Nomor 48 September 2011
Padi Inpara 4 Mampu Berproduksi 6,7 t/ha di Lahan Rawa Kutai Kertanegara Gelar teknologi pertanian pada lahan rawa yang semula tidak produktif di Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur, mendapat sambutan hangat oleh ribuan petani. Padi toleran rendaman varietas Inpara 4 yang digelar mampu berproduksi tinggi.
S
eakan disulap, lahan seluas 50an hektar di sekitar stadion olah raga di Tenggarong, Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur, yang semula tidak produktif berubah menjadi areal pertanian ijo royo-royo. Tanaman padi, palawija, hortikultura, dan tanaman perkebunan yang digelar di lokasi ini membuat banyak orang berdecak kagum. Kawasan ini memang sudah sejak jauh hari ditetapkan sebagai areal gelar teknologi pertanian Pekan Nasional (Penas) XIII Petani-Nelayan yang berlangsung pada 18-23 Juni 2011 di Kutai Kertanegara. Perhelatan nasional yang diselenggarakan empat tahun sekali ini tentu penting artinya bagi Badan Litbang Pertanian dalam mempromosikan inovasi teknologi karena dikunjungi oleh banyak petani dan nelayan dari seluruh provinsi di Indonesia. Penas kali ini tampaknya luar biasa, pengunjungnya
Berita Puslitbangtan 48 • September 2011
Panen perdana padi toleran rendaman varietas Inpara 4 oleh Menteri Pertanian, Dr Suswono, Mieke Suswono (depan, kedua dan pertama dari kanan), Gubernur Kalimantan Timur, Awang Faroek (depan, tengah), Bupati Kutai Kertanegara (depan, kedua dari kiri), dan Prof Dr Jusuf, Staf Khusus Presiden RI untuk Bidang Pangan dan Energi (depan kiri) di areal gelar teknologi Penas XIII di Kutai Kertanegara. Varietas unggul baru toleran rendaman ini mampu berproduksi 6,7 t/ha.
1
GELAR TEKNOLOGI
Dari Redaksi Bagi Puslitbangtan, sosialisasi teknologi hasil penelitian kepada penggunanya sudah merupakan kewajiban. Pada Pekan Nasional (Penas) XIII PetaniNelayan di Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur, pada 18-23 Juli 2011, yang dikunjungi oleh 30 ribuan petani , Puslitbangtan berperan aktif dalam berbagai acara, termasuk gelar teknologi di lapangan. Informasi tentang gelar teknologi di Kutai Kertanegara diprioritaskan untuk mengisi Berita Puslitbangtan kali ini, yang dirangkai dengan gelar teknologi di Kalimantan Selatan, dan Jawa Tengah. Rumusan Rapat Kerja 2011 Puslitbangtan di Karawang, Jawa Barat, dan berita tentang Dr Soetjipto Partohardjono yang telah dipanggil Sang Khalik belum lama ini juga mengisi Berita Puslitbangtan nomor 48 tahun 2011. Dalam perjalanan kariernya sebagai peneliti, Pak Tjip turut membesarkan nama Puslitbangtan. Kini beliau telah meninggalkan kita untuk selama-lamanya. Redaksi Puslitbangtan turut berduka atas kepergian beliau. Selamat membaca
Redaksi
Daftar Isi Padi Inpara 4 Mampu Berproduksi 6,7 t/ha di Lahan Rawa Kutai Kertanegara .............................................
1
Lahan Rawa Tumpuan Harapan Peningkatan Produksi Pangan ke Depan 4 Soetjipto Partohardjono In Memoriam
5
Bu Hecky Telah Berpulang ...................
6
Balitsereal Kini Memiliki Laboratorium Canggih ....................................................
7
Pengembangan Kedelai di Jawa Tengah 8
2
Dr Hasil Sembiring: Kita Perlu Kerja Keras .........................................................
10
Publikasi Terbaru ....................................
12
tidak kurang dari 30 ribuan petaninelayan dari Sabang sampai Merauke. “Belum pernah terjadi kunjungan sebanyak ini pada Penas-penas sebelumnya”, ujar salah seorang pengurus KTNA (Kelompok Tani Nasional Andalan). Untuk mempromosikan teknologi kepada masyarakat luas melalui Penas XIII, Badan Litbang Pertanian sejak jauh hari telah berkonsolidasi dengan berbagai pihak terkait, terutama di Kementerian Pertanian. Koordinasi dengan UK/UPT di lingkungan Badan Litbang Pertanian juga lebih diintensifkan. “Badan Litbang perlu tampil lebih baik pada acara nasional ini”, kata Dr Haryono, MSc Kepala Badan Litbang Pertanian, dalam suatu pertemuan di Jakarta. Kepala Puslitbang Tanaman Pangan, Dr Hasil Sembiring, segera pula berkoordinasi dengan UK/UPT jajarannya (Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Balai Penelitian Tanaman Serealia, Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, dan Loka Penelitian Penyakit Tungro). Kesimpulannya, Balai Besar dan Balit lingkup Puslitbang Tanaman Pangan masing-masing mengutus peneliti ke lokasi gelar teknologi untuk merancang dan menetapkan teknologi yang akan digelar. Tenaga teknis pun ditempatkan selama periode tertentu di lokasi untuk melaksanakan kegiatan gelar teknologi di lapangan, mulai dari pengolahan tanah hingga panen. “Kerja keras teman-teman di
lapangan membuahkan hasil”, ujar Dr Hasil Sembiring di sela-sela berlangsungnya acara Penas. Acungan jempol ini tentu sesuai dengan kenyataan bahwa teknologi padi dan palawija yang digelar di lapangan mendapat apresiasi dari berbagai pihak, termasuk Menteri Pertanian, Dr Suswono, MMA. Menurut Pak Menteri, lahan rawa yang semula tidak produktif bisa diusahakan untuk pertanian dan berhasil. “Disinilah peranan teknologi” ujar Dr Suswono saat panen perdana padi varietas Inpari 4 di lokasi gelar teknologi. Varietas unggul baru padi, jagung, dan kedelai yang digelar di lapangan memang menunjukkan keragaan yang menggembirakan. Padi varietas Inpara 4, misalnya, berproduksi 6,7 t/ha. Selama penelitian, Inpara 4 mampu bertahan dari deraan rendaman hingga 14 hari. Kedelai varietas Anjasmoro memberi hasil 2,5-3,0 t/ha. Jagung hibrida QPM (protein tinggi) yang digelar mampu pula berproduksi 10 t/ha.
