SARANA BERFIKIR ILMIAH Manusia merupakan makhluk Tuhan yang paling sempurna jika dibandingkan dengan makhluk Tuhan yang lainnya. Perbedaan antara manusia dengan hewan, tumbuhan ataupun yang lainnya sudah sangat terlihat jelas. Perbedaan utama antara manusia dan binatang terletak pada kemampuan untuk mengambil jalan melingkar untuk mencapai tujuannya. Seluruh pikiran binatang dipenuhi oleh kebutuhan yang menyebabkan mereka secara langsung mencari objek yang diinginkannya atau membuang benda yang menghalanginya. Proses berpikir manusia inilah yang memunculkan berbagai ilmu pengetahuan. Dengan dobrakan-dobrakan pemikiran dan ide manusia mampu mengembangkan ilmu pengetahuan yang didasari dengan pemikiran yang mendalam dan menyeluruh. Untuk mendapatkan ilmu pengetahuan diperlukan metode ilmiah yang langkah dan kegiatannya didasarkan pada prinsip-prinsip keilmuan. Dalam melakukan kegiatan ilmiah secara baik, diperlukan sarana berfikir. Tersedianya sarana tersebut memungkinkan dilakukannya penelaahan ilmiah secara teratur dan cermat. Penguasaan sarana berpikir ilmiah ini merupakan suatu hal yang bersifat imperatif bagi seorang ilmuwan. Di sinilah para filsafat menuangkan segala bentuk pemikirannya dengan menggunakan metode dan kegiatan yang bersifat ilmiah. Filsuf-filsuf mendalami apa yang mereka kembangkan dengan menggunakan langkah-langkah ilmiah yang didalamnya juga dibutuhkan sarana untuk membantu lancarnya kegiatan ilmiah tersebut. Kegiatan dan metode yang tidak didasarkan pada pemikiran-pemikiran khayal namun logis dan empiris. Semua dibuktikan secara ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan. Tanpa menguasai hal ini maka kegiatan ilmiah yang baik tidak dapat dilakukan. Oleh karena itu sarana ilmiah membantu dalam kegiatan ilmiah dengan harapan kita dapat melakukan penelaahan ilmiah secara baik dan benar. Maka disinilah peran sarana ilmiah amat sangat berarti. Definisi dan Hakikat Sarana Berfikir Ilmiah Berfikir ilmiah adalah berfikir yang logis dan empiris. Logis berarti masuk akal, dan empiris berarti dibahas secara mendalam berdasarkan fakta yang dapat dipertanggung jawabkan (Hillway: 1956). Sarana merupakan alat yang membantu kita dalam mencapai suatu tujuan tertentu, sedangkan sarana berpikir ilmiah merupakan alat bagi metode ilmiah dalam melakukan fungsinya secara baik, dengan demikian fungsi sarana ilmiah adalah membantu proses metode ilmiah, bukan merupakan ilmu itu sendiri (agusagif.blogspot.com). Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuhnya. Oleh sebab itulah, maka sebelum kita mempelajari sarana-sarana berpikir ilmiah ini kita telah menguasai langkah-langkah dalam kegiatan ilmiah tersebut. Dengan jalan ini maka kita sampai pada hakikat sarana yang sebenarnya, sebab sarana merupakan alat yang membantu kita dalam mencapai tujuan tertentu atau dengan perkataan lain, sarana ilmiah mempunyai fungsi-fungsi khas dalam kaitan kegiatan ilmiah secara menyeluruh. Sarana berpikir ilmiah ini, dalam proses pendidikan kita merupakan bidang studi tersendiri. Artinya kita mempelajari sarana berpikir ilmiah ini seperti kita mempelajari berbagai cabang ilmu. Dalam hal ini, kita harus memperhatikan dua hal, yakni: 1. Sarana ilmiah bukan merupakan ilmu dalam pengertian bahwa sarana ilmiah itu merupakan kumpulan pengetahuan yang didapatkan berdasarkan metode ilmiah. Seperti diketahui salah satu karakteristik dari ilmu adalah penggunaan berpikir induktif dan deduktif dalam mendapatkan pengetahuan. Sarana berpikir ilmiah tidak mempergunakan cara ini dalam mendapatkan pengetahuannya. Secara lebih tuntas dapat dikatakan bahwa 1
