136
PENELITIAN
MUCHIT A. KARIM
Tarekat Amaliah: Media Dakwah bagi Masyarakat Kota Jakarta
Muchith A. Karim
Peneliti pada Puslitbang Kehidupan Keagamaan
Abstract This study focuses on the profile of Tarekat Amaliah lad by KH Sa’adih in Jakarta, as propagational media for people who lives in an urban area. Not only does this research attempt to expose the background, but also to understand the people’s interest toward Tarekat teachings. This research indicates that tarekat Amaliah originated from the own spiritual experience of Sa’adih Al Batawi who felt the immense benefit of dzikir, so he invites the local people to do dzikir everyday. Since officially established in 1993, this tarekat teachings kept on upholding its mission to increase Islamic brotherhood in obeying Allah SWT and becoming a role model, also educating and reminding the people to get closer to Allah SWT through dzikir. Keywords: Tarekat Amaliah, Dakwah media, dzikir
Pendahuluan
S
ecara antropologis, “sufisme kota” merupakan trend baru di Indonesia, sebelumnya sufisme dikenal sebagai gejala beragama di pedesaan. Menurut Moeslim Abdurrahman, sufisme tasawuf dari desa ke kota membentuk jamaah atau kursus tasawuf. Sejumlah orang kota “bermasalah” tengah mencari ketenangan ke pusat-pusat tasawuf di desa.1
Dalam kurun waktu dasawarsa terakhir, komunitas sufi mewarnai kehidupan HARMONI
Juli - September 2009
TAREKAT AMALIAH: MEDIA DAKWAH BAGI MASYARAKAT KOTA JAKARTA
137
perkotaan. Terdapat peningkatan yang cukup signifikan dalam minat mereka terhadap sufisme, terutama di kalangan terdidik. Minatnya cukup tinggi untuk mengkaji dan mengamalkan ajaran sufi yang makin marak. Gerakan sufisme tampak dalam berbagai kegiatan diskusi dan seminar yang bertemakan tasawuf. Orang yang mengikuti kelompok pengajian cukup banyak, kalangan eksekutif, selebriti, aktivis, kampus dan berbagai elemen masyarakat lainnya. Mereka ingin meraih ketenangan batin demi menyeleraskan kehidupan kota yang gamang. Adapun alasan mengikuti kelompok diskusi tarekat adalah ingin membuktikan identitasnya sebagai muslim dan memperoleh ketenangan batin dalam kehidupan pribadi (psychological escapism) dari hal-hal yang mengakibatkan frustasi. Kemunculan “sufisme kota” juga berlatar belakang sosial yang berbeda-beda. Azyumardi Azra, memetakan dua model utama sufisme masyarakat kota; pertama, sufisme kontemporer, siapa saja dapat mengikutinya dan sangat terbuka. Model kelompok ini aktivitasnya tidak berdasarkan pada model sufi sebelumnya. Model kelompok pengajian berkembang luas seperti kelompok pengajian eksekutif seperti Paramadina, Tazkiya Sejati dan Grand Wijaya. Demikian pula berkembang di kampus-kampus Perguruan Tinggi Umum. Kedua, sufisme konvensional, yaitu gaya sufisme yang pernah ada sebelumnya dan kini diminati kembali, seperti Tareka Qadiriyah Naqshabandiyah, Syatariah dan lain-lain.2 Menurut Asep Usman Ismail (kandidat doktor bidang tasawuf UIN Jakarta), mengatakan bahwa tasawuf yang diminati masyarakat kota kalangan menengah ke atas, jelas bukan model tarekat, mereka lebih cenderung memilih tasawuf non-tarekat yang singkat, esensial dan instant. Mereka tidak berminat untuk berzikir panjang-panjang apalagi harus berpuasa. Keinginannya hanya untuk memperoleh ketenangan batin dalam menghadapi problem. Melalui belajar tarekat mereka bisa menyesuaikan dengan suasana perkotaan. Sebaliknya bagi masyarakat menengah ke bawah lebih menerima tasawuf model klasik yang justru tidak diminati masyarakat perkotaan. Fenomena masyarakat Islam yang belajar tasawuf di kota-kota besar ini kemudian mendapat label sebagai tasawuf perkotaan (urban sufism). Konsepsi tasawuf perkotaan sendiri mengandung sebuah permasalahan. Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. VIII
No. 31
138
MUCHIT A. KARIM
Artinya, kata perkotaan sendiri mengandung ambiguitas, apakah perkotaan berarti mereka yang memiliki budaya kota atau meraka yang tinggal di kota? Ataukah hanya pesertanya saja orang kota, tapi belajar tasawuf pada tarekat tradisional di desa, atau pada tarekat tradisional yang membuka cabangnya di kota?3 Di Jakarta Barat terdapat Tarekat Amaliah pimpinan KH. Sa’adih Al Batawi, sebuah majelis dzikir mewadahi sekelompok manusia yang gemar mengagungkan kalimat Allah dengan tahlil, tahmid dan tasbih. Kelompok ini berusaha melupakan kehidupan dunia sesaat dan mencoba menyatukan dengan Allah, berkumpul di satu mejelis yang bernama Tarekat Amaliah. Tarekat Amaliah hadir dengan gerakan dzikir, yakni sebuah gerakan penyadaran, gerakan moral dan gerakan perbaikan. Manfaat Tarekat Amaliah dirasakan cukup besar bagi seseorang, tetapi masih sangat sedikit yang menyadari hal ini. Penyakit masyarakat masih ada di mana-mana, seperti perjudian, pencurian, minum-minuman keras, penggunaan obat-obat terlarang dan perzinahan. Tanpa disadari, Allah makin murka melihat tingkah laku hamba-Nya itu. Banyak tarekat yang menerapkan dzikir dengan berbagai metode, tetapi Tarekat Amaliah pimpinan KH. Sa’adih memiliki daya tarik tersendiri bagi jamaah. Selama 10 tahun gerakan dzikir Majelis Amaliah ini, KH. Sa’adih