SEJARAH DESAIN Modul ke:
Bentuk Dan Isi Modul 8 Fakultas
Desain dan Seni Kreatif Program Studi
Desain Produk
www.mercubuana.ac.id
Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn
Bentuk Dan Isi • Abstract • Bentuk dan isi merupakan suatu tahap lanjut dari ruang. Karena di dalam suatu ruang dipastikan akan ada isi. Karena keberadaan isi dapat menjadi nilai tambah dari suatu karya seni atau desain
Bentuk Dan Isi • Kompetensi • Mahasiswa mengetahui adanya isi di dalam suatu bentuk yang dapat menjadi nilai tambah dalam berkarya.
BENTUK DAN ISI • • • • •
A. B. C. D. E.
Pendahuluan Bentuk Isi Nilai (Makna) Bentuk, Isi Dan Nilai
BENTUK DAN ISI • A. Pendahuluan • Setiap kehadirannya, karya seni akan “melahirkan batasan seni yang beraneka ragam sesuai dengan cara pandang serta penafsiran yang berbeda, sehingga sulit untuk memberikan batasan seni yang ideal.” Berdasarkan kepada penelitian yang dilakukan oleh Widyabakti Sabatari (2006) yang mengutip pendapat Soedarso (2005) yang menyatakan “bahwa seni amat luas cakupannya dan bermacam-macam sekali fasetnya, seperti cerita orang buta yang ingin melihat gajah.” • Sehingga filsafat seni sangat diperlukan sebagai salah satu piranti untuk memahami dan menelaah hal yang berkaitan dengan seni dan detinisinya.
• Berdasarkan kepada penulisan Soedarso (1990) ”Sebagaimana yang dikemukakan oleh ahli filsafat dan budaya, bahwa... seni adalah segala macam keindahan yang diciptakan oleh manusia", maka menurut jalan pikiran ini seni adalah suatu produk keindahan, suatu usaha manusia untuk menciptakan yang indah-indahyang dapat mendatangkan kenikmatan
• Terdapat berbagai macam definisi seni seperti : • Ki Hajar Dewantara mengatakan” bahwa seni adalah segala perbuatan manusia yang timbul dari hidup perasaannya yang bersifat indah, hingga dapat menggerakkan jiwa perasaan manusia lainnya. Seni dipandang sebagai sarana komunikasi perasaan manusia.” • Akhdiat K.Miharja menyatakan bahwa ”seni sebagai kegiatan rohani manusia yang merefleksi realitet (kenyataan) dalam suatu karya yang berkat bentuk dan isinya mempunyai daya untuk membangkitkan pengalaman tertentu dalarn alarn rohani penerimanya.”
• Thomas Munro memiliki pandangan bahwa ”seni adalah alat buatan manusia untuk menimbulkan efek psikologis atas manusia lain yang melihatnya. Efek tersebut mencakup tanggapan- yang berwujud pengamatan, pengenalan, imajinasi yang rasional maupun yang emosional.” • Berdasarkan definisi yang ada, dijelaskan dengan tegas bahwa seni adalah kegiatan rohani, dan bukan semata-mata kegiatan jasmani. Keutuhan suatu ciptaan karya seni sangat ditentukan oleh keterlibatan rohani senimannya dalam berkarya, yang dapat menggetarkan cita rasa baik si pencipta maupun penikmatnya dalam hal ini kembali kepada manusia sebagai senimannya. Selain itu ditekankan juga ”bahwa kegiatan rohani di pihak penerima, seni harus ditanggapi dengan serius dan dengan segenap fungsi jiwa yang ada.”
• ”Seperti misalnya seni batik yang diciptakan untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan manusia ke dalam motif-motif yang indah, memiliki arti simbolik tertentu, dapat menggerakkan hati, memberi semangat hidup dan harapan bagi si pemakai, Juga sebuah lagu merdu menyejukkan hati dan perasaan orang yang mendengarnya, atau ukiran kayu pada dinding ruang tamu,, sehingga dapat merupakan hiasan yang menambah semarak pemandangan dan menyenangkan hati bagi yang melihatnya.” • Menjadi hal yang sangat berbeda apabila kita membandingkan sebuah lukisan pemandangan bercorak naturalistik karya Basoeki Abdullah dengan seni modern Marcel Duchamp berjudul "Fountain",. Dalam penulisannya Widyabakti Sabatari (2006) mencontohkan ” benar-benar merupakan suguhan nilai dengan cita rasa yang berbeda dalam penikmatannya.”
