Ayi Tansah Rohaeti / Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Gizi Pada Ibu Balita Gizi Buruk / 144-159
Jurnal Obstretika Scientia
ISSN 2337-6120 Vol.2│No.2
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Gizi Pada Ibu Balita Gizi Buruk Ayi Tansah Rohaeti* *
POLTEKKES Kemenkes Banten
Article Info
Abstract
Keywords: age, education, occupation, income, number of children, knowledge of nutrition
The purpose of research is to determine the extent of knowledge about nutrition in the mother Toddler Malnutrition. The method used is descriptive analytic method with cross-sectional approach. Based on the results of samples taken from the entire population of 70 mothers who have children malnutrition
obtained
mostly
low
nutritional
knowledge of as many as 42 (60%) and that have a high knowledge of 28 (40%). The test results are statistically significant relationship between the level of education, maternal employment status, and Corresponding Author:
[email protected]
income families with a mother's knowledge. And there is no significant relationship between age and number of children with a mother's knowledge. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan tentang Gizi pada ibu Balita Gizi Buruk. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif
analitik
dengan
pendekatan
cross-
sectional. Berdasarkan hasil penelitian dari sampel yang diambil dari seluruh populasi yaitu 70 orang
144
Jurnal Obstretika Scientia Vol. 2 No. 2, (2014-2015)
ibu yang mempunyai balita gizi buruk diperoleh sebagian besar pengetahuan tentang gizi rendah sebanyak
42
(60%)
dan
yang
mempunyai
pengetahuan tinggi 28 (40%). Hasil uji statistik terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan, status pekerjaan ibu, dan penghasilan KK dengan pengetahuan ibu, dan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara umur, dan jumlah ©2014 JOS. All rights reserved.
anak dengan pengetahuan ibu.
sesuai target yang diharapkan. Salah
Pendahuluan Pembangunan kesehatan merupakan
satu indikator status kesehatan yang
bagian yang tidak dapat dipisahkan
penting yaitu dinyatakan dalam morbi-
dari Pembangunan nasional sesuai
ditas dan mortalitas bayi dan bawah
dengan tujuan pembangunan kesehatan
lima tahun (balita) yang menderita gizi
menuju Indonesia sehat 2010 adalah
buruk, dimana saat ini mempunyai
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
angka yang cukup tinggi. Sensus WHO
kemampuan hidup sehat bagi setiap
menunjukan bahwa 49% dari 10,4
orang agar terwujud derajat kesehatan
kematian balita di Negara berkembang
yang
optimal
melalui
terciptanya
berkaitan dengan gizi buruk. Tercatat
masyarakat, bangsa dan negara Indonesia
sekitar 50% balita Asia, 30% Afrika
yang ditandai oleh penduduknya yang
dan 20% di Amerika Latin menderita
hidup dengan perilaku dan dalam
gizi buruk. Departemen kesehatan
lingkungan sehat, memiliki kemampuan
menyebutkan jumlah kasus gizi buruk
untuk menjangkau pelayanan kesehatan
dan gizi kurang yang dilaporkan dari
yang bermutu secara adil dan merata,
24 provinsi masing-masing sebanyak
serta memiliki derajat kesehatan yang
6.847 dan dari jumlah tersebut 39
optimal diseluruh Indonesia (Depkes
balita diantaranya meninggal dunia.
RI, 2000).
(situs resmi Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat).
Secara umum derajat kesehatan masyarakat Indonesia belum tercapai
145
Ayi Tansah Rohaeti / Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Gizi Pada Ibu Balita Gizi Buruk / 144-159
Data Susenas menunjukan jumlah
Saluran
Pernafasan
Atas
(ISPA),
balita gizi buruk pada tahun 2001
Tubercolosis (TBC) dan penyakit
6,3%, namun pada tahun 2002 terjadi
lainnya (Depkes RI, 2006).
peningkatan menjadi 8% dan tahun
Marasmus adalah salah satu bentuk
2003 menjadi 8,15%. Di provinsi
kekurangan gizi yang buruk paling
Banten jumlah gizi buruk pada tahun
sering ditemui pada balita penyebabnya
2008 sebanyak 1,06% sedangkan di
antara lain karena masukan makanan
Kabupaten Lebak Jumlah gizi buruk
yang sangat kurang, infeksi, pemba-
sebanyak 1,34%, di wilayah kerja
waan lahir, prematuritas, penyakit
Puskesmas Warunggunung sebanyak
pada masa neonatus serta kesehatan
1,02%
lingkungan. Kwashiorkor lebih banyak
(Data
gizi
buruk
Dinkes
Provinsi Banten tahun 2008).
