Irna Yustiana / Hubungan Umur Dan Paritas Ibu Bersalin Dengan Kejadian Pre-Eklampsia / 108-126
Jurnal Obstretika Scientia
ISSN 2337-6120 Vol.2│No.2
Hubungan Umur dan Paritas Ibu Bersalin Dengan Kejadian Pre-Eklampsia Irna Yustiana* *
AKBID La Tansa Mashiro, Rangkasbitung
Article Info Keywords: Parity, age, maternal, pre-eklampsia.
Abstract
The purpose of this study to determine the relationship of age and parity with the incidence of preeclampsia in RSKIA Bandung period from August to December 2009. This study is an analytic survey with the type of case control approach. The method of sampling is done by simple random sampling a total sample of 308 women giving birth. The study tested by Chi Square test. The results of statistical analyzes based on age is known that there is no relationship between maternal age and parity with the
Corresponding Author:
[email protected]
incidence of preeclampsia in RSKIA Bandung period from August to December of 2009, with (p value = 0.284> 0.05) (p value = 0.718> 0 ,05). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan umur dan paritas dengan kejadian pre-eklampsia di RSKIA kota Bandung periode Agustus – Desember tahun 2009. Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan jenis pendekatan case control. Metode pengambilan sampel dilakukan secara Simple random
108
Jurnal Obstretika Scientia Vol. 2 No. 2, (2014-2015)
sampling jumlah sampel sebanyak 308 ibu bersalin. Penelitian di uji dengan uji statistik Chi Square. Hasil analisa statistik berdasarkan umur diketahui bahwa tidak terdapat hubungan antara umur dan paritas ibu bersalin dengan kejadian preeklampsia di RSKIA kota Bandung periode AgustusDesember tahun 2009, dengan (p value = 0,284 > ©2014 JOS. All rights reserved.
0,05) (p value = 0,718 > 0,05).
lisasi risiko kematian, menjamin repro-
Pendahuluan Kematian maternal merupakan salah satu masalah kesehatan yang terus menjadi perhatian masyarakat
duksi sehat dan meningkatkan kualitas hidup ibu atau kaum perempuan (Bangnono, 2008).
dunia. Memasuki abad ke dua puluh
Berdasarkan Survei Demografi
satu, 189 negara menyerukan Millennium
Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002-
Declaration dan menyepakati Millennium
2003, Angka kematian maternal di
Development Goals. Salah satu Tujuan
Indonesia pada tahun 2002-2003 masih
(MDG’s)
sangat tinggi yaitu 307 per 100.000
2015 adalah perbaikan kesehatan mater-
kelahiran hidup dan 420 per 100.000
nal. Kematian maternal dijadikan ukuran
kelahiran hidup pada tahun 2005
keberhasilan terhadap pencapaian tujuan
sehingga menempatkan Indonesia pada
tersebut. Dengan demikian, akses dan
urutan kedua belas untuk jumlah
kualitas pelayanan, memerangi kemis-
kematian maternal di antara delapan
kinan, pendidikan dan pemberdayaan
belas negara ASEAN lainnya (Profil
perempuan atau perimbangan gender
Kesehatan Indonesia, 2008).
Pembangunan
Millennium
menjadi persoalan penting untuk dikelola
Sepuluh tahun setelah Konferensi
dan diwujudkan. Millennium Declaration
Internasional Kependudukan dan Pemba-
menempatkan kematian maternal sebagai
ngunan (ICPD) Cairo, Angka Kematian
prioritas utama yang harus ditang-
Ibu melahirkan di Indonesia masih
gulangi melalui upaya sistematik dan
cukup tinggi dan belum dapat diturunkan
tindakan yang nyata untuk meminima-
secara signifikan, serta jauh dari target
109
Irna Yustiana / Hubungan Umur Dan Paritas Ibu Bersalin Dengan Kejadian Pre-Eklampsia / 108-126
internasional ICPD yaitu di bawah
(5%), emboli obstetrik (5%), partus
125/100.000 kelahiran hidup tahun 2005
lama/macet (5%), serta lainnya (11%)
dan 75 per 100.000 kelahiran hidup
(BKKBN, 2001).
tahun 2015. Sedangkan Departemen
Di Indonesia kejadian eklampsia,
Kesehatan menargetkan tahun 2010
disamping perdarahan dan infeksi ma-
angka kematian ibu dapat diturunkan
sih merupakan sebab utama kematian
menjadi 125 per 100.000 kelahiran
ibu, dan sebab kematian perinatal yang
hidup. Akan tetapi sampai saat ini
tinggi. Oleh karena itu, diagnosis dini
belum ada
yang signifikan
pre-eklampsia, yang merupakan tingkat
terhadap penurunan angka kematian
pendahuluan eklampsia, serta pena-
ibu (Bangnono, 2008).
nganannya perlu segera dilaksanakan
hasil
Hasil Survei Demografi dan
untuk menurunkan angka kematian ibu
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
dan anak. Perlu ditekankan bahwa
2007, Angka Kematian Ibu di Indonesia
sindroma pre-eklampsia ringan dengan
adalah sebesar 228/100.000 kelahiran
hipertensi, edema dan proteinuria sering
hidup. Sedangkan berdasarkan Badan
tidak diketahui atau tidak diperhatikan
Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa
oleh wanita yang bersangkutan, se-
Barat memperhitungkan Angka Kema-
hingga tanpa disadari dalam waktu
tian Ibu Provinsi Jawa Barat tahun
singkat dapat timbul pre-eklampsia be-
2007 sebesar 321,15/100.000 kelahiran
rat, bahkan eklampsia (Winkjosastro,
hidup (Profil Kesehatan Jawa Barat,
2007).
2007).