BENTUK DAN ISI • B. Bentuk Berdasarkan dari pengertian yang terdapat pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, bentuk berarti ”rupa, wujud”. Sedang dalam bahasa Inggris disebut ”form.” Selain itu terdapat pengertian tentang bentuk yang didefinisikan oleh A.A.M. Djelantik (2001) pengertian wujud ”mengacu pada kenyataan yang nampak secara kongkrit (dapat dipersepsi dengan mata atau telinga)maupun kenyataan yang tidak nampak secara kongkrit (abstrak) yang hanya bisa dibayangkan seperti suatu yang diceriterakan atau dibaca dalam buku. Selanjutnya dikatakan bahwa dalam seni rupa pemakaian kata wujud, sebagai istilah yang umum untuk semuakenyataankenyataan yang terwujud. Untuk membentuk suatu karya seni tak mungkin lepas dari materi atau bahan yang membentuknya.”
•
•
•
Mudji Sutrisno (1993) membedakan istilah materi (matter) dengan material (materials). Material adalah ”bahan yang digunakan untuk menghasilkan hal-hal yang indrawi, tetapi materi musik adalah suaranya bukan peralatan musiknya, materi puisi adalah suara tertentu dan bukan pembacanya”. Pandangan ini juga disepakati oleh Jakob Sumardjo (2000) yang mengatakan bahwa ”sebuah benda seni haus memiliki wujud agar dapat diterima secara indrawi (dilihat, didengar, atau didengar dan dilihat) oleh orang lain. Benda seni itu suatu wujud fisik, tetapi wujud fisik itu sendiri tidak serta merta menjadi karya seni. Berseni dan tidaknya suatu wujud fisik ditentukan oleh nilai yang ada di dalamnya. Dalam hal ini, ”suatu wujud atau benda dapat disebut bernilai seni apabila ada sikap estetik subyek pengamatnya, karena benda seni itu sendiri mengandung kemampuan untuk merangsang diberikannya nilai oleh subyeknya.”
•
Sebuah benda seni harus merniliki wujud agar dapat diterima secara inderawi (dilihat, didengar, atau didengar dan dilihat) oleh orang lain. Benda seni itu suatu wujud fisik. Tetapi, wujud fisik itu sendiri tidak sertamerta menjadi karya seni. Berseni dan tidaknya suatu wujud fisik ditentukan oleh nilai yang ada di dalamnya. Apakah wujud itu berhasil merangsang timbulnya nilai-nilai pada orang lain? Nilai itu pun selalu bersifat subjektif. Tidak ada nilai tanpa subjek. Benda, objek, atau kenyataan itu sendiri seolah bebas nilai. Benda seni hanyalah suatu objek yang kepadanya dapat diberikan nilai-nilai oleh subjek penerima seni.
•
Dalam hal ini, suatu wujud atau benda dapat disebut bernilai seni apabila ada sikap estetik subjek pengamatnya, karena benda itu sendiri mengandung kemampuan untuk merangsang diberikannya berbagai nilai aleh subjeknya.
•
•
Nilai yang biasa ditemukan dalam karya seni terdiri dari dua nilai yaitu: ” yakni nilai bentuk (inderawi) dan nilai isi (di balik yang inderawi). Seperti sudah dikatakan, nilai bentuk ini juga dinamakan nilai intrinsik seni, meskipun tidak tepat benar. Nilai bentuk inilah yang pertama-tama tertangkap oleh penerima atau penikmat seni. Nilai bentuk tersebut terdiri atas nilai bahan seni atau juga disebut `medium' suatu bentuk seni. Dalam seni ukis, mediumnya mungkin cat minyak yang mengandung nilai wama, tekstur, garis, dan bangun tertentu. Tetapi, ada pula yang menamai cat minyak itu sebagai `bahan', sementara bahan cat minyak itu sendiri mengandung kekayaan medium seperti warna, tekstur, garis, dan lain-lain. Bahan seni dengan kekayaan mediumnya tadi membentuk bangun-bangun tertentu sebagai unsur bentuknya. semua unsur bentuk atau bangunan tadi disusun dalam struktw tertentu.
•
•
Tetapi, ada pula yang menamai cat minyak itu sebagai `bahan', sementara bahan cat minyak itu sendiri mengandung kekayaan medium seperti warna, tekstur, garis, dan lain-lain. Bahan seni dengan kekayaan mediumnya tadi membentuk bangun-bangun tertentu sebagai unsur bentuknya. Semua unsur bentuk atau bangunan tadi disusun dalam struktur tertentu. Jadi, bentuk seni inilah yang pertama-tama tertangkap oleh penikmat seni dan serta merta dapat membangkitkan kepuasan atau kegembiraan. Dari nilai bentuk ini mulailah bangkit seluruh potensi diri penikmat untuk menggali lebih jauh nilai-nilai lain yang ditawarkannya. Mulailah muncul nilai `isi' seni. Penikmat dapat menangkap perasaan tertentu atau terbangkitkan perasaan tertentunya oleh bentuk tadi. Bentuk lahiriah (inderawi) juga dapat mengembangkan gagasan dan pesan. Dengan ditangkapnya nilai-nilai isi tadi, lengkaplah peristiwa komunikasi nilai seni.
