SARANA BERFIKIR ILMIAH
Manusia merupakan makhluk Tuhan yang berbeda dengan makhluk lainnya. Manusia dianugerahi akal, sedangkan makhluk lainnya seperti hewan dan tumbuhan tidak memilikinya. Perbedaan utama antara manusia dan binatang terletak pada kemampuan manusia untuk menggunakan akal pikirannya dalam mencapai tujuannya. Seluruh pikiran binatang dipenuhi oleh kebutuhan yang menyebabkan mereka secara langsung mencari obyek yang di inginkannya atau membuang benda yang menghalanginya. Sebagai contoh adalah seekor monyet yang menjangkau secara sia-sia benda yang di inginkan, sedangkan manusia yang paling primitif pun telah tahu mempergunakan bandringan, laso atau melempar dengan batu. Berfikir merupakan upaya manusia dalam memecahkan masalah. Berfikir ilmiah merupakan berfikir dengan langkah–langkah metode ilmiah seperti perumusan masalah, pengajuan hipotesis, pengkajian literatur, menjugi hipotesis, menarik kesimpulan. Kesemua langkah–langkah berfikir dengan metode ilmiah tersebut harus didukung dengan alat/sarana yang baik sehingga diharapkan hasil dari berfikir ilmiah yang kita lakukan mendapatkan hasil yang baik. Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan alat membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh. Tujuan mempelajari sarana ilmiah adalah untuk memungkinkan kita melakukan penelaahan ilmiah secara baik, sedangkan tujuan mempelajari ilmu dimaksudkan untuk mendapatkan pengehahuan yang memungkinkan untuk bisa memecahkan masalah sehari-hari. Manusia sering di sebut sebagai Homo feber, yaitu makhluk yang membuat alat dan kemampuan membuat alat itu dimungkinkan oleh pengetahuan. Berkembangnya pengetahuan tersebut juga memerlukan alat-alat. Untuk melakukan kegiatan ilmiah secara baik diperlukan sarana berpikir. Tersedianya sarana tersebut memungkinkan di lakukannya penelaahan ilmiah secara teratur dan cermat. Penguasaan sarana berpikir ilmiah ini merupakan suatu hal yang bersifat imperatif bagi seorang ilmuan. Tanpa mengetahui hal ini maka kegiatan ilmiah yang baik tak dapat di lakukan (Jujun S. Suriasumantri, 2003: 165). Sarana berfikir ilmiah pada dasarnya merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh. Sarana berfikir ilmiah mempunyai metode tersendiri dalam mendapatkan pengetahuannya yang berbeda dengan metode ilmiah. Untuk dapat berfikir ilmiah dengan baik, maka diperlukan sarana yang berupa bahasa, logika, matematika dan statistika. Oleh karena itu, kemampuan berfikir ilmiah yang baik harus di dukung oleh penguasaan sarana berfikir yang baik pula. Deskripsi Sarana Berfikir Ilmiah Sarana berpikir ilmiah merupakan alat bantu bagi metode ilmiah untuk mendapatkan kebenaran. Fungsi sarana berpikir ilmiah adalah membantu proses metode ilmiah untuk mendapat ilmu atau teori yang lain. Surisumantri (2003:165), ”Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh”. Sarana ilmiah merupakan suatu alat, dengan alat ini manusia melaksanakan kegiatan ilmiah. Pada saat manusia melakukan tahapan kegiatan ilmiah diperlukan alat berpikir yang sesuai dengan tahapan tersebut. Manusia mampu mengembangkan pengetahuannya karena manusia berpikir mengikuti kerangka berpikir ilmiah dan menggunakan alat-alat berpikir yang benar. Untuk mendapatkan ilmu diperlukan sarana berpikir ilmiah. Sarana berpikir diperlukan untuk melakukan kegiatan ilmiah secara baik dan teratur. Sarana berpikir ilmiah ada empat, yaitu: bahasa, logika, matematika dan statistika (Suriasumantri, 2003:167). Sarana berpikir ilmiah berupa bahasa sebagai alat komunikasi verbal untuk menyampaikan jalan 1