Pre-eklampsia adalah sekumpulan
Penyebab langsung kematian ibu
gejala yang secara spesifik hanya muncul
terjadi pada umumnya sekitar persa-
selama kehamilan dengan usia lebih
linan dan 90% terjadi oleh karena
dari 20 minggu (kecuali pada penyakit
komplikasi. Penyebab langsung kema-
trofoblastik) dan pre-eklampsia adalah
tian ibu menurut SKRT 2001 adalah
suatu penyakit yang muncul pada awal
perdarahan (28%), eklampsia (24%),
kehamilan dan berkembang secara
infeksi (11%), komplikasi puerperium
perlahan dan hanya akan menunjukan
(11%), abortus (5%), trauma obstetrik
110
Jurnal Obstretika Scientia Vol. 2 No. 2, (2014-2015)
gejala jika kondisi semakin memburuk
tidak ada yang dapat memberi jawaban
(Varney, 2008).
yang memuaskan. Teori yang dapat di
Pre-eklampsia merupakan hiper-
terima harus dapat menerangkan hal-hal
tensi yang didiagnosis berdasarkan
berikut: Sebab bertambahnya frekuensi
proteinuria >1+ pada pemeriksaan dip-
pada primigraviditas, kehamilan ganda,
stik atau > 0,3 g/L protein dalam spe-
hidramnion, dan mola hidatidosa. Sebab
simen urin tangkapan bersih yang di-
bertambahnya frekuensi dengan makin
periksa secara acak atau eksresi 0,3 g
tuanya kehamilan. Sebab dapat ter-
protein/24 jam. Jika tidak terdapat pro-
jadinya perbaikan keadaan penderita
teinuria, dicurigai terjadi pre-eklampsia
dengan kematian janin dan uterus.
bila hipertensi disertai dengan gejala,
Sebab jarangnya terjadi eklampsia
seperti sakit kepala, penglihatan kabur,
pada kehamilan-kehamilan berikutnya.
nyeri abdomen epigastrik, atau peru-
Sebab timbulnya hipertensi, edema,
bahan biokimia, terutama jumlah tro-
proteinuria, kejang dan koma.
mosit yang rendah dan kadar enzim
Teori yang banyak dikemukakan
hati yang tidak normal (misalnya
sebagai penyebab pre-eklampsia ialah
alanin aminotransferase (ALT), aspartat
iskemia plasenta. Akan tetapi dengan
aminotransferase (AST), dan gamma
teori ini tidak dapat diterangkan semua
glutamil transpeptidase (GGT). Tanda-
hal yang bertalian dengan penyakit itu.
tanda dan gejala tersebut yang disertai
Rupanya tidak hanya satu faktor,
tekanan darah sistolik >160 mmHg
melainkan banyak faktor yang menye-
atau
dan
babkan pre-eklampsia dan eklampsia.
proteinuria 2+ atau 3+ dengan dipstik
Diantara faktor-aktor yang ditentukan
menunjukan bentuk penyakit yang
mana yang sebab dan mana yang
lebih berat (Myles, 2009).
akibat (Winkjosastro, 2007).
diastolik
>110
mmHg
Apa yang menyebabkan Pre-
Menurut Myles (2009) placenta
eklampsia dan Eklampsia sampai seka-
biasanya dianggap sebagai penyebab
rang belum di ketahui. Telah terdapat
utama
banyak teori yang mencoba menerangkan
kehamilan karena setelah kelahiran,
sebab penyakit tersebut, akan tetapi
penyakit ini berkurang. Studi awal
111
gangguan
hipertensif
pada
Irna Yustiana / Hubungan Umur Dan Paritas Ibu Bersalin Dengan Kejadian Pre-Eklampsia / 108-126
oleh Roberts & Redman (1993) mengin-
volume plasma darah, vasodilatasi
dikasikan bahwa plasentasi abnormal
penurunan resistensi vaskular sistemik
bisa merupakan salah satu peristiwa
(systemic vascular resistance [SVR]),
awal pada proses penyakit ini. Pada
peningkatan curah jantung, dan penu-
kehamilan normal, plasentasi mengaki-
runan tekanan osmotik koloid. Pada
batkan invasi desidua oleh sinsitiotroblas.
pre-eklampsia, volume darah yang
Selama awal kehamilan, dinding otot
beredar nenurun, sehingga
dan endotelium arteri spiral terkikis
hemokonsentrasi
dan digantikan oleh trofoblas untuk
hematokrit maternal. Perubahan ini
memberikan lingkungan yang optimum
membuat
bagi perkembangan blastosis. Fase
uteroplasenta. Vasosvasme siklik lebih
kedua proses invasi ini terjadi antara
lanjut
gestasi minggu ke-16 dan ke-20 saat
dengan menghancurkan sel-sel darah
trofoblas mengikis miometrium arteri
merah, sehingga kapasitas oksigen
spiral. Hilangnya jaringan muskuloelastik
maternal menurun. Vasospasme meru-
ini menyebabkan dilatasi pembuluh
pakan
darah yang tidak dapat berkontraksi,
tanda dan gejala yang menyertai pre-
oleh karena itu, sistem tekanan rendah
eklampsia. Vasosvasme merupakan
dan aliran darah yang tinggi ke plasenta
akibat peningkatan sensitivitas terhadap
dihasilkan dengan perfusi plasenta
tekanan
yang maksimal (Sheppard & Bonnar,
angiotensin II dan kemungkinan suatu
1989). Pada pre-eklampsia, invasi
ketidakseimbangan antara prostasiklin
trofoblastik arteri spiral mengalami
prostaglandin dan tromboksan A2.
hambatan sehingga mengakibatkan penu-
Selain kerusakan endotail, vasospasme
runan perfusi plasenta, yang akhirnya
arterial turut menyebabkan pening-
dapat menyebabkan hipoksia plasenta.
katan permeabilitas kapiler. Keadaan
Menurut Bobak (2005), patofiologi
ini meningkatkan edema dan lebih
dan
perfusi
ke
menurunkan
sebagian
peningkatan
unit
perfusi
mekanisme
peredaran
menurunkan
terjadi
darah,
volume
janin-
organ
dasar
seperti
pre-eklampsia-eklampsia setidaknya ber-
lanjut
intra-
kaitan dengan perubahan fisiologis
vaskular, mempredisposisi pasien yang
kehamilan. Adaptasi fisiologis normal
mengalami pre-eklampsia mudah me-
pada kehamilan meliputi peningkatan
ngalami edema paru.
