BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Internet Secara harafiah, internet (kependekan dari interconnected-networking) ialah rangkaian computer yang terhubung di dalam beberapa rangkaian. Manakala Internet (huruf 'I' besar) ialah sistem komputer umum, yang berhubung secara global dan menggunakan TCP/IP sebagai protokol pertukaran paket (packet switching communication protocol). Rangkaian internet yang terbesar dinamakan Internet. Cara menghubungkan rangkaian dengan kaedah ini dinamakan internetworking.
Internet dijaga oleh perjanjian bi- atau multilateral dan spesifikasi teknikal (protokol yang menerangkan tentang perpindahan data antara rangkaian). Protokolprotokol ini dibentuk berdasarkan perbincangan Internet Engineering Task Force (IETF), yang terbuka kepada umum. Badan ini mengeluarkan dokumen yang dikenali sebagai RFC(Request for Comments). Sebagian dari RFC dijadikan Standar Internet (Internet Standard), oleh Badan Arsitektur Internet (Internet Architecture Board - IAB). Protokol-protokol internet yang sering digunakan adalah seperti, IP, TCP, UDP, DNS, PPP, SLIP, ICMP, POP3, IMAP, SMTP, HTTP, HTTPS, SSH, Telnet, FTP, LDAP, dan SSL.
Beberapa layanan populer di internet yang menggunakan protokol di atas, ialah email/surat elektronik, Usenet, Newsgroup, berbagi berkas (File Sharing), WWW (World Wide Web), Gopher, akses sesi (Session Access), WAIS, finger, 6
7
IRC, MUD, dan MUSH. Di antara semua ini, email/surat elektronik dan World Wide Web lebih kerap digunakan, dan lebih banyak servis yang dibangun berdasarkannya, seperti milis(Mailing List) dan Weblog. Internet memungkinkan adanya servis terkini (Real-time service), seperti web radio, dan webcast, yang dapat diakses di seluruh dunia. Selain itu melalui internet dimungkinkan untuk berkomunikasi secara langsung antara dua pengguna atau lebih melalui program pengirim pesan singkat sepertiCamfrog, Pidgin (Gaim), Trilian, Kopete, Yahoo! Messenger, MSN Messenger dan Windows Live Messenger.
Beberapa servis Internet populer yang berdasarkan sistem tertutup (Proprietary System), adalah seperti IRC, ICQ, AIM, CDDB, danGnutella.
2.2 ASP.NET 2.2.1 ASP.NET Web Controls Pemakaian jenis kendali / kontrol yang berbeda adalah cara terbaik untuk mengetahui fungsi-fungsi daripada kontrol tersebut, karena apabila kita menambahkan suatu kontrol yang sederhana saja ke dalam suatu baris pada suatu halaman ASP.NET, kita sebenarnya sudah menambahkan banyak fungsi-fungsi yang tersembunyi didalamnya. ASP.NET mengkategorikan Web control menjadi empat kategori : -
Basic controls: Kelompok ini berisi kontrol-kontrol yang dasar sekali karena mempunyai unsur-unsur HTML, tetapi tetap diproses di server. Contohnya kontrol Button, CheckBox, dan TextBox, dimana
8
didalamnya terdapat Text, Font, ForeColor, and Visible properties, dan lain sebagainya. -
Data-list
controls
:
Kontrol-kontrol
ini
menampilkan data dari suatu sumber data,
digunakan
untuk
sebagai contoh,
DataGrid dan DataList control. -
Rich control : Kontrol-kontrol ini tidak memiliki langsung bagian daripada komponen HTML. seperti Kontrol pada penanggalan yang terdiri dari komponen-komponen ganda.
-
Validation
control
:
Kontrol-kontrol
ini
digunakan
untuk
memastikan bahwa suatu kata sandi dimasukkan secara benar kedalam textboxes, karena hanya data yang valid yang dapat masuk kedalam database server .
2.2.2 HTML Server Controls HTML server kontrol adalah tag atau bahasa HTML yang sederhana dengan suatu atribut runat="server", yang memungkinkan para pemrogram untuk mengakses mereka secara programmatically seperti pada Web control. HTML server kontrol memiliki keuntungan dibandingkan dengan Web control diantaranya : -
Para perancang web yang berasal dari ASP3 atau berlatar belakang yang sama dapat menggunakan style atau bentuk HTML .
9
-
Para perancang web juga dapat mengkonversi tag-tag HTML yang ada menjadi HTML server kontrol dengan mudah. Seperti Web control, HTML server kontrol juga mempunyai
bermacam-macam fitur di dalamnya : -
Programmatic Object Model: HTML server kontrol dapat diakses secara programmatically di server. setiap HTML server kontrol adalah suatu obyek dan anda dapat mengakses berbagai propertinya serta dapat menetapkan mereka didalam metode anda.