terdapat pada usia dua hingga tiga
Gizi buruk yaitu Kurang Kalori
tahun yang sering terjadi pada anak
Protein (KKP) atau Protein Energi
yang terlambat menyapih sehingga
Malnutrition (PEM) yang merupakan
komposisi gizi makanan tidak seimbang
bentuk terparah dari proses terjadinya
terutama dalam hal protein. Kwashior-
kekurangan
menahun
kor dapat terjadi pada konsumsi energi
(Depkes 2004). KEP akan terjadi
yang cukup atau lebih. Malnutrisi
manakala kebutuhan tubuh akan kalo-
dapat terjadi oleh karena kekurangan
ri, protein atau keduanya, tidak tercu-
gizi (undernutrisi) maupun karena
kupi dengan diet Gizi buruk dipenga-
kelebihan gizi (overnutrisi). Keduanya
ruhi oleh banyak faktor yang saling
disebabkan oleh ketidakseimbangan
terkait. Secara garis besar penyebab
antara kebutuhan tubuh dan asupan zat
anak kurang gizi disebabkan karena
gizi esensial. (Wikipedia, 2012)
gizi
secara
asupan makanan yang kurang atau
Kondisi gizi buruk akan memenga-
anak sering sakit/terkena infeksi. Ken-
ruhi banyak organ dan sistem, karena
yataan di lapangan menunjukan bahwa
kondisi gizi buruk ini juga sering
anak gizi buruk dengan gejala klinis
disertai dengan defisiensi (kekurangan)
(marasmus,
marasmus-
asupan mikro/makro nutrient lain yang
kwashiorkor) umumnya disertai dengan
sangat diperlukan oleh tubuh. Dalam
kwashiorkor,
penyakit infeksi seperti diare, Inpeksi
146
Jurnal Obstretika Scientia Vol. 2 No. 2, (2014-2015)
kondisi akut gizi buruk bisa mengan-
huan masyarakat tentang gizi, menu
cam jiwa karena berbagai disfungsi
seimbang dan kesehatan merupakan
yang dialami, ancaman yang timbul
masalah yang dapat mempengaruhi
antara lain: hipotermi, hypoglikemi,
gizi (Almatsier, 2004). Menurut penda-
dan kekurangan elektrolit penting serta
pat penulis ketiadaaan keuangan yang
cairan tubuh. Efek malnutrisi berpe-
baik atau faktor kemiskinan dapat
ngaruh terhadap perkembangan otak,
membuat keluarga tidak dapat membe-
jika gizi buruk terjadi pada masa
rikan gizi yang baik pada bayinya,
golden period atau masa terbaik untuk
ditambah lagi apabila terjadi kelang-
perkembangan otak (0-3 tahun) dapat
kaan makanan, bencana alam, masa
dibayangkan otak tidak dapat berkem-
paceklik. Kemiskinan juga merupakan
bang dengan maksimal sedangkan kita
akar dari ketiadaan pangan, tempat
sadari otak adalah bagian yang penting
tinggal yang kumuh dan tidak sehat
dimana otak adalah pengatur semua
serta
sistim tubuh. Kerusakan otak atau
fasilitas kesehatan. Faktor pengeta-
tidak maksimalnya perkembangan otak
huan ibu menurut penulis menjadi
akan sulit dipulihkan, dampak terha-
dapat menjadi modal untuk suksesnya
dap pertumbuhan otak ini menjadi
ibu memberikan gizi
vital karena otak adalah satu aset bagi
Ketidaktauhan tentang manfaat gizi
anak untuk dapat menjadi manusia
bagaimana mengolah makanan, dan
yang berkualitas di kemudian hari dan
bagaimana menyajikan makanan yang
ini berdampak pada kualitas manusia
dapat membuat Balita menyukai semua
di Indonesia selanjutanya. Seperti la-
jenis makanan, sehingga kebutuhan
yaknya fenomena gunung es, bahaya
gizi bisa terpenuhi. Ketidaktahuan juga
ancaman yang sebenarnya jauh lebih
berdampak pada pemahaman sendiri
besar dan perlu segera diambil langkah-
dan menimbulkan salah paham tentang
langkah antisipasinya dari sekarang.
merawat bayi atau anak yang benar,
(Depkes RI, 2006).
berpotensi menurunkan minat membe-
Kemiskinan kurangnya persediaan pangan, kurang baiknya kualitas lingkungan (sanitasi) kurangnya pengeta-
147
ketidakmampuan
rikan ASI pada bayi.
mengakses
yang baik.