112
Jurnal Obstretika Scientia Vol. 2 No. 2, (2014-2015)
Easterling dan Benedetti (Myles,
Ada yang melaporkan angka
2009) menyatakan bahwa pre-eklamp-
kejadian pre-eklampsia sebanyak 6 %
sia ialah suatu keadaan hiperdinamik
dari seluruh kehamilan, dan 12 % pada
dimana temuan has hopertensi dan
kehamilan primigravida. Lebih banyak
proteinuria merupakan akibat hiper-
dijumpai pada primigravida daripada
fungsi ginjal. Untuk mengendalikan
multigravida, terutama primigravida
sejumlah besar darah yang berperfusi
usia muda (Mochtar, 2007).
di ginjal, timbul reaksi vasospasme
Pre-eklampsi dan eklampsia ada-
ginjal sebagai suatu mekanisme protektif,
lah penyakit pada wanita hamil yang
tetapi hal ini akhirnya akan mengaki-
secara langsung disebabkan oleh keha-
batkan proteinuria dan hipertensi yang
milan. Pre-eklampsia dan eklampsia
khas untuk pre-eklampsia. Hubungan
hampir secara eksklusif merupakan
sistem imun dengan pre-eklampsia
penyakit pada nullipara. Biasanya
menunjukkan
terdapat
bahwa
faktor-faktor
pada
wanita
usia
subur
imunologi memainkan peran penting
dengan umur ekstrem, yaitu pada
dalam perkembangan pre-eklampsia.
remaja belasan tahun atau pada wanita
Menurut Scott (2002), adapun
yang berumur lebih dari 35 tahun.
faktor-faktor risiko untuk terjadinya
Pada multipara biasanya dijumpai
pre-eklampsia ialah status primigravida,
pada
adanya riwayat keluarga pre-eklampsia
multifetal dan hidrop fetalis, penyakit
atau eklampsia, pernah pre-eklampsia
vaskuler, termasuk hipertensi essensial
atau eklampsia, suami baru, usia ibu
kronis dan diabetes mellitus, penyakit
yang ekstrem (lebih muda dari 20
ginjal (Mochtar, 2007).
keadaan-keadaan:
kehamilan
tahun atau lebih tua dari 35 tahun),
Menurut Trijatmo (2004), usia
sejak awal telah menderita hipertensi
seorang wanita untuk hamil yang ter-
vaskular, penyakit ginjal atau autoimun,
baik adalah pada saat berusia 20–35
diabetes melitus, kehamilan ganda,
tahun. Kehamilan diatas 35 tahun
hidrops fetalis nonimun atau aloimun,
dikatakan risiko tinggi, hal ini dikare-
trisomi 13 dan mola hidatidosa.
nakan pada usia di atas 30-an biasanya penyakit-penyakit degeneratif seperti
113
Irna Yustiana / Hubungan Umur Dan Paritas Ibu Bersalin Dengan Kejadian Pre-Eklampsia / 108-126
tekanan darah tinggi atau diabetes
pre-eklampsia pada primigravida di
melitus pada wanita sudah lebih sering
duga karena pembentukan blocking
muncul. Semakin bertambah usia,
antibody terhadap antigen plasenta
penyakit degeneratif seperti gangguan
yang tidak sempurna, sehingga timbul
pada pembuluh darah biasanya lebih
efek yang tidak diinginkan. Sedangkan
banyak muncul dibandingkan jika
pada kehamilan berikutnya pemben-
mereka masih muda.
tukan blocking antibodies-nya lebih
Pre-eklampsia
paling
banyak
sempurna
karena
telah
terbentuk
ditemukan pada primigravida. Kejadian
respon kekebalan pada kehamilan
pre-eklampsia pada primigravida di
sebelumnya (Yanti, 2007).
duga karena pembentukan blocking
Pre-eklampsia yang terjadi pada
antibody terhadap antigen plasenta
primigravida atau ibu yang pertama
yang tidak sempurna, sehingga timbul
kali hamil sering mengalami stres
efek yang tidak diinginkan. Sedangkan
dalam persalinan. Stres emosi yang
pada kehamilan berikutnya pemben-
terjadi pada primigravida menyebabkan
tukan blocking antibodies-nya lebih
peningkatan pelepasan corticotropic-
sempurna
terbentuk
releasing hormone (CRH) oleh hipo-
respon kekebalan pada kehamilan
thalamus, yang kemudian menyebabkan
sebelumnya (Yanti, 2006).
peningkatan kotisol. Efek kotisol ialah
Insiden
karena
telah
pre-eklampsia
sering
disebut sekitar 5 %, walaupun laporan
mempersiapkan untuk berespon terhadap semua stresor dengan mening-
yang ada sangat bervariasi. Insiden
katkan respon simpatis termasuk respon
sangat
paritas,
yang ditujukan untuk meningkatkan
berkaitan dengan ras dan etnis dan
curah jantung dan mempertahankan
karenanya juga predisposisi genetik
tekanan darah (Corwin, 2001).
dipengaruhi
oleh
sementara faktor lingkungan juga mungkin
berperan
(Cunningham,
2006).