sarana berpikir ilmiah mempunyai metode tersendiri dalam mendapatkan pengetahuannya yang berbeda dengan metode ilmiah. 2. Tujuan mempelajari sarana ilmiah adalah untuk memungkinkan kita dmelakukan penelaahan ilmiah secara baik, sedangkan tujuan mempelajari ilmu dimaksudkan untuk bisa memecahkan masalah kita sehari-hari. Dalam hal ini, maka sarana berpikir ilmiah merupakan alat bagi cabang-cabang pengetahuan untuk mengembangkan materi pengetahuannya berdasarkan metode ilmiah. Atau secara sederhana, sarana berpikir ilmiah merupakan alat bagi metode ilmiah dalam melakukan fungsinya secara baik. Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik maka diperlukan sarana yang berupa bahasa, matematika dan statistika, agar dalam kegiatan ilmiah tersebut dapat berjalan dengan baik, teratur dan cermat. Bahasa Sebagai Sarana Berfikir Ilmiah Bahasa memegang peranan penting bagi kehidupan manusia. Bahasa mempunyai pengaruh-pengaruh yang luar biasa dan dengan bahasa itu sendiri manusia dapat dibedakan dari ciptaan Tuhan lainnya yang ada di dunia ini. Bloch and Trager mengatakan bahwa a language is a system of arbitrary vocal symbols by means of which a social group cooperates (bahasa adalah suatu sistem simbol-simbol bunyi yang arbiter yang dipergunakan oleh suatu kelompok sosial sebagai alat untuk berkomunikasi). Bahasa merupakan alat komunikasi antar manusia, tanpa bahasa maka tidak ada komunikasi. Sebagai sarana komunikasi maka segala yang berkaitan dengan komunikasi tidak terlepas dari bahasa, seperti berfikir sistematis dalam menggapai ilmu, dan pengetahuan. Tanpa mempunyai kemampuan berbahasa yang baik, maka seseorang tidak dapat melakukan kegiatan berfikir secara sistematis dan teratur. Dengan kemampuan berbahasa maka akan terbentang luas cakrawala berfikir seseorang tanpa batas. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wittgenstein “Batas duniaku adalah batas bahasaku” (Bakhtiar, 2004: 176). Kemampuan berbahasa sesuai dengan apa yang di katakan oleh Witgenstein adalah pentingnya pengetahuan bahasa selain bahasa keseharian kita. Misalnya ketika orang bercerita tentang sesuatu yang mengerikan dengan mengguanakan bahasa belanda, ketika kita tidak mengerti maka bisa saja kita mengira mereka sedang bercerita sesuatu yang lucu, karena dunia kita sebatas bahasa kita. Keunikan manusia sebenarnya bukanlah terletak pada kemampuan berpikirnya melainkan terletak pada kemampuannya berbahasa. Dalam hal ini maka Ernest Cassirer menyebut manusia sebagai manusia Animal symbolic, makhluk yang menggunakan symbol, yang secara generic mempunyai cakupan yang lebih luas dari Homo Sapiens yakni makhluk yang berpikir, sebab dalam kegiatan berpikirnya manusia menggunakan symbol. Batasan-batasan yang dimaksud dari pernyataan-pernyataan di atas memerlukan sedikit penjelasan agar tidak terjadi kesalahpahaman. Oleh karena itu, perlu diteliti setiap unsur yang terdapat didalamnya: Simbol-simbol Simbol-simbol berarti things that stand for other things atau sesuatu yang menyatakan sesuatu yang lain. Hubungan antara simbol dan “sesuatu” yang di lambangkannya itu tidak merupakan sesuatu yang terjadi dengan sendirinya atau sesuatu yang bersifat alamiah. Seperti yang terdapat antara awan hitam sebagai tanda akan turun hujan, ataupun antara tingginya panas badan sebagai tanda kemungkinan terjadinya infeksi. Jika dikatakan bahwa bahasa adalah suatu sistem simbol-simbol, hal tersebut mengandung makna bahwa ucapan si pembicara dihubungkan secara simbolis dengan objek-objek ataupun kejadian dalam dunia praktis. Simbol-simbol vokal 2
Simbol-simbol yang membangun ujaran manusia adalah simbol-simbol vokal, yaitu bunyi-bunyi yang urutan-urutan bunyinya dihasilkan dari kerja sama berbagai organ atau alat tubuh dengan sistem pernapasan. Tetapi tidak semua bunyi yang dihasilkan organorgan tubuh manusia merupakan simbol-simbol bahasa ataupun lambang-lambang kebahasaan. Bersin, batuk, dengkur, dan lain sebagainya, biasanya tidak bermakna apaapa. Akan tetapi apabila bunyi-bunyi tersebut mempunyai makna tertentu dalam suatu kelompok sosial tertentu maka dapat diterima sebagai sejenis status tambahan dalam bahasa masyarakat tersebut. Simbol-simbol vokal arbitrer Istilah arbitrer di sini bermakna “mana suka” dan tidak perlu ada hubungan yang valid secara filosofis antara ucapan lisan dan arti yang dikandungnya. Hal ini akan lebih jelas bagi orang yang mengetahui lebih dari suatu bahasa. Suatu sistem yang berstruktur dari simbol-simbol yang arbitrer Walaupun hubungan antara bunyi dan arti ternyata bebas dari suara hati nurani, logika atau psikologi, namun kerja sama antara bunyi-bunyi itu sendiri ditandai oleh sejumlah konsistensi. Misalnya saja, setiap bahasa beroperasi dengan sejumlah bunyi dasar yang terbatas (dan ciri-ciri fonetik lainnya seperti tekanan kata dan inotasi). Gabungan bunyi dan urutan bunyi membuktikan betapa pentingnya kriteria kecocokan dan permulaan yang teratur rapi. Yang dipergunakan oleh para anggota suatu kelompok sosial sebagai alat bergaul satu sama lain. Bagian ini menyatakan hubungan antara bahasa dan masyarakat. Para ahli sosial menaruh perhatian pada tingkah laku manusia, sejauh tingkah laku tersebut mempengaruhi atau dipengaruhi manusia lainnya. Fungsi bahasa memang sangat penting dalam dunia manusia. Dengan bahasa para anggota masyarakat dapat mengadakan interaksi sosial. 1. Fungsi Bahasa Para pakar telah berselisih pendapat dalam hal fungsi bahasa. Aliran filsafat bahasa dan psikolinguistik melihat fungsi bahasa sebagai sarana untuk menyampaikan pikiran, perasaan dan emosi, sedangkan aliran sosiolinguistik berpendapat bahwa fungsi bahasa adalah untuk perubahan masyarakat (Bakhtiar, 2004:180). Akan tetapi secara umum dapat dinyatakan bahwa fungsi bahasa adalah: a. Kordinator kegiatan-kegiatan masyarakat. b. Penetapan pemikiran dan pengungkapan. c. Penyampaian pikiran dan perasaan. d. Penyenangan jiwa. e. Pengurangan goncangan jiwa. 2. Bahasa Sebagai Sarana Untuk dapat berfikir ilmiah, seseorang hendaknya menguasai kriteria maupun langkah-langkah dalam kegiatan ilmiah. Ada dua hal yang harus diperhatikan mengenai sarana ilmiah ini, yaitu: • Sarana ilmiah itu merupakan ilmu dalam pengertian bahwa ia merupakan kumpulan pengetahuaan yang didapatkan berdasarkan metode ilmiah, seperti menggunakan pola berfikir induktif dan deduktif dalam mendapatkan pengetahuan. • Tujuan mempelajari sarana ilmiah adalah agar dapat melakukan penelaahan ilmiah secara baik. Sarana ilmiah merupakan alat bagi cabang-cabang pengetahuan untuk mengembangkan materi pengetahuan berdasarkan metode-metode ilmiah yang berbeda. Bahasa sebagai alat komunikasi verbal yang digunakan dalam proses berfikir ilmiah di mana 3