Ayi Tansah Rohaeti / Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Gizi Pada Ibu Balita Gizi Buruk / 144-159
Tempat dan waktu penelitian
Metodologi Penelitian Rancangan atau jenis penelitian
dilakukan di wilayah kerja puskesmas
yang digunakan adalah metode pene-
Warunggunung
Kabupaten
litian analitik tipe crossectional. Ana-
pada bulan Oktober 2008.
Lebak
litik yaitu penelitian yang mencoba
Teknik pengumpulan data primer
menggali bagaimana dan mengapa su-
yang digunakan dalam penelitian ini
atu fenomena itu terjadi (Notoadmojo,
adalah dengan cara wawancara secara
2005).
langsung kepada responden dengan
Populasi merupakan objek atau
menggunakan kuesioner. Sebelum di-
subjek yang berada di suatu wilayah
lakukan wawacara terlebih dahulu
serta memenuhi syarat-syarat tertentu
dijelaskan tujuan pengambilan data,
berkaitan dengan masalah penelitian
dengan
(Ridwan, 2007). Jadi populasi sasaran
menjawab setiap pertanyaan secara
dalam penelitian ini adalah populasi
tepat dan jujur. Data sekunder diambil
terbatas yaitu ibu balita yang mempu-
dari data laporan gizi dan catatan
nyai balita gizi buruk di Wilayah kerja
harapan
responden
dapat
lainnya di Puskesmas Warunggunung,
Puskesmas Warunggunung sebanyak
data sekunder ini diperlukan untuk
70 orang.
melengkapi data tambahan dalam penelitian.
Arikunto (1996) mengemukakan bahwa apabila subjek kurang dari 100, sebaiknya diambil semua, sehingga
Hasil Penelitian Berdasarkan
penelitian
yang
penelitiannya merupakan penelitian
telah dilakukan tentang faktor-faktor
populasi.
pendapat
yang mempengaruhi pengetahuan gizi
diatas maka penentuan jumlah sampel
pada ibu di wilayah kerja Puskesmas
adalah total populasi yaitu sebesar 70
Warunggunung Kabupaten Lebak tahun
responden yaitu seluruh ibu balita
2008 dengan menggunakan metode
yang memiliki balita gizi buruk di
penelitian analitik tipe cross-sectional
wilayah kerja Puskesmas Warung-
dengan besar sampel berjumlah 70
gunung.
(tujuh puluh) responden. Didapatkan
Merujuk
pada
hasil sebagai berikut:
148
Jurnal Obstretika Scientia Vol. 2 No. 2, (2014-2015)
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Ibu Balita Gizi Buruk Berdasarkan Pengetahuan Tentang Gizi Pengetahuan Frekuensi Persentase Rendah <70 42 60 Tinggi ≥70 28 40 Jumlah 70 100 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 70 responden
rendah yaitu sebanyak 42 orang (60%).
lebih banyak yang berpengetahuan Tabel 2 Distribusi Frekuensi Ibu Balita Gizi Buruk Berdasarkan Umur Umur Frekuensi Persentase ≤35 th 56 80 >35 th 14 20 Jumlah 70 100 Dari
tabel
diatas
dapat
56
orang
(80%)
dibandingkan
diketahui bahwa responden yang
dengan responden yang berusia>35
berusia ≤35 tahun lebih banyak yaitu
tahun 14 orang (20%).
