Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanainan - Ternak
PELUANG PENERAPAN INOVASI TEKNOLOGI INTEGRASI TANAMAN JAGUNG - SAPI POTONG DI KABUPATEN TOJO UNA-UNA SAIDAH,
F .F . MUNIER,
SYAFRUDDIN
dan D . BULO
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah Jl. Raya Lasoso 62 Biromaru, Sulawesi Tengah, 94364
ABSTRAK Ketahanan pangan merupakan salah satu issue strategis dalam konteks pembangunan negara berkembang, karena memiliki fungsi ganda yaitu : (a) salah satu sasaran utama pembangunan ; (b) salah satu instrument utama (tujuan antara) pembangunan ekonomi . Untuk menunjang program ketahanan pangan ke depan, maka setiap daerah dituntut untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya lahan agar keberlanjutan produksi tetap terjaga. Untuk itu, diperlukan teknologi yang sesuai dengan karateristik lahan dan kondisi sosial petani . Pola integrasi tanaman-temak merupakan salah satu teknologi yang banyak dikembangkan saat ini dalam rangka keberlanjutan sistem produksi dan peningkatan pendapatan petani . Kabupaten Tojo Una-Una memiliki berberapa komoditas unggulan dalam upaya peningkatan PDRB-nya, diantaranya jagung dan trnak sapi potong. Kedua komoditas ini sudah sangat familiar diusahakan oleh sebagian besar petani di wilayah ini . Namun pengusahaannya barn sebatas usahatani monokultur . Untuk itu perlu diketahui tentang sejauh mana peluang penerapan inovasi teknologi integrasi tanaman jagung-sapi potong . Metoda penelitian menggunakan menggunakan pendekatan partisipatory rural appraisal (PRA). Wawancara dilakukan secara kelompok (15 orang) yang terdiri atas kelompok tani, PPL, pedagang, tokoh masyarakatladat dan aparat desa. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peluang penerapan inovasi teknologi integrasi tanaman jagung-sapi potong sangat memungkinkan untuk dilaksanakan, baik ditinjau dari aspek bio-fisik maupun sosial ekomoni masyarakat petani di lokasi penelitian maupun dari permasalahan yang dihadapi . Kata kunci : Peluang, integrasi, jagung, sapi potong, Kabupaten Tojo Una-Una
PENDAHULUAN Ketahanan pangan merupakan salah satu issue strategis dalam konteks pembangunan Negara berkembang, karena memiliki fungsi ganda (SIMATUPANG, 1999), yaitu : (a) salah satu sasaran utama pembangunan ; (b) salah satu instrument utama (tujuan antara) pembangunan ekonomi. Fungsi pertama merupakan fungsi ketahanan pangan sebagai prasyarat untuk terjaminnya akses pangan bagi semua penduduk . Akses terhadap pangan dalam jumlah yang memadai merupakan hak azasi manusia yang harus selalu dijamin oleh negara bersama masyarakat . Fungsi kedua merupakan implikasi dari fungsi ketahanan pangan sebagai syarat keharusan dalam pembangunan sumberdaya manusia yang kreatif dan produktif, dan sebagai determinan penting dalam mendukung lingkungan perekonomian yang stabil dan kondusif bagi pembangunan nasional . Sasaran ketahanan
154
pangan berwawasan agribisnis dapat dibangun dengan mengacu pada beberapa hal, diantaranya adalah sumberdaya alam, pengembangan komoditas unggulan daerah dan dukungan perdagangan antar daerah . Berkaitan dengan hal tersebut di atas, maka setiap daerah dituntut untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya lahan agar keberlanjutan produksi tetap terjaga. Untuk itu, diperlukan teknologi yang sesuai dengan karateristik lahan dan kondisi sosial ekonomi petani . Jagung merupakan salah satu komoditi yang memiliki peran yang cukup penting dan strategis dalam pembangunan nasional dan regional serta terhadap ketahanan pangan . Komoditi jagung pada dekade terakhir menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan, baik dari segi jumlahnya maupun dari segi kemanfaatannya . Dari segi jumlahnya Indonesia masih terus mengimpor karena produksi dalam negeri belum mencukupi (DAMARDJATI et al., 2005) . Kemudian dari
Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak
segi kemanfaatannya, jagung tidak lagi sebagai bahan makanan manusia dalam bentuk beras jagung, tetapi telah berkembang lebih jauh ke industri berbagai makanan jadi, bahkan jagung menjadi bahan pokok utama dalam pembuatan pakan ternak, yaitu minimal 50% dari jagung (DITJEN SEREALIA, 2003) . Di Kabupaten Tojo Una-Una Provinsi Sulawesi Tengah, sektor pertanian masih merupakan sektor unggulan dan menjadi tumpuan ekonomi masyarakat Kabupaten Tojo Una-Una, dimana kontribusi PDRB sektor ini 45,14% . Jagung merupakan salah satu komoditas utama dan unggulan daerah ini, namun produktivitas masih rendah, yakni 4,6 ton/ha . Hal ini disebabkan karena adanya hambatan teknis dan non teknis (sosial ekonomi petani) . Sementara untuk komoditas peternakan, sapi menempati urutan teratas dalam jumlah populasi yakni 18 .720 ekor (BPS KABUPATEN Two UNA-UNA, 2004) . Ini memberikan peluang terhadap penerapan inovasi teknologi integrasi tanaman jagung dan sapi . Karena dengan pola ini mampu menjamin keberlanjutan produktivitas lahan yang ada . Apalagi, di Kabupaten Tojo Una-Una, sebagian besar usahatani jagung dilakukan pada lahan kering . Pola integrasi ini dikenal sebagai crop-livestock system (CLS) dan dewasa ini sudah banyak dikembangkan diberbagai negara di Asia (DwIYANTO dan HARYANTO, 2003) . Beberapa hasil penelitian tentang pola integrasi tanaman dan ternak menunjukkan bahwa pada umumnya memberikan nilai tambah yang cukup besar . Penelitian yang dilakukan oleh DWIYANTO dan HARYANTO (2002) untuk pola integrasi padi dan sapi, mampu meningkatkan pendapatan petani hingga 100% . Di Bali, basil penelitian integrasi selain produktivitas lahan meningkat, juga pendapatan petani yakni hingga 119% (SUPRAPTO et al., 2002), sedangkan di Kalimantan Tengah mampu memberikan keuntungan yang jauh lebih besar yaitu Rp . 30 .056 .667,- dibandingkan pola petani sebesar Rp . 19 .045 .000,(AMIK dan BAMBANG, 2006), dan di Kalimantan Selatan mampu meningkatkan pendapatan petani hingga 78,16% (ENI et al., 2006) . Hal serupa juga dilakukan oleh SYAFRUDDIN et al. (2005) di Lembah Palu yang menunjukkan basil yang signifikan yakni adanya pertambahan bobot
sapi 0,53 kg per hari . Tulisan ini akan membahas peluang penerapan inovasi teknologi integrasi tanaman jagung dan ternak sapi di Kabupaten Tojo Una-Una berdasarkan potensi dan permasalahan yang ada. METODOLOGI Kegiatan pengkajian dilaksanakan di Desa Bongka Makmur Kecamatan Ulu Bongka Kabupaten Tojo Una Una. Penentuan lokasi ditentukan secara sengaja (Purposive sampling) dengan dasar pertimbangan bahwa wilayah ini merupakan daerah yang memiliki luasan pertanaman jagung yang besar dan petaninya sudah terbiasa menanam jagung dan memiliki ternak sapi . Pelaksanaan kegiatan dilakukan pads bulan Nopember 2006 . Metoda pendekatannya adalah dengan menggunakan participatory rural appraisal (PRA) . Data yang dikumpulkan terdiri atas data data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari basil wawancara semi struktural yang dilakukan secara kelompok (15 orang) yang merupakan perwakilan dari kelompok tani, pedagang, aparat desa, PPL dan tokoh masyarakat . Data sekunder adalah data yang dikumpulkan dan merupakan data penunjang berupa dokumendokumen ataupun pustaka lainnya yang diperoleh dari instansi terkait, maupun dari hasil-hasil penelitian yang berkaitan dengan