• ”Tidak mungkin memisahkan antara aspek bentuk dan isi dalam seni. Bentuk seni adalah juga isi seni itu sendiri. Bagaimana bentuknya, begitulah isinya. Tidak ada seniman yang menciptakan sebuah karya seni tanpa kesadaran: la menciptakan sebuah benda seni karena ada sesuatu yang ingin disampaikannya kepada orang lain, entah perasaannya, suasana hatinya, pemikirannya, pesan atau amanat yang diyakininya, semua dinyatakan lewat bentuk yang sesuai dengan maksud isinya tadi. ”Isi dapat juga disampaikan bukan melalui bentuk”.
BENTUK DAN ISI • C. Isi • Apa yang disebut nilai "isi" dalam seni?. Jika melihat kepada pernyataan bahwa bentuk tidak dapat lepas dari isi. Maka dalam penelitiannya, Widyabakti Sabatari (2006) mengatakan bahwa “bentuk dapat mengembangkan gagasan dan pesan yang akhirnya diterima oleh penikmat, teIjadilah komunikasi nilai seni.” Mengutip dari penulisan Feldman (1991): Dalam memahami bentuk dan isi, pemahaman tersebut sangat dekat dengan gagasan Louis Sullivan, seorang arsitek dari Chicago yang terkenal dengan slogan "Form Follows Function" (bentuk mengikuti fungsi). Yang merupakan sebuah “gagasan yang diterapkan ke dalam seni arsitektur atau pada barang produksi pabrik.” Pernyataan tersebut menjadi sebuah “aksioma” dari sebuah prinsip pertama untuk semua disain modern.
• “Bentuk dan penampilan luar dari setiap barang, di disain mengikuti atau merupakan suatu hasil pengoperasian dari fungsinya. Bertitik tolak dari postulat ini, kita dapat memperoleh hubunganhubungan nyata : Sesuatu benda seharusnya seperti apa adanya dan sesuai dengan dan untuk apa bentuk itu dibuat”
• Dikemukakan oleh Soedarso Sp. bahwa: Seperti diketahui, dalam rangka menyelamatkan slogan" Form Follows Function" yang terkenal itu Victor Papanek (1973) memasukkan enam unsur dalam fungsi, yaitu ”use, need, method, telesis, aestetics, dan association.” Victor Papanek (1973) mengemukakan keenam unsur tersebut melalui “diagram Kompleksitas Fungsi”. • Berdasarkan penjelasan tersebut “terlihat bahwa tak mungkin memisahkan antara aspek bentuk dan isi dalam seni. Bentuk seni juga isi seni itu sendiri. Bagaimana bentuknya, begitulah isinya. Tidak ada seniman yang menciptakan sebuah karya seni tanpa kesadaran. Ia meneiptakan sebuah benda seni karena ada sesuatu yang ingin disampaikan kepada orang lain, entah perasaannya, suasana hatinya, pemikirannya dan sebagainya, semua dinyatakan lewat bentuk yang sesuai dengan maksud isi hatinya tadi.”
Isi • Pengertian isi dapat dilihat dari sudut senimannya, ”benda seni bermula dari `isi' budi seniman dalam menanggapi lingkungannya.” Tanggapan atas inilah yang kemudian diwujudkan dalam suatu `bentuk. Tetapi, dilihat dari sudut penikmat seni, yang ditangkap pertama kali justru bentuk yang sudah jadi tadi, dan serta-merta membangkitkan penemuan nilai-nilai sinya. Dan, penemuan isi ini dapat berbeda-beda pada tiap penikmat.”
BENTUK DAN ISI D. Nilai (Makna) Persoalan nilai selalu subjektif, sedangkan benda seni itu sendiri boleh dianggap sebagai bebas nilai meskipun mengandung potensi nilai. Namun, nilai isi tadi harus ditemakan sendiri oleh tiap penikmat melalui bentuk yang jelas jelas tak bisa dikelabui. Inilah sebabnya tafsir nilai isi sebuah benda seni dapat berbeda-beda untuk tiap orang, bahkan berbeda dengan yang dimaksudkan oleh sang senimannya sendiri.