-
Event Processing: HTML server kontrol menyediakan suatu mekanisme untuk menulis event handlers di dalamnya seperti clientbased form. Satu-satunya perbedaannya adalah bahwa karena pengkodingan event itu ditulis di dalam server.
-
Automatic Value Caching: Ketika data form ditempatkan/diposkan ke server, nilai-nilai yang si pengguna masukkan ke HTML server kontrol secara otomatis akan disimpan /dipertahankan ketika halaman itu dikembalikan kepada browser. Sihir di balik kemampuan ini adalah hasil dari suatu properti yang disebut ViewState
-
Custom Attributes: Anda dapat menambahkan setiap atribut yang anda perlukan pada HTML server kontrol.
-
Validation:
Anda
dapat
memberikan
suatu
kontrol
validasi/pengesahan ASP.NET didalam HTML server kontrol.
10
2.2.3 HTML Server Controls dengan Web Controls Microsoft sudah menyediakan dua kategori yang berbeda dari server control yaitu HTML dan Web control, dimana kedua-duanya mempunyai kemampuan yang hampir sama. Anda mungkin agak sedikit bingung untuk memilih salah satu kontrol yang akan anda gunakan dalam pembuatan web anda. Jawabannya sangatlah mudah ; anda pakai saja kedua-duanya agar hasil dari penggabungan kontrol tersebut menjadi lebih sempurna, karena didalam pembuatan web pada ASP.Net tidak harus menggunakan satu jenis kontrol saja. Tetapi tetap saja ada beberapa perbedaan-perbedaan yang jelas antara kontrol-kontrol ini yang anda harus tahu ketika anda akan membuat/mengembangkan halaman-halaman ASP.NET anda :
Jenis Kontrol
ASPNET Web Control
HTML Server Control KETERANGAN
Control Abtractions
Html server control menyediakan ASP.Net Web maping satu-satu sesuai dengan Control tidak bahasa Html. memerlukan maping secara langsung terhadap kontrol html yang sudah ada.
Object Model
Html server control menggunakan objek model Html-centric. Sebagai tambahan atribut dari html disarankan tidak diketik, jadi anda dapat menset
. Ini akan dikirim ke browser, tapi browser akan membaca lebar yang standar.
ASP.Net Web Control menyediakan model pemrograman yang konsisten dan aman. Jadi apabila anda bekerja didalam Web Matrix atau visual studio dan anda ingin merubah propertisnya maka akan error.
11
Target Browser
Html server control tidak bisa secara otomatis mendeteksi kemampuan browser sewaktu meloading halaman. Jadi anda harus memastikan sendiri browser apa yang cocok dengan control html anda gunakan.
ASP.Net Web Control secara otomatis dapat mendeteksi kemampuan browser sewaktu meloading halaman.
How the Control Renders
Html server control menyediakan anda control lengkap melebihi apa yang anda butuhkan dan dikirim ke browser client.
ASP.Net Web kontrol menyediakan terminologi pemisahan tentang bagaimana kontrol dapat merubah atau mengedit.
Tabel 2.1 ASP.NET 2.3 Eight Golden Rules (Delapan Aturan Emas) Untuk meningkatkan kegunaan dari sebuah aplikasi yang penting untuk memiliki antarmuka yang dirancang dengan baik. "Eight Golden Rules of Interface Design" adalah panduan untuk desain interaksi yang baik (Shneiderman's, 1998). 1. Berusahalah untuk konsistensi. Konsisten urutan tindakan harus diminta dalam situasi yang mirip; identik terminologi yang harus digunakan untuk prompt, menu, dan membantu layar; dan perintah konsisten harus diterapkan di seluruh. 2. Aktifkan pengguna yang sering menggunakan cara pintas. Sebagai frekuensi penggunaan meningkat, begitu juga keinginan pengguna untuk mengurangi jumlah interaksi dan untuk meningkatkan kecepatan
12
interaksi. Singkatan, tombol fungsi, perintah tersembunyi, dan fasilitas makro sangat membantu untuk pengguna ahli. 3. Penawaran informatif umpan balik. Untuk setiap tindakan operator, harus ada sistem umpan balik. Untuk sering dan tindakan kecil, dapat respons sederhana, sedangkan untuk jarang dan tindakan-tindakan besar, respons harus lebih besar. 4. Desain dialog untuk menghasilkan penutupan. Urutan tindakan harus diatur dalam kelompok-kelompok yang memiliki awal, tengah, dan akhir. Umpan balik yang informatif pada penyelesaian tindakan sekelompok operator memberikan kepuasan prestasi, rasa lega, sinyal untuk menurunkan rencana kontingensi dan pilihan dari pikiran mereka, dan suatu indikasi bahwa cara yang jelas untuk mempersiapkan kelompok berikutnya tindakan. 5. Tawarkan penanganan kesalahan yang sederhana. Sebanyak mungkin, desain sistem sehingga pengguna tidak dapat membuat kesalahan yang serius. Jika melakukan kesalahan, sistem harus mampu mendeteksi kesalahan dan menawarkan sederhana, dapat dipahami mekanisme untuk menangani kesalahan. 6. Izin tindakan pembalikan mudah. Fitur ini mengurangi kecemasan, karena pengguna tahu bahwa kesalahan dapat dibatalkan atau dikembalikan ke posisi sebelum melakukan tindakan tersebut.