Al-Batawi berhasil mengajak 978 orang laki-laki dan 13 ribu orang perempuan. Para sarjana perguruan tinggi agama dan alumni pondok pesantren mulai tertarik pada kegiatannya. Berdasarkan pada fakta ini, maka dirasa perlu melakukan kajian lebih mendalam tentang Tarekat Amaliah ini. Rumusan Masalah Pokok permasalahan yang ingin diungkap dalam kajian ini yakni; a) Apa latar belakang munculnya Tarekat Amaliah? b) apa yang menyebabkan tarekat ini diminati oleh masyarakat Islam Jakarta? c) apa saja ajaran Tarekat tersebut, d) bagaimana metode dakwah yang diterapkan pimpinan tarekat tersebut? e) apa materi dakwahnya mengikuti tarekat tertentu? f) bagaimana respon masyarakat terhadap faham dimaksud? Hasil kajian diharapkan dapat memperkaya lektur keagamaan di Indonesia dan berguna bagi pihak yang membutuhkannya sebagai bahan pengambilan kebijakan pembinaan. HARMONI
Juli - September 2009
TAREKAT AMALIAH: MEDIA DAKWAH BAGI MASYARAKAT KOTA JAKARTA
139
Kerangka Konseptual Tarekat Amaliah. Tarekat Amaliah didirikan pada tahun 1993 dipelopori oleh KH Sa’adih Al-Batawi ini bertujuan mengembangkan ajaran Mbah Mangli di Kota Jakarta serta mengamalkannya untuk memperoleh ketenangan dan kedamaian spiritual.4 Dalam mensosialisasikan tarekatnya, KH Sa’adih menekankan pada tindakan nyata yang bermanfaat bagi sesama, seperti memberikan bantuan kepada anak yatim, membangun sarana ibadah dan sarana pendidikan. Dengan begitu, menurutnya tarekat ini disebut dengan tarekat amaliah. Tarekat yang dikembangkan berangkat dari amalan Tarekat Naqshabandiyah, sebuah tarekat mu’tabarah yang didirikan oleh Muhammad bin Baha’uddin An-Nawasi Al-Bukhari (718-791 H / 13171389 M). Aliran yang dirintisnya ini lebih populer disebut dengan Naqshabandi, suatu aliran tarekat yang mengeratkan ajaran sufi dalam bentuk dan cara sendiri.5 Tarekat ini telah berkembang dan menyebar di berbagai negara komunitas Islam yang hidup di dalamnya kehidupan tarekat. Di Indonesia, tarekat ini berkembang luas dan diterima oleh sebagian umat Islam Indonesia.6 Aliran tarekat ini lahir di tengah-tengah umat Islam dalam suatu jalinan dan ikatan kuat melalui kekuasaan dan mitos seorang Syekh, karena seorang Syekh dalam pandangan tarekat merupakan panutan mutlak yang harus ditaati dan diikuti dengan prinsip bahwa mengikuti Syekh walaupun keliru adalah lebih baik daripada memperoleh kebenaran yang didapat tanpa petunjuk dan bimbingan.7 Media Dakwah. Dalam semua aktifitas kehidupan manusia, media merupakan bagian yang tidak terpisahkan keberadaannya. Manusia adalah sasaran media. Media berarti perantara, berasal dari bahasa Yunani, median. Adapun pengertian semantiknya, media yaitu “segala sesuatu yang dapat dijadikan alat atau perantara untuk mencapai tujuan tertentu”.8 Dalam kamus telekomunikasi, media berarti “Sarana yang digunakan oleh komunikator untuk menyampaikan pesan pada komunikan, apabila komunikan jauh tempatnya, jumlahnya atau keduanya”. Jadi segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai alat bantu dalam berkomunikasi disebut media komunikasi.9 Yang dimaksud dengan
Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. VIII
No. 31
140
MUCHIT A. KARIM
media dakwah adalah alat obyektif yang menjadi selera untuk menghubungkan ide dengan umat suatu elemen yang vital dan merupakan urat nadi dalam totalitas dakwah.10 Masyarakat perkotaan, adalah mereka yang menempati wilayah kota, dan tinggal saling berdekatan, sehingga banyak sekali terjadi hubungan/ interaksi di antara mereka dalam banyak hal. Hubungan masyarakat di kota lebih banyak diwarnai hubungan sepintas dan selayang pandang saja. Perjumpaan seseorang dengan orang lain misalnya, hanya berlalu begitu saja dan kecil kemungkinan akan berjumpa kembali. Hubungan yang demikian bersifat hubungan anonim.11 Metodologi Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, difokuskan kepada perolehan data deskriptif mengenai Tarekat Amaliah untuk memperoleh pemahaman yang luas tentangnya. Juga digunakan pendekatan naturalistik untuk menemukan, menggali dan menggambarkan realitas secara holistik, sumber data/informasi yang dijaring mengenai Tarekat Amaliah. Data juga dikumpulkan melalui studi kepustakaan dan dokumen dan wawancara terhadap beberapa orang tokoh yang tergabung dalam Mejelis Dzikir Tarekat Amaliah, tokoh-tokoh agama, serta beberapa pimpinan instansi pemerintah yang terkait dalam pembinaan dan pelayanan masyarakat. Gambaran Lokasi Penelitian Tarekat Amaliah terletak di Jalan Puri Kembangan Gg Tarekat Amaliah No. 15 Rt. 011 Rw. 05 Kelurahan Kedoya Selatan, Kecamatan Kebon Jeruk Jakarta Barat. Kecamatan Kebon Jeruk terdiri dari 7 (tujuh) Kelurahan, terbagi menjadi 70 RW (Rukun Warga) dan 714 RT (Rukun Tetangga), berbatasan di sebelah utara dengan Kelurahan Wijaya Kusuma, Kecamatan Grogol Petamburan Jakarta Barat; sebelah Timur dengan Kelurahan Kemanggisan Kecamatan Palmerah, Jakarta Barat; sebelah Selatan dengan Kecamatan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan dan Kecamatan Ciledug Tangerang Banten; dan sebelah Barat dengan Kecamatan Kembangan Jakarta Barat.
