SARANA BERFIKIR ILMIAH Perkembangan ilmu dan filsafat dimulai dengan keingintahuan manusia yang kemudian meningkat menjadi penalaran yang radikal, sistematis dan universal. Penalaran dalam berkembangnya menjadi logika deduktif dan induktif. Berdasarkan perkembangan ilmu abad 20 menjadikan mnausia sebagai makhluk istimewa dilihat dari kemajuan berimajinasi. Konsep terbaru filsafat abad 20 didasarkan atas dasar fungsi berfikir, merasa, cipta dan kreatifitas. Kegiatan berfikir kita lakukan dalam keseharian dan kegiatan ilmiah. Berfikir merupakan upaya manusia dalam upaya memecahkan masalah. Berfikir ilmiah merupakan berfikir dengan langkah-langkah metode ilmiah. Berfikir keilmuan bukanlah berfikir biasa , tetapi berfikir teratur, yang berdisiplin, yang bermetode dan bersistem, dimana idea dan konsep yang sedang difikirkan tidak dibiarkan berkelana tanpa arah dan tujuan. Pembiasaan cara berfikir ilmiah merupakan cara yang terbaik untuk mempertajam rasio (daya nalar). Cara berfikir seseorang yang terdidik dalam berfikir ilmiah adalah sangat berbeda dengan cara berfikir orang-orang yang tidak tahu atau belum pernah sama sekali terlatih untuk itu. Kesemua langkah-langkah berfikir dengan metode ilmiah tersebut harus didukung dengan alat/sarana yang baik, sehingga diharapkan hasil dari befikir ilmiah yang kita lakukan mendapatkan hasil yang baik. Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan alat bantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh. LOGIKA Logika merupakan cabang filsafat yang bersifat praktis berpangkal pada penalaran, dan sekaligus juga sebagai dasar filsafat dan sebagai sarana ilmu. Dengan fungsi sebagai dasar filsafat dan sarana ilmu karena logika merupakan “jembatan penghubung” antara filsafat dan ilmu, yang secara terminologis logika didefinisikan: Teori tentang penyimpulan yang sah. Penyimpulan pada dasarnya bertitik tolak dari suatu pangkal-pikir tertentu, yang kemudian ditarik suatu kesimpulan. Penyimpulan yang sah, artinya sesuai dengan pertimbangan akal dan runtut sehingga dapat dilacak kembali yang sekaligus juga benar, yang berarti dituntut kebenaran bentuk sesuai dengan isi. Logika sebagai teori penyimpulan, berlandaskan pada suatu konsep yang dinyatakan dalam bentuk kata atau istilah, dan dapat diungkapkan dalam bentuk himpunan sehingga setiap konsep mempunyai himpunan, mempunyai keluasan. Dengan dasar himpunan karena semua unsur penalaran dalam logika pembuktiannya menggunakan diagram himpunan, dan ini merupakan pembuktian secara formal jika diungkapkan dengan diagram himpunan sah dan tepat karena sah dan tepat pula penalaran tersebut. Berdasarkan proses penalarannya dan juga sifat kesimpulan yang dihasilkannya, logika dibedakan antara logika deduktif dan logika induktif. Logika deduktif adalah sistem penalaran yang menelaah prinsip-prinsip penyimpulan yang sah berdasarkan bentuknya serta kesimpulan yang dihasilkan sebagai kemestian diturunkan dari pangkal pikirnya. Dalam logika ini yang terutama ditelaah adalah bentuk dari kerjanya akal jika telah runtut dan sesuai dengan pertimbangan akal yang dapat dibuktikan tidak ada kesimpulan lain karena proses penyimpulannya adalah tepat dan sah. Logika deduktif karena berbicara tentang hubungan bentuk-bentuk pernyataan saja yang utama terlepas isi apa yang diuraikan karena logika deduktif disebut pula logika formal. Logika induktif adalah sistem penalaran yang menelaah prinsip-prinsip penyimpulan yang sah dari sejumlah hal khusus sampai pada suatu kesimpulan umum yang bersifat boleh jadi. Logika ini sering disebut juga logika material, yaitu berusaha menemukan prinsipprinsip penalaran yang bergantung kesesuaiannya dengan kenyataan, oleh karena itu