pikiran kepada orang lain, logika sebagai alat berpikir agar sesuai dengan aturan berpikir sehingga dapat diterima kebenarannya oleh orang lain, matematika berperan dalam pola berpikir deduktif sehingga orang lain lain dapat mengikuti dan melacak kembali proses berpikir untuk menemukan kebenarannya, dan statistika berperan dalam pola berpikir induktif untuk mencari kebenaran secara umum. Hakikat Sarana Berfikir Ilmiah Sebelum kita mempelajari sarana-sarana berpikir ilmiah ini, seyogyanya kita telah menguasai langkah-langkah dalam kegiatan tersebut. Dengan jalan ini maka kita akan sampai pada hakikat sarana yang sebenarnya sebab sarana merupakan alat yang membantu dalam mencapai suatu tujuan tertentu. Dengan kata lain, sarana ilmiah mempunyai fungsifungsi yang khas dalam kaitan kegiatan ilmiah secara menyeluruh. Dalam proses pendidikan, sarana berpikir ilmiah ini merupakan bidang studi tersendiri. Dalam hal ini kita harus memperhatikan 2 hal, yaitu : 1. Sarana ilmiah bukan merupakan kumpulan ilmu, dalam pengertian bahwa sarana ilmiah itu merupakan kumpulan pengetahuan yang didapatkan berdasarkan metode ilmiah. Seperti diketahui, salah satu diantara ciri-ciri ilmu umpamanya adalah penggunaan induksi dan deduksi dalam mendapatkan pengetahuan. Sarana berpikir ilmiah tidak mempergunakan cara ini dalam mendapatkan pengetahuannya. Secara lebih jelas dapat dikatakan bahwa ilmu mempunyai metode tersendiri dalam mendapatkan pengetahuaannya yang berbeda dengan sarana berpikir ilmiah. 2. Tujuan mempelajari sarana berpikir ilmiah adalah untuk memungkinkan kita untuk menelaah ilmu secara baik. Sedangkan tujuan mempelajari ilmu dimaksudkan untuk mendapatkan pengetahuan yang memungkinkan kita untuk dapat memecahkan masalah kita sehari-hari. Dalam hal ini maka sarana berpikir ilmiah merupakan alat bagi cabang-cabang ilmu untuk mengembangkan materi pengetahuaannya berdasarkan metode ilmiah . Jelaslah bahwa mengapa sarana berpikir ilmiah mempunyai metode tersendiri yang berbeda dengan metode ilmiah dalam mendapatkan pengetahuaannya sebab fungsi sarana berpikir ilmiah adalah membantu proses metode ilmiah dan bahkan merupakan ilmu tersendiri. Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik maka diperlukan sarana yang berupa bahasa, logika, matematika, dan statistika. Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses berpikir ilmiah dan untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain. Dilihat dari pola berpikirnya maka ilmu merupakan gabungan antara berpikir deduktif dan induktif. Untuk itu maka penalaran ilmiah menyandarkan diri pada proses logika deduktif dan induktif. Matematika mempunyai peranan yang penting dalam berpikir deduktif ini sedangkan statistik mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif. Proses pengujian dalam kegiatan ilmiah mengharuskan kita menguasai metode penelitian ilmiah yang pada hakekatnya merupakan pengumpulan fakta untuk menolak atau menerima hipotesis yang diajukan. Kemampuan berpikir ilmiah yang baik harus didukung oleh penguasaan sarana berpikir ini dengan baik pula. Salah satu langkah ke arah penguasaan itu adalah mengetahui dengan benar peranan masing-masing sarana berpikir tersebut dalam keseluruhan proses berpikir ilmiah. Sarana Berfikir Ilmiah Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik maka diperlukan sarana berpikir ilmiah yaitu bahasa, logika, matematika, dan statistika. Keempat sarana berpikir ilmiah ini sangat berperan dalam pembentukan ilmu yang baru. Syarat suatu ilmu adalah bila ilmu itu sesuai dengan pengetahuannya dan sesuai dengan kenyataannya, atau dengan kata lain suatu ilmu itu berada di dunia empiris dan dunia rasional. Andaikan ilmu itu bergerak dari khasanah ilmu yang berada di dunia rasional, kemudian ilmu itu mengalami 2
