Sambutan oleh: Ibu Shinta Widjaja Kamdani Ketua Komite Tetap Kerjasama Perdagangan Internasional Kadin Indonesia Disampaikan Pada Forum Seminar WTO Tanggal 12 Agustus 2008 di Hotel Aryaduta, Jakarta Kepada Yth. Bapak Ketua Dr Mari Pangestu, Menteri Perdagangan Republik Indonesia Rekan-rekan Pembicara serta Bapak dan Ibu Sekalian Pertama-tama saya sampaikan salam hormat dari Bp. MS Hidayat, Ketua Umum Kadin Indonesia, yang telah meminta saya untuk menggantikan posisi beliau pada kesempatan kali ini. Sebelumnya saya ucapan terima kasih kepada Menteri Perdagangan, Dr. Mari Pangestu dan Tim Nasional Indonesia yang telah memperjuangkan dan menegosiasikan posisi Indonesia dalam posisi yang sangat sulit dalam Pertemuan Tingkat Menteri di Geneva bulan lalu. Sangat jelas sekali Tim Indonesia telah bekerja keras dan tanpa lelah memperjuangkan posisi tawar yang seimbang guna membawa kepentingan Indonesia beserta negaranegara ekonomi berkembang lainnya yang tergabung dalam G33. Oleh Karena itu sangat disayangkan jika akhirnya perundingan yang telah diperjuangkan berakhir tanpa hasil kesepakatan. Hari ini, saya ingin menegaskan kembali dukungan Kadin Indonesia terhadap posisi Pemerintah Indonesia dalam perundingan putaran WTO dan besar harapan kami bahwa pemain-pemain utama dapat kembali berunding sesegera mungkin untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang ada. Kami sangat menyesali sekali bahwa kegagalan perundingan dikarenakan permasalahan Special Safeguard Mechanism. Padahal kami meyakini 1
bahwa keseimbangan pengaturan mengenai SSM merupakan hal yang mendasar dalam sebuah paket kesepakatan, dan hal ini yang akan menjadikan DDA sebagai ”sebuah putaran perundingan”. Kami berharap dengan sangat kepada rekan-rekan kami, di negara maju yang mau menyadari bahwa perlunya perlindungan yang mencukupi bagi jutaan petani kecil di Indonesia dan diseluruh negara berkembang lainnya merupakan hal yang sangat vital. Hal ini sangat berbeda dengan kondisi yang dialami oleh beberapa negara maju dimana yang menjadi perhatian utama mereka adalah menghilangkan milyaran dollar subsidi yang diberikan. Bagi negara berkembang seperti Indonesia, perlindungan yang mencukupi bukanlah hanya mencakup persoalan mengenai upaya menyelamatkan para petani dan komunitas mereka dari kemiskinan. Upaya ini perlu dilakukan guna menjaga stabilitas strategi pembangunan dan sebagai upaya untuk mengimplementasikan kebijakan jangka panjang, serta memodernisasikan sektor pertanian kita. Bagi kami, SSM merupakan sebuah proses dari suatu upaya terakhir, dan kami berharap kami tidak harus menggunakan mekanisme ini. Bapak dan Ibu Sekalian, mungkin beberapa dari kita merasa kecewa dan mungkin juga merasa pesimis terhadap proses WTO ini, Namun Kadin Indonesia berkeyakinan bahwa perundingan WTO merupakan pilar yang sangat penting bagi stabilitas internasional bagi dunia usaha dan pembangunan ekonomi di Indonesia. Karenanya patutlah mendapatkan dukungan. Pertumbuhan perdagangan kita di kawasan Asia Pasifik dalam beberapa dekade terakhir ini telah dibangun di atas kerangka yang kokoh yang mengacu kepada sistem perdagangan multilateral dari WTO. Dengan mengusahakan tercapainya kesepakatan yang seimbang dalam perundingan-perundingan ini, kita memiliki kesempatan untuk terus menguatkan fondasi untuk masa yang akan datang. Indonesia memerlukan iklim usaha yang dapat diandalkan, serta peraturan-peraturan yang jelas, dan mekanisme dispute settlement yang dapat dipercaya, dimana semua hal ini bisa kita dapatkan dari WTO. Ibu Mari mungkin benar ketika beliau mengatakan bahwa multilateral negotiations don’t fail, they just continue. Namun, salah satu akibat dari 2