13
7. Support lokus kontrol internal. Operator berpengalaman keinginan kuat arti bahwa mereka bertanggung jawab atas sistem dan bahwa sistem menanggapi tindakan mereka. Desain sistem untuk membuat pengguna pemrakarsa tindakan bukan penanggap. 8. Mengurangi memori jangka pendek beban. Keterbatasan pemrosesan informasi manusia dalam jangka pendek memerlukan memori yang menampilkan tetap sederhana, menampilkan beberapa
halaman
dapat
dikonsolidasikan,
jendela-gerak
frekuensi
dikurangi, dan waktu pelatihan yang memadai akan dialokasikan untuk kode, mnemonic, dan urutan tindakan. 2.4 Rekayasa Piranti Lunak Rekayasa piranti lunak adalah pengembangan dan penggunaan prinsip pengembangan software yang dapat diterapkan sesuai kebutuhan dalam sebuah mesin (Pressman, 2001, pp 28-30). Rekayasa piranti
lunak
adalah
sebuah
proses yang dapat
memecahkan masalah- masalah dari pengguna dengan cara sistematis yang berkembang dan evolusi yang luas, kualitas sistem software
yang tinggi
sampai dengan harga, waktu dan batasan lainnya (Timothy Lethbridge, 2001, p5).
14
Rekayasa piranti lunak dalam paradigma yang sering digunakan adalah Classic Life Cycle atau sering disebut Waterfall Model.
System Engineering Analysis Design Code Testing Maintenance
Gambar 2.1. The classic life cicyle – water fall model (Presman, 1992, p25) Waterfall model ini merupakan sebuah pendekatan yang terdiri dari bagian-bagian proses yang meliputi satu kesatuan untuk melakukan pendekatan kepada perangkat lunak. Meliputi aktivitas-aktivitas sebagai berikut: 1. Rekayasa dan Pemodelan Sistem (System Engineering) Adalah sebuah tahapan persiapan elemen-elemen yang penting seperti elemen manusia, perangkat keras dan database. 2. Analysis Proses pengumpulan data yang berhubungan dengan berfokuskan pada perangkat lunak yang diperlukan dari fitur-fitur yang dibutuhkan.
15
3. Design Proses design sebenarnya suatu proses yang melakukan struktur data, arsitektur perangkat lunak. Representasi, interface dan detail (algoritma) prosedural. 4. Coding Design yang telah dibuat harus diterjemahkan lagi ke dalam bahasa mesin agar dapat diproses. 5. Testing Setelah coding dibuat dan digabungkan dengan design dan dilakukan tahapan uji coba untuk melihat bagaimana proses yang dirancang apakah sesuai dengan hasil yang dibutuhkan.Apabila tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan maka kembali ke tahapan-tahapan sebelumnya yang perlu diperbaiki. 6. Maintenance (Pemeliharaan) Perangkat lunak yang telah ada akan mengalami perubahan setelah digunakan. Perubahan ini akan terjadi karena kesalahan-kesalahan yang terjadi untuk itu perangkat lunak disesuaikan dengan perubahan lingkungan sampai dengan pembuatan perangkat lunak yang baru. 2.5 UML UML menyediakan beberapa notasi dan artifact standar yang bisa digunakan sebagai alat komunikasi bagi para pelaku dalam proses analisis dan
16
design. Artifact didalam UML didefinisikan sebagai informasi dalam bentuk yang digunakan atau dihasilkan dalam proses pengembangan perangkat. Yang harus diperhatikan untuk menjaga konsistensi antar artifact selama proses analisis dan design adalah bahwa setiap perubahan yang terjadi pada satu artifact harus juga dilakukan pada artifact sebelumnya. Diagram-diagram pada UML: -
Use Case Diagram Use Case menunjukan hubungan interaksi dari actors dan use cases di dalam suatu sistem (Mathiassen, 2000, p343). Bertujuan untuk menentukan bagaimana actors berinteraksi dengan sebuah sistem. Actor merupakan orang atau sistem lain yang berhubungan dengan suatu sistem. Ada 3 simbol yang mewakili komponen sistem, yaitu
System Boundary
Actor
Use Case
Gambar 2.2 Simbol Use Case Ada 5 hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan use case diagram (Schneider dan Winter, 1997, p26):
17
1. Actor Merupakan