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Ibu Balita Gizi Buruk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pendidikan Frekuensi Persentase Rendah ≤SMP 57 81,4 Tinggi ≥SMA 13 18,6 Jumlah 70 100 Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar 57 (81,4%) responden
tingkat
rendah dan sebagian kecil (18,6%) tingkat pendidikan responden tinggi.
pendidikannya
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Ibu Balita Gizi Buruk Berdasarkan Status Pekerjaan Status pekerjaan Frekuensi Persentase Bekerja 28 40 Tidak bekerja 42 60 Jumlah 70 100
149
Ayi Tansah Rohaeti / Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Gizi Pada Ibu Balita Gizi Buruk / 144-159
Dari tabel di atas dapat
orang (60%) dibandingkan dengan
diketahui bahwa lebih banyak res-
yang bekerja hanya 28 orang (40%).
ponden yang tidak bekerja yaitu 42 Tabel 5 Distribusi Frekuensi Ibu Balita Gizi Buruk Berdasarkan Penghasilan Kepala Keluarga Penghasilan Frekuensi Persentase Rendah 49 70 Tinggi 21 30 Jumlah 70 100 Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 70 responden sebanyak 49 (70%) penghasilan KK-nya rendah. 21 (30%) penghasilan KK-nya tinggi. Tabel 6 Distribusi Frekuensi Ibu Balita Gizi Buruk Berdasarkan Jumlah Anak Jumlah Anak Frekuensi Persentase ≤2 orang 32 45,7 >3 orang 38 54,3 Jumlah 70 100 Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 70 responden sedikit
anak > 3 orang (45,3%). Yang memiliki jumlah anak < 2 orang (45,7%).
lebih dari setengahnya memiliki jumlah
Tabel 7 Uji Hubungan Umur Dengan Pengetahuan Ibu Balita Gizi Buruk Umur <35 th ≥35 th Jumlah
Pengetahuan Tinggi Rendah 26 30 46,4% 53,6% 2 12 14,3 85,7% 28 42 40% 60%
Jumlah
Nilai PValue
OR 95%CI
56 100% 14 100% 70 100%
0,059
5,200 1,064-25,408
Hasil analisis hubungan antara
oleh bahwa ada sebanyak 26 (46,4%)
umur dengan pengetahuan ibu diper-
dari 56 ibu yang berumur < 35 tahun
150
Jurnal Obstretika Scientia Vol. 2 No. 2, (2014-2015)
memiliki pengetahuan tinggi, sedang-
Dari hasil analisis diperoleh
kan diantara ibu yang berumur ≥ 35
nilai OR=5,200 artinya ibu yang
tahun ada 2 (14,3%) dari 14 ibu yang
berumur < 35 tahun mempunyai
memiliki pengetahuan tinggi. Hasil
peluang 5,2 kali pengetahuannya
uji statistik diperoleh nilai p = 0,059,
lebih tinggi dibandingkan ibu yang
maka dapat disimpulkan tidak ada
berumur ≥35 tahun.
hubungan yang signifikan antara umur dengan pengetahuan ibu. Tabel 8 Uji Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Dengan Pengetahuan Ibu Balita Gizi Buruk Tingkat Pendidikan Rendah ≤SMP Tinggi ≥SMA Jumlah
Pengetahuan Tinggi Rendah 18 39 31,6% 68,4% 10 3 76,9% 23,1% 28 42 40% 60%
Hasil analisis hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengeta-
Jumlah 57 100% 13 100% 70 100%
Nilai PValue
OR 95%CI
0,007
0,138 0,034-0,565
ngan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan ibu.
huan ibu diperoleh bahwa ada se-
Dari hasil analisis diperoleh
banyak 18 (31,6%) dari 57 ibu yang
nilai OR = 0,138 artinya ibu yang
pendidikannya rendah memiliki pe-
tingkat pendidikannya tinggi mem-
ngetahuan tinggi, sedangkan diantara
punyai peluang 0,138 (0,14) kali
ibu yang pendidikannya tinggi ada
pengetahuannya lebih tinggi diban-
10 (76,9%)
dingkan ibu yang tingkat pendi-
dari
13 ibu
yang
memiliki pengetahuan tinggi. Hasil uji statistic diperoleh nilai p = 0,007, maka dapat disimpulkan ada hubu-
151
dikannya rendah.
Ayi Tansah Rohaeti / Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Gizi Pada Ibu Balita Gizi Buruk / 144-159
Tabel 9 Uji Hubungan Antara Pekerjaan Ibu Dengan Pengetahuan Ibu Balita Gizi Buruk Status pekerjaan Bekerja Tidak bekerja Jumlah
Pengetahuan Tinggi Rendah 16 12 57,1% 42,9% 12 30 76,9% 23,1% 28 42 40% 60%
Jumlah
Nilai PValue
OR 95%CI
28 100% 42 100% 70 100%
0,032
3,333 1,221-9,099
Hasil analisis hubungan antara
ka dapat disimpulkan ada hubungan
status pekerjaan dengan pengetahuan
yang signifikan antara status peker-
ibu diperoleh bahwa ada sebanyak 16
jaan dengan pengetahuan ibu.