1
kesimpulannya hanyalah keboleh-jadian, dalam arti selama kesimpulannya itu tidak ada bukti yang menyangkalnya maka kesimpulan itu benar, dan tidak dapat dikatakan pasti. PENALARAN Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasi empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar. Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence). Hubungan antara premis dan konklusi disebut konsekuensi. Metode dalam menalar Ada dua jenis metode dalam menalar yaitu induktif dan deduktif. Induktif • Metode berpikir induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum. • Hukum yang disimpulkan difenomena yang diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diteliti. • Generalisasi adalah bentuk dari metode berpikir induktif. Metode deduktif Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus. Contoh: Masyarakat Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus) dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status sosial. METODE ILMIAH Metode Ilmiah merupakan suatu cara sistematis yang digunakan oleh para ilmuwan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Metode ini menggunakan langkah-langkah yang sistematis, teratur dan terkontrol. Pelaksanaan metode ilmiah ini meliputi enam tahap, yaitu: 1. Merumuskan masalah. Masalah adalah sesuatu yang harus diselesaikan. 2. Mengumpulkan keterangan, yaitu segala informasi yang mengarah dan dekat pada pemecahan masalah. Sering disebut juga mengkaji teori atau kajian pustaka. 3. Menyusun hipotesis. Hipotesis merupakan jawaban sementara yang disusun berdasarkan data atau keterangan yang diperoleh selama observasi atau telaah pustaka. 4. Menguji hipotesis dengan melakukan percobaan atau penelitian. 5. Mengolah data (hasil) percobaan dengan menggunakan metode statistik untuk menghasilkan kesimpulan. Hasil penelitian dengan metode ini adalah data yang objektif, tidak dipengaruhi subyektifitas ilmuwan peneliti dan universal (dilakukan dimana saja dan oleh siapa saja akan memberikan hasil yang sama). 6. Menguji kesimpulan. Untuk meyakinkan kebenaran hipotesis melalui hasil percobaan perlu dilakukan uji ulang. Apabila hasil uji senantiasa mendukung hipotesis maka hipotesis itu bisa menjadi kaidah (hukum) dan bahkan menjadi teori. Metode ilmiah didasari oleh sikap ilmiah. Sikap ilmiah semestinya dimiliki oleh setiap penelitian dan ilmuwan. Adapun sikap ilmiah yang dimaksud adalah : 1. Rasa ingin tahu 2. Jujur (menerima kenyataan hasil penelitian dan tidak mengada-ada) 2
3. Objektif (sesuai fakta yang ada, dan tidak dipengaruhi oleh perasaan pribadi) 4. Tekun (tidak putus asa) 5. Teliti (tidak ceroboh dan tidak melakukan kesalahan) 6. Terbuka (mau menerima pendapat yang benar dari orang lain) TUJUAN MEMPELAJARI SARANA BERPIKIR ILMIAH Tujuan mempelajari sarana berfikir ilmiah adalah untuk memungkinkan kita melakukan penelaahan ilmiah secara baik, sedangkan tujuan mempelajari ilmu dimaksudkan untuk mendapatkan pengetahuan yang memungkinkan untuk memecahkan masalah seharihari. Ditinjau dari pola berfikirnya, maka ilmu merupakan gabungan antara pola berfikir dedukatif dan berfikir indukatif. Sebagai hasil dari berfikir maka ilmu merupakan sekumpulan pengetahuan yang disusun secara sistematis bermetode dan kebenaran serta ketepatannya dapat diuji secara empiris, dapat diriset dan