berusaha hidup dengan kasih yang sejati, bagi Allah dan sesama. Yesus menyimpulkan seluruh tuntutan hukum Perjanjian Lama demikian: Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu . . . Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri (Mat. 22:37,39). Artinya kita harus menyenangkan Allah lebih dari menyenangkan diri sendiri. Itu berarti meninggalkan cara hidup yang lama dan menunjukkan kebaikan, murah hati, dan mau mengampuni di setiap hubungan yang kita bina di dunia. Selain itu, dengan memberikan persembahan kasih atau melayani secara sukarela, kita dapat mengerjakan bagian kita untuk menjangkau sesama dengan Injil, memberi makan yang lapar, memberi tempat bernaung bagi mereka yang tidak memiliki tempat tinggal, dan menolong mereka yang imannya jatuh. Kita dapat berbuat banyak untuk meringankan
penderitaan yang ada di sekeliling kita. Inilah ketaatan kepada tantangan yang diucapkan Yesus: Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari, dan mengikut Aku. Karena barang siapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barang siapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya (Luk. 9:23,24).
BERKOMITMEN UNTUK HIDUP DALAM KETAATAN Pada saat seseorang berkomitmen untuk mengasihi Allah dan sesama, secara otomatis ia akan berkomitmen untuk hidup dalam ketaatan. Ini berarti bahwa kita akan menjadikan Alkitab sebagai pedoman dan berupaya keras menaati setiap perintah di dalamnya. Kita akan berdoa karena kita diperintahkan untuk berdoa (1 Tes. 5:17). Kita akan hormat dan tunduk kepada pemerintah karena kita diminta berbuat demikian (Rm. 13:1-7). Sebagai warga negara sekaligus pengikut Kristus kita bertanggung jawab dengan sungguh-sungguh
28
STI® Allah memegang Kendali-12Jan-J.indd 28
1/25/10 10:00:38 AM
dan berpijak pada kebenaran dan keadilan. Kita mau mematuhi apa yang Alkitab katakan tentang pernikahan dan perceraian. Kita menghargai kehidupan tumbuhan dan hewan, dan mengerjakan yang terbaik saat kita diberi tanggung jawab untuk berkuasa dan memelihara bumi ini (Kej. 1:26-28). Orang-orang yang mengasihi dan menaati Tuhan akan menerima kepastian yang penuh sukacita: “Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia” (Yoh. 14:23).
BERKOMITMEN UNTUK HIDUP DALAM KEYAKINAN Orang Kristen tidak luput dari penderitaan dan dukacita. Orang-orang yang mereka kasihi meninggal dalam kecelakaan mobil, sebagaimana dialami oleh banyak orang lain. Ada juga yang terserang kanker. Tatkala bencana alam seperti gempa bumi melanda, baik orang percaya maupun orang yang tidak percaya sama-sama mengalaminya. Saat kita percaya kepada-Nya, bukan berarti Allah menjadikan
kita makhluk kesayangan-Nya yang terus ditimang-timang. Jika itu dilakukan-Nya, kita akan menjadi sosok yang puas dengan diri sendiri dan sombong. Kita menjadi orang Kristen yang hanya mengharapkan keuntungan duniawi. Melalui penderitaannya, Ayub dapat mengenal Allah dengan pemahaman yang baru. Dalam 2 Korintus 11, Paulus berkata bahwa dalam melayani Tuhan, ia menderita, berkali-kali didera, tiga kali mengalami kapal karam, dilempari batu, kelaparan dan kedinginan, berjerih lelah dan bekerja berat, serta dipenjarakan. Kemudian ia menyebut “duri di dalam dagingku” dan bagaimana ia berseru tiga kali supaya duri itu dicabut darinya, tetapi Allah kemudian menjelaskan padanya mengapa duri itu diam di dalam dirinya. Tuhan meyakinkannya, “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna” (2 Kor. 12:9). Karena itu Paulus dapat menerima kehendak Allah dengan sukacita: Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, 29
STI® Allah memegang Kendali-12Jan-J.indd 29
1/25/10 10:00:38 AM
di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat (2 Kor. 12:9,10). Dalam surat yang ditulisnya kepada jemaat yang sedang mengalami penyiksaan, Rasul Petrus menasihatkan supaya mereka bersabar dan menerima setiap perlakuan buruk sama seperti yang Yesus perbuat, tanpa ada rasa benci atau keinginan membalas dendam: Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam (1 Ptr. 2:23).