Sumber Iptek Luar biasa, lokasi gelar teknologi dikunjungi oleh ribuan petani setiap hari selama perhelatan nasional itu berlangsung. Sengatan sinar matahari seakan tidak menjadi penghalang bagi mereka, tanya jawab antara petani dan peneliti di areal gelar teknologi pun berlangsung intens. Banyak petani yang tertarik dengan gelar teknologi dan mereka umumnya menanyakan benih
ISSN 0852-6230 Penanggungjawab: Kepala Puslitbang Tanaman Pangan, Dr Hasil Sembiring Dewan Redaksi: Hermanto, Husni Kasim, Unang Gunara Kartasasmita Tata Letak: Edi Hikmat Alamat: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Jalan Merdeka 147, Bogor, 16111 Telp. (0251) 8334089, 8311432, Faks. (0251) 8312755; E-mail:
[email protected] www.pangan.bogor.net
Berita Puslitbangtan 48 • September 2011
GELAR TEKNOLOGI
yang dapat dibawa ke daerah asal untuk dikembangkan lebih lanjut. Hal serupa juga mewarnai pameran pertanian yang diselanggarakan di seputar kawasan Penas. Dalam rapat-rapat koordinasi persiapan Penas XIII, Kepala Badan Litbang Pertanian selalu menekankan pentingnya promosi produk hasil penelitian, termasuk penyediaan benih bagi petani. Petugas dari UK/UPT lingkup Badan Litbang Pertanian menyadari bahwa sinyal ini sebagai “perintah” yang wajib dipatuhi karena bukankah Badan Litbang Pertanian diberi mandat untuk menghasilkan inovasi teknologi yang diperlukan masyarakat pertanian. Benih sumber dalam jumlah banyak segera disiapkan dan dibawa ke areal Penas XIII untuk dibagikan kepada petani atau penangkar benih. Publikasi hasil penelitian berupa petunjuk teknis dalam jumlah ribuan eksemplar dari berbagai aspek digelar pula di stan pameran. Ternyata, benih dan publikasi
itu memang diminati oleh umumnya pengunjung. “Kami perlu informasi yang praktis” ujar seorang anggota KTNA asal Papua pada saat berkunjung ke stan pameran Badan Litbang Pertanian di Penas XIII. Seorang anggota kelompok tani dari Jawa Timur “mengklaim” Penas sebagai sumber Iptek. “Rugi kalau tidak hadir di acara ini” katanya sumringah sembari menenteng tas kain berlogo Penas XIII berisi brosur yang dikumpulkan dari setiap stan pameran.
Sukses Penas XIII Petani-Nelayan yang dibuka oleh Wakil Presiden, Prof Dr Budiono, pada 18 Juni 2011, dinilai sukses oleh banyak pihak. Indikatornya, acara nasional ini tidak hanya dikunjungi oleh 30 ribuan petani-nelayan dari 33 provinsi di Indonesia, tetapi juga tingginya apresiasi masyarakat sebagaimana tercermin dari pernyataan
Gubernur Kalimantan Timur kepada pers. “Penas telah mewariskan ilmu dan teknologi untuk meningkatkan produksi dan kesejahteraan petani” ujar Awang Faroek serius. Oleh karena itu, Gubernur berniat melestarikan dan mematenkan areal gelar teknologi di Kutai Kertanegara itu sebagai media pembelajaran dan alih teknologi bagi masyarakat pertanian di daerahnya. Penas juga menjadi wahana bagi para investor pertanian, perikanan, dan kehutanan. Menurut Ir Winarno Tohir, Ketua KTNA Pusat, dalam pasar lelang forward yang digelar di awal penyelenggaraan Penas XIII sudah terjadi transaksi Rp 25 milyar. “Kita harapkan angka ini akan terus bertambah” katanya kepada pers. Selain itu, dalam acara gelar agribisnis telah disepakati pula beberapa kerja sama untuk berbagai aspek, antara lain pengembangan inovasi teknologi yang dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian, termasuk pengembangan varietas unggul baru padi dan palawija oleh beberapa pengusaha agribisnis. Indikator kesuksesan Penas XIII tentu tidak terlepas dari keceriaan Presiden RI dalam acara telekonferen Istana Negara-Kutai Kertanegara pada 22 Juni 2011. Komunikasi interaktif antara Presiden di Jakarta dan petani peserta Penas XIII di Kutai Kertanegara berjalan lancar dan sesekali diselingi gurauan sehingga mendapat aplus dari semua peserta telekonferen. Di sela-sela telekonferen Istana Negara-Kutai Kertanegara, Ir Winarno Tohir mengatakan Penas berikutnya akan diselenggarakan di Jawa Timur. “Ini sudah menjadi kesepakatan dan sampai ketemu di Jawa Timur”, ujarnya mengakhiri penyataannya kepada pers. (HMT)
Tanya jawab antara petani dan peneliti di areal gelar teknologi berlangsung intens.