dieksperimen (Rasyidi, 1988:43). Penalaran ilmiah mengharuskan kita menguasai metode penelitian ilmiah, yang pada hakikatnya merupakan pengumpulan fakta untuk mendukung atau menolak hipotesis yang diajukan. Kemampuan berfikir ilmiah yang baik harus didukung oleh penguasaan sarana berfikir ini dengan baik pula. Salah satu langkah kearah penguasaan itu adalah mengetahui dengan benar peranan masing-masing sarana befikir tersebut dalam keseluruhan berfikir ilmiah. Berdasarkan pemikiran ini, maka tidak sukar untuk dimengerti, mengapa mutu kegiatan keilmuan tidak mencapai taraf yang memuaskan sekiranya sarana berfikir ilmiahnya memang kurang dikuasai dengan baik. SARANA BERPIKIR ILMIAH Untuk dapat melakukan kegiatan ilmiah dengan baik, maka diperlukan saran yang dapat mendukung kegiatan tersebut. Adapun sarana berfikir ilmiah adalah : 1. Bahasa Bahasa menurut Poerwadarminta (2002 : 156) adalah serangkaian bunyi yang digunakan sebagai alat komunikasi atau lambang dari serangkaian bunyi yang membentuk arti tertentu. Melalui bahasa, manusia bukan sajadapat berkomunikasi dengan manusia lainnya, tetapi juga dapat memperdebatkan temuan dan pengetahuannya terhadap manusia lainnya melalui alat yang disebut bahasa. Melalui bahasa manusia dengan manusia lainnya dapat saling menambah dan berbagi pengetahuan yang dimilikinya, manusia dapat mengkomunikasikan latar belakang dan reasoning sebuah informasi yang dimilinya sehingga ia merasa perlu untuk ditransformasikan dan kembangkan kepada orang lain (Cecep Sumarna, 2008:134). Pengalaman dan pemikiran manusia yang berkembang membuat bahasa pun ikut berkembang. Kemampuan bahasa adalah bagaimana mengkonstruksi pengetahuannya dan bisa menyampaikan kepada orang lain baik secara lisan maupun tulisan. Kemampuan berbahasa adalah salah satu keunikan manusia. Bahasa bagi manusia punya fungsi : - Alat komunikasi atau fungsi komunikasi - Alat budaya yang mempersatukan manusia yang menggunakan bahasa tersebut atau fungsi kohesif. Didalam fungsi komuikatif bahasa terdapat tiga unsur yang digunakan untuk menyampaikan, yaitu : perasaan (unsur emotif), sikap (unsur afektif) dan buah pikiran (unsur penalaran). Perkembangan bahasa dipengaruhi ketiga unsur ini. Perkembangan ilmu dipengaruhi oleh fungsi penalaran dan komunikasi bebas dari pengaruh emotif. Sedangkan perkembangan seni dipengaruhi unsur emotif dan afektif. 3
2. Logika Merujuk pada kamus besar bahasa Indonesia (2002:680) logika adalah jalan pikiran yang masuk akal. Sedangkan dari segi istilah logika sering diartikan sebagai kumpulan kaidah-kaidah yang memberi jalan (system) berfikir tertib dan teratur sehingga kebenarannya dapat diterima orang lain (Cecep Sumarna, 2008:141) Aristoteles adalah orang yang dianggap sebagai bapak logika karena telah menyusun prinsip-prinsip berfikir dengan logikanya yang terkenal antara lain yang berbentuk Syllogisme yaitu bentuk logika yang terdiri dari dua pernyataan (premis) yang bersama-sama menghasilkan sebuah kesimpulan dalam perkembangannya mendapat kritik dai para ahli karena memiliki beberapa kelemahan. Setelah logika Aristoteles kemudian muncullah logika modern yang disebut juga logika symbolik (M. Rasyidi, 1988:200). Ciri utama logika symbolik adalah adanya kesepakatan untuk menggunakan simbol-simbol atau tanda-tanda untuk menggantikan setiap keterangan, pengertian dan hubungan dalam cara kerjanya, inilah yang kita kenal sekarang. Dalam falsafat ilmu disebut logika matematika dan logika statistik. Dimana filsafat ilmu