HARMONI
Juli - September 2009
TAREKAT AMALIAH: MEDIA DAKWAH BAGI MASYARAKAT KOTA JAKARTA
141
Kelurahan Kedoya Selatan yang merupakan lokasi keberadaan Mejelis Dzikir Tarekat Amaliah memiliki area seluas 306,00 ha, dengan jumlah penduduk sebanyak 18.919 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 62 jiwa/ha. Ini merupakan kepadatan yang relatif kecil dibanding dengan kelurahan lainnya. Agama mayoritas penduduk adalah Islam dengan jumlah 77.36%, agama Kristen 8,28%, agama Katolik 8,21%, agama Budha sebesar 5,00% dan agama Hindu sebesar 1,15%. Peningkatan pemahaman dan pengamalan agama serta pengembangan umat dilakukan oleh tokoh spiritual masing-masing agama. Kesemarakan kehidupan beragama terlihat dari banyaknya jamaah yang mendatangi tempat ibadah. Umat Islam misalnya, para jama’ah mendatangi masjid dan mushalla di saat pelaksanaan shalat Magrib, Shubuh dan shalat Jum’at masjid penuh dengan para jamaah. Kesemarakan terlihat pada kegiatan majelis ta’lim dan tarekat yang menyelenggarakan pengajian, dihadiri oleh ribuan jamaah. Sebagai contoh Tarekat Amaliah pimpinan Kyai Sa’adih Al Batawi. Tarekat Amaliah Menurut penuturan H. Mulyadi (salah seorang Dewan Asatidz), kata Tarekat As-Samawaat diambil dari nama orang tua Kyai Sa’adih AlBatawi yang bernama H. Asmat, dan H. Sawiyah nama ibunya. Kedua nama tersebut digabungkan menjadi Tarekat Amaliah As-Samawaat, dalam bahasa Arab mempunyai pengertian membangun ketinggian rohani. Dengan demikian Tarekat Amaliah mempunyai pengertian perkumpulan yang dibentuk untuk membicarakan mengenai cara-cara mengingat Allah, dalam membangun ketinggian rohani.13 Tarekat Amaliah berdiri pada awal tahun 1993, dipelopori oleh Kyai Sa’adih Al-Batawi. Kyai Sa’adih adalah murid dari Mbah Mangli, salah seorang mursyid Tarekat Naqsabandiyah di Magelang Jawa Tengah. Menurut pengakuannya, latar belakang didirikannya Tarekat Amaliah, adalah regenerasi ajaran dari guru Mbah Mangli dalam pengembangan tasawuf. Di samping itu juga dilatari adanya panggilan hati.14 Dimulai dari perasaan batin yang kering dan terasa jauh dari Allah SWT, sehingga dirinya sering gelisah dan menyendiri merenungi lebih jauh akan makna hidup yang sebenarnya. Kegalauan iman yang ada dalam benak Kyai Sa’adih Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. VIII
No. 31
142
MUCHIT A. KARIM
ditumpahkannya dalam setiap malam dengan banyak bertafakur akan makna hidup dan mencoba untuk berzikir sebisanya ketika itu. Beberapa tahun dia berbuat demikian sampai pada suatu saat ia merasakan ada kedamaian batin dengan berdzikir siang dan malam. Siang hari berpuasa (hampir setiap hari) dan malamnya habiskan untuk dzikir, bertaubat, dan bermunajat menyampaikan rintihan batinnya. Itulah perjalanan yang terjadi dalam dirinya selama bertahun-tahun. Ketika riyadhah spiritualnya menginjak tahun ke-9, pada suatu malam di bulan Ramadhan, secara total ia lakukan pengakuan kepada kekotoran dan kerendahan diri begitu membahana dalam batinnya, hingga tersadarkan oleh sebuah fenomena jiwa, mengenal diri dan mengenal kebesaran Allah.15 Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat membuat semua orang berlomba untuk dapat menguasai dua bidang tersebut. Siang dan malam manusia selalu disibukkan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kehidupan manusia sangat tergantung kepada IPTEK sehingga mereka menjadikan IPTEK sebagai sesembahan baru (berhala). Latar belakang demikian, Kyai Sa’adih membangun inovasi dakwah untuk menyadarkan masyarakat agar kembali pada esensi dasarnya yaitu ibadah pada Allah SWT.16 Di tengah tantangan dakwah yang begitu komplek, ia mengemas sebuah metode dakwah yang lebih professional, modern tanpa kehilangan fungsinya yaitu mengajak manusia pada kebenaran. Dakwah selama ini, menurutnya terkesan kampungan dan membosankan sehingga orang antipati pada agama dan memilih pola “sekuler”. Pada awal tahun 1993, setelah tarekat ini berdiri, masyarakat berduyun-duyun masuk dan ikut dalam barisan. Mereka merasa kering spiritualnya karena seharian selalu disibukkan oleh urusan dunia.17 Sekilas Sejarah Sang Pendiri KH Sa’adih Al-Batawi lahir pada 23 Juni 1960 di Jakarta. Orang tuanya adalah H. Asmat dan Hj. Sawiyah, keduanya asli Betawi. Sa’adih merupakan anak ke-4 dari tujuh bersaudara. Ayahnya H. Asmat, seorang petani dan tukang kebun yang ulet dan jujur dalam memenuhi nafkah keluarga. Orang tuanya sangat disegani anak-anaknya dan masyarakat HARMONI
Juli - September 2009
TAREKAT AMALIAH: MEDIA DAKWAH BAGI MASYARAKAT KOTA JAKARTA
143