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh U.S. Centers for Diseas Contril & Prevention (CDC) (2006) menyatakan
Pre-eklampsia paling banyak dite-
adanya kenaikan risiko kematian saat
mukan pada primigravida. Kejadian
persalinan, hampir tiga kali lipat pada
114
Jurnal Obstretika Scientia Vol. 2 No. 2, (2014-2015)
wanita yang melahirkan lebih dari usia
dengan kejadian pre-eklampsia di
35 tahun. Penyebabnya antara lain
RSHS Bandung dengan nilai X² hitung
perdarahan, emboli darah dan kelainan
= 32,504 > X² tabel = 11,14 dengan p
tekanan darah. Emboli darah adalah
value 0,034 < 0,05 dan terdapat hu-
sumbatan yang berasal dari pecahnya
bungan antara paritas dengan kejadian
trombus atau bekuan darah dalam
pre-eklampsia yang dapat dilihat dari
sistem pembuluh darah jantung. Hal
X² hitung = 81,782 > X² tabel = 11,4
lain yang perlu diwaspadai pada
dengan p-value 0,048 < 0,05 Sedangkan
kehamilan diusia 35 tahun keatas ialah
hasil penelitian yang dilakukan oleh
terjadinya pre-eklampsia. Gejala awalnya
Yanti (2007) di RSUD Cianjur tahun
adalah tekanan darah yang meningkat
2006, hasil analisis hubungan umur
secara drastis hingga lebih dari 140/90
ibu dengan kejadian pre-eklampsia
mmHg, urin mengandung protein,
tidak mempunyai
terjadi pembengkakan pada pergelangan
bermakna dengan nilai p value 0,253 >
kaki, tangan dan wajah. Bila terdiagnosis
0,05 namun pada ibu dengan risiko
pre-eklampsia harus diperiksa juga
tinggi (kurang dari 20 tahun dan > 35
fungsi organ-organ tubuh yang lain
tahun mempunyai risiko untuk terjadi-
seperti ginjal, jantung, paru, mata,
nya pre-eklampsia 2,522 kali diban-
otak dan sistem syaraf (U.S. Centers
dingkan dengan ibu yang mempunyai
for Diseas Control & Prevention
umur 20 – 35 tahun.
(CDC), 2006). Sebuah penelitian yang dilakukan
hubungan
yang
Wanita yang lebih tua, yang memperlihatkan peningkatan insiden
oleh Susanti (2006) di RSHS Bandung
hipertensi
mengenai faktor-faktor yang berhu-
bertambahnya usia, beresiko lebih
bungan dengan kejadian pre-eklampsia,
besar mengalami pre-eklampsia pada
menunjukan bahwa kasus kejadian
hipertensi kronik. Faktor resiko lain
pre-eklampsia presentase terbesarnya
yang berkaitan dengan pre-eklampsia
adalah pada kelompok umur ≥ 35
adalah usia ibu lebih dari 35 tahun
tahun sebanyak 128 kasus dan berda-
(Bobak, 2005).
sarkan hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara umur ibu
115
kronik
seiring
dengan
Irna Yustiana / Hubungan Umur Dan Paritas Ibu Bersalin Dengan Kejadian Pre-Eklampsia / 108-126
Menurut Trijatmo (2004) Direktur
kehamilan pada usia kurang dari 20
RSAB Harapan Kita Jakarta mengata-
tahun yang secara fisik kondisi rahim
kan bahwa dari segi ilmu pengetahuan,
dan
usia seorang wanita untuk hamil yang
optimal dapat mengakibatkan risiko
terbaik adalah pada saat berusia 20–35
kesakitan dan kematian pada kehamilan,
tahun. Kehamilan diatas 35 tahun
persalinan dan nifas. Faktor fisik yang
dikatakan
ini
belum matang akan meningkatkan
dikarenakan pada usia di atas 30-an
resiko terjadinya persalinan yang sulit
biasanya penyakit-penyakit degeneratif
dengan komplikasi medis yang salah
seperti tekanan darah tinggi atau dia-
satunya yaitu pre-eklampsia (Yanti,
betes melitus pada wanita sudah lebih
2007).
risiko
tinggi,
hal
sering muncul. Semakin bertambah usia,
penyakit
belum
berkembang
Rumah Sakit Khusus Ibu dan
seperti
Anak (RSKIA) Kota Bandung meru-
darah
pakan salah satu rumah sakit rujukan
biasanya lebih banyak muncul diban-
yang mana dengan jumlah persalinan
dingkan jika mereka masih muda.
yang cukup tinggi setiap tahunnya,
gangguan
pada
Kehamilan
degeneratif
panggul
pembuluh
diatas
tahun
pada tahun 2008 jumlah persalinan di
sebaiknya dihindari sebab pada usia
RSKIA Kota Bandung mencapai 3849
tersebut kesehatan ibu sudah menurun,
dan pada tahun 2009 jumlah persa-
fungsi rahim menurun serta mening-
linan mencapai 5812 serta dari jumlah
katkan komplikasi medis pada ke-
persalinan 3849 pada tahun 2008
hamilan dan persalinan, berhubungan
terdapat 218 kasus pre-eklampsia, dan
dengan kelainan degenaratif, hiper-
pada tahun 2009 dari jumlah persa-
tensi dan kencing manis. Hal ini dapat
linan 5812 terdapat 348 kasus pre-
menimbulkan berbagai macam risiko
eklampsia. Sedangkan pada tahun
yang mungkin terjadi antara lain
2008 periode Agustus – Desember
keguguran, pre-eklampsia – eklampsia
jumlah persalinan di RSKIA kota
(keracunan
timbulnya
Bandung mencapai 2712 dengan kasus
kesulitan pada persalinan, perdarahan,
pre-eklampsia sebanyak 140 kasus
BBLR dan cacat bawaan. Sedangkan
serta pada tahun 2009 periode Agustus
pada kehamilan terlalu muda yaitu
– Desember jumlah persalinan di
kehamilan),
35
116
Jurnal Obstretika Scientia Vol. 2 No. 2, (2014-2015)
RSKIA kota Bandung mencapai 2155
154 kasus.