maksud dan tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini . Data yang diperoleh ditabulasi dan dianalisa secara deskriptif. HASIL DAN PEMBAHASAN Karateristik bio-tisik lahan Desa Bongka Makmur terletak + 360 km dari Ibukota Provinsi Palu dengan jarak tempuh kurang lebih 10 jam menggunakan roda empat. Sedangkan jarak dari ibukota kabupaten + 30 km . Desa ini merupakan daerah eks transmigrasi yang mulai dibuka tahun 1996. Desa ini berada pada ketinggian + 40 m di atas permukaan laut dengan luas wilayah sebesar 9,90 km2 . Agroekosistem lahan di desa ini termasuk lahan kering dataran rendah iklim kering (LKDRIK) . Daerah ini
1 55
Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak
terdiri atas dataran banjir, dataran aluvial, dataran tektonik dan perbukitan tetonik dengan relif datar sampai berbukit (HIKMATULLAH et al., 2007). Walaupun lahan sesuai untuk pertumbuhan kebanyakan tanaman pangan dan perkebunan, namun akan mengalami kekurangan air cukup lama. Daerah ini termasuk rejim kelembaban tanah ustik dan mengalami defisit hampir sepanjang tahun, kecuali bulan Mei . Status hara P dan K umumnya tinggi, pH tanah tinggi dan kandungan bahan organik rendah . Hasil penilaian kesesuaian lahan yang dilakukan HIKMATULLAH et al. (2007) menunjukkan bahwa di desa Bongka Makmur kelas sangat sesuai mencakup luas 612 ha (26,35%) meliputi satuan lahan 2 dan 3 ; lahan cukup sesuai mencakup luas 200 ha (8,60%) terdiri atas satuan lahan 4 ; dan lahan sesuai marginal seluas 1 .513 ha (65,06%) terdiri atas satuan lahan 1 dan 5 . Faktor penghambat utama terdiri atas ketersediaan air, media perakaran, dan bahaya erosi . Perbaikan dan peningkatan
produktifitas lahan diarahkan pada pemenuhan kebutuhan air dan penerapan teknik pemupukan berimbang . Iklim Sumber air untuk pengairan komoditas pertanian berasal dari curah hujan . Berdasarkan data curah hujan bulanan selama 10 tahun (1992-2001) dari stasiun UPTD BKPPP Ulubongka, Desa Bongka Makmur termasuk dalam tipe D menurut Schmidt dan Fergusson dengan jumlah bulan basah 7 bulan tanpa bulan kering . Sedangkan menurut OLDEMAN dan DARMIYATI (1977) termasuk zona agroklimat B3 dengan jumlah bulan basah < 3 bulan dan bulan kering 5 bulan . Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Mei sebesar 168 mm dan terendah bulan November yakni sebesar 86 mm . Rata-rata penyebaran hujan di Desa Bongka Makmur dapat dilihat pada Gambar 1 .
Gambar 1 . Rata-rata sebaran curah hujan di Desa Bongka Makmur kurun waktu 10 tahun (1996-2005) Pola tanam Pola tanam yang umum dilakukan di desa Bongka Makmur adalah jagung jagungjagung dan jagung-jagung, tergantung pada ketersediaan air hujan. Tidak jarang kondisi pertanaman jagung kritis akibat rendahnya curah hujan sehingga produksi yang diperoleh hanya berkisar 1-2 ton/ha . Sedangkan bila curah hujan cukup, produksi yang diperoleh dapat men-capai 4,5 ton/ha. Hasil wawancara yang dilakukan, pola curah hujan di wilayah ini tidak menentu
156
sehingga sulit menentukan jadwal tanam . Penanaman dilakukan bila curah hujan sudah cukup banyak . Umumnya penanaman dilakukan pada bulan Maret/April (MT I) dan Nopember (MT II) . Pertanaman jagung tidak hanya menghasilkan tongkol, tetapi juga jerami/brangkasan . Hasil penelitian yang dilakukan ENI et al. (2006) menunjukkan bahwa produksi daun dan batang jagung dalam setiap hektarnya adalah 12,19 ton dan janggel 1 ton . Kedua limbah ini dapat digunakan sebagai bahan dasar pakan ternak dan bokasi . Selanjutnya, hasil penelitian
Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak
(2005a) menunjukkan bahwa hasil biomas segar jagung dengan jarak tanam 70 x 40 cm dengan 10 biji perlubang adalah 172,05 ton/ha . Sedangkan bila ditanam 2 biji per lubang akan menghasilkan biomas 105,10 ton/ ha dengan R/C 3,2 (AKIL, 2005b ). Bila pengusahaan jagung dilakukan 2 kali per tahun, berarti jerami yang dihasilkan menjadi 2 kali lipat . Ini berarti terdapat peluang ketersediaan pakan ternak sapi sepanjang tahun . Dibeberapa daerah di Jawa Tengah, D .I . Yogyakarta dan Jawa Timur, petani sudah biasa memanfaatkan dan menyimpan jerami untuk pakan ternak, baik sapi potong, sapi perah, maupun kerbau . Hal serupa juga dilakukan oleh banyak petani di Thailand, India dan Cina. Untuk keperluan yang sama, Jepang mengimpor jerami atau pucuk tebu . AKIL
Sistem pertanaman Hasil wawancara kelompok yang dilakukan saat pelaksanaan PRA, rata-rata petani belum melakukan tindakan budidaya sesuai anjuran . Komponen teknologi yang belum melakukan dilakukan oleh petani adalah pemupukan dan pengendalian hama dan penyakit . Petani masih menganggap lahan yang diusahakannya subur sehingga tidak perlu dilakukan pemupukan . Kenyataan yang ada produksi yang diperoleh dari tanaman jagung ± 4 ton/ha dengan harga terendah Rp . 850/kg dan tertinggi Rp . 1 .200/ kg. Ketergantungan akan benih hibrida (Bisi 2 dan C-7) merupakan fenomena yang terjadi pada petani di Desa Bongka Makmur . Sehingga tidak jarang, bila tiba saat tanam namun ketersediaan benih terbatas, maka hasil jagung sebelumnya digunakan kembali sebagai benih. Jumlah benih yang digunakan berkisar antara 15-20 kg/ha . Jarak tanam yang digunakan bervariasi yakni 80 cm x 20 cm atau 75 cm x 25 cm dengan jumlah benih perlubang 1 biji . Sedangkan untuk lahan yang berlereng, jarak tanam tidak beraturan dan belum mengikuti arah kontur . Untuk sistem pemeliharaan sapi potong, teknologi yang digunakan sudah cukup memadai dengan adanya tambahan mineral dan vitamin yang diberikan 2 kali setahun . Adanya bantuan tenaga PPL yang rutin melakukan penyuntikan pada sapi sehingga penyakit yang
ditimbulkan relatif sedikit yakni mencret . Potensi limbah ternak dan limbah pertanian cukup tersedia, namun belum dimanfaatkan sebagai sumber bahan organik . Hampir 80% petani di desa ini memiliki ternak sapi dan sudah menggunakan kandang pemeliharaan walaupun masih sangat sederhana. KONDISI SOSIAL EKONOMI Penduduk Penduduk Desa Bongka Makmur mayoritas suku Jawa, Bali, Ta', Gorontalo, Bugis, Lombok, Flores, Baree, Madura dan Sunda . Suku bangsa yang paling banyak adalah suku Jawa. Berdasarkan data BPS Kecamatan Ulubongka (2004), jumlah penduduk desa Bongka Makmur adalah 935 jiwa dengan 247 KK . Dari jumlah penduduk tersebut, porsi lakilaki sebanyak 529 jiwa dan perempuan 406 jiwa . Jumlah dusun 3 dengan kosentrasi penduduk berada pada dusun I dan 2 . Mata pencarian utama adalah petani (97%) dan sisanya pedagang, PNS dan lainnya . Sejak awal terbentuknya desa ini oleh Departemen Transminigrasi pada tahun 1996, penduduknya sudah terbiasa menanam jagung, selain itu tanaman kelapa. Namun luas dan populasi tanaman ini tidak seluas tanaman jagung . Ketersediaan sumber air besib, MCK dan penerangan Sumber air minum berasal dari PDAM (90%), sedangkan sisanya menggunakan sumur gali . Tingkat kepemilikan sarana sanitasi (MCK) masih rendah yakni 40 dan 60% menggunakan alam dan sungai . Sumber penerangan masyarakat berasal dari genset (30%) . Tingkat kepemilikan genset 10% dan umumnya menggunakan pelita. Sarana/infra struktur Sarana dan prasarana usahatani yang tersedia di Desa Bongka Makmur antara lain jalan usahatani dengan kondisi yang agak jelek karena bila curah hujan tinggi, jalan terkesan licin .