pengguna
yang
berhubungan
dengan
sistem
dan
melaksanakan use case yang terkait. 2. Precondition Merupakan kondisi awal yang harus dimiliki actor untuk masuk ke sistem untuk terlibat dalam suatu use case. 3. Postcondition Merupakan kondisi akhir atau hasil apa yang akan diterima oleh actor setelah menjalankan suatu use case. 4. Flow of events Merupakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada sebuah proses use case. 5. Alternative path Merupakan kegiatan yang memberikan serangkaian kejadian berbeda yang digunakan dalam flow of events. -
Sequence Diagram Menurut Whitten (2004, p418), sequence diagram secara grafis menggambarkan bagaimana objek berinteraksi satu sama lain melalui pesan pada eksekusi sebuah use case atau operasi. Diagram ini mengilustrasikan bagaimana pesan terkirim dan diterima diantara objek dan dalam urutan apa.
18
Sequence Diagram biasa digunakan untuk menggambarkan skenario atau rangkaian langkah-langkah yang dilakukan sebagai respons dari sebuah event untuk menghasilkan output tertentu. Masing-masing objek, termasuk aktor, memiliki lifetime vertikal. Message digambarkan sebagai garis berpanah dari satu objek ke objek lainnya. Simbol –simbol yang digunakan dalam suatu sequence diagram yaitu: Actor
Object lifetime
Activation
. Message Return Stop
Gambar 2.3 Simbol-simbol pada Sequence Diagram -
Entity Relationship Diagram Entity Relationship Diagram (ERD) mengilustrasikan struktur logika dari
basis data ERD. ERD menggunakan sejumlah notasi dan simbol untuk menggambarkan struktur dan hubungan antar data, pada dasarnya ada 3 macam simbol yang digunakan, yaitu: 1. Entity
19
Adalah suatu objek yang dapat diidentifikasi dalam lingkungan pemakai, sesuatu yang penting bagi pemakai dalam konteks sistem yang akan dibuat. Entity digambarkan dalam bentuk persegi empat. 2. Atribut Entiti mempunyai elemen yang disebut atribut, dan berfungsi mendeskripsikan karakter entiti. Setiap ERD bisa terdapat lebih dari satu atribut. Atribut digambarkan dalam bentuk elips.
Atribut 1
Item
Atribut 2
Gambar 2.4 ERD Atribut
3. Relationship (Hubungan) Sebagaimana halnya entiti maka dalam hubunganpun harus dibedakan antara hubungan atau bentuk hubungan antar entiti dengan isi dari hubungan itu sendiri. Jenis-jenis hubungan:
20
-
one to one (satu ke satu)
-
one to many (satu ke banyak)
2.6 Man Hour Control 2.6.1 Pengukuran Kerja (Work Measurement) Yang dimaksud dengan pengukuran kerja di sini adalah pengukuran waktu kerja (time study) suatu aktivitas untuk menentukan waktu yang dibutuhkan oleh seorang operator (yang memiliki skill rata-rata dan terlatih baik) dalam melaksanakan sebauh kegiatan kerja dalam kondisi dan tempo normal. (Wignjosoebroto, 2003, p130). Tujuan dari sistem pengukuran kerja adalah untuk menentukan waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk melakukan sebuah pekerjaan oleh operator terlatih untuk melakukan suatu pekerjaan jika ia harus melakukannya selama 8 jam dalam sehari, pada kondisi kerja yang biasa, dan bekerja dalam kecepatan normal. Waktu ini disebut dengan waktu standar. Penelitian kerja dan analisis metode kerja pada dasarnya akan memusatkan perhatian pada bagaimana suatu macam pekerjaan akan diselesaikan. Dengan menerapkan prinsip dan teknik pengaturan tata cara kerja yang optimal dalam sistem kerja tersebut, maka akan diperoleh alternatif pelaksanaan kerja yang dapat memberikan hasil yang terbaik. Suatu pekerjaan yang diselesaikan secara efisien apabila waktu penyelesaiannya berlangsung paling singkat. Untuk menghitung waktu baku
21