Berita Puslitbangtan 48 • September 2011
3
GELAR TEKNOLOGI
Lahan Rawa Tumpuan Harapan Peningkatan Produksi Pangan ke Depan Lahan rawa di Kalimantan, Papua, dan Sumatera tampaknya menjadi tumpuan bagi pengembangan pertanian ke depan, menggantikan lahan pertanian yang telah beralih fungsi menjadi lahan nonpertanian, terutama di Jawa. Badan Litbang Pertanian telah menghasilkan inovasi teknologi pertanian lahan rawa dan digelar pada Pekan Pertanian Rawa Nasional (PPRN) di Banjarbaru, Kalimantan Selatan, 12-15 Juli 2011.
P
erubahan iklim yang mengancam berbagai aspek kehidupan telah menjadi isu masyarakat internasional. Cuaca ekstrim dalam bentuk badai topan, kekeringan, dan banjir makin sering terjadi. Dampak yang dikhawatirkan dari perubahan iklim antara lain menurunnya produksi pertanian, terutama tanaman pangan.
yang diperlukan oleh lebih dari 237 juta penduduk dan 13% di antaranya tergolong miskin. Oleh karena itu, dampak negatif perubahan iklim terhadap produksi pangan dan suplai beras bagi sebagian besar penduduk akan mempengaruhi upaya pemantapan ketahanan pangan dan pengentasan kemiskinan.
Di Indonesia, padi memegang peranan penting sebagai bahan pangan
Menghadapi perubahan iklim, Badan Litbang Pertanian telah melaku-
kan penelitian dari berbagai aspek. Hasil penelitian di beberapa lokasi lahan rawa pasang surut di Sumatera Selatan dan Kalimantan Selatan memang membuktikan lahan rawa merupakan potensi yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan pertanian, termasuk padi dan palawija. Potensi ini diharapkan dapat menjadi konpensasi bagi lahan pertanian yang telah beralih fungsi untuk kawasan permukiman penduduk, jalan, industri, dan sebagainya di beberapa daerah, terutama di Jawa. Di Indonesia terdapat cukup luas lahan rawa, yang tersebar di Kalimantan, Papua, dan Sumatera. Pendayagunaan lahan rawa untuk pertanian diharapkan dapat mendukung upaya pemerintah dalam mewujudkan swasembada pangan berkelanjutan. Mengacu kepada kenyataan bahwa telah terjadi perubahan iklim dan lahan rawa potensial untuk pengembangan pertanian, Badan Litbang Pertanian menyelenggarakan Pekan Pertanian Rawa Nasional (PPRN) di Banjarbaru, Kalimantan Selatan, 12-15 Juli 2011. Menteri Pertanian, Dr Suswono, mengharapkan lahan rawa menjadi tumpuan peningkatan produksi pangan nasional ke depan.
Menteri Pertanian, Dr Suswono, pada pembukaan Pekan Pertanian Rawa Nasional pada 12 Juli 2011 di Banjarbaru, Kalimantan Selatan, mengharapkan lahan rawa menjadi tumpuan peningkatan produksi pangan nasional ke depan.
4
Berita Puslitbangtan 48 • September 2011
IN MEMORIAM
Padi Toleran Rendaman Salah satu dari beberapa dampak negatif perubahan iklim terhadap keberlanjutan usaha pertanian adalah tingginya curah hujan sehingga tidak jarang merendam areal pertanaman. Sebagain besar dari pertanaman padi yang telah direndam banjir tidak dapat diselamatkan karena varietas yang ditanam petani tidak toleran rendaman. Puslitbang Tanaman Pangan beserta jajarannya, BB Padi, Balitsereal, dan Balitkabi, berperan aktif dalam berbagai ekspose hasil penelitian, termasuk PPRN di Banjarbaru, K alimantan Selatan. Pada PPRN ini Puslitbang Tanaman Pangan mempromosikan
berbagai hasil penelitian padi dan palawija, antara lain varietas unggul baru padi toleran rendaman. Areal promosi inovasi teknologi di Banjarbaru ini termasuk lahan rawa yang sewaktuwaktu tergenang air. Hasil penelitian menunjukkan varietas padi Inpara 4 masih berproduksi meski terendam selama dua minggu. Varietas unggul toleran rendaman rakitan BB Padi ini berdaya hasil 6,7 t/ha.
Jagung dan Kedelai Toleran Genangan Puslitbang Tanaman Pangan juga mempromosikan beberapa galur/ varietas jagung dan kedelai toleran
genangan. Pengamatan secara visual membuktikan galur/varietas jagung dan kedelai yang digelar mampu berproduksi dengan baik seperti di lahan subur pada umumnya. Ada beberapa galur harapan jagung toleran genangan yang saat ini masih dalam tahap penelitian, antara lain GM 226, GM 228, GM 291, GM 327, dan GM 338 dengan potensi hasil 8-9 t/ha. Galurgalur ini diharapkan dapat segera dilepas sebagai varietas unggul jagung toleran genangan untuk dikembangkan lebih lanjut. Varietas kedelai toleran genangan yang digelar antara lain Grobogan dan Kawi, masing-masing dengan potensi hasil 3,2 dan 2,8 t/ha pada umur panen 76 dan 83 hari. (HMT)
Soetjipto Partohardjono In Memoriam Pak Tjip telah tiada. Tuhan telah memanggilnya untuk kembali ke haribaanNya dan meninggalkan kenangan manis akan sosok yang gagah, ramah, selalu berpikir positif, dan berpengetahuan luas ini.