(57,1%) dari 28 ibu yang bekerja me-
Dari hasil analisis diperoleh
miliki pengetahuan tinggi, sedangkan
nilai OR = 3,333 artinya ibu yang
diantara ibu yang tidak bekerja ada
tidak bekerja mempunyai peluang
12 (76,9%) dari 42 ibu yang memi-
3,333 kali pengetahuannya lebih
liki pengetahuan tinggi. Hasil uji
tinggi dibanding dengan ibu yang
statistik diperoleh nilai p=0,007, ma-
berkerja.
Tabel 10 Uji Hubungan Antara Penghasilan KK dengan Pengetahuan Ibu Balita Gizi Buruk Penghasilan KK Rendah
Pengetahuan Tinggi Rendah 15 34 30,6% 69,4% 13 8 61,9% 38,1% 28 42 40% 60%
Jumlah 49 100% 21 100% 70 100%
Nilai PValue
OR 95%CI
0,029
0,029 0,093-0,791
Hasil analisis hubungan antara
(30,6%) dari 49 ibu yang peng-
penghasilan KK dengan pengetahuan
hasilan KK-nya rendah memiliki
ibu diperoleh bahwa ada sebanyak 15
pengetahuan tinggi, sedangkan dian-
152
Jurnal Obstretika Scientia Vol. 2 No. 2, (2014-2015)
tara ibu yang penghasilan KK-nya
KK-nya tinggi mempunyai peluang
tinggi aa 13 (61,9%) dari 21 ibu yang
0,271 (0,27) kali pengetahuannya
memiliki pengetahuan tinggi. Hasil
lebih tinggi dibanding ibu yang
uji statistic diperoleh nilai OR =
penghasilan KK-nya rendah.
0,271 artinya ibu yang penghasilan Tabel 11 Uji Hubungan Antara Jumlah Anak Dengan Pengetahuan Ibu Balita Gizi Buruk Jumlah Anak ≤2 orang ≥3 orang Jumlah
Pengetahuan Tinggi Rendah 11 21 34,4% 65,6% 17 21 44,7% 55,3% 28 42 40% 60%
Jumlah
Nilai PValue
OR 95%CI
32 100% 38 100% 70 100%
0,521
0,647 0,245-1,707
Hasil analisis hubungan antara
yang bermakna antara usia ibu
jumlah anak dengan pengetahuan ibu
dengan pengetahuan gizi. Berdasarkan
diperoleh bahwa ada sebanyak 11
hasil observasi penulis di lapangan
(34,4%) dari 32 ibu yang jumlah
bahwa ibu yang memiliki anak balita
anaknya ≤ 2 orang memiliki penge-
yang usia ibunya lebih dari 35 tahun
tahuan tinggi, sedangkan diantara ibu
pada umumnya mempunyai jumlah
yang jumlah anaknya ≥ 3 orang ada
anak lebih dari 3 orang dengan
17 (44,7%)
yang
kondisi fisik lemah dan berbagai
memiliki pengetahuan tinggi. Hasil
kesibukan rumah tangga. Kesibukan
uji statistik diperoleh nilai p = 0,521,
rumah tangga inilah yang mungkin
maka dapat disimpulkan tidak ada
menjadi kurangnya waktu ibu untuk
hubungan yang signifikan antara
menambah pengetahuan misalnya
jumlah anak dengan pengetahuan
membaca buku, meminta informasi
ibu.
dengan petugas kesehatan. Dengan 3
dari
38 ibu
Pembahasan
anak yang masih kecil waktu yang ibu punyai sudah habis untuk mengu-
Dari hasil uji statistik dapat diketahui bahwa tidak ada hubungan
153
rusi rumah tangga dan mungkin
Ayi Tansah Rohaeti / Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Gizi Pada Ibu Balita Gizi Buruk / 144-159
membantu suami menambah pendapa-
memiliki daya ingat yang cukup
tan keluarga. Usia lebih dari 35 tahun
baik, sehingga informasi akan mudah
juga membuat organ organ tubuh ibu
dipahami dan mudah diserap.
