sebelumnya bahwa Haryadi Suyuti dan Zuhrif Hudaya juga memiliki kedekatan dengan Muhammadiyah. Sebenarnya tim sukses dari Haryadi Suyuti maupun Zuhrif Hudaya tetap berusaha untuk memperoleh dukungan dari masyarakat Kauman. Misalnya melalui kegiatan-kegiatan sosial yang dilakukan pada masa kampanye. Masyarakat Kauman sendiri tidak antipati, bahkan kemudian ikut berpartisipasi di dalam kegiatan sosial tersebut. Tetapi hanya sampai sebatas itu respon yang diberikan masyarakat Kauman. Pada akhirnya masyarakat Kauman dari jauh-jauh hari sudah menetapkan pilihannya. Mas Pepen mengatakan:“Timnya sana ya nyoba masuk tapi ya bisa dibilang percuma. Wong di sini sudah solid banget. Kita diajak pengajian ya ikut, diajak bersih-bersih kampung ya ikut tapi ya gitu thok, sekedar ikut. Kalau terus diajak untuk milih yang lain ya mental”.39 Hal ini terbukti setelah proses pemilihan berlangsung. Dimana hasil penghitungan suara di TPS-TPS yang berada di Kauman menunjukkan kemenangan mutlak bagi pasangan Hanafi Rais-Tri Harjun. Dari total 1.214 suara sah yang masuk, Hanafi Rais-Tri Harjun berhasil memperoleh 1.006 suara. Sangat jauh mengungguli pasangan Haryadi Suyuti-Imam Priyono yang memperoleh 148 suara, juga atas pasangan Zuhrif HudayaAulia Reza yang hanya memperoleh dukungan 60 suara.
39
Hasil wawancara dengan Mas Pepen. Seorang tokoh sosial Kauman yang sekaligus menjadi “bemper” atau ring satu bagi tokoh-tokoh PAN di Yogyakarta, seperti Totok Daryanto dan Amien Rais, kehidupan politik di Kauman, Yogyakarta, 17 Februari 2012.
55
B. 2. Konfigurasi Suara Hanafi Rais – Tri Harjun.
Berdasarkan hasil rekapitulasi KPUD kota Yogyakarta, pemilihan walikota kota Yogyakarta 2011 dimenangkan oleh pasangan Haryadi Suyuti dengan pasangannya Imam Priyono. Namun untuk perolehan suara di Kauman secara mutlak didominasi oleh pasangan Hanafi Rais-Tri Harjun. Pada bab sebelumnya sudah dijelaskan bahwa, Kampung Kauman berada di wilayah kelurahan Ngupasan yang dalam pilwali lalu di kelurahan Ngupasan terdapat 13 Tempat Pemungutan Suara. Termasuk di dalamnya TPS-TPS yang berada di sekitaran Kampung Kauman, yaitu TPS 09 sampai TPS 13. Hasil rekapitulasi penghitungan suara KPU untuk Kelurahan Ngupasan ternyata juga menunjukkan kemenangan bagi pasangan Haryadi Suyuti – Imam Priyono yang memperoleh dukungan sebesar 1498 suara. Sementara pasangan Hanafi Rais – Tri Harjun memperoleh 1302 suara. Serta pasangan Muhammad Zuhrif Hudaya – Aulia Reza memperoleh 114 suara. Dominasi Hanafi Rais-Tri Harjun di TPS 09 sampai 13 disebabkan karena di TPS-TPS inilah tempat bagi warga sekitar Kampung Kauman melakukan pemungutan suara. Karakteristik masyarakat Kauman yang cenderung homogen dengan identitas ke-Muhammadiyah-an yang kuat serta adanya hubungan erat antara masyarakat Kauman dengan PAN juga menjadi pertimbangan utama bagi masyarakat Kauman untuk memilih pasangan Hanafi Rais-Tri Harjun. Faktor lain yang menjadikan masyarakat Kauman enggan untuk memberikan dukungan kepada pasangan calon selain Hanafi Rais-Tri
56
Harjun adalah latar belakang politik dari pasangan calon lain tersebut. Pasangan Haryadi Suyuti-Imam Proyono adalah pasangan yang diusung koalisi Golkar dan PDI-P. Bagi masyarakat Kauman, koalisi tersebut adalah koalisi sekuler dan tidak sejalan dengan pandangan hidup masyarakat
Kauman
sebagai
masyarakat
Muhammadiyah
yang
berkarakter santri. Meskipun Haryadi Suyuti sendiri adalah seorang tokoh Muhammadiyah. Terlebih lagi dengan adanya reputasi buruk Golkar sebagai kendaraan politik penguasa rezim orde baru serta PDI-P yang oleh masyarakat Kauman diidentikkan dengan abangan. Sedangkan untuk pasangan Zuhrif Hudaya-Aulia Reza harus puas dengan hanya memperoleh 60 suara. Hal ini karena mereka adalah pasangan calon dari PKS. Sebuah fakta menarik ditemukan di sini yaitu, kendati PKS juga dikategorikan sebagai partai Islam atau partai nonsekuler