B
anyak orang yang merasa kehilangan. Bahkan Dr Dennis Garrity, Dirjen World Agroforestry Center (ICRAF) turut menorehkan kenangannya yang disiarkan oleh ICRAF sekitar 10 hari setelah kepergian
Berita Puslitbangtan 48 • September 2011
Pak Tjip. Dalam Memoriam yang berjudul ‘Akhir Sebuah Era’ itu, Dr Garrity menulis: ”saya pertama kali bertemu Pak Soetjipto pada tahun 1974 ketika saya bekerja sebagai peneliti Farming Systems di IRRI. Saya rasa dia adalah salah seorang pionir peneliti Indonesia dalam bidang Farming Systems. Dalam keseharian, dia selalu bersikap positif dan suportif”. Keterlibatan Pak Tjip dalam kegiatan ASB (Alternative to Slash and Burn), membuatnya dikenal luas di lingkungan ICRAF. Tentu saja beliau juga dikenal luas di lingkungan lembaga internasional lain seperti IRRI dan CIMMYT. Pada eranya, tak dapat dipungkiri
bahwa Pak Tjip adalah salah satu peneliti andalan dalam bidang agronomi dan pola usahatani. Bersama dengan alm. Pak Zainudin Harahap, Ismunadji, Suryatna Effendi, Suharsono, Abdullah Pr, BH Siwi, Rusli Hakim dan beberapa lainnya, beliau turut menorehkan tinta emas dalam perjalanan penelitian tanaman pangan, terutama padi. Pak Fagi, mantan Kepala Puslitbang Tanaman Pangan dan Sekretaris Badan Litbang Pertanian, adalah salah seorang teman dekat almarhum yang mengenal beliau sejak kuliah bersama di Akademi Pertanian Ciawi di tahun 1960an.
5
IN MEMORIAM
Dengan sedih dia mengungkapkan dukacitanya:”Ketika Pak Tjip pergi, saya sedang berada di luar kota. Saya terkejut dan merasa sangat kehilangan seorang teman dekat. Beberapa hari sebelumnya kami masih bertemu dan bercengkerama.” Bersama dengan Pak Haerudin Taslim, mantan Kepala Balai Penelitian Tanaman Padi dan Direktur Perlindungan Tanaman Pangan, Pak Fagi dan alm. Pak Tjip adalah peneliti agronomi yang mumpuni pada era 1970an sampai masuk abad ke-21. Bagi saya sendiri, yang telah mengenal almarhum sejak menginjakkan kaki di Bagian Agronomi LP3 (Lembaga Pusat Penelitian Pertanian) tahun 1972, Pak Tjip merupakan sosok yang patut diteladani dalam kesehariannya. Pria yang ketika saya masuk masih sedang menyelesaikan gelar kesarjanaannya di IPB ini selalu ramah dan berpandangan luas. Saya selalu merasa nyaman kalau Pak Tjip, Pak Fagi, Pak Harahap, Pak Siwi, Pak Soejitno, Pak Ida Nyoman Oka dan beberapa senior lain berdiskusi tentang penelitian padi. Ketika GEU (Genetic Evaluation and Utilization) dijadikan inti program penelitian padi, para senior ini telah memberikan warna tersendiri bagi kegiatan penelitian yang pantas diacu dan mendapat pengakuan internasional. Pak Tjip termasuk senang bergurau. Celetukannya dalam ruang seminar sering mengundang senyum dan tawa. Bepergian ke daerah dengan beliau, apalagi berdiskusi dengan petani, sangat menyenangkan karena keluasan pengetahuan dan pengalamannya. Ketika, sekitar 30 tahun yang lalu, sejumlah senior mendapat kendaraan dinas, beliau dengan guraunnya yang khas berujar:”Saya ini mungkin dinilai berada di ruang yang tak jelas. Dikatakan senior, mungkin belum waktunya, dikatakan junior juga sudah lewat. Jadi mungkin atasan merasa belum waktunya saya diberi kendaraan roda empat. Karena kendaraan roda
6
dua juga tidak pas buat saya, mungkin yang pas adalah kendaraan roda tiga. Tapi kan tidak ada bemo yang dipakai sebagai kendaraan dinas.” Kami yang mendengar tentu saja terbahak mendengar gurauan ini. Berbeda dengan rekannya seperti Pak Haerudin dan Pak Fagi yang pernah menduduki jabatan struktural, Pak Tjip senantiasa bergelut dalam jabatan fungsional sampai mencapai gelar tertinggi sebagai Ahli Peneliti Utama. Berbagai tulisan ilmiahnya bisa dibaca dalam sejumlah penerbitan, baik di dalam maupun luar negeri. Pak Tjip langsung berkecimpung dalam kegiatan penelitian di Departemen Pertanian setelah mendapatkan gelar Sarjana Muda Penyelidikan Pertanian pada tahun 1962 dari Akademi Pertanian Ciawi. Sambil bekerja di LP3 beliau melanjutkan studi di Institut Pertanian Bogor jurusan Agronomi dan meraih gelar sarjana pertanian pada tahun 1973. Beliau meraih gelar Doktor dari Hokkaido University, Jepang, pada tahun 1990. Pembimbingnya, Dr Tanaka, adalah
peneliti handal dan terkemuka di negara sakura tersebut. Jenjang Ajun Peneliti diraihnya sejak 25 April 1974 dan Ahli Peneliti Utama pada 1 September 1986. Beliau juga pernah menjabat sebagai Ketua Kelompok Peneliti Agronomi Lembaga Pusat Penelitian Pertanian (LP3), dan terakhir sebelum pensiun sebagai Ketua Kelompok Peneliti Analisis Kebijakan di Puslitbang Tanaman Pangan. Selain itu beliau juga aktif sebagai ketua dan anggota Dewan Redaksi beberapa publikasi ilmiah dan turut menyunting sejumlah terbitan ilmiah. Penghargaan yang pernah diraih Pak Tjip antara lain Putra Daerah Berprestasi dari Gubernur Sulawesi Selatan pada tahun 1996 dan Satya Lancana Wira Karya dari Presiden RI tahun 1998. Dr H. Soetjipto Partohardjono lahir pada tahun 1939 dan menikah dengan N. Wulijarni Soetjipto, MSc yang sebelum pensiun bekerja di Puslitbang BiologiLIPI dan menjabat Direktur Plant Resources of South-East Asia (PROSEA). Mereka dikaruniai dua putera/puteri, Adrianto dan Dini Astriani, dan seorang cucu Rheza. (Mahyuddin Syam)
Bu Hecky telah Berpulang Bu Hecky atau Fransisca Herjati yang menghabiskan sebagian besar waktunya bekerja sebagai sekretaris kantor IRRI-Indonesia telah berpulang pada Hari Sabtu, 24 September 2011 di Bogor. Bagi senior Puslitbang Tanaman Pangan yang pernah berurusan dengan IRRI, nama Bu Hecky tentu tak asing lagi. Orangnya ramah dan senang membantu proses administrasi kegiatan peneliti yang terlibat dengan IRRI. Beliau pensiun dari IRRI beberapa tahun yang lalu ketika usianya mencapai 60 tahun. Menurut puteranya, Johan, beliau meninggal karena serangan jantung dan sempat dirawat beberapa hari di BMC Bogor. Suaminya, Pak Frans, yang juga dikenal dekat oleh sebagian staf IRRI Bogor juga telah berpulang setahun yang lalu. Puslitbang Tanaman Pangan dan Kantor IRRI Bogor turut mengirim karangan bunga sebagai ungkapan belasungkawa atas kepergian beliau.
Berita Puslitbangtan 48 • September 2011
INOVASI
Balitsereal Kini Memiliki Laboratorium Canggih Balai Penelitian Tanaman Serealia (Balitsereal) yang bermarkas di Maros, Sulawesi Selatan, kini telah dilengkapi dengan laboratorium pengujian DNA, dan telah ditetapkan pula sebagai stasiun uji BUSS pertama di Indonesia untuk komoditas serealia, terutama jagung.
B
USS adalah singkatan dari Baru, Unik, Seragam dan Stabil, empat kata penting yang diperlukan dalam mengidentifikasi kebaruan, keunikan, keseragaman, dan stabilitas suatu varietas. Masyarakat internasional telah menjadikan uji BUSS sebagai kriteria utama bagi pemulia tanaman dalam melindungi varietas yang dihasilkan dari kemungkinan penyalahgunaan dan sekaligus memonitor penggunaan atau lisensi varietas oleh pihak lain dalam kurun waktu tertentu. Dalam pertemuan East Asia Plant Variety Protection Forum yang berlangsung di Makassar pada 24-26 Mei 2011 dan diikuti oleh 13 negara, 10 di antaranya dari Asean dan tiga dari negara partner Asean (Jepang, China, dan Korea), Puslitbang Tanaman Pangan mendapat kehormatan dengan dicanangkannya Balitsereal sebagai Pusat Uji BUSS pertama di Indonesia, terutama untuk komoditas jagung. Ditunjuknya Balitsereal sebagai stasiun uji BUSS untuk tanaman serealia di Indonesia tentu tidak terlepas dari sarana dan prasarana penelitian yang dimiliki, seperti laboratorium pengujian DNA, rumah kaca, dan kebun percobaan, selain sumber daya peneliti yang telah berpengalaman melakukan uji BUSS untuk lebih dari 34 varietas jagung. Beberapa varietas jagung yang dihasilkan Balitsereal telah memperoleh Hak Kekayaan Intelektual (HKI), di antaranya Bima 2 Bantimurung, Bima 3 Bantimurung, Bima 4, Bima 5, dan Bima
Berita Puslitbangtan 48 • September 2011
6. Beberapa varietas jagung lainnya juga telah didaftarkan kepada Kantor PVT Kementerian Pertanian untuk mendapat HKI.
yang telah dihasilkan Badan Litbang Pertanian juga dapat menjadi payung hukum dalam kerja sama komersialisasi hasil penelitian dengan pihak swasta.
Dalam forum internasional yang dihadiri oleh sekitar 300 peserta dari berbagai negara itu, Kepala Badan Litbang Pertanian yang diwakili oleh Kepala Puslitbang Tanaman Pangan, Dr Hasil Sembiring, menyatakan bahwa ditunjuknya Balitsereal sebagai Pusat Uji BUSS selain akan memberikan perlindungan atas kekayaan intelektual
Selain Balitsereal, Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perijinan Pertanian (PPVTPP) juga sedang merintis pembangunan stasiun uji BUSS untuk komoditas lainnya, diantaranya di Balai Besar Penelitian Tanaman Padi di Sukamandi Jawa Barat untuk komoditas padi yang merupakan pangan utama sebagian besar penduduk di
Kepala Puslitbang Tanaman Pangan, Dr Hasil Sembiring, di tengah peserta pertemuan East Asia Plant Variety Protection Forum yang berkunjung ke Maros, Selawesi Selatan, untuk melihat kesiapan Balitsereal sebagai Pusat Uji BUSS untuk komoditas serealia.