dengan kasus pre-eklampsia sebanyak Tabel 1 Persentase kejadia pre-eklampsia ibu bersalin di RSKIA kota Bandung periode Agustus - Desember tahun 2008 – 2009 Tahun ∑ Persalinan ∑ Preeklampsia % 2008 2712 140 5,16 2009 2155 154 7,14 Data tersebut menunjukan bahwa
bagaimana faktor risiko dipelajari
di RSKIA kota Bandung terdapat
dengan
peningkatan persentase kejadian pre-
retrospektif. Dengan kata lain (penya-
eklampsia ibu bersalin periode Agustus
kit atau status kesehatan) diidentifikasi
– Desember pada tahun 2008 ke tahun
pada saat ini, kemudian faktor risiko
2009 dari 5,16% menjadi 7,14%.
diidentifikasi adanya atau terjadinya
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik melaksanakan penelitian dengan judul “Hubungan
menggunakan
pendekatan
pada waktu yang lalu (Notoatmodjo, 2005). Populasi dalam penelitian ini
Umur dan Paritas pada Ibu Bersalin
adalah
semua
ibu
bersalin
yang
dengan Kejadian Pre-eklampsia di
mengalami pre-eklampsia di RSKIA
Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak
kota Bandung periode Agustus –
kota Bandung periode Agustus –
Desember tahun 2009 yaitu sebanyak
Desember tahun 2009”.
154 orang. Sampel pada penelitian ini adalah
Metodologi Penelitian yang
ibu bersalin yang mengalami pre-
digunakan dalam penelitian ini adalah
eklampsia sebagai (kasus) sebanyak
penelitian survei analitik dengan jenis
154 orang, dan 154 ibu bersalin yang
pendekatan
dengan
tidak mengalami pre-eklampsia sebagai
menggunakan data sekunder. Penelitian
(kontrol) yang berarti 1:1 antara kasus
case control adalah suatu penelitian
dan kontrol.
Rancangan
survei
117
case
analitik
penelitian
control
yang
menyangkut
Irna Yustiana / Hubungan Umur Dan Paritas Ibu Bersalin Dengan Kejadian Pre-Eklampsia / 108-126
Adapun
teknik
pengambilan
2005). Sehingga dari 2001 persalinan
sampel yang dijadikan sebagai kontrol
yang telah dilakukan randomisasi
dalam penelitian ini menggunakan teknik
didapatkan jumlah kontrol sebanyak
sampel acak sederhana (Simple random
154 orang. Berdasarkan tehnik pengam-
sampling) yang berarti bahwa setiap
bilan sampel diatas, maka jumlah
anggota atau unit dari populasi mempu-
keseluruhan sampel dalam penelitian
nyai kesempatan yang sama untuk
ini adalah 308 orang.
diseleksi sebagai sampel (Notoatmodjo, Hasil Penelitian Tabel 2 Distribusi Frekuensi Kejadian Preeklampsia pada Ibu Bersalin Preeklampsi Frekuensi Persen (%) Preeklampsi 154 50.0 Tidak preeklampsia 154 50.0 Total 308 100.0 Tabel 2 menunjukan bahwa ibu bersalin yang mengalami pre-eklampsia sebesar 50% (1:1). Tabel 3 Distribusi Frekuensi Kejadian Pre-eklampsia Berdasarkan Umur Ibu Umur Frekuensi Persen (%) Resiko tinggi 109 35.4 resiko rendah 199 64.6 Total 308 100.0 Tabel 3 menunjukan bahwa hampir setengahnya (35,4%) ibu bersalin beresiko tinggi. Tabel 4 Distribusi Frekuensi Kejadian Pre-eklampsia Berdasarkan Paritas Ibu Paritas Frekuensi Persen (%) Resiko Tinggi 204 66.2 resiko rendah 104 33.8 Total 308 100.0
118
Jurnal Obstretika Scientia Vol. 2 No. 2, (2014-2015)
Tabel 4 menunjukan bahwa lebih dari setengahnya (66,2%) ibu bersalin paritas resiko tinggi. Tabel 5 Hubungan Umur Ibu dengan Kejadian Pre-eklampsia Pre-eklampsia CI Total 95% Umur Ya Tidak (n) (%) (n) (%) (n) (%) Resiko tinggi 59 38,3 50 32,5 109 35,4 (paritas 1&>3) 0,809 – Risiko rendah 2,063 95 61,7 104 67,5 199 64,6 (paritas 2&3) Total 154 100 154 100 308 100
P Value
0,340
Sumber : Catatan rekam medis RSKIA kota Bandung tahun 2009
Berdasarkan
tabel
5
diatas
tidak mengalami pre-eklampsia sebesar
menunjukkan bahwa ibu dengan umur
(67,5%). Hasil analisis hubungan di
resiko tinggi lebih besar (38,3%) yang
dapatkan nilai p value = 0,340 > 0,05
mengalami pre-eklampsia dibandingkan
yang berarti tidak terdapat hubungan
dengan yang tidak mengalami pre-
antara umur dengan kejadian pre-
eklampsia hanya (32,5%). Sedangkan
eklampsia di RSKIA kota Bandung
ibu dengan umur resiko rendah lebih
periode Agustus – Desember tahun
sedikit (61,7%) yang mengalami pre-
2009.