namun
masyarakat
Kauman
enggan
untuk
memberikan
dukungan. Penyebabnya karena masyarakat Kauman menilai simpatisan atau kader PKS di Kampung Kauman meng-inklusi diri. Mereka cenderung bersikap individualistis dan hanya mau bergaul dengan sesamanya saja. Hal ini diperkuat oleh pengakuan Mas Pepen: “PKS itu di sini ga ada temene. Hidupnya dewe-dewe. Ngumpulnya cuma sama-sama PKSnya. Nek diajak untuk acara masyarakat ki angel.40 Fakta-fakta inilah yang kemudian menjadikan pasangan Hanafi Rais-Tri Harjun memperoleh dukungan suara mutlak dari TPS-TPS yang berada di sekitaran Kampung Kauman. 40
Hasil wawancara dengan Mas Pepen. Seorang tokoh sosial Kauman yang sekaligus menjadi “bemper” atau ring satu bagi tokoh-tokoh PAN di Yogyakarta, seperti Totok Daryanto dan Amien Rais, dinamika politik di Kauman, Yogyakarta, 15 Februari 2012
57
Situasi yang berbeda ditemukan di TPS 01 hingga TPS 08. Di TPSTPS ini perolehan suara dimenangkan oleh pasangan Haryadi Suyuti – Tri Harjun dengan total suara 1.351 suara. Sedangkan pasangan Hanafi Rais - Tri Harjun di TPS-TPS ini hanya memperoleh 296 suara. Sementara pasangan Zuhrif Hudaya – Aulia Reza memperoleh 54 suara. TPS-TPS ini berada di wilayah yang agak jauh dari Kauman. Beberapa berada di wilayah perniagaan seperti di Malioboro dan sekitarnya. Mereka sangat heterogen. Kebanyakan wilayah ini dihuni oleh pendatang dengan latar belakang etnis, keyakinan, serta budaya yang beragam. Di wilayah perniagaan ini banyak di huni oleh etnis keturunan tionghoa yang sudah cukup lama bermukim dengan mumbuka toko di seputaran Malioboro. Disamping itu, di wilayah ini juga terdapat sebuah lokalisasi, masyarakat di sekitar lokalisasi ini kebanyakan tergolong ke dalam masyarakat dengan kemampuan ekonomi yang rendah. Ekses dari kehadiran lokalisasi ini juga menjadikan masyarakatnya cenderung dekat dengan kriminalitas. Seperti banyaknya gentho atau preman. Secara umum karakteristiknya cenderung sekuler
dan
lebih
terbuka
terhadap
nilai-nilai
kebebasan.
Untuk
masyarakat dengan karakter seperti ini, isue yang menarik adalah mengenai
kesejahteraan
sosial
seperti,
kemiskinan,
pendidikan,
kesehatan, dan sebagainya. Sementara isue-isue agama tidak akan laku untuk “dijual”. Tentunya hal ini akan memudahkan pasangan Haryadi Suyuti-Imam Proyono yang diusung koalisi non-agama (Golkar dan PDI-P) untuk meminta dukungan. Ditambah lagi dengan keberadaan PDI-P yang identik sebagai partainya wong cilik. Tim sukses mereka akan dengan
58
leluasa untuk masuk dengan membawa isu kesejahteraan sosial tanpa harus takut akan terhalang oleh isu-isu agama yang sensitif, yang identik dengan dogma maupun norma. Imbas dari melekatnya label partai Islam pada PAN dan PKS akhirnya menjadi penghalang bagi bagai Hanafi Rais– Tri Harjun serta Zuhrif Hudaya-Aulia Reza untuk mendapatkan dukungan suara lebih banyak di wilayah ini. Hal ini memperilhatkan beberapa catatan penting. Yang pertama adalah, warga Muhammadiyah Kauman masih merupakan basis massa tradisional
PAN
yang
disebut
sebagai
partai
politiknya
warga
Muhammadiyah. Perubahan dinamika sosial politik nasional yang berlangsung lebih dari 100 tahun tidak menyebabkan tereduksinya hubungan keterikatan antara Kampung Kauman dengan Muhammadiyah. Yang kedua, solidnya masyarakat Kauman yang memilih pasangan Hanafi Rais-Tri Harjun menunjukkan masyarakat Kauman berhasil menjaga modal sosial dari generasi ke generasi. Ini juga berarti proses kelembagaan masyarakat di Kauman terus mengalami penguatan.