kampungnya karena terkenal berani dan tekun ibadah siang dan malam. Ibunya Hj. Sawiyah merupakan sosok wanita sholihah yang banyak berjasa dalam memenuhi kebutuhan masyarakat kampungnya dalam urusan kelahiran, perkawinan, sampai pengurusan jenazah. Sa’adih kecil lahir dan dibesarkan kedua orang-tuanya di wilayah Kembangan dengan penuh kasih sayang. Di masa kanak-kanak dan remaja, hidupnya penuh kepahitan bidang ekonomi. Berbeda dengan kakak-kakak dan adik-adiknya, Sa’adih kecil terkenal sebagai anak pemberani dibandingkan dengan teman-teman sebayanya waktu itu. Keberaniannya itulah yang membuat dirinya terkenal dan terkesan nakal, tidak takut kepada siapa pun. Walau demikian, selama masa kanak-kanak sampai remaja dan pemuda beliau sangat rajin membantu orang tua dalam memenuhi kebutuhan keluarga. Pendidikan formal dijalani di sekolah yang jarak tempuhnya sangat jauh. Semua dilaluinya dengan penuh kesabaran. Masa lajangnya diakhiri dengan menikahi seorang gadis Betawi di kampungnya bernama Ani. Dari pasangan ini lahirlah Muhamad Andika (Alm), Siti Rahmania dan Siti Aisyah. Sejak diterima sebagai karyawan di perusahaan besar PT. Total Indonesia waktu itu, dengan ketekunannya menjadikan dirinya sebagai pekerja teladan. Kemudian perusahaan mempercayakan dirinya menempati posisi sangat strategis. Dengan gaji dan fasilitas perusahaan yang sangat besar, beliau dapat mencukupi kebutuhan hidup keluarga.18 Sejak kecil Sa’adih bersaudara selalu diajarkan untuk mencintai ilmu. Pada usia lima tahun ia sudah memasuki Sekolah Dasar (SD) yang jaraknya sangat jauh dari rumahnya. Kepahitan ekonomi untuk menopang kebutuhan hidupnya tidak menjadi alasan untuk tidak sekolah. Ia sangat rajin membantu orang tua. Akhirnya ia pun dapat melanjutkan sekolahnya. Di jenjang SMP, lagi-lagi dia harus merasakan kepahitan untuk bisa menyelesaikan sekolah. Dengan kesabaran yang tinggi, ia pergi dan pulang sekolah dengan berjalan kaki. Yang selalu diingat adalah apa yang telah diajarkan oleh orang tuanya yaitu kesungguhan, ulet, dan rajin. Dengan kesungguhannya pula, ia bisa melanjutkan sekolahnya di STM. Setelah lulus STM, Saadih tidak sempat mengenyam bangku perguruan tinggi karena keterbatasan dana.19
Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. VIII
No. 31
144
MUCHIT A. KARIM
Misi, Visi, dan Tujuan Misi yang ingin dicapai dalam pendirian tarekat ini adalah untuk lebih meningkatkan Ukhuwah Islamiah di antara kaum muslimin dan menyeru meningkatkan ketaqwaan dengan sebenar-benarnya taqwa. Tipe manusia yang dikehendaki adalah humanis, berjiwa sosial, produktif, kreatif dan bertaqwa.20 Sedangkan visinya adalah menjadikan masyarakat terketuk hatinya lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT. Sedangkan tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas dzikir individu dan lebih taat kepada Allah SWT untuk meraih ketenangan dan kedamaian, menyingkirkan segala persoalan hati dari kekacauan, konflik, ketakutan dan sifat-sifat buruk. Juga ingin menyadarkan penduduk negeri ini untuk bertaubat dengan berdzikir sehingga bisa keluar dari krisis multidimensi sehingga negeri ini menjadi negeri bagi orang-orang yang berdzikir. Dzikir dimaksud adalah dzikir qalbi dan dzikir lisan, dzikir aqli dan dzikir amali. Dengan dzikir, seorang muslim akan selalu ikhlas, zuhud, beramal sholeh dan istiqomah. Organisasi dan Ajaran Pimpinan Tarekat ini adalah Kyai Sa’adih Al Batawi, membawahi Dewan Asatidz yang berjumlah 20 orang, masing-masing bertugas di satu wilayah. Dewan Asatidz memiliki tugas membina syariat (kajian fikih, dan tasawuf dasar) dan membantu pimpinan dalam menangani kegiatan Tarekat. Wilayah-wilayah tersebut meliputi, Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi, Cikarang, Tambun dan Bandung. Ajaran tarekat ini adalah dzikir sebagai media penyucian jiwa dan hati serta pemantapan iman. Dzikir digunakan sebagai sarana untuk menyampaikan pesan-pesan agama. Sebelum melakukan dzikir, terlebih dahulu disampaikan tausiah berupa petunjuk dan nasehat tentang pentingnya dzikir dan taubat. Muhasabah dilakukan sebelum atau sesudah dzikir. Muhasabah adalah renungan dosa, baik yang disengaja maupun tidak.21 Orang tidak akan bisa menerima dakwah dengan baik bila hatinya beku. Persyaratan dasar yang harus dimiliki oleh para pencari kedamaian spiritual yaitu berpuasa, merenung dan olah batin.22 Bila tiga hal tersebut dapat dikuasai, dengan sendirinya jalan-jalan yang lain akan mudah dilalui. Kehidupan para kekasih Allah SWT tidak lepas dari tiga hal tersebut, karena
HARMONI
Juli - September 2009
TAREKAT AMALIAH: MEDIA DAKWAH BAGI MASYARAKAT KOTA JAKARTA
145
batin mereka sudah merasakan nikmatnya berlapar-lapar, bermalammalam dan ‘bercengkerama’ demi meraih ridha yang dicintainya Allah. Hati yang terbuka adalah hati yang telah merasakan nikmatnya selamat dari dari tiga tantangan di atas. Tiga persoalan ini bila telah dilalui, niscaya akan menjadi pembuka hati. KH. Sa’adih mengingatkan bahwa dzikir merupakan pintu gerbang menuju ketakwaan kepada Allah dalam berbagai manifestasinya. Follow up setelah dzikir ialah melakukan amalan sunah nabi yaitu shalat tahajud, membaca Al-Qur’an beserta maknanya, shalat subuh berjamaah di masjid, shalat dhuha, bersedekah, menjaga wudhu dan istighfar. Amalan ini dapat dirasakan kenikmatannya jika dilaksanakan secara terus menerus. Amalan tersebut menuntun orang untuk berdakwah (khususnya diri sendiri), mengajak pada kebaikan dan mencegah kemungkaran (amar ma’ruf nahi munkar) memupuk semangat jihad fi sabillah, menegakkan syariat Allah di muka bumi, sehingga tercipta tatanan kehidupan yang diridhai Allah.23 Menurut KH Sa’adih syariat Allah adalah jenjang dan tahapan evolusi untuk tegaknya Islam. Kepatuhan terhadap hukum Islam harus didahului oleh kesadaran rohani dengan cara berdzikir, mengolah rasa dan meningkatkan