eklampsia dibandingkan dengan yang Tabel 6 Hubungan Paritas Ibu dengan Kejadian Pre-eklampsia Pre-eklampsia CI P Total 95% Value Paritas Ya Tidak (n) (%) (n) (%) (n) (%) Resiko tinggi 100 64,9 104 67,5 204 66,2 0,555 (paritas 1&>3) – 0,718 Risiko rendah 54 35,1 50 32,5 104 33,8 1,428 (paritas 2&3) Total 154 100 154 100 308 100 Sumber : Catatan rekam medis RSKIA kota Bandung tahun 2009
119
Irna Yustiana / Hubungan Umur Dan Paritas Ibu Bersalin Dengan Kejadian Pre-Eklampsia / 108-126
Berdasarkan tabel 6 menunjukan
lebih sedikit (64,9%)
ibu yang
bahwa ibu dengan paritas resiko tinggi
mengalami pre-eklampsi dibandingkan
dengan ibu yang tidak pre-eklampsi
dapatkan nilai p value = 0,340 > 0,05
sebesar
ibu
yang berarti tidak terdapat hubungan
dengan paritas resiko rendah lebih
antara umur dengan kejadian pre-
besar (35,1%) yang mengalami pre-
eklampsia di RSKIA kota Bandung
eklampsia dibandingkan dengan yang
periode Agustus – Desember tahun
tidak mengalami pre-eklampsia hanya
2009.
(67,5%).
Sedangkan
(32,5%). Hasil analisis hubungan di
Menurut
penelitian
Yanti
dapatkan nilai p value = 0,718 > 0,05
(2006) di RSUD Cianjur tahun 2006,
yang berarti tidak terdapat hubungan
hasil analisis hubungan umur ibu
antara paritas dengan kejadian pre-
dengan kejadian pre-eklampsia tidak
eklampsia di RSKIA kota Bandung
mempunyai hubungan yang bermakna
periode Agustus – Desember tahun
dengan nilai p value 0,253 > 0,05
2009.
namun pada ibu dengan risiko tinggi
Pembahasan
(kurang dari 20 tahun dan > 35 tahun
1. Hubungan
antara
umur
ibu
bersalin dengan kejadian pre-
mempunyai risiko untuk terjadinya pre-eklampsia 2,522 kali dibandingkan dengan ibu yang mempunyai umur 20
eklampsia
– 35 tahun. Hasil penelitian menunjukan bahwa ibu dengan umur resiko tinggi
Dari hasil penelitian ini tidak
lebih besar (38,3%) yang mengalami
terdapat hubungan antara umur ibu
pre-eklampsi
dangan kejadian pre-eklampsia hal ini
dibandingkan
dengan
yang tidak mengalami pre-eklampsi
dikarenakan
hanya (32,5%). Sedangkan ibu dengan
menjadi penyebab terjadinya pre-
umur resiko rendah lebih sedikit
eklampsia
(61,7%) yang mengalami pre-eklampsi
dengan suami baru, beberapa studi
dibandingkan
epidemiologi
mengalami
dengan
yang
pre-eklampsi
tidak sebesar
(67,5%). Hasil analisis hubungan di
banyak
diantaranya
faktor
yang
faktor
menunjukan
ibu
bahwa
plasentasi abnormal disebabkan oleh respon imun maternal yang ditentukan
120
Jurnal Obstretika Scientia Vol. 2 No. 2, (2014-2015)
secara genetik terhadap antigen janin,
pada kehamilan karena setelah kela-
yang
dan
hiran, penyakit ini berkurang. Studi
diekspresikan dalam jaringan plasenta
awal oleh Roberts & Redman (1993)
normal (Myles, 2009).
mengindikasikan
diambil
dari
ayah,
Hubungan sistem imun dengan
bahwa
plasentasi
abnormal bisa merupakan salah satu
bahwa
peristiwa awal pada proses penyakit
faktor-faktor imunologi memainkan
ini. Pada kehamilan normal, plasentasi
peran penting dalam perkembangan
mengakibatkan invasi desidua oleh
pre-eklampsia (Sibai, 1991a). Kebera-
sinsitiotroblas. Selama awal kehamilan,
daan protein asing, plasenta atau janin
dinding otot dan endotelium arteri
bisa membangkitkan respon imuno-
spiral terkikis dan digantikan oleh
logis lanjut. Teori ini didukung oleh
trofoblas untuk memberikan lingkungan
peningkatan insiden pre-eklampsia –
yang optimum bagi perkembangan
eklampsia pada ibu baru (pertama kali
blastosis. Fase kedua proses invasi ini
terpapar jaringan janin) dan pada ibu
terjadi antara gestasi minggu ke-16
hamil
dan ke-20 saat trofoblas mengikis
pre-eklampsia
dari
menunjukan
pasangan
yang
baru
miometrium arteri spiral. Hilangnya
(Bobak, 2005).
jaringan muskuloelastik ini menyebabBerdasarkan hasil temuan peneliti dilapangan selain faktor umur terdapat faktor lain yang menjadi penyebab terjadinya pre-eklampsia diantaranya faktor ibu dengan kehamilan kembar. Hal ini sesuai dengan teori (Varney, 2008)
wanita
dengan
kehamilan
kembar berisiko tinggi mengalami preeklampsia. Mekanisme
terjadinya
pre-
kan dilatasi pembuluh darah yang tidak dapat berkontraksi, oleh karena itu, sistem tekanan rendah dan aliran darah
yang
tinggi
ke
plasenta
dihasilkan dengan perfusi plasenta yang maksimal (Sheppard & Bonnar, 1989). Pada pre-eklampsia, invasi trofoblastik arteri spiral mengalami hambatan
sehingga
penurunan
perfusi
mengakibatkan plasenta,
yang
eklampsia menurut Myles (2009),
akhirnya dapat menyebabkan hipoksia
plasenta biasanya dianggap sebagai
plasenta.
