MEMBENTUK KARAKTER PESERTA DIDIK MELALUI PROSES PEMBELAJARAN OLEH GURU KELAS DI MI/SD Nursyamsi Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Imam Bonjol Padang
Abstract: The meaning character according to Muchlas Samarin is the basic value to build someone character, constructed by both heredity and environment that distinguish them from others, and applied in their daily deed and activies. The student is categorized as a young human owns the ability and potency that can be developed through the teaching and learning process led by the teacher. Teacher is a professional educator, who are responsible to educate the learner, teaching, and train the student in a formal education program. Teacher is a figure whose their activities are usually imitated by the student, and the people regard them as teacher. All of family want their children have good character. The character building of the students basically are considered as the long process to do (along life education). But, the attitude can be developed by the instructional process wich are done by the teacher, to form the character, both observable or unobservable. Whether in cognitive, motorist or affective. Key words: Character, Instruction, attitude
Abstrak: Makna karakter sebagaimana dikemukakan oleh Muchlas Samari & Hariyanto adalah nilai dasar yang membangun pribadi seseorang, terbentuk baik karena hereditas maupun pengaruh lingkungan, yang membedakannya dengan orang lain, serta diwujudkan dalam sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Peserta didik adalah anak yang memiliki berbagai kemampuan atau potensi yang dapat dikembangkan dan dibentuk melalui proses-proses pembelajaran dalam pendidikan oleh guru. Guru adalah pendidik profesional, yang mengemban tugas sebagai pendidik, mengajar, dan melatih peserta didik dalam pendidikan formal. Guru adalah orang yang dapat ditiru perilakunya oleh anak didik, baik ucapan maupun tingkah lakunya. Guru merupakan teladan bagi anak didiknya, dan bagi masyarakat yang menganggapnya sebagai guru. Semua keluarga dan masyarakat menginginkan anak-anak mereka memiliki karakter yang baik, kepribadian yang baik dan akhlak yang bagus. Pe-ngembangan dan pembentukan karakter anak didik pada dasarnya merupakan suatu proses yang panjang dan berkelanjutan (proses pendidikan sepanjang hayat). Namun demikian perilaku individu itu bisa dikembangkan melalui proses pembelajaran yang mendidik oleh guru, untuk membentuk karakter yang baik, baik yang bisa dilihat, maupun yang tidak bisa dilihat. Baik itu dalam bentuk perilaku kognitif, motorik, kognitif dan afektif. Kata kunci: karakter, pembelajaran, perilaku
A. Pendahuluan Manusia adalah makhluk hidup yang diberi potensi dapat dididik dan dapat mendidik (paedagogik). Manusia memiliki potensi untuk mampu didik dan juga mendidik sehingga dapat menjadi khalifah di bumi, pendukung dan pengembang kebudayaan. Manusia juga dilengkapi dengan fitrah Allah, dengan berbagai kecakapan dan keterampilan yang dapat berkembang sesuai dengan kedudukannya sebagai makhluk yang mulia. Pikiran, perasaan, dan kemampuannya berbuat merupakan komponen dari fit-
rah itu. Itulah fitrah Allah yang melengkapi penciptaan manusia (Daradjat, dkk, 2012:16). Sebagaimana firman Allah swt. berikut ini:“… tegakkanlah fitrah Allah yang telah menciptakan manusia berdasarkan fitrah itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah itu…” (QS: Al-Rum: 30). Makna penjelasan di atas adalah bahwa manusia diberi potensi atau kemampuan yang dimilikinya dan mampu untuk mendidik. Untuk itu potensi tersebut perlu dikembangkan melalui
389
Nursyamsi: Membentuk Karakter Peserta Didik | 390
proses pendidikan, dalam rangka usaha pembinaan pribadi dan akhlak peserta didik oleh guru. Tugas guru sejatinya berkaitan dengan proses atau tahapan kegiatan yang meliputi mendidik, mengajar, dan melatih peserta didik. Mendidik berarti mengembangkan nilai-nilai tentang hidup (valus of life) dan proses ini bersifat afektif. Mengajar adalah mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi (value chair of transfer), proses ini bersifat kognitif. Melatih berarti mengembangkan keterampilan para peserta didik dan proses ini bersifat psikomotorik. Ketiga tugas guru ini harus terintegrasi menjadi satu kesatuan dan tidak terpisah-pisah. Dalam melaksanakan tugas mengajar, guru tidak bisa mengabaikan nilai-nilai kehidupan dan keterampilan yang dianut oleh masyarakat sekitar (Izzam, dkk, 2012:36). Peranan guru di sekolah, dalam keseluruhan kegiatan pendidikan di tingkat operasional, guru merupakan penentu keberhasilan pendidikan. Melalui kinerjanya pada tingkat institusional, instruksional, dan eksperimensial. Artinya bahwa guru mempunyai posisi yang strategis di garda terdepan dalam upaya pembangunan bangsa. Sejalan dengan tugas-tugas utamanya sebagai pendidik di sekolah, guru melakukan tugastugas kinerja pendidikan dalam bimbingan, pengajaran, dan latihan. Semua kegiatan itu sangat terkait dengan upaya pengembangan para peserta didik melalui keteladanan, penciptaan lingkungan pendidikan yang kondusif, membimbing, mengajar, dan melatih peserta didik sebagai unsur bangsa (Surya, 2013:197). Tugas-tugas guru tersebut akan terlaksana dengan baik dan berhasil apabila diiringi dengan keperibadian guru yang baik. Keperibadian seorang guru merupakan titik tumpu sebagai penyeimbang antara pengetahuan mengenai pendidikan dan keterampilan melaksanakan profesi sebagai pendidik terutama dalam bidang pembelajaran. Ketika titik tumpu ini kuat, pengetahuan dan keahlian bekerja secara seimbang yang berkaitan pada perubahan perlaku yang positif dalam pembelajaran. Namun ketika titik tumpu ini lemah, yaitu dalam keadaan keperibadian guru tidak banyak membantu, maka pengetahuan dan keterampilan guru tidak akan efektif digunakan (Surya, 2013:254).
Untuk itu budi pekerti guru sangat penting dalam pendidikan karakter atau watak peserta didik. Guru harus menjadi teladan bagi peserta didik, karena anak didik suka meniru. Diantara tujuan pendidikan ialah membentuk akhlak yang baik pada anak, dan ini akan tercapai jika guru ber-akhlak baik pula. Adapun akhlak yang baik da-lam ilmu pendidikan Islam adalah akhlak yang sesuai dengan ajaran Islam, sebagaimana dicon-tohkan oleh Rasulullah SAW. Di antara akhlak guru tersebut adalah sebagai berikut: 1. Mencintai jabatan sebagai guru Tidak semua orang menjadi guru karena “panggilan jiwa”. Ada sebagian menjadi guru karena “terpaksa”, seharusnya seorang guru harus mencintai pekerjaannya, dan menjadi guru karena didorong oleh pang-gilan jiwanya. 2. Bersikap adil terhadap semua peserta didik Anak didik terutama pada tingkat MI/SD, sangat sensitif jika guru memperlakukannya secara kurang adil dan pilih kasih. Terutama guru-guru yang masih muda, lebih memperhatikan anak yang pandai daripada yang lain, sikap seperti ini tidak baik. Oleh karena itu guru harus memperlakukan semua anak dengan cara yang sama. 3. Berlaku sabar dan tenang Di sekolah guru sering merasa kecewa karena peserta didik kurang mengerti apa yang diajarkannya. Bagi anak yang tidak mengerti, bisa menjadi pendiam atau sebaliknya membuat keributan di kelas. Kondisi ini dapat membuat guru kecewa, tetapi guru harus bersikap sabar menghadapi kondisi anak. Bisa jadi kesalahan ini terletak pada guru itu sendiri yang kurang terampil mengelola kelas atau materi pelajaran yang belum terkuasai dengan baik. 4. Guru harus berwibawa Dalam menghadapi kelas yang ribut, seharusnya guru menyikapi dengan tenang terhadap peserta didik-peserta didik yang rebut dan tidak melakukan kekerasan. Agar kelas dapat tenang maka guru harus mampu menguasai anak-anak di kelas, inilah guru yang berwibawa. 5. Guru harus gembira Guru yang gembira memiliki sifat humor, suka tertawa dan suka memberikan kesempatan tertawa pada anak didiknya. Guru yang gembira tidak lekas kecewa, mengerti dengan kemam-
391 | Jurnal Tarbiyah al-Awlad, Volume IV, Edisi 1, hlm. 389-397
puan akan-anak, dan berusa-ha menerangkan pelajaran sampai anak me-mahaminya. 6. Guru harus bersifat manusiawi Guru adalah manusia yang tidak luput dari kekurangan dan kelemahan, bukan manusia sempurna. Oleh karena itu guru harus mampu memahami kekurangan dirinya, dan mau memperbaikinya. Juga tidak berpikiran picik terhadap kesalahan-kesalahan anak didiknya, tetapi mampu memberikan hukuman yang adil dan suka memaafkan apabila anak insaf akan kesalahannya. 7. Bekerja sama dengan guru-guru lain Hubungan dan kerja sama yang baik antara sesama guru dalam bekerja, lebih berharga daripada gedung mewah dan alat-alat yang cukup. Suasana guru-guru di sekolah sebagian besar dipengaruhi oleh sikap dan kebijaksanaan kepala sekolah. Kepala sekolah yang baik seharusnya mampu mengurus dan memperjuangkan kepentingan guru-guru lainnya. 8. Bekerjasama dengan masyarakat Guru harus mempunyai pandang luas, guru harus bergaul dengan segala golongan dan lapisan masyarakat, supaya sekolah tidak terpencil (Izzam, dkk, 2012:42-44). Itulah di antara akhlak yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam menjalankan tugas mulianya untuk mencerdaskan anak-anak bangsa. Keberhasilan pendidikan sangat ditentukan oleh akhlak dan kualitas kepribadian guru itu sendiri sebagai seorang pendidik terutama dalam membentuk karakter anak didiknya. Cavanagh, Michael E dalam Surya (2013: 197) mengemukakan ada 12 kualitas keperi badian yang harus dimiliki seorang guru profe sional, yaitu sebagai berikut: 1. Memiliki pengetahuan mengenai diri sendiri. Guru harus mengetahui tentang dirinya sendiri, apa yang sedang dilakukan, permasalahan apa yang sedang dihadapi, dan persoalan apa yang dihadapi peserta didik. Pengetahuan tentang diri sendiri memungkinkan guru dapat merasakan dan berkomunikasi secara penuh perasaan dengan peserta didik yang menjadi peserta didiknya. 2. Kecakapan
Guru harus memiliki kualitas fisik, intelektual, emosional, dan moral yang penting untuk dapat membantu peserta didik, agar mereka dapat hidup efektif dan bahagia. 3. Kehangatan psikologis yang baik Guru harus menjadi model kesehatan psikologis, guru harus lebih sehat daripada orang yang mereka temui dalam proses pembelajaran. Kesehatan psikologis yang baik seorang guru sangatlah penting, karena akan mendasari pemahaman perilaku dan keahlian mereka. Kesehatan psikologis guru yang baik dapat membentuk suatu kekuatan positif dalam pembelajaran. 4. Dapat dipercaya Kepercayaan sangat penting bagi seorang guru, karena untuk mendorong orang menjadi dirinya sendiri, dapat menyimpan rahasia anak didik mereka, dan ketika peserta didik dapat mempercayai guru, mereka akan mencoba untuk lebih percaya pada dirinya sendiri. 5. Kejujuran Kejujuran, maknanya guru harus transparan dan sejati (authentic, genuine). Karakteristik ini sangat penting, karena untuk memudahkan guru dan peserta didiknya berinteraksi, dan memberkan umpan balik yang belum terselesaikan atau yang belum dipahami oleh peserta didik. 6. Kekuatan Kekuatan merupakan titik tengah antara intimidasi dan kelemahan. Hal ini dibutuhkan bagi guru, untuk memberikan peserta didik merasa aman. Para guru perlu memiliki kekuatan dalam meng-atasi serangan psikologis dan manupulasi yang dilakukan oleh peserta didik. 7. Kehangatan Kehangatan artinya sebagai sesuatu yang baik, perhatian, dan dapat menghibur orang lain. Kehangatan dalam berkomunikasi sangatlah penting dalam pembelajaran, karena dapat mencairkan suasana kelas. 8. Pendengar yang aktif Mendengar dengan baik adalah titik tengah antara hiperaktif dan kebingungan. Bagi guru kualitas mendengarkan ini sangat penting, karena menunjukkan perhatian secara personal dan juga menstimulasi peserta didik untuk bereaksi secara spontan pada guru. 9. Kesabaran Kesabaran memperkenankan peserta didik dalam berkonsultasi dan menciptakan situasi
Nursyamsi: Membentuk Karakter Peserta Didik | 392
yang kon-dusif. Para guru tidak dapat memaksa mempercepat pertumbuhan psikologis peserta didik tetapi harus membimbingnya. 10. Kepekaan Sensitivitas dalam diri guru sangat penting, karena mereka harus berkomunikasi dengan peserta didik. Guru yang sensitif memahami perasaan peserta didik dan dapat mengangkat masalah-masalah ke permukaan. 11. Kebebasan Guru dapat memberikan kebebasan kepada peserta didik yang sedang berkomunikasi, dan juga akan lebih merasakan tali persaudaraan apabila disertai rasa kebebasan. 12. Kesadaran holistik Kesadaran holistik guru dalam pembelajaran adalah bahwa guru menyadari keseluruhan orang dan tidak mendekati hanya dari satu aspek saja. Namun begitu tidak berarti bahwa guru adalah seorang ahli dalam semua aspek, tetapi menyadari dan bagaimana satu dimensi saling terkait dengan dimensi lainnya. Dari berbagai penjelasan di atas dapat dipahami bahwa kualitas kepribadian guru merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh guru. Kompetensi kepribadian, menurut UU No. 14/2005, diartikan sebagai “kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik”. Kemampuan kepribadian guru berkaitan erat dengan karakter. Kepribadian dan karakter guru sebagai pendidik, utamanya mengajar, sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pengembangan sumber daya manusia. Artinya kepribadian guru merupakan faktor penentu keberhasilan belajar peserta didik (Izzam, dkk, 2012:9). B. Pembahasan Salah satu tugas guru adalah sebagai pendidik, yang menjadi tauladan bagi peserta didiknya. Sebagai pendidik, guru dituntut menjadi seorang inspirator, menjaga dan menegakkan disiplin di kelas. Sebagai inspirator, guru memberikan semangat kepada para siswa tanpa memandang tingkat kemampuan intelektual dan motivasi belajar siswa. Guru yang baik mampu membentuk karakter siswa (Surya 2013: 40).
1. Makna Karakter Karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan berperilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang dapat membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusannya. Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma agama, hukum, tata krama, budaya, adat istiadat dan etika (Samari & Hariyanti, 2013: 41-42). Karakter terdiri atas nilai-nilai operatif, nilai yang berfungsi dalam praktek. Karakter mengalami pertumbuhan yang membuat suatu nilai menjadi budi pekerti, sebuah watak batin yang dapat diandalkan dan digunakan untuk merespon berbagai situasi dengan cara yang bermoral. Karakter terbentuk dari tiga macam bagian yang saling berkaitan satu sama lain yaitu: pengetahuan moral, perasaan moral, dan perilaku moral. Karakter yang baik mengetahui kebaikan, menginginkan kebaikan, dan melakukan kebaikan, kebiasaan pikiran, kebiasaan hati, dan kebiasaan perbuatan. Ketiganya penting untuk menjalankan hidup yang bermoral. Ketiganya adalah faktor pembentuk kematangan moral (Lickona, 2013:72). Diagram berikut ini menjelaskan beberapa kualitas moral, perasaan moral dan perbuatan moral. Semua komponen tersebut adalah kualitas-kualitas spesifik yang harus diusahakan (guru) pembentukannya dari diri anak-anak kita (peserta didik), demi kepentingan mereka sendiri dan demi kepentingan masyarakat (Lickona, 2013:72). Komponenkomponen karakter yang baik dapat dilihat pada bagan 1. Panah yang menghubungkan setiap domain karakter dengan dua domain lainnya berarti memperkuat hubungan di antara domaindomain tersebut. Pengetahuan moral, perasaan moral, dan tindakan moral tidak terpisahkan, namun saling mempengaruhi dengan beragam cara.
393 | Jurnal Tarbiyah al-Awlad, Volume IV, Edisi 1, hlm. 389-397
PENGETAHUAN MORAL 1. 2. 3. 4. 5. 6.
PERASAAN MORAL
Kesadaran moral Mengetahui nilainilai moral Pengambilan perspektif Penalaran moral Pengambilan keputusan Pengetahuan diri
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Hati nurani Penghargaan diri Empati Menyukai kebaikan Kontrol diri Kerendahan hati
AKSI MORAL 1. 2. 3.
Kompetensi Kemauan Kebiasaan
Bagan 1. Komponen-komponen karakter yang baik (Glenn Collins dalam Lickona, 2013: 74)
1. Pengetahuan Moral Enam pengetahuan moral yang dapat dikembangkan oleh guru pada peserta didik dalam pembelajaran dalam rangka membentuk karakter mereka, yaitu: a. Kesadaran moral Kegagalan moral yang sering terjadi pada diri manusia dalam semua tingkatan usia adalah kebutaan moral, kondisi dimana orang tak mampu melihat bahwa situasi yang sedang ia hadapi melibatkan masalah moral dan membutuhkan pertimbangan lebih jauh. Anak-anak dan remaja khususnya sangat rentan terhadap kegagalan seperti ini, bertindak tanpa mempertanyakan “apakah ini benar?”. b. Mengetahui nilai-nilai moral Nilai moral seperti menghormati kehidupan dan kemerdekaan, bertanggung jawab terhadap orang lain, kejujuran, keadilan, toleransi, sopan santun, disiplin diri, integritas, belas kasih, kedermawanan, dan keberanian adalah faktor penentu dan membentuk pribadi yang baik. Mengetahui sebuah nilai moral berarti memahami bagaimana menerapkannya dalam berbagai situasi kehidupan.
c. Pengambilan perspektif Pengambilan perspektif adalah kemampuan untuk mengambil sudut pandang orang lain, melihat situasi dari sudut pandang orang lain, membayangkan bagaimana orang lain akan berpikir, bereaksi, dan merasa. Ini prasyarat bagi pertimbangan moral. Artinya kita tidak dapat menghormati orang dengan baik dan bertindak dengan adil terhadap mereka. Jika kita tidak memahami mereka. d. Penalaran moral Penalaran moral adalah memahami makna sebagai orang yang bermoral dan mengapa kita harus bermoral. Mengapa memenuhi janji adalah penting. Mengapa kita harus berusaha sebaik mungkin, dan mengapa kita harus berbagi dengan orang lain. e. Membuat keputusan Membuat keputusan adalah mampu memikirkan langkah-langkah yang mungkin akan diambil seseorang yang sedang menghadapi persoalan moral, disebut sebagai keterampilan pengambilan keputusan refleksi. f. Memahami diri sendiri Memahami diri sendiri merupakan pengetahuan moral yang paling sulit untuk dikuasai, tetapi penting bagi pengembangan karakter. Untuk menjadi orang yang bermoral diperlukan kemampuan mengulas perilaku diri sendiri dan mengevaluasinya secara kritis. Semua hal di atas memberikan kontribusi yang sama terhadap sisi kognitif karakter. 2. Perasaan Moral Berikut ini beberapa aspek moral emosional yang memfokuskan pada pengajaran tentang karakter yang baik, oleh guru pada peserta didik, sebagai berikut ini: a. Hati nurani Hati nurani memiliki dua sisi, sisi kognitif dan sisi emosional. Sisi kognitif menuntun manusia dalam menentukan hal yang benar, sedangkan sisi emosional menjadikan kita merasa berkewajiban untuk melakukan hal yang benar. b. Penghargaan diri Jika kita memiliki penghargaan diri yang sehat kita akan dapat menghargai diri sendiri, maka kita akan menghormati diri sendiri, dan kecil kemungkinan bagi kita untuk merusak tubuh a-
Nursyamsi: Membentuk Karakter Peserta Didik | 394
tau pikiran kita atau membiarkan orang lain merusaknya. c. Empati Empati adalah kemampuan mengenali, atau merasakan, keadaan yang tengah dialami orang lain. Empati memungkinkan kita keluar dari kulit kita dan masuk ke kulit orang lain. Empati merupakan sisi emosional dari pengambilan perspektif. Perbedaan tingkat empati pada diri seseorang telah ada pada usia dini, hanya saja bagaimana cara keluarga dan guru di sekolah mengembangkan sikap, empati pada anak agar terbentuk semenjak dari kecil dalam kehidupan. d. Mencintai kebaikan Ciri lain dari bentuk karakter yang tertinggi adalah ketertarikan murni, yang tidak dibuatbuat, pada kebaikan. Jika orang mencintai kebaikan, mereka akan merasa senang melakukan kebaikan. Guru dapat mengembangkan pada peserta didik di kelas untuk dapat mencintai berbuat baik dalam kehidupan dengan berbagai metode. e. Kontrol diri Kontrol diri ini perlu ditanamkan dan dikembangkan oleh guru pada anak didik. Kontrol diri ini dapat menghindarkan seseorang dari perbuatan-perbuatan yang merusak moral. f. Kerendahan hati Kerendahan hati merupakan budi pekerti atau moral-moral yang kerap diabaikan oleh seseorang pada hal rendah hati ini merupakan bagian penting dari karakter yang baik. Kerendahan hati adalah bagian dari pemahaman diri. Guru dapat mengembangkan sikap rendah hati ini pada murid-murid dalam proses pendidikan. Hati nurani, penghargaan diri, empati, mencintai kebaikan, kontrol diri, dan kerendahan hati adalah komponen-komponen yang membentuk sisi emosional moral seseorang, yang dapat dikembangkan pada anak didik semenjak diri.
3. Tindakan Moral Tindakan moral adalah produk dari kualitas moral intelektual dan emosional, orang yang memiliki dua kualitas ini, mereka memiliki kemungkinan melakukan tindakan yang menurut pengetahuan dan perasaan mereka adalah tindakan yang benar.
Adapun yang menggerakkan seseorang untuk mampu melakukan tindakan bermoral atau menghalanginya, ada tiga aspek lain yaitu: kompetensi, kemauan, dan kebiasaan. a. Kompetensi Kompetensi moral adalah kemampuan mengubah pertimbangan dan perasaaan moral ke dalam tindakan moral yang efektif. b. Kehendak Kehendak diperlukan untuk menjaga emosi agar tetap terkendali oleh akal, kehendak juga dibutuhkan untuk dapat melihat dan memikirkan suatu keadaan melalui seluruh dimensi moral. c. Kebiasaan Dalam banyak situasi, kebiasaan merupakan faktor pembentuk perilaku moral. Untuk alasan inilah sebagai bagian dari pendidikan moral, anak-anak membutuhkan banyak kesempatan untuk membangun kebiasaan-kebiasaan baik, dan banyak berlatih untuk menjadi orang baik. Hal itu berarti mereka harus memiliki banyak pengalaman menolong orang lain, berbuat jujur, bersikap santun, dan adil, dengan demikian, kebiasaan baik ini akan selalu siap melayani mereka dalam keadaan sulit sekalipun. Dalam diri seseorang yang berkarakter baik, pengetahuan, perasaan, dan tindakan moral biasanya bekerja secara bersama-sama untuk saling mendukung. Sikap hormat dan bertanggung jawab, serta nilai-nilai yang berasal dari keduanya adalah nilai-nilai yang dapat diajarkan secara sah oleh sekolah. Pengetahuan, perasaaan, dan tindakan moral sebagai realitas yang hidup (Lickona, 2013:75-89). Penjelasan-penjelasan di atas adalah merupakan isi dari pendidikan karakter menurut Thomas Lickona. Prinsip-prinsip Akhlak Mulia sebagai Acuan dalam Bersikap dan Bertingkah Laku Pada hakikatnya Rasululloh SAW telah meletakkan dasar-dasar yang benar bagi pembentukan pribadi yang paripurna. Tujuannya adalah untuk mewujudkan individu-individu yang baik yang pada proses selanjutnya akan menghasilkan masyarakat yang aman, damai dan sentosa, di dunia dan di akhirat kelak. Karena akhlak berkaitan erat dengan pembentukan kepribadian, kejiwaan dan tingkah laku yang baik. Untuk itu para orang tua dan guru-guru berperan penting dalam mengembangkan dan membentuk ka-
395 | Jurnal Tarbiyah al-Awlad, Volume IV, Edisi 1, hlm. 389-397
rakter anak melalui akhlak mulia. Berikut ini ada beberapa bentuk (gambaran) penerapan akhlakul karimah dalam kehidupan serta tingginya perhatian Rasululloh SAW sebagaimana dikemukakan oleh Riyadh (2007: 95) berikut ini: 1. Memuliakan yang tua serta menyayangi yang kecil. Salah satu sikap mulia yang dianjurkan Rasululloh SAW. terhadap umatnya adalah menghormati orang yang lebih tua serta menyayangi yang kecil. 2. Bersikap amanah. Amanah merupakan sifat yang sangat terpuji. Jika dia terdapat pada diri seseorang, orang itu akan dicintai Allah SWT., dicintai Rasululloh, serta dicintai seluruh manusia. 3. Mendamaikan orang-orang yang berselisih. Islam adalah agama yang sangat mendorong terciptanya hubungan baik di antara sesama manusia. Salah satu tanda terbinanya hubungan yang baik antara individu dengan individu lain adalah orang tersebut senang jika saudaranya itu mendapat kebaikan. 4. Gemar berinfak. Berinfak sebetulnya merupakan salah satu sarana untuk menyucikan diri maupun jiwa. Derajat kedermawanan yang tertinggi adalah sikap iitsan, yaitu tidak segan-segan berinfak kepada orang lain, meskipun dirinya membutuhkannya. 5. Menjaga kebersihan. Islam adalah agama yang menaruh perhatian penting terhadap masalah kebersihan dan disiplin diri. Diantara tanda kesempurnaan pribadi seseorang muslim adalah senantiasa berusaha menjaga kebersihan diri, rumah tangga, maupunn lingkungan tempat tinggalnya. 6. Bersikap Ikhlas Hendaknya setiap individu melakukan sesuatu dengan niat yang ikhlas yang muncul di dalam hati. Sikap ikhlas dalam berbuat hendaknya dapat dikembangkan pada anak didik dalam kehidupan sehari-hari. 7. Istiqamah Target akhir yang diinginkan Islam dari seseorang muslim bukanlah hanya melakukan kebaikan, tetapi lebih lanjut adalah sikap istiqamah dalam kebaikan. 8. Berbuat Baik
Islam merupakan agama yang berisi panduan akhlak atau tingkah laku terbaik bagi manusia. Diantara ajaran terpenting yang dibawanya adalah ajaran untuk berbuat baik kepada kedua orang tua, keluarga, dan para sahabat. 9. Tolong Menolong Dalam ajaran Islam (dalam hadist Rasululloh SAW) banyak menyeru kita untuk tolong-menolong, atau bahu membahu dengan sesama kita, terutama dalam kebaikan. 10. Ketakwaan Salah satu perwujudan sikap takwa adalah menunaikan kewajiban-kewajiban yang muncul sebagai konsekwensi keimanan. Cara terpenting meraih ketakwaan melalui ibadah. 11. Bersikap Rendah Hati Kesombongan merupakan satu sifat yang paling dibenci Islam, sebaliknya sikap rendah hati adalah salah satu yang paling disukai. 12. Keteguhan Jiwa Dalam hidupnya Rasululloh SAW sering kali berdoa agar diberikan keteguhan jiwa serta tekad yang kuat dalam menyelesaikan segala urusan. 13. Berakhlak yang baik Memiliki perilaku terpuji merupakan kepribadian seorang muslim. Rasululloh SAW senantiasa menasehatkan kita untuk menghiasi diri dengan akhlak mulia dalam pergaulan dengan siapapun. 14. Bisa Menjaga Rahasia Rahasia orang lain termasuk dalam kategori amanah. Oleh sebab itu, setiap muslim harus menghormatinya agar terwujud rasa saling percaya diantara anggota dalam masyarakat dan tidak timbul rasa permusuhan, pertikaian, serta hilangnya rasa aman. 15. Bersabar Kata ini terulang di dalam Al Quran lebih dari tujuh puluh tempat. Di dalam berbagai ayat tersebut dapat dilihat bahwa Allah SWT menganugrahi orang-orang yang memegang teguh sifat sabar dengan berbagai keutamaan. Berbagai kebaikan dan derajat yang terhormat juga dijanjikannya sebagai buah dari sikap terpuji ini.
Nursyamsi: Membentuk Karakter Peserta Didik | 396
16. Bersyukur Ketakwaan merupakan pintu masuk kepada sikap syukur. Dengan bersyukur berarti seseorang merasa bahagia dengan nikmat yang telah diberikan Allah kepadanya. 17. Kejujuran Keutamaan sifat ini, Imam Al Ghazali berkata, dalam hal ini Alah berfirman "Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah…" (QS: Al-Ahzab: 23). Selain itu Rasululloh SAW juga bersabda "Hendaklah kamu bersikap jujur karena sesungguhnya kejujuran itu membawa kepada kebajikan, sementara kebajikan membawa ke syurga…" (HR. Bukhari dan Muslim) Dari penjelasan akhlak-akhlak mulia di atas, dapat dipahami bahwa permasalahan akhlak merupakan hal yang harus menjadi perhatian bagi para pendidik dalam membentuk perilaku atau karakter anak didik, agar mereka menjadi orangorang yang memiliki akhlak mulia. Dalam bagian lain Lickona (2013: 111-112) menjelaskan bahwa moralitas berkaitan dengan cara seseorang memperlakukan orang lain. Dalam komunitas kecil di kelas, siswa memiliki dua hubingan: hubungan dengan guru dan hubungan dengan teman lain. Kedua hubungan ini berpotensi sekali memberikan pengaruh, baik positif maupun negatif terhadap perkembangan karakter anak. Guru memiliki kekuatan untuk menanamkan nilai-nilai dan karakter pada anak melalui tiga cara, yaitu: 1. Guru dapat menjadi seorang penyayang yang efektif, menyayangi, menghormati peserta didik, membantu mereka meraih sukses di sekolah, membangun kepercayaan diri mereka, dan membuat mereka mengerti diri mereka, dan membuat mereka mengerti apa itu moral dengan melihat cara guru memperlakukan peserta didik dengan etika yang baik. 2. Guru dapat menjadi seorang model, orangorang yang beretika yang menunjukkan rasa hormat dan tanggung jawabnya yang tinggi, baik di dalam maupun di luar kelas. Guru pun dapat memberi contoh dalam hal-hal yang berkaitan dengan moral beserta alasannya, yaitu dengan cara menunjukkan
etikanya dalam bertindak di sekolah dan di lingkungannya. 3. Guru dapat menjadi mentor yang beretika, memberikan instruksi moral dan bimbingan melalui penjelasan, diskusi di kelas, bercerita, pemberian motivasi personal, dan memberikan umpan balik yang korektif ketika ada siswa yang menyakiti teman atau menyakiti diri sendiri. Guru pendidik yang dapat menjadi model dan membangun karakter anak didik menjadi baik. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan guru yang dapat mendukung nilai-nilai moral dan karakter yang baik pada anak didik berikut ini: 1. Memperlakukan siswa dengan hormat dan penuh kasih sayang. 2. Menghormati dan memberikan perhatian pada siswa. 3. Membangun hubungan yang manusiawi. 4. Memberikan contoh-contoh yang baik dan pengajaran langsung. 5. Membantu siswa agar mengerti benar tentang kecurangan. 6. Mengajarkan siswa untuk peduli tentang nilai-nilai moral. 7. Bercerita sebagai pengajar moral. 8. Membimbing siswa (satu persatu). 9. Memberikan bimbingan secara individu. 10. Merangkul para siswa dengan cara komunikasi tulisan. Kesadaran akan pentingnya hubungan guru dengan peserta didiknya membutuhkan seorang guru yang memiliki visi moral. Seorang pendidik harus memahami betapa pentingnya nilainilai moral dimiliki oleh siswa untuk membentuk perilaku atau karakter mereka dalam kehidupan, agar mereka mengjadi orang yang baik. C. Penutup Dari pembahasan di atas dapat diambil beberapa kesimpulan berikut ini: 1. Pada dasarnya setiap anak didik memiliki berbagai potensi untuk dapat dikembangkan dalam proses pembelajaran oleh guru, dalam usaha dan kegiatan pendidikan. Artinya bahwa pendidikan merupakan usaha dan kegiatan pembinaan pribadi dan karakter peserta didik oleh guru. Guru yang baik akan men-
397 | Jurnal Tarbiyah al-Awlad, Volume IV, Edisi 1, hlm. 389-397
2.
3.
4.
5.
jadi tauladan bagi anak didiknya (menjadi model). Di antara tujuan pendidikan adalah membentuk akhlak peserta didik. Dari itu guru merupakan faktor kunci dalam membentuk akhlak dan karakter siswa, terutama pada tingkat MI/SD, di sekolah, dan ini akan terlaksana dengan baik, jika guru berakhlak baik pula, serta karakter yang baik juga. Karakter yang baik terbentuk pada diri seseorang melalui tiga komponen, yaitu: memiliki pengetahuan moral, punya perasaan moral, dan perilaku moral, ketiga komponen ini saling berkaitan. Sebagaimana dinyatakan oleh Thomas Lickona, bahwa karakter yang baik pada seseorang itu adalah bahwa ia mengetahui kebaikan, menginginkan kebaikan, dan melakukan kebaikan. Kebaikan pikiran, kebiasaan hati, dan kebiasaan perbuatan yang dilakukan, faktor inilah yang membentuk kematangan moral pada diri seseorang. Rasululloh SAW telah meletakkan dasardasar yang benar bagi pembentukan peilaku individu atau pribadi yang paripurna. Tujuannya adalah untuk mewujudkan individu yang baik melalui akhlak mulia. Akhlak itu erat kaitannya dengan pembentukan kepribadian, kejiwaan dan tingkah laku yang baik. Guru merupakan pendidik yang dapat membentuk karakter anak didik dalam perilaku nyata melalui contoh-contoh dan keteladanan dalam berinteraksi.
Referensi Daradjat, Zakiah dkk., Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2012 Izzam, Ahmad, dkk., Membangun Guru Berkarakter, Bandung: Humaniora, 2012 Lickona, Thomas (terjemahan oleh Juma Abdu Wamaungo), Mendidik Untuk Membentuk Karakter, Jakarta: Bumi Aksara, 2013 Lickona, Thomas (terjemahan oleh Lita), Pendidikan Karakter Panduan Lengkap
Mendidik Siswa Menjadi Pintar dan Baik, Bandung: Nusa Media, 2013 Surya, M., Psikologi Guru Konsep dan Aplikasi dari Guru, untuk Guru, Bandung:Alfabeta, 2013 Samari, Muchlas dan Hariyanti, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, Bandung: Rosda, 2013 Riyadh, Saad (terjemahan oleh Abdul Hyyie alKattani), Jiwa dalam Bimbingan Rasululloh, Jakarta: Gema Insani, 2007