membagi cara kerja logika dalam dua bentuk yaitu logika matematika dan logika statistik (Cecep Sumarna, 2008:143). Dalam arti luas logika adalah sebuah metode dan prinsip-prinsip yang dapat memisahkan secara tegas antara penalaran yang benar dengan penalaran yang salah12 (Yahya S. Kusumah, 1986:2). Logika membicarakan tentang aturan-aturan berfikir agar dengan aturan-aturan tersebut dapat mengambil kesimpulan yang benar. Logika bukan ilmu yang baru muncul, perumusan kaidah-kaidah logika untuk berfikir benar dipelopori Aristoteles (348-0322 sm), Aristoteles dianggap sebagai pelopor pembukuan pengetahuan logika tetapi tidak berarti sebelum Aristoteles belum ada kaidah-kaidah berfikir yang dianggap benar, hanya saja belum teratur sistematikanya, seperti rumusan logika Aristoteles (Hasbullah Bahry, 1981:20). Agar pengetahuan yang dihasilkan dari proses berfikir mempunyai dasar kebenaran, maka proses berfikir dilakukan dengan dua cara befikir logic, yaitu : a. Logika induktif, yaitu cara berfikir dimana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat khusus. Contoh berfikir induktif: (1) P – Penduduk desa A = adalah pegawai (2) Q – Penduduk desa A = adalah pegawai (3) R – Penduduk desa A = adalah pegawai (4) S – Penduduk desa A = adalah pegawai Kesimpulannya adalah bahwa penduduk ( P sampai S ) yang mendiami desa A adalah pegawai. b. Logika deduktif, yaitu cara berfikir dimana pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan cara berfikir silogismus. Silogismus disusun dari dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan. Pernyataan yang mendukung silogismus disebut premis yang kemudian dapat dibedakan sebagai premis mayor dan premis minor. Contoh berfikir silogismus. (1) Semua makhluk hidup mesti akan mati (Premis Mayor) (2) Si Ahmad adalah makhluk hidup (Premis Minor) (3) Jadi si Ahmad mesti mati (Kesimpulan) Kesimpulan bahwa si Ahmad mesti mati, menurtu Jujun S. Suriasumantri adalah sah menurut penalaran deduktif, sebab kesimpulan ini ditarik secar logis dari dua premis yang mendukungnya. Sedangkan pertanyaan apakah kesimpulan ini benar, maka hal ini harus 4
dikembalikan kebenarannya pada premis yang mendahuluinya. Apabila kedu premis yang mendukungnya benar, maka dapat dipastikan bahwa kesimpulan tersebut benar. Tetapi dapat saja kesimpulan tersebut salah, walaupun kedua premis benar, sebab cara kesimpulannya salah. Selanjutnya Jujun S. Suriasumantri mengatakan ketepatan penarikan kesimpulan tersebut tergantung pada tiga hal yaitu: (1) Kebenaran premis mayor (2) Kebenaran premis minor (3) Keabsahan pengambilan keputusan. Oleh karena itu, jika satu dari ketiga unsur tersebut tidak memenuhi persyaratan, maka kesimpulan yang diambil atau diputuskan akan salah. 3. Matematika a. Matematika sebagai bahasa Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin disampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat “Artificial” yang baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan kkepadanya. Tanpa ada penafsiran atau pemaknaan terhadap lambang-lambang yang dimiliki oleh lambang matematika, lambang dimaksud hanya berisi rumus-rumus mati (Cecep Sumarno, 2008:143). Berikut contoh penerapan matematika : Bila kita mempelajari kecepatan “sepeda motor” maka obyek “kecepatan jalan sepeda motor” dapat diberi lambang X, dalam hal ini X hanya mempunyai satu arti yaitu kecepatan jalan sepeda motor. Jika dihubungkan dengan obyek lain umpamanya “jarak yang ditempuh pengendara” (Y), maka dapat dibuat lambang hubungan tersebut