DAFTAR ISI
BAB I
Pendahuluan ...............................................................................................
BAB II
Arah Kebijakan Pembangunan Peternakan..................................................
BAB III
Organisasi dan Ketatausahaan .................................................................... 3.1. Organisasi dan Tatalaksana ............................................................... 3.2. Administrasi Kepegawaian ................................................................ 3.3. Administrasi Keuangan .....................................................................
BAB IV
Prasarana dan Sarana Peternakan 4.1. Pengembangan Kawasan Peternakan ................................................. 4.2. Pengembangan Teknologi Alat dan Mesin Peternakan ....................... 4.3. Pengembangan Data dan Penyediaan Infomasi Peternakan ................
BAB V
Perkembangan Produksi Ternak ................................................................. 5.1. Pengendalian Mutu Bibit Ternak ....................................................... 5.2. Pakan Ternak .................................................................................... 5.3. Pengendalian Pelaksanaan Budidaya Ternak .....................................
BAB VI
Bidang Kesehatan Hewan dan Kesmavet .................................................... 6.1. Pengamatan Penyakit dan Pengawasan Obat Hewan .......................... 6.2. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Hewan .............................. 6.3. Kesehatan Masyarakat Veteriner .......................................................
BAB VII Pengembangan Usaha Peternakan 7.1. Pengembangan Fasilitasi Usaha dan Kelembagaan ............................ 7.2. Pasca Panen dan Pengolahan ............................................................. 7.3. Distribusi dan Pemasaran Hasil ......................................................... BAB VIII Unit Pelaksana Teknis Dinas ...................................................................... 8.1. Balai Pengembangan Ternak Sapi Perah dan Hijauan Makanan Ternak - Cikole .................................................................. 8.2. Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Unggas - Jatiwangi .............. 8.3. Balai Pelatihan Peternakan - Cikole ................................................... 8.4. Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Sapi Potong - Ciamis ........... 8.5. Balai Pengujian Mutu Pakan Ternak - Cikole .................................... 8.6. Balai Pengujian dan Penyidikan Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner - Cikole ................................... 8.7. Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Domba - Margawati ............ 8.8. Balai Perbibitan dan Pengembangan Inseminasi Buatan Ternak
Sapi Perah - Cianjur .......................................................................... BAB IX
Laporan Khusus .........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat sebagai Satuan Unit Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) yang berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tatakerja Dinas Daerah Provinsi Jawa Barat disebutkan bahwa Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat yang merupakan unsur pelaksana otonomi daerah, baik yang bersifat wajib maupun pilihan sesuai dengan pembagian urusan yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 yang bertanggung jawab dalam pengembangan subsektor peternakan di Jawa Barat. Peraturan Daerah tersebut ditindaklanjuti dengan Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 36 Tahun 2009 tentang Tugas Pokok, Fungsi, Rincian Tugas Unit dan Tata Kerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat. Tugas Pokok Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat adalah melaksanakan urusan pemerintahan Daerah bidang peternakan berdasarkan azas otonomi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan. Sedangkan fungsinya
adalah (a) Penyelenggaraan Perumusan dan Penetapan
Kebijakan Teknis Peternakan meliputi Prasarana dan Sarana, Produksi, Kesehatan Hewan dan Kesmavet, serta Pengembangan Usaha; (b) Penyelenggaraan Urusan Peternakan meliputi Prasarana dan Sarana, Produksi, Kesehatan Hewan dan Kesmavet, serta Pengembangan Usaha; (c) Penyelenggaraan Fasilitasi Peternakan meliputi Prasarana dan Sarana, Produksi, Kesehatan Hewan dan Kesmavet, dan Pengembangan Usaha serta Kesekretariatan; (d) Pelaksanaan tugas lain dari Gubernur sesuai dengan tugas dan fungsinya. Dari fungsi tersebut struktur organisasi Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat terdiri atas : Sekretariat, Bidang Prasarana dan Sarana, Bidang Produksi, Bidang Kesehatan Hewan dan Kesmavet dan Bidang Pengembangan Usaha; serta berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi Jawa Barat Nomor 113 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas dan Badan di Lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat memiliki 8 UPTD dengan status Eselon III. Melalui kekuatan tersebut, secara umum fungsi Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat adalah melaksanakan tugas-tugas yang memiliki peran yang signifikan untuk mendorong pertumbuhan di sektor-sektor lainnya, karena peternakan sebagai salah satu subsektor didalam pertanian yang akan menjadi salah satu subsektor yang sangat strategis didalam perekonomian Jawa Barat. Besarnya potensi kontribusi sektor pertanian di Jawa Barat terhadap pembangunan ekonomi tidak terlepas dari posisi subsektor peternakan didalam struktur perekonomian. Kontribusi pertumbuhan ekonomi sektor peternakan terhadap pertanian dan regional ternyata menunjukkan kecenderungan yang selalu meningkat antar waktu. Berdasarkan angka BPS, menurut harga konstan untuk pencapaian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Barat Tahun 2012 ** sebesar Rp. 364,41 triliun termasuk minyak dan gas bumi. Kontribusi sektor Pertanian mencapai sebesar Rp. 41,80 triliun atau sekitar 11,47 % (** angka sementara, Sumber Data : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat). Subsektor peternakan dan hasil-hasilnya menyumbang sekitar 5,61 triliun atau sekitar 13,41 % terhadap sektor pertanian. Secara umum pembangunan peternakan berbasis kepada proses dan diarahkan kepada pencapaian tujuan pembangunan ekonomi, yaitu : (1) meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani; (2) mewujudkan sistem ketahanan pangan yang berbasis pada keragaman sumberdaya
pangan, kelembagaan dan budaya pangan lokal; (3) meningkatkan daya saing produk pertanian dan ekspor hasil pertanian; (4) mengembangkan aktivitas ekonomi pedesaan dan; (5) meningkatkan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha secara adil melalui pengembangan sistem agribisnis. Pembangunan peternakan mencakup berbagai kegiatan agribisnis, khususnya sub sistem usaha tani ternak dengan keluaran berupa primer ternak. Usaha agribisnis berbasis peternakan pada dasarnya secara operasional memerlukan keterkaitan lintas sub sektor maupun dengan sektor lainnya sehingga diperoleh sinergi yang proporsional antara pelaku agribisnis peternakan baik pada segmen hulu, tengah dan hilir. Kondisi umum pembangunan peternakan yang telah dilakukan di Jawa Barat melalui berbagai kebijakan dengan tugas pokok dan fungsi Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, tetap mengacu kepada pengembangan peternakan rakyat agar menjadi usaha pokok dengan skala usaha ekonomis dan pengembangan perusahaan peternakan/swasta yang mempunyai keberpihakan kepada peternakan rakyat menjadi mitra usaha dengan mensinergiskan setiap sub sistem dalam satu manajemen agribisnis yang terintegrasi secara vertikal. Sampai dengan saat ini, Jawa Barat masih termasuk salah satu wilayah yang memiliki pangsa populasi ternak cukup besar di Indonesia; dimana urutannya menempati urutan tiga teratas serta mempunyai keunggulan dibandingkan dengan Provinsi lain. Fakta menunjukkan bahwa hampir seluruh jenis ternak yang bersifat komersiel diusahakan di wilayah Jawa Barat. Terdapat beberapa komoditas ternak yang memiliki peran penting didalam struktur pangan nasional, antara lain komoditas ternak sapi perah dan ayam ras pedaging. Jumlah populasi komoditi ternak sapi perah tahun 2013 sebanyak 103.832* ekor dan ayam ras pedaging sebanyak 645.229.707 ekor. Adapun populasi komoditi ternak lainnya sbb : ayam buras sebanyak 27.497.344 ekor, ayam ras petelur sebanyak 12.882.262 ekor, itik sebanyak 9.290.789 ekor, domba sebanyak 9.391.590 ekor, kambing sebanyak 2.559.699 ekor, sapi potong sebanyak 382.949*ekor, kerbau sebanyak 108.303*ekor. (* : Hasil Sensus Pertanian 2013). Berdasarkan data Statistik Peternakan Jawa Barat tahun 2013, komoditi ternak unggas (ayam ras, ayam buras dan itik) yang memiliki peran penting didalam kontribusi besar sebagai penghasil daging unggas, pada tahun 2013 produksinya tercatat sebanyak 604.371 ton (85,16 %) dari total produksi daging secara keseluruhan sebesar 709.702 ton. Sedangkan untuk produksi susu, Jawa Barat mampu menghasilkan 255.548 ton susu, produksi telur sebanyak 211.994 ton. Keberhasilan dalam mengemban tugas pokok dan fungsi untuk menggerakkan aset yang ada di masyarakat tidak terlepas dari perumusan kebijakan fungsional di Bidang Produksi, Pengembangan Usaha, Kesehatan Hewan dan Kesmavet, Prasarana dan Sarana serta UPTD di Lingkup Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat. Kebijakan yang dilaksanakan oleh Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat tersebut, mengacu kepada kebijakan Kementerian Pertanian RI yang pelaksanaannya melalui 4 (empat) program yaitu : Program Peningkatan Produksi Pertanian, Program Pemberdayaan Sumber Daya Pertanian, Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Tanaman, Ternak dan Ikan, serta Program Pemasaran dan Pengolahan Hasil Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan dan Kehutanan. Selain kebijakan Pusat tersebut, acuan pembangunan pada subsektor peternakan juga mengacu pada kebijakan Pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) dengan program sebagai berikut : Program Peningkatan Kapasitas Sumberdaya Aparatur, Program Pelayanan Administrasi Perkantoran, Program Peningkatan Sarana dan Prasarana, Program
Peningkatan
Pengembangan
Pengembangan
Sistem Pelaporan
Data/Informasi/Statistik,
Program
Capaian
Kinerja dan Keuangan,
Peningkatan
Produksi
Pertanian,
Program Program
Pemberdayaan Sumberdaya Pertanian, Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Tanaman, Ternak dan Ikan, dan Program Pemasarandan Pengolahan Hasil Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan dan Kehutanan. Alokasi anggaran untuk menunjang penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan pada sub sektor peternakan di Jawa Barat melalui Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat pada tahun 2013 melalui sumber dana APBD Provinsi Jawa Barat untuk membiayai 57 (lima puluh tujuh) kegiatan adalah sebesar Rp. 92.896.145.312,- yang terdiri dari Belanja Tidak Langsung untuk Gaji sebesar Rp. 26.398.853.177,- dan Belanja Langsung sebesar Rp. 66.497.292.135 ,-. Selain sumber dana APBD Provinsi Jawa Barat tersebut, melalui Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat juga dialokasikan dana APBN dari Kementerian Pertanian RI sebesar Rp. 93.794.496.000,- yang berasal dari : 1.
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan sebesar Rp. 83.335.916.000,- (Dana Dekonsentrasi sebesar Rp. 11.344.891.000,- , Tugas Pembantuan Provinsi sebesar Rp. 29.849.194.000,-, Tugas Pembantuan Kabupaten sebesar Rp. 42.141.831.000,-);
2.
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian sebesar Rp. 7.863.580.000,(Dana
Dekonsentrasi
sebesar
Rp.
1.651.400.000,-,
Tugas
Pembantuan
sebesar
Rp. 6.212.180.000,-); 3.
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian sebesar Rp. 2.595.000.000,- ( Dana Dekonsentrasi sebesar Rp. 600.000.000,-, Tugas Pembantuan sebesar Rp. 1.995.000.000,-).
BAB II ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PETERNAKAN
Mengacu kepada Visi Jawa Barat yang ditetap Dalam rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Jawa Barat 2005-2025, tercantum visi jangka panjang Jawa Barat yaitu “Jawa Barat dengan Iman dan Taqwa sebagai Provinsi Termaju di Indonesia”. Selanjutnya di dalam RPJMD (2008-2013) yang merupakan tahapan kedua RPJPD, arah kebijakan pembangunan ditujukan untuk pengentasan kemiskinan dan peningkatan kualitas hidup masyarakat, revitalisasi pertanian dan kelautan, perluasan kesempatan lapangan kerja, peningkatan aksebilitas dan kualitas pelayanan kesehatan dan pendidikan, pembangunan infrastruktur strategis, perdagangan, jasa dan industri pengolahan yang berdaya saing, rehabilitasi dan koservasi lingkungan serta penataan struktur pemerintah daerah yang menyiapkan kemandirian masyarakat Jawa Barat, meningkatkan aksesibilitas dan kualitas pelayanan kesehatan dan pendidikan, pembangunan infrastruktur strategis, revitalisasi pertanian, perdagangan, jasa dan industri pengolahan yang berdaya saing, rehabilitasi dan konservasi lingkungan serta penataan struktur pemerintahan daerah untuk menyiapkan kemandirian masyarakat Jawa Barat. Dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, permasalahan, tantangan dan peluang yang ada di Jawa Barat serta mempertimbangkan budaya yang hidup dalam masyarakat, maka Visi Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat tahun 2008 – 2013 yang hendak dicapai dalam tahapan kedua Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat adalah “Tercapainya Masyarakat Jawa Barat yang Mandiri, Dinamis dan Sejahtera”. Dalam rangka mengantisipasi kondisi dan permasalahan yang ada serta memperhatikan tantangan ke depan dengan memperhitungkan peluang yang dimiliki, maka rumusan Misi Provinsi Jawa Barat dalam rangka pencapaian Visi Jawa Barat 2013 ditetapkan dalam 5 (lima) Misi berikut ini, untuk mencapai masyarakat Jawa Barat yang mandiri, dinamis dan sejahtera. 1.
Misi Pertama, Mewujudkan Sumber Daya Manusia Jawa Barat yang Produktif dan Berdaya Saing.
2.
Misi Kedua, Meningkatkan Pembangunan Ekonomi Regional Berbasis Potensi Lokal.
3.
Misi Ketiga, Meningkatkan Ketersediaan dan Kualitas Infrastruktur Wilayah.
4.
Misi Keempat, Meningkatkan Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Untuk Pembangunan yang Berkelanjutan.
5.
Misi Kelima, Meningkatkan Efektifitas Pemerintahan Daerah dan Kualitas Demokrasi.
Bidang Peternakan yang termasuk dalam Misi ke 2 “Meningkatkan pembangunan perekonomian regional berbasis potensi lokal”, dalam Bidang Pertanian melalui kebijakan dan program sebagai berikut : Meningkatkan produksi dan nilai tambah hasil pertanian, yang dilaksanakan melalui programprogram sebagai berikut: 1.
Program Peningkatan Produksi Pertanian, dengan sasaran: A.
Meningkatnya produksi, produktivitas dan kualitas produk pertanian, perkebunan, dan peternakan;
B.
Meningkatnya pengembangan benih/bibit unggul pertanian, perkebunan, dan peternakan;
C.
Meningkatnya pendapatan usaha tani komoditas pertanian, perkebunan dan peternakan;
D.
Meningkatnya penyerapan tenaga kerja pertanian, perkebunan dan peternakan;
E.
Meningkatnya ketersediaan dan kualitas sarana dan prasarana pertanian, perkebunan, dan peternakan;
F.
Meningkatnya diversifikasi produk usaha pertanian, perkebunan, peternakan, dan kehutanan
G.
Berkembangan Kawasan Agribisnis melalui penerapan model pengembangan kawasan yang teruji, seperti: Agropolitan, Gerakan Multi Aktivitas Agribisnis (GEMAR), dlsb.
H.
Terlaksananya inovasi dan teknologi pertanian, perkebunan, dan peternakan yang ramah lingkungan;
I. 2.
Menurunnya tingkat kehilangan hasil pasca panen.
Program Pemberdayaan Sumber Daya Pertanian, dengan sasaran: A.
Meningkatnya kinerja sumber daya pertanian Jawa Barat;
B.
Meningkatnya penyuluhan terhadap petani, peternak, dan pekebun;
C.
Meningkatnya kemampuan peran kelembagaan usaha agribisnis;
D.
Meningkatnya kualitas tata guna lahan dan air, terkendalinya konversi lahan pertanian serta pencetakan lahan persawahan.
3.
Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Tanaman, Ternak dan Ikan, dengan sasaran ”Terkendalinya hama dan penyakit tanaman, ternak, dan ikan”.
4.
Program Pemasaran dan Pengolahan Hasil Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan dan Kehutanan, dengan sasaran: A.
Meningkatnya sarana pemasaran hasil pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan;
B.
Meningkatnya pengembangan usaha pemasaran;
C.
Meningkatnya sarana pengolahan hasil pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan;
D.
Meningkatnya pengolahan hasil pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan;
E.
Meningkatnya margin pemasaran hasil pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan;
F.
Meningkatnya nilai tambah pengolahan hasil pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan.
Visi menggambarkan pencapaian sebuah organisasi di masa depan, setelah berhasil mengimplementasikan strategi dalam menggunakan seluruh potensi yang dimilikinya untuk memanfaatkan peluang dan mengatasi tantangan. Dengan demikian, visi juga merefleksikan tujuan akhir dari organisasi yang bersangkutan. Visi Dinas Peternakan Jawa Barat dibangun berdasarkan hasil diskusi, masukan, dan kesepakatan pelaku dibidang peternakan dengan bunyi sebagai berikut “Menjadi Dinas yang memberdayakan sumberdaya domestik menuju ketahanan pangan serta kesejahteraan masyarakat Jawa Barat”.
Visi Dinas Peternakan dirumuskan dengan tetap mengacu kepada visi Jawa Barat sebagai induk organisasinya. Dengan tiga Misi utama yang diemban oleh Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat : 1.
Melayani masyarakat peternakan di Jawa Barat dengan profesional melalui kemitraan strategis.
2.
Memfasilitasi pengembangan kawasan usaha peternakan yang berwawasan lingkungan.
3.
Menciptakan lingkungan yang kondusif bagi peningkatan status kesehatan masyarakat veteriner, ketahanan dan keamanan pangan asal hewan. Sedangkan untuk sasaran pembangunan peternakan adalah sebagai berikut :
1.
Terwujudnya mitra strategis diantara seluruh pemangku kepentingan disektor peternakan di Jawa Barat.
2.
Terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan peternakan yang efektif.
3.
Terwujudnya keterkaitan kawasan peternakan dalam suatu system ekonomi yang saling menguntungkan.
4.
Meningkatkan ketersediaan bibit ternak.
5.
Terwujudnya ketersediaan pasokan pakan ternak sepanjang tahun.
6.
Meningkatnya produktivitas budidaya peternakan.
7.
Meningkatnya nilai tambah usaha peternakan.
8.
Terkendalinya penyakit Hewan menular Strategis.
9.
Terwujudnya sistem jaminan mutu pangan asal hewan.
Selanjutnya
dalam
upaya
memberikan
kontribusi
terhadap
pencapaian
keberhasilan
pembangunan di Jawa Barat, sekaligus untuk menunjang sasaran-sasaran pemerintah pusat (Kementrian Pertanian), maka telah ditetapkan Kebijakan Pembangunan Peternakan yang didasarkan atas kondisi dan sasaran pembangunan peternakan di Jawa Barat, maka kebijakan dalam memanfaatkan potensi dasar wilayah secara optimal adalah sebagai berikut :
1.
Meningkatnya koordinasi dan kebersamaan pada pemangku kepentingan di sektor peternakan.
2.
Mendorong Penerapan Standar Pelayanan Minimal.
3.
Meningkatkan perencanaan partisipatif dan akurasi data informasi serta peningkatan koordinasi pelaksanaan pemantauan dan evaluasi.
4.
Mendorong terwujudnya tata ruang peternakan dan pengembangan prioritas komoditas unggulan.
5.
Pengembangan pembibitan ternak dan rearing.
6.
Koordinasi pengelolaan sumberdaya yang berkelanjutan dan mendorong kegiatan usaha multiaktifitas.
7.
Penerapan teknologi tepat guna dan lokal spesifik.
8.
Mendorong produksi peternakan yang berorientasi pasar.
9.
Biosecurity yang ketat berkaitan dengan kesehatan hewan dan ternak, kesehatan masyarakat veteriner, keamanan produk dan pangan/pakan ternak.
10.
Mendorong penerapan sistem jaminan Mutu.
Untuk mendukung tujuan sasaran pembangunan tersebut, terdapat 4 strategi pembangunan peternakan yaitu : 1.
Arah pengembangan budidaya dan wilayah peternakan secara komprehensif. Melalui penetapan wilayah pengembangan prioritas komoditas unggulan yang didukung melalui pengembangan sarana dan prasarana penunjang serta petugas teknis atau kader peternakan, sebagai wilayah-wilayah basis produksi peternakan yang terintegrasi dalam keselarasan sistem agribisnis, dari sub sistem hulu sampai sub sistem hilir.
2.
Arah pengembangan kelembagaan peternakan. Garis besar domain strategi yang relevan dengan tahapan pengembangan ini meliputi komponen-komponen berikut ini : A.
Pembentukan dan peningkatan kinerja serta peran kelompok ternak, gabungan kelompok ternak dan koperasi di dalam konteks peningkatan hubungan antara peternak, lembaga, pasar (linking farmers to market), jumlah permodalan.
B.
Peningkatan keragaan infrastruktur, terutama infrastruktur regulasi dan informasi. Termasuk di dalamnya, upaya-upaya untuk menciptakan status legalitas (legal framework) yang berkaitan dengan pemanfaatan sumberdaya peternakan demi menjamin keberlangsungan insentif.
3.
Arah pengembangan produk peternakan bernilai tambah. Garis besar domain strategi
yang relevan dengan arah pengembangan ini meliputi
komponen-komponen berikut ini: A.
Penginisiasian tumbuhnya pusat-pusat bisnis produk pangan berbasis ternak dengan tujuan mereduksi sekecil mungkin perdagangan ternak hidup antar wilayah.
B.
Memperluas upaya standarisasi produk-produk industri pengolahan pangan sesuai dengan standard mutu, kesehatan, dan keamanan pangan.
C.
Penumbuhan mekanisme market intelligence. Mekanisme ini mencakup pemanfaatan sub terminal, terminal agribisnis, informasi pasar dan nice market.
4.
Arah peningkatan profesionalisme dan kompetensi SDM peternakan diarahkan kepada peningkatan
pengetahuan
dan
kompetensi
untuk
menunjang
pelayanan
pada
masyarakat. Selanjutnya
operasional
kebijakan
pembangunan
peternakan
di
Jawa
Barat,
dilaksanakan melalui program-program pembangunan, dimana program tersebut secara teknis sejalan dengan program Kementerian Pertanian, serta program pembangunan Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Adapun program tersebut adalah : A.
Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur
B.
Program Pelayanan Administrasi Perkantoran
C.
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur
D.
Program Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Aparatur
E.
Program, Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan
F.
Program Pengembangan Data/Informasi/Statistik Daerah
G.
Program Peningkatan Produksi Pertanian,
H.
Program Pemberdayaan Sumber Daya Pertanian,
I.
Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Tanaman, Ternak dan Ikan
J.
Program Pemasaran dan Pengolahan Hasil Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan dan Kehutanan.
BAB III ORGANISASI DAN KETATAUSAHAAN
3.1.
ORGANISASI DAN TATALAKSANA Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 21 Tahun 2008 tentang organisasi dan tatakerja Dinas Daerah Provinsi Jawa Barat, yang ditindaklanjuti dengan Peraturan Gubernur Provinsi Jawa Barat Nomor 36 Tahun 2009, telah ditetapkan Organisasi, Tugas Pokok dan Fungsi, Rincian Tugas Unit dan Tata Kerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, dengan struktur organisasi sebagaimana dalam Lampiran 1. Adapun Susunan Organisasi Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat terdiri atas : 1.
Kepala Dinas.
2.
Sekretariat membawahi 3 (tiga) Sub Bagian terdiri dari :
3.
4.
5.
6.
A.
Sub Bagian Perencanaan dan Program.
B.
Sub Bagian Keuangan.
C.
Sub Bagian Kepegawaian dan Umum.
Bidang Prasarana dan Sarana membawahi 3 (tiga) Seksi terdiri dari : A.
Seksi Penataan Kawasan.
B.
Seksi Teknologi Alat Mesin.
C.
Seksi Data dan Informasi.
Bidang Produksi membawahi 3 (tiga) Seksi terdiri dari : A.
Seksi Pembibitan.
B.
Seksi Pakan Ternak.
C.
Seksi Budidaya.
Bidang Kesehatan Hewan dan Kesmavet membawahi 3 (tiga) Seksi terdiri dari : A.
Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Hewan.
B.
Seksi Pengamatan Penyakit dan Pengawasan Obat Hewan.
C.
Seksi Kesehatan Masyarakat Veteriner.
Bidang Pengembangan Usaha membawahi (tiga) Seksi terdiri dari : A.
Seksi Fasilitasi Usaha dan Kelembagaan.
B.
Seksi Pascapanen dan Pengolahan.
C.
Seksi Distribusi dan Pemasaran Hasil.
7.
Kelompok Jabatan Fungsional.
8.
Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD). Sedangkan untuk kelembagaan Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) dengan status
Eselon III, berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi Jawa Barat Nomor 113 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas & Badan di lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Barat; pada Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat terdapat 8 UPTD antara lain sebagai berikut : 1.
Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Unggas (BPPTU) di Jatiwangi Kab. Majalengka;
2.
Balai Pengembangan Ternak Sapi Perah dan Hijauan Makanan Ternak BPTSP dan HMT) di Cikole Lembang. Kab. Bandung Barat;
3.
Balai Perbibitan dan Pengembangan Inseminasi Buatan Ternak Sapi Perah (BPPIBTSP) di Bunikasih Kab. Cianjur;
4.
Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Sapi Potong (BPPTSP) di Kab. Ciamis;
5.
Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Domba (BPPTD) di Margawati Kab. Garut dengan Sub Unit Pengembangan Perbibitan (SUPP) Ternak Domba Trijaya di Kab. Kuningan dan Sub Unit Pengembangan Perbibitan (SUPP) Ternak Domba Bunihayu di Kab. Subang;
6.
Balai Pengujian dan Penyidikan Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner (BP3HK) di Cikole Lembang Kab. Bandung Barat, dengan instalasi :
3.2.
A.
Sub Unit Pos Pemeriksaan Hewan (Check Point) Banjar di Kota Banjar;
B.
Sub Unit Pos Pemeriksaan Hewan (Check Point) Losari di Kab. Cirebon;
C.
Sub Unit Laboratorium Kesehatan Hewan di Losari Kab. Cirebon;
D.
Sub Unit Pos Pemeriksaan Hewan (Check Point) Gunungsindur di Kab Bogor;
7.
Balai Pelatihan Peternakan (BPP) di Cikole Lembang Kab. Bandung Barat;
8.
Balai Pengujian Mutu Pakan Ternak (BPMPT) di Cikole Lembang Kab. Bandung Barat.
ADMINISTRASI KEPEGAWAIAN 1.
Kekuatan Pegawai Pegawai Negeri Sipil Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat pada Tahun 2013 berjumlah 284 orang terdiri dari Golongan I, II, III dan IV. Adapun rincian jumlah pegawai dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3.1. Jumlah Pegawai Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat Unit Kerja 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
Provinsi BPT SP & HMT Cikole Lembang BPP IBT SP Bunikasih Cianjur BPPT Unggas Jatiwangi BPPT Domba Margawati BPPT Sapi Potong Ciamis BPPPHK Cikole Lembang BPMPT Cikole Lembang Balai Pelatihan Peternakan Cikole Sub Unit PPT Domba Trijaya Sub Unit Pos Pemeriksaan Hewan Losari Sub Unit Pos Pemeriksaan Hewan Banjar Sub Unit Lab Keswan Losari SUPP Hewan Gunung Sindur Total
IV 15 3 1 1 1 1 2 1 1 26
Jumlah Pegawai (orang) 2012 2013 III II I IV III II 49 36 3 14 47 31 7 13 15 3 6 13 5 5 8 1 5 7 7 6 9 8 5 6 10 5 1 5 10 6 9 3 1 7 9 7 5 1 2 7 6 5 2 1 2 5 3 6 3 2 1 7 2 1 4 5 1 4 1 6 1 6 1 5 1 5 1 1 1 1 1 2 3 2 2 2 104 108 55 25 103 104 293 284
I 1 15 7 9 5 3 1 3 5 1 2 52
Dari tabel tersebut diatas terlihat jumlah Pegawai Negeri Sipil pada Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat pada tahun 2013 berkurang 9 orang dibandingkan dengan Tahun 2012, terjadinya perubahan jumlah tersebut yaitu adanya pengurangan sebanyak 10 orang yang pensiun selisih 1 orang dari jumlah tabel diatas dengan data jumlah pegawai yang pensiun dikarenakan pada bulan Januari 2013 masuknya pegawai
dari Badan Narkotika Provinsi (BNP) dan pada bulan Maret 2013 Pegawai tersebut pensiun, dengan rincian sebagaimana tertera pada tabel dibawah ini : Tabel 3.2. Pensiun pada Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Nama/NIP
Pangkat Golongan Ruang
Ir. Suryandari 19561203 198703 2 002 Ir. Suherman 19570104 198303 1 008 Neni Sofiati 19570222 198503 2 005 Drh. H. Nana M Adnan 19570312 198410 1 004 Mumung Suryana 19570611 198303 1 009 Yoyo Ahmad Setiakarya 19570625 198603 1 003 Odjat Sudrajat 19570609 199203 1 003 Cece Yana 19570717 199210 1 001 H. Warhendi 19570710 198103 1 015 H. Ade 19570814 198703 1 005
Keterangan
IV/b
Pensiun bulan Januari 2013
IV/b
Pensiun bulan Februari 2013
III/b
Pensiun bulan Maret 2013
IV/b
Pensiun bulan April 2013
III/b
Pensiun bulan Juli 2013
III/b
Pensiun bulan Juli 2013
III/a
Pensiun bulan Juli 2013
II/a
Pensiun bulan Agustus 2013
II/b
Pensiun bulan Agustus 2013
II/c
Pensiun bulan September 2013
Dari tabel diatas, terlihat bahwa pada tahun 2013 kekuatan PNS di Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat berkurang 9 orang dibandingkan dengan tahun 2012. Hal ini disebabkan karena adanya 10 orang yang Purna Bhakti. 2.
Mutasi Kepangkatan A.
Kenaikan Pangkat Kenaikan pangkat merupakan salah satu bentuk penghargaan yang diberikan oleh pemerintah kepada pegawai, dalam rangka memberikan penghargaan dan pembinaan tersebut serta untuk lebih meningkatkan motivasi yang lebih baik kepada pegawai yang berprestasi, maka tahun 2013 telah dilaksanakan proses kenaikan pangkat, diberikan secara langsung kepada 61 orang, dengan rincian pada tabel berikut ini : Tabel 3.3.
Pegawai Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat yang Naik Pangkat/ Golongan pada Tahun 2013
No.
Golongan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
IV/c – IV/d IV/b – IV/c IV/a – IV/b III/d – IV/a III/c – III/d III/b – III/c III/a – III/b II/d – III/a II/c – II/d II/b – II/c II/a –II/b I/d – II/a I/c – I/d
Jumlah Pegawai (orang) 3 3 6 2 4 1 7 1 8
No.
Golongan
14. 15.
I/b – I/c I/a – I/b Jumlah
Jumlah Pegawai (orang) 1 25 61
Dengan perubahan kepangkatan tersebut diatas, maka jumlah Pegawai Negeri Sipil Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat sampai dengan bulan Desember 2013, berdasarkan pangkat dan golongan sebagaimana tertera pada tabel dibawah ini. Tabel 3.4.
Rekapitulasi Kekuatan Pegawai Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat pada Tahun 2013 Golongan D C B A Sub Jumlah D C B A Sub Jumlah D C B A Sub Jumlah D C B A Sub Jumlah Jumlah
IV
III
II
I
B.
Jumlah (orang) 1 8 16 25 28 19 39 17 103 15 8 61 20 104 11 8 33 0 52 284
Mutasi Jabatan Dalam Tahun 2013 di lingkungan Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat terdapat mutasi jabatan berupa rotasi jabatan maupun promosi sebanyak 8 orang sebagaimana tercantum pada tabel dibawah ini.
Tabel 3.5.
Mutasi Jabatan Lingkup Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat pada Tahun 2013
No. 1. 2.
3. 4. 5.
N a m a / NIP Ir. Andri Arfiana 19671005 199603 1 001 Ir. Hj. Dince S Tresna, MM 19580527 198503 2 001
Ir. Indriati, MM 19601003 198303 2 010 Ir. Mita Rukmitasari 19631216 198802 2 001 Ir. Asep Ali Fuad Hartanto 19660109 199503 1 002
Jabatan Lama Kepala BPT SP & HMT Cikole Lembang Kepala Bagian Bina Ketahanan Pangan pada Biro Bina Produksi Setda Prov.Jabar Kepala BPP Cikole Lembang Kasi Pembibitan pada Bidang Produksi Kasi Pengembangan pada BPT SP & HMT Cikole
Baru Kepala Bidang Prasarana dan Sarana Kepala Bidang Pengembangan Usaha
Kepala BPT SP & HMT Cikole Lembang Kepala BPPT Unggas Jatiwangi Majalengka Kasi Pembibitan pada Bidang Produksi
No.
C.
N a m a / NIP
6.
Drh. Andy Hariswan 19780818 200501 1 009
7.
Kunkun Kuntara,S.Sos, MM 19680307 199011 1 001
8.
Dra. Meini Rosita, MM 19640529 198602 2 001
Jabatan Lama Koordinator pada Sub Unit Pos Pemeriksaan Hewan Losari Bendahara Pengeluaran Pembantu pada Bidang Produksi Kepala Sub bidang Pengelolaan Bahan Perpustakaan pada Badan Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Provinsi Jawa Barat
Baru Kasi Pengembangan pada BPT SP & HMT Cikole Kasubag Tata Usaha pada BPP IBT SP Bunikasih Cianjur Kasubag Tata Usaha pada BPMPT Cikole Lembang
Kenaikan Gaji Berkala Pada Tahun 2013 telah diberikan kenaikan gaji berkala kepada Pegawai Negeri Sipil sebanyak 145 orang, secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 3.6.
Jumlah Kenaikan Gaji Berkala Pegawai Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat Tahun 2013
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.
D.
Golongan IV/d IV/c IV/b IV/a III/d III/c III/b III/a II/d II/c II/b II/a I/d I/c I/b I/a Jumlah
Jumlah (orang) 1 2 8 15 10 24 11 8 11 12 9 5 5 13 11 145
Cuti Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1976 tentang Cuti Pegawai Negeri Sipil, pada tahun 2013 telah diberikan Cuti sesuai dengan haknya atas dasar permohonan masing – masing, seperti tertera pada tabel berikut ini :
Tabel 3.7.
Jumlah Pegawai Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat yang memperoleh Cuti selama Tahun 2013
No.
Golongan
1. 2. 3. 4.
IV III II I Jumlah
Tahunan 6 15 7 28
Jenis Cuti MPP/Ibadah Haji 2 2 4
Bersalin 1 3 4
3.3.
ADMINISTRASI KEUANGAN 1.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Pada Tahun 2013 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat memperoleh dana dari 2 (dua) mata anggaran yaitu : A.
Dana yang bersumber dari APBD Murni sebesar Rp. 92.896.145.312,- dengan penyerapan
keuangannya
sampai
dengan
31
Desember
2013
sebesar
Rp. 89.328.467.313,- (96,16%). B.
Dana yang bersumber dari APBN melalui 3 satker yaitu Satker Direktorat Jenderal Peternakan (029096.06), Satker Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (029007.07) dan Satker Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (029008.08) anggaran ini terdiri dari 2 sumber dana yaitu dana Dekonsentrasi dan dana Tugas Pembantuan, untuk dana Dekonstrasi melalui 3 satker berjumlah Rp. 13.596.291.000,- yang terealisasi sebesar Rp. 10.786.782.919,- (79,34%) dan untuk dana Tugas Pembantuan melalui 3 satker yaitu 029096.06, 029007.07, dan 029008.08 Rp.38.056.374.000,- yang terealisasi sebesar Rp. 33.201.832.022,(87,24 %).
Melihat perbandingan jumlah Pagu APBD tahun 2012 dengan jumlah Pagu APBD tahun 2013, mengalami
peningkatan
sebesar 23.693.024.057,- (36,94%),
Kenaikan pagu anggaran tersebut dikarenakan adanya: A.
Naiknya Belanja Tidak Langsung dikarenakan penambahan pegawai;
B.
Naiknya belanja modal. Sedangkan untuk APBN, jumlah dana tahun 2013 mengalami penurunan sebesar
49,28% dari
tahun
sebelumnya. Adapun perbandingan pagu APBD dan APBN tahun
2012 dan 2013 dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : Tabel 3.8.
Jumlah Pagu Anggaran Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat Tahun 2012 dibandingkan dengan Tahun 2013
No.
2.
Anggaran Sumber
1.
APBD
2.
APBN Dana Dekonsentrasi dan Dana Tugas Pembantuan Jumlah
Tahun/Persentase 2013 2012 92.896.145.312,- 67.836.768.222,50,51.652.665.000,-
101.837.752.000,-
144.548.810.312,-
169.674.520.222,-
% 36,94% (Naik) 49,28% (Turun) 25,12%
Anggaran Pendapatan Tahun 2013 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat memiliki potensi PAD sebesar Rp. 2.627.999.485,- yang bersumber dari : A.
Retribusi hasil penjualan bibit ternak dan produk peternakan sebagai penggantian biaya produksi di UPTD;
B.
Retribusi Pemeriksaan Hewan dan Bahan Asal Hewan (BAH) antar Provinsi, Makanan Ternak serta Penyidikan Penyakit Hewan.
Dari potensi PAD tahun 2013 pada Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat ditargetkan sebesar Rp. 2.627.999.485,- , pencapain PAD pada masing-masing UPTD dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 3.9.
Pencapaian Pendapatan Asli Daerah Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat Tahun 2013
Uraian Retribusi Jasa Usaha Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah 1. BPTSP & HMT Cikole Lembang 2. BPPIBTSP Bunikasih Cianjur 3. BPPT Unggas Jatiwangi 4. BPPT Domba Margawati Garut 5. BPPT Sapi Potong Ciamis Jumlah I Retribusi Pemeriksaan hewan dan Bahan Asal Hewan antar Provinsi, Makanan Ternak serta Penyidikan Penyakit Hewan 1. Balai Pengujian dan Penyidikan Penyakit Hewan dan Kesmavet Cikole Lembang 2. Balai Pengujian Mutu Pakan Ternak Cikole Lembang Jumlah II Jumlah Keseluruhan I dan II
Target
Realisasi
900.000.000,695.049.485,230.000.000,298.950.000,280.000.000,2.403.999.485,-
920.510.250,695.538.173,251.832.100,299.152.000,282.805.000,2.449.837.523,-
200.000.000,-
322.540.150,-
24.000.000,224.000.000,2.627.999.485,-
40.050.000,362.590.150,2.812.427.673,-
Pada tabel diatas, tercantum realisasi PAD sebesar Rp. 2.812.427.673,107,02 % . Realisasi pendapatan tersebut melebihi target penerimaan
atau yang
dilaksanakan oleh masing-masing UPTD lingkup Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat.
BAB IV PERKEMBANGAN PRASARANA DAN SARANA
4.1.
KEGIATAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN DI JAWA BARAT TAHUN 2013 Sub sektor peternakan merupakan sub sektor yang sangat penting dalam pemenuhan ketahanan pangan nasional khususnya dalam pemenuhan kebutuhan akan protein hewani untuk meningkatkan taraf kesejahteraan dan kesehatan masyarakat. Sampai dengan saat ini pengembangan peternakan yang berbasis kawasan masih belum dikembangkan secara terintegrasi dengan sektor yang lainnya serta belum dikembangkan berdasarkan tata ruang dan tata wilayah secara spesifik oleh karena pendekatan yang digunakan masih berdasarkan egoisme sektoral. Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan kawasan peternakan di Jawa Barat adalah masih lemahnya konsep kawasan peternakan yang ada, belum secara khusus konsep kawasan peternakan dituangkan pada dokumen tata ruang dan tata wilayah provinsi dan kabupaten/ kota secara spesifik, kurangnya informasi mengenai kawasan peternakan yang ada di kabupaten/ kota, kurangnya petugas di kabupaten/ kota yang memiliki kemampuan dalam identifikasi serta pemetaan kawasan peternakan dengan sistem Geographic Information System (GIS), masih belum kuatnya skala usaha baik dari sisi teknis maupun permodalan di tingkat peternak, serta kurangnya monitoring dan pembinaan secara teknis kepada peternak di kawasan kawasan peternakan yang ada di kabupaten/ kota di Jawa Barat, sehingga Pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam hal ini Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat mengalokasikan Kegiatan Pengembangan Kawasan Peternakan di Jawa Barat pada tahun 2013 yang mempunyai beberapa sub kegiatan diantaranya: penunjang kegiatan; inventarisasi pembangunan kawasan peternakan; workshop/ pelatihan GIS berbasis komoditas; penguatan kawasan usaha ternak sapi potong dan ternak domba. Kegiatan Pengembangan Kawasan Peternakan di Jawa Barat bersumber dari dana APBD 2013, yang dilaksanakan oleh Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dengan alokasi anggaran sebesar Rp. 640.000.000,00, dengan realisasi anggaran sebesar Rp. 599.954.303,-, atau 93,74% dengan Output Kegiatan adalah sebagai berikut : 1.
Penunjang Kegiatan Pengembangan Kawasan Peternakan di Jawa Barat Terlaksananya rapat persiapan dan koordinasi yang dilaksanakan di Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat
bertujuan untuk melaksanakan koordinasi dengan
kabupaten / kota serta stakeholder yang terkait sehinga kegiatan pengembangan kawasan peternakan di Jawa Barat dapat berjalan secara terintegrasi dan terkoordinasi. Beberapa penunjang kegiatan yang lainnya adalah terpenuhinya alat tulis kantor sebagai penunjang operasional administrative kegiatan sampai dengan akhir tahun. Selain itu terlaksananya rapat koordinasi di lingkup pemerintahan provinsi Jawa Barat dan Kabupaten Kota. 2.
Inventarisasi Pembangunan Kawasan Peternakan Inventarisasi Pembangunan Kawasan Peternakan di Jawa Barat Tahun 2013 dilaksanakan di 6 kabupaten yakni di kabupaten Kuningan, Majalengka, Sumedang, Purwakarta, Karawang dan Kabupaten Bekasi, Inventarisasi Pembangunan Kawasan Peternakan tersebut bertujuan untuk menginventarisasi kawasan peternakan yang sudah
terbentuk dan daya dukungnya. Beberapa hal yang menjadi catatan dalam inventarisasi di 6 kabupaten kota ini adalah bahwa kawasan peternakan yang ada di 6 kabupaten tersebut tidak secara spesifik masuk dalam tata ruang wilayah masing-masing kabupaten. Di kabupaten Kuningan terdapat Perda Agropolitan yang didalamnya terdapat wilayah pengembangan peternakan yakni di kecamatan Cigugur, Cilimus, Jalaksana dan Darma untuk pengembangan kawasan peternakan sapi perah, Sapi potong di kecamatan Subang, Cilebak, Cibingbin, Luragung, Cidahu, Ciwaru dan Lebakwangi, Ayam ras petelur
dan pedaging di kembangkan di kec. Garawangi, Ciawigebang, Kuningan,
Cigugur dan Mandirancan. Di Kabupaten Majalengka terdapat kawasan pengembangan sapi potong di kecamatan Maja, Kertajati, Lingung, Lemah sugih dan kecamatan Panyingkiran. Pengembangan sapi perah diarahkan pada kawasan di kecamatan Banjaran dan Talaga Argapura, sedangkan pengembangan kawasan ternak domba di arahkan pada kawasan yang ada di kecamatan Jatitujuh, Majalengka, Sukahaji, Talaga, Lemahsugih dan Cikijing. Inventarisasi Pembangunan Kawasan Peternakan di Kabupaten Sumedang menghasilkan beberapa inventarisasi kawasan yang ada di kabupaten Sumedang diantaranya adalah wilayah pengembangan kawasan ternak sapi potong diarahkan ke kecamatan Tanjungkerta, Conggeang, Ujungjaya, Rancakalong, Sumedang utara, Situraja, Tomo, Paseh, Sumedang selatan, Darmaraja, Cibuger dan Wado, sedangkan ternak domba dikembangkan pada kawasan di kecamatan Ujungjaya, Conggeang dan Tanjungkerta. Pengembangan Kawasan sapi perah pada kecamatan Rancakalong, Tanjungsari, Sumedang utara, Situraja, Wado, Cibugel dan Kecamatan Manggung. Di Kabupaten Purwakarta terinventarisasi kawasan peternakan yang sudah ada yakni di kecamatan Campaka dan Plered untuk pengembangan kawasan ternak sapi potong,
pengembangan
kawasan
ternak
domba
di
kecamatan
Wanayasa,
pengembangan kawasan ayam ras petelur di kecamatan Darangdan dan ayam ras pedaging di kecamatan Jatiluhur. Dikabupaten Karawang hanya terinventarisasi dua komoditas pengembangan kawasan ternak yakni ayam ras pedaging dan ayam ras petelur, untuk ayam ras pedaging dikembangkan di kecamatan Teluk Jambe, Klari, Cikampek, Jatisari, Cimalaya, Lemahabang dan Telaga, sedangkan ayam ras petelur dikembangkan di kecamatan Tempura dan Lemah abang. Pembangunan
Kawasan
Peternakan di Kabupaten Bekasi difokuskan
di
kecamatan Caringin, Serang dan Cibarusah untuk komoditas Sapi Potong dan untuk pengembangan Kawasan ternak itik ada di kecamatan Tarumajaya, Babelan, Sukatani, Cikarang dan kecamatan Kedungwaringin. 3.
Workshop/ Pelatihan Geographic Information System (GIS) Berbasis Komoditas Workshop/ Pelatihan GIS Berbasis Komoditas diikuti sebanyak 60 Peserta dari petugas yang menangani kawasan peternakan di Kabupaten/ Kota di Jawa Barat.. Dalam workshop/ pelatihan tersebut diajarkan secara teori dan praktek terkait dengan
bagaimana menyusun peta kawasan peternakan di wilayahnya masing masing sehingga dari setiap kabupaten/ kota di Jawa Barat memiliki petugas yang mampu menyusun peta kawasan secara digital dengan sistem informasi geografis (SIG) sehingga dengan system tersebut tidak akan terjadi tumpang tindih dari kegiatan di suatu kawasan peternakan dan lokasi dapat dideteksi secara jelas, selain itu untuk menganalisa fakta dan informasi aktual yang berkaitan dengan penyebaran dan pengembangan komoditas peternakan yang didasari oleh kondisi agroekosistem, yang mana nantinya akan memberikan suatu informasi secara spasial melalui Program Sistem Informasi Geografis (SIG) kepada para pemangku kepentingan guna pengembangan peternakan ke depan sebagaimana tujuan yang diharapkan. Di dalam sub kegiatan ini juga dilaksanakan pengadaan belanja modal pengadaan alat Geographic Positioning System (GPS) untuk menunjang secara praktek pada workshop/ Pelatihan GIS Berbasis Komoditas tersebut. 4.
Penguatan Kawasan Usaha Ternak Sapi Potong dan Ternak Domba Salah satu unsur penting dalam keberlangsungan sebuah usaha peternakan adalah kemampuan peternak
dalam
teknis budidaya, kemampuan manajemen
pengembangan serta pemeliharaan unsur- unsur di dalam usahanya. Di Jawa Barat dengan jumlah usaha peternakan yang cukup banyak faktor peningkatan kapasitas tersebut menjadi salah satu bagian yang penting dalam keberlangsungan dan pengembangan usaha peternakan khususnya domba dan sapi potong. Langkah yang diambil untuk menguatkan usaha tersebut melalui Pembinaan, Monitoring dan Evaluasi Kawasan Usaha Ternak Sapi Potong dan Domba di 26 Lokasi. Hasil dari pembinaan tersebut berupa peningkatan kemampuan teknis budidaya, mainset dalam beternak serta kemampuan mengembangkan usahanya. Di dalam proses penguatan usaha ini diperlukan juga kemampuan dari aparatur/ petugas teknis mengenai wawasan dan pengetahuan budidaya ataupun metode pengembangan usaha peternakan di daerah lain yang dapat dijadikan contoh dalam pengembangan peternakan di Jawa Barat. Salah satu daerah yang menjadi obyek perhatian adalah provinsi Sumatera Utara yang juga memiliki wilayah perkebunan yang cukup luas. Beberapa hasil pengamatan kawasan peternakan berklaster yang dapat menambah wawasan dan pengetahuan petugas diantaranya pemanfaatan limbah perkebunan dengan penerapan teknologi pengolah pakan menjadi pakan ternak, dimana dalam program ini pemerintah daerah memberikan fasilitas kepada peternak berupa ternak, sarana pengolahan pakan serta ketrampilan dalam pengolahan pakan limbah perkebunan menjadi pakan olahan yang siap diberikan kepada ternak. Hasil yang lain adalah pengembangan budi daya kerbau yang ada di kabupaten serdang Bedagai, dimana di Jawa Barat juga memiliki kawasan pengembangan budi daya kerbau yang ada di Kabupaten Cirebon.
4.2.
KEGIATAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI DAN ALAT MESIN PETERNAKAN TAHUN 2013 1.
Kegiatan Bimbingan Teknologi Demontrasi Farm Kegiatan Bimbingan Teknologi Demontrasi Farm dengan alokasi anggaran sebesar Rp. 1.680.050.000,- realisasi anggaran sebesar Rp. 1.597.899.875,- dengan kegiatan Bimbingan Teknologi Lapang, Pelatihan Petugas ATP, Pelatihan Peternak di Sekitar Lokasi ATP, Peningkatan Wawasan dan Pengetahuan ke Sumber Teknologi (PT, Balitnak, Undangan Seminar/Lokakarya dan Pameran Alat dan Mesin Teknologi), Publikasi Teknologi PeternakanPengembangan Potensi Sumber Daya Alam, Demplot Percontohan Teknologi Peternakan (Unggas), Penguatan Prasarana dan Sarana di Lokasi ATP, Monitoring Pelaksanaan Operasional Alsin dan Teknologi, Diseminasi Teknologi Peternakan, Pembahasan Rencana Pengembangan Ternak Memberdayakan Masyarakat Sekitar Lokasi ATP, Strategi dan Evaluasi Prasarana dan Sarana Peternakan, Peta Potensi Kawasan Peternakan, Rencana Pengembangan Domba di Jawa Barat Barat. Output : Terlaksananya Bimbingan Teknologi Peternakan di 4 Kelompok di 4 Wilayah Badan Koordinasi Pembangunan (BKPP), Terlatihnya 15 orang Petugas, Terlatihnya 20 orang Peternak di sekitar Lokasi ATP, Meningkatnya wawasan dan pengetahuan dari sumber teknologi sebanyak 13 orang, Terpublikasikannya informasi teknologi peternakan melalui leaflet, poster, banner, buku informasi peternakan dan media catak, Terlaksananya percontohan teknologi peternakan unggas di kelompok, Tersedianya kebun rumput 5 Ha, Alat Pencacah Rumput, Ternak Sapi, Domba, Hand Traktor, Anhang, Bahan Perbaikan Kandang, Alat Pengukur Cuaca, dan Perlengkapan Petugas, Termonitor dan terevaluasinya kebijakan operasional alsin dan teknologi pada kegiatan bimbingan teknologi demontrasi farm di 4 lokasi kegiatan di 4 BKPP Jawa Barat, Terlaksannya Diseminasi Teknologi terhadap 100 orang peserta bersumber informasi dari para narasumber, Tersedianya 1 Dokumen Pembahasan Rencana Pengembangan Ternak Memberdayakan Masyarakat Sekitar Lokasi ATP, Tersedianya 1 Dokumen Strategi dan Evaluasi Prasarana dan Sarana Peternakan, Tersedianya 1 Dokumen Peta Potensi Kawasan Peternakan dan Tersedianya 1 Dokumen Rencana Pengembangan Domba di Jawa Barat. Outcome : Penerapan Teknologi di Bidang Peternakan oleh kelompok dan tersedianya informasi Peternakan yang menyeluruh, Pengamatan Model Pengembangan Peternakan di Agro Tecno Park (ATP) Cikadu Kabupaten Cianjur.
2.
Demplot Percontohan Teknologi Peternakan (Unggas) Lokasi Pengembangan Budidaya Unggas di Pedesaan akan dilaksanakan di Kelompok Peternak Desa Cirukem Kec. Sumedang Utara Kabupaten Sumedang. Ayam kampung merupakan salah satu jenis ternak unggas yang telah memasyarakat dan tersebar di seluruh pelosok Indonesia. Namun demikian, semenjak dilakukan program pengembangan, pemurnian, dan pemuliaan beberapa ayam lokal unggul,
saat
ini
dikenal
pula
beberapa
ras
unggul
ayam
kampung.
Untuk
membedakannya kini dikenal istilah ayam buras (singkatan dari "ayam bukan ras") bagi ayam kampung yang telah diseleksi dan dipelihara dengan perbaikan teknik budidaya (tidak sekadar diumbar dan dibiarkan mencari makan sendiri). Peternakan ayam buras mempunyai peranan yang cukup besar dalam mendukung ekonomi masyarakat pedesaan karena memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan dan pemeliharaannya relatif lebih mudah. Tingkat konsumsi protein masyarakat Indonesia, khususnya protein hewani dari pangan asal ternak sebesar 6,67 gram/kapita/hari (Statistik Peternakan, 2012) ternyata masih berada pada level yang jauh bila dibandingkan dengan yang direkomendasikan oleh Widya Pangan dan Gizi sebesar 6 gram/kapita/hari, atau baru mencapai 74% dari kebutuhan. Hal tersebut sangat mempengaruhi kualitas SDM generasi penerus bangsa. Selain itu, jika kita bandingkan konsumsi daging ayam dengan Malaysia misalnya, maka kita sangat tertinggal jauh dibelakang.
Konsumsi daging ayam Malaysia telah
mencapai 38,5 kg/kap/thn (FAO, 2006), bandingkan dengan Indonesia pada tahun yang sama masih 4,5 kg/kap/thn, sejajar dengan Myanmar. Oleh karena itu Sub sektor peternakan sebagai subsektor penyedia sumber protein hewani memiliki peranan cukup strategis dalam upaya mencerdaskan generasi penerus bangsa, di samping peran besar sebagai
pendukung
ketahanan
pangan
dan
pengentasan
kemiskinan
serta
pembangunan lingkungan hidup. Meskipun berbagai masalah masih dihadapi dalam pengembangan unggas lokal namun unggas lokal mempunyai prospek yang sangat baik untuk dikembangkan lebih lanjut. Kontribusi daging dari berbagai jenis ternak, menunjukkan bahwa peranan daging unggas semakin meningkat dari 20% pada tahun 70-an menjadi 64,7% (1.403,6 ribu ton) pada tahun 2008 dan di antaranya 16,3% (352,7 ribu ton) berasal dari unggas lokal. Tingkat konsumsi ini diproyeksikan akan semakin meningkat dengan meningkatnya populasi penduduk Indonesia, peningkatan pendapatan, urbanisasi, perubahan gaya hidup
serta
meningkatnya
kesadaran
akan
pentingnya
protein
hewani
dalam
meningkatkan kecerdasan anak bangsa, di mana sumber protein hewani yang mudah dan murah didapat adalah daging unggas. Potensi untuk mengembangkan unggas sangat terbuka karena hampir seluruh rumah tangga yang memelihara unggas di Indonesia sebagian besar adalah usaha budidaya ayam buras yang merupakan usaha bididaya rakyat.Selain itu di pedesaan banyak terdapat tenaga kerja yang murah, tersedia bibit unggas lokal yang tidak perlu diimpor, adanya sumber pakan lokal meskipun masih perlu mendapat perhatian lebih untuk mengeksplorasinya. Peraturan Presiden RI No. 111 Tahun 2007 menyatakan bahwa untuk sub sektor peternakan, daftar bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan yang dicadangkan untuk Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi (UMKMK) adalah pembibitan dan budidaya ayam buras serta persilangannya sehingga Pemerintah sebagai fasilitator, regulator dan pembina masih akan berperan terhadap pengembangan usaha budidaya unggas lokal, terutama ayam buras.
Untuk mencarikan solusi terhadap permasalahan yang ada dikaitkan dengan prospek
dan
potensi
yang
dimiliki,
maka
diperlukan
suatu
program
untuk
merestrukturisasi sistem budidaya unggas lokal di pedesaan terutama di sektor 4 melalui pendekatan kelompok dengan mengaplikasikan Good Farming Practice (GFP) secara optimal. Village Poultry Farming (VPF) pada intinya mempunyai tujuan pemberdayaan masyarakat pedesaan agar selain dapat mengatasi permasalahan-permasalahan yang telah disebutkan di atas, juga agar masyarakat pedesaan menjadi berdaya dan pada akhirnya akan menjadi masyarakat yang mandiri, tidak bergantung lagi pada bantuan dari pihak luar, terutama dari Pemerintah. 3.
Pengamatan Model Pengembangan Peternakan di Agro Tecno Park (ATP) Cikadu Kabupaten Cianjur BPAC (Balai Pengembangan Agribisnis Cikadu) merupakan suatu institusi di bawah Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang didalamnya terdapat berbagai kegiatan agrokompleks berbasis pengembangan masyarakat khuusnya di Jawa Barat. BPAC yang didirikan oleh pemerintah Jawa Barat merupakan pelimpahan wewenang dan pengelolaan serta kepemilikan dari kawasan ATP (Agro Techno Park) milik Kementrian Riset dan Teknologi. Kawasan ini berada di Kecamatan Cikadu Kabupaten Cianjur Jawa Barat. Konsep ATP (Agro Techno Park) di wilayah Cianjur Selatan khususnya kecamatan Cikadu merupakan nucleus atau inti bahkan pusat dari kegiatan pertanian terintegrasi yang memberi dampak secara langsung bagi masyarakat sekitar atau Jawa Barat Selatan. Pertanian terintegrasi di ATP merupakan pusat inovasi berbagai perangkat keras dan lunak pada tingat nucleus. Perangkat keras yang dimaksud adalah inovasi dalam penataan infrastruktur jalan, jembatan, bangunan pertanian, laboratorium dan teknologi informasi yang digunakan, dan penataan status kawasan. Perangkat lunak dalam inovasi pertanian di ATP adalah ketrampilan psikomotorik dari petani dan petugas ATP, penyuluh lapangan, dan perangkat peraturan pemerintah yang menunjang kegiatan inovasi pertanian terintegrasi. Peralihan kepemilikan ATP ke Provinsi Jawa Barat dan mengubah nama kawasan menjadi BPAC (Badan Pengembangan Agribisnis Cikadu) terdapat situasi penting bagi kondisi dan realitas obyektif eksistensi kawasan ini. Berbagai kegiatan yang dilakukan dalam pengembangan kawasan dan pemanfaatannya bagi masyarakat dalam bentuk kemitraan yang berjalan selama ini perlu dikaji lebih mendalam. Hal ini diperlukan agar peralihan kepemilikan institusi dan kegiatan BPAC dapat sejalan dalam mengembangkan pertanian terintegrasi. Hasil observasi menjelaskan bahwa secara geografis wilayah Cikadu merupakan wilayah marginal dan terisolir akibat medan geografis. Medan yang berat dibarengi dengan akses jalan dan moda transportasi yang sangat jelek. Padahal berdasarkan kondisi ketinggian tempat, kondisi tanah, dan klimatologis wilayah ini potensial bagi pengembangan pertanian secara umum.
Pertanian di wilayah ini cukup potensial bagi perkebunan, pohon industri, pisang dan palawija serta tanaman obat. Kondisi demikian membuat sebagian besar wilayah pertanian Cikadu tertutup oleh rerumputan yang potensial bagi daya dukung peternakan ruminansia. Demikian juga tanaman pertanian dapat menyumbang kapasitas tampung wilayah bagi ruminansia secara baik. Namun demikian, peternakan di Cikadu belum menunjukkan kemajuan secara berarti. Hal ini dilihat dari populasi domba, kambing dan sapi yang rendah dibanding wilayah lain, padahal daya dukungnya sangat tinggi. Kondisi kemiskinan bagi masyarakat petani di Cikadu diduga sebagai akibat dari tingkat pendidikan yang rendah, motivasi dan partisipasi masyarakat dalam mengakses pengetahuan sangat rendah dan minimnya introduksi pengetahuan ketrampilan ataupun inovasi pertanian dari luar. Kehadiran BPAC menjadi wadah kemitraan dan komunikasi petani Cikadu dan sekitarnya dalam mengintroduksi teknologi dan ketrampilan pertanian terintegrasi. BPAC juga menjadi pusat pelatihan bagi pengembangan pertanian secara luas bagi masyarakat sekitarnya Sumberdaya manusia di BPAC merupakan tenaga pertanian terdidik atau trampil dan berdedikasi tinggi terhadap pekerjan, karena kawasan BPAC merupakan contoh pertanian biocyclo farming yang ideal dalam memberi pengetahuan pada petani untuk meningkatkan kualitas pertaniannya. Pemberdayaan masyarakat Cikadu yang diperlukan adalah pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang baik bagi petani dan anak-anak petani. Petani memiliki penghasilan multiusaha dari biocyclo farming secara komprehensif. Demikian juga istriistri petani berperan aktif dalam kegiatan ekonomi pertanian di rumah sambil mengurus rumah tangga. Anak-anak petani memiliki akselerasi tingkat pendidikan. 4.
Kegiatan Pengembangan Usaha Integrasi Sentra Penggembalaan Sapi Potong dan Domba di Kabupaten Cianjur, Kab/Kota Sukabumi. Kegiatan Pengembangan Usaha Integrasi Sentra Penggembalaan Sapi Potong dan Domba di Kabupaten Cianjur, Kab/Kota Sukabumi dengan alokasi anggaran sebesar Rp 500.000.000,-
realisasi anggaran sebesar Rp. 394.470.210,- dengan kegiatan
Pengamatan Pengembangan Usaha Integrasi Penggembalaan Sapi Potong dan Domba di Kabupaten Cianjur, Kab/Kota Sukabumi, Koordinasi Integrasi dengan Perkebunan (PTPN VIII), Kehutanan (Perhutani), dan Pertanian (Kabupaten Cianjur, Kab/Kota Sukabumi), Monitoring dan Evaluasi, Kajian Rencana Pengembangan Peternakan di Wilayah BKPP I, Pertemuan Bimbingan Teknologi di Lapangan, Pertemuan Pembibit, Pedagang Peternakan dan Petugas di Lapangan dan Pertemuan Pembibit, Pedagang Peternakan dan Petugas di Lapangan. Output
:
Terpantaunya
pengamatan
pengembangan
usaha
integrasi
penggembalan sapi potong dan domba di Kab. Cianjur, Kota Sukabumi dan Kab Sukabumi, Terciptanya pembangunan kawasan peternakan di wilayah I yang saling mendukung dan terkoordinasi semua segmen kegiatan melalui kawasan integrasi Sapi Potong dan Domba dengan Lahan Perkebunan, Lahan Kehutanan dan Pertanian,
Termonitornya kegiatan pengembangan usaha integrasi sentra penggembalaan sapi dan domba di Kabupaten Cianjur, Kota/Kabupaten Sukabumi, Tersusunnya kajian rencana pengembangan peternakan di wilayah BKPP Bogor, Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan peternak terhadap teknologi peternakan, Berkembangnya kawasan integrasi sapi potong dan domba di wilayah I menjadi kawasan agribisnis yang bergerak dari hulu ke hilir, Terkoordinasinya kawasan integrasi sapi potong dan domba di wilayah Bogor. Outcome : Berkembangnya Pengembangan usaha integrasi penggembalan sapi potong dan domba di Kab. Cianjur, Kota Sukabumi dan Kab Sukabumi, Meningkatnya produktifitas lahan perkebunan, kehutanan dan pertaniansebagai sentra penggembalaan ternak sapi potong, Terbinanya kegiatan pengembangan usaha integrasi sentra pengembalan sapi potong dan domba di kabupaten Cianjur, Kab/kota Sukabumi, Diperolehnya kajian rencana pengembangan peternakan di wilayah BKPP Bogor, Meningkatnya pengetahuan dan kemampuan praktis keluarga petani dalam pengelolaan secara optimum ternak yang diintegrasikan dalam usahatani, Terjalinnya agribisnis sapi potong dan domba dari hulu sampai hilir. 5.
Pengembangan Integrasi Sentra Penggembalaan Sapi Potong dan Domba Kebijakan Pembangunan Pertanian Nasional dititikberatkan pada pembangunan pertanian.Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Peran strategis pertanian tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata melalui pembentukan kapital; penyediaan bahan pangan, bahan baku industri, pakan dan bioenergi; penyerap tenaga kerja; sumber devisa negara; sumber pendapatan; serta pelestarian lingkungan melalui praktek usahatani yang ramah lingkungan. Namun kendala untuk mencapai tujuan pembangunan tersebut masih tersendat oleh berbagai hal, diantaranya ; A.
Meningkatnya kerusakan lingkungan dan perubahan iklim global
B.
Ketersediaan infrastruktur, sarana prasarana, lahan, dan air
C.
Status dan luas kepemilikan lahan masih rendah
D.
Lemahnya sistem perbenihan dan perbibitan nasional
E.
Keterbatasan akses petani terhadap permodalan dan masih tingginya sukubunga usahatani
F.
Lemahnya kapasitas dan kelembagaan petani dan penyuluh
G.
Masih rawannya ketahanan pangan dan ketahanan energi
H.
Belum berjalannya diversifikasi pangan dengan baik
I.
Rendahnya nilai tukar petani (NTP)
J.
Belum padunya antar sektor dalam menunjang pembangunan pertanian
K.
Kurang optimalnya kinerja dan pelayanan birokrasi pertanian. Memperhatikan kondisi tersebut, maka yang menjadi target utama Pembangunan
Pertanian Nasional adalah : A.
Pencapaian Swasembada (Kedelai, Gula, Daging Sapi) serta Swasembada Berkelanjutan (Padi, Jagung)
B.
Peningkatan Diversifikasi Pangan.
C.
Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing, dan Ekspor.
D.
Peningkatan Kesejahteraan Petani. Seiring hal tersebut, saat ini telah diluncurkan dua program unggulan pertanian
nasional yang saling berkaitan dan tengah dilaksanakan secara terintegrasi baik vertikal maupun horizontal yaitu Program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) serta Program Pencapaian Swasembada Daging Sapi dan Kerbau (PSDSK) Kemudian, arah kebijakan pembangunan daerah ditujukan untuk pengentasan kemiskinan dan peningkatan kualitas hidup masyarakat, revitalisasi pertanian dan kelautan, perluasan kesempatan lapangan kerja, peningkatan aksesibilitas dan kualitas pelayanan
kesehatan
dan
pendidikan,
pembangunan
infrastruktur
strategis,
perdagangan, jasa dan industri pengolahan yang berdaya saing, rehabilitasi dan konservasi lingkungan serta penataan struktur pemerintah daerah yang menyiapkan kemandirian masyarakat Jawa Barat. Dengan mempertimbangkan hal tersebut maka Visi Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2008-2013 adalah “Tercapainya Masyarakat Jawa Barat yang Mandiri, Dinamis dan Sejahtera”. Hal ini diwujudkan melalui 5 (lima) misi yaitu A.
Mewujudkan Sumber Daya Manusia Jawa Barat Yang Produktif dan Berdaya Saing
B.
Meningkatkan Pembangunan Ekonomi Regional Berbasis Potensi Lokal
C.
Meningkatkan Ketersediaan dan Kualitas Infrasruktur Wilayah
D.
Meningkatkan Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Untuk Pembangunan Yang Berkelanjutan
E.
Meningkatkan Efektifitas Pemerintahan Daerah dan Kualitas Demokrasi Pengembangan kawasan agribisnis berbasis peternakan merupakan langkah
strategis
sebagai
paradigma
baru
pembangunan
pertanian
dan
ekonomi
wilayah.Keterpaduan pembangunan usahatani dan peternakan dengan prinsip saling mendukung dapat diupayakan melalui pola pengembangan integrasi tanamanternak.Konsep dasar dari pengembangan yang terpadu adalah komponen usaha tani yang dipadukan harus saling bersinergis untuk mencapai produksi yang optimal. Usahatani tanaman pangan dapat menyediakan bahan yang dapat dipergunakan sebagai sumber pakan, sementara ternak dapat dipergunakan sebagai penyedia pupuk organik, sebagai sumber hara yang sangat dibutuhkan tanaman dan energi bagi kepentingan umat manusia. Dengan kontribusi +13 % thd pembentukan PDRB dan penyerapan tenaga kerja sebanyak +25 %, maka pembangunan pertanian memegang peranan kunci khususnya mendukung salah satu Misi Pemerintah Provinsi Jawa Barat yaitu “Meningkatkan Pembangunan Regional Berbasis Potensi Lokal” Pembangunan Pertanian dan sapi potong mengacu pada Rencana Program dan Kegiatan Tematik baik Sektoral maupun Kewilayahan
RPJMD Provinsi Jawa Barat
yang menetapkan Kabupaten Cianjur dan
Kabupaten/Kota Sukabumi sebagai pengembangan Kawasan Sapi potong dan domba.Kawasan pengembangan agribisnis peternakan pun dalma rangka mendukung program nasional yaitu Program Swasembada Daging Sapi dan Kerbau (PSDSKK) pada tahun 2014. Program swasembada daging sapi dan kerbau (PSDSKK) pelaksanaannya diatur melalui Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 19/Permentan/OT.140/2/2010 tentang Pedoman Umum Swasembada Daging Sapi Tahun 2014 dan Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 27/Permentan/OT.140/3/2010 tentang Unit Manajemen Swasembada Daging Sapi tahun 2014 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor
:
25/permentan/OT.140/4/2011 tentang
perubahan
Permentan
Nomor
:
27/Permentan/OT.140/3/2010 tentang Unit Manajemen Program Swasembada Daging Sapi Tahun 2014. PSDSK dilaksanakan melalui optimalisasi sumberdaya lokal, artinya upaya swasembada tersebut akan lebih banyak menggerakkan secara optimal kemampuan produksi dan produktivitas ternak lokal. Selain itu juga akan dioptimalkan segala potensi sumberdaya manusia, sumberdaya alam, sumberdaya teknologi dan sumberdaya
financial
dalam
negeri
serta
pemberdayaan
peternak.
Upaya
pemberdayaan lebih diarahkan kepada kegiatan-kegiatan untuk meningkatkan daya saing, promosi dan partisipasi masyarakat. Integrasi sapi potong dan domba di wilayah I Jawa Barat (Kabupaten Cianjur, Kabupaten/Kota Sukabumi)meliputi 3 (tiga) aspek yaitu penggembalaan, sentra integrasi dan pengembangan sentra pengolahan serta pemasaran sapi potong dan domba. Sistem penggembalaan telah dilaksanakan di Kabupaten Cianjur dan Sukabumi baik dengan menggunakan lahan pangonan maupun lahan milik perkebunan dan perhutani. Kondisi peternakan di wilayah I mempunyai keunikan tersendiri dimana peternak rakyat di bagian selatan melakukan beternaknya secara digembalakan (pakan ternak rumput dicari sendiri oleh ternak di antara pohon-pohonan) di area tanah pengembalan, perkebunan, tanah kosong dan dipinggir pantai, sedangkan di bagian tengah ternak petani dipelihara secara intensif dikandangkan, dimana bila ternak dikandangkan diperlukan kebun rumput atau legium pakan ternak maupun limbah pertanian yang diangkut petani ke kandang ternak. Pada daerah perkotaan merupakan pasar yang potensial untuk pemasaran ternak dan produk olahannya. Keberhasilan kegiatan pembangunan peternakan di kewilayahan BKPP I akan berhasil jika adanya koordinasi dari segala bidang, karena kegiatan ini merupakan kegiatan yang saling berkaitan. Koordinasi ini meliputi kegiatan dari hulu sampai hilir yang tidak boleh terputus dan dilakukan secara berkelanjutan. 6.
Hasil Rapat Koordinasi Integrasi Kawasan Peternakan Di Wilayah BKPP I Bogor Memperhatikan sambutan dan arahan Kepala Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dan beberapa paparan narasumber dari Kepala Badan Koordinasi Pemerintahan dan Pembangunan (BKPP) Wil I Bogor, Perkebunan (PTPN VIII), Kehutanan (Perhutani), Ketua HKTI, Dekan Fakultas Peternakan IPB, Dekan Fakultas Peternakan UNPAD,
Kepala Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan Kabupaten Cianjur dan Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Sukabumi pada acara Rapat Koordinasi Integrasi dengan Perkebunan (PTPN),Kehutanan (Perhutani),dan Pertanian (Kab. Cianjur, Kab.Sukabumi dan Kota Sukabumi) tahun 2013 yang dilaksanakan pada tanggal 14 sampai dengan 15 Januari 2013 di Aula Kantor BKPP Wilayah I Bogor,diperoleh hasil rumusan yang disepakati adalah sebagai berikut : A.
Adanya ketetapan di bidang perkebunan dengan peternakan oleh Surat Menteri BUMN S 240/MBU/2012 tanggal 9 Mei 2012 Perihal Penugasan Pelaksanaan Sapi-Sawit. Namun sebenarnya integrasi di lapangan untuk tanaman perkebunan selain sawit, adalah perkebunan kakao,karet, dan kina.
B.
Integrasi sektor kehutanan dan peternakan yang telah difasilitasi oleh PERHUTANI hanya berupa perluasan areal yang dipergunakan untuk HPT (Hijauan Pakan Ternak) dalam penyediaan pakan hijauan dan dapat dilakukan melalui Program Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) dan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM).
C.
Pentingnya diharmonikan empat pilar utama yang menopang pengembangan integrasi peternakan yaitu :
D.
a.
Pemerintah sebagai pengambil kebijakan
b.
Akademisi sebagai penghasil teknologi tepat guna
c.
Dunia usaha
d.
Komunitas/Peternak/Stake holder
Prinsip pihak BUMN yaitu P3 (People, Planet, Profit) menjadi tantangan sekaligus peluang bagi dunia peternakan untuk menarik pengembangan integrasi budidaya peternakan.
E.
Pembuatan grand design harus berdasarkan kebutuhan dan keinginan. Muaranya adalah kesejahteraan rakyat dan menjadi blueprint dalam menentukan kebijakan ke depan serta harus menjadi pedoman perencanaan, pelaksanaan dan monev. Kunci keberhasilan itu semuanya ada pada komitmen dari pihak yang berkepentingan.
F.
Integrasi itu sulit dan membutuhkan proses panjang tapi sebuah keharusan, maka dari itu perlu adanya kerja sama antar pihak ABGC (Academic, Businesman, Government and Community).
G.
Salah satu cara integrasi adalah dengan manajemen biomasa, yaitu : a.
Perlu adanya grand design
b.
Jaminan pasar
c.
Sistem
(SOP,
Standarisasi
harga,
periode
produksi,
skala
usaha,
pendampingan, dsb.) d.
Modal (pemerintah, swasta, dsb.)
H.
Pentingnya Transfer Teknologi dalam rangka meningkatkan kesejateraan peternak
I.
Kondisi pengembangan peternakan di Jawa Barat bagian selatan pada umumnya adalah
infrastuktur
sarana
prasarana
peternakan
masih
kurang,
belum
termanfaatkan lahan pertanian, perkebunan, kehutanan menjadi basis ekosistem
untuk penyediaan pakan ternak khususnya hijauan pakan ternak, SDM yang masih lamban dalam menerima adopsi. J.
Diperlukan koordinasi antara PTPN,Perhutani, BPTP dengan Instansi terkait yang berada di lapangan dalam pendampingan adopsi teknologi peternakan.
K.
Pembahasan Perencanaan Musrenbang mulai Tingkat Desa sampai dengan tingkat Provinsi harus dipersiapkan T-1 dalam program yang terintegrasi.
L.
Keberadaan BKPP wilayah I Bogor sudah termanfaatkan secara optimal untuk menjadi fasiliator antar kabupaten/kota dan OPD Provinsi Jawa Barat.
M.
Diharapkan Bappeda Provinsi Jawa Barat dapat memfasiltasi kegiatan sesuai dengan perencanaan yang sudah disepakarti sebelumnya. Demikian, beberapa hasil rumusan yang dapat disimpulkan dalam Rapat
Koordinasi Integrasi dengan Perkebunan (PTPN),Kehutanan (Perhutani),dan Pertanian (Kab. Cianjur, Kab.Sukabumi dan Kota Sukabumi) tahun 2013yang dilaksanakan pada tanggal 14 sampai dengan 15 Januari 2013 di Aula Kantor koordinasi intergrasi peternakan yang diselenggarakan dari tanggal 14 – 15 Januari 2013 di BKPP Wilayah I Bogor. 4.3.