Nilai (Makna) • Dalam aspek isi seni atau ekstrinsik seni, kritikus IA Richard pernah menyusun anatomi makna (tafsir) seni (sastra). a. Makna pertama adalah seniman berbicara soal `apa', atau obyek apa yang diajukan. b. Makna kedua adalah perasaannya terhadap obyek tadi. c. Makna Ketiga adalah sikap dan nada bicaranya terhadap objek. d. Makna keempat adalah makna tujuan seniman menggarap objeknya begitu rupa tadi.
Nilai (Makna) • Seniman memang “memiliki tujuan dan hak sendiri dalam melahirkan karya seninya, tetapi nilai yang ditangkap orang lain dari karya itu tidak selalu sama. Ini menyangkut soal tafsir isi dari bentuknya. Penafsir yang berpengaruh, misalnya kritikus, dapat memberikan isi nilai yang diakui kebenarannya oleh banyak penikmat. Sampai ada penafsir lain yang mampu menggulingkan dominasi tafsir yang telah berlangsung lama itu. ‘Perang nilai' semacam itu dalam soal penafsiran isi seni sudah sering terjadi.”
BENTUK DAN ISI
E. Bentuk, Isi Dan Nilai Berbicara persoalan bentuk dan isi juga dapat dihubungkan dengan perdebatan adanya nilai universal yang melampaui zaman dan tempat, serta nilai setempat yang aktual, atau nilai kontekstual. “Setiap benda seni mengandung kedua nilai tadi. Yang jelas, nilai bentuk bersifat universal. Di masyarakat mana pun yang namanya seni musik itu bahan seninya bunyi, seni rupa itu bahannya warna, seni sastra selalu menggunakan bahasa (tulis atau lisan).”
BENTUK DAN ISI
E. Bentuk, Isi Dan Nilai Pilihan warna, bunyi, bentuk, atau bangun sebagai unsur, bersifat kontekstual. Begitu pula cara menyusun atau memberikan struktur atas berbagai bangun tadi juga kontekstual. Bardasarkan dari data yang didapat “Meskipun bentuk bersifat kontekstual, sebagai objek yang `bebas nilai' selalu universal. Lukisan, patung, arsitektur zaman purba yang lestari sampai masa kini, tetap saja disikapi sebagai lukisan, patung, dan karya arsitektur, karena bahan dan cara memperlakukan bahan seninya tadi. Hanya saja, ketika kerja menggali nilai isinya berlangsung, mulailah muncul masalah nilai kontekstual itu. Mengapa digambarkannya begitu, mengapa disusunnya begitu, mengapa selalu warna itu yang dominan, dan soal kontekstual lainnya.”
BENTUK DAN ISI
E. Bentuk, Isi Dan Nilai Jika ditinjau dari aspek isi seni, “nilai yang terdapat di dalamnya juga dapat berupa nilai kontekstual dan universal. “Struktur jiwa manusia dari dulu sampai sekarang tetap sama, punya perasaan, intuisi, pikiran, kemauan, kesadaran, dan bawah sadar. Manusia Yunani kuno bisa sedih seperti manusia Bandung sekarang. Manusia Mesir purba juga menginginkan kebebasan dalam bercinta seperti remaja kota Jakarta sekarang.”
BENTUK DAN ISI
E. Bentuk, Isi Dan Nilai Tinjauan `isi' dan `bentuk' seni dapat dijadikan acuan untuk melihat dan menganalisis ”sejauh mana sebuah karya seni menekankan kedua aspek tersebut.” ”Karena terdapat penekanan pada bentuk tanpa menetapkan isi yang tegas. ”Isi dalam seni ”tergantung kepada subjek penikmat, mau ditafsirkan apa saja. Tetapi juga ada seniman yang jelas jelas ingin menyampaikan isi melalui bentuk apa saja, asal isinya itu sampai dan tidak disalah tafsirkan subjek penikmat seni.” Dalam aspek isi tadi masih harus digolongkan benda seni yang isinya lebih bersifat perasaan daripada pemikiran, atau lebih bersifat pemikiran daripada perasaan, atau kedua-duanya dipadukan.
BENTUK DAN ISI
E. Bentuk, Isi Dan Nilai Dengan demikian, aspek isi dapat menekankan hal yang berbeda-beda dalam setiap karya seni. Namun, ”tak menghilangkan kemungkinan adanya sebuah karya seni yang `sempurna', yakni mengandung semua aspek bentuk maupun isi, dan kekayaan isi yang mewakili semua potensi jiwa manusia.”
Terima Kasih Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn.