a
s , 1. g su m d in hu ta t. E ead i k y is rr is Ha nt fo Ed u cie nks n S Ib rue - tha n T io e th vers il
Scientia
m e-
isi Survey Scientia, nantikan bingkisan menarik dari kami..
Edisi 5. Tahun 2 | September 2011 | Syawal 1432H Buletin dwi-mingguan. Dibagikan gratis.
Sang Jenius Optik, “The True Scientist” Ibnu Al-Haytam Oleh Syarach Meirizka
S
alah satu nikmat dan indra penting yang dimiliki seorang manusia adalah fungsi penglihatannya. Saat suatu benda dapat dilihat bentuk dan warnanya proses itu terasa begitu sederhana dan mudah terjadi. Hanya dengan membuka mata, seseorang dapat mengetahui apa yang ada di depannya. Proses yang terlihat sederhana tersebut dikaji mendalam oleh seorang ilmuwan di abad pertengahan. Ilmuwan tersebut berhasil mengungkap teori penglihatan manusia dan menggugurkan teori tiga pemikir lain: Euclid, Ptolemus, dan Aristoteles. Teori penglihatan manusia yang ditemukannya inilah yang kemudian berkembang menjadi teori dasar optik. Sebuah teori awal ditemukannya teknologi-teknologi yang menggunakan media lensa ataupun cermin, seperti teleskop, mikroskop, bahkan kamera yang telah mempermudah kerja dan membantu fungsi penglihatan manusia yang terbatas. Beliau adalah seorang ilmuwan Islam yang dikenal dengan nama Ibnu Al-Haytham. Hal. 1 | Edisi 5. Tahun 2 | September 2011 | Syawal 1432H
Ibnu Haytham bernama lengkap Abu Ali Hasan bin Al-Hasan Ibnu Al-Haytham. Ibnu Haytham merupakan seorang Arab Persia yang lahir pada tahun 354 H atau 965 M di kota Basra, sebuah kota yang terletak di Irak. Karena tempat kelahiran Ibnu Haytham inilah, ”Al-Basra” menjadi salah satu nama julukannya, sedangkan di dunia barat Ibnu Haytham dikenal dengan nama latin Alhacen, Alhazeni, atau lebih dikenal dengan nama Alhazen. Ibnu Haytham menimba ilmu di Ahzam dan Baghdad, yaitu kota yang merupakan pusat ilmu pengetahuan saat itu. Ibnu Al-Haytham adalah seorang penemu dan polymath, seorang pelopor dalam banyak bidang sains. Ibnu Haytham mendedikasikan hidupnya untuk sains. Ia mempelajari berbagai bidang sains yang berbeda sepanjang hidupnya mulai dari bidang optik, matematika, fisika, geometri, anatomi, astronomi (ilmu falak), psikologi, teknik (engineering), dan ophthalmologi (ilmu pengobatan mata). Scientia edisi kali ini akan membahas kontribusi terbesar Ibnu Haytam dalam bidang ilmu
Scientia
SE
P
th ean m ks ail fo ver r r si ea on di ng
“Selamat Idul Fitri 1432 H, Taqobbalallahu minna waminkum, Kullu amin wa antum bikhair..”
Mohon maaf jika selama terbit Scientia pernah melakukan salah dan khilaf. Terlebih atas keterlambatan edisi ini. Beberapa e-mail masuk yang menanyakan “kemana Scientia?” menunjukkan kecintaan kepada buletin ini. Sekali lagi kami mohon dibukakan pintu maaf yang sebesar-besarnya..
Scientia Diterbitkan oleh Scientia Experia Publisher. Terbit dwi-mingguan. SEP memfokuskan diri kepada eksplorasi dan penyajian warisan peradaban dunia, khususnya peradaban Islam. Melalui wacana sains dan sosial. Redaksi: Herriy Cahyadi, Nono Sukarno, Rivki Hendriyan, Muksalmina, Siti Nurhasanah, Izza Soraya, Syarach Meirizka. Editor Bahasa: Diyah Musri Harsini Keuangan dan Distribusi: Topan Bayu, Tikas, Opik, Diyah Jamilatul Coming next: The Year of Ibnu al-Haytam Celebrating a Millenium (1000 Years) of Science
a free talkshow Scientia juga tersedia dalam bentuk Buletin e-bulletin full color (PDF). Bagi yang berminat cukup kirim e-mail ke
[email protected]. Setiap edisi terbit akan dikirim.
Edisi cetak: satu warna (hitam), 49.5 x 24.5 cm
Scientia exploring the world greatest heritages
Experia
Assalamu'alaikum Wr. Wb Tiada kalimat yang lebih layak diucapkan selain kalimat puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat yang telah Ia berikan. Nikmat iman, nikmat Islam, dan nikmat ilmu adalah kenikmatan puncak dari seorang muslim. Cukuplah kenikmatan tersebut di dunia ini. Shalawat serta salam kita haturkan bagi junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Sebelumnya, kami memohon maaf yang sebesar-besarnya kepada sahabat semua atas keterlambatan terbitnya buletin Scientia yang sama-sama kita cintai ini. Banyak hal yang membuat redaksi cukup teralihkan beberapa saat dari kesibukan “meracik” Scientia :), di antaranya kesibukan “kehidupan baru” dua orang redaksi mba Dije dan mba Siti (alhamdulillah pengantin baru), UTS lalu UAS, amanah kerja, dsb. Hal-hal tersebut memaksa Scientia kami istirahat sejenak dari kesibukan ber. . Namun, sekarang dengan semangat baru kami kembali. Terus dukung kami agar senantiasa istiqamah dalam menyelesaikan halaman demi halaman Scientia berikutnya yaa!.. Nah, kali ini kita sampai pada edisi spesial mengenai penemuan spektakuler dunia hingga saat ini. Penemuan yang menjadi dasar ilmu modern, yaitu optik. Kamera, film, kaca mata, teleskop, dan sejenisnya adalah alat modern yang berasal dari alat sederhana yang diberi nama Camera Obscura. Dialah Ibnu Haytam, seorang jenius yang meletakkan dasar-dasar ilmu optik. Bukunya menjadi rujukan ratusan tahun. Ia juga dijuluki sebagai The True Scientist. Seperti apa kiprahnya? Mari simak pembahasan Scientia kali ini. Selamat membaca! Scientia telah hadir di: SMAN 28, SMAN 70, SMAN 8, SMAN 14, SMAN 81, SMAN 62, SMAN 6, SMANSA DEPOK, SMAN 5 DEPOK, SMA 38, SMA-SMA di BANDAR LAMPUNG, SMA 39, SMA 55, SMA 49, SMAN 1 & 2 TANGERANG SELATAN, SMAN 3 DEPOK, SMAN 98, SMAN 34, SMA 7 PALEMBANG, SMA 1 PADANG, FAK. SAINS & TEKNOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH. New UNIVERSITAS INDONESIA: FTUI, FMIPA, FASILKOM, FKM, FIK. Jika SMA atau kampusmu ingin mendapatkan Scientia, kirim e-mail ke
[email protected], jangan lupa sertakan alamat dan nomor kontaknya ya. Oiya, Scientia ini disebarkan secara gratis lho..! :D
OneHouse
Kirimkan tulisan kamu ke alamat berikut:
[email protected] Cover: Camera Obscura (www.1001inventions.com). Sumber-sumber tulisan ada pada redaksi. Scientia juga menerima tulisan. Kriteria tulisan: bebas (mengenai ilmu pengetahuan), bahasa formal (EYD), sertakan sumber dan gambar, maks 2 hal A4.
creativities
Buletin ini didukung oleh:
Proposal, Baliho, Spanduk, Umbul-umbul, Poster, Notebook, Pulpen, Goodie Bag, Stiker, Stampel, Sertifikat, Kaos
Terima kasih kepada seluruh donatur yang ikut mendukung terbitnya buletin Scientia Semoga Allah membalasnya dengan kebaikan yang berlipat..
Forum Tausiah - Rohis 28 ang. 2004
BCA 5375025512/ Bank Mandiri 1020005514234 a.n diyah jamilatul ummami
SE
P
th ean m ks ail fo ver r r si ea on di ng
pengetahuan yang telah menjadi referensi dari banyak ilmuwan lain di dunia, yaitu prinsip-prinsip dasar optik. Kitāb Al-Manā? ir (— Ÿ«‰„·« »« fl) atau dikenal juga sebagai Book of Optics—dalam bahasa latin disebut De Aspectibus atau Opticae Thesaurus—merupakan buku risalah ilmu optik yang paling dikenal yang selesai ditulis oleh Ibnu Haytham pada tahun 1021 M. Buku ini dicetak dalam tujuh jilid dan menjadi acuan maupun referensi dasar para ilmuwan yang mengembangkan teknologi di bidang optik. Para penemu tersebut di antaranya adalah Roger Bacon, seorang penemu teleskop, mikroskop, dan spektakel, serta ilmuwan Johannes Kepler yang menemukan teleskop Kepler. Ibnu Haytham memulai pendidikannya di bidang teologi Islam, fokus mempelajari nilai-nilai penting dalam peradaban Islam. Ibnu Haytham juga banyak mempelajari dan menyalin buku-buku yang berkaitan dengan ilmu matematika dan astronomi atau ilmu falak. Buku yang pernah ditulisnya dari bidang ini yaitu Finding the Direction of Qibla by Calculation. Sesuai judulnya, dalam buku ini Ibnu Haytham membahas penentuan arah kiblat shalat berdasarkan penghitungan secara matematis. Setelah dari Baghdad, Ibnu Haytham menuju ke Mesir. Di tempat ini, Ibnu Haytham dipercaya pemimpin Mesir saat itu, untuk dapat mengatur aliran banjir Sungai Nil dengan menggunakan penghitungan. Namun, Ibnu Haytham merasa bahwa pekerjaan ini tidak dapat
The Book of Optics (Arabic: Kitab al-Mana? ir; Persian: Ketab e Manzareha; Latin: De Aspectibus or Opticae Thesaurus: Alhazeni Arabis; Italian: Deli Aspecti) terdiri dari 7 jilid buku yang menerangkan tentang cahaya dan mata.
Scientia
dijalankan. Ia pun sempat melewati masa tahanan rumah dari 1011 hingga 1021 M. Selama masa tahanan inilah Ibnu Haytham menulis karya besarnya Kitab Al-Manadzir atau Book of Optics. Setelah masa tahanan selesai, Ibnu Haytham pergi ke Andalusia, Spanyol. Di kota inilah Ibnu Haytham memperdalam ilmu di bidang optik, matematika, fisika, ilmu pengobatan, dan pengembangan metode ilmiah. Kecemerlangan pemikirannya dalam ilmu optik tidak diragukan lagi. Ibnu Haytham mampu mendeskripsikan proses terjadinya penglihatan manusia, proses terbentuknya bayangan pada mata, serta anatomi bagian-bagian dari mata. Ibnu Haytham lah yang pertama kali memperkenalkan istilah-istilah retina, konjungtiva, iris, lensa, kornea, humour viteous, dan humour aqueous pada anatomi mata yang hingga sekarang masih dipakai. Ibnu Haytham menggugurkan teori yang terkemuka di masa itu tentang penglihatan manusia oleh Euclid, Ptolemus (Ptolemy), dan Aristoteles. Teori Euclid dan Ptolemus mengatakan bahwa manusia dapat melihat karena adanya cahaya yang dipancarkan oleh mata yang mengenai suatu objek. Teori ini dibantah oleh Ibnu Haytham. Menurutnya hal itu mustahil dapat terjadi dalam waktu sepersekian detik setelah kita membuka mata untuk dapat melihat benda yang sangat jauh seperti bintang. Teori kedua yang digugurkan oleh Ibnu Haytham yaitu teori Aritoteles. Teori Aristoteles mengatakan bahwa penglihatan diakibatkan karena adanya bentuk fisik dari benda yang kita lihat yang masuk ke dalam mata. Ibnu Haytham menggugurkan kedua teori tersebut dan menguatkan teorinya bahwa mata dapat melihat karena adanya proses cahaya yang masuk ke dalam mata dari tiap titik pada sebuah objek. Selanjutnya sinar-sinar tersebut difokuskan atau dibiaskan pada retina, kemudian disalurkan ke otak melalui saraf optik sehingga terbentuklah gambaran objek yang dilihat tersebut. Selain itu, Ibnu Haytham juga mengembangkan teori penglihatan pada teropong (binocular vision), persepsi gerakan dan horopters yang pernah dikaji oleh Aristoteles, Euclid, dan Ptolemus. Ibnu Haytham membuktikan bahwa cahaya melintas dan bergerak dalam garis lurus. Hal ini dibuktikan dengan percobaan menggunakan alat optik seperti lensa dan cermin yang ternyata menghasilkan pembelokan cahaya dan pemantulan cahaya itu sendiri. Ibnu Haytham melakukan pengamatan dan berhasil menyimpulkan bahwa rasio atau perbandingan sudut datang cahaya dengan pembiasannya tidak berlaku konstan. Dia pun mengamati kemampuan lensa dalam melakukan pembesaran bayangan objek. Dari hasil penelitiannya, kini telah dikembangkan teknologi yang dapat mengurangi gangguan penglihatan. Ibnu Haytham merupakan orang pertama Hal. 3 | Edisi 5. Tahun 2 | September 2011 | Syawal 1432H
SE
P
th ean m ks ail fo ver r r si ea on di ng Skema bagaimana cahaya bekerja di mata (retina, kornea, pupil, dsb) dikutip dari (Book of Optics).
yang merefleksikan dan membiaskan cahaya menjadi komponen-komponen vertikal dan horizontal yang menghasilkan warna. Hal tersebut merupakan perkembangan penting dalam optika geometrik (ilmu yang mempelajari sifat-sifat cahaya sebagai gelombang yang mengalami pemantulan dan pembiasan). Penggabungan teori optika geometrik dan teori fisika filosofis oleh Ibnu Haytham menjadi dasar dari teori optika fisik modern. Book of Optics menjelaskan beberapa pengamatan awal Ibnu Haytham di bidang mekanika dan bagaimana Alhazen menggunakan hasil dari pengamatannya untuk menjelaskan fenomena optik tertentu dengan analogi mekanika. Ibnu Haytham melakukan percobaan menggunakan proyektil, dan menyimpulkan bahwa, ”Hanya proyektil yang ditembakkan tegak lurus dengan sasaran yang lebih mampu menembus permukaan, dibandingkan yang ditembakkan dengan dibelokkan pada sudut tertentu.” Dalam bukunya Book of Optics, Ibnu Haytham juga membahas tentang sisi psikologis.
Diagram dari Kitâb al-manâzir (Book of Optics) karangan Ibnu Haytam menunjukkan saraf antara mata yang saling terhubung. Hal. 4 | Edisi 5. Tahun 2 | September 2011 | Syawal 1432H
Alhazen adalah ilmuwan pertama yang berpendapat bahwa penglihatan lebih tepat dikatakan terjadi di otak dibandingkan di mata, bahwa pengalaman seseorang memberi pengaruh pada apa yang mereka lihat dan bagaimana mereka melihat sesuatu, bahwa penglihatan atau persepsi seseorang adalah hal yang subjektif. Omar Khalifa, seorang psikolog dari Sudan, menganjurkan agar Ibnu Haytham dipertimbangkan sebagai pencetus psikofisik, yaitu cabang ilmu dan awal dari ilmu psikologi. Alhazen memaparkan teori yang menjelaskan Ilusi Bulan, atau dalam latin disebut 'Moon Illusion'. Dia menjelaskan sebab penampakan bulan saat mendekati garis horizon terlihat lebih besar dibandingkan saat bulan berada di atas langit. Berlawanan dengan teori pembiasan oleh Ptolemy, Ibnu Haytham menjelaskan bahwa bentuk bulan hanya 'terasa' membesar, tidak secara nyata dan fisik membesar. Ia mengatakan, bahwa memperkirakan jarak suatu benda bergantung pada ada tidaknya objek yang menghalangi antara benda dan pengamat. Pada objek bulan, tidak ada objek penghalang (dalam observasi). Karena itu, jaraknya tergantung pada jarak observer (ke bulan)—dalam hal ini jaraknya bersifat tidak tetap—ke bulan sehingga terlihat lebih besar di horizon. Melalui penelitian lebih jauh oleh Roger Bacon, John Pecham, dan Witelo yang didasarkan dari penjelasan Ibnu Haytham, ilusi bulan diterima sebagai fenomena psikologis bersamaan dengan ditolaknya teori Ptolemy sebelumnya. Ibnu Haytham juga membahas tentang persepsi ruang angkasa dalam Book of Optics, yang berlawanan dengan teori pemancaran penglihatan yang didukung oleh Euclid dan Ptolemy. The Book of Optics berisi penjelasan akurat te n t a n g ka m e ra o b s c u ra , ya n g m e n gawa l i dikembangkannya teknologi kamera modern. Pada akhir abad ke-10 M, Ibnu Haytham merupakan orang yang pertama kali berhasil menemukan kamera obscura dan menjelaskan dengan akurat cara kerja kamera obscura (kamera lubang jarum) sebelum Aristoteles, Al-Kindi, dan Mo-Ti menemukannya. Walau Aristoteles, Al-Kindi, dan filsuf Cina Mo-Ti (Mozi) sebelumnya telah menjelaskan efek dari sinar yang melewati sebuah lubang kecil, namun, Ibnu Haytham-lah yang pertama kali mengajukan teori bahwa sesuatu yang diproyeksikan kamera di layar adalah bayangan dari sesuatu yang ada di sisi lain apertur. Penemuan ini digagas saat Ibnu Haytham mempelajari bayangan matahari berbentuk bulan sabit selama terjadinya gerhana. (bersambung) Penasaran bagaimana kisah Ibnu Haytam selanjutnya? Baca terus yaa.. Bersambung ke Ed. 2 (Edisi 6)
Scientia
http://sci-fig.blogspot.com
SE
P
th ean m ks ail fo ver r r si ea on di ng Bagaimana Camera Obscura bekerja. Nampak ilustrasi jalannya cahaya yang berhasil diterjemahkan oleh Haytam ke dalam metode saintifik. Ia tidak hanya berteori, tetapi juga menguji teorinya. Inilah bentuk saintifik pertama di dunia.
CAMERA OBSCURA Apakah kalian memiliki kamera? Kemungkinan besar, jawabannya adalah ya. Setidaknya, BB, Android, iPhone, atau apa pun telepon seluler kita saat ini memiliki kamera. Namun, pernahkah kita berpikir dari mana asal-muasal kamera? Kamera yang ada saat ini ternyata terinspirasi oleh konsep camera obscura yang dicetuskan oleh Ibnu Haytham, seorang ilmuwan muslim asal Basrah. Hal ini diungkapkan oleh Nicholas J Wade dan Stanley Finger dalam karyanya yang berjudul The Eye As An Optical Instrument: From Camera Obscura to Helmholtz's Perspective. Pada abad ke-16, Ibnu Haytam dan Kamaludin Al-Farisi membuat lubang kecil dalam sebuah kamar gelap untuk mengamati gerhana matahari. Konsep “kamar gelap” inilah yang kemudian dikenal luas dengan camera obscura. Dalam bahasa latin, camera berarti kamar. Sedangkan obscura berarti gelap. Dalam konsep camera obscura tersebut, Ibnu Haytam mengungkapkan jika cahaya lurus dari sebuah lubang kecil masuk ke dalam ruangan gelap, maka bayangan akan terlihat di sisi seberang lubang tersebut. Bayangan yang terbentuk itu merupakan proyeksi terbalik dari objek yang terdapat di muka lubang. Dengan konsep ini, citra matahari semi nyata saat gerhana matahari dapat diproyeksikan. Lima abad setelah penemuan camera obscura, Cardano Geronimo (1501-1576), yang terpengaruh oleh pemikiran Ibnu Haytam mulai mengganti lubang bidik pada camera obscura dengan lensa. Selanjutnya, Joseph
Scientia
Kepler (1571–1630 M) meningkatkan fungsi kamera itu dengan menggunakan lensa negatif di belakang lensa positif sehingga proyeksi gambar dapat diperbesar. Setelah itu, Robert Boyle (1627-1691 M) mulai menyusun berbagai bentuk camera obscura; dari yang berbentuk kecil hingga kamera tanpa kabel. Setelah 900 tahun dari penemuan Ibnu Haytam, Joseph Nicephore Niepce menangkap gambar yang dihasilkan oleh camera obscura tersebut dengan menggunakan pelat foto secara permanen. P a d a t a h u n 1 8 8 8 , G e o rg e E a s t m a n mengembangkan prinsip kerja camera obscura karya Ibnu Haytam dengan baik sekali. Eastman menciptakan kamera kodak, sebuah kamera fotografi portable. Sejak saat itu, kamera terus berubah mengikuti perkembangan teknologi. Peradaban modern, khususnya ilmu optik, sangat berhutang jasa atas kecemerlangan seorang Ibnu Haytam. Sebuah fondasi dasar dari peradaban masa kini telah ia gariskan melalu kecemerlangan akal. Dunia layak untuk memberikan penghormatan setinggi-tingginya!
Special Two Edition The Year of Ibnu al-Haitam. Tahun 2011 merupakan tahun ke-1000 bagi Science (Ilmu Pengetahuan). Pada tahun 1011 Ibnu Haytam melakukan eksperimen ilmiah pertama. Sebab itu ia disebut juga sebagai The (True) First Scientist. Dua edisi (sekarang dan berikutnya) mengangkat tentang ini.
Hal. 5 | Edisi 5. Tahun 2 | September 2011 | Syawal 1432H
SE
P
th ean m ks ail fo ver r r si ea on di ng
Survey Scientia
Setelah terbit untuk yang kelima kalinya, tentu banyak kekurangan yang hadir dalam tiap edisi. Scientia mencoba untuk terus berbenah agar pembaca setia Scientia semakin merasakan manfaat dari buletin sederhana ini. Oleh sebab itu, kami ingin meminta masukan dari kawan-kawan semua ya.. Caranya mudah, cukup dengan menjawab pertanyaan berikut: 1. Bagaimana pendapat teman-teman mengenai format, isi, halaman, layout, atau apapun tentang Scientia? Berikan pendapat teman-teman dalam beberapa paragraf. Dalam beberapa halaman juga tidak apa-apa (memangnya mengarang bebas, hehe). Oia, katakan dengan jujur ya, mau baik atau buruk kita pasti terima kok..
2. Masukan teman-teman untuk Scientia terkait format, isi, layout atau apa saja yang dapat menjadikan Scientia lebih baik. Harus yang keren ya!
ekolahmu s u a t a s u p Ingin kam Piri Reis & a i t n e i c s n mendapatka ? cukup mudah, ala secara berk mohonan r e p l i a m e kirimkan lengkap.. s a t i t n e d i n dan sertaka
Kirimkan jawabanmu ke e-mail Scientia seperti yang tertera di halaman depan. Eit, tenang, untuk 3 (tiga) masukan terbaik akan mendapatkan ‘sesuatu banget’ dari Scientia. Pokoknya ‘sesuatu banget’ deh.. Ditunggu yaa..
leksikon Sains: [n] ilmu pengetahuan pd umumnya; pengetahuan sistematis tt botani, fisika, kimia, geologi, zoologi, dsb; ilmu pengetahuan alam Saintis: [n] ahli ilmu pengetahuan, khususnya ilmu pengetahuan alam
Kamera: [n] perkakas untuk memotret; alat untuk mengambil gambar (potret); dan seluruh kegunaan utk rekam digital berbentuk visual
advertisement
Optik: [n] (Opt) ilmu pengetahuan yg berkenaan dng penglihatan (cahaya, lensa mata, dsb)
Di Edisi ke-4, Scientia membahas tentang tokoh kartografer modern abad pertengahan, yaitu Al-Idrisi. Al-Idrisi merupakan salah satu pioner dalam pembuatan peta dunia akurat pada masanya. Berkat jasanya, ia mendapatkan tempat terhormat di mata Raja Sisilia Roger II. Simak pembahasannya pada edisi tersebut. Kehabisan? Tenang, teman-teman masih bisa mendapatkan versi pdf-nya. Kirim e-mail langganan buletin ke
[email protected]. Sertakan identitas dan no telp ya. Selamat membaca!
Follow us on twitter: @ScientiaExperia
Scientia
unia,
an d
bang erkem ... ial, p ubahan. S s I o E s R PIRI dinamika asan per ag uletin as U! B membah er, dan g R A r B akan ontempo g n ya iran k ik pem
Hal. 6 | Edisi 5. Tahun 2 | September 2011 | Syawal 1432H