PENGEMBANGAN DATA DAN PENYEDIAAN INFORMASI BIDANG PETERNAKAN Pembangunan sektor peternakan saat ini menghadapi tantangan yang cukup besar dengan terbukanya pasar era globalisasi, yang berdampak terhadap mobilitas barang dan jasa yang semakin cepat dan persaingan yang semakin meningkat. Agar memiliki kemampuan bersaing, maka Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dituntut harus mampu mempertinggi daya saing produk peternakan. Dalam upaya meningkatkan daya saing tersebut, data dan informasi yang menyangkut kondisi sumber daya sektor peternakan harus akurat, tepat, objektif, dan komprehensif (ATOK), sehingga dapat digunakan untuk merumuskan langkah-langkah strategis guna mengarahkan pembangunan sektor peternakan di masa mendatang. Data dan informasi sub sektor peternakan yang dijadikan acuan untuk pembangunan sektor peternakan, diantaranya data populasi ternak dari 11 komoditas yaitu ternak sapi potong, sapi perah, kerbau, kuda, kambing, domba, babi, ayam buras, ayam ras petelur, ayam ras pedaging, dan itik.(4 komoditas tambahan yaitu kelinci, merpati, puyuh dan itik manila). Khusus untuk populasi sapi potong, sapi perah dan kerbau merupakan populasi per 1 Mei 2013 (populasi hasil Sensus Pertanian 2013 yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik). Sedangkan produksi hasil ternak terdiri dari produksi daging, telur dan susu serta konsumsi masyarakat terhadap produk hasil peternakan tersebut. 1.
Pencapaian Populasi Ternak Pertumbuhan populasi ternak memiliki peranan yang cukup penting dalam kegiatan ekonomi sub sektor peternakan. Laju Pertumbuhan populasi ternak besar di Jawa Barat pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012 berkisar antara 13,84% sampai (23,68%). Laju pertumbuhan tertinggi ada di komoditas ternak domba sekitar 13,84%, sedangkan terendah di komoditas sapi perah sekitar (23,68%). Pertumbuhan ternak yang meningkat setelah domba yaitu ternak kambing sekitar 11,13%. Adapun
komoditas ternak besar lainnya mengalami penurunan diantaranya kerbau sekitar (11,12%), sapi potong sekitar (10,87%), babi sekitar (4,25%) dan kuda turun (1,56%). Menurunnya populasi ternak sapi potong, sapi perah dan kerbau dikarenakan permintaan akan daging sapi pada tahun 2013 meningkat, sedangkan ketersediaan daging sapi terbatas, yang disebabkan karena adanya pembatasan ternak sapi impor sehingga menyebabkan terjadinya eksploitasi terhadap sapi lokal yang ada. Populasi sapi perah mengalami penurunan sebesar (23,68%) dikarenakan peternak sapi perah banyak yang menjual ternak sapinya untuk dipotong, selain dikarenakan harga ternak per berat hidup cukup tinggi, juga dikarenakan mahalnya harga pakan yang berkualitas sedangkan harga jual produksi susu masih rendah. Turunnya populasi sapi perah ini juga dikarenakan banyaknya pengeluaran sapi perah yang sudah tidak produktif lagi, untuk dipotong. Populasi kerbau yang menurun sekitar (11,12%), dikarenakan setiap tahunnya peternakpada dasarnya memelihara kerbau untuk membajak sawah. Dengan semakin berkembangnya kemajuan teknologi (yang mana dewasa ini sudah menggunakan traktor untuk mengolah sawah), peternak mulai malas memelihara kerbau dan akhirnya menjual kerbaunya sehingga dari tahun ke tahun populasi kerbau semakin menurun. Untuk komoditas unggas, laju pertumbuhannya berkisar antara 5,90% sampai 1,00%. Laju pertumbuhan tertinggi pada ternak itik sekitar 5,90%, diikuti ayam ras peteluryang meningkat sekitar 4,97%,ayam ras pedagingmeningkat sekitar 5,70%, dan ayam buras yang meningkat sekitar 1,00%. Kecilnya laju pertumbuhan ayam buras, dikarenakan adanya peningkatan permintaan ayam buras baik dalam bentuk karkas maupun ternak, selain itu peningkatan populasi berjalan lambat karena manajerial pemeliharaan masih dikelola secara sederhana. Perusahaan yang sudah dapat mengelola secara semi modern lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan nasional. Rincian pencapaian populasi ternak tahun 2012 dan 2013 dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.1.
Pencapaian Populasi Ternak Tahun 2012 – 2013 di Jawa Barat
No.
Realisasi
JenisTernak 2012
2013
Target
R/T
2013
(%)
R 12-13 (%)
1.
SapiPotong*
429.637
382.949
359.819
106,43
(10,87)
2.
SapiPerah*
136.054
103.832
123.808
83,87
(23,68)
3.
Kerbau*
121.854
108.303
155.897
69,47
(11,12)
4.
Kuda
14.418
14.193
13.917
101,99
(1,56)
5.
Kambing
2.303.256
2.559.699
1.659.152
154,28
11,13
6.
Domba
8.249.844
9.391.590
7.334.915
128,04
13,84
7.
Babi
7.620
7.296
7.584
96,20
(4,25)
8.
Ayam Buras
27.224.219
27.497.344
32.324.058
85,07
1,00
9.
AyamRasPetelur
12.271.938
12.882.262
13.567.111
94,95
4,97
10.
AyamRasPedaging (1 periode)**
101.739.384
106.756.896
104.274.351
102,38
4,93
No.
Realisasi
JenisTernak 2012 AyamRasPedaging (1 tahun)**
11.
Target
R/T
2013
(%)
2013
R 12-13 (%)
610.436.303
645.229.707
625.646.108
103,13
5,70
8.773.043
9.290.789
13.166.592
70,56
5,90
Itik
*) Populasi per 1 Mei 2013 (Hasil Sensus Pertanian 2013) **) 1 periode (dalam 1 tahun rata-rata ada 6 periode, kecuali Tasikmalaya 8 periode dan Indramayu 5 periode, sehingga ada perbedaan data di r/t dan r) 2.
Pencapaian Produksi Hasil Ternak Produksi daging, telur dan susu pada tahun 2013 menunjukkan adanya peningkatan dibandingkan dengan data tahun 2012, kecuali untuk produksi susu menurun sekitar (9,20%). Produksi daging naik sekitar 9,43%, produksi telur naik menjadi sekitar 6,18% dan produksi susu turun menjadi sekitar (9,32%). A.
Produksi Daging Produksi daging Jawa Barat pada tahun 2013 sebanyak 709.702 ton meningkat sekitar 9,50% dibandingkan tahun 2012 yang sebesar 648.112 ton. Produksi tersebut bersumber dari kontribusi daging unggas sebesar 85,16% atau sebanyak 604.371 ton, daging ternak besar sebesar 10,61%, atau sebanyak 75.327 ton dan daging ternak kecil sekitar 4,23% atau sebanyak 30.004 ton. Produksi daging yang dihasilkan sebagian besar berasal dari ternak yang dihasilkan Jawa Barat, kecuali daging yang bersumber dari ternak sapi selain dipenuhi dari ternak sapi luar Jawa Barat juga dipenuhi dari pemotongan sapi import, untuk memenuhi permintaan produksi daging sapi di Jawa Barat pada tahun 2013. Ketergantungan Jawa Barat terhadap daging sapi yang berasal dari pemotongan ternak sapi impor pada tahun 2013 terus mengalami penurunan dibandingkan pada tahun 2012 yaitu sekitar (9,71%). Pemotongan pada tahun 2013 untuk ternak sapi impor sekitar 50.611ekor, sedangkan pada tahun 2012 pemotongan ternak sapi impor sebesar 56.052 ekor. Pemotongan ternak sapi impor tahun 2013 sekitar 15,73 % dari total pemotongan sapi potong, sapi perah dan kerbau yang sekitar 321.835 ekor. Pemotongan diterapkannya
ternak
impor
yang
kebijakan pemerintah
berkurang
pusat
untuk
ini
dikarenakan
mengurangi
impor
mulai dan
memberdayakan ternak lokal. B.
Produksi Telur Produksi telur secara keseluruhan pada tahun 2013 mengalami peningkatan sekitar 8,88% dibandingkan tahun 2012. Laju pertumbuhan telur yang meningkat diantaranya telur ayam ras petelur sekitar 9,54%, diikuti telur itik yang sekitar 8,28%, dan telur ayam buras sekitar 6,54%. Kontribusi produksi telur tahun 2013 dari jumlah 211.994 ton, sekitar 62,07% bersumber dari ayam ras petelur yaitu sebesar 131.586 ton; dari itik sekitar 28,03% atau sebesar 59.431 ton dan dari ayam buras sekitar 9,90% atau sebesar 20.977 ton.
C.
Produksi Susu Produksi susu yang dihasilkan pada tahun 2013 sebesar 255.548 ton, dengan laju pertumbuhan menurun sebesar (9,20%) dibandingkan dengan data pada tahun 2012. Penurunan produksi susu ini berkaitan erat dengan menurunnya populasi sapi perah pada tahun 2013 dibandingkan tahun 2012. Adapun rincian keragaman produksi hasil ternak terlihat sebagaimana Tabel dibawah ini : Tabel 4.2.
PerkembanganProduksiHasilTernakTahun 2012 s/d 2013 di Jawa Barat
No.
3.
2012 648.112
2013 709.702
2013 815.272
(%) 87,05
R 12-13 (%) 9,50
64.589
61.274
56.098
109,23
(5,13)
9.723
10.607
41.606
25,49
9,09
3.268
3.405
3.913
87,02
4,20
Realisasi
JenisTernak
I.
Daging
1.
SapiLokal
2.
Sapi Import
3.
Kerbau
4.
Kuda
5.
Kambing
6.
Domba
7.
Babi
8.
Ayam Buras
9.
AyamRasPetelur
10.
AyamRasPedaging
11.
Itik
II.
Telur
1.
Ayam Buras
2.
Ayam Ras
3.
Itik
III.
Susu
Target
R/T
39
40
349
11,59
4,81
5.822
7.160
12.136
59,00
22,97
26.340
21.867
39.960
54,72
(16,98)
1.309
977
2.132
45,84
(25,32)
25.683
27.149
30.773
88,28
5,71
6.585
7.512
7.387
101,35
14,08
498.862
563.529
613.678
91,83
12,96
5.892
6.182
7.240
85,39
4,92
194.699
211,994
236.175
89,76
8,88
19.690
20.977
19.698
106,49
6,54
120.123
131.586
142.537
92,32
9,54
54.886
59.431
73.940
80,38
8,28
281.438
255.548
272.051
93,93
(9,20)
Pencapaian Konsumsi Hasil Ternak Pencapaian konsumsi Hasil Ternak selama tahun 2013 berdasarkan perhitungan Susenas 2009 telah melampaui angka yang ditetapkan 6,71 gr prot/kap/hari sedangkan standar norma gizi adalah sebesar 6 gr prot/kap/hr. A.
Konsumsi Daging Konsumsi daging pada tahun 2012 mencapai 7,48 kg/kap/th, pencapaian konsumsi daging ini bila dibandingkan dengan target norma gizi sebesar 10,10 kg/kap/th baru mencapai 74,06%, hal ini antara lain dipengaruhi oleh daya beli masyarakat yang masih rendah dibandingkan dengan semakin tingginya harga daging, terutama daging asal ternak sapi yang dipengaruhi oleh meningkatnya harga ternak sapi dipengaruhi oleh harga pasaran sapi dunia.
Preferensi konsumsi daging tertinggi pada tahun 2013 ada pada ayam ras yakni sebesar
69,08%, diikuti oleh daging sapi sebesar 24,28%,daging ayam
buras sebesar 4,72%, daging kambing/domba sebesar 1,45%, daging itik sebesar 0,36%, daging kerbau sebesar 0,09%, dan daging babi sebesar 0,03%. B.
Konsumsi Telur Konsumsi telur pada tahun 2013 rata-rata mencapai 6,95 kg/kap/th, pencapaian konsumsi telur ini bila dibandingkan dengan target norma gizi sebesar 4,70 kg/kap/th sudah mencapai 147,93%. Preferensi konsumsi telur tertinggi pada tahun 2013 ada pada telur ayam ras yakni sebesar 95,73%, telur itik 3,37%; telur ayam buras sebesar 0,72%, dan telur lainnya sekitar 0,01%.
C.
KonsumsiSusu Konsumsi susu pada tahun 2013 rata-rata mencapai mencapai 5,98 kg/kap/th. Pencapaian konsumsi susu tersebut dibandingkan dengan target norma gizi sebesar 6,10 kg/kap/th telah mencapai 98,04%. Tabel 4.3.
Pencapaian Penyediaan Konsumsi Hasil Ternak di Jawa Barat Tahun 2012 dan 2013*
No
Komoditas
Norma Gizi (kg/kap/thn) 10,10 4,70
Tahun 2012 2013* 7.47 7.48 6.90 6.95
Pencapaianth d Norma Gizi 74.06 147.93
r (12-13) 0,13 0,72
1. 2.
Daging Telur
3.
Susu
6,10
5.92
5,98
98.04
1,01
Gr Prot/Kap/Hr
6,00
6.69
6.71
111.83
0,30
*) Angka Sangat Sementara
BAB IX LAPORAN KHUSUS
9.1.
APBD 1.
Program Perencanaan Pengendalian dan Pengawasan Pembangunan Daerah A.
Pelaksanaan Program Kegiatan Fasilitasi dan Koordinasi Perencanaan di Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, yang dilaksanakan oleh Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dengan alokasi anggaran sebesar Rp.400.000.000,-, realisasi anggaran sebesar Rp.399.880.927,- atau 99,97%. Hasil kegiatan adalah terarahnya Program dan Kegiatan Pembangunan Peternakan pada Dinas Peternakan tahun 2013 2018; terjadinya sinkronisasi program dan kegiatan Bidang Peternakan antara Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota, teridentifikasinya Prgram dan Kegiatan Bidang Peternakan pada Pra-Musrenbang Kewilayahan, Musrenbang Tingkat Provinsi dan Nasional; diperolehnya upaya pemecahan masalah hasil pelaksanaan kegiatan di Kabupaten/Kota; terjadinya sinkronisasi program dan kegiatan Provinsi MPU; tersusunnya Program dan Kegiatan Pembangunan Peternakan Tahun Anggaran 2014 sebanyak 1 (satu) dokumen; terinformasikannya Profil Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat kepada stakeholder sebanyak 1 (satu) dokumen, melalui ketersediaan Draft Rencana Strategis Dinas Peternakan Tahun 2013 2018; informasi program dan kegiatan Bidang Peternakan dari Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota; informasi perencanaan pembangunan di Tingkat Wilayah, Provinsi serta Nasional; identifikasi hasil pelaksanaan kegiatan di Kabupaten/Kota; informasi program dan kegiatan Bidang Peternakan pada Provinsi MPU; ketersediaan Program dan Kegiatan Pembangunan Peternakan Tahun 2014 sesuai Renstra Dinas Peternakan Tahun 2013-2018; ketersediaan Profil Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat.
B.
Permasalahan dan Solusi Keterbatasan anggaran tidak sesuai dengan kebutuhan yang direncanakan sesuai dengan harga yang berlaku. Solusi yang dilakukan yaitu Melakukan review target program dan kegiatan pada perencanaan.
2.
Program Pembinaan dan Pengembangan Aparatur A.
Pelaksanaan Program Kegiatan Peningkatan Kemampuan Pengelola Keuangan Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, yang dilaksanakan oleh Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dengan alokasi anggaran sebesar Rp.64.090.000,-, realisasi anggaran sebesar Rp.63.895.000,- atau 99,70%. Hasil kegiatan adalah meningkatnya kemampuan 80 orang petugas pengelola keuangan; tersedianya dokumen pengelolaan keuangan selama satu tahun; melalui pelatihan 80 orang petugas
pengelola keuangan, identifikasi permasalahan dalam pengelolaan SIPKD dan pengelolaan keuangan di unit kerja. B.
Permasalahan dan Solusi Adanya pergantian petugas pengelolaan keuangan serta aturan-aturan di bidang keuangan yang sering berubah. Solusi yang dilakukan yaitu perlu dilakukan pelatihan pengelolaan keuangan setiap tahun untuk meningkatkan pengetahuan di bidang pengelolaan keuangan dan barang.
3.
Progran Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur A.
Pelaksanaan Program Kegiatan Peningkatan Kesejahteraan dan Kemampuan Aparatur Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, yang dilaksanakan oleh Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dengan alokasi anggaran sebesar Rp.532.180.000,-, realisasi anggaran sebesar Rp.524.308.520,- atau 98,52%. Hasil kegiatan adalah meningkatnya kinerja aparatur Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat melalui pelatihan Diklatpim IV bagi 2 orang esselon IV; kegiatan bimtek, seminar, lokakarya dan rapat kerja kepada 10 orang petugas; rintisan usaha kewirausahaan bagi 9 orang pegawai yang memasuki masa purnabakti; General Check Up 292 orang pegawai.
B.
Permasalahan dan Solusi Terbatasnya anggaran untuk Peningkatan Kesejahteraan dan Kemampuan Aparatur Dinas
Peternakan Provinsi Jawa Barat. Solusi yang dilakukan yaitu
mengusulkan penambahan anggaran.
4.
Program Pelayanan Administrasi Perkantoran A.
Pelaksanaan Program Kegiatan Penyelenggaraan Administrasi Perkantoran, yang dilaksanakan oleh
Dinas
Peternakan
Provinsi
Jawa
Barat,
Balai
Perbibitan
dan
Pengembangan Inseminasi Buatan Ternak Sapi Perah Bunikasih, Balai Perbibitan Ternak Sapi Peran dan Hijauan Makanan Ternak Cikole, Balai Perbibitan dan Pengembangan Ternak Sapi Potong Ciamis, Balai Perbibitan dan Pengembangan Ternak Domba Margawati, Balai Perbibitan dan Pengembangan Ternak Unggas Jatiwangi, Balai Pelatihan Peternakan Cikole, Balai Pengujian Mutu Pakan Ternak Cikole dan Balai Pengujian dan Penyidikan Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Cikole, dengan alokasi anggaran sebesar Rp.3.314.478.000,-, realisasi anggaran sebesar Rp.3.154.285.936,- atau 95,17%. Hasil kegiatan adalah terselenggaranya tertib administrasi perkantoran; meningkatnya pelayanan minimal kepada masyarakat dalam mendukung tugas pokok dan fungsi Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dan UPTD melalui penyediaan sarana rumah tangga, penyelenggaraan pelayanan
publik di bidang peternakan selama satu tahun; penyediaan sarana administrasi surat menyurat selama satu tahun; koordinasi kegiatan dinas baik di Tingkat Pusat, Kabupaten/Kota oleh instansi vertikal maupun horizontal; penyediaan kebutuhan komunikasi, listrik, air dan internet selama satu tahun.
B.
Permasalahan dan Solusi Terbatasnya Sumber Daya Manusia (SDM) petugas yang kompeten untuk pelaksanaan tugas ketatausahaan antara lain arsiparis, petugas administrasi dan keamanan sehingga masih terdapat jabatan rangkap. Solusi yang dilakukan yaitu mengoptimalkan petugas yang ada dan mengusulkan penambahan petugas.
5.
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur A.
Pelaksanaan Program Kegiatan Peningkatan Sarana dan Prasarana, yang dilaksanakan oleh Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dan yang dilaksanakan oleh Balai Perbibitan dan Pengembangan Inseminasi Buatan Ternak Sapi Perah Bunikasih, Balai Perbibitan Ternak Sapi Peran dan Hijauan Makanan Ternak Cikole, Balai Perbibitan dan Pengembangan Ternak Sapi Potong Ciamis, Balai Perbibitan dan Pengembangan Ternak Domba Margawati, Balai Perbibitan dan Pengembangan Ternak Unggas Jatiwangi, Balai Pelatihan Peternakan Cikole, Balai Pengujian Mutu Pakan Ternak Cikole dan Balai Pengujian dan Penyidikan Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Cikole serta Relokasi SUP Pos Pemeriksaan Kesehatan Hewan Banjar,
dengan
alokasi
anggaran
sebesar
Rp.18.124.880.000,-,
realisasi
anggaran sebesar Rp.17.309.511.190,- atau 95,50%. Hasil kegiatan adalah terselenggaranya pelayanan teknis dan administrasi yang mendukung pelayanan kepada masyarakat selama satu tahun melalui ketersediaan fasilitas sarana dan prasarana bangunan serta mobilitas di Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dan UPTD.
B.
Permasalahan dan Solusi Keterlambatan penunjukan bantuan teknis untuk pekerjaan konstruksi sehingga pelaksanaan pekerjaan konstruksi menjadi terhambat; pekerjaan konstruksi terkendala oleh cuaca (faktor alam); kinerja pihak ke-3 tidak optimal; keterbatasan SDM dan anggaran. Solusi yang dilakukan yaitu koordinasi lebih intensif dengan Dinas Pemukiman dan Perumahan serta pihak ke-3; mengusulkan penambahan SDM dan anggaran sesuai kebutuhan di Tahun 2014.
6.
Program Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Aparatur A.
Pelaksanaan Program Kegiatan Pemeliharaan Sarana dan Prasarana, yang dilaksanakan oleh Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, Balai Perbibitan dan Pengembangan
Inseminasi Buatan Ternak Sapi Perah Bunikasih, Balai Perbibitan Ternak Sapi Peran dan Hijauan Makanan Ternak Cikole, Balai Perbibitan dan Pengembangan
Ternak
Pengembangan
Ternak
Sapi
Potong
Domba
Ciamis,
Margawati,
Balai Balai
Perbibitan
dan
Perbibitan
dan
Pengembangan Ternak Unggas Jatiwangi, Balai Pelatihan Peternakan Cikole, Balai
Pengujian
Mutu
Pakan Ternak Cikole dan Balai Pengujian dan
Penyidikan Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Cikole, dengan alokasi anggaran sebesar Rp.3.029.175.000,-, realisasi anggaran sebesar Rp.
2.922.663.076,-
atau
96,48%.
Hasil
pelaksanaan
kegiatan
adalah
terselenggaranya pelayanan teknis dan administrasi yang mendukung pelayanan kepada masyarakat selama satu tahun melalui pemeliharaan gedung kantor, sarana mobilitas kendaraan jabatan dan operasional, sarana perlengkapan kantor dan mebeulair, sarana laboratorium pakan, peralatan laboratorium keswan dan kesmavet, kandang ternak, jaringan air, pemeliharaan lingkungan dan taman di Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dan UPTD.
B.
Permasalahan dan Solusi Ketersediaan anggaran yang kurang memadai. Solusi yang dilakukan yaitu mengusulkan anggaran sesuai kebutuhan di Tahun 2014.
7.
Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan A.
Pelaksanaan Program Kegiatan Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan Internal Organisasi Perangkat Daerah, yang dilaksanakan oleh Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dengan alokasi anggaran sebesar Rp. 100.000.000,-, realisasi anggaran sebesar Rp. 100.000.000,- atau 100%. Hasil kegiatan adalah tersedianya bahan untuk penyusunan perencanaan Bidang Peternakan Tahun 2014, melalui tersinkronisasinya
perencanaan
bidang
peternakan
di
Jawa
Barat;
teridentifikasinya permasalahan dalam capaian kinerja dan keuangan selama satu tahun; tersedianya laporan pertanggungjawaban kegiatan Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat Tahun 2013.
B.
Permasalahan dan Solusi Adanya keterlambatan dalam penyerahan laporan penyerapan anggaran dikarenakan kesulitan dalam pengumpulan data dari para pelaksana kegiatan dan terbatasnya anggaran. Solusi yang dilakukan yaitu melakukan koordinasi lebih intensif dengan para pelaksana kegiatan dan mengusulkan penambahan anggaran.
8.
Program Pengembangan Data/Informasi/Statistik Daerah A.
Pelaksanaan Program Kegiatan Penyusunan Data Statistik dan Informasi Peternakan, yang dilaksanakan oleh Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dengan alokasi anggaran sebesar Rp.244.886.500,-, realisasi anggaran sebesar Rp.239.342.800,atau 97,74%. Hasil kegiatan adalah terumuskannya program dan kegiatan bidang peternakan yang tepat, akurat, dan sesuai sasaran; meningkatnya pengetahuan stake holder bidang peternakan melalui Media Cetak dan elektronik selama 1 (satu) tahun; diperolehnya dasar perhitungan produksi ternak kelinci, puyuh dan merpati; meningkatnya jumlah pengunjung website Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dengan alamat situs www.disnak.jabarprov.go.id dari 871.407 pengunjung menjadi 954.270 pengunjung (9,51%), melalui ketersediaan data yang valid dan up to date bidang peternakan di Jawa Barat; informasi pembangunan peternakan di media cetak (Buletin Mandala Peternakan) dan media elektronik (Website Dinas Peternakan); berkembangnya konten website Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat; ketersediaan data parameter teknis produktivitas ternak kelinci, puyuh dan merpati.
B.
Permasalahan dan Solusi Keterbatasan SDM pengelola data dan informasi di Provinsi dan Kabupaten/Kota serta keterbatasan anggaran. Solusi yang dilakukan yaitu mengefektifkan tenaga (SDM) yang ada melalui koordinasi dan pembinaan petugas.
9.
Program Peningkatan Produksi Pertanian A.
Pelaksanaan Program a.
Kegiatan Pengembangan Usaha Peternakan, yang dilaksanakan oleh Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dengan alokasi anggaran sebesar Rp.3.384.177.000,-, realisasi anggaran sebesar Rp.2.626.760.878,- atau 77,62%. Hasil kegiatan adalah terseleksinya dan terbinanya kelompok peternak 6 (enam) komoditi peternakan yaitu sapi perah, sapi potong, domba, kambing, itik dan ayam buras yang berprestasi di Jawa Barat serta 4 (empat) kelompok ternak sapi potong, kambing, itik dan ayam buras untuk diikutsertakan dalam lomba kelompok peternak tingkat nasional, terbinanya SDM penyuluh di Jawa Barat sebanyak 100 orang, terbinanya pelaku kemitraan peternakan sebanyak 120 orang di Jawa Barat, terbinanya 200 orang SMD yang berprestasi di tingkat Jawa Barat, diperolehnya database kelembagaan peternakan di Jawa Barat sebagai bahan penunjang pengembangan
usaha
di
Jawa
pengembangan
usaha
peternakan
Barat, di
terdapatnya
Jawa
Barat
hasil
kajian
sebagai
bahan
rekomendasi kebijakan pengembangan usaha peternakan, terbinanya kelompok peternakan yang memperoleh bantuan keuangan dan bantuan
sosial untuk pengembangan usaha peternakan, terbinanya kelompok LM3 peternakan di Jawa Barat sebanyak 120 orang dalam mengembangkan usahanya, terbinanya 4 (empat) organisasi profesi/asosiasi dibidang peternakan di Jawa Barat; meningkatnya kegiatan agribisnis peternakan; penjajagan/kerjasama pemasaran antara pelaku usaha (produsen) di Jawa Barat dengan konsumen di luar Jawa Barat; terpromosikannya hasil-hasil produk peternakan di Jawa Barat dan Luar Jawa Barat; terlaksananya “Gerimis Bagus” untuk meningkatkan kecerdasan SDM anak-anak sekolah dasar di 4 (empat) wilayah di Jawa Barat; terbinanya pelaku inovasi pengolahan dan pemasaran hasil peternakan di Jawa Barat, meningkatnya keterampilan 100 SDM pelaku usaha pengolahan hasil peternakan; terfasiltasinya perizinan, desain, kemasan kepada 25 kelompok usaha pengolahan di Jawa Barat sesuai dengan standar mutu yang telah ditetapkan, melalui identifikasi 6 (enam) kelompok ternak (komoditi sapi potong, sapi perah, domba, kambing, ayam buras dan itik) tingkat Jawa Barat untuk diajukan ke lomba agribisnis peternakan tingkat nasional; sosialisasi akses permodalan bidang peternakan kepada 120 orang peternak/pelaku
usaha;
inventarisasi
kelembagaan
peternak
di
26
Kabupaten/Kota di Jawa Barat; ketersediaan hasil kajian pengembangan usaha sapi perah di Jawa Barat; pembinaan/pertemuan terhadap 100 orang peternak yang memperoleh bantuan Lembaga Mandiri yang Mengakar di Masyarakat (LM3) Jawa Barat, pembinaan terhadap 200 orang Sarjana Membangun Desa (SMD) dari 5 (lima) komoditi ternak di Jawa Barat, pembinaan 4 (empat) organisasi profesi/asosiasi peternakan di Jawa Barat; pelaksanaan Pesta Patok Tingkat Jawa Barat; temu usaha agribisnis peternakan antara pelaku usaha/produsen di Jawa Barat dengan konsumen di luar Jawa Barat; pelaksanaan jambore penyuluh peternakan sebanyak 100 orang di Jawa Barat; 6 (enam) event promosi hasil peternakan di Jawa Barat dan Luar Jawa Barat; gerakan minum susu bagi 20.000 siswa/anakanak usia sekolah dasar di 4 (empat) wilayah pembangunan pemerintah provinsi Jawa Barat; fasilitasi 25 kelompok usaha pengolahan peternakan di Jawa Barat untuk pengembangan usaha pengolahan, peningkatan wawasan 100 SDM pelaku usaha pengolahan hasil peternakan di Jawa Barat, pembinaan pelaku inovasi pengolahan dan pemasaran hasil peternakan 26 Kabupaten/Kota di Jawa Barat. b.
Kegiatan Pengembangan Kawasan Peternakan di Jawa Barat, yang dilaksanakan oleh Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dengan alokasi anggaran
sebesar
Rp.640.000.000,00,
realisasi
anggaran
sebesar
Rp.586.920.000,-, atau 91,71%. Hasil kegiatan adalah bahan rekomendasi pengembangan Kawasan Peternakan di Jawa Barat; meningkatnya pengetahuan dan ketrampilan 60 Petugas Kabupaten tentang Geographic Information System (GIS), melalui inventarisasi 6 Kawasan Peternakan di
Jawa Barat yaitu di Kabupaten Kuningan, Majalengka, Sumedang, Purwakarta, Karawang dan Kabupaten Bekasi; pelatihan 60 orang petugas dari Kabupaten/kota dalam penggunaan Geografic Information System (GIS) Berbasis
Komoditas;
identifikasi
hasil
pelaksanaan
pengembangan
Kawasan Usaha Peternakan di 26 Lokasi. c.
Kegiatan
Pengembangan
Produksi
Ternak
di
Jawa
Barat,
yang
dilaksanakan oleh Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dengan alokasi anggaran sebesar Rp 2.502.476.000,- dengan realisasi anggaran sebesar Rp 2.236.192.034,- atau 89,36%. Hasil kegiatan adalah terinformasikannya data potensi produksi ternak di sentra budidaya sapi potong di Jawa Barat; berkembangnya 8 (delapan) jenis benih legume di 17 Kabupaten di Jawa Barat dan 3 (tiga) UPTD sebagai hijauan pakan ternak; diprosesnya penetapan rumpun/galur ternak itik Cihateup sebagai Sumber Daya Genetik (SDG)
Jawa Barat ke Kementerian
Pertanian
Republik
Indonesia;
meningkatnya motivasi peternak sapi potong, sapi perah, domba dan kambing serta terpilihnya 12 kriteria juara bibit ternak berkualitas yang memenuhi persyaratan teknis minimal serta 6 (enam) peternak berprestasi untuk komoditi sapi potong, sapi perah, domba, kambing, itik dan ayam buras; terkendalinya mutu pakan ternak di 30 pengelola pakan ternak di Jawa Barat; teridentifikasinya pola pengembangan sapi potong di lahan pertanian dan lahan padat penduduk, melalui ketersediaan data dan informasi potensi produksi ternak di sentra budidaya sapi potong di Jawa Barat; ketersediaan 8 (delapan) jenis benih legume di 17 Kabupaten dan 3 (tiga) UPTD; usulan penetapan rumpun/galur ternak itik Cihateup sebagai Sumber Daya Genetik (SDG) Jawa Barat; kontes ternak tingkat Jawa Barat; pengawasan mutu pakan di Jawa Barat; pembinaan 2 (dua) kelompok peternak Domba Garut di Kabupaten Subang dan Garut; pembinaan 4 (empat) kelompok peternak sapi potong di kawasan lahan pertanian Kabupaten Ciamis, Tasikmalaya, Bandung dan Purwakarta; pembinaan 4 (empat) kelompok peternak sapi potong di kawasan padat penduduk Kabupaten Ciamis, Tasikmalaya, Garut dan Subang; ketersediaan semen beku sebanyak 8.000 dosis dan N2 cair sebanyak 6.000 liter untuk pengembangan ternak sapi potong di 20 Kabupaten di Jawa Barat. d.
Kegiatan
Fasilitasi
Pakan
dan
Kebutuhan
Balai
Perbibitan
dan
Pengembangan Inseminasi Buatan Ternak Sapi Perah Bunikasih, yang dilaksanakan oleh Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dengan alokasi anggaran
sebesar
Rp.2.019.312.015,-,
realisasi
anggaran
sebesar
Rp.2.018.591.165,- atau 99,96%. Hasil kegiatan adalah meningkatnya produksi dan produktifitas ternak dari 12 liter/ekor/hari menjadi 12,3 liter/ekor/hari, melalui ketersediaan kebun rumput seluas 12 ha, kebun jagung 5 (lima) Ha, 50 ton hay dan silase; 1 (satu) set pakaian kerja lapangan, 1 (satu) set peralatan kebun rumput, 1 (satu) set peralatan
kandang, 1 (satu) set perlengkapan ternak, 1 (satu) set sarana pengawetan ternak, 1 (satu) set sarana peternakan dan kesehatan hewan dan 1 (satu) set sarana pencatatan ternak; 330 ton bahan pakan konsentrat dan 1 (satu) set obat hewan. e.
Kegiatan Fasilitasi Penyediaaan Pakan Ternak dan kebutuhan dasar lainnya di BPT Sapi Perah dan HMT Cikole Lembang, yang dilaksanakan oleh Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dengan alokasi anggaran sebesar Rp.1.658.655.560,- realisasi anggaran sebesar Rp.1.643.255.560,- atau 99,07%. Hasil pelaksanaan kegiatan adalah terpeliharanya ternak sapi perah sebanyak 200 ekor; produksi susu sebanyak 236.839 liter, dicapainya pertambahan bobot badan ternak 0,5 kg/ekr/hr, dicapainya berat lahir ternak jantan sebesar 39,2 kg dan berat lahir ternak betina sebesar 37,8 kg, melalui ketersediaan 12 bulan honorarium Tenaga Harian Lepas Penyabit Rumput; pengadaan bahan obat-obatan kesehatan hewan; pengadaan bahan pakan ternak sapi perah selama 12 bulan.
f.
Kegiatan Fasilitasi Penyediaan Pakan dan Kebutuhan Dasar di BPPT Sapi Potong Ciamis, yang dilaksanakan oleh Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dengan alokasi anggaran sebesar Rp.1.054.097.500 realisasi anggaran sebesar Rp.1.051.509.525 atau 99,75%. Hasil kegiatan adalah terlaksananya budidaya ternak sapi potong sebanyak 250 Satuan Ternak; tersedianya straw semen beku sebanyak 10.000 dosis (dijual 637 dosis, disebar 60 dosis, digunakan sendiri 305 dosis dan sisanya sebagai stock); dan tersedianya bibit ternak sapi potong berkualitas sebanyak 20 ekor, melalui kesediaan honorarium petugas kandang, pemelihara kebun rumput dan petugas teknis lainnya sebanyak 7.625 HOK, tersedianya obat-obatan ternak untuk 1 tahun, tersedianya konsentrat sapi potong untuk proses budidaya sebanyak 255.500 kg, ketersediaan HMT sebanyak 240.000 kg, ketersediaanperalatan kandang dan kebun untuk 1 tahun.
g.
Kegiatan Fasilitasi Pakan dan Kebutuhan Dasar di BPPTD Margawati dan SUPPTD Trijaya, yang dilaksanakan oleh Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dengan alokasi anggaran sebesar Rp.4.197.020.365,-, realisasi anggaran sebesar Rp.4.194.256.615,- atau 99,93%. Hasil kegiatan adalah terpeliharanya ternak domba sebanyak 3.600 ekor serta dihasilkannya bibit domba berkualitas sebanyak 120 ekor yang merupakan bibit pengganti (replacement stock) dan tersertifikasinya ternak sebanyak 75 ekor, melalui ketersediaan obat-obatan ternak; bahan baku konsentrat; tambahan hijauan pakan ternak; bahan baku untuk fermentasi ampas tahu; pupuk urea; pakaian kerja lapangan; peralatan kesehatan ternak; traktor; dan mesin pencacah rumput (choper).
h.
Kegiatan Fasilitasi Pakan dan Kebutuhan Dasar UPTD Pengembangan Pembibitan Ternak Unggas Jatiwangi, yang dilaksanakan oleh Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dengan alokasi anggaran sebesar
Rp.1.926.261.370,- ,realisasi anggaran sebesar Rp.1.924.134.870,- atau 99,89%. Hasil kegiatan adalah meningkatnya produktivitas ternak ayam buras dan itik (produksi telur/Hen days ayam 27% dan itik 30%), melalui ketersediaan 1 (satu) paket bahan pakan ternak ayam buras dan itik selama 12 bulan; 1 (satu) paket obat-obatan, vitamin, vaksin dan desinfektan; 1 (satu) paket peralatan peternakan dan 4.800 karung sekam/liter; 12 bulan honorarium Tenaga Harian Lepas Pemelihara Ternak; 6 (enam) kali uji laboratorium pakan; 1 (satu) paket peralatan kedokteran hewan. i.
Kegiatan Pengujian Mutu Pakan Secara Laboratories di Balai Pengujian Mutu Pakan Ternak Cikole – Lembang, yang dilaksanakan oleh Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, dengan alokasi anggaran sebesar Rp.318.000.000,-, realisasi anggaran sebesar Rp.303.074.900,- atau 95,31%. Hasil kegiatan adalah terlaksananya pelayanan pengujian mutu bahan baku/pakan ternak sebanyak 900 sampel di Jawa Barat, sehingga pelayanan pengujian mutu bahan baku/pakan ternak di Jawa Barat meningkat sebesar 5,88% dibandingkan tahun 2012, melalui ketersediaan satu paket bahan kimia pengujian mutu pakan ternak; satu paket peralatan laboratorium; satu kegiatan uji banding pengujian mutu pakan ternak; empat ratus exemplar leaflet pengujian mutu pakan ternak; satu paket pakaian kerja lapangan; pelaksanaan empat kegiatan aktif service pengendalian mutu pakan; terlaksananya satu kegiatan pengamatan model laboratorium terakreditasi;
pelaksanaan
satu
kegiatan
konsultasi
ke
KAN;
dan
terlaksananya satu kegiatan jasa konsultan ke KAN. j.
Kegiatan Pengembangan Balai Perbibitan dan Pengembangan Inseminasi Buatan Ternak Sapi Perah Bunikasih sebagai Pusat Pengembangan Teknologi Bibit Sapi Perah Berkualitas, yang dilaksanakan oleh Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dengan alokasi anggaran sebesar Rp.535.000.000,-, realisasi anggaran sebesar Rp.501.897.428,- atau 93,81%. Hasil kegiatan adalah meningkatnya penerapan Good Farming Practices, Good Breeding Practices dan Good Handling Pactices di Balai dan 3 (tiga) kelompok peternak binaan serta dihasilkannya 1 (satu) ekor sapi jantan muda berstatus nominasi bakal calon pejantan unggul, melalui penyediaan 1 (satu) set peralatan peternakan, 1 (satu) set peralatan kesehatan
hewan,
1
(satu)
set
peralatan
pemerahan,
pengujian,
pemrosesan dan pengolahan susu; 1 (satu) unit biogas, 1 (satu) set sarana IB dan embrio transfer; 6 (enam) set manual teknologi sapi perah dan 4 (empat) set leaflet; study banding penerapan Good Farming Practices dan Good Breeding Practices pada unit pembibitan ternak di Jawa Timur; penilaian bakal calon pejantan oleh Komisi Bibit Nasional, pembinaan lapangan ke 6 (enam) kelompok peternak binaan. k.
Kegiatan Pengembangan UPTD Sapi Perah dan HMT Cikole Lembang sebagai pusat bibit sapi perah dan hijauan makanan ternak berkualitas,
yang dilaksanakan oleh Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dengan alokasi anggaran sebesr Rp.850.000.000,-, realisasi anggaran sebesar Rp.821.657.728,- atau 96,67 %. Hasil kegiatan adalah meningkatnya ketersediaan jumlah bibit dasar sebesar 33,33 % dan bibit induk sebesar 38,43 %, meningkatnya kualitas susu yang dihasilkan sesuai dengan SNI, menurunnya kasus penyakit mastitis sub klinis dari 5,22 % menjadi 3,64 %, meningkatnya pengetahuan dan wawasan 8 (delapan) kelompok binaan di 6 (enam) Kabupaten/Kota melalui ketersediaan 1 (satu) set bahan dan alat pengelolaan kebun rumput; 1 (satu) set peralatan pengelolaan kandang; 1 (satu) set alat dan bahan penunjang kesehatan pemerahan; 1 (satu) set sarana penunjang recording ternak sapi perah dan informasi; 1 (satu) set sarana penunjang mesin perah; 1 (satu) kegiatan penanaman tanaman obat-obatan dan bibit rumput; satu set bahan dan alat penunjang reproduksi ternak; satu set bahan kimia untuk sterilisasi peralatan pemerahan; 1 (satu) set sarana kesehatan pemerahan di kelompok binaan; 1 (satu) set bahan dan perlengkapan percontohan pengolahan HMT; 1 (satu) set bahan susu kental manis; 1 (satu) set bahan pengolahan limbah organik; 1 (satu) set bahan pengolahan limbah kotoran ternak; 1 (satu) set bahan kemasan dan pengolahan air susu; sertifikasi produk olahan susu; serta pembinaan dan monitoring ke kelompok binaan. l.
Kegiatan Optimalisasi dan Pengembangan BPPT Sapi Potong Ciamis yang dilaksanakan oleh Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dengan alokasi anggaran
sebesar
Rp.
3.330.526.250
realisasi
anggaran
sebesar
Rp. 3.239.834.615 atau 97,28%. Hasil kegiatan adalah tersedianya bibit ternak sapi potong berkualitas sebanyak 20 ekor, tersedianya straw semen beku sebanyak 10.000 dosis, meningkatnya pengetahuan dan keterampilan peternak pada 10 kelompok (190 orang), meningkatnya pengetahuan petugas di balai sebanyak 10 orang, bertambahnya akseptor ternak sapi potong untuk IB dari 68 ekor menjadi 100 ekor dan tersedianya bibit ternak sapi lokal rancah sebanyak 20 ekor, melalui pelatihan/magang peternak sebanyak 100 orang , kajian pemuliaan ternak sapi potong PO sebanyak 1 kegiatan, tersedianya buku panduan beternak sapi potong sebanyak 200 buah, pengamatan model pemeliharaan bull dan prosesing semen beku di BBIB Singosari dan BIBD sapi bali, terlaksananya pengujian kesehatan ternak
baik
pejantan
maupun
betina
serta
hijauan
pakan ternak,
terlaksananya sosialisasi cara beternak sapi potong yang baik di 10 lokasi, terlaksananya pesiapan ISO 9001:2008, penjaringan ternak sapi rancah sebanyak 50 ekor dan sapi potong untuk rearing sebanyak 100 ekor, ketersediaan software recording sapi potong dan tersedianya kandang ternak untuk rearing dan sapi rancah masing-masing 1 unit. m.
Kegiatan Pengembangan UPTD BPPT Domba Margawati Sebagai Pusat Pengembangan Teknologi Bibit Domba Berkualitas, yang dilaksanakan oleh
Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dengan alokasi anggaran sebesar Rp.700.000.000,-, realisasi anggaran sebesar Rp.689.707.450,- atau 98,53%. Hasil kegiatan adalah BPPTD Margawati sebagai pusat informasi domba di Jawa Barat; terbinanya 25 kelompok tani ternak di 12 Kabupaten/Kota, meningkatnya pengetahuan sebanyak 100 orang peternak, melalui ketersediaan bibit domba garut pejantan dan betina; bahan olahan pupuk organik dan prosessing pengawetan hijauan makanan ternak; cetak buku pedoman budidaya; cetak leaflet; magang peternak domba; sertifikasi ternak domba garut; komputer PC; stabilizer; printer; kajian pengembangan UPTD, pembinaan kelompok peternak domba. n.
Kegiatan Pengembangan UPTD BPPT Unggas Jatiwangi sebagai Pusat Pengembangan
Teknologi
Bibit
Ternak
Unggas
Berkualitas,
yang
dilaksanakan oleh Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dengan alokasi anggaran
sebesar
Rp.530.700.000,-
realisasi
anggaran
sebesar
Rp.524.855.980,- atau 98,90 %. Hasil kegiatan adalah meningkatnya produktivitas ternak ayam buras (Produksi telur/Hen Days ayam buras) menjadi 27% dan Produktivitas ternak itik lokal (Produksi telur/Hen Days itik lokal) menjadi 30% dan kualitas bibit ternak ayam buras dan itik lokal yang optimal dalam rangka penyediaan bibit ternak untuk masyarakat, melalui ketersediaan 1 (satu) paket dokumen pengadaan ternak; 1 (satu) paket pengadaan bahan baku pakan ternak untuk kaji terap formulasi pakan; ketersediaan biaya penggandaan/fotocopy untuk kartu recording, Juknis dan laporan tahunan; 6 (enam) kali uji laboratorium pakan ternak, ketersediaan bibit ternak itik galur Cihateup sebanyak 500 ekor betina dan 50 ekor jantan; bahan baku pakan untuk ternak itik Cihateup selama 120 hari. o.
Kegiatan Bimbingan Teknologi Demontrasi Farm, yang dilaksanakan oleh Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dengan alokasi anggaran sebesar Rp.1.680.050.000,- realisasi anggaran sebesar Rp.1.597.899.875,- atau 95,11%. Hasil kegiatan adalah penerapan teknologi Bidang Peternakan oleh kelompok peternak dan petugas; tersedianya Model Pengembangan Peternakan di Agro Techno Park (ATP) Cikadu Kabupaten Cianjur; diperolehnya 4 (empat) bahan perencanaan pengembangan peternakan di Jawa Barat, melalui Bimbingan Teknologi Peternakan; pelatihan Petugas dan Peternak; penyediaan kebun rumput, Alat Pencacah Rumput, Ternak Sapi dan Domba, Hand Traktor, Anhang, Bahan Perbaikan Kandang, Alat Pengukur Cuaca serta Perlengkapan Petugas di sekitar Lokasi ATP; pengamatan model pengembangan teknologi bidang peternakan di Provinsi Bali; publikasi informasi teknologi peternakan melalui leaflet, poster, banner, buku informasi peternakan dan media cetak; percontohan teknologi peternakan unggas di Kabupaten Sumedang; Diseminasi Teknologi; pemberdayaan Masyarakat Sekitar Lokasi ATP; evaluasi Prasarana dan
Sarana Peternakan; penyediaan Peta Potensi Kawasan Peternakan dan Rencana Pengembangan Domba di Jawa Barat. p.
Kegiatan Pengembangan Usaha Integrasi Sentra Penggembalaan Sapi Potong dan Domba di Kabupaten Cianjur, Kabupaten/kota Sukabumi, yang dilaksanakan oleh Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dengan alokasi anggaran
sebesar
Rp.500.000.000,-,
realisasi
anggaran
sebesar
Rp.395.270.210,- atau 79,05%. Hasil kegiatan adalah teridentifikasinya data potensi dan permasalahan dalam rangka pengembangan usaha integrasi penggembalan sapi potong dan domba di Kabupaten Cianjur, Kota Sukabumi dan Kab Sukabumi, melalui pengamatan pengembangan usaha integrasi penggembalan sapi potong dan domba di Kabupaten Cianjur, Kota Sukabumi dan Kab Sukabumi; identifikasi potensi dan permasalahan pembangunan kawasan peternakan sapi potong dan domba di WKPP I; monitoring kegiatan pengembangan usaha integrasi sentra penggembalaan sapi dan domba di Kabupaten Cianjur, Kota/Kabupaten Sukabumi; penyusunan kajian rencana pengembangan peternakan di wilayah BKPP Bogor; peningkatan pengetahuan dan keterampilan peternak terhadap teknologi peternakan. q.
Kegiatan Pilot Project Ikonisasi Sapi Rancah Ciamis sebagai Ikon Sapi Jawa Barat, yang dilaksanakan oleh Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dengan alokasi anggaran sebesar Rp.2.715.526.500,-, dengan realisasi anggaran sebesar Rp.2.564.831.496,- atau 94,45%. Hasil kegiatan adalah tersedianya
bahan
rekomendasi
pengembangan
pembibitan
dan
pembudidaya sapi rancah/lokal di Jawa Barat, melalui ketersediaan kajian identifikasi sebaran wilayah dan analisis data intra kualitas analisis sapi rancah di Jawa Barat; diperolehnya data sebaran wilayah pengembangan sapi rancah di masyarakat di 7 (tujuh) kabupaten yaitu Ciamis, Tasikmalaya, Kuningan, Majalengka, Purwakarta, Cianjur dan Sukabumi. r.
Kegiatan Piloting Penanggulangan Kemiskinan melalui Pemberdayaan Usaha Peternakan, yang dilaksanakan oleh UPTD Balai Perbibitan dan Pengembangan Ternak Domba Margawati dengan alokasi anggaran sebesar Rp.927.783.475,-, realisasi anggaran sebesar Rp.927.346.925,atau
99,95%.
Hasil
kegiatan
adalah
meningkatnya
kesejahteraan
masyarakat miskin di Jawa Barat sebanyak 3 kelompok sebanyak 60 orang (Kabupaten Ciamis, kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten Garut) dengan tambahan pendapatan dari hasil pemeliharaan ternak domba sebesar Rp.250.000,-/orang/bln
sehingga
dalam
waktu
5
bulan
sebesar
Rp.1.250.000, melalui ketersediaan magang peternak domba; ketersediaan ternak domba untuk bahan praktek; pakan konsentrat untuk bahan praktek; bahan baku bangunan kandang; obat-obatan ternak; dan kit magang. s.
Kegiatan Kajian Budidaya Ternak Domba di Jawa Barat bagian Selatan, yang dilaksanakan oleh Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dengan
alokasi anggaran sebesar Rp.140.000.000,-, realisasi anggaran sebesar Rp.127.717.000,-, atau 91,23%. Hasil pelaksanaan kegiatan dari kegiatan ini adalah tersedianya bahan rekomendasi untuk kebijakan budidaya ternak domba di Jawa Barat bagian Selatan, melalui ketersediaan kajian budidaya ternak domba di Jawa Barat bagian Selatan yaitu Garut, Tasikmalaya, Cianjur dan Sukabumi serta terlaksananya workshop kajian budidaya ternak domba di Jawa Barat bagian Selatan.
B.
Permasalahan dan Solusi a.
Kegiatan Pengembangan Usaha Peternakan tidak tercapai sesuai dengan target yang telah ditetapkan, karena adanya kegiatan peningkatan promosi peternakan (pembangunan pamidangan domba garut) yang tidak dapat diselesaikan disebabkan karena tidak profesionalnya pihak ke-3, sehingga pembangunan pamidangan hanya dapat diselesaikan sebesar 40,8%, sampai dengan selesai dan diperpanjangnya kontrak. Solusi yang dilakukan yaitu pemutusan kontrak, penerapan denda dan black list terhadap pihak perusahaan pelaksana kegiatan, dan mengusulkan kembali anggaran untuk kegiatan lanjutan pada Tahun 2014.
b.
Kegiatan Pengembangan Kawasan Peternakan di Jawa Barat : belum dilengkapinya sarana Global Positioning System (GPS) sebagai sarana penunjang dalam penerapan Geographic Information System (GIS) oleh petugas di Kabupaten/Kota; tidak teralokasikannya kegiatan Pengembangan Kawasan Peternakan di Jawa Barat pada Tahun Anggaran 2014. Solusi yang dilakukan yaitu mengusulkan kegiatan Pengembangan Kawasan Peternakan di Jawa Barat pada Tahun Anggaran 2015 termasuk di dalamnya pengadaan sarana Global Positioning System (GPS).
c.
Kegiatan Pengembangan Produksi Ternak di Jawa Barat : 1) Pada tahun 2013 terjadi pengurasan ternak sapi yang disebabkan karena di dorong peningkatan permintaan daging sapi dan harga yang cukup melonjak, sehingga terjadi penurunan populasi dan akseptor inseminasi buatan (IB) . Solusi yang dilakukan yaitu untuk mengurangi pengurasan sapi di Jawa Barat antara lain telah dilaksanakan koordinasi produksi dengan para pelaku usaha dan peternak, meningkatkan kinerja pelaksanaan IB, sosialisasi pelarangan
sapi
betina
produktif
dan
pengembangan
hijauan
pengembangan penyediaan hijauan pakan ternak serta peningkatan motivasi pengembangan bibit ternak melalui ajang kontes ternak dan penerapan surat keterangan layak bibit (SKLB); 2) Pengusulan untuk penetapan rumpun itik Cihateup oleh Menteri Pertanian tidak dapat terlaksana pada tahun 2013, karena hasil pembahasan Komite Bibit Nasional bahwa Itik Cihateup merupakan Sumber Daya Genetik dengan sebaran asli geografisnya di Kab. Tasikmalaya, sehingga pengusulannya harus oleh Bupati Tasikmalaya. Solusi yang dilakukan yaitu penetapan
rumpun ternak itik Cihateup, akan diusulkan kembali ke Kementerian Pertanian dengan surat pengusulan oleh Bupati Tasikmalaya. d.
Kegiatan Bimbingan Teknologi Demontrasi Farm : belum optimalnya kegiatan transfer teknologi kepada peternak disebabkan karena terbatasnya sumber daya manusia (SDM) penyuluh yang berlatar belakang pendidikan peternakan atau kesehatan hewan dan terbatasnya kelembagaan yang membidangi fungsi-fungsi peternakan di Kabupaten/Kota. Solusi yang dilakukan yaitu memotivasi OPD/Badan/Lembaga yang menangani fungsi penyuluhan di Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk melakukan rekruitmen tenaga penyuluh bidang peternakan.
10.
Program Pemberdayaan Sumberdaya Pertanian A.
Pelaksanaan Program Kegiatan Pelatihan Teknis Peternakan di Balai Pelatihan Peternakan di Cikole Lembang, yang dilaksanakan oleh Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dengan alokasi anggaran sebesar Rp.1.500.000.000,-, realisasi anggaran sebesar Rp.1.425.414.529,-atau
95,03%.
Hasil
kegiatan
adalah
meningkatnya
pengetahuan petugas, peternak/masyarakat peternakan sebesar 37,81% dari target 35%, melalui pelaksanaan 11 jenis Pelatihan 20 angkatan untuk peternak/masyarakat dan petugas/penyuluh yang terdiri dari Pelatihan Budidaya Ternak Sapi Potong sebanyak 2 angkatan atau sebanyak 50 orang peserta, Pelatihan Budidaya Ternak Domba sebanyak 2 angkatan atau 50 orang peserta, Pelatihan Budidaya Ternak Unggas sebanyak 1 angkatan atau 25 orang peserta, Pelatihan Peranan Inseminator sebanyak 1 angkatan atau sebanyak 25 orang, Pelatihan Pemeriksa Kebuntingan Ternak Sapi sebanyak 1 angkatan atau 25 orang peserta, Pelatihan Pemeriksa Kebuntingan Ternak Domba sebanyak 3 angkatan atau 75 orang peserta, Pelatihan Teknologi Hasil Ternak sebanyak 1 angkatan atau 25 orang peserta, Pelatihan Pengolahan Limbah Kotoran Ternak sebanyak 2 angkatan, Bimtek Sistem Pengendalian Internal sebanyak 75 orang peserta, Pelatihan Rantai Dingin Vaksin sebanyak 1 angkatan atau 25 orang peserta, Pelatihan Seleksi dan Tatacara Pemotongan Hewan Qurban sebanyak 3 angkatan atau 75 orang peserta.
B.
Permasalahan dan Solusi Terbatasnya Sumber Daya Manusia (SDM) petugas Dinas yang membidangi fungsi peternakan di Kabupaten/Kota, maka seringkali yang dikirim untuk mengikuti pelatihan adalah petugas yang sama untuk beberapa jenis pelatihan. Solusi yang dilakukan yaitu memberikan kesempatan kepada petugas Kabupaten/Kota bukan hanya petugas Dinas yang membidangi fungsi peternakan saja tetapi juga bagi petugas penyuluh pertanian.
11.
Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Tanaman, Ternak dan Ikan A.
Pelaksanaan Program a.
Kegiatan Pengendalian, Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Hewan, yang dilaksanakan oleh Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dengan alokasi anggaran sebesar Rp.1.980.934.600,-, realisasi anggaran sebesar Rp.1.906.073.900,- atau 96,22 %. Hasil kegiatan adalah terkendalinya penyakit hewan menular yaitu tidak ditemukannya kasus penyakit Anthrax pada hewan/ternak, ditemukannya 1 (satu) kasus Rabies pada kucing di Kabupaten Bandung, terjadinya penurunan kasus AI menjadi 73 kasus, serta prevalensi brucellosis sebesar 4,2%, melalui sosialisasi kepada 500 orang petugas/peternak, serta penyebaran leaflet AI, Rabies, Anthrax, Brucellosis, Hewan Qurban dan Tatacara Pemotongan Hewan Qurban masing-masing sebanyak 3.000 lembar; pengendalian penyakit hewan dengan penyediaan buffer obat hewan untuk pengendalian Penyakit Hewan Menular Strategis (PHMS) dan untuk pelayanan kesehatan hewan; pertemuan koordinasi baik Tingkat Jawa Barat maupun Tingkat Regional; pengawasan obat hewan dan monitoring pengendalian penyakit hewan di 26 kabupaten/kota serta studi banding pembebasan rabies di Provinsi Bali.
b.
Kegiatan Pengujian dan Penyidikan Penyakit Hewan, Obat Hewan dan Pangan Asal Hewan di BP3HK Cikole Lembang, yang dilaksanakan oleh Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dengan alokasi anggaran sebesar Rp 847.600.000,-, realisasi anggaran sebesar Rp 659.988.290,- atau 77,87 %. Hasil kegiatan adalah diperolehnya
hasil pengujian penyakit hewan,
pengujian obat hewan dan pengujian kualitas bahan pangan asal hewan di 26 Kabupaten/Kota serta data lalu lintas hewan/ternak dan pangan asal hewan, melalui pelayanan aktif dan pasif pengambilan sampel; penerimaan 3.000 sampel dan pengujian 90.000 sampel penyakit hewan, pangan asal hewan; pemeriksaan lalu lintas hewan dan bahan asal hewan di SUP Pos Pemeriksaan
Hewan
Losari
sebanyak
8.000.000
ekor,
SUP
Pos
Pemeriksaan Hewan Banjar 7.800.000 ekor dan di SUP Pos Pemeriksaan Hewan Gunung Sindur 3.000.000 ekor. c.
Kegiatan Pembangunan Rumah Sakit Hewan Provinsi Jawa, yang dilaksanakan oleh Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dengan alokasi anggaran sebesar Rp 6.265.182.000,-, realisasi anggaran sebesar Rp 6.167.370.050,- atau 98,44%. Hasil kegiatan adalah tersedianya 1 (satu) unit bangunan Rumah Sakit Hewan berserta sarana dan prasarana kantor, 1 (satu) unit ambulan veteriner melalui pembangunan Rumah Sakit Hewan, penyediaan 1 (satu) unit mobil ambulance, peralatan kantor (meja rapat sebanyak 6 (enam) buah, kursi kerja 4 (empat) buah, kursi lipat 48 buah, sofa 1 (satu) stel, rak buku 1 (satu) buah dan kursi tunggu 1 (satu) buah; pembayaran 3 (tiga) orang tenaga medis, 3 (tiga) orang tenaga paramedis, 2
(dua) orang tenaga administrasi, 2 (dua) orang petugas kebersihan dan 2 (dua) orang petugas pengamanan dalam kantor.
B.
Permasalahan dan Solusi a.
Permasalahan yang dihadapi terkait dengan kegiatan pengendalian penyakit hewan menular adalah tidak tercapainya target nol kasus positif Rabies di Jawa Barat; terjadinya kenaikan prevalensi Brucellosis pada sapi perah dari 3,7 % pada tahun 2012 menjadi 4,24 % pada tahun 2013; terjadinya penurunan kasus AI dari 76 kasus pada tahun 2012 menjadi 73 kasus pada tahun 2013 tetapi terjadi kenaikan jumlah unggas yag mati akibat penyakit AI dari 6.493 ekor pada tahun 2012 menjadi 17.286 ekor pada tahun 2013. Hal tersebut disebabkan karena keterbatasan SDM teknis di lapangan, keterbatasan sarana dan prasarana, sulitnya pengawasan lalulintas Hewan Penular Rabies (HPR) dan tingginya mutasi ternak; serta tidak tersedianya biaya kompensasi untuk pemotongan bersyarat pada reaktor /ternak yang positif Brucellosis juga berakibat penyakit sulit dikendalikan. Solusi yang dilakukan adalah Sosialisasi kepada masyarakat tentang penyakit hewan menular dan kerugian ekonomi yang diakibatkannya; Peningkatan SDM teknis di lapangan; Pengaktifan kembali Tim Koordinasi Pengendalian Rabies yang pernah terbentuk di setiap tingkatan; mengusulkan adanya biaya kompensasi untuk pemotongan bersyarat reaktor Brucellosis dan Penyediaan sarana dan prasarana yang mencukupi.
b.
Permasalahan yang dihadapi terkait dengan Pengujian dan Penyidikan Penyakit Hewan, Obat Hewan dan Pangan Asal Hewan di BP3HK Cikole Lembang yaitu
Surveilans Akreditasi Tahunan Laboratorium tidak dapat
dilaksanakan karena laboratorium sedang renovasi total.
Solusi yang
dilakukan adalah mengusulkan kembali kegiatan Surveilans Akreditasi Tahunan sekaligus di Tahun 2014. c.
Permasalahan yang dihadapi terkait dengan Pembangunan Rumah Sakit Hewan Provinsi Jawa yaitu kontraktor melaksanakan SUD kontrak pada perusahaan
yang
kurang
professional
sehingga
ada
keterlambatan
pembangunan dan penunjukan bantuan teknis. Solusi yang dilakukan adalah koordinasi lebih intensif dengan kontraktor dan Dinas Pemukiman dan Perumahan (Kimrum). 12.
Program Pemasaran dan Pengelolaan Hasil Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan dan Kehutanan A.
Pelaksanaan Program Kegiatan Fasilitasi Keamanan Pangan Asal Hewan, yang dilaksanakan oleh Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dengan alokasi anggaran sebesar Rp.484.300.000,- dengan realisasi anggaran sebesar Rp.456.832.400,- atau 94,33%. Hasil kegiatan adalah meningkatnya kemampuan 30 orang petugas
Kesmavet dan 20 orang DKM/Panitia Qurban di Kabupaten/kota dalam melaksanakan pembinaan penerapan higiene sanitasi kepada para pelaku usaha pangan asal hewan dan panitia Qurban; diterbitkannya sertifikat Nomor Kontrol Veteriner kepada 59 unit usaha pangan asal hewan; meningkatnya pengetahuan 90 orang konsumen di Kabupaten Bandung, Kabupaten Cirebon dan Kota Bandung tentang pangan asal hewan yang Halal, Aman, Utuh dan Sehat sehingga mampu menjadi konsumen yang cerdas dalam memilih produk hewan yang aman untuk dikonsumsi; terlaksananya pengawasan peredaran produk hewan terutama terhadap kandungan formalin dan boraks pada Pangan Asal Hewan serta meningkatnya pembinaan terhadap para pengawas Kesmavet di 26 Kabupaten Kota dalam melaksanakan pengawasan terhadap peredaran produk hewan di Kabupaten/kota, melalui sosialisasi pembinaan Nomor Kontrol Veteriner kepada 30 orang petugas Kesmavet di Kabupaten/kota selaku pembina unit usaha pangan asal hewan; pelaksanaan audit dan surveilance penerapan higiene sanitasi pada 10 unit usaha pangan asal hewan; terlaksananya sosialisasi Pangan Asal Hewan yang Halal, Aman, Utuh dan Sehat kepada 90 orang kader PKK dan organisasi wanita; terlaksananya Sosialisasi Tatacara Pemotongan Hewan Qurban kepada 20 DKM/Panitia Hewan Qurban; serta tersedianya KIT pemeriksaan kandungan formalin dan boraks untuk pengawasan Pangan Asal Hewan di 26 Kabupaten/kota di Jawa Barat.
B.
Permasalahan dan Solusi Permasalahan dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah masih terbatasnya jumlah SDM Kesmavet yang kompeten dalam melaksanakan pembinaan terhadap pelaku usaha pangan asal hewan serta melakukan pengawasan terhadap produk hewan yang beredar di wilayahnya, terbatasnya jumlah auditor Nomor Kontrol Veteriner serta pelaksanaan tugas lainnya yang mengakibatkan adanya antrian yang panjang untuk dapat melaksanakan audit kepada pelaku usaha yang mengajukan sertifikasi Nomor Kontrol Veteriner, masih terbatasnya angggaran dalam pelaksanaan sosialisasi sehingga sasaran dari kegiatan sosialisasi setiap tahunnya
hanya
mampu
menjangkau
90
orang
konsumen
dan
masih
ditemukannya produk hewan yang beredar di Kabupaten/Kota yang tidak memenuhi persyaratan keamanan pangan.
Solusi yang dilakukan adalah
meningkatkan kualitas pembinaan dan melaksanakan kaderisasi setiap tahunnya terhadap petugas Kesmavet di Kabupaten/kota, mengoptimalkan waktu audit dan pelaksanaan surveilance yang dilakukan oleh para petugas Kesmavet di Kabupaten/kota sebagai pembina
sekaligus melakukan evaluasi terhadap
perkembangan penerapan higiene sanitasi di unit usaha pangan asal hewan, mengoptimalkan sosialisasi kepada para konsumen dengan bekerjasama dengan Kabupaten/Kota dan lembaga-lembaga terkait serta organisasi wanita seperti PKK, Dharma Wanita, IKIAD, IWABA dan ibu-ibu Aisyah dengan anggaran dari mereka serta narasumber dari Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, meningkatkan
pembinaan pelaku usaha pangan asal hewan serta meningkatkan pengawasan peredaran produk hewan agar meminimalisir adanya pemalsuan dan penambahan bahan berbahaya pada produk hewan yang digunakan dan dikonsumsi manusia.
9.2.
APBN DANA DEKONSENTRASI (DK) 1.
Anggaran Realisasi dan Pelaksanaan Urusan Pilihan. Untuk anggaran
yang bersumber dari APBN Provinsi Jawa Barat pagu awal
Tahun Anggaran 2013 secara keseluruhan berjumlah sebesar Rp. 57.397.120.000,- yang terdiri dari Dana Dekonsentrasi sebesar Rp 16.067.766.000,- dan Dana Tugas Pembantuan sebesar Rp. 41.329.354.000,- . adanya pengurangan anggaran sebesar Rp. 5.744.435.000,- sehingga pagu anggaran menjadi Rp. 51.652.665.000,- yang terdiri dari Dana Dekonsentrasi sebesar Rp 13.596.291.000,- dan Dana Tugas Pembantuan sebesar Rp. 38.056.394.000,- anggaran APBN berasal dari 3 (tiga) Direktorat yaitu : A.
Direktorat Peternakan dan Kesehatan Hewan dengan jumlah pagu awal Rp. 46.435.720.000,- yang terdiri dari Dana Dekonsentrasi Rp. 13.816.366.000,setelah pengurangan anggaran menjadi Rp. 11.344.891.000,- dengan realisasi sebesar Rp.
Rp.
8.981.670.439,-
32.619.354.000,-
setelah
(79,17%),
dan
Dana
pengurangan
Tugas
anggaran
Pembantuan menjadi
Rp.
29.849.214.000,- dengan realisasi sebesar Rp. 25.793.775.472,- (86,41%). B.
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (PPHP) dengan jumlah dana Rp. 8.366.400.000,- setelah pengurangan menjadi Rp. 7.863.580.000,- yang terdiri dari Dana Dekonsentrasi Rp 1.651.400.000,-
dengan realisasi sebesar
Rp. 1.261.714.650,- ( 76,40%), dan Dana Tugas pembantuan Rp. 6.715.000.000,-, jumlah anggaran berubah menjadi Rp. 6.212.180.000,- dengan realisasi sebesar Rp. 5.418.215.550,- (87, 22%). C.
Direktorat Prasarana Dan Sarana Pertanian (PSP) dengan jumlah dana Rp. 2.595.000.000,- (tidak mengalami perubahan anggaran) yang terdiri dari Dana Dekonsentrasi Rp. 600.000.000,- dengan realisasi sebesar Rp. 543.397.830,-. Dan Dana Tugas Pembantuan Rp. 1.995.000.000,- dengan realisasi sebesar Rp. 1.989. 841.000,-.
2.
Prioritas Urusan Pilihan yang dilaksanakan. A.
Program Pencapaian Swasembada daging Sapi dan Peningkatan Penyediaan Pangan Hewan yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal a.
Kegiatan Peningkatan Produksi Ternak dengan Pendayagunaan Sumber Daya Lokal, dengan alokasi anggaran awal sebesar Rp. 3,728.206.000,adanya perubahan anggaran menjadi sebesar Rp. 2.792.325.000,-, realisasi anggaran sebesar Rp. 2.257.622.449,- (80,85%). Dengan hasil kegiatan ini ketersediaan 68.000 dosis semen beku untuk optimalisasi inseminasi buatan di Jawa Barat, akseptor 52.402, S/C 1,57, CR 52,33, kebuntingan 39.685 ekor dan kelahiran 36.118 ekor, inseminasi 462 dosis.; terbinanya kelembagaan SMD di Jawa Barat.; terbinanya kelembagaan LM3 di Jawa
Barat; terbinanya kelembagaan peternakan di Jawa Barat dan diraihnya pengharagaan kelompok ke tingkat nasional; ketersediaan laporan hasil pembinaan dan koordinasi budidaya ternak serta optimalisasi sistem recording inseminasi buatan.; tersedianya 300 ekor untuk disinkronisasi birahi dan 600 dosis di 3 (tiga) kabupaten untuk optimalisasi kelahiran.; tersedianya laporan hasil pengembangan pelayanan IB pada SPIB I dan II serta pendataan peternak yang ternaknya bersedia dijadikan akseptor dalam perkawinan melalui teknik IB untuk pelayanan inseminasi buatan di 20 kabupaten/kota malalui pengadaan semen beku dan sarana penunjangnya di 26 kabupaten/kota untuk optimalisasi inseminasi buatan; monitoring dan evaluasi ke lapangan dalam rangka pembinaan SMD,; pertemuan pembinaan SMD,
konsultasi ke pusat dalam rangka pembinaan SMD,
monitoring dan pembinaan SMD ke kabupaten/kota; monitoring dan pembinaan
LM3
kelembagaan
ke
kabupaten/kota;
peternak,
Diikutinya
monitoring
pertemuan
dan
pembinaan
teknis
pembinaan
kelembagaan ternak, pertemuan pengembangan dan penguatan jaringan kelembagaan,
Diikutinya
pertemuan
teknis
penguatan
jaringan
kelembagaan,
pertemuan pembinaan kelembagaan peternak, penilaian
lomba kelompok tingkatnasional untuk 4 komoditi, yaitu sapi potong, kambing, itik dan ayam buras, penilaian petugas teknis berprestasi (inseminator) tingkat nasional,; pembinaan dan koordinasi budidaya ternak dan sarana penunjangnya di 20 kabupaten/kota.; pengadaan hormon dan sarana penunjangnya untuk pelaksanaan sinkronisasi birahi di 3 kabupaten (Purwakarta, Cianjur dan Kuningan); operasional pelayanan inseminasi buatan dan sarana pendukungnya di 20 kabupaten/kota. b.
Kegiatan Peningkatan Produksi Pakan Ternak dengan Pendayagunaan Sumber Daya Lokal dengan alokasi anggaran sebesar Rp. 450.000.000,-, realisasi anggaran sebesar Rp. 333.777.233,-. (74,17%). Hasil dari kegiatan ini
didapatnya
laporan
pengawasan
peredaran
tambahan
pakan.;
tersampaikannya manajemen teknologi pakan di 5 kabupaten, (Kab Bogor, Sumedang, Garut , Ciamis dan Cianjur); operasionalnya unit pengolah pakan ruminansia di 5 kelompok untuk pengembangan unit pengolah pakan ruminansia di Kabupaten Bogor, Cianjur, Purwakarta, Sumedang dan Tasikmalaya;
didapatnya laporan hasil pengawasan mutu pakan di 4
kabupaten dan 3 kota.; meningkatnya kualitas SDM bidang pakan sebanyak 10 orang.; didapatnya laporan hasil inventarisasi lokasi sumber dan jenis bibit/benih tanaman pakan ternak.; ketersediaan laporan hasil pembinaan laboratorium pakan daerah melalui pembinaan dan monitoring dalam rangka pengawasan peredaran imbuhan pakan,; pertemuan manajemen teknologi pakan di 5 kabupaten, (Kab Bogor, Sumedang, Garut , Ciamis dan Cianjur) ,; terpililhnya 5 kelompok peternak pengolah pakan serta pembangunan tempat pengolahan pakan, pengadaan peralatan dan sarana penunjangnya
di 5 kabupaten untuk pengembangan unit pengolah pakan ruminansia.; pengambilan dan pengujian sampel pakan di 4 kabupaten (kab, Sukabumi, Bogor, Cianjur dan Bekasi) serta 3 kota yaitu (Sukabumi, Bogor dan Bekasi) untuk pengawasan mutu pakan; pengembangan kualitas SDM bidang pakan; inventarisasi lokasi sumber dan jenis bibit/benih tanaman pakan ternak; pertemuan dan perjalanan dalam rangka pembinaan laboratorium pakan daerah; c.
Kegiatan Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Hewan Menular Strategis (PHMS) dan Penyakit Zoonosis. dengan dengan total anggaran Rp. 4,680,740,000,-, kemudian mengalami perubahan menjadi sebesar Rp. 4,109,900,000,-, realisasi anggaran pada kegiatan ini adalah sebesar Rp. 3.365.430.369,- (81,89%), hasil pelaksanan kegiatan adalah Vaksinasi Rabies pada 20.000 HPR yang berasal dari dana APBN Tahun Anggaran 2013; Vaksinasi dan Desinfeksi di seluruh wilayah kabupaten/kota di Jawa Barat; Vaksinasi terhadap Sapi perah sebanyak 3.000 ekor dan di dapatnya prevalens kasus penyakit brucellosis di wilayah pengembangan sapi perah di Jawa Barat; vaksinasi Anthrax untuk ternak-ternak yang dipelihara di wilayah endemis; Penanganan Gangguan reproduksi pada sapi potong di wilayah-wilayah pengembangan sapi potong di Jawa Barat dan surveilans Brucellosis pada sapi potong; Surveilans Penyakit Parasiter pada ternak ruminansia dan Pengobatan penyakit parasiter pada ternak ruminansia; Pembinaan Pelayanan Kesehatan Hewan, Peningkatan Kemampuan Petugas dan Pengamatan Penyakit Hewan dalam menunjang kegiatan Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Hewan Menular Strategis dan Penyakit Zoonosis melalui Sarana Vaksinasi berupa vaksin Rabies sebanyak 20.000 dosis dan Sarana Elimininasi berupa racun Striknin Nitrat sebanyak 10 kg; Sarana Vaksinasi berupa vaksin AI sebanyak 10.000 dosis dan Sarana desinfeksi sebanyak 600 liter; vaksin Brucellosis sebanyak 2.200 dosis dan diagnose penyakit brucellosis terhadap sapi perah di Jawa Barat ; vaksin Anthrax sebanyak 30.000 dosis; obat-obatan dan hormon bagi penanganan gangguan Reproduksi pada sapi potong di Jawa Barat; Obatobatan anti parasiter bagi Penanggulangan Penyakit Parasiter pada sapi potong di Jawa Barat; Pembinaan Pelayanan Kesehatan Hewan; 5 Orang tenaga terlatih; Terpilihnya 1 (satu) orang Tenaga Medis Berprestasi tingkat Jawa Barat
d.