15 7
Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak
Akses ke Desa Bongka Makmur dapat ditempuh dengan jalan darat (melalui Kecamatan Marowo), namun hanya kendaraan jenis truk yang dapat masuk ke desa ini . Umumnya masyarakat menggunakan perahu/ rakit bermesin dengan biaya Rp . 1 .000, jika banjir maka biaya penyebrangan bertambah menjadi Rp . 2 .000 . Di desa ini belum ada pasar desa, sehingga dalam menjual produk pertanian harus keluar desa, yakni ke Kecamatan Marowo dan atau Ampana Kota . Dengan demikian, biaya produksi menjadi lebih besar . Kios saprodi juga belum tersedia, sehingga bila membutuhkan benih atau saprodi lain dengan cara memesan sesama petani yang kebetulan ke ibukota kecamatan atau kabupaten . Kelembagaan Kelembagaan yang ada di Desa Bongka Makmur sudah terbentuk yakni lembaga sosial kemasyarakatan seperti majelis taklim, majelis Darma Gita, karang taruna dan lembaga keagamaan lainnya . Selain itu juga, Badan Perwakilan Desa (BPD) dan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) . Di desa ini sudah pernah dibentuk koperasi namun macet, kelompok tani juga sudah ada, sekalipun pembinaan masih belum intensif . Pedagang pengumpul sudah ada di wilayah ini . Karena Tojo Una-Una merupakan kabupaten baru, maka sarana perbankan ditingkat kecamatan belum ada. BRI hanya ada di ibukota kabupaten, yakni di Ampana Kota. Akses petani terhadap bank formal ini sangat kecil . Kurangnya petani mengakses jasa bank formal ini disebabkan oleh banyaknya persyaratan yang harus dipenuhi oleh calon nasabah . Salah satu persyaratan yang dipandang berat berkaitan dengan anggunan . Keadaan lembaga permodalan non formal "pelepas uang" sangat sulit di deteksi karena yang meminjam dan yang memberi pinjaman merasa malu untuk mengatakan. Namun demikian, informasi tetap diperoleh dari beberapa informan, bahwa lembaga ini ada, baik dalam desa maupun di luar desa, tetapi jumlahnya secara pasti belum diketahui . Penguasaan lahan
15 8
Lahan yang ada di Desa Bongka Makmur merupakan lahan kering yang telah digunakan untuk pengembangan komoditas pertanian . Karena desa ini merupakan daerah eks transmigrasi, maka penguasaan lahan relatif sama yaitu 1'/2 ha lahan kebun dan '/z ha lahan pekarangan . Luas penguasaan maksimun 15 ha, yang dimiliki oleh kepala desa . Permasalahan petani Hasil wawancara kelompok yang dilakukan di Desa Bongka Makmur, maka permasalahan petani adalah sebagai berikut : • Keterbatasan modal usahatani . Rata-rata pemilikan modal relatif kecil yakni 200 - 750 ribu rupiah setiap musim tanam . Sehingga untuk menutupi kekurangan biaya, petani meminjam kepada teman petani lainnya . • Pengetahuan akan teknik budidaya (pemupukan dan pengendalian hama dan penyakit) yang dianjurkan belum sepenuhnya diketahui . • Informasi tentang varietas jenis komposit yang berpotensi produksi tinggi dan ketersediaannya belum diketahui petani, sehingga ketergantungan akan benih hibrida sangat tinggi . • Teknologi pembuatan bokasi asal jerami jagung belum diketahui . • Teknologi pengolahan jerami dan janggel jagung untuk pakan yang berkualitas belum diketahui . • Teknologi pemanfaatan kotoran trnak sebagai biogas belum diketahui . • Sistem pemasaran yang belum berjalan dengan baik, sehingga petani belum berada pada posisi tawar yang menguntungkan . Harga sangat ditentukan oleh pedagang pengumpul dan tengkulak . Lembaga pemasaran belum tersedia . KESIMPULAN Dengan melihat potensi dan permasalahan petani yang ada (bio-fisik dan social ekonomi) di Kabupaten Tojo Una-Una, khususnya Desa Bongka Makmur, maka peluang penerapan integrasi tanaman jagung-sapi potong sangat
Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak
memungkinkan Permasalahan
untuk yang
dihadapi
dilaksanakan . adalah
belum
diketahuinya teknologi pola integrasi-sapi potong, baik dalam hal budidaya maupun dalam pengolahan limbah pertanian dan ternak untuk berbagai tujuan dan kegunaan . Untuk dapat meningkatkan produktivitas lahan kering di Desa Bongka Makmur, utamanya lahan berbukit atau berlereng, maka perlu adanya upaya pembinaan petani dalam hal teknologi konservasi yang ramah lingkungan dan berkelanjutan .