proses deduksi. Dalam proses deduksi ini, sarana berpikir ilmiah yang berperan adalah logika dan matematika. Di sini teori-teori yang ada dapat dikaitkan dengan fenomenafenomena sehingga terjadilah hipotesis atau dugaan, dalam hal ini disebut sebagai ramalan. Ramalan ini perlu diuji melalui tahapan pengujian. Tahapan pengujian dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah. Dalam proses pengujian dilakukan pengumpulan fakta-fakta di lapangan atau di dunia empiris. Selanjutnya, dilakukan pengujian dengan bantuan sarana berpikir ilmiah statistika, sehingga terjadi proses induksi untuk mendapat kasanah ilmu yang lain. Proses ini akan berulang terus, sehingga ilmu tersebut selalu berkembang untuk mendapatkan ilmu yang baru atau ilmu yang lain. 1. BAHASA Bahasa adalah serangkaian bunyi dan lambang yang membentuk makna. Berpikir sebagai proses berkerjanya akal dalam menelaah sesuatu merupakan ciri hakiki manusia. Dan hasil kerjanya dinyatakan dalam bentuk bahasa. Bahasa memegang peranan penting dan suatu hal yang lazim dalam kehidupan manusia. Bahasa menjadi suatu simbol-simbol bunyi yang dipergunakan oleh suatu kelompok sosial sebagai alat berkomunikasi. Bahasa digunakan oleh manusia untuk berpikir atau melakukan penalaran induktif dan deduktif dalam kegiatan ilmiah. Para ahli filsafat bahasa dan psikolinguistik melihat fungsi bahasa sebagai sarana untuk menyampaikan pikiran, perasaan, dan emosi. Sedangkan aliran sosiolinguistik berpendapat bahwa fungsi bahasa adalah sarana untuk perubahan masyarakat. Walaupun terdapat perbedaan tetapi pendapat ini saling melengkapi satu sama lainnya. Secara umum dapat dinyatakan bahwa fungsi bahasa adalah : a. Koordinator kegiatan-kegiatan dalam masyarakat b. Penetapan pemikiran dan pengungkapan c. Penyampaian pikiran dan perasaan d. Penyenangan jiwa e. Pengurangan kegonjangan jiwa (Fathi Ali Yunus dalam bakhtiar, 2010, 180). Menurut Halliday sebagaimana yang dikutip oleh Thaimah bahwa fungsi bahasa adalah sebagai berikut : 1. Fungsi Instrumental : penggunaan bahasa untuk mencapai suatu hal yang bersifat materi seperti makan, minum, dan sebagainya. 2. Fungsi Regulatoris : penggunaan bahasa untuk memerintah dan perbaikan tingkah laku. 3. Fungsi Interaksional : penggunaan bahasa untuk saling mencurahkan perasaan pemikiran antara seseorang dan orang lain. 4. Fungsi Personal : seseorang menggunakan bahasa untuk mencurahkan perasaan dan pikiran. 5. Fungsi Heuristik : penggunaan bahasa untuk mengungkap tabir fenomena dan keinginan untuk mempelajarinya. 6. Fungsi Imajinatif : penggunaan bahasa untuk mengungkapkan imajinasi seseorang dan gambaran-gambaran tentang penemuan seseorang dan tidak sesuai dengan realita (dunia nyata). 7. Fungsi Representasional : penggunaan bahasa untuk menggambarkan pemikiran dan wawasan serta menyampaikannya pada orang (Rushdi Ahmad Thaimah dalam bakhtiar, 2010, 181). Untuk menelaah bahasa ilmiah perlu dijelaskan tentang pengolongan bahasa. Ada dua pengolongan bahasa yang umumnya dibedakan yaitu : 1. Bahasa alamiah yaitu bahasa sehari-hari yang digunakan untuk menyatakan sesuatu, yang tumbuh atas pengaruh alam sekelilingnya. Bahasa alamiah dibedakan menjadi dua bagian yaitu : a) Bahasa isyarat, bahasa ini dapat berlaku umum dan dapat berlaku khusus. 3