Kegiatan Peningkatan Kuantitas dan Kualitas Benih dan Bibit dengan Mengoptimalkan Sumber Daya Lokal dengan alokasi anggaran awal sebesar Rp. 1.428.000.000,- ada nya perubahan anggaran menjadi Rp. 1.115.080.000,-, realisasi anggaran sebesar Rp. 724.899.585,- (65,01%). Hasil pelaksanaan dari kegiatan ini adalah ketersedian laporan hasil pembinaan, monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan pengendalian sapi/kerbau betina produktif; ketersediaan laporan hasil pelaksanaan uji
zuriat sapi perah nasional periode II dan pembinaan penetapan rumpun atau galur itik Cihateup; didapatnya laporan hasil pelaksanaan bimbingan lapangan dan monitoring evaluasi manajemen pembibitan kambing/domba terpadu di kelompok tani ternak Negla Binangkit, kecamatan Purwadadi, kabupaten Subang, dan manajemen pembibitan unggas lokal (itik) di kelompok
ternak
itik
Bakti
Tani
kecamatan
Sukaresik,
kabupaten
Tasikmalaya; terbinanya jejaring kerja antara kelompok Pembina dan perbankan melalui rapat koordinasi; didapatnya 4 laporan hasil pengawalan manajemen
pembibitan
(sapi
potong,
sapi
perah,
kerbau
dan
kambing/domba) dan 2 (dua) laporan koordinasi ketersediaan dan perbibitan di daerah; didapatnya laporan hasil pengawasan mutu benih dan bibit dari 9 perusahaan
perbibitan
(breeder);
ketersediaan
kajian/proposal
untuk
pengusulan penetapan wilayah sumber bibit di kabupaten Ciamis.; melalui pembinaan dan monitoring serta evaluasi pelaksanaan kegiatan insentif dan penguatan sapi/kerbau betina produktif; uji zuriat sapi perah nasional periode II dan pengelolaan dan penetapan rumpun atau galur ternak; bimbingan lapangan manajemen pembibitan kambing/domba terpadu dan manajemen pembibitan unggas lokal terpadu serta sarana penunjangnya; Sosialisasi, Koordinasi danPembinaan KUPS, supervisi dan evaluasi KUPS, pembinaan, pendampingan danpengawalan KUPS, Diikutinya pertemuan teknis skim kredit usaha pembibitan sapi (KUPS) di Semarang, pertemuan fasilitasi pengembangan
usaha melalui skim kredit, pembinaan dan
monitoring supply demand ternak, pertemuan suplly demand ternak, pertemuan koordinasi supply demand ternak di Lampung, konsultasi ke pusat dalam rangka suplly demand.; pengawalan perbibitan sapi perah, sapi potong, kerbau dan kambing/domba, koordinasi ketersediaan ternak di daerah sumber bibit serta koordinasi perbibitan; pengawasan mutu benih dan bibit dinas kab/kota, perusahaan perbibitan dan poultry shop; teridentifikasinya wilayah sumber bibit di kabupaten Ciamis; e.
Kegiatan Penjaminan Pangan Asal Hewan yang Aman, dan Halal serta Pemenuhan Persyaratan Produk Hewan Non Pangan. dengan alokasi anggaran
awal
sebesar
Rp.
1.459.500.000,-,
adanya
pengurangan
anggaran menjadi sebesar Rp. 1.061.120.000,- realisasi anggaran sebesar Rp. 900.441.480,- (84,86%). Hasil pelaksanaan kegiatan ini adalah adanya data kualitas Pangan Asal Hewan yang beredar di 10 Kabupaten/Kota di Jawa Barat.; meningkatnya koordinasi dan harmonisasi kegiatan Kesmavet dan Pasca Panen mulai dari tingkat Kabupaten/Kota, Provinsi dan Pusat (Direktorat Kesmavet dan Pasca Panen).; Meningkatnya penanganan pasca panen di RPH Ruminansia melalui sistem Butcher; Diperolehnya data pemotongan
hewan
di
RPH
Ruminansia
dengan
cepat;
Adanya
perbandingan penerapan management di RPH-Ruminansia di Jawa Barat dan Jawa Timur; Meningkatnya kualitas SDM RPH Ruminansia di Jawa
Barat.; Tersosialisasikannya penerapan Kesejahteraan Hewan di Rumah Potong Hewan Ruminansia sesuai dengan persyaratan OIE; Adanya percontohan fasilitas dan penerapan kesejahteraan hewan pada hewan qurban di Kota dan Kabupaten Bogor; Diketahuinya kondisi produk hewan yang beredar di Kabupaten/kota; Diketahuinya produk hewan yang mengandung formalin dengan cara uji cepat.; melalui pengujian sampel Residu Antibiotika dan Cemaran Mikroba pada Pangan Asal Hewan,; Rapat koordinasi Kesmavet dan Pasca Panen; kegiatan pendampingan penerapan sistem Butcher di RPH-Ruminansia Kota Bogor dan Kota Depok; pelaporan pemotongan hewan di RPH-Ruminansia melalui SMS Gateway; Studi Banding petugas/pengelola RPH Ruminansia ke RPH-R di Jawa Timur; Pertemuan Apresiasi Penerapan Kesejahteraan Hewan di RPH-Ruminansia; pelatihan penerapan kesejahteraan hewan qurban;. pengawasan produk hewan yang beredar di Kabupaten/Kota; KIT pemeriksaan kualitas produk hewan yang beredar; f.
Kegiatan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Peternakan.dengan alokasi anggaran sebesar Rp. 1.816.466.000,-, realisasi anggaran sebesar Rp. 1.399.499.323,- (77,05%). Hasil pelaksanaan kegiatan ini adalah ketersediaan bahan kebijakan Program Peternakan dan kesehatan Hewan; Terpantaunya pelaksanaan kegiatan Pembangunan Peternakan dan Kesehatan Hewan; ketersediaan data keuangan dan aset barang milik negara
Pengumpulan Data (Populasi/Produksi, Kegiatan),;
meningkatnya validitas data peternakan di Jawa Barat guna menunjang perencanaan serta mengevaluasi hasil-hasil pembangunan peternakan di Jawa Barat; terkoordinasinya penyajian informasi harga ternak dan hasil ternak melalui SMS Center; meningkatnya penyelenggaraan pengelolaan data dan informasi di Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat; bimbingan pelatihan bagi petugas data dan informasi peternakan di Provinsi Jawa Barat dan 27 kabupaten/kota se Jawa Barat; meningkatnya pengetahuan dan pemahaman petugas data/informasi tentang perstatistikan peternakan dan sistem informasi peternakan di provinsi dan kabupaten/kota se Jawa Barat; data hasil sensus pertanian dapat terpantau dan tervalidasi bersama dengan Badan Pusat Statistik melalui
penyusunan bahan kebijakan
Program Peternakan dan kesehatan Hewan; monitoring dan evaluasi kegiatan Pembangunan Peternakan dan Kesehatan Hewan; pengelolaan dan pelaporan keuangan serta penatausaan barang milik negara; verifikasi dan validasi data peternakan; rapat koordinasi petugas informasi harga melalui SMS centre; pembinaan dan pengembangan sistem informasi ketahanan pangan; pendampingan pendataan sensus pertanian di Jawa Barat,
B.
Program Peningkatan Nilai Tambah , Daya saing, Industri Hilir, Pemasaran dan Eksport Hasil Pertanian a.
Kegiatan Pengembangan Mutu dan Standardisasi, dengan alokasi anggaran sebesar Rp. 205.000.000,-, realisasi anggaran sebesar Rp. 154.214.900,(75,23%), hasil pelaksanaan dari kegiatan ini adalah
Bimbingan Teknis
Jaminan mutu dan keamanan pangan dan diperolehnya Dokumen Sistem Jaminan Mutu di kelompok Makmur Agro Satwa dan P4S Liseli di Kab. Sukabumi serta di kelompok usaha pengolahan susu “Serba Susu” dan kelompok Wargaasih Kab. Bandung Barat; tersosialisasikannya Jabatan Fungsional Pengawas mutu hasil pertanian bagi petugas kab/kota, UPTD Peternakan provinsi dan OPD Pertanian Provinsi Jawa Barat; terujinya 30 sample daging sapi, sample diambil dari 4 kabupaten (Kab. Purwakarta, Bandung, Bandung Barat, Cianjur) dan 2 Kota, (Kota Bogor, Cimahi), dari cemaran residu hormone TBA dengan hasil uji dari semua sample tidak terdeteksi residu Hormone Trenbolone Acetate (TBA).; Terujinya 90 sample daging sapi, daging ayam, susu kambing dan susu sapi, sample berasal dari 4 Kab (Kab Purwakarta, Bandung, Bandung Barat dan Cianjur), dan 2 kota (Kota Bogor, Cimahi) dari cemaran golongan tetrasiklin, dengan hasil uji 18 sample pada susu sapi dan kambing masih ada cemaran tetrasiklin BMR TC’s pada susu 0,005 ppm (SNI 01-6366-2000). Terujinya 90 sample daging sapi, daging ayam, susu kambing dan susu sapi, sample berasal dari 4 Kab (Kab Purwakarta, Bandung, Bandung Barat dan Cianjur), dan 2 kota (Kota Bogor, Cimahi) dari cemaran golongan Peniciline dengan hasil uji dari semua sample tidak terdeteksi cemaran Penisilin G. melalui terlaksananya Bimbingan Teknis Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan, sosialisasi Jabatan
Fungsional
PMHP
dan
Kajian
Residu
Bahan
Kimia
dan
Kontaminan. b.
Kegiatan Pengembangan Pemasaran Domestik. dengan alokasi anggaran sebesar Rp. 755.900.000,- realisasi anggaran sebesar Rp. 573.114.050,(78,82%), Hasil pelaksanaan
kegiatan ini adalah :
tersedianya data
kebutuhan dan distribusi komoditi ayam ras serta terevalusainya kegiatan stabilisasi harga komoditas ayam ras.;
terjalinnya kerjasama pemasaran
antara pelaku usaha pemasaran hasil peternakan (perusahaan dengan peternak/pengolah hasil peternakan).;
ketersediaan dan tersebarnya
informasi pasar di 13 Kabupaten/Kota di Jawa Barat (harga, supply demand, analisa usaha tani dan analisa biaya pemasaran).; ketersediaan data berbagai komoditas peternakan di Jawa Barat serta tersebarnya informasi komoditas peternakan Jawa Barat oleh para pengguna/stakeholder.; ketersediaan data kelembagaan pasar ternak serta meningkatnya sikap, pengetahuan dan keterampilan para pengelola pasar ternak sebanyak 14 orang dari 14 kabupaten di Jawa Barat melalui terlaksananya penyusunan pola produksi, kebutuhan dan distribusi komoditi ayam ras dan pertemuan
stabilitas harga komoditas daging ayam ras.;
terlaksananya pertemuan
jaringan pemasaran di Jawa Barat,; terfasilitasinya petugas Pelayanan Informasi Pasar Provinsi dan 13 Kabupaten/Kota untuk meningkatkan kualitas pelayanan informasi pasar komoditas peternakan; tersusunnya Pusat Informasi Komoditas Peternakan di Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, sehingga memudahkan dalam memperoleh informasi komoditas peternakan Jawa Bara,; bimbingan teknis pengelolaan pasar ternak sebanyak 14 orang, c.
Kegiatan Pengembangan Usaha dan Investasi. dengan alokasi anggaran sebesar Rp. 149.750.000,-, realisasi anggaran sebesar Rp. 141.115.000,(94,23%), Hasil pelaksanaan kegiatan ini adalah ketersediaan
profil
kelompok usaha agribisnis dan produk unggulan Jawa Barat, serta tersosialisasikannya gerakan minum susu segar pada acara Peringatan Hari Susu Nusantara di Jawa Barat.; terinformasikannya dan terpromosikannya produk peternakan Jawa Barat di Pameran Agro and Food Expo 2013 di Jakarta, dan Batam Agribusiness Expo. melalui pembuatan profil kelompok usaha agribisnis, inventarisasi produk unggulan daerah serta pengadaan susu segar sebanyak 4.375 cup susu segar untuk peringatan Hari Susu Nusantara.;
keikutsertaan Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dalam
pameran Agro and Food Expo 2013 di Jakarta, dan Batam Agribusiness Expo. d.
Kegiatan
Pengembangan Pengolahan Hasil Pertanian, dengan alokasi
anggaran sebesar Rp. 480.750.000,- realisasi anggaran sebesar Rp. 351.944.900,- (73,21%), hasil pelaksanan kegiatan ini adalah Petugas Kab/Kota yang menangani pengolahan diutamakan Kab/Kota mendapatkan bantuan dari PPHP sudah diberikan penambahan wawasan tentang teknikteknik pembinaan, pengawalan dan pendampingan bagi kelompok melalui pertemuan pengolahan hasil peternakan yang di laksanakan di Hotel Ibis Bandung. Para Pelaku usaha yang sudah pernah menerima bantuan dari PPHP diberikan Bimbingan teknis kaitan pengolahan meliputi mutu produk, pengajuan Halal, dll serta kunjungan lapangan ke perusahaan yang sudah berhasil seperti DagSap (Olahan daging) dan Cimory (olahan susu) di Kab.Bogor. Pertemuan sosialisasi dan apresiasi pengolahan hasil pertanian sudah dilaksanakan di aula kantor Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat yang dihadiri oleh seluruh petugas dari Kab/Kota sehingga diharapkan program-program Pengolahan Hasil Pertanian dapat dilaksanakan oleh para petugas di Kab/kota untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk-produk yang dihasilkan oleh para pelaku usaha di daerahnya masing-masing. SL-PPHP PUA sudah dilaksanakan di 2 Kabupaten yaitu di Kab. Bandung Barat di sekertariat kelompok L-Milk dan di Kab. Ciamis di sekertariat kelompok Ciamy Milk, peserta yang mengikuti pelatihan di masing-masing Kabupaten sebanyak 20 orang, Hasil yang dicapai kelompok
sudah bisa menambah diversifikasi olahan dari produk susu yang diolahnya selama ini dan menerapkan secara bertahap kaitan mutu sehingga produk yang dipasarkan bisa lebih berdaya saing dan pada akhirnya meningkatkan nilai tambah bagi para anggota kelompok. Kelompok Pengolahan Susu dari Kabupaten Bandung Barat yaitu KUPS “Serba Susu” mendapatkan Penghargaan Presiden “Adhikarya Pangan Nusantara” dan penghargaan sudah diserahkan oleh Wakil Presiden di Istana Wakil Presiden, melalui terlaksananya kegiatan Pembinaan, Pengawalan dan Pendampingan Pengolahan hasil pertanian, Bimbingan teknis pengolahan hasil pertanian, pertemuan
sosialisasi
dan
apresiasi
pengolahan
hasil
peternakan,
Admininistrasi, Koordinasi dan Pembinaan (Perencanaan Program dan Pembinaan,
Evaluasi
pemantauan
dan
pelaporan,
pelaporan
SAK,
Pengawalan dan Pembinaan LM3 dan SL-PPHP/Diklat Pelaku Usaha Agribisnis /PUA).
3.
Program Penyediaan dan Pengembangan Prasarana dan Sarana Pertanian. A.
Kegiatan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian dengan alokasi anggaran sebesar Rp. 484.913.920,-, realisasi anggaran sebesar Rp. 434.397.830,-
(85,70%),
Hasil pelaksanaan
kegiatan adalah Meningkatnya kecepatan pengolahan data, meningkatnya kinerja administrasi, Terkoordinirnya kegiatan Ditjen PSP TA. 2013, Terkoordinirnya perencanaan kegiatan Ditjen PSP TA. 2014, Terbinanya kegiatan Ditjen PSP di Kabupaten, Meningkatnya wawasan dan pengetahuan petugas provinsi mengenai model kegiatan PSP, melalui ketersediaan Alat pengolah data, kegiatan Administrasi Perkantoran di Provinsi, Rapat Koordinasi Percepatan Kegiatan Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian TA. 2013, Rapat Koordinasi Perencanaan Ditjen PSP Thn. 2014, Terlaksananya Pembinaan administrasi dan pelaporan ke kab/ kota,
konsultasi ke pusat, Terlaksananya Pembinaan Kegiatan Lingkup Ditjen
PSP, Pengamatan model kegiatan PSP. B.
Kegiatan Pengelolaan Air Irigasi untuk Pertanian dengan alokasi anggaran sebesar Rp. 57.286.280,-, realisasi anggaran sebesar Rp. 54.290.000,- (94,77%), Hasil pelaksanaan kegiatan adalah Terkoordinasinya kegiatan Pengelolaan Air Irigasi
Untuk
Pertanian,
Meningkatnya
kinerja
administrative
kegiatan,
Meningkatnya kinerja teknis petugas, Termonitornya kegiatan Pengelolaan Air Irigasi Untuk Pertanian di Lapangan melalui
rapat koordinasi teknis aspek
pengelolaan air irigasi, ketersediaan alat tulis kantor dan bahan computer, tersedianya perlengkapan peserta,
penggandaan materi, laporan hasil hasil
pelaksanaan kegiatan, perjalanan dalam rangka evaluasi potensi sumber daya air untuk pertanian,. C.
Kegiatan Perluasan Areal dan Pengelolaan Lahan Pertanian dengan alokasi anggaran sebesar Rp. 57.799.800,-, realisasi anggaran sebesar Rp. 54.710.000,-, (94,65%),
Hasil
pelaksanaan
kegiatan
adalah
Terkoordinasinya
kegiatan
Perluasan Areal dan Pengelolaan Lahan Pertanian, Meningkatnya kinerja administrative kegiatan, Meningkatnya kinerja teknis petugas, Termonitornya kegiatan Perluasan Lahan dan Pengelolaan Pertanian di Lapangan, melalui rapat koordinasi teknis aspek perluasan dan pengelolaan lahan, tersedianya alat tulis kantor dan bahan computer, perlengkapan peserta, penggandaan materi, laporan hasil hasil pelaksanaan kegiatan, perjalanan dalam rangka evaluasi perluasan dan pengelolaan lahan pertanian.
4.
Permasalahan dan Sulusi. A.
Permasalahan a.
Prioritas Pengendalian PHMS di Jawa Barat dititikberatkan pada 4 PHMS yaitu Avian Influenza (AI), rabies, anthrax dan brucellosis. Pengendalian PHMS tersebut belum dapat dilaksanakan dengan optimal disebabkan beberapa masalah antara lain : -
Masih lemahnya/ sangat terbatasnya peran kabupaten/kota dalam penyediaan anggaran kegiatan pengendalian PHMS
-
Dari ke empat PHMS tersebut, pengendalian brucellosis pada ternak sapi perah mendapat porsi pembiayaan yang paling rendah, hal ini berakibat
jumlah
ternak
reaktor
positif
brucellosis
cenderung
meningkat. b.
Perizinan di bidang kesehatan hewan, khususnya lalulintas hewan, belum tertata dengan baik sehingga masih memberi peluang masuknya suatu PHM kedalam wilayah Jawa Barat, baik yang berasal dari aktifitas antar provinsi maupun importasi
c.
Regenerasi petugas kesehatan hewan di kabupaten/kota, khususnya medik veteriner dan paramedik veteriner, belum berjalan dengan baik sehingga terjadi kekosongan petugas di lapangan.
d.
Kelembagaan Puskeswan yang telah dikuatkan dengan Permentan No 64 Tahun 2007 belum di optimalkan oleh Pemerintah Daerah.
e.
Kualitas produk hewan yang beredar di Kabupaten/Kota di Jawa Barat masih 60 % yang memenuhi persyaratan keamanan pangan. Masih ditemukan adanya penambahan bahan berbahaya pada pangan asal hewan seperti boraks dan formalin serta ditemukannya pemalsuan daging sapi dan produk olahannya dengan daging babi dan daging celeng. Kualitas sdm di Rumah
Potong
Hewan
Ruminanisa
belum
memenuhi
persyaratan
penerapan sistem jaminan keamanan pangan, kehalalan dan penerapan Kesejahteraan Hewan, f.
Mulai tahun anggaran 2013 seluruh agro input pengadaannya seluruhnya dilaksanakan oleh pemerintah, sehingga memerlukan penanganan yang cukup rumit, dilain pihak pedoman pelaksanaan dari pusat terlambat juga terdapat banyak revisi.
g.
Prioritas Pengendalian PHMS di Jawa Barat dititikberatkan pada 4 PHMS yaitu Avian Influenza (AI), rabies, anthrax dan brucellosis. Pengendalian PHMS tersebut belum dapat dilaksanakan dengan optimal disebabkan beberapa masalah antara lain : -
Masih lemahnya/ sangat terbatasnya peran kabupaten/kota dalam penyediaan anggaran kegiatan pengendalian PHMS
-
Dari ke empat PHMS tersebut, pengendalian brucellosis pada ternak sapi perah mendapat porsi pembiayaan yang paling rendah, hal ini berakibat
jumlah
ternak
reaktor
positif
brucellosis
cenderung
meningkat. h.
Perizinan di bidang kesehatan hewan, khususnya lalulintas hewan, belum tertata dengan baik sehingga masih memberi peluang masuknya suatu PHM kedalam wilayah Jawa Barat, baik yang berasal dari aktifitas antar provinsi maupun importasi.
i.
Regenerasi petugas kesehatan hewan di kabupaten/kota, khususnya medik veteriner dan paramedik veteriner, belum berjalan dengan baik sehingga terjadi kekosongan petugas di lapangan.
j.
Kelembagaan Puskeswan yang telah dikuatkan dengan Permentan No 64 Tahun 2007 belum di optimalkan oleh Pemerintah Daerah.
k.
Kualitas produk hewan yang beredar di Kabupaten/Kota di Jawa Barat masih 60 % yang memenuhi persyaratan keamanan pangan. Masih ditemukan adanya penambahan bahan berbahaya pada pangan asal hewan seperti boraks dan formalin serta ditemukannya pemalsuan daging sapi dan produk olahannya dengan daging babi dan daging celeng. Kualitas sdm di Rumah
Potong
Hewan
Ruminanisa
belum
memenuhi
persyaratan
penerapan sistem jaminan keamanan pangan, kehalalan dan penerapan Kesejahteraan Hewan.
B.
Solusi a.
Peningkatan koordinasi, pembinaan, pengawasan dan pengendalian : -
Agar kabupaten/kota dan pihak terkait lainnya tersebut dapat meningkat perannya masing-masing dalam bidang pengendalian PHMS dan peningkatan kesmavet.
-
Provinsi
tetangga
yang
berhubungan
secara
langsung
dapat
melakukan check and re-check mengenai persyaratan pemasukanpengiriman ternak yang dilakukan antar daerah; b.
Bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten, melakukan pembinaan terhadap Puskeswan dengan harapan Tugas Pokok dan Fungsi yang tercantum dalam Permentan 64/2007 dapat dilaksanakan secara optimal.
c.
Di tingkatkan pembinaan kepada pelaku usaha produk hewan terutama pangan asal hewan, sosialisasi kepada konsumen tentang produk hewan yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal, meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan petugas di Rumah Potong Hewan agar menghasilkan produk yang
memenuhi
persyaratan
keamanan
pangan,
kehalalan
dan
kesejahteraan hewan serta meningkatkan pengawasan terhadap peredaran produk hewan terutama yang beresiko terhadap penambahan bahan berbahaya dan pemalsuan. d.
Konsolidasi dengan pihak ULP dan penjadwalan pengadaan barang/jasa dari mulai januari sampai dengan Desember 2013, disesuaikan dengan ketersediaan sumber daya tenaga teknis maupun administrasi
e.
Peningkatan koordinasi, pembinaan, pengawasan dan pengendalian : -
Agar kabupaten/kota dan pihak terkait lainnya tersebut dapat meningkat perannya masing-masing dalam bidang pengendalian PHMS dan peningkatan kesmavet.
-
Provinsi
tetangga
yang
berhubungan
secara
langsung
dapat
melakukan check and re-check mengenai persyaratan pemasukanpengiriman ternak yang dilakukan antar daerah; f.
Bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten, melakukan pembinaan terhadap Puskeswan dengan harapan Tugas Pokok dan Fungsi yang tercantum dalam Permentan 64/2007 dapat dilaksanakan secara optimal.
g.
meningkatkan pembinaan kepada pelaku usaha produk hewan terutama pangan asal hewan, sosialisasi kepada konsumen tentang produk hewan yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas di Rumah Potong Hewan agar menghasilkan produk yang
memenuhi
persyaratan
keamanan
pangan,
kehalalan
dan
kesejahteraan hewan serta meningkatkan pengawasan terhadap peredaran produk hewan terutama yang beresiko terhadap penambahan bahan berbahaya. 9.3.
APBN TUGAS PEMBANTUAN (TP) A.
Dasar Hukum. a.
DIPA Tugas Perbantuan Dinas Peternakan Provinsi -
Surat Pengesahan DIPA Tahun Anggaran 2013 oleh Menteri Pertanian RI Nomor: DIPA-018.06.4.029006/2013 tanggal 05 Desember 2012
-
Surat Pengesahan DIPA Tahun Anggaran 2013 oleh Menteri Pertanian RI Nomor: DIPA-018.07.4.029007/2013 tanggal 05 Desember 2012
-
Surat Pengesahan DIPA Tahun Anggaran 2013 oleh Menteri Pertanian RI Nomor: DIPA-018.08.4.029008/2013 tanggal 05 Desember 2012
b.
Peraturan Menteri Pertanian RI Nomor: 02/Permentan/OT.140/1/2013 tentang Penugasan kepada Gubernur dalam Pengelolaan Kegiatan dan Tanggungjawab dana Tugas Pembantuan Provinsi Tahun Anggaran 2013
B.
Program dan kegiatan yang diterima serta pelaksanaannya. a.
Program Penyediaan dan Pengembangan Prasarana dan Sarana Pertanian
b.
Program Pencapaian Swasembada Daging Sapi dan Peningkatan Penyediaan Pangan Hewani yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal.
c.
Program Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing, Industri Hilir, Pemasaran dan Ekspor Hasil Pertanian
C.
Pelaksanaan Kegiatan a.
Program Penyediaan dan Pengembangan Prasarana dan Sarana Pertanian -
Kegiatan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis lainnya Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian dengan alokasi anggaran Rp.312.600.000,-
realisasi
anggaran
sebesar
Rp.309.641.000,-
atau
99,12%. Hasil pelaksanaan kegiatan adalah terbinanya pelaksanaan administrasi dan teknis di kabupaten; terencananya program dan kegiatan PSP tahun 2014; terlaksananya evaluasi dan pengawasan kegiatan Ditjen PSP Tahun 2013; terkoordinasinya kegiatan Ditjen PSP Tahun 2013 melalui pembinaan administrasi dan teknis di kabupaten; dan penyusunan SAI Ditjen PSP Tahun 2013. -
Kegiatan Pengelolaan Air Irigasi untuk Pertanian dengan alokasi anggaran Rp.240.000.000,- realisasi anggaran sebesar Rp.240.000.000,- atau 100,00 %. Hasil kegiatan adalah terantisipasinya kebutuhan sumber air untuk pertanian/peternakan di Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Bandung Barat; meningkatnya kinerja administrasi melalui antisipasi konservasi air dan iklim di Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Bandung Barat; dan pembinaan administrasi kegiatan di Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Bandung Barat.
-
Kegiatan Perluasan Areal dan Pengelolaan Lahan Pertanian dengan alokasi anggaran
Rp.1.440.000.000,-
Rp.1.440.000.000,meningkatnya
atau
kelancaran
100%.
realisasi Hasil
distribusi
anggaran
pelaksanaan
hasil
sebesar
kegiatan
peternakan
di
adalah
Kabupaten
Tasikmalaya, Sumedang dan Bandung; meningkatnya luas areal peternakan di Kabupaten Ciamis, Garut, Subang, Tasikmalaya, Bogor dan Bandung Barat; melalui pengembangan jalan pertanian untuk mendukung peternakan di Kabupaten Tasikmalaya, Sumedang dan Bandung; dan perluasan areal peternakan di Kabupaten Ciamis, Garut, Subang, Tasikmalaya, Bogor dan Bandung Barat.
b.
Program Pencapaian Swasembada Daging Sapi dan Peningkatan Penyediaan Pangan Hewani yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal. -
Kegiatan Peningkatan Produksi Ternak dengan Pendayagunaan Sumber Daya
Lokal,
dengan
alokasi
anggaran
Rp.9.358.046.000,-
realisasi
anggaran sebesar Rp.7.518.860.200,- atau 80,35%. Hasil kegiatan adalah
(1) diperolehnya 10 kelompok pengembangan kawasan sapi potong di Kabupaten Indramayu, Kuningan, Majalengka dan Subang; (2) diperolehnya 7 kelompok pengembangan budidaya sapi perah di Kabupaten Sumedang, Majalengka dan Kuningan; (3) meningkatnya 11 unit kelembagaan pelayanan
inseminasi
di
Kabupaten
Bekasi,
Kuningan,
Sumedang,
Indramayu, Purwakarta, Cianjur dan Garut; (4) diperolehnya 3 lokasi/ kelompok budidaya sapi program INKA untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas kelahiran sapi; (5) berkembangnya budidaya ternak domba Garut pada 2 kelompok di Kabupaten Karawang dan 3 kelompok budidaya ternak domba di Kabupaten Majalengka; (6) berkembangnya budidaya itik di 5 kelompok peternak itik di Kabupaten Indramayu, Kuningan, Majalengka dan Subang; (7) berkembangnya 1 kelompok peternak ayam lokal di kabupaten Sumedang; (8) terlaksananya operasional IB dan INKA di 10 kabupaten melalui pengadaan ternak sapi potong dan sarana penunjangnya untuk pengembangan kawasan sapi potong di Kabupaten Subang, Indramayu, Majalengka dan Kuningan dengan agro input masing-masing kelompok mendapat ternak sapi potong betina PO (Peranakan Ongole) 200 ekor, pakan 100 ton dan 1 paket obat-obatan; (9) pengadaan ternak sapi perah dan sarana penunjangnya untuk pengembangan budidaya sapi perah di Kabupaten Sumedang, Majalengka dan Kuningan dengan agro input masing-masing kelompok mendapat ternak sapi perah Frisian Holstain (FH) betina 20 ekor dan 50 ton pakan konsentrat; (10) pengembangan kelembagaan
pos
Inseminasi
Buatan
wilayah
baru,
peralatan
pengembangan pos IB, pembangunan pos IB dan pendukungnya di Kabupaten Bekasi, Indramayu, Karawang, Kuningan, Majalengka, Subang dan Sumedang; (11) pengadaan 30 ekor ternak sapi pejantan pemacek dan sarana pendukungnya untuk intensifikasi kawin alam di 3 Kabupaten Purwakarta, Indramayu dan Kuningan; (12) pemilihan 5 kelompok peternak domba/kambing; (13) pengadaan ternak domba dan sarana penunjangnya untuk
pengembangan
ternak
domba
di
Kabupaten
Karawang
dan
Kabupaten Majalengka dengan agro input masing-masing kelompok mendapat ternak domba jantan 10 ekor dan domba betina 50 ekor, pakan konsentrat 7 ton; (14) pemilihan 6 kelompok peternak budidaya itik dan unggas serta pengadaan unggas (itik dan ayam buras) dan sarana pendukungnya untuk pengembangan unggas lokal di Kabupaten Indramayu, Kuningan, Majalengka, Subang, dan Sumedang; dan (15) pengadaan 12 unit kendaraan bermotor roda dua untuk 10 kabupaten. -
Kegiatan Peningkatan Produksi Pakan Ternak dengan Pendayagunaan Sumber Daya Lokal, dengan alokasi anggaran Rp.8.481.410.000,- realisasi anggaran sebesar Rp.7.222.501.317,- atau 85,16%. Hasil kegiatan adalah : (1).berkembangnya kelompok-kelompok peternak budidaya ternak sapi potong yang terintegrasi dengan memanfaatkan tanaman di 5 kelompok
dari Kabupaten Indramayu, Kuningan, Subang, Majalengka dan Karawang; (2).berkembangnya 1 kelompok peternak unggas yang terintegrasi dengan pemanfaatan limbah tanaman di Kabupaten Subang; (3).terlaksananya operasionalisasi unit pengolah pakan ruminansia di 2 kelompok untuk pengembangan unit pengolah pakan ruminansia di Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Kuningan; (4).berproduksinya unit pengolah pakan unggas di 2 kelompok untuk menunjang pengembangan unggas di Kabupaten Subang dan Kabupaten Karawang; (5).terlaksananya operasionalisasi lumbung pakan ruminansia di 2 kelompok untuk menunjang pengembangan ruminansia
di
Kabupaten
Subang
dan
Kabupaten
Sumedang;
(6).terlaksananya operasionalisasi lumbung pakan unggas di 2 kelompok untuk menunjang pengembangan unggas di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Kuningan; (7).meningkatnya produktivitas ternak sapi perah di 20 kelompok peternak pada kawasan sapi perah di Kabupaten Bandung Barat; (8).tersedianya bibit hijauan pakan ternak dalam menunjang ketersediaan hijauan pakan ternak sepanjang tahun di BPTSP-HMT Cikole dan BPPIB-TSP Bunikasih serta menunjang penyediaan kebutuhan bibit HPT bagi para peternak di Jawa Barat; (9).berkembangnya 3 kelompok peternak pengelola tanaman pakan berkualitas serta tersedianya bibit pakan hijauan
ternak
sebanyak
110.000
stek
untuk
penanaman
dan
pengembangan pakan hijauan ternak; Melalui : (1). pengadaan ternak sapi potong sebanyak 75 ekor, kandang dan sarana penunjangnya 15 unit untuk pengembangan
ternak
yang
terintegrasi
di
Kabupaten
Indramayu,
Karawang, Kuningan, Majalengka dan Subang; (2) pemilihan 1 kelompok peternak integrasi; (3) pengadaan ternak unggas (ayam lokal pullet 700 ekor) dan sarana penunjangnya untuk pengembangan integrasi ternak unggas di Kabupaten Subang; (4) pemilihan 2 kelompok peternak pengolah pakan; (5) pembangunan tempat pengolahan pakan, pengadaan peralatan dan sarana penunjangnya di 2 kabupaten untuk pengembangan unit pengolah pakan ruminansia; (6) pemilihan 2 kelompok peternak pengelola pengolahan pakan unggas; (7) pembangunan tempat pengolahan pakan, pengadaan peralatan dan sarana penunjangnya di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Subang untuk pengembangan unit pengolah pakan unggas; (8)
pemilihan
2
kelompok
peternak
pengelola
lumbung
pakan;
(9)pembangunan lumbung pakan, pengadaan peralatan dan sarana penunjangnya di Kabupaten Subang dan Sumedang untuk pengembangan lumbung pakan ruminansia; (10) pemilihan 2 kelompok peternak pengelola lumbung pakan unggas serta pembangunan lumbung pakan, pengadaan peralatan dan sarana penunjang lumbung pakan unggas di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Kuningan untuk pengembangan lumbung pakan unggas;
(11) pemilihan 20 kelompok peternak sapi perah,
pengadaan
pakan ternak sapi perah dan penunjangnya di Kabupaten Bandung Barat
untuk
pengembangan
kawasan
sapi
perah;
(12)penguatan
sumber
bibit/benih hijauan pakan ternak di UPTD dan sarana penunjangnya di UPTD BPTSP-HMT Cikole dan BPPIB-TSP Bunikasih; (13) pemilihan 3 kelompok peternak pengelola tanaman pakan berkualitas serta penanaman dan pengembangan tanaman pakan ternak berkualitas di Kabupaten Garut, Subang dan Bandung. -
Kegiatan Peningkatan Kuantitas dan Kualitas Benih dan Bibit dengan Mengoptimalkan
Sumber
Daya
Lokal,
dengan
alokasi
anggaran
Rp.7.112.378.000,- realisasi keuangan sebesar Rp.6.401.865.355,- atau 90,01%. Hasil kegiatan adalah (1) terlaksananya pembibitan ternak sapi potong di 8 kelompok tani ternak di Kabupaten Kuningan, Karawang, Indramayu, Subang, Sumedang, Bekasi, Majalengka dan Kota Depok; (2) terselamatkannya sapi/kerbau betina bunting sebanyak 4.430 ekor dari 23 kelompok tani ternak di 7 kabupaten dalam penguatan sapi/kerbau betina bunting; melalui
pemilihan 8 kelompok peternak pembibit sapi potong;
pengadaan 160 ekor ternak sapi potong dan sarana penunjangnya di 6 kabupaten dan 1
kota; penguatan sapi/kerbau betina bunting di 7
kabupaten. -
Kegiatan Penjaminan Pangan Asal Hewan yang Aman dan Halal serta Pemenuhan Persyaratan Produk Hewan Non Pangan dengan alokasi anggaran Rp.4.897.360.000,- realisasi anggaran sebesar Rp.4.650.548.600atau 94,64%. Hasil pelaksanaan kegiatan adalah (1) meningkatnya kualitas pengujian produk hewan secara laboratorium; (2) tersedianya kios daging yang memenuhi persyaratan keamanan pangan sebagai motivasi dan percontohan penyediaan pangan asal hewan yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal; (3) meningkatnya kualitas susu di Tempat Pengumpulan Susu dengan adanya peralatan yang memenuhi persyaratan keamanan pangan; (4) meningkatnya kualitas daging dari RPH-R Kota Bogor dan Kota Depok karena menerapkan rantai dingin serta mampu berdaya saing dengan produk daging dari RPH-R modern dengan menerapkan sistem butcher; (5) meningkatnya mobilitas pengawasan peredaran pangan asal hewan di kabupaten/kota; melalui penyediaan (1) fasilitas laboratorium kesmavet berupa peralatan pengujian;
(2) renovasi kios daging dan tersedianya
peralatan kios daging di Kota Depok; (3) ketersediaan peralatan di Tempat Pengumpulan Sumedang; (4)
Susu yang memenuhi keamanan pangan di Kabupaten ketersediaan
fasilitas rantai dingin daging di RPH-
Ruminansia berupa coldstorage, Air Blast Freezer, Boning Room dan Chilling Room di RPH-R Kota Bogor dan RPH-R Kota Depok; (10) tersedianya peralatan RPH Ruminansia di Kota Depok dan Kota Bogor; (11) tersedianya kendaraan bermotor roda 2 bagi pelaksanaan pengawasan pangan asal hewan di Kabupaten Bekasi, Kota Bogor dan Kota Depok.
c.
Program Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing, Industri Hilir, Pemasaran dan Ekspor Hasil Pertanian -
Kegiatan Pengembangan Pemasaran Domestik dengan alokasi anggaran Rp.5.441.500.000,- realisasi anggaran sebesar Rp.4.700.421.850,- atau 86,44%. Hasil kegiatan adalah
(1) terlaksananya operasionalisasi pasar
ternak dan peralatan di Kabupaten Subang, Purwakarta dan Ciamis; (2) tersedianya pasar ternak, peralatan dan bangunan pemasaran di kelompok peternak di Kabupaten Tasikmalaya; (3) tersedianya pasar ternak dan sarana peralatan pemasaran di 5 kelompok peternak di Kabupaten Garut; (4) tersedianya pasar ternak di Kabupaten Bogor, sarana bangunan pemasaran hasil peternakan dan peralatan pemasaran di kelompok pengolah hasil peternakan di Kabupaten Sukabumi
dan tersedianya
peralatan pemasaran di Kota Bogor; (5) untuk menunjang pemasaran ternak dan hasil ternak; melalui (1) ketersediaan 1 unit pasar ternak dan 1 unit peralatan pasar ternak di Kabupaten Subang, Purwakarta, dan Ciamis, 1 unit pasar ternak dan 1 unit peralatan pasar ternak serta 1 unit sarana bangunan pemasaran hasil peternakan di 1 kelompok peternak di Kabupaten Tasikmalaya; (2) ketersediaan 1 unit pasar ternak dan 5 unit sarana peralatan pemasaran ternak di 5 kelompok peternak di Kabupaten Garut; (3) ketersediaan 1 unit pasar ternak di Kabupaten Bogor; dan (4) ketersediaan 1 unit sarana bangunan pemasaran dan 1 unit peralatan di 1 kelompok peternak di Kabupaten Sukabumi, serta ketersediaan
1 unit
peralatan pemasaran di Kota Bogor. -
Kegiatan Pengembangan Pengolahan Hasil Pertanian dengan alokasi anggaran Rp.771.180.000,- realisasi anggaran sebesar Rp.714.793.000,atau 92,69%. Hasil kegiatan adalah (1) terlaksananya pengadaan sarana fasilitasi agroindustri daging di Kabupaten Bogor di kelompok Rinz Food Desa Pasir Buncir Kecamatan Caringin dan kelompok Zia Home Kelurahan Padasuka Kecamatan Ciomas; (2) terlaksananya Bimbingan Teknis pengolahan daging bagi anggota kelompok, terfasilitasinya agroindustri susu di Gapoknak Bina Lestari Desa Palasari Kecamatan Ciater Kabupaten Subang, kelompok Usaha Pengolahan Susu “Serba Susu” Jl. Sesko AU Desa Lembang Kecamatan Lembang dan
kelompok Usaha Pengolahan
Susu “BR-Milk” (Barokah Milk) Kampung Caringin, Desa Lembang Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat; (3) terlaksananya Bimbingan Teknis pengolahan susu bagi anggota kelompok melalui pengadaan sarana fasilitasi agroindustri daging di Kab. Bogor; dan (4) pengadaan sarana fasilitasi agroindustri susu di Kabupaten Subang dan Kabupaten Bandung Barat.
D.
Permasalahan dan Solusi a.
Permasalahan -
Bangunan pemasaran hasil peternakan di kelompok pengolah hasil peternakan di Kabupaten Sukabumi hanya terealisasikan sebesar 43% oleh penyedia jasa, dikarenakan kekurangan modal dari penyedia jasa, sehingga pemasaran hasil peternakan di kelompok peternak kurang optimal.
-
Pengadaan ternak pejantan pemacek dalam Kegiatan Peningkatan Produksi Ternak dengan Pendayagunaan Sumber daya Lokal tidak terealisasi, karena rekanan penyedia pemenang lelang mengundurkan diri/putus kontrak, sedangkan alokasi waktu untuk melelangkan kembali tidak mencukupi.
b.
Solusi -
Telah diajukannya ke Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementerian Pertanian untuk dapat dialokasikan
kegiatan
lanjutan pembangunan pemasaran hasil ternak di kelompok pengolah hasil peternakan di Kabupaten Sukabumi untuk tahun 2014. -
Penyedia pengadaan sapi pemacek sehubungan mengundurkan diri pada akhir tahun sehingga tidak dapat dilaksanakan dan dilakukan pemutusan kontrak, juga lelang ulang tidak dapat dilaksanakan. Dilakukan denda dan telah disetorkan ke kas negara. Sehingga pengadaan tidak terealisasi. Kepada penyedia telah dilakukan pemutusan kontrak dan denda. Untuk kedepan pengadaan melalui lelang tidak dilaksanakan pada akhir tahun juga agar panitia lebih selektif dalam menentukan pemenang.
BAB V PERKEMBANGAN PRODUKSI TERNAK
5.1.
PENGENDALIAN MUTU BIBIT TERNAK 1.
Penetapan Rumpun/Galur Ternak Penetapan rumpun atau galur ternak adalah pengakuan pemerintah terhadap suatu rumpun atau galur ternak yang telah ada di suatu wilayah sumber bibit yang secara turun
temurun
dibudidayakan
peternak
dan
menjadi
milik
masyarakat.
Dasar
pelaksanaan penetapan rumpun/galur ternak adalah Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 19/Permentan/OT.140/2/2008 tentang Penetapan dan Pelepasan Rumpun atau Galur Ternak. Jawa Barat memiliki banyak sumber daya genetik hewan lokal yang harus segera ditetapkan/diakui sebagai suatu rumpun. Tahun 2011 berhasil menetapkan rumpun ayam pelung dan domba garut juga dengan Keputusan Menteri Pertanian Nomor
:
2918/Kpts/OT.140/6/2011
tanggal
17
Juni
2011
dan
Nomor
:
2914/Kpts/OT.140/6/2011 tanggal 17 juni 2011, juga pada tahun 2013 ternak ayam sentul dan itik rambon telah ditetapkan sebagai rumpun ternak asli Jawa Barat dengan keputusan Menteri Pertanian Nomor 698/Kpts/PD.410/2/2013 tanggal 13 Pebruari 2013 dan Nomor : 700/Kpts/PD.410/2/2013 tanggal 13 Pebruari 2013. Tahun 2013 telah mengusulkan permohonan penetapan rumpun ternak itik cihateup dari Gurbernur Jawa Barat kepada menteri pertanian dengan Nomor : 524/1975/Binprod, tanggal 29 April 2013 dan bupati Tasikmalaya Nomor : 524/2058/DPPK/2013 perihal penetapan rumpun ternak itik cihateup. Itik Cihateup merupakan itik lokal yang berasal dari daerah Tasikmalaya dan kemudian berkembang ke kabupaten lainnya di Provinsi Jawa Barat. Penampilan fisik itik cihateup ini tergolong tipe pedaging (itik gunung), tetapi kini kebanyakan dipelihara sebagai penghasil telur dan daging. Itik cihateup merupakan itik tipe petelur yang potensial. Permohonan penetapan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut, memiliki asal usul/silsilah ternak yang jelas, harus diketahui metoda dan cara mendapatkan rumpun, memiliki sifat kualitatif dan kuantitatif yang jelas, dan wilayah sebaran untuk penetapan (tercantum pada proposal). Sifat kualitatif meliputi ciri khas suatu rumpun atau galur ternak, antara lain penampilan luar seperti warna, bentuk, yang dapat dibedakan dengan rumpun atau galur ternak lainnya. Sedangkan sifat kuantitatif meliputi sifat produksi dan reproduksi. Setelah dilakukan observasi terhadap rumpun ternak itik cihateup oleh Komisi Penilaian, Penetapan dan Pelepasan Rumpun atau Galur Ternak (KP3RGT), maka itik cihateup dinyatakan memenuhi persyaratan dan layak untuk diajukan sebagai rumpun ternak asli Jawa Barat. Proses selanjutnya adalah penilaian dan evaluasi oleh Komisi Penilaian, Penetapan dan Pelepasan Rumpun atau Galur Ternak melalui presentasi dan pemaparan dokumen ilmiah dari masing-masing rumpun ternak yang akan ditetapkan. Setelah melalui penilaian dan evaluasi secara komprehensif, maka Komisi Penilaian, Penetapan dan Pelepasan Rumpun atau Galur Ternak menetapkan itik
Laporan Tahunan 2013 Bidang Produksi
1
cihateup melalui Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 425/Kpts/SR.120/3/2014 tanggal 20 Maret 2013. Adapun deskripsi rumpun itik cihateup adalah sebagai berikut : No. 1. 2.
Uraian Nama rumpun Asal-usul
: :
3.
Wilayah sebaran asli geografis
:
4.
Wilayah sebaran
:
5.
Karakteristik A. Sifat kualitatif a. Warna Tubuh
: : : :
b.
B.
-
Bulu Sayap
:
-
Kepala
:
Bentuk -
Paruh Kaki Kulit Telur Tubuh Kepala Leher Paruh
: : : : : : : : :
-
Sayap
:
Sifat Kuantitatif Bobot badan -
2.
Bobot telur Produksi telur Puncak produksi telur Umur dewasa kelamin Konversi pakan
: : : : : : :
Deskripsi Itik Cihateup Berasal dari itik mallard yang bermigrasi ke Indonesia dan beradaptasi dengan lingkungan kemudian diseleksi oleh masyarakat sehingga muncul sifat khas Dusun Cihateup, Desa Rajamandala dan Desa Sukanagalih, Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Garut, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Bandung, Kabupaten Subang, Kabupaten Ciamis (Provinsi Jawa Barat)
Jantan : bagian leher, dada, sepanjang tulang punggung, tubuh bagian samping dan ekor berwarna cokelat tua Betina : seluruh bagian tubuh berwarna cokelat. Jantan : bervariasi antara cokelat sampai cokelat tua Betina : sekitar 10% pada bulu penutup sayap sekunder terdapat noktah putih Jantan : hitam Betina : cokelat Hitam Hitam Putih Biru kehijauan Condong ke depan membentuk sudut 60-70 derajat Kecil dibanding rumpun itik alabio dan itik tegal Panjang dibanding rumpun itik alabio dan itik tegal Panjang dan runcing dibanding rumpun itik alabio dan itik tegal Kedua sayapnya dapat merapat ke tubuh dan kedua ujung sayap menyilang di bagian punggung Jantan : 1.768,11 ± 123,55 g Betina : 1.709,84 ± 157,14 g 67,49 ± 5,66 g. 200-250 butir/tahun. 80-90% 141,56 ± 8,81 hari 4-4,5.
Pelaksanaan Uji Zuriat/Progeny test Sapi Perah Kegiatan Uji Zuriat di Jawa Barat pada tahun 2013 merupakan tahap/periode IIb yaitu Penentuan Pejantan Unggul Uji Zuriat Sapi Perah Nasional (launching) yang direncanakan di BPPTU Sapi Perah Baturraden tahun 2015 dengan CPU ferventfil, fortuner dan goldsy. Uji Zuriat di Provinsi Jawa Barat melibatkan 6 (enam) Koperasi/KUD Persusuan dan 1 (satu) perusahaan, yaitu KPSBU Lembang Kabupaten Bandung Barat, KPBS Pangalengan Kabupaten Bandung, KSU Tandangsari Kabupaten Sumedang, KPGS Cikajang, KUD Mandiri Cisurupan Kabupaten Garut dan KUD Gemah Ripah serta PT. Taurus Dairy Farm Sukabumi. Recording/pencatatan merupakan proses yang sangat penting untuk menentukan keberhasilan dari kegiatan Uji Zuriat ini, dimana metode analisa data dilaksanakan dengan metode Modified Contemporary Comparision (MCC) dan selanjutnya menghasilkan ranking pejantan unggul sapi perah. Dalam setiap tahap pelaksanaan tersebut dilakukan koordinasi monitoring dan evaluasi secara kontinyu agar Uji Zuriat Sapi Perah Nasional berjalan dengan efektif, efisien dan terarah. Berdasarkan hasil analisa data produksi susu dan data pendukung
Laporan Tahunan 2013 Bidang Produksi
2
lainnya diperoleh informasi untuk menentukan pejantan mana yang paling baik dan seberapa besar tingkat kelebihan produktivitasnya. Pejantan yang ditetapkan sebagai pejantan unggul tersebut selanjutnya dilepas sebagai pejantan unggul sapi perah Indonesia untuk dipergunakan dalam rangka meningkatkan kemampuan genetik sapi perah Indonesia. Hasil launching Uji Zuriat Nasional 8 Desember 2012 yang dilaksanakan oleh Kementerian Pertanian Direktorat Jenderal Peternakan & Kesehatan Hewan menetapkan 4 (empat) pejantan unggul kedua, yaitu : A.
Flaunt (30694) lahir 8 Juni 2006
B.
Hostromsy (30664) lahir 11 September 2006
C.
Florean (30691) lahir 8 September 2006
D.
Fokker (30697) lahir 6 Agustus 2006 Adapun perkembangan dari pelaksanaan uji zuriat sapi perah nasional periode II B
dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 5.1. Rekapitulasi Kegiatan Program Uji Zuriat Sapi Perah Nasional Periode II B Jabar sampai dengan Desember 2013 Realisasi Kegiatan IB No. 1.
Provinsi Jawa Barat
CPU Fortuner (30695) Goldsy (30667) Ferventfil (30693)
TOTAL
3.
PC
Dosis
Btg
462
528
270
DC mutasi/ mati dll
DC yg masih ada
DC di IB DC
DS
DC bunting
DC lahir
28
2
2
2
1
11
17
2
2
1
-
75
13
38
-
-
-
-
226
57
83
4
4
3
1
Kelahiran ♂
♀
Σ
221
41
61
102
33
299
110
21
28
49
432
525
212
24
51
1.164
1.352
543
86
140
Kegiatan Kontes Tingkat Jawa Barat Tahun 2013 Pada tahun 2013 penyelenggaraan Kontes Ternak Tingkat Provinsi Jawa Barat dilaksanakan pada tanggal 17-18 Juni 2013 yang berlokasi di
areal parkir pusat
pelayanan basic science Universitas Padjadjaran (UNPAD), Jatinangor, Kabupaten Sumedang. Kegiatan kontes ternak diikuti oleh 250 orang pemilik ternak (tabel 2.) dengan jumlah ternak yang dikonteskan 269 ekor (sapi perah, sapi potong, domba garut dan kambing PE). Even lainnya yang merupakan rangkaian acara kontes ternak diantaranya adalah Kegiatan Pameran Peternakan (pameran ternak, produk olahan hasil ternak, peralatan peternakan dan lain-lain) yang diikuti oleh 19 peserta/stand dari berbagai perusahaan maupun organisasi; serta 10 pameran ternak dan acara temu-temu yang berkaitan dengan penambahan wawasan peternak maupun pembangunan peternakan di Jawa Barat. Hasil pelaksanaan kegiatan utama ini secara umum adalah terapresiasikannya peternak-peternak di 19 kab/kota peserta kontes dalam bentuk penghargaan dan hadiah di 13 katagori kontes ternak. Peserta Kontes Ternak Jawa Barat adalah Peternak yang berasal dari kabupaten/kota dan KUD/Koperasi Persusuan di Jawa Barat yang secara
Laporan Tahunan 2013 Bidang Produksi
3
keseluruhan memiliki potensi sebagai sumber ternak bibit dan budidaya ternak dengan hasil yang baik. Rekapitulasi Jumlah Peserta Kontes Bibit (ekor) Tahun 2013 dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 5.2. Peserta kontes (peternak) tahun 2013 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.
Nama Kabupaten Kab. Bandung Kab. Bandung Barat Kab. Bogor Kab. Ciamis Kab. Cianjur Kab. Garut Kab. Indramayu Kab. Kuningan Kab. Majalengka Kab. Purwakarta Kab. Subang Kab. Sukabumi Kab. Sumedang Kab. Tasikmalaya Kota Bandung Kota Bogor Kota Cimahi Kota Sukabumi Kota Tasikmalaya Grand Total
Peserta (orang) 41 55 5 3 4 36 4 11 7 5 4 4 16 9 31 4 6 2 4 250
Sebagaimana sasaran yang ingin dicapai melalui kegiatan ini, Kontes Ternak Tahun 2013 melahirkan juara-juara untuk setiap kategori yang dikonteskan. Peserta kontes yang mendapat peringkat terbaik pertama, kedua dan ketiga direpresentasikan oleh peringkat Juara I, Juara II dan Juara III, berdasarkan hasil penilaian oleh Tim Juri yang telah ditunjuk, yang kemudian disahkan dalam suatu Surat Keputusan Kepala Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat No. 524/Kep.168/Prod/2013 tentang Kejuaraan Kontes Ternak Tingkat Provinsi Jawa Barat Tahun 2013. Jumlah perolehan juara setiap kabupaten/kota dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 5.3.
Jumlah Perolehan Juara Setiap kabupaten/kota pada Kontes Ternak Jabar Tahun 2013
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
Kab/Kota Kabupaten Bandung Kabupaten Bandung Barat Kabupaten Bekasi Kabupaten Bogor Kabupaten Ciamis Kabupaten Cianjur Kabupaten Garut Kabupaten Indramayu Kabupaten Kuningan Kabupaten Majalengka Kabupaten Purwakarta Kabupaten Subang Kabupaten Sukabumi Kabupaten Sumedang
Laporan Tahunan 2013 Bidang Produksi
Juara I
Juara II 3 3 1 1 1 1
Juara III 3 2 1 1 2 -
Jumlah 2 2 3 1
8 7 2 4 2 1 2
4
No. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
4.
Kab/Kota Kabupaten Tasikmalaya Kota Bandung Kota Bekasi Kota Bogor Kota Tasikmaya Kota Banjar Jumlah
Juara I
Juara II
1 11
1 1 11
Juara III 1 1 1 11
Jumlah 2 1 1 2 33
Pengawasan Mutu Bibit A.
Pengawasan Peredaran Mutu Bibit DOC Pengawasan Mutu Bibit Ayam Ras telah dilakukan di beberapa hatchery/Unit Penetasan perusahaan pembibitan ayam ras di Kab. Tasikmalaya (2 GP), Kab. Kuningan (1 GP), Kab. Ciamis (2 GP), Kab. Subang (2 GP/2 PS). Pemeriksaan meliputi : a.
Pemeriksaan Individu DOC Jumlah DOC FS per kemasan rata-rata 102 ekor, telah sesuai dengan SNI yakni 100 ekor dan jaminan kematian 2 ekor (Kab. Tasikmalaya, Kab. Kuningan, Kab. Ciamis, Kab. Subang); DOC PS Female Line per kemasan 82 ekor dan Male Line 70 ekor per kemasan (17 %). Berat DOC FS Broiler/Pedaging bervariasi antara 40 – 50 gram dengan rata-rata berat per ekor 46 gram yaitu terdiri dari strain Lohmann berat rata-rata per ekor 46 gram, strain Cobb 47 gram dan strain Ross 45 gram, sedangkan menurut SNI Nomor 01-4868.1-2005 (DOC FS Pedaging) 37 gram per ekor. Berat DOC FS Layer/Petelur strain Hy Line sebesar 38 gram per ekor dan PS Petelur strain Hy Line berat DOC 41 gram per ekor telah sesuai SNI 014868.2-2005 (DOC FS Petelur) yakni 33 gram per ekor. Kondisi Fisik dan Bulu sesuai standar (SNI), yaitu : -
Kondisi fisik sehat, kaki normal dan dapat berdiri tegak, tampak segar dan aktif, tidak dehidrasi, tidak ada kelainan bentuk dan tidak cacat fisik, sekitar pusar dan dubur kering.
-
Warna bulu seragam sesuai dengan warna galur (strain) dan kondisi bulu kering dan berkembang.
b.
Jaminan kematian 2%.
Pemeriksaan Kemasan Kosong Berat kemasan kosong rata-rata 0,8 kg telah sesuai dengan SNI. Berat kemasan isi untuk ayam ras pedaging 5,39 kg dan berat kemasan isi untuk ayam ras petelur 4,78 kg. Bahan dasar dari kertas karton tahan terhadap tekanan yang merusak. Bentuk trapesium bagian dalam ada sekat pemisah, bagian atas ada tonjolan, ventilasi cukup. Frekuensi pemakaian satu kali.
Laporan Tahunan 2013 Bidang Produksi
5
Ukuran panjang bagian bawah minimal 64 cm dan atas minimal 60 cm; lebar bagian bawah minimal 48 cm dan atas minimal 44 cm; tinggi kotak kemasan minimal 15 cm; tinggi tonjolan minimal 3 cm. c.
Pemeriksaan Label Pada umumnya seluruh box DOC sudah berlabel, hanya ada beberapa perusahaan pembibit yang warna dasar label masih tidak sesuai dengan ketentuan SNI, dan ada pula yang tidak memakai Merk Dagang karena dipakai untuk kalangan sendiri dan tidak diperdagangkan seperti Nuyan Farm di Cianjur. Untuk DOC yang diperdagangkan
telah berisi
keterangan sebagai berikut : -
Tanggal dan jam keluar dari mesin tetas
-
Galur/Strain
-
Nama dagang
-
Tipe ayam bibit
-
Jumlah isi kemasan
-
Nama dan alamat perusahaan peternakan ayam bibit
-
Tanggal vaksinasi marek (untuk ayam ras petelur) Pengawasan mutu DOC Ayam ras petelur dan pedaging serta
pemeriksaan kemasan dan label dengan hasil pemeriksaan sesuai ketentuan SNI Nomor 01-4868.1-2005, tipe pedaging dan SNI Nomor 014868.2-2005 tipe petelur. B.
Pengawasan Mutu Semen Pemeriksaan Mutu Semen Sapi Potong, dan Sapi Perah dilaksanakan di 17 Lokasi kabupaten/kota dan depo Provinsi Jawa Barat serta Koperasi Persusuan. Dari hasil pemeriksaan semen sapi potong di 15 kabupaten/kota yaitu Cianjur, Garut, Kuningan, Majalengka, Sumedang, Purwakarta, Karawang, Subang, Cirebon, Indramayu, Tasikmalaya, Bogor, Ciamis, Kota Banjar, Depo Provinsi dan Sukabumi Jenis semen sapi potong yang diperiksa, yaitu Brahman, Limousine, Simmental dan Ongole, Dari hasil pemeriksaan secara mikroskopis, maka semen beku yang beredar di kabupaten/kota dan provinsi tersebut rata-rata mempunyai motilitas dan persentase sperma yang cukup baik dan masih layak untuk digunakan IB, namun Brahman dari Depo Provinsi kondisi kurang layak IB (hasil 2/20) yang artinya gerakan individu sperma sedang dan persentase hidup/gerak maju spermatozoa hanya 20%. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa untuk semen beku yang kurang layak perlu dikaji ulang dengan pemeriksaan mikroskopis kemungkinan terjadi salah penaganan N2 cair. Kondisi N2 Cair didalam Container harus selalu penuh atau minimal 2/3 container terisi N2 Cair karena tingkat penguapannya yang cukup tinggi. Untuk itu setiap dua hari sekali dikontrol/diisi N2 Cair.
Laporan Tahunan 2013 Bidang Produksi
6
Pemeriksaan semen sapi perah dilaksanakan di 6 kabupaten yaitu Garut (KUD Mandiri Cisurupan dan KPGS Cikajang), Kuningan (KUD Larasati), Sumedang (KSU Tandangsari), Tasikmalaya (KUD Pager Ageung), Bandung (KPBS Pangalengan) dan Bandung Barat (KPSBU Lembang dan Sarwamukti Parongpong) dengan jenis semen yang diperiksa yaitu FH Filmore, Felish, Felicia, Creton, Holstein Sparta, Maloya Laser,Markwell Elitist, Mayerlane Vista, Frime, Fervent, Justin, Forsa, Yacosy, Starlight, Rodgar, Ferventvil, Goldsy dan Fortuner. Dari hasil pemeriksaan mutu semen sapi perah tersebut secara mikroskopis (test after thawing) rata-rata gerak individu spermatozoa cepat (3) dan gerak maju spermatozoa bagus (43%), maka semen beku tersebut masih layak digunakan untuk Inseminasi Buatan. C.
Pemasukan dan Pengeluaran Bibit Pada tahun 2013 tercatat rencana pemasukan bibit ternak ke Jawa Barat sebagai berikut : a.
Pemasukan/import ternak DOC Ayam Ras GPS (Grand Parent Stock) Broiler/Pedaging ke Jawa Barat sebanyak 805.450 ekor (jantan 271.596 ekor dan betina 533.854 ekor) dimana negara asal impor dari Amerika Serikat dan Inggris dengan perusahaan/pengimpor ternak adalah CV. Missouri, PT. Hybro Indonesia, PT. CJ-PIA, PT. Central Avian Pertiwi, PT. Bibit Indonesia, PT. Multibreeder AI, Tbk, PT. Cibadak Indah Sari Farm, PT. Galur Prima Cobbindo, PT. Sarana Veterinaria Jaya Abadi, PT. Taat Indah Bersinar dan PT. Cipendawa Agriindustri.
b.
Pemasukan/impor ternak DOC Ayam Ras GPS (Grand Parent Stock) Layer ke Jawa Barat sebanyak 916.103 ekor (jantan 358.147 ekor dan Betina 557.956 ekor) dengan pengusaha/pengimpor CV. Missouri,
PT. Isa
Indonesia dan PT. Japfa Comfeed Indonesia, Tbk. dari Negara Amerika Serikat dan Belanda. c.
Pemasukan/import DOD Itik PS (Parent Stock) sebanyak 3.000 ekor (jantan 300 ekor dan betina 2.500 ekor) dari Malaysia dengan perusahaan pengimport PT. Central Avian Pertiwi dan PT. Quality Indonesia.
d.
Pemasukan/impor semen beku (straw) sapi potong dan sapi perah sebanyak 530 dosis yang berasal dari negara Australia dengan pengimport PT. Lunar Chemplast. Serta 5.000 dosis FH dari negara Amerika serikat dengan pengimport PT. Ultra Jaya Pada tahun 2013 rencana pengeluaran bibit ternak dari provinsi Jawa Barat
tidak tercatat, karena semenjak terbitnya Peraturan Gubernur No. 49 tahun 2011 perihal petunjuk pelaksanaan peraturan daerah Provinsi Jawa Barat
nomer 7
tahun 2010 tentang penyelenggaraan pelayanan perizinan terpadu (berita daerah Provinsi Jawa Barat tahun 2011 nomor 48 seri E) maka pemasukan/pengeluaran benih/bibit ternak antar pulau atau antar provinsi tidak melalui mekanisme
Laporan Tahunan 2013 Bidang Produksi
7
penerbitan rekomendasi teknis dari OPD teknis atau Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, melainkan langsung diterbitkan rekomedasinya oleh Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan Pergub 49, 2011 tersebut rekomendasi pemasukan/pengeluaran benih/bibit antar pulau atau antar provinsi masuk dalam kategori izin insidentil dengan durasi pelayanan selama 1 (satu) hari. Pengawasan lalu lintas ternak khususnya pemasukan/pengeluaran bibit dari Jawa Barat ke luar provinsi atau pulau lain banyak mengalami kendala, salah satunya adalah klausul dalam Pergub 49, 2011 tersebut. Selain itu belum adanya kesepakatan bersama antar satu provinsi dengan provinsi lainnya mengenai persyaratan pemasukan atau pengeluaran bibit ternak. Sehingga banyak pemasukan maupun pengeluaran benih/bibit ternak tanpa penerbitan rekomendasi dari Dinas Peternakan Provinsi yang berakibat benih/bibit yang masuk/keluar tidak terpantau dan tercatat. Berdasarkan
hasil
rekapitulasi
surat
rekomendasi
Pemasukan
dan
Pengeluaran Bibit Ternak tahun 2013 telah diterbitkan sebanyak 36 buah surat pertimbangan teknis pemasukan benih/bibit ternak oleh Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dengan rincian untuk pemasukan bibit ternak 36 buah surat. 5.2.
IDENTIFIKASI SAPI LOKAL JAWA BARAT Pada tahun 2013 telah dilaksanakan pengkajian identifikasi sapi lokal Jawa Barat dilaksanakan bekerja sama dengan para pakar dan tenaga ahli dari perguruan tinggi Universitas Padjadjaran (UNPAD). Hasil yang diperoleh dari kegiatan tersebut adalah sebagai berikut : 1.
Kajian Identifikasi Sebaran Wilayah dan Analisis Performa Intra Kualitatif (Analisis Dna Rt-Pcr) Populasi Sapi Rancah Di Jawa Barat Analisis dilakukan menggunkan pendekatan molekuler terhadap gen-gen yang berkaitan dengan sapi Bos sondaicus pada kromosom. Tahapan penelitian meliputi: A.
Pengambilan serum darah sapi sampel terpilih
B.
Isolasi DNA (genome)
C.
PCR menggunakan metode RT dengan primer sapi Bali yang diyakini merupakan bangsa Bos sondaicus murni sejak didomestikasi
D.
Analisis data hasil PCR Analisis data untuk mendeskripsikan secara interior atas genetik kualitatif sapi
Rancah menggunakan analisis DNA. Metode yang digunakan adalah PCR-RT untuk melihat secara obyektif kualifikasi maupun kuantifikasi DNA. PCR spesifik dapat dikembangkan dengan menargetkan segmen DNA tertentu
pada spesies yang akan
diidentifikasi (Herman, 2000). PCR merupakan teknik biologi molekuler yang berguna untuk memperbanyak (amplifikasi) sekuensing DNA spesifik secara in vitro sehingga menghasilkan jutaan kopi. Real-Time PCR dapat mendeteksi produk amplifikasi pada tiap siklus pada proses
Laporan Tahunan 2013 Bidang Produksi
8
penggandaan DNA. Pada sistem Real-Time PCR ini terdapat enzim DNA polimerase yang memiliki aktivitas pada DNA yang memiliki fungsi exonuclease pada rantai DNA 5’ menuju 3’. DNA polimerase ini dapat menguraikan molekul probes yang terikat pada untaian tunggal DNA sehingga dapat digunakan untuk deteksi amplikon pada target DNA yang spesifik. Molekul probes ini mengikat oligonukleotida dan akan mengikat sekuen DNA target. Probes ini terikat pada ujung 5’P dan pada ujung 3’ (Maridha Normawati, 2013). Molekul probes ini memiliki bagian reporter dye pada ujung 5’ yang dapat mengeluarkan floresensi sedangkan pada ujung 3’ terdapat quencher yang dapat meredam floresensi pada reporter dye. Sehingga sebelum reaksi emisi dari reporter dye tidak dapat terbaca pada detektor. Real-Time PCR memiliki keunggulan daripada konvensional PCR yaitu pada RealTime sistem pengukuran analisis menggunakan molekul probes yang dapat diukur pada tiap siklus reaksinya, pada konvensional PCR deteksinya memerlukan gel agarosa untuk proses elektroporesis DNA pada deteksi produk hasil amplifikasi DNA tersebut (Maridha Normawati, 2013). Analisis keragaman genetik menggunakan marker DNA adalah sebagai berikut : A.
Pengambilan serum darah sapi Pengambilan sampel darah dilakukan melalui vena jugularis atau vena pangkal ekor, masing-masing sapi diambil darahnya 5-9 ml menggunakan vacumtainer berheparin merk Greiner bio one. Darah yang ditampung dalam tabung K3EDTA tersebut kemudian disimpan didalam cooling box dan dibawa ke laboratorium untuk diambil sel darah putihnya.
B.
Ekstraksi DNA DNA genomic diekstraksi dari sampel darah sapi menggunakan Pure Link’ Genomic DNA Kits. Sebanyak 200 µL darah dimasukan ke dalam tabung eppendorf, selanjutnya sebagai berikut : a.
Ditambahkan 20 µl Proteinase K, 20 µl RNA se, selanjutnya divortex dan inkubasi 2 menit pada suhu ruang, kemudian
b.
Ditambahkan 200 µl GLBB dan divortex selanjutnya inkubasi pada suhu 550C, selama 10 menit, kemudian
c.
Ditambahkan ethanol 95% sebanyak 200 µl kemudian divortex. Pindahkan pada spin colums dan disentrifugasi 12500 rpm, 1 menit,RT. Ganti collections tube yang baru, kemudian
d.
Ditambahkan WB 1 sebanyak 500 µl, selanjutnya sentrifugasi 12500 rpm, 1 menit,RT. Ganti collections tube yang baru tambahkan WB 2 sebanyak 500 µl, selanjutnya sentrifugasi 12500 rpm, 3 menit,RT. Ganti dengan collections tube baru dan kemudian
e.
Tambahkan GEB 200 µl, inkubasi RT, 1 menit selanjutnya sentrifuse 14000 o
rpm, DNA genome dapat disimpan 4 C.
Laporan Tahunan 2013 Bidang Produksi
9
Secara ringkas tahapan pemurnian DNA adalah sebagai berikut : a.
Preparing Lysates
b.
Binding DNA
c.
Washing DNA
d.
Eluting DNA
Tabel 5.4. Sekuen Microsatellite INRA035 dan HEL9 Primer
Sekuen (5’ – 3’)
INRA035
F : 5’-ATCCTTTGCAGCCTCCACATTG-3’ R : 3’- TTGTGCTTTATGACACTATCCG – 5’ F : 5’- CCCATTCAGTCTTCAGAGGT- 3 R : 3’- CACATCCATGTTCTCACCAC – 5’
HEL 9
C.
Berat Molekul (bp) 120 143-165
Sumber Vaiman, et (1994) Bishop,et (1994)
al al
Bahan dan Alat Illumina EcoTM Real Time PCR , KAPA “SYBR FAST, primer, ddH2O, ethanol 95% Tabel 5.5. Komposisi Reaksi RT-PCR Bahan KAPA”SYBR FAST PCR water Primer (forward) Primer (reverse) DNA template Total volume
1.
Jumlah (µl) 10 9 0,4 0,4 0,5 20
Pendugaan Populasi dari setiap sebaran wilayah Setiap sebaran wilayah populasi pada basis ekosistem dapat menggambarkan populasi ternak secara umum, adapun anaisis untuk menduga populasi, disunakan rumus pendugaan populasi :
X − tα / 2,n −1 •
S S < µ < X + tα / 2,n −1 • n n
Asumsi : A.
Standar deviasi populasi tidak diketahui
B.
Populasi berdistribusi normal
C.
Menggunakan distribusi t Penggambaran sampel dalam menduga populasi agar memenuhi distribusi normal
adalah sebagai berikut : A.
Setiap Kabupaten basis populasi dipilih kecamatan-kecamatan yang memiliki basis populasi sapi Rancah
B.
Setiap Kecamatan dipilih desa-desa yang memiliki basis populasi sapi Rancah
C.
Pemilihan sampel desa adalah desa-desa yang agroekosistem dan populasi sapi Rancah yang relatif seragam.
Laporan Tahunan 2013 Bidang Produksi
10
D.
Untuk mencapai keseragaman relatif pada desa dapat diketahui melalui data monografi desa, data UPTD Pertanian Kecamatan dan verifikasi data dilakukan dengan pengamatan langsung
E.
Sampel (n) yang ditetapkan adalah dusun, sehingga jumlah sampelnya lebih dari 30 unit untuk setiap kecamatan. Hal ini dilakukan karena terdapat Kabupaten dengan hanya satu Kecamatan yang memiliki populasi sapi Rancah.
F.
Hasil nilai pendugaan rata-rata kemudian dikalikan dengan jumlah populasi dusun keseluruhan kecamatan basis populasi sapi Rancah per kabupaten
Hasil dan Pembahasan Sapi Lokal Jawa Barat sering disebut sebagai sapi kacang, sebagian masyarakat Sunda dan Jawa Tengah bagian selatan menyebut dengan istilah sapi Rancah. Istilah sapi kacang merupakan predikat atas performa tubuh yang relatif lebih kecil di banding sapi potong lainnya. Istilah sapi kacang diduga muncul setelah jenis sapi potong lain seperti PO, Brahman dan sapi-sapi Bos taurus hidup dan menyatu dengan petani. Sapi dari spesies Bos sondaicus ini memiliki ciri eksterior yang mirip dengan sapi Jawa, yakni pada betina tidak berponok, ukuran tubuh relatif kecil dibanding bos indicus dan bos taurus, berwarna merah bata dan atau merah tua, kepala kecil, tanduk kecil mengarah ke dalam, pada bagian perut (abdomen), pantat (thick) dan kaki (tarsal, metatarsal, carpus dan metatarsus) berwarna putih dan sebagian memiliki garis belut di sepanjang punggung. Pada jantan memiliki kesamaan dengan betina, namun warna tubuh sebagian agak gelap. Eksistensi populasi sapi Rancah ini berada di peternakan rakyat Jawa Barat. Wilayah-wilayah populasi sapi ini antara lain Ciamis, Pangandaran, Tasikmalaya, Garut, Cianjur, Purwakarta, Subang, Indramayu, Sumedang, Majalengka dan Kuningan. Ciri pola pemeliharaan di wilayah-wilayah tersebut memiliki kesamaan yakni orientasi pemeliharaan untuk menghasilkan pedet (non artificial breeding), akan tetapi pola pemeliharaan terdapat perbedaan yakni pola ekstensif, semi intensif dan intensif. Sebaran wilayah populasi sapi Rancah berada di wilayah buffer zone hutan antara lain Ciamis, Kuningan, Majalengka, Sumedang, Indramayu, Subang, Purwakarta dengan sebaran populasi antara 16.919-18.817 ekor dan wilayah pakidulan antara lain Pangandaran, Tasikmalaya, Garut, Cianjur dan Sukabumi dengan sebaran populasi antara 31.688-35694 ekor. Sapi Rancah memiliki dua tipe penting yakni tipe non gelambir dan gelambir. Kedua tipe ini menunjukkan adanya perbedaan genetis berdasarkan hasil RT-PCR menggunakan primer INRA035 dan HEL9. Hal ini memperkuat kesimpulan arkheologis sejarah munculnya dua tipe pada sapi Rancah di Jawa Barat Primer INRA035 merupakan primer spesifik yang dapat digunakan sebagai marker atau penanda Sapi Rancah khususnya pada populasi sapi Rancah non gelambir, populasi ini memiliki jarak genetik paling dekat dengan sapi Bali murni. Pada sapi
Laporan Tahunan 2013 Bidang Produksi
11
Rancah bergelambir tidak menunjukkan ekspresi gen INRA035 sehingga diasumsi jarak genetik jauh dengan sapi Bali, namun demikian perlu dicari penciri dari Bos indicus. Populasi dasar sapi Rancah calon nucleus herd harus memiliki karakter kuantitatif di
atas
rata-rata
berdasarkan
hasil
penlitian
sebelumnya.
Namun
demikian
dipertimbangkan juga faktor produktivitas antara lain reproduktivitas, pertumbuhan dan kesehatan ternak. Sebaran wilayah populasi sapi Rancah berada di wilayah buffer zone hutan antara lain Ciamis, Kuningan, Majalengka, Sumedang, Indramayu, Subang, Purwakarta dengan sebaran populasi antara 16.919-18.817 ekor dan wilayah pakidulan antara lain Pangandaran, Tasikmalaya, Garut, Cianjur dan Sukabumi dengan sebaran populasi antara 31.688-35.694 ekor. 2.
Pengembangan Sapi Rancah di Masyarakat Sebagai upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan populasi ternak lokal Jawa Barat, dimungkinkan bila peternak mendapat perhatian pemerintah. Pada kegiatan ini masing-masing kelompok menerima 5 (lima) ekor jantan dan 20 (dua puluh) ekor betina dan kandang 52 meterpersegi serta konsentrat sebanyak 12.500 kg. Pengadaan dilaksanakan
Ternak
melalui
Jantan
proses
dan
Betina,
pelelangan.
kegiatan
Pengadaan
pengadaan
ternak
ini
ternak
dalam
ini
upaya
memperbaiki performa sapi 12lokal Jawa Barat dan meningkatkan populasi. Jantan digunakan
sebagai
pemacek
bagi
kelompok
yang
pemeliharaannya
ekstensif
(digembalakan) dengan pemakaian jantannya diatur dan dilaksanakan pencatatan guna menghindari terjadinya kawin sebapak (inbreeding). Berdasarkan usulan dari dinas peternakan atau instansi yang membidangi fungsi peternakan dan hasil verifikasi oleh tim pembina Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, maka ditetapkan dengan Keputusan Kepala Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, kelompok penerima bantuan sebagaimana tercantum pada Tabel 5.6. Tabel 5.6. Daftar Kelompok Pengembangan Sapi Rancah di Masyarakat No.