bahasa merupakan alat berfikir dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran kepada orang lain. Ketika bahasa di sifatkan dengan ilmiah, fungsinya untuk komunikasi disifatkan dengan ilmiah juga, yakni komunikasi ilmiah. Komunikasi ilmiah ini merupakan proses penyampaian informasi berupa pengetahuan. Dengan kata lain, kegiatan berfikir ilmiah ini sangat berkaitan erat dengan bahasa. 3. Bahasa Ilmiah dan Bahasa Agama Telah dijelaskan sebelumnya bahwa bahasa ilmiah adalah bahasa yang digunakan dalam kegiatan ilmiah, berbeda dengan bahasa agama. Bahasa agama adalah kalam Ilahi yang terabadikan ke dalam kitab suci. Bahasa agama merupakan wacana keagamaan yang dilakukan oleh umat beragama maupun sarjana ahli agama, meskipun tidak selalu menunjukan ungkapan-ungkapan kitab suci (Bakhtiar, 2004:184). Walaupun terdapat perbedaan antara bahasa ilmiah dan bahasa agama, akan tetapi keduanya merupakan sarana untuk menyampaikan sesuatu dengan gaya bahasa yang khas. Bahasa ilmiah yang merupakan kreasi manusia bagaimanapun indahnya dan teraturnya urutan katanya namun tetap akan berhadapan dengan kritik dan saran dari para pembaca. Hal inilah yang sangat berbeda dengan bahasa agama, di mana para jagoan sastra harus mengakui kesalahan mereka jika dihadapkan dengan gaya bahasa agama yang termaktub dalam kitab suci Al-Qur’an. Dengan demikian tampaklah kelebihan dan kekurangan antara bahasa ilmiah yang digunakan manusia dalam kegiatan ilmiahnya dengan bahasa agama yang dipesankan Tuhan kepada manusia untuk menyampaikannya. Matematika Sebagai Sarana Berfikir Ilmiah Pada zaman ini, matematika sudah dipergunakan dalam seluruh kehidupan manusia, baik matematika yang sangat sederhana maupun matematika yang sangat rumit. Demikian pula ilmu-ilmu pengetahuan, semuanya sudah menggunakan matematika, baik matematika sebagai pengembangan aljabar maupun statistik. Untuk dapat melakukan kegiatan berfikir ilmiah dengan baik, maka diperlukan sarana ilmiah yakni salah satunya ialah dengan menggunakan matematika. 1. Matematika Sebagai Bahasa Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari serangkaian pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat “artifisial” artinya setelah sebuah makna diberikan kepadanya. Tanpa itu matematika merupakan kumpulan rumus-rumus yang mati (Bakhtiar, 2004:188). Matematika mempunyai kelebihan lain dibandingkan dengan bahasa verbal. Matematika mengembangkan bahasa numerik yang memungkinkan kita untuk melakukan pengukuran secara kuantitatif. Sifat kuantitatif dari matematika ini meningkatkan daya prediktif dan kontrol dari ilmu. Ilmu memberikan jawaban yang lebih bersifat eksak yang memungkinkan pemecahan masalah secara lebih tepat dan cermat. 2. Matematika Sebagai Sarana Berfikir Deduktif Matematika merupakan ilmu deduktif. Nama ilmu deduktif diperoleh karena penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi tidak didasari atas pengalaman melainkan didasarkan atas deduksi-deduksi (penjabaran-penjabaran). Matematika juga merupakan pengetahuan dan saran berfikir deduktif. Bahasa yang digunakan adalah bahasa artifial, yakni bahasa buatan. Keistimewaan bahasa ini adalah terbebas dari aspek emotif dan afektif serta jelas kelihatan bentuknya. Matematika lebih mementingkan bentuk logisnya. Berfikir deduktif adalah proses pengambilan kesimpulan yang didasarkan kepada premis-premis yang keberadaannya telah ditentukan. Secara deduktif matematika menemukan pengetahuan yang baru berdasarkan premis-premis tertentu. Pengetahuan yang ditemukan ini sebenarnya hanyalah konsekuensi dari pernyataan-pernyataan ilmiah yang telah kita temukan 4