tidak tercapainya kesepakatan DDA yang sudah berjalan tujuh tahun lamanya akhirnya telah menjadi sebuah kenyataan, yaitu pertumbuhan yang sangat besar dari Preferential Trade Agreements. Perlahan-lahan, perjanjian perdagangan bebas bilateral dapat lebih cepat membuka pasar ekspor dibandingkan dengan sistem perdagangan multilateral. Perjanjian perdagangan bebas regional seperti ASEAN Economic Community dan ASEAN plus agreements pun dapat menyediakan jalur yang dapat diandalkan menuju pencapaian integrasi dengan negara-negara tetangga di kawasan kita sendiri. Namun pada umumnya, percepatan pertumbuhan perjanjian perdagangan bebas yang membentuk rangkaian seperti “the noodle bowls” antar kawasan dan seluruh dunia sebetulnya tidak memberikan kepastian dimasa datang dan tatanan yang terbaik bagi Indonesia untuk jangka panjang. Pada kenyataannya, kalangan bisnis di Indonesia bahkan merasa protektif dan defensif mengenai prospek-prospek dari dua perjanjian perdagangan bebas (FTA) kita yang paling signifikan, yaitu ASEAN Economic Community dan Economic Partnership Agreement (EPA) dengan Jepang. Sangatlah sulit bagi kami untuk mendefinisikan strategi bisnis kami berdasarkan basis yang lamban di dalam sebuah FTA dimana kami akan tertinggal apabila kami tidak ikut serta dalamnya. Saya memahami bahwa tentunya hal ini pun sulit bagi pemerintah untuk benar-benar merundingkan kesepakatan-kesepakatan tersebut jika hanya mengedepankan kepentingan kami saja. Bapak dan Ibu sekalian, walaupun masih terdapat banyak ketidaksempurnaan dan kompleksitas dari proses WTO, serta ditambah dengan sulitnya bernegosiasi dengan Negara-negara besar, Kadin percaya bahwa Indonesia sebaiknya memposisikan dirinya di depan agar dapat menuntun jalannya perundingan-perundingan guna mencapai kesepakatan yang memuaskan dalam jangka waktu yang sesegera mungkin. Kami berharap bahwa perundingan-perundingan ini dapat dimulai kembali dalam waktu dekat walaupun kami sadar bahwa ada kepentingan politik yang dapat menghambat semua ini. Dengan kata lain, kita semua harus siap untuk mencapai kesepakatan akhir. Kadin Indonesia telah bersiap untuk bekerjasama dengan pemerintah untuk lebih memperkuat posisi tawar kita apabila diperlukan, terutama di bidang
3
jasa. Kami percaya bahwa masih ada kesempatan bagi kita untuk memperkuat posisi tawar serta permintaan kita. Namun, saya ingin menekankan bahwa sebaiknya kita tidak terlalu dipengaruhi oleh jalannya perundingan dalam usaha membentuk posisi yang lebih kuat. Posisi tawar kita dalam bidang jasa sebaiknya didasarkan kepada strategi kita untuk pertumbuhan dan pembangunan. Sasaran pencapaian kita haruslah ditujukan untuk membangun top class services karena kita semua tahu bahwa hal ini sangat penting bagi sebuah perekonomian yang sedang tumbuh. Yang menjadi pertanyaan kunci dalam hal memperkuat posisi kita di bidang jasa adalah sebagai berikut: • Bagaimanakah cara kita meningkatkan sektor tertentu? • Dengan cara seperti apakah kita dapat mengurangi biaya dalam melakukan usaha atau membangun kemampuan dalam menciptakan pelayanan jasa yang lebih efisien? • Bagaimana kita memperbaiki regulasi dan meningkatkan transparansi? • Dalam urutan agenda reformasi seperti apakah yang dapat memberikan kesempatan bagi investor dalam negeri untuk menjadi bagian dari pertumbuhan ekonomi? • Pada posisi apa dalam policy space atau perbedaan antara komitmen kita dalam GATS dengan keadaan sebenarnya dari regim saat ini untuk memberikan investor sebuah sinyal bahwa kita tidak ingin melakukan reformasi? Saya paham bahwa kita tidak bisa segera siap dengan semua