SATU
Plak… Srek.. Srek… Kertas coklat bertuliskan “WANTED”
itu terlepas
dari dinding tempat ia tertempel tadi. Tejatuh ke lantai yang juga terbuat dari kayu. Sehingga gambarnya orang bertopi besar mirip pembungkus roti itu dapat dilihat oleh orang-orang yang berlalulalang menatap ke bawah. Kebanyakan dari mereka langsung merinding dan
kembali
melanjutkan
langkah dengan cepat. Banyak orang yang mengunjungi toko makanan berdinding kayu itu. Setiap hari selalu saja ramai. Pengunjungnyapun
beragam,
mulai
dari
yang
berdomet tebal, tipis, para gelandangan, dan juga kucing
liar
yang
makanan dari daur.
tanpa
segan-segan
berburu
“ PERGI SANA!! DASAR BEDEBAH!! HUSH!! HUSH!!!” Seorang penjaga toko gendut berlari-lari membawa sapu. Ia mencoba memukulkan sapu itu pada seekor kucing jalanan kotor yang berhasil mencuri seekor ikan dari dapur. Tapi pukulannya itu sama sekali tak mengenainya. Malahan, orang-orang yang ramai berlalu-lalang memerhatikannya sembari tertawa. Yah..ini sudah hampir menjadi pemandangan seharihari. Di salah satu meja yang bebentuk bundar, terdapat tiga anak muda sedang berbincang-bincang dengan sebuah karung di hadapan mereka. Tampang mereka begitu dekil, khas gelandangan pada umumnya. Hanya satu yang putih bersih. “ Hahahaha! Hasil kita kali ini banyak sekali! Kerja kalian memang hebat!” Ujar salah seorang di antara mereka yang berambut panjang hitam berantakan. “ Memang! Tapi kau tidak pernah kerja! Hanya menyuruh, berterima kasih, dan menikmati hasilnya 2
dengan mudah! Dasar!” Yang lain lagi, berambut dan bermata coklat, tampak gerang. Yang satu lagi, berkulit putih bersih bermata biru, hanya tersenyum melihat tingkah kedua teman berandalannya. Jari telunuk tangan kirinya bergerakgerak di atas meja membentuk huruf-huruf yang menyusun namanya: “ Zurb” . Di antara mereka bertiga, hanya Zurblah yang paling bersih. Ia bukan gelandangan, bukan berandalan. Ia anak seorang pejabat di kota ini. Ayahnya terlalu mengekangnya untuk tak bermain di luar. Tapi, biar bagaimanapun kalau terlalu lama ia bosan dengan rutinitasnya yang melulu di dalam rumah. Maka suatu hari, Zurb merencanakan sesuatu. Ia pergi dari rumah siang hari saat ayahnya sudah berangkat kerja. Dan pada petang hari, ia kembali sebelum
ayahnya
datang.
Agar
ayahnya
tak
mengetahui kegiatannya itu. Ayahnya yang super tegas mungkin akan mengurungnya di dalam gudang 3
gelap rumahnya apabila Zurb ketahuan main di luar. Ayahnya tak menginginkan Zurb bermain dengan anak-anak kota yang rata-rata gelandangan. Dan saat Zurb berjalan-jalan, ia bertemu dengan kedua temannya itu di toko makanan yang sekarang sedang mereka singgahi. Yang membuat mereka menjadi teman baik. “Hahahaha! Bukankah kalian berdua saja sudah cukup? Kalau aku yang kerja, akan memakan banyak korban! Hahahaha! ” Orang berambut panjang itu tertawa. Menyeka rambutnya yang menutupi mata sebelah kiri. “ Huh… Kau bicara seolah bisa menghabisi banyak orang dalam sekali pejaman mata saja,” Yang berambut coklat tersenyum sinis. “ Memang bisa,” Si rambut panjang menghadapkan wajahnya ke lawan bicaranya. Menatapnya tajam.
4
Zurb menatap ke arah si rambut panjang. Merasakan keadaan akan memburuk. Si rambut coklat tampak sedikit bergetar ditatap seperti itu. Tapi kemudian ia bersigap. Bersiap bertindak cepat apapun yang terjadi berikutnya. Tapi kemudian ia sedikit terkejut melihat perubahan ekspresi si rambut panjang yang tiba-tiba berubah. “ Hehehe…santai aja dong! Tentu saja aku hanya bercanda! Tidak usah seserius itu!” Si rambut panjang
tersenyum
ramah.
menepuk-nepuk pundak
Tangan
kanannya
si rambut coklat yang
lebar. “ Tentu saja kalian berdua merupakan aset penting, kita semua bekerja sama,” Lanjutnya. Zurb menghembuskan nafas. Lega. “ Tapi…” Zurb mengalihkan perhatian kedua temannya. “ Apakah hidup kita akan seperti ini terus, Logue? ” Tanyanya kepada si rambut panjang.