5.3.
Kabupaten
1.
Ciamis
2.
Sukabumi
3.
Tasikmalaya
4.
Kuningan
5.
Majalengka
6.
Cianjur
7.
Purwakarta
Nama Trijaya
Kelompok Nama Ketua H. Dayat
Lokasi Desa Kecamatan Situmandala Rancah
Sugih Jaya
H. Pepen
Sumberjaya
Tegalbuleud
Lembu Perkasa
Aceng
Sirna Jaya
Sukaraja
Giri Karya
Ugan Sugandi
Dukuh Badag
Cibingbin
Mulya Abadi
Radi
Mekarjaya
Kertajati
Karya Mukti
H. Ahmad
Sukamanah
Agrabinta
Gunung Parang I
Bobon
Pasanggrahan
Tegalwaru
PAKAN TERNAK Perkembangan ternak di Jawa Barat tidak terlepas dari ketersediaan pakannya, karena pakan merupakan komponen penting bagi kehidupan, pertumbuhan dan produktivitas ternak yang bersangkutan. Dalam suatu budidaya, pakan juga memberikan kontribusi biaya yang
Laporan Tahunan 2013 Bidang Produksi
12
paling tinggi, yaitu lebih dari 70%, sehingga suatu usaha budidaya akan menguntungkan jika pakan dapat tersedia dengan jumlah yang cukup dan mutu yang baik serta harga yang sesuai. Banyak permasalahan timbul dalam penyediaaan pakan yang disebabkan karena peternak kurang bisa menghitung suplai-demand serta mengantisipasi ketersediaan pakan dalam waktu-waktu yang sulit, misalnya pada musim kemarau yang berkepanjangan dan mutu pakan yang kurang baik. Oleh karenanya diperlukan antisipasi penyediaan pakan yang dapat menjamin
penyediaan
pakan
secara
kontinyu/sepanjang
tahun,
antara
lain
melalui
pembangunan sarana pengolahan pakan dari tingkat yang paling bawah yaitu tingkat peternak atau kelompok berupa lumbung pakan, unit pengolah pakan, unit pengolah bahan pakan, pengembangan HPT di lahan kehutanan, pengawasan mutu pakan, dan hijauan pakan ternak. 1.
Lumbung Pakan Pakan mempunyai peranan penting dalam usaha peternakan khususnya dalam peningkatan produksi dan produktivitas ternak. Dari aspek ekonomi biaya pakan memberikan kontribusi hingga 70% dari seluruh biaya produksi, sedangkan dari aspek teknis, kualitas pakan akan sangat berpengaruh kepada tingkat produksi ternak (daging, telur, susu) dan produktivitas ternak. Fungsi pakan juga diarahkan pada upaya pemeliharaan daya tahan tubuh dan kesehatan sehingga ternak tumbuh sehat dan kuat. Upaya-upaya peningkatan produksi ternak ruminansia dan unggas tidak akan terlepas dari perencanaan
sistem manajemen ternak
yang akan diterapkan, termasuk
perencanaan penyediaan pakan. Dengan perencanaan penyediaan pakan yang memadai dalam kuantitas dan kualitas untuk sepanjang tahun, akan dapat dicapai efektivitas dan efisiensi biaya produksi usaha peternakan. Pakan ternak ruminansia umumnya dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu pakan hijauan dan pakan konsentrat serta tambahan vitamin dan mineral sebagai suplemen (tambahan) pakan. Selama ini sebagian besar pakan hijauan yang diberikan kepada ternak berupa rumput lokal atau rumput alam, baik yang berasal dari padang penggembalaan umum maupun dari tempattempat lain seperti pematang sawah, pinggir jalan, pinggir hutan, saluran irigasi atau perkebunan. Jawa Barat memiliki potensi limbah pertanian dan hasil samping agroindustri dengan jenis dan jumlah yang melimpah dan sangat potensial untuk mengatasi permasalahan pakan. Disisi lain limbah tersebut banyak menjadi beban bagi lingkungan. bahkan menjadi salah satu penyebab pencemaran lingkungan, terutama limbah tanaman pangan pada musin panen. Padahal saat musim kemarau, pada saat produksi rumput dan hijauan lainnya menurun, hasil samping tanaman pangan sangat dibutuhkan sebagai pakan. Pemanfaatan limbah pertanian dan limbah agroindustri belum banyak dilakukan dan diketahui oleh para peternak. Keuntungan dari pemanfaatan limbah ini antara lain : A.
Efisiensi penggunaan lahan,
B.
Efisiensi tenaga kerja dankomponen produksi lainnya,
C.
Mengurangi ketergantungan sumber daya dari luar,
D.
Terjadinya perbaikan lingkungan hidup.
Laporan Tahunan 2013 Bidang Produksi
13
Di beberapa daerah diketahui bahwa secara bertahap para peternak sudah mulai menggantungkan penyediaan pakan ternaknya dari limbah pertanian dan agroindustri, sehingga dimasa mendatang limbah memegang peran penting. Agar limbah tersebut dapat tersedia dan dapat dimanfaatkan sepanjang tahun diperlukan pengolahan/ pengawetan dan tempat penyimpanan. Untuk itu pemerintah telah memfasilitasi kegiatan melalui pengembangan lumbung pakan ternak ruminansia di kelompok, yang ditujukan untuk penyediaan pakan sepanjang tahun dengan aplikasi teknologi tepat guna sehingga kebutuhan pakan di kelompok dan kelompok sekitar dapat terpenuhi. Jawa Barat pada
tahun 2013 memiliki 2 kelompok lumbung pakan ternak
ruminansia di 2 kabupaten dan lumbung pakan unggas sebanyak 2 kelompok di 2 kabupaten sebagaimana dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 5.7.
Lokasi Lumbung Pakan Ternak – Ruminansia dan Lumbung Pakan Unggas.
No. Kabupaten Nama Kelompok I. Lokasi Lumbung Pakan Ternak – Ruminansia 1. Subang Baru Jaya I 2. Sumedang Tunas Lestari II. Lokasi Lumbung Pakan Ternak Unggas 1. Karawang Gapoktan Rukun Tani Mandiri 2. Kuningan Tunas Mekar
2.
Alamat Ds. Palasari, Kec. Ciater Ds. Sukaraja, Kec. Cibugel Ds. Rawagempol, Kec. Cilamaya Ds. Babakanmulya, Kec. Jalaksana
Unit Pengolah Pakan Masalah utama kesediaan pakan ternak di Jawa Barat maupun nasional adalah ketergantungan terhadap bahan pakan impor, sehingga apabila terjadi gejolak ekonomi ditingkat global atau regional, akan sangat mempengaruhi kinerja usaha peternakan. Penyediaan pakan yang murah, dari bahan pakan lokal yang tersedia secara terus menerus di sekitar tempat usaha budidaya serta dapat memenuhi kebutuhan gizi ternak, perlu diupayakan untuk memperoleh keuntungan yang maksimal dalam
menunjang
keberhasilan usaha budidaya yang dilakukan. Pemerintah telah mengupayakan beberapa program terobosan yang mengarah kepada ketahanan pakan lokal, agar kedepan ketergantungan terhadap bahan impor dapat semakin berkurang dan pada akhirnya harapan untuk mandiri dengan menggunakan bahan pakan lokal dapat tercapai. Optimalisasi pemanfaatan bahan pakan substitusi merupakan salah satu alternatif untuk penyediaan bahan pakan yang berasal dari hasil samping industri hasil pertanian atau agroindustri yang selama ini belum banyak dimanfaatkan sebagai bahan pakan, tetapi dari kandungan nutrisinya masih memadai untuk diolah menjadi pakan. Salah satu fasilitasi pemerintah dalam upaya pengembangan ketersediaan pakan lokal, adalah melalui pengembangan unit pengolah pakan. Untuk itu
diperlukan
pedoman umum terkait dengan pengembangan unit pengolah pakan, agar pelaksanaan di lapangan sesuai dengan yang direncanakan.
Laporan Tahunan 2013 Bidang Produksi
14
Tujuan dari pengembangan unit pengolah pakan unggas dan ruminansia adalah : A.
Meningkatkan
kemampuan
para
peternak,
kelompok
peternak,
dalam
memproduksi pakan yang memenuhi standar kebutuhan ternak baik kuantitas maupun kualitasnya dengan harga murah dan tersedia sepanjang tahun. B.
Meningkatkan penguasaan teknologi pengolahan pakan
yang digunakan untuk
memproduksi pakan ternak. C.
Meningkatkan efisiensi penggunaan pakan. Jawa Barat di tahun 2013 ada kegiatan Unit Pengolah Pakan Ruminansia dan Unit
Pengolah Pakan Unggas di beberapa kabupaten antara lain dapat dilihat pada Tabel berikut : Tabel 5.8. Lokasi Unit Pengolah Pakan Unggas di Jawa Barat No Kabupaten I. UPP Ruminansia 1. Sumedang 2. Kuningan II. UPP Unggas 1. Karawang 2. Subang
3.
Nama Kelompok
Alamat
Mekarwangi Karya Binangkit
Desa Sukamju Kecamatan Rancakalong Desa Sindangjawa, Kecamatan Cibingbin
Gapoktan Karya Mekar Praja
Desa Karyasari Kecamatan Regasdengklok Desa Gambarsari Kecamatan Pagaden
Pengawasan Mutu Pakan Ternak Seiring dengan kebutuhan peningkatan produksi ternak maka tidak lepas dari kebutuhan pakan yang berkualitas karena itu kegiatan ini terdiri dari apresiasi pakan ternak dan
operasional pengawasan mutu pakan ternak sebagai kontrol peredaran
pakan yang berkualitas di Provinsi Jawa Barat. Pakan yang dibuat dan diedarkan/diperdagangkan oleh kelompok/peternak maupun produsen pakan sangat perlu dilakukan pengawasan secara menyeluruh sebagai suatu system manajemen mutu yang dimulai dari pengadaan bahan baku pakan, penyiapan bahan baku pakan, penyimpanan bahan baku pakan, penggilingan, pencampuran, pembuatan pellet, pengepakan, pelabelan, penyimpanan pakan dan pengeluaran pakan/pendistribusian, hal tersebut sangat essensial dalam upaya agar konsumen mempergunakan pakan yang memenuhi standar mutu sesuai persyaratan teknis yang ditetapkan. Pengawasan mutu pakan yang baik akan dapat mencegah terjadinya kerugian bahkan sebaliknya akan memberikan keuntungan ekonomis yang signifikan baik bagi pemerintah, produsen maupun konsumen dalam hal ini peternak. Hanya dengan pakan yang bermutu saja yang akan dapat bersaing dan berperan dalam transaksi pasar. Pengawasan Lalu Lintas Pakan dilaksanakan di 15 Kabupaten di Jawa Barat, yang dilakukan di kelompok/peternak, produsen, distributor pakan ternak. Hal ini dilakukan untuk menjaga apabila dalam pengawasan mutu pakan ditemukan pakan yang tidak sesuai dengan standar atau persyaratan teknis minimal yang ditetapkan sehingga harus ditindaklanjuti melalui pembinaan. Salah satu cara pengawasan mutu pakan ternak yang dilakukan salah satunya adalah dengan melaksanakan pengujian sampel bahan baku/konsentrat di laboratorium pakan ternak yang terakreditasi yaitu ke Balai Pengujian
Laporan Tahunan 2013 Bidang Produksi
15
Mutu Pakan Ternak di Setu-Bekasi. Dari hasil pengamatan konsentrat ruminansia yang dikelola oleh penyedia pakan ternak sampai saat ini sebagian besar belum memenuhi standar sesuai dengan SNI yang diharapkan dan sampai saat ini pengelola pakan ruminansia belum ada yang mendaftarkan usaha pakannya sesuai dengan Permentan No. 19/Permentan/OT.140/4/2009 tentang Syarat dan Cara Pendaftaran Pakan. Pada Tahun 2013 telah dilakukan pengujian sampel pakan (40 sampel APBD dan 20 sampel APBN) yang dilaksanakan di BPMPT Setu Bekasi baik itu dari kelompok ternak, produsen ataupun distributor pakan. 4.
Dukungan Pakan dalam Pengembangan Kawasan Sapi Perah Sub kegiatan dukungan pakan dalam pengembangan kawasan sapi perah berdasarkan DIPA dan POK dialokasikan ke kelompok tani ternak sapi perah di Kabupaten Bandung Barat sebannyak 20 kelompok. Berdasarkan Surat Penetapan Kelompok oleh Kepala Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat maka telah ditetapkan lokasi-lokasi kelompok penerima dukungan pakan dalam pengembangan kawasan sapi perah Tahun 2013. Hasil evaluasi kegiatan dapat disajikan pada Tabel berikut : Tabel 5.9. Hasil Evaluasi Pemberian Pakan Konsentrat No. 1. 2. 3. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
Nama Kelompok Giri Mekar Sukatinggi Sadaya Makmur Tunas Mekar Wargi Saluyu Mekar Asih 2 Mekar Wangi Mekar Mulya Sarimukti laksana mekar Karya Mandiri Tirta Mandiri Mekar Sari 53 Karya Bersama Gunung batu Pataliwangi Mekar Asih 2 Giri Mekar Rata-rata produksi
Prod. Susu awal rata-rata per ekor/hari (liter) 11.60 16.08 15.68 14.97 20.32 13.28 17.77 14.78 12.28 35.85 21.93 13.53 12.45 13.44 14.73 14.21 13.93 13.28 11.60 15.09
Rata- Rata Produksi susu per hari (rata-rata dlm satu bulan) 1 2 3 4 13.68 13.92 14.23 14.07 16.78 18.43 19.40 20.35 15.88 16.28 16.98 17.33 15.18 15.25 15.75 16.40 20.55 21.58 22.48 23.48 15.95 16.38 16.93 17.37 17.93 19.08 19.98 20.98 16.32 17.42 18.32 19.32 13.42 14.42 16.42 15.42 39.90 42.75 44.25 45.38 24.20 25.83 27.25 28.50 15.87 16.38 16.71 16.88 15.03 15.86 16.08 16.20 15.73 15.93 16.33 16.13 16.93 17.11 17.53 17.28 17.16 17.61 17.79 17.64 16.85 17.35 17.60 17.42 15.95 16.38 16.93 17.37 13.68 13.92 14.23 14.07 16.85 17.59 18.26 18.58
5 13.88 21.28 17.82 17.18 24.48 17.82 21.98 20.32 17.42 46.50 29.80 17.32 16.90 15.99 17.21 17.68 17.43 17.82 13.88 19.14
Hasil wawancara dengan peternak dan informasi dari petugas penyuluh lapangan masing-masing wilayah, dengan adanya pemberian pakan konsentrat ini ternyata dapat meningkatkan produksi susu sekitar dua liter, sehingga para peternak memiliki tabungan untuk dapat digunakan pemberian konsentrat pada tahun berikutnya.
Laporan Tahunan 2013 Bidang Produksi
16
5.4.
PENGENDALIAN PELAKSANAAN BUDIDAYA TERNAK 1.
Pelaksanaan Inseminasi Buatan A.
Alokasi dan Distribusi Semen Beku Sapi Potong dan Nitrogen Cair. Dalam rangka mendukung program Percepatan Pencapaian Swasembada Daging Sapi (PSDSK) tahun 2014, Provinsi Jawa Barat termasuk kedalam kelompok daerah prioritas Inseminasi Buatan (IB) disamping Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan Bali. Dasar Pelaksanaan PSDSK di Jawa Barat Tahun 2013 adalah : a.
Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 59/Permentan/HK.060 /8/2007 tentang Pedoman Percepatan Pencapaian Swasembada Daging Sapi;
b.
Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 25/Permentan/OT.140/4 /2011 tentang Unit Manajemen Program Swasembada Daging Sapi Tahun 2014;
c.
Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor : 524.13/Kep.907- Disnak/2011 tentang Unit Manajemen Program Swasembada Daging Sapi Dan Kerbau; Tahun 2013 Jawa Barat merencanakan pengalokasian semen beku sapi
potong sebanyak 126.000 dosis yaitu 39.000 dosis dari bantuan BIB Lembang, 11.000 dosis bantuan dari BIB Singosari, 68.000 dosis dari pengadaan APBN TA. 2013 dan 8.000 straw Ongole bersumber dari dana APBD serta dilengkapi Nitrogen Cair sebanyak 46.000 liter yang bersumber dari dana APBN sebanyak 40.000 Liter dan APBD Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 sebanyak 6.000 Liter. Realisasi pendistribusian straw sebanyak 126.000 dosis dan Nitrogen Cair 40.000 liter dengan rincian distribusi untuk masing-masing kabupaten/kota sebagaimana tabel berikut ini. Stock untuk mengantisifasi kebutuhan awal tahun 2014 sebanyak 20.000 liter Nitrogen cair. Tabel 5.10. Distribusi Semen Beku dan Nitrogen Cair Tahun 2013 No.
Kabupaten/Kota
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
Ciamis Tasikmalaya Garut Cianjur Sukabumi Bogor Bekasi Karawang Purwakarta Subang Indramayu Sumedang Majalengka Kuningan Cirebon Bandung Bandung Barat Kota Tasikmalaya Kota Banjar Kota Cirebon Jumlah
Laporan Tahunan 2013 Bidang Produksi
Brahman 7.400 9.950 1.950 3.500 2.150 1.150 1.950 1.750 1.300 3.500 1.600 7.400 1.900 3.500 450 750 200 250 200 50 50.000
Semen Beku Sapi Potong PO Simental Limousin 8.000 700 700 10.150 775 775 2.400 650 650 4.400 700 700 2.650 600 600 1.350 400 400 2.150 400 400 2.200 450 450 1.650 400 400 3.450 700 700 1.900 400 400 7.000 700 700 6.100 700 500 4.450 500 500 500 300 300 700 200 200 250 150 150 300 200 200 300 200 200 100 75 75 58.000 9.000 9.000
Jumlah 16.800 21.250 5.650 9.300 6.000 3.300 4.900 4.850 3.750 9.350 4.300 16.800 4.500 8.950 1.550 1.850 750 950 900 300 126.000
N2 Cair 6.200 7.700 1.900 3.400 2.300 1.300 1.800 2.300 2.300 3.400 1.200 6.200 1.200 2.900 500 500 250 250 250 150 46.000
17
B.
Pelaksanaan Inseminasi Buatan Sapi Potong Hasil perkembangan pelaksanaan Inseminasi Buatan (IB) Sapi Potong di Jawa Barat Tahun 2013 yang dilaksanakan di 20 kabupaten/kota (17 kabupaten dan 3 kota) yaitu Kab. Sukabumi, Cianjur, Garut, Tasikmalaya, Ciamis, Kuningan, Cirebon, Majalengka, Sumedang, Indramayu, Subang, Purwakarta, Karawang, Bekasi, Bogor, Bandung, Bandung Barat, Kota Banjar, Kota Cirebon, dan Kota Tasikmalaya tercatat sebagaimana tertera pada tabel sebagai berikut : Tabel 5.11.
Hasil Pelaksanaan IB Sapi Potong Tahun 2012 – 2013
No.
Komponen
1.
Akseptor (ekor) a. Target b. Realisasi Inseminasi (dosis) Kebuntingan (ekor) Kelahiran (ekor) S/C CR (%)
2. 3. 4. 5. 6.
Tahun 2012 80.599 65.322 78.719 48.990 44.019 1,61 62,31
2013 83.823 66.254 78.866 62.870 45.552 1,56 63,31
Berdasarkan data pelaksanaan Inseminasi Buatan pada sapi potong dapat dilihat bahwa kinerja pelaksanaan Inseminasi Buatan Tahun 2013 dengan jumlah akseptor sebanyak 66.254 ekor, diperoleh angka Service per Conception (S/C) 1,56; CR 63,31% dan kelahiran 45.552 ekor terdiri dari jantan 24.065 ekor dan betina 21.487 ekor. Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa tahun 2013 terjadi kenaikan jumlah akseptor yang dilayani sebesar 1,43%, dan jumlah kelahiran meningkat 3,48%, dan CR mengalami kenaikan dari 62,31% menjadi 63,31%. Dan dapat dilihat realisasi Tahun 2013 jumlah akseptor yang dilayani baru mencapai 79,04% dari target 83.823 ekor, tingkat kelahiran yang dicapai baru 90,58% dari target 50.292 ekor. Hal ini dirasakan masih belum optimal karena seluruh data pelayanan Inseminasi Buatan belum dilaporkan secara lengkap oleh masing-masing petugas teknis IB di Kabupaten/Kota kepada dinasnya, serta tingginya tingkat mutasi ternak. C.
Inseminasi Buatan Pada Sapi Perah Pelaksanaan Inseminasi Buatan pada sapi perah sepenuhnya dilaksanakan oleh Koperasi/KUD Sapi perah mulai dari penyediaan sarana IB, petugas IB maupun operasional petugas IB. Inseminasi Buatan pada sapi perah dilaksanakan di 9 kabupaten dan 1 kota, yaitu Kab. Bandung, Bandung Barat, Garut, Sumedang, Kuningan, Tasikmalaya, Sukabumi, Bogor, Cianjur dan Kota Bogor.
Laporan Tahunan 2013 Bidang Produksi
18
2.
Penyebaran dan Penguatan Ternak Penyebaran dan penguatan ternak merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh Pemerintah maupun masyarakat dalam rangka pengembangan ternak secara terencana. Selama tahun 2013 penyebaran dan penguatan ternak dilaksanakan melalui dana bantuan sosial yang bersumber dari APBN TP meliputi :
A.
Pengembangan Budidaya Sapi Perah 140 ekor untuk 7 kelompok 3 kabupaten (Kab. Kuningan, Majalengka, dan Sumedang);
B.
Pengembangan Budidaya Kambing / Domba sebanyak 250 ekor betina dan 50 ekor jantan untuk 5 kelompok di 2 kabupaten (Kab. Karawang dan Majalengka);
C.
Pengembangan Kawasan Sapi Potong sebanyak 200 ekor untuk 10 kelompok di 4 kabuapten (Kab. Indramayu, Kuningan, Majalengka dan Subang);
D.
Pengembangan Budidaya Unggas Lokal (Ayam Buras) sebanyak 6 kelompok di 5 kabupaten (Kab. Indramayu, Sumedang, Subang, Majalengka dan Kuningan).
3.
Peningkatan Perizinan dan Sumber Daya Peternak dan Petugas Inseminasi Buatan (IB) A.
Up Grading SIMI Hasil dari pelaksanaan Up Grading SIMI adalah meningkatnya jumlah petugas Inseminator baik wawasan maupun kemampuan petugas Inseminator sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan Inseminasi Buatan, sehingga berdampak terhadap peningkatan jumlah pelayanan,
jumlah kebuntingan dan
jumlah ternak-ternak yang lahir. Surat Izin Melakukan Inseminasi (SIMI) mulai diterbitkan Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat pada tahun 2007. Jumlah SIMI Sapi Potong yang telah diterbitkan sampai dengan 2013 tercatat sebanyak 225 buah. Tabel 5.12. Jumlah petugas Inseminasi Buatan yang Aktif No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18.
Kab/Kota Kab. Bandung Kab. Ciamis Kab. Cianjur Kab. Garut Kab. Karawang Kab. Kuningan Kab. Majalengka Kab. Purwakarta Kab. Subang Kab. Sukabumi Kab. Sumedang Kab. Tasikmalaya Kota Cirebon Kota Tasikmalaya Kab. Cirebon Kab. Bekasi Kab. Indramayu Kab. Bandung Barat
Laporan Tahunan 2013 Bidang Produksi
Inseminator 4 14 26 10 6 8 11 7 19 12 20 26 2 2 7 9 8 3
PKB 2 6 4 8 6 4 4 6 5 3 7 20 2 1 6 5 4 3
ATR 1 3 3 3 2 2 2 2 4 2 5 10 1 1 5 2 2 4
Total 7 23 33 21 14 14 17 15 28 17 32 56 5 4 18 16 14 10
19
No. Kab/Kota 19. Kab. Bogor 20. Kota Banjar 21. Kab. Pangandaran Jumlah
B.
Inseminator 5 1 16 183
PKB 4 1 13 90
ATR 1 1 3 44
Total 10 3 19 305
Lomba Petugas Inseminator Berprestasi Untuk meningkatkan motivasi kinerja para petugas Inseminator dalam memberikan pelayanan Inseminasi Buatan kepada masyarakat sehingga dapat mendukung percepatan pencapaian swasembada daging sapi, serta dalam rangka turut serta berpartisipasi dalam Lomba Petugas Teknis Inseminator Berprestasi Tahun 2013 yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, maka Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat mengadakan melaksanakan lomba petugas Inseminator tingkat Jawa Barat dengan tujuan untuk menyeleksi calon peserta yang akan diikutsertakan Lomba Inseminator Tingkat Nasional Tahun 2013. Penyeleksian peserta dimulai bulan April melalui pendistribusian pedoman teknis penilaian kinerja petugas teknis (Inseminator) dan kuesioner lomba Inseminator,
yang
ditindaklanjuti
oleh
para
petugas
Inseminator
melalui
pengembalian Kuesioner, terdapat 10 petugas yang mengisi kuesioner, dan dari hasil evaluasi kuesioner secara administrasi oleh Provinsi dipilih 9 orang yang memenuhi persyaratan sebagai nominasi yaitu untuk Inseminator sapi potong terdiri dari Kab. Garut (Suherman dan Enoh Kurniawan), Kab. Cianjur (Ahmad Ramli), Kab. Tasikmalaya (Dedeng), Kab. Kuningan (Yoyo Surya, K), Kab. Bandung (Dodi Gunawan), Kab. Sukabumi (Nanang), Kab. Subang (Asep Damanhuri), Kab. Sumedang (Deden Gurnadi Bachtiar). Peserta yang masuk nominasi dipanggil untuk melaksanakan evaluasi tahap berikutnya melalui ekspose/paparan dari masing-masing peserta yang dinilai oleh Tim Juri Provinsi. Dari hasil evaluasi tersebut dipilih 3 orang peserta terbaik yaitu Kab. Garut (Enoh Kurniawan), Kab. Kuningan (Yoyo Surya, K) dan Kab. Sumedang (Deden Gurnadi Bachtiar). Berdasarkan hasil wawancara dan peninjauan ke lapangan ditetapkan 3 petugas Inseminator Terbaik Tingkat Jawa Barat dengan Surat Keputusan
Kepala
Dinas
Peternakan
Provinsi
Jawa
Barat
Nomer
:
524/Kep.154/Prod/V/2013 tanggal 17 Mei 2013 yaitu Juara I dari Kab. Garut (Enoh Kurniawan), Juara II dari Kab. Kuningan (Yoyo Surya, K) dan Juara III dari Kab. Sumedang (Deden Gurnadi Bachtiar). Dan pada penilaian Lomba Inseminator Tingkat Nasional peserta dari Jawa Barat sebagai juara I dengan Surat Keputusan Direktur
Jenderal
Peternakan
dan
Kesehatan
Hewan
Nomor
:
1184/Kpts/TU.210/F/10/2013 Tanggal 21 Oktober 2013 Tentang Penetapan Pemenang Lomba Kelompok Peternak dan Petugas Berprestasi Tingkat Nasional Tahun 2013.
Laporan Tahunan 2013 Bidang Produksi
20
BAB VI BIDANG KESEHATAN HEWAN DAN KESMAVET
Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner mempunyai dua tugas pokok yaitu pembinaan di bidang kesehatan hewan (keswan) dan kesehatan masyarakat veteriner (kesmavet). Kesehatan Hewan diartikan sebagai “segala urusan yang berkaitan dengan perawatan hewan, pengobatan hewan, pelayanan kesehatan hewan, pengendalian dan penanggulangan penyakit hewan, penolakan penyakit, medik produksi, medik konservasi, obat hewan dan peralatan kesehatan hewan serta keamanan pakan”. Ruang lingkup keswan dijabarkan melalui beberapa fungsi antara lain penolakan, pencegahan dan pemberantasan penyakit hewan serta pelayanan kesehatan hewan.
Sedangkan Sistem Kesehatan Hewan Nasional (Siskeswanas) dilaksanakan dengan
pendekatan 4 sub sistem yaitu sub sistem pelayanan kesehatan hewan, pengamanan lingkungan budidaya, pengamanan sumber daya serta pengamanan produksi/hasil ternak, dimana didalamnya terdapat perubahan paradigma mengenai wawasan terhadap kesehatan hewan dari animal disease menjadi animal health. Pelaksanaan program keswan dilakukan dengan misi : 1.
Mengoptimalkan produktifitas dan reproduktifitas ternak menuju pemenuhan kecukupan gizi masyarakat yang sehat dan berkualitas;
2.
Mewujudkan status kesehatan hewan yang kondusif untuk menjamin kestabilan usaha bidang peternakan yang lestari dan berdaya saing;
3.
Melindungi ternak dari penyakit yang mengancam kelestarian sumber daya hewan dan lingkungan dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi;
4.
Mewujudkan pelayanan kesehatan hewan yang profesional, efektif dan efisien. Pengendalian penyakit hewan yang menjadi tugas Pemerintah terutama diarahkan pada
penyakit hewan yang mempunyai dampak kerugian ekonomi tinggi, penyebaran cepat serta mengakibatkan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas) yang tinggi. Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 4026 Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 4026/Kpts/OT.140/4/ 2013 tentang Penetapan Jenis Penyakit Hewan Menular Strategis,
ada 22
penyakit hewan menular strategis (PHMS) yang menjadi prioritas pengendalian di Indonesia dan 3 penyakit eksotik yang harus ditolak masuk ke dalam wilayah Indonesia. Dari 22 PHMS tersebut hanya 4 PHMS yang menjadi prioritas pengendalian di Jawa Barat yaitu Avian Influeza (AI), rabies, anthrax dan brucellosis. Kesmavet diartikan sebagai “segala urusan yang berhubungan dengan hewan dan produk hewan yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kesehatan manusia”. Ruang lingkup kesmavet dijabarkan melalui fungsi peningkatan kualitas produk hewan khususnya upaya untuk meningkatkan status Halal, Aman, Utuh dan Sehat (HAUS) dari Produk Pangan Asal Hewan (PPAH) melalui penerapan Sistem Jaminan Mutu Keamanan Pangan serta pemenuhan persyaratan Produk Hewan Non Pangan (PHNP).
Penjabaran dari kegiatan pembinaan kesehatan hewan dan kesmavet di Jawa Barat adalah : 1.
Pembinaan Kesehatan Hewan : A.
Prioritas pertama adalah pengendalian PHMS yang meliputi : a.
Pengendalian AI pada unggas;
b.
Pemberantasan rabies pada Hewan Penular Rabies (HPR) anjing, kucing, kera/monyet dan hewan sebangsanya (tikus, kelelawar, musang, dll.);
B.
c.
Pencegahan anthrax pada hewan khususnya ternak ruminansia;
d.
Pengendalian brucellosis pada ternak sapi perah.
Prioritas kedua merupakan kegiatan untuk mengantisipasi timbulnya wabah penyakit baru dan mengendalikan penyakit yang sudah ada tetapi tidak memberikan dampak yang luas : a.
Pengamatan penyakit parasiter;
b.
Pengawasan kesehatan hewan di breeding farm, feedlotter maupun pada ternak qurban;
c. C.
Pengamatan penyakit Infectiouse Bovine Rhinotracheitis (IBR).
Prioritas ketiga merupakan kegiatan pembinaan pelayanan kesehatan hewan : a.
Pembinaan pelayanan kesehatan hewan di lokasi pengembangan ternak sapi potong, sapi perah, domba, kambing dan unggas;
2.
b.
Pembinaan penanganan gangguan reproduksi pada ternak sapi potong;
c.
Pengawasan obat hewan.
Pembinaan Kesmavet yang diprioritaskan pada fasilitasi penerapan keamanan PPAH : A.
Pengendalian zoonosis dan penerapan kesejahteraan hewan (kesrawan) pada unit PAH terutama di Rumah Potong Hewan Ruminansia (RPH-R), Rumah Potong Hewan Unggas (RPH-U);
B.
Pembinaan penerapan higiene sanitasi dan Nomor Kontrol Veteriner (NKV) pada Unit PAH;
Seluruh aktifitas tersebut diatas tercakup dalam 3 kegiatan utama yaitu Kegiatan Pengamatan Penyakit dan Pengawasan Obat Hewan, Kegiatan Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Hewan serta Kegiatan Kesmavet.
6.1.
PENGAMATAN PENYAKIT DAN PENGAWASAN OBAT HEWAN. 1.
Situasi Penyakit Hewan Menular. Situasi penyakit hewan menular pada bertahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012 adalah sebagai berikut : A.
Dapat dipertahankannya nol kasus positif anthrax pada hewan.
B.
Munculnya satu (1) kasus positif rabies pada hewan
C.
Meskipun terjadi penurunan jumlah kasus AI dari 76 kasus menjadi 73 kasus namun jumlah kematian ternak akibat AI mengalami kenaikan dari 6.493 ekor menjadi 17.286 ekor .
D.
Hal yang harus diwaspadai adalah meningkatnya spesimen positif Brucellosis dan ditemukannya titer antibodi positif terhadap penyakit IBR , Bovine Viral Diarhea (BVD) dan Enzootik Bovine Leucosis (EBL) pada ternak ruminansia. Tabel di bawah ini menampilkan kasus penyakit hewan menular dan hasil kegiatan
survelians penyakit hewan yang dilaksanakan oleh Balai Veteriner (BV) Subang, BP3HK Cikole dan Laboratorium Keswan Losari serta Karantina Pertanian pada tahun 2013. Tabel 6.1 Situasi Penyakit Hewan Menular di Jawa Barat Tahun 2013 Hewan Terserang No.
I.
Penyakit Hewan
Jenis
(ekor)
Kasus PHM Ayam buras
1.071
73 kasus terjadi di 65 desa dan 55
Layer
181
kecamatan tersebar di 17 kab/ kota
Broiler
700
yaitu
600
Subang,
Ayam Bangkok 1.
Keterangan
Jumlah
Avian Influenza
Itik Entog
13.189 141
Kab.
Sukabumi,
Cirebon,
Kuningan,
Bekasi,
Majalengka,
Indramayu,
Bandung,
Bandung Barat, Garut, Tasikmalaya, Pangandaran serta Kota Sukabumi,
Puyuh
1.400
Depok, Bandung,
Tasikmalya dan
Banjar 2.
Rabies
Kucing
1
Desa
Tanjungsari,
Kecamatan
Cangkuang Kab. Bandung 221 ekor atau 3,8% dari 5.886 ekor, berstatus reaktor positif brucellosis,
3.
Brucellosis
Sapi perah
221
berasal dari Bogor (86), Sukabumi (10), Kota Bogor (20), Cianjur (8), Bandung (45), Bandung Barat (40), Cimahi (1) dan Tasikmalaya (11) 656 ekor atau 30,15% dari 2.176 ekor, berstatus positif uji pullorum, berasal dari Kab. Bogor (36), Sukabumi (7),
4.
Pullorum
Unggas
656
Cianjur
(4).
Majalengka
Purwakarta
(137),
Indramayu (201),
(99),
Kuningan
(89),
Sumedang
(70),
Garut, (73) danCiamis (36). 1.058 ekor atau 38,39% dari 2.756 ekor, berstatus positif uji, berasal dari Bogor (63), 5.
Mycoplasma gallisepticum
Unggas
1.058
Kota Sukabumi (30),
Purwakarta (129), Karawang (254), Cirebon
(21),
Majalengka
(159),
Indramayu ( 30, Bandung (84), Garut (93),
Bandung
Barat
(4),Bandung
(84), Garut (93), Ciamis (53) 6.
Salmonellosis
Unggas
3
7.
Colibaciilosis
Unggas
5
3 ekor atau 0,08% dari 59 ekor dari Subang 5 ekor atau 50% dari 10 ekor, berstatus positif uji, berasal dari Kota Bandung (2), Subang (3)
Hewan Terserang No.
II.
Penyakit Hewan
Jenis
Keterangan
Jumlah (ekor)
Surveilans PHM 73 ekor atau 10,58% dari 690 ekor, berstatus serologis tinggi, berasal dari Kab Bogor (20/128), Cianjur (19/66), Sapi Potong
8.
73
Cirebon
(4/41),
Bandung
Barat
(94/125), Ciamis (2/24) serta Kota
Infectiouse Bovine
Bandung (17/196) dan Tasikmalaya
Rhinotracheitis (IBR)
(1/40) 5 ekor atau 3,01% dari 166 ekor, Sapi Perah
5
berstatus serologis tinggi, berasal dar Kab Bogor (1/40, Bandung (2/86) dan Garut (2/40) 165 ekor atau 33,81% dari 488 ekor berstatus serologis tinggi, berasal dari
Sapi Potong
165
Kab
Bogor
(77/119),
Sukabumi
(19/36), Cianjur (41/84), Sumedang (15/23), Ciamis (1/25) serta Kota
9.
Cirebon (9/30) dan Bandung (3/171)
Bovine Viral Diarhea
79 ekor atau 17,44% dari 453 ekor berstatus serologis tinggi berasal dari Sapi Perah
79
Kab Bogor (19/32), Bandung (5/79), Bandung Barat (46/274), Garut (1/40) serta Kota Tasikmalaya (8/28), 59 ekor atau 9,61% dari 614 ekor, positif uji, berasal dari Kab Bogor
6.
Paratuberculosis
Sapi
59
(3/45), Cirebon (4/37), Bandung Barat (14/202), Ciamis (6/62) serta Kota Bandung ( 28/202), Cimahi (1/29) dan Banjar (3/34) 58 ekor atau 9,61% dari 182 ekor
7.
Hoc Cholera (Sampar Babi)
Babi
58
berstatus serologis tinggi, berasal dari Bekasi (56/60), Karawang (0/62) dan Kuningan (2/60) 277 ekor atau 83,43% dari 332 ekor berstatus serologis tinggi berasal dari
8.
Infectious Bronchitis Virus
Unggas
277
Kab
Bogor
(26/40),
Majalengka
(59/80), Sumedang (20/40) dan Kota Bandung (172/172) 20 ekor atau 3,80% dari 526 ekor berstatus serologis tinggi, berasal dari Kab 9.
Enzootik Bovine Leucosis (EBL)
Sapi
20
Bogor
Cirebon
(1/76),
(5/36),
Indramayu
Cianjur
(0/2),
Majalengka
(0/9),
(6/35),
Bandung
(0/1),
Bandung Barat (1/201), Ciamis (4/61) serta
Kota
Bandung
(0/45),
Tasikmalaya (1/25), Banjar (2/35)
2.
Pengawasan Kesehatan Hewan di Breeding Farm Unggas. Semua perusahaan pembibitan (breeder) ayam petelur atau ayam pedaging wajib menyelenggarakan pengujian penyakit pullorum sesuai Surat Keputusan Direktur Jenderal Peternakan Nomor : 26/TN 530/Kpts/DJP/Deptan/86 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengujian Penyakit Pullorum. Pada tahun 2013 BP3HK Cikole melaksanakan pengujian pullorum pada 1.637.279 ekor ayam ras dari 27 unit farm di Kab. Bogor, Purwakarta, Subang, Bandung Barat, Sumedang dan Majalengka dengan hasil negatif. Pada tahun 2013 di Jawa Barat sekurang-kurangnya terdapat 119 unit breeding farm tersebar di 104 kelurahan/desa, 55 kecamatan dan 14 kabupaten/kota. Unit Farm dari Breeding Farm di Jawa Barat tahun 2013 seperti terlihat pada Lampiran 2.
3.
Pengawasan Lalu Lintas Hewan. Pengawasan
lalu
pemeriksaan di lapangan.
lintas
dilakukan
sejak
proses
perizinan
sampai
pada
Sesuai dengan kewenangannya, pada tahun 2013 Dinas
Peternakan Provinsi Jawa Barat mengeluarkan berapa perizinan yaitu : A.
SKKH untuk pengeluaran burung kenari dari Desa Cimemyan Kec. Cimenyan Kab. Bandung Gunung Sitoli Nias sebanyak 16 ekor.
B.
SKKH untuk pengeluaran ayam buras
dari Kota Bandung ke Medan Sumatra
Utara sebanyak 1 ekor. C.
SKKH untuk pengeluaran 4.6155 ekor DOC PS/GPS terdiri dari 3.981.985 ekor DOC betina dan 629.570 ekor DOC jantan. DOC tersebut dikirim ke luar Provinsi Jawa Barat (Jawa Timur, Bali, Lampung, Sumatera Utara, NTT, Sumatera Selatan, Kepulauan Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan dan Papua) dengan perincian sebagaimana terlihat pada tabel di bawah ini : Tabel 6.2.
Rekapitulasi Jumlah Ternak pada Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH) yang dilalulintaskan Tahun 2013
No. 1. 2. 3. 4.
D.
Triwulan Triwulan I (Januari - Maret 2013) Triwulan II (April - Juni 2013) Triwulan III (Juli - September 2013) Triwulan IV (Oktober - Desember 2013) Total
Jumlah DOC (ekor) Betina Jantan Total 993.242 146.247 1.139.489 1.279.085 202.666 1.481.751 904.773 141.413 1.046.186 804.885 139.244 944.129 3.981.985 629.570 4.611.555
SKKH untuk pengeluaran telur tetas dari Jawa Barat keluar provinsi sebanyak 9.088.200 butir dengan perincian sebagaimana terlihat pada tabel di bawah ini : Tabel 6.3.
Rekapitulasi Jumlah Telur pada Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH) yang dilalulintaskan Tahun 2013
No. 1. 2. 3.
Triwulan Triwulan I (Januari - Maret 2013) Triwulan II (April - Juni 2013) Triwulan III (Juli - September 2013)
Jumlah (butir) 4.179.600 826.200
No. 4.
Triwulan Triwulan IV (Oktober - Desember 2013) Total
Jumlah (butir) 4.082.400 9.088.200
Pengawasan lalu lintas hewan dari, ke atau melalui Jawa Barat dilakukan di daerah perbatasan dengan provinsi lain. Saat ini Jawa Barat memiliki 3 pos pemeriksaan kesehatan hewan (check point) di perbatasan antarprovinsi yaitu : A.
Check Point Losari di Kab Cirebon yang berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah bagian utara;
B.
Check Point Banjar di Kota Banjar yang berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah bagian selatan;
C.
Check Point Gunung Sindur di Kec. Gunung Sindur Kab Bogor dimana sampai saat ini masih dalam tahap sosialisasi kepada masyarakat dan pelaku usaha peternakan.
4.
Pengawasan Penyakit pada Hewan Qurban. Pengawasan kesehatan hewan qurban dilaksanakan dalam upaya menjamin ketenteraman umat Islam yang akan menyelenggarakan ibadah qurban agar ternak yang akan disembelih memenuhi syarat sesuai dengan syariat agama Islam. Ternak yang akan dijadikan sebagai hewan qurban disamping sehat juga tidak cacat, cukup umur, tidak kurus dan jantan yang tidak dikebiri. Penentuan sehat ini pun harus didasarkan atas rekomendasi dan pemeriksaan kesehatan dari dokter hewan atau paramedis kesehatan hewan. Mengingat Jawa Barat merupakan daerah Anthrax dan kasus Anthrax pada tahun sebelumnya muncul menjelang Idhul Adha maka kewaspadaan harus terus ditingkatkan. Hari Raya Qurban 1434 H jatuh pada tanggal 15 Oktober 2013. Berdasarkan hal tersebut diatas dilaksanakan kegiatan pengawasan kesehatan hewan qurban 1 minggu sebelum dan sesudah hari H. Ada pun rincian kegiatan pemeriksaan kesehatan hewan qurban bersumber APBD Prov. T.A. 2013 adalah sebagai berikut : A.
Persiapan kegiatan berupa pengadaan dan distribusi bahan sosialisasi (3.000 ekspl leaflet) dan tanda sehat hewan qurban (20.000 ekspl);
B.
Kegiatan Pencanangan Pemeriksaan Kesehatan Hewan Qurban Tingkat Provinsi Jawa Barat Tahun 2013/1434 H pada tanggal 9 Oktober 2013 dilaksanakan di halaman Gedung Sate, dipimpin langsung oleh Gubernur Jawa Barat. Acara ini dihadiri oleh Tim Pemeriksa Kesehatan Hewan Qurban (TPHQ) yang berasal dari : a.
Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat;
b.
Dinas Peternakan dan Perikanan Kab. Bandung;
c.
Dinas Peternakan dan Perikanan Kab. Bandung Barat;
d.
Dinas Pertanian Kota Bandung;
e.
Dinas Peternakan dan Perikanan Kab. Sumedang
f.
Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian, Perdagangan dan Pertanian Kota Cimahi;
g.
Dinas Peternakan Kabupaten Subang
C.
h.
PDHI Cabang Jawa Barat I.
i.
Anggota DKM
j.
Perguruan Tinggi
Selesai melaksanakan kegiatan tersebut, tim dari Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat bersama-sama dengan tim lainnya melaksanakan pengawasan kesehatan hewan qurban ke kabupaten/kota, termasuk ke Kota Bandung. Hasil pemeriksaan kesehatan hewan qurban (berdasarkan data yang masuk)
adalah sebagai berikut : A.
Pemeriksaan hewan qurban dilakukan terhadap 274.891 ekor terdiri dari 59,593 ekor sapi, 804 ekor kerbau, 166,618 ekor domba dan 47.876 ekor kambing;
B.
Secara umum jumlah hewan qurban pada tahun 1434 H relatif lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi 1433 H karena ada beberapa daerah yang tidak mengirimkan laporan;
C.
Tidak ditemukan tanda-tanda penyakit hewan menular. Hanya ditemukan ternak qurban yang menderita penyakit individual atau cacat serta yang belum layak dijadikan hewan qurban karena umur muda;
D.
Arus lalu lintas ternak qurban adalah dari arah timur (Tasikmalaya, Garut, Ciamis, Sumedang dan Jawa Tengah) ke arah barat (Bandung, Bogor).
Kecil
kemungkinan terjadi arus lalu lintas ternak dari daerah Bogor (daerah anthrax) ke arah Priangan.
Masih ditemukan
belum dipenuhinya persyaratan administrasi
berupa SKKH dari daerah asal oleh para pedagang ternak terutama untuk lalu lintas antar kab/kota di Jawa Barat. Hasil Pemeriksaan hewan Qurban Di Jawa Barat Tahun 2013 (1433 H) dapat dilihat pada lampiran 3. Tabel 6.4. Perbandingan Jumlah Hewan Qurban di Jawa Barat pada Tahun 2008 s.d 2013 (1429~ 1433 H). No. 1. 2. 3. 4.
5.
Hewan Qurban Sapi Kerbau Domba Kambing JUMLAH
2008 24.010 535 135.845 60.178 220.568
2009 26.812 301 154.763 61.037 242.612
Jumlah (ekor) 2010 2011 38.280 48.568 513 654 177.947 176.269 39.088 49.391 255.828 274.882
2012 70.433 803 140.177 72.668 284.081
2013 72.807 816 157.677 73.584 304.884
Pengamatan Rabies. Setelah sempat dinyatakan sebagai daerah bebas Rabies melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 566/Kpts/PD.640/10/2004 tanggal 6 Oktober 2004 tentang Pernyataan Provinsi DKI Jakarta, Banten dan Jawa Barat Bebas dari Penyakit Anjing Gila (Rabies). Namun kasus positif rabies pada anjing muncul kembali di Jawa Barat pada tahun 2005 (1 kasus), 2006 (3 kasus), 2007 (6 kasus), 2008 (6 kasus), 2009 ( 2 kasus), 2010 ( 1 kasus), 2012 ( 1 kasus) dan 2013 (1 kasus) yang terjadi di Kabupaten Bandung, Sukabumi, Cianjur, Garut, Tasikmalaya, dan Kota Sukabumi.
Dalam rangka mewujudkan kembali Jawa Barat Bebas Rabies maka pada Tahun 2013 dilaksanakan surveilans kerjasama dengan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada, kegiatan ini merupakan kegiatan lanjutan dari tahun sebelumnya. Kegiatan surveilans dilaksanakan di 6 kabupaten/kota tertular Rabies meliputi : Kab. Sukabumi, Kab. Tasikmlaya, Kab. Garut, Kab. Bandung, Kab. Cianjur dan Kota Sukabumi dengan tujuan : A.
Mengukur tingkat kekebalan kelompok (Herd immunity rate) Anjing terhadap Rabies pada daerah tertular di Propinsi Jawa Barat.
B.
Identifikasi faktor
yang mempengaruhi kekebalan
kelompok Anjing terhadap
Rabies. Adapun hasil kegiatan adalah sebagai berikut : A.
Sampel yang diuji sebanyak 1985 sampel.
B.
Status kepemilikan HPR, 97,3 % adalah HPR piara.
C.
Jenis Kelamin HPR, 65% adalah pejantan.
D.
Bangsa/ras HPR, 84,9 % adalah HPR ras lokal.
E.
Umur HPR , 57,5 % berumur diatas 12 bulan.
F.
Status vaksinasi : 91,6 % sudah divaksinasi.
G.
Hasil uji titer antibodi, hanya 17,6 % sampel yang menunjukkan protektifitas tinggi.. Dari hasil kegiatan tersebut maka diperolah saran perbaikan sebagai berikut :
A.
Kualitas pelaksanaan vaksinasi perlu ditingkatkan.
B.
Evaluasi dan perbaikan rantai dingin vaksin.
C.
Manajemen surveilen perlu ditingkatkan.
D.
Daerah tertular tetap menjadi prioritas untuk meningkatkan kekebalan populasi, disamping program rutin pengendalian pada daerah terancam juga harus tetap berjalan.
6.
Pengamatan Anthrax. Sejak tahun 1950 sampai 2008 setidak-tidaknya terjadi 97 kasus anthrax di 9 kabupaten/kota, 47 kecamatan dan 85 kelurahan/desa. Sejak tahun 2009 s.d 2013 tidak dilaporkan adanya kasus anthrax pada hewan. Hasil pengujian tahun 2013 oleh Balai Veteriner Subang dan BP3HK Cikole menunjukkan bahwa tidak ada yang positif anthrax dari 17 sampel tanah yang diuji. Sedangkan dari 1.632 spesimen darah, sebanyak 638 spesimen menunjukkan titer antibodi positif anthrax. Tabel 6.5. Hasil Pengujian Anthrax Tahun 2013. No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Kabupaten/Kota Kab Bogor Kota Bogor Kota Depok Cianjur Kab Bekasi Purwakarta Subang
Uji Elisa Jumlah Positif Spesimen 133 89 249 224 150 132 2 2 114 32 238 135 151 -
Isolasi Bakteri Jumlah Positif Spesimen 1 2 3 2 17
-
7.
No.
Kabupaten/Kota
8. 9. 10. 11.
Kab Bandung Barat Kota Bandung Garut Ciamis Jumlah
Uji Elisa Jumlah Positif Spesimen 50 352 168 3 25 21 1.632 638
Isolasi Bakteri Jumlah Positif Spesimen 25
-
Pengamatan Brucellosis. Pengujian Brucellosis di Pulau Jawa dilakukan pada sapi perah, sapi potong, kerbau, kambing, dan domba. Namun berdasarkan hasil pengujian, diperoleh hasil bahwa kasus brucellosis di Jawa Barat masih terbatas pada ternak sapi perah. Hasil pengujian brucellosis pada tahun 2013 yang dilakukan oleh Balai Veteriner Subang, BP3HK Cikole, Lab Keswan Tipe C Kab. Tasikmalaya dan BBalitvet Bogor adalah sebagai berikut : A.
Dari 5.886 spesimen darah sapi perah yang diuji, sebanyak 135 sampel (2,29%) positif RBT. Dari 34 sampel yang diuji Elisa, sebanyak 19 sampel (55,88%) menunjukan hasil positif. Dari 406 sampel yang diuji CFT, sebanyak 221 sampel (54,43%) menunjukan hasil positif.
B.
Dari 7.680 spesimen darah sapi potong yang diuji, sebanyak 9 sampel (0,11%) positif RBT. Dari 22 sampel yang diuji Elisa. tidak ditemukan hasil positif. Namun dari 104 sampel, ada 1 sampel yang positif CFT.
C.
Dari 102 spesimen darah kerbau yang diuji, tidak ditemukan hasil positif RBT.
D.
Dari 177 sampel darah kambing dan domba yang diuji RBT dan 8 sampel yang diuji Elisa, semuanya negatif.
Tabel 6.6. Hasil Pengujian Brucellosis pada Ternak Sapi Perah Tahun 2013. No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.
Kabupaten/Kota Kab Bogor Kota Bogor Kota Depok Kab Sukabumi Cianjur Subang Kab Cirebon Majalengka Kab Bandung Kab Bandung Barat Kota Bandung Kota Cimahi Sumedang Garut Kab Tasikmalaya Kota Banjar Jumlah
Keterangan :
RBT Sampel Positif 978 21 157 33 6 221 19 2 268 36 8 2 804 3 2.579 55 45 42 1 532 1 207 1 5.886 135
ELISA Sampel Positif 1 2 2 31 17 34 19
CFT Sampel Positif 90 86 32 20 19 10 10 8 161 45 82 40 1 1 11 11 406 221
Milk Ring Test dilakukan pada 44 spesimen susu dari Kab Garut dengan hasil 33 positif.
Tabel 6.7.
Hasil Pengujian Brucellosis pada Ternak Sapi Potong Tahun 2013.
No.
Kabupaten/Kota
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23.
Kab Bogor Kota Depok Kab Sukabumi Cianjur Kab Bekasi Purwakarta Subang Kab Cirebon Kota Cirebon Majalengka Kuningan Indramayu Kab Bandung Kab Bandung Barat Kota Bandung Kota Cimahi Sumedang Garut Kab Tasikmalaya Kota Tasikmalaya Ciamis Kota Banjar Pangandaran Jumlah
Tabel 6.8. No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
RBT Sampel Positif 589 132 22 1 890 4 368 1.618 86 119 151 163 153 172 107 214 325 39 775 3 426 245 147 1 421 309 209 7.680 9
ELISA Sampel Positif 3 9 8 2 22 -
CFT Sampel Positif 1 98 1 1 2 1 104 1
Hasil Pengujian Brucellosis pada Ternak Domba/Kambing Tahun 2013. Kabupaten/Kota
Kab Bogor Kota Bogor Kota Depok Kab Bekasi Purwakarta Subang Kota Bandung Garut Kota Banjar Jumlah
RBT Sampel
ELISA Positif
67 67 13 23 41 136 48 12 177
Sampel -
Positif 8 8
-
Tabel 6.9. Hasil Pengujian Brucellosis pada Ternak Kerbau Tahun 2013. No. 1. 2.
Kabupaten/Kota Purwakarta Subang Jumlah
8.
RBT Sampel
ELISA Positif
Sampel
Pofsiti
97 5
-
-
-
102
-
-
-
Pengamatan Avian Influenza. Kasus kematian unggas akibat AI terjadi sejak akhir tahun 2003. Sejak saat itu Jawa Barat berstatus sebagai provinsi tertular AI. Pada Tahun 2012 tercatat 76 kasus yang tersebar di 17 kab/kota meliputi 59 kecamatan dan 73 desa dengan jumlah kematian unggas sebanyak 6.493 ( ayam buras 2.704 ekor dan itik/entog 3.789 ekor). Sedangkan pada tahun 2013 tercatat 73 kasus yang tersebar di 17 kab/kota meliputi 55 kecamatan dan 65 desa dengan jumlah kematian unggas sebanyak 17.286 (ayam buras 1.075 ekor, layer 181 ekor, itik 13.330 ekor, broiler 700 ekor, ayam bangkok 600 ekor dan puyuh 1.400 ekor)
Tabel 6.10. Kasus AI pada Unggas Tahun 2007 s.d. 2013 No.
9.
Bulan Kasus
Tahun 2007
Tahun 2008
Jumlah Kasus Tahun Tahun Tahun 2009 2010 2011
Tahun 2012
Tahun 2013
1.
Jumlah Kasus AI
344
170
199
141
65
76
73
2.
Kematian Ternak
48.931
10.292
5.528
13.145
35.308
6.493
17.286
3.
Kab/Kota Tertular
21
24
21
22
18
17
17
4.
Kecamatan Tertular
198
107
59
119
53
59
55
5.
Desa/Kelurahan Tertular
301
157
73
193
65
73
65
Pengamatan Obat Hewan. Pengawasan obat hewan di Jawa Barat difokuskan pada tertib administrasi dan tertib teknis perijinan obat hewan serta tertib teknis penggunaan obat hewan di lapangan. Kegiatan ini dilaksanakan oleh Pengawas Obat Hewan (POH). Pada tahun 2013 terjadi pengurangan 5 orang POH dari Kabupaten Cianjur, Cirebon, Sumedang, Tasikmalaya dan Kota Bandung. serta penambahan 1 orang POH Provinsi yaitu Drh. Vidi Wulandari. Jumlah Pengawas Obat Hewan tercatat sebanyak 38 orang. Terdapat 4 kabupaten/kota yang tidak mempunyai petugas POH yaitu Kabupaten Cianjur, Cirebon, Indramayu dan Pangandaran serta Kota Cimahi. Tabel 6.11. Pengawas Obat Hewan di Jawa Barat Tahun 2013 No.
Kabupaten/Kota
Jumlah (orang) 2
1.
Bogor
2. 3.
Kota Bogor Kota Depok
1 1
4.
Sukabumi
3
5. 6.
Kota Sukabumi Bekasi
1 2
7. 8.
Kota Bekasi Purwakarta
1 2
9. 10. 11. 12. 13. 14.
Subang Karawang Kota Cirebon Majalengka Kuningan Bandung
1 1 1 1 1 1
15.
Bandung Barat
2
16. 17. 18. 19. 20. 21. 22.
Kota Bandung Sumedang Garut Kab Tasikmalaya Kota Tasikmalaya Ciamis Kota Banjar
1 1 1 1 1 1 1
23.
Provinsi Jawa Barat
9
Pengawas Obat Hewan Nama Drh. Soetrisno Drh. Hardiwan Drh. Bambang Arif Mukti Drh. Nurtantio Drh. Winda SR Drh. Asep Kurnadi Drh. Budina Eka Prasetya Drh. Riki Barata Drh. Asep Adjit Drh. Dwiyan Sugiharto Drh. Satia Drh. Sri Wuryasturati Drh. Ari Citra Utami JM Drh. Agus Sugama Drh. Sri Hardiati Drh. Dyah Komala Laksmiwati Drh. Hari Iman S Drh. Rofiq Drh. Euis Rohayani Drh. Suhendra Drh.Doni Setiawan Drh. Liesmiarsih Drh. Lia Indrawati Drh. Dyah Savitri Drh. Idik Abdullah Drh. Rini Drh. Asri Kurnia Drh. Aswin Buhedi Drh. Endang P Drh. Indriantari Drh. Arif Hidayat Drh. Budhy Surjaprijadhy
No.
Kabupaten/Kota
Jumlah (orang)
Jumlah
Pengawas Obat Hewan Nama Drh. Supriyanto Drh. Nani Hendrayani Drh. Iin Indahsari Drh.Vidi Wulandari Drh. Kustini
38
Pada tahun,2013 telah dikeluarkan rekomendasi ijin usaha obat hewan sebagaimana tabel di bawah ini. Tabel 6.12. Rekomendasi Ijin Bidang Obat Hewan Tahun 2013 No. 1. 2. 3.
Nama Perusahaan PT. Biotek Indonesia (importir dan distributor) PT Satrya Adi Primajasa (importir dan distributor) PT Issu Medika Veterindo (importir dan distributor)
Alamat Kantor/Alamat Pabrik/Gudang Jl. MH Thamrin Kav A10/3 Lippo Cikarang, Kab Bekasi Graha Cinere 2, Jln. Kintamani IX no 18 Blok B3, RT. 002/013. Kel. Limo, Kec. Limo, Depok Jl. Cisaranten Wetan I No. 143 Kec. Cinambo Kota Bandung
Tabel 6.13. Jumlah Pelaku Usaha Obat Hewan Tahun 2013 No.
Kabupaten/Kota
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26.
Kab Bogor Kota Bogor Kota Depok Kab Sukabumi Kota Sukabumi Cianjur Kab Bekasi Kota Bekasi Purwakarta Subang Karawang Kab Cirebon Kota Cirebon Majalengka Kuningan Indramayu Kab Bandung Bandung Barat Kota Bandung Kota Cimahi Sumedang Garut Kab Tasikmalaya Kota Tasikmalaya Ciamis Kota Banjar Jumlah
4 2 2 1 1 3 1 1 1 2 1 -
PE D 1 2 -
PI D 2 1 1 3 -
Usaha Obat Hewan (unit) P P I ID D D P 3 9 1 2 1 1 1 1 2 3 1 1 1 1 3 16 1 -
P S 4 2 -
17
10
3
3
6
P
-
8
17
1
P, Produsen; PED, Produsen merangkap Eksportir dan Distributor;
TO
Jml
6 3 3 6 3 3 3 2 4 10 2 3 3 3 4 4 8 8 5 6 7 7 15 2 15 2
30 7 7 7 3 5 13 5 4 11 2 5 3 3 4 4 9 12 29 7 7 7 15 3 15 2
137
202
PID, Produsen
merangkap Importir dan Distributor; PD, Produsen merangkap Distributor; I, Importir; ID, Importir merangkap Distributor; D, Distributor; PP, Pencampuran obat dalam pakan ternak; PS, Popultry Shop; TO, toko obat hewan.
4.2.
PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT HEWAN.
1.
Pengendalian Avian Influenza. Kegiatan pengendalian AI pada ungags telah dilaksanakan berkesinambungan sejak tahun 2004 yang didasarkan pada : A.
Instruksi Presiden RI
Nomor
1 Tahun 2007 tentang Penanganan
dan
Pengendalian Virus Flu Burung (Avian Influenza); B.
Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 19 Tahun 2007 tentang Intensifikasi Penanganan dan Pengendalian Virus Flu Burung;
C.
Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor : 443.05/Kep.678-Yansos/2010 tentang Tim Koordinasi Pengendalian Penyakit Menular;
D.
Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 443/Kep.449-Yansos/2012
tentang
Komisi Pengendalian Zoonosis. Sesuai dengan Surat Keputusan Direktur Jenderal Bina Produksi Peternakan Nomor : 17/Kpts/PD.640/F/02/2004 tentang Pedoman Pencegahan, Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit Hewan Menular Influenza pada Unggas, sampai saat ini telah dilaksanakan 9 langkah penanggulangan AI : A.
Peningkatan penerapan biosekuriti dengan kegiatan utama higien personal, sanitasi dan desinfeksi,
B.
Vaksinasi pada unggas,
C.
Depopulasi atau pemusnahan unggas secara terbatas dalam satu flock,
D.
Pengendalian lalu lintas unggas, produk unggas dan limbah peternakan unggas,
E.
Surveilans dan penelusuran penyakit (tracing back),
F.
Pengisian kandang kembali (restocking) dengan fokus kegiatan sanitasi dan desinfeksi kandang,
G.
Stamping out (pemusnahan unggas secara menyeluruh) di daerah tertular baru,
H.
Peningkatan kesadaran masyarakat (public awarness) melalui penyuluhan dan penyebaran leaflet, poster, dll.,
I.
Monitoring dan Evaluasi. Sembilan (9) langkah pengendalian AI ini kemudian disempurnakan menjadi 8,
yaitu : A.
Peraturan Perundangan,
B.
Public Awareness,
C.
Biosekuriti (di farm dan rantai pemasaran unggas),
D.
Depopulasi terbatas di daerah endemis dan stamping out di daerah bebas),
E.
Surveilans
berdasarkan
metoda
partisipatif,
monitoring dinamika virus, F.
Pengawasan lalu lintas,
G.
Vaksinasi yang dilaksanakan secara tertarget,
H.
Restrukturisasi perunggasan.
menghitung
prevalensi
serta
Kegiatan pengendalian AI pada tahun 2013 dilaksanakan dengan cara sosialisasi melalui penyebaran 5.000 lembar laflet serta vaksinasi AI dan desinfeksi tempat-tempat berisiko. Tabel 6.14. Distribusi Sarana Pengendalian AI dan Hasil Vaksiniasi AI pada Unggas Tahun 2013 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28.
2.
Kabupaten/Kota Kab Bogor Kota Bogor Kota Depok Kab Sukabumi Kota Sukabumi Cianjur Kab Bekasi Kota Bekasi Purwakarta Subang Karawang Kab Cirebon Kota Cirebon Majalengka Kuningan Indramayu Kab Bandung Kab Bandung Barat Kota Bandung Kota Cimahi Kab Sumedang Garut Kab Tasikmalaya Kota Tasikmalaya Ciamis Kota Banjar Pangandaran Provinsi (buffer) Jumlah
Distribusi Sarana Vaksin AI Desinfektan (dosis) (liter) 25.000 25 10.000 25 10.000 25 45.000 75 10.000 30 60.000 50 35.000 50 10.000 25 35.000 50 30.000 50 25.000 50 25.000 50 10.000 25 25.000 57 35.000 75 35.000 50 40.000 60 25 10.000 50 10.000 25 35.000 50 45.000 50 50.000 75 10.000 30 45.000 75 10.000 30 20.000 18 700.000 1.200
Hasil vaskinasi (ekor) 4.955 21.097 49.097 210.908 99.000 150.401 68.441 13.730 38.540 108.950 207.098 32.400 1.004.617
Keterangan Vaksinasi pada ayam ras, ayam buras, itik, entok, burung dan puyuh
Pemberantasan Rabies. Salah satu hasil surveilanns rabies yang dilaksanakan melalui kerjasama dengan FKH-UGM adalah sebagai berikut : A.
Virus rabies masih bersirkulasi ke Provinsi Jawa Barat.
B.
Cakupan vaksinasi terhadap rabies masih cukup rendah yaitu 31,2% sedangkan kekebalan kelompok adalah 54,7% berasal dari HPR yang divaksinasi maupun yang tidak diketahui sejarah vaksinasinya.
C.
Faktor yang menghambat terbentuknya seropositif adalah vaksinasi terakhir lebih dari 6 bulan. Berdasarkan hal tersebut diatas maka kegiatan pemberantasan rabies difokuskan
pada : A.
Intensifikasi pengamatan kasus penggigitan oleh HPR di 5 daerah tertular atau berisiko tinggi yaitu Kabupaten Sukabumi, Cianjur, Garut, Tasikmalaya serta Kota Sukabumi
B.
Cakupan vaksinasi rabies lebih dari 70% terutama di daerah tertular dan daerah terancam.
C.
Peningkatan kewaspadaan di 11 daerah terancam yaitu Kabupaten Subang, Majalengka, Kuningan, Bandung, Bandung Barat, Sumedang dan Ciamis serta Kota Bandung, Cimahi, Tasikmalaya dan Banjar.
D.
Pengamatan HPR dan kasus penggigitan di 10 daerah bebas yaitu Kabupaten Bogor, Bekasi, Purwakarta, Karawang, Cirebon dan Indramayu serta Kota Bogor, Depok, Bekasi dan Cirebon. Pada tahun 2013 di Jawa Barat diperkirakan terdapat 125.114 ekor anjing dengan
perincian : A.
Populasi anjing di daerah tertular rabies (Kab Sukabumi, Cianjur, Bandung, Garut dan Tasikmalaya serta Kota Sukabumi) sebanyak 31.178 ekor terdiri dari 17.340 ekor anjing piara dan 14.838 ekor anjing liar/diliarkan.
B.
Populasi anjing di daerah terancam rabies (Kab. Subang, Majalengka, Kuningan, Bandung Barat, Sumedang dan Ciamis serta Kota Bandung, Cimahi, Tasikmalaya dan Banjar) sebanyak 75.039 ekor terdiri dari 48.254 ekor anjing piara dan 26.785 ekor anjing liar/diliarkan.
C.
Populasi anjing di daerah bebas rabies 18.897 ekor terdiri dari 14.550 ekor anjing piara dan 4.347 ekor anjing liar/diliarkan. Pada tahun 2013 kegiatan pemberantasan rabies dilakukan dengan cara
sosialisasi, vaksinasi rabies dan eliminasi anjing liar/diliarkan. Untuk hal tersebut diatas telah didistribusikan : A.
Leaflet (3.000 lembar)
B.
Vaksin rabies sebanyak 22.500 dosis dengan perincian dari APBN (20.000 dosis) dan APBD II (2.500 dosis) serta 5.000 lembar kartu vaksinasi,
C.
Racun striknin sebanyak 11,5 kg berasal dari APBN (6 kg), APBD I
(5 kg) dan
APBD II (0,5 kg). Ada pun hasil kegiatan pemberantasan rabies adalah sebagai berikut : A.
Realisasi vaksinasi rabies sebanyak 38.902 ekor.
Cakupan Vaksinasi masih
belum optimal karena di bawah 70% sehingga berisiko tinggi terhadap munculnya kasus rabies. B.
Realisasi eliminasi anjing liar/diliarkan sebesar 10.347 ekor dilaporkan oleh 7 kabupaten/kota di Jawa Barat.
Tabel 6.15. Distribusi Sarana dan Hasil Vaksinasi Rabies Tahun 2013 No. 1. 2. 3. 4. 5.
Kabupaten/Kota Kab Bogor Kota Bogor Kota Depok Kab Sukabumi Kota Sukabumi
Vaksin Rabies (dosis) APBD APBN Jumlah II 2.000 2.000 2.000 2.000 1.500 1.500
APBD II -
Racun Striknin (kg) APBD APBN Jumlah I 1,0 0,5 -
No.
Kabupaten/Kota
6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26.
Cianjur Kab Bekasi Kota Bekasi Purwakarta Subang Karawang Kab Cirebon Kota Cirebon Majalengka Kuningan Indramayu Kab Bandung Kab Bandung Barat Kota Bandung Kota Cimahi Kab Sumedang Garut Kab Tasikmalaya Kota Tasikmalaya Ciamis Kota Banjar Jumlah
Vaksin Rabies (dosis) APBD APBN Jumlah II 3.000 3.000 700 700 750 750 500 500 2.000 2.000 750 750 600 600 500 500 1000 1000 500 2.000 2.500 700 700 500 500 500 500 2.500 20.000 22.500
APBD II -
Racun Striknin (kg) APBD APBN Jumlah I 1,0 0,5 1,0 0,5 0,5 1,0 1,0 1,0 0,5 1,0 5 5 -
Tabel 6.16. Hasil Vaksinasi Rabies dan Eliminasi Tahun 2013
3.
No.
Kabupaten/Kota
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26.
Kab Bogor Kota Bogor Kota Depok Kab Sukabumi Kota Sukabumi Cianjur Kab Bekasi Kota Bekasi Purwakarta Subang Karawang Kab Cirebon Kota Cirebon Majalengka Kuningan Indramayu Kab Bandung Kab Bandung Barat Kota Bandung Kota Cimahi Kab Sumedang Garut Kab Tasikmalaya Kota Tasikmalaya Ciamis Kota Banjar Jumlah
Hasil vaksinasi (ekor) 2.209 1.003 1.400 4.139 1.500 2.990 604 547 400 526 400 1.459 642 750 500 72 1.750 1.500 600 500 1.000 2.923 6.882 761 3.345 500 38.902
Hasil Eliminasi (ekor) 1.980 1.000 2.000 2.000 394 1.514 10.347
Keterangan -
Pencegahan Anthrax. Berdasarkan situasi dan kondisi kejadian anthrax pada hewan dan manusia dalam kurun waktu 1950 ~ 2008, maka masih sulit bagi Jawa Barat untuk benar-benar bebas dari anthrax.
Oleh karena itu fokus kegiatan adalah mencegah munculnya kejadian
anthrax pada hewan dan manusia melalui sosialisasi dan vaksinasi anthrax. Sosialisasi dilaksanakan di Kabupaten Bogor dan Bekasi serta Kota Bekasi. Untuk hal tersebut diatas telah didistribusikan : A.
Leaflet (4.500 ekspl) ke daerah endemis anthrax,
B.
Vaksin anthrax sebanyak 85.000 dosis yang berasal dari APBN dan APBD Di kabupaten/kota endemis anthrax terdapat populasi hewan rentan anthrax
sebanyak 4.639.660 ekor terdiri dari sapi potong (117.501 ekor), sapi perah (11.798 ekor), kerbau (42.826 ekor), domba (3.137.392 ekor) dan kambing (1.330.143 ekor) sehingga total populasi ternak rentan anthrax adalah 4.639.660 ekor atau setara dengan 2.405.893 dosis. Namun penyediaan vaksin anthrax hanya 85.000 dosis atau 3,5% dari populasi rentan.
Oleh karena itu vaksinasi anthrax hanya dilakukan di desa tertular
anthrax atau yang berisiko terkena anthrax akibat tingginya lalulintas ternak.
Tabel 6.17. Distribusi Sarana dan Hasil Vaksinasi Anthrax Tahun 2013 Vaksin Anthrax (dosis) APBD I APBN -
1. 2. 3. 4.
Kabupaten/ Kota Kab Bogor Kota Bogor Kota Depok Kab. Bekasi
5.
Kota Bekasi
-
-
-
2.000
6.
Purwakarta
-
-
-
20.000
7. 8. 9.
Subang Kab. Karawang Provinsi Jumlah
-
-
-
10.000 5.000 15.000 72.000
No.
APBD II -
Keterangan
Jumlah 10.000 5.000 5.000
Tabel 6.18. Realisasi Vaksinasi Anthrax tahun 2013 No.
4.
Kabupaten/Kota
1.
Kab. Bogor
2.
Kota Bogor
3.
Kota Depok
4.
Kab. Bekasi
5.
Kab. Purwakarta
6. 7.
Sapi 3.314
Kerbau
Jumlah Domba
Kambing
Jumlah
-
-
10.255
13.569
616
-
1.603
7
4.875
95
5.586
507
1.072
3.189
1.905
-
3.486
109
5.500
4.261
1.724
7.494
3.833
17.312
Kab. Subang
1.409
55
800
13.834
16.098
Kab. Karawang
1.221
-
3.360
472
5.053
Jumlah
14.329
1.786
20.522
29.670
66.307
Pengendalian Brucellosis. Pengendalian brucellosis difokuskan pada ternak sapi perah sebagai upaya menurunkan prevalensi ternak reaktor positif brucellosis.
Populasi ternak sapi perah di
Jawa Barat tercatat sebanyak 139.970 ekor ternak sapi perah yang terdiri dari 29.194 ekor jantan dan 110.776 ekor betina. Ternak sapi perah betina terbagi menjadi 71.160 ekor betina dewasa, 21.373 ekor sapi dara dan 18.243 ekor pedet betina.
Vaksinasi brucella dilaksanakan minimal 1 kali seumur hidup dengan booster 1 kali. Kegiatan pada tahun 2013 merupakan lanjutan dari tahun sebelumnya, namun sulit untuk mengetahui jumlah ternak sapi perah yang telah divaksinasi. Kegiatan pengendalian brucellosis dilaksanakan dengan cara
sosialisasi dan
vaksinasi. Untuk kegiatan vaksinasi telah didistribusikan vaksin RB-51 sebanyak 810 vial setara dengan 4.050 dosis beserta pelarutnya. Tabel 6.19. Distribusi Sarana dan Hasil Vaksinasi Brucellosis Tahun 2013 Vaksin Brucella (dosis) No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
5.
Kabupaten/Kota Kab Bogor Kota Depok Kab Sukabumi Kuningan Kab Bandung Barat Kab Tasikmalaya Jumlah
APBD II
APBD I -
APBN -
Jumlah -
700 400 700 700 850 700 4.050
Hasil Vaksinasi (ekor) 1.548 500 700 2.748
Pembinaan Penanganan Gangguan Reproduksi. Jawa Barat dan DKI Jakarta merupakan daerah penerima dalam tataniaga ternak potong, terutama sapi potong, yang berasl dari daerah pemasok Jawa Timur, Jawa Tengah dan Lampung. Sampai saat ini Jawa Barat memang belum mampu memenuhi kebutuhan ternak sapi potong penghasil daging sehingga pengembangan ternak sapi potong menjadi salah satu program prioritas Jawa Barat yang sejalan dengan kebijakan Pemerintah Pusat tentang kecukupan daging yaitu Program Swasembada Daging Sapi dan Kerbau (PSDSK). Hanya ternak sehat saja yang dapat berproduksi dengan baik. Adanya penyakit, dalam hal ini gangguan reproduksi, dapat menyebabkan gangguan produktivitas ternak. Dalam upaya mendukung program tersebut diatas maka dilaksanakan pembinaan penanganan gangguan reproduksi pada ternak sapi potong. Kegiatan tersebut diatas dilakukan dengan langkah sebagai berikut : A.
Penyediaan sarana melalui Kegiatan Penanggulangan Gangguan Reproduksi bersumber APBN Dekonsentrasi berupa obat hewan untuk penanganan gangguan reproduksi antara lain hormon prostaglandin (150 vial), HCG (170 box), oksitosin (185 vial), antibiotik (910 botol), vitamin ADE (500 botol), anti kembung (400 botol), anti inflamasi (400 vial), roboransia (500 botol), multivitamin (460 botol) dan iodine povidone (400 botol).