jawaban yang diperlukan dalam beberapa minggu kedepan tetapi setidaknya kita pikirkan kembali semua pertanyaan tersebut karena pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat memberikan kita sebuah pemikiran yang rasional dan lebih percaya diri dalam mempersiapkan posisi kita dalam bernegosiasi. Bapak dan Ibu sekalian, dunia usaha memiliki peran yang sangat penting dalam mentransformasi keterbukaan yang lebih besar melalui liberalisasi yang akan menghasilkan pertumbuhan dan kesempatan. Ini berarti sebuah kompetisi yang lebih efisien di pasar dalam dan luar negeri. Dapat kita lihat dari berbagai macam indikator, termasuk dari World Bank Doing Business Index dan DPPOD Index yang menjelaskan kinerja pemerintahan tingkat provinsi yang tidak memberikan pelayanan 4
semestinya bagi kalangan dunia usaha di Indonesia dibandingkan dengan pelayanan yang diberikan oleh negara lain. Peningkatan pelayanan sedang dalam pelaksanaan dan kelanjutan reformasi masih sedang berlangsung. Bagaimanapun juga, Kadin sangat yakin bahwa strategi liberalisasi kita di WTO dan FTA harus terus berlanjut dengan peningkatan yang nyata terhadap daya saing Indonesia. Ini berarti, diantara hal-hal lainnya, tersedianya lebih banyak infrastruktur dasar, regulasi yang lebih baik, dan lebih sedikit red tape, dan administrasi yang lebih transparan, Hal ini sangatlah penting bagi usaha kecil dan menengah kita yang memiliki banyak potensi untuk menjadi bagian dari rantai produksi internasional. Kadin yakin bahwa peningkatan perbaikan ini sangatlah vital untuk dilakukan di daerah, dimana kalangan dunia usaha lebih sering mengalami hambatan karena iklim usaha yang sangat buruk. Tanpa mengurangi rasa hormat, Kadin Indonesia mendesak kepada semua departemen di pemerintahan dan administrasi daerah untuk memikirkan strategi bersama dalam WTO dan FTA untuk membangun kemampuan kita dalam bersaing, serta membuang rintangan yang ada dalam berkompetisi dengan puhak asing. Semua usaha dapat berjalan dengan lebih pasti jika kita menggunakan pendekatan ini. Saya akan menyimpulkan ini semua pada titik dimana sekali lagi Kadin menyatakan pandangannya mengenai isu-isu utama yang berhubungan dengan DDA. Pertama, kita harus mengerti bahwa WTO itu benar-benar nyata dan kami sangat ingin Indonesia berhasil dalam WTO. Pada posisi yang kritis ini, kita harus terus menunjukkan kepemimpinan kita dalam menyelesaikan DDA dan berusaha keras dalam membangun “safety net” untuk sektor yang paling rentan. Kedua, Kadin sedang mempersiapkan diri untuk bekerja sama dengan pemerintah untuk memastikan kami siap dengan perjanjian akhir. Kami berpikir ada banyak kesempatan untuk memperkuat tawaran dan permintaan kita dalam sektor jasa jika itu diperlukan tetapi kita perlu memikirkan hal ini dalam konteks strategi dan bisnis.
5
Ketiga, Kadin yakin kesuksesan dari hasil yang dicapai dalam WTO merupakan jalan terbaik untuk memberikan perjanjian perdagangan yang lebih baik dimana saat ini perjanjian perdagangan sangat rumit bagi kalangan dunia usaha. Keempat, Kadin yakin bahwa pemerintah akan bersama-sama bertanggungjawab dalam menciptakan iklim usaha yang lebih baik pada saat mereka membuang rintangan yang ada. Ini sangatlah penting bagi usaha kecil dan menengah, dan bagi daerah dimana Kadin melihat ini merupakan hambatan yang lebih besar karena kinerja pemerintahan yang buruk . Akhirnya, Bapak dan Ibu sekalian, Kadin akan terus mendukung pemerintah disaat yang penting ini dan akan mengkomunikasikan pandangan kami kepada rekan kerja kami di negara maju sehingga mereka bisa memahami keprihatinan kami dan perubahan perbaikan yang ada. Terima Kasih
6