sebelumnya. Dan dari beberapa premis yang telah kita ketahui kebenarannya dapat ditemukan pengetahuan lainnya yang memperkaya perbenaharaan ilmiah kita. 3. Matematika untuk Ilmu Alam dan Ilmu Sosial Matematika memberikan ilmu bahasa, proses, dan teori yang memberikan ilmu suatu bentuk dan kekuasaan. Fungsi matematika menjadi sangat penting dalam perkembangan berbagai macam ilmu pengetahuan. Dalam perkembangan ilmu pengetahuan alam, matematika cukup memberikan kontribusi yang sangat besar, misalnya penggunaan lambang-lambang bilangan untuk perhitungan dan pengukuran. Berbeda dengan ilmu sosial yang memiliki objek penelaahan yang kompleks dan sulit dalam melakukan pengamatan, maka matematika tidak mengutamakan pada lambang-lambang bilangan.
Statistik Sebagai Sarana Berfikir Ilmiah 1. Pengertian Statistik Secara etimologi, kata “statistik” berasal dari kata status (bahasa Latin) yang mempunyai persamaan arti dengan kata state (bahasa Inggris) yang mempunyai arti “negara”. Sejak dahulu kala statistik hanya digunakan untuk kepentingan negara saja, sedangkan saat ini statistik sudah digunakan hamper di semua bidang ilmu dan kehidupan. Ditinjau dari secara terminology, istilah statistik mengandung berbagai pengertian (Hartono, 2004:1-2) yaitu : a. Statistik sebagai data Yaitu kumpulan bahan keterangan yang berupa angka atau kumpulan angka yang menunjukkan kegiatan hidup tertentu mengenai keadaan, peristiwa atau gejala tertentu. b. Statistik sebagai kegiatan Yaitu proses kegiatan statistik yang dimulai dari pengumpulan data, penyusunan data, pengumuman dan pelaporan data, serta analisis data. c. Statistik sebagai metode, Yaitu cara-cara tertentu yang digunakan dalam rangka mengumpulkan, menyusun atau mengatur, menyajikan menganalisis dan memberikan interpretasi terhadap sekumpulan data, sehingga kumpulan bahan keterangan yang berupa angka itu dapat memberikan pengertian dan makna tertentu. d. Statistik sebagai ilmu Yaitu ilmu pengetahuan yang membahas dan mengembangkan prinsip-prinsip, metode dan prosedur yang ditempuh dalam: • Pengumpulan data angka • Penyusunan atau pengaturan data angka • Penyajian data angka • Analisis terhadapn data angka • Pengambilan kesimpulan, membuat estimasi dan prediksi 2. Sejarah Perkembangan Statistik Peluang yang merupakan dasar dari teori statistika, merupakan konsep baru yang tidak dikenal dalam pemikiran Yunani Kuno, Romawi, dan bahkan Eropa dalam Abad Pertengahan. Begitu dasar-dasar peluang ini dirumuskan, maka dengan cepat bidang telaahan ini berkembang. Pada tahun 1757 Thomas Shimpson menyimpulkan bahwa terdapat sesuatu distribusi berlanjut (continuos distribution) dari suatu variabel dalam suatu frekuensi yang cukup banyak. Distribusi lain yang tidak berupa kurva normal kemudian ditemukan Francis Galton (1822-1911) dan Karl Pearson (1857-1936). Pearson melanjutkan konsep-konsep Galton dan mengembangkan konsep regresi, korelasi, distribusi, chi-kuadrat, 5
dan analisis statistika untuk data kualitatif Pearson menulis buku The Grammar of Sience sebuah karya klasik dalam filsafat ilmu. Demikianlah statistika yang relative sangat muda dibandingkan dengan matematika berkembang dengan cepat terutama dalam dasawarsa lima puluh tahun belakangan ini. 3. Hubungan Antara Sarana Ilmiah Bahasa, Matematika dan Statistika Sebagaimana yang kita bahas sebelumnya, agar dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik, diperlukan sarana bahasa, matematika dan statistika. Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam kegiatan berpikir ilmiah, dimana bahasa menjadi alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain. Dan ditinjau dari pola berpikirnya, maka ilmu merupakan gabungan antara berpikir deduktif dan berpikir induktif. Matematika mempunyai peranan yang penting dalam berpikir deduktif, sedangkan statistika mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif. Penalaran induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas untuk menyusun argumentasi yang diakhiri pernyataan yang bersifat umum, umpamanya kita mempunyai fakta bahwa kerbau mempunyai mata, lembu mempunyai mata, harimau mempunyai mata, dan gajah mempunyai mata. Dari pernyataan tersebut dapat ditarik bahwa semua binatang mempunyai mata. Statistik mempunyai peranan yang penting dalam berpikir induktif. Sebaliknya deduktif, cara berpikir dimana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus, mengunakan pola berpikir yang dinamakan silogismus. Contohnya semua mahluk mempunyai mata (premis mayor), si bolan adalah seorang makluk (premis minor), jadi si bolan mempunyai mata (kesimpulan). Matematika adalah pengetahuan yang disusun secara deduktif. Matematika juga merupakan bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin disampaikan. 4. Tujuan Pengumpulan Data Statistika Tujuan dari pengumpulan data statistik dapat dibagi ke dalam dua golongan besar, yaitu tujuan kegiatan praktis dan kegiatan ilmu. a. Tujuan Kegiatan Praktis. Dalam kegiatan praktis hakikat alternatif yang sedang dipertimbangkan telah diketahui, paling tidak secara prinsip, diman konsekuensi dalam memilih salah satu dari alternatif tersebut dapat dievaluasi berdasarkan serangkaian perkembangan yang akan terjadi. b. Tujuan Kegiatan Keilmuan. Kegiatan statistika dalam bidang keilmuan diterapkan pada pengambilan suatu keputusan yang konsekuensinya sama sekali belum diketahui. Dengan demikian konsekuensi dalam melakukan kesalahan dapat diketahui secara lebih pasti dalam kegiatan praktis dibandingkan dengan kegiatan keilmuan. 5. Statistika dan Cara Berfikir Induktif Semua pernyataan ilmiah adalah sesuai faktual, dimana konsekuensinnya dapat diuji baik dengan jalan mempergunakan pancaindera ataupun dengan alat-alat bantu pancaindera itu sendiri. Pengujian secara empiris merupakan salah satu mata rantai dalam metode ilmiah yang membedakan ilmu dari pengetahuan-pengetahuan lainnya. Pengujian merupakan suatu proses pengumpulan data yang relevan dengan hipotesis yang diajukan. Sekiranya hipotesis itu didukung oleh fakta-fakta empiris maka pernyataan hipotesis tersebut diterima kebenarannya. Dalam hal ini statistika memberikan jalan keluar untuk dapat menarik kesimpulan yang bersifat umum dengan jalan mengamati hanyan sebagian dari populasi yang bersangkutan. Statistika juga memberikan contoh kepada kita untuk mengetahui apakah suatu hubungan kausalitas antara dua faktor atau lebih bersifat kebetulan atau memang terkait dalam suatu hubungan yang bersifat empiris. Statistika merupakan sarana ilmiah 6