(standard time) penyelesaian pekerjaan guna memilih alternatif metode kerja yang terbaik, maka perlu menerapkan prinsip-prinsip dan teknikteknik pengukuran kerja (work measurement atau time study). Pengukuran waktu kerja ini akan berhubungan dengan usahausaha untuk menetapkan waktu baku yang dibutuhkan dalam penyelesaian suatu pekerjaan. Secara singkat pengukuran kerja adalah metode penetapan keseimbangan antara aktivitas manusia yang disumbangkan dengan unit yang dihasilkan. Waktu baku ini sangat diperlukan terutama untuk : •
Man power planning (perencanaan kebutuhan tenaga kerja)
•
Estimasi biaya-biaya upah karywan/pekerja
•
Penjadwalan produksi dan pembuatan anggaran
•
Perencanaan sistem pemberian bonus dan insentif bagi karyawan / pekerja yang berprestasi
•
Indikasi keluaran (output) yang mampu dihasilkan oleh seorang pekerja. (Wingjosoebroto, 2003, p170). Waktu baku ini merupakan waktu yang dibutuhkan oleh seorang
pekerja yang memiliki tingkat kemampuan rata-rata untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Di sini sudah meliputi kelonggaran waktu yang diberikan dengan memperhatikan situasi dan kondisi pekerjaan yang harus diselesaikan tersebut. Waktu baku merupakan waktu yang dibutuhkan oleh seorang operator yang memiliki tingkat kemampuan rata-rata untuk menyelesaikan
22
pekerjaan. Waktu baku di sini sudah memperhitungkan adanya kelonggaran waktu yang diberikan dengan memperhatikan situasi kondisi pekerjaan yang harus diselesaikan tersebut. (Sritomo Wingjosoebroto, 2003, p170). Waktu baku yang dihasilkan dalam aktivitas pengukuran kerja ini digunakan sebagai alat untuk membuat rencana penjadwalan kerja yang menyatakan berapa lama suatu kegiatan itu harus berlangsung dan berapa output yang akan dihasilkan serta berapa jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Teknik-teknik pengukuran waktu dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar yaitu : 1. Pengukuran kerja secara langsung Pengukuran dilakukan secara langsung pada tempat dimana pekerjaan yang diukur dijalankan. Dua cara yang digunakan di dalamnya adalah dengan menggunakan jam henti (stopwatch time-study) dan sampling kerja (work sampling). 2. Pengukuran kerja secara tidak langsung. Pengukuran dilakukan secara tidak langsung oleh pengamat. Pengamat melakukan pengukuran dengan membagi elemen-elemen kerja yang ada kemudian membaca waktu berdasarkan tabel waktu. Pengukuran waktu kerja dilakukan dengan melakukan analisis berdasarkan perumusan serta berdasarkan data-data waktu yang tersedia. Pengukuran waktu secara tidak langsung dapat dilakukan dengan menggunakan data waktu baku dan dengan menggunakan data waktu
23
gerakan seperti The Work Factor System, Method Time Measurement, Basic Motion Time Study dan sebagainya. Pemilihan pengukuran waktu kerja ini harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi yang berjalan, karena masing-masing pengukuran waktu kerja ini memiliki tujuan dan karakteristik yang harus dimengerti. Pemilihan metode yang kurang tepat dapat menyebabkan kehilangan waktu, sehingga diperlukan pengukuran tambahan atau pengukuran ulang dengan metode yang lebih tepat. Secara garis besar urutan pengukuran waktu kerja dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.5. Urutan pengukuran waktu kerja 2.6.2 Pengukuran Kerja Langsung Pengukuran waktu kerja dengan stopwatch ini diperkenalkan pertama kali oleh Frederick W. Taylor sekitar abad 19. Metode sangat baik untuk diaplikasikan pada pekerjaan yang berlangsung singkat dan berulangulang. Dari hasil pengukuran akan didapatkan waktu baku untuk menyelesaikan suatu siklus pekerjaan, dimana waktu ini dipergunakan sebagai standar bagi semua pekerja dalam melaksanakan pekerjaan.
24
Langkah-langkah
sistematis
dalam
melakukan
aktivitas
pengukuran waktu baku adalah sebagai berikut : •
Definisi pekerjaan yang akan diteliti untuk diukur waktunya dan beritahukan maksud dan tujuan pengukuran ini kepada pekerja yang dipilih untuk diamati dan supervisor yang ada.