mengalami kemuduran termasuk di
Dari hasil uji statistik dapat
dalamnya daya ingat sehingga infor-
diketahui bahwa ada hubungan yang
masi yang mungkin pernah didapatkan
bermakna antara tingkat pendidikan
tidak bertahan lama dalam ingatan.
ibu dengan pengetahuan tentang gizi
Hal ini tidak sesuai dengan
buruk. Menurut Notoatmodjo (2001),
(Depkes RI, 1999) bahwa usia ibu
bahwa mereka yang mempunyai
lebih dari 35 tahun beresiko terhadap
tingkat pendidikan yang lebih tinggi
kehamilan dan persalinan akibatnya
cenderung memanfaatkan pelayanan
ibu tidak memungkinkan untuk bisa
kesehatan sehingga tingkat pendidikan
datang ke sarana pelayanan kesehatan
mempengaruhi terhadap pentingnya
sehingga informasi yang dibutuhkan
arti kesehatan dan mendorong pemi-
tentang kesehatan ibu dan keluarga
natan terhadap pelayanan kesehatan.
tidak didapatkan, di samping itu usia
Sedangkan yang mempunyai pendi-
lebih dari 35 tahun merupakan usia
dikan lebih rendah mengakibatkan
dewasa, semakin bertambahnya usia
kurangnya pengetahuan ibu tentang
seseorang maka seluruh fungsi tubuh
kebutuhan gizi yang seringkali anak-
juga akan mengalami penurunan ter-
nya diberikan makanan yang tidak
masuk daya ingat, atau kemungkinan
memenuhi kebutuhan gizi balita,
salah dalam membaca dan mema-
karena faktor ketidaktahuan. Menurut
hami informasi (Makul bimbingan
penulis dalam pendidikan baik formal
dan konseling, 2008).
maupun tidak formal ada nilai nilai usianya
edukasi, pemahaman dan keinginta-
kurang dari 35 tahun masih mem-
huan.Pada saat melakukan pendidikan
punyai banyak kesempatan untuk
kita bertemu dengan orang orang dari
memperoleh informasi karena disam-
berbagai latar belakang yang sehingga
ping jumlah anak yang relatif sedikit,
bisa mendapat informasi yang baik
pada usia kurang dari 35 tahun masih
dan bervariasi.
Responden
yang
154
Jurnal Obstretika Scientia Vol. 2 No. 2, (2014-2015)
Dari hasil uji statistik dapat
diasuh oleh nenek atau pengasuh
diketahui bahwa ada hubungan yang
yang juga miskin dan tidak berpen-
bermakna antara tingkat pekerjaan
didikan karena orang tuanya harus
ibu dengan pengetahuan tentang gizi
bekerja keras sebagai buruh di kota
buruk. Berdasarkan hasil observasi
atau menjadi TKI.
penulis di lapangan bahwa ibu yang
Dari hasil uji statistik dapat
bekerja umumnya sebagai buruh tani.
diketahui bahwa ada hubungan yang
Aktivitas yang dilakukan ibu untuk
bermakna antara penghasilan KK
mencari nafkah membutuhkan waktu
dengan pengetahuan ibu tentang gizi.
yang banyak sehingga kesempatan
Terpenuhnya kebutuhan dasar kelu-
untuk mendapatkan informasi menjadi
arga membuat keluarga tersebut da-
lebih sedikit atau sangat kurangu.
pat memikirkan kebutuhan sekunder-
Pengasuhan anak biasanya dititipkan
nya. Akses untuk mendapatkan infor-
ke kerabat yang tidak bekerja lagi
masi sangat kurang karena status
misalnya nenek yang sudah tua atau
sosial ekonomi yang rendah sehingga
diasuh oleh kakaknya. Nenek dengan
tidak ada keinginan dari ibu untuk
pegetahuan yang telah lama, dana
mendapatkan informasi yang penting
kakak
dan
tentang kesehatan yang seharusnya
pengetahuan yang minim membuat
didapatkan oleh ibu dari posyandu,
pemenuhan kebutanan gizi Balita
pertemuan PKK atau majelis taklim
tidak tertangani. Sedangkan ibu yang
yang terdekat.
tidak
dengan
bekerja
kedewasaan
kesempatan
untuk
memperoleh informasi tentang kesehatan lebih banyak baik dari media masa atau melalui penyuluhan secara langsung oleh tenaga kesehatan di tempat-tempat pelayanan kesehatan seperti posyandu.