59
BAB IV KESIMPULAN Perubahan-perubahan dalam masyarakat berasal dari dua sumber, yaitu dari dalam masyarakat itu sendiri dan dari luar.41 Sebab yang bersumber dalam masyarakat sendiri antara lain adanya penemuanpenemuan baru atau munculnya paham–paham baru yang merupakan proses sosial dan kebudayaan yang terjadi dalam jangka waktu yang sama, merupakan inovasi. Unsur kebudayaan baru disebarkan ke dalam bagian-bagian
dari
suatu
masyarakat,
melalui
tahapan-tahapan;
kebudayaan baru itu diterima, dipelajari, dan akhirnya dipakai di masyarakat yang bersangkutan. Sebab yang bersumber dari luar antara lain adalah adanya pengaruh dari kebudayaan masyarakat lain. Hal ini dapat terjadi karena kebudayaan dari masyarakat lain itu melancarkan pengaruhnya.42 Namun masyarakat Kauman memiliki mekanismenya sendiri dalam menyikapi perubahan-perubahan tersebut. Perubahan-perubahan ini akan tersaring oleh keberadaan modal sosial yang telah melekat dalam kehidupan masyarakat Kauman. Sehingga kemudian perubahan yang diserap
hanyalah
perubahan
yang
dianggap
bersifat
memajukan
masyarakat Kauman. Dalam bidang politik, perubahan ini bisa kita lihat dari adanya kebebasan bagi masyarakat Kauman untuk mengafiliasikan
41
Soerjono Soekanto, Op.Cit., hlm.234. Ahmad Adaby Darban, Sejarah Kauman: Menguak Identitas Kampung Muhammadiyah, (Suara Muhammadiyah, 2010), hlm. 85. 42
60
dirinya kepada partai politik manapun selama hal tersebut mampu memberi kontribusi positif bagi perkembangan masyarakat Kauman. Tidak ada paksaan bagi warga Kauman untuk harus menjadi simpatisan Partai Amanat Nasional yang merupakan partainya warga Muhammadiyah. Saat ini terdapat sebagian warga Kauman yang menjadi simpatisan partai Politik lain selain PAN. Meskipun kebanyakan masih dalam lingkup partai politik Islam, seperti PPP,PKS, dan lain-lain. Hasil rekapitulasi KPUD kota Yogyakarta memang menyatakan bahwa pasangan Haryadi Suyuti-Imam Priyono yang diusung koalisi PDIP-Golkar keluar sebagai pemenang. Namun yang menjadi fokus di sini bukanlah siapa yang memenangkan pemilukada, Tetapi pada perilaku memilih masyarakat Kauman yang terwujud dalam bentuk dukungan terhadap pasangan Hanafi Rais-Tri Harjun. Ini ditegaskan melalui dominasi perolehan suara pasangan Hanafi Rais-Tri Harjun atas lawanlawannya di Kampung Kauman. Masyarakat Kauman telah terbentuk lebih dari 100 tahun lalu. Sehingga sangat wajar jika kini mereka memiliki sistem nilai sendiri sebagai pedoman yang mengatur segala aspek kehidupan dan juga menjadi pandangan hidup warganya. Sistem nilai ini sendiri sudah berlangsung sangat lama, setua usia kampung kauman sendiri dan terpelihara dengan sangat baik oleh setiap anggota masyarakatnya di bawah bimbingan orang tua dan tokoh-tokoh masyarakat lainnya sehingga ia sanggup bertahan dari generasi ke generasi sampai akhirnya kita temukan saat ini. 61
Individu-individu
kampung
Kauman
adalah
individu
yang
dibesarkan melalui berbagai proses gemblengan dari segala macam struktur sosial yang ada di dalamnya. Proses tersebut menjadikan setiap individu Kauman telah tertanam kuat di dalam dirinya nilai-nilai yang bersumber dari modal sosial masyarakat Kauman itu sendiri. Modal sosial ini menjadi faktor penting terhadap pembentukan perilaku memilih masyarakat
Kauman.
Ia
juga
menjadi
menjadi
ukuran
terhadap
rasionalitas politiknya. Setiap perilaku memilih akan dianggap rasional bila tindakan tersebut tidak bertentangan dengan modal sosial yang diyakini, demikian pula sebaliknya. Disamping itu, masyarakat Kauman adalah masyarakat yang amat sadar akan pentingnya pendidikan. Bagi mereka, kampung tempat tinggal mereka adalah tempat belajar serta menggembleng diri sejak dini untuk menghadapi distorsi yang nantinya muncul dalam setiap perubahan zaman. Kauman adalah “institusi” pendidikan itu sendiri. Sehingga ketika mereka dihadapkan pada masalah-masalah seperti misalnya di suatu titik harus
menentukan
pilihan-pilihan
politik,
mereka
sudah
memiliki
pemahaman mendalam terhadap pilihan politik yang ada serta terhadap situasi politik yang berlangsung saat itu. Karena itu pilihan politik dilakukan dengan penuh kesadaran, sama sekali bukan pilihan buta tak berdasar yang asal mengikuti perintah para orang tua maupun tokoh-tokohnya. Hal ini berarti masyarakat Kauman secara psikologis memiliki kesadaran terhadap segala yang dilakukannya, termasuk dalam perilaku memilihnya.