DAFTAR PUSTAKA AKIL, M . 2005 a. Produksi biomas dan biji jagung pada lahan kering di Naibonat melalui pengaturan populasi dan jarak tanam. Pros. Seminar dan Lokakarya Nasional Jagung . Puslitbang Tanaman Pangan, Bogor . AKIL, M. 2005 b. Takaran dan cara pemberian pupuk kandang terhadap produksi biji serta biomas di lahan kering Gorontalo . Pros. Seminar dan Lokakarya Nasional Jagung . PuslitbangTanaman Pangan, Bogor. AMIK KRISMAWATI dan BAMBANG. 2006 . Kajian pola integrasi ternak dengan tanaman pangan di lahan kering Kalimantan Tengah . J, Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol. 9, No . 3 . Nopember 2006 . Hlm . 264-277 . BPS KABUPATEN Too UNA-UNA . 2004 . Kabupaten Tojo Una-Una dalam angka . Kerjasama Badan Pusat Statistik Kabupaten Poso dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Tojo Una-Una . DAMARDJATI, SUBANDI. I .K. KARIASA, ZUBACHTIRODIN, dan SANtA SAENONG . 2005 . Prospek dan arah pengembangan agribisnis jagung . Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, Jakarta, 51 h1m . DTTJEN SEREALIA . 2003 . Informasi dan peluang agribisnis jagung . Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Jakarta .
DWIYANTO, K. dan B . HARYANTO. 2002. Crop livestock system dalam mengakselerasikan produksi padi dan ternak. Makalah disampaikan pada Seminar IPTEK Padi, Pekan Padi Nasional di Sukamandi 4-5 Maret 2002 . Badan Litbang Pertanian, Jakarta . DwIYANTO, K . dan B . HARYANTO . 2003 . Integrasi ternak dalam usaha tanaman pangan . Makalah disampaikan pada Temu Aplikasi Paket Teknologi di BPTP Kalimantan Selatan, 8-9 Desember 2003 di Banjarbaru. HIKMATULLAH, M. AL-JABRI dan H. KUSNADI . 2007 . Identifikasi dan pengelolaan lahan pertanian mendukung Primatani di Desa Bongka Makmur, Kecamatan Ulu Bongka, Kabupaten Tojo Una-Una, Provinsi Sulawesi Tengah. Balit Tanah. Badan Litbang Pertanian, Jakarta. OLDEMAN, L.R, dan DARMIYATI, S . 1977 . The agroclimatic map of Sulawesi, Scale 1 : 2 .500.000 . Contr . Center. Res . Inst . Agric. Bulleti n No. 60. Bogor. ROHAENI, E .N ., N. AMALI, SUMANTO, DARMAWAN dan SUBHAN. 2006 . Pengkajian integrasi usahatani jagung dan ternak sapi di lahan kering Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan. J . Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol . 9(2) : 129-139. SIMATUPANG, P . 1999 . Kebijaksanaan produksi dan penyediaan pangan dalam rangka pemantapan sistem ketahanan pangan pada masa pemulihan perekonomian nasional . Bahan Diskusi Round Table Kebijaksanaan Pangan dan Gizi di Masa Mendatang . Kantor Menteri Negara Pangan dan Hortikultura . Jakarta, 23 Juni 1999. SUPAPTO, I .G.K ., DANA ARSANA, RUBIYO dan N . ADIJAYA . 2002. Pengkajian sistem usahatani terpadu di lahan kering Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Bali . Makalah disampaikan pada Seminar dan Ekspose Teknologi Spesifik Lokasi di Badan Litbang Pertanian. Jakarta 12 - 13 Agustus 2002 . SYAFRUDDIN, SAIDAH, CHATIJAH, F.F. MUNIER dan M . TAKDIR. 2005 . Rakitan teknologi budidaya terintegrasi tanaman jagung dengan ternak pada lahan kering di Lembah Palu Sulawesi Tengah. Kerjasama Balitbangda Sulawesi Tengah dengan BPPT .
159