“Yesus dan Rasul Paulus sama-sama mengingatkan kita bahwa penderitaan hanyalah sementara, tetapi kemuliaan bersifat kekal.” Yesus dan Rasul Paulus mengingatkan bahwa penderitaan yang mereka alami hanyalah sementara, tetapi kemuliaan
bersifat kekal (Rm. 8:18; 2 Kor. 4:16-18; 1 Ptr. 5:10). Apa yang dilakukan Yesus dalam menghadapi penderitaan terkait dengan pencobaan dan penyaliban-Nya? Petrus berkata bahwa Yesus menyerahkannya kepada Allah, yang menghakimi dengan adil (1 Ptr. 2:23). Apa yang diperbuat Paulus dalam penderitaannya? Ia mempercayai Allah dan mengalami bahwa saat ia lemah secara jasmani, rohaninya menjadi kuat. Dalam kamar tahanan bawah tanah, sambil menanti hukuman mati, Paulus menulis dengan penuh keyakinan: Mengenai diriku, darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan dan saat kematianku sudah dekat. Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya (2 Tim. 4:6-8).
30
STI® Allah memegang Kendali-12Jan-J.indd 30
1/25/10 10:00:38 AM
Mari nyatakan keyakinan kita pada Allah. Saat melakukannya, kita akan merasakan anugerah yang memberi kita kekuatan untuk menang atas peristiwa terburuk sekalipun dalam kehidupan, yang dapat menghempaskan kita keluar dari jalur yang benar. Tak ada jawaban yang mudah. Namun, kita dapat berserah kepada Kristus dan hidup dalam kasih, ketaatan, dan keyakinan. Dan kita akan mengalami kebenaran yang tercantum dalam 1 Yohanes 5:4, “Inilah kemenangan yang mengalahkan dunia––iman kita.”
Mari nyatakan keyakinan kita kepada Allah. Saat melakukannya, kita akan merasakan anugerah-Nya yang memberi kita kekuatan untuk menang atas peristiwa terburuk sekalipun, yang dapat menghempaskan kita keluar dari jalur yang benar.
Buklet Seri Terang Ilahi (STI) berjudul “Sejauh Mana Allah Memegang Kendali” diterbitkan oleh PT. Duta Harapan Dunia (mitra pelayanan RBC Indonesia). Mulai bulan Juni 2007, Discovery House Publishers telah menunjuk PT. Duta Harapan Dunia untuk menerbitkan dan mendistribusikan buku-buku mereka termasuk Discovery Series yang dalam bahasa Indonesia lebih dikenal dengan Seri Terang Ilahi. Adapun buku-buku yang dapat Anda peroleh melalui PT. Duta Harapan Dunia antara lain: • Seri Hikmat Ilahi (SHI) Terjemahan dari buku Discovery Series Bible Study—Bahan Pendalaman Alkitab untuk pribadi maupun kelompok. • Seri Terang Ilahi (STI) Terjemahan dari buklet Discovery Series— Buklet yang mengulas aneka topik yang bermanfaat untuk membuka wawasan rohani orang Kristen. • Santapan Rohani Tahunan (SR) Buku renungan tahunan yang dirancang untuk digunakan sebagai makanan rohani sehari-hari bagi setiap orang Kristen. • Pedoman Dasar Hidup Kristen (PDHK) Terjemahan dari buku Basics for Christian Living—Buku pedoman yang membuat Anda mengerti siapakah Allah itu dan memperluas pengetahuan Anda tentang kekristenan. Untuk informasi lebih lanjut, silakan menghubungi: PT. Duta Harapan Dunia PO Box 3500 Jakarta Barat 11035 Telp.: (021) 71111-430; 544-2152 Fax.: (021) 5435-1975 E-mail:
[email protected]
31
STI® Allah memegang Kendali-12Jan-J.indd 31
1/25/10 10:00:38 AM
Misi kami adalah menjadikan hikmat Alkitab yang mengubahkan hidup dapat dimengerti dan diterima oleh semua orang. Anda dapat mendukung kami dalam melaksanakan misi tersebut melalui persembahan kasih. Klik link di bawah ini untuk informasi dan petunjuk dalam memberikan persembahan kasih. Terima kasih atas dukungan Anda untuk pengembangan materi-materi terbitan Our Daily Bread Ministries. Persembahan kasih seberapa pun dari para sahabat memampukan Our Daily Bread Ministries untuk menjangkau orang-orang dengan hikmat Alkitab yang mengubahkan hidup. Kami tidak didanai atau berada di bawah kelompok atau denominasi apa pun.
DONASI