Z = Y/X, dimana Z melambangkan waktu jalannya sepeda motor. Pernyataan Z = Y/X, tidak mempunyai konotasi emosional dan hanya mengemukakan informasi mengenai hubungan X, Y dan Z, artinya matematika mempunyai sifat yang jelas, spesifik dan informatif dengan tidak menimbulkan konotasi yang bersifat emosional. b. Sifat kuantitatif dari matematika Matematika mengembangkan konsep pengukuran, lewat pengukuran maka dapat mengetahui dengang tepat berapa panjang sebatang logam dan berapa pertambahannya bila dipanaskan. Dengan mengetahui hal ini maka pernyataan ilmiah yang berupa pernyataan kualitatif seperti sebatang logam bila dipanaskan akan memanjang : dapat diganti dengan pernyataan matematika yang lebih eksak, umpamanya: P1 = Po ( 1 + n ) P1 : Panjang logam pada temperatur t Po : Panjang logam pada temperatur nol n : Koefisiensi pemuai logam c. Matematika : Sarana berfikir deduktif. Matematika mengembangkan cara berfikir deduktif artinya dalam melakukan penemuan dilakukan berdasarkan premis-premis tertentu. Kebenaran dalam matematika tidak dibuktikan secara empiris, melainkan secara penalaran deduktif. Kelebihan matematika antara lain sebagai berikut : (1) Tidak bmemiliki unsur emotif (2) Bahasa matematika sangat universal (tidak ada unsur perasaan). Sedangkan kekuarangan/kelemahan dari bahasa matematika adalah tidak mengandung bahasa emosional (tidak mengandung estetika) artinya bahwa matematika penuh dengan simbol yang bersifat ertifisial dan berlaku dimana saja.
5
4. Statistika Statistik menganduang berbagai macam pengertian antara lain : Kumpulan data, bilangan maupun nonbilangan yang disusun dalam tabel atau diagram yang melukiskan atau menggambarkan suatu persoalan. Semula statistik baru hanya digunakan untuk menggambarkan persoalan seperti : pencatatan banyaknya penduduk, penarikan pajak, dsb. Dan mengenai penjelasannya. Tetapi dewasa ini hampir semua bidang keilmuan menggunakan statistik, seperti : pendidikan, psikologi, biologi, kimia, pertanian, kedokteran, hukum, politik dsb. Bagi masyarakat awam, kurang terbiasa dengan istilah statistika, sehingga kosa kata statistik biasanya mengandung konotasi berhadapan dengan deretan angka-angka yang menyulitkan, tidak mengenakkan bahkan merasa bingung untuk membedakan antara matematika dan statistika. Statistik selain menampilkan fakta berupa angka-angka juga merupakan bidang keilmuan yang disebut “statistika” seperti juga matematika yang disamping merupakan bidang keilmuan juga berarti lambang, formulasi dan teorema. Bidang keilmuan statistika merupakan sekumpulan metode untuk memperoleh dan menganalisis data dalam mengambil suatu kesimpulan berdasarkan data tersebut. * Statistika dan Berfikir Ilmiah Statistika merupakan bagian dari metode keilmuan yang dipergunakan dalam mendiskripsikan gejala dalam bentuk angka-angka, baik melalui hitungan maupun pengukuran. Dengan statistika kita dapat melakukan pengujian dalam bidang keilmuan sehingga banyak masalah dan pernyataan keilmuan dapat diselesaikan secara faktual. Pengujian statistika adalah konskensi pengujian secara empiris. Karena pengujian statistika adalah suatu proses pengumpulan fakta yang relevan dengan rumusan hipotesis. Artinya, jika hipotesis terdukung oleh fakta-fakta empiris, maka hipotesis itu diterima sebagai kebenaran. Sebaliknya, jika bertentangan, hipotesis itu ditolak. Maka, pengujian merupakan suatu proses yang diarahkan untuk mencapai simpulan yang bersifat umum dari kasus-kasus yang bersifat khusus. Dengan demikian