Aryanti (2010) dalam meneliti di kabupaten Sragen dengan responden 198 balita bahwa variabel yang berhubungan
dengan
status
gizi
Balita adalah pendapatan keluarga, oleh karena itu pentingnya mengoptimalkan program pemantauan status
Hal ini sesuai dengan hasil
gizi Balita dan meningkatkan penyu-
studi Deviance bahwa sebagian anak
luhan dibidang gizi dan memotivasi
yang menderita gizi buruk ternyata
155
Ayi Tansah Rohaeti / Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Gizi Pada Ibu Balita Gizi Buruk / 144-159
ibu untuk menambah pengetahuan
banyak anak artinya waktu yang
dengan mencari sumber informasi
dipergunakan untuk mengurusi anak
melalui media cetak dan media
dan rumah tangga lebih banyak
elektronik.
sehingga ibu tidak memilki waktu
Hal ini sesuai dengan Gizi Buruk Indonesia (2008) yang menya-
untuk mencari informasi tentang kesehan.
takan bahwa akar permasalahan gizi
Hal ini tidak sesuai dengan
buruk ini sebenarnya adalah kemis-
Sarwono (2003) bahwa pada wanita
kinan yang tidak teratasi, tingkat
dengan jumlah anak 1-2 cenderung
penghasilan dan pengetahuan pendu-
lebih untuk mempelajari sesuatu
duk yang rendah serta kurangnya
sehingga mempunyai pengetahuan
pemanfaatan sumber daya manusia
lebih baik dibanding dengan ibu
(SDM) terkait seiring dengan terja-
yang mempunyai anak lebih dari
dinya
dua.
peningkatan
pengangguran,
inflasi dan kemiskinan yang tidak teratasi yang disebabkan oleh krisis ekonomi,
politik
dan
Hasil
wawancara
dengan
Menkes ada kecenderungan penge-
keresahan
tahuan ibu dipengaruhi oleh jumlah
sosial yang menimpa Indonesia sejak
anak karena masalah gizi buruk
tahun 1997.
bukan peristiwa yang terjadi seke-
Dari hasil uji statistik dapat
tika, karena umumnya anak yang gizi
diketahui bahwa tidak ada hubungan
buruk sudah bermasalah sejak dalam
yang bermakna antara jumlah anak
kandungan ibunya, mereka lahir
dengan pengetahuan ibu tentang gizi.
sebagai anak yang kesekian atau
Hal ini dapat dilihat bahwa keinginan
paritas yang tiinggi dari seorang ibu
ibu untuk menambah pengetahuan
dimana ibu tersebut kekurangan gizi
tidak dipengaruhi oleh banyak atau
dan menderita anemia pada saat
sedikitnya anak tetapi tergantung
kehamilan. Karena kadar haemoglo-
motivasi ibu untuk mendapatkan
bin rendah pasokan oksigen ke otak
informasi tentang kesehatan sebanyak-
mengurangi daya ingat dan konsen-
banyaknya. Ketika ibu memiliki
trasi sehingga kurang memperhatikan
156
Jurnal Obstretika Scientia Vol. 2 No. 2, (2014-2015)
pada waktu menerima pesan atau
diketahui
bahwa
lebih
banyak
informasi
responden yang tidak bekerja yaitu
Simpulan
42 orang (60%). Dari hasil uji statistik terbukti adanya hubungan
Distribusi responden berdasarkan pengetahuan tentang gizi buruk di wilayah kerja puskesmas Warunggunung Kabupaten Lebak, diketahui bahwa dari 70 responden lebih banyak yang berpengetahuan rendah yaitu sebanyak 42 orang (60%). Distribusi
responden
berdasarkan
umur diketahui bahwa responden yang berusia ≤ 35tahun lebih banyak yaitu 56 orang (80%) dibandingkan dengan responden yang berusia > 35 tahun 14 orang (20%). Dari hasil uji statistik tidak ada hubungan yang bermakna antara umur responden dengan pengetahuan ibu tentang gizi, dengan p-value = 0,059. Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan diketahui
bahwa sebagian
besar 57 (81,4%) responden tingkat
yang bermakna antara pekerjaan ibu dengan pengetahuan responden tentang gizi dengan p-value = 0,032. Distribusi
responden
berdasarkan
penghasilan KK, diketahui bahwa dari 70 responden sebanyak 49 (70%) penghasilan KK-nya rendah. Dari hasil uji statistik terbukti adanya hubungan bermakna antara penghasilan KK dengan pengetahuan responden tentang gizi dengan p-value = 0,029. Distribusi responden berdasarkan jumlah anak, diketahui bahwa dari 70 responden sedikit lebih dari setengahnya memiliki jumlah anak > 3 orang (54,3%). Dari hasil uji statistik terbukti tidak adanya hubungan bermakna antara jumlah anak dengan pengetahuan responden tentang gizi dengan p-value=0,521.