•
Catat semua informasi yang berkaitan erat dengan penyelesaian pekerjaan seperti layout, karakteristik/spesifikasi mesin atau peralatan kerja lain yang digunakan.
•
Bagi operasi kerja dalam elemen-elemen kerja sedetail-detailnya tapi masih dalam batas-batas kemudahan untuk pengukuran waktunya.
•
Amati,ukur, dan catat waktu yang dibutuhkan oleh operator untuk menyelesaikan elemen-elemen kerja tersebut.
•
Tetapkan jumlah siklus kerja yang diukur dan dicatat. Teliti apakah jumlah siklus kerja yang dilaksanakan ini sudah memenuhi syarat atau tidak? Test pula keseragaman data yang diperoleh.
•
Tetapkan rate of performance dari operator saat melaksanakan aktivitas kerja yang diukur dan dicatat waktunya tersebut. Rate of performance ini ditetapkan untuk setiap elemen kerja yang ada dan hanya ditujukan untuk performance operator. Untuk elemen kerja yang secara penuh dilakukan oleh mesin maka performance dianggap normal (100%).
•
Sesuaikan waktu pengamatan berdasarkan performance kerja yang ditujukan oleh operator tersebut sehingga akhirnya diperoleh waktu kerja normal.
25
•
Tetapkan kelonggaran waktu (allowance time) guna memberikan fleksibilitas. Waktu longgar yang akan diberikan ini guna menghadapi kondisi-kondisi seperti kebutuhan personil yang bersifat pribadi, faktor kelelahan, keterlambatan material, dan lain-lainnya.
•
Tetapkan waktu kerja baku (standard time) yaitu jumlah total antara waktu normal dan waktu kelonggaran. Berdasarkan langkah-langkah di atas terlihat bahwa pengukuran
kerja dengan stopwatch ini merupakan cara pengukuran obyektif karena waktu yang ditetapkan berdasarkan fakta yang terjadi dan tidak hanya berdasarkan estimasi yang bersifat subyektif. Asumsi-asumsi yang digunakan dalam pengukuran waktu kerja : •
Metode dan fasilitas untuk menyelesaikan pekerjaan harus sama dan distandarisasi terlebih dahulu sebelum kita mengaplikasikan waktu baku untuk pekerjaan yang serupa.
•
Operator harus memahami prosedur dan metode pelaksanaan kerja sebelum dilakukan pengukuran kerja. Operator yang akan diamati untuk pengukuran waktu baku diasumsikan memiliki tingkat keterampilan dan kemampuan yang sama untuk pekerjaan tersebut.
•
Kondisi lingkungan fisik pekerjaan juga relatif tidak jauh berbeda dengan kondisi fisik pada saat pengukuran kerja dilakukan.
•
Performance kerja mampu dikendalikan pada tingkat yang sesuai untuk seluruh periode kerja yang ada. Prosedur pelaksanaan dan peralatan yang digunakan dalam
pengukuran waktu kerja berdasarkan stopwatch adalah :
26
1. Penetapan tujuan pengukuran Dalam pengukuran kerja, hal-hal penting yang harus diketahui dan ditetapkan
adalah
untuk
apa
hasil
pengukuran
tersebut
akan
dimanfaatkan dalam kaitannya dengan proses produksi. 2. Persiapan awal pengukuran waktu kerja Persiapan awal pengukuran waktu kerja adalah mempelajari kondisi kerja dan metode kerja kemudian memperbaikinya dan melakukan standarisasi. Setelah itu langkah berikutnya adalah memilih operator yang memiliki kemampuan rata-rata dan mau diajak bekerja sama dalam pengukuran waktu ini. Pemilihan operator dengan kemampuan rata-rata dimaksudkan agar waktu baku yang dihasilkan nantinya dapat dicapai oleh semua operator yang ada. 3. Pengadaan kebutuhan alat-alat pengukuran kerja Peralatan yang dibutuhkan untuk aktivitas pengukuran kerja dengan stopwatch adalah stopwatch, lembar pengamatan (time study form), papan pengamatan (time study board), alat-alat tulis, dan alat penghitung (calculator). Pengadaan alat-alat ini dibutuhkan untuk pengamatan dan pencatatan waktu pengamatan untuk setiap elemen kerja dalam sebuah siklus proses operasi. Jumlah waktu tiap elemen kerja adalah waktu total yang dibutuhkan dalam sebuah siklus kerja. 2.6.3 Pembagian Operasi Menjadi Elemen-Elemen Kerja Pembagian operasi menjadi elemen-elemen kerja dilakukan agar setiap elemen kerja yang ada dapat dengan mudah diukur. Pembagian ini
27
tidak hanya pada elemen saja namun juga memisahkan antara elemen kerja yang bersifat berulang dan tidak berulang dalam suatu siklus operasi. Pemisahan ini bertujuan untuk menganalisa apakah waktu tiap elemen kerja yang ada berlebihan atau tidak. Dengan demikian analisa yang dihasilkan lebih tepat dan adanya varian dalam pengukuran dalam diketahui. Aturan dalam pembagian operasi kerja ke dalam elemen-elemen kerja adalah sebagai berikut : •
Elemen-elemen kerja yang ada dibuat sedetail mungkin dan sependek mungkin akan tetapi masih mudah untuk diukur waktunya dengan teliti.