b) Bahasa biasa, bahasa yang digunakan dalam pergaulan sehari-hari. 2. Bahasa buatan adalah bahasa yang disusun sedemikian rupa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan akar pikiran untuk maksud tertentu. Bahasa buatan dibedakan menjadi 2 bagian yaitu: a) Bahasa istilah, bahasa ini rumusanya diambil dari bahasa biasa yang diberi arti tertentu, misal demokrasi (demos dan kratien). b) Bahasa artifisial, murni bahasa buatan , atau sering juga disebut dengan bahasa simbolik, bahasa berupa simbol-simbolngaburkan. Bahasa artifisial mempunyai dua macam ciri-ciri yaitu pertama, tidak berfungsi sendiri, kosong dari arti, oleh karena itu dapat dimasuki arti apapun juga. Kedua, arti yang dimaksudkan dalam bahasa artifisial ditentukan oleh penghubung. (tim dosen Filsafat Ilmu UGM : 1996 ;100) Perbedaan bahasa alamiah dan bahasa buatan adalah bahasa alamiah, antara kata dan makna merupakan satu kesatuan utuh, atas dasar kebiasaan sehari-hari, karena bahasanya secara spontan, bersifat kebiasaan, intuitif (bisikan hati) dan pernyataan langsung. Sedangkan bahasa buatan, antara istilah dan konsep merupakan satu kesatuan bersifat relatif, atas dasar pemikiran akal karena bahasanya berdasarkan pemikiran, sekehendak hati, diskursif (logika, luas arti) dan pernyataan tidak langsung. Dari uraian diatas tentang bahasa, bahasa buatan inilah yang dimaksudkan bahasa ilmiah , dengan demikian bahasa ilmiah dapat dirumuskan sebagai bahasa buatan yang diciptakan para ahli dalam bidangnya dengan mengunakan istilah-istilah atau lambanglambang untuk mewakili pengertian-pengertian tertentu. Dan bahasa ilmiah inilah pada dasarnya merupakan kalimat-kalimat deklaratif atau suatu pernyataan yang dapat dinilai benar atau salah, baik mengunakan bahasa biasa sebagai bahasa pengantar untuk mengkomunikasikan karya ilmiah. Bahasa sebagai sarana ilmiah mempunyai kelemahan. Kelemahan tersebut menurut Suriasumantri (2003:182-187) antara lain: a) Bahasa bersifat multifungsi, b) Bahasa memiliki arti yang tidak jelas dan eksak yang dikandung oleh kata-kata yang membangun bahasa, c) Bahasa mempunyai beberapa kata yang memberikan arti yang sama, dan d) Konotasi bahasa yang bersifat emosional. Keberadaan bahasa sebagai sarana berpikir ilmiah ternyata memiliki kelemahankelemahan yang melekat pada bahasa tersebut. Bahasa sulit dilepaskan dari emosi dan sikap seseorang, sedangkan bahasa sebagai sarana ilmiah dituntut untuk obyektif agar informasi yang dikomunikasikan dapat diterima dengan baik oleh orang lain. Kelemahan berikutnya adalah sulit untuk mendefinisikan suatu obyek dengan sejelas-jelasnya, terkadang karena keinginan untuk memberikan penjelasan yang detil tentang suatu obyek, yang terjadi justru komunikasi yang dilakukan terkesan bertele-tele dan menjadi tidak jelas. Kelemahan bahasa juga dapat dilihat dari keberadaan beberapa kata yang yang memiliki arti sama atau sebaliknya beberapa arti cukup menggunakan satu kata saja. Selain itu, ada kelemahan bahasa lain yaitu bahasa sulit dilepaskan dari emosional seseorang. Ada makna-makna tertentu yang dapat ditambahkan pada makna sebenarnya sebagai akibat emosional seseorang. Masalah bahasa ini menjadi bahan pemikiran yang sungguh-sungguh dari para ahli filsafat modern. Kekacauan dalam filsafat menurut Wittgensten disebabkan kebanyakan dari pernyataan dan pertanyaan ahli filsafat timbul dari kegagalan mereka untuk menguasai logika bahasa. Maka bahasa bukan saja merupakan alat berfilsafat dan berfikir namun juga merupakan bahan dasar dan dalam hal tertentu merupakan hasil akhir dari filsafat.