7
DISEMINASI
Di sela-sela kunjungan lapang peserta East Asia Plant Variety Protection Forum ke visitor plot Balitsereal yang menampilkan varietas unggul baru jagung dan sorgum hasil penelitian Badan Litbang Pertanian, delegasi dari Brunei Darussalam mengungkapkan kekagumannya atas kemajuan penelitian di Indonesia dalam meningkatkan produktivitas jagung. Sebagian varietas yang dihasilkan Badan Litbang Pertanian, terutama untuk jenis hibrida, mampu berproduksi 10-11 t/ha. “Di Brunei tidak mudah menghasilkan jagung di atas 9 ton per hektar” kata Siti Nurrahmah, peserta East Asia Plant Variety Protection Forum dari negara tetangga itu.
Laboratorium pengujian DNA Balitsereal yang baru selesai dilengkapi peralatannya.
Indonesia, Balai Penelitian Tanaman Buah, Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Balai Penelitian Tanaman Kacang-
Dengan ditetapkannya Balitsereal sebagai pusat uji BUSS diharapkan akan lebih memacu semangat peneliti dalam menghasilkan inovasi teknologi untuk memenuhi kebutuhan pengguna. (M. AQIL)
kacangan dan Umbi-umbian, dan Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat.
Pengembangan Kedelai di Jawa Tengah Meski kurang optimal karena mengalami kekeringan akibat kemarau panjang, pertumbuhan kedelai pada hamparan luas di Purworejo, Jawa Tengah, memberi petunjuk bahwa kedelai dapat dikembangkan di daerah ini dengan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). BPTP Jawa Tengah menggelar acara panen raya kedelai di daerah itu pada 16 September 2011.
H
amparan tanaman kedelai di Pur worejo, Jawa Tengah, menggelitik peneliti untuk melakukan observasi. Keragaan tanaman yang relatif tidak optimal karena mengalami kekeringan dan serangan lalat batang mewarnai
8
sebagian dari hamparan tersebut, sebagaimana yang dilaporkan Prof Dr Marwoto, peneliti hama tanaman kedelai Balitkabi, dalam acara temu lapang dan panen raya kedelai di areal Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT) di Purworejo.
Panen raya kedelai dan temu lapang ini menjadi penting karena dihadiri oleh Menteri Pertanian, Dr Suswono; Kepala Badan Litbang Pertanian, Dr Haryono; Gubernur Jawa Tengah, Bibit Waluyo, Bupati Purworejo, dan Anggota Komisi IV DPR RI. Sebelum panen raya, Dr
Berita Puslitbangtan 48 • September 2011
DISEMINASI
Haryono menjelaskan bahwa Badan Litbang Pertanian terus bekerja untuk menghasilkan inovasi teknologi. “Kini telah tersedia lebih dari 70 varietas unggul kedelai untuk dikembangkan petani” ujar Dr Haryono. Akan halnya Pak Bibit Waluyo yang dikenal sebagai salah satu Gubernur yang dekat dengan petani dan menaruh perhatian terhadap pertanian, Dr Haryono menjulukinya sebagai “penyuluh” Badan Litbang Pertanian”. Julukan itu ada benarnya karena Gubernur Jawa Tengah ini tidak bosanbosannya mengajak petani di daerahnya untuk mengembangkan teknologi PTT yang dihasilkan Badan Litbang Pertanian. Dalam sambutannya, Bibit Waluyo menginformasikan bahwa di Jawa Tengah terdapat 36 waduk yang perlu diberdayakan untuk pertanian. Gubernur Jawa Tengah ini juga mengajak petani untuk berkerja keras. “Hanya dengan kerja keras warga Jawa Tengah akan sempulur rejekine” ujar Pak Bibit. Menteri Pertanian dalam acara temu lapang itu mengingatkan bahwa pemerintah memiliki program swasembada kedelai 2014. Menurut Pak Menteri, program itu akan terealisasi manakala petani, penyuluh, dan aparat pemerintah tidak berpangkutangan, harus bekerja keras. “Ketahanan pangan berasal dari rumah tangga, perkuat dan optimalkan fungsi pekarangan” kata Dr Suswono dalam sambutannya di hadapan para petani dan penyuluh pertanian. Menteri Pertanian mencontohkan Rumah Pangan Lestari (RPL) di Pacitan yang terbukti mampu menyediakan pangan bagi rumah tangga di daerah setempat. Menteri Pertanian juga mengajak untuk mengaktifkan Gerakan Perempuan untuk Optimalisasi Pekarangan (GPOP). “Ibu Bibit harus ikut menggerakkan” kata Pak Menteri mengajak Ibu Gubernur Jawa Tengah yang juga hadir dalam acara ini. Penyuluh juga di-
Berita Puslitbangtan 48 • September 2011
himbau untuk terus bekerja, termasuk dalam meningkatkan produksi kedelai. Ketika ditanya wartawan Kompas, Kepala Balitkabi, Dr Muchlish Adie, memperkirakan hasil kedelai varietas Grobogan di Purworejo ini dapat mencapai 2,2 t/ha, angka yang cukup tinggi. Dalam kondisi iklim yang normal, hasil varietas Grobogan dapat mencapai 3,0 t/ha. Menurut Dr Muchlish, sebagaimana yang dilaporkan ke redaksi Berita Puslitbangtan, sebagian petani di daerah ini juga menanam kedelai varietas Raung dan sebagian lagi varietas lokal, seperti Mentel, Meliwis, dan Tengahan. Varietas Raung paling luas ditanam petani. Varietas lokal umumnya tidak
tahan terhadap serangan hama. “Kedelai yang ditanam setelah bulan Juli polongnya dimakan ulat”, kata Suparjito, petani dari Desa Wironatan, Purworejo, dalam acara temu lapang itu. Pada acara tersebut, Balitkabi membagikan berbagai publikasi hasil penelitian kepada peserta temu lapang. Balitkabi juga menyerahkan benih sumber kedelai varietas Anjasmoro, Kaba, dan Grobogan kepada petani yang diwakili oleh penyuluh pertanian setempat. Varietas Anjasmoro dan Kaba ternyata belum dikenal oleh petani setempat. “Benih kedelai ini akan kami kembangkan lebih lanjut” ujar sang penyuluh. Semoga berhasil. (MWT)
Dr Titik Sundari dari Unit Pengelola Benih Sumber (UPBS) Balitkabi menyerahkan bantuan benih kedelai kepada penyuluh pertanian di areal pengembangan SLPTT kedelai di Purworejo, Jawa Tengah, untuk dikembangkan lebih lanjut.