62
Pada akhirnya penelitian ini menyimpulkan bahwa perilaku memilih masyarakat Kauman dalam pemilihan Walikota Yogyakarta pada tahun 2011 lalu ditentukan oleh: faktor kedekatan antara masyarakat Kauman PAN yang didukung oleh adanya sinergi antara modal sosial dengan kesadaran
psikologis
masyarakat
munculnya
pemimpin
yang
Kauman
mampu
yang
mewujudkan
mengharapkan amanah
bagi
kesejahteraan rakyat inilah yang menjadi faktor penentu perilaku memilih mereka. Faktor-faktor tersebutlah yang kemudian membuat masyarakat Kauman memandang bahwa di antara ketiga pasangan calon walikota yang ada, pasangan Hanafi Rais-Tri Harjun yang berasal dari PAN adalah pasangan yang harus didukung sepenuhnya. Pasangan ini dipandang sebagai pasangan yang paling merepresentasikan kemaslahatan ummat. Hanafi Rais-Tri Harjun dianggap memiliki jiwa ke-Muhammadiyahan yang seiring sejalan dengan modal sosial masyarakat Kampung Kauman. Dalam pandangan masyarakat Kauman, seorang pemimpin haruslah tanggap kepada kemanusian dan hubungannya dengan lingkungannya. Seperti
yang
disampaikan
oleh
mas
Pepen
dalam
wawancara,
“Kepemimpinan yang terselenggara harus menempatkan dirinya dalam pelayan terhadap warga masyarakat, yang meliputi kegiatan menuntun, membimbing, memandu, mengarahkan dan menunjukkan jalan yang diridhai Allah”.43
43
Hasil wawancara dengan Mas Pepen. Seorang tokoh sosial Kauman yang sekaligus menjadi “bemper” atau ring satu bagi tokoh-tokoh PAN di Yogyakarta, seperti Totok Daryanto dan Amien Rais, kehidupan politik di Kauman, Yogyakarta, 17 Februari 2012.
63
Maka bukanlah suatu keheranan jika kemudian hasil perhitungan suara di Kauman menunjukkan bahwa lebih dari 75% masyarakat Kauman memilih pasangan Hanafi Rais-Tri Harjun. Seperti yang disampaikan mas Pepen, “Dari dulu ini ya gini mas. PAN itu pasti menang mutlak di Kauman. Dari jaman Amin Rais sampai sekarang anaknya si Hanafi itu suaranya sampe 75 persenan di sini”.44 Pola ini kemungkinan akan berlangsung terus. Bagi masyarakat
Kauman,
adalah
sebuah
keharusan
untuk
terus
mempertahankan modal sosial dan nilai-nilai yang mendasari kesadaran hidup mereka selama ini. Jauh-jauh hari, KH Ahmad Dahlan sang pendiri Muhammadiyah yang juga seorang tokoh di Kampung Kauman sudah menyampaikan petuah untuk selalu dipegang teguh oleh warga Kauman sebagai warga Muhammadiyah: “Hidup-Hiduplah Muhammadiyah dan jangan mencari hidup di Muhammadiyah”. Pada saat itu KH Ahmad Dahlan mengatakan “Muhammadiyah
pada
masa
sekarang
ini
berbeda
dengan
Muhammadiyah pada masa mendatang. Karena itu warga muda-mudi Muhammadiyah hendaklah terus menjalani dan menempuh pendidikan serta menuntut ilmu pengetahuan di mana saja. Menjadilah dokter, insinyur, lalu kembalilah kepada Muhammadiyah sesudah itu.”45 Pesan tersebut dengan sangat jelas menyampaikan bahwa warga Kauman sebagai warga Muhammadiyah harus terus belajar dan 44
Hasil wawancara dengan Mas Pepen. Seorang tokoh sosial Kauman yang sekaligus menjadi “bemper” atau ring satu bagi tokoh-tokoh PAN di Yogyakarta, seperti Totok Daryanto dan Amien Rais, Kehidupan politik di Kauman, Yogyakarta, 17 Februari 2012. 45 Nana Romzana,dkk.” Warisan penuh Makna dari 100 tahun Muhammadiyah.” Baraka Grafika: Yogyakarta, 2010.
64
mengembangkan dirinya demi mewujudkan kemaslahatan masyarakat di manapun mereka berada. Untuk itu, warga Kauman harus mampu menjaga nilai-nilai ke-Muhammadiyahannya sebagai modal sosial yang telah melembaga di dalam dirinya
65