berarti penarikan simpulan itu adalaha berdasarkan logika induktif (H. Kasmadi dkk, 1990:20). Misalnya, jika ingin mengetahui berapa tinggi rata-rata anak berumur 10 tahun di Indonesia, seorang peneliti tidak perlu mengukur semua anak yang berumur 10 tahun dari Sabang samapi Merauke satu persatu. Tetapi hanya mengambil sebagian anak saja sebagai sample. Tentu saja penarikan kesimpulan ini didasarkan atas sejumlah semple yang diambil dengan model tertentu dari jumlah populasi yang ada. Kesimpulan yang dihasilkan tentu tidak seteliti kesimpulan yang dihasilkan dari sensus, namun dalam teori keilmuan ini dapat dipertanggung jawabkan dan sudah memenuhi syarat. Statistik merupakan pengetahuan untuk melakukan penarikan kesimpulan induktif secara lebih seksama. Statistik mampu memberikan secara kuantitatif tingkat ketelitian dari kesimpulan yang ditarik tersebut. Makin besar sampel maka makin tinggi tingkat ketelitian kesimpulan tesebut. Statisktik merupakan sarana berfikir ilmiah yang diperlukan untuk memperoleh pengetahuan secara ilmiah. Statistik mampu melakukan proses generalisasi dan penyimpulan karakakteristik suatu kejadian secara lebih pasti dan bukan terjadi secara kebetulan. Perbedaan matematika dan statistik yaitu : - Matematika menggunakan pola berfikir deduktif - Statistik menggunakan pola berfikir induktif Sedangkan persamaan matematika dan statistik adalah sama-sama digunakan sebagai sarana berfikir ilmiah.
6
GUNA DAN FUNGSI SARANA BERPIKIR ILMIAH Sarana berfikir ilmiah digunakan sebagai alat bagi cabang-cabang pengetahuan untuk mengembangkan materi pengetahuannya berdasarkan metode-metode ilmiah. Sedangkan fungsi sarana berfikir ilmiah adalah untuk membantu proses metode ilmiah, baik secara deduktif maupun secara induktif (Timm Dosen Filsafat Ilmu, 1996:100). KESIMPULAN Berfikir ilmiah merupakan berfikir dengan langkah-langkah metode ilmiah seperti perumusan masalah, pengajuan hipotesis, pengkajian literatur, menguji hipotesis dan menarik kesimpulan. Dalam proses berfikir ilmiah untuk sampai pada suatu kesimpulan yang benar diperlukan sarana tertentu yang dissebut dengan sarana berfikir ilmiah yaitu alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh. Tanpa penguasaan sarana berfikir ilmiah kita tidak akan dapat melaksanakan kegiatan berfikir ilmiah secara baik. Adapun sarana berfikir ilmiah yang baik adalah : (1) Bahasa, (2) Logika, (3) Matematika dan (4) Statistika. Sarana berfikir ilmiah digunakan sebagai alat untuk mengembangkan materi pengetahuan berdasarkan metode-metode ilmiah, dan sarana berfikir ilmiah berfungsi untuk membantu proses metode ilmiah, baik secara deduktif maupun secara induktif. DAFTAR PUSTAKA Bakry Hasbullah, Sistematika Filsafat, Jakarta : Wijaya, 1981 Kasmadi Hartono dkk, Filsafat Ilmu, Semarang : IKIP Semarang Press, 1990Kusumah Yaya S, Logika Matematika Elementer, Bandung : 1986 Poerwadarminta, W.J.S, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka Cet. 17, 2002 Rasjidi. HH, Islam untuk disiplin Ilmu Filsafat, Jakarta : Bulan Bintang, 1988 Sumarna Cecep, Filsafat Ilmu, Bandung : Mulia Press Cet. 3, 2008 Surisumantri Jujun S, Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar Populer, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1988 Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat UGM, Filsafat Ilmu, Yogyakarta : Liberty, 1996 Share this article :
__________ Oleh: Dedek Paramita (Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu dengan dosen Afid Burhanuddin, M.Pd.)
7