amal ibadah harian seperti shalat 5 waktu dan bersedekah.24 Membiasakan Membaca Wirid Wirid adalah amalan yang diharuskan secara istiqomah (continue), pada waktu yang khusus seperti selesai mengerjakan shalat atau pada waktu-waktu tertentu lainnya. Wirid ini berupa potongan-potongan ayat, atau shalawat ataupun asma al-husna. Maka pada saat pengajian dzikir dimulai, jamaah melakukan dzikir bersama yang dipimpin langsung oleh Pembina Majelis Dzikir Tarekat Amaliah. Pertama kali adalah Ratibul AsSamawat, yaitu seperangkat amalan yang biasanya harus diwiridkan oleh para pengamalnya. Ratib ini merupakan kumpulan dari beberapa potongan ayat, atau beberapa surat pendek yang digabungkan dengan bacaan lain: seperti istighfar, tasbih, shalawat, asma al-husna dan kalimah tayyibah. Ratib biasanya disusun oleh seorang mursyid besar dan ijazahkan kepada para muridnya yang dinyatakan lulus. Ratib biasanya diamalkan dengan tujuan untuk meningkatkan kekuatan spiritual dan wasilah dalam do’a untuk kepentingan dan hajat-hajat besarnya. Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. VIII
No. 31
146
MUCHIT A. KARIM
Sebelum memasuki perhelatan dzikir, hati dan pikiran jamaah dikondisikan pada suasana khusyu dan penuh konsentrasi. Dalam pengantar ini pula jamaah diarahkan untuk bisa mencapai puncak kekhusyukan berdzikir. Tata cara berdzikir adalah sebagai berikut; a) semua jamaah dalam keadaan suci dan berwudhu, b) menghadap kiblat, c) duduk seperti duduk di antara dua sujud, d) semua jamaah dianjurkan memakai pakaian serba putih. Ketika semua jamaah sudah berdzikir melaksanakan adab tersebut, KH. Sa’adih mengawali dengan memberikan tausiyah, berupa petunjuk dan nasihat tentang pentingnya dzikir dan tobat. Usai tausiah beliau menuntun jamaah berdzikir, diawali dengan membaca ta’awudz. Bacaan ini adalah pembuka dzikir yang bertujuan agar komunikasi yang dibangun antara seorang hamba dengan Tuhannya tidak diganggu dengan kehadiran setan. Kemudian membaca basmalah. Setiap amal yang dikerjakan harus atas nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kemudian membaca sholawat Al-Muqorrobin sebagai bukti kecintaan kepada Rasul. Kemudian membaca At-Tawassul bil-Fatihah, lafazh-lafazh tersebut merupakan lafazh yang diajarkan Rasulullah secara berurutan. Kemudian membaca Roothibul Aurood, dzikir yang dibaca agar dikabulkan sebuah do’a. Lalu membaca istigfar memohon ampunan kepada Allah atas perbuatan dosa baik disengaja maupun tidak.25 Kemudian diakhiri dengan do’a penutup. Setelah semuanya dilalui secara berurutan, tibalah pada yang utama yaitu saat jiwa telah mengalami perbaikan dan mendekati Allah. Saat inilah yang paling kondusif bagi seorang hamba untuk menyampaikan do’a atau permohonan. Do’a taubat yang biasa dibacakan Kyai Sa’adih Al-Batawi dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut: “Duhai Allah, wafatkanlah kami semua dalam husnul khatimah, betapa mengerikan bagi kami menghadapi sakaratul maut. Kuatkan hati kami untuk mengingat-Mu. Kuatkan lisan kami untuk melafazhkan Laa Illaha Illallah. Jadikanlah liang lahat bagi kami sebagai raudhah min riyadhil jannah, taman dari taman surga, bukan hufrah min huffarin niron. Jauhkan kami dari siksa kubur dan api neraka. Ampuni kami duhai Allah, maafkan dosa-dosa kami. Sebab sudah terlampau banyak dosa-dosa yang tak bisa kami sembunyikan dari hadapan-Mu. Terimalah taubat kami, ya Mujibas Saailin”.
HARMONI
Juli - September 2009
TAREKAT AMALIAH: MEDIA DAKWAH BAGI MASYARAKAT KOTA JAKARTA
147
Do’a tersebut biasanya ditutup dengan do’a sapu jagat yang dibaca secara bersama-sama sebanyak tiga kali, sekaligus sebagai penutup. Doa tersebut yaitu: “Rabbana atina fid dunyaa hasanah, wa fil akhirati hasanah wa qinaa ‘adzaban nar”. Khalwat Khalwat ialah sepi atau sunyi. Khalwat menurut para sufi ialah usaha seorang hamba untuk mendekatkan diri sedekat-dekatnya kepada Allah SWT, dengan cara menyepikan batin dari sifat-sifat keduniaan, mensunyikan hati dari hawa nafsu dunia. Khalwat merupakan suatu keadaan dimana seorang hamba berusaha untuk membutakan matanya dari pandangan-pandangan dunia, mentulikan telinganya dari bisikanbisikan hawa nafsu dan membisukan perkataan-perkataan yang tidak berguna. Dalam pandangan Kyai Sa’adih Al-Batawi, bahwa khalwat dilakukan sebagai usaha manusia untuk mengenal dirinya agar dapat mengenal Allah SWT. Salah satu caranya ialah dengan berusaha semaksimal mungkin dapat mengendalikan nafsu lawamah dan amarah nafsu dunia sehingga diharapkan akan muncul jiwa muthmainah (jiwa yang tenang).26 Untuk itu jamaah Tarekat Amaliah, yang telah mengikuti pengajian (malam Jum’at minimal 3 bulan) dianjurkan untuk mengikuti pendidikan rohani “khalwat” yang diselenggarakan di desa Kohod Tanjung Burung Tangerang Banten. Khalwat biasanya dilaksanakan menjelang bulan Ramadhan, selama beberapa hari, bertahanus di Majelis Khalwat Arr-Rahmah, berdiam diri tanpa kesibukan apapun kecuali ibadah. Dengan pendidikan rohani tersebut, diharapkan para jamaah Tarekat Amaliah menjadi manusia-manusia yang taat dan tunduk kepada Allah, bersabar ketika diuji Allah, ikhlas dalam persembahan kepada Allah, bersyukur ketika diberi rahmat dan ridlo atas segala ketentuan dan keputusan Allah. Jama’ah Tarekat Amaliah Dilihat dari latar belakang pengikut dzikir, nampak bervariasi dari segi pendidikan, profesi, maupun tingkat ekonomi. Di antara mereka ada yang tua, ada yang muda, ada yang sarjana, dan bahkan ada yang tidak Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. VIII