9
RAPAT KERJA
Dr Hasil Sembiring: Kita Perlu Kerja Keras Rapat Kerja (Raker) 2011 Puslitbang Tanaman Pangan pada 23-25 Mei 2011 di Karawang, Jawa Barat, membahas berbagai aspek yang terkait dengan revitaslisasi manajemen penelitian. Kepala Puslitbang Tanaman Pangan, Dr Hasil Sembiring, mengajak peneliti dan semua peserta Raker untuk terus bekerja keras menghasilkan inovasi teknologi guna mengantisipasi dampak perubahan iklim yang mengancam ketahanan pangan.
K
ementerian Pertanian telah menetapkan target pembangunan pertanian untuk periode 2010-2014, yaitu swasembada dan swasembada berkelanjutan, peningkatan diversifikasi pangan, peningkatan nilai tambah, daya saing, dan ekspor, serta peningkatan kesejahteraan petani. Target ini juga dikenal sebagai “empat sukses” Kementerian Pertanian.
Upaya untuk merealisasikan empat sukses tersebut makin berat mengingat makin rumitnya masalah yang dihadapi dalam pembangunan pertanian. Perubahan iklim yang mengancam berbagai aspek kehidupan, jumlah penduduk yang terus bertambah, degradasi, fragmentasi, dan konversi lahan pertanian yang masih berlangsung di beberapa daerah adalah
Kepala Puslitbang Tanaman Pangan, Dr Hasil Sembiring, didampingi Sekretaris Badan Litbang Pertanian, Dr Mappaona, memberikan pengarahan kepada peserta Rapat Kerja pada 23 Mei 2011 di Karawang, Jawa Barat.
10
masalah penting yang perlu ditangani dan diantisipasi dengan baik agar empat sukses yang telah ditargetkan itu dapat tercapai. Badan Litbang Pertanian yang diberi mandat untuk menghasilkan inovasi teknologi semakin penting peranannya dalam mengatasi berbagai masalah pembangunan pertanian dewasa ini. Apalagi jika dikaitkan dengan penyediaan pangan nasional, terutama padi dengan sasaran produksi 70,6 juta ton gabah kering giling dan surplus beras 10 juta ton pada tahun 2015. Tugas ini tentu tidak ringan dikaitkan dengan masalah tersebut, yang pemecahannya memerlukan inovasi teknologi yang efektif dan efisien. Oleh karena itu, diperlukan perubahan tata kerja dalam menghasilkan dan mengembangkan inovasi teknologi. Raker Puslitbang Tanaman Pangan di Kota Bukit Indah, Karawang, Jawa Barat, pada 23-25 Mei 2011, membahas kinerja dan aspek manajemen penelitian dan pengembangan tanaman pangan. Raker dengan tema “Revitalisasi Manajemen untuk Menghasilkan Inovasi Litbang Tanaman Pangan Mendukung Pencapaian Swasembada” ini diikuti oleh 80an peserta yang terdiri atas pejabat struktural lingkup Puslitbang Tanaman Pangan, koordinator program Balai Besar/Balit/Lolit, PPK dan bendahara pengeluaran, Ketua Kelti,
Berita Puslitbangtan 48 • September 2011
RAPAT KERJA
manager UPBS, peneliti senior dan yunior, serta Kepala Perwakilan IRRI untuk Indonesia yang bermarkas di Kantor Puslitbang Tanaman Pangan di Bogor. Kepala Badan Litbang Pertanian, Dr Haryono, pada Raker 2011 Puslitbang Tanaman Pangan menekankan pentingnya peranan penelitian dalam menghasilkan teknologi yang dapat segera diimplementasikan untuk meningkatkan produksi dan pendapatan petani. Terkait dengan tata kerja penelitian dan pengembangan tanaman pangan, topik yang dibahas pada Raker ini adalah: (1) Pembinaan SDM yang Produktif, nara sumber Dr Ery Sofiari (Staf Ahli Menteri Bidang Pembinaan SDM), (2) Perencanaan Litbang Pertanian (Revisi Permentan No. 20/2008), dan (3) Pengelolaan Dana Hibah, nara sumber Dr Mappaona (Sekretaris Badan Litbang Pertanian), (4) Pemuliaan Tanaman Terintegrasi dengan Usaha Benih Komersial, nara sumber Prof Dr Sumarno, dan (5) Spektrum Diseminasi Multichannel, nara sumber Dr Kasdi Subagyono (Kepala BBP2TP). Raker juga membahas beberapa materi penting lainnya melalui diskusi kelompok, mencakup penyusunan Petunjuk Teknis (Juknis) Perencanaan Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Pengelolaan UPBS Tanaman Pangan, Pengelolaan Kebun Percobaan, dan Spektrum Diseminasi Multichannel. Untuk dapat diketahui oleh semua pihak, terutama di lingkungan Puslitbang Tanaman Pangan, rumusan Raker tersebut adalah sebagai berikut: 1. Puslitbang Tanaman Pangan dituntut untuk senantiasa menghasilkan inovasi teknologi, terutama varietas unggul dan benih sumber berkualitas. Masalah yang dihadapi dalam penelitian dan
Berita Puslitbangtan 48 • September 2011