Obat hewan tersebut didistribusikan ke daerah
pengembangan ternak sapi potong saja. B.
6.
Sosialisasi menggunakan flipchart.
Pembinaan Penanganan Gangguan Parasiter dan Kematian Pedet. Penanganan Gangguan Parasiter dan Pencegahan Kematian Pedet merupakan salahsatu program yang berkaitan dengan PSDSK. Hal ini dilaksanakan berkaitan dengan dugaan tingginya angka gangguan parasiter dan kematian pedet pada sapi
potong. Untuk kegiatan tersebut di atas telah didistribusikan sarana kegiatan sebagaimana terlihat pada Lampiran 4. Tabel 6.20. Distribusi Sarana Pencegahan Gangguan Parasiter dan Kematian Pedet Bersumber APBD I Tahun 2013.
7.
No.
Kab / Kota
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28.
Kab. Bogor Kota Bogor Kota Depok Sukabumi Kota Sukabumi Cianjur Bekasi Kota Bekasi Purwakarta Subang Karawang Cirebon Kota Cirebon Majalengka Kuningan Indramayu Bandung Bandung Barat Kota Bandung Kota Cimahi Sumedang Garut Tasikmalaya Kota Tasikmalaya Ciamis Kota Banjar Kelompok Ternak BPPIB TSP Bunikasih Jumlah
Albendazole (16%) Domba dan Kambing 354 20 16 736 10 600 350 15 1.470 374 1.460 165 20 654 204 350 372 550 38 20 222 1.489 442 26 344 26 10.327
Sapi 174 6 19 100 6 174 63 5 55 150 50 10 9 56 150 50 150 26 6 214 261 300 20 250 6 2 1 2.313
Pembinaan Pelayanan Keswan. Sesuai dengan kewenangannya maka pelayanan kesehatan hewan di lapangan dilaksanakan oleh petugas keswan di kabupaten/kota, khususnya petugas medik veteriner (dokter hewan) dan paravet di Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan) dan unitunit pelayanan lainnya misalnya Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), klinik hewan, dll. Pada tahun 2013 Pemerintah Provinsi Jawa Barat membangun 1 unit rumah sakit hewan (RSH) yang berlokasi atau bergabung dengan BP3HK Cikole.
RSH Cikole
berfungsi juga sebagai rujukan puskeswan dalam pelayanan keswan. Sejak tahun 2005 sampai dengan 2013 telah difasilitasi kantor/bangunan Puskeswan di Kabupaten/Kota sebanyak 29 unit bersumber APBN, DAK Pertanian dan Bantuan Gubernur Jawa Barat sebagaimana terlihat pada tabel di bawah ini. Tabel 6.21. Fasilitasi Kantor/Bangunan Pusat Kesehatan Hewan Tahun 2005 s.d 2013.. No. 1. 2. 3. 4.
Puskeswan Puskeswan Rancah di Kab Ciamis Puskeswan Babakan Madang di Kab. Bogor Puskeswan Jonggol di Kab. Bogor Puskeswan Katapang di Kab. Bandung
Tahun 2005 2007
Sumber Anggaran
APBN
No. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29.
Puskeswan Puskeswan Situraja di Kab. Sumedang Puskeswan Sukanagara di Kab. Cianjur Puskeswan Bungursari di Kab. Purwakarta Puskeswan Baros di Kota Cimahi Puskeswan Cikatomas di Kab. Tasikmalaya Puskeswan Luragung di Kab. Kuningan Puskeswan Cigandamekar di Kab. Kuningan Puskeswan Pamijahan di Kab. Bogor Puskeswan Cicurug di Kab. Sukabumi Puskeswan Pelabuhan Ratu di Kab. Sukabumi Puskeswan Cipanas di Kab. Cianjur Puskeswan Cirendeng di Kab. Kuningan Puskeswan Ciawigebang di Kab. Kuningan Puskeswan Cibingbin di Kab. Kuningan Puskeswan Kuningan di Kab. Kuningan Puskeswan Cikijing di kab. Majalengka Puskeswan Celak di Kab. Bandung Barat Puskeswan Kertasari di Kab. Bandung Puskeswan Jalan Cagak di Kab. Subang Puskeswan Pangalengan di Kab. Bandung Puskeswan Agrabinta di Kab. Cianjur Puskeswan Selaawi di Kab. Grut Puskeswan Wanaraja di Kab. Garut Puskeswan Pameungpeuk di Kab. Garut Klinik Hewan di Kab. Garut
Tahun
Sumber Anggaran
2008
APBN
2009 2010
DAK Pertanian APBN DAK Pertanian
2011
DAK Pertanian
APBD II 2012
APBN Bantuan Gubernur DAK Pertanian
2013
Bantuan Gubernur
Berdasarkan hal tersebut diatas maka kondisi unit pelayanan kesehatan hewan di Jawa Barat adalah sebagai berikut : A.
Pelayanan kesehatan hewan yang ditangani langsung oleh Seksi Keswan di tingkat kabupaten/kota,
B.
Pelayanan kesehatan hewan yang dilaksanakan oleh unit khusus yaitu Puskeswan yang merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) atau setidak-tidaknya setingkat eselon IV, berjumlah 74 unit, terdiri dari : a.
Unit yang belum memiliki bangunan sendiri, masih bersatu dengan unit kerja lain dalam satu atap (24 unit),
b.
Unit yang sudah memiliki bangunan sendiri, berjumlah 50 unit, terdiri dari 46 unit Puskeswan, 3 unit Klinik Hewan dan 1 unit Rumah Sakit Hewan.
C.
Pelayanan kesehatan hewan yang disatukan dengan kegiatan lainnya antara lain Pos Pelayan Terpadu atau Pos Inseminasi Buatan (IB).
Tabel 6.22. Pusat Kesehatan Hewan di Jawa Barat 2013. Lokasi No. 1.
Kabupaten/ Kota Kab. Bogor (5)
Ciomas
Kelurahan/ Desa Laladon
Jonggol
Sirnagalih
Cibinong
Cibinong
Babakan Madang
Citaringgul
Pamijahan
Gunung Menyan
Kecamatan
Puskeswan Puskeswan Ciomas Jl. Sindangbarang Ilir Km. 6 Telp. (0251) 8634457 Puskeswan Jonggol Jl.Alternatif Transyogi Km. 3,5 Telp. (021) 89930854 Puskeswan Cibinong Jl. H. Azhari, Kp. Bojong Koneng Puskeswan Babakan Madang Kp. Cikanyong, RT 02/01 Telp. (021) 87950835 Puskeswan Pamijahan Kp. Cikoneng Hilir RT 01/03
Lokasi No. 2.
3.
Kabupaten/ Kota Kab. Sukabumi (3)
Kab. Cianjur (3)
Kecamatan Sukabumi
Kelurahan/ Desa Karawang
Puskeswan Puskeswan Selabintana Jl. Raya Selabintana Km. 6 Telp. (0266) 231552 Puskeswan Pelabuhan Ratu Jl. Raya Pelabuhan Ratu Km 5, Bagbagan, Citarik Puskeswan Pasawahan Jl. Sindangpalay No. 2
Pelabuhan ratu
Jayanti
Cicurug
Pasawahan
Sukanagara
Sukamekar
Puskeswan Sukanagara Jl. Raya Sukanagara
Cipanas
Sindanglaya
Puskeswan Cipanas Jl. Mariwati
Agrabinta
Mekarsari
Posyandu Agrabinta Kp. Bojongterong RT 01/01 Puskeswan & Lab Kesmavet Setu Jl. Raya Burangkeng No. 1 Kp. Cinyosog Puskeswan Bungursari Kp. Cibaragalan
4.
Kab. Bekasi (1)
Setu
Burangkeng
5.
Kab. Purwakarta (1)
Bungursari
Ciwangi
6.
Kab. Subang (1)
Jalan Cagak
Jalan Cagak
Puskeswan Jalan Cagak
7.
Kab. Karawang (1)
Karawang
Karawang Wetan
8.
Kab. Cirebon (1)
Pabuaran
Sukadana
9.
Kab. Majalengka (2)
Dawuan
Bojong Cideres
Klinik Hewan Jl. Suratin No. 1, Telp. (0267) 406176 Puskeswan Ciledug Jl. Pangeran Walangsungsang No. 25 Telp. (0231) 661541 Puskeswan Dawuan Jl. Raya Kadipaten Km. 2,4
Cikijing
Kertamukti
Puskeswan Cikijing
Cigugur
Cigugur
Puskeswan Cigugur Jl. Raya Cigugur
Cigandamekar
Sangkanhurip
Puskeswan Cilimus Jl, Sangkanhurip No. 143
Luragung
Dukuh maja
Puskeswan Luragung Jl. Raya Luragung
Kuningan
Cirendang
Puskeswan Kuningan Jl. Suryadarma
Ciawigebang
Ciawigebang
Puskeswan Ciawigebang Jl. Siliwangi No. 111
Cibingbin
Sukamaju
Puskeswan Cibingbin
Gantar
Baleraja
Puskeswan Gantar
Indramayu
Karangmalang
Puskeswan Indramayu Jl. Tanjungpura
Katapang
Gandasari
Puskeswan Katapang Jl. Gandasari, Telp. (022) 83873965
Pangalengan
Pangalengan
Puskeswan Pangalengan Jl Raya Citere, Pintu
Pasir Jambu
Pasir jambu
Puskeswan Pasir Jambu Jl. Stasiun Cisondari No. 83
10.
11.
12.
Kab.Kuningan (6)
Kab. Indramayu (2)
Kab. Bandung (4)
Lokasi No.
13.
Kab. Bandung Barat (4)
Puskeswan
Kertasari
Kelurahan/ Desa Tarumajaya
Gununghalu
Celak
Puskeswan Celak
Lembang
Lembang
Cisarua
Jambudipa
UPKH Lembang Kompleks Pasar Lembang Jl. Panorama UPKH Cisarua Jl.Kolonel Masturi No. 52
Padalarang
Padalarang
UPKH Padalarang
Klinik Hewan Jl. Pelindung Hewan No. Telp. (022) Puskeswan Baros Jl. Sukimun Berkleus RT 03/04 Telp. 022-60857220 Puskeswan Sumedang Kota Jl.Sebelas April No. 62 Telp. (0261) 201030 Puskeswan Tanjungsari Jl. Pamagersari No. 18 A Telp. (022) 7911155 Puskeswan Situraja Jl. Cikadu ~ Situraja
Kecamatan
Puskeswan Kertasari Jl. Cibeureum-Santosa, Kp Pajaten
14.
Kota Bandung (1)
Cicendo
Arjuna
15
Kota Cimahi (1)
Cimahi Tengah
Baros
16.
Kab. Sumedang (3)
Sumedang
Talun
Tanjungsari
Jatisari
Situraja
Cimuruy
Garut Kota
Kota Kulon
UPTD Klinik Hewan Jl. Baratayudha No. 59
Cikajang
Cibodas
Pameungpeuk
Mandalakasih
Puskeswan Cikajang Jl. Raya Cibodas, Kp. Cibodas Telp. (0262) 577574 Puskeswan & Pos IB Pameungpeuk Jl. Cilaut Eureun
Selaawi
Selaawi
Puskeswan & Pos IB Selaawi Kp. Selaawi
Wanaraja
Wanaraja
Puskeswan & Pos IB Wanaraja Kp. Kudang
Pagerageung
Pagerageung
Puskeswan Pagerageung Jl. Raya Pagerageung No. 28
Cikatomas
Pakemitan
Puskeswan Cikatomas Kp. Sukatani
Banjarsari
Cibadak
Puskeswan Banjarsari Jl. Pasir jengkol
Rancah
Rancah
Posyandu Rancah Dusun Rancah Hilir
Cimerak
Legok Jawa
Posyandu Cimerak Dusun Cikuya
Pataruman
Pataruman
UPTD Keswan dan Perlindungan Tanaman Kota Banjar Kompleks RPH Banjar Jl. Purnomosidi
17.
18.
19.
20.
4.3.
Kabupaten/ Kota
Kab. Garut (5)
Kab. Tasikmalaya (2)
Kab. Ciamis (3)
Kota Banjar (1)
KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER. 1.
Sarana Prasarana Kesmavet. Kondisi sarana prasarana kesmavet yang meliputi Rumah Potong Hewan Ruminansia (RPH-R), Tempat Pemotongan Hewan Ruminansia (TPH-R), Rumah Potong
Hewan Unggas (RPH-U) dan Tempat Pemotongan Hewan Unggas (TPH-U) serta Tempat Penampungan Susu (TPS) adalah sebagai berikut : Tabel 6.23. Sarana Prasarana Kesmavet di Jawa Barat Tahun 2010-2013. No.
1.
Sarana
RPH Ruminansia TPH-R
2.
RPH Unggas RPH-U Skala Kecil TPH-U
3.
2.
TPS
Pemerintah Swasta
NKV Belum NKV NKV Belum NKV
Pemerintah Swasta Swasta
NKV Belum NKV
Pemerintah Swasta Pemerintah Swasta Berpendingin Tidak berpendingin
Tahun 2010 1 29 5 30 124 7 12 7 22 2 964 7 188
Jumlah (Unit) Tahun Tahun 2011 2012 2 1 26 27 5 5 2 2 22 24 217 217 12 9 38 36 7 7 6 4 1.167 1.167 16 13 262 265
Tahun 2013 2 29 4 1 22 220 15 33 8 6 1.153 19 259
Penerapan Higiene Sanitasi pada Unit Pangan Asal Hewan. Dalam upaya meningkatkan penerapan higiene sanitasi pada unit usaha Pangan Asal Hewan (PAH) di Jawa Barat maka pada tahun 2013 dilaksanakan pembinaan serta pembangunan beberapa unit RPH-R, RPH-U, Kios Daging dan TPS di Kabupaten/Kota. Kegiatan tersebut dilakukan bersama Petugas Kesmavet di Kabupaten/Kota dengan cara pertemuan sosialisasi dan bimbingan kepada pelaku usaha di RPH-R/TPH-R, RPHU/TPH-U, kios daging, unit usaha pengolahan daging, TPS dan tempat pemrosesan telur. Beberapa aspek yang disosialisasikan antara lain persyaratan konstruksi
bangunan
utama, peralatan, perlengkapan pegawai dan higiene personal. Adapun hasil identifikasi kondisi higiene sanitasi dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 6.24. Status Higiene Sanitasi Unit Pangan Asal Hewan. No. 1.
Unit Pangan Asal Hewan RPH Ruminansia
Kondisi Dari 29 unit RPH-R yang dikelola olah Pemerintah, berdasarkan Permentan No. 13/Permentan/OT.140/1/2010 tentang Persyaratan Rumah Potong Hewan Ruminansia dan Unit Penanganan Daging (Meat Cutting Plant), maka tidak seluruhnya memenuhi persyaratan lagi sehingga berdampak pada kualitas daging yangdihasilkan. Oleh karena itu perlu dilakukan pembinaan dan fasilitasi agar fungsinya dapat berjalan. Tahun 2013 dibangun 2 unit RPH-R baru yaitu dari anggaran Bantuan Keuangan/DAK di Kabupaten Bandung Barat dan Tasikmalaya. Saat ini Kabupaten/Kota yang belum memiliki RPH-R adalah Kab. Sumedang dan Kota Cimahi. Dengan adanya kebijakan Pemerintah Indonesia untuk membatasi importasi ternak sapi dan daging sapi sebagai upaya pencapaian PSDSK Tahun 2014 maka banyak dilakukan pemotongan ternak sapi lokal dan masih ditemukan pemotongan ternak sapi betina dengan alasan tidak produktif, lebih mudah diperoleh serta harganya lebih murah dari ternak jantan dan mengandung banyak lemak dan jeroan yang dibutuhkan oleh konsumen. Kebutuhan daging masih didominasi oleh rumah tangga dan produsen bakso
No.
Unit Pangan Asal Hewan
Kondisi dan soto. Pada hari-hari besar keagamaan, ternak sapi jantan lebh banyak dipotong karena kebutuhan akan daging (tanpa lemak) lebih tinggi. Bangunan RPH milik Pemerintah pada umumnya permanen (100%), lantai/dinding cukup baik (89,93%), namun ruang bersih dan ruang kotor belum terpisah (64,36%), memiliki kandang penampungan (100%), gangway (94%), sarana pengelolaan limbah (77,48%), sarana air bersih (89,08%). Hanya 48,12% RPH Pemerintah yang memiliki sarana penggantung karkas dan melaksanakan penyelesaian pemotongan dengan cara digantung. Sisanya masih melaksanakan penyelesaian pemotongan di lantai. Pemeriksaan post mortem masih sulit dilaksanakan secara kontinyu hanya dilakukan terbatas secara inspeksi, jarang sekali dilakukan palpasi dan insisi. Hal ini disebabkan terbatasnya petugas terutama Dokter Hewan. Jumlah meat inspector sedikit, berkisar 1 - 2 orang/RPH bahkan ada 5 RPH-R pemerintah yang tidak memiliki dokter hewan dan meat inspector. Pada tahun 2013 ada 2 unit RPH-R Pemerintah dan 4 unit RPH-R swasta telah memenuhi standar minimal higiene dan sanitasi sehingga layak mendapatkan sertifikat NKV.
2,
RPH Unggas
Dari tahun ke tahun terjadi peningkatan kebutuhan daging ayam. Hal ini merupakan peluang bagi pelaku usaha skala kecil di sektor hilir. Namun pesatnya perkembangan usaha produksi daging ayam skala kecil tidak diimbangi dengan peningkatan aspek kualitas. Bahkan cenderung mengabaikankannya. Belum ada kesadaran bahwa konsumen berhak mendapatkan pangan yang aman dan layak dikonsumsi. Pemotongan ayam yang dilakukan di pasar tradisional cenderung tidak memperhatikan aspek higiene sanitasi, bahkan aspek halal masih ada yang diragukan. Selain itu terjadi praktek buruk yang bertentangan dengan etika bisnis seperti ayam berformalin, ayam bangkai (ayam tiren, ayam duren), penyuntikan air kedalam karkas, dll Jumlah RPH-U pada tahun 2013 mengalami kenaikan dibanding pada tahun 2012, hal ini menunjukkan bahwa ada peningkatan akan kebutuhan daging unggas untuk wilayah Jawa Barat dan sekitarnya (karena pemotongan di Jawa Barat juga untuk memenuhi kebutuhan DKI Jakarta dan beberapa Provinsi lain terutama yang berasal dari RPH-U Swasta) serta upaya perbaikan kualitas daging ayam yang dihasilkan. Daging ayam produksi RPH-U relatif lebih baik daripada yang diproduksi di RPU-Skala Kecil apalagi dari TPU. Namun hanya 64,15% daging yang berasal dari RPU-SK dan TPU yang memenuhi syarat SNI, sebanyak 36,03% masih tercemar mikroba sehingga masih perlu peningkatan pembinaan untuk penerapan higiene sanitasi Permasalahan lainnya adalah aspek kehalalan pemotongan ayam di pasar-pasar tradisional.. Dalam upaya untuk meningkatkan kualitas karkas dan daging unggas maka pada tahun 2013 dilakukan pembangunan 2 unit RPHU dan tempat penampungan unggas (TPnU) yang berasal dari APBN TP (2 unit) yaitu di Kabupaten Garut dan Bandung.
No. 3.
Unit Pangan Asal Hewan Kios Daging
Kondisi Kondisi kios daging di pasar tradisional pada umumnya masih belum memenuhi persyaratan higiene sanitasi diantaranya adalah lingkungan yang kotor, tempat dan peralatan yang tidak memadai serta pelaku usaha (pekerja) yang tidak memperhatikan aspek higiene sanitasi. Hanya sebagian kecil pedagang daging di kios daging memakai wadah stainless, selebihnya memakai wadah plastik, melamin, kayu, bahkan ada yang tidak memakai wadah dan bercampur dengan jeroan, Namun ada juga yang tanpa wadah namun tidak bercampur dengan jeroan Kios daging pada umumnya bercampur dengan komoditas lain dan keterbatasan persediaan air bersih sehingga sulit untuk menghindari kontaminasi dan penerapan higiene sanitasi. Masih ada kios daging yang berdinding dari triplek/kayu. Lantai yang digunakan sebagian besar sudah berkeramik namun masih ada yang dari ubin, kayu, semen bahkan tanah. Sebagian besar kios sudah beratap tertutup namun masih ada yang terbuka, berlokasi di tepi jalan raya atau di emper kios resmi. Fasilitas mencuci tangan pada umumnya hanya berupa ember plastik yang berisi air dan jarang diganti. Perlengkapan kebersihan lainnya adalah sabun batang, sabun cair dan hanya sedikit yang memakai desinfektan Kios daging sapi di pasar-pasar besar pada umumnya memiliki freezer. Namun freezer tidak diupakai untuk menyimpan daging yang baru tetapi justru menyimpan daging yang sudah seharian dipajang dan tidak terjual, hal ini yang mengakibatkan konsumen enggan membeli daging dingin. Kios daging sapi pada umumnya sudah dilengkapi dengan penggantung daging. Ada beberapa yang memakai showcase. Ada penghalang antara pembeli dan penjual terutama pada beberapa kios daging yang sudah mendapat anggaran renovasi bersumber dari APBN. Penggantung daging pada umumnya terbuat dari besi yang di tidak dicat. Air bersih hanya sebagian kecil dari PAM. Pada umumnya berasal dari air sumur yang tidak pernah diuji kualitasnya serta jumlahnya terbatas. Hal ini yang menyulitkan penerapan higiene sanitasi baik personal maupun sarana dan prasarananya. Talenan daging yang dipakai pada umumnya masih terbuat dari kayu namun ada juga yang menggunakan marmer dan nillon (kios daging ayam). Penjualan daging pada umumnya diletakkan diatas meja terbuka terutama daging/karkas ayam dan sebagian digantung (daging sapi). Pada umumnya penempatan daging sudah terpisah dengan jeroan. Untuk meningkatkan kualitas daging yang dijual di kios daging maka pada tahun anggaran 2013 telah dibangun 2 unit kios daging di Kabupaten Bandung dan Kota Depok bersumber dari APBN Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan.
4.
Tempat Penampungan Susu (TPS)
Secara keseluruhan terdapat 278 TPS yang berlokasi di 10 Kabupaten namun hanya 2 unit yang memenuhi standar hygiene sanitasi (sudah memiliki sertifikasi NKV) Masih ada TPS yang belum memiliki bangunan permanen dan hanya merupakan lokasi tempat pengambilan susu dengan menggunakan drum plastik, Sebagian bangunan hanya berupa pos dengan dinding dan lantai dari keramik serta belum memiliki fasilitas pendingin.
No.
Unit Pangan Asal Hewan
Kondisi Kondisi bangunan TPS belum memenuhi persyaratan karena masih merupakan satu ruangan terbuka, tidak ada pembagian ruang bersih dan kotor dimana ruang bersih untuk menyimpan susu dan ruang kotor untuk tempat pencucian milkcan. Pencucian milkcan belum dilakukan sehingga memungkinkan peningkatan cemaran pada saat penyetoran TPS digunakan pada saat penyetoran susu dan biasanya dilakukan sebanyak 2 kali sehari, pada pagi hari (pukul 05.00-07.00) dan sore hari (pukul 15.00-17.00). Kurang lebih 22,86% Peternak menyetorkan susunya masih menggunakan ember tertutup, sehingga belum seluruhnya menggunakan milk can dari stainless/aluminium. Pada saat penyetoran dilakukan pengujian alkohol dan berat jenis, dan susu dituangkan ke tangki dengan disaring terlebih dahulu menggunakan kain kasa namun perlakuannya belum memenuhi persyaratan higiene sanitasi. Kondisi dinding dan lantai sebahagian besar sudah menggunakan bahan kedap air berupa keramik namun dalam kondisi kotor dan tidak dipelihara dengan baik sehingga masih banyak yang berlubang dan tidak diperbaiki yang mengakibatkan tumpahan susu tertinggal dan menimbulkan bau serta mengundang lalat dan tikus. Sarana air bersih belum cukup tersedia dan pembersihan alat-alat dilakukan setiap hari 2 kali setelah susu dipindahkan ke tangki susu, sedangkan pembersihan milk can dilakukan di rumah masing-masing peternak tidak di TPS sehingga sulit dilaksanakan pengawasan terhadap kebersihannya. Sosialisasi higiene sanitasi kepada para petugas di TPS dan peternak masih harus lebih ditingkatkan sehingga dapat meningkatkan nilai jual susu. Pada tahun 2013 di TPS Kabupaten Sumedang diberi fasilitasi berupa milk can agar kualitas susu yang disetorkan peternak lebih baik. Sedangkan untuk meningkatkan kualitas susu di TPS juga difasilitasi cooling unit di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bogor.
3.
Sertifikasi Nomor Kontrol Veteriner. Nomor Kontrol Veteriner (NKV) merupakan registrasi atau sertifikasi kelayakan usaha
dibidang
pengumpulan,
penampungan,
penyimpanan,
pengolahan
dan
pengawetan PAH yang diterbitkan oleh instansi yang bertanggung jawab dalam bidang kesmavet. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 95 Tahun 2012 tentang Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Kesejahteraan Hewan serta Peraturan Menteri Pertanian Nomor 381/Kpts/OT.140/10/2005 tentang Pedoman Sertifikasi Kontrol Veteriner Unit Usaha Pangan Asal Hewan, maka sejak tahun 2006-2013 Jawa Barat sudah memiliki 10 orang auditor NKV yang bertugas melaksanakan audit penerapan higiene sanitasi pada unit usaha PAH dan selanjutnya memberikan rekomendasi kepada Kepala Dinas Peternakan untuk memberikan sertifikat NKV pada unit usaha yang sudah memenuhi syarat penerapan higiene sanitasi. Sertifikasi NKV bertujuan untuk : A.
Memberikan jaminan dan perlindungan kepada masyarakat, baik pelaku usaha maupun konsumen, bahwa PAH atau hasil olahan yang dihasilkan telah memenuhi syarat sesuai dengan standar yang ditetapkan.
B.
Terlaksananya tertib hukum dan tertib administrasi.
C.
Mempermudah pelaksanaan sistem pengawasan usaha PAH.
D.
Meningkatkan daya guna, hasil guna dan produktifitas dalam mencapai mutu produk yang memenuhi standar sehingga adanya jaminan keamanan pangan produk hewan. Pemberian sertifikat NKV harus dapat menjamin bahwa produk peternakan
berkualitas sesuai dengan standar yang ditetapkan sehingga harus dilakukan peninjauan dan evaluasi secara
periodik
agar
NKV
yang
diberikan
dapat
dilaksanakan,
dipertahankan bahkan ditingkatkan. Selama 8 tahun berturut turut telah dilaksanakan sosialisasi kepada pelaku usaha PAH yang ada di Jawa Barat tentang prosedur sertifikasi NKV. Kewajiban sertifikasi NKV sudah harus diterapkan sesuai dengan amanat Undang-undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan pada Pasal 60 (1) ”Setiap orang yang mempunyai unit usaha produk hewan wajib mengajukan permohonan untuk memperoleh NKV kepada Pemerintah Daerah Provinsi berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh menteri”, serta Peraturan Pemerintah Nomor 95 Tahun 2012 tentang Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Kesejahteraan Hewan Pasal 23 (1) Setiap Unit Usaha Produk Hewan wajib mengajukan permohonan untuk memperoleh NKV
kepada Pemerintah
Provinsi berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh Menteri”. Sampai dengan tahun 2013 telah diterbitkan 171 sertifikat NKV dari 210 unit usaha PAH yang mengajukan sertifikasi. Pada tahun 2013 kegiatan sertifikasi NKV diawali dengan sosialisasi sertifikasi NKV kepada pelaku usaha PAH di Jawa Barat yang dilaksanakan oleh Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat. Kegiatan yang sama dilaksanakan oleh Kabupaten/Kota diantaranya oleh Kabupaten Bekasi dan Bandung Barat serta Kota Bekasi dengan mengundang pelaku usaha PAH diwilayah kerjanya. Kabupaten/Kota juga melaksanakan pembinaan kepada pelaku usaha PAH agar memenuhi syarat untuk mengajukan sertifikasi NKV. Tabel 6.25. Jumlah Unit Pangan Asal Hewan yang Sudah Mendapat Sertifikat NKV di Jawa Barat Tahun 2006 sd 2013. No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Unit Pangan Asal Hewan Pemerintah RPH- R Swasta RPH- U Swasta TPD Swasta TPS Swasta UPS Swasta IT Swasta PPH Swasta Gudang Swasta Retail Swasta Jumlah
2006 2 1 1 1 5
2007 1 1 2 4
Jumlah yang mendapat NKV (unit) 2008 2009 2010 2011 2012 1 1 2 2 2 2 1 2 3 2 2 2 3 3 2 1 2 4 9 1 1 3 8 9 5 12 16 1 13 2 12 20 11 35 37
2013 1 2 4 2 1 2 18 8 38
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
4.
JENIS USAHA Rumah Potong Hewan Ruminansia Rumah Potong Hewan Unggas Tempat Pemrosesan Daging Tempat Penampungan Susu Unit Pengolah Susu Industri Telur Pengolah Produk Hewan Gudang Retailer
PENGAJUAN 11 16 18 2 28 6 6 104 35
SERTIFIKAT 8 15 16 2 21 6 4 87 30
PROSES 3 1 2 7 2 17 5
Peningkatan Pelayanan Kesmavet. Jumlah importir daging dari tahun 2010 sampai 2013 mengalami peningkatan walau pun terjadi penurunan jumlah importasi daging yaitu pada tahun 2010 sebesar 53%, tahun 2011 sebesar 34,9%, tahun 2012 sebesar 18,63% dan tahun 213 sebesar 15%. Namun pada tahun 2013 rekomendasi teknis yang dikeluarkan hanya untuk semester I. Untuk semester II tidak ada pengajuan rekomendasi importasi disebabkan kegiatan
importasi
daging
terhenti
akibat
kebijakan
Pemerintah
Pusat
untuk
mengevaluasi proses penentuan kuota importasi daging dan produk olahannya. Ada pun daftar importir daging di Jawa Barat tahun 2010 sampai 2013 adalah sebagai berikut : Tabel 6.26. Daftar Importir Daging di Jawa Barat Tahun 2010 sd 2013 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.
Penerbitan Rekomendasi 2010 2011 2012 2013
Importir PT Mitra Sarana Purnama cq PT. Hero Supermarket Tbk PT SUKANDA DJAYA PT San Miguel Pure Foods Indonesia PT Bina Mentari Tunggal CV. Surya Cemerlang Abadi PT Madusari Nusaperdana PT Bumi Maestro Ayu PT Impexindo Pratama PT Beeffood Indonesia PT Suri Nusantara Jaya PT Dua Putra Perkasa Pratama PT Canning PT Indobaru Utama Sejahtera CV Sumber Laut Perkasa PT Penta Buana Jaya PT Nuansa Alam Abadi CV Siqma Inti Utama PT Cipta Usaha Buana PT. Indogourment Selaras
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 50/Permentan/OT.140/9/2011 tentang Rekomendasi Persetujuan Pemasukan Karkas, Daging, Jeroan dan/atau Olahannya ke Dalam Wilayah Negara Republik Indonesia, pada tahun 2013 untuk semester I (Januari – Juni 2013) diterbitkan pertimbangan teknis importasi produk hewan berupa : A.
Importasi daging dan olahannya sebanyak
64.935 ton kepada 16 perusahaan
importir daging dan hasil olahannya di Jawa Barat yaitu : a.
Importir daging : -
PT Mitra Sarana Purnama di Kab. Bekasi
b. B.
-
PT Madusari Nusa Perdana di Kab. Bekasi
-
PT Bina Mentari Tunggal di Kab. Bekasi
-
PT Cipta Usaha Buana di Kab. Bekasi
-
PT Penta Buana Jaya di Kabupaten Bekasi
-
PT Suri Nusantara Jaya di Kota Bekasi
-
PT Dua Putra Perkasa Pratama di Kota Bekasi
-
PT Bumi Maestroayu di Kab. Bogor
-
CV Siqma Inti Utama di Kabupaten Bogor
-
PT Impexindo Pratama di Kab. Bogor
-
PT Beeffood Indonesia di Kab. Bogor
-
CV Sumber Laut Perkasa di Kab Bogor
-
PT Indobaru Utama Sejahtera di Kab Bogor
-
PT San Miguel Pure Foods Indonesia di Kota Depok
-
PT Indogourment Selaras di Kota Cimahi
Importir dan olahan susu yaitu PT. Sukanda Jaya di Kab. Bekasi.
Importasi produk olahan susu sebanyak 335.104,53 ton kepada 35 perusahaan importir hasil olahan susu di Jawa Barat yaitu : a.
b.
Importir produk olahan susu : -
PT. Firmenich Indonesia di Kab. Bogor
-
PT Abbott di Kota Depok
-
PT Givaudan Indonesia di Kota Depok
-
PT Jaya Fermex Abadi di Kota Depok
-
PT Mead Johnson di Kab. Bekasi
-
PT Sukanda Djaya di Kab. Bekasi
-
PT Mulia Boga Raya di Kab. Bekasi
-
PT. Wyeth Indonesia di Kota Bekasi
-
PT Mulia Wahana Mandiri di Kota Bandung
Importir bahan olahan susu : -
PT Anta Tirta Kirana di Kab. Bogor
-
PT Fonterra Brands Indonesia di Kab. Bogor
-
PT Milko Beverage Industry di Kab. Bogor
-
PT Indesso Aroma di Kab. Bogor
-
PT Nitrifood Indonesia di Kota Bogor
-
PT. Qualimas Indonesia di Kab. Bogor
-
PT Yakult Indonesia di Kab. Sukabumi
-
PT Arnott’s Indonesia di Kab. Bekasi
-
PT. Kerry Ingredients di Kab. Bekasi
-
PT Brenntag di Kab. Bekasi
-
PT Kievit Indonesia di Kab. Bekasi
-
PT Dairygold Indonesia di Kab. Bekasi
-
PT Foodindo Dwivestamas di Kab. Bekasi
-
PT Mayora Indah Tbk di Kab. Bekasi
-
PT Nestle Indonesia di Kab. Bekasi
-
PT Unilever Indonesia di Kab. Bekasi
-
PT Foodex Inti Ingredients di Kab. Bekasi
-
PT Citra Nata Pramana di Kab. Bekasi
-
PT Sarimelati Kencana di Kota Bekasi
-
PT Freyabadi Indotama di Kab. Karawang
-
PT Kraf Foods Company Indonesia di Kab. Karawang
-
PT Santos Jaya Abadi di Kab. Karawang
-
PT Ceres di Kab. Bandung
-
PT Kaldu Sari Nabati Indonesia di Kab. Bandung
-
PT Kraf Ultrajaya di Kab. Bandung Barat
-
PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk. di Kab. Bandung Barat
C.
Importasi PPAH berupa gelatin sapi sebanyak 1.690 ton dari 3 unit usaha di Jawa Barat yaitu : a.
Importasi gelatin bahan kapsul oleh PT Capsugel Indonesia dan PT Kapsulindo di Kab. Bogor
b. D.
Importir gelatin bahan permen oleh PT. Yupi Indo Jelly Gum di Kab. Bekasi
Importasi PHNP sebanyak 31.691,12 ton dan 770.000 lembar (kulit sapi dan biribiri) dari 23 unit usaha yaitu : a.
b.
c.
Importir kulit sapi mentah garaman : -
PT Agung Cakra Unotama di Kab. Bogor
-
PT Cisarua di Kab. Cianjur
-
PT Agung Mandiri di Kab. Garut
-
PT Karya Lestari Mandiri di Kab. Garut
-
PT Pelangi di Kab. Garut
Importir tallow : -
PT Matsumotoyushi di Kab. Bekasi
-
PT Pini Jaya Industri di Kab. Bekasi
Importir kulit domba mentah garaman oleh PT Va-Vite Indonesia di Kab. Bandung
d.
e.
f.
Importir kulit sapi/kulit jadi : -
PT Prakarsa Utama di Kota Bandung
-
PT Top Intern Jaya di Kota Depok
Importir wool domba : -
PT Mugi di Kab. Bekasi
-
PT Victory Garmintex di Kab. Bandung Barat
Importasi minyak bulu domba oleh PT Cahaya Kurnia Permai di Kab. Bandung Barat
g.
Importir pakan hewan kesayangan :
h.
-
PT Harapan Maju Indah di Kab. Bogor
-
PT Sawang Kupuga di Kab. Bogor
-
PT Nestle di Kab. Bekasi
-
PT Ace Hardware di Kab. Bekasi
-
PT Mars di Kota Bekasi
-
PT Global di Kab. Bandung
-
PT. Mewah di Kota Cimahi
Importiasi placenta dan gelatin untuk industri oleh PT Darya Varia di Kab. Bogor
5.
i.
Importasi gelatin oleh PT Jamafac di Kab. Bandung Barat
j.
Importasi ossopan oleh PT Prafa di Kab. Bogor
Pengendalian Produk Hewan. Produk Hewan terutama PAH merupakan produk yang bersifat mudah rusak dan dapat menjadi sumber penularan penyakit hewan kepada manusia (zoonosa) apabila tidak dikelola dengan baik.
Pengendalian zoonosa agar tidak menular kemanusia
dilakukan melalui beberapa kegiatan sebagai berikut : A.
Pengawasan zoonosis di RPU/TPU
B.
Pengujian kualitas dan zoonosa pada BAH yang dilakukan oleh BP3HK Cikole.
C.
Pengujian kualitas BAH berupa uji cemaran mikroba dan residu antibiotika serta pengujian zoonosa berupa uji salmonella pada spesimen daging dan telur serta pengujian Escherichia coli dan Staphylococus aureus pada spesimen daging, telur dan susu.
Tabel 6.27. Hasil Pengujian Kualitas dan Kesehatan Produk Hewan Tahun 2013
6.
No.
Positif Uji
1. 2. 3. 4. 5.
TPC >BMCM E. Coli Coliform Salmonella sp. S.aureus
Daging Sapi 199 53 53 24 63
Daging Unggas 211 61 52 17 44
Daging Domba 9 1 2 3
Daging Babi -
Susu 88 24 7
A.
SNI Daging Sapi 3932-2008 : TPC maksimal 1.000.000 cgu/g
B.
SNI Daging Ayam 3924-2009 : TPC maksimal 1.000.000 cfu/g
C.
SNI Susu Sapi : TPC maksimal 1.000.000 cfu/g
D.
SNI Telur : TPC maksimal 100.000 cfu/g
Telur 21 1 1 2
Olahan Daging 63 20 15 1 23
Pembinaan Kesejahteraan Hewan. Kesejahteraan Hewan adalah segala urusan yang yang berhubungan dengan keadaan fisik dan mental hewan menurut ukuran perilaku alami hewan yang perlu diterapkan dan ditegakkan untuk melindungi hewan dari perlakuan setiap orang yang tidak layak terhadap hewan yang dimanfaatkan manusia. Kesejahteraan hewan merupakan upaya Pemenuhan Kebutuhan Dasar Hewan agar hewan memperoleh 5 kebebasan/sejahtera (Five Freedom), yaitu (a) bebas dari rasa lapar dan haus;
(b) bebas dari rasa tidak nyaman; (c) bebas dari rasa sakit, luka dan penyakit; (d) bebas dari rasa takut dan tertekan; dan (e) bebas untuk menampilkan perilaku alaminya. Secara kodrati hewan diciptakan untuk kesejahteraan manusia sehingga semua hewan bisa diambil manfaatnya oleh manusia, sesuai dengan slogan : A.
Mensejahterakan
hewan
dengan
tujuan
untuk
mensejahterakan
manusia
(ANIMALLIUM HOMNIQUE SALUTI). B.
Manusia mengelola hewan untuk kesejahteraan (MANUSYA MRIGA SATWA SEWAKA). Pada bulan Mei tahun 2011 telah terjadi penghentian importasi sapi potong dari
Australia yang disebabkan oleh beredarnya rekaman pemotongan hewan di beberapa RPH Ruminansia Pemerintah di Indonesia. Pada rekaman tersebut terlihat bagaimana perilaku para pemotong terhadap ternak dengan tidak memperhatikan kesejahteraan hewan. Tayangan ini mengakibatkan masyarakat Australia marah dan melarang Pemerintah Australia mengirimkan sapi potong ke Indonesia. Namun dengan berbagai upaya yang dilakukan akhirnya pada bulan September 2011 pemerintah Australia menyepakati akan membuka kembali importasi sapi potong ke Indonesia dengan syarat bahwa sapi-sapi dari Australia harus dipotong di RPH yang sudah memenuhi persyaratan kesejahteraan hewan. Untuk keperluan tersebut dilaksanakan audit kesejahteraan hewan oleh lembaga yang sudah diakreditasi yang disetujui oleh Pemerintah Australia. Sehubungan dengan adanya supplychain yang ditetapkan oleh pemerintah Australia maka dilakukan peningkatan pembinaan, pengawasan dan fasilitasi penerapan kesejahteraan hewan di RPH Ruminansia terutama yang akan dijadikan sebagai lokasi pemotongan sapi impor dari Australia. Beberapa RPH/TPH yang sudah menjadi Supply Chain di Jawa Barat sebagai berikut : A.
Kab. Bogor : RPH Elders, RPH Cibinong, RPH Jonggol, TPH Sinar Kulon
B.
Kota Bogor : RPH Bubulak
C.
Kota Depok : RPH Pancoran Mas, RPH Tapos, TPH Lembu Sakti Jaya (Sawangan), TPH Adi Surya Mulya Abadi (Serua),
D.
Kab. Sukabumi : RPH Bojongkokosan
E.
Kab. Cianjur : RPH Jebrod
F.
Kab. Bekasi : TPH Samba, RPH Hasindo
G.
Kota Bekasi : RPH Jati Asih (PT Halalan Thoyyiban Food),
H.
Kab. Subang : RPH Bina Mentari Tunggal
I.
Kab. Bandung : RPH Meat Bandung Center, TPH Cijapati, TPH Banjaran
J.
Kota Bandung : RPH Ciroyom Sejalan dengan semakin maraknya tuntutan masyarakat internasional terhadap
penerapan kesejahteraan hewan di Indonesia maka pada tahun 2013 melalui kerjasama antara Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dengan Pemerintah Australia dan OIE melatih Training Of Trainer untuk penerapan Kesejahteraan Hewan
pada ternak sapi. Telah berhasil dilatih 7 orang trainer, diantaranya 1 orang berasal dari Provinsi Jawa Barat. Sebagai tindak lanjut dari pelaksanaan TOT tersebut maka pada tahun 2013 juga dilaksanakan apresiasi penerapan kesejahteraan hewan kepada 60 orang petugas kesmavet dan pengelola RPH Ruminansia di Provinsi Jawa Barat. Tujuannya adalah agar mereka dapat melakukan pembinaan penerapan kesejahteraan hewan terutama kepada para pelaku di RPH Ruminansia dan tempat budidaya ternak sapi potong di wilayah masing-masing. 7.
Pembinaan Pemerikaan Ante Mortem dan Post Mortem. Hasil pembinaan kegiatan pembinaan antemortem dan post mortem di RPH adalah sebagai berikut : A.
Dilaksanakan di RPH Ruminansia dan RPH Unggas Pemerintah maupun swasta dengan melibatkan petugas pemerintah dan pelaksana teknis penanggungjawab pemeriksaan antemortem dan postmortem.
B.
Sebagian RPH Ruminansia Pemerintah melaksanakan kegiatan tersebut namun belum tertib terutama untuk pemeriksaan post mortem, tidak melakukan pencatatan sehingga tidak ada laporan dan sulit untuk melaksanakan penelusuran apabila ditemukan hal-hal yang tidak diinginkan misalnya adanya penularan penyakit zoonosa kepada pelaku pemotongan, pedagang daging, pengolah ataupun
konsumen.
Sedangkan
RPH
swasta
sudah
melaksanakan
dan
melaporkan secara berkala kepada dinas yang membidangi fungsi peternakan di kabupaten/kota. C.
Sebagian besar TPH sama sekali tidak melaksanakan pemeriksaan antemortem dan postmortem sehingga perlu pembinaan dan pengawasan yang lebih insentif. Ada pun kendala utama adalah kurangnya tenaga dokter hewan dan paramedis di
Kabupaten/Kota terutama yang ditugaskan sebagai penanggungjawab di RPH/TPH dan RPU/TPU. Bahkan di TPU tidak dilaksanakan sehingga belum adanya jaminan terhadap keamanan pangan terhadap produknya. Pembinaan pemeriksaan antemortem dan postmortem terus dilakukan terutama di RPH Ruminansia dan pada saat hari-hari besar keagamaan dimana banyak dilakukan pemotongan ternak. Pembinaan dilaksanakan melalui penyebaran leaflet dan poster, langsung berinteraksi dengan petugas dan pelaku usaha melalui kunjungan langsung, pelatihan, serta melalui sosialisasi tatacara pemotongan hewan qurban dan penyebaran VCD. 8.
Pengawasan Produk Peternakan. Pengawasan produk peternakan dilakukan bersama instansi terkait yaitu Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Badan Ketahanan Pangan, Kementerian Agama dan Biro Produksi Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota terutama menjelang hari besar keagamaan (Idul Fitri dan Idul Adha). Pada saat itu kebutuhan terhadap produk peternakan, khususnya daging dan telur,
meningkat sehingga dikhawatirkan adanya pemotongan ternak yang tidak terawasi oleh petugas di Kabupaten/Kota serta adanya peredaran daging ilegal dan produk olahan yang dapat menyebabkan masuknya penyakit eksotik . Pengawasan produk hewan dilaksanakan mulai di RPH, tempat pengolahan sampai ke tempat penjualan di pasar tradisional dan pasar modern. Ada pun jumlah pasar di Jawa Barat tercatat 1.791 untit terdiri dari 650 unit tradisional dan 1.141 unit pasar modern. Hasil pengawasan produk peternakan pada tahun 2013
adalah masih
ditemukannya produk peternakan yang tidak memenuhi syarat antara lain : A.
Pemanfaatan sisa kulit dari industri yang diolah menjadi bahan pangan,
B.
Penjualan daging yang sudah tidak layak dikonsumsi,
C.
Daging sapi, karkas dan usus ayam yang diberi formalin sebagai upaya agar karkas terlihat masih segar dan kenyal,
D.
Penanganan produk hewan yang tidak memenuhi aspek kemanan pangan,
E.
Pencampuran daging sapi dengan daging babi dan atau daging celeng dari 8 kabupaten/kota di Jawa Barat, diketahui dari hasil uji laboratorium, dengan perincian : a.
Daging sapi : 14 sampel atau 25,45% dari 55 sampel
b.
Daging sapi olahan : 4 sampel atau 4,6% dari 86 sampel
Kasus tersebut diatas terjadi karena kurangnya kesadaran dari pelaku usaha dan minimnya pengawasan dari berbagai pihak terkait. Pelaku usaha pada umumnya bukan lalai melainkan sengaja melakukan pemalsuan produk peternakan yang sangat merugikan konsumen. Namun masih ditemukan pelaku yang memang tidak mengerti akan bahaya penambahan bahan kimia pada pangan. Oleh karena itu perlu peningkatan pengawasan dan pembinaan kepada pelaku usaha. Pada tahun 2013 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat mengeluarkan Sertifikat Kesehatan Produk Hewan antar pulau atau antar provinsi diantaranya dengan tujuan Provinsi Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), Daerah Istimewa Yogyakarta, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan dan Kepulauan Riau dapat dilihat pada Lampiran 5. 9.
Pengawasan pada Hari Besar Keagamaan. Pada tahun 2013 dilaksanakan pengawasan peredaran produk pada menjelang dan hari besar keagamaan yaitu Idul Fitri dan Idul Adha 1434 H antara lain sebagai berikut : A.
Pelatihan tata cara pemotongan hewan qurban yang dilaksanakan di UPTD Balai Pelatihan Peternakan Cikole, diikuti oleh 90 orang (3 angkatan) peserta dari DK , pemotong dan panitia pelaksana pemotongan hewan qurban di kabupaten/kota.
B.
Sebagai dampak pelaksanaan Sosialisasi dan Apresiasi Tatacara Pemotongan Hewan Qurban yang dilaksanakan di Kabupaten/Kota dan pelatihan yang dilaksanakan oleh instansi terkait seperti Kementerian Agama dan UPTD BPP Cikole maka pada tahun 2013 beberapa Kabupaten/Kota secara rutin setiap tahun melaksanakan kegiatan yang sama bersumber APBD II diantaranya adalah Kota
Bekasi, Kab. Bekasi, Kota Depok, Kota Bogor dan Kab. Bogor serta beberapa Mesjid di Kota Bandung dengan narasumber dari Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat. Selanjutnya pemeriksaan antemortem dilaksanakan di tempat-tempat pelaksanaan pemotongan hewan qurban pada H-1.
Sedangkan pemeriksaan post
mortem
dilaksanakan pada hari H hingga H+3 (hari Tasrik). Pemeriksaan ini dilaksanakan oleh petugas
Dinas
yang
membidangi
fungsi
peternakan
di
tingkat
Provinsi
dan
Kabupaten/Kota dibantu oleh para mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan IPB, Persatuan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) dan beberapa petugas dari Direktorat Kesmavet Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian terutama di daerah endemis Anthrax serta beberapa masyarakat yang sudah mendapat pelatihan. Data pemotongan hewan qurban pada tahun 2013 dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 6.28. Jumlah Hewan Qurban di Jawa Barat pada tahun 1427 sd 1433 H No.
Hewan Qurban
1428 H (2008)
26.729
30.644
1429 H (2009)
Jumlah (ekor) 1430 H (2010)
24.010
26.812
1431 H (2011) 38.280
1432 H (2012) 48.568
1433 H (2013)
1.
Sapi
2.
Kerbau
604
785
535
301
513
654
735
3.
Domba
170.227
192.293
135.845
154.763
177.947
176.269
129.680
4.
Kambing
43.344
37.061
60.178
61.037
39.088
49.391
54.175
240.904
260.783
220.568
242.612
255.828
274.882
233.070
Jumlah
10.
1427 H (2007)
48.480
Sosialisasi PPAH yang HAUS. Kegiatan sosialisasi PAH yang HAUS tahun 2013 dilaksanakan dalam bentuk pertemuan.
Penyampaian materi dan diskusi serta praktek oleh narasumber yang
berasal dari Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, Kantor Wilayah Kementerian Agama, Dinas Kesehatan Dinas Pendidikan serta para praktisi. Tujuan dari kegiatan tersebut adalah meningkatkan pengetahuan kader dan tim penggerak PKK di Jawa Barat diantaranya di Kabupaten Bekasi, Cirebon, Bandung, serta Kota Bandung dan Bekasi untuk dapat berperan serta dalam penyebaran informasi dan meningkatkan pengetahuan masyarakat terhadap penanganan dan manfaat PAH sehingga dapat meningkatkan pengawasan peredaran PAH di Jawa Barat. Ada pun materi yang disampaikan adalah penanganan PAH yang HAUS, PAH yang Halal dan Thoyyib, kandungan gizi pada PAH (Daging, Susu dan Telur) serta ketersediaan PAH yang HAUS di Kabupaten/Kota 11.
Peningkatan SDM. Pada tahun 2013 dilaksanakan pelatihan, apresiasi dan sosialisasi dalam rangka meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan petugas kesmavet antara lain : A.
Pelatihan Tatacara Pemotongan Hewan Qurban yang diselenggarakan oleh UPTD Balai Pelatihan Peternakan Cikole Lembang, diikuti 90 orang petugas di RPH Kabupaten/Kota (3 angkatan).
B.
Sosialisasi Tatacara Pemotongan Hewan Qurban kepada 1.500 orang yang diselenggarakan oleh Dinas yang membidangi fungsi Peternakan kabupaten/kota dan 60 orang yang dilaksanakan oleh Fakultas kedokteran Hewan IPB bekerjasama dengan Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat.
C.
Apresiasi Penerapan Kesejahteraan Hewan (60 orang) yang diselenggarakan oleh Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat bekerjasama dengan Direktorat Kesmavet dan Pasca Panen dan lembaga terkait.
D.
Pembekalan kepada para 30 orang pembina Sertifikat NKV di 27 Kabupaten/Kota.
E.
Apresiasi Pengawas Kesmavet sebanyak 5 orang yang dilaksanakan oleh Direktorat Kesmavet dan Pasca Panen.
F.
Peningkatan pengetahuan para 15 orang pengelola TPS yang dilaksanakan oleh Direktorat Kesmavet dan Pasca Panen.
BAB VII PENGEMBANGAN PETERNAKAN
7.1. PENGEMBANGAN FASILITASI USAHA DAN KELEMBAGAAN 1.
Fasilitasi Usaha Layanan pembiayaan perbankan bagi peternakan rakyat dirasakan tidak sesulit dan serumit yang dibayangkan. Meskipun kemudahan tersebut belum bisa dinikmati oleh semua pelaku di bidang peternakan. Hal ini disebabkan, selain keterbatasan unit perbankan yang ada di pedesaan, para pelaku usaha masih merasa kesulitan karena tidak memiliki jaminan.
Dari laporan yang disampaikan oleh Bank Indonesia tiga
komoditas
terdinggi sektor pertanian yang tercatat menyumbang infalasi di Jawa Barat adalah : daging ayam ras, cabe merah dan telur ayam ras. Pengembangan usaha peternakan merupakan bagian penting dari pembangunan pertanian yang disamping bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pangan
dan
gizi
masyarakat
luas
juga
harus
mampu
meningkatkan
kesejahteraan masyarakat peternak. Untuk mencapai sasaran tersebut, pemerintah berupaya melaksanakan serangkaian kebijakan dan program, namun demikian kendala yang dihadapi cukup besar sehingga beberapa target belum tercapai seperti yang diharapkan. Hal ini terlihat perkembangan populasi dan produktivitas ternak yang ditunjang Laporan Tahunan 2013 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat
1
oleh pemberian pakan yang belum memadai sehingga belum tercapainya kesejahteraan peternak sebagai subyek pembangunan. Kondisi ini terjadi akibat belum tercapainya keserasian antara penyediaan sarana produksi dengan tingkat pengetahuan/keterampilan masyarakat dalam manajemen usaha peternakan, sedangkan permintaan pangan hewani saat ini terus meningkat dari tahun ketahun, hal ini sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk. Kendala utama yang dihadapi sektor peternakan saat ini meliputi kendala dari faktor: pakan, struktur genetik, kesehatan hewan, faktor teknis lain seperti air, sosio-ekonomi dan kelembagaan (kepemilikan lahan, kebijakan ekonomi seperti kebijakan harga dan perdagangan, kekurangan modal investasi). Seperti dilaporkan oleh Bank Indonesia sampai dengan awal triwulan IV penterapan kredit disektor pertanian mencapai 5,5% dari total kredit yang disalurkan oleh perbankan Rp. 3.013 Triliun.
Laporan Tahunan 2013 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat
2
Disampaikan bahwa dari total kredit yang mengalir kesektor pertanian terdapat 7,24% untuk sektor peternakan. Jadi dana yang digunakan untuk kegiatan usaha peternakan adalah sebesar Rp. 11,9 Triliun.
Laporan Tahunan 2013 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat
3
Hasil analisa yang terkumpul kredit perbankan yang disalurkan ke sektor peternakan didominasi untuk usahan Pembibitan dan Budidaya Unggas, dalam hal ini mencapai 54,8%. Hal ini jauh dari harapan dapat menggerakan perekonomian peternak di pedesaan, karena budidaya dan pembibitan unggas sangat didominasi oleh bahan baku import. Kendati demikian masih patut disyukuri karena dibandingkan dengan kredit perbankan lainnya, NPL kredit disektor pertanian menunjukkan perbaikan dari waktu ke waktu. Dalam rangka pembinaan, monitoring dan evaluasi fasilitasi penguatan permodalan dalam mengembangakan usaha di sektor peternakan, Bidang Pengembangan Usaha telah melaksanakan kegiatan : Fasilitasi Kemitraan Usaha Peternakan/ Peningkatan Akses Permodalan Permodalan Peternakan, Pembinaan dan Pemanfaatan KKP-E dan UMKM Tahun 2013 Bidang Pengembangan Usaha melakukan kegiatan up dating data kelembagaan, salah satunya ingin mendapatkan kedalaman pembiayaan bidang peternakan, namun hasilnya kurang memuaskan, karena rata-rata tidak mempunyai akses informasi kepada pihak perbankan. Tabel 7.1. Kredit Sektor Peternakan Bank Umum di Jawa Barat Tahun 2013 (dalam juta rupiah) No.
Komoditi
1.
Pembibitan dan Budidaya Sapi Potong Pembibitan dan Budidaya Domba dan Kambing Potong Pembibitan dan Budidaya Ternak Perah Pembibitan dan Budidaya Babi
2. 3. 4. 5. 6.
Pembibitan dan Budidaya Unggas Pembibitan dan Budidaya Ternak Lainnya Total
Per bulan Desember 2012 2013 362,605 359,983
Pertumbuhan YoY Desember 2013 -0,01
37,890
90,312
1,38
304,780
250,503
-0,17
13,738
1,198
-0,91
516,636
538,893
0,04
30,742
3,885
-0,87
1,266,391
1,244,774
-0,08
Sumber : Kantor Bank Indonesia Wilayah IV Bandung ( Jan 2014) 2.
Kelembagaan A.
Lomba Kelompok Agribisnis Peternakan Tahun 2013 Dalam rangka menggerakkan dan meningkatkan kinerja kader-kader perekonomian rakyat yang berwawasan agribisnis, Provinsi Jawa Barat terus mendukung operasionalisasi sumberdaya-sumberdaya tersebut, sehingga setiap tahun perlu diberikan penghargaan kepada para kelompok-kelompok tani/ternak dan yang berprestasi setelah melalui seleksi dan penilaian secara bertahap. Dimana tujuan dari kegiatan tersebut adalah untuk meningkatkan prestasi dan dinamika masyarakat
Laporan Tahunan 2013 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat
4
peternak dalam pengembangan agribisnis pangan hasil ternak melalui peningkatan produktivitas dan pendapatan usaha, sebagai basis untuk mewujudkan ketahanan pangan masyarakat. Yang menjadi sasaran pelaksanaan Lomba Kelompok Agribisnis Peternakan Tingkat Jawa Barat Tahun 2013
adalah
Peserta
lomba
Kelompok Tani Ternak Sapi Potong, Sapi Perah, Kambing, Domba, Ayam Buras dan Itik yang menerapkan sistem agribisnis berbasis ternak serta telah dipersiapkan berdasarkan penentuan kriteria minimal sebagai kelompok agribisnis yang dikukuhkan secara resmi dan dipergunakan sebagaimana mestinya oleh tim seleksi dan penilai. Kegiatan lomba Kelompok peternak Tahun 2013 tidak diikuti oleh semua kabupaten/kota di Jawa Barat, dengan alasan antara lain tidak tersedia anggaran pendukung, atau tidak tersedia kelompok yang memenuhi persyaratan yang diminta dalam pedoman lomba kelompok tingkat provinsi. Dengan peserta yang minimal untuk tiap-tiap komiditi pelaksanaan lomba kelompok peternak dapat berlangsung dengah hasil sebagaimana tabel dibawah ini : Tabel 7.2. Pemenang Lomba Kelompok Agribisnis Peternakan Jawa Barat Tahun 2013 No. 1.
2.
3.
4.
5.
Komoditi Sapi Potong
Sapi Perah
Kambing
Domba
Ayam Buras
Nama kelompok
Juara
Kelompok Rundayan Sawargi Desa Karya Mukti Kecamatan Cibalong Kabupaten Garut Kelompok Mekarbuana Desa Mekar Jaya kecamatan Tanjungsari Kabupaten Bogor Kelompok Mina Harjasari Desa Kertarahayu Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis Kelompok Cipesing Mandiri Desa Kertawangi Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat Kelompok Bina Harapan Desa Kertawangi Kecamatan Cisurupan Kabupaten Garut Kelompok Sugih Mukti Desa Kasomalang Wetan Kecamatan kasomalang Kabupaten Subang Kelompok Merar Harapan Desa Cilengkrang Kecamatan Cilengkrang Kabupaten Bandung Kelompok Kandang Bodas Desa Baranangsiang Kecamatan Cipongkor Kabupaten Bandung Barat Kelompok Lebaksiuh Desa Sindanggalih Kecamatan Karangpawitan Kabupaten Garut Kelompok Al Fath FarmKelurahan Karang Tengah Kecamatan Gunung Puyuh Kota Sukabumi Kelompok Bangkit Sejahtera Desa Sukamukti Kecamatan Banyuresmi Kabupaten Garut Kelompok Lestari Desa Nagrak Kecamamatan Nagrak Kabupaten Sukabumi Kelompok Medal Saluyu Desa Tegalwaru Kecamatan Tegalwaru Kabupaten Purwakarta Kelompok Saluyu Desa Nagrak K ecamatan Cianjur Kabupaten Cianjur
I
Laporan Tahunan 2013 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat
5
II III I II III I II III I II III I II
No.
6.
Komoditi
Itik
Nama kelompok
Juara
Kelompok Tani Makmur Desa Wangunjaya Kecamatan Ciambar Kabupaten Sukabumi
III
Kelompok Mitra Gemilang Desa Cipedes Kecamatan Paseh Kabupaten Bandung Kelompok Prima Karya Mandiri Desa Pagerageung Kecamatan Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya Kelompok Sri Jaya Mukti Desa Padamulya Kecamatan Cipunegara Kabupaten Subang
I II III
Dari tabel tersebut diatas kelompok peserta yang menjadi pemenang dalam Lomba Kelompok Agribisnis Peternakan Tingkat Jawa Barat Tahun 2013 untuk setiap komoditi dikukuhkan melalui Surat Keputusan Kepala Dinas
Peternakan
Provinsi
Jawa
Barat
Nomor :
524.5/142/Pengembangan/2013 tanggal 8 Mei 2013. Dari peringkat ke 1 untuk komoditi ternak Sapi potong, Kambing, Ayam Buras dan Itik di Tingkat Provinsi Jawa Barat pada tahun 2013, diajukan untuk mengikuti seleksi dalam kegiatan Evaluasi Agribisnis Peternakan Tingkat Nasional Tahun 2013 adalah sebagai berikut : a.
Kelompok
Rundayan Sawargi Desa Karya Mukti Kecamatan
Cibalong Kabupaten Garut b.
Kelompok Merar Harapan Desa Cilengkrang Kecamatan Cilengkrang Kabupaten Bandung
c.
Kelompok Medal Saluyu Desa Tegalwaru Kecamatan Tegalwaru Kabupaten Purwakarta
d.
Kelompok
Mitra
Gemilang
Desa
Cipedes
Kecamatan
Paseh
Kabupaten Bandung Peserta lomba kelompok peternak dan petugas teknis berprestasi dari Provinsi Jawa Barat yang berlaga di lomba tingkat nasional, memeperoleh hasil seperti tertuang dalam Surat Keputusan Direktur Jenderal
Peternakan
dan
Kesehatan
Hewan,
Nomor
:
1184/Kpts/TU.210/F/10/2013 tanggal 21 Oktober 2013 tentang Penetapan Pemenang Lomba Kelompok Peternak dan Petugas Berprestasi Tingkat Nasional Tahun 2013 : a.
Kelompok Merar Harapan Desa Cilengkrang Kecamatan Cilengkrang Kabupaten Bandung Juara II kelomppok Kambing
b.
Kelompok
Mitra
Gemilang
Desa
Cipedes
Kecamatan
Paseh
Kabupaten Bandung Juara III Kelompok Itik c.
Kelompok Medal Saluyu Desa Tegalwaru Kecamatan Tegalwaru Kabupaten Purwakarta Juara IV kelompok Ayam Lokal
Laporan Tahunan 2013 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat
6
Selanjutnya juara kelompok peternak tingkat Provinsi Jawa Barat, diusulkan oleh Dewan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Barat untuk mengikuti seleksi Adikarya angan Nusantara tahun 2013 dan Berdasarkan Surat Keputusan Ketua Dewan Ketahanan Pangan Nasional Tahun 2013 : Kelompok Kabupaten
Medal
Saluyu
Purwakarta
Desa
Tegalwaru
mendapat
Kecamatan
Penghargaan
Tegalwaru
sebagai
Pelaku
Pembangunan Ketahanan Pangan Pengembangan Produksi. Sebagai bahan kebijakan dan pembinaan kelembagaan pada tahun selanjutnya pada tahun 2013 melaksanakan kegiatan Up Dating Data kelembagaan yang melibatkan petugas kabupaten kota. Data tersebut dapat dilihat pada Lampiran 6. 7.2. PASCA PANEN DAN PENGOLAHAN Hasil pelaksanaan kegiatan Seksi Pasca Panen dan Pengolahan selama satu tahun sampai dengan Desember 2013 adalah sebagai berikut: 1.
Kegiatan APBD A. Lomba Inovasi Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan Kegiatan
Lomba
Inovasi
Pengolahan
dan
Pemasaran
Hasil
Peternakan Tingkat Jawa Barat Tahun 2013 dilaksanakan pada bulan JuniJuli Tahun 2013. Daftar Juara Lomba Inovasi Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan Tingkat Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 7.3. Pemenang Lomba Inovasi Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan Tingkat Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 No. 1.
2.
Kategori Inovasi Pengolahan
Inovasi Pemasaran
Nama Kelompok
Peringkat
P4S LISELI Kp. Palasari Rt 24/07 Desa Sudajaya Girang Kec. Sukabumi - Kabupaten Sukabumi CV. CAHAYA DLUHA HOME INDUSTRY Jln. Raya Gunungkeling, Kelurahan Cipari Kecamatan Cigugur – Kabupaten Kuningan KELOMPOK PENGOLAH BASO “KARYA MANDIRI” Kmp. Burujul RT.04 RW.01 Desa Ciawang Kecamatan Leuwisari – Kab. Tasikmalaya KELOMPOK USAHA PENGOLAHAN SUSU “ SERBA SUSU ” Desa Lembang Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat OTO BENTO Pamoyanan Hijau Blok F No. 9 – 10 Pamoyanan – Bogor Selatan Kota Bogor
I
Laporan Tahunan 2013 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat
II
III
I
II
7
No.
Kategori
Nama Kelompok
Peringkat III
ALAM NIAGA PERSADA Jln. Karasak Utara III no. 3 Kelurahan Astana Anyar, Kecamatan Astana Anyar Kota Bandung
UD SURYA ABADI pengelola telur asin di Kab Karawang
*
mendapatkan penghargaan menteri pertanian Kategori “ Inovasi Pemasaran Peternakan “ Produk Pertanian Berdaya Saing 2013 Kelompok Pengolahan Susu dari Kabupaten Bandung Barat yaitu KUPS “Serba Susu” mendapatkan Penghargaan Presiden “Adhikarya Pangan Nusantara” sebagai pelaku pembangunan ketahanan pangan dan penghargaan sudah diserahkan oleh Wakil Presiden
di Istana Wakil
Presiden. B.
Kegiatan Pesta Patok a.
Kegiatan
Pameran Pembangunan Peternakan pada Acara Pesta
Patok Ke-X Tahun 2013 Kegiatan Pesta Patok ke-X dilaksanakan di Lapangan Gasibu Kota Bandung pada tanggal 24 - 25 September 2013, Puncak acara dihadiri oleh Wakil Gubernur Provinsi Jawa Barat. Berbagai acara dilaksanakan di Pesta Patok ini diantaranya : Pameran
dengan
peserta stake holder yang bergerak langsung dalam bidang peternakan, khususnya di Jawa Barat. Secara spesifik adalah sebagai berikut : -
Instansi/Lembaga Pemerintah
-
PerguruanTinggi
-
Asosiasi
-
Koperasi/Kelompokpeternak
-
Produsen dan Distributor obat-obatan
-
Produsen dan Distributor Alat dan Mesin Peternakan
-
Produsen dan Distributor Produk Peternakan dan Olahannya Lomba Masak Daging Domba/Kambing, Daging Kelinci dan
Daging Puyuh antar Chef Horeka dilaksanakan pada tanggal 24 September 2013 mulai pukul 10.00 wib s.d. selesai. Juri Lomba Masak Daging Domba/Kambing, Daging Kelinci dan Daging Puyuh berasal dari Indonesian Chef Asosiation (ICA). Berdasarkan hasil penjurian dihasilkan pemenang lomba untuk masing-masing kategori sebagai berikut : Laporan Tahunan 2013 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat
8
Tabel 7.4.
Pemenang Lomba Kelompok Agribisnis Peternakan Jawa Barat Tahun 2013
No. 1.
2.
3.
b.
Kategori Lomba masak Daging Domba /Kambing Lomba masak Daging Kelinci Lomba masak Daging Puyuh
Nama Novotel Restoran Dusun Bambu Grand Royal Panghegar VanHengel Cattering GH Universal Hotel Royal Palace Hotel Horison Hotel Merimba Grand Royal Panghegar
Nilai 89 88.3 88 88.6 88.3 83 88.6 88 87
Pemenang Juara I Juara II Juara III Juara I Juara II Juara III Juara I Juara II Juara III
Gerakan Minum Susu dan Makan Telur Puyuh Dalam upaya meningkatkan konsumsi susu dan telur bagi anak sekolah, dilaksanakan Gerakan Minum Susu dan Makan Telur Puyuh khususnya bagi siswa Sekolah Dasar. Acara Gerakan Minum Susu dan Makan Telur Puyuh diikuti oleh siswa sekolah dasar sebanyak 1000 siswa yang berasal dari SDN Tilil Kec. Coblong, SDN Tikukur Kec. Coblong dan SDN Ciujung Kec. Bandung Wetan. Susu yang dibagikan sebanyak 1000 botol susu dan telur sebanyak 10.000 butir. Gerakan minum susu dan makan telur puyuh ini langsung dikomandoi oleh Bapak Wakil Gubernur Jawa Barat.
C.
Peningkatan SDM Pelaku Pengolahan Hasil Peternakan a.
Peningkatan SDM Pelaku Pengolahan Hasil Peternakan (daging) Pertemuan Peningkatan SDM Pelaku
Pengolahan Hasil
Peternakan Kegiatan Pengembangan Usaha Peternakan (APBD) Tahun 2013 dilaksanakan di Hotel Topas Jl. Dr. Djundjunan No. 153 Bandung. Pertemuan Peningkatan SDM Pelaku Pengolahan Hasil Peternakan dilaksanakan dari tanggal 19 s/d 20 Maret 2013. Peserta Pertemuan Peningkatan SDM Pelaku Pengolahan Hasil Peternakan Tahun 2013 adalah sebanyak 50 orang pelaku usaha pengolahan daging/ petugas teknis se-Jawa Barat. b.
Peningkatan SDM Pelaku Pengolahan Hasil Peternakan (susu dan telur) Pertemuan Peningkatan SDM Pelaku
Pengolahan Hasil
Peternakan Kegiatan Pengembangan Usaha Peternakan (APBD) Tahun 2013 dilaksanakan di Hotel Newton, JL.RE. Martadinata No. 223 – 227 Bandung pada tanggal 2-3 Juli 2013. Peserta Pertemuan Peningkatan SDM Pelaku Pengolahan Hasil Peternakan Tahun 2013 Laporan Tahunan 2013 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat
9
adalah sebanyak 50 orang pelaku usaha pengolahan Susu dan Telur dan petugas teknis se-Jawa Barat. D.
Gerimis Bagus di 4 Wilayah Kegiatan Gerimis Bagus di 4 Wilayah dilaksanakan di Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Subang, Kabupaten Majalengka
dan
Kota
Cimahi.
Pada
kegiatan
gerimis
bagus
ini
diselenggarakan beberapa kegiatan antara lain workshop persusuan, Sosialisasi Gerimis Bagus di 4 wilayah pembangunan Jawa Barat, dan Kegiatan Gerakan Minum Susu di Sekolah Dasar/MI sebanyak 20.000 botol susu. E.
Fasilitasi Pengolahan Kegiatan Pertemuan Fasilitasi Pengolahan dilaksanakan di ruang Bos Sondaicus Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat. Peserta pertemuan sebanyak 60 orang terdiri dari petugas kabupaten kota dan pelaku usaha yang berasal dari kabupaten/kota di Jawa Barat. Fasilitasi yang diberikan kepada pelaku usaha antara lain Fasilitasi Pengemasan dan Desain dan Fasilitasi Sertifikasi. Fasilitasi Pengemasan dan Desain diberikan kepada 25 pelaku usaha pengolahan haasil peternakan Sedangkan fasilitasi sertfifikasi sudah diberikan kepada 1 pelaku usaha.
F.
Sosialisasi Peningkatan Konsumsi Daging Itik Kegiatan Sosialisasi Peningkatan Konsumsi Daging Itik dilaksanakan pada acara Peringatan Hari Pangan Sedunia di Halaman Parkir Gedung Sate. Pada Kegiatan Sosialisasi Peningkatan Konsumsi Daging Itik ini diadakan lomba masak daging itik dengan jumlah peserta sebanyak 25 orang chief restoran, hotel dan katering se Jawa Barat. Berdasarkan hasil penilaian tim juri, dihasilkan pemenang lomba masak daging itik peringkat I adalah Hotel Horison, peringkat II adalah Hotel Merimba Puncak dan Peringkat ke III adalah De Ranch.
2.
Kegiatan APBN A. Pengembangan Pengolahan Hasil Pertanian (TP) Melalui
kegiatan
pengembangan
pengolahan
hasil
pertanian
diharapkan berkembangnya agroindustri daging di Kabupaten Bogor dan berkembangnya agroindustri susu di Kabupaten Subang dan Kabupaten Bandung Barat. Adapun uraian kegiatan Pengembangan Pengolahan Hasil Pertanian, adalah sebagai berikut : Laporan Tahunan 2013 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat
10
Lokasi kegiatan Fasilitasi Agroindustri Susu di Kabupaten Bandung Barat
sebagai berikut : Kelompok Usaha Pengolahan Susu ”Serba
Susu”yang berlokasi di Jl Sesko AU Desa Lembang Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat dan Kelompok Pengolahan Susu BR-Milk yang berlokasi di Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. Lokasi Kegiatan Fasilitasi Agroindustri Susu di Kabupaten Subang Tahun Anggran 2013 adalah Gapoktan Bina Lestari yang beralamat di Desa palasari Kecamatan Ciater dengan lokasi Kegiatan di Subang Milk Center (SMC) di Kelurahan Cigadung Kecamatan Subang. Lokasi kegiatan Fasilitasi Agroindustri Daging di Kabupaten Bogor sebagai berikut: Kelompok Rinz Food yang berlokasi di Kampung Cisalopa Desa Pasir Buncir Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor dan Kelompok Zia Home yang berlokasi di Kampung Kreteg Kelurahan Padasuka Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor. B.
Pengembangan Mutu dan Standarisasi (APBN DK) a.
Bimbingan Teknis Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan Kegiatan Bimbingan Teknis Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan dilaksanakan tanggal 29 – 31 Oktober 2013 di Hotel V yang berlokasi di Jl. Surya Sumantri Kota Bandung. Output kegiatan Bimbingan Teknis Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan adalah terlaksananya Bimbingan Teknis Jaminan mutu dan keamanan pangan dan diperolehnya Dokumen Sistem Jaminan Mutu di kelompok Makmur Agro Satwa dan P4S Liseli di Kab. Sukabumi serta di kelompok usaha pengolahan susu “Serba Susu” dan kelompok Wargaasih Kab. Bandung Barat.
b.
Sosialisasi Jabatan Fungsional Pengawas Mutu Hasil Pertanian (PMHP) Kegiatan Sosialisasi Jabatan Fungsional Pengawas Mutu Hasil Pertanian (PMHP) dilaksanakan tanggal 4 April 2013 di Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, Jl. Ir. H. Juanda No. 358 Bandung. Peserta sosialisasi Jabatan Fungsional Pengawas Mutu Hasil Pertanian antara lain petugas kab/kota, Lingkup UPTD dinas peternakan provinsi dan Dinas Pertanian provinsi Jawa Barat.
Laporan Tahunan 2013 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat
11
c.
Kajian Residu Bahan Kimia dan Kontaminan Sampel yang diambil dalam rangka monitoring dan surveillance residu hormone dan antibiotika pada produk pangan segar asal hewan adalah daging sapi, daging ayam dan susu (kambing atau sapi). Sampel-sampel tersebut diambil dari 6 Kabupaten/ Kota yang ada di wilayah Provinsi Jawa Barat melalui metode random sampling, dari 27 Kabupaten/ Kota yang terpilih menjadi area sampling adalah Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Cianjur, Kota Bogor dan Kota Cimahi. Dari masingmasing Kab/Kota yang terpilih menjadi target area sampling, sampel Pangan Asal Hewan (PAH) segar diambil dari Pasar Tradisional (Daging Ayam dan Sapi), sedangkan untuk produk susu segar sampel diambil dari loper atau pedagang/ agen susu eceran, Koperasi Susu yang ada di Kab/ Kota tersebut, ataupun langsung dari farm/ peternakan. Dari hasil uji menunjukkan bahwa seluruh sampel tidak terdeteksi residu antibiotic terkecuali sampel susu segar terdeteksi residu antibiotic golongan tetrasiklin. Residu antibiotika golongan tetrasiklin bisa terdeteksi pada susu segar kemungkinan besar bisa terjadi akibat dari susu yang dijual di pasaran, terutama susu yang berasal dari Koperasi susu maupun farm atau penjual eceran/ loper susu merupakan susu yang berasal dari sapi atau kambing yang sedang dalam masa pengobatan terutama untuk pengobatan penyakit mastitis (radang ambing) maupun penyakit lainnya.