5
“ Mengambil hak orang lain tanpa permisi, mencurinya… bukankah itu tidak halal?” Ungkapnya kemudian. Kedua temannya itu terdiam. Tampak berpikir. Menatap kosong ke depan. Ke mata Zurb. “ Aku hanya takut ketika kita sudah mati nanti, kita tidak diperbolehkan masuk surga hanya karena uang yang didapat dengan cara yang tidak benar, ” Tambahnya lagi. “ Tapi kita mengambil dari harta orang yang menimbun hartanya, menghitung-hitungnya, seolah tak ingin seorangpun menikmati bagian hartanya itu sepeserpun” Jawab Logue. “ He-eh, lagipula kita membagikan harta kepada fakir miskin juga,” Tambah si rambut coklat. “ Di tambah lagi, di masa perang dingin yang sulit ini, mendapatkan sepotong roti itu hal yang sulit, terlebih bagi kami berdua, para gelandangan,” Tambah si rambut coklat lagi. 6
Zurb terdiam. “ Zurb, kalau kau tak mau menikmati hasil dari ini semua, kau tak perlu makan, biar aku dan Quas saja..toh kau ini anak pejabat, kan? Kalau masalah makan itu hal yang mudah, kau hanya tinggal bermain
dan
membagikan
harta
ini
kepada
gelandangan lain bersama kami, ” Ujar Logue, sambil menatap si rambut coklat yang ternyata bernama Quas itu. Meminta dukungan. “ Dia betul, Zurb” Zurb menghela nafas. Menatap karung coklat berisi uang curiannya itu. Tatapannya begitu kosong. “ Tapi apa kalian tidak takut masuk neraka? ” Tanya Zurb. “ Bukankah ini pekerjaan mulia? Membagikan harta kepada orang miskin? ” “ Tapi uang itu didapat dari cara yang tidak benar, lagipula…” Zurb terhenti. 7
“ Lagipula apa? ” Quas membetulkan posisi duduknya yang tadi sedikit menghadap ke samping menjadi menghadap ke arah Zurb di depannya. Menatap kantong uang itu. “ Sepertinya kita sudah mulai dikenal sebagai pencuri, apa kalian tidak merasa beberapa orang terus memperhatikan kita dari tadi? ” Nada suara Zurb memelan. Logue dan Quas terkejut. Mereka memandang sekeliling. Memeperhatikan orang-orang. Di tempat yang begitu banyak orang ini, memang sulit mencari orang yang mencurigakan. Semua orang jadi tampak mencurigakan. Mata kedua remaja umur lima belas tahunan itu menjadi begitu tajam. Saking begitu seriusnyanya mencari. “ Menyerahlah, kalian bertiga sudah tertangkap!” Tiba-tiba,
seorang
pria
berbaju
serba
hitam
berkepala botak dan berbadan besar berdiri di
8
belakang Logue dan Quas. Terlihat di belakangnya tiga orang lagi yang berpakaian serupa. Pelan-pelan,
Logue
dan
Quas
menoleh.
Pria
berbadan besar itu menodongkan pistol. Begitu juga tiga orang di belakangnya. “ Huh? Apa-apaan ini? ” Logue memasang muka pura-pura tidak tahu. “ Jangan pura-pura tidak tahu! Cepat berdiri dan angkat tangan kalian!! ” Bentak pria berbadan besar itu. Mereka berempat adalah pegawai pemerintah. Semacam polisi, tapi mendapat perintah langsung dari walikota. Utusan. Logue tersenyum sembari berdiri. Kedua temannya pun ikut berdiri dan mengangkat tangan. “ Rupanya kita sudah ketahuan, ya? ” Logue tersenyum. Kemudian menatap Quas dan Zurb satu persatu. Seolah memberikan sebuah kode. “ Apa yang kalian lakukan?!! ” 9
Logue tersenyum lagi, “ Kalau begitu, bagaimana kalau kita bersenang-senang terlebih dahulu?” “ Bersenang-senang?!!” Pria berkepala botak itu tampak kaget dengan kalimat tadi. Tapi ia tak mendapat jawaban karena Logue sudah berada tepat di kepalanya dan memasukan kepala botak pria itu kedalam sebuah karung dan dengan cepatnya mengikatnya kuat-kuat. SRAAAKK!! “ Hehe! Rasakan itu!” Tukas Logue sembari melompat ke atas pundak pria itu. Ketiga pria botak lainnya terkesiap dan langsung menembakkan pistol mereka ke arah Logue. DOR! DOR! DOR! Peluru-peluru itu tak ada yang mengenai tubuh Logue. Karena dengan cepatnya Logue melompat ke pundak pria botak yang lain. Lincah, khas tikus kota.
10