•
Handling time seperti loading dan unloading harus dipisahkan dari machining time. Handling ini merupakan aktivitas pekerjaanpekerjaan yang dilakukan secara manual oleh operator dan aktivitas pengukuran kerja harus dalam kondisi berkonsentrasi. Karena hal ini nantinya berhubungan dengan performance rating.
•
Elemen-elemen kerja yang konstan harus dipisahkan dengan elemen kerja yang variabel. Elemen kerja yang konstan disini adalah elemen-elemen yang bebas dari pengaruh ukuran, berat, panjang, ataupun bentuk dari benda kerja yang dibuat.
2.6.4 Melakukan Pengukuran Waktu Pengukuran waktu adalah aktivitas mengamati dan mencatat waktu-waktu kerja baik setiap elemen maupun siklus dengan menggunakan
28
alat-alat yang telah disiapkan. Pengukuran pendahuluan dilakukan dengan mengukur waktu-waktu dengan jumlah yang ditentukan oleh pengukur. 2.6.5
Cara Pengukuran dan Pencatatan Waktu Kerja Beberapa metode umum yang digunakan untuk mengukur waktu
pada elemen-elemen kerja dengan menggunakan stopwatch yaitu : •
Pengukuran waktu secara terus menerus (continious timing) Pengukuran waktu ini dilakukan ketika elemen kerja pertama dimulai dan dan berakhir ketika suatu siklus kerja berakhir.
•
Pengukuran waktu secara berulang-ulang (repetitive timing) Pengukuran waktu ini dilakukan dengan secara berulang-ulang dimana setelah setiap elemen kerja selesai diamati maka jarum penunjuk stopwatch dikembalikan ke angka nol.
•
Pengukuran waktu secara penjumlahan (accumulative timing) Pengukuran waktu ini dilakukan dengan menggunakan dua atau lebih stopwatch yang akan bekerja secara bergantian. Waktu yang dihasilkan dari pengukuran ini lebih dari satu sehingga setiap elemen kerja yang berurutan dapat diukur sekaligus.
2.6.6 Menentukan Jumlah Pengukuran dan Waktunya Menentukan jumlah pengukuran waktu awal. Pada umumnya untuk pengukuran awala adalah 10-30 pengukuran. Hasil pengukuran yang didapatkan dapat dibagi ke dalam sub grup, setelah itu menghitung rata-rata sub grup dengan rumus :
29 n
X =
∑ Xi
atau X =
i =1
k
∑X k
Dimana :
∑X
= Jumlah semua nilai X1, X2, X3,..., Xn (detik)
k
= Jumlah data
2.6.7 Menentukan Standar Deviasi Setelah harga rata-rata sub grup diketahui, kemudian mencari nilai standar deviasi. Dengan demikian, standar deviasi dirumuskan sebagai berikut :
S=
∑(X − X )
2
n −1
Dimana : S = Standar deviasi n = jumlah sub grup X = waktu rata-rata sub grup (detik) X = Waktu rata-rata dari waktu rata-rata sub grup (detik)
Konsep: Man hours total jam yang digunakan untuk bekerja dalam satu hari. Man hours production adalah jam yang digunakan secara efektif dalam kegiatan produksi.
30
Man hours total = 8 jam Man hours production = 7, 35 (455 minutes)--- 25 minutes for HALO times. Efisiensi Man Hours Production dilihat dari man hours production diluar jam man hours non production/unit ---- dibandingkan dengan Standard Man Hours per unit. Untuk memperoleh data mengenai kinerja Man Hours produksi untuk menganalisa MH/Unit, maka diperlukan Man Hours daily control. Metode daily control: Daily control dilaksanakan setiap hari oleh PIC di jalur produksi (dalam hal ini yang bertanggung jawab terhadap data adalah foreman). Metode pengumpulan data adalah dengan melalui pengisian form MH Control yang dilaksanakan oleh masih masing foreman). Di dalam form tersebut, Foreman melakukan klasifikasi data man hours yang terjadi pada hari tersebut.