C.
Pengembangan Pengolahan Hasil Pertanian (APBN DK) a.
Pembinaan, Pengawalan dan Pendampingan Pengolahan Hasil Pertanian Kegiatan
Pembinaan,
Pengawalan
dan
Pendampingan
Pengolahan Hasil Pertanian dilaksanakan di hotel Ibis Trans Studio Bandung pada tanggal 17-18 September 2013.
Peserta kegiatan
Pembinaan, Pengawalan dan Pendampingan Pengolahan Hasil Pertanian yaitu petugas teknis kabupaten/kota yang menangani pengolahan hasil. b.
Bimbingan Teknis Pengolahan Hasil Pertanian Dalam upaya meningkatkan daya saing produk dalam negeri khususnya produk pertanian agar dapat menjadi tuan rumah di negeri
Laporan Tahunan 2013 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat
12
sendiri dan mempunyai daya saing untuk ekspor, produk pertanian tidak saja ditentukan oleh kualitas yang baik tetapi juga harus aman dikonsumsi bagi produk pertanian yang digunakan sebagai bahan pangan, dengan harga yang kompetitif. Oleh karena itu,
melalui
penerapan sistem jaminan mutu dan keamanan pangan, mulai dari proses budidaya, pengolahan sampai dengan proses pasca panen bahkan distribusi hasil pertanian diharapkan dapat meningkatkan kualitas, aman dikonsumsi dalam
proses
produksinya,
(from farm to table) dan juga efisien sehingga
peningkatan
mutu
dan
keamanan pangan tanpa selalu harus meningkatkan biaya produksi. Kegiatan Bimbingan Teknis Pengolahan Hasil Pertanian dilaksanakan di hotel Ibis Trans Studio Bandung pada tanggal 17-18 September 2013. Peserta kegiatan Bimbingan Teknis Pengolahan Hasil Pertanian yaitu pelaku usaha hasil peternakan kabupaten/kota di Jawa Barat. c.
Pertemuan Sosialisasi dan Apresiasi Pengolahan Hasil Peternakan Pertemuan
Sosialisasi
dan
Apresiasi
Pengolahan
Hasil
Peternakan dilaksanakan pada tanggal 18 Juli 2013, di Ruang Aries Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat. Materi yang disampaikan pada pertemuan ini difokuskan pada: -
Inovasi dan Diversifikasi Produk Olahan Hasil Peternakan
-
Pengawasan Mutu dan Keamanan Pangan Produk Olahan Hasil Peternakan
D.
Kebijakan Pengolahan Hasil Peternakan
Administrasi, Koordinasi dan Pembinaan (APBN DK) a.
SL PPHP / Diklat Pelaku Usaha Agribisnis (PUA) SL-PPHP PUA sudah dilaksanakan di 2 Kabupaten yaitu di Kab. Bandung Barat di sekretariat kelompok L-Milk dan di Kab. Ciamis di sekretariat kelompok Ciamy Milk, peserta yang mengikuti pelatihan di masing-masing Kabupaten sebanyak 20 orang, Hasil yang dicapai kelompok sudah bisa menambah diversifikasi olahan dari produk susu yang diolahnya selama ini dan menerapkan secara bertahap kaitan mutu sehingga produk yang dipasarkan bisa lebih berdaya saing dan pada akhirnya meningkatkan nilai tambah bagi para anggota kelompok.
Laporan Tahunan 2013 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat
13
7.3. DISTRIBUSI DAN PEMASARAN HASIL 1.
Informasi Harga Komoditas Peternakan Tahun 2013 A.
Perkembangan Harga Karkas Sapi, Daging Sapi Has Dalam, Daging Sapi Bistik, dan Daging Sapi Murni Perkembangan harga karkas sapi pada berturut-turut pada triwulan I, Januari sebesar RP, 67.857,-/kg, naik menjadi Rp. 69.000,-/kg di bulan Februari dan Maret, sampai dengan bulan Mei tetap Rp. 69.000,- dan pada akhir triwulan II Juni naik sebesar Rp. 895,- menjadi Rp. 69.895,-. Pada triwulan III terjadi kenaikan lagi berturut-turut bulan Juli Rp. 72.826,- bulan Agustus Rp. 74.412,-, September Rp. 75.000,-/kg. Pada triwulan IV harga karkas tetap Rp. 75.000,- sampai dengan bulan Desember. Harga karkas terus naik dari bulan Januari sampai akhir Desember 2013. Perkembangan harga daging sapi has dalam, triwulan I Januari sd Maret, di bulan Januari Rp. 90.067,-/kg, naik pada Februari sebesar Rp. 6.033,- menjadi Rp. 96.100,-/kg, dan turun di bulan Maret sebesar Rp. 837,- menjadi Rp. 95.263,-. Triwulan II April Rp. 93.000,-/kg, Mei Rp. 93.000,-/kg dan di bulan Juni Rp. 93.132,-. Terjadi kenaikan pada bulan Juli triwulan III menjadi Rp. 96.033,- dan terjadi penurunan dibulan Agustus menjadi Rp. 93.750,- dan turun kembali pada bulan September menjadi Rp. 91.250,-. Pada triwulan IV bulan Oktober Rp. 91.250,-, naik sebesar Rp. 1.250,- menjadi Rp. 92.500,- di bulan November, dan terjadi kenaikan lagi sebesar Rp. 1.263 menjadi Rp. 93.763,- di bulan Desember 2013. Harga tertinggi untuk daging sapi has dalam terjadi di bulan Februari 2013 yaitu sebesar Rp. 96.100,- dan terendah di bulan Januari yaitu sebesar Rp. 90.067,-/kg. Perkembangan harga dari sapi bistik pada triwulan I bulan Januari Rp. 85.595,-/kg, bulan Februari Rp. 90.420,-/kg, dan di bulan Maret Rp. 89.700,-. pada triwulan II terjadi penurunan dimana di bulan April sebesar Rp. 1.900,- menjadi Rp. 87.800,- tetap sampai bulan Mei 2013, dan pada bulan Juni terjadi kenaikan menjadi Rp. 87.953,-/kg, dan pada bulan Juli menjadi Rp. 91.054,-/kg. pada bulan Agustus Rp. 88.000,-, dan September Rp. 86.952,-/kg. Pada triwulan IV Oktober sebesar Rp. 86.952,- November Rp. 86.250,- dan di bulan Desember Rp. 88.000,-. Harga terendah daging sapi bistik terjadi di bulan Januari 2013 yaitu sebesar Rp. 85.595,- dan tertinggi di bulan Juli 2013. Perkembangan harga daging sapi murni pada triwulan I Januari Rp. 80.089,-/kg, pada Februari menjadi Rp. 83.650,- dan pada bulan Maret
Laporan Tahunan 2013 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat
14
menjadi Rp. 83.368,-. pada triwulan II April sampai dengan Mei tetap Rp. 82.000,-/kg, dan pada bulan Juni menjadi Rp. 82.263,-. Triwulan III bulan Juli Rp. 86.076,-/kg dan turun pada bulan Agustus sebesar Rp. 4.326,menjadi Rp. 81.750,-, dan di bulan September menjadi Rp. 82.262,-/kg. Pada bulan Oktober Rp. 82.262,-/kg, November Rp. 81.750,- dan bulan Desember Rp. 84.075,-/kg. Harga terendah daging sapi murni terjadi di bulan Januari 2013 sebesar Rp. 80.089,-, dan tertinggi di bulan Juli sebesar Rp. 86.076,-/kg. B.
Perkembangan Harga DOC Broiler, Karkas Ayam Broiler, dan Pakan Ternak Broiler Perkembangan harga DOC broiler, pada bulan Januari sebesar Rp. 3.414,-/ekor, pada bulan Pebruari terjadi kenaikan sebesar
Rp. 651,-
menjadi Rp. 4.065,-/ekor. pada bulan Maret menjadi Rp. 4.100,-/ekor. pada triwulan II mulai April sd Juni harga DOC broiler tetap yaitu Rp. 5.100,/ekor. pada triwulan III terjadi kenaikan lagi dimana pada bulan Juli Rp. 6.500,- dan di bulan Agustus dan September Rp. 7.000,-/ekor. Pada triwulan III bulan Oktober Rp. 7.000.-, November Rp. 3.800,- dan Desember Rp. 3.880,-. Harga terendah terjadi di bulan Januari Rp. 3.414,-/ekor, dan harga tertinggi di bulan Agustus sampai Oktober. Perkembangan harga karkas ayam broiler pada triwulan I Januari sd Maret terjadi penurunan, dimana pada bulan Januari rata-rata harga karkas ayam broiler adalah Rp. 27.324,-, terjadi penurunan pada bulan Februari sebesar Rp. 836,- menjadi Rp. 26.988,-/kg, dan turun lagi pada bulan Maret sebesar Rp. 5,-/kg menjadi Rp. 26.983,-. Pada triwulan II bulan April, perkembangan harga Rp. 25.890,-, dan terjadi kenaikan pada bulan Mei sebesar Rp. 896,- menjadi RP. 26.786,-, dan terjadi kenaikan lagi pada bulan Juni menjadi Rp. 28.684,-/kg.
Pada triwulan III bulan Juli terjadi
kenaikan yang besar dibanding bulan Juni sebesar Rp. 3.455,- menjadi Rp. 32.139,-, dan terjadi penurunan pada bulan Agustus sebesar Rp. 1.677,menjadi Rp. 30.462,-, dan terjadi penurunan lagi di bulan September sebesar Rp. 2.310,- menjadi Rp. 32.772,-. Pada triwulan IV bulan Oktober Rp. 32.810,-, November Rp. 26.938,- dan Desember Rp. 26.325,-. Harga terendah terjadi di bulan Desember yaitu sebesar Rp. 26.325,dan harga tertinggi di bulan Oktober mencapai Rp. 32.810,-. Perkembangan harga pakan ternak broiler,
pada triwulan I bulan
Januari sebesar Rp. 5.757,-/kg, dari bulan Februari sampai dengan bulan Laporan Tahunan 2013 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat
15
Juni tetap dengan harga Rp. 5.800,-/kg, dan pada bulan Juli naik lagi sebesar Rp. 443,- menjadi Rp. 6.243,-/kg. bulan Agustus Rp. 6.400,-/kg, dan pada bulan September Rp. 6.714,-/kg. pada triwulan IV Oktober Rp. 6.714,-/kg, November Rp. 6.300,-/kg, dan Desember Rp. 6.300,-/kg. Harga terendah terjadi di bulan Januari sebesar Rp. 5.757, dan harga tertinggi terjadi di bulan September dan Oktober sebesar Rp. 6.714,-/kg. 2.
Rata-rata harga DOC layer, telur ayam ras, harga pakan konsentrat layer Perkembangan harga DOC layer, pada bulan Januari sebesar Rp. 7.143,dan terjadi penurunan pada bulan Februari sampai dengan Agustus sebesar Rp. 143,- menjadi Rp. 7.000,-, dan terjadi kenaikan lagi sebesar Rp. 262,- menjadi Rp. 7.262,-/kg. pada bulan September sampai Oktober, dan November Desember turun menjadi Rp. 6.000,-/ekor. Perkembangan harga telur ayam ras, triwulan I Januari 17.924,-/kg, pada bulan Februari terjadi penurunan
sebesar Rp.
sebesar Rp. 194,-/kg
menjadi Rp. 17.730,-/kg, dan terjadi penurunan lagi sebesar Rp. 2.193,- menjadi Rp. 15.537. Pada triwulan II April sebesar Rp. 13.423,-, terjadi kenaikan sebesar Rp. 2.168,- menjadi Rp. 15.591,-/ekor, dan terjadi kenaikan lagi pada bulan Juni sebesar Rp. 2.120,- menjadi Rp. 17.711,-.
Pada triwulan III, bulan Juli Rp.
18.522, turun di bulan Agustus sebesar Rp. 1.110,-
menjadi Rp. 17.412, dan
terjadi penurunan di bulan September menjadi Rp. 16.429,-/kg. Pada triwulan IV Oktober tetap Rp. 16.429,- dan terjadi penurunan di bulan November sebesar Rp. 1.804,- menjadi Rp. 14.625,- dan di bulan Desember Rp. 15.400,-. Harga terendah terjadi di bulan April yaitu Rp. 13.423,- dan tertinggi di bulan Juli sebesar Rp. 18.522,Perkembangan harga pakan konsentrat layer, dari bulan Januari sampai dengan Agustus tetap sebesar Rp. 6.100,- dan terjadi kenaikan di bulan September dan Oktober menjadi Rp. 6.310,-/kg. dan dibulan November dan Desember naik sebesar Rp. 490,- menjadi Rp. 6.800,-. 3.
Rata-rata harga karkas itik dan telur itik Perkembangan harga karkas itik, dari bulan Januari sd Juni 2013, tetap sebesar Rp. 30.000,-/kg dan terjadi kenaikan di bulan Juli sebesar Rp. 5.739,menjadi Rp. 35.739,-, dan terjadi kenaikan di bulan Agustus sebesar Rp. 732,menjari Rp. 36.471,- dan terjadi penurunan di bulan September sebesar Rp. 1.471,-/kg menjadi Rp. 35.000,-/kg, dan harga tetap sampai dengan bulan Desember 2013 di Rp. 35.000,-/kg,
Laporan Tahunan 2013 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat
16
Harga terendah terjadi di bulan Januari sd Juni, dan harga tertinggi di bulan Agustus 2013. Perkembangan harga telur itik dari bulan Januari sd Juli tetap sebesar Rp. 2.000,-/butir dan terjadi kenaikan di bulan Agustus menjadi Rp. 2.118,-/butir, dan pada bulan September sd Desember Rp. 2.200,-. 4.
Rata-rata harga karkas kambing dan daging kambing tahun 2013 Perkembangan harga karkas kambing dapat dilihat bahwa pada bulan Januari sampai dengan Juni cenderung tetap yaitu sebesar Rp. 48.000,-/kg, dan terjadi kenaikan di bulan Juli sebesar Rp. 17.217,-/kg menjadi 65.217,- dan terjadi kenaikan lagi di bulan Agustus men jadi Rp. 75.882,-, dan di terjadi penurunan di bulan September dan Oktober menjadi Rp. 71.429,-/kg, dan turun lagi dibulan November dan Desember sebesar Rp. 1.429,- menjadi Rp. 70.000,Perkembangan harga daging kambing mulai dari bulan Januari sd bulan Juni tetap sebesar Rp. 65.000,-, mulai bulan Juli naik menjadi Rp. 78.985,-, dan di bulan Agustus juga terjadi kenaikan lagi di bulan September menjadi Rp. 80.641,-, September dan Oktober turun menjadi Rp. 77.381,- dan turun kembali di bulan November dan Desember menjadi Rp. 75.000,-.
5.
Rata-rata harga karkas domba dan daging domba tahun 2013 Perkembangan harga karkas domba dapat dilihat bahwa pada bulan Januari sampai dengan Juni cenderung tetap yaitu sebesar Rp. 48.000,-/kg, dan terjadi kenaikan di bulan Juli sebesar Rp. 17.217,-/kg menjadi 65.217,- dan terjadi kenaikan lagi di bulan Agustus men jadi Rp. 75.882,-, dan di terjadi penurunan di bulan September dan Oktober menjadi Rp. 71.429,-/kg, dan turun lagi dibulan November dan Desember sebesar Rp. 1.429,- menjadi Rp. 70.000,Perkembangan harga daging domba dapat dilihat bahwa pada bulan Januari sampai dengan Juni cenderung tetap yaitu sebesar Rp. 72.500,-/kg, dan terjadi kenaikan di bulan Juli sebesar Rp. 8.116,-/kg menjadi Rp. 80.616,- dan Agustus Rp. 86.641,-, turun di bulan September dan Oktober menjadi Rp. 77.381,- terus turun dari November sampai Desember menjadi Rp. 75.000,-/kg.
7.4. SUPPLY DEMAND TERNAK DAN HASIL TERNAK 1.
Supply Demand Daging Sapi Kebutuhan daging sapi di Jawa Barat untuk tahun 2013 adalah sebanyak 509.894 ekor atau setara dengan daging 81.804 ton. Sedangkan potensi yang dapat disediakan oleh Provinsi Jawa Barat adalah sebanyak 119.680 ekor atau setara dengan daging 17.285 ton. Oleh karena itu diperlukan pemasukan ternak sebanyak 390.244 ekor atau setara dengan kebutuhan daging 64.521 ton.
Laporan Tahunan 2013 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat
17
Kekurangan penyediaan daging sapi Untuk Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 dapat dipenuhi Impor daging, impor bakalan, dan pemasukan dari daerah sentra produksi sapi potong, yaitu dari Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Selatan, dengan alokasi pemenuhan ternak sebagai berikut : Tabel 7.5. Pemenuhan Kebutuhan Ternak untuk Provinsi Jawa Barat Tahun 2013
1.
Kebutuhan Jawa Barat
Jumlah Setara Ekor Daging (ton) 509.894 81.804
2.
Penyediaan Impor:
120.680
24.060
No.
Uraian
A.
Impor Daging Untuk Industri
86.688
17.283
B.
Bakalan eks impor
33.992
6.777
3.
Penyediaan Daging dari lokal Jawa Barat
119.650
17.285
4.
Penyediaan Lokal dan Impor dikurangi Kebutuhan (2)+(3)-(1)
269.564
40.459
Kemampuan Penyediaan Sapi Lokal dari Daerah Sentra:
273.564
46.544
5.
A.
Lampung
B.
Jawa Tengah
-
C. Jawa Timur
6.
2.
95.000
16.163
104.262
20.787
D. Daerah Istimewa Yogyakarta
10.000
1.701
E.
Bali
33.784
5.748
F.
Nusa Tenggara Barat
10.000
1.701
G. Nusa Tenggara Timur
10.000
1.701
H. Sulawesi Selatan
10.518
1.577
Surplus/defisit (5)-(4)
4.000
6.085
Supply Demand Ayam Ras Kebutuhan daging ayam ras regular di Jawa Barat untuk tahun 2013 adalah sebanyak 311.311.624 ekor atau setara dengan daging 247.757 ton. Sedangkan potensi yang dapat disediakan oleh Provinsi Jawa Barat adalah sebanyak 817.142.532 ekor atau setara dengan daging 651.838 ton. Sedangkan untuk menghadapi hari besar keagamaan 2013, konsumsi bertambah sebanyak 94.924.667 ekor atau setara dengan 75,546 ton. Jadi total konsumsi regular ditambah dengan hari besar keagamaan kebutuhan menjadi 406.236.291 ekor setara 323.030 ton dengan rincian sebagai berikut : Tabel 7.6. Jumlah Konsumsi Reguler dan Hari Besar Keagamaan Tahun 2013 No.
1.
Uraian SUPPLY (PENYEDIAAN)
Jan - Des 2013 (reguler)
JUMLAH TOTAL
Ekor
Ton
Ekor
817,142,532
651,838
Laporan Tahunan 2013 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat
(61 HARI) Ton
Jan - Des 2013 (+ 61 hari) Ekor
18
Ton
No.
Uraian
A.
Ayam Buras
B.
2.
Ayam Ras Petelur + Ayam Ras Pedaging DEMAND (KONSUMSI) A.
Ayam Buras
B.
Ayam Ras Petelur + Ayam Ras Pedaging
SELISIH
Jan - Des 2013 (reguler)
JUMLAH TOTAL
Ekor
Ekor
(61 HARI)
Ton
Ekor
Ton
75,546
406,236,291
323,303
6,856,768
4,827
29,343,984
20,658
231,926
88,067,899
70,719
376,892,308
302,645
404,081
(94,924,667)
(75,546)
410,906,241
328,535
43,711,648
30,773
773,430,884
621,065
311,311,624
247,757
94,924,667
22,487,216
15,831
288,824,408
505,830,908
Ton
Jan - Des 2013 (+ 61 hari)
Untuk komoditi daging ayam, Jawa Barat surplus sebanyak 410,906,241 ekor atau setara dengan 328,535 ekor. 3.
Supply Demand Telur Kebutuhan telur reguler di Jawa Barat untuk tahun 2013 adalah sebanyak 5.123.786.864 butir atau setara dengan 301.238 ton. Sedangkan potensi yang dapat disediakan oleh Provinsi Jawa Barat adalah sebanyak 2.908.331.356 butir atau setara dengan 162.235 ton. Sedangkan untuk menghadapi hari besar keagamaan 2013, konsumsi bertambah sebanyak 1.562.337.294 butir atau setara dengan 91.853 ton. Jadi total konsumsi regular ditambah dengan hari besar keagamaan kebutuhan menjadi 6.686.124.158 butir setara 393.091 ton. dengan rincian sebagai berikut : Tabel 7.7. Jumlah Konsumsi Telur Reguler dan Hari Besar Keagamaan Tahun 2013 No.
Uraian
1.
SUPPLY (PENYEDIAAN)
Jan - Des 2013 (reguler) Butir
2.
3.
A.
Ayam Buras
B.
Ayam Ras Petelur
DEMAND (KONSUMSI) A.
Ayam Buras
B.
Ayam Ras Petelur
SELISIH
Ton
JUMLAH TOTAL
Jan - Des 2013 (+ 61 hari)
(61 HARI) Butir
Ton
Butir
Ton
2.908.331.356
162.235
-
-
-
-
492.450.000
19.698
-
-
-
-
2.415.881.356
142.537
-
-
-
-
5.123.786.864
301.238
1.562.337.294
91.853
6.686.124.158
393.091
56.075.000
2.243
17.098.304
684
73.173.304
2.927
5.067.711.864
298.995
1.545.238.990
91.169
6.612.950.854
390.164
(2.215.455.508)
(139.003)
(1.562.337.294)
(91.853)
(3.777.792.802)
(230.856)
Laporan Tahunan 2013 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat
19
4.
Supply Demand Susu Kebutuhan susu murni regular Januari sampai dengan Desember di Jawa Barat untuk tahun 2013 adalah sebanyak 229.703.307 liter atau setara dengan 236.135 ton. Sedangkan potensi yang dapat disediakan oleh Provinsi Jawa Barat adalah sebanyak 264.641.051 liter atau setara dengan 272.051 ton. Sedangkan dalam menghadapi hari besar keagamaan tahun 2013 kebutuhan susu murni sebanyak 70.040.783 liter atau setara dengan 72.002 ton, sehingga kebutuhan regular dan hari besar keagamaan untuk susu sebesar 299.744.090 liter atau setara dengan 308.137 ton, sedangkan penyediaan 345.334.997 liter atau setara dengan 355.044 ton dengan perincian sebagai berikut : Tabel 7.8. Jumlah Konsumsi Susu Reguler dan Hari Besar Keagamaan Tahun 2013 No.
1. 2. 3.
7.5.
Uraian SUPPLY (PENYEDIAAN) DEMAND (KONSUMSI) SELISIH
Jan - Des 2013 (reguler)
JUMLAH TOTAL (61 HARI)
Liter
Ton
Liter
264,641,051
272,051
80,693,946
229,703,307
236,135
34,937,743
35,916
Ton
Jan - Des 2013 (+ 61 hari) Liter
Ton
82,953
345,334,997
355,004
70,040,783
72,002
299,744,090
308,137
10,653,163
10,951
45,590,907
46,867
BIMBINGAN TEKNIS PENGAWALAN PASAR TERNAK Kegiatan Bimbingan Teknis bertujuan untuk meningkatkan kemampuan teknis bagi aparat pembina serta para peternak/pedagang di Pasar Ternak yang berada di lingkungan pemasaran hasil peternakan. Dengan adanya peningkatan kemampuan di bidang teknis pengolahan hasil peternakan ini, diharapkan mampu memberikan sharing dalam pengembangan keahlian sehingga dapat meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk peternakan yang pada akhirnya meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan peternak dan pedagang. Kegiatan ini harus bersinergi dengan kebijakan pembangunan peternakan berwawasan agribisnis yang diarahkan agar subsistem agribisnis dapat berjalan secara efektif dan efisien sehingga menghasilkan produk yang bernilai tambah dan daya saing yang tinggi. Narasumber yang menerikan Bimbingan Teknis berasal dari intern serta intansi lainnya yang kompeten sesuai bidang yang menjadi topik bahasan yang didiskusikan. Materi pelatihan meliputi teori dan praktek yang aplikatif.
7.6. TEMU USAHA AGRIBISNIS PETERNAKAN Kegiatan penguatan jaringan pemasaran pada tahun 2013 adalah dalam bentuk kegiatan temu usaha. Pertemuan Temu Usaha Agribisnis Hasil Peternakan Laporan Tahunan 2013 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat
20
dilaksanakan di Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, Ruang rapat Bos Sondaicus, pada tanggal 16 April 2013. Pertemuan ini dihadiri oleh Kasubdit Sarana dan Kelembagaan Pasar Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementrian Pertanian Republik Indonesia, Kepala Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, Dinas Pertanian DKI Jakarta, Unsur Bidang di Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, para Widyaiswara Peternakan, 26 Kabupaten/Kota yang Membidangi Fungsi Peternakan, Perusahaan dan Gapoktan (Kelompok Makmur Agro Satwa dari Kabupaten Sukabumi, PT. Cibugary dari DKI Jakarta,), UD Surya Abadi (Perusahaan telur itik asin
dari
Kabupaten Karawang) dan Ayam Ras ( Paguyuban Pedagang Ayam Potong Guyub Rukun DKI Jakarta), dan para peternak ayam ras, itik dan sapi perah. 7.7. PROMOSI DALAM NEGERI 1.
Agro and Food Expo Agro and Food Expo diselenggarakan di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan Jakarta pada tanggal 23 Mei- 26 Mei 2013. Pelaksanaan dibuka oleh oleh Menteri Pertanian RI dengan menyampaikan bahwa sektor pertanian akan berkembang secara maksimal dan dikenal luas, oleh karena itu diperlukan berbagai upaya melalui promosi berkesinambungan baik lingkup Nasional maupun Internasional. Pameran diikuti oleh 170 peserta stand yang terdiri dari Pemerintah Daerah Provinsi, Kabupaten dan Kota, BUMN, Perusahaan Agribisnis Nasional, UKM dan Koperasi. Pada pameran Agro and Food Expo Tahun 2013, Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat bergabung dengan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat. Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat menampilkan berbagai macam produk-produk olahan hasil ternak antara lain: Produk Olahan Susu Sapi sari Serba Susu Kabupaten Bandung Barat, Produk Olahan Susu Sapi dari MAS Kabupaten Sukabumi, Telur Bebek Asin Organik dari Kab, Bandung Barat, Susu Kuda Liar dan Olahannya dari Kabupaten Bogor dan Keju Jongman dari Tanjungsari Kabupaten Sumedang.
2.
Batam Agribusiness Matching and Expo (Batamex) Pelaksanaan Pameran Batam Agribusiness and Matching Expo 2013, diselenggarakan di Mega Mall Batam Center, pada tanggal 24 sd 27 Oktober 2013, 10.00 – 20.00 WIB. Acara pembukaan pada tanggal 24 Oktober, pukul 10.00 WIB Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang berpartisipasi antara lain dari Dinas Peternakan, Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan dan Dinas Perkebunan.
Laporan Tahunan 2013 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat
21
Dinas peternakan provinsi jawa barat mempromosikan berbagai produk olahan hasil peternakan antara lain: Keju dan Butter dari PT Tanjung Sari Dairy Internasional, Telur Asin Organik Ibu Sri, Telur Asin UD Surya Abadi, Abon dan Dendeng dari CV Rajawali Kabupaten Ciamis, Produk-produk olahan susu dari KUPS Serba Susu Lembang seperti Pie Susu, Stik Susu, Dodol Susu, Karamel, dan Kerupuk Susu. a.
Pameran Hari Pangan Sedunia (HPS) Hari Pangan Sedunia (HPS) ke XXXIII dilaksanakan pada tanggal 31 Oktober - 3 November 2013 di Padang Sumatera Selatan. Pelaksanaan HPS secara nasional dimaksudkan sebagai wahana meningkatkan pemahaman, kepedulian serta menggalang kerjasama dengan pihak-pihak terkait dalam meningkatkan sinergi menangani masalah pangan. Di masa mendatang, upaya tersebut akan menghadapi tantangan yang semakin berat. Isu dampak perubahan iklim yang saat ini menjadi pembicaraan dan perhatian
dunia
internasional
membuktikan
bahwa
iklim
sangat
berpengaruh besar terhadap keberlanjutan kehidupan manusia. Di sisi lain, pertumbuhan penduduk selalu diiringi oleh meningkatnya kebutuhan hidup, sementara ketersediaan lahan dan air tidak berkembang, sehingga menyebabkan tekanan terhadap kedua sumberdaya ini semakin berat. b.
Bazaar Produk Dalam Negeri Bazar produk dalam negeri dilaksanakan setiap hari Jumat minggu kedua atau minggu ketiga setiap bulan, bertempat di halaman parkir timur gedung sate, yang dimulai dari pukul 08.00 sampai selesai dan dikoordinir oleh Dinas Perdagangan dan Perindustrian Provinsi Jawa Barat. Tenda yang disediakannya setiap bulannya kurang lebih 185 unit, dimanfaatkan oleh 150 pelaku usaha, yang terdiri dari binaan Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Koperasi dan UMKM, Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Dinas Peternakan, Dinas Perkebunan, Dinas Perikanan, Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat serta pelaku usaha umum. Untuk Dinas Peternakan
setiap
bulannya
mengikutsertakan
6-8
pelaku
usaha
pengolahan secara bergiliran. Jumlah pengunjung rata-rata setiap bulannya kurang lebih 1.500 orang terdiri dari karyawan di lingkungan Gedung Sate juga OPD Provinsi Jawa Barat serta masyarakat umum. c.
Bazaar Ramadhan Setiap bulan ramadhan (menjelang iedul Fitri) Dinas Perdagangan dan Perindustrian melaksanakan Bazaar Ramdhan dengan melibatkan
Laporan Tahunan 2013 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat
22
OPD terkait (Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Peternakan, Perikanan, Perum Bulog, serta pelaku usaha lainnya. Bazar Ramadhan dilaksanakan di Halaman parkir timur Gedung Sate, IBCC, Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, Bakorwil (Wilayah Cirebon, Garut, Purwakarta dan Bogor).
Bazar Ramdhan ini dilakukan
dalam rangka membantu masyarakat guna memenuhi kebutuhan pokok khususnya dalam mengisi bulan suci ramadhan dan menghadapi hari raya iedul fitri 1434 H dalam menyediakan sarana pemasaran berbagai kebutuhan dengan harga terjangkau, serta sebagai implementasi bentuk kesalehan sosial sekaligus sebagai upaya peningkatan pemberdayaan ekonomi sesuai potensi yang dimiliki dengan melibatkan pelaku usaha mikro kecil dan menengah. Dalam bazaar ramadhan ini ditekankan kepada produk-produk pangan kebutuhan pokok masyarakat (beras, gula pasir, minyak goreng, daging, telur, sayuran, produk ikan, dll), produk makanan dan minuman olahan, tekstil, sayuran, produk ikan, dll), produk makanan dan minuman olahan, tekstil, peralatan rumah tangga, dll. Dinas Peternakan menyediakan produk pangan berupa daging ayam, daging sapi dan telur dengan harga yang lebih rendah dibandingkan dengan harga yang beredar di pasaran.
Laporan Tahunan 2013 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat
23
BAB VIII UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS
8.1.
BALAI PENGEMBANGAN TERNAK SAPI PERAH DAN HIJAUAN MAKANAN TERNAK (BPTSP DAN HMT) CIKOLE Balai Pengembangan Ternak Sapi Perah dan Hijauan Makanan Ternak Cikole, berlokasi di Kec. Lembang, Kab. Bandung Barat dengan luasan areal 9,885 ha, yang dimanfaatkan untuk areal kebun rumput, kandang sapi, perkantoran, bangunan pengolahan air susu, perumahan pegawai serta tempat pelatihan lapangan. UPTD BPT Sapi Perah dan Hijauan Makanan Ternak Cikole memiliki Instalasi (Sub Unit Pelayanan) Pengembangan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak yang berlokasi di Kecamatan Jalancagak Kabupaten Subang yaitu di Desa Bunihayu seluas 8,166 hektar yang saat ini lahannya dimanfaatkan untuk areal kebun rumput, bangunan kantor, perkandangan, gudang pakan, dan sarana penunjang teknis lainnya, serta lokasi yang berada di Kecamatan Sagalaherang yaitu di Desa Sukamandi 10,678 hektar dan di desa Dayeuhkolot seluas 9,063 ha. Keadaan jumlah pegawai pada akhir tahun 2013 sebanyak 65 orang, terdiri atas 37 orang PNS serta 28 Tenaga Harian Lepas. Sarana dan prasarana yang dimiliki UPTD BPT Sapi Perah dan Hijauan Makanan Ternak Cikole adalah : 1.
Kebun rumput yang efektif di lahan Cikole terdapat 5 Ha; di Desa Dayeuhkolot Kecamatan Sagalaherang kab. Subang 6 Hektar; di Desa Sukamandi di Kec. Sagalaherang Kab. Subang 2,79 hektar dan
4 hektar berada
di Desa Bunihayu
Kecamatan Jalancagak Kab. Subang; 2.
Kendaraan operasional dan alsintan : truk, minibus, mobil box, traktor besar dan kecil, alat dan mesin perah, alat dan mesin pengolahan susu, alat-alat peternakan dan lainlain;
3.
Bangunan kantor, ruang pertemuan, perkandangan ternak, bangunan pengolahan susu, gudang pakan dan pengolahan pakan, mess pegawai, sarana tempat pelatihan lapangan dan lain-lain.
1.
Produksi dan Produktivitas A.
Populasi Ternak Perkembangan populasi ternak sapi perah di UPTD BPT Sapi Perah dan Hijauan Makanan Ternak Cikole pada tahun 2013 sebagaimana termuat pada tabel berikut : Tabel 8.1.
Perkembangan Populasi Ternak di BPT Sapi Perah dan HMT Cikole Tahun 2012 - 2013
No. 1.
Uraian Populasi Awal - Dewasa - Muda - Anak
♂ 12 0 1 11
Tahun 2012 ♀ Σ 134 146 71 71 47 48 16 27
Laporan Tahunan 2013 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat
♂ 31 1 30
Tahun 2013 ♀ Σ 185 216 66 66 98 99 21 53
1
r (%) 47,9 -7,042 106,25 96,29
No. 2. 3. 4. 5.
6.
Uraian Kelahiran Dropping Kematian Jual - Dewasa - Muda - Anak Populasi Akhir - Dewasa - Muda - Anak
♂ 28 9 9 12 1 30
Tahun 2012 ♀ Σ 22 50 50 50 21 30 21 21 9 134 216 66 66 98 99 21 51
♂ 25 2 38 38 16 1 15
Tahun 2013 ♀ Σ 30 55 2 4 7 45 7 7 38 206 222 81 81 93 94 32 47
r (%) 10 50 -66,66 322,2 2,78 22,73 -5,05 -7,84
Perkembangan populasi dalam satu tahun bila dilihat tanpa adanya penjualan ternak bertambah dari 216 ekor pada awal tahun 2013 menjadi 271 ekor pada akhir tahun 2013 yang berasal dari adanya kelahiran sebanyak 55 ekor. Dinamika populasi yang terjadi selama tahun 2013 yaitu terdapat pengurangan jumlah ternak atau pengeluaran ternak dari hasil pelaksanaan program seleksi dan culling sebanyak 45 ekor yang terdiri dari 7 ekor sapi dewasa afkir, 38 ekor pedet jantan dimana hasil dari penjualan tersebut dikontribusikan sebagai pendapatan asli daerah (PAD) ke kas daerah. Pada tahun 2013 terdapat kasus kematian 3 ekor pedet (2 ekor jantan dan 1 ekor betina) dan 1 ekor dara muda. B.
Perkembangan Produksi Susu dan Kemampuan Produksi Susu Per Individu Produksi susu yang dihasilkan Balai selama tahun 2013 sebanyak 236.839 liter dengan pemanfaatannya antara lain untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi ternak pedet sebanyak 72.904 liter (30,78%), penjualan susu segar (fresh milk) 139.328 liter (58,83%), susu pasteurisasi 13.805 liter (5,83%) serta sebagian lagi digunakan untuk kegiatan-kegiatan sosial dan promosi produk yaitu susu segar 142 liter (0,06%) dan susu pasteurisasi 4.350 liter (1,84 %), uji coba pengolahan susu kental manis dan pengolahan keju 2.584 liter (1,09 %) serta adanya penyusutan pada saat collecting, distribusi susu segar dan proses penyimpanan pendinginan di colling unit 3.111 liter (1,31%) dan penyusutan/penguapan selama proses produksi susu olahan di mesin pasteurizer dan packaging serta instalasinya sebesar 615 liter (0,26 %). Gambaran kemampuan produksi susu per laktasi dari sapi perah produktif di BPT Sapi Perah dan Hijauan Makanan Ternak Cikole tahun 2013, yaitu dari 65 ekor induk yang dihitung kemampuan produksinya menggunakan metoda two point, 58 ekor (89,23%) sapi perah yang ada termasuk kepada klasifikasi bibit, sedangkan sisanya 7 ekor (10,77%) masih berada pada kemampuan produksi dibawah 4000 kg per laktasi. Klasifikasi kemampuan produksi susu per laktasi dari sapi perah tersebut didasarkan atas kriteria bibit dasar (foundation stock) dengan kemampuan produksi susu > 6.000 kg/laktasi, bibit induk (breeding stock) dengan kemampuan produksi susu 5.000 - 6.000 kg per laktasi dan bibit sebar (commercial stock) dengan kemampuan produksi susu > 4.000 - 5.000 kg/laktasi,
Laporan Tahunan 2013 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat
2
gambaran kemampuan produksi susu per individu ternak sapi perah tahun 2013 sebagaimana berikut : Tabel 8.2. Gambaran Kemampuan Produksi Susu per Individu Ternak Sapi Perah tahun 2013 No.
Kriteria Bibit
1.
Bibit dasar (foundation stock) Bibit induk (breeding stock) Bibit sebar (commercial stock) Belum memenuhi sebagai kriteria bibit Jumlah
2. 3. 4.
Kemampuan Prod.Susu (kg/ek/lak)
Tahun (%)
R
> 6.000
2012 15
2013 20,00
(%) 33,33
> 5.000-6.000
26,67
36,92
38,43
> 4.000-5.000
35
32,31
-7,68
23,33
10,77
-53,83
100,00
100,00
< 4.000
Ket : Induk sapi perah yang beranak akhir tahun 2012 sd triwulan ke-1 tahun 2013
C.
Penampilan Reproduksi, Jumlah Bakteri Air Susu dan Kasus Mastitis Produktivitas ternak akan sangat dipengaruhi oleh penampilan reproduksi ternak, sedangkan kualitas air susu yang diperoleh juga akan dipengaruhi sampai sejauhmana kandungan bakteri dalam air susu tersebut disamping faktor terjadinya kasus mastitis pada ternak. Sampai sejauhmana faktor-faktor atau parameter teknis tersebut terjadi dan diperoleh pada tahun 2013 yang dibandingkan dengan tahun 2012, diperlihatkan pada tabel berikut :
Tabel 8.3. Parameter Teknis Reproduksi, Jumlah Bakteri Air Susu dan Kasus Mastitis Tahun 2012 dan 2013 No. 1. 2. 3. 4.
5. 6.
Uraian S/C (kali) CR (%) Calving interval (bln) Jumlah Bakteri per Milliliter air susu a. susu segar b. susu pasteurisasi Kasus mastitis sub klinis (%) Kasus mastitis klinis (%)
Tahun 2012
R (%)
2013
1,8 55,3 13,7
1,5 66,2 13,8
5
5,5 x 10 3 7,3 x 10 3,64 1,63
4,9 x 10 3 5,42 x 10 5,22 0,8
5
-16,6 19,7 -0,4 -5,8 2,56 -0,7
Berdasarkan tabel diatas, angka parameter reproduksi yang dicerminkan oleh angka S/C rata-rata pada sapi perah yang diperoleh pada tahun 2013 adalah 1,5 kali atau terjadi
peningkatan kinerja IB dibanding tahun 2012. Sedangkan
angka conception rate (CR) pada tahun 2013 diperoleh rataan angka CR sebesar 66,2%. Selanjutnya rataan calving interval yang terjadi pada tahun 2013 yaitu berada pada angka 13,8 bulan atau mengalami perbaikan jarak beranak setengah bulan dibandingkan dengan rata-rata jarak beranak pada tahun sebelumnya. Rataan jumlah bakteri yang terkandung pada air susu per mililiternya pada tahun 2013 sesuai dengan standar SNI meskipun memperlihatkan penurunan kualitas
Laporan Tahunan 2013 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat
3
yang ditunjukkan oleh rataan angka bakteri sebesar 5,5x105 per mililiter air susu 5
dibanding tahun sebelumnya 4,9x10 per mililiter air susu. Pada kasus mastitis yang terjadi pada tahun 2013 memperlihatkan sedikit peningkatan angka kasus mastitis klinis yang terjadi 1,63% dibanding tahun 2012 sebesar 0,8%. Sedangkan kasus mastitis sub klinis terjadi penurunan kasusnya dengan tahun sebelumnya sebesar 3,64% dari tahun sebelumnya 1,63%. Rataan jumlah bakteri (TPC) susu olahan pasteurisasi pada tahun 2013 yaitu 7,3 x 103 per ml air susu dan telah 4
memenuhi standar SNI Nomor 01-3951-1995 dengan angka TPC 3 x 10 per ml air susu. 2.
Pelayanan Kepada Masyarakat Pelayanan Balai kepada publik/masyarakat antara lain melalui fasilitasi kegiatan praktek kerja lapangan, magang, penelitian, penerimaan tamu kunjungan dalam rangka studi banding, studi tour dan lain-lain. Materi yang disampaikan dalam pelayanan publik tersebut secara umum diantaranya terkait tatalaksana pembibitan dan budidaya ternak sapi perah serta pasca panen yang meliputi tatalaksana pakan dan pemberiannya, tatalaksana produksi hijauan makanan ternak dan pemanfaatannya, tatalaksana pemerahan dan kesehatan susu, tatalaksana reproduksi ternak, pasca panen hijauan makanan ternak dan limbah (silase, hay, amoniasi pakan, biogas, kompos, dll), pasca panen susu olahan, serta sosialisasi peningkatan sadar gizi masyarakat melalui kebiasaan minum susu. Gambaran jumlah tamu kunjungan ke Balai pada tahun 2013 adalah sebanyak 3.645 orang atau menurun drastis 78,77% dibanding tahun 2012 (17.172 orang), hal ini disebabkan adanya pembatasan kunjungan dikarenakan sedang adanya program pengamanan ternak dan pembangunan zona bioscurity.
Berdasarkan asalnya
kunjungan tersebut antara lain berasal dari perguruan tinggi sebanyak
tamu
644 orang
(18,22%), Instansi Pemerintah 274 orang (7,52%), Swasta/Koperasi/BUMN 686 orang (.18,82%), tamu luar negeri/asing 42 orang (1,15%), Siswa sekolah SLTA/ MA 678 orang (18,60%), SLTP 905 orang (24,83%), SD 282 orang (7,74%) dan TK 114 orang (3,13%). Fasilitasi terhadap kegiatan praktek kerja lapangan/magang 52 orang (0,34%) dari berbagai perguruan tinggi nasional dan sekolah menengah kejuruan. Sedangkan gambaran terkait fasilitasi UPTD Balai Pengembangan Ternak Sapi Perah dan Hijauan Makanan Ternak Cikole dalam rangka pelayanan publik/ masyarakat dalam 7 tahun terakhir (tahun 2006 – 2013), terus meningkat jumlahnya sebagaimana tercermin pada grafik berikut :
Laporan Tahunan 2013 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat
4
Grafik
Fasilitasi dan Pelayanan UPTD BPT-SP dan HMT Cikole terhadap Tamu Kunjungan Tahun 2006 sd 2013
Disamping itu pada tahun 2013 dilakukan pelayanan aktif ke masyarakat melalui pembinaan lanjutan bimbingan teknis terhadap 8 (enam) kelompok peternak binaan yang terdapat di 6 kabupaten, antara lain kelompok Wargi Asih Desa Pada Asih Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat, kelompok Marga Jaya Desa Cinangsih Kecamatan Cisitu Kabupaten Sumedang, kelompok Sumber Jaya Desa Cipangramatan Kecamatan Cikajang Kabupaten Garut dan kelompok Kiara Sanding Desa Pulosari Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung, kelompok Baru Jaya II Desa Kp. Cisaat Desa Cisaat Kec. Ciater kab. Subang, kelompok Kelompok Mitra Sawargi yang berlokasi di Kp. Tewel Desa Guranteng Kec Pagerageung Kab. Tasikmalaya. Cipeusing Mandiri Kp. Cipeungsi RT 02 RW 04 Ds. Kertawangi Kec Cisarua Kabupaten Bandung Barat. Maju Jaya II Desa Cikole Kec Lembang Kabupaten Bandung Barat. A.
Produksi Hijauan Makanan Ternak Produksi hijauan makanan ternak dari jenis rumput gajah yang berada di lokasi Cikole pada tahun 2013 adalah sebanyak 1.806.045 kg (1,801 ton) per tahun dari luas areal kebun rumput 5 hektar. Selain itu ada pula hijauan makanan ternak yang berasal dari lokasi Sub Pelayanan (SUP) Subang sebagai berikut : a.
Lokasi desa Bunihayu kecamatan jalan Cagak kabupaten Subang produksi hijauan makanan ternak yang dihasilkan adalah sebanyak 260 ton yang dihasilkan dari 4 hektar luasan kebun rumput efektif (80 persen ditanami jenis rumput pannicum maximum dan 20 persen jenis rumput gajah);
b.
Lokasi desa Sukamandi kecamatan Sagalaherang kabupaten Subang dari luas lahan yang dimiliki 10,678 hektar kebun rumput efektif seluas 2 hektar dengan produksi hijauan makanan ternak yang dihasilkan jenis rumput gajah sebanyak 300 ton per tahun.
c.
Lokasi desa Dayeuhkolot kecamatan Sagalaherang dari luasan lahan yang dimiliki 9,03 hektar, kebun rumput efektifnya sebesar 6 hektar (5,75 hektar
Laporan Tahunan 2013 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat
5
ditanami rumput gajah dan 0,25 hektar jenis rumput african stargrass) dengan produksi hijauan makanan ternak yang dihasilkan rumput gajah sebanyak 575 ton dan rumput african stragrass 7,5 ton per tahun (lahan kebun baru dilakukan peremajaan). Produksi hijauan makanan ternak olahan pada tahun 2013 yaitu rumput kering (hay) sebesar 20,50 ton per tahun yang di produksi dari jenis rumput pannicum maximum, rumput african star grass, dan lain-lain. Sedangkan hijauan makanan ternak olahan lainnya yaitu silase dari limbah daun jagung telah di produksi sebanyak 80 ton. Gambaran produksi hijauan makanan ternak berdasarkan lokasi dan jenisnya disajikan pada tabel berikut : Tabel 8.4. Gambaran Produksi Hijauan Makanan Ternak berdasarkan Lokasi pada UPTD BPT Sapi Perah dan HMT Cikole Tahun 2013 No.
Lokasi
1.
Desa Cikole Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat
2.
Desa Bunihayu Kecamatan Jalancagak Kabupaten Subang
Luasan Efektif (hektar) 4,8
2,2
1,8
3.
Desa Sukamandi kecamatan Sagalaherang kabupaten Subang
2,0
4.
Desa Dayeuhkolot kecamatan Sagalaherang dari luasan
5,75
0,25
5.
Desa Kumpay Kec. Jalancagak kab. Subang Jumlah
2,0
Jenis HMT rumput gajah cv. Taiwan (pennisetum purpureum); 4356 hari rumput benggala cv. gatton (panicum maximum) rumput gajah cv. Taiwan (pennisetum purpureum); 56 hari rumput gajah cv. Taiwan (pennisetum purpureum); 56 hari rumput gajah cv. Taiwan (pennisetum purpureum); 56 hari rumput bintang (african stargrass) Rumput gajah
Prod. Segar (kg/tahun) 1.806.045
Prod. BK (kg/thn)
105.000
202.000
365.000
682.000
7.500
3.161.395
Berdasarkan tabel 2, produksi hijauan makanan ternak dalam bentuk segar pada tahun 2013 sebesar 3.161.395 ≈
575.030kg. Bila dibandingkan dengan
kebutuhan pakan berdasarkan keadaan populasi ternak (Satuan Ternak) per Desember 2013 berdasarkan kebutuhan bahan kering (BK) dari pakan hijauan masih tercukupi.
Laporan Tahunan 2013 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat
6
8.2.
BALAI PENGEMBANGAN PERBIBITAN TERNAK UNGGAS JATIWANGI Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Unggas (BPPTU) Jatiwangi berlokasi di Jalan Raya Loji Km. 35 Jatiwangi Kabupaten Majalengka dengan luas lahan ± 16,5 Ha yang status lahannya milik Pemerintah Provisni Jawa Barat dengan sertifikat hak guna pakai No. 324 Tahun 1989, berdiri sejak tahun 1952 dengan nama Taman Ternak dan pada Tahun 1980 diubah dengan nama Balai Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak (BPT-HMT) Jatiwangi sampai dengan tahun 1999.
Pada tanggal 7 September 1999 diubah lagi menjadi Balai
Pembibitan Ternak (BPT) Unggas Jatiwangi sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat Nomor 40 Tahun 1999 tanggal 7 September 1999. Pada tahun 2002 sesuai dengan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 5 Tahun 2002 diubah lagi menjadi UPTD Balai Pengembangan Perbibitan Ternak (BPPT) Unggas Jatiwangi. BPPT Unggas Jatiwangi merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) dari Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat sesuai dengan Peraturan Gubernur (PERGUB) Nomor 36 Tahun 2009 tentang Tupoksi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Jawa Barat, Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 113 Tahun 2009 tentang Tugas Pokok, Fungsi dan Rincian Tugas pada Unit Pelaksana Teknis Dinas di lingkungan Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat. Dalam pengelolaannya diarahkan pada pola pengembangan Perbibitan Ternak Unggas khususnya ayam buras dan itik. 1.
Tugas Pokok dan Fungsi Sesuai dengan Peraturan Gubernur Jawa Barat nomor 113 tahun 2009 tentang Tugas Pokok, Fungsi dan Rincian Tugas pada Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, tugas pokok Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Unggas Jatiwangi adalah Melaksanakan sebagian Fungsi Dinas di Bidang Pengujian dan Pengembangan Perbibitan Tenak Unggas. Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut, Balai Pengembangan Perbibitan Ternak (BPPT) Unggas Jatiwangi memiliki fungsi yaitu : A.
Penyelenggaraan
pengkajian
bahan
petunjuk
teknis
pengujian
dan
pengembangan perbibitan ternak unggas. B.
Penyelenggaraan pengujian dan pengembangan perbibitan ternak unggas.
Keadaan jumlah pegawai pada akhir tahun 2013 sebanyak 42 orang terdiri atas 23 orang PNS dan 19 orang Tenaga Harian Lepas. Sarana dan prsarana yang dimiliki UPTD BPPT Unggas Jatiwangi sampai akhir tahun 2013 : A.
Luas Lahan −
Lahan kantor dan peternakan
17.802
m2
−
Lahan pemeliharaan ternak ayam buras
24.750
m
−
Lahan pemeliharaan ternak itik
25.974
m2
−
Lahan sawah/ladang
88.480
m2
−
Lahan dipakai PUSKESMAS
1.392
m
−
Lahan tidak tergarap (Tebing, dll)
7.497
m2
2.232
m
2
2
2
−
Lahan sewa dari PT. KAI (Persero)
168.127
m2
Jumlah
B.
Bangunan kandang dan penetasan a.
Kandang Ayam Buras -
Kandang Ayam Starter (DOC)
-
Kandang Ayam Grower
-
Kandang Ayam Layer Kandang Ranch
578
→
Kandang Postal
1.753
→
Kandang Battery
C.
2.
m
2
m2
m
2
m2
371
m
2
6.068
m
2
Kandang Itik -
Kandang Starter (DOD)
134
m2
-
Kandang Grower
376
m2
-
Kandang Layer
Jumlah
c.
2.901
→
Jumlah
b.
465
2
1.162
m
1.672
m2 2
Ruang Penetasan
105
m
Jumlah
105
m2
Bangunan Kantor dan Fasilitas lainnya a.
Kantor 2 Unit
240
m2
b.
Perumahan Pegawai 4 Unit
288
m
c.
Rumah Dinas 2 Unit
141
m2
d.
Mess Pelatihan 2 Unit
110
m
2
e.
Gudang Pakan 1 Unit
95
m
2
f.
Gudang Tempat telur, dll 1 Unit
30
m2
g.
Gudang Sekam
45
m
h.
Gudang Peralatan
45
m2
i.
Mushola 1 Unit
36
m2
j.
Tempat Pertemuan (Aula)
60
m
k.
Ruang Genset
6
m2
l.
Ruang Ganti Petugas Kandang Ayam
24
m
2
m.
Ruang Ganti Petugas Kandang Itik
24
m
2
n.
Pagar keliling 1 unit
888,5
m
o.
Pos Satpam
4
m
p.
Bak Penampungan air
1
unit
q.
Bangunan Biosecurity
1
unit
Populasi Ternak
2
2
2
2
A.
Ternak Ayam Buras Jumlah ternak ayam buras pada akhir tahun 2012 adalah sebanyak 10.694 ekor, sedangkan pada akhir tahun 2013 sebanyak 11.362 ekor. Dari data tersebut, dapat digambarkan bahwa terjadi peningkatan populasi ternak ayam buras pada tahun 2013 sebanyak 668 ekor atau sebesar 6,25% dibandingkan akhir tahun 2012. Adapun rincian populasi setiap periode pemeliharaan adalah sebagai berikut : a.
Starter (umur 0-6 minggu)
b.
Grower (umur > 6-18 minggu) : 5.275 ekor (46,43% dari total populasi)
c.
Layer (> 18 minggu)
: 3.318 ekor (29,20% dari total populasi)
Total Populasi
: 11.362 ekor
Tabel 8.5.
: 2.769 ekor (24,37% dari total populasi)
Perbandingan Keadaan Populasi Ternak Ayam Buras Tahun 2012 dengan Tahun 2013 di BPPT Unggas Jatiwangi Uraian
Populasi Ternak (Ayam Buras)
Tabel 8.6.
Akhir Tahun 2012 (Ekor)
Akhir Tahun 2013 (Ekor)
10.694
11.362
Kenaikan Ekor % 668
6,25
Perbandingan Struktur Populasi Per Periode Pemeliharaan Ternak Ayam Buras Tahun 2012 dengan Tahun 2013 di BPPT Jatiwangi
Periode Pemeliharaan Starter Grower Layer
Akhir Tahun 2012 (Ekor) 653 3.812 6.229
Akhir Tahun 2013 (Ekor) 2.769 5.275 3.318
Kenaikan Ekor % 2.116 324,04 1.463 38,38 ↓2.911 ↓46,73
Meningkatnya populasi ayam buras pada tahun 2013 disebabkan oleh beberapa faktor yaitu : a.
Peningkatan produktivitas ternak ayam buras periode layer dan kualitas bibit ternak ayam buras. Hal ini didukung oleh perbaikan manajemen pakan, seleksi ternak produktif dan non-produktif, pengebalan ternak secara rutin ;
b.
Perbaikan pada manajemen pemeliharaan ternak ayam buras periode starter, grower dan layer ;
c.
Manajemen kesehatan ternak telah berjalan dengan optimal, melalui pelaksanaan program medikasi, vaksinasi dan desinfeksi rutin ternak (ayam buras), sehingga dapat mengurangi tingkat morbiditas dan mortalitas ternak baik periode starter, grower ataupun layer ;
d.
Berdasarkan data dari tabel 17, bahwa struktur populasi ternak ayam buras periode starter dan grower mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2012, sedangkan populasi ayam periode layer mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena adanya kegiatan seleksi pada induk/bibit ternak yang produktif untuk dijadikan stock bibit dan non-produktif untuk penjualan ayam afkir dewasa, sehingga angka penjualan ayam dewasa akan naik dibandingkan tahun sebelumnya.
B.
Ternak Itik Jumlah ternak itik lokal pada akhir tahun 2012 adalah sebanyak 4.922 ekor, sedangkan pada akhir tahun 2013 sebanyak 4.285 ekor. Dari data tersebut, dapat digambarkan bahwa terjadi penurunan populasi ternak itik lokal pada tahun 2013 sebanyak 637 ekor atau sebesar 12,94 % dibandingkan akhir tahun 2012. Adapun rincian populasi setiap periode pemeliharaan adalah sebagai berikut : a.
Starter (umur 0-6 minggu)
b.
Grower (umur >6-18 minggu) : 14,63 ekor (13,47% dari totalpopulasi)
c.
Layer (>18 minggu)
: 3.535 ekor (82,50% dari total populasi)
Total Populasi
: 4.285 ekor
Tabel 8.7.
: 123 ekor (2,87% dari total populasi)
Perbandingan Keadaan Populasi Ternak Itik Lokal Tahun 2012 dengan Tahun 2013 di BBPT Unggas Jatiwangi
Uraian Populasi Ternak (Itik Lokal)
Tabel 8.8.
Akhir Tahun 2012 (Ekor)
Akhir Tahun 2013 (Ekor)
4.922
4.285
Penurunan Ekor % 637
12,94
Perbandingan Struktur Populasi Per Periode Pemeliharaan Ternak Itik Lokal Tahun 2012 dengan Tahun 2013 di BPPT Unggas Jatiwangi
Periode Pemeliharaan Starter Grower Layer
Akhir Tahun 2012 (Ekor) 468 663 3791
Akhir Tahun 2013 (Ekor) 123 627 3535
Penurunan Ekor % 345 73,72 36 5,43 256 6,75
Menurunnya populasi itik lokal pada tahun 2013 disebabkan oleh beberapa faktor yaitu : a.
Menurunnya jumlah produksi telur itik, hal ini berpengaruh terhadap jumlah itik periode starter dan grower. Jumlah telur yang menurun, akan berakibat pula pada penurunan jumlah telur yang layak tetas, sehingga mengurangi jumlah produksi DOD dan periode pemeliharaan ternak itik selanjutnya ;
b.
Berdasarkan data dari tabel 19, bahwa penurunan tertinggi struktur populasi pada itik periode starter. Hal ini disebabkan karena penurunan jumlah produksi telur dan daya tetas telur di Hatchery tidak optimal, sebagaimana tampak pada data rincian penetasan (hatchery) ternak tahun 2013 ;
c.
Paparan virus Avian Influenza (AI) subtype H5N1 clade 2.3.2.1 pada itik galur Cihateup asal Tasikmalaya periode layer. Melalui koordinasi dengan Bidang Kesehatan Hewan & Kesehatan Masyarakat Veteriner Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, maka dilakukan langkah pengendalian berupa focal culling pada itik dengan gejala klinis dan hasil laboratoris positif AI, sehingga mengurangi jumlah populasi itik periode layer di BPPT Unggas Jatiwangi.
3.
Produksi Hasil Ternak A.
Telur Ayam Buras
Total produksi telur ayam buras di BPPT Unggas Jatiwangi pada tahun 2013 adalah sebanyak 115.423 butir, menurun sebesar 19,90% dibandingkan tahun 2012. Berikut ini rincian perbandingan perkembangan produksi telur ayam buras di BPPT Unggas Jatiwangi tahun 2012 dan tahun 2013 yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 8.9.
Perbandingan Perkembangan Produksi Telur Ayam Buras Tahun 2012 dan Tahun 2013 di BPPT Unggas Jatiwangi
No. 1. 2.
Produksi Telur (Butir) Tahun Tahun 2012 2013
Uraian Produksi Buras Penjualan Buras
Telur
Ayam
Telur
Ayam
Penurunan Butir
%
144.107
115.423
28.684
19,90
45.696
65.688
19.992
43,75
Penurunan produksi telur ayam buras pada tahun 2013 disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu : a.
Kualitas bahan baku pakan yang fluktuatif terutama ayam buras periode layer. Perubahan penggunaaan konsentrat dengan tepung kedelai dan tepung ikan dalam campuran pakan jadi ayam periode layer, berdampak nyata pada penurunan produksi telur. Pakan ternak ayam buras periode layer menggunakan bahan baku pakan dengan metoda self mixing tanpa penggunaan konsentrat. Pada kondisi di lapangan, hal ini berpengaruh cukup besar dalam produksi telur ;
b.
Jumlah betina dan jantan non-produktif periode layer cukup banyak, sehingga menurunkan angka Hen Days (produksi telur harian) serta meningkatkan nilai FCR (Feed Convertion Ratio), sehingga diperlukan seleksi ternak bertahap pada umur 6 minggu dan 20 minggu untuk meningkatkan performa ternak secara kualitatif dan kuantitatif ;
B.
Telur Itik Total produksi telur itik lokal di BPPT Unggas Jatiwangi pada tahun 2013 adalah sebanyak 37.985 butir, meningkat sebesar 67,35 % dibandingkan tahun 2012. Berikut ini rincian perbandingan perkembangan produksi telur itik lokal di BPPT Unggas Jatiwangi tahun 2012 dan tahun 2013 yang dapat dilihat pada tabel 18.
Tabel 8.10. Perbandingan Perkembangan Produksi Telur itik Lokal Tahun 2012 dan Tahun 2013 di BPPT Unggas Jatiwangi No. 1. 2.
Produksi Telur (Butir) Tahun Tahun 2012 2013
Uraian Produksi Telur Itik Lokal Penjualan Telur Itik Lokal
Penurunan Butir
%
116.345
37.985
78.360
67,35
89.119
28.417
60.702
68,11
Penurunan produksi telur itik lokal pada tahun 2013 disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu : a.
Seperti halnya penurunan jumlah produksi telur ayam buras, penurunan jumlah produksi telur itik disebakan karena kualitas bahan baku pakan yang fluktuatif terutama itik periode layer. Perubahan penggunaaan konsentrat dengan tepung kedelai dan tepung ikan dalam campuran pakan jadi itik periode layer, berdampak nyata pada penurunan produksi telur itik.
b.
Pengurangan jumlah populasi itik periode layer karena seleksi (afkir) dan focal culling akibat paparan virus AI (Avian Influenza), menyebabkan jumlah betina produktif lebih sedikit dibandingkan tahun 2012. Dengan menurunnya jumlah populasi itik betina dewasa, maka akan berpengaruh secara horisontal terhadap penurunan jumlah produksi telur.
C.
Produksi DOC/DOD Total produksi DOC pada tahun 2013 adalah sebanyak 31.935 ekor, produksi DOD pada tahun 2013 adalah sebanyak 1.896 ekor. Angka tersebut menurun dibandingkan dengan tahun 2012, dimana produksi DOC pada tahun 2012 adalah sebanyak 32.406 ekor dan produksi DOD pada tahun 2012 adalah sebanyak 4.119 ekor. Berikut ini rincian perbandingan perkembangan produksi DOC dan DOD tahun 2012 dan tahun 2013, yang dapat dilihat pada tabel 19.
Tabel 8.11. Perbandingan Perkembangan Produksi DOC dan DOD Tahun 2012 dan Tahun 2013 di BPPT Unggas Jatiwangi No.
Uraian
1. 2.
Produksi DOC Produksi DOD
Produksi DOC (Ekor) Tahun 2012 Tahun 2013 32.406 31.935 4.119 1.896
Penurunan/Kenaikan Ekor % ↓ 471 ↓ 1,45 ↓ 2.223 ↓ 53,97
Faktor-faktor penyebab penurunan produksi DOC dan DOD di BPPT Unggas Jatiwangi tahun 2013 adalah sebagai berikut : a.
Penurunan jumlah produksi telur (ayam dan itik). Berdasarkan data teknis mengenai produksi hasil ternak (telur ayam buras dan itik), bahwa terdapat korelasi antara penurunan jumlah produksi telur (ayam dan itik) dengan produksi DOC dan DOD ;
b.
Pengaruh kualitas pakan terhadap ternak bibit (ayam dan itik) sangat dominan. Hal ini berpengaruh terhadap hasil produksi telur dan kualitas
telur. Penurunan kualitas telur ditandai dengan banyaknya telur infertil dan penurunan daya tetas, terutama tampak nyata pada DOD. Ransum induk yang tidak memenuhi kebutuhan angka nutrisi menyebabkan kelemahan pada kualitatif dan kuantitatif produksi telur ; c.
Kendala yang sama dengan tahun sebelumnya adalah kondisi mesin tetas dengan spesifikasi khusus serta dengan kapasitas cukup besar bagi itik belum optimal. Tidak sesuainya ukuran rak telur dalam mesin setter dan hatcher untuk telur itik, kesulitan pengaturan suhu dan kelembaban dalam mesin tetas, keterbatasan SDM teknis di bagian penetasan/Hatchery sehingga
produksi
DOD
semakin
menurun
dibandingkan
tahun
sebelumnya ; d.
Sebagian besar dari hasil produksi telur (ayam dan itik) difokuskan pada penjualan telur (penjualan telur ayam buras tahun 2013 : 56,91% dari total produksi telur ayam buras dan penjualan telur itik tahun 2013 : 74,81% dari total produksi telur itik), sehingga telur ayam dan itik yang seharusnya ditetaskan di Hatchery (telur tetas), dialihkan dengan penjualan kepada masyarakat
(menjadi
telur
konsumsi).
Hal
ini
berkaitan
dengan
meningkatnya permintaan pasar akan telur konsumsi ayam buras dan itik lokal khususnya dari area lokal Majalengka.
4.
Produktivitas Ternak A.
Ternak Ayam Buras a.
Hen Days (HD) Nilai produktivitas ternak (ayam buras) yang diukur di BPPT Unggas Jatiwangi adalah jumlah produksi telur ayam buras dalam satu periode dibandingkan terhadap jumlah ayam buras betina produktif (umur mulai produksi sampai dengan 50% masa produksi) atau disebut Hen Days Production. Jumlah betina produktif (ayam buras) di BPPT Unggas Jatiwangi adalah sebanyak 652 ekor atau 24,57% dari total populasi ayam buras. Dengan menggunakan perhitungan tersebut didapatkan hasil produktivitas ternak ayam buras, beserta perbandingannya antara tahun 2012 dan tahun 2013 melalui rincian sebagai berikut :
Tabel 8.12.
Perbandingan Nilai Produktivitas Ternak Ayam Buras Tahun 2012 dan Tahun 2013 di BPPT Unggas Jatiwangi
Tahun
Betina Produktif Ayam Buras (Ekor)
Tahun 2012 Tahun 2013
3.850 652
Produksi Telur Ayam Buras (Butir) 144.107 115.423
Nilai ProduktivitasTernak Ayam Buras (%) 11,14 48,50
Dari tabel tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa nilai produktivitas ternak
ayam buras pada tahun 2013 meningkat sebesar 37,36%
dibandingkan tahun 2012. Beberapa faktor yang menyebabkan hal tersebut adalah : -
Keberhasilan kegiatan seleksi ternak pada bibit (ayam produktif dan jantan produktif), berpengaruh terhadap peningkatan angka produksi telur harian (Hen Days/HD). Kegiatan seleksi mencakup seleksi berdasarkan
bobot
badan
standar
minimal
periode
layer,
keseragaman bobot badan (minimum 80 %) serta status kesehatan yang baik tampak dari hasil laboratoris ; -
Kesesuaian perbandingan ayam jantan dan betina (sex ratio) periode layer dalam kandang ;
b.
Daya Tetas Telur Ayam Pada periode penetasan di Hatchery, nilai produktivitas dapat diukur dari persentase daya tetas telur. Daya tetas telur dapat diketahui melalui perbandingan antara jumlah DOC yang menetas dibandingkan dengan jumlah telur fertil. Daya tetas telur merupakan indikator banyaknya anak ayam
yang
menetas
dari
sejumlah
telur
yang
tertunas.
Dengan
menggunakan perhitungan tersebut didapatkan rata-rata daya tetas telur ayam buras tahun 2013 adalah sebesar 74,31 %. Terjadi peningkatan sebesar 13,91% dibandingkan tahun 2012. Faktor penyebabnya adalah sebagai berikut : -
Perbaikan
pelaksanaan
seleksi
telur
tetas,
pengamatan/
peneropongan telur (candling) ; -
Sarana mesin tetas yang memadai serta pemeliharaan yang baik memberikan pengaruh positif pada peningkatan daya tetas telur ;
-
Intensifikasi monitoring suhu dan temperatur pada mesin tetas, sehingga memudahkan kontrol penetasan telur pada masa hatching ;
-
Perbaikan kualitas bibit/induk ayam periode layer melalui kegiatan seleksi telah berhasil mempengaruhi peningkatan daya tetas telur.
B.
Ternak Itik a.
Hen Days (HD) Nilai produktivitas ternak (itik lokal) yang diukur di BPPT Unggas Jatiwangi adalah jumlah produksi telur itik dalam satu periode dibandingkan terhadap jumlah itik betina produktif (umur mulai produksi sampai dengan 50% masa produksi) atau disebut Hen Days Production. Jumlah itik betina produktif di BPPT Unggas Jatiwangi adalah sebanyak 403 ekor atau 13,30% dari total itik betina layer. Dengan menggunakan perhitungan tersebut didapatkan hasil produktivitas ternak itik, beserta perbandingannya antara tahun 2012 dan tahun 2013 melalui rincian sebagai berikut :
Tabel 8.13.
Perbandingan Nilai Produktivitas Ternak Itik Lokal
Tahun 2012 dan Tahun 2013 di BPPT Unggas Jatiwangi Tahun Tahun 2012 Tahun 2013
Itik Betina Produktif (Ekor) 3.106 4.828
Produksi Telur Itik (Butir) 116.345 37.985
Nilai Produktivitas Ternak Itik Lokal (%) 11,15 25,82
Dari tabel tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa nilai produktivitas ternak itik pada tahun 2013 meningkat sebesar 14,67% dibandingkan tahun 2012. Faktor-faktor yang menyebabkan peningkatan nilai produktivitas tersebut adalah : -
Keberhasilan kegiatan seleksi ternak pada bibit (itik produktif dan jantan produktif), berpengaruh terhadap peningkatan angka produksi telur harian (Hen Days/HD). Kegiatan seleksi mencakup seleksi berdasarkan
bobot
badan
standar
minimal
periode
layer,
keseragaman bobot badan (minimum 80%) serta status kesehatan yang baik tampak dari hasil laboratoris ; -
Kesesuaian perbandingan itik jantan dan betina (sex ratio) periode layer dalam kandang ;
b.
Daya Tetas Telur Itik Persentase daya tetas telur itik tahun 2012 adalah sebesar 26,53%, sedangkan daya tetas telur itik tahun 2013 adalah sebesar 34,36%. Terjadi peningkatan sebesar 7,83% dibandingkan tahun 2012. Salah satu faktor penyebab peningkatan daya tetas telur itik adalah perbaikan kualitas bibit/induk itik periode layer melalui kegiatan seleksi telah berhasil mempengaruhi peningkatan daya tetas telur. Seleksi yang dilaksanakan meliputi seleksi performa fisik (seleksi berdasarkan bobot badan minimal dari rata-rata standar itik periode layer, seleksi berdasarkan status kesehatan, status reproduksi dan produksi ternak itik).
5.
Kesehatan Ternak Program kesehatan hewan diarahkan untuk dapat memberikan jaminan terhadap status
kesehatan
hewan/ternak
sebagai
prasyarat
meningkatnya
produksi
dan
produktivitas ternak. Upaya untuk mewujudkan hal tersebut maka peranan bidang keswan melalui kegiatan-kegiatan penanggulangan penyakit hewan baik yang bersifat menular maupun tidak menular menjadi sangat startegis. Kegiatan kesehatan hewan rutin yang dilakukan di UPTD BPPT Unggas Jatiwangi adalah kegiatan pengamatan penyakit hewan yang berbasis surveilans dan investigasi penyakit hewan yang didukung dengan komponen kegiatan lainnya. Kegiatan tersebut mencakup bentuk pengamatan, pengidentifikasian, pencegahan, pemberantasan, pengobatan, monitoring dan evaluasi yang dilakukan secara berkala dan bertahap sesuai protap yang telah disepakati. Tujuan dari program tersebut diatas adalah untuk mendukung program pengamanan, pengendalian serta penanggulangan penyakit hewan dengan skala prioritas (Penyakit Hewan Menular Strategis dan Penyakit Zoonosis) sebagai upaya
penyediaan bahan pangan asal hewan yang HAUS (Halal, Aman, Utuh dan Sehat) bagi konsumsi manuasia dan aman bagi lingkungan. Pada setiap awal tahun, UPTD BPPT Unggas Jatiwangi telah melakukan pengujian terhadap bakteri Salmonella pullorum (dua kali pengujian di UPTD BP3HK Cikole Lembang) dan mendapatkan perpanjangan sertifikat/surat keterangan bebas pullorum (ayam dan itik). Untuk mendukung program pencegahan dan pengendalian penyakit hewan, dilakukan kegiatan kesehatan ternak rutin yang telah ditetapkan dalam jadwal vaksinasi dan medikasi. Jadwal vaksinasi dan medikasi rutin yang dilakukan di BPPT Unggas Jatiwangi dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 8.14. Jadwal Vaksinasi dan Medikasi Ayam Buras Jadwal Vaksinasi Dan Medikasi Ayam Di Bppt Unggas Jatiwangi Umur
Perlakuan
Dosis
Aplikasi
1 hari
Vaksinasi Marek
0,2cc
Suntiksc
1-4 hari
Antibiotik + Vitamin Elektrolit
Sesuai Anjuran Dosis
Air minum
4 hari
ND-IB Live/ND Live
1ds
Tetesmata
12-15 hari
IBD +Vitamin
1ds
Air minum
3 minggu
Vaksinasi AI 1
0,3ml
Suntiksc
4 minggu
ND-IB Kill
0,3ml
Suntiksc
5 minggu
Anthelmentik 1
SesuaiAnjuranDosis
Air minum
7 minggu
Vaksinasi AI 2
0,5ml
Suntik IM
9 minggu
Anti Cocci
10 minggu
Anti Cocci Ulangan + Coryza 1
12 minggu
ND + IB Live
SesuaiAnjuranDosis SesuaiAnjuran Dosis0,5ml 1ds
Air minum Air minum Suntik IM Air minum
13 minggu
Anthelmentik 2
SesuaiAnjuranDosis
Air minum
14 minggu
Vaksinasi AI 3
0,5ml
Air minum
16 minggu
ND - IB- EDS
0,5ml
Suntik IM
18 minggu
Coryza 2
1ml
Suntik IM
20 minggu
ND + IB Live
1ds
Air minum
23 minggu
ND + IB Killes
0,5ml
Suntik IM
Keterangan : suntik sc = sub cutan, suntik im = intra muscular
Pengulangan Vaksinasi AI Inaktif/Kill setelah umur 23 minggu (periode Layer) dengan aplikasi injeksi/suntik pada otot dada, dosis 0,5cc dilakukan setiap 3 bulan sekali. Sedangkan pengulangan Vaksinasi ND-IB Aktif/Live setelah umur 23 minggu (periode Layer) dengan aplikasi air minum/cekok mulut dilakukan 2 bulan sekali.
Tabel 8.15. Jadwal Vaksinasi dan Medikasi Itik Jadwal Vaksinasi Dan Medikasi Itik Umur
Perlakuan
Dosis
Aplikasi
1 hari
Vaksinasi ND-IB Live
1 ds
Tetes Mata
3 minggu
Vaksinasi AI
0,3 cc
Suntiksc
4 minggu
Vaksinasi ND
0,3 cc
Suntiksc
5 minggu
Anthelmentik
Sesuai Anjuran Dosis
Air Minum
8 minggu
Vaksinasi AI
0,5 cc
Suntik IM
13 minggu
Vaksinasi AI
0,5 cc
Suntik IM
16 minggu
Vaksinasi ND-IB Live
1 ds
Air Minum
Keterangan : suntik sc = sub cutan, suntik im = intra muscular Pengulangan Vaksinasi AI setelah umur 16 minggu (periode Layer) dengan aplikasi injeksi/suntik pada otot dada, dosis 0,5cc dilakukan setiap 3 bulan sekali. Sedangkan pengulangan Vaksinasi ND-IB Aktif/Live setelah umur 23 minggu (periode Layer) dengan aplikasi air minum/cekok mulut dilakukan 2 bulan sekali. Perlakuan dan kegiatan lainnya adalah : A.
Pemberian anthelmentika melalui pakan pada ternak (ayam dan itik) periode layer secara kontinyu selama 2 bulan sekali sampai dengan periode masa afkir ;
B.
Water Treatment (pemberian kaporit pada sumber air minum ternak)
C.
Desinfeksi kandang, peralatan kandang (tempat pakan, minum, seng brooder, terpal, sekam), gudang pakan dan ruang penetasan
D.