4
2.LOGIKA Logika adalah jalan pikiran yang masuk akal, definisi ini dirujuk dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003:680). Perkataan logika berasal dari kata “logos” bahasa Yunani yang berarti kata atau pikiran yang benar. Logika membicarakan tentang aturan-aturan berpikir agar dengan aturan-aturan tersebut dapat mengambil kesimpulan yang benar. Logika adalah sarana untuk berpikir sistematik, valid dan dapat dipertanggungjawabkan. Dalam arti luas logika adalah sebuah metode dan prinsip-prinsip yang dapat memisahkan secara tegas antara penalaran yang benar dengan penalaran yang salah. Karena itu, berpikir logis adalah berpikir sesuai dengan aturan-aturan berpikir. Berpikir membutuhkan jenis-jenis pemikiran yang sesuai. Sebagai sarana berpikir ilmiah, logika mengarahkan manusia untuk berpikir dengan benar sesuai dengan kaidah-kaidah berpikir yang benar. Dengan logika manusia dapat berpikir dengan sistematis dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Jika ingin melakukan kegiatan berpikir dengan benar maka harus menggunakan kaidah-kaidah berpikir yang logis. Dengan logika dapat dibedakan antara proses berpikir yang benar dan proses berpikir yang salah. Menurut Susanto (2011:146), ada tiga aspek penting dalam memahami logika, agar mempunyai pengertian tentang penalaran yang merupakan suatu bentuk pemikiran, yaitu pengertian, proposisi, dan penalaran. a) Pengertian merupakan tanggapan atau gambaran yang dibentuk oleh akal budi tentang kenyataan yang dipahami, atau merupakan hasil pengetahuan manusia mengenai realitas. b) Proposisi atau pernyataan adalah rangkaian dari pengertian-pengertian yang dibentuk oleh akal budi atau merupakan pernyataan mengenai hubungan yang terdapat di antara dua buah term. c) Penalaran adalah suatu proses berpikir yang menghasilkan pengetahuan. Keberadaan ketiga aspek tersebut sangat penting dalam memahami logika. Dimulai dari membentuk gambaran tentang obyek yang dipahami, kemudian merangkainya menjadi sebuah hubungan antar obyek, dan terakhir melakukan proses berpikir yang benar untuk menghasilkan pengetahuan. Tiga aspek dalam logika tersebut harus dipahami secara bersama-sama bagi siapapun yang hendak memahami dan melakukan kegiatan ilmiah. Tanpa melalui ketiga proses aspek logika tersebut, manusia akan sulit memperoleh dan menghasilkan kegiatan ilmiah yang benar. Terdapat beberapa cara penarikan kesimpulan melalui cara kerja logika. Beberapa cara tersebut adalah: a) Logika induktif adalah cara penarikan kesimpulan dari kasus-kasus individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum dan rasional. b) Logika deduktif adalah cara penarikan kesimpulan dari hal-hal yang bersifat umum rasional menjadi kasus-kasus yang bersifat khusus sesuai fakta di lapangan (Sumarna, 2008:150) c) Logika analogi adalah cara berfikir dengan cara membuktikan dengan hal yang serupa dan sudah diketahui sebelumnya. Disini penyimpulan dilakukan secara tidak langsung, tetapi dicari suatu media atau penghubung yang mempunyai persamaan dan keserupaan dengan apa yang akan dibuktikan. d) Logika komparasi adalah cara berfikir dengan cara membandingkan dengan sesuatu yang mempunyai kesamaan apa yang dipikirkan. Dasar pemikiran ini sama dengan analogi yaitu tidak langsung, tetapi penekanan pemikirannya ditujukan pada kesepadanan bukan pada perbedaannya. Beberapa jenis logika berpikir tersebut bukanlah kutub yang saling berlawanan dan saling menjatuhkan. Beberapa jenis logika berpikir tersebut merupakan sarana yang saling melengkapi, misalnya ketika logika induktif sangat dibutuhkan dan harus digunakan untuk memecahkan suatu masalah, dan pada saat lain yang tidak dapat menggunakan logika 5