penyebab utama gangguan hipertensif
121
Irna Yustiana / Hubungan Umur Dan Paritas Ibu Bersalin Dengan Kejadian Pre-Eklampsia / 108-126
Menurut
Trijatmo
(2004)
yang berarti tidak terdapat hubungan
mengatakan bahwa dari segi ilmu
antara paritas dengan kejadian pre-
pengetahuan, usia seorang wanita
eklampsia di RSKIA kota Bandung
untuk hamil yang terbaik adalah pada
periode Agustus – Desember tahun
saat berusia 20–35 tahun. Kehamilan
2009.
diatas 35 tahun dikatakan risiko tinggi,
Sedangkan menurut penelitian
hal ini dikarenakan pada usia di atas
yang dilakukan oleh Susanti (2006) di
30-an biasanya penyakit-penyakit de-
RSHS Bandung mengenai faktor-
generatif seperti tekanan darah tinggi
faktor
atau diabetes melitus pada wanita
kejadian pre eklampsia, menunjukan
sudah lebih sering muncul. Semakin
bahwa
bertambah usia, penyakit degeneratif
paritas dengan kejadian pre-eklampsia
seperti
pembuluh
yang dapat dilihat dari X² hitung =
darah biasanya lebih banyak muncul
81,782 > X² tabel = 11,4 dengan p
dibandingkan
value 0,048 < 0,05.
gangguan
jika
pada
mereka
masih
yang
berhubungan
terdapat
hubungan
dengan
antara
muda. Insiden 2. Hubungan antara paritas dengan kejadian pre-eklampsia
pre-eklampsia
sering
disebut sekitar 5 persen, walaupun laporan yang ada sangat bervariasi.
Hasil penelitian menunjukan
Insiden
sangat
dipengaruhi
oleh
bahwa ibu dengan paritas resiko tinggi
paritas, berkaitan dengan ras dan etnis
lebih sedikit (64,9%)
dan
ibu yang
karenanya
juga
predisposisi
mengalami pre-eklampsia dibandingkan
genetik sementara faktor lingkungan
dengan ibu yang tidak pre-eklampsia
juga mungkin berperan (Cunningham,
sebesar
2006).
(67,5%).
Sedangkan
ibu
dengan paritas resiko rendah lebih
Dalam penelitian ini hasilnya
besar (35,1%) yang mengalami pre-
tidak terdapat hubungan antara paritas
eklampsia dibandingkan dengan yang
dengan kejadian ibu bersalin hal ini
tidak mengalami pre-eklampsia hanya
karena apa yang menyebabkan pre-
(32,5%). Hasil analisis hubungan di
eklampsia dan eklampsia sampai saat
dapatkan nilai p value = 0,718 > 0,05
ini
belum
diketahui. Teori
yang
122
Jurnal Obstretika Scientia Vol. 2 No. 2, (2014-2015)
banyak dikemukakan sebagai penyebab
yang menyertai pre-eklampsia. Vasos-
pre-eklampsia ialah iskemia plasenta.
vasme merupakan akibat peningkatan
Akan tetapi dengan teori ini tidak
sensitivitas terhadap tekanan peredaran
dapat diterangkan semua yang bertalian
darah, seperti angiotensin II dan
dengan penyakit itu. Tidak hanya satu
kemungkinan suatu ketidakseimbangan
faktor yang menyebabkan pre-eklamp-
antara prostasiklin prostaglandin dan
sia
tromboksan A2 (Bobak,2005).
dan
eklampsia
(Winkjosastro,
2007).
Pre-eklampsia yang terjadi pada
Menurut teori dalam Bobak (2005),
patofiologi
primigravida atau ibu yang pertama
pre-eklampsia-
kali hamil sering mengalami stres
eklampsia setidaknya berkaitan dengan
dalam persalinan. Stres emosi yang
perubahan fisiologis kehamilan. Adap-
terjadi pada primigravida menyebabkan
tasi fisiologis normal pada kehamilan
peningkatan pelepasan corticotropic-
meliputi peningkatan volume plasma
releasing
darah, vasodilatasi penurunan resistensi
hipothalamus, yang kemudian menye-
vaskular sistemik (systemic vascular
babkan peningkatan kotisol. Efek
resistance [SVR]), peningkatan curah
kotisol ialah mempersiapkan untuk
jantung,
berespon
dan
penurunan
tekanan
hormone
(CRH)
terhadap
semua
oleh
stresor
osmotik koloid. Pada pre-eklampsia,
dengan meningkatkan respon simpatis
volume darah yang beredar nenurun,
termasuk respon yang ditujukan untuk
sehingga terjadi hemokonsentrasi dan
meningkatkan
peningkatan
mempertahankan
hematokrit
maternal.
Perubahan ini membuat perfusi ke unit
curah
jantung
tekanan
dan darah
(Corwin, 2001).
janin-uteroplasenta. Vasosvasme siklik
Hipertensi pada kehamilan terjadi
lebih lanjut menurunkan perfusi organ
akibat kombinasi peningkatan curah
dengan menghancurkan sel-sel darah
jantung dan resistensi perifer total.
merah, sehingga kapasitas oksigen
Selama kehamilan normal, volume
maternal menurun.
darah meningkat secara drastis. Pada
Vasospasme merupakan sebagian
wanita sehat, peningkatan volume
mekanisme dasar tanda dan gejala
darah diakomodasikan oleh penurunan
123
Irna Yustiana / Hubungan Umur Dan Paritas Ibu Bersalin Dengan Kejadian Pre-Eklampsia / 108-126
responsivitas vaskular terhadap hormon-
paritas resiko tinggi. Tidak terdapat
hormon vasoaktif, misalnya angiosentin
hubungan antara umur ibu bersalin
II. Hal ini menyebabkan resistensi
dengan kejadian pre-eklampsia di
perifer total berkurang pada kehamilan
RSKIA kota Bandung periode Agustus-
normal dan tekanan darah rendah.