Nekropsi/bedah bangkai dalam rangka peneguhan diagnosa penyakit
E.
Pengambilan sampel darah rutin untuk monitoring status kesehatan ternak, 2-3 bulan sekali pasca vaksinasi via injeksi/suntikan, yang diujikan dengan kerjasama dan koordinasi Instalasi Laboratorium Keswan Losari, UPTD BP3HK (Balai Penyidikan dan Pengujian Penyakit Hewan dan Kesmavet), Balai Besar Veteriner (BBVet) Subang-Kementerian Pertanian RI ;
F.
Pengujian mikroskopis dari sampel darah/feses/spermatozoa ternak ;
G.
Monitoring dan evaluasi hasil laboratorium dari pengujian sampel darah/sampel lingkungan/sampel pakan Angka mortalitas ternak (ayam dan itik) pada tahun 2013, dapat diuraikan secara
rinci sebagai berikut :
Tabel 8.16. Mortalitas Ternak (Ayam Buras dan Itik Lokal) Per Periode Tahun 2013 Ternak Ayam Itik
Periode Starter (%) 14,90 6,86
Periode Grower (%) 10,56 2,76
Periode Layer (%) 4,17 0,95
Angka Mortalitas Ternak Rata-Rata (%) 8,95 1,96
Grafik 1. Angka Mortalitas Ayam Buras BPPT Unggas Jatiwangi Tahun 2013 80.00 70.00 60.00 50.00 40.00 Mortalitas Starter
30.00 20.00
Mortalitas Grower
10.00
Mortalitas Layer
-
Grafik 2. Mortalitas Ternak Itik Lokal BPPT Unggas Jatiwangi Tahun 2013 60.00 50.00 40.00 30.00
Mortalitas Starter
20.00 Mortalitas Grower
10.00
Mortalitas Layer
0.00
Tabel 8.17. Perbandingan Mortalitas pada ternak (ayam buras dan itik) tahun 2012 dengan tahun 2013 Tahun
Ayam
Itik
2012 2013
8,95 7,74
1,96 3,80
Grafik 3.
Perbandingan Angka Mortalitas Ayam Buras BPPT Unggas Jatiwangi Tahun 2012 dengan 2013
9.20 9.00 8.80 8.60 8.40 8.20 8.00 7.80 7.60 7.40 7.20 7.00
2012 2013
Ayam
Grafik 4.
Perbandingan Angka Mortalitas Itik Lokal BPPT Unggas Jatiwangi Tahun 2012 dengan 2013
4.00 3.50 3.00 2.50 2.00 1.50 2012
1.00
2013
0.50 0.00 Itik
Dari gambaran data tersebut, angka kematian ternak ayam buras menurun 1,22% dari tahun 2012 sedangkan angka kematian ternak itik meningkat 1,85% dari tahun 2012. Berbagai faktor lainnya yang menyebabkan angka kematian tinggi pada ternak itik adalah sebagai berikut : A.
Penurunan kualitas dan kuantitas DOD secara vertikal dari bibit ternak di penetasan (Hatchery).
B.
Perubahan cuaca yang cukup signifikan (musim kemarau ke musim hujan), suhu dalam kotak indukan (brooder) juga sedikit fluktuatif (pagi sampai siang dengan suhu normal dan malam hari menjadi subnormal dari suhu ideal untuk ayam 0
periode starter yaitu 30-32 C), dengan mengandalkan lampu sebesar 60 dan 100 watt sebagai pemanas, kondisi cuaca tersebut menyebabkan terganggunya kestabilan suhu pemanas dalam brooder. C.
Air hujan yang masuk ke dalam kandang ternak itik periode starter (DOD) menyebabkan sekam/litter basah, suhu dalam brooder menurun, sehingga jumlah kematian pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2013 sangat tinggi. Hal
ini disebabkan karena kondisi terpal dan kandang yang kurang representatif, sehingga menyebabkan air hujan masuk ke dalam kandang. D.
Terpaparnya itik galur Cihateup periode layer oleh virus Avian Influenza subtype H5N1 (dinyatakan positif AI Subtype H5N1 dari hasil uji laboratorium), menyebabkan angka mortalitas itik periode layer meningkat cukup signifikan. Angka mortalitas itik kandang B1.7-B1.14 yang terpapar virus AI subtype H5N1 adalah sebesar 50,34%. Upaya pengendalian telah dilakukan dengan cara focal culling pada itik dengan gejala klinis yang tampak nyata, intensifikasi sistem biosekuriti, pengebalan/vaksinasi ternak itik sehat. Sedangkan faktor keberhasilan penurunan angka mortalitas ternak ayam buras
pada tahun 2013 adalah sebagai berikut : A.
Perbaikan dalam hal pemeliharaan ternak, mencakup perbaikan seleksi ternak periode grower dan layer ;
B.
Peningkatan sistem biosekuriti (sanitasi, isolasi dan pengawasan lalu lintas ternak);
C.
Serta peningkatan status kekebalan tubuh ternak melalui kegiatan vaksinasi dan medikasi rutin mingguan disertai evaluasi melalui pengambilan sampel darah untuk mengetahui titer antibodi tubuh ternak. Pelaksanaan kegiatan kesehatan hewan berdasarkan prosedur SOP yang telah
ditetapkan, seperti halnya SOP Pemeliharaan Ternak (Ayam dan Itik) Periode Starter, Grower, Layer, SOP Biosecurity, SOP Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Hewan, yang dijadikan acuan/pedoman pelaksanaan teknis. Untuk keberhasilan dalam hal manajemen kesehatan ternak di tahun berikutnya, maka faktor-faktor yang menjadi kendala/penyebab meningkatnya angka mortalitas dan morbiditas, hendaknya dapat diminimalisir melalui manajemen pemeliharaan/budidaya yang baik sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 49 Tahun 2006 mengenai Pedoman Budidaya Ayam Lokal Yang Baik (Good Farming Practices) dan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 35 dan 36 Tahun 2007 mengenai Pedoman Budidaya Itik Pedaging dan Petelur Yang Baik (Good Farming Practices), sosialisasi dan pelaksanaan sistem biosecurity agar lebih diperketat serta dukungan akan ketersediaan sarana dan prasarana utama (pakan, kandang, obat-obatan) dan sarana prasarana lainnya yang mendukung kegiatan budidaya ternak unggas lokal. 6.
Penyebaran Bibit Ternak Tabel 8.18. Jumlah dan Lokasi Penyebaran Bibit Ternak Ayam Buras dan Itik pada Tahun 2013 No.
Bulan
1.
Januari
2.
Februari
Jenis Bibit Ayam Muda DOC DOC Ayam Afkir Itik Muda Telur Itik Telur Ayam Ayam Muda
Satuan Ekor Ekor Ekor Ekor Ekor Butir Butir Ekor
Volume (ekor) 55 1.510 500 176 70 4.508 2.292 190
Lokasi Penyebaran Bandung Bandung Cirebon Majalengka Cirebon Majalengka Majalengka Majalengka
No.
Bulan
3.
Maret
4.
April
5.
Mei
6.
Juni
7.
Juli
8
Agustus
9.
September
10.
Oktober
11.
Nopember
12.
Desember
Jenis Bibit Ayam Muda Ayam Afkir Itik Muda Itik Afkir Telur Itik Telur Ayam DOC DOC DOC DOD Itik Muda Ayam Muda Ayam Afkir Telur Itik Telur Ayam DOC DOC Ayam Muda Ayam Afkir Itik Muda Itik Afkir Telur Itik Telur Ayam DOC DOC DOC Ayam Muda Ayam Afkir Telur Itik Telur Ayam DOC DOC DOC Ayam Muda Ayam Muda Ayam Afkir Itik Afkir Telur Itik Telur Ayam DOC DOC DOC DOC Ayam Muda Ayam Afkir Itik Afkir Telur Itik Telur Ayam DOC DOC DOC Ayam Muda Telur Itik Telur Ayam DOC Itik Muda Itik Afkir Telur Itik Telur Ayam Telur Ayam Telur Itik DOC Ayam Muda Telur Ayam Telur Itik Ayam Muda Itik Muda
Satuan Ekor Ekor Ekor Ekor Butir Butir Ekor Ekor Ekor Ekor Ekor Ekor Ekor Butir Butir Ekor Ekor Ekor Ekor Ekor Ekor Butir Butir Ekor Ekor Ekor Ekor Ekor Butir Butir Ekor Ekor Ekor Ekor Ekor Ekor Ekor Butir Butir Ekor Ekor Ekor Ekor Ekor Ekor Ekor Butir Butir Ekor Ekor Ekor Ekor Butir Butir Ekor Ekor Ekor Butir Butir Butir Butir Ekor Ekor Butir Butir Ekor Ekor
Volume (ekor) 90 269 130 200 1.300 4.196 1.620 100 250 120 93 200 185 1.735 1.390 620 100 318 279 65 45 1.786 2.943 600 2.0000 1.000 250 250 5.466 6.567 3.420 500 500 200 150 150 50 4.466 6.931 1.300 700 300 750 125 230 50 1.427 5.797 950 550 400 800 2.432 5.981 500 125 150 6.633 1.458 9.379 2.321 200 90 5.241 1.249 110 85
Lokasi Penyebaran Kuningan Majalengka Majalengka Kuningan Majalengka Majalengka Kuningan Cirebon Majalengka Indramayu Majalengka Indramayu Majalengka Majalengka Majalengka Majalengka Cirebon Majalengka Cirebon Majalengka Majalengka Majalengka Majalengka Cirebon Majalengka Indramayu Majalengka Majalengka Majalengka Majalengka Majalengka Sumedang Cirebon Majalengka Indramayu Majalengka Majalengka Majalengka Majalengka Cirebon Indramayu Majalengka Cikole Majalengka Majalengka Majalengka Majalengka Majalengka Cirebon Majalengka Sumedang Majalengka Majalengka Majalengka Cirebon Majalengka Majalengka Majalengka Majalengka Majalengka Majalengka Majalengka Majalengka Majalengka Majalengka Majalengka Majalengka
No.
Bulan
Jenis Bibit Telur Ayam Telur Itik
7.
Satuan Butir Butir
Volume (ekor) 5.087 1.008
Lokasi Penyebaran Majalengka Majalengka
Bahan Baku Pakan Pengadaan bahan baku pakan ternak unggas (ayam buras dan itik) di Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Unggas Jatiwangi sesuai dengan DPA Tahun Anggaran 2013 yang bersumber dari APBD sebanyak 255.176 kg terdiri dari pakan jadi ternak ayam buras komplit sebanyak 39.000 kg dan pakan jadi ternak itik sebanyak 27.399 kg. Rincian pengadaan bahan baku pakan ternak unggas yang bersumber dari APBD rinciannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 8.19. Pengadaan Bahan Baku Pakan Ternak di BPPT Unggas Jatiwangi Tahun 2013 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Uraian Pakan Starter Ayam Buras Pakan Starter Itik Konsentrat Layer ayam Konsentrat Layer itik Dedak Halus Jagung Giling Tepung Kedelai Tepung Ikan Grit Top Mix/ Mineral Jumlah
Jumlah (Kg) Thn 2012 Thn 2013 300 12.000 300 9.999 27.000 17.400 59.425 102.900 90.825 111.150 28.675 15.870 33.375 1.724 3.379 5.731 4.372 321.575 202.850
Keterangan Penurunan jumlah bahan baku pakan sebanyak 118.725 kg
Berdasarkan di atas, ada perbedaan volume pengadaan bahan baku pakan ternak pada tahun 2012 dan 2013, hal ini disebabkan karena perubahan pada bahan baku pakan yang digunakan dengan sistem self mixing (pencampuran pakan sendiri), perubahan struktur populasi sesuai dengan target populasi balai pada indikator kinerja tahunan balai. 8.
Pelayanan Kepada Masyarakat Pelayanan yang telah dilaksanakan oleh Balai Pengembangan Perbibitan Ternak (BPPT) Unggas Jatiwangi terhadap masyarakat (stakeholder) pada tahun 2013 yaitu dengan pelayanan penjualan produk BPPT Unggas Jatiwangi antara lain telur ayam buras, telur itik, Day Old Chick (DOC), Day Old Duck (DOD), ayam muda, ayam afkir dewasa, itik muda dan itik afkir dewasa. Selain itu Balai juga memberikan jasa mengenai pola breeding, pemuliaan, pelayanan teknis (kesehatan, IB, pakan), peningkatan keterampilan, penelitian/ uji coba dan magang, serta konsultasi teknis perunggasan lainnya.
Tabel 8.20. Peserta Latihan, PKL / Magang, Kunjungan dan Study Banding di BPPT Unggas Jatiwangi Tahun 2013 No.
Daerah Asal
Jumlah (Orang)
Waktu/Tanggal
1.
Disnak Prov. Jabar (Bidang Pengembangan )
2
11 Januari 2013
2.
DPRD Prov. Jabar
48
11 Januari 2013
3.
IPB Bogor
4
21 Januari 2013
4.
Disnak Prov. Jabar (Sub Bagian Kepegawaian
3
23 Januari 2013
5.
UNPAD Jatinangor Sumedang
2
26 Januari 2013
6.
Kab. Cirebon (Peternak)
2
28 Januari 2013
7.
SETDA Prov. Jabar (Biro Admbang)
5
29 Januari 2013
8.
BKD Prov. Jabar
3
30 Januari 2013
9.
Kab. Cirebon (Peternak)
3
03-04 Februari 2013
10.
Kab. Bandung
7
06-25 Februari 2013
11.
Disnak Prov. Jabar (Subbagian Kepegawaian)
3
06 Januari 2013
12.
UNPAD Sumedang
3
07 Februari 2013
13.
Jakarta (Agro Media)
3
08 Februari 2013
14.
SMKN Cirebon
2
11 Februari 2013
15.
BPP Pertanian Kab. Majalengka
4
11 Februari 2013
16.
Kab. Kuningan (Peternak)
12
11 - 21 Februari 2013
17.
Kab. Majalengka (Pers)
2
11 Februari 2013
18.
IPB Bogor (PKL)
3
11 Feb s/d 04 Mei 2013
19.
POLSEK Jatiwangi
2
12 Februari 2013
20.
Kab. Majalengka (Peternak)
9
13 - 26 Februari 2013
21.
Kab. Sumedang (Peternak)
2
14 Februari 2013
22.
UNPAD Sumedang
3
15 Februari 2013
23.
BPP Pertanian Kab. Majalengka
4
15 Februari 2013
24.
Dispenda Prov. Jabar
2
18 Februari 2013
25.
Instalasi SPTD Trijaya Kuningan
2
20 Februari 2013
26.
BPP Pertanian Kab. Majalengka
2
20 Februari 2013
27.
Kab. Indramayu (Peternak)
2
26 Februari 2013
28.
Kab. Kuningan (Peternak)
5
01 - 11 Maret 2013
29.
Kab. Indramayu (Peternak)
4
01 Maret 2013
30.
Kab. Bandung (Rekanan)
4
01 - 20 Maret 2013
31.
POLINELA Lampung (PKL)
3
04 Maret s.d 04 Mei 2013
32.
UNPAD Sumedang
4
06 Maret 2013
No.
Daerah Asal
Jumlah (Orang)
Waktu/Tanggal
33.
Kab. Majalengka (Peternak)
4
08 s.d 20 Maret 2013
34.
UNPAD Sumedang
3
08 Maret 2013
35.
UNPAD Sumedang
2
10 Maret 2013
36.
SETDA Prov. Jabar (Biro Organisasi)
4
14 Maret 2013
37.
SETDA Prov. Jabar (Biro Admbang)
4
14 Maret 2013
38.
Disnak Prov. Jabar (Subbagian Keuangan)
5
19 Maret 2013
39.
IPB Bogor
3
21 Maret 2013
40.
Kab. Cianjur (Rekanan)
3
25 Maret 2013
41.
Disnak Prov. Jabar (Sekretariat)
5
27 Maret 2013
42.
Kab. Cirebon (Peternak)
2
27 Maret 2013
43.
SMKN Cirebon (PKL)
13
01 April s.d 31 Mei 2013
44.
Kab. Cianjur (Rekanan)
4
03-17 April 2013
45.
Kab. Cirebon (Peternak)
2
04 April 2013
46.
POLSEK Jatiwangi
1
04 April 2013
47.
Kab. Bandung (Tukang/proyek)
11
08 April 2013
48.
Bank BJB Kab. Cianjur
3
09 April 2013
Dosen UNPAD Sumedang
7
10 April 2013
5
15 April 2013
3
15 April 2013
49. 50. 51.
Disnak Prov. Jabar (Subbagian Perencanaan) Disnak Prov. Jabar (Subbagian Kepegawaian)
52.
Disnak Prov. Jabar (Sekretariat)
3
16 April 2013
53.
SETDA Prov. Jabar
6
17 April 2013
54.
Lab Kesmavet Subang
3
23 April 2013
55.
Disnak Kab. Majalengka
2
23 April 2013
56.
TARKIM Kab. Bandung
4
24 April 2013
57.
Disnak Prov. Jabar (Subbagian Kepegawaian dan Umum)
4
24 April 2013
58.
Dosen UNPAD Sumedang
7
25 April 2013
59.
SETDA Prov. Jabar (Biro Admbang)
4
25 April 2013
60.
UNPAD Sumedang
2
27 April 2013
61.
BALITANAK Bogor
5
27 April 2013
62.
SMKN Cirebon
2
30 April 2013
63.
Disnak Kabupaten Ciamis
2
02 Mei 2013
64.
Kab. Majalengka (Peternak)
9
03 s.d 30 Mei 2013
65.
Disnak Prov. Jabar (Bidang Produksi)
4
07 Mei 2013
No.
Daerah Asal
Jumlah (Orang)
Waktu/Tanggal
66.
UNPAD Sumedang
3
08 Mei 2013
67.
Kab. Garut (Peternak)
3
15 Mei 2013
68.
UNMA Majalengka
30
16 Mei 2013
69.
Kab. Cirebon (Peternak)
6
16 s/d 31 Mei 2013
70.
SETDA Prov. Jabar (Biro Organisasi)
3
16 Mei 2013
71.
Kecamatan Jatiwangi
2
21 Mei 2013
72.
UNPAD Sumedang
4
21 Mei 2013
73.
SETDA Prov. Jabar (Biro Admbang)
3
22 Mei 2013
74.
Disnak Provinsi Banten
4
22 Mei 2013
75.
Kab. Bandung (Peternak)
4
22 Mei 2013
76.
SETDA Prov. Jabar (Bagian Dalprog)
3
22 Mei 2013
77.
Disnak Prov. Jabar (Subbagian Kepegum)
2
22 Mei 2013
78.
Kab. Kuningan (Peternak)
3
23 Mei 2013
79.
SETDA Prov. Jabar (Biro Organisasi)
2
24 Mei 2013
80.
Disnak Prov. Jabar (Bidang Sapras)
2
24 Mei 2013
81.
Kab. Sumedang (Peternak)
4
28 Mei 2013
82.
BAPPEDA Prov. Jabar
2
29 Mei 2013
83.
UNPAD Sumedang
2
30 Mei 2013
84.
Disnak Prov. Jabar (Bidang Produksi)
2
30 Mei 2013
85.
UNPAD Sumedang
3
30 Mei 2013
86.
SETDA Prov. Jabar (Biro Perlengkapan)
3
30 Mei 2013
87.
SETDA Prov. Jabar (Biro Pengolahan)
2
04 Juni 2013
88.
BPP Cikole
30
05 Juni 2013
89.
UNPAD Sumedang
2
08 Juni 2013
90.
Kab. Bandung (Peternak)
2
11 Juni 2013
91.
Kab. Cirebon (Peternak)
10
13 s.d 25 Juni 2013
92.
Kab. Majalengka (Peternak)
7
13 s.d 25 Juni 2013
93.
UNPAD Sumedang
3
14 Juni 2013
94.
SATPOL PP Prov. Jabar
3
17 Juni 2013
95.
Disnak Prov. Jabar (Kepegum)
2
20 Juni 2013
96.
Kab. Bandung (Rekanan)
2
20 Juni 2013
97.
UNPAD Sumedang
3
25 Juni 2013
98.
POLSEK Jatiwangi
1
27 Juni 2013
99.
UNPAD Sumedang
3
27 Juni 2013
No.
Daerah Asal
Jumlah (Orang)
Waktu/Tanggal
100.
Dinas Peternakan dan Perikanan Kab. Sumedang
3
03 Juli 2013
101.
Disnak Prov. Jabar (Bidang Sarpras)
2
04 Juli 2013
102.
UNPAD Sumedang
4
04 Juli 2013
103.
POLSEK Jatiwangi
2
04 Juli 2013
104.
Disnak Prov. Jabar (Subbagian Perencanaan )
4
05 Juli 2013
105.
SETDA Prov. Jabar (Biro Admbang)
5
05 Juli 2013
106.
Kab. Majalengka (Peternak)
5
09 Juli 2013
107.
Kab. Cirebon (Peternak)
13
12 – 25 Juli 2013
108.
Disnak Prov. Jabar (Bidang Keswan dan Kesmavet)
4
19 Juli 2013
109.
UNPAD Sumedang
4
01 Agustus 2013
110.
Eks. Kepala Dinas Peternakan Prov. Jabar &keluarga
4
01 Agustus 2013
111.
KORAMIL Jatiwangi
2
05 Agustus 2013
112.
POLSEK Jatiwangi
2
07 Agustus 2013
113.
Kab. Cirebon (Paternak)
2
19 Agustus 2013
114.
UNPAD Sumedang
4
20 Agustus 2013
115.
Kab. Majalengka (Peternak)
6
21 - 27 Agustus 2013
116.
Kab. Bandung (Rekanan)
2
22 Agustus 2013
117.
UPTD BPP Cikole
2
25 Agustus 2013
118.
UNPAD Sumedang
3
26 Agustus 2013
119.
SNAKMA Cikole
2
26 Agustus 2013
120.
Kab. Bandung (Rekanan)
4
27 Agustus 2013
121.
Kab. Sumedang (Peternak)
11
28-30 Agustus 2013
122.
UNPAD Sumedang
4
02 September 2013
123.
UNPAD Sumedang
3
04 September 2013
124.
Kab. Cirebon (Peternak)
3
09 September 2013
125.
BKD Prov. Jabar
6
13 September 2013
126.
SETDA Prov. Jabar (Biro Perlengkapan)
7
19 September 2013
127.
Disnak Prov. Jabar (Kepegum)
3
20 September 2013
128.
SNAKMA Cikole (PKL)
8
23 September s.d 20 Nopember 2013
129.
UNPAD Sumedang
4
26 September 2013
130.
SATPOL PP PRov. Jabar
3
27 September 2013
131.
UNPAD Sumedang
2
30 September 2013
132.
Kab. Majalengka (Peternak)
4
01 Oktober 2013
No.
Daerah Asal
Jumlah (Orang)
Waktu/Tanggal
133.
Kab. Bandung (Rekanan)
2
02 Oktober 2013
134.
Kab. Sumedang (Peternak)
7
08 Oktober 2013
135.
UNPAD Sumedang
4
08 Oktober 2013
136.
Kab. Bandung (Rekanan)
3
09 Oktober 2013
137.
Kab. Cirebon (Peternak)
3
10 Oktober 2013
138.
Kab. Bandung (Rekanan)
3
22 Oktober 2013
139.
Kepala Dinas Peternakan Prov. Jabar + Staf
15
25 Oktober 2013
140.
BKPP Cirebon
6
25 Oktober 2013
141.
WAGUB Jawa Barat + Staf
20
25 Oktober 2013
142.
DPRD (Komisi B) Prov. Jabar
6
01 Nopember 2013
143.
SETDA Prov. Jabar
3
12 Nopember 2013
144.
Kab. Majalengka (Peternak)
4
13 Nopember 2013
145.
Kab. Indramayu (Peternak)
5
14 Nopember 2013
146.
BPP Cikole Lembang
3
14 Nopember 2013
147.
Disnak Prov. Jabar (Kepegum)
2
21 Nopember 2013
148.
SETDA Prov. Jabar (Biro Perlengkapan)
2
21 Nopember 2013
149.
Kab. Bekasi (Rekanan)
3
26 Nopember 2013
150.
SETDA Prov. Jabar (Biro Perlengkapan)
6
30 Nopember 2013
151.
Kab. Majalengka (Peternak)
7
03 – 18 Desember 2013
152.
UNPAD Sumedang
4
04 Desember 2013
153.
Kab. Indramayu (Peternak)
2
06 Desember 2013
154.
SETDA Prov. Jabar (Biro Otda)
3
10 Desember 2013
155.
SETDA Prov. Jabar (Biro Admbang)
2
18 Desember 2013
156.
Provinsi Sumatera (Peternak)
2
19 Desember 2013
157.
Disnak Prov. Jabar (Kepegum)
2
19 Desember 2013
158.
Dirjenak Jakarta (Perbibitan)
3
28 Desember 2013
Jumlah
719
8.3.
BALAI PELATIHAN PETERNAKAN Balai Pelatihan Peternakan (BPP) Cikole - Lembang mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian fungsi Dinas di bidang pelatihan peternakan. Pada tahun anggaran 2013 melalui kegiatan Pelatihan Teknis Peternakan di Balai Pelatihan Peternakan Cikole Lembang, BPP melaksanakan 11 jenis pelatihan untuk 500 orang peserta pelatihan yang berasal dari 23 Kabupaten/Kota di Jawa Barat. Peserta pelatihan adalah peternak dan penyuluh/petugas. Secara terperinci pelaksanaan kegiatan dapat dijelaskan sebagai berikut : 1.
Pelatihan Budidaya Ternak Domba Pelatihan budidaya ternak domba dilaksanakan sebanyak 2 angkatan, masingmasing selama 4 hari dan jumlah peserta sebanyak 50 orang (masing-masing sebanyak 25 orang setiap angkatan). Fasilitator berasal dari Fakultas Peternakan UNPAD, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lembang dan Bank Indonesia serta instruktur dari Balai Pembibitan Ternak Domba Margawati. Alokasi peserta pelatihan adalah sebagai berikut : Tabel 8.21. Daftar Alokasi Peserta Pelatihan Budidaya Ternak Domba No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23.
Kabupaten/Kota Kab. Sukabumi Kab. Karawang Kab. Tasikmalaya Kota Tasikmalaya Kab. Kuningan Kab. Majalengka Kab. Cianjur Kab. Bandung Barat Kab. Indramayu Kab. Bandung Kota Bandung Kab. Subang Kota Sukabumi Kab. Ciamis Kota Bekasi Kab. Sumedang Kab. Cirebon Kota Cirebon Kab. Garut Kab. Bogor Kota Bogor Kota Depok Kab. Purwakarta Total :
Angkt I (org)
Angkt II (org)
1 2 1 2 1 2 2 4 1 1 1 2 2 1 1 1 25
1 1 1 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 25
Jumlah (org) 2 1 3 1 3 4 2 4 3 5 1 1 2 2 1 2 4 1 3 2 1 1 1 50
Adapun waktu pelaksanaannya adalah sebagai berikut : A.
Angkatan I
: 02 - 05 April 2013
B.
Angkatan II : 09 - 12 April 2013 Dari hasil pre test dan post test yang dilakukan terhadap para peserta pelatihan
untuk masing-masing angkatan diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 8.22. Hasil Pre Test dan Post Test Terhadap Peserta Pelatihan Budidaya Ternak Domba No 1 2
Angkatan Angkatan I Angkatan II Rataan :
Tes Awal (Pre test) 65,20 61,60 63,40
Kenaikan Nilai % 23,00 35,28 21,80 35,39 22,40 35,33
Tes Akhir (Post test) 88,20 83,40 85,80
Rata-rata persentase kenaikan hasil post test dibanding pre test dari 2 angkatan, maupun rata-rata setiap angkatan mampu melebihi target yang ditetapkan (35%).
2.
Pelatihan Budidaya Ternak Sapi Potong Pelatihan budidaya ternak sapi potong dilaksanakan sebanyak 2 angkatan, masing-masing selama 4 hari dan jumlah peserta sebanyak 50 orang (masing-masing sebanyak 25 orang setiap angkatan). Fasilitator berasal dari Fakultas Peternakan UNPAD, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lembang, Bank Indonesia dan instruktur Balai Pembibitan Ternak Sapi Potong Ciamis. Alokasi peserta pelatihan adalah sebagai berikut : Tabel 8.23. Daftar Alokasi Peserta Pelatihan Budidaya Ternak Sapi Potong No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.
Kabupaten/Kota Kab. Karawang Kab. Cirebon Kota Cirebon Kab. Bandung Kota Bandung Kab. Cianjur Kab. Bandung Barat Kab. Majalengka Kota Bekasi Kab. Subang Kab. Indramayu Kab.Garut Kab. Sukabumi Kota Sukabumi Kab. Ciamis Kab. Tasikmalaya Kota Tasikmalaya Kab. Bandung Kota Bandung Kab. Purawakarta Kab. Bogor Kota Bogor Kota Depok Kota Banjar Kab. Sumedang Total :
Angkt I (org) 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 25
Adapun waktu pelaksanaannya adalah sebagai berikut : A.
Angkatan I
: 05 - 08 Maret 2013
B.
Angkatan II : 03 - 05 April 2013
Angkt II (org) 1 1 1 1 3 1 1 2 3 1 1 1 2 1 1 1 2 1 25
Jumlah (org) 2 1 2 1 1 2 4 1 1 2 2 4 1 2 1 1 2 1 2 1 2 2 3 1 1 50
Dari hasil pre test dan post test yang dilakukan terhadap para peserta pelatihan untuk masing-masing angkatan diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 8.24. Hasil Pre Test dan Post Test Terhadap Peserta Pelatihan Budidaya Ternak Sapi Potong No 1 2
Angkatan Angkatan I Angkatan II Rataan :
Tes Awal (Pre Test) 69,00 54,80 61,91
Tes Akhir (Post Test) 93,40 74,40 81,90
Kenaikan Nilai % 24,40 35,36 19,60 35,77 22,00 35,55
Rata-rata persentase kenaikan hasil post test dibanding pre test dari 2 angkatan, maupun rata-rata setiap angkatan mampu melebihi target yang ditetapkan (35%). 3.
Pelatihan Pemeriksa Kebuntingan (PKB) Sapi Potong Pelatihan PKB diperuntukkan bagi tenaga inseminator agar lebih meningkat keterampilannya dalam hal penentuan status kebuntingan ternak sapi dan juga dalam menentukan umur kebuntingan ternak sapi. Pelatihan ini dilaksanakan sebanyak 1 angkatan, dengan jumlah peserta sebanyak 25 orang. Tenaga pelatih, instruktur dan pembantu instruktur untuk pelatihan Pemeriksa Kebuntingan (PKB) Sapi Potong berasal dari Fakultas Kedokteran Hewan IPB, Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang - Kementrian Pertanian RI, praktisi, serta tenaga Inseminator senior (untuk praktek tandem). Adapun peserta pelatihan PKB Sapi potong ini berasal dari kabupaten sebagai berikut : Tabel 8.25. Jumlah Peserta Pelatihan Pemeriksa Kebuntingan (PKB) Sapi Potong Berdasarkan Kabupaten/Kota. No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.
Kabupaten/Kota Kab. Bandung Kab. Indramayu Kab. Cirebon Kab. Subang Kab. Bandung Barat Kab. Karawang Kab. Bogor Kab. Cianjur Kab.Ciamis Kab. Tasikmalaya Kab. Sukabumi Kab. Bekasi Kab. Garut Kab. Majalengka Kab. Sumedang Kab. Purwakarta Kab. Bekasi Kota Cirebon Kota Bandung Total
Adapun waktu pelaksanaannya adalah pada tanggal 1 s.d 7 Mei 2013
Jumlah (org) 3 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 25
Dari hasil pre test dan post test yang dilakukan terhadap para peserta pelatihan diperoleh hasil rata-rata nilai pre test adalah 47,90 sedangkan rata-rata post test adalah 76,80 dengan demikian kenaikan test akhir terhadap test awal adalah 37,6%. Para peserta mampu melebihi target yaitu sebesar 35%. 4.
Pelatihan Peranan Inseminator Pelatihan peranan inseminator diikuti oleh 25 orang petugas inseminator aktif di kabupaten/kota dengan tujuan agar para inseminator ini dapat meningkatkan kualitas kinerja petugas dalam hal pelayanan IB. Tenaga fasilitator, instruktur dan pembantu instruktur untuk pelatihan ini berasal dari Fakultas Kedokteran Hewan IPB, BIB Lembang, BBPP Jawa Barat, Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur. Alokasi peserta pelatihan adalah sebagai berikut : Tabel 8.26. Daftar Alokasi Peserta Pelatihan Peranan Inseminator No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.
Kabupaten/Kota Kab. Kuningan Kab. Indramayu Kab. Cirebon Kab. Bandung Barat Kab. Subang Kab. Karawang Kab. Bandung Kab. Bogor Kab. Cianjur Kab. Ciamis Kab. Tasikmalaya Kab. Sukabumi Kab. Bekasi Kab. Garut Kab. Majalengka Kota Sumedang Jumlah
Jumlah (org) 1 1 1 1 2 1 2 2 2 3 2 1 1 2 2 1 25
Adapun waktu pelaksanaannya adalah tanggal 14 – 20 Juni 2013. Dari hasil pre test dan post test yang dilakukan terhadap para peserta pelatihan diperoleh hasil sebagai berikut : A.
Pre test
: 49,20
B.
Post test
: 71,60
C.
Peningkatan : 45,50 (35,55 %) Persentase kenaikan hasil post test dibanding pre test, mampu melebihi target
yang ditetapkan (35%).
5.
Pelatihan Pemeriksa Kebuntingan Ternak Domba Pelatihan Pemeriksa Kebuntingan Ternak Domba dilaksanakan sebanyak 3 angkatan, selama 5 hari dan jumlah peserta masing-masing ngkatan sebanyak 25 orang. Fasilitator/instruktur berasal dari Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.
Secara rinci alokasi peserta pelatihan dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 8.27. Daftar Alokasi Peserta Pelatihan Pemeriksa Kebuntingan Ternak Domba No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23.
Kabupaten/Kota Kab. Bandung Kab. Subang Kab. Bogor Kota Bandung Kota Bogor Kab. Karawang Kab. Sumedang Kab. Bandung Barat Kota Bekasi Kab. Ciamis Kab. Indramayu Kab. Garut Kab. Sukabumi Kab. Majalengka Kota Banjar Kab. Cirebon Kab. Bekasi Kab. Cianjur Kota Sukabumi Kab. Tasikmalaya Kota Tasikmalaya Kab. Kunngan Kota Cirebon Total :
Angk I (org)
Angk II (org)
3 5 3 2 6 3 1 1 1 25
Angk III (org)
4 1 3 1 4 4 4 1 1 2 25
3 1 1 5 2 5 3 3 2 25
Adapun waktu pelaksanaannya adalah sebagai berikut : A.
Angkatan I
: 13 s.d 17 Mei 2013
B.
Angkatan II : 20 s.d 24 Mei 2013
C.
Angkatan III : 27 s.d 31 Mei 2013 Dari hasil pre test dan post test yang dilakukan terhadap para peserta pelatihan
untuk masing-masing angkatan diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 8.28. Hasil Pre Test dan Post Test Terhadap Peserta Pelatihan Pemeriksa Kebuntingan Ternak Domba No 1. 2. 3.
Angkatan Angkatan I Angkatan II Angkatan III Rataan :
Tes Awal (Pre Test) 59,60 50,60 53,80 54,67
Tes Akhir (Post Test) 81,20 81,09 84,21 82,17
Kenaikan Nilai % 36,24 35,00 30,49 37,60 30,41 36,11 32,38 36,24
Rataan persentase kenaikan hasil post test dibanding pre test, mampu melebihi target yang ditetapkan (35%).
6.
Pelatihan Teknologi Hasil Ternak Pelatihan ini dilaksanakan sebanyak 1 angkatan, dengan jumlah peserta sebanyak 25 orang. Fasilitator berasal dari Tim Widyaiswara Balai Besar Penyuluhan Pertanian Lembang.
Secara rinci alokasi peserta pelatihan Teknologi Hasil Ternak dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 8.29. Daftar Alokasi Peserta Pelatihan Teknologi Hasil Ternak No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.
Kabupaten/Kota Kab. Garut Kab. Subang Kab. Bandung Barat Kab. Cianjur Kab. Tasikmalaya Kab. Bandung Kab. Bogor Kab. Karawang Kab. Cirebon Kab. Sukabumi Kab. Ciamis Kab. Purwakarta Kab. Tasikmalaya Kota Tasikmalaya Kota Sukabumi Kota Bogor Kota Bandung Total
Jumlah (org) 1 1 5 1 1 1 2 2 2 2 1 1 1 1 1 2 1 25
Adapun waktu pelaksanaan pelatihan tersebut pada tanggal 3 s.d 5 September 2013. Rata-rata test awal 47,20 sedangkan rata-rata test akhir 76,10 dengan demikian kenaikan nya adalah 22,00 atau sekitar 35,55%. Rataan persentase kenaikan hasil post test dibanding pre test, mampu melebihi target yang ditetapkan (35%). 7.
Pelatihan Budidaya Ternak Unggas Pelatihan Budidaya ternak unggas dilaksanakan sebanyak 1 angkatan, dengan jumlah peserta 25 orang. Fasilitator berasal dari Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, sedangkan instruktur berasal dari Balai Pembibitan Ternak Unggas Jatiwangi. Alokasi peserta pelatihan adalah sebagai berikut : Tabel 8.30. Daftar Alokasi Peserta Pelatihan Budidaya Ternak Unggas No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.
Kabupaten/Kota Kab. Bandung Barat Kab. Sukabumi Kab. Bandung Kab. Kuningan Kab. Cianjur Kab. Tasikmalaya Kab. Karawang Kab. Indramayu Kab. Cirebon Kab. Ciamis Kab. Subang Kota Bandung Kab. Bogor Kota Sukabumi Kab. Sumedang Kab. Purwakarta Kota Bekasi Total :
Jumlah 4 1 1 2 1 1 1 1 2 1 2 2 1 1 1 2 1 25
Adapun waktu pelaksanaannya adalah pada tanggal selama 3 – 5 Juni 2013 selama 3 hari. Dari hasil pre test dan post test yang dilakukan terhadap para peserta pelatihan diperoleh hasil sebagai berikut : A.
Pre test
: 51,25
B.
Post test
: 79,12
C.
Peningkatan : 27,87 (35,22 %) Persentase kenaikan hasil post test dibanding pre test, mampu melebihi target
yang ditetapkan (35%). 8.
Pelatihan Pengolahan Limbah Kotoran Ternak Pelatihan ini dilaksanakan sebanyak 2 angkatan, dengan jumlah peserta sebanyak 50 orang (masing-masing angkatan jumlah peserta 25 orang). Fasilitator berasal dari Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Secara rinci alokasi peserta pelatihan adalah sebagai berikut : Tabel 8.31. Daftar Alokasi Peserta Pelatihan Pengolahan Limbah Kotoran Ternak No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 11. 12. 13. 14. 16. 18. 19. 21. 22. 23. 24.
Kabupaten/Kota Kab. Bandung Kota Bandung Kab. Garut Kab. Ciamis Kab. Subang Kab. Tasikmalaya Kab. Cianjur Kab. Bandung Barat Kab. Cirebon Kab. Indramayu Kab. Sukabumi Kab. Karawang Kab. Majalengka Kota Sukabumi Kota Bogor Kota Cirebon Kab. Sumedang Kab. Bogor Kab. Purwakarta Total
Angkt I (org) 2 2 2 2 2 2 4 3 2 2 25
Angkt II (org) 1 3 1 2 2 1 2 2 1 3 1 2 2 2 25
Adapun waktu pelaksanaannya adalah sebagai berikut : A.
Angkatan I
: 20 – 22 Agustus 2013
B.
Angkatan II : 27 – 29 Agustus 2013 Dari hasil pre test dan post test yang dilakukan terhadap para peserta pelatihan
untuk masing-masing angkatan diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 8.32. Hasil Pre Test dan Post Test Terhadap Peserta Pelatihan Pengolahan Limbah Kotoran Ternak No. 1 2
Angkatan Angkatan I Angkatan II Rataan :
Tes Awal (Pre test) 47,20 46,70 46,95
Tes Akhir (Post Test) 76,10 75,34 75,72
Kenaikan Nilai % 28,90 37,97 28,64 38,00 28,77 37,98
Rataan persentase kenaikan hasil post test dibanding pre test, mampu melebihi target yang ditetapkan (35%). 9.
Pelatihan Seleksi dan Tatacara Pemotongan Hewan Ternak Pelatihan seleksi dan tatacara pemotongan hewan qurban dilaksanakan sebanyak 3 angkatan, selama 3 hari dan jumlah peserta sebanyak 75 orang (masing-masing angkatan jumlah peserta 25 orang). Fasilitator berasal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Barat, Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi Jawa Barat, Direktorat Kesehatan Masyarakat Veteriner Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan - Kementerian Pertanian RI, Balai Penyidikan Kesehatan Hewan - Kementrian Pertanian RI (Subang), Pesatuan Dokter Hewan Indonesia Cabang Jawa Barat. Secara rinci alokasi peserta pelatihan adalah sebagai berikut : Tabel 8.33. Daftar Alokasi Peserta Pelatihan Seleksi dan Tatacara Pemotongan Hewan Ternak No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
Kabupaten/Kota Kab. Bandung Kota Bandung Kota Tasikmalaya Kab. Tasikmalaya Kab. Cianjur Kota Bogor Kab. Bogor Kab. Garut Kota Bekasi Kab. Bandung Barat Kab. Karawang Kab. Sumedang Kab. Bekasi Kab. Majalengka Kab. Sukabumi Total
Angkt I (org) 2
Angkt II (org) 5 4
3 5
Angk III (org) 2 2 2 4 1
3 3 4 2 10 3
4
5 1 6 3 25
25
Adapun waktu pelaksanaannya adalah sebagai berikut : A.
Angkatan I
: 10 - 12 September 2013
B.
Angkatan II : 24 - 26 September 2013
C.
Angkatan III : 24 – 26 September 2013
Dari hasil pre test dan post test yang dilakukan terhadap para peserta pelatihan untuk masing-masing angkatan diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 8.34. Hasil Pre Test dan Post Test Terhadap Peserta Pelatihan Seleksi dan Tatacara Pemotongan Hewan Ternak No. 1. 2. 3.
Angkatan Angkatan I Angkatan II Angkatan III Rataan :
Tes Awal (Pre Test) 47,20 49,20 47,20 47,87
Tes Akhir (Post Test) 76,40 76,30 76,30 76,33
Kenaikan Nilai % 29,20 38,22 27,10 35,50 29,10 38,13 28,47 37,28
Rataan persentase kenaikan hasil post test dibanding pre test, mampu melebihi target yang ditetapkan (35%). 10.
Pelatihan Rantai Dingin Vaksin Pelatihan Rantai Dingin Vaksin ditujukan untuk petugas yang menangani vaksin di kabupaten/kota dengan tujuan agar penanganan vaksin dapat dilaksanakan secara benar. Pelatihan ini dilaksanakan sebanyak
1 angkatan, selama 3 hari dan jumlah
peserta sebanyak 25 orang. Fasilitator dan instruktur berasal dari Fungsional Kesehatan Hewan pada Direktorat Kesehatan Hewan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian. Waktu pelaksanaan Pelatihan Rantai Dingin Vaksin adalah 8 – 10 Oktober 2013. Adapun pesertanya berasal dari kabupaten Bogor, Kab. Tasikmalaya, Kab. Cianjur, Kab. Sumedang, Kab. Majalengka, Kab. Kuningan, Kab. Ciamis, Kab. Cirebon, Kab. Subang, Kab. Sukabumi, Kab. Bandung Barat, Kab. Garut, Kab. Karawang, Kota Tasik, dan Kota Bandung. Dari hasil pre test dan post test yang dilakukan terhadap para peserta pelatihan diperoleh untuk masing-masing angkatan diperoleh hasil sebagai berikut : A.
Pre test
: 55,37
B.
Post Test
: 85,20
C.
Kenaikan
: 29,83 (35,01 %)
Rataan persentase kenaikan hasil post test dibanding pre test, dapat mencapai target yang ditetapkan (35%). 11.
Bimbingan Teknis Sistem Pengendalian Internal Bimtek Sistem Pengendalian Internal dilaksanakan pada tanggal 18 – 20 Oktober 2013 yang diikuti oleh 75 orang peserta yang terdiri dari pejabat struktural Esselon 3 dan 4 yang bertindak sebagai Kuasa Pengguna Anggaran dan Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan dan bendahara lingkup Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat. Fasilitator berasal dari Inspektorat Jenderal Pertanian pada Kementerian Pertanian. Pelaksanaan Bimtek dilaksanakan paralel sebanyak 3 kelas yaitu kelas untuk Kuasa Pengguna Anggaran dan PPTK sebanyak 2 kelas dan 1 kelas khusus untuk bendaharawan sehingga pembahasan SPI terfokus pada bidang kegiatan masing-masing
12.
Peningkatan Kualitas Sumberdaya Manusia Untuk menambah wawasan dan pengetahuan pegawai dan juga peningkatan kualitas pelayanan BPP Cikole maka pada tanggal 28 s.d 31 Oktober 2013 dilaksanakan Peningkatan Kualitas SDM ke Provinsi Jawa Tengah dan DI Yogya yaitu ke Dinas Pertanian Provinsi DIY, Balai Pengembangan SDM Pertanian Provinsi DIY, Balai Pengembangan
SDM
Peternakan
Ungaran
Provinsi
Jawa
Pemberdayaan SDM Pertanian Soropadan Provinsi Jawa Tengah.
Tengah
dan
Balai
13.
Peningkatan Konsolidasi SDM Kualitas kerja pegawai lingkup Balai perlu adanya peningkatan agar dapat dipertahankan, oleh karena itu diperlukan konsolidasi diantara para pegawai tersebut sehingga kerjasama dan koordinasi tetap terjalin harmonis. Untuk hal tersebut maka dilaksanakan kegiatan Peningkatan Konsolidasi SDM selama satu hari yaitu pada tanggal 22 Oktober yang dilaksanakan di Bumi Perkemahan Cikole Lembang.
14.
Evaluasi dan Monitoring Peserta pelatihan teknis di Balai Pelatihan Peternakan Cikole dilakukan ke 26 Kabupaten/Kota Pelatihan
yang
diselenggarakan
di
BPP
Cikole
Lembang
dilaksanakan
berdasarkan program dari pemerintah pusat dan provinsi. Disamping itu pula dilaksanakan berdasarkan survey kebutuhan pelatihan yang dilaksanakan
ke 26
kabupaten/kota di Jawa Barat serta Koordinasi ke Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat. Untuk mengetahui sampai sejauhmana hasil dari pelatihan maka dilaksanakan monitoring dan evaluasi lapangan baik terhadap peserta maupun instansi yang mengirimkan peserta pelatihan tersebut. Monitoring dan evaluasi lapangan terhadap hasil pelatihan yang dilakukan ke lapangan (kabupaten/kota), terhadap beberapa petugas (aparatur) maupun peternak, yang dilaksanakan melalui metoda wawancara dan atau melalui pengisian kuesioner.
8.4.
BALAI PENGEMBANGAN PERBIBITAN TERNAK SAPI POTONG CIAMIS Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Sapi Potong merupakan salah satu UPTD lingkup Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, yang berlokasi di Dusun Kidul RT 11 RW 04, Desa Cijeungjing, Kecamatan Cijeungjing, Kabupaten Ciamis dengan ketinggian 312 meter diatas permukaan laut, suhu udara berkisar antara 28-32ºC, kelembaban rata-rata 62-71% dan curah hujan berkisar 22.414 mm/tahun. Luas lahan yang tersedia 130.360 m², terdiri dari 10 ha digunakan untuk kebun rumput, emplasemen 2,1 ha dan sisanya merupakan lahan (area) yang kurang maksimal untuk ditanami sebagai akibat kemiringan tanah yang kurang mendukung. Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Sapi Potong mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian fungsi Dinas di bidang pengujian dan pengembangan perbibitan ternak sapi potong. Dalam menyelenggarakan tugas pokok tersebut , Balai mempunyai fungsi yaitu penyelenggaraan pengkajian bahan petunjuk teknis pengujian dan pengembangan perbibitan ternak sapi potong dan Penyelenggaraan pengujian dan pengembangan perbibitan ternak sapi potong. Jumlah karyawan pada tahun 2013 adalah 49 orang terdiri dari 20 orang PNS dan 29 orang Tenaga Harian Lepas (THL). Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Sapi Potong bertujuan untuk meningkatkan kontribusi Jawa Barat dalam pemenuhan kebutuhan bibit ataupun produk dari ternak sapi potong, sebagai salah satu upaya Jawa Barat dalam mengurangi ketergantungan dari luar provinsi/impor, sekaligus meningkatkan pendapatan bagi peternak melalui pemanfaatan sumberdaya yang tersedia. Bangsa ternak sapi potong yang ada di BPPT Sapi Potong yaitu PO, Rancah, Brahman, Simental, Simpo dan Limpo. Semenjak tahun 2012 pengembangan ternak sapi potong di BPPT Sapi Potong lebih difokuskan pada bangsa PO dan Rancah. Sapi PO ini merupakan plasma nutfah Indonesia yang harus dikembangkan dikarenakan beberapa keunggulan yang dimilikinya. Sedangkan sapi Rancah merupakan sapi asli Jawa Barat yang juga memiliki beberapa keunggulan. Populasi ternak pada akhir tahun 2013 seperti tampak pada tabel dibawah ini. Tabel 8.35. Dinamika Populasi ternak sapi potong di BPPT Sapi Potong Ciamis tahun 2013 Bulan Uraian
JK
Dewasa APBD Dewasa APBN
JT BT JT BT JT BT JT BT JT BT JT BT JT BT
Muda Dara Anak APBD Anak APBN Jumlah Total
Akhir Des 7 46 97 5 4 5 6 20 22 42 45 79 220 299
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agt
Sept
Okt
Nov
Des
7 46 15 97 37 25 15 29 20 22 1 94 220 314
7 42 15 97 36 24 13 27 20 20 1 91 211 302
7 40 15 97 35 21 13 26 19 20 1 89 205 294
7 38 15 97 35 23 13 26 19 16 1 89 201 290
7 37 15 96 41 23 13 26 7 16 1 83 199 282
22 72 96 41 39 13 26 8 2 2 2 86 237 323
22 68 95 41 39 13 25 9 3 3 3 88 233 321
22 68 95 41 36 11 25 11 4 5 3 90 231 321
22 59 95 41 36 11 125 13 6 5 3 92 324 416
22 58 95 39 36 11 125 16 8 7 6 95 328 423
22 58 94 46 42 11 125 25 12 8 3 112 334 446
22 108 93 45 42 11 124 25 15 8 3 111 385 496
Berdasar pada tabel diatas, tampak bahwa populasi ternak pada akhir
tahun 2012
sebanyak 299 ekor dalam setiap bulannya terjadi kenaikan dan penurunan populasi hal ini berkaitan dengan adanya kelahiran, kematian, droping bibit dan
penjualan ternak untuk
memenuhi PAD sehingga pada akhir tahun 2013 jumlah ternak sebanyak 496 ekor, sehingga dengan demikian terdapat kenaikan populasi sebesar 60,28% dikarenakan adanya pengadaan ternak rearing. 1.
Berat Lahir Rataan berat lahir yang ternak di BPPT Sapi Potong Ciamis pada tahun 2013 seperti terlihat pada tabel di bawah ini. Tabel 8.36.
Rataan Berat Lahir Pedet PO di BPPT Sapi Potong Ciamis Tahun 2013 Rataan Berat Lahir (Kg)
No. 1.
Hasil IB
2012 Jantan 25,58
PO
2013 Betina 24,62
jantan 25,59
betina 24,62
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat, terjadi peningkatan berat badan pada rataan berat lahir PO jantan 0,01 antara tahun 2012 dengan 2013, sedangkang untuk ternak betina tetap. 2.
Berat Sapih Rataan berat sapih ternak di BPPT Sapi potong Ciamis tahun 2013 seperti terlihat pada tabel dibawah ini. Tabel 8.37.
Rataan Berat Sapih ternak PO di BPPT Sapi Potong Ciamis Tahun 2013 Rataan Berat Sapih (Kg)
No. 1.
Hasil IB PO
2012 Jantan 124,27
2013 Betina 119,31
Jantan 124,28
Betina 119,33
Dari tabel tersebut diatas menunjukan bahwa rataan berat sapih tahun 2013 terjadi kenaikan 0,01 pada jantan dan 0,02 pada betina jika dibandingkan dengan tahun 2012. 3.
Pola Reproduksi Ternak Model reproduksi ternak di Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Sapi Potong Ciamis, yaitu dengan menggunakan sistem Inseminasi Buatan (IB), sekalipun terdapat 6 (enam) ekor pejantan yang telah ditampung spermanya yaitu 1 ekor Simmental, 1 ekor Brahman, 1 ekor PO dan 3 ekor Rancah, sedangkan jumlah pejantan keseluruhan sebanyak 22 ekor, akan tetapi tidak dilakukan kawin alam. Pejantan yang tersedia tersebut diperuntukkan guna memproduksi semen beku baik untuk dipergunakan sendiri ataupun untuk disebar ke masyarkat khususnya untuk ternak PO dan rancah.
4.
Hijaun Makanan Ternak (HMT) Hijauan Makanan Ternak yang dibudidayakan di Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Sapi Potong Ciamis antara lain African Star Grass dan King Grass var. Taiwan. Luas area yang dipergunakan untuk budidaya hijauan makanan ternak kurang dari 10 Ha. Dengan luasan tersebut, guna mencukupi kebutuhan ternak sapi yang ada di Balai
Pengembangan Perbibitan Ternak Sapi Potong sangat kurang, oleh karena itu diperlukan pasokan hijauan makanan ternak dari luar baik berupa jerami padi ataupun limbah pertanian lainnya. Produksi hijauan pakan ternak (King grass dan Rumput Gajah) di Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Sapi Potong Tahun 2013 mencapai 970.250 kg. Produksi Hijauan Tahun 2013 dapat dilihat pada di bawah ini : Tabel 8.38. Produksi Hijauan di BPPT Sapi Potong Tahun 2013 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Bulan
Produksi Hijauan (kg)
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember Jumlah
115.875 101.000 72.250 84.000 134.625 62.125 73.250 75.500 52.375 24.875 68.375 106.000 970.250
Berdasarkan tabel di atas, terjadinya fluktuasi produksi hijauan setiap bulannya dikarenakan kondisi iklim dari musim hujan ke musim kemarau serta belum optimalnya pemupukan. 5.
Pelayanan Masyarakat Pelayanan masyarakat di BPPT Sapi Potong Ciamis dilaksanakan dalam berbagai kegiatan, yaitu penerimaan kunjungan/tamu, magang peternak, PKL mahasiswa dan siswa, pembinaan kelompok ternak, pelayanan kesehatan hewan dan IB. Kunjungan tahun 2013 yaitu sebanyak 60 kali dengan jumlah sebanyak 738 orang. Rincian kunjungan sebagaimana tampak pada tabel 8.39. terdiri dari berbagai instansi baik dari provinsi maupun kabupaten/kota, Perguruan Tinggi, sekolah dan kelompok ternak. Kunjungan paling banyak adalah dari Kelompok Ternak. Tabel 8.39. Rincian Kunjungan Tamu ke BPPT Sapi Potong Tahun 2013 No.
URAIAN
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat Setda Jabar Dispenda Bappeda Provinsi Jawa Barat Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Jawa Barat Satpol PP Provinsi Jawa Barat Balai Inseminasi Buatan Lembang Balai Pengujian Mutu dan Sertifikasi Pakan Ternak BPMPT Bekasi Dinas Peternakan Kabupaten Ciamis Dinas Peternakan Kabupaten Bandung Barat Dinas Peternakan Kabupaten Bekasi Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Sumedang Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Banjar
Jumlah Kunjungan 8 6 1 2 1 2 1 1 1 7 1 1 1 1
Jumlah Orang 55 19 1 12 3 10 4 2 5 14 6 12 1 4
No.
URAIAN
15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 26. 27.
Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis BP3K Kabupaten Kuniangan Badan Pengelola Lingkungan Hidup Kabupaten Ciamis Universitas Padjadjaran Institut Pertanian Bogor Politeknik Negeri Lampung Balitnak Statistik Ciamis SMK 5 Pangalengan SMAN 1 Baregbeg Ciamis Peternak/Kelompok Peternak Masyarakat/Pribadi/Perusahaan Jumlah
Jumlah Kunjungan 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 4 10 60
Jumlah Orang 6 50 6 17 1 1 5 11 201 59 160 73 738
Sementara kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) siswa dan mahasiswa selama tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 8.40. Tabel 8.40. Kegiatan PKL dan Kunjungan Mahasiswa Tahun 2013 No. 1. 2. 3. 4.
Perguruan Tinggi Universitas Jenderal Soedirman Universitas Padjadjaran Politeknik Negeri Lampung SMKN 1 Lembang Jumlah
Jumlah (orang) 7 7 4 13 31
Kegiatan magang peternak tahun 2013 dilaksanakan dengan jumlah peserta sebanyak 100 orang yang berasal dari 74 kelompok ternak sapi potong, seperti terlihat di tabel di bawah ini. Tabel 8.41. Kegiatan Magang Kelompok Ternak Tahun 2013 No.
Kabupaten
1.
Tasikmalaya
2.
Ciamis
Kelompok Mandala Mekar II Putra Bungsu Tani Makmur Taruna Mukti II Lembu Perkasa Jabir III Cipigan Insan Mandiri Mitra Mandiri Putra Mandiri Guna Karya Tanjung Sari Sinar Mulya Pioner Mukti Sari Tunas Harapan Putra Kembar Tanjung Sari Sinar Mulya Karang Mulya Bungur Mekar Karya Mukti Sauyunan RPH Rukun
Jumlah Peserta (Orang) 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1
No.
Kabupaten
3.
Indramayu
4.
Cianjur
5
Subang
6.
Banjar
7.
Garut
8.
Sumedang
9.
Purwakarta
10.
Bandung
11.
Sukabumi
12.
Cirebon
14. 15.
Bekasi Majalengka Jumlah
Kelompok Tunggal Rasa Sub Tunas Muda Mekar Mulya Lembu Wana Bakti Mekarwaru Jaya Aci Kacang Laksana Mekar Tani Mukti Singa Jaya Citra Mandiri Babakan Dewon II Babakan Dewon I Mulya Jaya Cipta Mandiri Mandiri Tunas Karya Jaya Makmur Farm Mulya Lestari Mekar Mandiri Kalang Sari Pesat I Fawwa II Sugih Mukti Simpay Barokah Simpay Wargi Rimba Mekar Gunung Parang I Gunung Parang III Gunung Parang IV Gunung Parang V Gunung Parang II Girimanik Sabilulungan Mekar Mukti Bina Laksana Poktan Harapan Pasir Karining II Tani Mukti Jaya Zabal Falaq Harapan Tani Jaya Motekar Sugih Jaya At-taqwa Padusan Makmur Jaya Halimpu Jaya Cibadak I Uptd Bppt Muncang Poek
Jumlah Peserta (Orang) 2 2 1 3 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 2 2 2 1 2 1 2 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 2 5 1 4 100
8.5.
BALAI PENGUJIAN MUTU PAKAN TERNAK (BPMPT) CIKOLE LEMBANG Balai Pengujian Mutu Pakan Ternak (BPMPT) Cikole Lembang merupakan salah satu UPTD Lingkup Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat yang berlokasi di Jl. Raya Tangkuban Perahu KM 22 Cikole Lembang. Berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 113 Tahun 2009 BPMPT Cikole Lembang memiliki kewenangan dalam melaksanakan pengujian mutu pakan ternak. Fasilitas yang dimiliki BPMPT Cikole meliputi tanah seluas 1300 m² yang dipergunakan untuk bangunan kantor seluas 176m² serta laboratorium seluas 80m², peralatan laboratorium untuk pengujian proksimat serta mineral kalsium dan fosfor. Jenis pengujian meliputi analisa proksimat yang terdiri dari analisa kadar air, analisa kadar abu, analisa kadar protein kasar (PK), analisa kadar lemak kasar (LK), analisa serat kasar (SK), pengujian mineral untuk kadar kalsium (Ca) dan kadar fosfor (P), analisa gross energi (GE) serta analisa Aflatoksin (AF) dalam pakan ternak. Kegiatan pengujian mutu pakan yang dilaksanakan oleh BPMPT Cikole merupakan kegiatan pelayanan dalam mewujudkan pencapaian tujuan pembangunan peternakan Provinsi Jawa Barat, yang diantaranya adalah meningkatkan jaminan mutu produksi peternakan yang aman-sehat-utuh dan halal serta meningkatkan perlindungan sumber daya peternakan yaitu melalui pengujian mutu pakan ternak yang beredar di pasaran. Kegiatan ini sekaligus membantu dalam pelaksanaan Peraturan Daerah No. 14 Tahun 2011 tentang Retribusi Daerah. Pelayanan pengujian mutu pakan ternak dilaksanakan melalui kegiatan aktif servis dan pasif servis. 1.
Aktif servis yaitu kegiatan yang dilaksanakan secara terencana sebagai bentuk pelayanan publik dan sosialisasi pengujian mutu pakan, juga sebagai penunjang pengawasan dan pengendalian mutu pakan yang beredar melalui kegiatan pengambilan sampel pakan yang berasal dari produsen pakan ternak skala kecil, UPTD di lingkungan Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, KUD sapi perah serta konsumen/masyarakat yang berkecimpung dalam dunia peternakan di 26 kabupaten/kota di Jawa Barat untuk kemudian dilakukan analisa secara laboratoris. Terhadap sampel aktif servis dilakukan analisa kadar air dan kadar protein kasar.
2.
Pasif servis yaitu kegiatan penerimaan sampel pakan dari produsen pakan ternak skala kecil,
distributor
pakan
ternak/bahan
baku
pakan,
konsumen/masyarakat
yang
berkecimpung dalam dunia peternakan. Pelayanan pengujian mutu pakan ternak di BPMPT Cikole selama tahun 2012 dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 8.42. Jumlah Sampel Pakan Pelayanan Aktif Servis dan Pasif Servis di BPMPT Cikole Tahun 2013 Jenis Pelayanan 1. Aktif Servis 2. Pasif Servis Jumlah (∑)
No.
1
2
3
4
Jumlah Sampel Bulan ke 5 6 7 8
9
10
11
12
∑
1
27
105
68
37
97
113
17
84
64
63
33
709
13
13
11
9
21
33
10
8
16
23
8
26
191
14
40
116
77
58
130
123
25
100
87
71
59
900
Perbandingan antara sampel aktif dan sampel pasif di BPMPT Cikole adalah 78,78% : 21,22% yang menunjukkan bahwa jumlah sampel pasif lebih sedikit dari pada sampel aktif. Ada beberapa hal yang dapat disimpulkan dari data tersebut, yaitu : 1.
Masih rendahnya partisipasi produsen pakan ternak skala kecil untuk memeriksakan pakan ternak yang diproduksi, hal ini karena anggapan bahwa biaya pengujian mutu pakan relatif cukup tinggi yang mana jika pengujian dilakukan maka akan menambah biaya produksi yang berakibat tingginya harga pakan ternak yang dijual.
2.
Masih rendahnya kesadaran masyarakat peternakan akan pentingnya pengujian mutu pakan ternak.
3.
Belum terakreditasinya laboratorium BPMPT Cikole sehingga produsen pakan skala besar dalam melakukan sertifikasi produknya tidak memeriksakan produknya akibat adanya aturan yang mengharuskan pengujian mutu pakan dilakukan di laboratorium yang sudah terakreditasi. Namun demikian hal ini tidak mengurangi tingkat kepercayaan terhadap keakuratan hasil pengujian di laboratorium BPMPT Cikole. Saat ini BPMPT Cikole melakukan persiapan dan pembenahan sistem manajemen untuk akreditasi laboratorium sehingga diharapkan pada tahun 2013 BPMPT Cikole dapat mengajukan proses akreditasi ke KAN.
Jenis dan jumlah sampel pakan yang diuji di BPMPT Cikole selama tahun 2013 dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 8.43. Jenis dan Jumlah Sampel Pakan Pelayanan Aktif Servis yang diuji di BPMPT Cikole Tahun 2013 No.
Jenis Sampel
Jumlah Sampel
Jenis Pengujian Air
Abu
PK
LK
SK
Ca
P
1.
Konsentrat sapi perah
102
75
70
101
67
68
69
68
2.
Konsentrat sapi potong
59
55
-
57
5
2
2
55
3.
Konsentrat domba/kambing
4.
Pakan ayam
5.
Pakan itik dan bebek
6.
Pakan ikan
3
3
-
3
7.
Hijauan
68
33
5
38
8.
Dedak
69
59
55
59
35
31
8
7
7
-
12
12
-
9.
Jagung
10.
Tepung Ikan
11.
Pollard
12.
Bungkil
13.
Ampas Tahu
14.
4
4
-
4
-
-
-
-
171
146
5
147
5
5
5
5
18
18
3
18
3
3
3
3
-
-
-
-
5
40
-
-
55
55
55
55
31
8
8
8
8
7 12
-
-
-
-
-
-
-
-
26
26
-
26
-
-
-
-
11
1
11
1
1
1
1
Lain-lain
11 124
45
-
46
-
-
2
1
Jumlah
709
419
153
455
154
187
176
152
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 709 sampel aktif servis terdapat dua jenis konsentrat/pakan yang menduduki peringkat jumlah terbanyak dalam pengujian yaitu konsentrat Sapi Perah 102 sampel (14.39%), pakan ayam 171 sampel (24.12%) Konsentrat Sapi Potong 59 Sampel (8,32%), Pakan Itik/Bebek 18 Sampel (2,54%), Konsentrat
Domba/Kambing 4 Sampel (0.56%), Pakan Ikan 3 Sampel (0.43%), Hijauan 68 Sampel (9,59%), Dedak 69 Sampel (9,73%), Jagung 35 Sampel (4,93%), Tepung Ikan 7 Sampel (0,98%), Pollard 12 Sampel (1.69%), Bungkil 26 Sampel (3,67%), Ampas tahu 11 (1,55%) dan Sampel Lain-lain seperti Mineral, Susu BS, Gaplek, Kerang dan Lain-lain Sebanyak 124 Sampel (17,49%). Tabel 8.44.
Jenis dan Jumlah Sampel Pakan Pelayanan Pasif Servis yang diuji di BPMPT Cikole Tahun 2013
No.
Jenis Sampel
Jumlah Sampel
Jenis Pengujian Air
Abu
PK
LK
SK
Ca
P
GE
AF 2
1.
Konsentrat sapi perah
29
16
13
17
12
12
11
11
6
2.
Konsentrat sapi potong
8
8
8
8
8
8
7
7
4
1
3.
Pakan ayam
2
-
-
-
-
-
-
-
-
2
4.
Pakan ikan
6
6
6
-
6
6
-
-
-
-
5.
Hijauan
48
30
29
30
30
29
27
27
12
-
6.
Dedak
12
11
9
11
9
9
9
9
-
-
7.
Jagung
13
11
8
13
8
8
8
8
1
-
8.
Bungkil kelapa
13
9
2
10
2
2
2
2
-
1
9.
Tepung ikan
15
15
1
15
1
1
1
1
-
-
10.
Pollard
-
11.
Lain-lain Jumlah
7
6
3
7
4
4
4
3
1
38
38
23
38
23
23
7
7
2
-
191
191
82
191
73
80
33
33
13
5
Adapun hasil pengujian kadar protein kasar terhadap sampel pakan yang diuji di BPMPT Cikole selama tahun 2013 dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 8.45. Hasil Pengujian Kadar Protein Kasar Pada Sampel Pakan di BPMPT Cikole Tahun 2013 No.
Jenis Sampel
Hasil Pengujian Kadar Hasil SNI Rataan paling (min) rendah 10.61 14 2.45
Protein Kasar (%) Hasil Tak Sesua paling Sesuai i SNI tinggi SNI 21.27 21 97
1.
Konsentrat sapi perah
2.
Konsentrat sapi potong
11.71
13
4.81
35.54
11
34
3.
Konsentrat domba dan kambing
10.44
-
8.27
16.94
-
-
4.
Pakan ayam
36.68
14
7.24
36.75
51
17
5.
Pakan itik
17.00
14
5.31
85.79
7
10
6.
Pakan ikan
16.24
-
14.62
20.08
-
-
7.
Dedak
11.25
8 - 12
3.76
30.61
25
46
8.
Tepung Jagung
8.68
7,5
1.35
16.72
38
14
9.
Tepung Ikan
40.55
45 - 65
3,41
62,17
3
5
Berdasarkan data tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa untuk konsentrat sapi perah dari 131 sampel yang diuji terdapat 21 sampel (16,03%) yang sudah memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI), begitu pula dengan konsentrat sapi potong dari 49 sampel yang diuji terdapat 11 sampel (22.45,00%) yang memenuhi SNI, hal ini menandakan bahwa pakan yang beredar masih banyak yang memiliki kualitas rendah. Hal ini dikarenakan konsentrat sapi perah
dan konsentrat sapi potong diproduksi oleh produsen pakan skala kecil yang mana proses kontrol mutu pakan oleh produsen belum dilaksanakan secara reguler. Pakan ayam yang diuji sebanyak 70 sampel, 51 sampel (72.85%) memenuhi SNI dikarenakan pakan ayam sudah banyak diproduksi oleh produsen skala besar yang telah menerapkan sistem kontrol mutu yang dilaksanakan secara reguler. Sedangkan untuk pakan itik dari 18 sampel yang diuji sebanyak 7 sampel (38.89%) memenuhi SNI. Saat ini produsen pakan skala besar sudah ada yang memproduksi pakan itik sehingga kualitas pakan itik yang beredar sudah mulai meningkat. Kegiatan lainnya yang dilaksanakan oleh BPMPT Cikole adalah koordinasi dengan Bidang Produksi Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat mengenai peredaran pakan di Jawa Barat serta sebagai tempat pelatihan/magang bagi siswa/mahasiswa SMK analis Kimia dan Perguruan Tinggi, juga sebagai tempat studi banding bagi laboratorium pakan daerah.
8.6.
BALAI
PENGUJIAN
DAN
PENYIDIKAN
PENYAKIT
HEWAN
DAN
KESEHATAN
MASYARAKAT VETERINER CIKOLE LEMBANG Balai Pengujian dan Penyidikan Penyakit Hewan dan Kesmavet Cikole adalah salah satu UPTD Lingkup Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat sesuai dengan Perda No 113 Tahun 2009, mempunyai kewenangan melaksanakan pengujian dan penyidikan penyakit hewan dan pangan asal hewan antar kabupaten/kota. Berdasarkan Keputusan Gubernur Jawa Barat No. 51 tahun 2010, pelaksanaan kegiatan pelayanan di Balai Pengujian dan Penyidikan Penyakit Hewan dan Kesmavet (BP3HK) didukung oleh empat Sub Unit Pelayanan yaitu: 1.
Sub Unit Pelayanan Laboratorium Kesehatan Hewan Losari, Kabupaten Cirebon
2.
Sub Unit Pelayanan Pos Pemeriksaan Hewan Losari, Kabupaten Cirebon
3.
Sub Unit Pelayanan Pos Pemeriksaan Hewan Banjar, Kota Banjar
4.
Sub Unit Pelayanan Pos Pemeriksaan Hewan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor Fasilitas yang dimiliki meliputi bangunan kantor dan laboratorium seluas 430 m2,
peralatan laboratorium untuk pengujian parasitologi, patologi, virology, serologi, histopatologi, bakteriologi, jamur dan kapang, hematologi, cemaran mikroba, residu antibiotika, kualitas pangan asal hewan (daging, telur, susu) dan ruangan pengujian PCR dengan standar Laboratorium Biosafety Level 2. Selain itu semenjak dilaksanakan serah terima bangunan laboratorium susu yang sebelumnya dikelola oleh UPTD BPPT Sapi Perah dan HMT Cikole mulai akhir tahun 2010 atau awal tahun 2011 pengelolaannya diserahkan kepada BP3HK Cikole lembang yang digunakan untuk pengujian parasitologi dan hematologi, namun rencananya akan diserahkan kembali dan dikelola oleh UPTD BPPT Sapi Perah dan HMT Cikole setelah laboratorium pindah ke bangunan baru yang menyatu dengan Rumah Sakit Hewan Jawa Barat. Kemampuan pengujian meliputi pengujian patologi, bakteriologi, parasitologi, serologi, hematologi, cemaran mikroba, residu antibiotika, mikologi, beberapa virologi dan bakteriologi dengan teknik ELISA dan pengujian Avian Influenza metode Polymerase Chain Reaction (PCR) real time. Sub Unit Pelayanan Laboratorium Kesehatan Hewan Losari Kabupaten Cirebon dilengkapi dengan fasilitas pengujian untuk parasit, serologi, patologi anatomi dan bakteria 2
serta bangunan kantor dan laboratorium baru seluas 330 m dan 1 unit kendaraan operasional kendaraan roda empat, namun sudah tidak layik pakai serta 1 unit kendaraan operasional roda dua 1 unit. Sub Unit Pelayanan Pos Pemeriksaan Hewan Losari dibangun diatas tanah seluas 6.000 M2, dilengkapi dengan sarana pemeriksaan hewan/ternak, area parkir, kandang isolasi, 2
bangunan kantor seluas 250 m , rumah dinas karyawan tipe 36 sebanyak dua unit, 1 (satu) unit kendaraan operasional roda empat dan 2 (dua) unit kendaraan operasional kendaraan roda dua dan musholla. Sub Unit Pelayanan Pos Pemeriksaan Hewan Banjar dilengkapi dengan sarana yang terbatas, yaitu sarana pemeriksaan hewan, bangunan kantor seluas 50 m2, satu unit kendaraan operasional roda empat, satu unit kendaraan operasional roda dua dan kandang isolasi
sederhana. Pada tahun 2013 telah dilaksanakan pengurugan tanah melalui Kegiatan Relokasi SUP Pos Pemeriksaan Kesehatan Hewan Banjar dan pada tahun 2014 akan dilaksanakan 2
pembangunan fasilitas Pos Pemeriksaan Hewan baru diatas lahan seluas 9.557 M . Sub Unit Pelayanan
Pos Pemeriksaan Hewan Gunung Sindur Kabupaten Bogor,
dilengkapi dengan sarana pemeriksaan hewan, sarana laboratorium dan
bangunan kantor
2
seluas 500 M dilengkapi satu unit kendaraan operasional roda dua. BP3HK Cikole pada Tahun Anggaran 2013 mengemban tugas untuk melaksanakan pembangunan Rumah Sakit Hewan (RSH) Provinsi Jawa Barat yang sedianya dijadwalkan pada tahun 2012 yang dibiayai dari APBD Provinsi Jawa Barat dalam DPA Kegiatan Pembangunan Rumah Sakit Hewan Provinsi Jawa Barat senilai Rp. 6.500.000.000,- (Enam Milyar Lima Ratus Juta Rupiah). Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 1 Tahun 2008 dan Peraturan Gubernur Nomor 58 Tahun 2011, tidak diperkenankan menambah kawasan wilayah terbangun (KWT) dan hanya diperkenankan renovasi vertikal bangunan yang sudah ada tanpa menambah luasan terbangun. Adapun rencana lokasi pembangunan RSH Provinsi Jawa Barat semula di tanah milik Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat yang telah diserahterimakan kepada Dinas Peternakan berdasarkan Berita Acara Serah Terima Nomor 593/07/PBD, tanggal 21 Pebruari 2012 dan Surat Pernyataan Aset Pemerintah Provinsi Jawa Barat Nomor 591/21/PBD, tanggal 21 Pebruari 2012. Tanah seluas 8.000 m2 terletak di Jalan tangkuban Perahu km 22, Nomor 89, Cikole – Lembang. Pelaksanaan kegiatan dievaluasi setiap tahun dengan tolok ukur sebagai berikut : 1.
Peningkatan jumlah sampel (pasif dan aktif) yang diuji.
2.
Jumlah ternak dan bahan asal hewan yang diperiksa di Pos Pemeriksaan Hewan.
3.
Terlaksananya surveillans penyakit hewan menular.
4.
Pengawasan residu pada pangan asal hewan melalui pelayanan aktif.
5.
Peningkatan peran serta masyarakat yang ditandai dengan meningkatnya pelayanan pasif dan pelayanan semi aktif.
6.
Bertambahnya kemampuan pengujian.
1.
Pelayanan Pengujian dan Penyidikan Penyakit Hewan dan Obat hewan Pelayanan Pengujian dan Penyidikan penyakit hewan dilaksanakan secara terencana melalui kegiatan pelayanan aktif di 26 Kabupaten/Kota dan pelayanan pasif. Pelayanan aktif berupa : A.
Pengambilan sampel untuk pengujian.
B.
Pengujian (lapangan, laboratorium).
C.
Analisa hasil pengujian.
D.
Memberikan
saran/rekomendasi
kepada
Dinas
yang
membidangi
peternakan di Kabupaten/Kota tentang tindakan yang dilaksanakan. Jenis pengujian yang telah dilaksanakan meliputi : A.