pendidikan responden tinggi. Dari hasil uji statistik terbukti adanya
Saran
hubungan bermakna antara tingkat
Mengingat tingkat pengetahuan
pendidikan dengan pengetahuan res-
ibu balita gizi buruk tentang gizi di
ponden tentang gizi dengan p-value
wilayah kerja puskesmas Warung-
= 0,007. Distribusi responden berda-
gunung masih rendah, maka penulis
sarkan tingkat pekerjaan ibu dapat
menyarankan
157
bagi
Puskesmas
Ayi Tansah Rohaeti / Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Gizi Pada Ibu Balita Gizi Buruk / 144-159
Warunggunung agar dapat mening-
Indikator Indonesia Sehat 2010.
katkan promosi kesehatan yang erat
Depkes RI: Jakarta.
kaitannya dalam meningkatkan penge-
Departemen Kesehatan RI. (1999).
tahuan bagi ibu-ibu khususnya ten-
Modul
Safe
tang gizi dengan bekerjasama baik
FKMUI: Jakarta.
Motherhood.
lintas program maupun lintas sekto-
Departemen Kesehatan RI. (2006).
ral dalam upaya meningkatkan peran
Buku Bagan Tatalaksana Anak
serta masyarakat dapat berupa pem-
Gizi Buruk, Buku I. Direktorat
berian penyuluhan atau masuk dalam
Bina Gizi Masyarakat: Jakarta.
kegiatan desa dengan melibatkan
Departemen Kesehatan RI. (2004).
para pamong setempat. Bagi tenaga
Buku Bagan Tatalaksana Anak
kesehatan khususnya bidan dan tena-
Gizi Buruk, Buku I. Direktorat
ga gizi, perlunya pemahaman yang
Bina Gizi Masyarakat: Jakarta.
mendalam mengenai dampak gizi
Dinas Kesehatan Lebak. (2007).
buruk bagi kesehatan balita sehingga
Pembangunan Bidang Kesehatan
dalam upaya meningkatkan penge-
Kabupaten Lebak tahun Anggaran
tahuan bagi ibu-ibu yang memiliki
2007.Lebak.
anak balita terutama masalah gizi lebih pro aktif memberikan penyuluhan dan motivasi. Daftar Pustaka
Dinkes Prov banten (2008). Data gizi buruk. Marinda
Adi
Hubungan
Aryanti antara
(2010)
pendapatan
Almatsier, Sunita. (2004). Prinsip
keluarga, pengetahuan gizi ibu,
Dasar Ilmu Gizi. PT Gramedia
dan pola makan dengan status
Pustaka Utama: Jakarta.
gizi Balita di wilayah kerja
Arikunto, S. (1998). Prosedur Penelitian. Bina Aksara: Jakarta. Article.php.htm.gizi buruk, diakses tanggal 24/07/2008.8:38 Departemen Kesehatan RI. (2000).
Puskesmas Sidoharjo Kabupaten Sragen. Skripsi, Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Falkultas Ilmu Keolaragaan, Universitas Negeri Semarang.
Petunjuk Pelaksanaan Penetapan
158
Jurnal Obstretika Scientia Vol. 2 No. 2, (2014-2015)
Notoadmojo,
Soekidjo.
(2001).
Metode penelitian Kesehatan. Edisi Revisi: Jakarta. Notoadmojo, Metode
Soekidjo.
(2005).
penelitian.
Rineka
Cipta: Jakarta. Prawirohardjo,
sarwono.
(2003).
Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo: Jakarta. Ridwan, M. (2007). Belajar Mudah Penelitian, Alfa Beta: Bandung. http://www.kemenkopmk.go.id Wikipedia. 2012. http://id.wikipedia. org/wiki/Marasmus diakses 2 januari 2012
159