induktif untuk memecahkan masalah maka dapat digunakan logika deduktif. Seseorang yang sedang berpikir tidak harus menggunakan kedua jenis logika berpikir tersebut, tetapi dapat menggunakan satu logika berpikir sesuai dengan kebutuhan obyek dan kemampuan individunya. 3. MATEMATIKA Dalam hal ini, matematika diartikan sebagai bahasa yang melambangkan makna dari pernyataan yang ingin kita sampaikan atau seringkali disebut bersifat “artificial”. Dalam bahasa verbal, terdapat beberapa kekurangan yang tidak dapat dihilangkan. Oleh sebab itu, untuk mengatasi kekurangan itu, kita harus bepaling kepada bahasa matematika. Bahasa matematika sendiri berusaha menghilangkan sifat kabur, majemuk dan emosional sehingga lebih terfokus kepada masalah yang sedang dikaji. Matematika sebagai bahasa memiliki kelebihan lain yang tidak dimiliki oleh bahasa verbal. Di mana matematika mengembangkan bahasa numerik yang memungkinkan kita untuk melakukan pengukuran secara kuantitatif. Jika dalam bahasa verbal kita hanya bisa membandingkan secara kualitatif, maka dalam bahasa matematika, kita dapat mencari tahu hal kuantitatif yang ada. Sifat Kuantitatif ini meningkatkan daya prediktif dan kontrol dari ilmu. Ilmu memberikan jawaban yang lebih bersifat eksak yang memungkinkan pemecahan masalah secara lebih tepat dan cermat. Menurut Jujun Suria Sumantri dalam bukunya yan berjudul “Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar Populer”, Matematika dapat dijadikan sebagai sarana berpikir deduktif, di mana seperti yang diketahui, berpikir deduktif adalah proses pengambillan kesimpulan yang didasarkan kepada premis-premis yang kebenarannya telah ditentukan. Selain sebagai bahasa, matematika berfungsi sebagai alat berpikir. Menurut beberapa ahli seperti: • Wittgenstein, matematika adalah metode berpikir logis. Di mana masalah yang dihadapi akan makin rumit dan membutuhkan struktur analisis yang lebih sempurna. • Bertrand Russell, matematika adalah masa kedewasaan logika, sedangkan logika adalah masa kecil matematika. Menurut Griffits dan Howson, perkembangan matematika menjadi 4 tahap, yaitu: Matematika yang berkembangan pada peradaban Mesir Kuno dan daerah Babilonia. Dalam abad ini matematika digunakan untuk keperluan perdagangan, pertanian, bangunan dan usaha mengontrol alam seperti banjir. Matematika dalam peradaban Yunani. Dalam abad ini sangat memperhatikan aspek estetik dari matematika. Euclid pada 300 SM. Dalam abad ini matematika sangat diperhatikan sebagai ilmu ukur. Perkembangan di daerah Timur sekitar 100 tahun sesudahnya. Dalam abad ini, matematika di kembangkan sebagai ilmu hitung dan aljabar. Kesimpulannya adalah Matematika bukanlah merupakan pengetahuan mengenai objek tertentu melainkan cara berpikir untuk mandapatkan pengetahuan tersebut. Adapun kelemahan dari matematika adalah bahwa matematika tidak mengandung bahasa emosional (tidak mengandung estetika) artinya bahwa matematika penuh dengan simbol yang bersifat artifersial dan berlaku dimana saja. 4. STATISTIKA Secara etimologi, kata statistik berasal dari kata status (bahasa latin) yang mempunyai persamaan arti dengan state (bahasa Inggris) yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan negara. Pada mulanya kata statistik diartikan sebagai “ kumpulan 6
bahan keterangan (data), baik yang berwujud angka (data kuantitatif) maupun yang tidak berwujud angka (data kualitatif), yang mempunyai arti penting dan kegunaan bagi suatu negara”. Namun pada perkembangan selanjutnya, arti kata statistik hanya dibatasi dengan kumpulan bahan keterangan yang berwujud angka (data kuantitatif saja) (Anas Sudiono dalam bakhtiar, 2010, 198). Sedangkan menurut (Sudjana 1996 : 3) Statistika adalah pengetahuan yang berhubungan dengan cara-cara pengumpulan data, pengelolaan atau penganalisiannya dan penarikan kesimpulan berdasarkan