PA dan Histopatologi.
B.
Identifikasi endoparasit, ektoparasit dan parasit darah.
C.
Identifikasi Bakteri.
fungsi
D.
MRT, RBT dan Elisa untuk Brucellosis.
E.
HA dan HI Test ND dan AI.
F.
PCR (Polymerase Chain Reaction) AI.
G.
Rapid Test AI.
H.
Mycoplasma Test (Aglutinasi cepat).
I.
Toxoplasma Test.
J.
Pengujian Kimia darah.
K.
Pengujian Hematologi umum dan Toksikologi.
L.
Identifikasi Kapang dan Yeast/Ragi.
M.
IBR, IBD dan AI Test dengan Elisa.
N.
Mastitis Test, SCC (Somatic Cell Count).
Adapun kasus-kasus penyakit hewan yang ditemukan berdasarkan data hasil pengujian laboratorium di BP3HK dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 8.46. Kasus Penyakit Hewan Hasil Pengujian di Balai Pengujian dan Penyidikan Penyakit Hewan dan Kesmavet dan Sub Unit Pelayanan Laboratorium Kesehatan Hewan Losari Tahun 2012 – 2013 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29.
Jenis Kasus Penyakit Brucellosis (RBT) Brucellosis (Elisa) MRT Helmintiasis Toxoplasmosis Staphylococcosis Anaplasma Teleria sp. Infectious Bovine Rhinotracheitis (IBR) Avian Influenza (AI) Avian Influenza (Serologi AI) CRD Komplex New Castle Disease (ND) Salmonellosis Haemo pylus sp. Pasteurella sp Coryne Bakterium sp. Micro coccus sp Clostridium sp Ketosis IBD IBR (Ambigous) Scabies E. Coli Psedomonas Leucocytozoon Streptococcus Mycoplasma Galisepticum Coliform
Jumlah Kasus Penyakit 2012 2013 282 56 127 19 7 11 1 8 24 23 3 2 28 208 187 42 31 17 8 3 12 42 24 8 2 11 7 2 1
No. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39.
Jumlah Kasus Penyakit 2012 2013 3 1 2 11 3 2 2 3 -
Jenis Kasus Penyakit Shigella sp Pneumonia Demodex canis Aspergillus niger Enterobacter sp intoksikasi Equine Piroplasmosis Bronchitis Pullorum Trypanosoma
2 9 -
Dari tabel diatas disimpulkan bahwa tahun 2013 masih ditemukan reaktor Brucellosis (56 kasus), konfirmasi HPAI dengan uji PCR (208 kasus) dan kejadian/infestasi parasit darah Theileria sp (3 kasus), terjadi kenaikan uji PCR sejak diberlakukan aturan baru bahwa pengiriman DOC antar pulau yang melewati karantian harus dilakukan secara PCR AI, dan terjadi kenaikan kasus AI terutama di Kabupaten Indramayu. Selain itu ditemukan pula
adanya
penyakit
bakterial
seperti
Saphylococcus
sp,
Streptococcus
sp,
Mycobacterium sp, Clostridium sp, Pasteurella sp. dengan intensitas kejadian relatif rendah. 2.
Pengujian dan Penyidikan Kesehatan Masyarakat Veteriner Pelayanan Pengujian dan Penyidikan Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet) dilaksanakan secara terencana di RPH, RPA, pasar tradisional, supermarket, peternak sapi perah dan koperasi persusuan di 27 kabupaten/kota serta pelayanan pasif. Pelayanan aktif berupa : A.
Kegiatan pengambilan sampel
B.
Pengujian sampel
C.
Analisa hasil
D.
Rekomendasi hasil kepada Dinas yang membidangi fungsi peternakan di Kabupaten/Kota Jenis pengujian yang dilaksanakan adalah :
A.
Pemeriksaan kualitas daging, telur dan susu serta hasil olahan
B.
Pemeriksaan cemaran mikroba dengan identifikasi bakteri : Salmonella sp, E.coli, Coliform, Staphylococcus dan Listeria monocytogenes
C.
Pemeriksaan residu antiobitika kualitatif
D.
Pemeriksaan pemalsuan daging bangkai
E.
Pemeriksaan formalin dan boraks pada pangan asal hewan
F.
Pemeriksaan identifikasi spesies daging dengan metode ELISA Tujuan dari penyidikan kesmavet adalah untuk mengetahui keamanan bahan asal
hewan agar layak untuk dikonsumsi dan tidak membahayakan kesehatan manusia sehingga tercapai kriteria HAUS (halal, aman, utuh dan sehat).
Adapun jenis dan jumlah sampel pangan asal hewan yang diuji di BP3HK selama tahun 2013 dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 8.47. Jenis dan Jumlah Sampel Pangan Asal Hewan yang diuji di Balai Pengujian dan Penyidikan Penyakit Hewan dan Kesmavet Tahun 2013 Jenis dan Jumlah Sampel Daging No.
Lokasi Ayam
Sapi
Domba Kambing
Susu
Produk Produk non Pangan Jumlah Telur Pangan Asal Sampel Asal Hewan Hewan 5 38
1.
Bandung
3
8
-
-
22
2.
Bandung Barat
-
-
-
-
100
-
-
-
100
3.
Kota Bandung
11
-
-
-
-
-
-
-
11
4.
Kota Cimahi
-
-
-
-
-
-
-
-
-
5.
Garut
1
162
-
-
-
-
-
-
163
6.
Sumedang
29
69
-
-
22
27
14
-
161
7.
Tasikmalaya
1
-
-
-
-
-
-
-
1
8.
Kota Tasikmalaya
13
-
-
-
-
11
-
24 42
9.
Kota Banjar
15
10
-
-
-
10
7
-
10.
Ciamis
-
-
-
-
-
-
-
-
-
11.
Kuningan
-
-
-
-
-
-
2
-
2
12.
Cirebon
-
-
-
-
-
-
-
5
-
13.
Kota Cirebon
-
-
-
-
-
-
-
-
-
14.
Indramayu
15
30
4
1
36
-
-
86
15.
Majalengka
15
15
-
-
-
10
7
-
47
16.
Subang
1
2
1
-
-
1
-
-
5
17.
Purwakarta
28
-
-
-
-
-
-
-
28
18.
Cianjur
15
10
-
-
5
10
-
40
19.
Sukabumi
70
40
-
-
80
20
10
-
220
20.
Kota Sukabumi
54
18
-
-
-
-
-
-
72
21.
Kab. Bogor
-
-
-
-
-
-
-
-
-
22.
Kota Bogor
-
-
-
-
-
-
-
-
-
23.
Karawang
-
22
-
-
-
7
-
-
29
24.
Bekasi
-
-
-
-
-
-
-
-
-
25.
Kota Bekasi
1
-
-
-
-
-
-
-
1
26.
Kota Depok
-
-
-
-
-
-
-
-
-
27.
Pangandaran
-
-
-
-
-
-
-
-
-
272
386
5
1
224
121
61
5
1.075
JUMLAH
Untuk hasil pengujian cemaran Mikroba di Balai Pengujian dan Penyidikan Penyakit Hewan dan Kesmavet Tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 8.48. Tabel 8.48. Hasil Pengujian Residu Antibiotika Kualitatif (bioassay) di Balai Pengujian dan Penyidikan Penyakit Hewan dan Kesmavet Tahun 2013 No. 1. 2. 3. 4.
Jenis Sampel Daging Telur Susu Produk Olahan BAH Jumlah
Jumlah Sampel 98 12 40 11 161
Hasil Pengujian (diatas Batas Maksimum Residu) Peniciline Erytrhomycine Kanamycine Tetracycline 4 1 5 1 1 11 1 10 2 12
Tabel diatas menunjukkan bahwa : A.
Dari 98 sampel daging yang diuji Residu Antibiotika Bioassay terdapat 4 sampel (4,08%) positif mengandung Peniciline dan 1 sampel (1,02%) positif mengandung Kanamycine.
B.
Dari 12 sampel telur yang diuji Residu Antibiotika Bioassay terdapat 5 sampel (41,67%) positif mengandung Peniciline dan 1 sampel (8,33%) positif mengandung Kanamycine dan 1 sampel (8,33%) positif mengandung Tetracyline.
C.
Dari 40 sampel susu yang diuji Residu Antibiotika Bioassay terdapat 11 sampel (27,50%) positif mengandung Tetracyline.
D.
Dari 11 sampel produk olahan Pangan Asal Hewan yang diuji Residu Antibiotika Bioassay terdapat 1 sampel (9,09%) positif mengandung Peniciline.
3.
Pelayanan Pemeriksaan Kesehatan Hewan Pelayanan pemeriksaan kesehatan hewan dilaksanakan di Sub Unit Pelayanan Pos Pemeriksaan Hewan Losari dan Sub Unit Pelayanan Pos Pemeriksaan Hewan Banjar
dan Sub Unit Pelayanan Pos Pemeriksaan Hewan Gunung Sindur terhadap
semua hewan/ternak yang masuk, keluar atau melalui wilayah Jawa Barat. Urutan pemeriksaan adalah sebagai berikut : A.
Penelitian SKKH dari daerah asal
B.
Pemeriksaan klinis
C.
Tindakan penyemprotan desinfektan
D.
Isolasi serta pengobatan terhadap hewan/ternak
yang berdasarkan hasil
pemeriksaan mengidap penyakit atau diduga menderita suatu penyakit. Sehubungan dengan pernah maraknya kasus penyakit hewan Anthrax di Jawa Tengah pada pertengahan tahun 2011, maka sejak saat itu Sub Unit Pelayanan Pos Pemeriksaan Hewan Losari dan Sub Unit Pelayanan Pos Pemeriksaan Banjar melaksanakan memperketat penertiban dan pengawasan lalu lintas hewan/ternak dan bahan
asal
hewan/BAH
(daging,
susu,
telur,
kulit
dan
olahannya)
yang
memasuki/melewati wilayah Jawa Barat dari wilayah timur yang bekerjasama dengan aparat Polsek setempat. Kegiatan yang dilakukan antara lain menggiring kendaraan pengangkut ternak dari Jawa Tengah dan Jawa Timur kemudian dilaksanakan pemeriksaan yang lebih intensif lagi terhadap hewan rentan penyakit anthrax terutama yang berasal dari kabupaten/kota yang terkena wabah anthrax dan wilayah sekitarnya, selain itu dilaksanakan pengambilan sampel ulas darah dan pemeriksaan sampel. Sub Unit Pelayanan Pos Pemeriksaan Hewan Gunung Sindur yang mulai operasional sejak tahun 2011 melaksanakan Kegiatan Pemeriksaan Ternak dan bekerjasama dengan aparat polsek
Gunung Sindur dalam menggiring kendaraan
pengangkut ternak dan Bahan Asal Hewan untuk melewati Sub Unit Pelayanan Pos Pemeriksaan Hewan Gunung Sindur dan melaksanakan pemeriksaan terhadap semua hewan/ternak yang masuk, keluar atau melalui wilayah Jawa Barat.
Dalam rangka pengendalian penyakit hewan menular terutama penyakit Anthrax dimana beberapa kabupaten di Jawa Barat merupakan daerah endemis Anthrax, Balai Pengujian dan Penyidikan Penyakit Hewan dan Kesmavet Cikole bersama-sama dengan Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat (Bidang kesehatan Hewan dan Kesmavet) melaksanakan monitoring pemeriksaan hewan qurban di kabupaten/kota endemis Anthrax. Hasil monitoring dan pemeriksaan hewan qurban tahun 2013 tidak ditemukan reaktor Anthrax pada hewan qurban yang diperiksa.
Kasus yang
ditemukan pada
pemeriksaan hewan kurban tahun 2013 adalah : A.
Luka atau ulcer pada ternak besar
B.
Kemerahan pada kornea mata (pink eye)
C.
Orf pada domba
D.
Parasit cacing
A.
Kegiatan Pengamatan Brucellosis Program penanggulangan Brucellosis pada sapi perah di Jawa Barat dilaksanakan setiap tahun dengan pengambilan sampel darah dan susu untuk mengetahui adanya reaktor positif. sebanyak 6.066
Pada tahun 2013 telah diperiksa darah
sampel, terjadi penurunan jumlah pemeriksaan sampel darah
untuk uji RBT dibandingkan dengan tahun 2012 yaitu sebanyak 17.482 sampel (65,30%) dan selisih sampel susu dari tahun 2012 dan 2013 adalah 23 sampel atau 40,35%. Hal ini disebabkan adanya kebijakan pembatasan pemotongan sapi dan kerbau betina produktif dalam menunjang program swasembada daging sapi dan kerbau sehingga ternak yang dilalulintaskan menjadi berkurang. Hasil pengujian adalah sebagai berikut : a.
Positif MRT sebanyak 29 dari 32 sampel (90,62%)
b.
Positif RBT sebanyak sampel 41 dari 6.099 sampel (0,67%)
c.
Positif ELISA Brucellosis adalah 21 dari 41 sampel sehingga presentase positif Elisa terhadap RBT Positif adalah (51,22%).
B.
Pengujian Avian Influenza (AI) Selama tahun 2013 telah dilakukan pengujian terhadap sampel berbagai jenis unggas untuk mendeteksi dan mendiagnosa kasus penyakit Avian Influenza dari 27 kabupaten/kota di Jawa Barat. Pengujian yang dilakukan meliputi : a.
Pengujian cepat (rapid tes) di lapangan.
b.
Pengujian serologis dengan HA/HI test, bertujuan untuk : -
Diagnosa kasus AI dengan melihat titer antibodi serum unggas yang berasal dari lokasi kasus.
-
Uji seromonitoring terhadap serum unggas pada kelompok unggas yang divaksinasi, untuk mengetahui tingkat keberhasilan program vaksinasi pada sektor perunggasan komersial (sektor 1, 2 dan 3).
c.
Realtime PCR (Polymerase Chain Reaction), uji diagnostik untuk konfirmasi virus AI pada sampel ulas trachea atau ulas cloaca dengan tingkat sensitivitas pengujian yang tinggi.
Hasil pengujian AI di Balai Pengujian dan Penyidikan Penyakit Hewan dan Kesmavet dan
Sub Unit Pelayanan Laboratorium Kesehatan Hewan
Losari
Tahun 2013 dapat dilihat pada Lampiran 7. Dari Lampiran 7 dapat dilihat bahwa hasil sero monitoring penyakit AI selama tahun 2013 pada 6.216 sampel ditemukan 67,33% dibandingkan pada tahun 2012 sebanyak 80,06 % titer antibodi protektif pada ayam ras, 87,06 % titer protektif pada ayam buras dan 32,98 % pada unggas air. Data tersebut juga menunjukkan bahwa vaksinasi yang dilaksanakan pada ayam buras dan unggas air belum memberikan kekebalan yang protektif (minimal 70%). C.
Pengujian Pullorum Sesuai dengan SK. Dirjen Peternakan No. 274/KPTS/DJP/ Deptan/1980 tentang Syarat-syarat Teknis pada Perusahaan Peternakan Ayam Bibit pasal 12 dan 14, setiap perusahaan ayam bibit (breeding farm) harus bebas dari kasus penyakit Pullorum. Pengujian Pullorum dilaksanakan BP3HK Cikole bekerja sama dengan Dinas Peternakan atau Dinas yang membidangi fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten/Kota dimana lokasi breeding farm berada. Hasil pengujian Pullorum tahun 2013 semuanya menunjukkan hasil negatif pullorum. Data Pengujian Pullorum terdapat pada Lampiran 8.
4.
Pengawasan Keluar Masuk Ternak Melalui Pos Pemeriksaan Hewan Kegiatan yang dilaksanakan berupa pemeriksaan kesehatan hewan dan PAH yang akan masuk, melalui atau keluar Jawa Barat di perbatasan antar provinsi. Hasil pemeriksaan pada tahun 2013 dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 8.49. Data Lalu lintas Ternak dan Bahan Asal Hewan Tahun 2010-2013 di SUP Pos Pemeriksaan Hewan Losari No.
Jenis Ternak
Satuan
CP. Losari 2010
Kenaikan
2011
2012
2013
1.
Ternak Besar
Ekor
156.679
500.897
486.716
364.261
(25,16)
2.
Ternak Kecil + Babi
Ekor
331.728
444.308
423.598
356.061
(15,94)
4.
Unggas
Ekor
6.621.245
5.818.527
5.457.986
5.530.750
1,33
5.
DOC
Ekor
402.581
1.424.260
1.207.501
551.081
(54,36)
6.
Anjing
Ekor
269
163
213
78
(63,38)
7.
Daging
Kg
1.550
200
130
250
92,31
8.
Telur
Kg
100.378.698
116.651.091
7.590.931
195.797.742
2.479,36
Rata- Rata Kenaikan ( % )
(%)
301,77
Grafik :
Lalulintas Ternak Dan PAH Di SUP Pos Pemeriksaan Hewan Losari 2013
Keterangan: Data berdasar kan jumlah Kendaraan pengangkut ternak/BAH
Tabel 8.50.
Data Lalu lintas Ternak dan Bahan Asal Hewan Tahun 2010-2013 di SUP Pos Pemeriksaan Hewan Banjar
No.
Jenis Ternak
Satuan Ekor
2010
71.046
(%) (22,31)
73.730
52.525
(28,76)
1.335.247
1.753.094
31,29
Ternak Besar
2.
Ternak Kecil + Babi
Ekor
58.332
72.373
4.
Unggas
Ekor
765.465
1.508.194
5.
DOC
Ekor
5.917.512
7.387.751
8.388.914
10.594.954
26,30
6.
Anjing
Ekor
1.835
7
0,1
16
15.900
7.
Telur
13.090.842
16.763.067
19.886.539
22.849.600
14,90
3.721.984
4.415.154
18,62
Rata- Rata Kenaikan ( % )
96.552
Kenaikan 2013
1.
Kg
56.935
CP. Banjar 2011 2012 91.445
Grafik : Grafik lalulintas Ternak dan PAH di SUP Pos Pemeriksaan Hewan Banjar
Keterangan: Data berdasarkan jumlah Kendaraan pengangkut ternak/BAH
5.
Surveilans Akreditasi Pengujian Penyakit Hewan dan Bahan Asal Hewan Balai Pengujian dan Penyidikan Penyakit Hewan dan Kesmavet secara resmi telah mendapatkan status akreditasi terhadap 8 jenis pengujian dengan Surat Keputusan Akreditasi dari Komite Akreditasi Nasional (KAN) Nomor : 2261.a/3.a2/LP/09/06 tanggal 29 September 2006.Jenis pengujian yang telah terakreditasi meliputi : A.
Milk Ring Test (MRT)
B.
Rose Bengal Test (RBT)
C.
Elisa Brucellosis
D.
Pullorum test
E.
Haemaglutination Inhibition Test Avian Influenza (HI Test AI)
F.
Haemaglutination Inhibition Test Newcastle Disease (HI Test ND)
G.
Total Plate Count (TPC)
H.
Identifikasi telur cacing Sesuai dengan ketentuan Komite Akreditasi Nasional bahwa setelah suatu
pengujian terakreditasi, KAN melaksanakan kunjungan pengawasan (asesmen surveilan) dua kali dalam rentang waktu sejak pengujian terakreditasi sampai reakreditasi (4 tahun) yaitu bulan ke-12 setelah pengujian terakreditasi dan antara bulan ke-24 sampai dengan bulan ke-36 serta asesmen reakreditasi paling lambat pada bulan ke-42. Dalam rangka mengikuti ketentuan tersebut, di BP3HK telah dilaksanakan : A.
Asesmen Survailen Pertama pada bulan September 2007, hasil temuan pada tingkat yang masih dapat diterima dan diperbaiki.
B.
Asesmen Survailen Kedua pada bulan September 2009 dengan hasil temuan pada tingkat yang masih dapat diterima dan diperbaiki. Survailen bertujuan untuk memastikan bahwa pengujian yang sudah terakreditasi tetap secara konsisten melaksanakan
sistem
manajemen
mutu
laboratorium.
Asesmen
survailen
dilaksanakan oleh Tim Asesor Komite Akreditasi Nasional dengan teknis pelaksanaan survailen meliputi asesmen
pada pelaksanaan setiap pengujian
terakreditasi untuk memastikan bahwa laboratorium secara konsisten mengikuti persyaratan manajemen dan persyaratan teknis. C.
Asesmen Reakreditasi yang pada awalnya dijadwalkan pada minggu ke 3 bulan Desember 2010 baru terealisasi pada tanggal 27-28 Januari 2011. Hasil dari Assesment Reakreditasi terdapat 13 temuan dalam katagori masih dapat diterima dan diperbaiki. Setelah dilakukan perbaikan, BP3HK Cikole mendapatkan sertifikat Akreditasi dari Komite Akreditasi Nasional (KAN) Nomor 4147/3.a2/LP/10/11 pada tanggal 20 Oktober 2011. Pada Bulan Oktober 2012 telah dilaksanakan surveilans akreditasi (12 bulan setelah keluar sertifikat) namun pelaksanaan surveilans akreditasi yag kedua tidak dapat dilaksanakan yang semestinya dijadwalkan pada Bulan September-Oktober 2013 namun dikarenakan sedang proses pembangunan Gedung Rumah Sakit Hewan Provinsi Jawa Barat sekaligus Laboratorium BP3HK
Cikole, sehingga untuk sementara sertifikat akreditasi dibekukan sampai dilaksanakan kembali surveilans.
6.
Kerjasama Pengujian dan Peningkatan Kapasitas Pengujian. Mulai awal Tahun 2013 BP3HK melaksanakan kerjasama penelitian dengan Universitas Padjadjaran dan Universitas mengenai penyakit Avian Influenza. Peran BP3HK pada kerjasama ini adalah melaksanakan pengujian sampel yang diambil dari lokasi proyek yaitu : Kabupaten Indramayu, Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Kuningan. Dengan target sampel sebanyak 1000 sampel yang dilaksanakan selama 3 tahun untuk dilakukan pengujian secara PCR. Kegiatan peningkatan kapasitas pengujian dilaksanakan dengan berbagai cara yaitu : A.
melaksanakan training/pelatihan baik yang dilakukan secara in-house training maupun bekerjasama dengan laboratorium lainnya.
B.
Mengikuti uji profisiensi, meliputi pengujian PCR anthrax dan PCR Avian Influenza;
C.
Diundang dalam pertemuan sub Komite Laboratorium yang diselenggarakan Kementrian Pertanian bekerjasama dengan Australia Animal Health Laboratory (AAHL).
8.7.
BALAI PENGEMBANGAN PERBIBITAN TERNAK (BPPT) DOMBA MARGAWATI GARUT Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Domba (BPPTD) Margawati Garut berlokasi di Kel. Sukanegla Kec. Garut Kota Kab. Garut dengan luas lahan ± 26 Ha yang status lahannya telah dilakukan proses pemindahtanganan dalam bentuk hibah dari Pemerintah Kabupaten Garut kepada Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang tertuang dalam Keputusan Bupati Garut Nomor: 028/Kep.531-DPPKA/2010 tanggal 16 Desember 2010 tentang Hibah Barang Milik Daerah Kabupaten Garut berupa Tanah di Blok Margawati dan Blok Sukanegla Kecamatan Garut Kota Kepada Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Adapun lahan tersebut dipergunakan untuk areal perkantoran, perumahan (mess), perkandangan, gudang dan kebun rumput. Sedangkan lahan yang digunakan oleh Sub Unit Pengembangan Perbibitan Ternak Domba (SUPPTD) Trijaya Kuningan seluas 18 Ha adalah milik Pemerintah Desa Trijaya Kec. Mandirancan
Kab.
593.1/01/I/11/Pem ................................... 593.1/03A/Disnak/2011
Kuningan
dengan
perjanjian
sewa
No
tanggal 3 Januari 2011 dengan nilai sewa Rp. 10.000.000,00/tahun.
Pada Tahun 2010 telah dilaksanakan perluasan pengembangan ternak domba dengan dibukanya instalasi Bunihayu Subang dengan menggunakan lahan Sub Unit Hijauan Makanan Ternak Bunihayu Subang Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat seluas 26,5 Ha. 1.
Tugas Pokok dan Fungsi. Sesuai dengan Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 113 Tahun 2009 tentang Tugas Pokok, Fungsi dan Rincian Tugas pada Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, tugas pokok UPTD Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Domba Margawati Garut adalah Melaksanakan sebagian fungsi Dinas di bidang Pengujian dan Pengembangan Perbibitan Ternak Domba. Untuk menyelenggarakan tugaspokok tersebut, Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Domba Margawati Garut mempunyai fungsi : A.
Penyelenggaraan pengkajian bahan petunjuk teknis pengujian dan pengembangan perbibitan ternak domba.
B.
Penyelenggaraan pengujian dan pengembangan perbibitan ternak domba Pelaksanaan kegiatan UPTD BPPT Domba Margawati didukung oleh personalia
sebanyak 104 orang terdiri dari : No. 1. 2. 3.
Unit Kerja BPPT Domba Margawati Garut SUPPTD Trijaya Kuningan SUPPTD Bunihayu Subang Jumlah
PNS 19 9 4 32
Personalia (orang) THL 24 14 34 72
Jumlah 33 23 38 104
Adapun ternak domba yang dikembangkan di BPPT Domba Margawati adalah domba ras garut yang merupakan salah satu upaya dalam pelestarian Sumber Daya Genetik (SDG) Jawa Barat, di SUPPTD Trijaya Kuningan dikembangkan domba komposit (persilangan domba ras garut dengan domba- domba Import) yang memungkinkan untuk dilakukan berbagai kajian guna mengetahui hasil silangan terbaik untuk dikembangkan lebih lanjut, sedangkan di Instalasi Bunihayu dikembangkan ternak domba peranakan ekor gemuk (PEG) dan domba ekor tipis (DET) yang diharapkan dapat menjadi sumber
penyediaan kebutuhan domba pedaging (terminal cross) untuk mendukung kebutuhan protein hewani di Jawa Barat secara khusus.
2.
Populasi Ternak Domba Perkembangan populasi ternak domba di BPPTD Margawati Garut, SUPPTD Trijaya Kuningan dan Instalasi Bunihayu Subang seperti tercantum pada tabel berikut: Tabel 8.51. Dinamika Populasi Ternak di BPPTD Margawati, SUPPTD Trijaya dan Instalasi Bunihayu Tahun 2013 (ekor) No.
Lokasi
1.
BPPT Domba Margawati
2.
SUPPTD Trijaya Kuningan
3.
SUPPTD Bunihayu Subang
Struktur Populasi Dewasa
Jantan Betina Muda Jantan Betina Anak Jantan Betina Jumlah Dewasa Jantan Betina Muda Jantan Betina Anak Jantan Betina Jumlah Dewasa Jantan Betina Muda Jantan Betina Anak Jantan Betina Jumlah
Tahun 2012 2013 45 42 693 640 26 225 18 199 140 92 120 92 1.042 1.290 30 20 296 265 4 22 16 44 25 49 47 38 418 438 121 113 1.479 1.395 64 52 95 168 65 149 1.760 1.941
r% (6,67) (7,65) 765,38 1.005,56 (34,29) (23,33) 23,80 (33,33) (10,47) 450,00 175,00 96,00 (19,15) 4,78 (6,61) (5,68) 76,84 129,23 10,28
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pertumbuhan populasi ternak domba di Margawati, Trijaya dan Bunihayu menunjukkan peningkatan (BPPTD Margawati terjadi peningkatan populasi sebesar 23,80%, SUPPTD Trijaya terjadi peningkatan populasi sebesar 4,78% dan SUPPTD Bunihayu Subang terjadi peningkatan populasi sebesar 10,28%), namun terjadinya dinamika populasi disebabkan adanya penambahan (kelahiran) maupun pengurangan (penjualan, penyebaran dan kematian).
3.
Produksi dan Produktivitas Ternak Domba di UPTD BPPT Domba Margawati A.
Produksi/ Kelahiran Kelahiran ternak domba di BPPTD Margawati Garut selama tahun 2013 sebanyak 872 ekor dengan rincian jantan 410 ekor (47,02 %) dan betina 462 ekor (52,98 %). Kelahiran ternak domba di SUPPTD Trijaya selama tahun 2013 sebanyak 254 ekor dengan rincian jantan 133 ekor (52,36 %) dan betina 121 ekor (47,64 %), sedangkan kelahiran ternak domba di SUPPTD Bunihayu Subang selama tahun 2013 sebanyak 826 ekor dengan rincian jantan 430 ekor (52,06 %) dan betina 396 ekor (47,94 %).
B.
Produktivitas Ternak Domba a.
Berat Lahir Berat lahir yang dihasilkan di BPPT Domba Margawati tahun 2013 seperti terlihat dalam grafik di bawah ini. Grafik.
Rataan Berat Lahir Ternak Domba di BPPT Domba Margawati Garut Tahun 2013
Rataan Berat Lahir Ternak Domba di BPPT Margawati 2013 2.6 2.55 2.5 2.45 2.4 2.35 2.3 2.25 2.2 2.15 2.1
2.55 2.49 2.43 2.31
2.39
2.36
2.33
2.42
2.30
2.42 2.40 2.28
Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
Rataan Berat Lahir 2.31 2.33 2.49 2.36 2.43 2.30 2.39 2.42 2.28 2.55 2.40 2.42
Grafik.
Rataan Berat Lahir Ternak Domba di BPPT Domba Margawati Garut Tahun 2013
Rataan Berat Lahir Ternak Domba di BPPT Domba Margawati Tahun 2013 dalam Kg
4.00 3.00 2.00 1.00 0.00
3.02 2.27
1.71
3.07
Tunggal
2.40
1.75
Twin
Triplet
2.33 2.41 Betina Jantan
Rataan Total
Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat, bahwa rataan berat lahir ternak domba jantan di BPPT Domba Margawati Garut lebih tinggi dibandingkan dengan ternak domba betina.
b.
Lamb Crop Ternak domba ras garut memiliki sifat prolifikasi yaitu kemampuan induk untuk melahirkan anak lebih dari satu ekor dalam satu siklus produksi. Adapun lamb crop ternak domba di BPPT Domba Margawati tahun 2013 adalah sebesar 166,67%. Dimana satu ekor induk domba mampu menghasilkan anak sebanyak 1,67 ekor dalam satu siklus produksi. Grafik.
Lamb Crop Ternak Domba di BPPT Domba Margawati Garut Tahun 2013
185
181.63
180 175
177.27 173.68 171.21
176.27 168.52
170 165
166.67
160
156.52
155
157.14
156.90 155.17
150
152.17
145 140 135
Jan
Peb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nov
Des
Lamb Crops 173.68 157.14 156.90 168.52 177.27 176.27 181.63 171.21 166.67 152.17 156.52 155.17
c.
Litter Size Kelahiran Nilai litter size ternak domba di BPPT Domba Margawati tahun 2013 dapat dilihat pada grafik dibawah ini. Grafik.
Litter Size Ternak Domba di BPPT Domba Margawati Garut Tahun 2013
LITTER SIZE KELAHIRAN TERNAK DOMBA DI BPPTD MARGAWATI GARUT TAHUN 2013
TRIPLET, 248, 25%
TWIN, 463, 47%
TUNGGAL, 272, 28%
Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa kelahiran ternak domba twin (beranak dua ekor) mencapai 47% dari total kelahiran. Sedangkan untuk kelahiran tunggal sebesar 28% dan kelahiran triplet sebesar 25%. Hal ini mengakibatkan nilai lamb crop di BPPT Domba Margawati menjadi tinggi. d.
Berat Sapih Berat sapih yang dihasilkan di BPPT Domba Margawati Garut tahun 2013 seperti terlihat pada grafik di bawah ini. Grafik.
Rataan Berat Sapih Ternak Domba di BPPT Domba Margawati Garut Tahun 2013
dalam Kg
13.7 15.0
9.9
13.9
8.0
10.6
10.0
9.0
5.0
Betina Jantan
0.0 Tunggal
4.
Twin
Triplet
Sertifikasi Mutu Bibit Ternak Domba Domba Garut merupakan salah satu Sumber Daya Genetik (SDG) Jawa Barat yang sangat penting untuk dikonservasi, dilestarikan dan dikembangkan agar memperoleh manfaat produksi yang bernilai ekonomis. Upaya untuk memaksimalkan potensi Domba Garut, telah diawali dengan menginventarisasi sifat kualitatif dan kuantitatif yang dimiliki, dan pembuatan standarisasi Domba Garut, karena bahan yang akan dijadikan komoditas ekspor dalam era global tidak mungkin dapat terwujud tanpa memiliki standar mutu baku yang telah disertifikasi. Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Domba (BPPTD) Margawati Garut pada tahun 2013 melaksanakan kerjasama dengan Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran dalam proses Sertifikasi Domba garut sesuai dengan SNI. Sertifikasi Bibit Domba garut yang dibuat berjumlah 72 (tujuh puluh dua) lembar, dengan rincian jumlah keseluruhan sertifikat yang dicetak terdiri atas 62 lembar sertifikat untuk Domba Garut Betina dan 10 lembar sertifikat untuk Domba Garut Jantan.
8.8.
BALAI PERBIBITAN DAN PENGEMBANGAN IB TERNAK SAPI PERAH BUNIKASIH. Berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 51 Tahun 2010, tugas pokok Balai Perbibitan dan Pengembangan Inseminasi Buatan Ternak Sapi Perah (BPPIB TSP) Bunikasih adalah melaksanakan sebagian fungsi Dinas di bidang perbibitan dan teknologi serta pengembangan IB sapi perah; sedangkan fungsinya adalah : 1.
Penyelenggaraan pengkajian bahan petunjuk teknis perbibitan dan pengembangan IB ternak sapi perah.
2.
Penyelenggaraan perbibitan dan pengembangan Inseminsi Buatan (IB)
ternak sapi
perah. BPPIB TSP Bunikasih yang berkedudukan di Kampung Padalengsar Desa Bunikasih Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur, juga mempunyai fungsi sebagai tempat percontohan, uji coba teknologi terapan, tempat pelatihan/magang bagi petugas, peternak, mahasiswa, siswa maupun masyarakat umum. BPPIB TSP Bunikasih berada pada posisi geografis 107°03´ BT dan 6°50´ LS dengan ketinggian ± 900 m dari permukaan laut.
Suhu berkisar 18 ~ 22ºC dan kelembaban 85%.
Curah hujan 266 mm/tahun (musim hujan) dan 51 mm/tahun (musim kemarau). Lahan BPPIB TSP Bunikasih seluas 22,22 ha berada di dalam dua wilayah administratif yaitu : 1.
Kampung Padalengsar Desa Bunikasih Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur seluas 162.290 m²,
2.
Desa Padaluyu Kecamatan Cugenang Kabupaten Cianjur seluas 59.930 m². Ada pun pemanfaatan lahan adalah sebagai berikut : A.
Bangunan (kantor, kandang, perumahan karyawan, dll) seluas 1,3 ha (5,91%)
B.
Jalan lokasi 0,45 ha (2,05%)
C.
Kebun rumput seluas 19,9 ha (90,45%), hampir 50% bertopografi bukit
D.
Lahan exercise seluas 0,26 ha (1,18%)
E.
Kebun bambu seluas 0,025 ha (0,11%)
F.
Lain-lain seluas 0,065 ha (0,30%)
Secara umum lahan yang baru dimanfaatkan secara efektif hanya seluas 4,1 ha (18,45%) dan semi efektif, seluas 10,2 ha (46,36%). Sedangkan lahan berbukit seluas 5,6 ha (25,45%) dengan topografi yang berbukit belum digunakan secara efektif. Kekuatan SDM di BPPIB TSP Bunikasih sebanyak 54 orang terdiri dari 20 orang PNS dan 34 orang Tenaga Harian Lepas (THL). Jumlah kandang sebanyak 15 unit dengan kondisi normal, rusak ringan sampai rusak berat, dengan daya tampung sebanyak 237 ekor ternak sapi perah setara 145,2 Satuan Ternak (ST). BPPIB TSP Bunikasih memanfaatkan potensi SDM, SDA dan sarana prasarana yang ada untuk pengembangan perbibitan ternak sapi perah dan hijauan makanan ternak, yang disesuaikan dengan kebutuhan. Kegiatan pengembangan dan penguatan perbibitan ternak sapi perah di BPPIB TSP Bunikasih pada tahun 2013 difokuskan pada kegiatan peningkatan penerapan Good Farming
Practices mendukung Good Breeding Practices dalam rangka pencapaian visi dan misi Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat. Adapun hasil yang diharapkan dari kegiatan ini adalah meningkatnya
produksi,
produktifitas
atau
penampilan
ternak
sapi
perah
serta
terinformasikannya teknologi terapan di bidang sapi perah. 1.
Perbibitan Ternak. A.
Dinamika Populasi Ternak. Walaupun kapasitas kandang 237 ekor namun populasi ternak sapi perah pada awal tahun 2013 hanya 153 ekor atau setara dengan 103,5 ST. Ada pun dinamika populasi ternak sapi perah pada tahun 2013 adalah sebagai berikut : a.
Jumlah ternak sapi perah yang berasal dari hasil kelahiran IB sebanyak 46 ekor dengan perbandingan betina 19 ekor (41,31%) dan jantan 27 ekor (58,69%).
b.
Jumlah ternak sapi perah yang dikeluarkan (culling) melalui seleksi sebanyak 53 ekor sapi yang terdiri 22 ekor pedet dan 11 ekor sapi muda umur 7 - 12 bulan, sapi dara afkir 14 ekor, 5 ekor sapi dewasa afkir dan 1 ekor sapi jantan dewasa afkir.
c.
Jumlah yang mati sebanyak 14 ekor. Berdasarkan hal tersebut diatas maka struktur populasi ternak sapi perah
pada bulan Desember 2013 berjumlah 132 ekor dengan perincian : a.
Pedet jantan sebanyak 11 ekor (8,3%)
b.
Sapi betina sebanyak 121 ekor (91,7%) terdiri dari : -
Sapi dewasa sebanyak 51 ekor (38,6%) terdiri sapi laktasi bunting (3 ekor), sapi laktasi tidak bunting (46 ekor) dan sapi kering kandang (4 ekor)
-
Sapi dara sebanyak 56 ekor (42,44%)
-
Pedet betina sebanyak 6 ekor (4,54%)
Tabel 8.52. Dinamika Populasi Ternak sapi Perah di BPPIB TSP Bunikasih Tahun 2013. Populasi ternak (ekor) No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
B.
Bulan Januari Pebruari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember Jumlah
Awal bulan 153 160 162 155 149 148 149 150 129 129 131 134
Lahir 10 4 11 2 2 2 1 4 2 2 4 2 46
Pengadaan -
Jual 1 16 5 1 25 1 4 53
Mati 3 1 2 3 2 1 1 1 14
Akhir bulan 160 162 155 149 148 149 150 129 129 131 134 132
Produksi dan Produktifitas Ternak. Pedet hasil kelahiran IB sebanyak 46 ekor. Namun sebanyak 22 ekor pedet yang lahir, tidak dapat yang ditelusuri sire-nya karena induknya berasal dari hasil
pengadaan tahun 2012. Sebanyak 3 ekor lahir mati atau premature. Oleh karena itu hanya 21 ekor pedet yang berasal dari 10 pejantan yang dapat ditimbang berat badannya dengan hasil sebagai berikut : a.
Berat lahir rata-rata berat lahir 40,27 kg
b.
Berat lahir pedet betina rata-rata 39,2 kg
c.
Berat lahir pedet jantan rata-rata 41,725 kg.
Tabel 8.53. Bobot Lahir Pedet berdasarkan Pejantan yang Dipakai di BPPIB TSP Bunikasih Tahun 2013.
No.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
*)
Pejantan
Fortuner Fervent Goldys B SG Bayu SG Anata Top Wine Toyzet Gypsi Flaunt Farrel Jumlah dan Berat rata2
Jantan Berat Jmlh rata-rata (ekor) (kg) 2 41,5 8 41,125 1 41 1 46 1 39 13 41,725
Pedet Betina Berat Jmlh rata-rata (ekor) (kg) 1 41 1 42 3 41,3 1 41 1 38 1 32 8 39,2
Total Berat Jmlh rata-rata (ekor) (kg) 1 41 2 41,5 1 42 11 41,18 1 41 1 41 1 38 1 32 1 46 1 39 21 40,27
Tidak termasuk 22 ekor pedet yang merupakan anak dari sapi hasil pengadaan APBD TA 2012. Data tersebut tidak dicantumkan karena tidak ada data tetua pejantan (sire). Produksi susu meningkat 5,9% dari 145.019 liter (tahun 2010) menjadi
153.660 liter (tahun 2011) yang diakibatkan salah satunya oleh meningkatnya produktifitas ternak dari 10,4 liter/ekor/hari (tahun 2010) menjadi 10,8 liter/ekor/hari (tahun 2011). Akibat jumlah sapi laktasi menurun maka produksi susu tahun 2012 hanya mencapai 106.034 liter. Pada tahun 2013 produksi susu meningkat lagi menjadi 146.190 liter. Susu tersebut dikonsumsi pedet sebanyak 34.768 liter (23,78%), dijual dalam bentuk segar sebanyak 110.920 liter (75,87%) sedangkan sisanya untuk keperluan sosial sebanyak 349 liter (0,24%) dan rusak 153 liter (0,1%). C.
Uji Zuriat. Sejak tahun 2010 BPPIB TSP Bunikasih ikut serta dalam kegiatan uji zuriat sapi perah tingkat nasional yang dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat melalui Direktorat Perbibitan Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian berkoordinasi dengan Bidang Produksi pada Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat. Tujuan dari kegiatan ini adalah penjaringan dan atau seleksi calon pejantan unggul berdasarkan performa dari anak betinanya. Pada kegiatan uji zuriat tersebut, tugas BPPIB TSP Bunikasih adalah : a.
Menerima semen beku dari sapi calon pejantan unggul bantuan Pemerintah Pusat.
b.
Menyiapkan ternak sapi betina calon akseptor (Participated Cow, PC) dengan kriteria : -
Kemampuan produksi pada laktasi pertama minimal 6.000 kg/305 hari atau 7.000 kg/ME.
c.
-
Status reproduksi baik dan normal.
-
Negatif brucellosis.
Melakukan IB terhadap PC dengan menggunakan semen beku peserta uji zuriat.
Jika PC telah dikawinkan sebanyak 2 kali dan tetap tidak
menghasilkan kebuntingan maka PC tersebut dikeluarkan dari program uji zuriat. d.
Memelihara dan menyeleksi pedet hasil uji zuriat dengan ketentuan : -
Jika lahir pedet jantan, maka ternak tersebut bukan merupakan bakal calon pejantan unggul.
Hal ini disebabkan sire masih dalam
pengujian. Pedet jantan tersebut diafkir. -
e.
Jika lahir pedet betina (Daughter Cow, DC), maka : •
DC dipelihara dan dinilai penampilannya (judging).
•
DC dikawinkan dengan dengan semen beku pejantan yang lain.
Menetapkan ternak sapi betina lainnya di luar program uji zuriat sebagai pembanding (Contemporary Comparison, CC) dengan kriteria :
-
Berumur relatif sama dengan DC. Perbedaan umur 1 ~ 2 bulan
-
Berada di dalam satu kandang yang sama sehingga mendapat perlakuan (manajemen pemeliharaan) yang sama dengan DC.
f.
Melaksanakan pencatatan produksi susu pada DC dan CC :
-
Dilakukan paling cepat mulai hari ke-8 post partus atau paling lambat 45 hari post partus
-
Dilakukan sebulan sekali atau setiap 25 s.d. 35 hari menggunakan Test Interval Methode (TIM).
-
Pengukuran produksi susu memakai timbangan dalam satuan kg dengan skala terkecil 0,1 kg.
Sampai dengan tahun 2013, BPPIB TSP hanya menghasilkan 3 ekor DC dan 4 ekor CC sebagaimana terlihat pada tabel di bawah ini. Namun jika uji zuriat dilaksanakan dengan benar, maka nilai 1 ekor DC di BPPIB TSP Bunikasih sebanding dengan 30 ekor sapi laktasi pertama yang ada di tingkat peternak. Oleh karena itu peran BPPIB TSP Bunikasih dalam kegiatan pembibitan ternak sapi perah sangat besar. Sapi betina DC 1206 saat ini berstatus bunting dan diharapkan dapat beranak pada tanggal 19 Agustus 2014. Sedangkan sapi betina CC 1202 juga sudah berstatus bunting dan diharapkan beranak pada tanggal 4 April 2014.
Tabel 8.54. Daughter Cow dan Contemporary Comparison pada Uji Zuriat di BPPIB TSP Bunikasih Tahun 2011 s.d. 2013 No.
Daughter Cow Tanggal Keterangan lahir
1.
1206
25-03-2012
Bobot lahir 42 kg, Bapak Fervent, Induk NT 0811
2.
1216
01-08-2012
Bobot lahir 42 kg, Bapak Fortuner, Induk NT 0819
23-01-2013
Bobot lahir 41 kg, Bapak Fortuner, Induk NT 0840
3.
D.
Ear Tag
1306
Contemporary Comparison Tanggal Keterangan lahir Bobot lahir 42 kg, 1202 12-02-2012 Bapak SG Endo, Induk NT 010 Bobot lahir 42 kg, SG 1203 14-02-2012 Bapak Endo, Induk NT 0823 Bobot lahir 40 kg, 1217 20-08-2012 Bapak SG Anata, Induk NT 0927 Bobot lahir 41 kg, tidak 1309 30-01-2013 Bapak diketahui, induk NT 0283 Ear Tag
Pedet Jantan Bakal Calon Pejantan Unggul. Salah satu tugas pokok dan fungsi BPPIB TSP Bunikasih adalah pengembangan IB. Pengembangan IB sering diartikan sebagai kegiatan memproduksi semen beku. Hal ini tidak salah namun memproduksi semen beku dengan segala aspeknya bukan hal yang mudah dan tidak murah. Kegiatan teknis memproduksi semen beku itu sendiri relatif mudah dan bisa murah, namun harus dibarengi dengan kegiatan uji lapangan yaitu uji zuriat.
Uji zuriat memerlukan
pengorganisasian yang besar karena menyangkut besaran sampel yang dibutuhkan. Sampai saat ini kebutuhan semen beku sapi perah sudah dipenuhi dari BBIB Singasari dan BIB Lembang. Kedua balai atau unit kerja milik Pemerintah Pusat ini memproduksi semen beku atau memasarkan semen beku eks impor. Berdasarkan kondisi diatas maka BPPIB TSP Bunikasih tidak perlu, bahkan tidak usah membangun unit produksi semen beku. Dalam rangka pengembangan IB, maka BPPIB TSP Bunikasih sebaiknya, bahkan harus, berkonsentrasi atau fokus untuk menghasilkan bakal calon pejantan unggul. Hal ini sejalan dengan kebijakan Pemerintah Pusat untuk menghasilkan pejantan sapi perah unggul dalam negeri yang sudah mampu beradaptasi dengan iklim Indonesia. Bakal calon pejantan unggul tersebut nantinya akan ditarik oleh BIB Lembang atau BBIB Singasari. Ternak tersebut akan dipersiapkan selama 6 bulan (rekondisi tubuh) untuk memasuki tahap uji zuriat. Jika berhasil melewati uji zuriat, maka calon pejantan tersebut akan dinaikkan statusnya menjadi pejantan unggul yang berasal dari Bunikasih.
Setelah melakukan koordinasi intensif dengan BBET Cipelang dan BIB Lembang maka diperoleh informasi bahwa persyaratan bakal calon pejantan unggulan adalah sebagai berikut : a.
Persyaratan pedet bakal calon pejantan unggul : -
Memenuhi persyaratan silsilah : •
Bapak merupakan pejantan unggul (registered bull), bukan pejantan yang sedang diuji.
•
b.
Induk berproduksi susu diatas 6.000 kg/305 hari
-
Memiliki recording.
-
Lulus uji performa.
-
Negatif uji penyakit hewan menular.
Perlakuan terhadap pedet bakal calon pejantan unggul : -
Pada umur 3 bulan dan 6 bulan dilakukan uji performa oleh BPPIB TSP Bunikasih.
-
Pada umur 12 bulan : •
Uji performa oleh Komisi Bibit Ternak Nasional (KBTN).
•
Uji ereksi dan uji kualitas sperma oleh BIB Lembang.
•
Uji penyakit hewan menular oleh laboratorium terakreditasi (BPPV Subang).
c.
Jika lulus uji, maka BIB Lembang akan menarik (membeli) pedet tersebut, dipelihara selama 6 bulan untuk masa rekondisi sehingga pada umur 18 bulan sudah mulai diambil spermanya dan persiapan uji zuriat. Bakal calon pejantan unggul dapat diperoleh dari kegiatan transfer embrio.
Pada tahun 2013 terdapat 1 ekor bakal calon pejantan unggul hasil transfer embrio yaitu NT 1201 dengan data sebagai berikut : a.
Tanggal lahir : 4 Pebruari 2012
b.
Tetua biologis :
c.
-
Bull : Wilson Silas
-
Induk biologis : 048IT/1883.07ET/Baturaden
Induk resipien : NT 068 (BPPIB TSP Bunikasih) Ada pun hasil uji performa pedet jantan NT 1201 (Putera Wilson) adalah
sebagai berikut : a.
Tanggal 26 Pebruari 2013 : -
KBTN menilai bahwa pedet NT 1201 sudah layak diberi status sebagai bakal calon pejantan dengan alasan : •
Silsilah lengkap
•
Memiliki catatan (recording) walau ada beberapa bagian waktu yang kosong (tidak tercatat),
•
Performa baik : kaki kuat, lingkar skrotum standar
-
Berdasarkan hasil uji tersebut, KBTN merekomendasikan hal-hal sebagai berikut : •
Pedet NT 1201 dipelihara di kandang terpisah, diberi bullring dan dilakukan dehorning agar mudah ditangani.
•
Segera
menghubungi
BIB
Lembang
untuk
penanganan
selanjutnya. b.
Tanggal 11 Maret 2013 : -
BIB Lembang melaksanakan pemeriksaan lapangan : •
Hasil uji ereksi dan uji libido : positif. Penis cepat keluar dan cepat masuk, tidak menggantung,
•
Hasil uji spermatozoa : progresif, positif dua (normal, sesuai dengan umur).
-
Pengambilan spesimen darah dari pedet NT 1201 untuk pengujian penyakit hewan menular.
c.
Hasil uji penyakit hewan secara laboratorik : -
Hasil uji dari Balai Besar Penelitian Veteriner (BBalitvet) Bogor berdasarkan surat nomor : 743/PD.650/I.5.1/03/13/129 tanggal 18 Maret 2013, pedet NT 1201 negatif terhadap Leptospira.
-
Hasil uji dari BPPV Subang berdasarkan surat nomor : 606/PD.5.4 /F.5.5/0413 tanggal 2 April 2013, maka pedet NT 1201 berstatus : •
Negatif terhadap uji trichomonas, campylobacter dan parasit darah
d.
•
Seronegatif Paratuberculosa, IBR, EBL dan BVD
•
Infeksi Eimeria sp
Dalam tenggang waktu Maret s.d. Juni 2013 kegiatan uji perfoma terhenti karena menunggu hasil uji anthrax dari BPPV Subang, sampai akhirnya diputuskan bahwa kegiatan uji performa dapat terus berjalan.
e.
Atas saran BIB Lembang, dalam upaya memperjelas silsilah terutama dari garis induk (dam), BPPIB TSP Bunikasih berkomunikasi dengan Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul Sapi Perah (BBPTUSP) Baturaden. BBPTUSP Baturaden menginformasikan bahwa induk biologis dari NT 1201, yaitu 048IT/1883.07ET, ternyata produksi susunya hanya 4.029,66 kg/305 hari atau 12,8 liter/hari. Walau pun gagal, apa yang dilakukan oleh BPPIB TSP Bunikasih
merupakan prestasi tersendiri dan sangat besar manfaatnya antara lain : a.
BPPIB TSP Bunikasih mungkin satu-satunya balai pembibitan di daerah yang sudah mampu menghasilkan nominasi bakal calon pejantan unggul,
b.
Sudah membuka wawasan petugas tentang bagaimana tugas pokok dan fungsi BPPIB TSP Bunikasih sebagai unit pembibitan ternak,
c.
Petugas menjadi paham bagaimana cara untuk menghasilkan bakal calon pejantan unggul.
Oleh karena itu harus disusun kembali prosedur operasi standar transfer embrio dan penetapan bakal calon pejantan unggul. Langkah pertama yang harus ditempuh
adalah
mencari
informasi
tentang
silsilah
dan
atau
potensi
produktifitas sire dan dam dari embrio yang akan ditanam atau pedet jantan yang akan diuji. 2.
Pengembangan IB dan Teknologi. A.
Perkembangan Produksi Hijauan Makanan Ternak (HMT). Produksi hasil panen HPT tahun 2013 sebanyak 1.294 ton yang terdiri dari rumput raja / King Grass 524.16 ton) dan rumput gajah (768.73 ton) serta rumput BD, setaria dan stargrass (1,12 ton) yang cukup untuk memenuhi kebutuhan ternak sapi perah di BPPIBTSP Bunikasih dan penyebaran ke luar Balai.
Mulai
tahun 2013 juga diintensifkan lagi penanaman leguminosa dan uji coba sorgum. Walaupun produksi HPT sudah mencukupi untuk kebutuhan ternak, namun masih diperlukan HPT dari luar Balai yaitu limbah jagung sebagai variasi hijauan sekaligus menambah nilai pakan HMT. Tabel 8.55. Produksi Hijauan Makanan Ternak dan Penyebaran Bibit HMT di BPPIB TSP Bunikasih Tahun 2013 No.
B.
Jenis Rumput
1.
Produksi HPT
2.
Penyebaran HPT
King Grass Rumput gajah Panicum sp. BD Setaria Stargrass Jumlah Stek King Grass Pols rumput raja Jumlah
Produksi (ton) 2012 2013 557,896 524,16 750,987 768,73 0,872 0.770 0,200 0.345 1.310.280 1.294.000 2.000 30.000 1.000 30.000 3.000 60.000
Penyebaran Teknologi. Salah satu tugas pokok dan fungsi BPPIB TSP Bunikasih adalah penyebaran teknologi sapi perah yang dilaksanakan dengan beberapa cara antara lain : a.
Penyebaran buku SOP Inseminasi Buatan dan Teknologi JICA,
b.
Penyebaran leaflet,
c.
Uji coba pembuatan hay dengan pemanas dari biogas,
d.
Pembinaan kelompok peternak sapi perah,
e.
Sebagai tempat magang praktek siswa/mahasiwa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Perguruan Tinggi. Mayarakat umum juga dapat berkunjung dalam rangka studi wisata. Perkembangan terakhir menunjukan bahwa BPPIB TSP Bunikasih telah
menjadi pusat ilmu bagi sekolah kejuruan yang berada di wilayah Kabupaten Cianjur dan Sukabumi. Bahkan Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan
Pendidik
dan
Tenaga
Kependidikan
Kementerian
Pendidikan/Education
Development Center for Agriculture (P4TK/VEDCA) membuka bidang studi sapi perah. Tabel 8.56. Praktek Siswa/Mahasiswa dan Kunjungan Masyarakat Umum ke BPPIB TSP Bunikasih Tahun 2012 s.d. 2013. No.
Sekolah/Perguruan Tinggi
Kegiatan Nama
1.
Magang Praktek
SMKN 1 Cibadak SMKN 1 Leles SNAKMA Cikole SMKN 1 Tanggeung P4TK VEDCA UNSIL UNIGA
2.
Studi Wisata, kunjungan kerja
Alamat Jl. Raya Karangtengah Cibadak . Kab. Sukabumi Desa Mandalawangi Kec. Leles Kab Ciajur Jl. Raya Tangkuban parahu, Lembang Kab Bandung Barat Jl. Bojongsirna, Tangggeung, Cianjur Jl. Jangari, Karangtengah Kab. Cianjur Jl. Silwangi No. 24 Tasikmalaya Jl. Cimanuk No. 285 A, Tarogong, Garut
Jml. Tahun (Orang) 2012 2013 8
8
15
8
25
15
-
3
-
1
-
-
-
-
Fapet UNPAD
Jatinangor Sumedang
4
4
FKH IPB
Jl. Agatis, Kab Bogor
-
4
Jumlah 1 TK Kartika Jaya Pacet Kab. Cianjur Siliwangi TK Islam Dyah Sukaresmi Kab. Cianjur Pitaloka
52
43
20
-
15
-
SMPN 3 Cugenang
Cugenang, Kab Cianjur
50
-
SDIK Muhammadyah
Jl. KH Abdullah Nuh No. 64 Cianjur
25
-
IKOPIN
Jatinangor Sumedang
-
-
Universitas Suryakencana
Cianjur
-
-
UNIGA
Cianjur
-
-
P4TK/VEDCA
Karang Tengah, Cianjur
-
20
TK IT Al Jihad
Cianjur
-
29
SMKN 2 Cilaku
Cilaku Kab Cianjur
-
30
Cianjur
-
28
PAUD Nara
Kab Cianjur
-
20
TK IT Permata Hati
Kab Cianjur
-
34
TK Nurul Amanah
Kab Cianjur
-
44
LPM Kab Skbumi
Kab Sukabumi
-
30
LPPM Kab Skbmi
Kab Sukabumi
-
30
Disnakkan Cianjur
Kab
No.
Jml. Tahun (Orang) 2012 2013
Sekolah/Perguruan Tinggi
Kegiatan Nama
PAUD At Taurizi
Alamat Kab Sukabumi
Jumlah 2 Jumlah Total
3.
-
20
110 162
285 328
Pendapatan Asli Daerah. Pada tahun 2013 BPPIB TSP Bunikasih ditargetkan mendapatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar Rp 695.000.000,-. Adapun realisasi PAD tahun 2013 tersebut adalah sebesar Rp 695.538.173,- atau 100,007% dari target, yang berasal dari penjualan 110.920 liter susu segar sebesar Rp 460.753.673,- dan dari penjualan 53 ekor sapi sebesar Rp 234.784.500 ,-.
Perbandingan target dan realisasi PAD di BPPIB TSP
Bunikasih tahun 2012 dan 2013 dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 8.57. No. 1. 2. 3. 4. 5.
Pendapatan Asli Daerah BPPIB TSP Bunikasih Tahun 2012 dan 2013. Komoditas Jual
Susu segar Sub Jumlah Pedet Sapi dara Sapi dewasa Sapi jantan Sub Jumlah Jumlah Total Target %
Volume 75.250 75.250 20 15 12 1 48
2012 Nilai (Rp) 268.658.104 268.658.104 198.600.000 198.600.000 467.258.104 466.720.000 100,01
Volume 110.920 110.920 33 14 5 1 53
2013 Nilai (Rp) 460.753.673 460.753.673 234.784.500 234.784.500 695.538.173 695.000.000 100,007
Lampiran 1. Struktur Organisasi Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat
Lampiran 2. Unit Farm dari Breeding Farm di Jawa Barat tahun 2013
No.
Lokasi Breeding Farm
Kabupaten/Kota
Kecamatan Jasinga Parungpanjang
1.
Kab. Bogor
Rumpin Gunung Sindur Tamansari Cijeruk Cigudeg Kalapanunggal Cibadak Nagrak
2.
Kab. Sukabumi
Kapalarea Nyalindung Bojonggenteng Cicurug
Jampang Tengah Gegerbitung Sukaraja
Jumlah Kelurahan/Desa
Curug Pingku Gorowong Lumpang Sukamulya Tamansari Cibinong Sukamantri Palasari Argapura Makasari Gunung Endut Pamuruyan Darmareja Balekambang Nagrak Utara Cisarua Kalaparea Mekarsari Bojonggenteng Benda Tenjolaya Nyangkowek Nangerang Cijulang Bojongjengkol Bojongtipar Gegerbitung Sukaraja Selaawi Margaluyu
Unit Farm 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1
Unit Tetas 1 1 1 1 1 1 1 1 1 -
No.
Lokasi Breeding Farm
Kabupaten/Kota
Kecamatan Parungkuda
Cikembar
Purabaya Ciambar
Gunungguruh
3.
Kota Sukabumi
4.
Cianjur
5.
Kab. Bekasi
Pabuaran Sukalarang Sukabumi Cikondang Pacet Warungkondang Cibeber Mande Cibarusah Wanayasa Kiarapedes
6.
Purwakarta Bojong
Darangdan
Jumlah Kelurahan/Desa
Sundawenang Kompa Bojong Kertaraharja Parakanlima Cibatu Cikembar Cimerang Munjul Ciambar Wangunjaya Cibunarjaya Cibolang Cikujang Pabuaran Cimangkok Sukajaya Sukatani Cisarandi Jamali Wibawamulya Taringgultengah Taringgultonggoh Margaluyu Cigoel Cilingga Cipeundeuy Sindangsari Pangkalan Sadarkarya Linggasari Neglasari Nanggewer Cilingga
Unit Farm 1 1 1 3 1 1 1 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 3 1 2 1 1 1 1 2 1 1
Unit Tetas 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 3 1 1 -
No.
Lokasi Breeding Farm
Kabupaten/Kota
Kecamatan Cipunagara
Cibogo Cikaum Kalijati 7.
Subang Pagaden
Pagaden Barat Dawuan 8.
Majalengka
9.
Kuningan
10.
Indramayu
11.
Kab. Bandung Barat
12.
Kota Bandung
13.
Sumedang
14.
Ciamis
Patokbeusi Ligung Cilimus Cidahu Darma Nusaherang Gantar Cikalongwetan Cipeundeuy Arcamanik Tanjungsari Pamulihan Panumbangan
Jumlah Kelurahan/Desa
Wanasari Jati Tanjung Parigimulya Padaasih Cisaga Cikaum Timur Marengmang Sukamulya Gunung Sembung Sumbersari Gunungsari Kamarung Cidahu Sukasari Jambelaer Rancabango Kodasari Setianagara Cikeusik Windusari Haurkuning Bantarwaru Mandalamukti Ciharahas Cisaranten Margajaya Cigendel Sindangmukti Sindangherang
Unit Farm 1 3 5 1 3 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Unit Tetas 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1
Lampiran 3. Pemeriksaan hewan Qurban Di Jawa Barat Tahun 2013 (1433 H).
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26.
Kabupaten / Kota Kab. Bogor Kota Bogor Kota Depok Kab Sukabumi Kota Sukabumi Kab. Cianjur Kab Bekasi Kota Bekasi Kab. Purwakarta Kab. Subang Kab. Karawang Kab Cirebon Kota Cirebon Kab. Majalengka Kab. Kuningan Kab. Indramayu Kab Bandung Kab.Bandung Barat Kota Bandung Kota Cimahi Kab.Sumedang Kab. Garut Kab Tasikmalaya Kota Tasikmalaya Kab.Ciamis Kota Banjar JUMLAH
Sapi 8,578 2,957 1,450 1,000 260 830 1,535 2,498 4,638 2,179 256 195 1140 378 9,945 2,200 5,671 1,750 7,084 2,805 1,551 693 59,593
Antemortem Jumlah Hewan Qurban (ekor) Kerbau Domba Kambing 98 13,865 5,243 11 1,810 7,634 4 1,875 8 100 4,000 100 5 744 840 655 3,195 17 6,438 244 131 10,510 2,628 25 17,691 848 3 6,125 965 2,215 2 1,755 215 3 8603 16 1975 54 1 6,894 45 300 5,375 16,873 1,216 150 9,750 2,750 200 50,000 15,000 9 3,095 1,100 822 445 623 804 166,618 47,876
Jumlah 27,784 12,412 3,337 5,200 1,849 4,680 8,234 15,767 23,202 9,272 2,471 2,167 9,762 2,407 16,840 7,920 23,760 14,400 72,284 7,009 2,818 1,316 274,891
Sapi 3,672 2,080 834 509 364 5,149 1,018 1,000 2,802 1,449 355 255 7 51 7,126 1,550 1,398 2,025 5,225 5,366 2,395 269 693 45,592
Postmortem Jumlah Hewan Qurban (ekor) Kerbau Domba Kambing 440 17,677 5,817 10 1,168 5,213 2 1,985 320 10 1,500 50 1 1,360 455 3 1,525 18,504 13 5,408 76 10,000 25 10,303 569 29 11,550 398 2 2,899 38 847 5 35 229 5 44 14,907 24 55 245 7,525 3,861 7,008 106 287 8,065 222 89 7,871 86 7 1,319 356 32 623 1,017 110,417 39,769
Jumlah 27,606 8,471 3,141 2,069 2,180 25,181 6,515 11,000 13,699 13,426 3,294 1,107 42 285 22,101 9,375 5,259 9,139 13,799 13,412 4,077 301 1,316 196,795
Lampiran 4. Distribusi Sarana Pencegahan Gangguan Parasiter dan Kematian Pedet Bersumber APBN Tahun 2013.
No.
Kabupaten
Levanium
Zodalben
Baycox
Multi vitamin Inj
Kaloxy Vet
Hematopan
Introvit B Compx
Tryponil
1.
Bogor
-
15
10
15
10
10
-
-
2.
Sukabumi
-
25
10
10
10
10
20
95
3.
Cianjur
10
25
10
15
10
15
25
140
4.
Bekasi
10
15
10
15
10
15
-
-
5.
Purwakarta
10
10
10
10
10
10
10
50
6.
Subang
7.
Karawang
8. 9. 10.
Kuningan
10
10
10
10
10
10
-
-
11.
Indramayu
-
10
10
10
10
10
10
50
12.
Sumedang
10
25
10
20
-
15
-
-
13.
Garut
10
10
10
10
10
10
30
140
14.
Tasikmalaya
10
25
10
20
-
15
40
250
15.
Ciamis
10
25
10
15
-
15
-
-
16.
Kota Banjar
-
-
-
-
-
-
5
5
110
250
150
200
100
180
150
750
-
25
10
15
10
15
-
-
10
10
10
10
10
10
-
-
Cirebon
-
10
10
10
-
10
10
20
Majalengka
-
10
10
10
-
10
-
-
Jumlah
Lampiran 5.
Produk Hewan ke Luar Provinsi Jawa Barat Tahun 2013
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
Komoditas Daging sapi Daging kambing Daging ayam Daging bebek Daging kalkun Daging sapi olahan Daging ayam olahan Daging babi olahan Daging Olahan (Sosis, Bakso, Cold Cuts & Nugget Susu Butter/cheese Yoghurt Susu olahan Telur olahan
Jumlah Komoditas Ke Daerah Tujuan (Kg) Jatim 44.410 1.115 10.480 22.900 194.000 20 461.250 26.300 19.500 350 49.350 9.500
DIJ 428.750 Total
Bali 181.250 51.875 210 650 12.565 20.520 34.800 93.700 49.320 14.370 2.000 -
NTB 44.370 2.855 17.715 22.310 13.500 15.690 3.000 -
Sumut 39.750 -
Sulsel 22.000 -
Sumsel 12.000 -
Total 270.030 55.845 10.480 210 650 53.180 236.830 20 998.550 133.500 84.510 14.720 54.350 9.500 1.922.375
Lampiran 6. Kegiatan Updating Data kelembagaan yang melibatkan petugas kabupaten kota
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Kabupaten/Kota Kab. Bogor Kab. Sukabumi Kab. Cianjur Kab. Bandung Kab. Garut Kab. Tasik Kab. Ciamis Kab. Kuningan Kab. Cirebon Kab. Majalengka Kab. Sumedang Kab. Indramayu Kab. Subang Kab. Purwakarta Kab. Karawang Kab. Bekasi Kab. Bandung Barat Kota Bogor Kota Sukabumi Kota Bandung Kota Cirebon Kota Bekasi Kota Depok Kota Cimahi Kota Tasik Kota Banjar Kab. Pangandaran Jumlah
Kelompok Peternakan 272 652 291 301 323 751 516 369 38 117 60 527 22 223 124 604 10 22 9 17 13 34 52 55 5.402
Penerima Bantuan APBD 190 21 27 81 557 1 212 51 2 70 1 4 86 3 27 1 9 1 16 47 39 1.446
Penerima Bantuan APBN 76 11 5 29 17 61 15 21 21 18 12 13 9 1 17 15 3 2 346
Pemanfaat Kredit
SMD
LM3 Ditjenak
LM3 PPHP
28 4 3 6 3 4 11 4 10 31 3 5 3 3 1 5 5 129
24 20 30 37 22 31 11 1 16 6 10 1 20 7 1 1 1 4 1 1 223
34 25 2 13 26 16 20 30 9 24 3 4 3 1 2 6 5 1 7 4 202
2 1 1 20 2 4 3 4 1 1 18
Catatan : Rekapitulasi Data yang disampaikan oleh petugas Up dating kelembagaan Kabupaten/kota Tahun 2014
Perusahaan Pengolahan Hasil Ternak 10 37 18 12 14 11 1 9 2 4 1 13 2 9 8 2 153
Lampiran 7. Hasil Pengujian Avian Influenza di Balai Pengujian dan Penyidikan Penyakit Hewan dan Kesmavet dan Sub Unit Pelayanan Laboratorium Kesehatan Hewan Losari Tahun 2013.
Hasil Pengujian/ Diagnosa No.
Jenis Ternak
PCR AI
Titer Antibodi
Rapid Test AI
Jumlah
Hasil
Hasil
Jumlah
Hasil
Sampel
(+)
(-)
Sampel
(+)
Serologi AI
Sero Monitoring AI
Hasil
Jumlah
Hasil
Hasil
Jumlah
Jumlah
Protektif
(-)
Sampel
(+)
(-)
Sampel
Protektif
%
Jumlah Total Sampel
1.
Ayam Ras
237
9
228
20
-
20
155
1
154
4.714
3.623
76,86
5.126
2.
Ayam Buras
120
27
93
-
-
-
422
157
265
972
303
31,17
1.514
3.
Burung
13
-
13
-
-
-
-
-
-
-
-
-
13
4.
Itik
208
139
69
-
-
-
385
27
358
508
259
50,98
1.101
5.
Entog
17
12
5
-
-
-
3
2
1
22
-
-
42
6.
Bebek
27
10
17
-
-
-
2
-
2
-
-
-
29
7.
Puyuh JUMLAH
12
11
1
-
-
-
-
-
-
-
-
-
12
634
208
426
20
-
20
967
187
780
6.216
4.185
67,33
7.837
Lampiran 8. Data Pengujian Pullorum Tahun 2013
No. 1.
2.
3.
4.
5.
Bulan Januari
Februari
Maret
April
Mei
Asal / Nama Perusahaan
Alamat
Pullorum Test 1
Test 2
Jumlah
Hasil
Ket.
CV. Missouri Farm Tanjungsari
Kertajati Kab. Majalengka
1.108
1.058
2.166
10 % dari
CV. Missouri Farm Rancakalong
Kertajati Kab. Majalengka
637
617
1.253
Populasi
PT. Bibit Indonesia Farm Majalengka
Kertajati Kab. Majalengka
1.188
1.163
2.351
BPPT Unggas Jatiwangi
Jl. Raya Loji Km.35 Jatiwangi Majalengka
821
812
1.633
Negatif
PT. Malindo Feedmill Cikaum Breeder Farm
Ds. Cikaum Timur Kec. Cikaum Subang
1.630
1.467
3.097
Negatif
PT. Quality Indonesia
Segelaherang - Subang
404
391
795
Negatif
PT. Charoen Pokphand Jaya Farm 5
Desa Sumbersari Kab. Subang
8.133
788
8.921
Negatif
PT. Japfa Comfeed Indonesia Unit Farm Subang 2
Ds. Tanjung Kec. Cipunagara Kab. Subang
14.990
14.611
29.601
Negatif
PT. Cipendawa Agriindustri
Desa Sukatani Kec. Pacet Kab. Cianjur
4.842
4.842
9.685
Negatif
PT. Metro Inti Purnama
Desa Neglasari Kec. Darangdan Purwakarta
3.933
3.722
7.655
Negatif
PT. Leong Ayamsatu Primadona Breeder
Ds. Tanjung Kec. Cipunagara Subang
8.473
7.491
15.964
Negatif
PT. Central Avian Pertiwi Unit Farm 4 Padaasih
Desa Padaasih Cibogo Kab. Subang
3.119
2.417
5.536
Negatif
PT. Charoen Pokphand Jaya Farm 4
Desa Sukasari Kab. Subang
7.335
1.630
8.966
Negatif
PT. Japfa Comfeed Indonesia
Kertasari – Bojong Purwakarta
41.609
38.706
80.315
Negatif
PT. APE (Agrobis Panca Ekatama)
Sawit Bojong Ds. Cilingga Purwakarta
1.726
1.726
3.452
Negatif
PT. Central Avian Pertiwi Unit Farm 4 Padaasih
Desa Padaasih Cibogo Kab. Subang
3.050
2.951
6.001
Negatif
PT. Bibit Indonesia Farm Majalengka
Ds. Mekarjaya Kec. Kertajati Kab. Majalengka
1.373
1.349
2.721
Negatif
PT. Central Agromina Farm 1 Jati
Kp. Susukan Rt.13/02 Ds. Jati Kec. Cipunagara Kab. Subang
16.756
15.980
32.736
Negatif
PT. Hybro Indonesia
Desa Cisarandi Kec. Warung Kondang Kab. Cianjur
1.140
1.029
2.169
Negatif
PT. Japfa Comfeed Indonesia
Margaluyu Kabupaten Purwakarta
5.115
5.115
10.230
Negatif
No. 6.
7.
8.
9.
10.
11.
Bulan Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
Nopember
Asal / Nama Perusahaan
Alamat
Pullorum Test 1
Test 2
Jumlah
Hasil
PT. Leong Ayamsatu Primadona Breeder
Ds. Parigimulya Kec. Cipunagara Subang
5.866
5.762
11.628
Negatif
PT. Leong Ayamsatu Primadona Breeder Farm 3
Ds. Tanjung Kec. Cipunagara Subang
3.118
2.756
5.874
Negatif
PT. Japfa Comfeed Indonesia Farm Subang
Ds. Sarimukti Kec. Cipunagara
13.715
12.371
26.086
Negatif
PT. Metro Inti Purnama
Desa Neglasari Kec. Darangdan Purwakarta
2.534
2.490
5.024
Negatif
PT. Super Unggas Jaya Unit Farm Cianjur
Jl. Raya Kota Bunga Ds. Palasari Kp. Tegallega
3.378
3.361
6.739
Negatif
PT. Super Unggas Jaya Unit Farm Ciung Wanara
Ds Mandalamukti Kec. Cikalongwetan Kabupaten Bandung Barat
2.746
2.673
5.419
PT. Charoen Pokphand Jaya Farm 3
Ds. Padaasih Kab. Subang
3.172
2.855
6.027
Negatif
Negatif
3.281
2.956
6.237
Negatif
10.241
9.202
19.444
Negatif
Desa Padaasih Kab. Subang
3.433
3.362
6.795
Negatif
PT. APE (Agrobis Panca Ekatama)
Jln. Sawit Bojong Ds. Cilingga Purwakarta
1.173
1.162
2.335
Negatif
PT. Japfa Comfeed Indonesia
Taringgul Tengah - Wanayasa Purwakarta
1.122
1.098
2.220
Negatif
PT. Central Avian Pertiwi Unit Farm 2 Salagedang
Jl. Raya Pagaden-Subang Km.12 Salagedang Kab. Subang
3.405
3.365
6.770
Negatif
PT. Central Avian Pertiwi Unit Farm 4 Padaasih
Jl. Raya Pagaden-Subang Km.12 Ds. Padaasih Cibogo Kab. Subang
3.119
2.417
5.536
PT. Charoen Phokphand Jaya Farm 4
Jl. Raya Pagaden-Subang Km.12 Ds. Sukasari Kab. Subang
7.335
1.630
8.966
Negatif
PT. Multibreeder Adirama Indonesia Kertasar
Kertasari – Bojong Purwakarta
20.443
19.741
40.184
Negatif
PT. Cipendawa Agriindustri
Jln. Baruawi Kp. Gunung Putri Desa Sukatani Pacet, Cianjur
8.449
8.135
16.584
Negatif
PT. Leong Ayam Satu Primadona Breeder Farm 1
Desa Tanjung Kec. Cipunagara Kab. Subang
8.889
8.811
17.700
Negatif
PT. Malindo Cikaum Farm
Subang
1.594
1.584
3.178
Negatif
PT. Central Avian Pertiwi Unit Farm 2 Salagedang
Jl. Raya Pagaden-Subang Km.12 Ds. Salagedang Kab. Subang
3.240
2.380
5.620
PT. Super Unggas Jaya Farm STS
Kec. Darangdan Kab. Purwakarta
PT. Leong Ayamsatu Primadona Breeder
Ds. Tanjung Kec. Cipunagara Subang
PT. Charoen Pokphand Jaya 3
Ket.
Negatif
Negatif
10 % dari
No. 12.
Bulan Desember
Asal / Nama Perusahaan
Alamat
Pullorum Test 1
Test 2
Jumlah
Hasil
PT. Malindo Cikaum Farm
Subang
1.594
1.584
3.178
Negatif
PT. Charoen Phokphand Jaya 2
Ds. Padaasih Kab. Subang
9.426
9.336
18.761
Negatif
PT. Malindo Breeder Farm I
Purwakarta
8.156
8.066
16.222
Negatif
256.809
224.963
481.771
Jumlah
Ket.