Desember tahun 2009, dengan p value
Pada wanita dengan pre-eklampsia/
= 0,284 > 0,05. Tidak terdapat
eklampsia, tidak terjadi penurunan
hubungan antara paritas ibu bersalin
sensitifitas
vasopeptida-
dengan kejadian pre-eklampsia di
vasopeptida tersebut, sehingga pening-
RSKIA kota Bandung periode Agustus-
katan besar volume darah langsung
Desember tahun 2009, dengan p value
meningkatkan
= 0,718 > 0,05.
terhadap
curah
jantung
dan
tekanan darah (Corwin, 2001).
Saran
Simpulan
Berdasarkan
Dari hasil penelitian terhadap
yang
didapat
hasil
penelitian
disarankan
kepada
2155 ibu bersalin di RSKIA kota
peneliti selanjutnya agar lebih dapat
Bandung periode Agustus – Desember
mengkaji kembali faktor-faktor apa
tahun 2009. Pasien yang mengalami
saja yang berhubungan dengan kejadian
kasus pre-eklampsia sebanyak 154
pre-eklampsia sehingga kejadian pre-
orang yang dijadikan sebagai kasus,
eklampsia pada ibu bersalin dapat
kemudian 154 pasien lainnya yang
diantisipasi sejak dini. Diharapkan
tidak mengalami pre-eklampsia dijadi-
para
kan sebagai kontrol (1:1) sehingga
bagian poli kandungan lebih dapat
sampel keseluruhan dalam penelitian
mendiagnosa sejak dini kasus pre-
ini adalah 308 orang ibu bersalin.
eklampsia pada ibu hamil sehingga
Maka dari hasil penelitian dapat
kejadian
disimpulkan bahwa: Ibu bersalin yang
bersalin dapat di hindari dan angka
mengalami pre-eklampsia sebesar 50%
kesakitan dan kematian ibu akibat pre-
(1:1). Hampir setengahnya (35,4%)
eklampsia
ibu bersalin beresiko tinggi. Lebih dari
harapan dapat menurunkan Angka
setengahnya
Kematian ibu. Hasil penelitian ini
(66,2%)
ibu bersalin
tenaga
kesehatan
pre-eklampsia
dapat
khususnya
pada
dicegah
ibu
dengan
124
Jurnal Obstretika Scientia Vol. 2 No. 2, (2014-2015)
dapat dijadikan sebagai referensi bagi para
mahasiswa,
sehingga
dapat
dijadikan bahan perbandingan untuk penelitian berikutnya khususnya untuk kasus yang berkaitan dengan kejadian pre-eklampsia.
Myles. (2009). Buku Ajar Bidan. Buku Kedokteran EGC: Jakarta. Mochtar, Rustam. (2007). Sinopsis Obstetri. EGC: Jakarta. Notoatmojo, S. (2005). Penelitian
Metodologi
Kesehatan.
PT
Rineka Cipta: Jakarta.
Daftar Pustaka
Scott. (2002). Buku Saku Obstetri & BKKBN.
(2001)
Strategi
Kebijakan
Nasional
dan
Kesehatan
Reproduksi di Indonesia. Jakarta. Bobak. (2005) Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
Kematian Maternal. 1 & 6. http://noeytamalanrevolute.blogs pot.Com /2008/12/ kematianmaternal.html, diperoleh tanggal 23 November 2009.
Buku Kedokteran EGC: Jakarta. Corwin. (2001). Sistem Kardiovaskular dalam Buku Saku Patofisiologi. Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
Indonesia.
(2008).
Republik Profil
Kesehatan Indonesia. Jakarta. Dinas Kesehatan Jawa Barat. (2007). Profil Kesehatan Jawa Barat. Bandung.
125
Medika:
Susanti. (2006). Hubungan Antara Paritas Dengan Kejadian Preeklamsi di Perjan Rumah Sakit Sadikin
Bandung,
Skripsi, Bandung, Universitas Padjajaran. Trijatmo. (2004). dalam Yanti. (2006). Hubungan Umur Ibu dengan Kejadian
Pre-eklampsia
di
RSUD Cianjur, KTI, Cimahi,
Cunningham. (2006).Obstetri Williams.
Kesehatan
Widya
Jakarta
Hasan
Bangnono. (2008). Seputar Masalah
Departemen
Ginekologi.
STIKes Jendral Ahmad Yani. U.S.Centers for Diseas Control and Prevention (CDC). (2006). 1&5, http://www.forumbebas.net/thre ad-49287-post-629540.html. diperoleh
pada
tanggal
2
November 2009. Varney. (2008). Buku Ajar Asuhan Kebidanan.EGC: Jakarta. Wiinkjosastro, Kebidanan.
S.
(2007). Yayasan
Ilmu Bina
Irna Yustiana / Hubungan Umur Dan Paritas Ibu Bersalin Dengan Kejadian Pre-Eklampsia / 108-126
Pustaka Sarwono Prawiharjo:
RSUD Cianjur, KTI, Cimahi,
Jakarta Pusat.
STIKes Jendral Ahmad Yani.
Yanti. (2006). Hubungan Umur Ibu dengan Kejadian Pre-eklamsi di
126