No. 31
148
MUCHIT A. KARIM
pernah mengenyam pendidikan sama sekali. Ada yang tingkat ekonominya di atas, menengah bahkan ada juga yang sangat rendah. Ada yang berprofesi sebagai seorang guru, pengusaha, ibu rumah tangga, ustadz dan sebagainya. Para jamaah tidak hanya berasal dari Jakarta tetapi juga ada yang berasal dari luar Jakarta seperti dari Bekasi, Bogor, Tangerang dan Cirebon. Mereka datang secara berkelompok. Ketika berdzikir mereka larut dalam suasana khidmat, khusyu da tawadhu. Mulut mereka terlihat komat-kamit menyerukan bacaan tahmid, tahlil dan tasbih yang merupakan pujianpujian terhadap Sang Khalik, menambah suasana khusyu. Bahkan terlihat sebagian besar pengunjung tak kuasa menahan keharuannya saat melantunkan puji-pujian kepada Sang Pencipta, sehingga tanpa sadar air matapun bercucuran membasahi pipi. Tak hanya kaum Hawa, kaum Adam pun larut dalam keharuan dan ikut meneteskan air mata. Banyak yang meratap memohon ampun ketika teringat akan dosa-dosa yang telah dilakukannya pada masa lalu. Aktifitas, Sarana dan Prasarana Kegiatan-kegiatan Tarekat Amaliah mencakup kegiatan lahiriyah dan batiniyah yang bermaksud membangun moral pribadi, keluarga dan masyarakat. Kegiatan besar As-Samawat sampai saat ini telah sampai pada 7 bentuk kegiatan yaitu: a) wadah pengobatan setiap malam Selasa, Rabu, Kamis dan Sabtu. Pengobatan dimaksud adalah pengobatan melalui terapi tasawuf. Pengobatan dimulai pukul 20.00 WIB sampai 04.00 WIB secara gratis. b) forum kajian dan riyadloh spiritual mingguan, dilaksanakan setiap malam Jum’at dari pukul 21.00 WIB sampai menjelang Subuh. Pada moment kali ini, dibedah Al-Qur’an dari perspektif tasawuf, telaah kritis kitab tasawuf dan dzikir serta do’a; c) forum kajian dan riyadloh spiritual bulanan, dilaksanakan setiap Minggu ke empat tiap bulannya mulai pukul 07.00 WIB sampai menjelang dzuhur; d) wadah silaturahim dan keilmuan di tiap wilayah kantong-kantong jamaah, yaitu Jakarta (Pusat, Selatan, Utara, Timur dan Barat) Bogor (Cileungsi dan Kota), Tangerang, Depok, Bekasi, Tambun, Karawang. Cirebon, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Kalimantan. Kegiatan di wilayah-wilayah tersebut disebut dengan pembinaan distrik. Di dalamnya dibangun nilai-nilai persaudaraan, ilmu kemasyarakatan, ilmu-ilmu syari’at dan staregi dakwah gerakan moral; e) HARMONI
Juli - September 2009
TAREKAT AMALIAH: MEDIA DAKWAH BAGI MASYARAKAT KOTA JAKARTA
149
dakwah bil hal, dikenal dengan “Amaliah”, yaitu kegiatan pengentasan kemiskinan dan membangun mental jamaah secara kolektif dan maupun individual membimbing mental spiritual masyarakat miskin tanpa mengenal status dan golongan; f) dakwah bil lisan, yaitu dengan melakukan penyuluhan-penyuluhan agama yang komprehensif dan universal melalui ceramah-ceramah keagamaan; g) kegiatan lobi, yaitu silaturahmi kepada para alim ulama yang istiqomah dan kepada para umaro yang jujur dan amanah, mengajak bekerja sama dalam membangun negara, bangsa dan agama. Fasilitas bangunan yang dimiliki berupa bangunan berukuran 20mx40m sebagai sarana pengobatan, pengajian dan dzikir dengan kapasitas jama’ah 400 orang. Kediaman Kyai Sa’adih sebagai tempat lobi dan pertemuan para ulama berkapasitas 40 orang. Mobil operasional berupa kijang bak terbuka milik Kyai Sa’adih yang dibeli dari hasil tabungannya selama 20 tahun. Mobil itu diwakafkan untuk kepentingan jamaah. Fasilitas khusus lain yakni yang terletak di tepi pantai yang tenang dan nyaman yaitu berupa Majelis Khalwat Ar-Rahmah, ukuran 6mx9m yang digunakan untuk pelaksanaan tahanus (berdiam selama beberapa hari tanpa kesibukan apapun kecuali ibadah). Tempat ini mampu menampung sebanyak 40 orang. Juga Pendopo Konsultasi Maqomat, (8mx10m) yang digunakan untuk konsultasi jamah’ah Tarekat Amaliah yang telah mencapai maqom-maqom tingkat tinggi guna pencapaian pada maqom ma’rifat sebagai maqom tertinggi di Majelis Tarekat Amaliah. Ada juga Tambak ikan air payau, ukuran 500 m x 10 m yang merupakan fasilitas tambahan sebagai wadah lobi dengan para elite agama dan kenegaraan. Itulah fasilitas yang ada di Tarekat Jamaah Amaliah yang diberikan kepada para jama’ahnya dalam membangun mental spiritual. Semua fasilitas di atas dari pendanaan berasal murni dari KH Sa’adih dan disumbangkan untuk umat. Sumberdana 80% berasal dari gaji bulanannya sebagai karyawan di sebuah perusahaan minyak bumi, ditambah dengan hasil tambak yang selalu mengalami keberkahan tiap kali panen. Budidaya yang dikembangkan adalah ikan dan udang Diharapkan pada masa mendatang semua fasilitas untuk jama’ahnya tanpa ada pungutan dari jama’ah. Semua fasilitas berasal dari dana yang halal
Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. VIII
No. 31
150
MUCHIT A. KARIM