kumpulan data dan penganalisisan yang dilakukan. Jadi statistika merupakan sekumpulan metode dalam memperoleh pengetahuan untuk mengelolah dan menganalisis data dalam mengambil suatu kesimpulan kegiatan ilmiah. Untuk dapat mengambil suatu keputusan dalam kegiatan ilmiah diperlukan datadata, metode penelitian serta penganalisaan harus akurat. Statistika sebagai sarana berpikir ilmiah tidak memberikan kepastian namun memberi tingkat peluang bahwa untuk premis-premis tertentu dapat ditarik suatu kesimpulan, dan kesimpulannya mungkin benar mungkin juga salah. Langkah yang ditempuh dalam logika induktif menggunakan statistika adalah: a. Observasi dan eksperimen, b. Memunculkan hipotesis ilmiah, c. Verifikasi dan pengukuran, dan d. Sebuah teori dan hukum ilmiah. Untuk dapat mengambil suatu keputusan dalam kegiatan ilmiah diperlukan data-data, metode penelitian serta penganalisaan harus akurat. Peluang merupakan dasar dari teori statistika. Konsep statistika sering dikaitkan dengan distribusi variable yang ditelaah dalam suatu populasi tertentu. Statistika sering digunakan dalam penelitian ilmiah. Ilmu dapat didefinisikan sebagai pengetahuan yang telah teruiji kebenarannya. Suatu pernyataan ilmiah adalah bersifat factual, dan konsekuensinya dapat diuji dengan baik dengan jalan menggunakan pancaindra, maupun dengan memper gunakan alat-alat yang membantu panca indra tersebut. Pengujian mengharuskan peneliti untuk menarik kesimpulan yang berisifat umum dari kasus yang bersifat individual/khusus. Statistika juga memberikan kemampuan untuk mengetahui suatu hubungan kausalita antara dua atau lebih faktor yang bersifat kebetulan atau memang benar-benar terkait dalam hubungan yang bersifat empiris. Statistika merupakan sarana berpikir ilmiah yang diperlukan untuk memproses pengetahuan secara ilmiah. Statistika membantu melakukan proses generalisasi dan menyimpulkan karakterisrtik suatu kejadian secara lebih pasti dan bukan terjadi secara kebetulan karena statistika mampu memberikan secara kuantitatif tingkat ketelitian dari kesimpulan yang ditarik, makin besar contoh atau sample yang diambil maka makin tinggi tingkat ketelitian kesimpulan tersebut. Dengan demikian statistika mampu memberikan tingkat ketelitian yang lebih kuantitatif dan akurat. Kesimpulan Berdasarkan uraian bahasan “Sarana Berfikir Ilmiah” di atas dapat disimpulkan bahwa: Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik maka diperlukan sarana yang berupa bahasa, logika, matematika dan statistika. 1. Bahasa, yaitu alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran kepada orang lain. 2. Logika adalah sarana berpikir ilmiah yang mengarahkan manusia untuk berpikir dengan benar sesuai dengan kaidah-kaidah berpikir yang sistematis dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. 3. Matematika, yaitu alat atau cara berfikir sebagai proses untuk pengambilan kesimpulan yang didasarkan pada perhitungan yang kebenarannya telah ditentukan. 4. Statistika merupakan pengetahuan untuk melakukan penarikan kesimpulan secara induktif dan secara lebih seksama. 7
DAFTAR PUSTAKA Syarif , Adnan. 2012. “Filsafat - Sarana Berfikir Ilmiah”, online: (http://filsafat-saranaberfikir-ilmiah.html/, diakses 16 April 2013) Fathoni, Mukhamad. 2011. “Makalah Sarana Berpikir Ilmiah”, online: (http://makalahsarana-berpikir-ilmiah.html/, diakses 16 April 2013) Octaria, Dina. 2012. “SARANA BERPIKIR ILMIAH”, online: (http://SARANA BERPIKIR ILMIAH_Dina Octaria.htm/, diakses 16 April 2013) \Ayu. Dwy. 2012. “SARANA BERPIKIR ILMIAH DALAM FILSAFAT ILMU”, online: (http://sarana-berpikir-ilmiah-dalam-filsafat.html/, diakses 16 April 2013)
________ Oleh: Kentika Wulandari (Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu dengan dosen Afid Burhanuddin, M.Pd.)
8