pengembangan adalah keragaman dan dinamika lingkungan pertanian yang dikelompokkan menurut kondisi ideal dan faktual. Dalam kondisi sumber daya terbatas, baik SDM maupun fasilitas dan pendanaan, orientasi kinerja penelitian harus tetap bermuara pada scientific recognition dan impact recognition. 2. SDM penelitian dan pengembangan dituntut untuk senantiasa berbuat kebajikan dan menolak kemungkaran, bekerja keras, dan memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Pengembangan SDM disesuaikan dengan kapasitas dan kemampuan tenaga kerja yang dimiliki. 3. Perkembangan pembangunan pertanian yang dinamis berdampak terhadap perubahan Rencana Pembangunan Jangka Menegah (RPJM), Rencara Strategis (Renstra) Penelitian dan Pengembangan, Renja, RKT, PK, dan LAKIP, sehingga rencana kegiatan harus sejalan dengan Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN). Oleh karena itu, perencanaan penelitian dan pengembangan pertanian memerlukan penyesuaian melalui penyempurnaan Permentan No. 20 Tahun 2008. 4. Sesuai dengan visi Badan Litbang Pertanian sebagai institusi penelitian berkelas dunia, maka kerja sama penelitian, baik nasional maupun internasional, menjadi penting. Pengelolaan dana hibah kerja sama sudah diatur dalam PP No. 10 Tahun 2011. Agar dapat dikelola dengan baik maka penggunaan dana hibah memerlukan tertib administrasi yang meliputi registrasi, menjadi bagian di dalam sistem DIPA, dan pelaporan. Hibah dalam bentuk barang harus dilaporkan dan dicatat dalam SIMAK BMN.
5. Perubahan iklim global berdampak luas terhadap sektor pertanian. Balai Besar, Balit, dan Lolit di lingkup Puslitbang Tanaman Pangan telah menghasilkan berbagai teknologi untuk mengantisipasi dampak perubahan iklim. Untuk menyediakan informasi yang komprehensif bagi pengguna hasil penelitian, Puslitbang Tanaman Pangan telah menerbitkan publikasi “Teknologi Tanaman Pangan Mengantisipasi Perubahan Iklim”. 6. Sejalan dengan program perakitan varietas unggul berdaya saing, pemuliaan tanaman perlu berorietasi bisnis yang terkait dengan lima subsistem perbenihan, yaitu penelitian pemuliaan, kelembagaan legal, produksi benih, pemasaran dan distribusi benih, serta penggunaan benih. Pemuliaan tanaman memerlukan investasi besar sehingga perlu diintegrasikan ke semua subsistem perbenihan tersebut, agar varietas unggul yang akan dilepas memiliki keunggulan produksi dan ekonomi. Dalam menghasilkan produk atau varietas unggul berorientasi pasar, pemulia tanaman dituntut untuk bermitra dengan perusahaan agribisnis. 7. Telah disepakati format baku Juknis Perencanaan Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Pengelolaan UPBS Tanaman Pangan, Pengelolaan Kebun Percobaan, dan Spektrum Diseminasi Multichannel yang sebelumnya telah dibahas dalam diskusi kelompok. (HK)
11
PUBLIKASI BARU
Teknologi Tanaman Pangan Menghadapi Perubahan Iklim
P
erubahan iklim telah menjadi isu global yang perlu mendapat perhatian serius karena mengancam berbagai aspek kehidupan. Dampak negatif dari perubahan iklim antara lain terjadinya cuaca ekstrim berupa kekeringan akibat kemarau panjang, banjir akibat tingginya curah hujan, dan meningkatnya permukaan laut yang akan merendam areal pertanian, terutama di kawasan pesisir. Bagi sektor pertanian, terutama subsektor tanaman pangan, peningkatan frekuensi dan intensitas cuaca ekstrim, suhu, dan permukaan laut secara langsung mengancam program peningkatan produksi sementara jumlah penduduk terus bertambah. Tantangan lainnya dalam usaha pertanian adalah telah terjadi konversi, degradasi, dan fragmentasi lahan.
12
Puslitbang Tanaman Pangan beserta jajarannya telah menghasilkan berbagai inovasi teknologi yang diharapkan dapat mengurangi dampak perubahan iklim terhadap keberlanjutan produksi tanaman pangan. Informasi dari inovasi teknologi tersebut menjadi bagian penting dari publikasi “Inovasi Teknologi Tanaman Pangan Menghadapi Perubahan Iklim” yang diterbitkan oleh Puslitbang Tanaman Pangan pada Mei 2011. Publikasi ini digelar dalam Penas XIII Penai-Nelayan di Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur, dan mendapat apresiasi oleh berbagai kalangan.
Selain itu, Puslitbang Tanaman Pangan juga telah menerbitkan Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan Vol. 30 No. 2, dan menerbitkan ulang buku saku pengelolaan hama, penyakit, dan hara tanaman padi, jagung, dan kedelai yang diminati oleh banyak penyuluh dan petani. (HMT)
Berita Puslitbangtan 48 • September 2011