sehingga ketenangan dan kenikmatan ibadah dapat dirasakan oleh jama’ah. Sarana-sarana pendukung yang dibangun adalah lembagalembaga pendidikan dari tingkat kanak-kanak, remaja, pemuda sampai tingkat dewasa. Pendidikan tingkat kanak-kanak ada dua, yaitu: a) Taman Kanak-Kanak Al-Qur’an “Al-Qomar” di bawah asuhan Ust. Saifullah Zindan, S.Ag. di Kalideres Jakarta Barat; b) Taman Kanak-Kanak Islam “Al-Balad” di bawah asuhan Ust. Firman Mashur, S.Ag terletak di Petukangan Utara Jakarta Selatan. Untuk pendidikan jenjang menengah dan aliyah serta kajian kitabkitab klasik (kuning), terdapat wadah yang menanganinya, yaitu Pondok Pesantren Daarul Mughni di Cileungsi Bogor, Jawa Barat yang dipimpin oleh KH. Mustofa Mughni, S.Ag. Pondok Pesantren tersebut telah berjalan lima tahun, memiliki santri sebanyak 230 orang berasal dari berbagai daerah. Pengajaran kitab-kitab klasik (Kitab Kuning) terdapat lembaga yaitu: a) Yayasan Al-Qomar di Kalideres Jakarta Barat. Pengajian diadakan pada setiap malam selasa di bawah bimbingan Ust. Saifullah Zindan, S.Ag alumni Ponpes An-Nida Bekasi pimpinan Kyai Muhajirin; b) Pondok Pesantren Hayatul Islam di Pengarengan Tambun, pengajian diadakan setiap hari di bawah asuhan Ust. Suherman Haromain alumni Ponpes Salafiah Tambun; c) Yayasan “Sirojul Umat” Cikarang Jawa Barat, pengajian diadakan setiap malam Kamis di bawah bimbingan Ust. Nurhadi Ju’an, M.Ag alumni Ponpes An-Nida Bekasi pimpinan KH. Muhajirin. Telah berdiri pula lembaga pemberantasan buta huruf Al-Qur’an, berada di sekretariat Tarekat Amaliah. Juga terdapat pendidikan bahasa Arab dasar dan mahir, di bawah bimbingan Ust. H. Nurhasan Abdullah, Lc. alumni Pondok Pesantren Gontor Ponogoro dan menyelesaikan pendidikan S1 di Jami’ah Alu Bait di Yordania.27 Respon Masyarakat Dakwah adalah menyampaikan informasi dilakukan oleh da’i kepada perorangan atau sekelompok umat tentang pandangan dan tujuan hidup manusia di dunia, yang berisikan amar ma’ruf nahi munkar. Dakwah menurut KH. Sa’adih, adalah panggilan dan ajakan untuk bertaqarub kepada Allah SWT, yang tidak henti-hentinya dilakukan setelah mengalami HARMONI
Juli - September 2009
TAREKAT AMALIAH: MEDIA DAKWAH BAGI MASYARAKAT KOTA JAKARTA
151
gejolak batin, diperoleh dengan semangat tanpa mengenal lelah. Tak jarang ia disambut dengan cacian dan cibiran daripada simpati. Dengan penuh kesabaran, semua rintangan dapat dihalau. Dalam jangka lima tahun, dakwahnya mulai mendapat respon positif dari masyarakat. Masyarakat melihat ajakannya penuh kesungguhan, karena dakwahnya tidak hanya melalui kata-kata, namun juga melalui pengorbanan harta, jiwa, dan raga. Banyak bukti dan fakta tentang pengorbanannya selama berdakwah yaitu terbinanya beberapa desa miskin yang rawan pemurtadan di wilayah-wilayah tersebar di pesisir pantai Tangerang. Mereka tidak hanya mendapatkan bimbingan agama tetapi mendapatkan fasilitas hidup yang layak. Pada saat usia dakwahnya masuk tahun ke-7, banyak alumnialumni pondok pesantren mulai tertarik dengan gaya dakwahnya dan turut andil berjuang bersamanya. Yang membuat mereka tertarik adalah metode dakwah yang dilakukan sangat jarang, bahkan sudah mulai ditinggalkan para ulama sekarang. Metode dakwahnya sangat berat dan penuh rintangan.28 Memasuki tahun kesembilan perjalanan dakwahnya, alumnialumni Perguruan Tinggi Islam (PTI) mulai menyukai dakwahnya, terutama dakwah jalanan (berantas judi, mabok, dan tawuran). Metode pengajarannya yang selanjutnya menggunakan tarekat amaliyah yang menekankan pada tindakan-tindakan nyata dan sangat bermanfaat.29 Dalam kurun waktu sepuluh tahun usia dakwahnya, pengikutnya telah mencapai ribuan. Memiliki jumlah murid yang banyak tidak membuat Kyai Sa’adih merasa takabur atau lebih mulia dari orang lain, bahkan dia memberi julukan dirinya sebagai seorang “kacung” atau pelayan bagi jamaahnya yang ingin mendekat kepada Allah. Dakwah yang digunakan paling awal saat mengajak orang kembali ke jalan Allah SWT melalui metode pengobatan.30 Kesimpulan Dari paparan di atas, beberapa poin yang menjadi kesimpulan, yakni: a) tarekat Amaliah bermula dari pengalaman spiritual KH. Sa’adih Al Batawi sendiri. Karena manfaat dzikir yang begitu besar dirasakannya, maka ia mengajak masyarakat untuk melakukan dzikir setiap hari; b) kegalauan Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. VIII
No. 31
152
MUCHIT A. KARIM
iman dan perasaan takut akan dosa ditumpahkannya melalui dzikir setiap malam, banyak bertafakkur terhadap makna hidup untuk menemukan kedamaian batin. Siang dan malam waktu dihabiskan untuk ber munajatmunajat dan beristighfar. Perjalanan spiritual ini dilalui selama 9 tahun sehingga tersadarkan oleh sebuah fenomena jiwa; mengenal diri dan mengenal Allah dengan berbagai kebesaran-Nya. Kemudian ia mengajak orang lain untuk cepat-cepat kembali kepada Allah, karena Allah Maha Pengampun dan Penyayang; c) Tarekat Amaliah didirikan pada tahun 1993; d) misi tarekat ini adalah meningkatkan ukhuwah Islamiyah, taat kepada Allah dan menjadi tauladan. Visinya yaitu menyadarkan masyarakat agar lebih terketuk hatinya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan dzikir. Ajaran tarekat ini, meliputi: a) dzikir untuk penyucian jiwa dan hati melalui puasa. Juga melalui perenungan yang mendalam, menghabiskan waktu malam untuk berinteraksi