yang diperlukan untuk memproses suatu pengetahuan secara ilmiah. Statistika membantu kita untuk melakukan generalisasi dan menyimpulkan karakteristik suatu kejadian secara lebih pasti dan bukan terjadi secara kebetulan . 6. Peranan Statistika dalam Tahap-Tahap Metode Keilmuan Statiska bukan merupakan sekumpulan pengetahuan mengenai objek tertentu melainkan merupakan sekumpulan metode dalam memperoleh pengetahuan. Metode keilmuan, sejauh apa yang menyangkut metode, sebenarnya tak lebih dari apa yang dilakukan seseorang dalam mempergunakan pikiran-pikiran tanpa ada sesuatu pun yang membatasinya. Adapun metode ataupun langkah-langkah yang dipergunakan dalam kegiatan kegiatan keilmuan adalah sebagai berikut: a. Observasi Para ilmuwan melakukan observasi mengenai apa yang terjadi, mengumpulkan dan mempelajari fakta yang berhubungan dengan masalah yang diselidiki. Statistika dapat mengemukakan secara terperinci tentang analisis mana yang akan dipakai dalam observasi dan tafsiran apa yang akan di hasilkan dari observasi tersebut. b. Hipotesis Untuk menerangkan fakta yang diobservasi, dugaan yang sudah ada dirumuskan dalam sebuah hipotesis. Dalam tahapan ini, statistika membantu dalam mengklasifikasikan, mengikhtisarkan, dan menyajikan hasil observasi dalam bentuk yang dapat dipahami dan memudahkan dalam mengembangkan hipotesis. c. Ramalan Dari hipotesis atau teori dikembangkanlah deduksi. Nilai dari suatu teori tergantung dari kemampuan ilmuwan untuk menghasilkan pengetahuan baru tersebut. Fakta baru ini disebut ramalan dengan menduga apa yang akan terjadi berdasarkan syarat-syarat tertentu. d. Pengujian Kebenaran Ilmuwan mengumpulkan fakta untuk menguji kebenaran ramalan yang dikembangkan dari teori. Dalam tahap ini keseluruhan tahap-tahap sebelumnya berulang seperti siklus. Jika teorinya didukung sebuah data, maka akan mengalami pengujian yang lebih berat, dengan jalan membuat ramalan yang lebih spesifik dan memiliki jangkauan lebih jauh, hingga akhirnya ramalan ini diuji kembali kebenarannya sampai ilmuwan tersebut menemukan penyimpangan yang memerlukan beberapa perubahan dalam teorinya. Sebaliknya, bila dikemukakan bertentangan dengan fakta, ilmuwan tersebut menyusun hipotesis baru yang sesuai dengan berbagai fakta yang dia kumpulkan. Lalu hipotesis baru tersebut kembali diuji kebenarannya lewat “langkah perjanjian” seterusnya. Dalam metode keilmuan statistika mempunyai peranan dalam kegiatan keilmuan : a. Alat untuk menghitung besarnya anggota sampel yang akan diambil dari populasi. b. Alat untuk menguji validitas dan reliabilitas instrumen. Maksudnya sebelum digunakan instrumen sebaiknya diuji validitas dan reliabilitas terlebih dahulu. c. Teknik untuk menyajikan data-data, sehingga data lebih komunikatif. d. Alat untuk analisis data seperti menguji hipotesis penelitian yang diajukan. Dalam hal ini statistik digunakan adalah kolerasi, t-tes regresi, dan lain-lain. Penguasaan statistika mutlak diperlukan untuk dapat berpikir ilmiah dengan sah sering kali dilupakan orang. Berpikir logis secara deduktif sering sekali dikacaukan dengan berpikir logis secara induktif. Kekacauan logika inilah yang menyebabkan kurang berkembangnya ilmu dinegara kita. Kita cenderung untuk berpikir logis cara deduktif dan menerapkan prosedur yang sama untuk kesimpulan induktif. Statistika merupakan sarana berpikir yang diperluaskan untuk memproses pengetahuan secara ilmiah. Sebagai bagian dari perangkat metode ilmiah, maka statistika 7