Kode job Item A1. Prod. Di Cost Center sendiri jam kerja normal A2. Prod. Di Cost Center sendiri jam kerja overtime B1. Prod. Di Cost Center lain jam kerja normal B2. Prod. Di Cost Center lain jam kerja normal CI. Repair production jam kerja normal C2. Repair production jam kerja overtime D1. Logistic production jam kerja normal D2. Logistic production jam kerja overtime E1. Inspection production jam kerja normal
31
E2. Inspection production jam kerja overtime F1. Pengawasan (Supervising) jam kerja normal F2. Pengawasan (Supervising) jam kerja overtime G. Project H. Training / Skill Up I. QCC & Idle J. Repair & Maintence K. 5R % lain - lain LT. Late KS. Line Stop LV. Leaving
Keterangan : B1 = Produksi di jalur produksi dibantu selama jam kerja overtime B2 = Produksi di jalur produksi dibantu selama jam kerja overtime C1 = Repair produk di jam kerja normal C2 = Repair produk di jam kerja overtime D1 = Logistic yang direct support di jalur produksi di jam kerja normal D2 = Logistic yang direct support di jalur produksi di jam kerja overtime F1 = Pengawasan oleh group leader dan Foreman di jam kerja normal F2 = Pengawasan oleh group leader dan Foreman di jam kerja overtime G = Semua jam kerja untuk project normal/overtime H = Semua jam kerja untuk training/skill up baik normal/overtime I = Semua jam kerja untuk qcc/ide baik jam normal/overtime J = Semua jam kerja untuk maintence jalur baik jam normal/overtime
32
K = Semua jam kerja untuk 5R & kain jalur baik jam normal/overtime L = Untuk mencatat jam kerja karyawan yang terlambat LS = Untuk mencatat jam jalur produksi berhenti LV = Untuk mencatat jam karyawan yang meninggalkan tempat kerja Notes : A = Diisi tanggal, bulan, dan tahun kondisi man Hour tercatat B = Diisi kode cost centre ( 7digit) C = Diisi kode unit (11 unit) Kode cost centre = kode yang mengkarateristikan jalur produksi dimana man hour tercatat. Kode ini untuk memudahkan pengisian oleh operasional. Kode Unit = kode yang mengkarateristikan jalur produksi dimana man hour tercatat. Kode ini untuk keperluan di dalam sistem. 1 kode cost centre = 1 kode unit. D = Diisi jumlah man power terdaftar pada hari itu E = Diisi jumlah man power yang hadir pada hari itu F = Diisi jumlah man power sesuai dengan klasifikasi man hour/job item G = Diisi kode klasifikasi man hours/job item H = Diisi kode cost centre yang dibantu oleh cost centre/ jalur terkait I = Diisi kode project/nama project J = Diisi durasi man hour dalam satuan jam (misalnya : 7 jam) K = Diisi durasi Man Hours dalam satuan menit(misalnya : 0.35 menit) L = Diisi jika ada keterangan tambahan mengenai jam kerja terkait M = Diisi jika terjadi line stop. Berdasarkan kode line stop dan jam line stop N = Diisi keterangan line stop O = Diisi jumlah rencana produksi
33
P = Diisi jumlah actual produksi Q = Keterangan klasifikasi man hour/job item R = Keterangan kode line stop
USER REQUIREMENT MH CONTROL Tujuan: Menganalisa effisiensi man hour produksi, melalui pengumpulan data kinerja man hours produksi.
Metoda: a. Pengumpulan data melalui MH Form dari setiap jalur produksi setiap hari. b. Data di rekap oleh administrasi dan dimasukkan ke dalam sistem. c. Laporan yang dihasilkan setiap minggu (weekly) Untuk working flow-nya dapat dilihat dibawah ini:
Data responsibility Data Input (Daily input) Foreman
Data Processing (Daily input)
Data Analysis (Weekly)
Administrator
Cost Control
Process
GL
GL
Keterangan:
Responsible to filling MH
MH System
Gambar 2.6 Working Flow Data di input oleh Foreman ke dalam MH Form mengenai performa MH Line dibawahnya setiap hari (Daily input). MH Form terdiri dari 2 lembar:
34
1. Lembar pertama untuk production side (disimpan di masing 2x jalur). 2. Lembar kedua untuk administrasi. Rekapitulasi dilakukan ke dalam sistem oleh administrator setiap hari dan untuk laporan dilakukan setiap minggu.