dengan Allah, baik melalui ibadah ritual maupun sosial (amaliyah). Juga dengan riyadlah batin, selalu aktif berhubungan Allah SWT; b) membaca wirid, yakni amalan rutin setelah shalat atau pada waktu tertentu; c) khalwat; untuk membangun kesucian jiwanya sebagaimana dicontohkan oleh para Nabi dan Rasul. Jamaah Tarekat Amaliah melaksanakan khalwat di Majelis Khalwat Ar-Rahmah di desa Kohod Tanjung Burung Pantai Utara Tangerang Banten. Kegiatan Tarekat Amaliah mencakup kegiatan lahiriyah dan batiniyah untuk membangun moral pribadi, keluarga dan masyarakat melalui pengobatan, forum kajian dan riyadlah spiritual, wadah silaturahmi, keilmuan dan dakwah bilhal. Hingga kini jumlah pengikut tarekat Amaliah pimpinan KH Sa’adih terus bertambah. Saran Rekomendasi yang dihasilkan dari kajian ini adalah agar pimpinan Tarekat Amaliah melakukan pendekatan lebih baik lagi kepada masyarakat, agar mereka lebih memahami tarekat tersebut. Kepada para pengikut tarekat hendaknya dapat merealisasikan dzikirnya dalam kehidupan sehari-hari baik dalam sikap dan perilaku. Sedangkan kepada Kantor Departemen Agama diharapkan lebih sering melakukan pendekatan-pendekatan dengan Tarekat Amaliah untuk melakukan pembinaan kehidupan keagamaan, karena kelompok ini cenderung ekslusif (tertutup).*** HARMONI
Juli - September 2009
TAREKAT AMALIAH: MEDIA DAKWAH BAGI MASYARAKAT KOTA JAKARTA
153
Catatan Akhir 1 http://suluk.blogsome.com/2000/09/30/sufisme-merambah-kotamengikat-umat. 2 Mengutip http://suluk.blogsome.com/2000/09/30/sufiesme-merambahkota-mengikat-umat 3 Mengutip: Muhammad Adlin Sila (Dialog No. 54 th. XXV, Desember 2002 4 Wawancara dengan KH Sa’adih. 5 Abu Bakar Aceh, Pengantar Ilmu Tarekat, 1966, hal. 307. 6 Morgan Kenneth W, Islam Jalan Haq, terjemahan Abu Salmah Abdul Kadir dan Harun Ar-Rasyid, Jilid II, PT Pembangunan, Jakarta, 1963, hal. 44. 7 Al-Kindy, Tanwirul Qulub fi mu’amalati al-Alamil Ghuyub, Mesir, 1343 H, hal. 545. 8 Asmuni Syukur, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya : Al Ikhlas, 1995), h. 163 9 Gozali BC, TT, Kamus Istilh Komunikasi, (Jakarta : Djambatan, 1992), h. 227. 10 Antara metode dengan media dakwah sangatlah berkaitan, karena apapun metode yang diterapkan pastilah di dalamnya mencakup masalah media dakwah. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Dr. H. Hamzah Ya’qub yang membagi media dakwah menjadi lima kelompok besar yaitu lisan, yaitu khutbah, pidato, ceramah, diskusi, kuliah, dan lain-lain. Dengan tulisan, yaitu buku-buku, majalah, koran bulletin, dan lain-lain. Melalui lukisan, yaitu gambar-gambar hasil seni lukis, foto, film cerita dan lain sebagainya. Melalui audio visual, yaitu televisi, sandiwara, ketoprak, wayang, dan lain-lain. Perilaku atau suri tauladan seperti mengunjungi orang sakit, menjaga kebersihan. 11 Drs. B. AF. Mayor Palak, Sosiologi, Suatu Pengantar, PT Ichtiar Biru, Jakarta, 199, hal. 210. 12 BPS Kecamatan Kebon Jeruk, Kecamatan Kebon Jeruk dalam Angka 2007 13 H. Mulyadi, Wawancara tanggal 14 Juli 2008 14 Arfiah Fanami, Panduan Majelis Dzikir As-Samawaat, Dalam Menyampaikan Dakwah UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2004, h. 54. 15 Wawancara dengan KH Sa’adih. 16 Ustad Mulyadi, Wawancara tanggal 24 Juli 2008 17 Ibid 18 As-Samawaat, Majalah Media Spiritual dan Dakwah As-Samawaat No. 01 Tahun 1/1-30 April 2006/1-29 Rabiul Awal 1427 h. 12-16 19 H. Mulyadi Wawancara tanggal14 Juli 2008 20 Majalah As-Samawat, Media Spiritual dan Dakwah, Edisi Perdana, h. 19 21 KH. Sa’adih Al-Batawi, Pimpinan Tarekat Amaliah, Wawancara Pribadi, (Puri Kembangan, 28 Agustus 2008)
Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. VIII
No. 31
154
MUCHIT A. KARIM
22
Ibid Ibid 24 Ibid 25 Arifin Ilham, Dzikir dan Muhammadiyah. (Jakarta: Mizan, 2004), Cet. Ke-1 26 As-Samawaat, Majalah As-Samawaat Media Spiritual dan Dakwah No. 02/Tahun II/I-12 Pebruari 2007/13-10 Muharram Safar 1428 H. h. 30 27 As-Samawaat, Majalah As-Samawaat Media Spiritual dan Dakwah No. 2/1tahun II/I 28 Pebruari 2007/13-10 Muharram Safar 1428 H, h. 43 28 Ustdz Mulyadi, Wawancara Pribadi. Dewan Asatidz Majelis AsSamawat Puri Kembangan, 24 Juli 2008 29 Majalah As-Samawaat, Media Spiritual dan Dakwah. Edisi Perdana, h. 13. 30 KH. Sa’adih Al-Batawi, Wawancara Pribadi, 24 Juli 2008 23
Daftar Pustaka
Arifin Ilham, Dzikir dan Muhammadiyah, Jakarta, Mizan 2004 Tarekat Amaliah, Majalah Media Spiritual dan Dakwah No. 01/tahun 1 Ahmad, Amirullah, Dakwah Islam dan Transformasi Sosial, Yogyakarta; PLP22M, 1985 Ali Yunasri, Jalan Kearifan Sufi, Tasawuf sebagai Terapi Derita Manusia, Jakarta Serambi, 2002. As-Shieddieqy, TM Hasbi, Pedoman Dzikir dan Do’a, Semarang, PT. Pustaka Rizki Putra, 1971. Al-Banna, Hasan, Dzikir dan Do’a yang dianjurkan Rasul, Jakarta, 1996 Hadi, Abdul W. M., Adab Berdzikir dan Falsafahnya, Jakarta, PT. Serambi Ilmu Semesta, 2000. Mahfudin, Ali, Hidayatul Mursyidin, Bairut : Dar Al Masyriq, 1987 Qayyim, Ibun Al Jauziyah, Madariujus Salikin, Jakarta Pustaka Al Hansar, 1998 Qomaruddin Sf(ed); Zikrullah Membeningkan Hati Menghampiri Ilahi, Jakarta Serambi Ilmu Semesta, 2002. Qusyairi, Risalah Sufi Al Qusyairi, Bandung, Pustaka, 1994.
HARMONI
Juli - September 2009