membantu kita untuk mengeneralisasikan dan menyimpulkan karakteristik suatu kejadian secara lebih pasti dan bukan terjadi secara kebetulan. Statistika harus mendapat tempat yang sejajar dengan matematika agar keseimbangan berpikir deduktif dan induktif yang merupakan cara dan berpikir ilmiah dapat dilakukan dengan baik. 7. Penerapan Statistika Metode statistika secara meningkat makin sering dipergunakan secara luas hampir dalam semua pengambilan keputusan dalam bidang manajemen. Statistika diterapkan dalam penelitian pasar, penelitian produksi, kontrol kualitas, seleksi pegawai, kerangka percobaan industri, auditing, kebijakan penanaman modal, dan banyak lagi. Ilmu Statistika banyak diterapkan dalam berbagai ilmu, terutama dalam bidang fisika. Statistika dalam pemerintahan digunakan dalam berbagai macam tujuan; sensus penduduk merupakan salah satu prosedur yang paling dikenal. Aplikasi statistika lainnya yang sekarang popular adalah prosedur jajak pendapat misalnya dilakukan sebelum pemilihan umum, serta jajak cepat tentang perhitungan cepat hasil pemilu. Di bidang komputasi, statistika dapat pula diterapkan dalam pengenalan pola maupun kecerdasan buatan. Penelitian di bidang ilmu-ilmu sosial makin lama makin mendasarkan diri kepada statistik. Survey yang berdasarkan pengambilan contoh (sample) mampu memberikan informasi tentang berbagai hal dengan ongkos yang cukup murah, seperti besarnya penghasilan dan tabungan, sikap masyarakat terhadap nuklir, pengaruh televisi terhadap nuklir, pengaruh televisi terhadap kehidupan keluarga, dan lain sebagainya. Contoh tentang berbagai penerapan statistika di atas, tidak dapat mencakup semua hal, namun semoga dapat memberikan gambaran mengenai kemungkinan berbagai penerapan dari beberapa metode dan konsep dasar statistika. Singkatnya statistika adalah alat yang dapat dipergunakan untuk memecahkan masalah yang timbul dalam penelaahan secara empiris hampir di semua bidang. Kesimpulan Untuk melakukan kegiatan ilmiah secara baik diperlukan sarana berpikir. Tersedianya sarana tersebut memungkinkan dilakukannya penelaahan ilmiah secara teratur dan cermat. Penggunaan sarana berpikir ilmiah ini merupakan suatu hal yang bersifat imperatif bagi seorang ilmuwan. Tanpa menguasai hal ini maka kegiatan ilmiah yang baik tidak dapat dilakukan. Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh. Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik maka diperlukan sarana yang berupa bahasa, matematika dan statistika, agar dalam kegiatan ilmiah tersebut dapat berjalan dengan baik, teratur dan cermat. Bahasa sebagai suatu alat komunikasi yang digunakan seseorang untuk berkomunikasi dengan orang lain dalam berpendapat ataupun menyampaikan hasil pemikirannya dengan lebih jelas. Matematika sebagai suatu bahasa yang juga mempunyai peranan penting dalam berfikir deduktif, sedangkan statistika mempunyai peranan penting dalam berfikir induktif. DAFTAR PUSTAKA Andi. 2011. “Penerapan Statistik di berbagai Bidang” (online), http://andiunej.blogspot.com/2011/10/penerapan-statistik-dalam-berbagai.htm , diakses 6 April 2013. Aprizal. 2009. “Sarana Berpikir Ilmiah“ (online), http://blog.unsri.ac.id/aprizal/saranaberpikir-ilmiah-bahasa-matematika-dan-statistika/sr/3560/ , diakses 4 April 2013. Bakhtiar, Amsal. 2004. Filsafat Ilmu. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Hartono. 2004. Statistik Untuk Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 8
Surajiyo. 2010. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia. Jakarta : PT. Bumi Aksara. Susanto, Agus. 2013. “Sarana Berpikir dan Pengetahuan Ilmiah” (online) http://agusagif.blogspot.com/2013/03/sarana-berpikir-dan-pengetahuan-ilmiah.html, diakses 5 April 2013 Syaifudin, Alex. 2011. “Sarana Berfikir Ilmiah” (online), http://cosma5b.blogspot.com/2011/04/sarana-berfikir-ilmiah.html, diakses 5 April 2013.
_______ Fika Nurmayanti (Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu dengan dosen Afid Burhanuddin, M.Pd.)
9